ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN TABANAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN TABANAN"

Transkripsi

1 ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN TABANAN NGURAH MADE NOVIANHA PYNATIH Fakultas Ekonomi Universitas Tabanan ABSTRAK Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan dalam segala bidang kehidupan, salah satunya adalah di bidang perekonomian. Pembangunan menjadi suatu proses kegiatan yang dianggap penting dan wajib dilaksanakan oleh semua negara, karena globalisasi yang disertai dengan kemajuan teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan telah berdampak pada perubahan dan pembaharuan dalam semua aspek kehidupan manusia (Asih, 2015). Perumusan masalah yang dikemukakan: 1) Sektor ekonomi manakah yang merupakan sektor unggulan di Kabupaten Tabanan? 2) Sektor ekonomi manakah yang potensial untuk dikembangkan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tabanan?. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui sektor ekonomi manakah yang merupakan sektor unggulan di Kabupaten Tabanan. 2) Untuk mengetahui sektor-sektor ekonomi yang potensial untuk dikembangkan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tabanan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Location Quotient suatu metode untuk menghitung perbandingan relatif sumbangan nilai tambah sebuah sektor di suatu daerah (Kabupaten/Kota) terhadap sumbangan nilai tambah sektor yang bersangkutan dalam skala provinsi atau nasional. Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi potensi internal yang dimiliki suatu daerah yaitu membaginya menjadi dua golongan yaitu sektor basis dan sektor non basis. Analisis Location Quotient dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan merumuskan komposisi dan pergeseran sektor-sektor basis suatu wilayah dengan menggunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai indikator pertumbuhan wilayah. Analisis shift share digunakan untuk menganalisis dan mengetahui pergeseran dan peranan perekonomian di daerah. Metode itu dipakai untuk mengamati struktur perekonomian dan pergeserannya dengan cara menekankan pertumbuhan sektor di daerah, yang dibandingkan dengan sektor yang sama pada tingkat daerah yang lebih tinggi atau nasional. Berdasarkan hasil perhitungan Location Quontient yang termasuk ke dalam sektor basis (sektor unggulan) dengan nilai LQ lebih besar dari satu (LQ>1) yaitu : sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib, sektor real estat, sektor jasa lainnya, sektor pertambangan dan penggalian, sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial, sektor konstruksi, dan sektor informasi dan komunikasi.sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tabanan adalah sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum, sektor jasa perusahaan, sektor industri pengolahan, sektor jasa keuangan dan asuransi karena sektor-sektor tersebut memiliki nilai LQ rata-rata mendekati satu Kata kunci: Sektor ungglan dan pertumbuhan ekonomi PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan dalam segala bidang kehidupan, salah satunya adalah di bidang perekonomian.pembangunan menjadi suatu proses kegiatan yang dianggap penting dan wajib dilaksanakan oleh semua negara, karena globalisasi yang disertai dengan kemajuan teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan telah berdampak pada perubahan dan pembaharuan dalam semua aspek kehidupan manusia (Asih, 2015). Pembangunan ekonomi merupakan sebuah proses pengembangan kapasitas masyarakat dalam jangka panjang sehingga memerlukan perencanaan yang tepat dan

2 akurat. Perencanaan ini berarti harus mampu mencakup kapan, dimana dan bagaimana pembangunan harus dilakukan agar mampu merangsang pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Dengan kata lain, pembuat rencana pembangunan haruslah mampu untuk memprediksi dampak yang ditimbulkan dari pembangunan yang akan dilakukan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang (Tinambunan, 2007 dalam Pratomo, 2010). Pergeseran paradigma dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan dari pola sentralisasi menjadi pola desentralisasi atau disebut otonomi daerah merupakan babak baru dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Dengan adanya otonomi daerah, daerah dituntut untuk mengembangkan potensi sumber daya yang dimiliki sebagai modal untuk pembangunan daerah tersebut. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya yang ada dengan membentuk suatu pola kemitraan dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru untuk merangsang kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. Dimana dalam setiap pembangunan memiliki tujuan meningkatkan lapangan pekerjaan bagi masyarakat (Arsyad, 2010). Menurut UU No. 32 tahun 2004 yang kemudian diganti denganuu No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, pemerintah daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas untuk mengatur dan mengelola berbagai urusan penyelenggaraan pemerintahan bagi kepentingan dan kesejahteraan masyarakat daerah yang bersangkutan, sedangkan dalam hal pembiayaan dan keuangan daerah diatur dalam UU Nomor 25 Tahun 1999 yang kemudian diganti denganuu No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah, tidak hanya kesiapan aparat pemerintah saja tetapi juga masyarakat untuk mendukung pelaksanaan Otonomi Daerah dengan pemanfaatan sumber-sumber daya secara optimal. Pemberlakuan undang-undang tersebut menuntut pemerintah daerah untuk melaksanakan desentralisasi dan memacu pertumbuhan ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dimana tujuan penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan pelayanan publik dan memajukan perekonomian daerah. Melalui otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut kreatif dalam mengembangkan perekonomian, peranan investasi swasta dan perusahaan milik daerah sangat diharapkan sebagai pemacu utama pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Investasi akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dan dapat menimbulkan multiplier effect terhadap sektor-sektor lainnya. Bali merupakan sebuah provinsi yang terdiri dari beberapa kabupaten/kota salah satu nya adalah Kabupaten Tabanan yang terletak dibagian selatan Pulau Bali. Kabupaten Tabanan merupakan salah satu kabupaten yang melaksanakan otonomi daerah. Berdasarkan potensi dan kondisi masyarakat Kabupaten Tabanan yang mayoritas penduduknya berkerja di bidang pertanian, mendapat julukan lumbung pangannya Bali. Tujuan yang ingin diwujudkan adalah semakin tumbuh kembangnya industri pedesaan yang berbasis pertanian sebagai media strategi untuk memacu perekonomian masyarakat desa (petani) dengan meningkatkan nilai tambah petani melalui industri penanganan dan pengolahan pasca panen diharapkan akan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat (BPS, 2016). Keberhasilan suatu pembangunan ekonomi daerah dapat diukur dengan beberapa indikator yang lazim digunakan sebagai alat ukur. Indikator yang lazim digunakan adalah produk domestik regional bruto (PDRB) yang bisa menjadi petunjuk kinerja perekonomian secara umum sebagai ukuran kemajuan suatu daerah. Indikator lain adalah tingkat pertumbuhan, pendapatan perkapita dan pergeseran atau perubahan struktur ekonomi (Sjafrizal, 2008). Kegiatan ekonomi dikelompokkan atas kegiatan basis dan kegiatan non basis. Kegiatan basis adalah semua kegiatan baik penghasil produk maupun penyedia jasa yang mendatangkan uang dari luar wilayah. Lapangan kerja dan pendapatan di sektor basis adalah fungsi permintan yang bersifat exogenous (tidak tergantung pada kekuatan intern/permintaan lokal), sedangkan kegiatan non basis adalah untuk memenuhi kebutuhan

