KATA PENGANTAR. Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Dr. Ir. Hasil Sembiring, M.Sc NIP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Dr. Ir. Hasil Sembiring, M.Sc NIP"

Transkripsi

1 i

2 KATA PENGANTAR Jagung merupakan komoditas tanaman pangan yang memiliki peranan strategis dalam pembangunan nasional. Permintaan jagung terus mengalami peningkatan berbanding lurus dengan pertumbuhan penduduk, sebagai dampak dari peningkatan kebutuhan pangan, konsumsi protein hewani dan energi. Menyadari fungsi dan peran penting jagung tersebut, maka pemerintah berupaya untuk mewujudkan swasembada jagung melalui peningkatan produksi jagung secara berkelanjutan. Untuk itu, maka pada tahun anggaran 2017 ini pemerintah memfasilitasi melalui Kegiatan Jagung. Kegiatan Jagung Tahun 2017 ini diharapkan mampu mendorong perluasan areal tanam jagung pada lahan-lahan perkebunan, kehutanan, Perhutani/Inhutani, lahan kesultanan, lahan adat/ulayat dan lain-lain yang sebelumnya tidak pernah ditanami jagung atau sebelumnya pernah ditanami jagung tetapi kemudian tidak ditanami lagi (peningkatan IP). Sehubungan dengan hal tersebut, maka diperlukan Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Jagung Tahun 2017 untuk mengoperasionalkan kegiatan tersebut di daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota). Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Jagung Tahun 2017 ini disusun untuk menjadi acuan bagi seluruh pihak yang akan melaksanakan kegiatan ini. Kepada semua pihak yang memberikan bantuan dalam pelaksanaan kegiatan ini, disampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih. Jakarta, 30 Desember 2016 Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Dr. Ir. Hasil Sembiring, M.Sc NIP i

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR LAMPIRAN... iv DAFTAR TABEL vii I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Dasar Hukum... 3 C. Tujuan dan Sasaran... 7 D. Pengertian-Pengertian... 7 II. KERAGAAN, TANTANGAN DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG A. Keragaan Produksi B. Sasaran Produksi Jagung Tahun C. Rancangan Neraca Produksi Jagung Tahun D. Tantangan dan Peluang Peningkatan Produksi III. STRATEGI DAN UPAYA PENCAPAIAN PRODUKSI JAGUNG 20 A. Strategi Pencapaian Produksi Jagung B. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Jagung ii

4 IV. PELAKSANAAN KEGIATAN A. Kriteria Calon Petani Pelaksana Kegiatan B. Kriteria Calon Lokasi Kegiatan C. Pembagian Tugas dan Penanggung Jawab D. Prosedur Pengajuan CP/CL E. Pemilihan Varietas F. Bantuan/Fasilitasi Dalam Pelaksanaan Kegiatan G. Jadwal Pelaksanaan V. PENGORGANISASIAN DAN OPERASIONALISASI 39 A. Pengorganisasian. 39 B. Operasionalisasi. 40 VI. BIMBINGAN/PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN. 44 VII. PENGENDALIAN, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN A. Pengendalian Kegiatan B. Monitoring C. Evaluasi dan Pelaporan VIII. PENUTUP LAMPIRAN iii

5 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas Halaman dan Produksi Jagung Tahun 2017 (UPSUS ) Lampiran 2. Sasaran Luas Tanam Jagung Bulanan MT 2016/2017 dan Tahun 2017 (UPSUS) Lampiran 3. Sasaran Produksi Jagung Bulanan Tahun 2017 (UPSUS) Lampiran 4. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung Tahun 2017 per Kabupaten (UPSUS) Lampiran 5. Kebutuhan Benih Jagung Hibrida Tahun Lampiran 6. Kebutuhan Pupuk NPK untuk Jagung Tahun Lampiran 7. Kebutuhan Pupuk Urea untuk Jagung Tahun Lampiran 8. Kebutuhan Pupuk Organik untuk Jagung Tahun Lampiran 9. Rekapitulasi Areal Kegiatan Jagung Tahun Lampiran 10. Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota Tentang Usulan CPCL Pelaksana Kegiatan Jagung Tahun Lampiran 11. Surat Persetujuan Kepala Dinas Pertanian Provinsi Tentang Pelaksana Kegiatan Jagung Tahun iv

