PENGARUH SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO DAN WAKTU PENYIANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L. var.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO DAN WAKTU PENYIANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L. var."

Transkripsi

1 PENGARUH SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO DAN WAKTU PENYIANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L. var. saccharata Sturt) SKRIPSI Disusun Oleh: Nama : Ari Nur Hidayat NIM : PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2017

2 HALAMAN JUDUL PENGARUH SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO DAN WAKTU PENYIANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L. var. saccharata Sturt) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Pertanian Universitas Muria Kudus untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Disusun Oleh: Nama : Ari Nur Hidayat NIM : PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2017 i

3 HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI Berjudul: PENGARUH SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO DAN WAKTU PENYIANGAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L. var. saccharata Sturt) Oleh: Nama : Ari Nur Hidayat NIM : Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 19 Agustus 2017 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima Mengetahui: Dosen Pembimbing Utama Kudus, 22 Agustus 2017 Fakultas Pertanian Universitas Muria Kudus Dekan, Ir. Zed Nahdi, M.Sc Ir. Zed Nahdi, M.Sc Dosen Pembimbing Pendamping Ir. Subur Sedjati, MP ii

4 KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays L. var. saccharata Sturt) ini dalam rangka memenuhi sebagian syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian.. Sehubungan dengan hal tersebut, penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Bapak Ir. Zed Nahdi, M.Sc selaku Ketua Komisi Sarjana dan Dosen Pembimbing Utama. 2. Ibu Ir. Subur Sedjati, MP selaku Dosen Pembimbing Pendamping. 3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Akhirnya penyusun berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca dan khususnya dapat bermanfaat bagi dunia ilmu pertanian. Kudus, 22 Agustus 2017 Penyusun iii

5 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR GAMBAR LAMPIRAN... viii DAFTAR TABEL LAMPIRAN... ix INTISARI... xii SUMMARY... xiii I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 2 C. Tujuan... 3 D. Hipotesa... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA... 4 A. Tanaman Jagung... 4 B. Jajar Legowo... 7 C. Penyiangan... 9 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Bahan dan Alat C. Metode Penelitian D. Pelaksanaan Penelitian E. Parameter Pengamatan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman Jumlah Daun iv

6 3. Bobot Brangkasan Segar per Tanaman Bobot Brangkasan Kering per Tanaman Bobot Tongkol per Tanaman Berkelobot Bobot Tongkol Segar per Petak Bobot Tongkol per Tanaman Tanpa Kelobot Panjang Tongkol per Tanaman Tanpa Kelobot Diameter Tongkol per Tanaman Tanpa Kelobot Bobot Biji Segar Per Tanaman Bobot Gulma Segar per Petak Bobot Gulma Kering per Petak B. Pembahasan Sistem Tanam Jajar Legowo Waktu Penyiangan Pengaruh Interaksi Perlakuan Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN B. SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN v

7 DAFTAR TABEL Tabel 1. Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Rerata Tinggi Tanaman Tabel 2. Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Rerata Jumlah Daun Tabel 3. Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Bobot Brangkasan Segar per Tanaman Tabel 4. Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Bobot Brangkasan Kering per Tanaman Tabel 5. Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Bobot Tongkol per Tanaman Berkelobot Tabel 6. Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Bobot Tongkol Segar per Petak Tabel 7. Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Bobot Tongkol per Tanaman Tanpa Kelobot Tabel 8. Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Panjang Tongkol per Tanaman Tanpa Kelobot Tabel 9. Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Diameter Tongkol per Tanaman Tanpa Kelobot Tabel 10. Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Bobot Biji Segar per Tanaman Tabel 11. Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Bobot Gulma Segar per Petak Tabel 12. Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Bobot Gulma kering per Petak vi

8 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Pengaruh Interaksi antara Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Bobot Tongkol per Tanaman Berkelobot (g) Gambar 2. Pengaruh Interaksi Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Bobot Tongkol per Tanaman Tanpa Kelobot (g) Gambar 3. Pengaruh Interaksi antara Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Bobot Biji Segar per Tanaman (g) vii

9 DAFTAR GAMBAR LAMPIRAN Lampiran 1. Denah Tata Letak Plot Penelitian Lampiran 2. Bagan Jarak Tanam Dalam Plot viii

10 DAFTAR TABEL LAMPIRAN Tabel Lampiran 1. Konversi Dosis Pupuk Tabel Lampiran 2. Deskripsi Varietas Jagung Manis Bonanza Tabel Lampiran 3. Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Rerata Tinggi Tanaman umur 2 MST Tabel Lampiran 4. Sidik Ragam Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Rerata Tinggi Tanaman umur 2 MST Tabel Lampiran 5. Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Rerata Tinggi Tanaman umur 4 MST Tabel Lampiran 6. Sidik Ragam Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Rerata Tinggi Tanaman umur 4 MST Tabel Lampiran 7. Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Rerata Tinggi Tanaman umur 6 MST Tabel Lampiran 8. Sidik Ragam Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Rerata Tinggi Tanaman umur 6 MST Tabel Lampiran 9. Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Rerata Jumlah Daun Umur 2 MST Tabel Lampiran 10. Sidik Ragam Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Rerata Jumlah Daun Umur 2 MST Tabel Lampiran 11. Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Rerata Jumlah Daun Umur 4 MST Tabel Lampiran 12. Sidik Ragam Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Rerata Jumlah Daun Umur 4 MST Tabel Lampiran 13. Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Rerata Jumlah Daun Umur 6 MST Tabel Lampiran 14. Sidik Ragam Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Rerata Jumlah Daun Umur 6 MST ix

11 Tabel Lampiran 15. Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Bobot Brangkasan Segar per Tanaman Tabel Lampiran 16. Sidik Ragam Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Bobot Brangkasan Segar per Tanaman Tabel Lampiran 17.Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Bobot Brangkasan Kering per Tanaman Tabel Lampiran 18. Sidik Ragam Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Bobot Brangkasan Kering per Tanaman Tabel Lampiran 19. Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Bobot Tongkol per Tanaman Berkelobot Tabel Lampiran 20. Sidik Ragam Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Bobot Tongkol per Tanaman Berkelobot Tabel Lampiran 21. Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Bobot Tongkol Segar per Petak Tabel Lampiran 22. Sidik Ragam Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Bobot Tongkol Segar per Petak Tabel Lampiran 23. Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Bobot Tongkol per Tanaman Tanpa Kelobot Tabel Lampiran 24. Sidik Ragam Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Bobot Tongkol per Tanaman Tanpa Kelobot Tabel Lampiran 25. Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Panjang Tongkol per Tanaman Tanpa Kelobot Tabel Lampiran 26. Sidik Ragam Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Panjang Tongkol per Tanaman Tanpa Kelobot Tabel Lampiran 27. Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Diameter Tongkol per Tanaman Tanpa Kelobot x

12 Tabel Lampiran 28. Sidik ragam Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Diameter Tongkol per Tanaman Tanpa Kelobot Tabel Lampiran 29. Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Bobot Biji Segar per Tanaman Tabel Lampiran 30. Sidik ragam Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Bobot Biji Segar per Tanaman Tabel Lampiran 31. Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Bobot Gulma Segar per Petak Tabel Lampiran 32. Sidik ragam Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Bobot Gulma Segar per Petak Tabel Lampiran 33. Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Bobot Gulma Kering per Petak Tabel Lampiran 34. Sidik Ragam Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Bobot Gulma Kering per Petak Tabel Lampiran 35. Komposisi Gulma Total xi

13 INTISARI Penelitian yang bertujuan untuk menelaah pengaruh sistem tanam jajar legowo dan waktu penyiangan terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis (Zea mays L. var. saccharata Sturt) ini dilaksanakan di Desa Jati Kulon, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Provinsi Jawa Tengah, dengan ketinggian tempat 11 meter di atas permukaan laut, jenis tanah aluvial dengan ph 6, sejak bulan April sampai Juni Penelitian ini menggunakan metode percobaan faktorial dengan dasar Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) yang terdiri atas dua faktor sebagai perlakukan dan 3 blok sebagai ulangan. Faktor yang pertama adalah sistem tanam Jajar Legowo (J) yang terdiri atas 2 aras, yakni: jajar legowo 2:1 (J 1 ) dan jajar legowo 3:1 (J 2 ). Faktor yang kedua adalah waktu penyiangan (W) yang terdiri atas 4 aras, yakni: pada umur 14 hst (W 1 ), 21 hst (W 2 ), 28 hst (W 3 ) dan 35 hst (W 4 ), ditambah dengan 1 perlakuan kontrol yang berupa kombinasi antara tata-letak tanam konvensional dan tanpa penyiangan (J 0 W 0 ), sehingga terdapat 9 kombinasi perlakuan. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, bobot brangkasan segar dan kering per tanaman, bobot tongkol per tanaman berkelobot, bobot tongkol segar per petak, bobot tongkol per tanaman tanpa kelobot, panjang tongkol per tanaman tanpa, diameter tongkol tanpa kelobot, bobot biji segar per tanaman, bobot gulma segar, bobot gulma kering. Hasil analisis penelitian ini menunjukkan, bahwa sistem tanam jajar legowo berpengaruh nyata terhadap bobot tongkol per tanaman berkelobot dan tanpa kelobot dan bobot biji segar per tanaman. Adapun waktu penyiangan berpengaruh nyata terhadap bobot brangkasan segar per tanaman, bobot tongkol per tanaman berkelobot dan tanpa kelobot, serta bobot biji segar per tanaman. Interaksi terjadi antara sistem tanam jajar legowo dan waktu penyiangan, baik pada bobot tongkol per tanaman berkelobot dan tanpa kelobot, serta bobot biji segar per tanaman.. xii

