KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN NOMOR : 04/KPTS/M/1999 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN NOMOR : 04/KPTS/M/1999 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN"

Transkripsi

1 KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN NOMOR : 04/KPTS/M/1999 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN, Menimbang : a. bahwa dalam upaya pencapaian sasaran pembangunan sektor pembangunan perumahan dan permukiman dengan peningkatan keterpaduan penyusunan rencana, program, dan kegiatan dilingkungan Departemen, Lembaga Pemerintah Non-Departemen, Pemerintah Daerah, masyarakat, dan dunia usaha, perlu dirumuskan Visi dan Misi, Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman; b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut, perlu ditetapkan Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman dengan Keputusan Menteri Negara Perumahan dan Permukiman; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman; 2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1994 tentang Badan Kebijaksanaan dan Pengendalian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Nasional; 3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 1998 tentang Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Menteri Negara; 4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 122/M Tahun 1998 tentang Pembentukan Kabinet Reformasi Pembangunan; Memperhatikan : Kesepakatan Sidang Badan Kebijaksanaan dan Pengendalian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Nasional (BKP4N) tanggal 18 Desember 1998, dalam pembahasan Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman; 1

2 MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN TENTANG KEBIJAKAN STRATEGI NASIONAL PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN. Pertama Kedua Ketiga Keempat : Menyatakan berlakunya Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman, selanjutnya disingkat KSNPP sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini. : KSNPP sebagaimana dimaksud dalam Diktum Pertama merupakan arahan dan acuan bagi penyusunan kebijakan teknis, rencana, program, dan kegiatan yang berada dan/atau terkait dalam sektor pembangunan perumahan dan permukiman di lingkungan Departemen, Lembaga Pemerintah Non-Departemen, Pemerintah Daerah, masyarakat dan dunia usaha. : Hal-hal lain yang belum cukup diatur dalam Keputusan ini akan diatur lebih lanjut oleh Menteri Negara Perumahan dan Permukiman, setelah berkonsultasi dengan Departemen atau Instansi terkait sesuai dengan bidang dan tugas serta tanggungjawab masing-masing. : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. DITETAPKAN DI : JAKARTA PADA TANGGAL : 21 APRIL 1999 MENTERI NEGARA PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN Theo L. Sambuaga Tembusan Keputusan ini disampaikan Kepada: 1. Yth. Presiden Republik Indonesia; 2. Yth. Para Menteri Kabinet Reformasi Pembangunan Republik Indonesia; 3. Yth. Para Anggota Badan Kebijaksanaan dan Pengendalian Pembangunan Perumahan dan Permukiman (BKP4N); 2

3 4. Yth. Para Gubernur KDH Tingkat I; 5. Yth. Para Bupati/Walikotamadya KDH Tingkat II; 6. Arsip. LATAR BELAKANG Kebijakan perumahan dan permukiman beserta strategi penerapannya disusun dengan maksud untuk mernberikan acuan bagi semua instansi, lembaga atau pihak-pihak terkait dalam menangani perumahan dan permukiman. Hal tersebut telah diselenggarakan sejak Pelita V yang dijabarkan dengan Kebijaksanaan dan Strategi Nasional Perumahan (KSNP), yang penekanannya masih pada lingkup perumahan saja. Selaras dengan diundangkannya UU No. 4 tahun , UU No. 1 6 Tahun , UU No. 24 Tahun , dan UU No. 23 Tahun , serta untuk mengatasi kondisi perumahan saat ini dengan segala tantangan, kendala dan peluang, sampai dengan pengembangan tugas yang meliputi lingkup permukiman, maka perlu ditentukan visi dan misi baru yang harus dicapai dengan kebijakan dan strategi sebagai yang tersusun pada bab-bab berikut. Sebagai dasar untuk mendalami kebijakan dan strategi yang harus dijalankan, maka perlu penyamaan persepsi akan arti pentingnya perumahan dan permukiman dewasa ini sebagai berikut : Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, disamping sandang, pangan, pendidikan, kesehatan dan lapangan kerja. Hal tersebut karena rumah berfungsi sebagai pelindung dan pengaman manusia dari pengaruh dan gangguan alam/cuaca maupun makhluk lain. Rumah beserta lingkungannya merupakan pusat kegiatan keluarga, pendidikan, pembentukan kepribadian dan nilai budaya bangsa serta sebagai tempat persemaian generasi yang akan datang. Disamping itu rumah beserta lingkungannya dapat melambangkan peradaban manusia dan dapat menjadi cermin jati diri dan taraf hidup penghuninya sebagai gambaran perikehidupan dan penghidupannya 5 yang menyeluruh. Prasarana dan sarana lingkungan serta utilitas umum keberadaannya sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kegiatan manusia untuk mendukung perikehidupan dan penghidupannya. 1 Tentang Perumahan dan Permukiman 2 Tentang Rumah Susun (Kondominium) 3 Tentang Penataan Ruang 4 Tentang Lingkungan Hidup 5 Perikehidupan dan penghidupan dapat diindikasikan dari kegiatan social, budaya dan ekonomi dalam hunian maupun lingkungan usahanya. 3