3 konsumsi lokal, karena itu permintaan sektor ini sangat dipengaruhi oleh tingkat kenaikan pendapatan masyarakat setempat. Dengan demikian sektor ini terikat terhadap kondisi ekonomi setempat dan tidak bisa berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi wilayah. Atas dasar anggapan di atas, satu-satunyasektor yang bisa meningkatkan perekonomian wilayah melebihi pertumbuhan alamiah adalah sektor basis. Oleh karena itu analisis basis sangat berguna untuk mengkaji dan memproyeksi pertumbuhan ekonomi wilayah (Tarigan, 2004). Untuk memacu laju pertumbuhan ekonomi regional serta meningkatkan kontribusinya terhadap pembentukan total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), maka pembangunan sektor unggulan dapat dijadikan sebagai penggerak pembangunan ekonomi. Secara umum tujuan pembangunan bidang ekonomi khususnya sektor unggulan adalah untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi dengan demikian dapat tercipta stabilitas ekonomi yang sehat dan dinamis, dan tercipta kemakmuran dan kesejahteraan yang dinikmati oleh masyarakat daerah tersebut. Salah satu indikator ekonomi yang sangat diperlukan untuk mengukur kinerja pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan indikator penting di suatu wilayah yang dapat mengindikasikan totalitas produksi netto barang/jasa yang selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan evaluasi pembangunan wilayah. Di bawah ini tabel peranan setiap sektor ekonomi dalam perekonomian Kabupaten Tabanan tahun Tabel 1. Peranan Setiap Sektor Ekonomi Dalam Perekonomian Kabupaten.Tabanan Tahun (Persentase) Lapangan Usaha Pertanian 24,03 23,70 23,45 22,52 23,04 Pertambangan & Penggalian 1,33 1,41 1,42 1,37 1,26 Industri Pengolahan 5,76 5,65 5,65 5,67 5,97 Pengadaan Listrik, Gas 0,09 0,08 0,07 0,08 0,09 Pengadaan Air ,18 0,17 0,16 0,16 Kontruksi 9,39 10,64 10,48 9,77 9,62 Perdagangan 8,54 8,24 8,17 8,23 8,60 Transportasi & Pergudangan 1,68 1,60 1,65 1,68 1,57 Penyediaan Akomodasi & Makan Minum 18,34 19,08 20,29 22,07 21,66 Informasi & Komunikasi 6,22 6,00 5,61 5,40 5,29 Jasa Keuangan 3,34 3,56 3,77 3,79 3,78 Real Estate 5,72 5,52 5,49 5,47 5,21 Jasa Perusahaan 0,96 0,93 0,92 0,92 0,95 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib 8,85 8,03 7,22 7,19 6,99 Jasa Pendidikan 1,63 1,54 1,67 1,69 1,68 Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 2,06 2,03 2,13 2,15 2,30 Jasa Lainnya 1,86 1,82 1,84 1,84 1,83 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS Kabupaten Tabanan Peranan setiap sektor ekonomi dalam perekonomian dapat diketahui dari angka distribusi persentase Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) seperti yang dapat dilihat melalui Tabel 1.

4 Kabupaten Tabanan memiliki karakteristik yang unik yang berbeda dengan daerah lain di Bali. Perekonomian Tabanan dibangun dengan mengandalkan Pertanian sebagai leading sektor, didukung oleh industri pariwisata. Hal ini juga tercermin dari besarnya sumbangan kedua lapangan usaha tersebut pada PDRB Tabanan. Berdasarkan Tabel 1 tampak bahwa sektor pertanian merupakan sektor ekonomi yang paling besar kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Tabanan pada tahun 2015 sebesar 23,04 persen disusul dengan sektor pariwisata yang diwakili oleh penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 21,66 persen. Sementara sektor pengadaan listrik, gas merupakan sektor ekonomi yang mempunyai peranan paling rendah dalam perekonomian Kabupaten Tabanan pada tahun 2015 sebesar 0,09 persen (BPS Kabupaten Tabanan, 2016). Berdasarkan BPS Kabupaten Tabanan (2016), selama periode tahun struktur perekonomian Tabanan tidak banyak mengalami perubahan yang berarti. Tabel 1 memperlihatkan 2 (dua) kategori penyumbang PDRB terbesar di Kabupaten Tabanan yakni sektor pertaniandan pariwisata. Sektor pariwisata Tabanan yang diwakili oleh penyediaan akomodasi dan makan minum selama tahun sumbangannya mengalami kecendrungan meningkat. Hal yang sebaliknya terjadi pada industri pertanian yang justru mengalami kecendrungan menurun. Kecenderungan menurunnya peranan lapangan usaha pertanian dalam PDRB Kabupaten Tabanan hendaknya perlu disikapi karena lapangan usaha pertanian tidak saja terkait dengan pemenuhan konsumsi domestik, namun juga terkait erat dengan kondisi kepariwisataan Tabanan. Tidak tertutup kemungkinan, struktur perekonomian Tabanan, tanpa didukung oleh pertanian yang kuat, akan sangat tergantung kepada daerah lain. Gejala ini terlihat dari ketergantungan Tabanan pada daerah lain dalam menyediakan berbagai komoditi pertanian. Hal ini pun sangat ironis jika melihat predikat Tabanan sebagai lumbung padi di Bali. Selain itu, menurunnya peranan lapangan usaha pertanian juga menjadi perhatian khusus mengingat program swasembada pangan/ketersediaan pangan merupakan target pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Tingginya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian di Tabanan, akan menjadi ancaman tersendiri dimasa depan bila tidak diantisipasi dampak jangka panjangnya. Pemanfaatan lahan antar lapangan usaha pertanian dengan lahan bukan pertanian, jika patokannya pada nilai sewa tanah, akhirnya pertanian akan selalu dikalahkan oleh peruntukan seperti perumahan dan industri. Karena banyak orang mengganggap nilai tambah yang dihasilkan oleh lapangan usaha perumahan/properti jauh lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan nilai tambah yang dihasilkan oleh lapangan usaha pertanian. Karena itu Undang-undang nomor 41 tahun 2009 tentang perlindungan lahan tanaman pangan berkelanjutan menjadi kian penting dalam mengerem laju alih fungsi lahan. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti mengambil judul Analisis Sektor Unggulan Dan Potensi Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Tabanan. Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dikemukakan beberapa perumusan masalah sebagai berikut: 1). Sektor ekonomi manakah yang merupakan sektor unggulan di Kabupaten Tabanan?; 2). Sektor ekonomi manakah yang potensial untuk dikembangkan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tabanan?. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1). Untuk mengetahui sektor ekonomi manakah yang merupakan sektor unggulan di Kabupaten Tabanan; 2). Untuk mengetahui sektor-sektor ekonomi yang potensial untuk dikembangkan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tabanan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan bagi instansi terkait dalam menentukan kebijakan, khususnya dalam masalah perencanaan pembangunan di Kabupaten Tabanan. Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai tambahan informasi, bacaan ilmiah di perpustakaan, dan juga sebagai perbandingan bagi mahasiswa yang menulis makalah yang sama. Hipotesis yang diajukan sebagai berikut: 1). Sektor pertanian,

