KADERISASI ORGANISASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KADERISASI ORGANISASI"

Transkripsi

1 KADERISASI ORGANISASI KADERISASI ORGANISASI Kaderisasi merupakan hal penting bagi sebuah organisasi, karena merupakan inti dari kelanjutan perjuangan organisasi ke depan. Tanpa kaderisasi, rasanya sangat sulit dibayangkan sebuah organisasi dapat bergerak dan melakukan tugas-tugas keorganisasiannya dengan baik dan dinamis. Kaderisasi adalah sebuah keniscayaan mutlak membangun struktur kerja yang mandiri dan berkelanjutan. Fungsi dari kaderisasi adalah mempersiapkan calon-calon (embrio) yang siap melanjutkan tongkat estafet perjuangan sebuah organisasi. Kader suatu organisasi adalah orang yang telah dilatih dan dipersiapkan dengan berbagai keterampilan dan disiplin ilmu, sehingga dia memiliki kemampuan yang di atas rata-rata orang umum. Bung Hatta pernah menyatakan kaderisasi dalam kerangka kebangsaan, Bahwa kaderisasi sama artinya dengan menanam bibit. Untuk menghasilkan pemimpin bangsa di masa depan, pemimpin pada masanya harus menanam. Dari sini, pandangan umum mengenai kaderisasi suatu organisasi dapat dipetakan menjadi dua ikon secara umum. Pertama, pelaku kaderisasi (subyek). Dan kedua, sasaran kaderisasi (obyek). Untuk yang pertama, subyek atau pelaku kaderisasi sebuah organisasi adalah individu atau sekelompok orang yang dipersonifikasikan dalam sebuah organisasi dan kebijakan-kebijakannya yang melakukan fungsi regenerasi dan kesinambungan tugas-tugas organisasi. Sedangkan yang kedua adalah obyek dari kaderisasi, dengan pengertian lain adalah individuindividu yang dipersiapkan dan dilatih untuk meneruskan visi dan misi organisasi. Sifat sebagai subyek dan obyek dari proses kaderisasi ini sejatinya harus memenuhi beberapa fondasi dasar dalam pembentukan dan pembinaan kader-kader organisasi yang handal, cerdas dan matang secara intelektualdanpsikologis. Sebagai subyek atau pelaku, dalam pengertian yang lebih jelas adalah seorang pemimpin. Bagi Bung Hatta, kaderisasi sama artinya dengan edukasi, pendidikan! Pendidikan tidak harus selalu diartikan pendidikan formal, atau dalam istilah Hatta sekolah-sekolahan, melainkan dalam pengertian luas. Tugas pertama-tama seorang pemimpin adalah mendidik. Jadi, seorang pemimpin hendaklah seorang yang memiliki jiwa dan etos seorang pendidik. Memimpin berarti menyelami perasaan dan pikiran orang yang dipimpinnya serta memberi inspirasi dan membangun keberanian hati orang yang dipimpinnya agar mampu berkarya secara maksimal dalam lingkungan tugasnya. Sedangkan sebagai obyek dari proses kaderisasi, sejatinya seorang kader memiliki komitmen dan tanggung jawab untuk melanjutkan visi dan misi organisasi ke depan. Karena jatuh-bangunnya organisasi terletak pada sejauh mana komitmen dan keterlibatan mereka secara intens dalam dinamika organisasi, dan tanggung jawab mereka untuk melanjutkan perjuangan organisasi yang telah dirintis dan dilakukan oleh para pendahulu-pendahulunya.

2 Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam hal kaderisasi adalah potensi dasar sang kader. Potensi dasar tersebut sesungguhnya telah dapat dibaca melalui perjalanan hidupnya. Sejauh mana kecenderungannya terhadap problema-problema sosial lingkungannya. Jadi, di sana ada semacam landasan berfikir atau filosofi kaderisasi yang harus mendapatkan porsi perhatian oleh setiap organisasi/pergerakan. Yaitu: harus ditemukan upaya mencari bibitbibit unggul dalam kaderisasi. Subyek harus mampu menawarkan visi dan misi ke depan yang jelas dan memikat, serta menawarkan romantika dinamika organisasi yang menantang bagi para kader yang potensial, sehingga mereka dengan senang hati akan terlibat mencurahkan segenap potensinya dalam kancah organisasi. Untuk dapat menjalankan peran tersebut, maka organisasi atau sebuah pergerakan harus terlebih dahulu mematangkan visi-misi mereka; dan termasuk sikap mereka terhadap persoalan mendesak dan aktual kemasyarakatan; serta pada saat yang sama tersedianya para pengkader yang handal, untuk menggarap bibit-bibit potensial tadi. Kader-kader potensial, setelah mereka memahami dan meyakini pandangan dan sistem yang telah diinternalisasikan, maka jiwanya akan terpacu untuk bekerja, berkarya dan berkreasi seoptimal mungkin. Maka, di sini, organisasi/pergerakan dituntut untuk dapat mengantisipasi dan menyalurkannya secara positif. Dan memang sepatutnya organisasi/pergerakan mampu melakukannya, karena bukankah yang namanya organsiasi/pergerakan berarti terobsesi progresif bergerak maju dengan satu organisasi yang efisien dan efektif, bukan sebaliknya? Belakangan ini, sudah dimulai upaya ke arah kaderisasi yang berorientasi pada karya dan aksi sosial dalam level general, berupa penumbuhan dan stimulasi etos intelektual dan sosial. Jadi, bagaimana menggabungkan atau menemukan konvergensi yang ideal antara aktifitas berpikir (belajar) sebagai entitas mahasiswa dan aktifitas aksi sosial sebagai pengejawantahan dari nilai-nilai tekstual-normatif. Dengan kata lain, harus ditemukan titik keseimbangan antara nilainilai tekstual-normatif tadi dengan realitas-kontekstualnya. Alâ kulli hâl, tampaknya perlu dicermati kembali urgensi dari kaderisasi berkala yang dilakukan oleh organisasi apapun. Kaderisasi merupakan kebutuhan internal organisasi yang tidak boleh tidak dilakukan. Layaknya sebuah hukum alam, ada proses perputaran dan pergantian disana. Namun satu yang perlu kita pikirkan, yaitu format dan mekanisme yang komprehensif dan mapan, guna memunculkan kader-kader yang tidak hanya mempunyai kemampuan di bidang manajemen organisasi, tapi yang lebih penting adalah tetap berpegang pada komitmen sosial dengan segala dimensinya. Sukses atau tidaknya sebuah institusi organisasi dapat diukur dari kesuksesannya dalam proses kaderisasi internal yang di kembangkannya. Karena, wujud dari keberlanjutan organisasi adalah munculnya kader-kader yang memiliki kapabilitas dan komitmen terhadap dinamika organisasi untuk masa depan. Wallâh-u A lam Bi al-shawâb Kenapa Harus Ada Kaderisasi? Apa yang kamu pikirkan pertama kali ketika mendengar kata kaderisasi? Adegan pukul-pukulan? Adegan bentak-bentakkan? Push up berantai? Senioritas atau junioritas? Gelap-gelapan di pedalaman gunung atau hutan? Berjalan jauh?

