BAB II TINJAUAN PUSTAKA. individu tentang penampilan fisiknya. Burns (1993) mendefinisikan self-image

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. individu tentang penampilan fisiknya. Burns (1993) mendefinisikan self-image"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II. A. Self-Image II. A. 1. Definisi Self-Image Menurut Jersild (1963), self-image adalah gambaran mental yang dimiliki individu tentang penampilan fisiknya. Burns (1993) mendefinisikan self-image sebagai gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri sebagai makhluk yang berfisik, sehingga self-image sering dikaitkan dengan karakteristikkarakteristik fisik yang dimiliki seseorang. Sejalan dengan hal tersebut, La Rose (1996) menyebutkan bahwa self-image adalah gambaran diri yang dibentuk dalam pikiran untuk menyatakan penampilan fisik secara keseluruhan seperti, menarik atau tidak menarik. Atwater & Duffy (1999) mengatakan bahwa self-image merupakan pandangan seseorang terhadap dirinya sendiri dan merupakan salah satu komponen pembentuk konsep diri. Sementara itu, Mappiare (1982) mengatakan bahwa self-image merupakan cara individu memandang dirinya sendiri. Hadisubrata (1997) yang mengatakan bahwa self-image merupakan konsep yang bersifat subyektif, karena hanya didasarkan pada interpretasi pribadi tanpa mempertimbangkan atau meneliti lebih jauh kenyataan yang sebenarnya. Pertimbangan tersebut tidak didasarkan pada apa yang sebenarnya dipikirkan oleh 11

2 orang lain, tetapi didasarkan pada interpretasi pribadi terhadap apa yang menurut pendapatnya dipikirkan oleh orang lain. Berdasarkan definisi-definisi self-image dari beberapa tokoh diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan self-image adalah gambaran dalam fikiran individu mengenai penampilan fisiknya secara keseluruhan yang juga dipengaruhi oleh apa yang individu fikirkan tentang pandangan orang lain terhadap dirinya sendiri. II. A. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self-Image Menurut Mappiare (1982) faktor-faktor yang mempengaruhi self-image, sebagai berikut : a. Keadaan fisik. Penampilan menyeluruh, fisik dan psikis mempengaruhui pembentukan pribadi. Remaja akan senantiasa membandingkan keadaan fisiknya dengan teman-teman sebayanya. Perbedaan keadaan fisik dengan teman sebaya akan menimbulkan perasaan malu dan rendah diri. b. Pakaian dan perhiasan adalah standar lain bagi remaja. Keadaan pakaian yang tidak memuaskan seringkali membuat mereka menghindarkan diri dari pergaulan kelompok teman sebaya atau peer group. c. Teman-teman sebaya dalam kelompok sangat berpengaruh terhadap selfimage dan ada atau tidak adanya penilaian diri yang positif. Penerimaan kelompok terhadap diri seseorang, rasa ikut serta dalam kelompok, memperkuat self-image dan penilaian diri yang positif, sebaliknya adanya penolakan peer group mengurangi penilaian diri positif. 12

3 d. Selain itu, keadaan keluarga, situasi rumah-tangga, sikap mendidik orangtua, pergaulan dan pola hubungan antar anggota keluarga merupakan seperangkat hal lain yang sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan self-image yang sehat dan adanya rasa percaya diri. II. A. 3. Aspek-Aspek Self-Image Pengukuran self-image pada penelitian ini menggunakan aspek-aspek dari Jersild (1963), yaitu : a. Perceptual Component Komponen ini merupakan penilaian yang dimiliki seseorang mengenai penampilan dirinya, yaitu segala hal yang meliputi keadaan fisik seseorang. Komponen ini disebut juga dengan aspek fisik dari self-image. b. Conceptual Component Konsepsi seseorang mengenai karakteristik dirinya, seperti kemampuan atau kelebihan, serta kekurangan atau keterbatasan dirinya. Komponen ini disebut juga dengan aspek psikologis dari self-image. c. Attitudional Component Hal-hal yang berhubungan dengan keadaan sosial atau lingkungan individu. Keadaan sosial dalam komponen ini berkenaan dengan pandangan individu terhadap penilaian orang lain. Komponen ini disebut juga dengan aspek sosial dari self-image. 13

4 II. A. 4. Perkembangan Self-Image Remaja memperoleh perkembangan fisik dan kemampuan dirinya dimulai dari masa early childhood. Mereka juga akan mengingat ukuran, penampilan fisik, dan kemampuan fisiknya dari evaluasi orang lain terhadap dirinya (Papalia & Olds, 2008). Perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja akan membentuk persepsinya terhadap penampilan fisiknya sendiri. Self-image juga dipengaruhi oleh pengalaman yang akan membimbing remaja untuk menilai fisiknya sendiri sebagai sempurna, lemah, mampu atau tidak mampu, dan lain-lain. Namun, ada saat ketika remaja menilai dirinya tidak menarik. Padahal belum tentu orang lain menilai hal yang sama. Ini tidak mempengaruhi bagaimana remaja memandang fisiknya sendiri. Terkadang terdapat ketimpangan antara image yang dimiliki individu terhadap dirinya sendiri dbandingkan kenyataannya (Hadisubrata, 1997). Menurut Jersild (1963) Self-image juga dipengaruhi oleh bagaimana penerimaan dari teman sebaya. Syarat adanya penerimaan dari teman sebaya selama masa remaja adalah penampilan fisik yang tidak berbeda dari orang lain. Jika remaja cenderung berbeda dengan teman sebayanya ia akan mendapat penolakan dari teman-temannya atau mendapatkan nama panggilan yang bersifat menghina, seperti si gendut, si kurus, si lemah, dan lain-lainnya. 14

5 II. B. Acne vulgaris II. B. 1. Definisi Acne vulgaris Menurut Harahap (2000), acne vulgaris adalah peradangan kronik folikel polisebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papula, pustula, dan kista pada daerah-daerah predileksi, seperti muka, bahu, dada, punggung serta bagian atas dari ekstremitas. Menurut Price dan Wilson (dalam Djuanda, 2008), jerawat merupakan suatu proses peradangan kronik kelenjar-kelenjar polisebasea. Acne vulgaris adalah penyakit peradangan kulit menahun yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri jika dengan tingkat yang lebih ringan (Djuanda, 2008). II. B. 2. Epidemiologi Setiap orang pernah menderita acne vulgaris, oleh sebab itu penyakit ini sering dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis (Djuanda, 2008). Kligman (dalam Djuanda, 2008) mengatakan bahwa tidak ada seseorang pun (artinya 100%), yang sama sekali tidak pernah menderita penyakit ini. Menurut Brown, Bourke, & Tim Cunliffe (2008) umumnya acne vulgaris terjadi pada sekitar umur tahun pada wanita, tahun pada pria. Pada seorang gadis, acne vulgaris dapat terjadi premenarche. Setelah masa remaja kelainan ini berangsur berkurang. Namun kadang-kadang terutama pada wanita, acne vulgaris menetap sampai dekade umur 30-an atau bahkan lebih. Meskipun pada pria umumnya acne vulgaris lebih cepat berkurang, namun pada penelitian diketahui bahwa justru gejala acne vulgaris yang berat biasanya terjadi 15