6 Lampiran 12. Contoh Surat Keputusan PPK Dinas Pertanian Provinsi Tentang Penetapan Pelaksana/Kelompok Tani Penerima Bantuan Kegiatan Jagung Tahun Lampiran 13. Contoh Lampiran Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Provinsi Penetapan Pelaksana/ Kelompok Tani Penerima Bantuan Kegiatan Jagung Tahun Lampiran 14. Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Pelaksana Kegiatan Jagung Tahun Lampiran 15. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Jagung Tahun Lampiran 16. Blangko Laporan Bulanan Kecamatan Realisasi Kegiatan Jagung Tahun Lampiran 17. Blangko Laporan Bulanan Kabupaten Realisasi Kegiatan Jagung Tahun Lampiran 18. Blangko Laporan Bulanan Provinsi Realisasi Kegiatan Jagung Tahun Lampiran 19. Blangko Laporan Akhir Provinsi/Kabupaten Realisasi Kegiatan Jagung Tahun Lampiran 20. Check list Pengendalian Kegiatan Lampiran 21. Surat Pernyataan Penyelesaian Pekerjaan 88 Lampiran 22. Contoh Berita Acara Pemeriksaan Hasil Pekerjaan. 89 Lampiran 23. Contoh Berita Acara Serah Terima Barang 90 v

7 Lampiran 24. Daftar Varietas Jagung Hibrida Hasil Penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian Lampiran 25. Daftar Varietas Jagung Komposit Hasil Penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian vi

8 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung Tahun Tabel 2. Sasaran Produksi Jagung Tahun Tabel 3. Rancangan Neraca Produksi Jagung Tahun Tabel 4. Skenario Pencapaian Produksi Jagung Tahun vii

9 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditas jagung mempunyai peran yang sangat strategis, baik dalam sistem ketahanan pangan maupun perannya sebagai penggerak roda ekonomi nasional. Selain perannya sebagai pangan bagi sebagian masyarakat Indonesia, jagung juga berkontribusi terhadap ketersediaan protein karena jagung menjadi bahan baku pakan baik ternak maupun perikanan. Jagung menjadi penarik bagi pertumbuhan industri hulu dan pendorong pertumbuhan industri hilir yang berkontribusi cukup besar pada pertumbuhan ekonomi nasional. Jagung tidak hanya digunakan sebagai bahan pangan dan pakan saja, tetapi juga digunakan sebagai bahan baku industri lainnya, seperti bahan bakar alternatif (biofuel), polymer dan lain-lain. Permintaan jagung baik untuk industri pangan, pakan, dan kebutuhan industri lainnya dalam lima tahun ke depan diproyeksikan akan terus meningkat seiring dengan terus bertambahnya jumlah penduduk dan juga peningkatan pendapatan dan daya beli masyarakat. Indonesia mempunyai potensi sangat besar dalam meningkatkan produksi maupun produktivitas jagung. Lahan yang tersedia untuk budidaya jagung sangat luas, persyaratan agroklimat sederhana, 1

10 teknologi sudah tersedia, sehingga prospek keuntungan bagi pembudidayanya cukup besar. Peningkatan produksi jagung dalam rangka memenuhi kebutuhan jagung dalam negeri telah dilakukan dengan berbagai upaya antara lain melalui: (1) Peningkatan produktivitas (penerapan teknologi tepat guna spesifik lokasi); (2) Penggunaan varietas unggul bermutu; (3) Pengembangan Optimasi Lahan Mendukung Produksi; (4) Penerapan PTT; (5) Pengamanan produksi dari serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI); (6) Penanganan pasca panen; (7) Dukungan penelitian dan penyuluhan, dan (8) Menjalin kemitraan dengan stakeholders untuk penguatan modal, bantuan sarana produksi, penanganan pasca panen, dan pemasaran hasil. Untuk memenuhi kebutuhan jagung dalam negeri yang terus meningkat, pemerintah telah menetapkan sasaran produksi jagung tahun 2017 berdasarkan RKP adalah ton, sementara untuk sasaran UPSUS sebesar ton pipilan kering (PK). Sasaran UPSUS tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan pencapaian produksi jagung tahun 2016, dimana berdasarkan Angka Ramalan II (ARAM II) BPS 2016 yaitu sebesar ton pipilan kering (PK). Menyikapi hal ini, pemerintah bermaksud untuk meningkatkan luas areal pertanaman jagung yang menggunakan benih unggul bermutu di sejumlah daerah yang potensial. Upaya peningkatan 2