5 kehutanan, dan perikanan, sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib, sektor real estat, sektor jasa lainnya, sektor pertambangan dan penggalian, sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial, sektor konstruksi, dan sektor informasi dan komunikasi merupakansektor unggulan di Kabupaten Tabanan; 2). Sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum, sektor jasa perusahaan, sektor industri pengolahan, sektor jasa keuangan dan asuransi merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tabanan. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tabanan Provinsi Bali, dengan menghitung data PDRB menurut lapangan usaha tahun Pemilihan lokasi penelitian di Kabupaten Tabanan dipilih dikarenakan Kabupaten Tabanan merupakan Kabupaten yang mempunyai sumber daya alam yang dapat dikelola dan terus dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian dan pembangungan wilayah. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini menurut sifatnya adalah: 1). Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka dan dapat diukur. Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah data Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Bali dan Kabupaten Tabanan; 2). Data kualitatif adalah data yang digunakan dalam bentuk kata-kata, kalimat, skema dan gambar. Data kualitatif tidak dapat dihitung dan tidak berupa angka tetapi merupakan keterangan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Data kualitatif dalam penelitian ini adalah pengertian PDRB, keteranganketerangan mengenai daerah penelitian yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Bali dan Kabupaten Tabanan, serta dari buku atau literatur yang masih ada kaitannya dan mendukung penelitian ini. Jenis data menurut sumbernya yaitu data yang diperoleh sudah dalam bentuk jadi, telah disusun dan dikumpulkan oleh instansiinstansi terkait seperti data yang diperoleh dari Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Tabanan dan Kantor Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. Location Quotient adalah suatu metode untuk menghitung perbandingan relatif sumbangan nilai tambah sebuah sektor di suatu daerah (Kabupaten/Kota) terhadap sumbangan nilai tambah sektor yang bersangkutan dalam skala provinsi atau nasional. Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi potensi internal yang dimiliki suatu daerah yaitu membaginya menjadi dua golongan yaitu sektor basis dan sektor non basis. Analisis Location Quotient dimaksudkan untuk mengidentifikasi dan merumuskan komposisi dan pergeseran sektor-sektor basis suatu wilayah dengan menggunakan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai indikator pertumbuhan wilayah. Analisis Shift Share digunakan untuk menganalisis dan mengetahui pergeseran dan peranan perekonomian di daerah. Metode itu dipakai untuk mengamati struktur perekonomian dan pergeserannya dengan cara menekankan pertumbuhan sektor di daerah, yang dibandingkan dengan sektor yang sama pada tingkat daerah yang lebih tinggi atau nasional. Analisis tersebut dapat digunakan untuk mengkaji pergeseran struktur perekonomian daerah dalam kaitannya dengan peningkatan perekonomian daerah yang bertingkat lebih tinggi. Perekonomian daerah yang didominasi oleh sektor yang lambat pertumbuhannya akan tumbuh di bawah tingkat pertumbuhan perekonomian daerah di atasnya. Untuk mengkaji kinerja berbagai sektor ekonomi yang berkembang di suatu daerah dan membandingkannya dengan perekonomian regional maupun nasional dapat digunakan teknik analisis Shift Share. Dengan teknik ini, selain dapat mengamati penyimpanganpenyimpangan dari berbagai perbandingan kinerja perekonomian antar wilayah, keunggulan kompetitif suatu wilayah juga dapat diketahui melalui tenik analisis Shift Share ini. Metodeanalisis shift share diawali dengan mengukur perubahan nilai tambah bruto atau PDRB suatusektor i disuatu region (Dij) dengan formulasi (Soepono, 1993): Dij = Nij + Mij + Cij. (1)

6 di mana: Nij = Eij. rn..... (2) Mij = Eij (rin - rn).... (3) Cij = Eij (rij rin).. (4) Dari persamaan (2) sampai (4), rij mewakili pertumbuhan sektor/subsektor i di wilayah j, sedangkan rn dan rin masingmasing laju pertumbuhan agregat nasional/provinsi dan pertumbuhan sektor/subsektor i secara nasional/provinsi, yang masing-masing dapat didefinisikan sebagai berikut: rij = (Eijt Eij)/Eij.... (5) rin = (Eint Ein)/Ein.... (6) rn = (Ent - En)/En.... (7) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Location Quontient (LQ) Analisis Location Quontient (LQ) digunakan untuk mengetahui sektor-sektor ekonomi manakah yang termasuk sektor basis atau berpotensi ekspor dan manakah yang termasuk sektor non basis. Hal tersebut dapat terlihat jika LQ lebih besar dari satu (LQ > 1) berarti sektor tersebut merupakan sektor basis. Kemudian jika LQ lebih kecil dari satu (LQ < 1) berarti sektor tersebut merupakan sektor non basis. Hasil perhitungan Location Quontient (LQ) Kabupaten Tabanan tahun selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini : Tabel 2. Hasil Analisis Location Quontient Berdasarkan PDRB Atas Dasar Harg Konstan 2010 No Lapangan Usaha LQ rata-rata 1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,48 1,51 1,52 1,49 1,48 1,50 (b) 2 Pertambangan dan Penggalian 1,06 1,06 1,06 1,07 1,11 1,07 (b) 3 Industri Pengolahan 0,86 0,86 0,86 0,86 0,89 0,87 (nb) 4 Pengadaan Listrik dan Gas 0,53 0,52 0,53 0,53 0,53 0,53 (nb) 5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0,83 0,83 0,84 0,84 0,84 0,84 (nb) 6 Konstruksi 1,04 1,04 1,05 1,05 1,07 1,05 (b) 7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 0,96 0,95 0,96 0,97 0,98 0,96 (nb) 8 Transportasi dan Pergudangan 0,23 0,23 0,23 0,24 0,23 0,23 (nb) 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 0,94 0,93 0,94 0,94 0,94 0,94 (nb) 10 Informasi dan Komunikasi 1,01 1,01 1,02 1,02 1,01 1,01 (b) 11 Jasa Keuangan dan Asuransi 0,85 0,85 0,86 0,88 0,86 0,86 (nb) 12 Real Estat 1,21 1,21 1,22 1,22 1,24 1,22 (b) 13 Jasa Perusahaan 0,91 0,90 0,91 0,92 0,92 0,91 (nb) 14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 1,39 1,38 1,39 1,40 1,40 1,39 (b) 15 Jasa Pendidikan 0,34 0,34 0,34 0,34 0,35 0,34 (nb) 16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1,05 1,04 1,05 1,06 1,09 1,06 (b) 17 Jasa lainnya 1,20 1,19 1,20 1,21 1,23 1,21 (b) Sumber : BPS, 2016 data diolah Keterangan : (b) : sektor basis; (nb) : sektor non basis Berdasarkan Tabel 2 di atas, Kabupaten Tabanan memiliki 8 sektor basis dengan LQ rata-rata lebih besar dari 1 (LQ>1) yaitu : Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 1,50 sektor tersebut merupakan sektor yang nilai LQ rata-ratanya paling tinggi; kemudian sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib sebesar