14 SUMMARY This research that aims at studying the effect of Jajar Legowo planting system and weeding time on the growth and yield of sweet corn (Zea mays L. var. saccharata Sturt), was conducted at Jati Kulon Village, Jati Sub-district, Kudus District, Central Java Province, on an altitude of 11 meters above sea leve under alluvial soil of a ph of 6.0, taking place from April until June The experimental method applied in this research was the factorial model based on the Randomized Complete Block Design (RCBD) involving two factors as treatments and three blocks as replications. The first factor which was the Legowo Row planting system (L) consisted of two following levels: Jajar Legowo 2:1 (J 1 ) and Jajar Legowo 3:1 (J 2 ), while the second factor that was the weeding time (W) was divided into four following levels: at the 14 th day after planting, or dap (W 1 ), the 21 st dap (W 2 ), the 28 th dap (W 3 ), and the 35 th dap (W 4 ), which was followed with additional plot in which the conventional plant spacing was combined with zero weeding (J 0 W 0 ) as control, that made up nine combinations. The parameters measured were: the plant height, the number of leaves, the fresh and dry weights of the vegetative parts per plant, the weight of unpeeled and peeled ears per plant, the fresh weight of ears per plot, the ear length and diameter of peeled ears, the fresh weight of seeds per plant, and the fresh and dry weights of weeds. It was found out at the end of this research, that the Jajar Legowo planting system significantly affected both the weights of unpeeled and peeled ears per plant and the fresh weight of seeds per plant, while the weeding time significantly affected the fresh weight of the vegetative parts per plant, the weights of unpeeled and peeled ears per plant, as well as the fresh weight of seeds per plant. Interactions were observed between the Jajar Legowo planting system andthe weeding time, on the weights of both the unpeeled and peeled ears per plant, and the fresh weight of seeds per plant. xiii

15 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung merupakan salah satu bahan pangan pokok yang juga memiliki banyak manfaat ekonomi (Purwono dan Hartono, 2005). Sejak 2014, pemerintah Indonesia berusaha mewujudkan kedaulatan pangan, salah satunya adalah komoditas jagung (Kementerian Pertanian Republik Indonesia, 2015). Salah satu jenis jagung yang menjadi favorit adalah jagung manis (Syukur dan Azis, 2013). Seiring dengan semakin banyaknya toko-toko swalayan, meningkat juga permintaan jagung manis oleh pelanggan swalayan. Dari bulan Januari hingga November 2015 tercatat Indonesia masih melakukan impor jagung manis sebanyak ton dalam bentuk beku, mentah, pengawetan dan sebagainya (BPS, 2016). Ini sebenarnya bisa menjadi peluang bagi para petani di dalam negeri untuk membudidayakan jagung manis, agar kedepannya Indonesia bisa mengurangi impor jagung manis atau malah mengekspor jagung manis. Selain rasanya yang enak, jagung manis juga bermanfaat untuk kesehatan karena dapat mencegah penyakit diabetes mellitus dan obesitas (Syukur dan Azis, 2013). Kandungan gizi dalam 100 g jagung manis adalah 76,05 g air; 86 kkal energi; 3,27 g protein; 1,35 g lemak; 18,70 g karbohidrat; 2,0 g serat; 6,26 g gula; 2 mg kalsium (Ca); 0,52 mg zat besi (Fe); 37 mg magnesium (Mg); 89 mg fosfor (P); 270 mg kalium (K); 15 mg sodium (Na); 0,46 mg Seng (Zn); 6,8 mg vitamin C; 0,155 mg thiamin; 0,055 mg riboflavin; mg niacin; 0,093 mg vitamin B6; 42 pg folat; 187 IU vitamin A; 0,07 mg vitamin E; 0,3 pg vitamin K; 0,325 g asam lemak total jenuh; 0,432 g asam lemak jumlah monounsaturated; 0,487 g asam lemak polyunsaturated (sumber: USDA Nutrient Database). Dalam membudidayakan tanaman jagung manis, perlu diperhatikan prinsip usaha tani yang meliputi penggunaan benih bermutu, penyiapan lahan, penanaman, pemupukan, pengendalian OPT, pengairan dan panen (Murni dan Arief, 2008). Teknik penanaman melalui pengaturan jarak tanam diharapkan dapat meningkatkan produksi (Gardner et al, 1991 dalam Susilowati, 2011). Salah satu bentuk pengaturan jarak tanam yang lazim digunakan oleh petani dan diharapkan meningkatkan hasil tanaman adalah pola jajar legowo (Anonim, 2012). 1

16 2 Jajar legowo didesain untuk meningkatkan produktivitas tanaman melalui peningkatan populasi tanaman dan pemanfaatan efek tanaman tepi. Berbeda dengan padi, penerapan jajar legowo pada tanaman jagung lebih diarahkan pada peningkatan penerimaan intensitas cahaya matahari untuk mengoptimalkan fotosintesis dan asimilasi serta memudahkan pemeliharaan tanaman (Anonim, 2016). Adanya legowo yang memanjang pada sistem jajar legowo akan meningkatkan penerimaan cahaya dan CO 2 ke dalam pertanaman maka akan meningkat pula metabolisme tanaman, sehingga produksi tanaman lebih optimal (Arief, 2015). Pengaturan jarak tanam harus diimbangi dengan adanya pengendalian gulma di lahan jagung, karena gulma merupakan pesaing bagi tanaman yang dibudidayakan. Pengendalian gulma harus dilakukan pada saat yang tepat dan cara yang sesuai, untuk itu perlu diketahui periode kritis agar pengendalian dapat efektif dan efisien (Simaremare, 2010; Tursun et al, 2015). Adapun menurut Rahayu et al (2003), periode kritis tanaman jagung manis terhadap kompetisi gulma adalah pada umur hari setelah tanam (hst). Persaingan gulma pada periode kritis akan menurunkan pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis. Penyiangan mempunyai manfaat yang besar bagi tanaman jagung, karena penyiangan dapat memperkecil penurunan hasil dan mutu biji jagung akibat dari persaingan tanaman jagung dengan gulma dan senyawa allelopati yang dikeluarkan gulma dapat menjadi racun bagi tanaman (Anonim, 2015). Berdasarkan uraian diatas, maka penyusun bermaksud melakukan penelitian tentang pengaruh sistem tanam jajar legowo dan waktu penyiangan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis (Zea mays L. var. saccharata Sturt). B. Rumusan Masalah 1. Apakah sistem tanam Jajar Legowo berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis (Zea mays L. var. saccharata Sturt)?

17 3 2. Apakah waktu penyiangan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis (Zea mays L. var. saccharata Sturt)? 3. Apakah ada interaksi antara sistem tanam Jajar Legowo dan waktu penyiangan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis (Zea mays L. Var. saccharata Sturt)? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengaruh sistem tanam Jajar Legowo terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis (Zea mays L. var. saccharata Sturt). 2. Untuk mengetahui pengaruh waktu penyiangan terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis (Zea mays L. var. saccharata Sturt). 3. Untuk mengetahui interaksi antara sistem tanam Jajar Legowo dan waktu penyiangan terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis (Zea mays L. var. saccharata Sturt). D. Hipotesa 1. Diduga perlakuan sistem tanam Jajar Legowo berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis (Zea mays L. var. saccharata Sturt). 2. Diduga perlakuan waktu penyiangan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis (Zea mays L. var. saccharata Sturt). 3. Diduga terjadi interaksi antara perlakuan sistem tanam Jajar Legowo dan waktu penyiangan terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis (Zea mays L. var. saccharata Sturt).