3 Atau malah merangkak? Ditutup matanya di pemakaman sendirian? Wah, serem-serem banget! Itu sih bukan kaderisasi, melainkan sebuah balas dendam kakak tingkat karena dahulu dia pernah merasakan ketegangan itu ^^ *pis ah* Lupain dulu deh, yang gitu-gitu. Coba yuk, kita lihat lebih dekat, apa itu kaderisasi dan kenapa harus ada? Peran kaderisasi: 1. Pewarisan nilai-nilai organisasi yang baik Proses transfer nilai adalah suatu proses untuk memindahkan sesuatu (nilai) dari satu orang ke orang lain (definisi Kamus Besar Bahasa Indonesia). Nilai-nilai ini bisa berupa hal-hal yang tertulis atau yang sudah tercantum dalam aturan-aturan organisasi (seperti Konsepsi, AD ART, dan aturan-aturan lainnya) maupun nilai yang tidak tertulis atau budaya-budaya baik yang terdapat dalam organisasi (misalnya budaya diskusi) maupun kondisi-kondisi terbaru yang menjadi kebutuhan dan keharusan untuk ditransfer. 2. Penjamin keberlangsungan organisasi Organisasi yang baik adalah organisasi yang mengalir, yang berarti dalam setiap keberjalanan waktu ada generasi yang pergi dan ada generasi yang datang (ga itu-itu aja, ga ngandelin figuritas). Nah, keberlangsungan organisasi dapat dijamin dengan adanya sumber daya manusia yang menggerakan, jika sumber daya manusia tersebut hilang maka dapat dipastikan bahwa organisasinya pun akan mati. Regenerasi berarti proses pergantian dari generasi lama ke generasi baru, yang termasuk di dalamnya adanya pembaruan semangat. 3. Sarana belajar bagi anggota Tempat di mana anggota mendapat pendidikan yang tidak didapat di bangku pendidikan formal. Pendidikan itu sendiri berarti proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam proses mendewasakan manusia melalui proses pengajaran dan pelatihan. Pendidikan di sini mencakup dua hal yaitu pembentukan dan pengembangan. Pembentukan karena dalam kaderisasi terdapat output-output yang ingin dicapai, sehingga setiap individu yang terlibat di dalam dibentuk karakternya sesuai dengan output. Pengembangan karena setiap individu yang terlibat di dalam tidak berangkat dari nol tetapi sudah memiliki karakter dan skill sendiri-sendiri yang terbentuk sejak kecil, kaderisasi memfasilitasi adanya proses pengembangan itu. Pendidikan yang dimaksudkan di sini terbagi dua yaitu dengan pengajaran (yang dalam lingkup kaderisasi lebih mengacu pada karakter) dan pelatihan (yang dalam lingkup kaderisasi lebih mengacu pada skill). Dengan menggunakan kata pendidikan, kaderisasi mengandung konsekuensi adanya pengubahan sikap dan tata laku serta proses mendewasakan. Hal ini sangat terkait erat dengan proses yang akan dijalankan di tataran lapangan, bagaimana menciptakan kaderisasi yang intelek untuk mendekati kesempurnaan pengubahan sikap dan tata laku serta pendewasaan. Posisi Kaderisasi: 1. Strategis Definisi dalam KBBI, rencana yg cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Perlu ada perencanaan yang matang dalam organisasi agar tujuannya tercapai, salah satunya adalah kaderisasi yang baik.

4 Bila kaderisasi baik, berarti internal organisasi tersebut baik. Bila internal kaderisasinya sudah baik, semua tujuan organisasi bisa tercapai dan bisa ekspansi ke wilayah eksternal. 2. Vital Ini menunjukkan urgensi dari kaderisasi. Jika, kaderisasi mati, cepat atau lambat organisasi pun akan mati karena organisasi tidak berkembang dan tidak mampu mengaktualisasi dirinya. Fungsi kaderisasi: 1. Melakukan rekrutmen anggota baru Penanaman awal nilai organisasi agar anggota baru bisa paham dan bergerak menuju tujuan organisasi. 2. Menjalankan proses pembinaan, penjagaan, dan pengembangan anggota Membina anggota dalam setiap pergerakkannya. Menjaga anggota dalam nilai-nilai organisasi dan memastikan anggota tersebut masih sepaham dan setujuan. Mengembangkan skill dan knowledge anggota agar semakin kontributif. 3. Menyediakan sarana untuk pemberdayaan potensi anggota sekaligus sebagai pembinaan dan pengembangan aktif Kaderisasi akan gagal ketika potensi anggota mati dan anggota tidak terberdayakan. 4. Mengevaluasi dan melakukan mekanisme kontrol organisasi Kaderisasi bisa menjadi evaluator organisasi terhadap anggota. Sejauh mana nilai-nilai itu terterima anggota, bagaimana dampaknya, dan sebagainya. (untuk itu semua, diperlukan perencanaan sumber daya anggota sebelumnya) Aspek kaderisasi: Kaderisasi haruslah holistik. Banyak aspek yang harus tersentuh oleh kaderisasi untuk menghasilkan kader yang ideal. Aspek tersebut adalah 1. Fisikal (kesehatan) 2. Spiritual (keyakinan, agama, nilai) 3. Mental (moral dan etika, softskill, kepedulian) 4. Intelektual (wawasan, keilmuan, keprofesian) 5. Manajerial (keorganisasian, kepemimpinan) Dari setiap aspek, harus ada sinergi dan keseimbangan agar tiap aspek bisa menunjang aspek yang lainnya sehingga potensi si kader teroptimalisasi. Bentuk kaderisasi: 1. Kaderisasi pasif Kaderisasi pasif dilakukan secara insidental dan merupakan masa untuk kenaikan jenjang anggota. Pada momen ini, anggota mendapatkan pembinaan learning to know dan sedikit learning to be. Pembinaan pasif sangat penting dan efektif dalam pembinaan dan penjagaan. 2. Kaderisasi aktif Yaitu kaderisasi yang bersifat rutin dan sedikit abstrak, karena pada kaderisasi ini, anggotalah yang mencari sendiri materi -nya. Pada momen ini, anggota mendapatkan pembinaan learning to know, learning to do, dan learning to be sekaligus. Maka dalam hal ini sangat penting untuk dipahami, bahwa setiap rutinitas kegiatan, haruslah memberdayakan potensi anggota

5 sekaligus menjadi bentuk pembinaan dan pengembangan aktif bagi anggota. Kaderisasi ini sangat baik dalam proses pembinaan, penjagaan, dan pengembangan secara sistematis. Profil Kader: Terkadang, orang-orang yang subjek kaderisasi (panitia) tidak memberi tahu kepada objek kaderisasi (peserta), kader yang seperti apa yang ingin dibentuk atau dicapai. Hal tersebut menyebabkan terjadi distorsi keberterimaan. Bisa jadi hal-hal penting yang diberikan tidak diterima oleh objek kaderisasi. Tetapi itu masih lebih baik, dibanding tidak ada output kader yang ingin dicapai. Yang penting tujuan organisasi tercapai, atau yang lebih parah, yang penting ada kaderisasi. Profil kader termasuk ke dalam hal-hal yang harus disiapkan atau ditargetkan prakaderisasi. Profil ini bisa terkait dalam 4 hal (contoh saja): 1. Berhubungan dengan diri si kader (pengembangan diri kader: wawasan, kemampuan) 2. Berhubungan dengan organisasi (kader yang mau berkontribusi untuk organisasi) 3. Berhubungan dengan masyarakat (kader yang bisa menjadi solusi bagi permasalahan bangsa) 4. Berhubungan dengan basis organisasi (kader harus sesuai dengan basis organisasi, misal: keilmuan, keprofesian, minat, bakat) Profil kader ini tidak hanya digunakan ketika kaderisasi yang bersifat insidental saja (event), tetapi juga kaderisasi berkelanjutan yang beriringan dengan aktivitas organisasi. Selain itu, tidak cukup hanya menjadikan calon kader menjadi objek kaderisasi. Sebaiknya kita juga melakukan sesuatu kepada lingkungan atau suasana di sekitar calon kader agar lebih kondusif untuk mencapai profil-profil ini. Misal, pengkader harus telah mencapai profil si calon kader. Sehingga calon kader memiliki role model langsung (bisa terjadi percepatan pembelajaran). *** Membangun Kaderisasi pada Organisasi Kampus Membangun organisasi bukanlah sekadar mengikuti alur dan peranan Tuhan yang disebut takdir. Setiap orang tahu itu. Tapi tidak semua menjalankannya dengan sadar. Membangun organisasi layaknya merawat sebuah pohon, di mana ada tujuan akhir yang menjadi alasan organisasi ini masih berdiri, tujuan besar ini kemudian diejawantahkan dalam rencana-rencana jangka panjang, menengah dan pendek. Ada pelaku/subjek organisasi, lalu ada struktur yang jelas, metode kerja yang sesuai dengan organisasinya. Tentunya banyak sekali untuk menjelaskan filosofi organisasi, tapi yang ingin saya tuju adalah bahwa kesadaran akan visi dan misi organisasi inilah yang penting untuk membangun kapasitas organisasi yang lebih baik, dan tentunya berimbas pada kaderisasi setelah itu.

6 Visi dan misi sebuah organisasi yang jelas, akan berimbas pada pelaku (atau biasa disebut pengurus)-nya. Imbas inilah yang dicari, didambakan, diharapkan setiap pelaku organisasi. Misalnya ketika visi saya adalah membangun sebuah rumah, jelas orang yang membantu membangun rumah saya akan merasakan rumah yang megah nantinya, disamping pengerjaannya yang penuh canda tawa, kekeluargaan, kerja keras, pembelajaran pekerjaan atau sikap, soliditas, kebanggaan akan jabatan dan profesionalisme, bahkan tak ayal jika sesama pembangun rumah saling mengenal dan bisa bekerja sama di ladang yang lain. Imbas inilah yang saya sebut manfaat organisasi. This is what peoples find in the campus. Mereka tidak dibayar dengan uang untuk bekerja, mengorbankan waktu belajar dan bermain hanya untuk berkutat dengan marketing call, atau proposal kegiatan yang ribetnya setengah mati. They are paid with experience, skill, selfdevelopment, and dignity of his/her organisation. Mereka berharap akan ada sesuatu yang tumbuh dari pengorbanan mereka selama ini. Mereka berharap ada jaringan yang didapat, pengalaman, dan keahlian yang diturunkan dari senior atau extraordinat-nya. Maka, manfaat pragmatis ini tidak bisa dianggap sepele. We need to explore it, and sell it to our customer. Contoh riilnya yang saya alami adalah pada dua organisasi besar ini ternyata kalah dengan sebuah kepanitiaan (walau juga besar, scopenya nasional). Dengan jumlah staf yang mendaftar berjumlah 200 orang, kepanitiaan ini hanya menerima kurang lebih 50 orang untuk menjadi bagian dari tim tersebut. Masa kerja terhitung satu tahun kurang lebih, artinya tidak jauh berbeda dibandingkan organisasi struktural. Kemudian kita lihat totalitas, profesionalitas orang orangnya, saya pikir masih jauh lebih unggul kepanitiaan ini. Mengapa bisa demikian? Karena kepanitiaan ini telah belasan tahun terpercaya mendevelop orang-orang yang ada di dalamnya untuk bekerja secara profesional, on time, keahlian yang tinggi, fokus yang luar biasa, dengan tidak menghilangkan unsur-unsur kekeluargaan serta kedekatan personal. Ini yang satu benchmark yang saya pikir pantas untuk ditiru. Tujuan dan manfaat organisasi yang nyata dan terorganisir dengan baik merupakan kunci sukses dari capacity development dan suksesi yang lebih baik Pendek kata, jika organisasi terkenal baik, prestigeous, profesional, pastilah orang berbondongbondong masuk. We need to develop our internal capability, prove it with our work, sell the product and let people know it and buy it. Suksesi yang lebih baik bukan sekadar keniscayaan. Post-Gerakan Mahasiswa REFORMASI 1998 yang digulirkan oleh gerakan mahasiswa secara serentak telah menorehkan tinta emas sejarah demokrasi di Indonesia. Gegap gempita keberhasilan gerakan mahasiswa disambut riuh dengan tumbuhnya demokrasi dan tumbangnya rezim orde baru. Lalu bagaimana dengan gerakan mahasiswa sekarang? Pascareformasi 1998, banyak kalangan menilai telah hilang arah gerakan dan perjuangan mahasiswa. Ada beberapa hal yang menyebabkan hilangnya perjuangan mahasiswa. Pertama, hilangnya daya kritis mahasiswa, karena mahasiswa kini disibukkan dengan pesta demokrasi prosedural kampus dan diperparah dengan konflik antar gerakan mahasiswa yang tak kunjung reda. Kedua, kuatnya budaya patronase serta afiliasi gerakan mahasiswa terhadap senior-senior mereka yang berada di pemerintahan, parpol, maupun LSM.

7 Meskipun demikian sepatutnya masyarakat tidak bersikap pesimis terhadap gerakan mahasiswa saat ini. Pasalnya, beberapa mahasiswa menyadari akan permasalahan krisis gerakan mahasiswa ini. Dan untuk keluar dari permasalahan ini mereka memilih pada jalur post-gerakan mahasiswa. Term Post-gerakan mahasiswa merupakan analogisasi dari post-modernisme yang berarti tidak ada kaitan dan tanggung jawab terhadap modernisme tetapi kondisi melampaui modern. Begitu juga dengan Post-gerakan mahasiswa yang merevitalisasi arah perjuangan gerakan mahasiswa tanpa ada kungkungan senioritas serta purifikasi gerakan mahasiswa dengan basis intellektual kritis. Berbeda dengan neo-modernisme Post-gerakan mahasiswa merupakan gagasan pembaharuan terhadap gerakan mahasiswa engan mengkombinasikan beberapa ide. Pertama, konsep intelektual organik Gramsci sebagai basis gerakan. Maksud intellektual organik adalah seorang aktifis yang bermanfaat terhadap masyarakat disekitarnya. Kedua, ideology kritis sebagai ideology gerakan. Serta militansi kuat terhadap intellektualitas dan kebenaran. Peluang post-gerakan mahasiswa memang berat jika dihadapkan dengan gerakan mahasiswa mainstream. Tetapi, dengan munculnya komunitas-komunitas post-gerakan mahasiswa ini paling tidak mencoba untuk membangun pondasi awal demokrasi dari wilayah intellektual. Seperti komunitas-komunitas diskusi dan kajian mahasiswa yang bermunculan di Ciputat. Beberapa komunitas post-gerakan mahasiswa tersebut misalnya: Piramida Circle, Formaci, ersous, LS-ADI, Makar Institute, Senjakala, Forum KOPI, dll. Peran Penting Kaderisasi dalam Memperkokoh Organisasi Saya ingin mengawali tulisan ini dengan perkataan aristoteles di dalam bukunya yang berjudul La Politic bahwa setiap imperium yang tidak mampu memberikan pendidikan bagi generasi berikutnya maka tunggu saja waktunya imperium itu akan mengalami masa kehancuran. Begitu pentingnya pendidikan sehingga apabila kita berbicara pendidikan maka sama pentingnya dengan membicarakan keberlangsungan organisasi, imperium atau bentuk kumpulan manusia apa pun. Sebuah negara hanya akan besar apabila negara tersebut memiliki sumber daya manusia yang berkualitas untuk berpartisipasi dalam jalannya roda kenegaraan. Tentu sumber daya manusia barulah mengalami kualifikasi ketika manusia-manusia-nya diberikan pendidikan yang baik pula. Pendidikan merupakan satu-satunya instrument untuk mencetak sumber daya manusia yang berkualitas, terlepas apa pun bentuk dan metodenya. Anggap saja kita diberikan hak untuk mengkategorikan mana saja negara-negara di dunia ini yang bisa diklasifikasikan sebagai negara maju, maka apa yang akan kita jadikan tolak ukur untuk menilainya? Kalau pembaca menanyakan kepada saya hal tersebut, tentu dengan segera saya menjawab bahwa pendidikan adalah tolak ukur utama apakah negara dapat dikatakan maju atau tidak.