7 1,39; Real Estat 1,22; Jasa lainnya sebesar 1,21; Pertambangan dan Penggalian sebesar 1,07; Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 1,06; Konstruksi sebesar 1,05; dan Informasi dan Komunikasi sebesar 1,01. Di sisi lain, terdapat 9 sektor non basis diantaranya : Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 0,96; Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 0,94; Jasa Perusahaan sebesar 0,91; Industri Pengolahan sebesar 0,87; Jasa Keuangan dan Asuransi sebesar 0,86; Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah dan Daur Ulang sebesar 0,84; Pengadaan Listrik dan Gas sebesar 0,53; Jasa Pendidikan sebesar 0,34; Transportasi dan Pergudangan sebesar 0,23. Hal ini menunjukan bahwa 9 sektor tersebut masih belum mampu memenuhi kebutuhan dalam Kabupaten Tabanan. Namun diantara sektor non basis tersebut terdapat beberapa sektor yang nilai LQ rata-ratanya mendekati satu diantaranya Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor (0,96); Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum (0,94); Jasa Perusahaan (0,91); Industri Pengolahan (0,87); Jasa Keuangan dan Asuransi (0,86), sektorsektor tersebut merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian Kabupaten Tabanan dan diharapkan mampu menjadi sektor unggulan baru karena nilai LQ rata-rata nya mendekati satu. Hal ini tidak menutup kemungkinan untuk sektor-sektor tersebut menjadi sektor unggulan baru jika terus dilakukan perkembangan. Walaupun sektor basis merupakan yang paling potensial untuk dikembangkan dan untuk memacu laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tabanan, namun sektor non basis pun harus dikembangkan untuk menjadi sektor basis baru ditunjang dengan sektor basis yang sudah ada. Analisis Shift Share Analisis Sfiht Share digunakan untuk menganalisis tingkat pertumbuhan masingmasing sektor yang ada di suatu daerah/wilayah, dimana teknik ini akan mengidentifikasi keuntungan lokasi dan struktur pertumbuhan ekonomi yang dimiliki suatu daerah dibandingkan dengan perekonomian nasional, dimana pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tabanan dengan menggunakan analisis shift share dipengaruhi oleh ketiga komponen yaitu regional share, proportional shift, dan differential shift. Besarnya komponen pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tabanan dengan menggunakan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan hasil analisis shift share pada Tabel 3 menunjukkan bahwa perubahan atau pertumbuhan yang terjadi pada perekonomian Kabupaten Tabanan selama kurun waktu sebesar Rp. 275 triliun. Sektor komponen regional share yang memberikan kontribusi paling besar adalah sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar Rp. 69,6 triliun; sektor penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar Rp. 51,9 triliun; dan sektor kontruksi sebesar Rp. 26,6 triliun. Ini mengindikasikan bahwa sektorsektor tersebut sangat terpengaruh oleh setiap kebijakan nasional, yang berarti apabila terjadi perubahan kebijakan tingkat nasional, maka kontribusi sektor tersebut beserta subsektornya akan mengalami perubahan yang paling signifikan dibandingkan sektor lainnya. Sedangkan sektor ekonomi dengan kontribusi regional share terkecil adalah sektor pengadaan listrik dan gas sebesar Rp 318 juta rupiah, hal ini berarti jika terjadi perubahan kebijakan nasional maka tidak akan terlalu mempengaruhi sektor pengadaan listrik dan gas. Secara keseluruhan sektor ekonomi di Kabupaten Tabanan mampu bersaing ditingkat nasional, hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan masing-masing sektor yang nilainya positif. Sementara pengaruh komponen proportional shift terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tabanan secara umum negatif (-) sebesar Rp 14,4 triliun, yang berarti bahwa pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tabanan lebih lambat bila dibandingkan dengan pertumbuhan di Provinsi Bali. Meskipun secara umum nilai komponen proportional shift negatif tetapi jika dilihat dari masing-masing sektor terdapat beberapa sektor yang positif, hal ini mengindikasikan bahwa sektor-sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan sektor sejenis di Provinsi Bali. Sementara sektor-