18 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Jagung 1. Taksonomi Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis adalah salah satu jenis jagung dan masih termasuk dalam keluarga Gineae. Klasifikasi dari tanaman jagung manis dijelaskan sebagai berikut (Purwono dan Hartono, 2005; Riwandi et al, 2014): Kerajaan : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermathopyta (tumbuhan berbiji) Sub divisi : Angiospermae (berbiji tertutup) Kelas Ordo Famili Genus : Monocotyledonae (berkeping satu) : Gineae (rumput-rumputan) : Ginaceae : Zea Spesies : Zea mays L. Varietas : saccharata Sturt 2. Morfologi Tanaman Jagung a. Akar Tanaman jagung memiliki tiga tipe akar, yaitu akar seminal, akar adventif dan akar udara. Akar seminal merupakan akar yang tumbuh dari radikula dan embrio. Akar adventif juga disebut akar tunjang, akar ini tumbuh dari buku paling bawah, yaitu sekitar 4 cm di bawah permukaan tanah. Sedangkan akar udara ialah akar yang keluar dari dua atau lebih buku terbawah dekat permukaan tanah. Perkembangan akar jagung ini tergantung dari varietas, kesuburan tanah, keadaan air tanah (Purwono dan Hartono, 2005). b. Batang Batang tanaman jagung tidak bercabang, berbentuk silinder dan terdiri dari beberapa ruas dan buku ruas. Pada buku ruas akan muncul tunas yang akan berkembang jadi tongkol (Purwono dan Hartono, 2005). Tinggi tanaman antara 150 cm sampai 250 cm (Riwandi et al, 2014). 4

19 5 c. Daun Daun tanaman jagung berbentuk memanjang dan keluar buku-buku di batang. Kelopak daun umumnya membungkus batang. Antara kelopak dan helaian daun terdapat lidah daun yang disebut ligula. Ligula ini berbulu dan berlemak, fungsinya adalah mencegah air masuk ke dalam kelopak daun dan batang (Purwono dan Hartono, 2005). Daun memiliki peran penting, sebab pada daun terjadi fotosintesis. Jumlah daun tergantung pada varietasnya. Biasanya, Jagung berumur singkat memiliki jumlah daun lebih sedikit (Zubachtirodin et al, 2011). d. Bunga Bunga jagung termasuk bunga tidak sempurna karena bunga jantan dan bunga betina berada pada bunga yang berbeda. Bunga jantan berada di ujung batang. Sedangkan bunga betina berada di ketiak daun ke-6 atau ke-8 dari bunga jantan. Penyerbukan pada jagung terjadi bila serbuk sari bunga jantan jatuh dan menempel pada rambut bunga tongkol. Yang umumnya terjadi ialah penyerbukan silang. Penyerbukan terjadi dari serbuk sari tanaman lain. Sangat jarang terjadi penyerbukan yang serbuk sarinya dari tanaman itu sendiri (Purwono dan Hartono, 2005). Bakal biji yang siap diserbuki ditandai dengan rambut yang memanjang dan keluar dari sela-sela antara tongkol dan kelobot. Pada setiap bakal biji selalu terdapat tangkai putik berupa rambut. Semakin bunga betina siap dibuahi, semakin bertambah jumlah rambut yang keluar melewati ujung tongkol jagung. Kegunaan dari tongkol jagung ialah sebagai tempat menyimpan persediaan makanan yang dihasilkan dari proses fotosintesis. Seringkali bunga jantan lebih dulu masak daripada bunga betina, yaitu sekitar 1-3 hari sebelum bunga betina masak (Zubachtirodin et al, 2011). e. Buah (Biji) Biji (Buah) jagung terletak pada janggel yang tersusun memanjang dan menempel erat. Pada setiap tanaman jagung terbentuk 1-2 tongkol

20 6 bahkan lebih. Perkembangan biji dipengaruhi oleh varietas, ketersediaan hara dan faktor lingkungan. Angin panas dan kering dapat mengakibatkan tepung sari tidak keluar dari pembungkusnya atau tidak tumbuh sempurna sehingga penyerbukan akan terganggu. Biji jagung mempunyai warna yang berbeda tergantung varietasnya (Zubachtirodin et al, 2011). 3. Syarat Tumbuh Produktivitas tanaman jagung dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya jenis tanah, air, dan iklim. Diperlukan lahan yang sesuai syarat tumbuh, supaya tanaman jagung agar tanaman jagung dapat tumbuh baik dan menghasilkan tongkol dan biji yang banyak (Purwono dan Hartono, 2005). a. Jenis Tanah Tanah merupakan tempat tumbuh tanaman tempat akar tanaman berpegang kuat serta mendapatkan air dan unsur hara dari tanah. Perubahan keadaan tanah akan mempengaruhi fungsi dan kekuatan akar dalam menopang pertumbuhan tanaman. Misalnya pemberian pupuk, akan memperkaya hara di dalam tanah sehingga akar dapat menyerapnya untuk keperluan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, maka tanaman akan berproduksi maksimal (Purwono dan Hartono, 2005). Kesuburan tanah banyak dihubungkan dengan keadaan lapisan olahnya (top soil) karena pada lapisan ini, sistem perakaran berkembang dengan baik. Untuk itu, pengolahan tanah sebelum penanaman dan pengolahan tanah waktu pemeliharaan sangat penting bagi tanaman. Jagung merupakan tanaman yang tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus dalam penanamannya karena dapat tumbuh di berbagai jenis lahan. Tanaman jagung akan tumbuh dengan baik pada tanah yang subur, gembur, kaya humus dan kadar keasaman tanah antara 5,6-7,5. Kemiringan tanah untuk tanaman jagung maksimum 8%. Hal ini dikarenakan kemungkinan terjadi erosi tanah sangat kecil. Tanah dengan kemiringan melebihi 8% kurang sesuai untuk jagung (Purwono dan Hartono, 2005). Jagung di

21 7 Indonesia dapat di tanam mulai dari dataran rendah sampai di daerah pegunungan (Anonim, 1993). b. Iklim yang Sesuai Iklim yang sesuai bagi tanaman jagung adalah iklim sedang hingga beriklim sub-tropis/tropis basah. Oleh karena itu, jagung dapat tumbuh pada daerah 0-50 o LU sampai 0-40 o LS. Pada lahan non irigasi, tanaman jagung perlu curah hujan ideal antara mm/bulan secara merata selama fase pertumbuhan. Sedangkan pada fase pembungaan dan pengisian biji, tanaman jagung perlu air yang cukup. Tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Karena jika ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan juga biji yang dihasilkan kurang baik. Suhu yang dibutuhkan tanaman jagung sekitar o C. Tetapi untuk pertumbuhan, kisaran suhu yang optimum adalah o C. Sedangkan pada tahap perkecambahan, benih jagung membutuhkan suhu sekitar 30 o C (Purwono dan Heni, 2007). B. Jajar Legowo Pengaturan jarak tanam telah sering dilakukan untuk mengoptimalkan hasil. Menurut Warisno (2002) dalam Nurlaili (2010), jarak tanam jagung hibrida sebaiknya 50 cm x 20 cm ataupun 50 cm x 40 cm dengan 2 tanaman per lubang. Sedangkan menurut Suprapto (1998) dalam Nurlaili (2010), jarak tanam yang baik yaitu 50 cm x 40 cm dan 50 cm x 80 cm dengan 1 tanaman per lubang. Pendapat ini sejalan dengan Yulisma (2011), jarak tanam 50 cm x 40 cm memberikan hasil terbaik pada semua varietas jagung hibrida. Sistem tanam Jajar Legowo merupakan pola tanam antara dua baris tanam ataupun lebih yang diberi satu baris kosong. Istilah legowo berasal dari kata lego yang berarti luas dan dowo yang berarti panjang. Penerapan Jajar Legowo selain untuk meningkatkan populasi tanaman, juga mampu menambah kelancaran sirkulasi sinar matahari dan udara disekitar tanaman pinggir sehingga tanaman bisa berfotosintesis lebih baik. Selain itu tanaman yang posisinya berada di pinggir diharapkan memberikan produksi lebih tinggi serta kualitas panen lebih baik karena pada sistem tanam Jajar Legowo terdapat ruang terbuka seluas 25-

22 8 50%, sehingga penerimaan cahaya matahari lebih optimal. Sistem tanaman ini memberi kemudahan petani untuk melakukan pemeliharaan tanaman (Abdulrachman et al, 2013). Menurut Misran (2014), sistem tanam Jajar Legowo pada tanaman padi dapat meningkatkan hasil gabah kering panen hingga 22%. Demikian pula menurut Ikwani et al (2013), penerapan pola tanam Jajar Legowo menghasilkan jumlah gabah yang lebih tinggi dibandingkan dengan cara tanam biasa. Jajar Legowo awalnya dikenal sebagai sistem tanam yang diaplikasikan di lahan padi namun juga bisa diadopsi untuk tanaman jagung. Tetapi pada budidaya jagung, Jajar Legowo lebih diarahkan pada peningkatan penerimaan intensitas cahaya matahari untuk optimalisasi fotosintesis serta asimilasi dan juga memudahkan pemeliharaan tanaman. Anjuran populasi tanaman untuk jagung adalah berkisar antara tanaman/ha. Jika penanaman dilakukan dengan cara tanam Jajar Legowo, agar populasi tanaman tetap berkisar antara tanaman/ha, maka jarak tanam yang diterapkan adalah 25 cm x (50 cm 100 cm) 1 tanaman/lubang atau 50 cm x (50 cm 100 cm) 2 tanaman/lubang (populasi tanaman/ha). Jajar Legowo 2:1 memberikan produktivitas lebih tinggi yaitu 10,91 ton/ha dari pada Jajar Legowo 4:1 yang hanya sebesar 9,06 ton/ha (Anonim, 2016). Sedangkan jika menggunakan cara tanam konvensional, populasi tersebut dapat diperoleh dengan menerapkan jarak tanam 20 cm x 75 cm atau 70 cm x 25 cm (Riwandi et al, 2014). Teknik Jajar Legowo merupakan teknik tanam dengan mengatur jarak tanam antar rumpun dan antar barisan (Bobihoe, 2013). Kepadatan optimal akan efektif memanfaatkan kelembaban tanah, nutrisi, sinar matahari dll (Chandrasekaran et al, 2010). Ini sejalan dengan pendapat Sudjana (1991) yang menyatakan, bahwa kesuburan tanah, air, dan intensitas cahaya merupakan faktor pendukung terjadinya kenaikan hasil jagung. Tabri (2013) menyatakan, bahwa jagung varietas Bima 3 dengan populasi tanaman/ha yang ditanam dengan cara Jajar Legowo (100 x 40 x 20 cm) menghasilkan jagung pipilan 8,68 t/ha yang lebih tinggi dibandingkan dengan cara tanam normal berjarak 75 x 20 cm yang hanya menghasilkan 8,18 t/ha.