4 Pembangunan perumahan dan permukiman dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di sektor lain (berbagai macam industri bahan bangunan), membuka kesempatan berusaha (konsultan, kontraktor, pengembang dan lain-lain), menciptakan lapangan kerja, mendukung pertumbuhan wilayah, serta menjadi sarana produksi dalam mendorong ekonomi kerakyatan melalui "home based economy". Pengertian-pengertian di atas dapat dicermati dari Undang-undang Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, yang menyatakan bahwa; PERUMAHAN adalah: Kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan PERMUKIMAN adalah: Bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan, maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. Perumahan dan permukiman tidak dapat terpisahkan dari ruang yang harus dimanfaatkannya, maka lingkup perumahan dan permukiman selain menyangkut masalah "perumahan" juga meliputi "aspek penataan ruang" 6 yang didukung dengan pengadaan prasarana dan, sarana lingkungan, serta utilitas umum sehingga membentuk fasilitas untuk kegiatan sosial-ekonomi masyarakat dalam mendukung perikehidupan dan penghidupannya, baik di kawasan perkotaan, kawasan perdesaan, maupun kawasan-kawasan tertentu. Pemanfaatan ruang terbesar dari kawasan perkotaan maupun perdesaan adalah perumahan dan permukiman, maka pembangunan perumahan dan permukiman dilaksanakan dalam rangka pembangunan perkotaan ataupun perdesaan. Pembangunnan perkotaan dilaksanakan seiring dengan pembangunan perdesaan dimaksudkan agar terjadi keseimbangan antara pembangunan yang terjadi di perkotaan dan perdesaan, sehingga diharapkan dapat tumbuh secara bersamaan dan saling mendukung, sekaligus dapat ikut mengendalikan terjadinya migrasi penduduk yang senantiasa dapat memenuhi mutu dan daya dukung kawasan/ lingkungan. 6 Aspek penataan ruang termasuk juga penatagunaan tanah, air dan udara, penatagunaan bangunan serta pengelolaan lingkungan hidup 4

5 Pembangunan perumahan dan permukiman bersifat multisekoral, oleh sebab itu untuk mewujudkan programnya dilakukan dengan pendekatan ke wilayahan dan dilaksanakan secara terdesentralisasi dalam rangka penerapan otonomi daerah secara nyata dan bertanggungjawab. Peranserta masyarakat dan swasta akan terus dipacu, sehingga pemerintah (baik pusat, maupun daerah) akan lebih berperan sebagai pengarah, pengatur, pengawas dan pendamping hingga dapat tercipta suasana yang semakin kondusif. Disamping itu agar terjadi efisiensi dan efektivitas dalam pembangunan perumahan dan permukiman, baik di kawasan perkotaan maupun di kawasan perdesaan, pelaksanaannya harus dilakukan secara terpadu (baik sektor, pembiayaan, maupun pelakunya) berdasarkan suatu Program Jangka Menengah (PJM) atau Lima Tahunan yang disusun secara transparan dengan mengikutsertakan berbagai pihak yang terlibat (pemerintah, badan usaha, masyarakat), berdasarkan suatu rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Sampai menjelang berakhirnya abad 20 pembangunan perumahan dan permukiman di Indonesia mencapai keberhasilan yang didukung dengan kebijakan untuk menerapkan pembangunan perumahan secara masal. Pembangunan masal yang dikenal sebagai "Pola Pasokan" tersebut diawali dengan penugasan kepada Perum Perumnas dalam upaya menyediakan perumahan sederhana pada tahun 1974 yang kemudian juga dikembangkan oleh para pihak pengembang swasta yang juga melayani masyarakat golongan berpenghasilan menengah keatas. Pada akhir abad 20 keterpurukan perekonomian yang melanda Indonesia tidak dapat terelakkan lagi termasuk pada sektor perumahan dan permukiman yang sebelumnya mengalami kemajuan yang pesat. Dengan berlandaskan bahwa kebutuhan perumahan dan permukiman adalah tanggungjawab masyarakat sendiri namun upaya pemenuhannya menjadi tanggungjawab bersama dengan pemerintah, maka pola pemberdayaan dengan pendampingan dalam pembangunan perumahan dan permukiman perlu mendapatkan prioritas utama untuk menumbuhkan tanggungjawab masyarakat hingga mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhan perumahan dan permukiman, serta memberikan kontribusi positif dalam menanggulangi krisis ekonomi dewasa ini. Sebagai bagian masyarakat internasional yang turut menandatangani Deklarasi Rio de Janeiro dan selalu aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diprakarsai UNCHS (Habitat) maka jiwa dan semangat yang tertuang dalam "Agenda 21" maupun "Deklarasi Habitat II" yang erat kaitannya dengan perumahan dan permukiman, menjadi bagian penting dalam perumusan kebijakan ini. Kebijakan dan Strategi Nasional dibidang perumahan dan permukiman diharapkan dapat dicapai dalam suatu tahapan waktu sebagai program jangka panjang, dan secara teknis akan dijabarkan dalam program jangka menengah dan pendek bersama-sama dengan instansi teknis terkait. 5