8 sektor yang pertumbuhannya negatif berarti pertumbuhannya lebih lambat bila dibandingkan dengan sektor sejenis di Provinsi Bali. Tabel 3. Hasil Analisis Shift Share Kabupaten Tabanan (Juta Rupiah) Komponen Komponen Komponen PDRB No Pertumbuhan Bauran Keunggulan Lapangan Usaha Kabupaten Industri Kompetitif (Dij) (Nij) (Mij/PS) (Cij/DS) 1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 69,604, (32,790,140.94) (2,945,601.83) 33,868,263 2 Pertambangan dan Penggalian 3,818, (1,848,275.24) 565, ,535,389 3 Industri Pengolahan 16,394, ,325, ,148, ,869,075 4 Pengadaan Listrik dan Gas 318, (58,787.07) (8,537.56) 251,674 5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 578, (195,057.62) (9,409.47) 373,724 Limbah dan Daur Ulang 6 Konstruksi 26,663, ,522, ,890, ,076,332 7 Perdagangan Besar dan Eceran; 23,862, ,606, ,174, ,643,317 Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8 Transportasi dan Pergudangan 5,036, (639,272.34) (214,166.48) 4,182,937 9 Penyediaan Akomodasi dan Makan 51,948, ,039, (3,113,580.77) 52,874,127 Minum 10 Informasi dan Komunikasi 18,662, ,577, (484,338.82) 21,755, Jasa Keuangan dan Asuransi 9,558, ,171, (47,675.24) 13,681, Real Estat 16,598, , , ,084, Jasa Perusahaan 2,863, (97,414.84) 76, ,843, Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 26,191, (7,233,439.46) (183,045.22) 18,775,174 dan Jaminan Sosial Wajib 15 Jasa Pendidikan 4,891, ,426, , ,852, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5,985, ,495, ,029, ,510, Jasa lainnya 5,464, (400,691.27) 353, ,417,100 Produk Domestik Regional Bruto 288,439, (14,422,718.40) 1,577, ,594,411 Sumber : BPS Kabupaten Tabanan dan Provinsi Bali (data diolah) Sektor unggulan daerah, pada dasarnya dapat memberikan kontribusi yang besar pada daerah, bukan hanya untuk daerah itu sendiri tapi juga untuk memenuhi kebutuhan daerah lain. Dengan melihat data PDRB maka beberapa sektor unggulan dan sektor yang berpotensi untuk dikembangkan dapat diketahui. Berdasarkan analisis Location Quontient (LQ) yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak : 1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib, sektor Real Estat, sektor Jasa lainnya, sektor Pertambangan dan Penggalian, sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, sektor Konstruksi, dan sektor Informasi dan Komunikasi merupakansektor unggulan di Kabupaten Tabanan, hipotesis yang diajukan diterima, karena rata-rata nilai LQ nya lebih besar dari satu (LQ>1) berarti sektor tersebut sudah mampu memenuhi kebutuhan daerahnya dan berpotensi untuk ekspor. 2. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Sektor Jasa Perusahaan; Sektor Industri Pengolahan; Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tabanan, hipotesis tersebut diterima karena sektor tersebut memiliki nilai LQ rata-rata mendekati satu. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor (0,96); Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

9 (0,94); Jasa Perusahaan (0,91); Industri Pengolahan (0,87); Jasa Keuangan dan Asuransi (0,86). Dengan mengembangkan sektor yang potensial dengan nilai LQ ratarata mendekati satu diharapkan akan dapat merangsang pertumbuhan sektor-sektor tersebut sehingga nantinya akan menjadi sektor unggulan baru. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil perhitungan Location Quontient yang termasuk ke dalam sektor basis (sektor unggulan) dengan nilai LQ lebih besar dari satu (LQ>1) yaitu : sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib, sektor real estat, sektor jasa lainnya, sektor pertambangan dan penggalian, sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial, sektor konstruksi, dan sektor informasi dan komunikasi. 2. Sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tabanan adalah sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum, sektor jasa perusahaan, sektor industri pengolahan, sektor jasa keuangan dan asuransi karena sektor-sektor tersebut memiliki nilai LQ rata-rata mendekati satu. Saran 1. Berdasarkan dari hasil pembahasan dan kesimpulan diatas peneliti dapat memberikan saran sebagai masukan bahwa sektor pertanian yang merupakan sektor pemimpin Kabupaten Tabanan harus diprioritaskan dan diberikan perhatian khusus mengingat banyak terjadinya alih fungsi lahan dan masyarakat yang mulai kurang tertarik dengan sektor ini, dikarekan sektor ini masih memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Tabanan meskipun distribusi persentasenya cenderung menurun setiap tahunnya. Berdasarkan analisis Locationt Quontient sektor pertanian merupakan sektor basis tertinggi dibandingkan dengan sektor lainnya selama tahun tetapi sektor ini termasuk sektor yang sangat lemah daya saingnya dan termasuk lambat pertumbuhannya berdasarkan analisis Shift Share. Untuk memacu pertumbuhannya yang relatif lambat mengingat sektor ini menjadi tulang punggung perekonomian karena kontribusinya yang begitu besar, diantaranya dengan memberikan pelatihan pertanian yang modern, benih yang berkualitas, pupuk bersubsidi, dan meningkatkan infrastruktur penunjang seperti : jaringan irigasi, jalan produksi dan lain sebagainya, sehingga nantinya akan meningkatkan produksi pertanian. Selain itu pemerintah Kabupaten Tabanan harus membuat kebijakan yang mampu megurangi terjadinya alih fungsi lahan seperti mengarahkan kegiatan alih fungsi lahan pertanian untuk pembangunan kawasan industri maupun perumahan pada kawasan yang kurang produktif, menyusun peraturan perundang-undangan tentang ketentuan perlindungan lahan pertanian produktif, menetapkan lokasi lahan-lahan pertanian yang dilindungi, dan mengalokasikan anggaran yang lebih benar. 2. Berdasarkan pemahaman terhadap potensi yang dimiliki Kabupaten Tabanan, maka pemerintah Kabupaten Tabanan ini diharapkan merumuskan strategi pengembangan wilayah yang paling menguntungkan untuk diterapkan di masa mendatang, yakni dengan meningkatkan sarana dan prasaranaserta mengutamakan kegiatan unggulan. Namun dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tabanan melalui sektor-sektor basis hendaknya tidak mengabaikan sektor-sektor non basis, karena dengan meningkatkan peran dari sektor non basis diharapkan sektor tersebut dapat tumbuh menjadi sektor basis dan pada akhirnya semua sektor ekonomi dapat secara bersama-sama mendukung peningkatan potensi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tabanan.