23 9 Arief (2015) menunjukkan, bahwa bobot tongkol jagung manis pada perlakuan Jajar Legowo 2:1 sebesar 392,12 g, berbeda nyata dengan perlakuan Jajar Legowo 3:1 dengan bobot tongkol 348,60 g. Pada parameter panjang tongkol, perlakuan Jajar Legowo 2:1 menghasilkan panjang tongkol 31,80 cm berbeda nyata dengan perlakuan 3:1 yaitu 29,64 cm. Namun pada parameter jumlah tongkol per petak, perlakuan Jajar Legowo 3:1 menghasilkan 73,22 buah berbeda nyata dengan perlakuan Jajar Legowo 2:1 yaitu 47,89 buah. Bahua, Mohamad Ikbal (2015) menunjukkan, bahwa sistem tanam Jajar legowo berpengaruh nyata terhadap berat tongkol, Jajar legowo 2:1 menghasilkan berat tongkol 392,19 g dibandingkan Jajar legowo 3:1 yaitu 348,6 g, berpengaruh nyata pula pada parameter panjang tongkol berkelobot yaitu jajar legowo 2:1 menghasilkan panjang tongkol 31,8 cm, sedangkan jajar legowo 3:1 hanya 29,64 cm. Srihartanto et al (2013) menunjukkan, bahwa hasil bobot pipilan kering terbesar yaitu 10,55 kw/ha pada perlakuan Jajar Legowo dengan jarak tanam 100 x 40 x 20 cm dengan varietas Bima 4, berbeda nyata dengan kontrol (70 x 30 cm) yang hanya menghasilkan berat pipilan kering sebanyak 9,88kw/ha. C. Penyiangan Gulma merupakan tumbuhan di lahan budidaya yang tidak dikehendaki keberadaannya karena menjadi pesaing bagi tanaman budidaya. Kelebihan gulma ialah sangat mudah tumbuh kondisi yang sulit sekalipun (Chandrasekaran et al, 2010). Gulma dapat tumbuh pada kondisi tanah yang bermacam dan dimana saja, terutama di sekitar tanaman budidaya (Moenandir, 2010). Pengendalian gulma merupakan aspek penting dalam sebuah budidaya karena dapat menjadi pesaing bagi tanaman dan menjadi inang dari beberapa hama dan penyakit tanaman (Loux et al, 2015). Gulma bersaing dengan tanaman, karena mereka memiliki kebutuhan yang sama, sehingga pertumbuhan tanaman akan terhambat (Scheepens dan Hoever, 2007). Dalam persaingan nutrisi, gulma mengkonsumsi unsur hara sebanyak yang dikonsumsi tanaman. Gulma membutuhkan unsur hara yang sama, pada waktu yang sama bahkan lebih banyak

24 10 daripada tanaman budidaya. Gulma juga bersaing memperebutkan air, sehingga menimbulkan stres air pada tanaman karena seringkali gulma mengambil lebih banyak air (Zimdahl, 2007). Pengendalian gulma dilakukan karena gulma akan bersaing dengan tanaman. Pengendalian gulma akan lebih efisien jika dilakukan pada periode kritis, yaitu waktu ketika keberadaan gulma pada kondisi yang sangat merugikan. Pengendalian gulma pada periode tersebut akan mencegah terjadinya tingkat kehilangan hasil panen yang besar (Moenandir, 2010). Adapun pengendalian gulma di luar periode kritis tersebut relatif tidak berpengaruh terhadap hasil tanaman (Soejono, 2009 dalam Simaremare, 2010). Penyiangan adalah kegiatan mencabut gulma dengan tangan kosong ataupun dengan alat (Chandrasekaran et al, 2010). Gulma yang sudah dicabut harus dibuang dari lahan (Loux et al, 2015). Penyiangan merupakan cara pengendalian gulma yang sangat efektif untuk lahan sempit dan juga lahan yang tidak bisa dijangkau dengan alat (Moenandir, 2010). Penyiangan dapat dikombinasikan dengan teknik pengendalian gulma lainnya (Bond et al, 2003). Koniyo et al (2013) melaporkan, bahwa waktu penyiangan 14 (hst) hari setelah tanam memperoleh bobot tongkol tertinggi yaitu 194,94 g. Berbeda nyata dengan perlakuan tanpa penyiangan yaitu 81,67 g. Menurut Simamora (2006), perlakuan bebas gulma selama budidaya memberikan hasil tertinggi sebesar 9,78 t/ha kemudian di ikuti oleh perlakuan waktu penyiangan 7 hst (1 mst) sebesar 9,20 t/ha, waktu penyiangan 14 hst (2 mst) sebesar 8,42 t/ha, waktu penyiangan 21 hst (3 mst) sebesar 7,79 t/ha. Semua perlakuan ini berbeda nyata dengan perlakuan kontrol (tanpa penyiangan) dengan produksi sebesar 5,50 t/ha. Menurut Nasution (2009), perlakuan bebas gulma menunjukkan hasil ratarata panen sebesar 16,52 t/ha, diikuti oleh perlakuan pengendalian gulma manual pada umur 14 hst memberikan hasil sebesar 15,94 t/ha. Adapun pada perlakuan tanpa penyiangan memberikan hasil sebesar 13,74 t/ha.

25 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Jati Kulon, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus. Dengan ketinggian tempat 11 m di atas permukaan laut, jenis tanah aluvial dengan kemasaman (ph) 6, sejak bulan April Juni B. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: pupuk Urea, SP-36, KCl, benih jagung manis varietas Bonanza, insektisida Decis 25 EC, Bassazinon 750 EC, Diazinon 10 GR, fungisida Folicur Gold 430 SC, Kresnabat 50 WP, pupuk organik cair Jetro B dan Jetro D. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: cangkul, tugal, sabit, timbangan digital, mistar, pisau, gunting, tali, sprayer, karung, plastik, oven, rol meter, jangka sorong, papan nama, serta alat tulis. C. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode percobaan faktorial dengan rancangan dasar Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) yang terdiri atas 2 faktor dan 3 ulangan dengan rincian sebagai berikut: Faktor I, yakni sistem tanam jajar legowo (J), terdiri atas dua taraf sebagai berikut: J 1 : Jajar Legowo 2:1 J 2 : Jajar Legowo 3:1 Faktor II, yakni waktu penyiangan (W), terdiri atas 4 taraf sebagai berikut: W 1 : Penyiangan pada umur 14 hari setelah tanam (hst) W 2 : Penyiangan pada umur 21 hst W 3 : Penyiangan pada umur 28 hst W 4 : Penyiangan pada umur 35 hst Dengan demikian terdapat 8 kombinasi perlakuan yang selanjutnya ditambah dengan 1 perlakuan Kontrol (J 0 W 0 ), sehingga terbentuk 9 kombinasi perlakuan sebagai berikut: 11

26 12 J 1 W 1 J 1 W 2 J 1 W 3 J 1 W 4 J 2 W 1 J 2 W 2 J 2 W 3 J 2 W 4 J 0 W 0 Adapun model matematika yang digunakan adalah: Y ijk = µ+ J i + W j +(JW)ij+B k +K x P + ε ijk Keterangan : Y ijk = Nilai pengamatan dari pengaruh sistem tanam Jajar Legowo (J) ke -i dan waktu penyiangan (W) ke -j pada ulangan ke -k. µ = Nilai tengah pengamatan. J i = Pengaruh sistem tanam Jajar Legowo (J) ke -i (i= 1, dan 2). W j = Pengaruh waktu penyiangan (W) ke -j (j= 1, 2, 3 dan 4). (JW)ij = Pengaruh interaksi sistem tanam Jajar Legowo (J) ke -i dan waktu penyiangan (W) ke -j. B k = Pengaruh ulangan atau Blok ke-k. K x P = Pengaruh kontras kontrol dan perlakuan ε ijk = Kesalahan percobaan karena faktor J pada taraf ke-i dan faktor W pada taraf ke-j dalam ulangan atau blok ke-k Data hasil pengamatan pada masing-masing kombinasi perlakuan dianalisis dengan sidik ragam atau Analysis of Variance (ANOVA). Apabila terdapat pengaruh nyata atau sangat nyata, maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan atau Duncan s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. D. Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan Lahan Lahan penelitian diolah dengan cara dicangkul agar gembur, selanjutnya dibersihkan dari gulma, kemudian petak-petak percobaan dibuat dengan ukuran 400 cm x 150 cm, jarak antar petak 50 cm dan jarak antar blok 100 cm, kemudian di garu. 2. Penanaman Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang tanam dengan cara ditugal sedalam 3-5 cm, dengan jarak tanam menggunakan jajar legowo sesuai dengan perlakuan yaitu: J 1 (25 cm x 50 cm x 100 cm); J 2 (25 cm x 50 cm x 50