8 Indonesia di dalam preamble UUD 1945 tegas diguratkan bahwa negara dibangun yakni salah satunya adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Juga dikatakan agar pemerintah mengalokasikan minimal 20% anggaran di dalam APBN sebagai bentuk realisasi pembangunan sumber daya manusia lewat pendidikan yang baik walau penganggaran saja tidaklah cukup tanpa disertai dengan pembenahan di sisi lainnya seperti infrastruktur, kualitas pengajar, kurikulum yang baik serta suasana hidup di lingkungan pendidikan tersebut. Mari kita sejenak bercermin kepada negara kecil yang kemajuannya sangat pesat di wilayah asia tenggara. Singapuara misalnya, negara ini seperti yang pernah dikatakan oleh Prof Goh Chor Boon Wakil Direktur NIE (National Institute of Education), salah satu lembaga pendidikan pemerintah terbesar di Singapura, yang mengatakan. Kami tidak punya sumber daya alam, kami tidak punya tambang, kami hanya punya human resourses. Kalau kami tidak punya pendidikan yang baik maka kami tidak akan bertahan. Penegasan ini, tampaknya bisa dilihat dari anggaran pendidikan Singapura kedua tertinggi setelah anggaran pertahanan. Data tahun 2003: anggaran pendidikan Singapura mencapai 27%, Malaysia 22% dan 2008 mencapai 26%, sementara Thailand 21%. Malaysia yang dulu mengimpor guru Indonesia, telah jauh melesat. Dengan komposisi anggaran yang besar, pemerintahnya sukses menanggung beasiswa pelajar dan mahasiswa di luar negeri. Dan Singapura Si Negara Kota, mengaku telah melewati fase Pembangunan Landasan Riset dan Pengembangan sejak lama, yang ditandai salah satunya dengan pendirian Dewan Teknologi dan Sains Nasional tahun Dalam konteks partai, kita juga bisa melihat pola pendidikan atau kaderisasi yang diterapkan untuk membangun kader-kader yang diharapkan menjalankan visi-misi partai. Lemahnya kaderisasi di dalam partai akan berdampak langsung terhadap melemahnya partai. Tanpa kader yang kuat tidak ada organisasi kokoh bisa terbentuk, begitu juga sebaliknya tanpa organisasi yang kokoh sulitlah melakukan kaderisasi yang baik. Sudah barang tentu kedua hal tersebut harus berjalan seiring layaknya mobil dan bensin dimana tanpa salah satu maka keduanya tidak akan bermakna apa-apa. Saya ingin mengajak pembaca untuk sedikit bersantai ria bercerita tentang film three hundreds (300) yang mengisahkan tentang perjuangan 300 pejuang spartan yang mempertahankan tanah air dari serangan bangsa luar. Kita tidaklah perlu mempersoalkan apakah hal tersebut benar-benar pernah terjadi atau tidak, karena saya hanya bermaksud untuk menstimulir kita dalam berimajinasi tentang kaderisasi. Lihatlah film tersebut, bangsa spartan hanya menggunakan 300 pejuang dalam peperangan melawan ribuan musuh-musuhnya dengan senjata yang lengkap. Apa yang membuat pejuang-pejuang tersebut mampu mengimbangi musuh dalam peperangan tersebut. Kita bisa melihat mereka memiliki strategi yang kuat, strategi yang membaca dan memanfaatkan medan peperangan dengan baik demi keuntungan barisannya. Mereka juga memiliki kedisiplinan gerakan dan ketaatan komando serta koordinasi yang baik antar setiap personil sehingga formasi-formasi barisan dengan mudah dibentuk dan memang benar-benar kokoh. Kedisiplinan dan militansi benar-benar terlihat dan merasuki setiap jiwa pejuang tersebut, terlebih film ini menggambarkan nyawa dari keberanian pejuang-pejuang tersebut yakni rasa cinta mereka terhadap tanah air dan bangsa yang kita kenal dengan nasionalisme. Itulah yang menjadi nyawa dari keberanian para pejuang-pejuang sparta. Baiklah kita tafikan sejenak persoalan fantasi film yang barusan kita bicarakan, mari kita sejenak memperhatikan realita kehidupan yang terjadi di dunia ini. Ketika kita terlahir ke dunia ini, kita langsung dihadapkan pada alam dimana kita harus beradaptasi dan berinteraksi dengan segala sesuatu di luar kita. Kita yang tadinya tidak bisa berbahasa kemudian perlahan diberikan

9 sentuhan linguistik oleh pertama-tama ibu, lalu oleh lingkungan sekitar, sampai kita mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa, tadinya yang kita hanya bisa terbaring kemudian mampu untuk berjalan bahkan berlari, awalnya kita minum asi kemudian kita bisa memakan nasi. Saya menceritakan ini agar pembaca melihat realitas terdekat bahwa sesungguhnya kita dari sejak lahir hingga saat ini telah mengalami perkembangan diri, sekali lagi saya katakan apapun cara dan media yang membuat kita berkembang tidaklah begitu saya persoalkan, karena itu relatif, namun hal terpenting yang mau sampaikan bahwa proses perkembangan tersebut bisa kita katakan kaderisasi dalam konteks luas. Atau lebih ekstrim lagi, seluruh proses kehidupan yang ada di dunia ini apapun bentuknya, disadari atau tidak, bila kita pandang dari segala perspektif merupakan bentuk kaderisasi. Pernyataan tersebut senada dengan pernyataan yang pernah dilontarkan oleh bapak pendidikan nasional KI HAJAR DEWANTARA bahwa semua adalah guru, dan setiap tempat adalah perguruan. Marilah sedikit kita persempit konteks pembicaraan kita dalam lingkup organisasi. Tidak perlu saya jelaskan lebih panjang terkait apa itu organisasi? Dan kenapa pembahasannya harus dibedakan dengan komunitas atau kumpulan-kumpulan lain. Cukuplah kita mengetahui bahwa organisasi merupakan sekumpulan orang yang memiliki tujuan (cita-cita) dan akan kita capai dengan langkah-langkah tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut manusia-manusia yang ada di dalamnya diberi aturan-aturan demi pendisiplinan mencapai tujuan. Kenapa begitu penting kita harus menata kaderisasi di tubuh organisasi? Ini yang harus kita jawab dengan lantang dan tegas agar kita memiliki arah dalam mengarungi samudra pemakanaan terhadap satu kata yakni kaderisasi. Di atas telah kita ulas bahwa organisasi memiliki tujuan. Bagaimana tujuan itu dapat tercapai apabila sekumpulan orang tersebut tidak memahami secara utuh apa tujuannya dan bagaimana langkah-langkah mencapai tujuan. Lalu apakah ketika mereka tahu secara utuh tentang tujuan dan langkah-langkah mencapai tujuan dengan sendirinya kita akan mau bergerak mewujudkan cita-cita organisasi? Kemauan mensyaratkan adanya semangat, dan tentulah mereka yang ada di organisasi harus dibangkitkan semangatnya untuk merealisasikan tujuan organisasi. Kita andaikan saja semua orang di dalam tubuh organisasi telah memiliki semangat dan kemauan untuk mengimplementasikan tujuan, saya kemudian bertanya sekali lagi, apakah setelah mereka memiliki pengetahuan tentang tujuan, semangat untuk mencapai tujuan, dan mau untuk mencapai tujuan itu dengan sendirinya kita akan melakukan pergerakan? Saya tegaskan belum tentu. Kita harus melihat variabel resiko di dalamnya. Setelah mereka tahu, semangat dan mau dan kemudian mereka dihadapkan kepada resiko-resiko tertentu, mungkin timbul kebimbangan untuk bergerak di jalan yang sudah ditentukan. Oleh karena itu tahap mau haruslah dirubah menjadi tahapan bertindak atau bergerak dan hal tersebut mensyaratkan adanya pengorbanan. Mungkin pembaca menganggap hal diatas adalah pembahasan yang biasa-biasa saja dan dirasa kurang penting. Tapi saya ingin tegaskan persoalan ini bukanlah persoalan yang sederhana namun membutuhkan usaha yang super berat dalam membangunnya. Ucapan saya seirama dengan apa yang telah diucapkan oleh bung karno ketika dia berbicara di depan rakyat tentang tahapan-tahapan itu. Apa tahapan-tahapan itu? Tahapan itu dalam konteks nasional dikumandangkan bung karno dengan peristilahan national spirit meningkat menuju national will hingga mencapai nasional daad. Berulang-ulang kali beliau menyampaikan itu kepada rakyat bukan sekedar jargon tetapi hal tersebut mengindikasikan betapa besar usaha yang diperlukan untuk membangunnya.

10

KADERISASI ORGANISASI (Tulisan lepas disampaikan pada diklat LMMT oleh BEM STKIP PGRI Tulungagung tanggal 27 April 2014)

KADERISASI ORGANISASI (Tulisan lepas disampaikan pada diklat LMMT oleh BEM STKIP PGRI Tulungagung tanggal 27 April 2014) KADERISASI ORGANISASI (Tulisan lepas disampaikan pada diklat LMMT oleh BEM STKIP PGRI Tulungagung tanggal 27 April 2014) Oleh: Drs. Muniri, M.Pd Dosen Tadris Matematika IAIN Tulungagung Kaderisasi merupakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Perencanaan pengembangan kinerja dosen di IAIN Sulthan Thaha

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Perencanaan pengembangan kinerja dosen di IAIN Sulthan Thaha 259 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Perencanaan Pengembangan Kinerja Dosen Perencanaan pengembangan kinerja dosen di IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi pada prinsipnya telah dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia, pembentukan pribadi manusia yang berkualitas menjadi keharusan bagi suatu bangsa jika ingin

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR HALUAN ORGANISASI BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER

GARIS-GARIS BESAR HALUAN ORGANISASI BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER GARIS-GARIS BESAR HALUAN ORGANISASI BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER I. PENDAHULUAN 1. Pengertian Garis-garis Besar Haluan Organisasi (GBHO) adalah garis-garis besar sebagai

Lebih terperinci

RANCANGAN UMUM KADERISASI (RUK) KM ITB

RANCANGAN UMUM KADERISASI (RUK) KM ITB RANCANGAN UMUM KADERISASI (RUK) KM ITB KATA PENGANTAR RUK KM ITB ini disusun sebagai perangkat tambahan kelengkapan kemahasiswaan di ITB, sebagai pegangan bersama organisasi kemahasiswaan berdasarkan program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Hasanah Ratna Dewi, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Hasanah Ratna Dewi, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Perjalanan sejarah hidup umat manusia tidak terlepas dari proses pendidikan yang menjadi salah satu kebutuhan dari setiap manusia. Berdasarkan

Lebih terperinci

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM BADAN PERWAKILAN MAHASISWA Gedung Pusgiwa FMIPA UI Depok

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM BADAN PERWAKILAN MAHASISWA Gedung Pusgiwa FMIPA UI Depok KETETAPAN UNIVERSITAS INDONESIA No.: 15/TAP/BPM FMIPA UI/VII/13 Tentang PEDOMAN PANITIA PROSEDUR PENERIMAAN ANGGOTA AKTIF (PPAA) UNIVERSITAS INDONESIA PERIODE 2013 Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Badan

Lebih terperinci

Garis Garis Besar Haluan Program Keluarga Mahasiswa Institut Teknologi Bandung Periode

Garis Garis Besar Haluan Program Keluarga Mahasiswa Institut Teknologi Bandung Periode INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG GARIS GARIS BESAR HALUAN PROGRAM KELUARGA MAHASISWA Garis Garis Besar Haluan Program Keluarga Mahasiswa Institut Teknologi Bandung Periode 1 INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG GARIS

Lebih terperinci

KETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDONESIA No.: 10/TAP/BPM FMIPA UI/IV/13.

KETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDONESIA No.: 10/TAP/BPM FMIPA UI/IV/13. KETETAPAN UNIVERSITAS INDONESIA No.: 10/TAP/BPM FMIPA UI/IV/13 Tentang PEDOMAN PEMBINAAN MAHASISWA (PPM) UNIVERSITAS INDONESIA PERIODE 2013 Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Badan Perwakilan Fakultas

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN (HASIL AMANDEMEN MUSYAWARAH MAHASISWA VIII KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

RESPON GURU TERHADAP VISI SUPERVISI

RESPON GURU TERHADAP VISI SUPERVISI RESPON GURU TERHADAP VISI SUPERVISI A. PENTINGNYA MASALAH Pendidikan dimasa desentralisasi berbeda dengan sentralisasi. Pada masa sentralisasi segala sesuatu seperti bangunan sekolah, kurikulum, jumlah

Lebih terperinci

MAKALAH. Pengembangan Praktek dan Pola Pengasuhan AKPOL Menuju Democratic Learning

MAKALAH. Pengembangan Praktek dan Pola Pengasuhan AKPOL Menuju Democratic Learning WORKSHOP DAN SEMINAR TENAGA PENGASUH AKPOL Democratic Policing: Penerapan Nilai-Nilai Hak Asasi Manusia Dalam Pengasuhan Taruna Hotel Santika Premiere Semarang, 16-18 Oktober 2013 MAKALAH Pengembangan

Lebih terperinci

PROSES KADERISASI DEWAN PIMPINAN CABANG (DPC) PARTAI AMANAT NASIONAL KOTA BANDAR LAMPUNG =====================================================

PROSES KADERISASI DEWAN PIMPINAN CABANG (DPC) PARTAI AMANAT NASIONAL KOTA BANDAR LAMPUNG ===================================================== Lampiran PROSES KADERISASI DEWAN PIMPINAN CABANG (DPC) PARTAI AMANAT NASIONAL KOTA BANDAR LAMPUNG ===================================================== TRANSKRIP HASIL WAWANCARA 1. Apakah arti penting

Lebih terperinci

A. Program Magister Pendidikan Agama Islam (S2 PAI) 1. Standar Kompetensi Lulusan Jenjang Strata Dua (S2) Progam Magister

A. Program Magister Pendidikan Agama Islam (S2 PAI) 1. Standar Kompetensi Lulusan Jenjang Strata Dua (S2) Progam Magister A. Program Magister Pendidikan Agama Islam (S2 PAI) 1. Standar Kompetensi Lulusan Jenjang Strata Dua (S2) Progam Magister a. Profil Lulusan Profil utama lulusan Program Magister Pendidikan Agama Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab itu hampir