10 3. Penelitian ini hanya terbatas pada penentuan sektor basis dan non basis. Kepada peneliti berikutnya disarankan untuk melanjutkan penelitian ini menggunakan pendekatan lain atau tambahan alat analisis lainnya sehingga data yang diperoleh lebih valid hasilnya. DAFTAR PUSTAKA Adisasmita, R Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah. Yogyakarta: Graha Ilmu. Ghufron, M Analisis Pembangunan WilayahBerbasis Sektor Unggulan Kabupaten Lamongan Propinsi Jawa Timur.[Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor Jhingan, M.L Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Pratomo, S "Analisis Peran Sektor Pertanian Sebagai Sektor Unggulan di Kabupaten Boyolali Tahun ". [Skripsi]. Surakarta : Universitas Sebelas Maret. Rahmat Dimensi Strategis Manajemen Pembangunan. Yogyakarta:Graha Ilmu Saerofi, M "Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Pegembangan Sektor Potensial di kabupaten Semarang". [Skripsi]. Semarang : Universitas Negeri Semarang. Sjafrizal Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi. Padang : Baduase Media. Tarigan, R Perencanaan Pembangunan Wilayah Pendekatan Ekonomi dan Ruang. Medan : Departemen Pendidikan Nasional

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kulon Progo yang merupakan salah satu dari lima kabupaten/kota yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sektor-sektor

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Model Rasio Pertumbuhan Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) adalah salah satu alat yang digunakan untuk melakukan analisis alternatif guna mengetahui potensi kegiatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi

BAB III METODE PENELITIAN. satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada daerah Kabupaten Kubu Raya, yang merupakan satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan tolak ukur perekonomian suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi utama atau suatu keharusan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang pada umumnya termasuk di Indonesia masih memunculkan adanya dualisme yang mengakibatkan adanya gap atau kesenjangan antara daerah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakaat mengelola sumberdaya-sumberdaya

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah daerah dan masyarakaat mengelola sumberdaya-sumberdaya BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakaat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari semua hasil pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Hasil analisis Model Rasio Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur. Keadaan geografis yang berada dibawah gunung Lawu membuat kabupaten ini memiliki potensi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN 7 Desember 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN EKONOMI TAHUN 2015 TUMBUH 4,06 PERSEN MELAMBAT SEJAK EMPAT TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kabupaten Bangka Selatan tahun 2015 yang diukur

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

BAB VI SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN BAB VI SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN A. Simpulan Dengan menggunakan beberapa analisis alternatif, dapat diketahui bahwa sektor-sektor ekonomi yang menjadi sektor unggulan dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan peningkatan kesejahteraan. Pada pembangunan ekonomi di daerah, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. dan peningkatan kesejahteraan. Pada pembangunan ekonomi di daerah, tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan tolok ukur perekonomian suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi utama atau suatu keharusan

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL DI PROVINSI ACEH PERIODE

ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL DI PROVINSI ACEH PERIODE ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL DI PROVINSI ACEH PERIODE 2012-2016 Isthafan Najmi Fakultas Ekonomi, Universitas Abulyatama Email: isthafan@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Bantul periode , maka dapat disimpulkan bahwa:

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Bantul periode , maka dapat disimpulkan bahwa: BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap sektor ekonomi di Kabupaten Bantul periode 2010-2015, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Dari hasil perhitungan analisis Location

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kutai kartanegara yang merupakan salah satu dari 10 Kabupaten/ Kota di Provinsi Kalimantan Timur. Kabupaten Kutai kartanegara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa didukung adanya kegiatan kegiatan yang. indonesia tidaklah mudah, harus ada sinergi antara pemerintah dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa didukung adanya kegiatan kegiatan yang. indonesia tidaklah mudah, harus ada sinergi antara pemerintah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan suatu bangsa didukung adanya kegiatan kegiatan yang berkesinambungan dan berlanjut menuju keadaan yang lebih baik. Peran pemerintah sangat penting

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 01/08/1205/Th. VIII, 16 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar alinea keempat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar alinea keempat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 19945 alinea keempat, mengatakan bahwa fungsi dan tujuan Negara Indonesia yaitu memajukan kesejahteraan umum. Hal tersebut

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 HALAMAN SAMPUL DEPAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN... HALAMAN MOTTO... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2005, hlm Tulus Tambunan, Pembangunan Ekonomi dan Utang Luar Negeri, Rajawali Pres,

BAB I PENDAHULUAN. 2005, hlm Tulus Tambunan, Pembangunan Ekonomi dan Utang Luar Negeri, Rajawali Pres, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan pemerintah dalam proses perkembangan ekonomi untuk masing-masing Negara mempunyai tingkatan yang berbeda-beda. 1 Dalam pembangunan negara Indonesia, perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015 No. 09/09/12.77/Th.XII, 1 September 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Padangsidimpuan tahun 2015 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses saat pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumber daya yang ada dan selanjutnya membentuk suatu pola kemitraan antara

Lebih terperinci

https://binjaikota.bps.go.id

https://binjaikota.bps.go.id BPS KOTA BINJAI No. 1/10/1276/Th. XVI, 10 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA BINJAI TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Kota Binjai tahun 2015 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 31/05/35/Th.XV, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I 2017 TUMBUH 5,37 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capital) dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capital) dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2000). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang mengarah kearah yang lebih baik dalam berbagai hal baik struktur ekonomi, sikap, mental, politik dan lain-lain. Dari

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN BATU BARA

BPS KABUPATEN BATU BARA BPS KABUPATEN BATU BARA No. 01/07/1219/Th.VI, 24 Juli 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN BATU BARA TAHUN 2016 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batu Bara tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kabupaten Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kabupaten Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur yang memiliki luas 1.371,78 Km2, penggunaan wilayah Ponorogo sebagaian besar untuk area ke hutanan yaitu

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 29/05/34/Th.XVII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I 2015 TUMBUH 0,16 PERSEN MELAMBAT DIBANDING

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TAPANULI SELATAN TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI TAPANULI SELATAN TAHUN 2016 BPS KABUPATEN TAPANULI SELATAN PERTUMBUHAN EKONOMI TAPANULI SELATAN TAHUN 2016 No. 01/08/03/Th. V, 1 Agustus 2017 Kabupaten Tapanuli Selatan terdiri dari 14 kecamatan dan 248 desa/kelurahan Pertumbuhan

Lebih terperinci

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR No. 01/10/3172/Th.VIII, 7 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2015 TUMBUH 5,41 PERSEN Perekonomian Jakarta Timur tahun

Lebih terperinci

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR No. 01/10/3172/Th.VII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2014 EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2014 TUMBUH 5,98 PERSEN Release PDRB tahun 2014 dan selanjutnya

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 10/02/32/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2016 TUMBUH 5,45 PERSEN EKONOMI JAWA BARAT 2016 TUMBUH 5,67 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil pembahasan bab-bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Untuk hasil perhitungan dengan menggunakan metode Location

Lebih terperinci

Salah satu komponen esensial dari pembangunan adalah pembangunan ekonomi Penentuan target pembangunan ekonomi perlu melihat kondisi atau tingkat