27 13 cm x 100 cm); serta 25 cm x 70 cm sebagai Kontrol. Masing-masing 1 tanaman per lubang. 3. Pengairan Pengairan dilakukan mulai awal pertumbuhan tanaman hingga menjelang panen. Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore atau sehari sekali tergantung kondisi cuaca. 4. Pemupukan Pemupukan menggunakan pupuk Urea 375 kg/ha, SP kg/ha dan KCl 125 kg/ha. Pemupukan Urea dilakukan 3 kali, pemupukan pertama pada umur 7 hst sebanyak 100kg/ha (75 g/petak), Pemupukan kedua pada umur 29 hst sebanyak 150 kg/ha (113 g/petak). Dan pemupukan yang ketiga diberikan sebanyak 125 kg/ha (94 g/petak) pada umur 47 hst. pupuk SP kg/ha dan KCl 125 kg/ha diberikan bersamaan dengan pupuk urea pertama yaitu pada 7 hst (Murni dan Arief, 2008). 5. Penyiangan Penyiangan dilakukan sesuai dengan perlakuan yang diteliti yaitu pada 14 hst, 21 hst, 28 hst dan 35 hst. Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang ada dan kemudian melakukan pengamatan pada gulma hasil penyiangan. 6. Pembumbunan Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan dengan cara menimbun tanah ke batang tanaman jagung manis agar tanaman menjadi lebih kokoh. 7. Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dilakukan dengan cara pencegahan serangan sejak awal pertumbuhan dengan menyemprotkan insektisida Decis 25 EC, Bassazinon 750 EC, fungisida Folicur Gold 430 SC dan Kresnabat 50 WP sesuai aturan pakai. Sedangkan untuk penggunaan insektisida Diazinon 10 GR

28 14 diberikan bersamaan dengan pemberian pupuk dengan cara dicampurkan dahulu. Penggunaan pestisida dihentikan pada 2 minggu sebelum panen. 8. Panen Jagung manis dipanen serentak, ketika jagung masih muda (pada fase pematangan susu), yang ditandai dengan warna daun mulai menguning, kelobot berwarna hijau kekuningan, rambut tongkol berwarna kecoklatan dan tongkol terasa penuh. E. Parameter Pengamatan Pengamatan dilakukan pada 4 tanaman sampel (selain tanaman tepi) di setiap petak yang dipilih secara acak dengan parameter pengamatan sebagai berikut: 1. Tinggi Tanaman (cm) Tinggi tanaman diukur dari leher akar sampai ujung daun tertinggi dengan menggunakan rol meter. Dilakukan setiap 2 minggu sejak umur 2 minggu setelah tanam (mst) sampai 6 mst. 2. Jumlah Daun (helai) Jumlah daun yang dihitung adalah daun yang telah terbuka sempurna yang diamati setiap 2 minggu sejak tanaman berumur 2 hingga 6 mst. 3. Bobot Brangkasan Segar per Tanaman (g) Brangkasan segar per tanaman ditimbang setelah panen, seluruh bagian tanaman kecuali tongkol dan akar. 4. Bobot Brangkasan Kering per Tanaman (g) Brangkasan segar yang sudah ditimbang kemudian dipotong-potong, dikeringkan dengan sinar matahari dan di oven dengan suhu 60 o C selama 48 jam sampai bobot konstan. 5. Bobot Tongkol per Tanaman Berkelobot (g) Menimbang tongkol per tanaman beserta kelobotnya pada saat panen dengan menggunakan timbangan digital, dilakukan setelah panen.

29 15 6. Bobot Tongkol Segar per Petak (g) Tongkol segar beserta kelobotnya ditimbang pada saat panen untuk setiap petak dengan menggunakan timbangan digital. 7. Bobot Tongkol per Tanaman Tanpa Kelobot (g) Menimbang tongkol per tanaman yang sudah dibuang kelobotnya dengan menggunakan timbangan digital. 8. Panjang Tongkol per Tanaman Tanpa Kelobot (cm) Pengukuran panjang tongkol dilakukan pada waktu setelah panen dengan cara mengukur tongkol tanpa kelobot dengan menggunakan mistar. 9. Diameter Tongkol Tanpa Kelobot (cm) Jagung dibuang kelobotnya dan diameter tongkol diukur pada 3cm dari pangkal tongkol dengan menggunakan jangka sorong. 10. Bobot Biji Segar Per Tanaman (g) Biji jagung manis disisir per tanaman kemudian ditimbang dengan timbangan digital. 11. Bobot Gulma Segar per Petak Bobot gulma segar diamati setiap minggu sejak tanaman berumur 14 hst sampai 35 hst dengan cara dicabut lalu dicuci dan ditiriskan lalu ditimbang dengan menggunakan neraca digital. 12. Bobot Gulma Kering per Petak Bobot gulma kering diperoleh dengan cara mengeringkan gulma segar yang telah diamati (butir 11), dengan cara dikeringkan dengan oven pada suhu 60 o C selama 48 jam hingga bobot konstan.

30 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan 1. Tinggi Tanaman Hasil sidik ragam yang terdapat pada Tabel Lampiran 8 menunjukkan, bahwa sistem tanam jajar legowo tidak berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman 6 mst. Sedangkan waktu penyiangan berpengaruh sangat nyata pada parameter tinggi tanaman 6 mst, dan tidak terjadi interaksi antara sistem tanam jajar legowo dan waktu penyiangan pada parameter tinggi tanaman 6 mst. Tabel 1. Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Rerata Tinggi Tanaman. Perlakuan Tinggi Tanaman Jagung Manis (cm) 2 MST 4 MST 6 MST Jajar Legowo J 0 W 0 J 1 J 2 24,92 24,52 24,87 88,13 n 91,78 m 90,77 mn 151,14 f 153,41 d 153,31 de J 0 W 0 W 1 W 2 W 3 W 4 J 0 W 0 J 1 W 1 J 1 W 2 J 1 W 3 J 1 W 4 J 2 W 1 J 2 W 2 J 2 W 3 J 2 W 4 24,92 25,33 25,03 24,22 24,02 24,92 24,33 25,20 24,58 23,96 26,33 24,85 23,46 24,48 Waktu Penyiangan 88,13 q 93,47 p 91,62 pq 90,60 pq 89,40 pq Kombinasi Perlakuan 88,13 94,29 92,29 90,34 90,19 92,65 90,95 90,87 88,61 151,14 vw 157,53 u 154,12 uv 151,41 vw 150,38 w 151,14 z 159,05 x 154,13 xyz 150,17 z 150,30 z 156,01 xy 154,11 yz 152,65 yz 150,47 z Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan bahwa tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%. Uji DMRT 5% pada Tabel 1 menunjukkan, bahwa jajar legowo 2:1 (J 1 ) yaitu 153,41 cm dan jajar legowo 3:1 (J 2 ) yaitu 153,31 cm merupakan tinggi tanaman terbaik dan berbeda nyata terhadap kontrol (J 0 W 0 ) yaitu 151,14 cm, 16

31 17 namun antara jajar legowo 2:1 (J 1 ) 153,41 cm dan jajar legowo 3:1 (J 2 ) 153,31 cm tidak berbeda nyata. Uji DMRT 5% pada Tabel 1 menunjukkan, bahwa waktu penyiangan 14 hst (W 1) yaitu 157,53 cm berbeda nyata dengan kontrol (J 0 W 0 ) yaitu 151,14 cm, waktu penyiangan 28 hst (W 3 ) yaitu 151,41 cm dan waktu penyiangan 35 hst (W 4 ) yaitu 150,38 cm tetapi tidak berbeda nyata dengan waktu penyiangan 21 hst (W 2 ) yaitu 154,12 cm, Waktu penyiangan 21 hst (W 2 ) yaitu 154,12 cm, waktu penyiangan 28 hst (W 3 ) yaitu 151,41 cm dan waktu penyiangan 35 hst (W 4 ) yaitu 150,38 cm tidak berbeda nyata dengan kontrol (J 0 W 0 ) yaitu 151,14 cm. Waktu penyiangan 21 hst (W 2 ) yaitu 154,12 cm berbeda nyata dengan waktu penyiangan 35 hst (W 4 ) yaitu 150,38 cm. Tinggi tanaman terbaik pada perlakuan waktu penyiangan 14 hst (W 1) yaitu 157,53 cm dan waktu penyiangan 21 hst (W 2 ) yaitu 154,12 cm. 2. Jumlah Daun Hasil sidik ragam yang terdapat pada Tabel Lampiran 14 menunjukkan, bahwa sistem tanam jajar legowo tidak berpengaruh nyata. Sedangkan waktu penyiangan berpengaruh sangat nyata pada parameter jumlah daun 6 mst dan tidak terjadi interaksi antara sistem tanam jajar legowo dan waktu penyiangan pada parameter jumlah daun. Uji DMRT 5% pada Tabel 2 menunjukkan, bahwa waktu penyiangan 14 hst (W 1 ) yaitu 12,71 helai merupakan jumlah daun terbaik dan berbeda nyata dengan kontrol (J 0 W 0 ) yaitu 12,25 helai, waktu penyiangan 21 hst (W 2 ) yaitu 12,42 helai, waktu penyiangan 28 hst (W 3 ) yaitu 12,33 helai dan waktu penyiangan 35 hst (W 4 ) yaitu 12,13 helai. Waktu penyiangan 21 hst (W 2 ) yaitu 12,42 helai, waktu penyiangan 28 hst (W 3 ) yaitu 12,33 helai dan waktu penyiangan 35 hst (W 4 ) yaitu 12,13 helai tidak berbeda nyata dengan kontrol (J 0 W 0 ) yaitu 12,25 helai. Tetapi waktu penyiangan 21 hst (W 2 ) yaitu 12,42 helai berbeda nyata dengan waktu penyiangan 35 hst (W 4 ) yaitu 12,13 helai.

