ANALISIS PERKEMBANGAN INVESTASI SWASTA DI PROVINSI ACEH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PERKEMBANGAN INVESTASI SWASTA DI PROVINSI ACEH"

Transkripsi

1 ANALISIS PERKEMBANGAN INVESTASI SWASTA DI PROVINSI ACEH SKRIPSI OLEH : LOEVA MAHLISA MAHMUD NIM : 07C Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar Meulaboh PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2014

2 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Walaupun konflik telah berakhir dengan damai, tetapi realisasi investasi swasta di Provinsi Aceh masih sangat minim jika dibandingkan dengan Provinsi lain seperti Medan. Investasi merupakan aspek penting untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang dinamis. Tentu saja hal ini akan mendorong perluasan kesempatan kerja dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pendapatan yang diterima masyarakat dari hasil kerjanya. Demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat didaerah maka pemerintah Aceh harus mampu merangsang minat investor dalam maupun luar negeri agar bisa menanamkan modalnya. Berdasarkan jenis karakteristik, investasi dapat bersumber dari pemerintah (publik) dan swasta (private) umumnya investasi pemerintah ditanamkan pada produksi barang-barang publik dan semi publik, seperti pembangunan jalan dan jembatan, sekolah, pasar, rumah sakit dan sarana dan prasarana yang lainnya. Sedangkan investasi swasta adalah yang dilakukan oleh masyarakat, khususnya para pengusaha dengan maksud mendapat manfaat berupa laba. Investasi ini disebut juga dengan istilah investasi dengan profit motive. Investasi dengan karakteristik seperti ini dapat dilakukan oleh pribadi atau perusahaan, seperti usaha mikro atau rumah tangga, usaha kecil dan menengah (UKM), usaha besar baik yang berbentuk Penanaman Modal Asing (PMA).

3 2 Disamping itu, faktor lain yang juga memberi pengaruh terhadap investasi swasta di suatu daerah adalah inflasi. Kelompok sandang dan kelompok kesehatan adalah kelompok yang memberi andil. Tekanan inflasi kelompok inti terutama berasal dari kelompok sandang dan kesehatan. Inflasi tinggi pada kelompok kesehatan disebabkan oleh inflasi pada sub kelompok jasa kesehatan. Kenaikan biaya kesehatan secara signifikan sebenarnya sudah terjadi sejak awal tahun 2011, yang berkaitan dengan kenaikan harga jasa kesehatan secara tahunan dan kecendrungan tetap hingga akhir tahun nanti. Pada saat inflasi tinggi menandakan bahwa kondisi perekonomian dalam keadaan kurang baik karena daya beli masyarakat akan turun yang selanjutnya dapat mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap nilai uang domestik sehingga akan mendorong para investor untuk menanam modalnya keluar negeri yang perekonomiannya lebih stabil. Hal ini menyebabkan pertumbuhan investasi disuatu negara atau daerah menjadi menurun. Pemerintah menekan tingkat inflasi agar perekonomian menjadi kondusif dan kesejahteraan hidup akan tercapai. Investasi menghimpun akumulasi modal dengan membangun sejumlah gedung dan peralatan yang berguna bagi kegiatan produksi maka output potensial suatu barang akan bertambah dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang akan meningkat, dengan demikian bahwa investasi khususnya Penanaman Dalam Negeri (PMDN) mempunyai peranan penting dalam menentukan jumlah output dan pendapatan. Kekuatan ekonomi utama yang menentukan investasi adalah hasil biaya investasi yang ditentukan oleh kebijakan tingkat suku bunga dan pajak, serta harapan mengenai masa depan.

4 3 Dalam kaitan antara tingkat suku bunga dengan investasi swasta tampaknya hubungan antara tingkat suku bunga dan investasi swasta ini bertolak belakang, hal ini dapat kita pahami karena pada saat tingkat suku bunga deposito mengalami kenaikan, maka kebanyakan pengusaha akan enggan untuk berinvestasi pada sektor produksi dan lebih memilih menaruh dananya pada deposito, karena selain hasilnya tinggi, resiko yang ditanggung juga relatif kecil. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik melakukan penelitian yang dituangkan dalam karya ilmiah yang berjudul Analisis Perkembangan Investasi Swasta Di Provinsi Aceh. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan dalam penelitian ini adalah Apakah tingkat suku bunga dan inflasi yang ikut mempengaruhi investasi swasta di Provinsi Aceh? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat suku bunga dan inflasi berpengaruh terhadap investasi swasta di Provinsi Aceh. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis a. Penulis Sebagai wacana dalam mengembangkan teori-teori yang pernah di peroleh selama perkuliahan.

5 4 b. Lingkungan Akademik Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan referensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian dengan masalah yang sama Manfaat Praktis Secara praktis hasil penelitian dan analisa yang dapat, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk perkembangan investasi swasta di Provinsi Aceh. 1.5 Sistematika Penulisan Dalam mempermudah penyusunan penelitian ini maka sistematika yang dipergunakan terdiri dari 5 (lima) bagian yaitu Bagian pertama pendahuluan, pada bagian ini penulis mengemukakan pokok bahasan mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bagian kedua menguraikan tentang investasi swasta, tingkat suku bunga, pengertian pajak, pengertian inflasi, indeks inflasi, dan hipotesis. Bagian ketiga menguraikan tentang populasi dan sampel, data penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, model analisis data dan definisi operasional variabel dan pengujian hipotesis.

6 5 Bagian keempat menguraikan tentang hasil dan pembahasan meliputi statistik deskriptif variabel penelitian, hasil pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian. Bagian kelima menguraikan tentang simpulan dan saran-saran.

7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Investasi Menurut Lubis et.al (2008, h. 113) Suparmoko menyatakan investasi adalah pengeluaran yang ditujukkan untuk menambah atau mempertahankan persediaan kapital (capital stock). Persediaan kapital ini terdiri dari pabrik-pabrik, mesinmesin kantor dan barang tahan lama lainnya yang dipakai dalam proses produksi, termasuk dalam persediaan kapital adalah rumah-rumah dan persediaan barangbarang yang belum dijual atau dipakai pada tahun yang bersangkutan (inventory). Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau penanaman modal dan perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian (Sukirno, 2006, h, 121). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan investasi adalah tambahan bersih terhadap stok kapital yang ada. Istilah lain dari investasi adalah penumpukan modal atau akumulasi modal Jenis Investasi Menurut Rosyidi (2006, h ) membagi investasi menurut jenisnya, pembagian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Autonomus Investmentdan Induced Invesment Autonomus Investment (investasi otonom) adalah investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi, tetapi dapat berubah oleh karena adanya perubahan faktor di luar pendapatan. Faktor-faktor selain pendapatan yang mempengaruhi tingkat investasi seperti itu adalah, tingkat bunga,

8 7 pendapatan nasiona, kebijaksanaan pemerintah, harapan para pengusaha dan sebagainya. b. Public Investment dan Private Investment Public investment adalah investasi atau penanaman modal yang dilakukan oleh pemerintah. Yang dimaksud dengan perkataan pemerintah disini adalah baik pemerintah pusat, maupun pemerintah daerah tingkat satu, tingkat dua, kecamatan, maupun desa. Sedangkan private investment adalah kebalikannya. Private investment adalah investasi yang dilaksanakan oleh swasta. c. Domestic Investment atau Foreign Investment Domestic artinya adalah dalam negeri, sedangkan foreign artinya luar negeri. Dengan itu jelaslah bahwa domestic investment adalah penanaman modal dalam negeri, sedangkan foreign investment adalah penanaman modal asing. Sebuah negara yang memiliki banyak sekali faktor produksi alam (natural resources) dan faktor-faktor tenaga manusia (human resources) namun tidak memiliki faktor produksi modal (capital) yang cukup untuk mengolah sumber-sumber yang dimilikinya itu, akan mengundang modal asing ini agar sumber-sumber yang ada di dalam negeri tetapi belum termanfaatkan sepenuhnya itu bisa digali sehingga tidak mubazir. d. Gross Investment (Investasi Bruto) Gross Investment (Investasi Bruto) adalah total seluruh investasi yang diadakan atau dilaksanakan pada suatu ketika. Dengan demikian, investasi bruto ini dapat bernilai positif ataupun nol (yakni ada atau tidak ada