6 VISI, MISI, KEBIJAKAN DAN STRATEGI UMUM PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN A. Visi B. Misi SEMUA ORANG 7 MENGHUNI RUMAH YANG LAYAK DALAM LINGKUNGAN PERMUKIMAN YANG SEHAT, AMAN 8, SERASI, PRODUKTIF, DAN BERKELANJUTAN 9. Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, maka misi yang harus diemban adalah: MEMBANTU SEMUA ORANG AGAR DAPAT MENGHUNI RUMAH YANG LAYAK DALAM LINGKUNGAN PERMUKIMAN YANG SEHAT, AMAN, SERASI, PRODUKTIF, DAN BERKELANJUTAN. Dalam upaya menyelesaikan misi tersebut, seluruh kegiatan dititikberatkan untuk mencapai sasaran sebagai berikut: Terwujudnya masyarakat yang mampu memenuhi kebutuhan perumahannya dalam permukiman yang sehat, aman serasi, produktif dan berkelanjutan; Terwujudnya lingkungan perumahan dan permukiman yang sehat, aman, teratur, rukun 10, produktif, dan berkelanjutan; Terdorongnya pertumbuhan wilayah dan keserasian antar wilayah melalui pembangunan kawasan perumahan dan permukiman di perkotaan dan di perdesaan yang selaras, seimbang dan terpadu. PENJELASAN UU No. 4 Tahun 1992 menyebutkan bahwa: Pasal 5 7 Semua orang diartikan dalam satu satuan keluarga 8 Aman termasuk dalam memberikan rasa terlindung/ aman karena terjaminnya kepastian hukum 9 Sehat, aman serasi, produktif dan berkelanjutan mengandung kesesuaian dengan kondisi, tantangan, kendala, peluang di masing-masing wilayah. 10 Teratur dan rukun merupakan perwujudan dari keserasian dalam lingkungan perumahan dan permukiman 6

7 Ayat 1 : Setiap warga negara mempunyai hak untuk menempati dan/ atau menikmati dan/ atau memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur. Ayat 2 : Setiap warga negara mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk berperan serta dalam pembangunan perumahan dan permukiman. Pasal 29 : Setiap warga negara mempunyai hak dan kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk berperan serta dalam pembangunan perumahan dan permukiman. C. Kebijakan Umum: Untuk melaksanakan misi tersebut di atas maka kebijakan umum ditetapkan sebagai berikut: PEMENUHAN KEBUTUHAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN MENJADI TANGGUNGJAWAB BERSAMA 11, WALAUPUN KEBUTUHAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN PADA DASARNYA ADALAH TANGGUNGJAWAB MASYARAKAT, DIMANA PERAN KHAS PEMERINTAH ADALAH MELAKUKAN PENGATURAN 12 DAN PENGAWASAN DALAM PEMBANGUNAN UNTUK MENCIPTAKAN IKLIM YANG KONDUSIF 13 ; PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN MENGACU PADA PRINSIP-PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN, MELALUI RENCANA TATA RUANG WILAYAH YANG DINAMIS DAN RESPONSIF, SERTA PENATA GUNAAN TANAH, AIR DAN UDARA UNTUK MENCAPAI KELAYAKAN SEBAGAI HUNIAN, BAIK DIPERKOTAAN MAUPUN PERDESAAN. D. Strategi Umum: Agar visi perurrahan dan permukiman tersebut di atas dapat segera dicapai, maka strategi umum yang dipilih adalah : PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PENINGKATAN PERAN PELAKU PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN BAIK DI SEKTOR FORMAL MAUPUN NON - FORMAL DALAM PENATAAN DAN 11 Bersama diartikan sebagai semua pihak (stake holders) baik pelaku maupun penye lenggara 12 Pengaturan ini mencakup konsep keadilan dan transparansi, disamping itu pengaturan dan pengawasan yang baik secara otomatis akan membawakan prinsip-prinsip pembinaan. 13 Penciptaan iklim yang kondusif antara lain dilakukan dengan menerapkan penghargaan dan sanksi, serta mendudukan pembangunan perumahan dan permukiman dalam sistim pembangunan nasional yang dapat saling memacu dari antaranya. 7

8 PENGELOLAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN 14 BAGI MASYARAKAT KHUSUSNYA YANG BERPENDAPATAN RENDAH; PEMBERIAN KEWENANGAN KEPADA PEMERINTAH DAERAH UNTUK MENGATUR DAN MENGAWASI PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI WILAYAH MASING-MASING SESUAI DENGAN KEBUTUHAN DAN POTENSI MASING-MASING DENGAN TETAP MEMPERHATIKAN KESERASIAN ANTAR WILAYAH 15. PENJELASAN : Strategi tersebut antara lain dilaksanakan dengan menciptakan komunikasi yang terintegrasi sebagai jejaring 16 di daerah, hingga masyarakat serta para pelaku pembangunan perumahan dan permukiman secara mandiri mampu mendudukkan hak dan kewajibannya yang terorganisasikan untuk memenuhi kebutuhan perumahan dan permukiman. KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN NASIONAL (Sebagai panduan, untuk dijabarkan dalam kebijakan teknis oleh instansi teknis berwenang) A. KEBIJAKAN (1) : PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN YANG LAYAK DAN TERJANGKAU BAGI SELURUH LAPISAN MASYARAKAT DENGAN MENGUTAMAKAN MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH. STRATEGI: a. Meningkatkan aksesibilitas bagi masyarakat banyak untuk dapat menghuni rumah yang layak dalam lingkungan permukiman yang sehat dan lestari; b. Mendorong dan mempercepat ketersediaan perumahan dan permukiman yang terencana, terpadu, dan produktif melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pembangunan dengan 14 Penataan dan pengelolaan perumahan dan permukiman diselenggarakan melalui pendekatan TRIBINA (Bina Manusia, Bina Lingkungan, dan Bina Usaha) yang meliputi antara lain Peningkatan keterampilan masyarakat, penyediaan dan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman, dan pembinaan usaha bersama serta usaha kecil. 15 Keserasian antar wilayah sesuai dengan semangat desentralisasi dengan otonomi penuh di pemerintah daerah. 16 Jejaring salah satunya dapat dilakukan dengan kemitraan serta pemanfaatan sistem informasi 8

9 mengakomodasikan harapan dan kemampuan masyarakat serta menerapkan teknologi tepat guna 17 ; c. Mengembangkan dan mempercepat terwujudnya lingkungan hunian yang berimbang dan serasi di perkotaan dan perdesaan dengan memperhatikan aspek sosial, budaya dan ekonomi setempat, melalui penerapan rencana penataan bangunan yang terintegrasi dalam rencana tata ruang dan pengelolaan lingkungan yang partisipatif ; d. Mendorong pembangunan perumahan dan permukiman ke arah vertikal untuk daerah yang berkepadatan tinggi, terutama di kotakota besar dan metropolitan. PENJELASAN: Aksesibilitas, diartikan sebagai kemudahan pelayanan serta pendekatan pada keterjangkauan, antara lain melalui pengembangan paket perkreditan yang dapat menjangkau masyarakat baik di perkotaan maupun perdesaan. Layak, tidak terlepas dari standar minimal kesehatan, sosial, budaya, ekonomi dan kualitas teknis yang berdasarkan kondisi setempat. Layak berarti harus dapat memberikan kepastian lokasil penempatan dan hak penghunian serta kepemilikan rumah. Mempercepat ketersediaan rumah/hunian dapat dicapai melalui peningkatan peran serta semua pihak terutama masyarakat luas dalam penyediaan perumahan dan permukiman, dimulai dengan mendorong dan mengembangkan usaha untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang berpenghasilan rendah melalui pemberdayaan dan pendampingan baik di perkotaan maupun di perdesaan. Secara khas antara lain dapat mengembangkan perintisan unit produksi bahan bangunan lokal di perdesaan atau di perkotaan, yapg penerapannya harus tetap memperhatikan kondisi dan kemampuan daerah setempat. Upaya pemberdayaan masyarakat perlu ditempuh antara lain melalui pembangunan perumahan dan permukiman dengan pendekatan kawasan (dalam "kawasan pemberdayaan" yang ditetapkan), diselenggarakan dengan mengacu pada suatu rencana yang disusun secara partisipatif oleh masyarakat, dan terjamin kelangsungannya dengan dukungan program terpadu. Ketersediaan dapat dicapai dengan pembangunan rumah baru, peremajaan, relokasi dan pemukiman kembali, serta dengan upaya 17 Tepat guna dimaksudkan juga untuk mewujudkan wawasan lingkungan yang berkelanjutan 9

10 memugar/memperbaiki perumahan yang telah ada baik yang berbentuk rumah bersusun atau rumah tidak-bersusun, yang dapat dihuni dengan cara sewa atau pemilikan. Dalam mengakomodasikan harapan dan kemampuan masyarakat perlu didukung dengan peningkatan layanan aparat pemerintah daerah yang bersih, terbuka, bijaksana, dan mengacu pada misi pembangunan tidak hanya sekedar menjalankan konstitusi peraturan saja, serta tetap memperhitungkan kondisi/potensi setempat. Rencana penataan bangunan dan pengelolaan lingkungan dimaksudkan untuk mewujudkan bangunan dan lingkungan yang layak huni, ramah lingkungan, berjati diri, produktif dan mencapai keserasian bangunan serta keselamatan bangunan & tertib pembangunan. Pembangunan kearah vertikal dapat dalam bentuk "rumah susun" (pemilikan bersama) atau rumah bersusun sewa (rusunawa), yang untuk mewujudkannya tetap harus memperhatikan kondisi sosial, budaya, dan ekonomi calon penghuni serta tetap mengacu pada persyaratan teknis yang berlaku. B. KEBIJAKAN (2): PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN 18 YANG BERKELANJUTAN DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN, DALAM RANGKA PEMBANGUNAN PERKOTAAN DAN PERDESAAN YANG SEIMBANG MENUJU TERBENTUKNYA SISTEM PERMUKIMAN NASIONAL YANG MANTAP. STRATEGI: a. Mempercepat tersedianya Rencana Tata Ruang Wilayah 19 dan Rencana Tata Ruang Terperinci, yang transparan, dinamis, responsif, dan berkeseimbangan antara wilayah perkotaan dan perdesaan sebagai acuan bagi pembangunan perumahan dan permukiman yang berkelanjutan, efisien dan efektif; b. Mendorong penyediaan dan peningkatan prasarana dan sarana lingkungan serta utilitas umum sebagai pemenuhan kebutuhan dasar serta pemacu pertumbuhan kawasan perumahan dan permukiman perkotaan dan perdesaan yang seimbang, serasi, dan lestari; 18 Perumahan dan permukiman dapat dalam lingkup lingkungan maupun kawasan. 19 Wilayah melingkupi perkotaan atau pedesaan 10

11 c. Medorong pembangunan dan pengelolaan perumahan dan permukiman oleh masyarakat, yang memenuhi fungsi, tatanan dan daya dukung lingkungan, kondisi sosial budaya setempat, serta dengan memanfaatkan sumber daya alam (SDA) dan sumber daya buatan secara terkendali dan ramah lingkungan; d. Mendorong terbentuknya dan terbangunnya kawasan kegiatan usaha di kawasan perkotaan dan perdesaan yang menampung segenap unsur perekonomian rakyat dalam rangka mendukung pusat-pusat kegiatan nasional, wilayah, maupun lokal. PENJELASAN: Rencana Tata Ruang Wilayah termasuk penatagunaan tanah, air, dan udara, serta penataan bangunan harus secara jelas menetapkan batas dan sistem yang ditentukan berdasarkan aspek fungsional kawasannya, serta fungsi pemanfaatannya hingga mampu memberikan kepastian hak peruntukannya. Disamping itu juga harus mampu melindungi peruntukan ruang dan tanah bagi masyarakat khususnya golongan berpenghasilan rendah. Penyediaan dan peningkatan prasarana lingkungan dalam skala primer atau yang dinilai belum mampu dilakukan oleh masyarakat secara mandiri menjadi tanggungjawab pemerintah. Penyediaan sarana lingkungan serta utilitas umum sebagai kebutuhan dasar diprioritaskan untuk masyarakat yang berpenghasilan rendah hingga dapat lebih memberikan layanan yang berkeseimbangan. Lestari dimaksudkan sebagai kondisi yang secara menerus dikelola secara benar dan berkelanjutan, memperhatikan SDA yang ada, dalam hal ini juga diperhatikan pola penataan air dalam konservasi, pemanfaatan dan pengelolaanya dalam kawasan perumahan dan permukiman (termasuk mempertahankan fungsi lahan produktif dan lindung, dalam pembangunan perumahan dan permukiman). C. KEBIJAKAN (3): PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PENINGKATAN PERAN SERTA PARA "PETARUH" 20 DALAM PEMBANGUNAN 21 PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN 20 Para Petaruh yang diartikan sebagai "Stake holder" dimaksudkan adalah penyelenggara dan pelaku yang terlibat baik dari, pemerintahan, dunia usaha, maupun masyarakat profesional dan pemeduli perumahan dan permukiman 21 Pembangunan meliputi penyediaan dan/atau peningkatan kualitas perumahan dan permukiman yang ada 11

12 STRATEGI: a. Meningkatkan kesadaran dan tanggungjawab sosial dari semua pihak termasuk pemerintah dan swasta dalam rangka menciptakan iklim pembangunan yang kondusif; b. Membuka peluang yang seluas-luasnya dan seadil-adilnya bagi semua pihak dan lapisan masyarakat dengan meningkatkan peran pengusaha kecil, menengah dan koperasi, serta kelompok masyarakat dalam penyediaan dan pemanfaatan perumahan dan permukiman ; c. Meningkatkan dan menciptakan kemudahan ke sumber daya kunci dalam pembangunan perumahan dan permukiman bagi semua pihak. PENJELASAN: Kesadaran dan tanggungjawab sosial didorong dan dikembangkan melalui berbagai aktifitas bersama masyarakat khususnya yang berpenghasilan rendah. Kesadaran dan tanggungjawab sosiai, ditumbuh kembangkan di Masyarakat perkotaan maupun perdesaan antara lain melalui penyelenggaraan sistem Informasi dan Komunikasi serta pembinaan yang memadai, dimaksudkan untuk mempercepat pencapaian kemandirian masyarakat terutama dalam sektor perumahan dan permukiman. Penyelenggaraannya dilakukan secara bertahap melalui peningkatan kesadaran penuh dari para pembina, pembimbing, dan pendamping masyarakat mulai dari tingkat nasional sampai tingkat operasional di daerah. Di samping itu penyelenggara-annya dilakukan secara terpadu sebagai jejaring yang tidak terpisahkan satu dengan lainnya hingga tercapai efektifitas dan efisiensi. Peluang yang dimaksudkan adalah peluang melaksanakan pembangunan (bukan hanya menikmati hasil pembangunan) yaitu kesempatan untuk secara aktif ikut menciptakan nilai tambah lingkungan yang diberikan secara adil kepada semua pihak. Dalam penerapannya tetap memperhatikan pola-pola pengadaan rumah yang tumbuh dan berkembang di masyarakat Kemudahan ke sumber daya kunci, diselenggarakan dengan mendorong dan mengembangkan pola kemitraan antar para pelaku dan penyelenggara pembangunan perumahan dan permukiman yang berkeadilan (cenderung berpihak pada kelompok masyarakat yang kurang mampu). 12

13 D. KEBIJAKAN (4): PEMANTAPAN KELEMBAGAAN DAN POLA PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN SECARA TERPADU STRATEGI 22 : a. Memantapkan peran aktif pemerintah daerah dalam pembangunan perumahan dan permukiman sebagai pelaksanaan otonomi yang nyata, dinamis dan bertanggungjawab; b. Meningkatkan kemampuan penyelenggara dan pelaku pembangunan termasuk pendamping masyarakat agar dapat menyelenggarakan pembangunan perumahan dan permukiman secara professional; c. Mendorong dan mengembangkan peran lembaga perumahan dan permukiman yang akomodatif 23 di semua tingkatan untuk menangani pembangunan perumahan dan permukiman berskala komunitas sampai dengan skala besar; d. Mengembangkan dan memantapkan pola pengelolaan pembangunan perumahan dan permukiman yang melibatkan pihak penyelenggara, pelaku, dan pemanfaat pembangunan secara terpadu atas dasar kemitraan. PENJELASAN: Peran aktif pemerintah daerah antara lain meliputi pendataan kebutuhan perumahan; penetapan kebijakan strategi dan program; perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang, pengaturan dan pengawasan pembangunan serta pembinaan dan pendampingan pada masyarakat Pemda juga dapat mengembangkan fungsinya sampai dengan membentuk unit usaha di bidang perumahan dan permukiman sejauh belum mampu diselenggarakan oleh masyarakat atau badan usaha swasta, serta tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku. Penyelenggara yang dimaksud adalah berbagai jajaran birokratik termasuk para pengambil keputusan dan kebijakan, sedang pelaku pembangunan adalah semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pembangunan perumahan dan permukiman; peningkatan kemampuan dilakukan dengan memperhatikan kebersamaan diantara keduanya. 22 Penerapan strategi akan disesuaikan dengan Undang-undang pengganti Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. 23 Termasuk dalam membentuk lembaga baru 13

14 Lembaga perumahan dan permukiman yang akomodatif yang dimaksud adalah lembaga baik pemerintah (sesuai dengan lingkup tugasnya) maupun non pemerintah yang secara demokratis dapat mengakomodasikan berbagai kepentingan masyarakat luas. Dalam hal ini termasuk pengelola pembangunan kawasan skala besar yang berupa badan usaha milik negara dan atau badan lain yang dibentuk oleh Pemerintah yang ditugasi untuk itu. Dalam penerapannya lembaga dimaksud agar lebih response dapat melayani masyarakat luas dengan mudah, cepat, transparan dan terjangkau oleh masyarakat. Semua tingkatan terdiri dari tingkat pusat, propinsi, Kabupaten/ Kotamadya, Kecamatan, sampai ke tingkat Kelurahan atau tingkat Komunitas dilapangan. E. KEBIJAKAN (5): PENGEMBANGAN SUMBER-SUMBER DAN SISTEM PEMBIAYAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN STRATEGI: a. Mencari, memobilisasi dan mengembangkan sumber-sumber pembiayaan jangka panjang dengan lebih menggali sumber dana masyarakat; b. Mengintegrasikan sistem pembiayaan perumahan dan permukiman dengan sistem moneter termasuk sistem anggaran dan perpajakan nasional; c. Mengembangkan dan mengintegrasikan sistem dan skema pembiayaan baik formal maupun non-formal untuk pembangunan maupun penghunian perumahan dan permukiman. PENJELASAN: Mengembangkan sumber pembiayaan ditujukan agar tersedia dana murah yang cukup dan berjangka panjang secara mantap dan berkelanjutan baik di perkotaan maupun di perdesaan. Dalam penerapannya termasuk pengembangan keswadayaan yang hidup dan berkembang di masyarakat. Sumber dana masyarakat yang dimaksudkan adalah berbagai sumber dana berjangka panjang yang dikumpulkan dari masyarakat seperti antara lain dana Jamsostek, Taperum, Taspen, Astek, Asabri. 14

15 Dalam mengintegrasikan sistem pembiayaan perlu mengintensifkan sumber-sumber dana yang berasal dari pemerintah, peningkatan fasilitas pasar hipotek sekunder dan sistem perkreditan serta peran perbankan. Pada sistem pembiayaan perumahan dan permukiman tersebut perlu dipisahkan baik dari perolehannya maupun peruntukannya bagi masyarakat berpenghasilan rendah, menengah, dan tinggi. F. KEBIJAKAN (6): PENGEMBANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BIDANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN STRATEGI a. Meningkatkan, memperbaharui dan melengkapi peraturan pelaksanaan dengan lebih transparan dan mudah diikuti serta memberikan jaminan, kepastian dan perlindungan hukum pada masyarakat luas b. Mengembangkan peraturan perundang-undangan yang dapat memacu pertumbuhan iklim pembangunan oleh masyarakat sendiri dengan tetap mengutamakan pada keselamatan dan tertib pembangunan. PENJELASAN: Dalam meningkatkan, memperbaharui dan melengkapi peraturan pelaksanaan, harus diwujudkan dengan prosedur yang lebih pendek, tidak berbelit, masuk dalam sistem informasi perumahan dan permukiman yang terpadu dan transparan hingga pengawasan melekat dan pengawasan oleh masyarakat sendiri dapat melembaga. Dalam mengembangkan peraturan perundang-undangan harus dapat memberikan jaminan atas pemilikan tanah dan pemilikan bangunan serta perlindungan terutama bagi pada masyarakat yang lemah. Di samping itu dalam pengembangan perangkat peraturan harus dapat memisahkan antara keperluan pembinaan dan perolehan tambahan pendapatan daerah. Dalam memacu pertumbuhan iklim pembangunan, diperlukan sosialisasi ke lingkungan aparat pemerintah dan ke masyarakat luas dalam rangka menegakkan peraturan perundang-undangan yang dimaksud. Disamping itu dalam upaya penyelenggaraan kegiatan yang berkelanjutan, pengembangan peraturan harus dapat memacu tersedianya dana oleh masyarakat sendiri dan terwujudnya 15

16 pemerataan, pemberdayaan masyarakat dan koordinasi antar para penyelenggara dan pelaku pembangunan. Jakarta, 21 April

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT SELAKU KETUA BADAN KEBIJAKSANAAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN NASIONAL

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT SELAKU KETUA BADAN KEBIJAKSANAAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT SELAKU KETUA BADAN KEBIJAKSANAAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN NASIONAL NOMOR 01 /KPTS/BKP4N/1994 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TUGAS TUGAS

Lebih terperinci

Kebijakan Penyediaan Perumahan di Indonesia

Kebijakan Penyediaan Perumahan di Indonesia PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN RP09-1304 Kebijakan Penyediaan Perumahan di Indonesia Oleh: Rulli Pratiwi Setiawan, ST., M.Sc. RPS 2014 PAYUNG HUKUM PENYEDIAAN PERUMAHAN GLOBAL Uraian tentang deklarasi internasional

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup

Lebih terperinci

Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP)

Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP) DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH D I R E K T O R A T J E N D E R A L P E R U M A H A N D A N P E R M U KI M A N Jalan Pattimura 20, Kebayoran Baru, Jakarta 12110 Telepon: 72797023 s.d 72797027

Lebih terperinci

Permasalahan Perumahan dan Permukiman di Indonesia

Permasalahan Perumahan dan Permukiman di Indonesia Permasalahan Perumahan dan Permukiman di Indonesia A. Pertumbuhan Penduduk Laju pertambahan penduduk secara nasional tinggi (2,3% per tahun) dan penurunan jumlah jiwa per keluarga dari 4,9 jiwa/keluarga

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1996 TENTANG PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN, SERTA BENTUK DAN TATA CARA PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1996 TENTANG PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN, SERTA BENTUK DAN TATA CARA PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN WILAYAH PERMUKIMAN DENGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT studi kasus : kawasan permukiman Kalianak Surabaya

PEMBANGUNAN WILAYAH PERMUKIMAN DENGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT studi kasus : kawasan permukiman Kalianak Surabaya 1 PEMBANGUNAN WILAYAH PERMUKIMAN DENGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT studi kasus : kawasan permukiman Kalianak Surabaya Ir. Wiwik Widyo W., MT. Jurusan Teknik Arsitektur, FTSP - ITATS Jl. Arief Rachman Hakim

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa setiap orang berhak hidup

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2016-2035 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1490, 2014 KEMENPERA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Daerah. Pembangunan. Pengembangan. Rencana. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.101 2016 KESRA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Penyelenggaraan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5883) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. Bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN Disebarluaskan Oleh: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN DIREKTORAT PERENCANAAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 69 TAHUN 1996 TENTANG PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN, SERTA BENTUK DAN TATA CARA PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 69 TAHUN 1996 TENTANG PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN, SERTA BENTUK DAN TATA CARA PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 69 TAHUN 1996 TENTANG PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN, SERTA BENTUK DAN TATA CARA PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1996 TENTANG PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN, SERTA BENTUK DAN TATA CARA PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PP 69/1996, PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 69 TAHUN 1996 (69/1996) Tanggal: 3 DESEMBER 1996 (JAKARTA) Sumber: LN 1996/104; TLN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan dasar yang sampai saat ini belum dapat dipenuhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan dasar yang sampai saat ini belum dapat dipenuhi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebutuhan dasar yang sampai saat ini belum dapat dipenuhi oleh banyak pihak adalah tersedianya rumah tinggal yang layak bagi semua orang. Rumah tinggal adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan

Lebih terperinci

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992 TENTANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992 TENTANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992 TENTANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : 1. Bahwa dalam pembangunan nasional yang pada

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk memberikan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI W A L I K O T A K E D I R I PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI Menimbang WALIKOTA KEDIRI, : a. bahwa pelaksanaan pembangunan merupakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 10 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 10 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 10 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1996 Tentang : Pelaksanaan Hak Dan Kewajiban, Serta Bentuk Dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang

Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1996 Tentang : Pelaksanaan Hak Dan Kewajiban, Serta Bentuk Dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1996 Tentang : Pelaksanaan Hak Dan Kewajiban, Serta Bentuk Dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam Penataan Ruang Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 69 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal. Dimana tempat tinggal atau rumah merupakan kebutuhan dasar yang akan

BAB I PENDAHULUAN. tinggal. Dimana tempat tinggal atau rumah merupakan kebutuhan dasar yang akan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk perkotaan yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun telah menimbulkan peningkatan permintaan terhadap kebutuhan akan tempat tinggal. Dimana

Lebih terperinci

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

APLIKASI PENATAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG KOTA SESUAI KEBIJAKAN PEMERINTAH. Budiman Arif 1