32 18 Tabel 2. Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Rerata Jumlah Daun. Perlakuan J 0 W 0 J 1 J 2 J 0 W 0 W 1 W 2 W 3 W 4 J 0 W 0 J 1 W 1 J 1 W 2 J 1 W 3 J 1 W 4 J 2 W 1 J 2 W 2 J 2 W 3 J 2 W 4 Jumlah Daun Tanaman Jagung Manis (helai) 2 MST 4 MST 6 MST Jajar Legowo 4,58 4,58 4,54 4,58 4,67 4,50 4,50 4,58 4,58 4,58 4,50 4,75 4,50 4,75 4,50 4,25 4,67 8,67 8,83 8,77 Waktu Penyiangan 8,67 9,04 8,75 8,75 8,67 Kombinasi Perlakuan 8,67 9,17 8,67 8,83 8,67 8,92 8,83 8,67 8,67 12,25 12,42 12,38 12,25 ef 12,71 d 12,42 e 12,33 ef 12,13 f 12,25 ij 12,75 g 12,50 ghi 12,25 ij 12,17 ij 12,75 gh 12,33 ij 12,42 ghij 12,08 j Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan bahwa tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%. 3. Bobot Brangkasan Segar per Tanaman Hasil sidik ragam yang terdapat pada Tabel Lampiran 16 menunjukkan, bahwa sistem tanam jajar legowo tidak berpengaruh nyata pada parameter bobot brangkasan segar per tanaman. Sedangkan waktu penyiangan berpengaruh sangat nyata pada parameter bobot brangkasan segar per tanaman, namun tidak terjadi interaksi antara sistem tanam jajar legowo dan waktu penyiangan pada parameter bobot brangkasan segar per tanaman. Uji DMRT 5% pada Tabel 3 menunjukkan, bahwa sistem tanam jajar legowo 2:1 (J 1 ) yaitu 431,23 g dan jajar legowo 3:1 (J 2 ) yaitu 420,24 g merupakan bobot brangkasan segar terbaik dan berbeda nyata dengan kontrol (J 0 W 0 ) yaitu 371,38 g, antara jajar legowo 2:1 (J 1 ) yaitu 431,23 g dan jajar legowo 3:1 (J 2 ) saling tidak berbeda nyata.

33 19 Tabel 3. Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Bobot Brangkasan Segar per Tanaman. Perlakuan J 0 W 0 J 1 J 2 J 0 W 0 W 1 W 2 W 3 W 4 J 0 W 0 J 1 W 1 J 1 W 2 J 1 W 3 J 1 W 4 J 2 W 1 J 2 W 2 J 2 W 3 J 2 W 4 Bobot Brangkasan Segar per Tanaman (g) Jajar Legowo 371,38 e 431,23 c 420,24 cd Waktu Penyiangan 371,38 j 446,12 f 431,27 fg 422,92 gh 402,64 hi Kombinasi Perlakuan 371,38 r 444,15 klm 445,08 kl 434,02 klmn 401,69 opqr 448, 09 k 417,47 lmno 411,82 nop 403,59 opq Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan bahwa tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%. Uji DMRT 5% pada Tabel 3 menunjukkan, bahwa waktu penyiangan 14 hst (W 1 ) yaitu 446,12 g, waktu penyiangan 21 hst (W 2 ) yaitu 431,27 g, waktu penyiangan 28 hst (W 3 ) yaitu 422,92 g dan waktu penyiangan 35 hst (W 4 ) yaitu 402,64 g berbeda nyata dengan kontrol (J 0 W 0 ) yaitu 371,38 g. Waktu penyiangan 14 hst (W 1 ) yaitu 446,12 g tidak berbeda nyata dengan waktu penyiangan 21 hst (W 2 ) yaitu 431,27 g, tetapi berbeda nyata dengan waktu penyiangan 28 hst (W 3 )yaitu 422,92 g dan waktu penyiangan 35 hst (W 4 ) yaitu 402,64 g. Sedangkan antara waktu penyiangan 28 hst (W 3 ) yaitu 422,92 g dan waktu penyiangan 35 hst (W 4 ) yaitu 402,64 g tidak berbeda nyata. 4. Bobot Brangkasan Kering per Tanaman Hasil sidik ragam yang terdapat pada Tabel Lampiran 18 menunjukkan, bahwa sistem tanam jajar legowo tidak berpengaruh nyata pada parameter bobot brangkasan kering per tanaman. Sedangkan waktu penyiangan berpengaruh sangat nyata pada parameter bobot brangkasan kering per

34 20 tanaman dan tidak terjadi interaksi antara sistem tanam jajar legowo dan waktu penyiangan pada parameter bobot brangkasan kering per tanaman. Tabel 4. Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Bobot Brangkasan Kering per Tanaman. Perlakuan J 0 W 0 J 1 J 2 J 0 W 0 W 1 W 2 W 3 W 4 J 0 W 0 J 1 W 1 J 1 W 2 J 1 W 3 J 1 W 4 J 2 W 1 J 2 W 2 J 2 W 3 J 2 W 4 Bobot Brangkasan Kering per Tanaman (g) Jajar Legowo 149,57 e 176,35 c 170,80 cd Waktu Penyiangan 149,57 j 183,17 f 176,55 fg 171,89 gh 162,68 i Kombinasi Perlakuan 149,57 s 182,94 kl 182,03 klm 177,75 klmn 162,67 opqr 183,40 k 171,07 klmno 166,03 nop 162,69 opq Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan bahwa tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%. Uji DMRT 5% pada Tabel 4 menunjukkan, bahwa sistem tanam jajar legowo 2:1 (J 1 ) yaitu 176,35 g dan jajar legowo 3:1 (J 2 ) yaitu 170,80 g merupakan bobot brangkasan kering terbaik dan berbeda nyata dengan kontrol (J 0 W 0 ) yaitu 149,57 g, antara jajar legowo 2:1 (J 1 ) yaitu 176,35 g dan jajar legowo 3:1 (J 2 ) 170,80 g tidak berbeda nyata. Uji DMRT 5% pada Tabel 4 menunjukkan, bahwa waktu penyiangan 14 hst (W 1 ) yaitu 183,17 g, waktu penyiangan 21 hst (W 2 ) yaitu 176,55 g, waktu penyiangan 28 hst (W 3 ) yaitu 171,89 g dan waktu penyiangan 35 hst (W 4 ) yaitu 162,68 g berbeda nyata dengan kontrol (J 0 W 0 ) yaitu 149,57 g. Waktu penyiangan 14 hst (W 1 ) yaitu 183,17 g tidak berbeda nyata dengan waktu penyiangan 21 hst (W 2 ) yaitu 176,55 g tetapi berbeda nyata dengan waktu

35 21 penyiangan 28 hst (W 3 ) yaitu 171,89 g berbeda nyata dengan waktu penyiangan 35 hst (W 4 ) yaitu 162,68 g. waktu penyiangan 21 hst (W 2 ) yaitu 176,55 g dan waktu penyiangan 28 hst (W 3 ) yaitu 171,89 g tidak berbeda nyata. Nilai tertinggi terdapat pada perlakuan waktu penyiangan 14 hst (W 1 ) yaitu 183,17 g, waktu penyiangan 21 hst (W 2 ) yaitu 176,55 g. 5. Bobot Tongkol per Tanaman Berkelobot Hasil sidik ragam pada Tabel Lampiran 20 menunjukkan, bahwa sistem tanam jajar legowo berpengaruh nyata terhadap bobot tongkol per tanaman berkelobot, waktu penyiangan berpengaruh nyata terhadap bobot tongkol per tanaman berkelobot dan terjadi interaksi antara sistem tanam jajar legowo dan waktu penyiangan terhadap parameter bobot tongkol per tanaman berkelobot. Tabel 5. Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Bobot Tongkol per Tanaman Berkelobot Perlakuan J 0 W 0 J 1 J 2 J 0 W 0 W 1 W 2 W 3 W 4 J 0 W 0 J 1 W 1 J 1 W 2 J 1 W 3 J 1 W 4 J 2 W 1 J 2 W 2 J 2 W 3 J 2 W 4 Bobot Tongkol per Tanaman Berkelobot (g) Jajar Legowo 418,12 e 424,07 d 418,25 e Waktu Penyiangan 418,12 g 429,10 f 418,55 g 417,99 g 419,00 g Kombinasi Perlakuan 418,12 i 439,63 h 418,86 i 418,60 i 419,19 i 418,58 i 418,24 i 417,39 i 418,80 i Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan bahwa tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%.

36 22 Gambar 1. Pengaruh Interaksi antara Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Bobot Tongkol per Tanaman Berkelobot (g) Uji DMRT 5% pada Tabel 5 menunjukkan, bahwa sistem tanam jajar legowo 2:1 (J 1 ) yaitu 424,07 g merupakan hasil tertinggi dan berbeda nyata dengan kontrol (J 0 W 0 ) yaitu 418,12 g dan jajar legowo 3:1 (J 2 ) yaitu 418,25 g. Jajar legowo 3:1 (J 2 ) yaitu 418,25 g tidak berbeda nyata dengan kontrol (J 0 W 0 ) yaitu 418,12 g. Uji DMRT 5% pada Tabel 5 menunjukkan, bahwa waktu penyiangan 14 hst (W 1 ) yaitu 429,10 g merupakan hasil tertinggi dan berbeda nyata dengan waktu penyiangan 21 hst (W 2 ) yaitu 418,55 g, waktu penyiangan 28 hst (W 3 )

37 23 yaitu 417,99 g, waktu penyiangan 35 hst (W 4 ) yaitu 419,00 g dan kontrol (J 0 W 0 ) yaitu 418,12 g. waktu penyiangan 21 hst (W 2 ) yaitu 418,55 g, waktu penyiangan 28 hst (W 3 ) yaitu 417,99 g, waktu penyiangan 35 hst (W 4 ) yaitu 419,00 g tidak berbeda nyata dengan kontrol (J 0 W 0 ) yaitu 418,12 g. Sedangkan waktu penyiangan 21 hst (W 2 ) yaitu 418,55 g, waktu penyiangan 28 hst (W 3 ) yaitu 417,99 g, dan waktu penyiangan 35 hst (W 4 ) yaitu 419,00 g saling tidak berbeda nyata satu sama lain. 6. Bobot Tongkol Segar per Petak Hasil sidik ragam pada Tabel Lampiran 22 menunjukkan, bahwa perlakuan jajar legowo tidak berpengaruh nyata terhadap bobot tongkol per petak, waktu penyiangan juga tidak berpengaruh nyata terhadap bobot tongkol per petak dan tidak terjadi interaksi antara sistem tanam jajar legowo dan waktu penyiangan pada parameter bobot tongkol segar per petak. Tabel 6. Pengaruh Sistem Tanam Jajar Legowo dan Waktu Penyiangan Terhadap Bobot Tongkol Segar per Petak Perlakuan J 0 W 0 J 1 J 2 J 0 W 0 W 1 W 2 W 3 W 4 J 0 W 0 J 1 W 1 J 1 W 2 J 1 W 3 J 1 W 4 J 2 W 1 J 2 W 2 J 2 W 3 J 2 W 4 Bobot Tongkol Segar per Petak (g) Jajar Legowo 6.315,71 f 6.487,34 d 6.432,17 de Waktu Penyiangan 6.315,71 k 6.523,19 g 6.439,00 ghi 6.437,10 ghij 6.439,74 gh Kombinasi Perlakuan 6.849,33 n 7.510,67 l 7.181,67 lmn 6.949,67 lmn 6.660,67 n 7.457,27 lm 7.106,00 lmn 6.751,33 n 6.766,33 n Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom menunjukkan bahwa tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5%.

SKRIPSI Disusun oleh : Rifqi Maulana NIM : PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MURIA KUDUS

SKRIPSI Disusun oleh : Rifqi Maulana NIM : PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MURIA KUDUS i PENGARUH KONSENTRASI DAN FREKUENSI PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays var.saccharata Sturt) SKRIPSI Disusun oleh : Rifqi Maulana NIM : 2011-41-033 PROGRAM

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS PUPUK KANDANG DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L. var. saccharata Sturt) SKRIPSI

PENGARUH JENIS PUPUK KANDANG DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L. var. saccharata Sturt) SKRIPSI PENGARUH JENIS PUPUK KANDANG DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L. var. saccharata Sturt) SKRIPSI Oleh : Amin Suyitno NIM : 201141037 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI DAN WAKTU PEMBERIAN PUPUK DAUN GANDASIL D TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KUBIS BUNGA (Brassica oleracea L.

PENGARUH KONSENTRASI DAN WAKTU PEMBERIAN PUPUK DAUN GANDASIL D TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KUBIS BUNGA (Brassica oleracea L. PENGARUH KONSENTRASI DAN WAKTU PEMBERIAN PUPUK DAUN GANDASIL D TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KUBIS BUNGA (Brassica oleracea L.) SKRIPSI Oleh : Galih Andi Prasetyo NIM : 2010-41-005 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN MACAM VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN MACAM VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L. PENGARUH KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN MACAM VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Pertanian Universitas Muria Kudus

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS PUPUK MAJEMUK NPK DAN PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MELON (Cucumis melo L.)

PENGARUH DOSIS PUPUK MAJEMUK NPK DAN PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MELON (Cucumis melo L.) PENGARUH DOSIS PUPUK MAJEMUK NPK DAN PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MELON (Cucumis melo L.) SKRIPSI Diaujukan Kepada Fakultas Pertanian Universitas Muria Kudus Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENGARUHKOMPOSISI MEDIA TANAM DANTAKARAN AIR CUCIAN BERASTERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KUBIS BUNGA. (Brassica oleracea botrytis L.

PENGARUHKOMPOSISI MEDIA TANAM DANTAKARAN AIR CUCIAN BERASTERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KUBIS BUNGA. (Brassica oleracea botrytis L. PENGARUHKOMPOSISI MEDIA TANAM DANTAKARAN AIR CUCIAN BERASTERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KUBIS BUNGA (Brassica oleracea botrytis L.) SKRIPSI Oleh Samsul Arifin NIM : 2010-41-038 PROGAM STUDI AGROTEKNOLOGI

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro pada bulan Maret Mei 2014. Jenis tanah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika dan Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays saccharata Sturt. Dalam Rukmana (2010), secara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Tanaman Jagung - Akar Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah akar yang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 8 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau, jalan Binawidya km 12,5 Simpang Baru Panam, Kecamatan Tampan, Kota

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Jagung University Farm IPB Jonggol, Bogor. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Tanah, Departemen Tanah, IPB. Penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN BAHAN STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK LADA (Piper nigrum L.)

PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN BAHAN STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK LADA (Piper nigrum L.) PENGARUH KOMPOSISI MEDIA TANAM DAN BAHAN STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK LADA (Piper nigrum L.) SKRIPSI Ditujukan Kepada Fakultas Pertanian Universitas Muria Kudus untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat syarat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang Kecamatan Kampar dengan ketinggian tempat 10 meter di atas permukaan laut selama 5 bulan,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di lahan kering daerah Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) EFFECT OF DENSITY AND PLANTING DEPTH ON THE GROWTH AND RESULTS GREEN BEAN (Vigna radiata L.) Arif Sutono

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Urea, TSP, KCl dan pestisida. Alat-alat yang digunakan adalah meteran, parang,

MATERI DAN METODE. Urea, TSP, KCl dan pestisida. Alat-alat yang digunakan adalah meteran, parang, III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau pada bulan Januari

Lebih terperinci

EFEK KOMBINASI DOSIS PUPUK N P K DAN CARA PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG MANIS. Jumini, Nurhayati, dan Murzani

EFEK KOMBINASI DOSIS PUPUK N P K DAN CARA PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG MANIS. Jumini, Nurhayati, dan Murzani EFEK KOMBINASI DOSIS PUPUK N P K DAN CARA PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG MANIS Effect of Combination of Fertilizer Doses of N, P, K and Fertilizer Placement on Growth and Yield of Sweet

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Vegetatif Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 5). Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS RESPONSE OF PLANTING DISTANCE AND GRANUL ORGANIC FERTILIZER DOSAGE DIFFERENT ON GROWTH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Jagung Menurut Purwono dan Hartono (2005), jagung termasuk dalam keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanian Fakultas Pertanian Universitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Jagung Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada malai dan bunga betina terletak pada tongkol di pertengahan batang secara terpisah tapi

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi, Laboratorium Penelitian, lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PENGARUH UMUR BIBIT DAN KONSENTRASI POC (PUPUK ORGANIK CAIR) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BROKOLI (Brassica oleracea var. Italica L.