9 investasi sama sekali), tetapi tidak akan bernilai negatif. 8 Yang dimaksudkan dengan investasi bruto disini adalah semua jenis investasi yang dilaksanakan suatu Negara, dengan tidak peduli jenis investasi apa saja yang dilaksanakan itu Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Menurut Rosyidi (2006, h. 42) ada beberapa faktor yang mempengaruhi investasi yaitu : a Tingkat suku bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan diberikan keuntungan kepada para pemilik modal (investor). Investor hanya akan menanamkan modalnya apabila tingkat pengembalian modal dari modal yang ditanamkan (return of investment), yaitu berupa persentase keuntungan netto (belum dikurangi dengan tingkat bunga yang dibayar) yang diterima lebih besar dari tingkat bunga. Seorang investor mempunyai dua pilihan di dalam menggunakan modal yang dimilikinya yaitu dengan meminjamkan atau membungakan uang tersebut (deposito) dan menggunakannya untuk investasi. b Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan mengenai keuntungan dimasa depan akan memberikan gambaran pada investor mengenai jenis usaha yang prospektif dan dapat dilaksanakan dimasa depan dan besarnya investasi yang harus dilakukan untuk memenuhi tambahan barang-barang modal yang diperlukan. c Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya. Dengan bertambahnya pendapatan nasional maka tingkat pendapatan masyarakat

10 9 akan meningkat, total agregat demand meningkat yang pada akhirnya akan mendorong tumbuhnya investasi lain (induced investment). d Keuntungan yang diperoleh perusahaan, maka akan mendorong para investor untuk menyediakan sebagian dari keuntungan yang diperoleh untuk investasi-investasi baru. e Situasi politik suatu negara akan menjadi pertimbangan tersendiri bagi investor terutama pada investor asing, untuk menanamkan modalnya. Mengingat bahwa investasi memerlukan jangka waktu yang relatif lama untuk memperoleh kembali modal yang ditanam dan memperoleh keuntungan dan stabilitas politik jangka panjang akan sangat diharapkan oleh para investor. f Kemajuan teknologi dengan adanya temuan-temuan teknologi baru (inovasi), maka akan semakin banyak kegiatan pembaharuan yang akan dilakukan investor, sehingga semakin ingka investor yang akan dicapai. g Kemudahan-kemudahan yang diberikan pemerintah, tersedia berbagai sarana dan prasarana awal, seperti jalan raya, listrik dan sistem komunikasi akan mendorong para investor untuk menanamkan modalnya di suatu daerah. Disamping itu adanya bentuk insentif yang diberikan pemerintah seperti keringanan-keringanan di dalam perpajakan (tax holiday) yaitu suatu keringanan di dalam pembebasan pajak yang diberikan kepada suatu perusahaan yang mau menanam modalnya.

11 2.2 Inflasi Pengertian Inflasi Inflasi merupakan masalah ekonomi di seluruh Negara. Menurut pengalaman di berbagai Negara yang mengalami inflasi adalah terlalu banyaknya jumlah uang yang beredar, kenaikan upah, krisis energi, defisit anggaran, dan masih banyak penyebab dari terjadinya inflasi. Sedangkan laju inflasi adalah kenaikan atau penurunan inflasi dari periode ke periode dan dari tahun ke tahun yang terus berjalan sesuai urutan waktu yang bersifat objektif atau fakta. Salah satu penyakit dalam suatu perekonomian yang dialami oleh negara berkembang adalah upaya menjaga kestabilan makro ekonomi secara luas, khususnya dalam menjaga inflasi. Seperti penyakit, inflasi timbul karena berbagai alasan. Sebagian inflasi timbul dari sisi permintaan, sebagian lagi dari sisi penawaran. Secara teoritis, pengertian inflasi merujuk pada perubahan tingkat harga (barang dan jasa) umum yang terjadi secara terus menerus akibat adanya kenaikan permintaan agregat atau penurunan penawaran agregat. Untuk itu inflasi harus dapat segera diatasi, karena inflasi yang buruk akan mengurangi investasi diikuti dengan berkurangnya kegiatan ekonomi, dan menambah pengangguran, sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi menurut Sudjono (2002, h.17). Sedangkan menurut Rahardja (2004, h. 155) mendefinisikan inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus menerus. Dari definisi ini, ada tiga komponen yang harus di penuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi.

12 1. Kenaikan harga 11 Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi dari pada harga sebelumnya. 2. Bersifat umum Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga-harga secara umum naik. 3. Berlangsung terus-menerus Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum memunculkan inflasi, jika terjadinya hanya sesaat. Karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal bulanan. Sebab dalam sebulan akan terlihat apakah kenaikan harga bersifat umum dan terus-menerus. Rentang waktu yang lebih panjang adalah triwulan dan terus-menerus Jenis-jenis Inflasi Menurut sukirno (2006, h. 333) inflasi dapat digolongkan menjadi beberapa jenis yaitu : a) Berdasarkan kepada sumber atau penyebab kenaikan harga-harga berlaku, inflasi biasanya dibedakan kepada tiga bentuk berikut : 1. Inflasi tarikan permintaan Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian berkembang dengan pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa. Pengeluaran yang berlebihan ini akan menimbulkan inflasi. Gambar 1 dapat digunakan untuk menerangkan wujudnya

13 inflasi tarikan permintaan. Kurva AS adalah penawaran agregat dalam ekonomi, sedangkan AD 1, AD 2, dan AD 3 adalah permintaan agregat. 12 Tingkat Harga Gambar 1 Inflasi Tarikan Permintaan AS P2 P F AD 3 P1 AD 1 AD 2 0 Pendapatan Nasional Rill Y 1 Y F Y 2 Sumber : Makro Ekonomi Teori Pengantar (2006) Misalkan pada mulanya permintaan agregat adalah AD 1 maka pendapatan nasional adalah Y 1 dan tingkat harga adalah P 1. perekonomian yang berkembang pesat mendorong kepada kenaikan permintaan agregat, yaitu AD 2. Akibatnya pendapatan nasional mencapai tingkat kesempatan kerja penuh, yaitu Y F dan tingkat harga naik dari P 1 ke P F. Ini berarti inflasi telah terwujud. Apabila masyarakat masih tetap menambah pengeluarannya maka permintaan agregat menjadi AD 3. Untuk memenuhi permintaan yang semakin bertambah tersebut, perusahaan-perusahaan akan menambah produksinya dan menyebabkan pendapatan nasional riil meningkat dari Y F menjadi Y 2. kenaikan produksi nasional melebihi kesempatan kerja penuh akan menyebabkan kenaikan harga yang lebih cepat, yaitu dari P F ke P 2.

14 13 Disamping dalam masa perekonomian berkembang pesat, inflasi tarikan permintaan juga dapat berlaku pada masa perang atau ketidak stabilan politik yang terus-menerus. Dalam masa seperti ini pemerintah berbelanja jauh melebihi pajak yang dipungutnya. Untuk membiayai kelebihan pengeluaran tersebut pemerintah terpaksa mencetak uang atau meminjam dari bank sentral. Pengeluaran pemerintah yang berlebihan tersebut menyebabkan permintaan agregat akan melebihi kemampuan ekonomi tersebut menyediakan barang dan jasa. Maka keadaan ini akan mewujudkan inflasi. 2. Inflasi Desakan Biaya Inflasi ini terutama berlaku dalam masa perekonomian dengan pesat ketika tingkat pengangguran adalah sangat rendah. Apabila perusahaan-perusahaan permintaan yang bertambah, mereka akan berusaha menaikkan produksi dengan cara memberikan gaji dan upah yang lebih tinggi kepada pekerjaannya dan mencari pekerja baru dengan tawaran pembayaran yang lebih tinggi. Langkah ini mengakibatkan biaya produksi meningkat, yang akhirnya akan menyebabkan kenaikan harga-harga barang. Inflasi desakan biaya dapat diterangkan dengan menggunakan kurva AS 1, AS 2, dan AS 3 adalah kurva penawaran agregat, sedangkan kurva AD adalah permintaan agregat. Andaikan pada mulanya kurva penawaran agregat adalah AS 1. Dengan demikian pada mulanya keseimbangan ekonomi Negara tercapai pada pendapatan nasional Y 1, yaitu pendapatan nasional pada kesempatan kerja penuh dan tingkat harga adalah pada P 1. Pada tingkat kesempatan kerja yang