APLIKASI PENATAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG KOTA SESUAI KEBIJAKAN PEMERINTAH. Budiman Arif 1 APLIKASI PENATAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG KOTA SESUAI KEBIJAKAN PEMERINTAH Budiman Arif 1 PENDAHULUAN Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun

RPJMD Kota Pekanbaru Tahun RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017 BAB V VISI, MISI, DAN V - 1 Revisi RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017 5.1. VISI Dalam rangka mewujudkan pembangunan jangka panjang sebagaimana tercantum di dalam

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN A. Visi Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan, yang mencerminkan harapan yang ingin dicapai dilandasi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TEN TANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TEN TANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TEN TANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan akan tempat tinggal semakin terasa mendesak dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan akan tempat tinggal semakin terasa mendesak dikarenakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dewasa ini kebutuhan akan tempat tinggal semakin terasa mendesak dikarenakan setiap tahunnya mengalami peningkatan sesuai dengan angka pertumbuhan jumlah penduduknya.

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1984 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI UNIT DESA (KUD) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA.

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1984 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI UNIT DESA (KUD) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1984 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI UNIT DESA (KUD) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Menimbang a. bahwa dalam rangka pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN A. Visi Mengacu kepada Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 5 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Semarang Tahun

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 68, 2009 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5004)

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN I. UMUM Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman merupakan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KOPERASI. Usaha Mikro. Kecil. Menengah. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93)

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KOPERASI. Usaha Mikro. Kecil. Menengah. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93) No.4866 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KOPERASI. Usaha Mikro. Kecil. Menengah. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA TAHUN 2014

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.9, 2014 KEPENDUDUKAN. Transmigrasi. Wilayah. Kawasan. Lokasi. Pemukiman. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5497) PERATURAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.85, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Dana Alokasi Khusus. Perumahan dan Kawasan Pemukiman. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH 5.1 VISI DAN MISI KOTA CIMAHI. Sesuai dengan ketentuan yang diatur di dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Tenaga Kerja Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

4. Apa saja kendala dalam penyelenggaraan pemerintah? dibutuhkan oleh masyarakat? terhadap masyarakat?

4. Apa saja kendala dalam penyelenggaraan pemerintah? dibutuhkan oleh masyarakat? terhadap masyarakat? LAMPIRAN Pedoman Wawancara: 1. Bagaimana kinerja aparat desa, terutama dari Sekretaris desa dan juga kaur yang berada dibawah pemerintahan bapak? 2. Bagaimana Hubungan kepala desa dengan BPD di Desa Pohan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, Menimbang :

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2009

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH I. UMUM Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERUMAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan pemukiman, agar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan pemukiman, agar 7 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, rumah merupakan kebutuhan dasar

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TEN TANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TEN TANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2011 TEN TANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.01/MENHUT-II/2004 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.01/MENHUT-II/2004 TAHUN 2004 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.01/MENHUT-II/2004 TAHUN 2004 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT DI DALAM DAN ATAU SEKITAR HUTAN DALAM RANGKA SOCIAL FORESTRY MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH NOMOR: 24/KPTS/M/2003 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH NOMOR: 24/KPTS/M/2003 TENTANG MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH NOMOR: 24/KPTS/M/2003 TENTANG PENGADAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN DUKUNGAN FASILITAS

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 29

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 Tahun 1985 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 Tahun 1985 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 Tahun 1985 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia Menimbang: a. Bahwa untuk mewujudkan kesejahteraan umum dan peningkatan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992 TENTANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992 TENTANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992 TENTANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. a. bahwa dalam pembangunan nasional yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. No.369, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH Penyelenggaraan otonomi daerah sebagai wujud implementasi Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, memunculkan berbagai konsekuensi berupa peluang,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 74 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PERIZINAN DAN INSENTIF DALAM PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA DI KAWASAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERUMAHAN,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN DAN PENETAPAN CAPAIAN INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemanfaatan ruang wilayah nasional

Lebih terperinci

G. BIDANG PERUMAHAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN. 1. Pembiayaan 1. Pembangunan Baru

G. BIDANG PERUMAHAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN. 1. Pembiayaan 1. Pembangunan Baru G. BIDANG PERUMAHAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Pembiayaan 1. Pembangunan Baru 1. Penetapan kebijakan, strategi, dan program di bidang pembiayaan 2. Penyusunan norma, standar, pedoman, dan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1. Visi Menuju Surabaya Lebih Baik merupakan kata yang memiliki makna strategis dan cerminan aspirasi masyarakat yang ingin perubahan sesuai dengan kebutuhan, keinginan,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DENGAN TITIK BERAT PADA DAERAH TINGKAT II

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DENGAN TITIK BERAT PADA DAERAH TINGKAT II PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DENGAN TITIK BERAT PADA DAERAH TINGKAT II PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Bappeda Kota Bogor Berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan yang dilaksanakan

Lebih terperinci

: KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 53 TAHUN 2000 TENTANG GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

: KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 53 TAHUN 2000 TENTANG GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 53 TAHUN 2000 TENTANG GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN 1 PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 I. UMUM RPJMD merupakan dokumen perencanaan pembangunan Daerah untuk

Lebih terperinci