Salah satu komponen esensial dari pembangunan adalah pembangunan ekonomi Penentuan target pembangunan ekonomi perlu melihat kondisi atau tingkat Analisis PDRB Kota Jambi Dr. Junaidi, SE, M.Si Dr. Tona Aurora Lubis, SE, MM Seminar: PDRB Kota Jambi Bappeda Kota Jambi, 17 Desember 2015 Pendahuluan Salah satu komponen esensial dari pembangunan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah tidak lepas dari pembangunan. yang dimiliki oleh daerahnya. Pembangunan nasional dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah tidak lepas dari pembangunan. yang dimiliki oleh daerahnya. Pembangunan nasional dilakukan untuk A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi daerah tidak lepas dari pembangunan nasional, karena pembangunan nasional di Indonesia dilakukan agar mampu menciptakan pemerataan pendapatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN EKONOMI MURUNG RAYA TAHUN

BAB II TINJAUAN EKONOMI MURUNG RAYA TAHUN BAB II TINJAUAN EKONOMI MURUNG RAYA TAHUN 2010-2014 2.1 STRUKTUR EKONOMI Penetapan SDG s Sustainable Development Goals) sebagai kelanjutan dari MDG s Millenium Development Goals) dalam rangka menata arah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah beserta masyarakatnya bersama-sama mengelola sumberdaya yang ada dan

BAB I PENDAHULUAN. daerah beserta masyarakatnya bersama-sama mengelola sumberdaya yang ada dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan proses dimana pemerintah daerah beserta masyarakatnya bersama-sama mengelola sumberdaya yang ada dan melakukan mitra kerja dengan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 34/05/35/Th.XIII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I 2015 TUMBUH 5,18 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN II-2017 EKONOMI RIAU TRIWULAN II-2017 TUMBUH 2,41 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 No. 37/08/14/Th. XVIII, 7 Agustus 2017 Perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia memiliki tanah yang subur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat

I. PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota setiap daerah dituntut untuk mampu melakukan rentang kendali dalam satu

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016 No. 1/0/33/Th.XI, 6 Februari 017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN TUMBUH 5,8 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN PERTUMBUHAN TAHUN SEBELUMNYA 17 1 A. PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2016 No. 01/08/12.77/Th.XVII, 1 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2016 Pertumbuhan Ekonomi Padangsidimpuan tahun 2016 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015 BPS KABUPATEN SERDANG BEDAGAI No. 01/10/1218/Th.VII, 10 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Serdang Bedagai tahun 2015 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sektor ekonomi yang menyusun PDRB atas harga konstan 2010 menurut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sektor ekonomi yang menyusun PDRB atas harga konstan 2010 menurut BAB III A. Obyek/Subyek Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian ini, yang digunakan sebagai obyek penelitan adalah sektor ekonomi yang menyusun PDRB atas harga konstan 2010 menurut lapangan usaha

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 12/02/61/Th.XVIII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN TUMBUH 5,02 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN TAHUN 2013 Perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Arsyad (1999), inti permasalahan yang biasanya terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Arsyad (1999), inti permasalahan yang biasanya terjadi dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Arsyad (1999), inti permasalahan yang biasanya terjadi dalam pembangunan daerah berada pada penekanan kebijakan-kebijakan pembangunan daerah dengan menggunakan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2017 No. 26/05/15/Th.XI, 5 Mei PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I- EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I- TUMBUH 4,27 PERSEN DIBANDING TRIWULAN I- Perekonomian Provinsi Jambi yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Pertumbuhan ekonom i biasanya hanya diukur berdasarkan kuantitas

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Pertumbuhan ekonom i biasanya hanya diukur berdasarkan kuantitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonom i pada dasarnya memiliki perbedaaan dengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonom i biasanya hanya diukur berdasarkan kuantitas seperti peningkatan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI LABUHANBATU TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI LABUHANBATU TAHUN 2015 BPS KABUPATEN LABUHANBATU No. 01/10/1207/Th. IX, 6 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI LABUHANBATU TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Labuhanbatu Tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016 No. 12/02/51/Th. XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN EKONOMI BALI TAHUN TUMBUH 6,24 PERSEN MENINGKAT JIKA DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA. Perekonomian Bali tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT 10/02/32/Th. XVIII, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN TUMBUH 5,03 PERSEN Perekonomian Jawa Barat tahun yang diukur berdasarkan Produk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejajar dengan bangsa-bangsa maju

I. PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejajar dengan bangsa-bangsa maju I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk dapat mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejajar dengan bangsa-bangsa maju lainnya sehingga dapat

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN MALINAU

BPS KABUPATEN MALINAU BPS KABUPATEN MALINAU No. 03/07/6501/Th.I, 19 Juli 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI MALINAU TAHUN 2016 EKONOMI MALINAU TAHUN 2016 TUMBUH 1,71 PERSEN Perekonomian Malinau tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 No. 17/05/31/Th.IX, 15 MEI 2010 No. 7/10/3171/Th.VII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 Release PDRB tahun 2014 dan selanjutnya menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA 2008

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DAIRI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DAIRI TAHUN 2015 BPS KABUPATEN DAIRI No. 01/10/1210/Th. IX, 3 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DAIRI TAHUN 2015 Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Dairi tahun 2015, diukur berdasarkan laju pertumbuhan Produk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Majalengka yang merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Tatar Pasundan Provinsi Jawa Barat. Objek yang ada

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH),

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH), KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH), 2010-2016 A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4 848 847.7 5 422 596.4 6 137 535.9 6 879 709.2 7 610 994.1 8 399 150.1

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT 14

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT 14 ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MURUNG RAYA MENURUT 14 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 16,51 x 21,59 cm : xvi + 115 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik, BPS Kabupaten Murung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2016 No. 09/02/14/Th. XVIII, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN EKONOMI RIAU TAHUN TUMBUH 2,23 PERSEN MEMBAIK DIBANDINGKAN TAHUN SEBELUMNYA (0,22 PERSEN) Perekonomian Riau tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan dalam suatu wilayah agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan memerlukan perencanaan yang akurat dari pemerintah. Upaya dalam meningkatkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2015 BPS KOTA TANJUNGBALAI No. 01/10/1272/Th.XVI, 10 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Kota Tanjungbalai Tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2017

Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI GORONTALO Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan III-217 Ekonomi Gorontalo Triwulan III- 217 tumbuh 5,29 persen Perekonomian Gorontalo berdasarkan besaran Produk Domestik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 31/05/35/Th.XIV, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2016 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I 2016 TUMBUH 5,34 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN I-2015 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 16/2/Th.XIX, 5 Februari 216 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN IV- TUMBUH 5,4 PERSEN TERTINGGI SELAMA TAHUN EKONOMI INDONESIA TAHUN TUMBUH 4,79 PERSEN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014 Persen (%) No. 29/05/75/Th.IX, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I- 2015 Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014 Perekonomian Gorontalo yang