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SMP ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SMP ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG 69 BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SMP ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG A. Kepemimpinan kepala sekolah di SMP Islam Sultan Agung 1 Semarang Kepala sekolah merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang. masa mengisyaratkan bahwa secara keseluruhan mutu SDM Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. terdidik yang mampu menjawab tantangan-tantangan yang. masa mengisyaratkan bahwa secara keseluruhan mutu SDM Indonesia saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keunggulan suatu bangsa tidak lagi bertumpu pada kekayaan alam, melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu tenaga terdidik yang mampu menjawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan untuk lepas dari tangan penjajah negara asing sudah selesai sekarang bagaimana membangun negara dengan melahirkan generasi-generasi berkarakter dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Guru merupakan komponen yang paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, pertama dan utama. Figur

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut : BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan peneliti terhadap "Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Sekolah Efektif (Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan di bidang pendidikan yang dialami bangsa Indonesia pada saat ini adalah berlangsungnya pendidikan yang kurang bermakna bagi pembentukan watak

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. visi bersama mahasiswa yang menjadi cita-cita atau arah perubahan yang hendak

BAB VI PENUTUP. visi bersama mahasiswa yang menjadi cita-cita atau arah perubahan yang hendak BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Orientasi gerakan mahasiswa pada hari ini dapat juga dikatakan sebagai visi bersama mahasiswa yang menjadi cita-cita atau arah perubahan yang hendak diwujudkan dalam sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu fondasi yang menentukan ketangguhan dan kemajuan suatu bangsa. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dituntut untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sejarah mencatat perjuangan menuju kemerdekaan Republik Indonesia merupakan perjuangan yang berat dan tidak dapat ternegasikan oleh peran golongan pemuda.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Paparan hasil penelitian sebagaimana terdapat dalam bab IV telah memberikan gambaran yang utuh terkait implementasi SMM ISO di UIN Maliki Malang. Berikut disajikan beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan, salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas Sumber

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan Penelitian ini menggambarkan tentang studi deskriptif organisasi kemahasiswaan ekstrakampus Himpunan Mahasiswa Islam pada Cabang Bandung dan Koordinator

Lebih terperinci

Pola Pengembangan Kemahasiswaan UNJ 2011

Pola Pengembangan Kemahasiswaan UNJ 2011 Pola Pengembangan Kemahasiswaan UNJ 2011 Oleh : Octo Rianto (Kepala Sub Bagian Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta) Kebijakan Dasar Pendidikan Tinggi Indonesia 2003-2010 Untuk

Lebih terperinci

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH Kompetensi Kepribadian 1. Memiliki integritas kepribadian yang kuat sebagai pemimpin : Selalu konsisten dalam berfikir, bersikap, berucap, dan berbuat dalam setiap melaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, I. PENDAHULUAN Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan ruang lingkup penelitian. Pembahasan

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) 1. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENDIDIKAN IPS DI SMP 1.1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual Ada kecenderungan dewasa ini utnuk

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN. OLEH: Drs. Yunyun Yudiana, M.Pd

KEPEMIMPINAN. OLEH: Drs. Yunyun Yudiana, M.Pd KEPEMIMPINAN OLEH: Drs. Yunyun Yudiana, M.Pd Apa itu Kepemimpinan? Suatu kemampuan untuk berproses dari seseorang untuk dapat membawakan tujuan dari kelompok yang dipimpinnya. Profil Pemimpin Tanggung

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 400 A. Kesimpulan BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada Bab IV, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Karakteristik kepemimpinan

Lebih terperinci

Kemandirian sebagai Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Kompetensi SISWA yang dikembangkan melalui layanan bimbingan dan konseling adalah kompetens

Kemandirian sebagai Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Kompetensi SISWA yang dikembangkan melalui layanan bimbingan dan konseling adalah kompetens BIMBINGAN DAN KONSELING SEBAGAI LAYANAN PENGEMBANGAN PRIBADI MAHASISWA Dr. Suherman, M.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia Kemandirian sebagai Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Kompetensi SISWA yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya dari aspek jiwa, manusia memiliki cipta rasa dan karsa sehingga dalam tingkah laku dapat membedakan benar atau salah, baik atau buruk, menerima atau menolak

Lebih terperinci

GARIS BESAR HALUAN PROGRAM KELUARGA MAHASISWA ITB Keluarga Mahasiswa Institut Teknologi Bandung

GARIS BESAR HALUAN PROGRAM KELUARGA MAHASISWA ITB Keluarga Mahasiswa Institut Teknologi Bandung GARIS BESAR HALUAN PROGRAM KELUARGA MAHASISWA ITB 2012-2013 Keluarga Mahasiswa Institut Teknologi Bandung 2012-2013 2012 K O N G R E S K E L U A R G A M A H A S I S W A I T B 2 0 1 2-2 0 1 3 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya, pada bab ini akan dikemukakan pokok-pokok penting sebagai kesimpulan tentang Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Profesi Guru telah hadir cukup lama di negara Indonesia ini, meskipun

BAB I PENDAHULUAN. Profesi Guru telah hadir cukup lama di negara Indonesia ini, meskipun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi Guru telah hadir cukup lama di negara Indonesia ini, meskipun hakikat, fungsi, latar tugas, dan kedudukan sosiologinya telah banyak mengalami perubahan.

Lebih terperinci

adalah bagian dari komitmen seorang kepala sekolah.

adalah bagian dari komitmen seorang kepala sekolah. BAB V KESIMPULAN, ILPIKASI, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari hasil perhitungan pada Bab IV penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Kepemimpinan kepala sekolah harus didukung oleh nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mubarak Ahmad, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mubarak Ahmad, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan selama ini dipercaya sebagai salah satu aspek yang menjembatani manusia dengan cita-cita yang diharapkannya. Karena berhubungan dengan harapan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia di jajah oleh bangsa Eropa kurang lebih 350 tahun atau 3.5 abad, hal ini di hitung dari awal masuk sampai berakhir kekuasaannya pada tahun 1942. Negara eropa

Lebih terperinci

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN (HASIL AMANDEMEN MUSYAWARAH MAHASISWA VIII KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA Sambutan Pada Acara PEMBUKAAN REMBUK NASIONAL PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN (RNPK) TAHUN 2016 Tema: Meningkatkan Pelibatan Publik

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini tantangan yang dihadapi lembaga-lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini tantangan yang dihadapi lembaga-lembaga pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keunggulan suatu bangsa tidak lagi bertumpu pada kekayaan alam, melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu tenaga terdidik yang mampu menjawab

Lebih terperinci

PUSTAKAWAN BERKUALITAS TINGGI: Urgensi Perpustakaan Perguruan Tinggi sebagai fountain of Knowledge

PUSTAKAWAN BERKUALITAS TINGGI: Urgensi Perpustakaan Perguruan Tinggi sebagai fountain of Knowledge PUSTAKAWAN BERKUALITAS TINGGI: Urgensi Perpustakaan Perguruan Tinggi sebagai fountain of Knowledge Purwani Istiana Pustakawan Perpustakaan Fakultas Geografi UGM nina@ugm.ac.id Abstrak Perpustakaan perguruan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan Sekolah Menengah Pertama di Kota Medan. Hal

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan Sekolah Menengah Pertama di Kota Medan. Hal 117 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan positif dan signifikan

Lebih terperinci

PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1

PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1 PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1 Fauzatul Ma rufah Rohmanurmeta 2 IKIP PGRI Madiun ABSTRAK Salah satu kewajiban utama yang harus dijalankan oleh guru kepada peserta didik

Lebih terperinci

BISMILLAHIRROHMANIRROHIM ASSALAMU ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH

BISMILLAHIRROHMANIRROHIM ASSALAMU ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH 1 BUPATI PADANG LAWAS SAMBUTAN BUPATI PADANG LAWAS PADA PEMBUKAAN KADERISASI PARTAI KEBANGKITAN BANGSA (PKB) KABUPATEN PADANG LAWAS AULA HOTEL MARWAH MINGGU 31 JANUARI 2016 BISMILLAHIRROHMANIRROHIM ASSALAMU

Lebih terperinci

maupun kemampuan mengadaptasi gagasan baru dengan gagasan yang

maupun kemampuan mengadaptasi gagasan baru dengan gagasan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

JAWABAN - JAWABAN SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN. Dosen Pengampu : 1.Prof. Dr.

JAWABAN - JAWABAN SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN. Dosen Pengampu : 1.Prof. Dr. JAWABAN - JAWABAN SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN Dosen Pengampu : 1.Prof. Dr. Sumarto, MSIE 2.Prof. Dr. H. Mukhidin oleh : Nama : Aprianto NIM :

Lebih terperinci

Optimalisasi Tri Pusat Pendidikan dalam Program Penguatan Pendidikan Karakter Siswa SMKN 2 Metro

Optimalisasi Tri Pusat Pendidikan dalam Program Penguatan Pendidikan Karakter Siswa SMKN 2 Metro Optimalisasi Tri Pusat Pendidikan dalam Program Penguatan Pendidikan Karakter Siswa SMKN 2 Metro Disusun Oleh : Nama : Dr. Armina, M.Pd. NIP : 197502272005012005 Unit Kerja : SMK Negeri 2 Metro DINAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

MEWUJUDKAN SDM BERKUALITAS MELALUI KELUARGA

MEWUJUDKAN SDM BERKUALITAS MELALUI KELUARGA Artikel: MEWUJUDKAN SDM BERKUALITAS MELALUI KELUARGA Tjondrorini dan Mardiya Dalam era global ini, bangsa Indonesia masih menghadapi masalah dan tantangan yang sangat kompleks. Di satu sisi, secara internal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reformasi kebudayaan (keindonesiaan), reformasi nasionalisme (NKRI). Pada

BAB I PENDAHULUAN. reformasi kebudayaan (keindonesiaan), reformasi nasionalisme (NKRI). Pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah proses internalisasi budaya ke dalam diri seseorang dan membuat orang jadi beradab. Pendidikan juga merupakan kunci bagi pemecahan masalah-masalah

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 149 5.1 Simpulan Umum BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Partai politik merupakan lembaga politik tempat warga negara menyalurkan berbagai aspirasi politiknya guna turut serta membangun negara menuju

Lebih terperinci

Kepemimpinan: Dampaknya Terhadap Organisasi Berkinerja Tinggi. Achmad Sobirin Universitas Islam Indonesia

Kepemimpinan: Dampaknya Terhadap Organisasi Berkinerja Tinggi. Achmad Sobirin Universitas Islam Indonesia Kepemimpinan: Dampaknya Terhadap Organisasi Berkinerja Tinggi Achmad Sobirin Universitas Islam Indonesia Pendahuluan Dalam banyak hal keberhasilan atau kegagalan sebuah organisasi mencapai tujuan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan potensi tersebut, seseorang akanmenjadi manfaat atau tidak untuk dirinya

BAB I PENDAHULUAN. Dengan potensi tersebut, seseorang akanmenjadi manfaat atau tidak untuk dirinya BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidikan dapat dimaknai sebagai usaha untuk membantu peserta didik mengembangkan seluruh potensinya (hati, pikir, rasa, dan karsa, serta raga). Dengan potensi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil penelitian dan diskusi hasil penelitian yang telah disajikan pada Bab IV, dapat ditarik kesimpulan dan rekomendasi penelitian sebagai berikut: A. Kesimpulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, diterangkan bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas

Lebih terperinci

Manajemen Strategik dalam Pendidikan

Manajemen Strategik dalam Pendidikan Manajemen Strategik dalam Pendidikan Oleh : Winarto* A. Pendahuluan Manajemen pendidikan yang diterapkan di lingkungan internal sistem persekolahan hanyalah sebagian dari tanggung jawab kepala sekolah

Lebih terperinci

RENCANA KONSEP KADERISASI MAHASISWA TEKNIK METALURGI 2009

RENCANA KONSEP KADERISASI MAHASISWA TEKNIK METALURGI 2009 RENCANA KONSEP KADERISASI MAHASISWA TEKNIK METALURGI 2009 Kaderisasi adalah kegiatan bepikir, berpengalaman, sebagai kesatuan proses yang akhirnya membentuk karakter. Sebagai program studi yang memiliki

Lebih terperinci

MUSYAWARAH DAN RAPAT KERJA NASIONAL IKATAN LEMBAGA MAHASISWA PSIKOLOGI INDONESIA ( ILMPI ) PSIKOLOGI BERSATU DEMI NUSANTARA

MUSYAWARAH DAN RAPAT KERJA NASIONAL IKATAN LEMBAGA MAHASISWA PSIKOLOGI INDONESIA ( ILMPI ) PSIKOLOGI BERSATU DEMI NUSANTARA GARIS BESAR HALUAN KERJA PERIODE 2014-2015 BAB I PENDAHULUAN I. Pengertian Garis-garis Besar Haluan Kerja Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia (ILMPI) adalah pedoman dalam melaksanakan pola yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilepaskan dari proses belajar mengajar di sekolah, sebab sekolah. Dalam pembelajaran atau proses belajar mengajar di sekolah

BAB I PENDAHULUAN. dilepaskan dari proses belajar mengajar di sekolah, sebab sekolah. Dalam pembelajaran atau proses belajar mengajar di sekolah 14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan proses pendidikan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari proses belajar mengajar di sekolah, sebab sekolah merupakan salah satu pelaksana pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan dan kelangsungan hidup bangsa. Personil yang berhubungan. yang menyandang persyaratan tertentu

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan dan kelangsungan hidup bangsa. Personil yang berhubungan. yang menyandang persyaratan tertentu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan kelangsungan hidup bangsa. Personil yang berhubungan langsung dengan tugas penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini membahas hasil penelitian Peran dan Fungsi Komite Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Terbanggi Besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kompetensi adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dapat ditempuh melalui tiga jalur, yaitu pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pendidikan informal. Salah satu satuan pendidikan

Lebih terperinci

Oleh: Egrita Buntara Widyaiswara Muda Balai Diklat Kepemimpinan www.bppk.depkeu.go.id/bdpimmagelang

Oleh: Egrita Buntara Widyaiswara Muda Balai Diklat Kepemimpinan www.bppk.depkeu.go.id/bdpimmagelang Pemimpin : Lakukan NetWORK Bukan NetSit Atau NetEat Oleh: Egrita Buntara Widyaiswara Muda Balai Diklat Kepemimpinan www.bppk.depkeu.go.id/bdpimmagelang Dalam rangka meningkatkan nilai dan kualitas kehidupan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal pokok yang dapat menunjang kecerdasan serta keterampilan anak dalam mengembangkan kemampuannya. Pendidikan merupakan sarana yang paling tepat

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah memiliki keunggulan dan berkualitas adalah dambaan bagi guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah. Sebagai kepala sekolah sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia untuk dapat mensejahterakan kehidupannya. Melalui pendidikan manusia dapat memperoleh kelebihan yang tentunya

Lebih terperinci

1. Terdapat hubungan yang signifikan positif dan berarti Pelaksanaan Supervisi

1. Terdapat hubungan yang signifikan positif dan berarti Pelaksanaan Supervisi 94 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Terdapat hubungan yang

Lebih terperinci

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAVI DAN RME PADA POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR SISWA

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAVI DAN RME PADA POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR SISWA EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAVI DAN RME PADA POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR SISWA (Pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 8 Surakarta Tahun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

Bab I. Pengantar. tujuan untuk mengetahui hubungan dari budaya kerja terhadap kinerja dosen

Bab I. Pengantar. tujuan untuk mengetahui hubungan dari budaya kerja terhadap kinerja dosen Bab I Pengantar 1.1. Latar Belakang Studi ini bermaksud untuk menjelaskan kondisi kinerja dosen di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu (FKIK Unib). Dengan tujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

GARIS BESAR HALUAN KERJA IKATAN LEMBAGA MAHASISWA PSIKOLOGI INDONESIA PERIODE

GARIS BESAR HALUAN KERJA IKATAN LEMBAGA MAHASISWA PSIKOLOGI INDONESIA PERIODE GARIS BESAR HALUAN KERJA PERIODE 2014-2015 BAB I PENDAHULUAN I. Pengertian Garis besar haluan kerja ikatan lembaga mahasiswa indonesia adalah pedoman organisasi dalam menentukan pola dan arah kerja untuk

Lebih terperinci

TAFSIR INDEPENDENSI HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

TAFSIR INDEPENDENSI HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM TAFSIR INDEPENDENSI HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM A. PEDAHULUAN Menurut fitrah kejadiannya, maka manusia diciptakan bebas dan merdeka. Karenanya kemerdekaan pribadi adalah hak yang pertama. Tidak ada sesuatu

Lebih terperinci

Indonesian Student s Association in Japan 在日インドネシア留学生協会 Persatuan Pelajar Indonesia di Jepang

Indonesian Student s Association in Japan 在日インドネシア留学生協会 Persatuan Pelajar Indonesia di Jepang KETETAPAN KONGRES XXXVI PERSATUAN PELAJAR INDONESIA DI JEPANG Nomor: 07/TAP/KONGRES/PPI-JEPANG/IX/2016 Tentang PPI JEPANG PERIODE 2016-2017 Dengan Rahmat Allah Yang Maha Kuasa, Kongres XXXVI (PPI Jepang)

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN

SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PETA JALAN (ROAD MAP) SISTEM PEMBINAAN PRAKTIK KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi lebih dari sekedar seperangkat aturan dan prosedur konstitusional yang menentukan suatu fungsi pemerintah. Dalam demokrasi, pemerintah hanyalah salah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukan bahwa faktor-faktor kinerja

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukan bahwa faktor-faktor kinerja BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukan bahwa faktor-faktor kinerja pengawas sekolah, kinerja kepemimpinan kepala sekolah, kinerja professional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu hal penting yang harus dikembangkan dalam upaya meningkatkan kualitas individu. Untuk meningkatkan kualitas tersebut, maka

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan PERANAN KEGIATAN MORNING SPIRITUAL GATHERING (MSG) DALAM MENGEMBANGKAN KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB PADA GURU DI SMK MUHAMMADIYAH 1 SUKOHARJO (Studi Kasus di SMK Muhammadiyah 1 Sukoharjo Tahun

Lebih terperinci

HMI dan Golongan Menengah Ekonomi

HMI dan Golongan Menengah Ekonomi Sumber : Opini Harian Yogya Post Selasa Pon 26 Agustus 1997 HMI dan Golongan Menengah Ekonomi Oleh ANAS URBANINGRUM PEMBANGUNAN nasional yang tegak di atas dua pilar, stabilitas politik dan pertumbuhan,

Lebih terperinci

Siaran Pers Kemendikbud: Hardiknas 2017, Percepat Pendidikan yang Merata dan Berkualitas Selasa, 02 Mei 2017

Siaran Pers Kemendikbud: Hardiknas 2017, Percepat Pendidikan yang Merata dan Berkualitas Selasa, 02 Mei 2017 Siaran Pers Kemendikbud: Hardiknas 2017, Percepat Pendidikan yang Merata dan Berkualitas Selasa, 02 Mei 2017 Mendikbud: Pembentukan Karakter Harus Menjadi Prioritas     Jakarta, Kemendikbud â Peringatan

Lebih terperinci

PARTAI POLITIK DAN KEBANGSAAN INDONESIA. Dr. H. Kadri, M.Si

PARTAI POLITIK DAN KEBANGSAAN INDONESIA. Dr. H. Kadri, M.Si PARTAI POLITIK DAN KEBANGSAAN INDONESIA Dr. H. Kadri, M.Si Outline Peran dan Fungsi Partai Politik Nilai-Nilai Kebangsaan Indonesia Realitas Partai Politik saat ini Partai Politik sebagai Penjaga Nilai

Lebih terperinci

2013, No BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2013, No BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 2013, No.1554 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL GOLONGAN III BAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia sebagai anggota organisasi dalam melakukan proses pekerjaan akan sangat dipengaruhi oleh kepribadian yang berbeda-beda, misalnya sifat, sikap, nilai-nilai,

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II.

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II. BAB III ANALISIS Sesuai dengan permasalahan yang diangkat pada Tugas Akhir ini, maka dilakukan analisis pada beberapa hal sebagai berikut: 1. Analisis komunitas belajar. 2. Analisis penerapan prinsip psikologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Juanda, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Juanda, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Para siswa yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA), adalah mereka yang berumur 17 sampai dengan 21 tahun merupakan pemilih pemula yang baru

Lebih terperinci

IDEN WILDENSYAH BERMAIN BELAJAR

IDEN WILDENSYAH BERMAIN BELAJAR IDEN WILDENSYAH BERMAIN BELAJAR Penerbit www.nulisbuku.com Menginspirasi "Guru tidak bekerja laiknya seorang tukang, tetapi bak seniman. Guru seperti ini tidak sekadar berusaha mencetak murid-murid naik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepala Sekolah pada suatu waktu dan guru-guru tetap menjalankan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Kepala Sekolah pada suatu waktu dan guru-guru tetap menjalankan aktivitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ada berbagai pendapat menyangkut pola, peran dan tanggung jawab Kepala Sekolah pada suatu lembaga pendidikan. Ketika ada atau tidak ada Kepala Sekolah pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang menuju masa depan dengan nilai-nilai, visi, misi dan strategi

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang menuju masa depan dengan nilai-nilai, visi, misi dan strategi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan sebuah institusi pendidikan yang menjadi wadah dan berlangsungya proses pendidikan, memiliki sistem yang komplek dan dinamis dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang masa depan dari saat ini, maka fokus perhatian kita adalah sejauh mana kesiapan sumber daya yang kita miliki saat ini dapat dikembangkan dan di tingkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lama dicanangkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama.

BAB I PENDAHULUAN. lama dicanangkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbaikan mutu Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Indonesia telah lama dicanangkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama. Untuk itu diperlukan langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa ini bangsa Indonesia telah dituntut untuk bersaing disegala bidang, terutama bidang pendidikan. Dalam hal ini kesiapan generasi penerus bangsa baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) mengalami banyak perkembangan dan ini merupakan hasil dari usaha manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Kemajuan teknologi

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI. (Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2017)

STANDAR KOMPETENSI. (Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2017) Lampiran I Pengumuman Nomor : 12 /PANSEL.KOMINFO/KP.03.01/03/2018 Tanggal : 4 Maret 2018 STANDAR KOMPETENSI (Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia

Lebih terperinci