6 pada pria. Diketahui pula bahwa ras oriental (Jepang, Cina, Korea) lebih jarang menderita acne vulgaris vulgaris dibanding dengan ras kaukasia (Eropa, Amaerika), dan lebih sering terjadi nodulo-kistik pada kulit putih daripada negro. Acne vulgaris vulgaris mungkin familial, namun karena tingginya prevalensi penyakit hal ini sukar dibuktikan. Dari sebuah penelitian diketahui bahwa mereka yang bergenotip XYY mendapat acne vulgaris yang lebih berat (Brown & Burns, 2005) II. B. 3. Etiologi Penyebab timbulnya acne vulgaris belum dapat dipastikan, karena masih banyak perbedaan pendapat, setiap orang mempunyai hal khusus yang mungkin dapat dianggap sebagai penyebab timbulnya acne vulgaris. Dapat dikatakan penyebab acne vulgaris adalah multifaktorial (Djuanda, 2008), antara lain : 1. Faktor genetik Pada 60% pasien, riwayat acne juga didapatkan pada satu atau kedua orang tuanya. Penderita acne yang berat mempunyai riwayat keluarga yang positif. 2. Faktor Infeksi dan Trauma Peradangan dan infeksi di folikel pilosebasea terjadi karena adanya peningkatan jumlah dan aktivitas flora folikel yang terdiri dari Propionilbacterium- Acne vulgariss, Corynebacterium Acne vulgariss, Pityrosporum ovale dan Staphylococcus epidermidis. Bakteri-bakteri ini berperan dalam proses kemotaksis inflamasi dan pembentukan enzim lipolitik 16

7 yang mengubah fraksi lipid sebum. Selain itu, adanya trauma fisik berupa gesekan maupun tekanan dapat juga merangsang timbulnya acne vulgaris. 3. Faktor hormonal Pada 60 70% wanita lesi acne vulgaris menjadi lebih aktif kurang lebih satu minggu sebelum haid oleh karena hormon progesteron. Estrogen dalam kadar tertentu dapat menekan pertumbuhan acne vulgaris, pada wanita diperlukan dosis yang melebihi kebutuhan fisiologis, sedangkan pada laki-laki dosis tersebut dapat menimbulkan feminisasi. TSH dengan jalan tertentu juga dapat merangsang pertumbuhan acne vulgaris. Pil anti hamil yang mengandung ethinilestradiol 0,05 mg atau lebih mempunyai efek yang menguntungkan pada acne vulgaris. 4. Faktor diet Makanan sebagai salah satu faktor penyebab timbulnya acne vulgaris masih diperdebatkan. Secara umum dikatakan bahwa makanan yang mengandung banyak lemak, pedas, coklat, susu, kacang-kacangan, keju, alkohol dan sejenisnya dapat merangsang kambuhnya jerawat. Lemak yang tinggi pada makanan akan mempertinggi kadar komposisi sebum, sedangkan makanan dengan kadar karbohidrat tinggi dapat mempertinggi susunan lemak permukaan kulit. 5. Faktor kosmetik Kosmetika dapat menyebabkan acne vulgaris jika mengandung bahan-bahan komedogenik. Bahan-bahan komedogenik seperti lanolin, petrolatum, dan bahan kimia murni (asam oleik, butil stearat, lauril alkohol, bahan pewarna) 17

8 biasanya terdapat pada krim-krim wajah. Untuk jenis bedak yang sering menyebabkan acne adalah bedak padat (compact powder). 6. Faktor obat-obatan Beberapa obat mempunyai efek samping menimbulkan jerawat, seperti dilantin, lithium, DHEA, anabolic steroid, disulfiram, barbiturate, kontrasepsi. 7. Kondisi kulit Jenis kulit berhubungan dengan acne vulgaris adalah kulit berminyak. Kulit berminyak dan kotor oleh debu, polusi udara, maupun sel-sel kulit yang mati yang tidak dilepaskan dapat menyebabkan penyumbatan pada saluran kelenjar sebasea dan dapat menimbulkan acne vulgaris. 8. Faktor pekerjaan Penderita acne vulgaris juga banyak ditemukan pada karyawan-karyawan pabrik dimana mereka selalu terpapar bahan-bahan kimia seperti oli dan debudebu logam. Acne vulgaris ini biasa disebut Occupational Acne vulgaris. 9. Faktor Psikis Emosi, terutama stres sering ditemukan sebagai faktor penyebab kambuhnya acne vulgaris. Adanya acne vulgaris kadang menimbulkan kecemasan yang berlebihan dimana hal tersebut mendorong penderita memanipulasi acne vulgarisnya secara mekanis, sehingga kerusakan dinding folikel semakin parah dan bisa menimbulkan lesi-lesi acne vulgaris baru. 10. Faktor Iklim Suhu panas dan udara lembab menyebabkan kambuhnya acne vulgaris di daerah tropis. Sedangkan di negara dengan berbagai musim, acne vulgaris 18

9 cenderung kambuh pada musim dingin karena pada musim panas diduga sinar matahari dapat meringankan penderita acne vulgaris, kalaupun ada yang memberat ini akibat berkeringat banyak. Sinar matahari dapat menolong banyak penderita acne vulgaris. Sinar ultraviolet dapat menyebabkan pigmentasi meningkat dan pengelupasan yang sangat menguntungkan penderita acne vulgaris, lagipula sinar ultraviolet mempunyai efek bakterisid terhadap kuman permukaan kulit. Tetapi jika berlebihan juga memperburuk keadaan klinis acne vulgaris. II. B. 4. Gradasi Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (dalam Djuanda, 2008) mengklasifikasikan gradasi acne vulgaris sebagai berikut: 1. Ringan : - Beberapa lesi tak beradang pada 1 predileksi - Sedikit lesi tak beradang pada beberapa tempat predileksi - Sedikit lesi beradang pada 1 predileksi 2. Sedang : - Banyak lesi tak beradang pada 1 predileksi - Beberapa lesi tak beradang pada lebih dari 1 predileksi - Beberapa lesi beradang pada 1 predileksi - Sedikit lesi beradang pada lebih dari 1 predileksi 3. Berat : - Banyak lesi tak beradang pada lebih dari 1 predileksi - Banyak lebih beradang pada 1 atau lebih predileksi. 19