15 tinggi perusahaan-perusahaan sangat memerlukan tenaga kerja. Keadaan ini cenderung akan menyebabkan kenaikan upah dan gaji karena: 14 a. Perusahaan-perusahaan akan berusaha mencegah perpindahan tenaga kerja dengan menaikkan upah dan gaji. b. Usaha untuk memperoleh pekerjaan tambahan hanya akan berhasil apabila perusahaan-perusahaan menawarkan upah dan gaji yang lebih tinggi. Kenaikan upah akan menaikkan biaya dan kenaikan biaya akan memindahkan fungsi penawaran agregat keatas, yaitu dari AS 1 menjadi AS 2. Sebagai akibatnya tingkat harga naik dari P 1 menjadi P 2.harga barang yang tinggi ini mendorong para pekerja menuntut kenaikan upah lagi, maka biaya produksi akan semakin tinggi. Pada akhirnya ini akan menyebabkan kurva penawaran agregat bergeser dari AS 2 menjadi AS 3. Perpindahan ini menaikkan harga dari P 1 ke P 2. Dalam proses kenaikan harga yang disebabkan oleh kenaikan upah dan kenaikan penawaran agregat ini pendapatan nasional riil terus mengalami penurunan, yaitu dari YF(Y 1 ) menjadi Y 2 dan Y 3. Bearti akibat dari kenaikan upah kegiatan tersebut ekonomi akan menurun dibawah tingkat kesempatan kerja penuh. 3. Inflasi Diimpor Inflasi dapat juga bersumber dari kenaikan harga-harga barang yang diimpor, inflasi ini akan terwujud apabila barang-barang impor yang mengalami kenaikan harga mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan pengeluaran perusahaan-perusahaan. Satu contoh yang nyata dalam hal ini adalah efek karena harga minyak pada tahun 1970an terhadap perekonomian negara-negara barat dan

16 15 negara-negara pengimpor minyak lainnya.maka kenaikan harga minyak tersebut menaikkan biaya produksi dan kenaikan biaya produksi mengakibatkan kenaikan harga-harga. Berdasarkan kepada tingkat kenaikan harga-harga yang berlaku, inflasi dapat dibedakan kepada tiga golongan : inflasi merayap, inlasi sederhana (moderate) dan hiperinflasi. Inflasi merayap adalah proses kenaikan harga-harga yang lambat jalannya. Yang digolongkan kepada inflasi ini adalah kenaikan harga-harga yang tingkatnya tidak melebihi dua atau tiga persen setahun. Malaysia dan Singapura adalah dua dari negara-negara yang tingkat inflasinya dapat digolongkan sebagai inflasi merayap. Hiperinflasi adalah proses kenaikan harga-harga yang sangat cepat, yang menyebabkan tingkat harga menjadi dua atau beberapa kali lipat dalam masa yang singkat. Diindonesia, sebagai contoh, pada tahun 1965 tingkat inflasi adalah 500 persen dan pada tahun 1966 ia telah mencapai 650 persen. Ini berarti tingkat harga-harga naik 5 kali lipat pada tahun 1965 dan 6,5 kali lipat dalam tahun 1966.Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Contoh nyata dari inflasi yang terjadi adalah kenaikan harga bawang merah dan bawang putih yang terus melonjak naik dan terjaditerus menerus. Dinegara berkembang adakalanya tingkat inflasi tidak mudah dikendalikan. Negara-negara tersebut tidak menghadapi masalah hiperinflasi, akan tetapi juga tidak mampu menurunkan inflasi pada tingkat yang sangat rendah.

17 16 Secara rata-rata di sebagian negara tingkat inflasi mencapai di antara 5 hingga 10 persen. Inflasi dengan tingkat yang seperti itu digolongkan sebagai inflasi sederhana atau moderate inflation. Segolongan ahli ekonomi berpendapat bahwa inflasi merayap adalah diperlukan untuk menggalakkan perkembangan ekonomi. Menurut mereka harga barang pada umumnya naik dengan tingkat yang lebih tinggi dari kenaikan upah. Maka dalam inflasi merayap upah tidak akan berubah atau naik dengan tingkat yang lebih rendah dari inflasi. Sebagai akibatnya kenaikan harga-harga yang berlaku terutama mengakibatkan pertambahan dalam keuntungan perusahaanperusahaan. Untung yang lebih besar akan menggalakkan pertambahan investasi. Segolongan ahli ekonomi lain tidak sependapat dengan pandangan di atas. Kebijakan untuk membiarkan berlakunya inflasi merayap untuk menggalakkan pertumbuhan ekonomi hanya sesuai apabila dalam jangka panjang inflasi merayap terus dapat dikendalikan. Golongan ahli ekonomi yang menentang kebijakan menggalakkan inflasi merayap berpendapat bahwa inflasi merayap yang tidak terkendali pada akhirnya akan menjadi hiperinflasi. Di dalam inflasi seperti ini para pengusaha tidak tergalak lagi untuk berusaha dalam kegiatan yang produktif karena ia tidak akan memberikan keuntungan yang memuaskan. Yang akan berkembang adalah kegiatan yang bersifat spekulasi seperti menyimpan barang dan membeli harta tetap seperti tanah, rumah, dan bangunan perkantoran Pengukuran laju Inflasi Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu

18 17 menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat. Sejak Juli 2008, paket barang dan jasa dalam keranjang IHK telah dilakukan atas dasar Survei Biaya Hidup (SBH) Tahun 2007 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Kemudian, BPS akan memonitor perkembangan harga dari barang dan jasa tersebut secara bulanan di beberapa kota, di pasar tradisional dan modern terhadap beberapa jenis barang/jasa di setiap kota. Indikator inflasi lainnya berdasarkan international best practice antara lain: a. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB). Harga Perdagangan Besar dari suatu komoditas ialah harga transaksi yang terjadi antara penjual/pedagang besar pertama dengan pembeli/pedagang besar berikutnya dalam jumlah besar pada pasar pertama atas suatu komoditas. b. Deflator Produk Domestik Bruto (PDB) menggambarkan pengukuran level harga barang akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi di dalam suatu ekonomi (negeri). Deflator PDB dihasilkan dengan membagi PDB atas dasar harga nominal dengan PDB atas dasar harga konstan (Sumber http: web.id.moneter Inflasi/Pengenalan+Inflasi/ 15) Penyebab Inflasi Dan Penggolongan Inflasi Penyebab inflasi dapat dibagi menjadi : a. Demand Side Inflation, yaitu disebabkan oleh kenaikan permintaan agregat yang melebihi kenaikan penawaran agregat b. Supply Side Inflation, yaitu disebabkan oleh kenaikan penawaran agregat yang melebihi permintaan agregat

19 18 c. Demand Supply Inflation, yaitu inflasi yang disebabkan oleh kombinasi antara kenaikan permintaan agregat yang kemudian diikuti oleh kenaikan penawaran agregat,sehingga harga menjadi meningkat lebih tinggi. d. Supressed Inflation atau Inflasi yang ditutup-tutupi, yaitu inflasi yang pada suatu waktu akan timbul dan menunjukkan dirinya karena harga-harga resmi semakin tidak relevan dalam kenyataan (Todaro 2000, h.144) Penggolongan Inflasi: 1. Berdasarkan Parah Tidaknya Inflasi - Inflasi Ringan (Di bawah 10% setahun) - Inflasi Sedang (antara 10-30% setahun) - Inflasi Berat ( antara % setahun) - Hiper Inflasi (di atas 100% setahun) 2. Berdasar dari Sebab terjadinya Inflasi - Demand Inflation, karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat - Cost Inflation, karena kenaikan biaya produksi 3. Berdasar asal dari inflasi - Domestic Inflatuon, Inflasi yang berasal dari dalam negeri - Imported Inflation, Inflasi yang berasal dari luar negeri Sumber: http //cafe-ekonomi.blogspot.com/2009/05/makalah-tentang- inflasi-dandampaknya.html Dampak Positif dan Dampak Negatif Inflasi Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan

20 19 nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi.orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi. Bagi orang yang meminjam uang kepada bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipat gandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Dampak Negatif inflasi Pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu. Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990.

21 20 Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat. Disamping menimbulkan efek buruk keatas kegiatan ekonomi negara, inflasi juga akan menimbulkan efek-efek yang berikut kepada individu dan masyarakat: a. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan tetap. Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga-harga. Maka inflasi akan menurunkan upah riil individu-individu yang berpendapatan tetap. b. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang. Sebagian kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk uang. Simpanan di bank, simpanan tunai, dan simpanan dalam institusi-institusi keuangan lain merupakan simpanan keuangan. Nilai riinya akan menurunkan apabila inflasi berlaku. c. Memperburuk pembagian kekayaan. Telah ditunjukkan bahwa penerima pendapatanan tetap akan menghadapi kemerosotan dalam nilai riil

22 pendapatannya, dan pemilik kekayaan bersifat keuangan 21 mengalami penurunan dalam nilai riil kekayaannya. Akan tetapi pemilik harta-harta tetap tanah bangunan dan rumah dapat mempertahankan atau menambah nilai riil kekayaannya. Juga sebagian penjual/pedagang dapat mempertahankan nilai riil pendapatannya. Dengan demikian inflasi menyebabkan pembagian pendapatan di antara golongan berpendapatan tetap dengan pemilik-pemilik harta tetap dan penjual/pedagang akan menjadi semakin tidak merata. Dalam menerangkan mengenai masalah inflasi, perlulah dibedakan dua bentuk inflasi, yaitu : inflasi merayap dan masalah inflasi yang lebih serius terutama apabila tingkatnya melebihi 5 persen. Dalam melihat dan menerangkan mengenai kebijakan pemerintah untuk mengatasi inflasi yang di maksudkan dengan langkah tersebut adalah kebijakan pemerintah untuk mengatasi inflasi yang lebih serius dari inflasi merayap. Mewujudkan inflasi nol persen atau zero inflation secara terus menerus dalam perekonomian yang berkembang adalah sukar untuk dicapai. Oleh sebab itu dalam jangka panjang yang perlu di usahakan adalah menjaga agar tingkat inflasi berada pada tingkat yang sangat rendah misalnya hanya mencapai di sekitar dua hingga empat persen setahun. Mengusahakan untuk mencapai tujuan ini merupakan salah satu tugas utama dari bank sentral. Langkah-langkah pemerintah yang dapat digolongkan sebagai kebijakan diskresioner barulah dilaksanakan apabila inflasi yang berlaku adalah lebih serius dari inlasi merayap. Andaikan, sebagai akibat dari suatu perubahan ekonomi tertentu, tingkat inflasi meningkat dari 5 persen menjadi 10 persen atau lebih. Untuk menjaga kestabilan ekonomi, pemerintah perlu menjalankan

23 kebijakan menurunkan tingkat inflasi tersebut ke tingkat yang asal (5 persen) atau kurang Suku Bunga Deposito Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga bagi bank juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayarkan kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dan harga yang harus dibayar nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman) Menurut Hasibuan (2009, h ). Dalam kegiatan perbankan konvensional sehari-hari, ada 2 macam bunga yang diberikan kepada nasabah yaitu: a. Bunga simpanan Merupakan harga beli yang harus dibayar bank kepada nasabah pemilik simpanan. Bunga ini diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa, kepada nasabah yang menyimpan uangnya di bank. Sebagai contoh jasa giro, bunga tabungan dan bunga deposito. b. Bunga Pinjaman Merupakan bunga yang dibebankan kepada para peminjam (debitur) atau harga jual yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Bagi bank bunga pinjaman merupakan harga jual dan contoh harga jual adalah bunga kredit.kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan pendapatan bagi bank. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus dikeluarkan kepada nasabah sedangkan bunga pinjaman merupakan

24 23 pendapatan yang diterima dari nasabah. Baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman masing-masing saling mempengaruhi satu sama lainnya. Sebagai contoh seandainya bunga simpanan yang tinggi, maka secara otomatis bunga pinjaman juga terpengaruh ikut naik dan demikian pula sebaliknya. Faktor faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga secara garis besar sebagai berikut: 1. Kebutuhan Dana Apabila bank kekurangan dana (simpanan sedikit), sementara permohonan pinjaman meningka, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga simpanan. Dengan meningkatnya suku bunga simpanan akan menarik nasabah untuk menyimpan uang di bank. 2. Persaingan Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disamping fakto promosi, yang paling utama pihak perbankan harus memperhatikan pesaing. 3. Kebijaksanaan Pemerintah Dalam kondisi tertentu pemerintah dapat menentukan batas maksimal atau minimal suku bunga, baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman. Menurut Samuelson (2004, h. 190) suku bunga adalah jumlah bunga yang dibayarkan per unit waktu yang disebut sebagai persentase dari jumlah yang dipinjamkan. Dengan kata lain suku bunga adalah harga-harga yang dibayar untuk meminjam uang, yang menginginkan pinjaman mendapatkan sumber daya nyata selama masa peminjaman. Sedangkan Sunariyah (2003, h. 62) mengemukakan bahwa : Tingkat suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit

25 waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumberdaya yang digunakan oleh debitur yang dibayarkan kepada kreditur. 24 Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat suku bunga merupakan harga yang harus dibayarkan bank karena meminjam atau menggunakan uang nasabah dalam bentuk produk simpanan seperti giro, tabungan dan deposito dengan jangka waktu tertentu yang ditentukan berdasarkan kesepakatan antara nasabah dengan pihak bank. Penetapan suku bunga untuk setiap jangka waktu yang ditetapkan masingmasing bank sesuai dengan perhitungan kondisi bunga dipasar. Bunga deposito berjangka dibayar setiap tanggal jatuh tempo (tanggal yang sama dengan tanggal pembukuan ) atau tanggal jatuh tempo pokok (tanggal berakhirnya jangka waktu peyimpanan). Sertifikat deposito adalah simpanan berjangka atas tunjuk dengan izin Bank Indonesia di keluarkan oleh bank sebagai bukti simpanan yang dapatdperjual belika pada pihak ketiga. Pada prinsipnya sama dengan deposito berjangka. Perbedaan hanyalah bahwa sertifikat deposito diterbitkan atas tunjuk dala m bentuk sertifikat sedangkan deposito yang ditunjukkan harus dibayar oleh bank yang menerbitkannya. Pencairan bunga sertifikat deposito dapat dilakukan dimuka dalam arti dipotong dari harga nominalnya pada waktu sertifikat deposito itu dibeli, baik tunai maupun non tunai. Selain itu, bunga juga dapat dicairkan setiap bulan atau jatuh tempo. Sebagai catatan tambahan, perlu diperhatikan bahwa bank umum dan bank pembangunan yang diperbolehkan, dan itu harus memperoleh

26 izin Bank Indonesia setelah memenuhi syarat-syarat tertentu. Antara lain dari segi kesehatan dan kemampuan bank dari segi kebutuhan Hubungan Inflasi dengan Investasi Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak akan meningkatkan perkembangan perekonomian. Biaya yang terus menerus naik menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Oleh karena itu pengusaha lebih suka menjalankan kegiatan dan tingkat kegiatan ekonomi menurun. 2.5 Hubungan Tingkat Suku Bunga dengan Investasi Keynes mengatakan msalah investasi baik ditijau dari penentuan jumlahnya maupun kesempatan untuk mengadakan investasi itu sendiri, didasrkan pada konsep Marginal Effisiency of Capital (MEC). MEC merupakan tingkat keuntungan yang diharapka dari investasi yang dilakukan (Return of Investment). Hubungan antara MEC, investasi dan tingkat suku bunga dapat dilihat dari MEC sebagai garis yang menurun. Dimana garis ini menunjukkan jumlah investasi yang terlaksana pada setiap tingkat yang berlaku. Suku Bunga i1 MEC1 i 2 MEC2 0 Investasi I 1 I 2 Gambar 2, Hubungan Tingkat Bunga dan Investasi

27 26 Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa ketika suku bunga berada pada i 1 dan tingkat investasi berada pada I 1 maka menghasilkan MEC 1 dan ketika suku bunga berada pada i 2 dan tingkat investasi berada pada I 2 maka menghasilkan MEC 2. Maka dapat di simpulkan apabila tingkat suku bunganya tinggi maka investasinya menurun dan juga kebalikannya apabila suku bunganya menurun maka investasinya tinggi. 2.6 Hipotesis Berdasarkan latar belakang penelitian, berlandasan teoritis maka penulis mencoba mengemukakan hipotesis, yang merupakan kesimpulan sementara dari penelitian ini sebagai berikut Diduga tingkat sukubunga dan inflasi yang ikut mempengaruhi investasi swasta di Provinsi Aceh.

28 III. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode deskriptif kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. 3.2 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah seluruh investasi swasta di Provinsi Aceh, inflasi dan tingkat suku bunga sejak tahun 2003 sampai dengan 2011 selama 9 tahun Data Penelitian Jenis dan Sumber Data Dalam penyusunan skripsi ini penulis melakukan penelitian dengan menggunakan data sekunder yang bersifat time series dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2011 yang dipublikasikan oleh Badan Pusat statistik (BPS) Provinsi Aceh, Bank Indonesia, Badan Investasi Dan Promosi Aceh Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: a. Studi pustaka (Library Research) Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dengan cara membaca buku buku, situs web, dan literatur lainnya baik yang diwajibkan maupun yang dianjurkan yang berhubungan dan ada kaitannya dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini.

29 28 b. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, agenda dan sebagainya. Metode dokumentasi akan digunakan untuk mencari data kuantitatif yang berupa data inflasi dan tingkat suku bunga di Provinsi Aceh. 3.4 Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel merupakan batasan yang diberikan pada variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Definisi variabel yang digunakan dalam model analisis adalah sebagai berikut : 1. Investasi swasta adalah investasi swasta provinsi Aceh yang bersumber dari dalam negeri dan luar negeri (dalam milyar rupiah) 2. Tingkat suku bunga deposito adalah tingkat suku bunga deposito jangka waktu satu bulan di Bank Indonesia Provinsi Aceh (dalam satuan persen). 3. Inflasi adalah tingkat inflasi tahunan Provinsi Aceh diukur (dalam satuan Persen).

30 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perkembangan Investasi swasta Provinsi Aceh Dalam bidang perekonomian, penanaman modal atau investasi sangat diperlukan untuk menunjang pertumbuhan ekonomi maupun perluasan kesempatan kerja. Oleh karenanya upaya pemerintah untuk menarik investasi swasta di Provinsi Aceh secara intensif perlu dilakukan. Meskipun Aceh sebagai daerah yang kaya akan potensi alam dan wisatanya tetapi tingkat investasi baik dari dalam maupun luar negeri belum juga menunjukkan perkembangan. Selama kurun waktu tahun 2003 sampai dengan tahun 2011 investasi swasta yang terealisasi relatif kecil. Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 1 Perkembangan Realisasi Investasi Swasta di Provinsi Aceh Tahun No Tahun Rencana Investasi Swasta (US $) Realisasi Investasi Swasta (Rupiah) Pertumbuhan (%) , ,12 99, , , ,04 22, , , ,84 99, ,10-117, ,09 44, ,98 60,30 Sumber: Badan Investasi dan Promosi Provinsi Aceh, (2014)

31 30 Dari tabel diatas dapat dilihat, sejak tahun 2003 realisasi investasi sebesar Rp ,98 sedangkan pada tahun 2004 realisasi investasi Rp ,123 dengan tingkat pertumbuhan 99,85%. Kemudian pada tahun 2005 realisasi investasi Rp ,08 dengan tingkat pertumbuhan ,83%. Pada tahun 2006 realisasi investasi Rp ,04 dengan tingkat pertumbuhan 22,67%. Kemudian pada tahun 2007 realisasi investasi Rp ,20 dengan tingkat pertumbuhan ,36 %. Pada tahun 2008 realisasi investasi Rp ,84 dengan tingkat pertumbuhan 99,94 %. Kemudian pada tahun 2009 realisasi investasi Rp ,10 dengan tingkat pertumbuhan -117,41%. Pada tahun 2010 realisasi investasi Rp ,09 dengan tingkat pertumbuhan 44,15%. Kemudian pada tahun 2011 realisasi investasi Rp ,98 dengan tingkat pertumbuhan 60,30%. 4.2 Perkembangan Suku Bunga Deposito Perkembangan suku bunga deposito (jangka waktu 1 bulan) di provinsi Aceh pada tahun 2003 sebesar 6,36% dan 2004 sebesar 5,28%. Perkembangan suku bunga deposito (jangka waktu 1 bulan) di Provinsi Aceh selama periode 2005 sampai dengan 2011 mengalami peningkatan. Pada tabel 2 perkembangan suku bunga deposito (jangka waktu 1 bulan) tertinggi terjadi pada tahun 2006 sebesar 9,11% pada bulan Januari, sedangkan suku bunga deposito terendah terjadi pada tahun 2005 sebesar 4,87 % pada bulan januari.

32 31 Tabel 2 Perkembangan Suku Bunga Deposito (jangka waktu 1 bulan) Provinsi Aceh Tahun No Bulan Tahun (%) Januari Febuari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber: Bank Indonesia, Banda Aceh, Laju Inflasi Provinsi Aceh Perkembangan laju inflasi di Provinsi Aceh selama periode tahun 2003 sampai dengan 2011 mengalami perkembangan yang fluktuatif dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini :

33 32 Tabel 3 Perkembangan laju Inflasi di Provinsi Aceh Tahun No Tahun Laju Inflasi (%) Pertumbuhan (%) , , , , , , , , ,45 Sumber :Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh 2013 (diolah). Berdasarkan tabel 3 diatas tahun 2003 laju inflasi di Provinsi Aceh sebesar -26,21. Pada tahun 2004 laju inflasi di Provinsi Aceh sebesar 157,02 lebih tinggi dari tahun sebelumnya, dikarenakan bencana tsunami yang melanda Aceh. Pada tahun 2005 laju inflasi di Provinsi Aceh sebesar -84,24, menurun karena pasca bencana sudah ada bantuan sehingga harga menurun. Sedangkan pada tahun 2006 laju inflasi di Provinsi Aceh sebesar 1.936,73, hal ini masih dikarenakan belum meratanya harga barang-barang di provinsi Aceh. Pada tahun 2007 laju inflasi di Provinsi Aceh sebesar 9,41 persen, angka ini sudah menurun karena harga mulai stabil di provinsi Aceh. Pada tahun 2008 laju inflasi mengalami peningkatan sebesar 11,92 persen. Sedangkan pada tahun 2009 laju inflasi turun menjadi 3,72

34 33 persen. Pada tahun 2010 laju inflasi kembali meningkat menjadi 5,86 persen dan pada tahun 2011 laju inflasi kembali meningkat menjadi 6,36 persen, dari data diatas dapat kita lihat bahwa laju inflasi fluktuatif dan dapat berubah sewaktuwaktu. 4.4 Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian variabel suku Bunga Deposito dan inflasi mempunyai hubungan yang negatif dan signifikan terhadap investasi swasta. Hasil ini mengindifikasikan meskipun suku Bunga Deposito dan inflasi mengalami fluktuasi, tiap tahunnya dari tahun 2003 sampai dengan 2011 di Provinsi Aceh Masih tergolong rendah. Hal ini menunjukkan bahwa tingginya inflasi di Provinsi Aceh tidak mempengaruhi suku Bunga Deposito di Provinsi Aceh, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain misalnya mahalnya biaya pengurusan izin untuk berinvestasi, dan pajak daerah yang mahal. Meskipun Aceh sebagai daerah yang kaya akan potensi alam dan wisatanya tetapi tingkat investasi baik dari dalam maupun luar negeri belum juga menunjukkan perkembangan. Selama kurun waktu tahun 2003 sampai dengan tahun 2011 investasi swasta yang terealisasi relatif kecil.

35 V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : a. Berdasarkan hasil penelitian variabel suku Bunga Deposito dan inflasi mempunyai hubungan yang negatif dan signifikan terhadap investasi swasta. Hasil ini mengindifikasikan meskipun suku Bunga Deposito dan inflasi mengalami fluktuasi, tiap tahunnya dari tahun 2003 sampai dengan 2011 di Provinsi Aceh Masih tergolong rendah. b. Hal ini menunjukkan bahwa tingginya inflasi di Provinsi Aceh tidak mempengaruhi suku Bunga Deposito di Provinsi Aceh, tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain misalnya mahalnya biaya pengurusan izin untuk berinvestasi, dan pajak daerah yang mahal. c. Laju inflasi yang terjadi di Provinsi Aceh selama kurun waktu tahun 2003 sampai dengan 2011 mengalami perkembangan yang fluktuatif 5.2. Saran-saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis memberikan saran sebagai berikut : a. Bagi peneliti selanjutnya yang meneliti terkait dengan permasalahan ini, disarankan agar dapat mengaitkan variabel lain selain dari Investasi swasta terhadap suku bunga deposito dan inflasi di Provinsi Aceh, sehingga perkembangan penelitian akan dapat bermanfaat bagi masyarakat ilmiah khususnya dan bagi masyarakat ekonomi pada umumnya.

36 35 b. Perlu adanya dukungan dari Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Pusat terutama Provinsi Aceh dukungan untuk mengurangi inflasi demi tercapainya stabilitas harga dan kemakmuran masyarakat Aceh.

37 DAFTAR PUSTAKA Arafah Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pegawai di PT.BPR Syaria ah Amanah Leuwiliang Bogor. Karya Ilmiah (Tidak di Publikasikan) LPPM UTU. Meulaboh. Duwi, Priyanto Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Cetakan I. Mediakom. Yogyakarta. Gujarati, Danamor Ekonometrika Dasar. Erlangga. Jakarta. Hasan, Iqbal Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. PT.Bumi Aksara.Jakarta. Hasibuan, Malayu Dasar-dasar Perbankan. PT.Bumi Aksara.Jakarta. Lubis, et.al Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Investasi Di Indonesia, resipotory. usu. ac. id. Diakses 15 Februari Mardiasmo Perpajakan. Edisi Revisi Andi. Yogyakarta. Rahardja, Pratama dan Manurung, Mandala Teori Ekonomi Makro. Fakultas Ekonomi universitas Indonesia. Jakarta. Rosyidi, Suherman Pengantar Teori Ekonomi. Rajawali Pers. Jakarta. Siahaan, Marihot. P, Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sukirno, Sadono Pengantar Teori Ekonomi. Rajawali Pers. Jakarta. Sri, P. Pudyatmoko Pengantar Hukum Pajak. Andi Yogyakarta. Sudjono Analisis Keseimbangan dan Hubungan Simultan Antara Variabel Ekonomi Makro Terhadap Indeks Harga Saham di BEJ dengan Metode VAR (Vector Autoregression) dan ECM ( Error Correction Model). Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen. Vol. 2. no. 3. Samuelson dan Nordhaus W Ilmu Makro Ekonomi. PT. Media Global Edukasi. Jakarta. Santoso, Brotodihardjo, S.H.,2008. Pengantar Ilmu Hukum Pajak, Refika Aditama, Bandung.

38 Sunariyah, Pengantar pengetahuan pasar Modal. Akademi Manajemen Perusahaan YKPN. Yogyakarta. Todaro, MP Pembangunan Ekonomi Dunia Ke Tiga. Erlangga. Jakarta Diakses 15 Februari Diakses 15 Februari 2013.

BAB II URAIAN TEORITIS. Bank-bank umun pemerintah dan Bank-bank umum swasta nasional di

BAB II URAIAN TEORITIS. Bank-bank umun pemerintah dan Bank-bank umum swasta nasional di BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Pengaruh Variabel Kinerja Perbankan terhadap Tingkat Bunga Deposito Syakir (1995) dalam penelitiannya yang mengambil judul Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

Indikator Inflasi Beberapa indeks yang sering digunakan untuk mengukur inflasi seperti;.

Indikator Inflasi Beberapa indeks yang sering digunakan untuk mengukur inflasi seperti;. Bab V INFLASI Jika kita perhatikan dan rasakan dari masa lampau sampai sekarang, harga barang barang dan jasa kebutuhan kita harganya terus menaik, dan nilai tukar uang selalu turun dibandingkan nilai

Lebih terperinci

PENGANGGURAN, INFLASI & KEBIJAKAN PEMERINTAH

PENGANGGURAN, INFLASI & KEBIJAKAN PEMERINTAH BAB 10 PENGANGGURAN, INFLASI & KEBIJAKAN PEMERINTAH KELOMPOK 9 DICKY 21216349 EZHA 21216363 NAUFAL 21216351 PENGANGGURAN PENGERTIAN PENGANGGURAN Pengangguran adalah keadaan tanpa pekerjaan yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Dalam bab landasan teori ini di bahas tentang teori Produk Domestik Regional Bruto, PDRB per kapita, pengeluaran pemerintah dan inflasi. Penyajian materi tersebut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan berjalannya waktu

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan berjalannya waktu 13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Inflasi Inflasi merupakan salah satu resiko yang pasti dihadapi oleh manusia yang hidup dalam ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan berjalannya waktu mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan stabilitas di bidang ekonomi yang sehat dan dinamis, pemeliharaan di bidang ekonomi akan tercipta melalui pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan stabilitas di bidang ekonomi yang sehat dan dinamis, pemeliharaan di bidang ekonomi akan tercipta melalui pencapaian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indikator indikator ekonomi makro sangat berperan dalam menstabilkan perekonomian. Menurut Lufti dan Hidayat ( 2007 ), salah satu indikator ekonomi makro yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala sektor diharapkan dapat mewujudkan struktur ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala sektor diharapkan dapat mewujudkan struktur ekonomi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara sedang berkembang yang sekarang ini giat melakukan pembangunan. Pembangunan yang dilakukan mencakup di segala sektor. Pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perbankan. Dimana sektor perbankan menjadi pondasi pembangunan nasional

I. PENDAHULUAN. perbankan. Dimana sektor perbankan menjadi pondasi pembangunan nasional I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan sektor perbankan. Dimana sektor perbankan menjadi pondasi pembangunan nasional dalam mengumpulkan

Lebih terperinci

ekonomi K-13 INFLASI K e l a s A. INFLASI DAN GEJALA INFLASI Tujuan Pembelajaran

ekonomi K-13 INFLASI K e l a s A. INFLASI DAN GEJALA INFLASI Tujuan Pembelajaran K-13 ekonomi K e l a s XI INFLASI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan menjelaskan penyebab inflasi dan dampaknya bagi kehidupan bermasyarakat. A. INFLASI

Lebih terperinci

Suku Bunga dan Inflasi

Suku Bunga dan Inflasi Suku Bunga dan Inflasi Pengertian Suku Bunga Harga dari uang Bunga dalam konteks perbankan dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan untuk negara yang sedang berkembang digunakan istilah pembangunan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Menurut beberapa pakar ekonomi pembangunan, pertumbuhan ekonomi merupakan istilah bagi negara yang telah maju untuk menyebut keberhasilannya, sedangkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan rangkaian kegiatan yang terencana menuju keadaan masyarakat ke arah kehidupan yang lebih baik daripada kondisi yang lalu (Tanuwidjaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Begitu juga dengan investasi yang merupakan langkah awal

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Begitu juga dengan investasi yang merupakan langkah awal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mekanisme penanaman modal merupakan langkah awal kegiatan produksi suatu negara. Begitu juga dengan investasi yang merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Makroekonomi Makroekonomi adalah teori dasar kedua dalam ilmu ekonomi, setelah mikroekonomi. Teori mikroekonomi menganalisis mengenai kegiatan di dalam perekonomian dengan

Lebih terperinci

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1)

= Inflasi Pt = Indeks Harga Konsumen tahun-t Pt-1 = Indeks Harga Konsumen tahun sebelumnya (t-1) Inflasi adalah kecendrungan meningkatnya harga-harga barang secara umum dan terus menerus. Kenaikkan harga satu atau dua barang tidak bisa disebut sebagai inflasi, kecuali jika kenaikkan harga barang itu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 20 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Definisi Bank Bank pada dasarnya dikenal dan diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatannya adalah menghimpun dana dari masyarakat baik dalam bentuk giro, tabungan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan sistem bagi hasil atau profit sharing (Kasmir, 2006:23).