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2015

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2015 BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH No. 02/12/1204/Th. XIX, 1 Desember 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2015 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2015 sebesar 5,08 persen

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang tercakup dalam

METODE PENELITIAN. bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang tercakup dalam 28 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang tercakup dalam penelitian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/10/31/75/Th. V, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2014 tumbuh 6,24 persen. Pada tahun 2014, besaran Produk

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Barat Triwulan I 2017 Terhadap Triwulan I 2016 (y on y)

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Barat Triwulan I 2017 Terhadap Triwulan I 2016 (y on y) BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 29/05/76/Th. XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI BARAT TRIWULAN I-2017 EKONOMI SULAWESI BARAT TRIWULAN I-2017 SECARA Q TO Q TERKONTRAKSI 7,48 PERSEN, NAMUN SECARA

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 07/02/53/Th.XIX, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2015 EKONOMI NTT TAHUN 2015 TUMBUH 5,02 PERSEN Perekonomian NTT tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEREKONOMIAN ANTAR KABUPATEN/KOTA

BAB V ANALISA PEREKONOMIAN ANTAR KABUPATEN/KOTA BAB V ANALISA PEREKONOMIAN ANTAR KABUPATEN/KOTA 5.1. PEREKONOMIAN MASING-MASING KABUPATEN/KOTA. Nilai tambah yang dihasilkan dari seluruh aktivitas ekonomi di suatu daerah selama satu tahun sangat dipengaruhi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014 No. 11/02/15/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH 7,9 PERSEN KINERJA POSITIF YANG TERUS TERJAGA DALAM KURUN LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2016 No. 027/05/16/Th.X, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2016 EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2016 TUMBUH 0,56 PERSEN DIBANDING TRIWULAN IV-2015 Perekonomian Provinsi Jambi yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 64/11/16/Th.XVII, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015 EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015 TUMBUH 4,89 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

BPS KABUPATEN LANGKAT No. 01/11/1213/Th. IX, 1 Nopember 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2015 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Langkat tahun 2015 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik

Lebih terperinci

PENENTUAN POTENSI EKONOMI DI PRABUMULIH DAN OKU BERDASARKAN INDIKATOR PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

PENENTUAN POTENSI EKONOMI DI PRABUMULIH DAN OKU BERDASARKAN INDIKATOR PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) Volume 21 Nomor 1, 2017 51 PENENTUAN POTENSI EKONOMI DI PRABUMULIH DAN OKU BERDASARKAN INDIKATOR PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) Novy Anggraini 1 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Dwi Sakti Baturaja ABSTRACT

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 26/05/Th.XIX, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017 EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017 TUMBUH 5,11

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi mengharuskan Indonesia dituntut siap dalam bersaing dengan

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi mengharuskan Indonesia dituntut siap dalam bersaing dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi mengharuskan Indonesia dituntut siap dalam bersaing dengan negara-negara lain di Asia maupun di dunia. Dalam hal ini diperlukan perekonomian yang kuat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu tujuan nasional yaitu memajukan kesejahteraan umum, seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. satu tujuan nasional yaitu memajukan kesejahteraan umum, seperti yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi nasional sebagai upaya untuk membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk mewujudkan salah satu tujuan nasional yaitu memajukan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA PUSAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA PUSAT TAHUN 2014 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA PUSAT TAHUN 2014 No. 01/10/Th. XV, Oktober 2015 Perekonomian Kota Jakarta Pusat pada selang waktu 2011-2014 yang diukur berdasarkan PDRB

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 10/02/61/Th.XX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN IV- TUMBUH 3,77 PERSEN TERENDAH SELAMA TAHUN EKONOMI KALIMANTAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 TUMBUH 1,11 PERSEN LEBIH BAIK DIBANDING TRIWULAN III/2015 No. 054/11/14/Th.XVII, 7 November 2016 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA No.01/10/31/75/Th. VI, 7 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2015 Ekonomi Jakarta Utara Tahun 2015 tumbuh 5,61 persen. Pada tahun 2015, besaran Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 65/11/32/Th.XVII, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015 TUMBUH 5,03 PERSEN Perekonomian Jawa Barat pada Triwulan

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG TAHUN

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG TAHUN ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG TAHUN 2007-2011 JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Bakhtiar Yusuf Ghozali 0810210036 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TAHUN 2014 No. 09/02/36/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TAHUN 2014 EKONOMI BANTEN TAHUN 2014 TUMBUH 5,47 PERSEN Perekonomian Banten tahun 2014 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT No.01/10/3174/Th.IX, 3 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2015 TUMBUH 5,96 PERSEN Trend laju pertumbuhan ekonomi Jakarta

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2017 No. 27/05/36/Th.X, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2017 EKONOMI BANTEN TRIWULAN I TAHUN 2017 TUMBUH 5,90 PERSEN LEBIH CEPAT DIBANDING TRIWULAN I TAHUN 2016 Perekonomian Banten triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TAHUN 2015 No. 11/2/36/Th.X, 5 Februari 216 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TAHUN 215 EKONOMI BANTEN TAHUN 215 TUMBUH 5,37 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA Perekonomian Banten tahun 215 yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 11/02/61/Th.XIX, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015 EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015 TUMBUH 4,81 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN TAHUN 2014

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2016 Pertanian, Kehutanan, dan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Konstruksi Perdagangan Besar dan Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014 BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT No.01/10/3174/Th.VIII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014 EKONOMI JAKARTA BARAT TAHUN 2014 TUMBUH 5,85 PERSEN Trend laju pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2015 BADAN PUSAT PUSAT STATISTIK STATISTIK KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN No. 01/11/1215/Thn.2016, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2015 Pertumbuhan ekonomi kabupaten Humbang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015 No. 29/5/13/Th.XVIII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015 EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015 TUMBUH 5,46 PERSEN Perekonomian Sumatera Barat yang diukur berdasarkan besaran

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2016 BADAN PUSAT STATISTIK No. 7/5/Th.XVIII, Mei 16 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-16 EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-16 TUMBUH,9 PERSEN Perekonomian Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2017 BPS KOTA TANJUNGBALAI No. 01/07/1272/Th.X, 5 Juli 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2017 Pertumbuhan Ekonomi Kota Tanjungbalai Tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen No. 11/02/75/Th.XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen Perekonomian Gorontalo tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci