TINJAUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA RUMAH (STUDI KASUS RUMAH SEWA MILIK HJ. SITI MUNJINAH DI KELURAHAN RAWA MAKMUR KECAMATAN PALARAN)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA RUMAH (STUDI KASUS RUMAH SEWA MILIK HJ. SITI MUNJINAH DI KELURAHAN RAWA MAKMUR KECAMATAN PALARAN)"

Transkripsi

1 JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 5 (2014) Copyright 2017 TINJAUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA RUMAH (STUDI KASUS RUMAH SEWA MILIK HJ. SITI MUNJINAH DI KELURAHAN RAWA MAKMUR KECAMATAN PALARAN) Abstrak Dedi Achmadi Arifin 1 (dedy_mma@ymail.com) Emilda Kuspraningrum 2 (emilda@fhunmul.ac.id) Erna Susanti 3 (r_nas77@rocketmail.com) Hunian atau rumah tempat tinggal pun semakin banyak di butuhkan saat ini, karena rumah adalah sebagai salah satu kebutuhan primer yang tidak dapat di pisahkan dari kehidupan manusia. Pada pelaksanaan perjanjian sewa menyewa rumah itu sendiri masyarakat awam terhadap ilmu hukum belum tentu mengerti dan mengetahui tentang aturan-aturan yang mengatur hal tersebut yang di jelaskan dalam hukum perdata, misalkan mengenai prosedur dalam hal melakukan sewa menyewa maupun hal-hal lain yang mengatur ketika sewa menyewa tersebut sudah di laksanakan oleh kedua pihak. Berdasarkan hasil pembahasan disimpulkan bahwa Pelaksanaan perjanjian sewa menyewa rumah yang dilakukan oleh Hj. Siti Munjinah dengan pihak penyewa di kelurahan Rawa Makmur kecamatan palaran dilakukan dengan secara sederhana, yaitu dengan menggunakan perjanjian yang lisan. Hj. Siti Munjinah menggunakan perjanjian lisan pada sewa menyewa rumahnya dikarenakan faktor kepercayaan diantara para pihak penyewa. Ketika terjadi wanprestasi terhadap keterlambatan pembayaran Hj. Siti Munjinah menggenakan denda setiap 5 % (persen) untuk setiap bulan keterlambatan pembayaran. Wanprestasi yang timbul lainnya adalah ketika pihak penyewa (bapak Amin) merasa keberatan karena dibebankan oleh pemilik untuk mengganti kerusakan rumah, bapak Amin merasa keberatan karena kerusakan yang timbul diakibatkan bukan karena kesalahannya, melainkan karena faktor cuaca yang menyebabkan atap rumah yang disewanya rusak. Hj. Siti Munjinah dan bapak Amin menyelesaikannya secara musyawarah dengan bersama mengganti kerusakan yang terjadi. Kata Kunci : Perjanjian, Sewa Menyewa Rumah, Wanprestasi 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman 2 Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman 3 Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman

2 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 5 Pendahuluan Dengan perkembangan kota Samarinda yang semakin pesat pertumbuhan ekonominya di ikuti pula dengan gerak urbanisasi penduduk yang semakin hari semakin bertambah jumlahnya menjadikan penduduknya terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan hasil registrasi penduduk di masingmasing Kecamatan tahun 2010 jumlah penduduk Samarinda yang resmi tercatat dalam data Base kependudukan mencapai 821,182 jiwa, dengan prosentase tertinggi yaitu 27,41 persen penduduk yang tinggal di Kecamatan Samarinda Utara. Kepadatan penduduk Kota Samarinda tertinggi 91,482,41 jiwa per Kilometer persegi di Kecamatan Samarinda Ulu dan terendah di Kecamatan Palaran yaitu 2.,458,52 Jiwa Per Kilometer persegi. 4 Hunian atau rumah tempat tinggal pun semakin banyak di butuhkan saat ini, karena rumah adalah sebagai salah satu kebutuhan primer yang tidak dapat di pisahkan dari kehidupan manusia. Setiap manusia, di manapun berada, membutuhkan tempat untuk tinggal yang disebut rumah. Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepas lelah, tempat bergaul dan membina rasa kekeluargaan di antara anggota keluarga, serta sebagai tempat berlindung dan menyimpan barang berharga. Selain itu, rumah juga merupakan status lambang sosial. Pada saat ini rumah tidak selalu dapat dimiliki seseorang dengan mudah karena harga rumah dan tanah yang semakin hari semakin tinggi terutama di daerah perkotaan dan harga kebutuhan material untuk membuat rumah yang ikut pula melambung akibat dari 4 Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Samarinda, Profil Kota Samarinda, diakses tanggal 10 Oktober 2013 Pukul Wita. 2

3 Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Sewa (Dedi Achmadi) naiknya harga bahan bakar minyak. Hal ini sangat menyulitkan seserorang yang memiliki ekonomi rendah, terlebih lagi jika telah berkeluarga yang pendapatannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan belum memungkinkan untuk membeli dan memiliki rumah sendiri. Hal ini membuka peluang bagi para pelaku usaha untuk membuat rumah yang nantinya dapat di sewakan ke pihak penyewa, baik rumah berbentuk satu bangunan rumah saja atau satu pintu maupun rumah yang berbentuk bangunan yang memanjang secara horizontal yang dapat di tempati oleh beberapa keluarga perpintunya. Sewa menyewa rumah adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainnya kenikmatan suatu rumah, selama suatu waktu dan dengan pembayaran suatu harga yang oleh pihak tersebut belakangan itu disanggupi pembayarannya. Dalam hal sewa menyewa rumah berarti ada 2 pihak yang terlibat yaitu penyewa dan pemilik atau pihak yang menyewakan, dengan adanya sewa menyewa maka di butuhkan pula perjanjiannya agar sewa menyewa itu sendiri sah dimata hukum dan dapat di pertanggungjawabkan. 5 Perjanjian sewa menyawa lahir karena: Adanya kedua belah pihak, yaitu yang menyewakan dan penyewa, Adanya kosensus antara kedua belah pihak, Adanya obyek sewa menyewa, yaitu barang, baik barang bergerak maupun barang tidak bergerak, Adanya kewajiban dari pihak yang menyewakan untuk menyerahkan kenikmatan kepada pihak penyewa atas suatu benda, dan Adanya kewajiban dari penyewa untuk menyerahkan uang 5 Walian,Tinjauan Yuridis Tentang Perjanjian Sewa Menyewa Rumah Menurut KUHPerdata, diakses tanggal 21 Oktober 2013 Pukul Wita. 3

4 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 5 pembayaran kepada pihak yang menyewakan. Pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidak ditentukan secara tegas tentang bentuk perjanjian sewa menyewa yang dibuat oleh para pihak. Oleh karena itu, perjanjian sewa menyewa dapat dibuat dalam bentuk tertulis dan lisan. Seperti halnya dengan jual beli dan perjanjian-perjanian pada umumnya merupakan suatu perjanjian konsensual. 6 Yang berarti perjanjian itu sudah sah dan mengikat pada detik tercapainya kesepakatan mengenai unsur-unsur pokok yang termuat, contohnya harga dan barang. Ketika kedua pihak tersebut sudah mengikatkan diri untuk memenuhi suatu prestasi, maka dari hal tersebut timbullah hukum perikatan yaitu suatu perhubungan hukum antara dua orang atau lebih yang menyebabkan pihak yang satu berhak atas sesuatu dan pihak yang lain mempunyai kewajiban untuk melakukan atau memberikan sesuatu. Pada pelaksanaan perjanjian sewa menyewa rumah itu sendiri masyarakat awam terhadap ilmu hukum belum tentu mengerti dan mengetahui tentang aturan-aturan yang mengatur hal tersebut yang di jelaskan dalam hukum perdata, misalkan mengenai prosedur dalam hal melakukan sewa menyewa maupun hal-hal lain yang mengatur ketika sewa menyewa tersebut sudah di laksanakan oleh kedua pihak, hal ini berpotensi dapat menimbulkan beragam masalah yang dapat mengakibatkan kerugian bagi pihak yang menyewakan maupun pihak menyewa. Sebagai contoh permasalahan yang diangkat dalam hal ini adalah ketika pihak penyewa tidak membayar uang sewa tepat waktu atau terlambat melakukan kewajiban pembayaran kepada Hj. Siti Munjinah yang dalam hlm R. Subekti, Aspek-aspek Hukum Perikatan Nasional, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1976,

5 Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Sewa (Dedi Achmadi) hal ini sebagi pihak pemilik rumah sewaan, bahkan ada yang menunggak pembayaran sewa rumah lebih dari 2 bulan atau lebih, hal ini tentu saja sangat merugikan Hj Siti Munjinah sebagai pihak yang pemilik rumah karena pihak penyewa telah melakukan wanprestasi atau tidak melakukan kewajibannya, dan bagaimana cara kedua belah pihak tersebut dalam menyelesaikannya. Terdapat pula suatu masalah ketika salah satu rumah yang di tempati pihak penyewa mengalami kerusakan atap akibat hujan, pihak pemilik mengatakan bahwa penyewa harus menganti kerusakan atap tersebut karena pihak penyewa yang menepati rumah tersebut ketika terjadi kerusakan, tetapi pihak penyewa berpendapat bahwa kerusakan tersebut bukan diakibatkan olehnya, maka pihak penyewa tidak berkepentingan untuk memperbaikinya. Hal ini menimbulkan suatu perselisihan antara pihak penyewa dan pemilik yang sama-sama mempertahankan argumennya. Pembahasan Salah satu Elemen terpenting dari suatu perjanjian yaitu tentang syaratsyarat yang diperlukan untuk sah atau tidaknya suatu perjanjian, dan ada empat syarat-syarat yang harus dipenuhi Seperti yang diatur dalam Kitab Undang- Undang Hukum Perdata Pasal 1320 sebagai berikut: Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat yaitu: Sepakat, Kecakapaan untuk membuat suatu perikatan, Suatu hal tertentu dan Suatu sebab yang halal. Menurut pasal 1549, semua jenis barang, baik yang tak bergerak, baik yang bergerak dapat 5

6 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 5 disewakan, dalam hal ini yang menjadi barang yang dapat disewakan yaitu rumah, baik beserta perabotan-perabotan di dalamnya maupun tidak. Dalam hal sewa menyewa yang dilakukan oleh Hj. Siti Munjinah dengan para pihak menyewa mereka melakukan perjanjian sewa menyewa rumah yang sederhana yaitu, pertama pihak penyewa bertemu dengan Hj. Siti Munjinah setelah itu memberitahukan tentang harga sewa kepada pihak penyewa, setelah pihak penyewa berminat dan menyanggupi harga sewa tersebut maka yang kedua adalah Hj. Siti Munjinah menjelaskan bahwa jika telah bersedia menyewa rumah dan menempati rumah tersebut maka penyewa harus membayar sewanya secara tunai setiap bulannya selama masih menyewa rumah dan menjelaskan lagi mengenai aturan-aturan dalam sewa seperti merawat dan menjaga kebersihan rumah dan selalu membayar tepat waktu pada saat dihuni. 7 Ketika pihak penyewa menyetujui semua hal yang di jelaskan oleh pihak pemilik maka telah terjadinya sebuah perikatan sewa menyewa oleh kedua belah pihak. Penulis mendapatkan keterangan dari Hj Siti Munjinah tentang tidak ada perjanjian tertulis karena di dasari oleh rasa kepercayaan kepada pihak penyewa. Dilihat dari dari aturan hukum yang ada perbuatan tersebut tidak di larang karena Pada kitab Undang- Undang Hukum Perdata tidak ditentukan secara tegas tentang bentuk perjanjian sewa menyewa yang dibuat oleh para pihak. Oleh karena itu, perjanjian sewa menyewa dapat dibuat dalam bentuk tertulis dan lisan. 8 Perjanjian sewa menyewa yang dilakukan oleh Hj. Siti Munjinah sah dimata hukum, karena syarat sahnya sebuah perjanjian telah terpenuhi menurut Kitab Undang-Undang Hukum 7 Ibid. 8 Ibid. 6

7 Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Sewa (Dedi Achmadi) Perdata Pasal 1320 berdasarkan hal-hal seperti berikut: Mereka sepakat untuk mengikatkan diri. Dengan kata sepakat dimaksudkan bahwa pihak-pihak yang mengadakan perjanjian itu harus bersepakat, setuju mengenai hal-hal yang pokok dari perjanjian yang diadakan itu, kesepakatan kedua belah pihak dalam suatu perjanjian itu harus diberikan secara bebas dalam hal ini tidak boleh ada paksaan, kehilafan dan penipuan. Pada saat para pihak penyewa sepakat dan menyanggupi atas harga rumah sewa yang di beritahukan oleh Hj. Siti Munjinah maka terjadilah suatu kesepakatan oleh kedua belah pihak dan Hj. Siti munjinah menjelaskan mengenai aturan-aturan dan isi perjanjian dalam sewa menyewa rumahnya seperti tanggal jatuh tempo pembayaran. Cakap untuk membuat sesuatu perikatan. Menurut pasal 1330 KUHPerdata, yang tidak cakap untuk membuat perjanjian adalah: Orang yang belum dewasa, Dibawah pengampuan/ Curatele, Dalam hal ini Pihak Hj Siti Munjinah dan Para penyewa telah cukup umur dengan di buktikan oleh KTP mereka yang usianya rata-rata diatas 30 Tahun dan mereka tidak sedang di bawah pengampuan. Suatu hal tertentu. Artinya barang yang menjadi objek perjanjian paling sedikit harus dapat ditentukan jenisnya, sedangkan jumlahnya tidak menjadi soal asalkan dapat di tentukan kemudian. Dalam hal ini objek perjanjiannya adalah rumah sewaan milik Hj. Siti Munjinah Suatu sebab yang halal. Maksudnya adalah tidak dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan kepentingan umum dan norma kesusilaan. 7

8 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 5 Dari hasil penelitian oleh penulis, Sewa menyewa rumah yang dilakukan oleh Hj. Siti Munjinah dan para pihak penyewa tidak pergunakan untuk hal-hal yang dilarang oleh undang-undang, kepentingan umum dan norma kesusilaan, hanya murni digunakan sebagai rumah tempat tinggal bagi para penyewa. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ketika perjanjian sewa menyewa telah di jalani maka Hj. Siti Munjinah memiliki kewajiban-kewajiban seperti yang di atur pada pasal 1550 yang berbunyi: pihak yang menyewakan diwajibkan karena sifat perjanjian, dan dengan tak perlu adanya suatu janji untuk itu : Menyerahkan barang yang disewakan kepada si penyewa, Memelihara barang yang disewakan sedemikian, hingga barang itu dapat dipakai untuk keperluan yang dimaksudkan, Memeberikan si penyewa kenikmatan yang tentram daripada barang yang disewakan selama berlangsungnya sewa. Menurut pasal 1551 pihak Hj. Siti Munjinah memiliki kewajiban lain sebagai berikut : Pihak yang menyewakan wajib untuk menyerahkan barang yang disewakan dalam keadaan terpelihara segala-galanya. Selama waktu sewa, ia harus menyuruh melakukan pembetulanpembetulan yang perlu dilakukan pada barang yang disewakan, kecuali pembentukan yang menjadi kewajiban penyewa. Sebelum pihak yang menyewakan menyerahkan rumah tersebut kepada para pihak penyewa haruslah rumah tersebut dalam keadaan yang terawat dan bebas dari segala kerusakankerusakan yang akan menimbulkan ketidak nyamanan bagi para pihak penyewa. Hal yang tidak boleh dilakukan pihak yang menyewakan ketika rumah sedang di sewa adalah mengubah bentuk rumah atau susunan-susunanya seperti yang 8

9 Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Sewa (Dedi Achmadi) tertera di pasal 1554, yaitu: Pihak yang menyewakan tidak diperkenankan selama waktu sewa, mengubah bentuk atau susunan barang yang disewakan. Selain itu pihak penyewa tidak dapat menghetikan sewa rumah dengan alasan untuk memakainya sendiri, hal inbi diatur dalam pasal 1579 yang berbunyi: Pihak yang menyewakan tidak dapat menghentikan sewa dengan menyatakan hendak memakai sendiri barangnya yang disewakan, kecuali jika telah diperjanjikan sebaliknya. Para pihak penyewa mempunyai kewajiban utama pula ketika melakukan sewa menyewa rumah, seperti yang dijelaskan pada pasal 1560 yang berbunyi: si penyewa harus menempati dua kewajiban utama: Untuk memakai barang yang disewa sebagai seorang bapak rumah yang baik, sesuai dengan tujuan yang diberikan pada barang itu menurut perjanjian sewanya, atau jika tidak ada suatu perjanjian mengenai itu, menurut tujuan yang dipersangkakan berhubung dengan keadaan, Untuk membayar harga sewa pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Di samping kewajiban-kewajiban utama yang telah disebutkan di atas terdapat pula larangan bagi para pihak penyewa yang telah jelas diatur dalam pasal 1559 yang berbunyi sebagai berikut : Penyewa, jika tidak diizinkan, tidak boleh menyalahgunakan barang yang disewanya atau melepaskan sewanya kepada orang lain, atas ancaman pembatalan persetujuan sewa dan penggantian biaya, kerugian dan bunga sedangkan pihak yang menyewakan, setelah pembatalan itu, tidak wajib menaati persetujuan ulang sewa itu. Jika yang disewa itu berupa sebuah rumah yang didiami sendiri oleh penyewa, maka dapatlah ia 9

10 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 5 atas tanggung jawab sendiri menyewakan sebagian kepada orang lain jika hak itu tidak dilarang dalam persetujuan. Ketika pihak penyewa menggunakan rumah tersebut diluar dari tujuan awal perjanjian dan hal itu menimbulkan kerugian bagi Hj. Siti Munjinah sebagai pihak yang menyewakan maka pihak Hj. Siti munjinah dapat melakukan pembatalan sewa rumah, seperti yang diatur dalam pasal 1561 sebagai berikut : Jika penyewa memakai barang yang disewa untuk suatu keperluan lain dari yang menjadi tujuannya, atau untuk suatu keperluan yang dapat menimbulkan suatu kerugian bagi pihak yang menyewakan maka pihak ini, menurut keadaan dapat meminta pembatalan sewa. Menurut pasal 1564, para penyewa bertanggung jawab atas segala kerusakan yang ditimbulkan pada barang yang disewakan selama waktu sewa, kecuali jika ia membuktikan bahwa kerusakan itu terjadi di luar kesalahannya. Dalam hal ini ketika para pihak penyewa membuat kerusakan pada rumah ketika pada saat disewa maka perbaikan tersebut menjadi tanggung jawab dari para pihak penyewa, terkecuali jika para pihak penyewa dapat membuktikan bahwa kerusakan tersebut bukan di akibatkan oleh pihak penyewa maka ia tidak perlu melakukan kewajiban perbaikan. Pihak penyewa juga tidak bertanggung jawab atas atas kebakaran, kecuali jika pihak yang menyewakan membuktikan bahwa kebakaran itu disebabkan oleh kesalahan penyewa, seperti yang diatur dalam pasal

11 Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Sewa (Dedi Achmadi) Penyewa bertanggung jawab pula atas segala kerusakan atau kerugian yang ditimbulkan pada barang sewa oleh teman-temannya serumah, atau oleh mereka yang mengambil alih sewanya, seperti yang tertulis pada pasal Ketika masa sewa menyewa rumah telah habis seperti yang diatur sudah diatur dalam perjanjian tertulis maka perjanjian tersebut berakhir demi hukum, seperti yang diatur dalam pasal Namun dalam hal ini pihak Hj. Siti Munjinah menggunakan perjanjian dalam bentuk tidak tertulis atau lisan, maka waktu sewa tidak berakhir pada waktu yang ditentukan kecuali antara pihak Hj. Siti munjinah dan pihak penyewa inggin menghentikannya, ketentuan ini diatur dalam pasal 1571 yang berbunyi: Jika sewa tidak dibuat dengan tulisan, maka sewa itu tidak berakhir pada waktu yang ditentukan, melainkan setelah salah satu pihak memberitahukan kepada pihak yang lain bahwa ia hendak menghentikan sewanya dengan mengindahkan tenggang waktu yang diharuskan menurut kebiasaan setempat. Karena perjanjian sewa menyewa yang dilakukan oleh Hj. Siti Munjinah telah dibuat sesuai dengan aturan hukum yang berlaku maka perjanjian tersebut secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi Hj Siti Munjinah dan para pihak penyewa, sesuai dengan pasal 1338 sebagai berikut: semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Dari hasil wawancara kepada Hj Siti Munjinah sebagai pihak pemilik, pihak pak Amin 3 bulan terakhir ini terlambat melakukan pembayaran uang sewanya, dan hasil wawancara kepada pihak penyewa yaitu pak Amin adalah mereka menyatakan bahwa Hj. Siti Munjinah tidak pernah 11

12 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 5 memberitahukan kapan tanggal jatuh tempo pembayaran rumah sewa tersebut, Hj. Siti Munjinah dalam perjanjian lisannya hanya memberitahukan bahwa pembayaran rumah sewa dilakukan setiap awal bulan, sedangkan tanggal jatuh temponya tidak di jelaskan. Hj. Siti Munjinah menyatakan telah memberitahukan jatuh tempo pembayaran yaitu setiap tanggal sepuluh (10) disetiap awal bulan, dia beranggapan bahwa pihak penyewa lupa terhadap hal yang diperjanjikan. Hj. Siti Munjinah menggenakan denda sebesar lima persen (5%) untuk setiap bulan keterlambatan pembayaran, dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, penyelesaian dari wanprestasi yang ditempuh adalah dengan penggenaan denda terhadap pihak penyewa. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa pihak bapak Amin telah memenuhi salah satu unsur untuk bisa dikatakan melakukan wanprestasi, yaitu karena bapak Amin telah melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat, dalam hal ini bapak Amin memenuhi kewajibannya untuk membayar uang sewa rumah tetapi terlambat membayarkannya sesuai dengan jatuh tempo yang di perjanjikan. Wanprestasi yang di timbulkan memang selalu merugikan para pihak yang terlibat dalam perjanjian terutama dalam hal ini adalah pihak Hj. Siti Munjinah sebagai pemilik, wajar saja bila pemilik menggunakan cara denda untuk menyelesaikan masalah keterlambatan pembayaran untuk menutupi kerugian yang di alaminya selama pihak penyewa melakukan keterlambatan pembayaran. Hal yang dilakukan Hj. Siti Munjinah atas keterlambatan pembayaran yang dilakukan oleh pihak penyewa benar saja dilakukan Menurut Kitab Undang- Undang Hukum Perdata padal 1243 yang berbunyi: penggantian biaya, rugi dan 12

13 Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Sewa (Dedi Achmadi) bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan barulah mulai diwajibkan, apabila si berutang setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampaukan. Dalam hal keterlambatan pembayaran untuk menutupi kerugian yang di alami wajar saja Hj. Siti Munjinah menggenakan denda sebesar 5 Persen atas tiap bulan keterlambatan pembayaran uang sewa, dan hal tersebut di perbolehkan oleh undang-undang. Wanprestasi lain yang terjadi adalah ketika pihak penyewa (bapak Amin) merasa keberatan karena dibebankan oleh pemilik untuk mengganti kerusakan rumah, bapak Amin merasa keberatan karena kerusakan yang timbul diakibatkan bukan karena kesalahannya, melainkan karena faktor cuaca yang menyebabkan atap rumah yang disewanya rusak ketika hujan deras beberapa waktu yang lalu. 9 Pihak pemilik merasa pak amin harus mengganti kerusakan tersebut karena bapak Amin yang menempati rumah tersebut ketika kerusakan atap terjadi dan pada perjanjian awal pihak penyewa harus menjaga dan merawat keadaan rumah. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, dari perdebatan yang panjang akhirnya di ambil jalan tengah dengan musyawarah, pihak bapak Amin dan Hj. Siti Munjinah sepakat untuk mengganti kerusakan rumah secara bersama. 10 Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pada pasal 1551 yang berbunyi: Pihak yang menyewakan diwajibkan menyerahkan barang yang disewakan dalam keadaan terpelihara segala-galanya. Ia harus selama waktu 9 Hasil wawancara dengan pak Amin, hari minggu, tanggal 20 Jaunari Ibid. 13

14 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 5 sewa menyuruh melakukan pembetulan-pembetulan pada barang yang disewakan, yang perlu dilakukan terkecuali pembetulan-pembetulan yang menjadi kewajiban si penyewa. Dalam hal ini pihak Siti Munjinah pada saat menyerahkan rumah sewanya kepada pihak penyewa harusnya dalam keadaan yang terawat dan terpelihara dari segala kerusakan-kerusakan yang ada, karena hal tersebut menjadi sebuah menjadi kewajibannya, seperti yang di atur dalam pasal 1550 yang berbunyi : pihak yang menyewakan diwajibkan karena sifat perjanjian, dan dengan tak perlu adanya suatu janji untuk itu: Menyerahkan barang yang disewakan kepada si penyewa, Memelihara barang yang disewakan sedemikian, hingga barang itu dapat dipakai untk keperluan yang dimaksudkan, dan Memberikan si penyewa kenikmatan yang tenteram daripada barang yang disewakan selama berlangsungnya sewa. Menurut KUHPerdata pada pasal 1564 yang berbunyi: Si penyewa bertanggung jawab untuk segala kerusakan yang diterbitkan pada barang yang disewa selama waktu sewa, kecuali jika ia membuktikan bahwa kerusakan itu terjadi diluar salahnya. Dalam masalah yang terjadi seperti yang dijelaskan di atas adalah jika memang benar bapak Amin dapat membuktiikan bahwa kerusakan atap yang terjadi adalah akibat dari hujan deras maka bapak Amin dibebaskan dari tanggung jawab atas kerusakan yang terjadi. Jika perlu diadakan pembuktian lagi maka pak amin dapat memeriksa keadaan atap rumah apakah memang sudah rusak sebelum kejadian tersebut, karena menurut Pasal 1551 KUHPerdata : Pihak yang menyewakan diwajibkan menyerahkan barang yang disewakan dalam keadaaan terpelihara segala-galanya. 14

15 Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Sewa (Dedi Achmadi) Berdasarkan pada Pasal-Pasal pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, unsur-unsur keadaan memaksa meliputi hal-hal sebagai berikut : Peristiwa yang tidak terduga, Tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada debitur, Tidak ada itikad buruk dari debitur, Adanya keadaan yang tidak disengaja oleh debitur, Keadaan itu menghalangi debitur berprestasi, Jika prestasi dilaksanakan maka akan terkena larangan, Keadaan di luar kesalahan debitur, Debitur tidak gagal berprestasi (menyerahkan barang), Kejadian tersebut tidak dapat dihindari oleh siapa pun (baik debitur maupun pihak lain), Debitur tidak terbukti melakukan kesalahan atau kelalaian. Ketika dapat memang benar dibuktikan bahwa kerusakan atap rumah tersebut disebabkan oleh hujan deras, maka dalam hal ini bapak Amin mengalami keadaan memaksa atau Force Majure dan memenuhi usur-unsur yang bisa dikatakan Force Majure seperti yang di jelaskan di atas, maka bapak Amin di bebaskan dari kewajiban untuk mengganti kerusakan yang di timbulkan. Menurut Pasal 1244 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menerangkan bahwa si debitur itu tidak akan dihukum untuk membayar ganti rugi apabila ia membuktikan bahwa hal tidak dilaksanakannya perjanjian adalah disebabkan oleh keadaan memaksa. Jika memang terbukti benar bahwa sebelum kejadian tersebut atap rumah yang disewa bapak Amin telah memiliki tanda-tanda bahwa akan mengalami kerusakan ataupun atap tersebut memang telah rusak sebelumnya dan tidak diganti oleh pihak yang menyewakan atau pemilik, maka Hj. Siti Munjinahlah sebagai pihak pemilik yang harusnya bertanggung jawab atas kerusakan atap tersebut, karena seperti yang tertulis pada pasal diatas bahwa 15

16 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 5 seharusnya rumah yang akan disewakan oleh pihak pemilik atau yang menyewakan harus terpelihara keadaannya tanpa cacat sedikitpun agar pada saat disewakan tidak timbul masalah-masalah yang dapat merugikan pihak penyewa. Penutup Kesimpulan: 1. Pelaksanaan perjanjian sewa menyewa rumah yang dilakukan oleh Hj. Siti Munjinah dengan pihak penyewa di kelurahan Rawa Makmur kecamatan palaran dilakukan dengan secara sederhana, yaitu dengan menggunakan perjanjian yang lisan. Hj. Siti Munjinah menggunakan perjanjian lisan pada sewa menyewa rumahnya dikarenakan faktor kepercayaan diantara para pihak penyewa. Hj Siti Munjinah menjelaskan mengenai harga sewa rumah, ketika para pihak sepakat dengan harga sewa tersebut maka sewa menyewa rumah tersebut dapat terlaksana. dan Hj. Siti Munjinah menjelaskan menegenai tanggal tempo pembayaran dan hal-hal yang lain berkaitan seperti menjaga dan memelihara rumah yang disewakan. 2. Ketika terjadi wanprestasi terhadap keterlambatan pembayaran Hj. Siti Munjinah menggenakan denda setiap 5 % (persen) untuk setiap bulan keterlambatan pembayaran. Wanprestasi yang timbul lainnya adalah ketika pihak penyewa (bapak Amin) merasa keberatan karena dibebankan oleh pemilik untuk mengganti kerusakan rumah, bapak Amin merasa keberatan karena kerusakan yang timbul diakibatkan bukan karena kesalahannya, melainkan karena faktor cuaca yang menyebabkan atap rumah yang disewanya rusak ketika hujan deras beberapa waktu yang 16

17 Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Sewa (Dedi Achmadi) lalu, pada masalah kerusakan bagian rumah dalam hal ini yang terjadi pada rumah yang di sewa oleh pak Amin, Hj. Siti Munjinah dan bapak Amin menyelesaikannya secara musyawarah dengan bersama mengganti kerusakan yang terjadi. Saran: Sebelum disepakatinya sebuah perjanjian sewa menyewa rumah, hendaknya kedua belah pihak memahami terlebih dahulu isi dari perjanjian tersebut agar jelas dan tidak terjadi pemahaman yang berbeda, khususnya mengenai hak dan kewajiban para pihak, agar pada saat pelaksanaan perjanjiannya tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Selain itu memerhatikan pula keadaan dari rumah yang akan disewa, pastikan rumah yang akan disewa terawat dengan baik dan tidak terdapat kerusakan-kerusakan yang dikemudian hari dapat menimbulkan kerugian ketika telah disewa. Perlunya dibuat perjanjian sewa menyewa rumah yang tertulis agar perjanjian tersebut jelas dan dapat dijadikan bukti bila suatu saat terjadi permasalahan diantara pihak penyewa dan pemilik rumah. 17

18 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 5 Daftar Pustaka A. Buku Marjo, Y.S, 1996, Konsep Aneka Perjanjian, Penerbit ACI, Jakarta. Margono, Suyud, 2004, ADR (Alternatif Dispute Resolution) dan Arbitrase : Proses Pelembagaan dan Aspek Hukum, Ghalia Indonesia, Bogor. Mertokusumo, Soedikno, 1991 Mengenal Hukum, Libertya, Yogyakarta. Michael Noone, 1996, Mediation : Essensial Legal Skill, Cavedish Publishing, Great Britain. Muhammad, Abdul kadir, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Adytia Bakti, Bandung Santoso, Lukman, 2012, Hukum Perjanjian Kontrak, PT. Bhuana Ilmu Populer (Kompas Gramedia Group), Jakarta. Subekti, 1976, Aspek-aspek Hukum Perikatan Nasional, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung., 1992, Aribtrase Perdagangan, Bina Cipta Bandung., 1995, Aneka Perjanjian, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung. Sunggono, Bambang, 1998, Metodologi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. B. Peraturan Perundang-Undangan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. C. Artikel Internet Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Samarinda, Profil Kota Samarinda, diakses tanggal 10 Oktober 2013 Pukul Wita. Walian,Tinjauan Yuridis Tentang Perjanjian Sewa Menyewa Rumah Menurut KUHPerdata, diakses tanggal 21 Oktober 2013 Pukul Wita. Legal Akses, Asas-asas Perjanjian, file:///h:/asasasas%20perjanjian%20%20%20legal%20akses.htm, diakses tanggal 16 Februari 2014 Pukul Wita. 18

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI BARANG ELEKTRONIK DAN FURNITURE DI PT. COLUMBUS CABANG SAMARINDA

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI BARANG ELEKTRONIK DAN FURNITURE DI PT. COLUMBUS CABANG SAMARINDA JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 6 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2014 TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI BARANG ELEKTRONIK DAN FURNITURE

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA A. Pengertian Perjanjian Jual Beli Menurut Black s Law Dictionary, perjanjian adalah suatu persetujuan antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS. landasan yang tegas dan kuat. Walaupun di dalam undang-undang tersebut. pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata:

BAB III TINJAUAN TEORITIS. landasan yang tegas dan kuat. Walaupun di dalam undang-undang tersebut. pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata: BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Tinjauan Umum Perjanjian Kerja 1. Pengertian Perjanjian Kerja Dengan telah disahkannya undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (UUKK) maka keberadaan perjanjian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Di dalam Buku III KUH Perdata mengenai hukum perjanjian terdapat dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Perjanjian sewa-menyewa, akibat hukum, upaya hukum.

ABSTRAK. Kata kunci: Perjanjian sewa-menyewa, akibat hukum, upaya hukum. ABSTRAK Dita Kartika Putri, Nim 0810015183, Akibat Hukum Terhadap Perjanjian Tidak Tertulis Sewa-Menyewa Alat Berat di CV. Marissa Tenggarong, Dosen Pembimbing I Bapak Deny Slamet Pribadi, S.H., M.H dan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN A. Perjanjian Dalam istilah perjanjian atau kontrak terkadang masih dipahami secara rancu, banyak pelaku bisnis mencampuradukkan kedua istilah tersebut seolah merupakan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian Dalam Pasal 1313 KUH Perdata, bahwa suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu alat transportasi yang banyak dibutuhkan oleh manusia adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini menjadi salah satu

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi 142 PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT Deny Slamet Pribadi Dosen Fakultas Hukum Universitas Mulawarman Samarinda ABSTRAK Dalam perjanjian keagenan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan Suatu perjanjian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut 1 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Ekspedisi Perjanjian ekspedisi adalah perjanjian timbal balik antara ekspeditur dengan pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN JUAL BELI. 2.1 Pengertian dan Pengaturan Perjanjian Jual Beli

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN JUAL BELI. 2.1 Pengertian dan Pengaturan Perjanjian Jual Beli BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN JUAL BELI 2.1 Pengertian dan Pengaturan Perjanjian Jual Beli Sebelum membahas tentang pengertian dan pengaturan juali beli, terlebih dahulu perlu dipahami tentang

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS PENGAKHIRAN SEWA MENYEWA RUMAH YANG DIBUAT SECARA LISAN DI KELURAHAN SUNGAI BELIUNG KECAMATAN PONTIANAK BARAT

TINJAUAN YURIDIS PENGAKHIRAN SEWA MENYEWA RUMAH YANG DIBUAT SECARA LISAN DI KELURAHAN SUNGAI BELIUNG KECAMATAN PONTIANAK BARAT TINJAUAN YURIDIS PENGAKHIRAN SEWA MENYEWA RUMAH YANG DIBUAT SECARA LISAN DI KELURAHAN SUNGAI BELIUNG KECAMATAN PONTIANAK BARAT Sukardi 1 ABSTRAK Seiring berjalannya waktu, perjanjian sewa menyewa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Hukum adalah segala aturan yang menjadi pedoman perilaku setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Hukum adalah segala aturan yang menjadi pedoman perilaku setiap orang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Hukum adalah segala aturan yang menjadi pedoman perilaku setiap orang dalam hubungan hidup bermasyarakat atau bernegara disertai sanksi yang tegas apabila dilanggar.

Lebih terperinci

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Akibat Hukum dari Wanprestasi yang Timbul dari Perjanjian Kredit Nomor 047/PK-UKM/GAR/11 Berdasarkan Buku III KUHPERDATA Dihubungkan dengan Putusan Pengadilan Nomor

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI. undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI. undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan A. Pengertian Perjanjian Jual Beli BAB II PERJANJIAN JUAL BELI Jual beli termasuk dalam kelompok perjanjian bernama, artinya undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan pengaturan secara

Lebih terperinci

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris. BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN A.Pengertian perjanjian pada umumnya a.1 Pengertian pada umumnya istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan dari istilah Overeenkomst

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM A. Segi-segi Hukum Perjanjian Mengenai ketentuan-ketentuan yang mengatur perjanjian pada umumnya terdapat dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata pada Buku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN WANPRESTASI. Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN WANPRESTASI. Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst, BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN WANPRESTASI A. Pengertian Perjanjian Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst, Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata)

Lebih terperinci

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA 25 BAB II PENGIKATAN JUAL BELI TANAH SECARA CICILAN DISEBUT JUGA SEBAGAI JUAL BELI YANG DISEBUT DALAM PASAL 1457 KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA A. Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Hukum perjanjian

Lebih terperinci

Bab IV PEMBAHASAN. A. Hubungan Hukum dalam Perjanjian Penyimpanan Barang di SDB pada

Bab IV PEMBAHASAN. A. Hubungan Hukum dalam Perjanjian Penyimpanan Barang di SDB pada Bab IV PEMBAHASAN A. Hubungan Hukum dalam Perjanjian Penyimpanan Barang di SDB pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang Yogyakarta Safe Deposit Box yaitu merupakan suatu jasa pelayanan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Dalam Pasal 1313 KUH Perdata, bahwa suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya

Lebih terperinci

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING A. Pelaksanaan Jual Beli Sistem Jual beli Pre Order dalam Usaha Clothing Pelaksanaan jual beli sistem pre order

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan itu berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu

Lebih terperinci

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 1 (2014) Copyright 2014

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 1 (2014)  Copyright 2014 JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 1 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2014 UPAYA HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA PEMBAYARAN DENDA KETERLAMBATAN ANGSURAN PADA

Lebih terperinci

Hukum Perikatan Pengertian hukum perikatan

Hukum Perikatan Pengertian hukum perikatan Hukum Perikatan Pengertian hukum perikatan Perikatan dalam bahasa Belanda disebut ver bintenis. Istilah perikatan ini lebih umum dipakai dalam literatur hukum di Indonesia. Perikatan dalam hal ini berarti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perjanjian adalah persetujuan tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia kodratnya adalah zoon politicon, yang merupakan makhluk sosial. Artinya bahwa manusia dikodratkan untuk hidup bermasyarakat dan saling berinteraksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perjanjian sewa menyewa. Perjanjian sewa menyewa banyak di. sewa yang telah diberikan oleh pihak penyewa.

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perjanjian sewa menyewa. Perjanjian sewa menyewa banyak di. sewa yang telah diberikan oleh pihak penyewa. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada era reformasi ini perkembangan arus globalisasi ekonomi dalam kerjasama di bidang jasa berkembang sangat pesat. Masyarakat semakin banyak mengikatkan dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia selalu berusaha untuk mencapai kesejahteraan dalam hidupnya. Hal ini menyebabkan setiap manusia di dalam kehidupannya senantiasa melakukan berbagai

Lebih terperinci

A. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada

A. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS CACAT TERSEMBUNYI PADA OBJEK PERJANJIAN JUAL BELI MOBIL YANG MEMBERIKAN FASILITAS GARANSI DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BURGERLIJK WETBOEK JUNCTO

Lebih terperinci

PENGATURAN PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH HUNIAN MENURUT PERATURAN PERUNDANGAN DI INDONESIA Muhammad Aini Abstrak

PENGATURAN PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH HUNIAN MENURUT PERATURAN PERUNDANGAN DI INDONESIA Muhammad Aini Abstrak PENGATURAN PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH HUNIAN MENURUT PERATURAN PERUNDANGAN DI INDONESIA Muhammad Aini Abstrak Pada hakekatnya sewa menyewa tidak dimaksud berlangsung terus menerus, melainkan pada saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan laju pertumbuhan ekonomi Negara Kesatuan Republik Indonesia dari

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan laju pertumbuhan ekonomi Negara Kesatuan Republik Indonesia dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai dengan laju pertumbuhan ekonomi Negara Kesatuan Republik Indonesia dari tahun ke tahun terus berupaya untuk melaksanakan peningkatan pembangunan di berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semakin meningkat dan diikuti oleh majunya pemikiran masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sains dan teknologi membawa dampak yang signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah membawa kontribusi yang begitu domain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti 17 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN 2.1 Pengertian Perjanjian Pengangkutan Istilah pengangkutan belum didefinisikan dalam peraturan perundangundangan, namun banyak sarjana yang mengemukakan

Lebih terperinci

Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW)

Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW) Hukum Perjanjian menurut KUHPerdata(BW) Pengertian Perjanjian Pasal 1313 KUHPerdata: Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Oleh: Nama

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016

Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016 PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA (UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999) 1 Oleh: Aristo Yermia Tamboto 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Suatu perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak untuk menuntut sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya dalam sebuah perjanjian yang di dalamnya dilandasi rasa

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya dalam sebuah perjanjian yang di dalamnya dilandasi rasa BAB I PENDAHULUAN Salah satu perwujudan dari adanya hubungan antar manusia adalah dilaksanakannya dalam sebuah perjanjian yang di dalamnya dilandasi rasa saling percaya satu dengan lainnya. Perjanjian

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2 BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Wanprestasi 1. Pengertian Wanprestasi Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM TENTANG PERJANJIAN SEWA MENYEWA PETAK PASAR TRADISIONAL TANGGA ARUNG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

TINJAUAN HUKUM TENTANG PERJANJIAN SEWA MENYEWA PETAK PASAR TRADISIONAL TANGGA ARUNG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 6 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2014 TINJAUAN HUKUM TENTANG PERJANJIAN SEWA MENYEWA PETAK PASAR TRADISIONAL TANGGA

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB HUKUM TERHADAP SEWA MENYEWA ALAT MUSIK DAN SOUND SYSTEM DI KOTA SURAKARTA

TANGGUNG JAWAB HUKUM TERHADAP SEWA MENYEWA ALAT MUSIK DAN SOUND SYSTEM DI KOTA SURAKARTA TANGGUNG JAWAB HUKUM TERHADAP SEWA MENYEWA ALAT MUSIK DAN SOUND SYSTEM DI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Dan Diajukan untuk melengkapi Tugas Tugas Dan Syarat Syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Banyak sektor usaha berlomba-lomba untuk menarik

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Banyak sektor usaha berlomba-lomba untuk menarik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi saat sekarang mengalamin peningkatan yang sangat pesat. Banyak sektor usaha berlomba-lomba untuk menarik simpati masyarakat dalam menyediakan

Lebih terperinci

HUKUM JASA KONSTRUKSI

HUKUM JASA KONSTRUKSI HUKUM JASA KONSTRUKSI A. LATAR BELAKANG Konstruksi merupakan suatu kegiatan yang melibatkan/ menyangkut berbagai aspek kehidupan masyarakat Kegiatan konstruksi : Risiko tinggi (tidak pasti, mahal, berbahaya)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN KOPERASI. Perikatan-Perikatan yang dilahirkan dari Kontrak atau Perjanjian,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN KOPERASI. Perikatan-Perikatan yang dilahirkan dari Kontrak atau Perjanjian, 23 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN KOPERASI 2.1 Pengertian Perjanjian Kredit Pasal 1313 KUHPerdata mengawali ketentuan yang diatur dalam Bab Kedua Buku III KUH Perdata, dibawah judul Tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst, mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst, mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teori 2.1.1. Pengertian Perjanjian dan Wanprestasi Perjanjian atau persetujuan merupakan terjemahan dari overeenkomst, Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sisi ekonomi. Dalam hal ini tanah pun dapat dibiarkan begitu saja atau dikelola

BAB I PENDAHULUAN. sisi ekonomi. Dalam hal ini tanah pun dapat dibiarkan begitu saja atau dikelola BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan tempat berpijak manusia dimana diatasnya dapat dibangun sebuah rumah sebagai tempat berteduh ataupun dibangun sebuah kantor atau pabrik sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan yang harus dipenuhi, seperti kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan.dalam usaha untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA. 2.1 Pengertian Perjanjian Kerjasama dan Tempat Pengaturannya

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA. 2.1 Pengertian Perjanjian Kerjasama dan Tempat Pengaturannya 36 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJASAMA 2.1 Pengertian Perjanjian Kerjasama dan Tempat Pengaturannya Perjanjan memiliki definisi yang berbeda-beda menurut pendapat para ahli yang satu dengan

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. terwujud dalam pergaulan sehari-hari. Hal ini disebabkan adanya tujuan dan

BAB II PERJANJIAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. terwujud dalam pergaulan sehari-hari. Hal ini disebabkan adanya tujuan dan BAB II PERJANJIAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA A. Pengertian Perjanjian Hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya selalu terwujud dalam pergaulan sehari-hari. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perikatan merupakan hubungan hukum yang tercipta karena adanya peristiwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perikatan merupakan hubungan hukum yang tercipta karena adanya peristiwa 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian dan Syarat Sah Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Perikatan merupakan hubungan hukum yang tercipta karena adanya peristiwa hukum antara para pihak yang melakukan perjanjian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibidang ekonomi merupakan salah satu yang mendapat prioritas utama

BAB I PENDAHULUAN. dibidang ekonomi merupakan salah satu yang mendapat prioritas utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka menunjang pembangunan nasional, pembangunan dibidang ekonomi merupakan salah satu yang mendapat prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan. Atas

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA. dapat dengan mudah memahami jual beli saham dalam perseroan terbatas.

BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA. dapat dengan mudah memahami jual beli saham dalam perseroan terbatas. BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA A. Tinjauan Umum tentang Jual Beli 1. Pengertian Jual Beli Sebelum membahas mengenai aturan jual beli saham dalam perseroan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian Pada Umumnya 1. Pengertian Perjanjian Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan yang berasal dari perjanjian dikehendaki

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

BAB 2 TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN BAB 2 TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN 2.1 Perjanjian secara Umum Pada umumnya, suatu hubungan hukum terjadi karena suatu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perjanjian menurut Pasal 1313 KUHPerdata adalah :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perjanjian menurut Pasal 1313 KUHPerdata adalah : II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Pada Umumnya 1. Pengertian Perjanjian Pengertian perjanjian menurut Pasal 1313 KUHPerdata adalah : Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya

Lebih terperinci

BAB II ASPEK HUKUM TENTANG MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DAN PERJANJIAN

BAB II ASPEK HUKUM TENTANG MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DAN PERJANJIAN BAB II ASPEK HUKUM TENTANG MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DAN PERJANJIAN A. Dasar Hukum Memorandum Of Understanding Berdasarkan Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea keempat yang berbunyi : Kemudian daripada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Perihal Perikatan (Verbintenis), yang mempunyai arti lebih luas

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Perihal Perikatan (Verbintenis), yang mempunyai arti lebih luas BAB II LANDASAN TEORI A. RUANG LINGKUP PERJANJIAN 1. Pengertian Perjanjian Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) berjudul Perihal Perikatan (Verbintenis), yang mempunyai arti lebih luas

Lebih terperinci

BAB II PENGERTIAN PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Manusia dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan atau

BAB II PENGERTIAN PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Manusia dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan atau BAB II PENGERTIAN PERJANJIAN PADA UMUMNYA Manusia dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan atau kepentingan-kepentingan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Manusia di dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB II PELAKSANAAN KONTRAK SEWA MENYEWA RUMAH BERJANGKA PENDEK BAGI PEKERJA KONTRAK DI KOTA BATAM

BAB II PELAKSANAAN KONTRAK SEWA MENYEWA RUMAH BERJANGKA PENDEK BAGI PEKERJA KONTRAK DI KOTA BATAM BAB II PELAKSANAAN KONTRAK SEWA MENYEWA RUMAH BERJANGKA PENDEK BAGI PEKERJA KONTRAK DI KOTA BATAM A. Gambaran Umum Kota Batam Kota Batam adalah salah satu kotamadya di Provinsi Kepulauan Riau. Pusat kotanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Lembaga perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan mempunyai nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT A. Pengertian Hukum Jaminan Kredit Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, zekerheidsrechten atau security of law. Dalam Keputusan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Dalam Pasal 1233 KUH Perdata menyatakan, bahwa Tiap-tiap perikatan dilahirkan

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Dalam Pasal 1233 KUH Perdata menyatakan, bahwa Tiap-tiap perikatan dilahirkan BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Perjanjian Dalam Pasal 1233 KUH Perdata menyatakan, bahwa Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena persetujuan, baik karena undang-undang, ditegaskan bahwa setiap

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perjanjian Pasal 1313 KUH Perdata berbunyi: Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana 1 (satu) orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap 1 (satu) orang

Lebih terperinci

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 56 BAB III KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana yang telah termuat dalam Bab II, dapat ditarik kesimpulan bahwa agen PO. Safari Dharma Raya telah melakukan wanprestasi

Lebih terperinci

TEKNIK PENYUSUNAN KONTRAK

TEKNIK PENYUSUNAN KONTRAK TEKNIK PENYUSUNAN KONTRAK Sularto MHBK UGM PERISTILAHAN Kontrak sama dengan perjanjian obligatoir Kontrak sama dengan perjanjian tertulis Perjanjian tertulis sama dengan akta Jadi antara istilah kontrak,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian A.1 Pengertian perjanjian Perjanjian merupakan salah satu sumber perikatan, hal ini berdasarkan bahwa perikatan dapat lahir karena perjanjian dan undang undang. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia setiap hari selalu berhadapan dengan segala macam kebutuhan. Karena setiap manusia pasti selalu berkeinginan untuk dapat hidup layak dan berkecukupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi. 1

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia mempunyai kepentingan. Kepentingan adalah suatu tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk dipenuhi. 1 Sejak dilahirkan manusia membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan itu berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, pemenuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN. dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN. dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN A.Pengertian Perjanjian Suatu perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Perjanjian adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak, yang isinya adalah hak dan kewajiban, suatu hak untuk menuntut sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya lembaga keuangan di Indonesia dibedakan atas dua bagian, yakni lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank, namun dalam praktek sehari-hari

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Dari ketentuan pasal di atas, pembentuk Undang-undang tidak menggunakan

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Dari ketentuan pasal di atas, pembentuk Undang-undang tidak menggunakan BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA A. Pengertian Perjanjian Dalam Pasal 1313 KUH Perdata bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain

Lebih terperinci

JURNAL HUKUM ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN KERJA SECARA LISAN ANTARA PENGUSAHA DAN PEKERJA DI UD NABA JAYA SAMARINDA ABSTRAKSI

JURNAL HUKUM ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN KERJA SECARA LISAN ANTARA PENGUSAHA DAN PEKERJA DI UD NABA JAYA SAMARINDA ABSTRAKSI JURNAL HUKUM ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN KERJA SECARA LISAN ANTARA PENGUSAHA DAN PEKERJA DI UD NABA JAYA SAMARINDA ABSTRAKSI RISMAN FAHRI ADI SALDI. NIM : 0810015276. Analisis Terhadap Perjanjian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan. dalam hidupnya. Kebutuhan itu berfungsi untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan. dalam hidupnya. Kebutuhan itu berfungsi untuk mempertahankan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan itu berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM

KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM 1 KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING ANTARA KEJAKSAAN TINGGI GORONTALO DENGAN PT. BANK SULAWESI UTARA CABANG GORONTALO DALAM PENANGANAN KREDIT MACET RISNAWATY HUSAIN 1 Pembimbing I. MUTIA CH. THALIB,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN, JAMINAN DAN GADAI. politicon). Manusia dikatakan zoon politicon oleh Aristoteles, sebab

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN, JAMINAN DAN GADAI. politicon). Manusia dikatakan zoon politicon oleh Aristoteles, sebab BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN, JAMINAN DAN GADAI 2.1 Perjanjian 2.1.1 Pengertian Perjanjian Masalah perjanjian itu sebenarnya merupakan adanya ikatan antara dua belah pihak atau antara 2 (dua)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang sedang dialami negara Indonesia sekarang ini, tidak semua orang mampu memiliki sebuah rumah

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015 PEMBERLAKUAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK MENURUT HUKUM PERDATA TERHADAP PELAKSANAANNYA DALAM PRAKTEK 1 Oleh : Suryono Suwikromo 2 A. Latar Belakang Didalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia akan selalu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Menurut Subekti, perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan interaksi satu sama lain dalam berbagai bentuk. Hubungan antara individuindividu yang merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP WANPRESTASI. bahwa salah satu sumber perikatan yang terpenting adalah perjanjian sebab

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP WANPRESTASI. bahwa salah satu sumber perikatan yang terpenting adalah perjanjian sebab BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP WANPRESTASI Menurut ketentuan pasal 1233 KUH Perdata, perikatan bersumber dari perjanjian dan undang-undang. Dari kedua hal tersebut maka dapatlah dikatakan bahwa salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang bermacam-macam. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia harus berusaha dengan cara bekerja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Listrik merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Sejak adanya listrik manusia mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam berbagai bidang, yang menonjol adalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. A. Perlindungan Hukum yang Diberikan oleh Kitab Undang-Undang. Hukum Perdata (KUH Perdata) kepada Para Pihak dalam Perjanjian

BAB IV ANALISIS. A. Perlindungan Hukum yang Diberikan oleh Kitab Undang-Undang. Hukum Perdata (KUH Perdata) kepada Para Pihak dalam Perjanjian BAB IV ANALISIS A. Perlindungan Hukum yang Diberikan oleh Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) kepada Para Pihak dalam Perjanjian Kontrak Kerjasama Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara hukum, dimana Negara hukum memiliki prinsip menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum yang berintikan kepada kebenaran dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Uraian Teori Beberapa teori akan dipakai sebagai acuan dalam penelitian ini, yaitu pengertian perjanjian, pembiayaan leasing dan teori fidusia. 2.1.1. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran arus lalu lintas penduduk dari dan kesuatu daerah tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran arus lalu lintas penduduk dari dan kesuatu daerah tertentu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan karena wilayahnya meliputi ribuan pulau. Kondisi geografis wilayah nusantara tersebut menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disanggupi akan dilakukannya, melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. disanggupi akan dilakukannya, melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Pasal 1234 KHUPerdata yang dimaksud dengan prestasi adalah seseorang yang menyerahkan sesuatu, melakukan sesuatu, dan tidak melakukan sesuatu, sebaiknya dianggap

Lebih terperinci

BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR. A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor

BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR. A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor BAB IV PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR A. Pelaksanaan Perjanjian Sewa Beli Kendaraan Bermotor Menurut sistem terbuka yang mengenal adanya asas kebebasan berkontrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu

BAB I PENDAHULUAN. Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu BAB I PENDAHULUAN Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan, demikianlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerjasama di bidang perdagangan dan jasa berkembang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. kerjasama di bidang perdagangan dan jasa berkembang sangat pesat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan arus globalisasi ekonomi dunia dan kerjasama di bidang perdagangan dan jasa berkembang sangat pesat. Masyarakat semakin banyak mengikatkan

Lebih terperinci

Pemanfaatan pembangkit tenaga listrik, baru dikembangkan setelah Perang Dunia I, yakni dengan mengisi baterai untuk menghidupkan lampu, radio, dan ala

Pemanfaatan pembangkit tenaga listrik, baru dikembangkan setelah Perang Dunia I, yakni dengan mengisi baterai untuk menghidupkan lampu, radio, dan ala BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan jangka panjang yang dilakukan bangsa Indonesia mempunyai sasaran utama yang dititik beratkan pada pembangunan bidang ekonomi dengan pengembangan

Lebih terperinci

PERJANJIAN JUAL BELI. Selamat malam. Bagaimana kabarnya malam ini? Sehat semua kan.. Malam ini kita belajar mengenai Perjanjian Jual Beli ya..

PERJANJIAN JUAL BELI. Selamat malam. Bagaimana kabarnya malam ini? Sehat semua kan.. Malam ini kita belajar mengenai Perjanjian Jual Beli ya.. PERJANJIAN JUAL BELI Selamat malam Bagaimana kabarnya malam ini? Sehat semua kan.. Malam ini kita belajar mengenai Perjanjian Jual Beli ya.. 1. PENGERTIAN PERJANJIAN JUAL BELI Dalam suatu masyarakat, dimana

Lebih terperinci

HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM.

HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM. HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM. PERIKATAN & PERJANJIAN Perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang berdasarkan mana yang satu berhak menuntut hal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjudul Tentang Sewa-Menyewa yang meliputi Pasal 1548 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. berjudul Tentang Sewa-Menyewa yang meliputi Pasal 1548 sampai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjanjian sewa-menyewa diatur di bab VII Buku III KUHPerdata yang berjudul Tentang Sewa-Menyewa yang meliputi Pasal 1548 sampai dengan Pasal 1600 KUHPerdata. Defenisi

Lebih terperinci

KEDUDUKAN HUKUM DARI M.O.U DITINJAU DARI HUKUM KONTRAK

KEDUDUKAN HUKUM DARI M.O.U DITINJAU DARI HUKUM KONTRAK BAB III KEDUDUKAN HUKUM DARI M.O.U DITINJAU DARI HUKUM KONTRAK A. Pengertian Memorandum of Understanding (M.O.U) Memorandum adalah suatu peringatan, lembar peringatan, atau juga suatu lembar catatan. 29

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berwujud perjanjian secara tertulis (kontrak). berjanji untuk melakukan suatu hal. 1

BAB I PENDAHULUAN. berwujud perjanjian secara tertulis (kontrak). berjanji untuk melakukan suatu hal. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum perjanjian merupakan bagian daripada Hukum Perdata pada umumnya, dan memegang peranan yang sangat besar dalam kehidupan sehari-hari. Khususnya dalam bidang

Lebih terperinci