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan sistem bagi hasil atau profit sharing (Kasmir, 2006:23). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa kini perkembangan Negara Republik Indonesia sangat pesat terutama dalam bidang perbankan, hal ini menunjukkan bahwa peranan perbankan membantu dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Obligasi merupakan salah satu surat utang yang termasuk dalam sekuritas jangka

I. PENDAHULUAN. Obligasi merupakan salah satu surat utang yang termasuk dalam sekuritas jangka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obligasi merupakan salah satu surat utang yang termasuk dalam sekuritas jangka panjang. Obligasi yang diterbitkan bertujuan menghimpun dana dari masyarakat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian menuju perekonomian yang berimbang dan dinamis. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian menuju perekonomian yang berimbang dan dinamis. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi seyogyanya dapat memperlihatkan perkembangan yang meningkat dari tahun ke tahun karena pertumbuhan ekonomi yang tinggi diperlukan guna mempercepat perubahan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan

LANDASAN TEORI. membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan II. LANDASAN TEORI A. Investasi 1. Pengertian Investasi Teori ekonomi mendefinisikan investasi sebagai pengeluaran pemerintah untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan taraf pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan taraf pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara, baik itu negara maju maupun negara berkembang menginginkan adanya perkembangan dan kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan yang berkelanjutan. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KURS DOLLAR DAN SUKU BUNGA TERHADAP INFLASI DI PROVINSI ACEH SKRIPSI NIM : 07C

ANALISIS PENGARUH KURS DOLLAR DAN SUKU BUNGA TERHADAP INFLASI DI PROVINSI ACEH SKRIPSI NIM : 07C ANALISIS PENGARUH KURS DOLLAR DAN SUKU BUNGA TERHADAP INFLASI DI PROVINSI ACEH SKRIPSI OLEH : IDA WATI NIM : 07C20101065 PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TEUKU

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (sehingga dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat

Lebih terperinci

BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT

BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT A. INFLASI Adalah kecederungan tingkat perubahan harga secara terus menerus, sementara tingkat harga adalah akumulasi dari inflasi inflasi terdahulu. π =

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. DAFTAR LAMPIRAN...xiii

DAFTAR ISI. DAFTAR LAMPIRAN...xiii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI...iv DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL...xi DAFTAR LAMPIRAN...xiii ABSTRAKSI...xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...1 1.2. Perumusan Masalah...4 1.3.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral,

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral, kebijakan moneter yang dijalankan di Indonesia adalah dengan cara menetapkan kisaran BI Rate yaitu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perencanaan Wilayah Adanya otonomi daerah membuat pemerintah daerah berhak untuk membangun wilayahnya sendiri. Pembangunan yang baik tentunya adalah pembangunan yang terencana.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Semakin baik tingkat perekonomian suatu negara, maka semakin baik pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan fiskal produksi barang dan jasa yang berlaku disuatu negara, seperti pertambahan dan jumlah produksi barang industri, perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem ekonomi adalah suatu sistem yang memiliki spesialisasi yang tinggi. Hal ini berarti tidak ada seorangpun yang mampu memproduksi semua apa yang dikonsumsinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Tingkat Suku Bunga Suku bunga merupakan persentase nilai harga dari penggunaan uang atau juga sebagai imbalan sewa atas penggunaan uang dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi berbeda dari satu periode ke periode lainnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian negara dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan jangka panjang yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur dengan mengacu pada Trilogi Pembangunan (Rochmat Soemitro,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal yang sering disebut juga investasi merupakan langkah

BAB I PENDAHULUAN. Penanaman modal yang sering disebut juga investasi merupakan langkah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penanaman modal yang sering disebut juga investasi merupakan langkah awal kegiatan produksi. Adanya modal dalam sebuah perusahaan menjamin berlangsungnya proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peristiwa moneter yang penting dan hampir dijumpai semua

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peristiwa moneter yang penting dan hampir dijumpai semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu peristiwa moneter yang penting dan hampir dijumpai semua negara di dunia adalah inflasi. Inflasi berasal dari bahasa latin inflance yang berarti meningkatkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin lama semakin tak terkendali. Setelah krisis moneter 1998, perekonomian Indonesia mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia pernah mengalami krisis pada tahun 1997, ketika itu nilai tukar rupiah merosot tajam, harga-harga meningkat tajam yang mengakibatkan inflasi yang tinggi,

Lebih terperinci

SEWA, BUNGA DAN KEUNTUNGAN SEWA EKONOMI DAN PENDAPATAN PINDAHAN SEWA, BUNGA DAN KEUNTUNGAN SEWA EKONOMI DAN PENDAPATAN PINDAHAN

SEWA, BUNGA DAN KEUNTUNGAN SEWA EKONOMI DAN PENDAPATAN PINDAHAN SEWA, BUNGA DAN KEUNTUNGAN SEWA EKONOMI DAN PENDAPATAN PINDAHAN SEWA, BUNGA DAN KEUNTUNGAN SEWA EKONOMI DAN PENDAPATAN PINDAHAN SEWA, BUNGA DAN KEUNTUNGAN SEWA EKONOMI DAN PENDAPATAN PINDAHAN Dalam menerangkan mengenai sewa ekonomi dan pendapatan pindahan ada beberapa

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Materi Perkuliahan: 1. Ruang Lingkup Analisis Makroekonomi (Konsep dasar ekonomi makro) 2. Aliran kegiatan perekonomian (aliran sirkular atau circular

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. rata-rata pendapatan riil dan standar hidup masyarakat dalam suatu wilayah. Oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. rata-rata pendapatan riil dan standar hidup masyarakat dalam suatu wilayah. Oleh BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Konsep Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses kenaikan output yang terus menerus

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORETIS. Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi Terhadap Harga Saham

BAB II URAIAN TEORETIS. Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi Terhadap Harga Saham BAB II URAIAN TEORETIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Pane tahun 2009 dengan judul Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang melakukan kegiatan perekonomian biasanya ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang melakukan kegiatan perekonomian biasanya ditujukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu negara yang melakukan kegiatan perekonomian biasanya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dari negara yang bersangkutan. Begitu juga dengan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

Jenis-Jenis Inflasi. Berdasarkan Tingkat Keparahan;

Jenis-Jenis Inflasi. Berdasarkan Tingkat Keparahan; INFLASI Pengertian Inflasi Inflasi adalah suatu keadaan perekonomian dimana harga-harga secara umum mengalami kenaikan dan kenaikan harga itu berlangsung dalam jangka panjang. Inflasi secara umum terjadi

Lebih terperinci

PENDAPATAN NASIONAL ALLDO KURNIA PUTRA IPA 2 SEMESTER III. SMA AL AZHAR SYIFA BUDI JAKARTA Jalan Kemang Raya No.7 Jakarta Selatan

PENDAPATAN NASIONAL ALLDO KURNIA PUTRA IPA 2 SEMESTER III. SMA AL AZHAR SYIFA BUDI JAKARTA Jalan Kemang Raya No.7 Jakarta Selatan PENDAPATAN NASIONAL ALLDO KURNIA PUTRA IPA 2 SEMESTER III SMA AL AZHAR SYIFA BUDI JAKARTA Jalan Kemang Raya No.7 Jakarta Selatan Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2001, maka setiap daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas dalam

BAB I PENDAHULUAN. 2001, maka setiap daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada konteks ekonomi makro, tolak ukur keberhasilan perekonomian suatu daerah antara lain adalah Pendapatan daerah, tingkat kesempatan kerja dan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif melaksanakan pembangunan. Dalam melaksanakan pembangunan sudah tentu membutuhkan dana yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didunia, termasuk Indonesia. Apabila inflasi ditekan dapat mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. didunia, termasuk Indonesia. Apabila inflasi ditekan dapat mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang sangat ditakuti oleh semua negara didunia, termasuk Indonesia. Apabila inflasi ditekan dapat mengakibatkan meningkatnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah dibutuhkannya investasi. Investasi merupakan salah satu pendorong untuk mendapatkan pendapatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan berbagai indikator-indikator yang dapat menggambarkan potensi. maupun tingkat kemakmuran masyarakat suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan berbagai indikator-indikator yang dapat menggambarkan potensi. maupun tingkat kemakmuran masyarakat suatu wilayah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu wilayah dalam suatu periode tertentu. Produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Cita-cita mulia tersebut dapat diwujudkan melalui pelaksanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap negara selalu berusaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. Setiap negara selalu berusaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara selalu berusaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Tujuannya untuk mewujudkan cita-cita suatu bangsa khususnya cita-cita luhur bangsa Indonesia. Pembangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam

PENDAHULUAN. menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia mempunyai cita cita yang luhur sebagaimana tertuang dalam Pembukuan UUD Tahun 1945 adalah untuk memajukan kesejahteraan umum menuju masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA PENGARUH TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN DI BURSA EFEK INDONESIA Leo Tumpak Pardosi 1 leopard_xl@yahoo.co.id Quinci Fransiska

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem keuangan di Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem keuangan di Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan adalah salah satu lembaga keuangan yang memiliki peranan dalam sistem keuangan di Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap agregat makro ekonomi. Pertama, inflasi domestik yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. terhadap agregat makro ekonomi. Pertama, inflasi domestik yang tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Inflasi merupakan suatu fenomena ekonomi yang sangat menarik untuk dibahas terutama yang berkaitan dengan dampaknya yang luas terhadap agregat makro ekonomi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang masih memiliki tingkat kesejahteraan penduduk yang relatif rendah. Oleh karena itu kebutuhan akan pembangunan nasional sangatlah diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang dimulai dengan merosotnya nilai rupiah terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang dimulai dengan merosotnya nilai rupiah terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis moneter yang dimulai dengan merosotnya nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat telah menghancurkan sendi-sendi perekonomian. Inflasi merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami peningkatan yang semakin pesat sejak krisis ekonomi global pada tahun 1998 yang tidak hanya melanda di negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7,

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fokus utama dari kebijakan moneter adalah mencapai dan memelihara laju inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7, tujuan Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia selalu mengalami perjalanan yang berfluktuasi, minyak dan gas alam yang selama ini menjadi mesin pertumbuhan, harganya dipasar internasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan Manajemen keuangan sangat penting dalam semua jenis perusahaan, termasuk bank dan lembaga keuangan lainnya, serta perusahaan industri dan retail. Manajemen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang sangat penting dalam perekonomian setiap negara, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Krisis ekonomi yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan bagian dari suatu pasar finansial karena berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka panjang. Hal ini berarti pasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Pembangunan Ekonomi Pembangunan menurut Todaro dan Smith (2006) merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor jasa keuangan pada umumnya dan pada perbankan khususnya. Pertumbuhan ekonomi dapat terwujud melalui dana perbankan atau potensi

I. PENDAHULUAN. sektor jasa keuangan pada umumnya dan pada perbankan khususnya. Pertumbuhan ekonomi dapat terwujud melalui dana perbankan atau potensi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kehidupan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari keberadaan serta peran penting sektor jasa keuangan pada umumnya dan pada perbankan khususnya. Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. era 1997 silam. Hal ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya perdagangan di bursa

BAB I PENDAHULUAN. era 1997 silam. Hal ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya perdagangan di bursa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan perekonomian, banyak perusahaan termasuk perbankan dalam rangka mengembangkan usahanya melakukan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi merupakan faktor penting yang berperan besar dalam pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. investasi merupakan faktor penting yang berperan besar dalam pertumbuhan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di suatu negara bisa dijadikan alat ukur untuk menganalisa tingkat perkembangan perekonomian di negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi disuatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Keberhasilan atau tidaknya pembangunan ekonomi di suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi merupakan hal yang harus dilakukan oleh setiap negara terutama negara berkembang seperti Indonesia agar dapat berdiri sejajar dengan negara maju

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki karakteristik perekonomian yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki karakteristik perekonomian yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang memiliki karakteristik perekonomian yang tidak berbeda jauh dengan negara sedang berkembang lainnya. Karakteristik perekonomian tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda indonesia pada tahun 1998 menunjukkan nilai yang positif, akan tetapi pertumbuhannya rata-rata per

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua negara baik negara maju maupun negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua negara baik negara maju maupun negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir semua negara baik negara maju maupun negara berkembang menghadapi masalah memelihara kestabilan serta masalah pertumbuhan ekonomi. Di Indonesia disamping

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini banyak orang berlomba untuk berinvestasi. Baik itu dari kalangan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini banyak orang berlomba untuk berinvestasi. Baik itu dari kalangan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak orang berlomba untuk berinvestasi. Baik itu dari kalangan ritel ataupun dari kalangan besar. Kebanyakan investor ritel menempatkan dana investasi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama beberapa tahun terakhir (2005-2009), ekonomi Indonesia membaik dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 5,5 persen. Namun kinerja itu masih jauh jika dibanding

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apabila suatu negara memiliki pertumbuhan ekonomi yang stabil maka selain

BAB I PENDAHULUAN. apabila suatu negara memiliki pertumbuhan ekonomi yang stabil maka selain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dalam suatu negara menunjukkan pencapaian tingkat kemakmuran dan kesejahteraan dalam suatu negara. Salah satu tolak ukur keberhasilan dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kurs (Nilai Tukar) a. Pengertian Kurs Beberapa pengertian kurs di kemukakan beberapa tokoh antara lain, menurut Krugman (1999) kurs atau exchange rate adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk disertai dengan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategi dalam rangka mengefisienkan dana dari masyarakat seperti dengan

BAB I PENDAHULUAN. strategi dalam rangka mengefisienkan dana dari masyarakat seperti dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank sebagai lembaga keuangan yang memegang peranan penting dalam perekonomian di setiap negara, merupakan sebuah alat yang dapat mempengaruhi suatu pergerakan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di masa yang akan datang (Tandelilin, 2000). Kegiatan investasi adalah

BAB I PENDAHULUAN. di masa yang akan datang (Tandelilin, 2000). Kegiatan investasi adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengantar Ekonomi Makro Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pengertian Ilmu Ekonomi Adalah studi mengenai cara-cara yang ditempuh oleh masyarakat untuk menggunakan sumber daya yang langka guna memproduksi komoditas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi merupakan suatu daya tarik bagi para investor karena dengan berinvestasi seorang investor dihadapkan pada dua hal yaitu return (imbal hasil) dan risiko. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bank adalah suatu lembaga keuangan yang mempunyai peranan sebagai tempat menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit(abdullah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan ekonomi membutuhkan modal dasar sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan ekonomi membutuhkan modal dasar sebagai alat untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi membutuhkan modal dasar sebagai alat untuk menggerakkan perekonomian. Modal dasar pembangunan dapat berupa kekayaan alam, sumberdaya manusia, teknologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan harus siap dalam menghadapi pasar bebas dimana setiap sekat. dan makmur material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang

BAB I PENDAHULUAN. dan harus siap dalam menghadapi pasar bebas dimana setiap sekat. dan makmur material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan yang sangat cepat menuntut kita untuk selalu siap dalam menghadapi persaingan yang sangat ketat. Indonesia sebagai negara yang sedang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Umum Suku Bunga Keynes berpendapat bahwa suku bunga itu adalah semata-mata gejala moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena tingkat bunga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi pada hakekatnya adalah langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi dan mencerminkan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh BI Rate terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh BI Rate terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh BI Rate terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.7 Tahun 1992 tentang bank dengan sistem bagi hasil. Kemudian. (BPR), dan Bank Pengkreditan Rakyat Syariah (BPRS).

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.7 Tahun 1992 tentang bank dengan sistem bagi hasil. Kemudian. (BPR), dan Bank Pengkreditan Rakyat Syariah (BPRS). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan peran perbankan syariah di Indonesia tidak terlepas dari sistem perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah di Indonesia di awali pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara sangat menentukan tingkat. kesejahteraan masyarakat suatu negara, yang berarti bahwa suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara sangat menentukan tingkat. kesejahteraan masyarakat suatu negara, yang berarti bahwa suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian suatu negara sangat menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu negara, yang berarti bahwa suatu negara menginginkan negaranya memiliki suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Hal ini tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS 10 BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Bank 2.1.1. Definisi Bank Bank sebagai suatu wahana yang dapat menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien, yang dengan berasaskan demokrasi ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dua persoalan ekonomi yang sering diangkat menjadi komoditas politik

BAB I PENDAHULUAN. Dua persoalan ekonomi yang sering diangkat menjadi komoditas politik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dua persoalan ekonomi yang sering diangkat menjadi komoditas politik adalah inflasi dan pengangguran. Prathama dan Mandala menjelaskan kategori pemerintahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh masyarakat. Dalam kehidupannya, manusia memerlukan uang untuk melakukan kegiatan ekonomi, karena uang

Lebih terperinci