10 Lebih lanjut, gradasi acne vulgaris diatas disertai dengan penjelasan detail mengenai klasifikasi lesi serta peradangannya, yaitu : 1. Sedikit : kurang dari 5 lesi 2. Sedang : 5 sampai 10 lesi 3. Banyak : lebih dari 10 lesi 4. Beradang : pustul, nodus, kista 5. Tak beradang : komedo putih, komedo hitam, papul II. B. 5. Gejala Klinis Tempat predileksi acne vulgaris adalah di muka, bahu, dada bagian atas, punggung bagian atas, leher, lengan atas, (Harahap, 2000). Erupsi kulit polomorfi, dengan gejala predominan salah satunya, komedo, papul dan pustul serta nodus dan kista. Dapat disertai rasa gatal, namun umumnya keluhan penderita adalah keluhan estetis. Komedo adalah gejala patognomonik bagian acne vulgaris berupa papul miliar yang di tengahnya mengandung sumbatan sebum, bila berwarna hitam akibat mengandung unsur melanin disebut komedo hitam atau komedo terbuka (black comedo, open comedo). Sedangkan bila berwarna putih karena letaknya lebih dalam sehingga tidak mengandung unsur melanin disebut sebagai komedo putih atau komedo tertutup (white comedo, closed comedo). Papul dan pustul dikenal baik sebagai bintik-bintik kecil berwana merah atau dengan dasar yang kemerahan. Papula cepat sekali timbul, sering hanya dalam beberapa jam dan biasanya akan berkembang menjadi pustula. Sesudah beberapa hari akan 20

11 menghilang. Semakin bertambah parahnya keadaan serta peradangan, maka semakin bertambah besar pula lesi yang dapat dilihat dan diraba yang berakibat pada terbentuknya nodul dan kista. Pada kebanyakan pasien dapat timbul beberapa saja, tetapi pada beberapa orang bisa sangat banyak. (Brown & Burns, 2005) II. C. Remaja II. C. 1. Definisi Remaja Menurut Hurlock (1980) istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Papalia & Olds (2008) mendefinisikan masa remaja sebagai transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang mengandung perubahan besar, seperti perubahan fisik, kognitif, dan sosial. WHO (2010) menyatakan bahwa masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, berlangsung sekitar 10 tahun. Monks, dkk (2001) memberi batasan usia remaja adalah tahun. Masa remaja diawali pada usia yang berkisar 10 tahun 13 tahun dan berakhir di usia 18 tahun - 22 tahun (Santrock, 2007). II. C. 2. Ciri Ciri Masa Remaja Menurut Hurlock (1980), masa remaja memiliki ciri-ciri yang terdiri dari: 21

12 1. Masa remaja sebagai periode perubahan. Remaja mengalami perubahan penting dalam hidupnya baik dari segi fisik maupun mentalnya untuk menuju kedewasaan diri. 2. Masa remaja sebagai periode peralihan. Dalam setiap periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan perannya yang harus dilakukan. Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. 3. Masa remaja sebagai periode perubahan. Ada empat perubahan yang hampir bersifat universal. Pertama, meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Kedua, perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial, menimbulkan masalah baru. Ketiga, berubahnya nilai-nilai, apa yang di masa anak-anak dianggap penting sekarang setelah hampir dewasa tidak penting lagi. Keempat, sebagaian besar remaja bersifat ambivalen terhadap setiap perubahan,mereka menginginginkan perubahan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering takut bertanggung jawab akan akibatnya. 4. Masa remaja sebagai usia bermasalah. Masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi. Ketidakmampuan mereka untuk mengatasi masalah membuat banyak remaja akhirnya menemukan bahwa penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka. 5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas. Pada periode ini remaja melakukan identifikasi dengan tokoh atau orang yang dikaguminya. 22

13 6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan. Adanya stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang berperilaku merusak, mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja terhadap dirinya sendiri dan akhirnya membuat peralihan ke masa dewasa menjadi sulit. 7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik. Remaja cenderung melihat kehidupan melalui kaca berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. 8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa. Remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status kedewasaan, yaitu merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan, dan seks bebas. II. C. 3. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja Menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1980) tugas-tugas perkembangan remaja adalah sebagai berikut: : 2. Mencapai hubungan baru dan pergaulan yang lebih matang dengan teman sebaya baik laki-laki maupun perempuan 3. Dapat menjalankan peran sosial maskulin dan feminin. Peran sosial yang dimaksud di sini adalah seperti yang diharapkan masyarakat, dan bergeser sesuai dengan peralihan zaman 4. Menerima keadaan fisik dirinya sendiri dan menggunakan tubuhnya secara lebih efektif. 23

14 5. Mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab. 6. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya. 7. Mempersiapkan karier ekonomi 8. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga. 9. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku sesuai dengan norma yang ada di masyarakat. Erikson (Papalia, Olds & Feldman, 2008) mengatakan bahwa tugas utama remaja adalah menghadapi identity versus identity confusion, yang merupakan krisis ke-5 dalam tahap perkembangan psikososial yang diutarakannya. Tugas perkembangan ini bertujuan untuk mencari identitas diri agar nantinya remaja dapat menjadi orang dewasa yang memilikil peran yang bernilai di masyarakat (Papalia, Olds & Feldman, 2008). II. C. 4. Perkembangan Fisik Remaja Masa remaja di mulai dengan terjadinya pubertas, yaitu masa atau periode yang singkat dalam pematangan fisik yang melibatkan perubahan hormonal. Perubahan hormonal tersebut menyebabakan terjadinya perubahan fisik remaja (Santrock, 2007). Perubahan fisik pada remaja yang disebabkan oleh hormonal adalah perubahan pada kulit yang menjadi sangat rentan terhadap munculnya acne 24

15 vulgaris serta perubahan bentuk tubuh sepeti pertumbuhan payudara pada wanita, lebar bahu pada pria, perubahan suara, perkembangan muskular, pertumbuhan pubic, rambut di wajah, ketiak dan tubuh. Perubahan lain adalah mulai berfungsinya alat reproduksi yang ditandai dengan haid pada remaja putri dan mimpi basah pada remaja laki-laki. Perubahan-perubahan fisik tersebut akan menyebabkan kecanggungan bagi remaja kaena ia harus menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi pada dirinya (Sarwono, 2002). II. C. 5. Perkembangan Sosial Remaja Laki-Laki dan Perempuan Remaja akan selalu merasa bahwa dirinya diperhatikan oleh semua orang dalam situasi sosial. Konsep ini disebut Elkind (dalam Papalia & Olds, 2008) sebagai imagery audience. Para remaja dapat berpikir tentang pemikiran mereka sendiri dan orang lain. Akan tetapi, remaja sering kali berasumsi bahwa yang dipikirkan oleh orang lain sama dengan yang mereka pikirkan, yaitu diri mereka sendiri. Seorang remaja perempuan bisa merasa dipermalukan apabila mengenakan pakaian yang salah untuk menghadiri pesta, hal ini dikarekana remaja perempuan tersebut berfikir bahwa orang semua orang di pesta memperhatikan dan berfikir negatif tentang dirinya. Remaja dengan acne vulgaris akan merasa semua orang mengevaluasi negatif penampilan fisiknya ketika berinteraksi sosial. Maka dari itu, mereka akan sangat memperhatikan penampilan fisiknya agar menjadi sempurna. Erikson (dalam Papalia & Olds, 2008) mengatakan bahwa identitas dan intimasi berkembang beriringan pada remaja perempuan. Hal ini didukung oleh 25

16 pernyataan dari Blyth dkk (dalam Papalia & Olds, 2008) yang mengatakan bahwa intimasi lebih berarti bagi anak perempuan ketimbang anak laki-laki dalam pertemanan sekolah. Perbedaan ini disebabkan pada perspektif bahwa individualis, otonomi dan persaingan lebih banyak melekat pada anak laki-laki. Remaja perempuan menilai diri mereka sendiri berdasarkan kemampuan memperhatikan orang lain dan diri sendiri (Gilligan, 1987). Sepanjang masa remaja, sebagian besar harga diri berkembang dalam konteks hubungan sosial dengan teman sebaya. Harga diri remaja laki-laki akan berkaitan dengan persaingan demi prestasi individual, sedangkan harga diri remaja perempuan akan lebih bergantung pada hubungan denga orang lain (Gilligan, 1987). Hubungan sosial dan intimasi dengan teman sebaya menjadi hal yang lebih penting bagi remaja perempuan dibanding remaja laki-laki (Papalia & Olds, 2008). Pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, perilaki dan penampilan fisik lebih besar daripada pengaruh keluarga hal ini disebabkan oleh banyaknya waktu yang dihabiskan remaja di luar rumah bersama teman-teman sebaya sebagai kelompok. Berbagai kegiatan yang berhubungan dengan interaksi sosial, baik kegiatan dengan sesama jenis maupun sesama jenis biasanya mencapai puncaknya selama tahun-tahun sekolah menengah atas. Semakin banyak remaja berpartisipasi dalam kegiatan sosialnya maka semakin baik kompetensi sosialnya. Dengan demikian remaja akan memiliki kepercayaan diri 26

17 yang diungkapkan melalui perilaku yang tenang dan seimbang dalam situasi sosial (Hurlock, 1980). Menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1980), membangun hubungan sosial yang memuaskan dan menerima keadaan fisiknya serta menggunakannya secara efektif merupakan salah satu tugas perkembangan remaja. Dalam Journal of Nutrition College (2013) dikatakan bahwa remaja dengan acne vulgaris akan menolak untuk berpastipasi dalam situasi sosial karena takut penampilannya akan dievaluasi negatif oleh orang lain. Maka dari itu, adanya acne vulgaris pada akhirnya akan mengganggu tugas perkembangan remaja yang berkaitan dengan kegiata sosialnya. Bagi remaja perempuan acne vulgaris akan menjadi masalah yang akan mempengaruhi psikis dan interaksi sosialnya dibanding remaja lakilaki (Dunn dkk, 2011). II. C. 6. Perbedaan Self-Image Remaja Laki-Laki dan Perempuan Remaja perempuan memiliki perhatian yang besar terhadap penampilannya dengan berbagai cara yang kompleks. Kita akan memiliki anggapan bahwa remaja perempuan harus cantik dan anggun. Sedangkan remaja laki-laki gagah dan kuat (Ibrahim, 2002). Menurut Gilligan (1987), ketika remaja berkenalan untuk pertama kalinya dengan orang yang baru ditemuinya, mereka akan sangat takut jika penampilannya dianggap tidak menarik. Remaja perempuan sangat memperhatikan penampilan karena takut jika orang lain menilai jelek fisiknya. Bagi remaja perempuan, penilaian orang lain dan hubungan orang lain merupakan hal yang sangat penting. Berbeda dengan remaja laki-laki yang lebih 27

18 mementingkan persaingan dan prestasi. Mereka tidak akan terlalu memperdulikan pandangan orang lain terhadap penampilan fisiknya. Remaja perempuan yang mendapatkan pengakuan dari teman sebaya dan berhasil memenuhi harapan orang tuanya bahwa perempuan harus cantik akan mengarahkannya memiliki self-image yang positif. Mereka akan berusaha maksimal untuk memiliki penampilan yang menarik, walaupun bagi sebagian remaja perempuan hal tersebut sangat sulit. Sedangkan bagi remaja laki-laki, tidak memperdulikan penampilan merupakan hal yang dianggap sebagai stylish (Jersild, 1963). II. D. Perbedaan Self-Image Remaja Laki Laki dan Perempuan Penderita Acne vulgaris Beberapa permasalahan remaja biasanya disebabkan oleh perubahan hormon dalam tubuhnya. Hormon progesteron pada wanita dan estrogen pada pria yang meningkat tajam pada masa remaja akan memicu munculnya acne vulgaris (Djuanda, 2008). Acne vulgaris menurut Harahap (2000) merupakan peradangan kronik folikel polisebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papula, pustula, dan kista pada daerah-daerah predileksi, seperti muka, bahu, dada, serta punggung. Journal of Nutrition College menyebutkan bahwa di Indonesia Hampir 85% anak SMA yang berusia antara tahun menderita acne vulgaris, dimana remaja laki-laki sering menderita jerawat yang lebih berat dibanding remaja perempuan. 28

19 Acne vulgaris merupakan penyakit kulit kronis yang tidak berbahaya tapi memberikan dampak negatif baik secara fisik maupun psikis. Dampak negatif akibat acne vulgaris secara fisik adalah kulit menjadi kurang indah karena terkena masalah seperti scar, bopeng, flek bekas jerawat. Sedangkan dampak negatif acne vulgaris terhadap psikis adalah keadaan psikologis yang tidak menyenangkan seperti cemas dan depresi yang meningkat (Yolac, 2008). Acne vulgaris merupakan sumber kegelisahan bagi remaja laki-laki maupun perempuan (Hurlock, 1980). Remaja yang mengalami masalah jerawat seringkali mempunyai masalah yang berkaitan dengan kepercayaan diri yang rendah, kemurungan, kegusaran, dan buruknya pergaulan sosial, (Ibrahim, 2002). Acne vulgaris dapat memberikan kesan psikologis yang buruk pada remaja, terutama remaja dalam masa sekolah, sedangkan pada tahap ini faktor percaya diri remaja serta aktivitas pergaulan sosial amat penting. Salah satu tugas perkembangan pada masa remaja menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1980) adalah menerima keadaan fisiknya dan menggunakannya secara efektif untuk membangun hubungan sosial yang memuaskan baik terhadap lawan jenis maupun sesama jenisnya. Adanya acne vulgaris akan menghambat tugas perkembangan remaja yang berkaitan denga interaksi sosialnya. Kulit merupakan organ terluas dan yang paling kelihatan dari tubuh manusia sehingga suatu penampilan kulit yang berbeda akan berpengaruh pada penampilan dan self-image remaja. Menurut Jersild (1963), self-image merupakan gambaran mental yang dimiliki individu tentang penampilan fisiknya. Menurut Burn (1993), self-image merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri 29

20 sebagai makhluk yang berfisik, sehingga self-image sering dikaitkan dengan karakteristik-karakteristik fisik yang dimiliki seseorang. Hadisubrata (1997) mengatakan bahwa, individu dengan self-image yang positif ditandai dengan kepercayaan diri, menerima diri sendiri serta memiliki pergaulan sosial yang baik. Sebaliknya, individu dengan self-image negatif akan mengembangkan watakwatak yang akan menghambatnya dalam pergaulan sosial, seperti rendah diri, membenci diri sendiri, serta pemalu. Individu dengan self-image negatif juga akan merasa cemas jika penampilannya dievaluasi negatif oleh orang lain. Remaja perempuan dengan acne vulgaris akan memiliki perasaan malu dan kecemasan terhadap penampilan yang lebih tinggi dibanding remaja laki-laki (Hasibuan, 2010). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian University of California bahwa remaja perempuan dengan acne vulgaris akan merasa cenderung malu ketika berada dalam situasi sosial dibanding remaja laki-laki. Sedangkan, pada remaja laki-laki ditemukan kondisi yang berbeda, remaja laki-laki tidak terlalu memperdulikan penilaian orang lain terhadap penampilannya dan tidak mengurangi keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain. Seiring berjalannya waktu, remaja laki-laki juga mulai memperhatikan penampilan fisiknya. Namun, remaja perempuan memiliki perhatian yang lebih besar terhadap penampilan fisiknya dibandingkan remaja laki-laki (Papalia & Olds, 2008). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuliani (2013) bahwa, remaja laki-laki yang melakukan perawatn wajah di klinik kecantikan menunjukkan adanya perhatian terhadap penampilan, tetapi tidak sebesar pada remaja perempuan. Berdasarkan hasil penelitian dalam Dicle Medical Journal 30

21 didapatkan hasil bahwa acne vulgaris lebih sering ditemukan pada remaja lakilaki dibanding remaja perempuan, dimana remaja laki-laki akan mencari pengobatan bila dengan acne yang lebih berat (Akyazi dkk, 2011) Sebuah penelitian dilakukan oleh Wulung (2005) terhadap fenomena munculnya pria metroseksual beberapa tahun terakhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pria metroseksual memiliki perhatian terhadap penampilan dikarenakan semakin banyaknya wanita karier di tempat kerja dengan penampilan yang menarik, tuntutan pekerjaan di mana orang senang bekerja dengan orang yang berpenampilan baik, pengaruh dari media massa, serta gaya hidup pasangan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Hurlock (1980) bahwa, keprihatinan terhadap penampilan timbul karena adanya kesadaran bahwa daya tarik fisik berperan penting dalam hubungan sosial. Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja perempuan akan lebih memperhatikan dan mencemaskan penampilan fisiknya dibandingkan remaja laki-laki. Adanya acne vulgaris akan lebih besar mempengaruhi remaja perempuan dalam interaksi soialnya yang pada akhirnya akan mempengaruhi self-imagenya. Maka self-image remaja perempuan yang menderita acne vulgaris akan berbeda dengan remaja laki-laki yang menderita acne vulgaris. 31

22 II. E. Hipotesa Penelitian Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah penulis uraikan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah ada perbedaan self-image pada penderita acne vulgaris antara remaja laki-laki dan perempuan. 32

BAB I PENDAHULUAN. punggung bagian atas. Jerawat terjadi karena pori-pori kulit. terbuka dan tersumbat dengan minyak, sel-sel kulit mati, infeksi

BAB I PENDAHULUAN. punggung bagian atas. Jerawat terjadi karena pori-pori kulit. terbuka dan tersumbat dengan minyak, sel-sel kulit mati, infeksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jerawat (Akne Vulgaris) merupakan penyakit kulit peradangan kronik folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dengan gambaran klinis berupa komedo, papul,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jerawat, atau dalam bahasa medisnya disebut akne, merupakan salah satu penyakit kulit yang banyak dijumpai secara global pada remaja dan dewasa muda (Yuindartanto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh berbagai faktor dengan gambaran klinis yang khas

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh berbagai faktor dengan gambaran klinis yang khas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris merupakan suatu peradangan kronik dari folikel pilosebasea yang disebabkan oleh berbagai faktor dengan gambaran klinis yang khas (Siregar, 2013). Gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pleomorfik, komedo, papul, pustul, dan nodul. (Zaenglein dkk, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. pleomorfik, komedo, papul, pustul, dan nodul. (Zaenglein dkk, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne atau jerawat adalah kondisi yang paling umum dilakukan oleh dokter di seluruh dunia (Ghosh dkk, 2014). Penyakit akne ini merupakan penyakit peradangan pada unit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acne Vulgaris (AV) merupakan suatu penyakit peradangan kronis dari folikel

BAB I PENDAHULUAN. Acne Vulgaris (AV) merupakan suatu penyakit peradangan kronis dari folikel 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acne Vulgaris (AV) merupakan suatu penyakit peradangan kronis dari folikel pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, kista, dan pustula.(tahir, 2010). Penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akne vulgaris adalah suatu penyakit peradangan menahun dari folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Gambaran klinis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 sampai 21 tahun (Siefan, 2008). Dalam proses mencapai dewasa, anak harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Perubahan dari bentuk tubuh kanak-kanak pada umumnya ke

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Perubahan dari bentuk tubuh kanak-kanak pada umumnya ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa dimana seseorang mengalami perubahan sangat cepat. Perubahan dari bentuk tubuh kanak-kanak pada umumnya ke arah bentuk tubuh orang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Akne vulgaris (AV) atau jerawat merupakan suatu penyakit. keradangan kronis dari folikel pilosebasea yang ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Akne vulgaris (AV) atau jerawat merupakan suatu penyakit. keradangan kronis dari folikel pilosebasea yang ditandai dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akne vulgaris (AV) atau jerawat merupakan suatu penyakit keradangan kronis dari folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, kista, dan pustula.