PENGARUH UMUR BIBIT DAN KONSENTRASI POC (PUPUK ORGANIK CAIR) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BROKOLI (Brassica oleracea var. Italica L. PENGARUH UMUR BIBIT DAN KONSENTRASI POC (PUPUK ORGANIK CAIR) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BROKOLI (Brassica oleracea var. Italica L.) SKRIPSI Oleh : DYAN FARISA NIM: 2008-41-019 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Jagung Manis Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan sebagai berikut, Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Sub-divisi: Angiospermae,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilakukan di Desa Dukuh Asem, Kecamatan Majalengka, Kabupaten Majalengka pada tanggal20 April sampai dengan 2 Juli 2012. Lokasi percobaan terletak

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Jalan Bunga Terompet Kelurahan Sempakata Padang Bulan, Medan dengan ketinggian tempat + 25 meter diatas permukaan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

Respons Pertumbuhan dan Hasil Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Terhadap Jarak Tanam dan Waktu Penyiangan Gulma

Respons Pertumbuhan dan Hasil Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Terhadap Jarak Tanam dan Waktu Penyiangan Gulma Respons Pertumbuhan dan Hasil Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Terhadap Jarak Tanam dan Response of growth and result sorghum in spacing and weeding time Wika Simanjutak, Edison Purba*, T Irmansyah

Lebih terperinci

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Latar Belakang Di antara pola tanam ganda (multiple cropping) yang sering digunakan adalah tumpang sari (intercropping) dan tanam sisip (relay

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau. 21 PELAKSANAAN PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 (dua) tahap, pertama pertumbuhan dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau. Tahap I. Pengujian Karakter Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lahan petani di Dusun Pabuaran, Kelurahan Cilendek Timur, Kecamatan Cimanggu, Kotamadya Bogor. Adapun penimbangan bobot tongkol dan biji dilakukan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI DAN INTERVAL APLIKASI EKSTRAK DAUN INSULIN (Thitonia difersifolia) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH

PENGARUH KONSENTRASI DAN INTERVAL APLIKASI EKSTRAK DAUN INSULIN (Thitonia difersifolia) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH PENGARUH KONSENTRASI DAN INTERVAL APLIKASI EKSTRAK DAUN INSULIN (Thitonia difersifolia) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) SKRIPSI Oleh : Khoirul Abdul Anam NIM:2013-41-026

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan kering, Desa Gading PlayenGunungkidul Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. (Completely Randomized Block Design) dengan dua faktor yang disusun secara

BAB IV METODE PENELITIAN. (Completely Randomized Block Design) dengan dua faktor yang disusun secara 25 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Percobaan Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (Completely Randomized Block Design) dengan dua faktor yang disusun secara faktorial (Gomez dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur hara guna mendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA Oleh Fetrie Bestiarini Effendi A01499044 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L. 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) Tanaman jagung merupakan tanaman asli benua Amerika yang termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman setelah perkecambahan. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Sepang Jaya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Sepang Jaya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sepang Jaya Kecamatan Labuhan Ratu Bandar Lampung pada bulan Desember 2014 sampai dengan Febuari 2015. 3.2 Bahan dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS JAGUNG MANIS (Zea mays saccharatasturt) PADA SISTEM JARAK TANAM JAJAR LEGOWO YANG BERBEDA

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS JAGUNG MANIS (Zea mays saccharatasturt) PADA SISTEM JARAK TANAM JAJAR LEGOWO YANG BERBEDA 1 PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TIGA VARIETAS JAGUNG MANIS (Zea mays saccharatasturt) PADA SISTEM JARAK TANAM JAJAR LEGOWO YANG BERBEDA Mohamad Ikbal bahua, Nurmi Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Hepuhulawa, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, terhitung sejak bulan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di desa Cengkeh Turi dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember sampai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

STUDI PEMUPUKAN KALIUM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt) VARIETAS SUPER BEE

STUDI PEMUPUKAN KALIUM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt) VARIETAS SUPER BEE STUDI PEMUPUKAN KALIUM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt) VARIETAS SUPER BEE Adri Haris S 1 dan Veronica Krestiani 2 ISSN : 1979-6870 ABSTRACT The purpose of this research

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter

Lebih terperinci

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG VARIETAS P-23 TERHADAP BERBAGAI KOMPOSISI VERMIKOMPOS DENGAN PUPUK ANORGANIK

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG VARIETAS P-23 TERHADAP BERBAGAI KOMPOSISI VERMIKOMPOS DENGAN PUPUK ANORGANIK TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG VARIETAS P-23 TERHADAP BERBAGAI KOMPOSISI VERMIKOMPOS DENGAN PUPUK ANORGANIK SKRIPSI Oleh : EFRIDA SARI NASUTION 080301089 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Padi Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung atau ruang kosong. Panjang tiap ruas

Lebih terperinci

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari The Effect of Peanut (Arachis hypogaea L.) and Corn (Zea mays

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Bahkan di beberapa daerah di Indonesia, jagung dijadikan sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung termasuk Class Monocotyledone, ordo Graminae,

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung termasuk Class Monocotyledone, ordo Graminae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman jagung termasuk Class Monocotyledone, ordo Graminae, familia Graminaceae, genus Zea, species Zea mays.l dan merupakan tanaman berumah satu (monoecious), bunga jantan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, Secara geografis Kota Sepang Jaya terletak pada koordinat antara 105 15 23 dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Jagung Tanaman jagung manis termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea Mays Saccharata. Secara umum klasifikasi tanaman jagung sebagai

Lebih terperinci

PERIODE KRITIS PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) SKRIPSI OLEH : WILTER JANUARDI PADANG

PERIODE KRITIS PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) SKRIPSI OLEH : WILTER JANUARDI PADANG 1 PERIODE KRITIS PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) SKRIPSI OLEH : WILTER JANUARDI PADANG 100301191 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pengamatan pertumbuhan tanaman kedelai Edamame dilakukan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan 13 diinduksi toleransi stres dan perlindungan terhadap kerusakan oksidatif karena berbagai tekanan (Sadak dan Mona, 2014). BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di UPT-Kebun Bibit Dinas di Desa Krasak Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat berada 96

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan, dari bulan Juni sampai bulan Oktober 2011. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai September 2012 oleh Septima (2012). Sedangkan pada musim tanam kedua penelitian dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP Unit Percobaan Natar, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah gandum dan padi. Di Indonesia sendiri, jagung dijadikan sebagai sumber karbohidrat kedua

Lebih terperinci

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah Staf Pengajar fakultas pertanian Universitas Lancang kuning Jurusan Agroteknologi ABSTRAK Permintaan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan dan laboratorium Fakultas

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan dan laboratorium Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan dan laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan pada bulan Maret

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Juli 2010. Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan analisis tanah dan tanaman

Lebih terperinci

PENGARUH POPULASI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADA SISTEM POLA TUMPANG SARI SKRIPSI

PENGARUH POPULASI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADA SISTEM POLA TUMPANG SARI SKRIPSI PENGARUH POPULASI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DAN JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADA SISTEM POLA TUMPANG SARI SKRIPSI OLEH : ADRIA SARTIKA BR SEMBIRING/090301077 AGROEKOTEKNOLOGI

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung di Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 11 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada kemiringan lahan 15 %. Tanah Latosol Darmaga/Typic Dystrudepts (Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm) dipilih sebagai

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. No. 155 KM. 15 Simpang Baru Panam Kecamatan Tampan Pekanbaru, dari bulan

III. MATERI DAN METODE. No. 155 KM. 15 Simpang Baru Panam Kecamatan Tampan Pekanbaru, dari bulan III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Lahan Pertanian Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Jl. H.R Soebrantas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Setelah perkecambahan, akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA TANAM DAN PERLAKUAN ROOTONE F PADA PERTUMBUHAN STEK BATANG Aglaonema Donna Carmen

PENGARUH MEDIA TANAM DAN PERLAKUAN ROOTONE F PADA PERTUMBUHAN STEK BATANG Aglaonema Donna Carmen PENGARUH MEDIA TANAM DAN PERLAKUAN ROOTONE F PADA PERTUMBUHAN STEK BATANG Aglaonema Donna Carmen SKRIPSI Oleh : DARSONO 2009-41-012 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MURIA KUDUS

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan dengan titik

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Agustus Analisa laboratorium dilakukan di Laboratorium Penelitian dan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Agustus Analisa laboratorium dilakukan di Laboratorium Penelitian dan III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni 2016 sampai dengan Agustus 2016. Analisa laboratorium dilakukan di Laboratorium Penelitian dan Tanah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau Desa Simpang Barn Kecamatan Tampan Kotamadya Pekanbaru Propinsi Riau dengan

Lebih terperinci

III.TATA CARA PENELITIAN

III.TATA CARA PENELITIAN III.TATA CARA PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai bulan Maret 2016 di Green House dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan pertanian milik masyarakat Jl. Swadaya. Desa Sidodadi, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei s/d September 2012 di lahan kering Kabupaten Bone Bolango dan bulan Oktober 2012 di Laboratorium Balai Karantina

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 22 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai bulan Oktober 212 sampai dengan Januari

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA WAKTU PANEN DAN KADAR GULA BIJI JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt)

KORELASI ANTARA WAKTU PANEN DAN KADAR GULA BIJI JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt) KORELASI ANTARA WAKTU PANEN DAN KADAR GULA BIJI JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt) Oleh : Surtinah Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Lancang Kuning Program Studi Agroteknologi Jl. D.I.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis (Zea mays saccarata L.) atau yang lebih dikenal dengan

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis (Zea mays saccarata L.) atau yang lebih dikenal dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung manis (Zea mays saccarata L.) atau yang lebih dikenal dengan nama sweet corn sudah lama dikenal di India dan Amerika. Jagung manis di Indonesia

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK MAJEMUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TERONG UNGU (Solanum melongena L.)

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK MAJEMUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TERONG UNGU (Solanum melongena L.) PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK MAJEMUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TERONG UNGU (Solanum melongena L.) SKRIPSI Oleh : INDRA JAYA SASMITO NIM : 2008-41-030 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

Lebih terperinci

Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat

Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat Yuliana Susanti & Bq. Tri Ratna Erawati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (Bptp) NTB Jl.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga bulan Mei 2010 di rumah kaca Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Kampus Dramaga, Bogor dan Balai Penelitian Tanaman

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci