PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERPIKIR INDUKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA PADA KONSEP GETARAN DAN GELOMBANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERPIKIR INDUKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA PADA KONSEP GETARAN DAN GELOMBANG"

Transkripsi

1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERPIKIR INDUKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA PADA KONSEP GETARAN DAN GELOMBANG SKRIPSI Disusun Oleh : PEBI MUHAMAD FIKRI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DN KEGURUAN UI N SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 014

2

3

4

5 ABSTRAK Pebi Muhamad Fikri. Pengaruh Model Pembelajaran Berpikir Induktif Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Getaran Dan Gelombang. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh model pembelajaran berpikir induktif terhadap hasil belajar siswa SMP pada konsep getaran dan gelombang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi-eksperimen dan desainnya pretest and posttest control group. Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas VIII pada salah satu SMP yang ada di kabupaten Sumedang tahun pelajaran 01/013. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai t hitung sebesar,940 dan t tabel sebesar 1,684. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa t hitung berada di daerah penolakan H 0, yaitu t tabel < t hitung atau 1,684 <,940. Dengan demikian H 0 ditolak dan H a diterima pada taraf kepercayaan 0,95. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran berpikir induktif berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa SMP. Kata kunci: model pembelajaran berpikir induktif dan hasil belajar i

6 ABSTRACT Pebi Muhamad Fikri. The Effect of Inductive Teaching Model on Physics Learning Outcomes Concept of Vibration and Waves. The aims of this research is to find out the effect of inductive teaching model on physics learning outcomes concept of vibration and waves. This study is a quasiexperimental method pretest and posttest control group design. This research conducted on eighth grade students at one of junior high school in Sumedang in 01/013. The results showed that tobserved =,940 dan t table = 1,684. The results of analysis showed that tobserved located in the rejection H 0, t table < tobserved or 1,684 <,940. It means that H 0 is rejected and H a is accepted at the 0,95 significant level. From the result of the analysis above, it can be concluded that the use of inductive teaching model significantly affect on physics learning outcomes. Keywords: inductive teaching model and learning outcomes ii

7 KATA PENGANTAR Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat segala nikmat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, dan sahabat-sahabatnya. Skripsi ini berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Berpikir Induktif Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Getaran Dan Gelombang. Skripsi ini menggambarkan bagaimana pengaruh model pembelajaran Berpikir Induktif terhadap hasil belajar siswa. Selain itu skripsi ini memberikan gambaran kepada guru fisika yang akan menggunakan model ini sebagai salah satu alternatif model dalam pembelajaran fisika di sekolah. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan berbagai saran dan kritik sehingga dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ditemukan dalam penelitian ini. Dalam pembuatan dan penulisan skripsi ini, tidak lepas dari dukungan dan dorongan dari berbagai pihak. Penulis menyadari selama pembuatan dan penulisan skripsi ini banyak terdapat hambatan dan kendala yang dihadapi baik yang bersifat materil maupun moril. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada : 1. Mamah dan Bapa tercinta yang telah mendidik, mengajar dan memberikan kepercayaan kepada penulis untuk melangkah lebih jauh, menyelesaikan kuliah dan skripsi, yang selalu berdoa dalam setiap hela nafas dan sujudnya, yang selalu mendukung penulis sehingga penulis mempunyai kepercayaan iii

8 diri yang sangat tinggi serta selalu optimis dalam menjalani hidup. Terimakasih atas nama terbaik yang diberikan.. Kakak dan adik-adikku tercinta Devi Solehat, Maskuri, Muhammad Miftah terimakasih atas segala doa, cinta, harapan, motivasi dan semangat yang diberikan, terimakasih atas segalanya. 3. Ibu Nurlena Rifa i, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. 5. Bapak Iwan Permana S, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika. 6. Bapak Prof. Dr. Azis Fahruozi, MA., selaku Pembimbing I yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi ini. 7. Ibu Diah Mulhayatiah, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi ini. 8. Bapak Ibu dosen yang telah memberikan ilmu selama proses perkuliahan di UIN Syarif Hidayatllah Jakarta Program Studi Pendidikan Fisika. 9. Ibu Kepala Sekolah, Guru, serta Staf SMP Negeri 4 Sumedang, khususnya Tuti, S. Pd., selaku Guru IPA (fisika) yang telah banyak membantu penulis selama penelitian. iv

9 10. Siswa-siswi SMP Negeri 4 Sumedang khususnya kelas VIII-A dan VII-B angkatan 01/013 yang telah membantu penulis saat proses pengumpulan data. Kegembiraan, keriangan dan kelucuan dari kalian sangat penulis rindukan. 11. Teman-teman terbaik yang selalu memberi semangat di Berkah Family dan rekan Physic Family. Thanks for being my friends in the health and sick, in the happiness and sadness, in the love and cherish, Thank you for all. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi para pengembang produk pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaan fisika di sekolah. Jakarta, 6 Februari 014 Penulis v

10 DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 4 C. Pembatasan Masalah... 4 D. Perumusan Masalah... 4 E. Tujuan Penelitian... 5 F. Manfaat Penelitian... 5 BAB II KAJIAN TEORITIS... 6 A. Kajian Teoritis Makna Belajar dan Hasil Belajar Teori Belajar Konstruktivisme Model Pembelajaran Berpikir Induktif Hubungan Model Pembelajaran Berpikir Induktif dan Hasil Belajar Model Pembelajaran Direct Instruction Konsep Getaran dan Gelombang... 4 B. Penelitian Terdahulu yang Relevan... 7 C. Kerangka Pikir... 8 D. Hipotesis Penelitian... 9 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Metode Penelitian C. Desain Penelitian vi

11 D. Populasi dan Sampel E. Teknik Pengambilan Sampel F. Variabel Penelitian... 3 G. Instrumen Penelitian... 3 H. Kalibrasi Instrumen I. Teknik Pengumpulan Data J. Teknik Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Deskripsi Hasil Belajar Peningkatan Hasil Belajar Uji Statistik Hasil Belajar B. Pembahasan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN vii

12 DAFTAR TABEL Tabel.1 Hubungan antara kegiatan yang teramati dan operasi mental yang tidak teramati pada tahap pembentukan konsep Tabel. Hubungan antara kegiatan yang teramati dan operasi mental yang tidak teramati pada tahap interpretasi data Tabel.3 Hubungan antara kegiatan yang teramati dan operasi mental yang tidak teramati pada tahap aplikasi prinsip Tabel.4 Hubungan antara model pembelajaran berpikir induktif dan hasil belajar yang diteliti Tabel.5 Sintaks Model Pembelajaran Direct Instruction... 3 Tabel 3.1 Pretest and Posttest Control Group Design Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Tes... 3 Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Tabel 3.4 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes Tabel 3.6 Interpretasi Tingkat Kesukaran Tabel 3.7 Hasil Uji Derajat Kesukaran Instrumen Tes Tabel 3.8 Interpretasi Daya Pembeda Tabel 3.9 Hasil Uji Daya Beda Instrumen Tes Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Fisika (Pretest) Kelompok Eksperimen dan Kontrol Tabel 4. Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Fisika (Posttest) Kelompok Eksperimen dan Kontrol Tabel 4.4 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Pretest-Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Pretest-Posttest... 5 Tabel 4.7 Uji Beda Rata-rata Hasil Belajar Konsep Getaran dan Gelombang pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 5 viii

13 DAFTAR GAMBAR Gambar. 1 Getaran pada ayunan sederhana... 4 Gambar. Gelombang tranversal... 5 Gambar. 3 Bagian-bagian gelombang tranversal... 5 Gambar. 4 Gelombang longitudinal pada pegas... 6 Gambar. 5 Bagian-bagian gelombang longitudinal... 6 Gambar. 6 Bagan Kerangka Berpikir... 8 Gambar 4. 1 Diagram Nilai Rata-Rata Skor Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol Gambar 4. Diagram Hasil Belajar Siswa Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Pada Ranah kognitif ix

14 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. 1 Melalui proses pembelajaran IPA diharapkan siswa dapat memahami fenomena yang terjadi di alam sekitar, serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari menjadi suatu produk yang bermanfaat. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mengkaji tentang berbagai fenomena alam dan memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan sains, teknologi dan konsep hidup harmonis dengan alam. 3 Oleh karena itu, pembelajaran fisika di sekolah harus benar-benar dikelola dengan baik dan mendapatkan perhatian yang lebih agar dapat menjadi landasan yang kuat bagi peranan tersebut. Hasil penelitian pendahuluan di salah satu SMP Negeri di Sumedang menunjukkan bahwa terdapat ketidaksesuaian antara fakta di lapangan dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Rata-rata nilai ulangan harian siswa di sekolah yang bersangkutan (untuk materi getaran dan gelombang) menunjukkan bahwa 6,5% siswa nilainya dibawah 70 (standar ketuntasan belajar minimum yang ditetapkan sekolah tersebut). Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dapat dikatakan masih rendah. Guru hanya menerapkan metode pembelajaran ceramah terkait dengan materi yang ada di buku. Siswa mencatat apa yang disampaikan guru dan siswa hanya diarahkan 1 Depdiknas, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, h Tersedia: [5 Januari 0011] Ibid., h Ibid., h

15 untuk mampu menghafal informasi tanpa dituntut untuk memahami serta menghubungkan materi dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu proses pembelajaran bersifat teacher-center atau berpusat pada guru. Siswa jarang diberi kesempatan untuk ikut aktif dalam pembelajaran sehingga kemampuan siswa dalam mencerna dan mengolah pengetahuan yang mereka dapatkan kurang optimal. Keadaan pembelajaran seperti ini kurang melatih potensi siswa sehingga berpengaruh pada rendahnya hasil belajar siswa. Dengan kondisi lapangan seperti di atas menyebabkan potensi siswa selama pembelajaran kurang optimal sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Oleh karena itu, penulis menganggap diperlukan suatu upaya dalam proses pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan dan kebebasan bagi siswa untuk mengembangkan seluruh potensi belajar siswa sehingga pada gilirannya akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu alternatif model pembelajaran yang sesuai untuk permasalahan tersebut adalah model pembelajaran berpikir induktif. Karakteristik dari model pembelajaran berpikir induktif antara lain yaitu mampu membangun konsep siswa dengan cara menggeneralisasi, mengembangkan sikap positif terhadap objek, dan menekankan adanya partisipasi siswa dalam melakukan observasi, pengamatan, dan siswa diberi kesempatan secara maksimal untuk aktif dalam pembelajaran. Pemilihan pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep yang diajarkan sangat mepengaruhi kegiatan pembelajaran, baik pada proses pembelajaran, aktivitas siswa, pemahaman siswa terhadap materi pelajaran maupun terhadap hasil belajarnya. Konsep fisika yang menarik untuk digunakan dalam pembelajaran berpikir induktif adalah konsep getaran dan gelombang. Pada konsep getaran dan gelombang tahapan-tahapan berpikir induktif yang mencakup pembentukan konsep, interpretasi data dan aplikasi prinsip dapat diterapkan mulai dari siswa mengolah informasi sampai siswa melakukan praktikum. Model pembelajaran berpikir induktif telah diterapkan oleh beberapa peneliti, (1) Iksan (007) dengan judul penelitian Penerapan Model

16 3 Pembelajaran Induktif Menurut Hilda Taba Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Rasional Dalam Pembelajaran Fisika SMP dengan kesimpulan akhir model pembelajaran berpikir induktif dapat meningkatkan keterampilan berpikir rasional siswa dengan kategori efektif. () N. Yulia Anggriani (009) dengan judul penelitian Penggunaan Model Pembelajaran Induktif Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Dalam Proses Pembelajaran Fisika dengan kesimpulan akhir model pembelajaran induktif dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam kategori sedang. (3) Eli Anisa (009) dengan judul penelitian Penerapan Model Pembelajaran Induktif untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA dengan kesimpulan akhir model pembelajaran induktif dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dengan kategori tinggi. (4) Darmilah Siti (007) dengan judul penelitian Model Pembelajaran Induktif Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika di SMP dengan kesimpulan akhir model pembelajaran induktif dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan kategori efektif. (5) Purba Ulina (01) dengan judul penelitian Upaya penerapan Model Pembelajaran induktif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Pinangsori Tapanuli Tengah dengan kesimpulan akhir penerapan model pembelajaran induktif dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa dengan kategori efektif. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah dipaparkan, penelitian ini dimaksudkan untuk menggali lebih dalam dan mengembangkan model pembelajaran berpikir induktif untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika. Dalam hal ini, model pembelajaran berpikir induktif yang dimaksud adalah model pembelajaran berpikir induktif menurut Hilda Taba. Taba mengembangkan model pembelajaran induktif ini dengan didasarkan pada konsep proses mental siswa dengan memperhatikan proses berpikir siswa untuk menangani informasi dan menyelesaikannya. Proses berpikir yang dimaksud adalah proses kognitif siswa yang tidak terlihat dan tidak terukur namun hasil dari proses berpikir tersebut dapat terlihat ketika terjadi interaksi

17 4 antara siswa dengan lingkungan belajar dan terukur dari hasil belajar yang diperoleh siswa. Dalam model pembelajaran berpikir induktif kemampuan siswa untuk menangani informasi dan menyelesaikan masalah bermula dari upaya induksi sebagai landasan utama untuk mengembangkan kemampuan berpikir induktif ini. Menempatkan guru sebagai pemonitor dan fasilitator bagi siswa dalam memproses informasi yang diterimanya. Dengan menerapkan model pembelajaran berpikir induktif pada pembelajaran fisika, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Berpikir Induktif terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMP pada Konsep Getaran dan Gelombang. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Hasil belajar fisika siswa pada konsep getaran dan gelombang masih rendah.. Proses pembelajaran bersifat teacher-center atau berpusat pada guru. Keadaan pembelajaran seperti ini kurang melatih potensi siswa sehingga berpengaruh pada rendahnya hasil belajar siswa. C. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah pada skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Hasil belajar yang dimaksud dilihat dari aspek kognitif mengingat ) sampai menganalisis ) berdasarkan taksonomi tujuan instruksional menurut B.S Bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan Krathwohl.. Hasil belajar yang diukur adalah hasil belajar pada konsep getaran dan gelombang, meliputi dua sub konsep yaitu getaran dan gelombang. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka secara umum rumusan masalah yang akan diteliti adalah

18 5 Bagaimana pengaruh penggunaan model pembelajaran berpikir induktif terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep getaran dan gelombang? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan di atas, tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran berpikir induktif terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep getaran dan gelombang. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi siswa, guru, sekolah maupun institusi pendidikan lainnya. 1. Bagi siswa, melalui penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika.. Bagi guru, melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan mengenai model pembelajaran dalam upaya memperbaiki proses pembelajaran. 3. Bagi sekolah dan institusi pendidikan lainnya, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan informasi dan kajian dalam pengembangan pembelajaran IPA khususnya fisika, dan sebagai bahan masukan bagi peneliti lainnya.

19 6 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teoritis 1. Makna Belajar dan Hasil Belajar Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. 4 Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 5 Dengan demikian belajar merupakan proses menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan. Benyamin Bloom, mengklasifikasikan kemampuan hasil belajar ke dalam tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ketiga tingkatan itu dikenal dengan istilah Bloom s Taxonomy (Taksonomi Bloom). Taksonomi Bloom yang digunakan merupakan taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan Krathwohl. Pada penelitian ini, penulis hanya akan mengungkapkan hasil belajar pada ranah kognitif saja. Ranah kognitif meliputi kemampuan pengembangan keterampilan intelektual (knowledge) dengan tingkatan-tingkatan sebagai berikut: 6 a. Mengingat (Remember) Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan. Mengingat merupakan dimensi yang berperan penting dalam proses pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) dan pemecahan masalah (problem solving). 4 Ratna Wilis. D, Teori-Teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1996), h Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 008), h W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo, 1996), h

20 7 Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang jauh lebih kompleks. Mengingat meliputi mengenali (recognition) dan memanggil kembali (recalling). Mengenali berkaitan dengan mengetahui pengetahuan masa lampau yang berkaitan dengan halhal yang konkret, misalnya tanggal lahir, alamat rumah, dan usia, sedangkan memanggil kembali (recalling) adalah proses kognitif yang membutuhkan pengetahuan masa lampau secara cepat dan tepat. b. Memahami (Understand) Memahami berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi. Memahami berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan (classification) dan membandingkan (comparing). Mengklasifikasikan akan muncul ketika seorang siswa berusaha mengenali pengetahuan yang merupakan anggota dari kategori pengetahuan tertentu. Mengklasifikasikan berawal dari suatu contoh atau informasi yang spesifik kemudian ditemukan konsep dan prinsip umumnya. Membandingkan merujuk pada identifikasi persamaan dan perbedaan dari dua atau lebih obyek, kejadian, ide, permasalahan, atau situasi. Membandingkan berkaitan dengan proses kognitif menemukan satu persatu ciri-ciri dari obyek yang diperbandingkan. c. Menerapkan (Apply) Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau menyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan dimensi pengetahuan prosedural (procedural knowledge). Menerapkan meliputi kegiatan menjalankan prosedur (executing) dan mengimplementasikan (implementing). Menjalankan prosedur merupakan proses kognitif siswa dalam menyelesaikan masalah dan melaksanakan percobaan dimana siswa sudah mengetahui informasi tersebut dan mampu menetapkan dengan pasti prosedur apa saja yang harus dilakukan. Jika siswa tidak mengetahui prosedur yang harus dilaksanakan dalam menyelesaikan permasalahan

21 8 maka siswa diperbolehkan melakukan modifikasi dari prosedur baku yang sudah ditetapkan. Mengimplementasikan muncul apabila siswa memilih dan menggunakan prosedur untuk hal-hal yang belum diketahui atau masih asing. Karena siswa masih merasa asing dengan hal ini maka siswa perlu mengenali dan memahami permasalahan terlebih dahulu kemudian baru menetapkan prosedur yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Mengimplementasikan berkaitan erat dengan dimensi proses kognitif yang lain yaitu mengerti dan menciptakan. Menerapkan merupakan proses yang kontinu, dimulai dari siswa menyelesaikan suatu permasalahan menggunakan prosedur baku atau standar yang sudah diketahui. Kegiatan ini berjalan teratur sehingga siswa benar-benar mampu melaksanakan prosedur ini dengan mudah, kemudian berlanjut pada munculnya permasalahan-permasalahan baru yang asing bagi siswa, sehingga siswa dituntut untuk mengenal dengan baik permasalahan tersebut dan memilih prosedur yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan. d. Menganalisis (Analyze) Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan. Kemampuan menganalisis merupakan jenis kemampuan yang banyak dituntut dari kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah. Berbagai mata pelajaran menuntut siswa memiliki kemampuan menganalisis dengan baik. Tuntutan terhadap siswa untuk memiliki kemampuan menganalisis sering kali cenderung lebih penting daripada dimensi proses kognitif yang lain seperti mengevaluasi dan menciptakan. Kegiatan pembelajaran sebagian besar mengarahkan siswa untuk mampu membedakan fakta dan pendapat, menghasilkan kesimpulan dari suatu informasi pendukung.

22 9 Menganalisis berkaitan dengan proses kognitif memberi atribut (attributeing) dan mengorganisasikan (organizing). Memberi atribut akan muncul apabila siswa menemukan permasalahan dan kemudian memerlukan kegiatan membangun ulang hal yang menjadi permasalahan. Kegiatan mengarahkan siswa pada informasi-informasi asal mula dan alasan suatu hal ditemukan dan diciptakan. Mengorganisasikan menunjukkan identifikasi unsur-unsur hasil komunikasi atau situasi dan mencoba mengenali bagaimana unsur-unsur ini dapat menghasilkan hubungan yang baik. Mengorganisasikan memungkinkan siswa membangun hubungan yang sistematis dan koheren dari potonganpotongan informasi yang diberikan. Hal pertama yang harus dilakukan oleh siswa adalah mengidentifikasi unsur yang paling penting dan relevan dengan permasalahan, kemudian melanjutkan dengan membangun hubungan yang sesuai dari informasi yang telah diberikan. e. Mengevaluasi (Evaluate) Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria atau standar ini dapat pula ditentukan sendiri oleh siswa. Standar ini dapat berupa kuantitatif maupun kualitatif serta dapat ditentukan sendiri oleh siswa. Perlu diketahui bahwa tidak semua kegiatan penilaian merupakan dimensi mengevaluasi, namun hampir semua dimensi proses kognitif memerlukan penilaian. Perbedaan antara penilaian yang dilakukan siswa dengan penilaian yang merupakan evaluasi adalah pada standar dan kriteria yang dibuat oleh siswa. Jika standar atau kriteria yang dibuat mengarah pada keefektifan hasil yang didapatkan dibandingkan dengan perencanaan dan keefektifan prosedur yang digunakan maka apa yang dilakukan siswa merupakan kegiatan evaluasi. Evaluasi meliputi mengecek (checking) dan mengkritisi (critiquing). Mengecek mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal yang tidak konsisten atau kegagalan dari suatu operasi atau produk. Jika

23 10 dikaitkan dengan proses berpikir merencanakan dan mengimplementasikan maka mengecek akan mengarah pada penetapan sejauh mana suatu rencana berjalan dengan baik. Mengkritisi mengarah pada penilaian suatu produk atau operasi berdasarkan pada kriteria dan standar eksternal. Mengkritisi berkaitan erat dengan berpikir kritis. Siswa melakukan penilaian dengan melihat sisi negatif dan positif dari suatu hal, kemudian melakukan penilaian menggunakan standar ini. f. Menciptakan (Create) Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsurunsur secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya. Menciptakan sangat berkaitan erat dengan pengalaman belajar siswa pada pertemuan sebelumnya. Meskipun menciptakan mengarah pada proses berpikir kreatif, namun tidak secara total berpengaruh pada kemampuan siswa untuk menciptakan. Menciptakan di sini mengarahkan siswa untuk dapat melaksanakan dan menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh semua siswa. Perbedaan menciptakan ini dengan dimensi berpikir kognitif lainnya adalah pada dimensi yang lain seperti mengerti, menerapkan, dan menganalisis siswa bekerja dengan informasi yang sudah dikenal sebelumnya, sedangkan pada menciptakan siswa bekerja dan menghasilkan sesuatu yang baru. Menciptakan meliputi menggeneralisasikan (generating) dan memproduksi (producing). Menggeneralisasikan merupakan kegiatan merepresentasikan permasalahan dan penemuan alternatif hipotesis yang diperlukan. Menggeneralisasikan ini berkaitan dengan berpikir divergen yang merupakan inti dari berpikir kreatif. Memproduksi mengarah pada perencanaan untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Memproduksi berkaitan erat dengan dimensi pengetahuan yang lain yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognisi.

24 11. Teori Belajar Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan teori belajar yang berhubungan dengan cara seseorang memperoleh pengetahuan, yang menekankan pada penemuan makna (meaningfulness). Perolehan pengetahuan tersebut melalui informasi dalam struktur kognitif yang telah ada hasil sebelumya dan siap dikonstruk untuk mendapatkan pengetahuan baru. 7 Konstruktivisme merupakan salah satu pendekatan belajar yang menyatakan bahwa siswa akan belajar dengan lebih baik jika siswa secara aktif membangun (construct) sendiri pengetahuan dan pemahamannya. 8 Dalam hal ini, siswa belajar dengan mengembangkan pengetahuan awal yang sudah terlebih dahulu dimilikinya. Dengan bermodalkan pengetahuan awal ini, siswa mencoba membangun sendiri pengetahuan dan pemahamannya didasarkan pada informasi-informasi baru yang diterimanya baik dari lingkungan maupun dari orang-orang yang berada di sekitarnya. Oleh karena itu, para pakar konstruktivisme (constructivist) yakin bahwa pengetahuan itu tidak mutlak, melainkan dibangun oleh pembelajar berdasarkan pengetahuan awal yang telah dimilikinya dan pandangannya terhadap dunia di sekitarnya. Para pakar konstruktivisme juga mengemukakan bagaimana pengetahuan dapat disusun sehingga dapat dipelajari, yaitu dengan cara para pembelajar sendiri yang harus aktif sehingga pembelajar dapat memilih dan menginterpretasikan informasi yang diperolehnya dari lingkungan di sekitar dirinya. Konstruktivisme menjelaskan bahwa pemahaman bisa didapat dari interaksi seseorang dengan lingkungannya, konflik kognitif dapat mendorong seseorang untuk belajar, dan pengetahuan dapat terbentuk ketika siswa menegosiasikan situasi sosial dan mengevaluasi pemahaman individualnya. Terdapat banyak teori yang menjelaskan konstruktivisme. Teori-teori tersebut 7 Ahmad Sofyan, Konstruktivisme Dalam Pembelajaran IPA/Sains, Seminar Internasional Pendidikan IPA Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 31 Mei 007, h. 8 8 John W Santrock, Educational Psychology, nd Edition, (New York: McGraw Hill Companies Inc., 004), h. 314.

25 1 menjelaskan bagaimana sebuah pengetahuan dan pemahaman terbentuk pada diri seseorang. 3. Model Pembelajaran Berpikir Induktif Pendekatan induktif pada awalnya dikemukakan oleh filosof Inggris, Prancis Bacon (1561) yang menghendaki agar penarikan kesimpulan didasarkan atas fakta-fakta yang kongkret sebanyak mungkin. 9 Adapun yang dimaksud dengan berpikir induktif adalah suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dari hal yang bersifat khusus menuju hal yang lebih umum. 10 Kemudian pada tahun 1966 Hilda Taba memperkenalkan suatu model pembelajaran yang didasarkan atas cara berpikir induktif yaitu model pembelajaran induktif. Model pembelajaran berpikir induktif menurut Hilda Taba juga dikembangkan atas dasar konsep proses mental siswa dengan memperhatikan proses berpikir siswa untuk menangani informasi dan menyelesaikannya. 11 Model pembelajaran berpikir induktif memiliki karakteristik sebagai berikut: 1 1. Digunakan untuk mengajarkan konsep dengan menggeneralisasi.. Efektif untuk memotivasi siswa dalam pembelajaran. 3. Menumbuhkan minat siswa karena partisipasi siswa dalam melakukan observasi sangat mendapat penekanan dan siswa secara maksimal diberi kesempatan untuk aktif (proses utama dalam model pembelajaran induktif adalah aktivitas siswa). 4. Mengembangkan keterampilan proses siswa dalam belajar. 5. Mengembangkan sikap positif terhadap objek. 9 Syaiful Sagala. Konsep dan Makna Pembelajaran. (Bandung: CV. Alfabeta, 005), hal Ibid., h Joyce, B. dan M. Weil. Model of Theaching. (Englewood Clits.new Jersey: Prentice-Hall. Inc, 197), h Eko S Warimun. Efektivitas Model Pembelajaran Induktif dalam Meningkatkan Prestasi Belajar, Motivasi Berprestasi dan Sikap Siswa Terhadap Pelajaran Fisika. (Tesis pada SPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan, 1997), h. 0.

26 13 Taba mengembangkan model pembelajaran induktif ini melalui strategi mengajar yang didesain untuk membangun proses induktif serta membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikirnya dalam mengkategorikan dan menangani informasi. Jadi pada dasarnya model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan cara berpikir induktif, yaitu menarik kesimpulan dari suatu masalah atau fenomena berdasarkan informasi atau data yang diperoleh. Atas dasar cara berpikir induktif tersebut, model pembelajaran ini menekankan pengalaman lapangan seperti mengamati gejala atau mencoba suatu proses kemudian mengambil kesimpulan. 13 Dalam model pembelajaran induktif ini salah satu ciri khasnya adalah dapat mengembangkan keterampilan berpikir. Sejumlah pertanyaan disajikan pada siswa dimana pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menuntun siswa untuk menyelesaikan masalah mereka secara induktif. Proses berpikir yang dapat dibangun melalui model pembelajaran berpikir induktif dilandasi oleh tiga postulat Taba yaitu: Proses berpikir dapat dipelajari. Mengajar menurut Hilda Taba berarti membantu siswa menyelesaikan latihan untuk membangun kemampuan berpikir induktif.. Proses berpikir adalah transaksi aktif antara individu dan data. Proses interaksi dalam kelas, guru memberikan bahan-bahan pelajaran sehingga siswa menampilkan kegiatan kognitif tertentu, mengorganisasikan faktafakta dalam konsep-konsep dan menarik kesimpulan dari hipotesa, memprediksi dan menjelaskan fenomena. Operasi-operasi mental ini tidak dapat diajarkan langsung tanpa melalui bahan-bahan pelajaran, sedangkan guru dapat membantu siswa dalam hal internalisasi dan konsepsualisasi proses mental. 3. Proses berpikir berkembang secara bertahap dan tahap ini tidak dapat dibalik. Strategi pembelajarannya memperhatikan tahapan-tahapan 13 Ibid., h Joyce, B. dan M. Weil, h. 131.

27 14 tertentu dan harus diberikan pada waktu yang tepat, yaitu siswa secara intelektual berada pada rasa ingin tahunya. Dalam mengembangkan strategi mengajar, Taba mengidentifikasi tugas-tugas kognitif siswa. Berdasarkan hal tersebut, ada tiga tahapan model dari strategi mengajar yang menjadi sintaks dari model pembelajaran berpikir induktif ini yaitu sebagai berikut Tahap I: Pembentukan Konsep (Concept Formation), meliputi: a. Menyebutkan dan membuat data yang relevan dengan masalah. b. Mengelompokkan. c. Memberi nama.. Tahap II: Interpretasi Data (Interpretasi Data), meliputi: a. Mengidentifikasi hubungan antarvariabel. b. Menjelaskan hubungan antarvariabel. c. Menyimpulkan. 3. Tahap III: Aplikasi Prinsip (Application of Prinsiples), meliputi: a. Membuat prediksi atau hipotesis. b. Menjelaskan prediksi atau hipotesis. c. Menguji prediksi atau hipotesis. Tujuan tahap I, pembentukan konsep adalah mengajak siswa untuk membentuk dan mengembangkan konsep yang dapat digunakan siswa untuk memproses informasi selanjutnya. Tahap I ini terdiri dari tiga fase. Pada fase pertama, siswa diminta untuk melakukan sesuatu terhadap data, yaitu menyebutkan data-data yang relevan dengan masalah. Setelah siswa menyebutkan semua data yang diperolehnya, selanjutnya fase kedua siswa diminta untuk mengelompokkan data-data tersebut ke dalam kategori berdasarkan persamaan-persamaan yang kemudian pada fase ketiga siswa diminta untuk memberi nama atau label pada tiap kategori yang dibentuk tersebut. Pada tahap II, interperensi data, juga terdiri dari tiga fase. Pada fase pertama, siswa diminta untuk mengidentifikasi data atau butir-butir informasi 15 Joyce, B. dan M. Weil, h. 14.

28 15 yang telah dikelompokkan dan diberi nama pada tahap I. Selanjutnya pada fase kedua, siswa diminta untuk menjelaskan atau menerangkan butir-butir informasi yang telah diidentifikasi tersebut misalnya dengan meminta siswa untuk menghubungkan hal yang satu dengan yang lain atau menentukan hubungan sebab-akibat dari hubungan tersebut. Sedangkan pada fase ketiga, siswa diminta untuk membuat kesimpulan dari hasil yang diperoleh pada fase-fase sebelumnya. Seperti halnya pada tahap I dan II, pada tahap III juga terdiri dari tiga fase. Pada fase pertama siswa diminta untuk memprediksikan pengaruh atau akibat yang akan terjadi, menjelaskan data-data yang lebih luas, atau membuat hipotesis. Pada fase kedua, siswa mencoba untuk menjelaskan hipotesis yang telah mereka buat, dan pada fase ketiga merupakan proses untuk menguji ramalan atau hipotesis. Pada fase ketiga ini, siswa diminta untuk membuat kesimpulan secara menyeluruh dari tahap pertama sampai pada tahap terakhir. Ketika siswa mengalami proses informasi pada semua tahap, terdapat kegiatan-kegiatan yang dapat diamati dan sejumlah operasi mental yang tidak dapat diamati. Misalnya, seorang siswa dapat menyebutkan pengertian getaran. Kegiatan siswa dalam menyebutkan suatu pengertian getaran dapat diamati. Tahap proses mental siswa sehingga dapat menyebutkan pengertian getaran tidak dapat diamati. Untuk memunculkan kegiatan siswa dapat teramati dan operasi mental siswa yang tidak dapat teramati. Taba mengidentifikasi pertanyaanpertanyaan yang dapat diajukan oleh guru selama proses pembelajaran yaitu sebagai berikut.

29 16 Tabel.1 Hubungan antara kegiatan yang teramati dan operasi mental yang tidak teramati pada tahap pembentukan konsep (Joyce dan Weil, 197: 16) No Kegiatan yang teramati Operasi mental yang tidak teramati Membedakan 1. Menyebutkan dan membuat daftar. Mengelompokkan Mengidentifikasi sifat-sifat yang sama 3. Membuat nama dan mengkategorikan Menentukan urutan secara hierarki dari butir-butir informasi Pertanyaan yang dapat dikemukakan oleh guru Apa yang kamu lihat/dengar/catat? Apa yang sama? Apa kriterianya? Bagaimana kita menyebutkan kelompok itu? Tabel. Hubungan antara kegiatan yang teramati dan operasi mental yang tidak teramati pada tahap interpretasi data (Joyce dan Weil, 197: 16) N Kegiatan yang o teramati 1. Mengidentifikasi butir-butir informasi. Menerangkan butir-butir informasi yang telah diidentifikasi 3. Membuat kesimpulan Operasi mental yang tidak teramati Membedakan Menghubungkan kategori yang satu dengan yang lain, menentukan sebab dan akibat dari hubungan tersebut Menentukan implikasi dan meramalkan Pertanyaan yang dapat dikemukakan oleh guru Apa yang kamu amati/perhatikan/temukan? Mengapa hal itu terjadi? Apa artinya? Apa gambaran yang tercipta dalam pikiran kamu? Apa kesimpulannya?

30 17 Tabel.3 Hubungan antara kegiatan yang teramati dan operasi mental yang tidak teramati pada tahap aplikasi prinsip (Joyce dan Weil, 197: 16) N o Kegiatan yang teramati 1. Menganalisis masalah, menjelaskan fenomena, dan menyusun hipotesis. Menjelaskan dan/atau mendukung prediksi atau hipotesis 3. Menguji prediksi/ hipotesis Operasi mental yang tidak teramati Menganalisis masalah atau keadaan, mendapatkan kembali pengetahuan yang relevan Menentukan hubungan sebab-akibat untuk membuat prediksi atau hipotesis Menggunakan prinsip yang logis atau fakta ilmu pengetahuan untuk menentukan kondisi yang sesuai dan dibutuhkan Pertanyaan yang dapat dikemukakan oleh guru Apa yang akan terjadi jika? Mengapa kamu berpikir atau berpendapat hal itu akan terjadi? Apa yang dapat kamu generalisasikan atau dianggap benar? Melalui proses bertanya, guru dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berpikir atau aspek kognitif siswa. Dalam hal ini guru berperan sebagai pemonitor cara-cara siswa mengalami proses informasi, menentukan siswa untuk menerima pengalaman, serta meningkatkan kemampuan siswa dalam memproses data ke dalam susunan yang lebih sistematis. Dalam peranannya tersebut guru dapat menggunakan berbagai cara, tidak hanya melalui mengajukan pertanyaan, tetapi dapat juga memberi komentar atau tanggapan, membimbing diskusi kelas, dan mendengarkan penjelasan siswa. Jadi jelas bahwa dalam model pembelajaran berpikir induktif, siswa secara aktif terlibat dalam memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Melalui bimbingan guru, siswa dituntun untuk dapat menemukan kesimpulan sebagai penerapan hasil belajar melalui tahapan pembentukan konsep, interpretasi data, dan aplikasi prinsip.

31 18 Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa melalui model pembelajaran berpikir induktif, guru dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa sehingga hasil belajar siswa akan meningkat. Hal ini didukung oleh hasil penelitian eksperimental yang dilakukan oleh Taba (Nana Syaodah dalam Eko Warimun, 1997) dalam rangka pengembangan kurikulum dan strategi belajar mengajar terhadap sejumlah guru sekolah dasar yang terlatih antara lain disimpulkan bahwa aktivitas guru berupa kegiatan meminta informasi, meminta penjelasan, meminta generalisasi, meminta pemikiran konkret dan pemikiran abstrak dari siswa, dan memberikan sumbangan nyata terhadap perkembangan keterampilan kognitif siswa. Adapun kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh model pembelajaran berpikir induktif menurut Warimun (1997) adalah sebagai berikut: 1. Kelebihan a. Dapat mengembangkan keterampilan berpikir siswa karena siswa selalu dipancing dengan pertanyaan. b. Dapat menguasai secara tuntas topik-topik yang dibicarakan karena adanya tukar pendapat antara siswa sehingga didapatkan suatu kesimpulan akhir. c. Mengajarkan siswa berpikir kritis karena selau dipancing untuk mengeluarkan ide-ide. d. Melatih siswa belajar bekerja sistematis. e. Memotivasi siswa dalam kegiatan belajar karena melalui model pembelajaran berpikir induktif siswa diberikan tantangan untuk menafsirkan data eksperimen. 16. Kekurangan a. Membutuhkan banyak waktu. 16 National Science Teacher Association (NSTA). The Many Faces of Inductive Teaching and Learning. International Journal of Inductive Teaching and Learning. Vol. 36. No. 5. March/April 007.

32 19 b. Sukar menentukan pendapat yang sama karena setiap siswa mempunyai gagasan yang berbeda-beda. 4. Hubungan Model Pembelajaran Berpikir Induktif dan Hasil Belajar Dalam proses pembelajaran, guru memiliki tugas untuk mendorong, membimbing, dan memfasilitasi siswa dalam belajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Selain itu, guru juga berperan dalam mengembangkan kemampuan intelektual siswa sehingga diharapkan siswa mempunyai kemampuan dalam mentransformasi informasi secara aktif dan membangun sendiri pengetahuannya. Oleh sebab itu, diperlukn adanya pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Adapun hubungan antara model pembelajaran induktif dengan hasil belajar dapat diuraikan dalam tabel.4 Tabel.4 Hubungan antara Model Pembelajaran Berpikir Induktif dan Hasil Belajar yang Diteliti Sintaks Model Pembelajaran Induktif Tahap I : Pembentukan Konsep a. Mengidentifikasi dan menyebutkan satu persatu data yang relevan pada suatu topik atau masalah Kegiatan yang Teramati Menyebutkan dan membuat daftar Operasi Mental yang Tidak Teramati Membedakan Aspek Kognitif - Mengingat (C 1 ) - Memahami (C ) b. Mengelompokka n item-item dalam kategori c. Mengkategorikan dan memberi Mengelompokka n Membuat nama dan Mengidentifikas i sifat-sifat yang sama Menentukan urutan secara hierarki dari - Memahami (C ) - Memahami (C )

33 0 nama pada kategori tersebut Tahap II : Interpretasi Data a. Mengidentifikasi butir-butir informasi yang diidentifikasi b. Menerangkan butir-butir informasi yang telah didentifikasi c. Membuat kesimpulan Tahap III : Aplikasi Prinsip a. Menganalisis masalah, menjelaskan fenomena, dan menyusun hipotesis menkategorikan Mengidentifikasi butir-butir informasi Menerangkan butir-butir informasi yang telah diidentifikasi Membuat kesimpulan Menganalisis masalah, menjelaskan fenomena, dan menyusun hipotesis butir-butir informasi Membedakan Menghubungka n kategori yang satu dengan yang lain Menentukkan sebab dan akibat dari hubungan tersebut. Membuat implikasi dan meramalkan Menganalisis masalah, mendapatkan kembali pengetahuan yang relevan - Memahami (C ) - Memahami (C ) - Memahami (C ) - Menganalisis (C 4 ) - Memahami (C ) - Menganalisis (C 4 ) b. Menjelaskan dan mendukung hipotesis Menjelaskan dan mendukung hipotesis Menentukan hubungan untuk membuat hipotesis - Memahami (C ) - Mengaplikasika n (C 3 ) - Menganalisis (C 4 ) c. Menguji ramalan atau hipotesis Menguji prediksi atau hipotesis Menggunakan prinsip logis atau fakta ilmu pengetahuan untuk menentukan kondisi yang sesuai dan dibutuhkan - Memahami (C ) - Mengaplikasika n (C 3 ) - Menganalisis (C 4 )

34 1 5. Model Pembelajaran Direct Instruction Model pembelajaran Direct Instruction merupakan sebuah model pembelajaran yang berpusat pada guru. Saat melaksanakan model pembelajaran ini, guru harus mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa, selangkah demi selangkah. Guru sebagai pusat perhatian memiliki peran yang sangat dominan. Karena itu, pada direct instruction, guru harus bisa menjadi model yang menarik bagi siswa. Pada model pembelajaran direct instruction terdapat lima fase yang sangat penting. Lima aktivitas model pengajaran tersebut terdiri dari : a. Orientasi Pada tahap ini, kerangka kerja pelajaran dibangun. Selama tahap ini guru menyampaikan tujuan dan keinginannnya, menjelaskan tugas-tugas yang ada dalam pembelajaran dan menentukan tanggung jawab siswa. Untuk mencapai tujuan dari tahap ini, ada langkah penting yang harus dilakukan guru yakni (1) guru memaparkan maksud dari pelajaran dan tingkat-tingkat performa dalam praktek; () guru menggambarkan isi pelajaran dan hubungannya dengan pengetahuan dan atau pengalaman sebelumnya; (3) guru mendiskusikan prosedurprosedur pelajaran yakni bagian yang berbeda antara pelajaran dan tanggung jawab siswa selama aktivitas-aktivitas berlangsung. b. Presentasi (Demonstrasi) Pada tahap presentasi ini guru menjelaskan konsep atau keahlian baru dan memberikan pemeragaan serta contoh. Jika materi yang ada merupakan konsep baru, maka guru harus mendiskusikan karakteristik-karakteristik dari konsep tersebut, aturan-aturan pendefinisian dan beberapa contoh. Jika materinya merupakan konsep baru, maka hal yang harus disampaikan guru adalah langkahlangkah untuk memiliki konsep tersebut dengan menyajikan contoh di setiap langkah. Kesalahan umum pada bagian ini adalah terlalu sedikitnya pemeragaan yang disajikan. Pada kasus apa pun, akan sangat membantu jika guru mentransfer informasi materi baru, baik secara lisan maupun secara visual, sehingga siswa

35 akan memiliki dan dapat mempelajari representasi visual sebagai referensi dalam awal pembelajaran. Tugas lain guru dalam tahap ini adalah menguji apakah siswa telah memahami informasi baru sebelum mereka mengaplikasikannya dalam tahap praktek. Menguji yang dimaksudkan adalah siswa diharuskan mengingat dan memperhitungkan informasi yang baru saja mereka pelajari. c. Praktek Terstruktur Guru menuntun siswa melalui contoh-contoh praktek dan langkah-langkah di dalamnya. Peran guru dalam tahap ini adalah memberi respons balik terhadap respons siswa, baik untuk menguatkan respons yang sudah tepat maupun untuk memperbaiki kesalahan dan mengarahkan siswa pada performa praktek yang tepat. Jika guru telah mampu menjalankan fungsi tersebut dengan baik dan bisa memberikan contoh praktek yang benar, bisa dipastikan bahwa siswa akan mampu memahami segala langkah dalam praktek sehingga mereka bisa mengandalkan pengetahuan tersebut sebagai referensi utama sebelum menjalani tahap praktek semi-independen. d. Praktek Dibawah Bimbingan Pada tahap ini guru memberikan siswa kesempatan untuk melakukan praktek dengan kemauan mereka sendiri. Praktek dibawah bimbingan memudahkan guru mempersiapkan bantuan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam menampilkan tugas pembelajaran. Hal ini biasanya dilakukan dengan cara membantu meminimalisir jumlah dan ragam kesalahan yang dilakukan siswa. Peran guru dalam tahap ini adalah mengontrol kerja siswa, dan jika dibutuhkan, memberikan respons yang korektif ketika dibutuhkan. e. Praktek Mandiri Praktek ini dimulai saat siswa telah mencapai level akurasi 85 hingga 90 persen dalam praktek dibawah bimbigan. Tujuan dari praktek mandiri adalah memberikan materi baru untuk memastikan dan menguji pemahaman siswa terhadap praktek-praktek sebelumnya. Dalam praktek mandiri, siswa melakukan

36 3 praktek dengan caranya sendiri tanpa batuan dan respons balik dari guru. Praktek mandiri ini harus ditinjau sesegera mungkin setelah siswa menyelesaikan seluruh proses. Hal ini dilakukan untuk memperkirakan dan mengetahui apakah level akurasi siswa telah stabil atau tidak, serta untuk memberikan respons balik yang sifatnya korektif diakhir praktek terhadap mereka yang membutuhkannya. Secara ringkas, sintaks model pembelajaran direct instruction disajikan dalam tabel sebagai berikut : Tabel. 5 Sintaks Model Pembelajaran Direct Instruction Fase Fase 1 Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa (Orientasi) Peran Guru Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar. Fase Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan (Demonstrasi) Fase 3 Membimbing pelatihan (Praktek Terstruktur) Fase 4 Mencek pemahaman dan memberikan umpan balik (Praktek di bawah Bimbingan) Fase 5 Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan (Praktek Mandiri) Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap. Guru merencanakan dan member bimbingan pelatihan awal. Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik. Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.

37 4 6. Konsep Getaran dan Gelombang a. Getaran 1. Pengertian Getaran Getaran merupakan gerak bolak-balik secara teratur (periodik) di sekitar titik kesetimbangan. Amplitudo adalah simpangan terbesar suatu getaran, sedangkan frekuensi adalah banyaknya getaran yang terjadi tiap satuan waktu. Dalam Satuan Internasional (SI), frekuensi dinyatakan dalam satuan hertz (Hz), dengan ketententuan 1 Hz = 1 getaran/sekon. Periode adalah waktu yang diperlukan suatu benda untuk satu kali getaran. Dalam SI, periode dinyatakan dalam sekon (s). Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut. Keterangan: f = frekuensi (Hz) T = Periode (s) n = banyaknya getaran t = waktu yang diperlukan (s) Gambar. 1 Getaran pada ayunan sederhana Keterangan: Gerakan dari C A B A C merupakan suatu getaran. Jarak A C dan A B merupakan amplitudo. b. Gelombang Gelombang merupakan getaran yang merambat. Syarat perlu agar suatu gelombang terjadi adalah adanya medium dan energi. Sedangkan, gelombang yang tidak memerlukan medium dalam perambatannya adalah gelombang elektromagnetik.

38 5 1. Jenis-Jenis Gelombang a. Gelombang mekanik Gelombang mekanik adalah gelombang yang perambatannya memerlukan zat perantara atau medium. Contoh gelombang mekanik, antara lain, gelombang air. b. Gelombang elektromagnetik Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang perambatannya tidak memerlukan meium dan zat perantara. Contoh gelombang elektromagnetik, antara lain, gelombang cahaya dan gelombng radio. c. Gelombang Transversal Gelombang transversal adalah gelombang yang arah getarannya tegak lurus dengan arah rambatannya. Pada gambar di bawah, arah getaran dari tali adalah ke atas dan ke bawah, sedangkan arah rambat gelombang ke arah kanan. Gambar. Gelombang tranversal Pada saat gelombang mencapai simpangan maksimum ke arah atas, titik ini disebut titik puncak gelombang. Sedangkan, pada saat gelombang mencapai simpangan maksimum ke arah atas, titik ini disebut titik lembah gelombang. Jarak antara garis normal dan puncak atau lembah disebut amplitudo. Gambar. 3 Bagian-bagian gelombang tranversal

39 6 Contoh dari gelombang transversal adalah gelombang listrik dan gelombang elektromagnetik. b. Gelombang Longitudinal Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah getarannya sejajar dengan arah rambatannya. Gelombang longitudinal dapat diamati pada pegas. Gambar. 4 Gelombang longitudinal pada pegas Panjang satu gelombang pada gelombang longitudinal adalah jarak antara dua rapatan, atau jarak antara dua regangan. Gambar. 5 Bagian-bagian gelombang longitudinal Contoh dari gelombang longitudinal adalah gelombang bunyi. Hubungan antara cepat rambat gelombang (v), panjang gelombang (λ), periode (T), dan frekuensi (f) adalah: Keterangan: v = cepat rambat gelombang (m/s) = panjang gelombang (m) T = periode (s) F = frekuensi (Hz)

40 7 B. Penelitian Terdahulu yang Relevan Penelitian penerapan model pembelajaran induktif pada pembelajaran Fisika telah dilakukan oleh: 1. Ikhsan (007) dengan judul penelitian Penerapan Model Pembelajaran Induktif Menurut Hilda Taba Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Rasional Dalam Pembelajaran Fisika SMP, menyimpulkan bahwa: Model pembelajaran berpikir induktif dapat meningkatkan keterampilan berpikir rasional siswa dengan kategori efektif.. N. Yulia Anggriani (009) dengan judul penelitian Penggunaan Model Pembelajaran Indultif Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Dalam Proses Pembelajaran Fisika, menyimpulkan bahwa: Model pembelajaran berpikir induktif dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa dengan kategori sedang. 3. Eli Anisa (009) dengan judul penelitian Penerapan Model Pembelajaran Induktif untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA, menyimpulkan bahwa: Model pembelajaran berpikir induktif dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dengan kategori tinggi. 4. Darmilah Siti (007) dengan judul penelitian Model Pembelajaran Induktif Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika di SMP, menyimpulkan bahwa : Model pembelajaran induktif dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan kategori efektif. 5. Purba Ulina (01) dengan judul penelitian Upaya penerapan Model Pembelajaran induktif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Pinangsori Tapanuli Tengah, menyimpulkan bahwa : Penerapan model pembelajaran induktif dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa dengan kategori efektif.

41 8 C. Kerangka Berpikir Hubungan antara pengaruh model pembelajaran berpikir induktif dengan hasil belajar Fisika siswa dapat dilihat pada diagram berikut ini: Mulai Pembelajaran fisika di kelas berpusat pada guru (teacher center). Rendahnya hasil belajar fisika Implementasi Model Pembelajaran Berpikir Induktif, Melalui Penelitian Quasi Eksperimen Terjadi Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Gambar. 6 Bagan Kerangka Berpikir Gambar. 6 menunjukan kerangka berpikir penelitian ini dimulai dari latar belakang masalah yaitu pembelajaran fisika di kelas berpusat tada guru (teacher center) sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar fisika siswa. Setelah diterapkan model pembelajaran berpikir induktif melalui

42 9 penelitian Quasi Eksperimen terjadi peningkatan hasil belajar Fisika siswa pada konsep getaran dan gelombang. D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka berpikir di atas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian yaitu hipotesis alternatif (Ha): Model pembelajaran berpikir induktif berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep getaran dan gelombang dan hipotesis nol (Ho): Model pembelajaran berpikir induktif tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep getaran dan gelombang.

43 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran Penelitian ini dilakukan pada bulan April Mei 01. Adapun tempat penelitiannya dilaksanakan di SMP Negeri 4 Sumedang. B. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi experiment). Metode eksperimen semu berbeda dengan eksperimen sejati, penempatan subjek pada kelompok yang dibandingan dalam metode eksperimen semu tidak dilakukan secara acak. Pada metode eksperimen semu, individu subjek sudah berada dalam kelompok yang dibandingkan sebelum adanya penelitian yang tidak dimaksudkan untuk tujuan eksperimen, misalnya siswa yang berada dalam kelas. 17 C. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah Pretest and Posttest Control Group Design. Dimana dalam rancangan ini dilibatkan dua kelompok yang dibandingkan, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan selama jangka waktu tertentu. Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan dan pengaruh dari perlakuan diukur berdasarkan perbedaan antara pengukuran awal dan pengukuran akhir kedua kelompok. Desain penelitian ini tampak pada Tabel 3. 1 berikut: Ibnu Hadjar, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif Dalam Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 1996), h Liche Seniati et.al, Psikologi Eksperimen, (Jakarta: PT. Indeks, 008), h

44 31 Tabel 3. 1 Pretest and Posttest Control Group Design Kelompok Tes Awal Perlakuan (X) Tes Akhir Eksperimen O 1 X 1 O Kontrol O 1 X O Keterangan: O 1 : Tes hasil belajar yang diberikan sebelum proses belajar mengajar dimulai, diberikan kepada kedua kelompok (eksperimen dan kontrol). X : Pemberian proses belajar mengajar untuk kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran berpikir Induktif (X 1 ) dan kelompok kontrol diberikan pembelajaran dengan menggunakan model Direct Instruction (X ). O : Tes hasil belajar yang diberikan setelah proses belajar mengajar berlangsung dan diberikan kepada kedua kelompok. D. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 4 Sumedang tahun ajaran yang berjumlah 6 (enam) kelas. Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini diambil dua kelas dari 10 (sepuluh) kelas yang ada. Adapun sampel yang terpilih adalah kelas VIII-B sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-A sebagai kelas kontrol. E. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel kelompok atau cluster sampling. Pada cluster sampling siswa telah terkumpul dalam sebuah kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil seluruh siswa di kelas tertentu sebagai sampel penelitian Yanti Herlanti, Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains, (Jakarta: Jurusan Pendidikan IPA, FITK, UIN Syarif Hidayatullah, 008), h.3.

45 3 F. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat: Variabel Bebas (X) : Model pembelajaran berpikir induktif Variabel Terikat (Y) : Hasil belajar fisika siswa G. Instrumen Penelitian Instrumen tes yang digunakan berupa tes objektif pilihan ganda dan dapat disusun berdasarkan indikator yang disesuaikan dengan KTSP. Tes dilakukan sebelum (pretest) dan setelah (posttest) diberikannya treatment. Skor yang digunakan pada pilihan ganda adalah bernilai satu (1) untuk jawaban yang benar dan nol (0) untuk jawaban yang salah. Adapun kisi-kisi instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Tes Konsep Getaran Uraian Materi Pengertian getaran Parameter-parameter dalam getaran (amplitude, frekuensi, dan periode). Hubungan periode dan frekuensi getaran Indikator Menjelaskan pengertian getaran Aspek Kognitif C1 C 1* 3 4* Mengidentifikasi parameterparameter dalam getaran (amplitude, frekuensi, dan periode). C3 Ʃ Soal % Soal 4 10% 6 15% 6 15% 6 15% C4 5* * 7 8* Menunjukkan hubungan antara periode dan frekuensi suatu getaran 13* 11* * Gelombang Pengertian gelombang Jenis-jenis gelombang Parameter-parameter gelombang (panjang gelombang, periode, Menjelaskan pengertian gelombang 17* *

46 33 frekuensi, dan cepat rambat gelombang Hubungan panjang gelombang, periode, dan cepat rambat gelombang Membedakan jenis-jenis gelombang berdasarkan arah getar dan arah rambatnya 1* 5* 6 3* % 7 8* Mengidentifikasi parameterparameter dalam gelombang (panjang gelombang, periode, frekuensi dan cepat rambat gelombang) 31* 3 33* 9 30* 6 15% 34 Menunjukkan hubungan antara panjang gelombang, periode, dan cepat rambat gelombang. 39* * 6 15% 37 38* Jumlah 100% Keterangan : * = butir soal yang valid H. Kalibrasi Instrumen Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi empat kriteria kelayakan, yaitu validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda. Untuk mengetahui pemenuhan keempat kriteria tersebut, maka instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini harus melalui pengujian dan perhitungan. Berikut ini adalah pengujian dan perhitungan berkaitan dengan kriteria yang harus dipenuhi oleh instrument penelitian: a. Uji Validitas Validitas tes merupakan ukuran yang menyatakan keshahihan suatu instrumen sehingga mampu mengukur apa yang hendak diukur. 0 Uji validitas tes yang digunakan adalah uji validitas isi (content validity) dan uji validitas h Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 008),

47 34 yang dihubungkan dengan kriteria (criteria related validity). Untuk mengetahui uji validitas isi tes, dilakukan judgement terhadap butir-butir soal yang dilakukan oleh dosen pembimbing. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Pengujian validitas instrumen tes ini dilakukan pada setiap butir soal menggunakan teknik analisis point biserial yang dinyatakan dengan persamaan berikut ini: Keterangan : = koefisien korelasi point biserial = mean (rata-rata) skor dari subjek (peserta tes) yang menjawab betul pada butir soal yang dicari validitasnya = mean (rata-rata) skor dari subjek (peserta tes) yang menjawab salah pada butir soal yang dicari validitasnya = standar deviasi dari skor total = proporsi siswa yang menjawab benar pada butir soal yang dicari validitasnya = proporsi siswa yang menjawab benar pada butir soal yang dicari validitasnya Hasil uji validitas instrumen tes dengan menggunakan software anates versi 4.0 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3. 3 Hasil Uji Validitas Instrumen Tes Statistik Butir Soal Jumlah Soal 40 Jumlah Siswa 40 Nomor Soal Valid 1, 4, 5, 8, 10,11, 13, 16, 17, 0, 1, 3, 5, 8, 30, 31, 33, 36, 38, 39 Jumlah Soal Valid 0 Persentase (%) 50%

48 35 b. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh orang yang sama ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Reliabilitas instrumen uji coba hasil belajar dihitung dengan rumus KR-0, yaitu: 1 Dimana: r 11 k s k 1 s r 11 = koefisien reliabilitas internal seluruh item. p pq = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q = proporsi subjek yang menjawab item salah q 1 p Σ pq = jumlah hasil perkalian p dan q k s = banyaknya item = standar deviasi dari tes dengan rumus: Untuk mengetahui keberartian koefisien reliabilitas dilakukan uji-t, t hitung r xy n 1 r xy Dimana: t hitung = nilai hitung koefisien validitas r xy n = koefisien korelasi tiap butir soal = jumlah responden Kemudian hasil di atas dibandingkan dengan nilai t dari tabel pada signifikansi 5% (α = 0,05) dan derajat kebebasan (dk) = n -. Jika t hitung > t tabel maka instrumen dikatakan baik dan dapat dipercaya. 1 Ibid., h.101.

49 36 Jika instrumen itu reliabel, maka dilihat kriteria penafsiran indeks reliabilitasnya pada Tabel 3. 3 sebagai berikut: Tabel 3. 4 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas 0,00 r 0,0 Kecil 0,0 r 0,40 Rendah 0,40 r 0,70 Sedang 0,70 r 0,90 Tinggi 0,90 r 1,00 Sangat Tinggi Hasil uji reliabilitas instrumen tes dengan menggunakan software anates versi 4.0 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3. 5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes Statistik Butir Soal r 11 0,91 Kesimpulan Reliabilitas sangat tinggi a. Taraf Kesukaran Taraf kesukaran suatu butir soal adalah proposi dari keseluruhan siswa yang menjawab benar pada butir soal tersebut. Tingkat kesukaran dihitung dengan menggunakan persamaan: 3 Keterangan: P = Indeks kesukaran P B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes B JS Adapun tolak ukur menginterpretasikan tingkat kesukaran butir soal yang diperoleh digunakan Tabel 3. 4 sebagai berikut: 4 Ratih Komala, op.cit., h Suharsimi Arikunto, op.cit., h Ibid., h. 10.

50 37 Tabel 3. 6 Interpretasi Tingkat Kesukaran Indeks Tingkat Kesukaran Kriteria Tingkat Kesukaran 0,00 0,30 Sukar 0,30 0,70 Sedang 0,70 1,00 Mudah Hasil perhitungan derajat kesukaran dengan menggunakan software anates versi 4.0 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3. 7 Hasil Uji Derajat Kesukaran Instrumen Tes Kriteria Soal Butir Soal Jumlah Soal Persentase Mudah 7 17,5 % Sedang 7 67,5 % Sukar 6 15 % Jumlah % b. Daya Pembeda Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal untuk membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang kemampuannya rendah. Rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda soal pilihan ganda adalah: 5 DP Keterangan: B J A A B J DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu B A = Banyaknya kelompok atas yang menjawab soal dengan benar B B = Banyaknya kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar J A = Banyaknya peserta kelompok atas J B = Banyaknya peserta kelompok bawah B B 5 Ibid., h

51 38 Setelah indeks daya pembeda diketahui, maka nilai tersebut diinterpretasikan pada kriteria daya pembeda seperti tertera pada Tabel 3. 5 sebagai berikut: 6 Tabel 3. 8 Interpretasi Daya Pembeda Indeks Daya Kriteria Daya Pembeda Pembeda Negatif Sangat buruk, harus dibuang 0,00 0,0 Jelek (poor) 0,0 0,40 Cukup (satisfactory) 0,40 0,70 Baik (good) 0,70 1,00 Baik sekali (excellent) Hasil uji daya beda instrumen tes dengan menggunakan software anates versi 4.0 dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3. 9 Hasil Uji Daya Beda Instrumen Tes Kriteria Butir Soal soal Jumlah Soal Persentase Jelek 5% Cukup 5 1,5% Baik 4 60% Baik Sekali 9,5% Jumlah % I. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes hasil belajar fisika. Tes hasil belajar digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar fisika yang diperoleh siswa setelah diterapkannya model pembelajaran berpikir induktif. Tes ini disusun berdasarkan pada indikator yang hendak dicapai. Soal-soal tes yang digunakan berupa soal pilihan ganda tentang konsep getaran dan gelombang. Instrumen ini mencakup ranah kognitif pada aspek mengingat (C 1 ) sampai menganalisis (C 4 ). 6 Ibid., h. 18.

52 39 Tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum perlakuan (pretest) dan sesudah perlakuan (posttest). Soal-soal yang digunakan pada pretest dan posttest merupakan soal yang sama, hal ini dimaksudkan agar tidak ada pengaruh perbedaan kualitas instrumen terhadap perubahan pengetahuan dan pemahaman yang terjadi. J. Teknik Analisis Data Setelah melakukan uji coba instrumen, selanjutnya dilakukan penelitian. Data yang diperoleh melalui instrumen penelitian diolah dan dianalisis dengan maksud agar hasilnya dapat menjawab pertanyaan penelitian dan menguji hipotesis. Pengolahan dan penganalisisan data tersebut menggunakan statistik. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penggunaan statistik untuk pengolahan data tersebut adalah: 1. Uji Normalitas Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data yang akan dianalisis. Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas dalam penelitian ini adalah uji chi-kuadrat. Adapun langkah-langkah uji normalitas menurut adalah sebagai berikut: 7 a. Mencari skor terbesar dan terkecil b. Mencari nilai Rentangan (R) c. Mencari Banyaknya Kelas ( BK ) d. Mencari nilai panjang kelas ( i ) R skor terbesar skor terkecil BK 1 3, 3Log N (Rumus Sturgess) i R BK e. Membuat tabulasi dengan tabel penolong 7 Ahmad Sandy, Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pokok Materi Momentum, Impuls, dan Tumbukan Dengan Pemanfaatan Multimedia Pembelajaran, (Skripsi Pendidikan Fisika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: t. d., 008), h

53 40 No. Kelas Interval f Nilai Tengah ( x i ) f. x x i i f. x i Jumlah Σ f = - - Σ f. xi = Σ f. x i = f. Mencari rata-rata (mean) x g. Mencari simpangan baku (standard deviasi) s n. f x i f n x i n n 1 h. Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara: 1) Menentukan batas kelas, yaitu angka skor kiri batas interval pertama dikurangi 0,5 dan kemudian angka skor-skor kanan kelas interval ditambah 0,5. ) Mencari nilai Z-score untuk batas kelas interval dengan rumus: Z f x Batas Kelas x s 3) Mencari luas 0 Z dari tabel kurva normal dari 0 Z dengan menggunakan angka-angka untuk batas kelas. 4) Mencari luas tiap kelas interval dengan cara mengurangkan angka-angka 0-Z, yaitu angka baris pertama dikurangi baris kedua, angka baris kedua dikurangi baris ketiga dan begitu seterusnya, kecuali untuk angka yang berbeda pada baris paling tengah ditambahkan dengan angka pada baris berikutnya. 5) Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalikan luas tiap interval dengan jumlah responden. i. Mencari chi-kuadrat hitung (χ hitung) k i1 fo fe fe i

54 41 j. Membandingkan χ hitung dengan χ tabel untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = n-1, dengan kriteria: Jika χ hitung χ tabel, artinya distribusi data tidak normal dan Jika χ hitung χ tabel, artinya data berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji normalitas pretest dan posttest, kelompok eksperimen dan kontrol berada pada distribusi normal. Untuk lebih jelasnya, perhitungan uji normalitas dapat dilihat pada Lampiran C.. Uji Homogenitas Setelah kelas diuji kenormalannya maka setelah itu kelas diuji kehomogenitasannya. Pengujian homogenitas ini mengasumsikan bahwa skor setiap variabel memiliki varians yang homogen. 8 Teknik yang digunakan untuk uji homogenitas pada penelitian ini adalah dengan uji Bartlett. Adapun langkah-langkah uji homogenitas dengan Bartlet menurut Riduwan yang tercantum dalam skripsi Ahmad Sandy, yaitu: 9 a. Masukkan angka-angka statistik untuk pengujian homogenitas pada tabel penolong Kelompok dk (n-1) S i Log Si dk. Log Si Σ = Σ (n-1) = - - Σ dk. Log Si = S i = varians (kuadrat standar deviasi ) b. Menghitung varians gabungan dari sejumlah kelompok yang ada c. Menghitung Log S d. Menghitung nilai B, yaitu: S gabungan ni 1S ni 1 n B logs 1 i i 8 Ating Somantri dan Sambas Ali Muhidin, Aplikasi Statistika Dalam Penelitian, (Jakarta: 006, Pustaka Setia), h Ahmad Sandy, op.cit., h

55 4 e. Menghitung nilai χ hitung Dengan: Sehingga: hitung ln10 B n i 1 logs n 1 logs dk. LogS i hitung ln10 i B dk. Log S f. Membandingkan χ hitung dengan nilai χ tabel untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = n - 1, dengan kriteria sebagai berikut: Jika χ hiung χ tabel, berarti tidak homogen, dan Jika χ hiung χ tabel, berarti homogen. i i i Berdasarkan hasil uji homogenitas, hasil pretest menunjukkan bahwa kedua kelompok tidak homogen, sedangkan hasil posttest menunjukkan bahwa kedua kelompok homogen. Untuk lebih jelasnya, perhitungan uji homogenitas dapat dilihat pada Lampiran C. 3. Uji Hipotesis Metode statistika untuk menentukan uji hipotesis yang akan digunakan harus disesuaikan dengan asumsi-asumsi statistika seperti asumsi distribusi dan kehomogenan varians. Berikut ini kondisi asumsi distribusi dan kehomogenan varians dari data hasil penelitian serta uji hipotesis yang seharusnya digunakan: a. Untuk Data Berdistribusi Normal dan Homogen Untuk data berdistribusi normal dan homogen, untuk menguji hipotesis digunakan statistik parametrik yaitu uji-t sesuai persamaan berikut: 30 Dengan: t S g x x n n 30 Subana et.al., Statistik Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 005), h. 171.

56 43 S g n 1S n n n S Dimana: x 1 = rata-rata skor kelompok eksperimen x = rata-rata skor kelompok kontrol S g = varians gabungan (kelompok eksperimen dan kontrol) S 1 = varians kelompok eksperimen S = varians kelompok kontrol n 1 = jumlah anggota sampel kelompok eksperimen n = jumlah anggota sampel kelompok kontrol Langkah selanjutnya adalah sebagai berikut: a. Mengajukan hipotesis, yaitu: 1) Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Pretest Ho : X = Y Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Ha : X Y Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. ) Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Posttest Ho : X = Y Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Ha : X = Y Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. b. Menghitung nilai t hitung dengan rumus uji-t c. Menentukan derajat kebebasan (dk), dengan rumus:

57 44 dk = (n 1 1) + (n 1) d. Menentukan nilai t-tabel dengan α = 0,05 e. Menguji hipotesis Jika t tabel < t hitung < t tabel maka Ho diterima pada tingkat kepercayaan 0,95. Jika t hitung -t tabel atau t tabel t hitung maka Ha diterima pada tingkat kepercayaan 0,95. Hasil uji hipotesis kesamaan rata-rata hasil pretest dan kesamaan rata-rata posttest dapat dilihat pada Lampiran C. b. Untuk Data Berdistribusi Normal dan Tidak Homogen Menurut Sudjana dalam skripsi Ratih Komala, maka untuk menguji hipotesis digunakan statistik t sebagai berikut: 31 t' X 1 s n 1 1 X s n Dengan: X 1 : rata-rata skor kelompok eksperimen X : rata-rata skor kelompok kontrol s 1 : standar deviasi kelompok eksperimen s : standar deviasi kelompok kontrol n 1 n : jumlah anggota sampel kelompok eksperimen : jumlah anggota sampel kelompok kontrol Kriteria pengujian adalah, terima hipotesis H 0 jika: NK t < t < NK t atau w t w wt w t' w t w wt w Dengan: t t 1 t t w 1 1 n n 1 Untuk harga t lainnya, H 0 ditolak. 1 s1 n1; w s / / n 31 Ratih Komala, op.cit., h

58 45 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Hasil Belajar a. Hasil Belajar Fisika (Pretest) Kelompok Eksperimen dan Kontrol Hasil yang diperoleh pada pretest oleh siswa kelas VIII-B sebagai kelompok eksperimen dari penelitian ini disajikan dalam tabel distribusi frekuensi berikut ini: Tabel 4. 1 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Fisika (Pretest) Kelompok Eksperimen dan Kontrol No Kelas Interval Eksperimen dan Kontrol F (Eksperimen) F ( Kontrol) Jumlah Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa pada skor pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol sama-sama terdapat 3 siswa yang mendapat nilai antara Selanjutnya, pada kelas eksperimen dan kelas control samasama terdapat 4 siswa yang mendapat nilai Pada interval 9 40 terdapat orang siswa pada kelas eksperimen dan 1 orang pada kelas kontrol. Pada kelas eksperimen dan kelas control jumlah siswa yang memperoleh nilai pada interval 41 5 sama-sama sebanyak 4 siswa. Pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama-sama terdapat 4 siswa yang mendapat nilai Pada interval terakhir untuk skor pretest kelas eksperimen, ditempati oleh 3 siswa sedangkan pada kelas kontrol terdapat 4 orang siswa. 45

59 46 Berdasarkan perhitungan-perhitungan statistik, maka didapat beberapa nilai pemusatan dan penyebaran data dari nilai pretest yang ditunjukkan pada tabel berikut ini: Tabel 4. Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kontrol Pemusatan dan Penyebaran Data Skor Pretest Kelas Eksperimen Skor Pretest Kelas Kontrol Nilai Terendah 5 5 Nilai Tertinggi Median 35,6 35,9 Modus 34,5 34,5 Standar Deviasi 14,8 15,5 Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa nilai terendah yang diperoleh oleh kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar 5 dan nilai tertinggi sebesar 75, hal ini menunjukan tidak ada perbedaan antara kedua kelas yang akan diteliti. Median atau nilai tengah skor pretest kelas eksperimen yaitu 35,6 sedangkan pada kelas kontrol 35,9. Nilai yang sering muncul atau modus skor pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu 34,5. Standar deviasi pada kelas eksperimen yaitu 14,8 sedangkan pada kelas kontrol 15,5. b. Hasil Belajar Fisika (Posttest) Kelompok Eksperimen dan Kontrol Hasil yang diperoleh pada posttest oleh siswa kelas VIII-B sebagai kelompok eksperimen dari penelitian ini disajikan dalam tabel distribusi frekuensi berikut ini:

60 47 Tabel 4. 3 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Fisika (Posttest) Kelompok Eksperimen dan Kontrol No Kelas Interval Eksperimen Kelas Interval Kontrol F (Eksperimen) F (Kontrol) Jumlah Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa pada skor posttest kelas eksperimen terdapat 3 siswa yang mendapat nilai antara Selanjutnya, terdapat 3 siswa yang mendapat nilai Pada interval terdapat 15 orang siswa Jumlah siswa yang memperoleh nilai pada interval sebanyak 8 siswa. Terdapat 9 siswa mendapat nilai Pada interval terakhir untuk skor posttest kelas eksperimen, ditempati oleh siswa. Pada skor posttest kelas kontrol terdapat 1 siswa yang mendapat nilai antara Selanjutnya, terdapat 5 siswa yang mendapat nilai Pada interval terdapat 16 orang siswa. Jumlah siswa yang memperoleh nilai pada interval sebanyak 9 siswa. Terdapat 5 siswa mendapat nilai Pada interval terakhir untuk skor posttest kelas kontrol, ditempati oleh 4 siswa. Hal ini menunjukan pada posttest terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan perhitungan-perhitungan statistik, maka didapat beberapa nilai pemusatan dan penyebaran data dari nilai pretest yang ditunjukkan pada tabel berikut ini:

61 48 Tabel 4. 4 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol Pemusatan dan Penyebaran Data Skor Posttest Kelas Eksperimen Skor Posttest Kelas Kontrol Nilai Terendah 60 5 Nilai Tertinggi Median Modus 77,9 50,8 Standar Deviasi 9,08 14,8 Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa nilai terendah yang diperoleh oleh kelas eksperimen sebesar 60 dan nilai tertinggi sebesar 100 sedangkan pada kelas kontrol nilai terendah sebesar 5 dan nilai tertinggi sebesar 90, hal ini menunjukan pada posttest terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas control. Median atau nilai tengah skor posttest kelas eksperimen yaitu 80, pada kelas kontrol yaitu 54. Nilai yang sering muncul atau modus skor posttest kelas eksperimen yaitu 77,9, pada kelas kontrol 50,8. Nilai standar deviasi pada kelas eksperimen adalah 9,08, pada kelas kontrol 14,8.. Peningkatan Hasil Belajar a. Nilai Rata-Rata Nilai rata-rata (mean) kelas eksperimen dan kontrol pada saat pretest dan posttest dapat terlihat pada diagram berikut ini: Gambar 4.1. Diagram Nilai Rata-Rata Skor Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kontrol

62 49 Berdasarkan diagram di atas terlihat bahwa nilai rata-rata (mean) kelas eksperimen pada saat pretest adalah sebesar 38 sementara kelas kontrol yaitu 39. Dapat dikatakan tes awal untuk kedua kelas hampir sama. Pada saat posttest nilai rata-rata (mean) kelas eksperimen mencapai 81 sedangkan kelas kontrol sebesar 57. Kedua kelas eksperimen dan kontrol menunjukkan bahwa setelah diberikan perlakuan yang berbeda, nilai rata-rata (mean) hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Nilai rata-rata (mean) kelas eksperimen meningkat sebesar 43 sementara nilai rata-rata (mean) kelas kontrol menglami kenaikan sebesar 18. b. Kemampuan Berpikir Kongnitif Hasil belajar Fisika siswa pada ranah kognitif dapat dilihat pada diagram berikut ini : Gambar 4.. Diagram Hasil Belajar Siswa Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Pada Ranah kognitif Berdasarkan diagram diatas terlihat bahwa hasil belajar akhir (posttest) kelompok eksperimen mengalami peningkatan dari hasil pretest. Pada saat pretest kemampuan kelompok eksperimen dalam mengingat (C1) 55%, memahami (C) 30,8%, menerapkan (C3) 49,%, menganalisis (C4) 5,8%.

63 50 Pada saat posttest kemampuan kelompok eksperimen dalam mengingat (C1) 87,5%, memahami (C) 78,3%, menerapkan (C3) 86,7%, menganalisis (C4) 83,3%. Sementara pada kelompok kelas kontrol pada saat pretest dalam hal mmengingat (C1) 45,8%, memahami (C) 19,%, menerapkan (C3) 55,8%, menganalisis (C4) 6,7%. Pada saat posttest kemampuan kelas kontrol dalam mengingat (C1) 58,3%, memahami (C) 5%, menerapkan (C3) 4,5%, menganalisis (C4) 60%. Diagram diatas juga menunjukan bahwa setelah diberikan perlakuan yang berbeda terhadap kedua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol, hasil belajar siswa kelompok eksperimen lebih unggul pada kemampuan berpikir C1, C, C3, dan C4. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Hilda Taba bahwa model pembelajaran berpikir induktif dikembangkan atas dasar konsep proses mental siswa dengan memperlihatkan proses berpikir siswa untuk menangani informasi dan menyelesaikannya sehingga berpengaruh kepada peningkatan hasil belajar siswa pada aspek kognitif. Jika ditinjau dari segi peningkatan, kelompok eksperimen unggul dalam meningkatkan kemampuan berpikir C1 (meningkat 3,5%), C (meningkat 47,5%), C3 (meningkat 37,5%), dan C4 (meningkat 57,5%). Sedangkan pada kelas kontrol kemampuan berpikir C1 (meningkat 1,5%), C (meningkat 5,8%), C3 (menurun 13,3%), dan C4 (meningkat 33,3%). 3. Uji Statistik Hasil Belajar a. Uji Normalitas Pretest-Posttest Dalam penelitian ini, uji normalitas didapat dengan menggunakan uji Chi-Kuadrat. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak, dengan ketentuan data berdistribusi normal bila memenuhi kriteria tingkat kepercayaan tertentu. hitung tabel diukur pada taraf signifikasi dan Hasil uji normalitas pretest dan posttest kedua sampel penelitian dapat dilihat seperti pada Tabel 4.3, sedangkan perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran C.

64 51 Tabel 4. 5 Hasil Uji Normalitas Pretest-Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol Statistik Eksperimen Kontrol Pretest Posttest Pretest Posttest N ,80 81,30 38,80 56,70 Median (Me) 35, ,9 54 Modus (Mo) 34,5 77,9 34,5 50,8 S 14,80 9,08 15,50 14,83 hitung 10,60 8,9 10,30 6,33 tabel 11,07 11,07 11,07 11,07 Kesimpulan Normal Normal Normal Normal Pengujian dilakukan pada taraf signifikasi 95% (α = 0,05) dengan derajat kebebasan (dk) = 5 untuk kedua kelompok sampel penelitian. Dari Tabel 4. dapat disimpulkan bahwa hasil pretest dan posttest kedua kelompok eksperimen dan kontrol berdistribusi normal karena memenuhi tabel. hitung b. Uji Homogenitas Pretest-Posttest Setelah kedua kelompok sampel penelitian dinyatakan berdistribusi normal, selanjutnya dicari nilai homogenitas. Dalam penelitian ini homogenitas didapat dengan menggunakan uji Bartlet. Kriteria pengujian yang digunakan, yaitu: kedua kelompok sampel dinyatakan homogen apabila hitung tabel tertentu. diukur pada taraf signifikasi dan tingkat kepercayaan Hasil uji homogenitas kedua kelompok sampel penelitian dapat dilihat seperti pada Tabel 4.4, sedangkan perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran D.

65 5 Tabel 4. 6 Hasil Uji Homogenitas Pretest-Posttest Statistik Skor Pretest Posttest s² eksperimen 19,04 8,5 s² kontrol 40,5 0,06 s² gabungan 9,64 151,8 X² hitung 0,09-1,731 X² tabel 3,841 3,841 Kesimpulan Homogen Homogen Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05) dengan derajat kebebasan (dk) = 1. Untuk pretest kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang tidak homogen karena tidak memenuhi kriteria tabel hitung. Sedangkan untuk posttest kedua sampel berasal dari populasi yang homogen karena memenuhi kriteria. hitung tabel c. Pengujian Hipotesis Karena data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen, maka dilaksanakan pengujian hipotesis menggunakan statistik parametrik yaitu ujit. Pada pengujian hipotesis ini juga menggunakan software pengolah data SPSS Versi 16, t hitung dan t tabel yang ditunjukan pada Tabel Rekapitulasi uji-t dengan satu pihak secara lengkap dapat diliihat pada Lampiran C. Tabel 4. 7 Uji Beda Rata-rata Hasil Belajar Konsep Getaran dan Gelombang pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Sumber Data Kelas t-tes Sig. Keputusan Tes awal Tes akhir Eksperimen 0,1 Kontrol 0,815 Tidak Signifikan Eksperimen,940 0,004 Signifikan Kontrol

66 53 Berdasarkan Tabel 4.7 terlihat bahwa skor tes awal pada kedua kelas besarnya t hitung = 0,1 lebih kecil dari t tabel = 1,684 pada signifikansi p = 0,815. Karena signifikansi lebih besar dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar pada konsep getaran dan gelombang antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum penerapan pembelajaran. Untuk skor tes akhir diperoleh t hitung =,940 lebih besar dari t tabel = 1,684 pada signifikansi p = 0,004. Karena signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa pengaruh model pembelajaran berpikir induktif berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar konsep getaran dan gelombang dibandingkan dengan model pembelajaran direct instruction. B. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data tes akhir terlihat bahwa untuk skor tes akhir diperoleh t hitung =,940 t tabel = 1,684 pada signifikansi p = 0,004. Karena signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran fisika siswa pada konsep getaran dan gelombang dengan menggunakan model pembelajaran berpikir induktif berpengaruh secara signifikan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Darmilah Siti (007) dengan judul penelitian Model Pembelajaran Induktif Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika di SMP bahwa model pembelajaran induktif dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan kategori efektif. 3 Sejalan juga dengan penelitian Purba Ulina (01) dengan judul penelitian Upaya penerapan Model Pembelajaran induktif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Pinangsori Tapanuli Tengah dengan kesimpulan akhir penerapan model pembelajaran induktif dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa dengan kategori efektif Darmilah Siti. Model Pembelajaran Induktif Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika di SMP. (Skripsi pada SPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan, 007). 33 Purba Ulina. Upaya penerapan Model Pembelajaran induktif Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Pinangsori Tapanuli Tengah. (Skripsi pada SPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan, 01).

67 54 Berdasarkan hasil analisis data tes akhir dilihat dari indikator pembelajaran menunjukan bahwa setelah diberikan perlakuan yang berbeda terhadap kedua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol, hasil belajar siswa kelompok eksperimen unggul pada semua jenjang kemampuan berpikir kognitif, diantaranya mengingat (C1), memahami (C), menerapkan (C3), dan menganalisis (C4). Hasil belajar kelompok eksperimen pada aspek mengingat (C1) meningkat sebanyak 3,5%. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Hilda Taba bahwa model pembelajaran berpikir induktif dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa dalam mengkategorikan dan menangani informasi sehingga siswa dapat membentuk konsepnya secara induktif. 34 Hal ini diperkuat dengan ungkapan Hilda Taba bahwa model pembelajaran berpikir induktif melatih siswa dalam membentuk konsepnya melalui tiga tahapan, yaitu menyebutkan dan membuat data yang relevan dengan masalah, mengelompokan data-data tersebut kedalam kategori berdasarkan persamaanpersamaan dan memberi nama atau label pada tiap kategori yang dibentuk sehingga siswa dapat lebih mengingat konsep yang mereka pelajari. 35 Hasil belajar kelompok eksperimen pada aspek memahami (C) terjadi peningkatan sebanyak 4,5%. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Hilda Taba bahwa model pembelajaran berpikir induktif menuntun siswa dalam membentuk pengetahuannya dengan cara menggeneralisasi yaitu dari yang bersifat khusus menuju umum melalui fase interpretasi data yang mencakup mengidentifikasi data atau variabel, menjelaskan hubungan antarvariabel dan menyimpulkannya sehingga konsep getaran dan gelombang yang diperoleh siswa lebih terstruktur dan mudah dipahami. 36 Pada aspek menerapkan (C3) terjadi peningkatan sebanyak 37,5%. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Hilda Taba bahwa model pembelajaran berpikir induktif menuntut siswa untuk melakukan observasi secara langsung melalui fase aplikasi prinsip diantaranya siswa dituntun dalam membuat 34 Ibid., h Joyce, B. dan M. Weil, h Ibid., h. 77.

68 55 hipotesis dan menjelaskan hipotesisnya kemudian menguji hipotesisnya sehingga siswa terlatih dalam menerapkan konsep yang mereka peroleh melalui praktikum. 37 Hasil belajar kelompok eksperimen pada aspek menganalisis (C4) terjadi peningkatan sebanyak 33,3%. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Hilda Taba bahwa model pembelajaran berpikir induktif menekankan pengalaman lapangan seperti mengamati gejala atau mencoba suatu proses kemudian mengambil kesimpulan. 38. Hilda Taba mengungkapkan hal ini dapat diterapkan melalui praktikum karena kegiatan praktikum dapat melatih siswa dalam melakukan observasi secara langsung sehingga siswa dapat menganalisis hipotesis yang mereka buat dan menyimpulkannya Joyce, B. dan M. Weil, h Ibid h Ibid., h. 0.

69 56 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran berpikir induktif berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep getaran dan gelombang. Hal ini terlihat dari hasil pengujian hipotesis, dimana t hitung =,940 > dari t tabel = 1,684 pada signifikansi p = 0,004, dengan nilai 0,05. B. Saran Untuk penelitian selanjutnya peneliti menyarankan diperlukan pengalokasian waktu yang efektif dalam menerapkan model pembelajaran berpikir induktif. Pembagian kelompok diskusi sebaiknya dilakukan pada pertemuan sebelumnya dan tanggapan siswa pada saat diskusi dan praktikum dibagi berdasarkan perwakilan kelompok diskusi. 56

70 DAFTAR PUSTAKA Ahmad Sofyan. Konstruktivisme Dalam Pembelajaran IPA/Sains. Seminar Internasional Pendidikan IPA Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 31 Mei 007, h. 8. Arikunto, Suharsimi. (008). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Dahar, R. W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Departemen Pendidikan Nasional. (005). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Depdiknas. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. [Online]. Tersedia: [19 November 009]. Djamarah, S. B. (008). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Eko S Warimun. Efektivitas Model Pembelajaran Induktif dalam Meningkatkan Prestasi Belajar, Motivasi Berprestasi dan Sikap Siswa Terhadap Pelajaran Fisika. (Tesis pada SPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan, 1997), h. 0. Hadjar, Ibnu. (008). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif Dalam Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Konsep Zat dan Wujudnya. Jakarta: PT. Indeks. 57

71 Herlanti, Yanti. (008). Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains. Jakarta: Jurusan Pendidikan IPA UIN Syarif Hidayatullah. John W Santrock, Educational Psychology, nd Edition, (New York: McGraw Hill Companies Inc., 004), h Joyce, B. dan M. Weil. Model of Theaching. (Englewood Clits.new Jersey: Prentice-Hall. Inc, 197), h. 13. Komala, Ratih. (008). Implementasi Model Pembelajaran Novick Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa SMKN. Skripsi Pendidikan Fisika UPI Bandung: tidak diterbitkan. National Science Teacher Association (NSTA) The Many Faces of Inductive Teaching and Learning. International Journal of College Science Teaching: Vol. 36. No. 5. Nuh, Usep. (007). Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Proses sains Siswa. Skripsi Pendidikan Fisika UPI Bandung: tidak diterbitkan. Sandy, Ahmad. (008). Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa pada Pokok Materi Momentum, Impuls, dan Tumbukan Dengan Pemanfaatan Multimedia pembelajaran. Skripsi Pendidikan Fisika UPI Bandung: tidak diterbitkan. Seniati, Liche at. al. Psikologi Eksperimen. Jakarta: PT. Indeks. 58

72 Somantri, Ating dan Muhidin, S. A. (006). Aplikasi Statistik Dalam Penelitian. Jakarta: Pustaka Setia. Subana at. al. (005). Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia. Widodo, Arie. (007). Konstruktivisme dan Pembelajaran Sains. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. No. 064, Winkel, W. S. (1996). Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo. 59

73 LAMPIRAN A PERANGKAT PEMBELAJARAN Lampiran A. 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 Lampiran A. : Lembar Kerja Siswa (LKS) a. Lembar Kerja Siswa 1 b. Lembar Kerja Siswa c. Lembar Kerja Siswa 3

74 Lampiran A. 1. a RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I GETARAN UNTUK SMP KELAS VIII SEMESTER Oleh: PEBI MUHAMAD FIKRI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 014

75 Lampiran A. 1. b RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN II GELOMBANG UNTUK SMP KELAS VIII SEMESTER Oleh: PEBI MUHAMAD FIKRI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 014

76 Lampiran A. 1. c RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN III GELOMBANG UNTUK SMP KELAS VIII SEMESTER Oleh: PEBI MUHAMAD FIKRI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 014

77 7 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I GETARAN Nama Sekolah : SMPN 4 SUMEDANG Mata Pelajaran : IPA TERPADU Satuan Pendidikan : SMP Kelas/Semester : VIII/ Alokasi Waktu : jam pelajaran ( x 40 menit) A. Standar Kompetensi Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi sehari-hari. B. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan konsep getaran dan gelombang serta parameterparameternya. C. Indikator Menjelaskan pengertian getaran pada bandul. Mengukur periode dan frekuensi getaran pada bandul. Menunjukkan hubungan antara periode dan frekuensi pada bandul. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi periode pada bandul. D. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat menjelaskan pengertian getaran pada bandul. Siswa dapat mengukur periode dan frekuensi getaran pada bandul. Siswa dapat menunjukkan hubungan antara periode dan frekuensi pada bandul. Siswa dapat menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi periode pada bandul. 7

78 73 E. Materi Pembelajaran Getaran: Pengertian Getaran. Amplitudo Getaran. Hubungan Frekuensi dan Periode Getaran. F. Model dan Metode Pembelajaran Model : Model Pembelajaran Induktif Metode : Eksperimen, diskusi dan tanya jawab G. Alat dan Sumber Belajar Alat : Terlampir di LKS Sumber : buku-buku yang relevan, perpustakaan, laboratorium IPA, lingkungan setempat. H. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Alokasi Waktu PENDAHULUAN 15 menit Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian memeriksa kehadiran siswa. Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil (4-5 orang) untuk menyelidiki dan mendiskusikan topik yang dibahas. Guru melakukan apersepsi dengan mengajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut : Masih ingatkah kalian, apa yang dimaksud dengan tekanan?

79 74 A B C Tekanan di titik A, B dun C besarnya berbeda-beda. Manakah yang memiliki tekanan paling besar? Mengapa demikian? Guru menarik minat siswa terhadap topik yang dipelajari dengan menginformasikan materi yang akan dipelajari, yaitu: pengertian getaran, amplitudo, frekuensi dan periode getaran. Guru memunculkan permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari, dengan mengungkapkan: Ketika kita bermain ayunan maka ayunan tersebut akan bergerak ke atas dan ke bawah secara berulang-ulang. Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa ayunan melakukan getaran. Apakah yang dimaksud dengan getaran? Guru memberikan tanggapan atau jawaban siswa dengan tidak langsung membenarkan atau menyalahkan. Guru memotivasi siswa terlihat aktivitas pemecahan masalah melalui kegiatan demonstrasi.

80 75 Sebuah penggaris plastik kita letakkan di atas meja, kemudian ujung O ditarik ke bawah (B). Apa yang terjadi? Bagaimanakah gerakan ujung penggaris plastik tersebut? Guru membangkitkan terjadinya tanya jawab atau diskusi. Guru memberikan tanggapan atas jawaban siswa dengan tidak langsung membenarkan atau menyalahkan. KEGIATAN INTI Guru menunjukkan alat-alat yang digunakan dan bahan untuk percobaan yaitu bandul, benang kasur, penggaris, stopwatch, statif, dan busur derajat. Guru mengarahkan siswa untuk mengambil alat-alat percobaan dan membagikan LKS pada perwakilan masingmasing kelompok. Guru membimbing siswa dalam melakukan percobaan. Guru membimbing siswa untuk merumuskan konsep dengan membantu siswa untuk merumuskan konsep dengan memberikan percobaan sebagai berikut: 55 menit Tahap Pembentukan Konsep Fase 1 : Mengumpulkan Data Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, data apa saja yang telah Kalian peroleh? Tiap kelompok, coba tuliskan data yang diperoleh dari hasil percobaan!

81 76 Fase : Mengelompokkan Dari data yang ada di LKS, coba Kalian kelompokkan menurut kesamaan-kesamaan yang kalian lihat! Fase 3 : Memberikan Nama Beri nama untuk masing-masing kelompok! Tahap Interpretasi Data Fase 4 : Mengidentifikasi Dari data yang telah Kalian kelompokkan, apa yang kamu amati dari data tersebut? Fase 5 : Mengenali Hubungan Apakah hubungan antara frekuensi dan periode? Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi periode pada bandul? Fase 6 : Menyimpulkan Dari data-data ini, coba kalian simpulkan apa yang dimaksud dengan getaran, frekuensi, dan periode? Tahap Aplikasi Prinsip Fase 7 : Memprediksi Apa yang akan terjadi pada: Periode bandul ketika massa bandul berbeda-beda? Periode bandul ketika amplitudo berbeda-beda? Periode bandul ketika panjang benang kasur berbeda-beda? Fase 8 : Menjelaskan Jelaskan pendapat kalian? Fase 9 : Menguji Ramalan Secara umum, dari seluruh kegiatan yang Kalian lakukan, kesimpulan apa saja yang dapat kalian peroleh? Coba siapa yang mau memberikan pendapat?

82 77 PENUTUP Pada akhir kegiatan guru memberi penguatan terhadap konsep yang telah dipelajari pada pertemuan ini. Sebuah benda dikatakan bergetar jika benda tersebut bergerak bolak-balik secara periodik melalui titik kesetimbangan. Parameter-parameter getaran terdiri dari amplitudo, frekuensi dan periode. Amplitudo adalah simpangan getaran yang terbesar. Periode adalah waktu yang diperlukan oleh benda untuk melakukan satu kali getaran. Frekuensi menyatakan jumlah getaran dalam satu sekon. Hubungan antara periode (T) dan frekuensi (f) yaitu : 10 menit Periode getaran pada bandul tidak dipengaruhi oleh amplitudo dan massa bandul tetapi dipengaruhi oleh panjang tali. Guru meminta satu atau dua orang siswa untuk merefleksi konsep yang telah dipelajari. Apa yang dimaksud dengan getaran, amplitude, frekuensi, dan periode? Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi periode pada bandul? Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya. Guru menginformasikan materi selanjutnya dan memberi tugas kepada siswa untuk mempelajari materi tersebut. Pembelajaran ditutup dengan doa dan salam.

83 78 I. Penilaian 1. Pretest : Soal dapat dilihat pada Lampiran.. Penilaian Kelompok : Hasil eksperimen (laporan kelompok). Jakarta, Februari 01 Peneliti Pebi Muhamad Fikri NIM

84 79 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN II GELOMBANG Nama Sekolah : SMPN 4 SUMEDANG Mata Pelajaran : IPA TERPADU Satuan Pendidikan : SMP Kelas/Semester : VIII/ Alokasi Waktu : jam pelajaran ( x 40 menit) A. Standar Kompetensi Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi sehari-hari. B. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan konsep getaran dan gelombang serta parameterparameternya. C. Indikator Menjelaskan pengertian gelombang pada tali. Menjelaskan pengertian gelombang pada slinki. Mengelompokan jenis-jenis gelombang berdasarkan arah getar dan arah rambatnya. Mengidentifikasi parameter-parameter dalam gelombang (panjang gelombang). D. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat menjelaskan pengertian gelombang pada tali. Siswa dapat menjelaskan pengertian gelombang pada slinki. Siswa dapat mengelompokan jenis-jenis gelombang berdasarkan arah getar dan arah rambatnya. Siswa dapat mengidentifikasi parameter-parameter dalam gelombang (panjang gelombang). 79

85 80 E. Materi Pembelajaran Pengertian gelombang pada tali dan slinki. Jenis-jenis gelombang berdasarkan arah getar dan arah rambatnya. Panjang gelombang. F. Model dan Metode Pembelajaran Model : Model Pembelajaran Induktif Metode : Eksperimen, diskusi dan tanya jawab G. Alat dan Sumber Belajar Alat : Terlampir di LKS Sumber : buku-buku yang relevan, perpustakaan, laboratorium IPA, lingkungan setempat. H. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran PENDAHULUAN Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian memeriksa kehadiran siswa. Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil (4-5 orang) untuk menyelidiki dan mendiskusikan topik yang dibahas. Guru memberi apersepsi dengan memberikan pertanyaan tentang getaran, sebagai berikut: Masih ingatkah kalian. apa yang dimaksud getaran? Alokasi Waktu 15 menit

86 81 Sebuah bandul disimpangkan ke kanan (B) kemudian dilepaskan. Apa yang terjadi? Bagaimanakah gerakan bandul tersebut? Guru menarik minat siswa terhadap topik yang dipelajari dengan menginformasikan materi yang akan dipelajari, yaitu: pengertian gelombang, jenis-jenis gelombang berdasarkan arah getar dan arah rambat, dan panjang gelombang. Guru memunculkan permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari, dengan mengungkapkan: Kamu dapat membuat gelombang pada seutas tali tambang. Kamu menggerakkan ujung tambang yang kamu pegang ke kiri dan ke kanan, sedangkan temanmu menahan ujung tambang yang lain. Kamu dapat mengamat gelombang yang timbul pada tambang dan bergerak menuju temanmu. Tambang itu merupakan tempat merambatnya gelombang tersebut, disebut medium. Apakah partikel medium ini turut merambat bersama gelombang? Guru memberikan tanggapan atau jawaban siswa dengan tidak langsung membenarkan atau menyalahkan. Guru memotivasi siswa terlihat aktivitas pemecahan masalah melalui kegiatan demonstrasi. GAMBAR Celupkan jari tangan ke dalam wadah berisi air, kemudian gerakkan ke atas dan ke bawah. Bagaimana pola permukaan air, gerakan air dan gerakan gabus? Guru membangkitkan terjadinya tanya jawab atau diskusi. Guru memberikan tanggapan atas jawaban siswa dengan

87 8 tidak langsung membenarkan atau menyalahkan. KEGIATAN INTI Guru menunjukkan alat-alat yang digunakan dan bahan untuk percobaan yaitu benang kasur, gunting, kertas, slinki, dan statif. Guru mengarahkan siswa untuk mengambil alat-alat percobaan dan membagikan LKS pada perwakilan masingmasing kelompok. Guru membimbing siswa dalam melakukan percobaan. Guru membimbing siswa untuk merumuskan konsep dengan membantu siswa untuk merumuskan konsep dengan memberikan percobaan sebagai berikut: 55 menit Tahap Pembentukan Konsep Fase 1 : Mengumpulkan Data Dari hasil percobaan yang telah kalian lakukan, data apa saja yang telah kalian peroleh? Tiap kelompok coba tuliskan data yang kalian peroleh dan percobaan! Fase : Mengelompokkan Dari data yang ada di papan tulis, coba kalian kelompokkan menurut kesamaan-kesamaan yang kalian lihat! Fase 3 : Memberikan Nama Beri nama untuk masing-masing kelompok! Tahap Interpretasi Data Fase 4 : Mengidentifikasi Dari data yang telah kalian kelompokkan, apa yang kamu amati dari data tersebut?

88 83 Fase 5 : Mengenali Hubungan Perhatikan arah getar dan arah rambatnya! Termasuk jenis gelombang apa yang terbentuk oleh tali? Fase 6 : Menyimpulkan Dari data-data ini, coba kalian simpulkan apa yang dimaksud dengan gelombang, gelombang transversal, gelombang longitudinal, dan panjang gelombang. Tahap Aplikasi Prinsip Fase 7 : Mempresiksi Gelombang apa yang terjadi jika arah gerak gelombang ternyata tegak lurus dengan arah getarnya? Gelombang apa yang terjadi jika arah gerak gelombang ternyata arah getar gelombang sejajar dengan arah rambat gelombangnya? Fase 8 : Menjelaskan Jelaskan pendapat kalian? Fase 9 : Menguji Ramalan Secara umum, dari seluruh kegiatan yang kalian lakukan, kesimpulan apa saja yang dapat kalian peroleh? Coba siapa yang mau memberikan pendapat? PENUTUP Pada akhir kegiatan guru memberi penguatan terhadap konsep yang telah dipelajari pada pertemuan ini. Gelombang adalah rambatan energi getaran. Berdas ark an arah getar dan arah r ambat, gelomban g dibagi tnenjadi dua jenis, yaitu 10 Menit

89 84 gelombang transversal dan gelombang, longitudinal. Gelombang transversal adalah gelombang yang arah rambatnya t e g a k l u r u s d e n g a n a r a h g e t a r n y a. S a t u g e l o m b a n g p a d a gelombang transversal terdir: atas satu bukit dan satu lembah. Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah rambatnya sejajar dengan arah getarnya. Satu gelombang pada gelombang longitudinal terdiri atas satu rapatan dan satu renggangan. Guru meminta satu atau dua orang siswa untuk merefleksi konsep yang telah dipelajari. Apa yang dimaksud dengan gelombang, gelombang longitudinal, gelombang transversal, dan panjang gelombang? Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya. Guru menginformasikan materi selanjutnya dan member tugas kepada siswa untuk mempelajari materi tersebut. Pembelajaran ditutup dengan doa dan salam. I. Penilaian 1. Pretest : Soal dapat dilihat pada Lampiran.. Penilaian Kelompok : Hasil eksperimen (laporan kelompok). Jakarta, Februari 01 Peneliti Pebi Muhamad Fikri NIM

90 85 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN III GELOMBANG Nama Sekolah : SMPN 4 SUMEDANG Mata Pelajaran : IPA TERPADU Satuan Pendidikan : SMP Kelas/Semester : VIII/ Alokasi Waktu : jam pelajaran ( x 40 menit) A. Standar Kompetensi Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi sehari-hari. B. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan konsep getaran dan gelombang serta parameterparameternya. C. Indikator Mengidentifikasi parameter-parameter dalam gelombang (panjang gelombang, periode, frekuensi dan cepat rambat gelombang). Menunjukan hubungan antara panjang gelombang, periode dan cepat rambat gelombang D. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat mengidentifikasi parameter-parameter dalam gelombang (panjang gelombang, periode, frekuensi dan cepat rambat gelombang). Siswa dapat menunjukan hubungan antara panjang gelombang, periode dan cepat rambat gelombang. E. Materi Pembelajaran Pengertian panjang gelombang, periode, frekuensi, dan cepat rambat gelombang. 85

91 86 Hubungan antara panjang gelombang, periode dan cepat rambat gelombang. F. Model dan Metode Pembelajaran Model : Model Pembelajaran Induktif Metode : Eksperimen, diskusi dan tanya jawab G. Alat dan Sumber Belajar Alat : Terlampir di LKS Sumber : buku-buku yang relevan, perpustakaan, laboratorium IPA, lingkungan setempat. H. Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran PENDAHULUAN Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian memeriksa kehadiran siswa. Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil (4-5 orang) untuk menyelidiki dan mendiskusikan topik yang dibahas. Guru memberi apersepsi dengan memberikan pertanyaan tentang getaran, sebagai berikut: Alokasi Waktu 16 menit - Jika tali sepanjang 1 m digelarkun ke atas dan ke bawah (seperti pada gambar), manakah yang disebut dengun satu panjang gelombang?

92 87 Termasuk jenis gelombang apa gelombang pada tali tersebut? - Jika slinki digetarkan dengan arah maju mundur (seperti pada gambar), manakah yang disebut dengan satu panjang gelombang? Termasuk jenis gelombang apa gelombang pada slinki tersebut? Guru menarik minat siswa terhadap topik yang dipelajari dengan menginformasikan materi yang akan dipelajari, yaitu: Pengertian panjang gelombang, periode, frekuensi, dan cepat rambat gelombang dan hubungan antara ketiganya. Guru memunculkan permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari, dengan mengungkapkan: Seutas tali digelurkan ke atas dan ke bawah (seperti pada gambar) ada berapa gelombang yang terbentuk? Berupa waktu yang diperlukan oleh ketika getaran tali sampai ke ujung?

93 88 Sebuah slinki digetarkan dengan arah maju mundur (Seperti pada gambarj, ada berapa gelombang yang terbentuk? Berapa waktu yang diperlukan oleh slinki ketika getaran slinki sampai ke ujung? Guru memberikan tanggapan atau jawaban siswa dengan tidak langsung membenarkan atau menyalahkan. Guru memotivasi siswa terlihat aktivitas pemecahan masalah melalui kegiatan demonstrasi. Guru membangkitkan terjadinya tanya jawab atau diskusi. Guru memberikan tanggapan atas jawaban siswa dengan tidak langsung membenarkan atau menyalahkan. KEGIATAN INTI Guru menunjukkan alat-alat yang digunakan dan bahan untuk percobaan yaitu slinki dan stopwatch. Guru mengarahkan siswa untuk mengambil alat-alat percobaan dan membagikan LKS pada perwakilan masingmasing kelompok. Guru membimbing siswa dalam melakukan percobaan. Guru membimbing siswa untuk merumuskan konsep dengan membantu siswa untuk merumuskan konsep dengan memberikan percobaan sebagai berikut: 55 menit Tahap Pembentukan Konsep Fase 1 : Mengumpulkan Data Dari hasil percobaan yang telah kalian lakukan, data apa saja yang telah kalian peroleh? Tiap kelompok coba tuliskan data yang kalian peroleh

94 89 dan percobaan! Fase : Mengelompokkan Dari data yang ada di papan tulis, coba kalian kelompokkan menurut kesamaan-kesamaan yang kalian lihat! Fase 3 : Memberikan Nama Beri nama untuk masing-masing kelompok! Tahap Interpretasi Data Fase 4 : Mengidentifikasi Dari data yang telah kalian kelompokkan, apa yang kamu amati dari data tersebut? Fase 5 : Mengenali Hubungan Bagaimanakah hubungan antara panjang gelombang (λ) dan cepat rambat gelombang (v)? Fase 6 : Menyimpulkan Dari data-data ini, coba kalian simpulkan apa yang dimaksud dengan gelombang, panjang gelombang, dan cepat rambat gelombang? Tahap Aplikasi Prinsip Fase 7 : Mempresiksi Apa yang akan terjadi pada cepat rambat gelombang jika kita memperbesar panjang gelombang? Fase 8 : Menjelaskan Jelaskan pendapat kalian? Fase 9 : Menguji Ramalan Secara umum, dari seluruh kegiatan yang kalian lakukan, kesimpulan apa saja yang dapat kalian peroleh? Coba siapa yang mau memberikan pendapat?

95 90 PENUTUP Pada akhir kegiatan guru member ipenguatan terhadap konsep yang telah dipelajari pada pertemuan ini. Parameter-parameter gelombang terdiri dari panjang gelombang, periode, frekuensi dan cepat rambat gelombang. Panjan g gelomban g adal ah jarak yang diteinpuh gelomban g selama satu periode. P e r i o d e g e l o m b a n g a d a l a h w a k t u y a n g d i p e r l u k a n u n t u menempuh satu gelombang. Frekuensi gelombang adalah banyaknya gelombang yang terjadi dalam setiap sekon. Cepat rambat gelombang adalah jarak yang ditempuh gelombang dalam waktu satu sekon. o Hubungan antara cepat rambat gelombang (v),periode (T) dan panjang gelombang (A.) yaitu : 11 Menit atau o Cepat rambat gelombang akan tetap pada medium yang sama. Guru meminta satu atau dua orang siswa untuk merefleksi konsep yang telah dipelajari. Apa yang dimaksud dengan panjang gelombang, periode, frekuensi, dan cepat rambat gelombang? Bagaimana hubungan antara panjang gelombang, periode, frekuensi, dan cepat rambat gelombang? Guru memberi kesempatan siswa untuk bertanya. Guru menginformasikan materi selanjutnya dan memberi tugas kepada siswa untuk mempelajari materi tersebut. Pembelajaran ditutup dengan doa dan salam.

96 91 I. Penilaian 1. Pretest : Soal dapat dilihat pada Lampiran.. Penilaian Kelompok : Hasil eksperimen (laporan kelompok). Jakarta, Februari 01 Peneliti Pebi Muhamad Fikri NIM

97 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION GETARAN DAN GELOMBANG UNTUK SMP KELAS VIII SEMESTER Oleh: PEBI MUHAMAD FIKRI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 013

98 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN I GETARAN Nama Sekolah : SMPN 4 SUMEDANG Mata Pelajaran : IPA TERPADU Satuan Pendidikan : SMP Kelas/Semester : VIII/ Alokasi Waktu : jam pelajaran ( x 40 menit) A. Standar Kompetensi Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi sehari-hari. B. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan konsep getaran dan gelombang serta parameterparameternya. C. Indikator Menjelaskan pengertian getaran pada bandul. Mengukur periode dan frekuensi getaran pada bandul. Menunjukkan hubungan antara periode dan frekuensi pada bandul. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi periode pada bandul. D. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat menjelaskan pengertian getaran pada bandul. Siswa dapat mengukur periode dan frekuensi getaran pada bandul. Siswa dapat menunjukkan hubungan antara periode dan frekuensi pada bandul. Siswa dapat menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi periode pada bandul.

99 E. Materi Pembelajaran Getaran: Pengertian Getaran. Amplitudo Getaran. Hubungan Frekuensi dan Periode Getaran. F. Model dan Metode Pembelajaran Model : Model Pembelajaran Direct Instruction Metode : Ceramah, Demonstrasi, dan Eksperimen G. Sumber Belajar Sumber : buku-buku yang relevan, perpustakaan, laboratorium IPA, lingkungan setempat. H. Kegiatan Pembelajaran Model Pembelajaran Direct Instruction Fase 1 : Orientasi Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi Waktu A. PENDAHULUAN 15 menit Guru membuka pelajaran Siswa menjawab salam dengan mengucapkan dan melakukan absensi. salam, kemudian memeriksa kehadiran siswa. Guru melakukan Siswa memperhatikan apersepsi dengan apersepsi yang mengajukan beberapa disampaikan guru dan pertanyaan sebagai berikut : menjawab pernyaan Ketika kita bermain ayunan yang diajukan. maka ayunan tersebut akan

100 Fase : Demonstrasi bergerak ke atas dan ke bawah secara berulangulang. Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa ayunan melakukan getaran. Apakah yang dimaksud dengan getaran? Guru memberikan tanggapan atau jawaban siswa dengan tidak langsung membenarkan atau menyalahkan. Guru menarik minat siswa terhadap topik yang dipelajari dengan menginformasikan materi yang akan dipelajari, yaitu: pengertian getaran, amplitudo, frekuensi dan periode getaran. B. KEGIATAN INTI Guru memotivasi siswa melalui kegiatan demonstrasi. Siswa memperhatikan tanggapan atau jawaban guru tentang pertanyaan apersepsi. Siswa memperhatikan guru tentang konsep konsep yang akan dipelajari. Siswa memperhatikan kegiatan demontrasi yang dilakukan oleh guru. 55 menit Sebuah penggaris plastik kita letakkan di atas meja,

101 kemudian ujung O ditarik ke bawah (B). Apa yang terjadi? Bagaimanakah gerakan ujung penggaris plastik tersebut? Guru membangkitkan terjadinya tanya jawab atau diskusi. Guru memberikan tanggapan atas jawaban siswa dengan tidak langsung membenarkan atau menyalahkan. Siswa berperan aktif dalam kegiatan tanya jawab dan diskusi kelas. Siswa memperhatikan tanggapan guru atas jawaban mereka. Fase 3 : Praktek Terstruktur Guru membagi siswa menjadi kelompokkelompok kecil (4-5 orang) untuk menyelidiki dan mendiskusikan topik yang dibahas. Guru menjelaskan peraturan dan tata tertib praktikum. Guru menjelaskan langkahlangkah dan cara kerja praktikum. Guru memberi bimbingan pelatihan awal praktikum Siswa membantu guru dalam pembagian kelompok praktikum. Siswa memperhatikan tata tertib dan cara kerja praktikum yang disampaikan oleh guru.

102 Fase 4 : Praktek di bawah Bimbingan Guru memberikan siswa kesempatan untuk melakukan praktikum sendiri. Guru mengecek apakah siswa telah melakukan langkah-langkah praktikum dengan baik. Siswa berperan aktif dalam kegiatan praktikum di bawah bimbingan guru. Fase 5 : Praktek Mandiri Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan praktek dengan cara mereka sendiri, tanpa bantuan an respon balik dari guru. C. PENUTUP Pada akhir kegiatan guru memberi penguatan terhadap konsep yang telah dipelajari pada pertemuan ini. Sebuah benda dikatakan bergetar jika benda tersebut bergerak bolak-balik secara periodik melalui titik kesetimbangan. Parameter-parameter getaran terdiri dari amplitudo, frekuensi Siswa berperan aktif dalam kegiatan praktikum mandiri (tanpa bimbingan guru). Siswa memperhatikan penguatan konsep yang disampaikan oleh guru. 10 menit

103 dan periode. Amplitudo adalah simpangan getaran yang terbesar. Periode adalah waktu yang diperlukan oleh benda untuk melakukan satu kali getaran. Frekuensi menyatakan jumlah getaran dalam satu sekon. Hubungan antara periode (T) dan frekuensi (f) yaitu : Periode getaran pada bandul tidak dipengaruhi oleh amplitudo dan massa bandul tetapi dipengaruhi oleh panjang tali. Guru menginformasikan materi selanjutnya dan memberi tugas kepada siswa untuk mempelajari materi tersebut. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang materi yang akan dipelajari selanjutnya.

104 Pembelajaran ditutup dengan doa dan salam. Siswa menutup pelajaran dengan doa dan salam I. Penilaian 1. Pretest : Soal dapat dilihat pada Lampiran.. Penilaian Kelompok : Hasil eksperimen (laporan kelompok). Jakarta, Februari 01 Peneliti Pebi Muhamad Fikri NIM

105 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN II GELOMBANG Nama Sekolah : SMPN 4 SUMEDANG Mata Pelajaran : IPA TERPADU Satuan Pendidikan : SMP Kelas/Semester : VIII/ Alokasi Waktu : jam pelajaran ( x 40 menit) A. Standar Kompetensi Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi sehari-hari. B. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan konsep getaran dan gelombang serta parameterparameternya. C. Indikator Menjelaskan pengertian gelombang pada tali. Menjelaskan pengertian gelombang pada slinki. Mengelompokan jenis-jenis gelombang berdasarkan arah getar dan arah rambatnya. Mengidentifikasi parameter-parameter dalam gelombang (panjang gelombang). D. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat menjelaskan pengertian gelombang pada tali. Siswa dapat menjelaskan pengertian gelombang pada slinki. Siswa dapat mengelompokan jenis-jenis gelombang berdasarkan arah getar dan arah rambatnya. Siswa dapat mengidentifikasi parameter-parameter dalam gelombang (panjang gelombang).

106 E. Materi Pembelajaran Pengertian gelombang pada tali dan slinki. Jenis-jenis gelombang berdasarkan arah getar dan arah rambatnya. Panjang gelombang. F. Model dan Metode Pembelajaran Model : Model Pembelajaran Direct Instruction Metode : Ceramah, Demonstrasi dan Eksperimen G. Sumber Belajar Sumber : buku-buku yang relevan, perpustakaan, laboratorium IPA, lingkungan setempat. H. Kegiatan Pembelajaran Model Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi Waktu Direct Instruction Fase 1 : Orientasi A. PENDAHULUAN Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian memeriksa kehadiran siswa. Guru melakukan apersepsi dengan mengajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut : Masih ingatkah kalian. apa yang dimaksud getaran? Siswa menjawab salam, kemudian menulis absensi. Siswa memperhatikan apersepsi yang disampaikan guru dan menjawab pernyaan yang diajukan. 15 menit

107 Fase : Demonstrasi Sebuah bandul disimpangkan ke kanan (B) kemudian dilepaskan. Apa yang terjadi? Bagaimanakah gerakan bandul tersebut? Guru memberikan tanggapan atau jawaban siswa dengan tidak langsung membenarkan atau menyalahkan. Guru menarik minat siswa terhadap topik yang dipelajari dengan menginformasikan materi yang akan dipelajari, yaitu: pengertian gelombang, jenis-jenis gelombang berdasarkan arah getar dan arah rambat, dan panjang gelombang. B. KEGIATAN INTI Guru memotivasi siswa melalui kegiatan demonstrasi: Celupkan jari tangan ke Siswa memperhatikan tanggapan atau jawaban guru tentang pertanyaan apersepsi. Siswa memperhatikan guru tentang konsep konsep yang akan dipelajari. Siswa memperhatikan kegiatan demontrasi yang dilakukan oleh guru. 55 menit

108 dalam wadah berisi air, kemudian gerakkan ke atas dan ke bawah. Bagaimana pola permukaan air, gerakan air dan gerakan gabus? Guru membangkitkan terjadinya tanya jawab atau diskusi. Guru memberikan tanggapan atas jawaban siswa dengan tidak langsung membenarkan atau menyalahkan. Siswa berperan aktif dalam kegiatan tanya jawab dan diskusi kelas. Siswa memperhatikan tanggapan guru atas jawaban mereka. Fase 3 : Praktek Terstruktur Guru membagi siswa menjadi kelompokkelompok kecil (4-5 orang) untuk menyelidiki dan mendiskusikan topik yang dibahas. Guru menjelaskan peraturan dan tata tertib praktikum. Guru menjelaskan langkahlangkah dan cara kerja praktikum. Guru memberi bimbingan pelatihan awal praktikum Siswa membantu guru dalam pembagian kelompok praktikum. Siswa memperhatikan tata tertib dan langkah kerja praktikum yang disampaikan oleh guru.

109 Fase 4 : Praktek di bawah Bimbingan Guru memberikan siswa kesempatan untuk melakukan praktikum sendiri. Guru mengecek apakah siswa telah melakukan langkah-langkah praktikum dengan baik. Siswa berperan aktif dalam kegiatan praktikum di bawah bimbingan guru. Fase 5 : Praktek Mandiri Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan praktek dengan cara mereka sendiri, tanpa bantuan an respon balik dari guru. Siswa berperan aktif dalam kegiatan praktikum mandiri (tanpa bimbingan guru). C. PENUTUP Pada akhir kegiatan guru memberi penguatan terhadap konsep yang telah dipelajari pada pertemuan ini. Pada akhir kegiatan guru memberi penguatan terhadap konsep yang telah dipelajari pada pertemuan ini. Gelombang adalah rambatan energi getaran. Siswa memperhatikan penguatan konsep yang disampaikan oleh guru. 10 menit

110 Be rdas ark an arah getar dan arah rambat, gelomban g dibagi menjadi dua jenis, yaitu gelombang transversal dan gelombang, longitudinal. Gelombang transversal adalah gelombang yang arah rambatnya t e g a k l u r u s d e n g a n a r a h g e t a r n y a. S a t u g e l o m b a n g p a d a gelombang transversal terdir: atas satu bukit dan satu lembah. Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah rambatnya sejajar dengan arah getarnya. Satu gelombang pada gelombang longitudinal terdiri atas satu rapatan dan satu

111 renggangan. Guru menginformasikan materi selanjutnya dan memberi tugas kepada siswa untuk mempelajari materi tersebut. Pembelajaran ditutup dengan doa dan salam. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang materi yang akan dipelajari selanjutnya. Siswa menutup pelajaran dengan doa dan salam I. Penilaian 1. Pretest : Soal dapat dilihat pada Lampiran.. Penilaian Kelompok : Hasil eksperimen (laporan kelompok). Jakarta, Februari 01 Peneliti Pebi Muhamad Fikri NIM

112 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN III GELOMBANG Nama Sekolah : SMPN 4 SUMEDANG Mata Pelajaran : IPA TERPADU Satuan Pendidikan : SMP Kelas/Semester : VIII/ Alokasi Waktu : jam pelajaran ( x 40 menit) A. Standar Kompetensi Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang, dan optika dalam produk teknologi sehari-hari. B. Kompetensi Dasar Mendeskripsikan konsep getaran dan gelombang serta parameterparameternya. C. Indikator Mengidentifikasi parameter-parameter dalam gelombang (panjang gelombang, periode, frekuensi dan cepat rambat gelombang). Menunjukan hubungan antara panjang gelombang, periode dan cepat rambat gelombang D. Tujuan Pembelajaran Siswa dapat mengidentifikasi parameter-parameter dalam gelombang (panjang gelombang, periode, frekuensi dan cepat rambat gelombang). Siswa dapat menunjukan hubungan antara panjang gelombang, periode dan cepat rambat gelombang. E. Materi Pembelajaran Pengertian panjang gelombang, periode, frekuensi, dan cepat rambat gelombang.

113 Hubungan antara panjang gelombang, periode dan cepat rambat gelombang. F. Model dan Metode Pembelajaran Model : Model Pembelajaran Direct Instruction Metode : Ceramah, Demonstrasi, dan Eksperimen G. Sumber Belajar Sumber : buku-buku yang relevan, perpustakaan, laboratorium IPA, lingkungan setempat. H. Kegiatan Pembelajaran Model Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi Waktu Direct Instruction Fase 1 : Orientasi A. PENDAHULUAN Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, kemudian memeriksa kehadiran siswa. Guru melakukan apersepsi dengan mengajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut : Siswa menjawab salam, kemudian menulis absensi. Siswa memperhatikan apersepsi yang disampaikan guru dan menjawab pernyaan 15 menit yang diajukan. - Jika tali sepanjang 1 m digelarkun ke atas

114 Fase : Demonstrasi dan ke bawah (seperti pada gambar), manakah yang disebut dengun satu panjang gelombang? Termasuk jenis gelombang apa gelombang pada tali tersebut? Guru memberikan tanggapan atau jawaban siswa dengan tidak langsung membenarkan atau menyalahkan. Guru menarik minat siswa terhadap topik yang dipelajari dengan menginformasikan materi yang akan dipelajari, yaitu: pengertian panjang gelombang, periode, frekuensi, dan cepat rambat gelombang dan hubungan antara ketiganya. B. KEGIATAN INTI Guru memotivasi siswa melalui kegiatan demonstrasi. Siswa memperhatikan tanggapan atau jawaban guru tentang pertanyaan apersepsi. Siswa memperhatikan guru tentang konsep konsep yang akan dipelajari. Siswa memperhatikan kegiatan demontrasi yang dilakukan oleh 55 menit

115 guru. Sebuah slinki digetarkan dengan arah maju mundur (Seperti pada gambar, ada berapa gelombang yang terbentuk? Berapa waktu yang diperlukan oleh slinki ketika getaran slinki sampai ke ujung? Guru membangkitkan terjadinya tanya jawab atau diskusi. Guru memberikan tanggapan atas jawaban siswa dengan tidak langsung membenarkan atau menyalahkan. Siswa berperan aktif dalam kegiatan tanya jawab dan diskusi kelas. Siswa memperhatikan tanggapan guru atas jawaban mereka. Fase 3 : Praktek Terstruktur Guru membagi siswa menjadi kelompokkelompok kecil (4-5 orang) untuk menyelidiki dan mendiskusikan topik yang dibahas. Guru menjelaskan peraturan dan tata tertib Siswa membantu guru dalam pembagian kelompok praktikum. Siswa memperhatikan

116 praktikum. Guru menjelaskan langkahlangkah dan cara kerja praktikum. Guru memberi bimbingan pelatihan awal praktikum tata tertib dan langkah kerja praktikum yang disampaikan oleh guru. Fase 4 : Praktek di bawah Bimbingan Guru memberikan siswa kesempatan untuk melakukan praktikum sendiri. Guru mengecek apakah siswa telah melakukan langkah-langkah praktikum dengan baik. Siswa berperan aktif dalam kegiatan praktikum di bawah bimbingan guru. Fase 5 : Praktek Mandiri Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan praktek dengan cara mereka sendiri, tanpa bantuan an respon balik dari guru. C. PENUTUP Pada akhir kegiatan guru memberi penguatan terhadap konsep yang telah dipelajari pada pertemuan ini. Parameter-parameter gelombang terdiri dari Siswa berperan aktif dalam kegiatan praktikum mandiri (tanpa bimbingan guru). Siswa memperhatikan penguatan konsep yang disampaikan oleh guru. 10 menit

117 panjang gelombang, periode, frekuensi dan cepat rambat gelombang. Panjan g gelomban g adalah jarak yang diteinpuh gelomban g selama satu periode. P e r i o d e g e l o m b a n g a d a l a h w a k t u ya n g d i p e r l u k a n u n t u menempuh satu gelombang. Frekuensi gelombang adalah banyaknya gelombang yang terjadi dalam setiap sekon. Cepat rambat gelombang adalah jarak yang ditempuh gelombang dalam waktu satu sekon. o Hubungan antara cepat rambat gelombang (v),periode (T) dan panjang gelombang (A.) yaitu : atau o Cepat rambat

118 gelombang akan tetap pada medium yang sama. Guru menginformasikan materi selanjutnya dan memberi tugas kepada siswa untuk mempelajari materi tersebut. Pembelajaran ditutup dengan doa dan salam. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang materi yang akan dipelajari selanjutnya. Siswa menutup pelajaran dengan doa dan salam I. Penilaian 1. Pretest : Soal dapat dilihat pada Lampiran.. Penilaian Kelompok : Hasil eksperimen (laporan kelompok). Jakarta, Februari 01 Peneliti Pebi Muhamad Fikri NIM

119 9 LEMBAR KERJA SISWA I GETARAN A. Tujuan Menjelaskan pengertian getaran pada bandul. Mengukur periode dan frekuensi getaran pada bandul. Menunjukkan hubungan antara periode dan frekuensi pada bandul. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi periode pada bandul. B. Alat dan Bahan Bandul 5 g 1 buah Bandul 50 g 1 buah Bandul 75 g 1 buah Benang kasur 1 gulung Penggaris 1 buah Pengukur waktu (slop watch) 1 buah Statif 1 set Busur derajat 1 buah C. Langkah Kerja 1. Ikatkan sebuah bandul (5 g) pada statif dengan panjang benang kasur 30 cm, aturlah agar bandul tergantung bebas sehingga bandul berada dalam keadaan diam (setimbang) di O, seperti gambar berikut. 30 cm 5 g O 9

120 93. Simpangkan bandul ke arah kanan (titik A) dengan besar sudut sekitar 10 terhadap posisi setimbang (titik 0), kemudian lepaskan. Amati gerak bandul! 30 cm 10 O 5 g 5 g A 3. Gambarkan lintasan yang dibentuk oleh bandul yang sedang bergetar! 4. Berdasarkan gambar yang Kalian buat, bagaimanakah bandul dikatakan bergetar satu kali? On-kan stop watch bersamaan dengan mulai menghitung 1 getaran, hentikan waktu setelah bandul menempuh 5 getaran. Tuliskan waktu yang diperlukan oleh bandul dalam tabel 1! Lakukan hal yang sama sebanyak 3 kali.

121 94 Percobaan Jumlah ke- Getaran Rata-rata Tabel 1 Waktu 5 Getaran (s) Waktu 1 getaran (s) 6. Waktu 1 getaran disebut... Satuannya Jumlah getaran dalam 1 detik disebut... Satuannya On-kan stop watch bersamaan dengan muiai menghitung 1 getaran, hentikan waktu setelah bandul menempuh jumlah getaran yang ditentukan. Catat periode dan frekuensinya dalam tabel Tabel Percobaan ke- Jumlah Getaran Periode Frekuensi Berdasarkan data pada tabel, bagaimana periodenya? Bagaimana pula frekuensinya? Bandul yang telah diikatkan pada statif dengan panjang benang kasur 30 cm dan diberi amplitudo ke kanan (titik A) dengan besar sudut sekitar 10 tetapi massa bandul berbeda-beda. Seperti pada gambar berikut:

122 95 30 cm 10 O A Catat periode bandul dengan menggunakan stop watch ke dalam tabel 3 berikut: Tabel 3 Percobaaan ke- Massa Bandul (g) Periode (s) Berdasarkan data pada tabel 3, apakah yang terjadi pada periode bandul ketika massa bandul berbeda-beda? Bandul yang telah diikatkan pada statif deugan panjang benang kasur yang sama yaitu 30 cm clan massa bandul sebesar 5 g, tetapi amplitudo berbedabeda. 30 cm 10 O 5 g 5 g A

123 96 Catat periode bandul dengan menggunakan stop watch ke dalam tabel 4 berikut : Tabel 4 Percobaaan ke- Amplitudo Periode (s) Berdasarkan data pada tabel 4, apakah yang terjadi pada periode bandul ketika amplitudo berbeda-beda?... Ubah-ubahlah panjang benang kasur yang akan diikatkan pada bandul dengan massa 5 g dan diberi amplitudo ke kanan (titik A) denga sudut sekitar 10! 30 cm 10 O 5 g 5 g A Catat periode bandul dengan menggunakan stop watch ke dalam tabel 5 berikut: Tabel 5 Percobaan ke- Panjang Benang Kasur (cm) Periode (s)

124 97 Berdasarkan data pada tabel 5, apakah yang terjadi pada periode bandul ketika panjang benang kasur berbeda-beda? Dari beberapa percobaan yang telah dilakukan, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi periode?...

125 98 LEMBAR KERJA SISWA II GETARAN A. Tujuan Menjelaskan pengertian gelombang pada tali. Menjelaskan pengertian gelombang pada slinki. Mengelompokan jenis-jenis gelombang berdasarkan arah getar dan arah rambatnya. Mengidentifikasi parameter-parameter dalam gelombang (panjang gelombang). B. Alat dan Bahan Benang kasur 1 m Gunting kertas (cm x 5cm) 3 lembar Slinki 1 buah Statif 1 set C. Langkah Kerja Kegiatan 1 1. Ikatkan ujung seutas tali pada statif. Kemudian letakan 3 lembar guntingan kertas pada tali ditempat yang berbeda-beda (seperti pada gambar)! Getarkan ujung lainya ke atas dan ke bawah secara berulang-ulang! Perhatikan arah getar dan arah rambatnya!. Arah getar Arah rambat Guntingan kertas 98

126 99 Bagaimana letek guntingan kertas ketika tali digetarkan Apakah guntingan kertas berpindah posisi selama tali digetarkan? Apa yang merambat sehingga bentuk tali seperti pada gambar? Berdasarkan percobaan tersebut, apa yang dimaksud dengan gelombang? Perhatikan arah getar dan arah rambatnya! Termasuk jenis gelombang apa yang terbentuk oleh tali? Sebutkan ciri-ciri gelombang tersebut! Manakah yang disebut dengan satu panjang gelombang? Jelaskan dengan gambar!

127 100 LEMBAR KERJA SISWA III GELOMBANG A. Tujuan Mengidentifikasi parameter-parameter dalam gelombang (panjang gelombang, periode, frekuensi dan cepat rambat gelombang). Menunjukan hubungan antara panjang gelombang, periode dan cepat rambat gelombang B. Alat dan Bahan Slinki 1 buah Stop watch 1 buah C. Langkah Kerja 1. Sebuah slinki direntangkan kemudian digetarkan sehingga dihasilkan panjang gelombang yang berbeda-beda. No Periode (s) Jumlah Rapatan Tabel 1 Jumlah regangan Panjang gelombang (m) Kegiatan 1. Letakan slinki di meja dan rentangkan! Kemudian gerakan slinki ke depan dan ke belakang secara berulang-ulang, perhatikan arah getar dan arah rambatnya! 100

128 101 Gambarkan bentuk perjalanan gelombangnya beserta arah getar dan arah rambat gelombang slinki tersebut!. Dari gambar yang kalian buat, termasuk jenis gelombang apa yang dibentuk oleh slinki? Sebutkan ciri-ciri gelombang tersebut! Manakah yang disebut dengan satu panjang gelombang? Jelaskan dengan gambar!

129 10 5. Dengan menggunakan data panjang gelombang pada table 1, tentukan cepat rambat gelombang dengan menggunakan rumus : v = λ/t. Masukan hasilnya ke dalam table! No Periode (s) Panjang gelombang (m) Cepat Rambat (m/s) Bagaimanakah hubungan antara panjang gelombang ( λ ) dan cepat rambat gelombang ( v )?......

130 LAMPIRAN B ANALISIS UJI COBA INSTRUMEN PENELITIAN Lampiran B.1 : Keputusan dari Uji Instrumen

131 Hasil Uji Coba Instrumen Hasil Belajar Tipe A Reliabilitas Tes = 0.85 ( Sangat Tinggi ) Tingkat Nomor Validitas Daya Pembeda kesukaran Soal Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori Keputusan Tinggi 0.8 Baik Sekali 0.75 Mudah Digunakan Cukup 0.6 Baik 0.64 Sedang Dibuang Tinggi 0.8 Baik Sekali 0.53 Sedang Digunakan Rendah 0. Jelek 0.33 Sedang Dibuang Cukup 0.6 Baik 0.36 Sedang Dibuang Cukup 0.5 Baik 0.5 Sukar Digunakan Tinggi 0.7 Baik 0.75 Mudah Digunakan Cukup 0.7 Baik 0.39 Sedang Dibuang Tinggi 0.7 Baik 0.7 Mudah Digunakan Tinggi 0.8 Baik Sekali 0.50 Sedang Dibuang Tinggi 0.6 Baik 0.19 Sukar Digunakan Cukup 0.5 Baik 0.69 Sedang Digunakan Cukup 0.6 Baik 0.53 Sedang Digunakan Cukup 0.7 Baik 0.39 Sedang Dibuang Rendah 0.3 Cukup 0.53 Sedang Dibuang Tinggi 0.7 Baik 0.7 Mudah Digunakan Cukup 0.7 Baik 0.47 Sedang Digunakan Sangat Rendah 0.1 Jelek 0.50 Sedang Dibuang Rendah 0.4 Cukup 0.69 Sedang Dibuang Tinggi 0.7 Baik 0.75 Mudah Digunakan

132 Hasil Uji Coba Instrumen Hasil Belajar Tipe B Reliabilitas Tes= 0.91 ( Sangat Tinggi) Tingkat Nomor Validitas Daya Pembeda kesukaran Soal Nilai Kategori Nilai Kategori Nilai Kategori Keputusan Rendah 0. Cukup 0.65 Sedang Dibuang Cukup 0.67 Baik 0.65 Sedang Digunakan Rendah 0.33 Cukup 0.59 Sedang Dibuang Tinggi 0.78 Baik Sekali 0.3 Sukar Digunakan Tinggi 0.89 Baik sekali 0.38 Sedang Digunakan Cukup 0.67 Baik 0.50 Sedang Dibuang Rendah 0.33 Cukup 0.53 Sedang Dibuang Tinggi 0.78 Baik Sekali 0.47 Sedang Digunakan Rendah 0.44 Baik 0.79 Mudah Dibuang Tinggi 0.78 Baik Sekali 0.3 Sedang Digunakan Cukup 0.67 Baik 0.3 Sedang Dibuang Cukup 0.55 Baik 0.6 Sukar Dibuang Cukup 0.55 Baik 0.35 Sedang Dibuang Tinggi 0.78 Baik Sekali 0.50 Sedang Digunakan Tinggi 0.68 Baik 0.3 Sedang Digunakan Cukup 0.78 Baik Sekali 0.50 Sedang Dibuang Cukup 0.55 Baik 0.44 Sedang Dibuang Tinggi 0.67 Baik 0.18 Sukar Digunakan Tinggi 0.67 Baik 0.9 Sukar Digunakan Rendah 0.44 Baik 0.73 Mudah Dibuang

133 13 LAMPIRAN C INSTRUMEN PENELITIAN Lampiran C.1 : Format Observasi Keterlaksanaan Model Lampiran C. : Kisi-kisi Soal Getaran dan Gelombang Lampiran C.3 : Soal Konsep Getaran dan Gelombang

134 Lampiran B.1 KISI-KISI SOAL INSTRUMEN GETARAN DAN GELOMBANG Jenis Sekolah : Sekolah Menengah Pertama Mata Pelajaran : IPA (Fisika) Kelas / Semester : VIII / Jumlah Soal : 0 Soal Bentuk Soal : Pilihan Ganda Materi Pokok : Getaran dan Gelombang Standar Kompetensi : 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari. Kompetensi dasar : 6.1. Mendeskripsikan konsep getaran dan gelombang serta parameter-parameternya. No Soal Indikator Soal Taraf Kesukaran Aspek Kognitif Kunci Jawaban 1 Menjelaskan pengertian getaran Mudah C 1 D Mudah C A 3 Mengidentifikasi parameterparameter Sedang C A 4 dalam getaran Sedang C D 5 (amplitude, frekuensi, dan Sukar C 4 B periode). 6 Menunjukkan hubungan antara Sedang C 3 A 7 periode dan frekuensi suatu Sukar C A 8 getaran Sukar C C 9 Menjelaskan pengertian Mudah C 1 B 10 gelombang Sedang C 1 C 11 Sedang C 1 C 1 Membedakan jenis-jenis Sedang C B 13 gelombang berdasarkan arah Mudah C 1 D 14 getar dan arah rambatnya Mudah C 1 B 15 Mengidentifikasi parameterparameter Sukar C 4 D 16 dalam gelombang Sedang C 1 C 17 (panjang gelombang, periode, Sedang C 1 D frekuensi dan cepat rambat gelombang) 18 Menunjukkan hubungan antara Sedang C 3 C 19 panjang gelombang, periode, dan Sukar C 3 B 0 cepat rambat gelombang. Sedang C 1 B

135

136 KISI-KISI SOAL PRETEST POSTTEST Kelas/Semester Materi Pokok Standar Kompetensi Kompetensi Dasar : VIII/ : Getaran dan Gelombang : 6. Memahami konsep dan penerapan getaran, gelombang dan optika dalam produk teknologi sehari-hari : 6.1. Mendeskripsikan konsep getaran dan gelombang serta parameter-parameternya Indikator Soal Jawaban Aspek Kognitif Menjelaskan pengertian getaran 1. Getaran adalah... a. gerak bolak-balik b. gerak bolak-balik satu kali c. gerak bolak-balik berulang d. gerak bolak-balik secara periodik melalui titik seimbang. Sebuah bandul berayun seperti gambar berikut : D A C 1 C Gerak dari A-B-C-B-A merupakan. a. 1 g e t a r a n c. 3 g e t a r a n b. g e t a r a n d. 4 g e t a r a n

137 Mengidentifikasi parameter- 3. P e r h a t i k a n g a m b a r b e r i k u t! A C parameter dalam getaran B a n d u l I B a n d u l I I (amplitude, frekuensi, dan periode). Jika pada bandul I jarak B ke A 10 cm dan pada bandul II jarak B ke A 0 cm, maka bandul yang memiliki amplitudo paling besar adalah. a. bandul II b. bandul I c. bandul I dan II d. Bandul I dan II tidak memiliki amplitudo 4. D C Satu periode adalah waktu yang diperlukan bandul untuk bergerak dari titik

138 a. A O b. A O B O c. O A O B d. A O B O A 5. Dua buah ayunan A dan B memiliki panjang tali yang sama. Jika B C 4 ayunan pertama digetarkan dengan simpangan empat kali ayunan kedua, maka a. periode A = 4 periode B b. periode A = ¼ kali periode B c. periode A = kali periode B d. periode A = kali periode B Menunjukkan hubungan 6. Sebuah bandul berayun 0 kali dalam waktu 40 sekon, maka A C 3 antara periode dan periodenya adalah frekuensi suatu getaran a. sekon b. 3 sekon c. 4 sekon d. 5 sekon 7. Pernyataan berikut yang benar adalah. A C a. semakin kecil periode getaran, semakin besar frekuensinya b. semakin kecil periode getaran, semakin besar amplitudonya

139 c. semakin kecil periode getaran, semakin kecil frekuensinya d. semakin kecil periode getaran, semakin kecil amplitudonya 8. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut : 1. Periode bergantung pada amplitudo. Periode tidak bergantung pada amplitudo 3. Periode bergantung pada frekuensi 4. Periode tidak bergantung pada frekuensi Pernyataan yang benar adalah a. 1 dan 3 c. dan 3 b. 1 dan 4 d. dan 4 C C Menjelaskan pengertian gelombang 9. Getaran yang merambat merupakan pengertian dari. a. Getaran b. Gelombang c. Amplitude d. Frekuensi B C 1

140 10. Perhatikan gambar berikut! C C 1 Dari gambar di atas, satu gelombang dinyatakan oleh. a. a b c b. a b c c. a b c d e d. a b c d e 11. Perhatikan gambar berikut! C C 1 Pada gambar di atas, yang dimaksud satu gelombang adalah. a. A B c. A B C b. B C d. A B C D

141 Membedakan jenis-jenis 1. Perhatikan tabel di bawah ini! B C gelombang berdasarkan arah get ar dan arah rambatnya No Jenis Gelombang Contoh Gelombang 1 Gelombang transversal Gelombang tali Gelombang transversal Gelombang bunyi 3 Gelombang longitudinal Gelombang slinki 4 Gelombang longitudinal Gelombang radio Dari tabel di atas contoh gelombang yang sesuai dengan jenis gelombang adalah nomor a. 1 dan 3 c. dan 3 b. 1 dan 4 d.. dan Gelombang yang arah rambatnya tegak lurus terhadap arah getarnya D C 1 disebut gelombang a. elektromagnetik b. longitudinal c. mekanik d. transversal 14. Gelombang longitudinal adalah. a. Gelombang yang arah rambatnya tidak teratur b. Gelombang yang arah rambat sejajar dengan arah getarnya c. Gelombang yang arah rambatnya beraturan d. Gelombang yang arah rambatnya tegak lurus terhadap arah getarnya B C 1

142 Mengidentifikasi parameterparameter dalam gelombang (panjang gelombang, periode, frekuensi dan cepat rambat gelombang) 15. Perhatikan gambar dan pernyataan berikut! Gelombang D C 4 Gelombang 1 sekon; meter 1. Amplitudo gelombang I > gelombang II. Frekuensi gelombang II > frekuensi I 3. Panjang gelombang I = 4/3 panjang gelombang II Pernyataan yang benar adalah nomor a. 1,, dan 3 b. 1 dan c. 1 dan 3 d. dan 3

143 16. Perhatikan gambar! C C 1 Amplitudo gelombang ditunjukkan oleh a. AC dan CE c. BB dan DD b. AB dan D E d. B C dan CD 17. Gambar-gambar di bawah ini menggambarkan panjang satu gelombang kecuali. D C 1

144 Menunjukkan hubungan antara panjang gelombang, periode, dan 18. Perhatikan gambar berikut! C C 3 cepat rambat gelombang. Seutas tali digetarkan sehingga menghasilkan gelombang seperti pada gambar di atas. Jika cepat rambat gelombangnya 1 m/s, maka frekuensi gelombangnya sebesar. a. 50 Hz b. 100 Hz c. 150 Hz d. 00 Hz 19. Sebuah slinki digetarkan schingga mcnghasilkan gelombang longitudinal seperti pada gambar berikut : B C 3 Jika cepat rambat gelombangnya m/s, maka periode

145 gelombangnya sebesar a. 0,0 sekon b. 0,04 sekon c. 0,06 sekon d. 0,08 sekon 0. Pernyataan dibawah ini yang benar adalah. B C 1 a. b. c. v = f d. v = T

146 Lampiran C Akan Ku Sikat Nama : No. Absen : Kelas : Pilihlah satu jawaban yang paling tepat! 1. Getaran adalah... a. gerak bolak-balik b. gerak bolak-balik satu kali c. gerak bolak-balik berulang d. gerak bolak-balik secara periodik melalui titik seimbang. Sebuah bandul berayun seperti gambar berikut : Gerak dari A-B-C-B-A merupakan. a. 1 getaran c. 3 getaran b. getaran d. 4 getaran 3. P e r h a t i k a n g a m b a r b e r i k u t! B a n d u l I B a n d u l I I Jika pada bandul I jarak B ke A 10 cm dan pada bandul II jarak B ke A 0 cm, maka bandul yang memiliki amplitudo paling besar adalah. a. bandul II b. bandul I c. bandul I dan II d. Bandul I dan II tidak memiliki amplitude

MODEL BERPIKIR INDUKTIF:ANALISIS PROSES KOGNITIF DALAM MODEL BERPIKIR INDUKTIF

MODEL BERPIKIR INDUKTIF:ANALISIS PROSES KOGNITIF DALAM MODEL BERPIKIR INDUKTIF MODEL BERPIKIR INDUKTIF:ANALISIS PROSES KOGNITIF DALAM MODEL BERPIKIR INDUKTIF Winahyu Arif Wicaksono, Moh Salimi, Imam Suyanto Universitas Sebelas Maret arifwinahyu@students.uns.ac.id Abstrak Model berpikir

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapat dimasukkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapat dimasukkan II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Metode Eksperimen Eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapat dimasukkan ke dalam metode pembelajaran. Menurut Djamarah dan Zain (2006: 136) metode eksperimen

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dan Ely (dalam Arsyad, 2000: 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami

TINJAUAN PUSTAKA. dan Ely (dalam Arsyad, 2000: 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar (Arsyad, 2000:3). Secara lebih jelas Gerald dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, proses, dan produk. Sains (fisika) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Kondisi ini menuntut pembelajaran Fisika dengan kualitas yang baik

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Kondisi ini menuntut pembelajaran Fisika dengan kualitas yang baik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Fisika memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan sains dan teknologi yang dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan. Kondisi

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA Eva M. Ginting dan Harin Sundari Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. 1 Pembelajaran IPA secara

BAB I PENDAHULUAN. seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. 1 Pembelajaran IPA secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau sains. IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapan IPA secara umum terbatas pada

Lebih terperinci

Afif Yuli Candra Prasetya dan Suliyanah Jurusan Fisika, Universitas Negeri Surabaya

Afif Yuli Candra Prasetya dan Suliyanah Jurusan Fisika, Universitas Negeri Surabaya PENGARUH PENERAPAN METODE EKSPERIMEN DENGAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X PADA MATERI PERPINDAHAN KALOR DI SMA NEGERI 1 KEDUNGADEM BOJONEGORO Afif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dalam menyelesaikan

Lebih terperinci

Pengaruh Model Self Regulated Learning terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMP Negeri 18 Palu

Pengaruh Model Self Regulated Learning terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMP Negeri 18 Palu Pengaruh Model Self Regulated Learning terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMP Negeri 8 Palu Sitti Rabia, Syamsu dan Muslimin biarabia08@gmail.com Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Tadulako

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis

BAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis dan terus menerus terhadap suatu gejala alam sehingga menghasilkan produk tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam semua aspek kehidupan manusia termasuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kress et al dalam Abdurrahman, R. Apriliyawati, & Payudi (2008: 373)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kress et al dalam Abdurrahman, R. Apriliyawati, & Payudi (2008: 373) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Representasi Matematika Kress et al dalam Abdurrahman, R. Apriliyawati, & Payudi (2008: 373) mengatakan bahwa secara naluriah manusia menyampaikan, menerima,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Konseptual 1. Metode Peer Learning (Teman Sebaya) Menurut (Miller et al.,1994), peer learning merupakan metode pembelajaran yang sangat tepat digunakan pada peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 PALU PADA KONSEP GETARAN DAN GELOMBANG

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 PALU PADA KONSEP GETARAN DAN GELOMBANG PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 PALU PADA KONSEP GETARAN DAN GELOMBANG Septinia Alriska, Marungkil Pasaribu dan Amiruddin Hatibe

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian eksperimen ini dilakukan di SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan dari tanggal 15 April 2016 sampai dengan 2 Mei

Lebih terperinci

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 02, Mei 2016, 1-5 ISSN:

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 02, Mei 2016, 1-5 ISSN: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBASIS KEGIATAN LABORATORIUM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ELASTISITAS KELAS X SMA NEGERI 2 SIDOARJO Jufita Ratnasari, Wasis Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Quasi Experimen. Metode ini dipilih karena ada beberapa variabel

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS FISIKA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 7 MALANG UNIVERSITAS NEGERI MALANG

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS FISIKA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 7 MALANG UNIVERSITAS NEGERI MALANG 1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS FISIKA SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 7 MALANG UNIVERSITAS NEGERI MALANG Enjang Mei Nandari 1, Agus Suyudi 2, Parno 3 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Oleh: HAYATUN NISA

SKRIPSI. Diajukan Oleh: HAYATUN NISA PENGARUH PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS VIII SMP NEGERI 4 LANGSA SKRIPSI Diajukan Oleh: HAYATUN NISA Mahasiswi Sekolah

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh

Lebih terperinci

JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah

JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah JIPFRI, Vol. 1 No. 2 Halaman: 83-87 November 2017 JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Materi Pokok : Gelombang Mekanik Alokasi Waktu : 1 x 4 JP (1 x pertemuan)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Materi Pokok : Gelombang Mekanik Alokasi Waktu : 1 x 4 JP (1 x pertemuan) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pembelajaran : SMA N 3 Martapura Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Semester : X / II (dua) Program : IPA Materi Pokok : Gelombang Mekanik Alokasi Waktu : 1 x

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam,

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs Nego Linuhung 1), Satrio Wicaksono Sudarman 2) Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN MODEL PENEMUAN TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 RANAH PESISIR ABSTRACT

PENGARUH PENERAPAN MODEL PENEMUAN TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 RANAH PESISIR ABSTRACT PENGARUH PENERAPAN MODEL PENEMUAN TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 RANAH PESISIR Defnol Gusnaidi 1, Husna 2, Auliya Hidayati 2 1 Mahasiswa Program

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Exclusive Penerapan model pembelajaran dapat memudahkan guru dalam merancang pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sistem pendidikan di Indonesia telah lama menggunakan teori taksonomi pendidikan secara adaptif sebagai landasan pendekatan belajar. Implikasi dari penggunaan

Lebih terperinci

Tugas Evaluasi Pendidikan RANAH PENGETAHUAN MENURUT BLOOM

Tugas Evaluasi Pendidikan RANAH PENGETAHUAN MENURUT BLOOM Tugas Evaluasi Pendidikan RANAH PENGETAHUAN MENURUT BLOOM Dosen Pembina: PROF. DR.Ahmad Fauzan,M.Pd, M.Sc. Oleh: Kelompok I Asmi yuriana Dewi Desi Delarosa Isra Marlinawaty Sri Rahayu KONSENTRASI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Rahmawati, 2013:9). Pizzini mengenalkan model pembelajaran problem solving

BAB II KAJIAN TEORI. Rahmawati, 2013:9). Pizzini mengenalkan model pembelajaran problem solving BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis, Model Pembelajaran Search, Solve, Create and Share (SSCS), Pembelajaran Konvensional dan Sikap 1. Model Pembelajaran Search, Solve, Create and

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan jumlah dan kategori ranah dari pertanyaan yang diajukan siswa adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan serta

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran yang sangat penting dalam rangka meningkatkan serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia dan tidak bisa terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan merupakan suatu hal yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang

Lebih terperinci

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PENEMUAN TERHAD AP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA SMP KELAS VIII PAD A POKOK BAHASAN HUKUM NEWTON

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PENEMUAN TERHAD AP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA SMP KELAS VIII PAD A POKOK BAHASAN HUKUM NEWTON BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ilmu fisika merupakan salah satu dari ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang fenomena alam sehingga dalam pembelajarannya diperlukan kegiatan yang dapat mengarahkan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA SMA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA SMA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA SMA Ali Ismail M.Pd ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN PADA PEMBELAJARAN TIK Rafika Wijayanti Pendidikan Ilmu Komputer FPMIPA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. keterampilan-keterampilan tertentu yang disebut keterampilan proses. Keterampilan Proses menurut Rustaman dalam Nisa (2011: 13)

II. TINJAUAN PUSTAKA. keterampilan-keterampilan tertentu yang disebut keterampilan proses. Keterampilan Proses menurut Rustaman dalam Nisa (2011: 13) 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Keterampilan Berkomunikasi Sains Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai proses dan sekaligus sebagai produk. Seseorang mampu mempelajari IPA jika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam standar isi dinyatakan pendidikan IPA khususnya fisika diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta

Lebih terperinci

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 PM - 104 Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA Samsul Feri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang handal, karena pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan

Lebih terperinci

Penilaian Proses dan Hasil Belajar

Penilaian Proses dan Hasil Belajar Penilaian Proses dan Hasil Belajar Oleh: Dr. Ana Ratna Wulan, M.Pd. FPMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Revisi Taksonomi Bloom (Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R.: 2001) Taksonomi Bloom C1 (Pengetahuan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bicara tantangan dan permasalahan pendidikan di Indonesia berarti berbicara

I. PENDAHULUAN. Bicara tantangan dan permasalahan pendidikan di Indonesia berarti berbicara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bicara tantangan dan permasalahan pendidikan di Indonesia berarti berbicara tentang pendidikan kita dewasa ini dalam perspektif masa depan. Dalam kenyataannya, pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di negara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 65 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi Akuntansi yang menggunakan model pembelajaran direct

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA Pada bab ini, peneliti akan mengkaji beberapa pokok bahasan diantaranya deskripsi data, analisis data, pembahasan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian. A. Deskripsi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan Kelas Alokasi Waktu Materi Pokok : SMA NEGERI 4 PALU : XI MIA : 1 x 35 Menit : Gelombang Tranversal A. KOMPETENSI INTI KI.1 Menghayati dan mengamalkan

Lebih terperinci

Nurhalima Sari, I Wayan Darmadi, dan Sahrul Saehana

Nurhalima Sari, I Wayan Darmadi, dan Sahrul Saehana PERBEDAAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA SISWA YANG BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER DENGAN MODEL KONVENSIONAL DI SMA NEGERI 7 PALU Nurhalima Sari, I Wayan Darmadi,

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran Matematika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) PBL merupakan model pembelajaran yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi.

Lebih terperinci

Kelas Jumlah Siswa Nilai Tertinggi Nilai Terendah Nilai Rata-rata X GB A X GB B X KB X KK

Kelas Jumlah Siswa Nilai Tertinggi Nilai Terendah Nilai Rata-rata X GB A X GB B X KB X KK 83 PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA MODEL TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU BANGUNAN GEDUNG KELAS X TEKNIK BANGUNAN SMKN 1 PADANG (Ranny Yulia *, M. Husni **, Juniman Silalahi *** Email: queen.ranny98@yahoo.co.id ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Data Penguasaan Konsep Fluida statis Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes pilihan ganda sebanyak 15 soal.

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK PROBING-PROMPTING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK PROBING-PROMPTING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN TEKNIK PROBING-PROMPTING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS Mega Oktaviana, Nurhanurawati, Arnelis Djalil Pendidikan Matematika, Universitas Lampung megao@rocketmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang berlaku di jenjang sekolah menengah adalah kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang berlaku di jenjang sekolah menengah adalah kurikulum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum dalam arti sempit adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT

PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT Maret 2017 Vol. 1, No. 1, Hal.150 PENGARUH PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI GARIS DAN SUDUT Nurul Afifah Rusyda 1), Dwi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Jean Piaget Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan penting terutama dalam kehidupan manusia karena ilmu pengetahuan ini telah memberikan kontribusi yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. Learning Cycle Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses pembelajaran yang berpusat pada pembelajar atau anak didik (Hirawan,

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : SMA Sekolah : SMA Negeri 2 Sukoharjo Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : XI MIA / Ganjil Materi Pokok : Gerak Harmonik Sederhana Alokasi Waktu

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TAPE RECORDER DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK CERITA PENDEK SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PAKUHAJI TAHUN PELAJARAN 2010/2011

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TAPE RECORDER DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK CERITA PENDEK SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PAKUHAJI TAHUN PELAJARAN 2010/2011 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TAPE RECORDER DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK CERITA PENDEK SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PAKUHAJI TAHUN PELAJARAN 2010/2011 Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PROBLEM SOLVING LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP KALOR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 PALU

PENERAPAN MODEL PROBLEM SOLVING LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP KALOR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 PALU PENERAPAN MODEL PROBLEM SOLVING LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP KALOR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 PALU Nurbaya, Nurjannah dan I Komang Werdhiana Nurbayaasisilyas@gmail.Com Program

Lebih terperinci

TAKSONOMI BLOOM-REVISI. Ana Ratna Wulan/ FPMIPA UPI

TAKSONOMI BLOOM-REVISI. Ana Ratna Wulan/ FPMIPA UPI TAKSONOMI BLOOM-REVISI Ana Ratna Wulan/ FPMIPA UPI Revisi Taksonomi Bloom (Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R.: 2001) Taksonomi Bloom lama C1 (Pengetahuan) C2 (Pemahaman) C3 (Aplikasi) C4 (Analisis) C5 (Sintesis)

Lebih terperinci

JURNAL RISET FISIKA EDUKASI DAN SAINS

JURNAL RISET FISIKA EDUKASI DAN SAINS JURNAL RISET FISIKA EDUKASI DAN SAINS Education and Science Physics Journal E- ISSN : 2503-3425 JRFES Vol 2, No 2 (2016) 90 95 P- ISSN : 2407-3563 http://ejournal.stkip-pgri-sumbar.ac.id/index.php/jrfes

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN METODE TEAMS GAMES TOURNAMENT BERBANTUAN PERMAINAN DADU TERHADAP HASIL BELAJAR IPA KELAS 3 SDN LEMAHIRENG 02 BAWEN

PENGARUH PENERAPAN METODE TEAMS GAMES TOURNAMENT BERBANTUAN PERMAINAN DADU TERHADAP HASIL BELAJAR IPA KELAS 3 SDN LEMAHIRENG 02 BAWEN PENGARUH PENERAPAN METODE TEAMS GAMES TOURNAMENT BERBANTUAN PERMAINAN DADU TERHADAP HASIL BELAJAR IPA KELAS 3 SDN LEMAHIRENG 02 BAWEN SEMESTER II TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI untuk memenuhi salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga proses pembelajarannya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Masalah pada dasarnya merupakan hal yang sangat sering ditemui dalam kehidupan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Masalah pada dasarnya merupakan hal yang sangat sering ditemui dalam kehidupan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pemecahan Masalah (Problem Solving) Masalah pada dasarnya merupakan hal yang sangat sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Masalah dapat terjadi pada berbagai aspek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara karena maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kualitas

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA 1 Weny Atika (1), Tina Yunarti (2), Pentatito Gunowibowo (3) Pendidikan Matematika, Universitas Lampung atikaweny@yahoo.com

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK USAHA DAN ENERGI KELAS VIII MTS N-3 MEDAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK USAHA DAN ENERGI KELAS VIII MTS N-3 MEDAN ISSN 5-73X PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK USAHA DAN ENERGI KELAS VIII MTS N-3 MEDAN Ratni Sirait Jurusan Pendidikan Fisika Program Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan kegiatan yang sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Proses pembelajaran merupakan proses yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. Learning Cycle Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses pembelajaran yang berpusat pada pembelajar atau anak didik

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR. Proses perubahan perilaku BELAJAR. Diperoleh dari PENGALAMAN. Physics

TEORI BELAJAR. Proses perubahan perilaku BELAJAR. Diperoleh dari PENGALAMAN. Physics BELAJAR DAN PEMBELAJARAN FISIKA Achmad Samsudin, M.Pd. Jurdik Fisika FPMIPA UPI TEORI BELAJAR BELAJAR Proses perubahan perilaku Diperoleh dari Physics PENGALAMAN Lanjutan STRATEGI MENGAJAR STRATEGI Umum

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif eksperimen dengan desain penelitian post test only control design. Subjek penelitian yang dipilih

Lebih terperinci

BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN ORAL ACTIVITIES SISWA

BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN ORAL ACTIVITIES SISWA BAB II PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS KONSEP UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN ORAL ACTIVITIES SISWA A. Model Pembelajaran Interaktif Berbasis Konsep 1. Model Pembelajaran Tujuan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, April Penulis

KATA PENGANTAR. Bandung, April Penulis KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan karunia-nya penulis telah dapat menyelesaikan skripsi kependidikan ini dengan baik. Tidak lupa, shalawat serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arum Wulandari, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arum Wulandari, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Memasuki Abad pengetahuan yaitu Abad 21, Sumber Daya Manusia dituntut memiliki beberapa kemampuan. Menurut Trilling dan Hood (1999) bahwa kemampuan yang semestinya

Lebih terperinci

Millathina Puji Utami et al., Model Pembelajaran Children Learning in Science (CLIS)...

Millathina Puji Utami et al., Model Pembelajaran Children Learning in Science (CLIS)... 1 Model Pembelajaran Children Learning in Science (CLIS) dalam Pembentukan Konsep Fisika Siswa SMA di Kabupaten Jember (Materi Pokok Elastisitas Zat Padat dan Hukum Hooke) (Children Learning in Science

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Seseorang akan mengalami perubahan pada tingkah laku setelah melalui suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI LEMBAR KEGIATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (LKPBM) Nining Purwati *

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI LEMBAR KEGIATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (LKPBM) Nining Purwati * PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI LEMBAR KEGIATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (LKPBM) Nining Purwati * ABSTRAK Keterampilan berpikir kritis perlu dikuasai oleh setiap orang karena dapat digunakan

Lebih terperinci

METODE ACTIVE LEARNING TIPE LEARNING STARTS WITH A QUESTION PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMPN 33 PADANG. Abstract

METODE ACTIVE LEARNING TIPE LEARNING STARTS WITH A QUESTION PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMPN 33 PADANG. Abstract METODE ACTIVE LEARNING TIPE LEARNING STARTS WITH A QUESTION PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMPN 33 PADANG Febrianda Yenni Syafei 1), Suherman 2), Yusmet Rizal 3) 1 ) FMIPA UNP, Febrianda@yahoo.co.id 2,3

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:7), belajar merupakan tindakan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:7), belajar merupakan tindakan dan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:7), belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Defenisi Operasional Untuk menyamakan persepsi mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka diperlukan adanya defenisi operasional mengenai istilah-istilah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis

II. TINJAUAN PUSTAKA. membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Kemampuan Berpikir Kritis Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada didalamnya. Belajar matematika pada hakekatnya adalah

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SKRIPSI Oleh: VALENT SARI DANISA K4308123 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nokadela Basyari, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nokadela Basyari, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemahaman konsep sangat penting dimiliki oleh siswa SMP. Di dalam Permendikbud nomor 64 tahun 2013 telah disebutkan bahwa siswa memahami konsep berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sejalan dengan hal tersebut Brandt (1993) menyatakan bahwa hampir

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sejalan dengan hal tersebut Brandt (1993) menyatakan bahwa hampir 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berbagai macam permasalahan yang harus dihadapi oleh dunia pendidikan Indonesia dewasa ini, antara lain adalah masih lemahnya proses pembelajaran yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran fisika di tingkat SMA diajarkan sebagai mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran fisika di tingkat SMA diajarkan sebagai mata pelajaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mata pelajaran fisika di tingkat SMA diajarkan sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri untuk mencapai tujuannya. Tujuan mata pelajaran fisika di tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika sebagai salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang Konsep Energi Bunyi Menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses Di Kelas IV SDN 1 Siwalempu

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang Konsep Energi Bunyi Menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses Di Kelas IV SDN 1 Siwalempu Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang Konsep Energi Bunyi Menggunakan Pendekatan Keterampilan Proses Di Kelas IV SDN 1 Siwalempu Asrini, Ratman, dan Najamuddin Laganing Mahasiswa Program Guru Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail dinyatakan bahwa siswa yang masuk pendidikan menengah, hampir 40 persen putus sekolah. Bahkan yang

Lebih terperinci

PERNYATAAN. Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Pengaruh Pendekatan

PERNYATAAN. Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Pengaruh Pendekatan PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Pengaruh Pendekatan Creative Problem Solving, Problem Solving dan Direct Instruction terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GAYA GESEK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GAYA GESEK Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GAYA GESEK Ai Nurhayati 1, Regina Lichteria Panjaitan 2, Dadan Djuanda 3

Lebih terperinci

Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Universitas Bung Hatta

Mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Universitas Bung Hatta PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE EVERYONE IS TEACHER HERE (ETH) YANG DIAWALI TUGAS MERINGKAS TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 PADANG Rika Handayani 1), Gusmaweti 2),dan

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ACTIVE KNOWLEDGE SHARING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITF DAN RANAH AFEKTIF SISWA KELAS X SEMESTER GENAP SMA NEGERI 2 KARANGANYAR

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil

Lebih terperinci