Lebih terperinci

The Correlation between Cosmetics Usage to Acne Vulgaris in Female Student in FKIK Muhammadiyah University of Yogyakarta

The Correlation between Cosmetics Usage to Acne Vulgaris in Female Student in FKIK Muhammadiyah University of Yogyakarta The Correlation between Cosmetics Usage to Acne Vulgaris in Female Student in FKIK Muhammadiyah University of Yogyakarta Hubungan Lamanya Paparan Kosmetik dengan Timbulnya Acne Vulgaris pada Mahasiswi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. polisebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri

BAB 1 PENDAHULUAN. polisebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris atau jerawat adalah penyakit peradangan menahun folikel polisebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri (Wasitaatmadja, 2007).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Akne Vulgaris merupakan permasalahan yang sangat akrab diperbincangkan baik di kalangan dewasa muda maupun remaja. Saat ini tidak begitu banyak sumber yang memuat tulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akne vulgaris merupakan kelainan folikuler umum yang mengenai folikel sebasea (folikel rambut) yang rentan dan paling sering ditemukan di daerah muka, leher serta badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan bagi remaja dan dewasa muda merupakan salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan bagi remaja dan dewasa muda merupakan salah satu faktor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penampilan bagi remaja dan dewasa muda merupakan salah satu faktor penunjang, terutama wajah yang bersih tanpa akne merupakan modal penting dalam pergaulan dan karier.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang membuat hidup seseorang menjadi sejahtera dan ekonomis. Masyarakat harus berperan aktif dalam mengupayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan masa dewasa, berlangsung antara usia 12 sampai 24 tahun (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. dan masa dewasa, berlangsung antara usia 12 sampai 24 tahun (WHO, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 12 sampai 24 tahun (WHO, 2010). Berdasarkan tinjauan teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Diet 1. Pengertian Perilaku Diet Perilaku diet adalah pengurangan kalori untuk mengurangai berat badan (Kim & Lennon, 2006). Demikian pula Hawks (2008) mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jerawat atau akne adalah mesalah kulit berupa infeksi dan peradangan

BAB I PENDAHULUAN. Jerawat atau akne adalah mesalah kulit berupa infeksi dan peradangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jerawat atau akne adalah mesalah kulit berupa infeksi dan peradangan pada unit pilosebasea. Akne sering membuat resah dan menghilangkan rasa percaya diri, apalagi jika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebasea dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebasea dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebasea dengan gambaran klinis polimorfi, yang terdiri atas wujud kelainan kulit berupa komedo, papul, pustul,

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. atas. Akne biasanya timbul pada awal usia remaja.

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. atas. Akne biasanya timbul pada awal usia remaja. 1 BAB I A. Latar Belakang Penelitian Akne merupakan penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun folikel pilosebasea yang ditandai dengan komedo, papul, pustul, nodul dan kista pada wajah, leher,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akne vulgaris 2.1.1. Definisi Akne Vulgaris Akne vulgaris didefinisikan sebagai peradangan kronik dari folikel polisebasea yang disebabkan oleh beberapa faktor dengan gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akne atau jerawat merupakan penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan

BAB I PENDAHULUAN. Akne atau jerawat merupakan penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne atau jerawat merupakan penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan kronik unit pilosebasea (Zaenglein dkk., 2008). Penyakit ini dianggap sebagai kelainan kulit

Lebih terperinci

Jerawat biasanya muncul di wajah, leher, bahu, dada, punggung dan bahu, dan maaf ada juga di daerah pantat.

Jerawat biasanya muncul di wajah, leher, bahu, dada, punggung dan bahu, dan maaf ada juga di daerah pantat. Written by DR. Santi Hoesodo Merah dan ranum! Kalau untuk buah-buahan sih ok saja. Tapi untuk keadaan berjerawat. Aduh...siapa juga yang mau. Penulis ingat semasa SMA kalau ada teman yang berjerawat besar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Akne vulgaris adalah suatu peradangan yang bersifat menahun pada unit pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan predileksi di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Sebaran usia mahasiswi yang menggunakan kosmetik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Sebaran usia mahasiswi yang menggunakan kosmetik Jumlah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Sebaran usia mahasiswi yang menggunakan kosmetik Penelitian ini melibatkan 85 responden mahasiswi yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Responden tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut Papalia et, al (2008) adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akne Vulgaris 2.1.1. Definisi Akne Vulgaris Akne vulgaris didefinisikan sebagai peradangan kronik dari folikel polisebasea yang disebabkan oleh beberapa faktor dengan gambaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual Pranikah 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah Menurut Sarwono (2005) perilaku seksual pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang membuat hidup seseorang menjadi sejahtera dan ekonomis. Masyarakat harus berperan aktif dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jerawat atau akne (Yuindartanto, 2009). Akne vulgaris merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. jerawat atau akne (Yuindartanto, 2009). Akne vulgaris merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kulit yang sering dijumpai pada remaja dan dewasa muda adalah jerawat atau akne (Yuindartanto, 2009). Akne vulgaris merupakan suatu kelainan yang dapat sembuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Definisi Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan masa dewasa. Dalam masa ini, remaja itu berkembang kearah kematangan seksual, memantapkan identitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Diet 2.1.1 Pengertian Perilaku Diet Perilaku adalah suatu respon atau reaksi organisme terhadap stimulus dari lingkungan sekitar. Lewin (dalam Azwar, 1995) menyatakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA AKNE VULGARIS 2.1 Definisi Akne Vulgaris Akne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Gambaran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Akne Vulgaris 2.2.1. Defenisi Akne Vulgaris Acne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II. A. DUKUNGAN SOSIAL II. A. 1. Definisi Dukungan Sosial Menurut Orford (1992), dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. vulgaris, merupakan penyakit peradangan kronis dari unit pilosebasea akibat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. vulgaris, merupakan penyakit peradangan kronis dari unit pilosebasea akibat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu penyakit kulit yang menjadi perhatian bagi para remaja dan dewasa muda adalah jerawat atau dalam istilah medisnya disebut acne vulgaris, merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Citra Diri tentang Ciri-ciri Perkembangan Seksual Sekunder

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Citra Diri tentang Ciri-ciri Perkembangan Seksual Sekunder 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Citra Diri tentang Ciri-ciri Perkembangan Seksual Sekunder 1. Citra Diri a. Pengertian Penilaian tentang fisik atau tubuh sendiri oleh beberapa ahli dinamakan citra diri (Tilaar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit kulit yang melibatkan unit pilosebasea ditandai. Indonesia, menurut catatan Kelompok Studi Dermatologi Kosmetika

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit kulit yang melibatkan unit pilosebasea ditandai. Indonesia, menurut catatan Kelompok Studi Dermatologi Kosmetika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akne vulgaris atau yang oleh masyarakat umum disebut jerawat merupakan penyakit kulit yang melibatkan unit pilosebasea ditandai dengan adanya komedo terbuka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. papul, pustul, nodul dan kista di area predileksinya yang biasanya pada

BAB 1 PENDAHULUAN. papul, pustul, nodul dan kista di area predileksinya yang biasanya pada BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Acne vulgaris adalah penyakit kulit kronis yang terjadi akibat peradangan menahun pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul, nodul dan kista di area

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 2. PERKEMBANGAN PADA MANUSiAlatihan soal 2.4

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 2. PERKEMBANGAN PADA MANUSiAlatihan soal 2.4 SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 2. PERKEMBANGAN PADA MANUSiAlatihan soal 2.4 1. Apabila seorang telah berpikir kritis dan menetapkan pendirian dalam mengambil keputusan, dia berada dalam tahap perkembangan...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Hidup. kualitas hidup sebagai persepsi individu dari posisi individu dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Hidup. kualitas hidup sebagai persepsi individu dari posisi individu dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Hidup 1. Definisi Kualitas Hidup WHOQoL Group (dalam Billington dkk, 2010) mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu dari posisi individu dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rambut merupakan mahkota bagi setiap orang. Masalah kulit kepala sering

BAB I PENDAHULUAN. Rambut merupakan mahkota bagi setiap orang. Masalah kulit kepala sering 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Rambut merupakan mahkota bagi setiap orang. Masalah kulit kepala sering dianggap sebagai hal ringan, padahal bagi penderitanya dapat mengurangi penampilan atau daya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kista. Tempat predileksinya antara lain pada daerah wajah, dada bagian atas, dan punggung.

BAB 1 PENDAHULUAN. kista. Tempat predileksinya antara lain pada daerah wajah, dada bagian atas, dan punggung. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akne vulgaris merupakan suatu penyakit kulit akibat peradangan menahun dari unit pilosebasea yang ditandai dengan gambaran lesi yang bervariasi, seperti komedo, papul,

Lebih terperinci

BAB II. Penuaan Dini pada Wanita Jepang

BAB II. Penuaan Dini pada Wanita Jepang BAB II Penuaan Dini pada Wanita Jepang 2.1 Penuan Dini Banyak orang berfikir bahwa penuaan merupakan hal yang sangat biasa, bahkan bagi sebagian orang penuaan dianggap tidak terlalu penting untuk kesehatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Metode Baumann Metode Baumann adalah sebuah metode untuk menentukan tipe wajah berdasarkan kadar kandungan minyak pada wajah. Beberapa studi telah menunjukkan jika banyak pasien

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 25 orang (39.1%) yang mengalami jerawat berat. Hasil observasi yang

BAB V PEMBAHASAN. 25 orang (39.1%) yang mengalami jerawat berat. Hasil observasi yang BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Kejadian Jerawat Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan tabel 4.1 mengenai distribusi responden berdasarkan kejadian jerawat, terdapat 25 orang (39.1%)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan papula yang erimatus, serta pada kasus yang berat dapat disertai pustul yang

BAB I PENDAHULUAN. dan papula yang erimatus, serta pada kasus yang berat dapat disertai pustul yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris (AV) merupakan kelainan kulit kronik pada unit pilosebasea yang ditandai dengan seborrhea, formasi komedo terbuka dan tertutup, pustula dan papula yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan sosial timbul oleh adanya persepsi bahwa terdapat orang- orang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dukungan sosial timbul oleh adanya persepsi bahwa terdapat orang- orang yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dukungan Sosial 2.1.1 Pengertian Dukungan Sosial Cohen dan Wills (1985) mendefinisikan dukungan sosial sebagai pertolongan dan dukungan yang diperoleh seseorang dari interaksinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan pribadi individu untuk menjadi dewasa. Menurut Santrock (2007),

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan pribadi individu untuk menjadi dewasa. Menurut Santrock (2007), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang berada diantara masa anak dan dewasa. Masa ini dianggap sebagai suatu bentuk transisi yang cukup penting bagi pembentukan pribadi

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. contohnya wajah dan leher (Wolff et al., 2008). Lesi melasma ditandai oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. contohnya wajah dan leher (Wolff et al., 2008). Lesi melasma ditandai oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melasma adalah kelainan pigmentasi didapat dengan gambaran klinis berupa makula cokelat muda hingga cokelat tua pada daerah terpajan matahari, contohnya wajah dan leher

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris (AV) adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri (Wasitaatmaja, 2015). Akne

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Keluarga 2.1.1 Pengertian keluarga Menurut Friedmen (1998) keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kronik yang sering ditemukan (Kurniati, 2003). Biasanya terjadi di daerah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kronik yang sering ditemukan (Kurniati, 2003). Biasanya terjadi di daerah yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis seboroik merupakan suatu kelainan kulit papuloskuamosa kronik yang sering ditemukan (Kurniati, 2003). Biasanya terjadi di daerah yang banyak mengandung kelenjar

Lebih terperinci

THE CORRELATION OF COSMETIC USAGE TO ACNE VULGARIS CASE IN FEMALE STUDENT IN MEDICAL FACULTY OF LAMPUNG UNIVERSITY. Abstract

THE CORRELATION OF COSMETIC USAGE TO ACNE VULGARIS CASE IN FEMALE STUDENT IN MEDICAL FACULTY OF LAMPUNG UNIVERSITY. Abstract THE CORRELATION OF COSMETIC USAGE TO ACNE VULGARIS CASE IN FEMALE STUDENT IN MEDICAL FACULTY OF LAMPUNG UNIVERSITY Andriana, R., Effendi, A., Berawi, K. N. Medical Faculty of Lampung University Abstract

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan merupakan proses yang terjadi secara terus menerus dan berkesinambungan dalam kehidupan manusia. Perkembangan adalah perubahanperubahan yang dialami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengandung kelenjar sebasea seperti: muka, dada dan punggung ( kelenjar/cm). 1,2 Acne

BAB 1 PENDAHULUAN. mengandung kelenjar sebasea seperti: muka, dada dan punggung ( kelenjar/cm). 1,2 Acne BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu penyakit kulit yang merisaukan remaja dan dewasa adalah jerawat, karena dapat mengurangi kepercayaan diri seseorang 1. Acne vulgaris atau lebih sering

Lebih terperinci

Perawatan Kulit Wajah Manual Pada Kulit Berjerawat (Acne)

Perawatan Kulit Wajah Manual Pada Kulit Berjerawat (Acne) Modul Hybrid Learning PPG Tata Rias Dalam Jabatan Perawatan Kulit Wajah Manual Pada Kulit Berjerawat (Acne) DISUSUN OLEH : Nurul Hidayah, M.Pd 1 A. PENDAHULUAN Modul ini akan menjelaskan suatu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena hubungannya dengan perguruan tinggi yang diharapkan dapat menjadi caloncalon intelektual. Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, dan berakhir jika sudah ada kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, dan berakhir jika sudah ada kemampuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebelum seorang wanita siap menjalani masa reproduksi, terdapat masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa kedewasaan yang lebih dikenal dengan masa pubertas.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN oleh: Dr. Lismadiana,M.Pd

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN oleh: Dr. Lismadiana,M.Pd PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN oleh: Dr. Lismadiana,M.Pd Pertumbuhan : Perubahan fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berjalan normal pada anak yang sehat dalam perjalanan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Remaja 1.1. Pengertian Remaja Menurut Hurlock (2003), istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aisha Nadya, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aisha Nadya, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dikenal sebagai salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia yang memiliki beberapa keunikan tersendiri. Keunikan tersebut bersumber dari kedudukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketika seseorang masuk pada tahapan remaja, ia akan. tumbuhnya bulu pada area kemaluan dan ketiak.

BAB I PENDAHULUAN. Ketika seseorang masuk pada tahapan remaja, ia akan. tumbuhnya bulu pada area kemaluan dan ketiak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan tahapan waktu saat seseorang meninggalkan kehidupan anak-anak menuju tahapan dewasa. Batasan usia remaja adalah 10 sampai 19 tahun (WHO, 2013). Ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Akne vulgaris adalah suatu penyakit yang. dialami oleh hampir semua remaja dan orang dewasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Akne vulgaris adalah suatu penyakit yang. dialami oleh hampir semua remaja dan orang dewasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris adalah suatu penyakit yang dialami oleh hampir semua remaja dan orang dewasa dalam kehidupan mereka. Meskipun penyakit ini tidak mengganggu kesehatan

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muda sampai coklat tua mengenai area yang terpajan sinar. pipi, dahi, daerah atas bibir, hidung, dan dagu. 2

BAB I PENDAHULUAN. muda sampai coklat tua mengenai area yang terpajan sinar. pipi, dahi, daerah atas bibir, hidung, dan dagu. 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Melasma adalah hipermelanosis yang didapat yang umumnya simetris berupa makula yang tidak merata berwarna coklat muda sampai coklat tua mengenai area yang terpajan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Menurut WHO menetapkan bahwa tekanan darah seseorang adalah tinggi bila tekanan sistolik (sewaktu bilik jantung mengerut) melewati batas lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. al, 2008). Tempat-tempat predileksi acne vulgaris adalah wajah, leher,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. al, 2008). Tempat-tempat predileksi acne vulgaris adalah wajah, leher, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Acne vulgaris atau jerawat adalah penyakit kulit yang terjadi akibat inflamasi kronik pada folikel pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul,

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Acne Vulgaris 1. Definisi Acne adalah penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun folikel polisebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustula, nodus, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014 BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA AKNE VULGARIS PADA AWAL PUBERTAS REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 4 LAPPARIAJA KABUPATEN BONE KARTIKA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA AKNE VULGARIS PADA AWAL PUBERTAS REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 4 LAPPARIAJA KABUPATEN BONE KARTIKA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA AKNE VULGARIS PADA AWAL PUBERTAS REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 4 LAPPARIAJA KABUPATEN BONE ABSTRAK KARTIKA Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan manusia terbagi menjadi beberapa fase selama rentang kehidupan. Beberapa fase tersebut diantaranya fase bayi, anak-anak, remaja hingga dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris merupakan suatu penyakit dari unit pilosebasea yang dapat sembuh sendiri, terutama dijumpai pada anak remaja. Kebanyakan kasus akne vulgaris disertai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Psoriasis adalah salah satu penyakit kulit termasuk dalam kelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. Psoriasis adalah salah satu penyakit kulit termasuk dalam kelompok BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Psoriasis adalah salah satu penyakit kulit termasuk dalam kelompok dermatosis eritroskuamosa, bersifat kronis residif dengan lesi yang khas berupa plak eritema berbatas

Lebih terperinci

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes KESEHATAN REPRODUKSI Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes Introduction Kespro keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit dan kecacatan, dalam semua hal yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan tingkat ekonomi di Indonesia menyebabkan banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan tingkat ekonomi di Indonesia menyebabkan banyak 12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan tingkat ekonomi di Indonesia menyebabkan banyak masyarakat yang mempunyai kemampuan ekonomi menengah ke atas. Hingga nilai beli terhadap sesuatu yang sekunder

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang permasalahan Setiap manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia pasti membutuhkan orang lain disekitarnya mulai dari hal yang sederhana maupun untuk hal-hal besar didalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA. Skripsi HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 RUSTAM ROSIDI F100 040 101 Diajukan oleh: FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Remaja adalah mereka yang berusia diantara 10-24 tahun dan merupakan salah satu kelompok populasi terbesar yang apabila dihitung jumlahnya berkisar 30% dari jumlah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan seseorang tentang dirinya sendiri dan yang mempengaruhi hubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan seseorang tentang dirinya sendiri dan yang mempengaruhi hubungan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Diri 1. Pengertian Konsep diri Willoughby, King & polatajko (1996, dalam Wong,et al 2009, hlm 121) mengemukakan bahwa konsep diri adalah bagaimana individu menggambarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akne vulgaris (AV) atau yang biasa disebut jerawat adalah suatu penyakit pada folikel rambut dan jaringan sebasea yang pada umumnya dapat sembuh sendiri, biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Akne vulgaris atau lebih dikenal dengan jerawat, adalah penyakit self-limited yang menyerang unit

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Akne vulgaris atau lebih dikenal dengan jerawat, adalah penyakit self-limited yang menyerang unit BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Akne vulgaris atau lebih dikenal dengan jerawat, adalah penyakit self-limited yang menyerang unit pilosebaseus dan sering dijumpai pada usia remaja (Zaenglein dkk,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Dalam pembahasan tentang status gizi, ada tiga konsep yang harus dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : Yustina Permanawati F 100 050 056 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya. 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersih, dan menawan. Mendengar kata cantik itu sendiri, mungkin benak kita

BAB I PENDAHULUAN. bersih, dan menawan. Mendengar kata cantik itu sendiri, mungkin benak kita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap wanita mendambakan untuk memiliki wajah yang cantik, bersih, dan menawan. Mendengar kata cantik itu sendiri, mungkin benak kita langsung membayangkan

Lebih terperinci

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang

erotis, sensual, sampai perasaan keibuan dan kemampuan wanita untuk menyusui. Payudara juga dikaitkan dengan kemampuan menarik perhatian pria yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap individu menginginkan kehidupan yang bahagia dan tubuh yang ideal. Harapan ini adalah harapan semua wanita di dunia, tetapi kenyataannya tidak semua wanita memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis Atopik (DA) adalah penyakit inflamasi pada kulit yang bersifat kronis dan sering terjadi kekambuhan. Penyakit ini terjadi akibat adanya kelainan pada fungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang, yaitu suatu periode yang berada dalam dua situasi antara kegoncangan, penderitaan, asmara dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan dewasa dan relatif belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial sehingga mereka harus menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan, individu akan mengalami fase-fase perkembangan selama masa hidupnya. Fase tersebut dimulai dari awal kelahiran hingga fase dewasa akhir yang

Lebih terperinci

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI SKRIPSI PENANGANAN JERAWAT (Acne vulgaris) MENGGUNAKAN TERAPI HERBAL KAPSUL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) DI PONDOK PESANTREN AL HADY, MALANG. RIZKA DEWI DAMAYANTI 151410483003 PROGRAM

Lebih terperinci