11 produksi dan produktivitas ini dituangkan dalam Kegiatan Jagung Tahun Sehubungan dengan hal tersebut di atas agar pelaksanaan Kegiatan Jagung Tahun 2017 dapat mencapai sasaran yang diharapkan maka disusun Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Jagung Tahun 2017 sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan tersebut di lapangan. Mengingat keberagaman kondisi di masing-masing daerah dan kemampuan adopsi inovasi teknologi, maka Pedoman Pelaksanaan ini dapat dilengkapi oleh Dinas Pertanian Provinsi dalam bentuk Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK), sehingga kegiatan tersebut dapat dilakukan tepat waktu dan tepat sasaran dan selanjutnya dirinci secara teknis oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dalam bentuk Petunjuk Teknis (JUKNIS) sesuai dengan kondisi spesifik lokasi agar lebih operasional sesuai kebutuhan di lapangan dan tidak multitafsir. Apabila terdapat perubahan dan ada yang belum diatur dalam Pedoman Pelaksanaan ini, selanjutnya akan diatur lebih lanjut. Mekanisme perubahan melalui usulan dari Kepala Dinas Pertanian Provinsi yang disampaikan kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan. 3

12 B. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3478); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286); 3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 6. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran

13 (Lembaran Negara Tahun 2015 Nomor 278, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5767); 7. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2017 (Lembaran Negara Tahun 2016 Nomor 240); 8. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 9. Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja; 10. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan keempat atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; 11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pembayaran dalam rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; 12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 173/PMK.05/2016 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah Pada Kementerian/Lembaga; perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah Pada Kementerian/Lembaga; 5

14 13. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 48/Permentan/OT.140/ 10/2006 tentang Pedoman Budidaya Tanaman Pangan yang Baik dan Benar (Good Agriculture Practices); 14. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 31 Tahun 2010 tentang Pedoman Sistem Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Pembangunan Pertanian; 15. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.010/ 8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian; 16. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 135/Permentan/OT.140/ 12/2013 tentang Pedoman Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 17. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 62/Permentan/RC.110/ 12/2016 tentang Pedoman Umum Pengelolaan dan Penyaluran Bantuan Pemerintah Lingkup Kementerian Pertanian Anggaran Tahun 2017; 18. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 43/Kpts/OT.050/12/2015 tentang Kelompok Kerja Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai Melalui Program Perbaikan Jaringan Irigasi dan Sarana Pendukungnya; 19. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 1397/RC.110/C/12/2016 tentang Petunjuk Teknis Penyaluran Bantuan Pemerintah 6

15 Lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2017; 20. Daftar Isian Pelaksanaan dan Anggaran (DIPA) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Nomor SP-DIPA / 2017 tanggal 7 Desember 2017; C. Tujuan dan Sasaran 1. Tujuan a. Sebagai acuan untuk pelaksanaan Kegiatan Jagung Tahun 2017 bagi Provinsi dan Kabupaten/Kota. b. Meningkatkan produktivitas dan produksi jagung. 2. Sasaran a. Tersedianya acuan pelaksanaan Kegiatan Jagung Tahun 2017 melalui integrasi dengan lahan perkebunan, kehutanan, Perhutani/Inhutani, lahan kesultanan, lahan adat/ulayat dan lain-lain bagi provinsi dan kabupaten/kota dalam rangka mendukung peningkatan produksi jagung tahun b. Meningkatnya produktivitas dan produksi jagung. 7

16 D. Pengertian-Pengertian 1. Pengembangan Jagung Tahun 2017 merupakan perluasan areal tanam jagung pada lahan-lahan perkebunan, kehutanan, Perhutani/Inhutani, lahan Kesultanan, lahan adat/ulayat dan lain-lain yang sebelumnya tidak pernah ditanami jagung atau sebelumnya pernah ditanami jagung tetapi kemudian tidak ditanami lagi (peningkatan IP). 2. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau korporasi yang mengelola usaha di bidang pertanian, wanatani, minatani, agropasture, penangkaran satwa dan tumbuhan, di dalam dan di sekitar hutan, yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran, dan jasa penunjang. 3. Kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, sumber daya, kesamaan komoditas, dan keakraban untuk meningkatkan serta mengembangkan usaha anggota. 4. Gabungan Kelompok tani (Gapoktan) adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. 5. Calon Petani dan Calon Lokasi (CP/CL) adalah calon petani penerima bantuan dan calon lokasi lahan yang akan ditanami jagung pada kegiatan Jagung Tahun

17 6. Verifikasi adalah kegiatan pengujian terhadap suatu dokumen untuk memperoleh kebenaran sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. 7. Rencana Usahatani Kelompok (RUK) adalah rencana kerja usahatani dari kelompok tani untuk satu periode musim tanam yang disusun melalui musyawarah dalam pengelolaan usahatani sehamparan wilayah kelompoktani yang memuat uraian kebutuhan saprodi yang meliputi: jenis, volume, harga satuan dan jumlah uang yang diajukan untuk pembelian saprodi sesuai kebutuhan di lapangan (spesifik lokasi) dan pengeluaran lainnya. 8. Bantuan Pemerintah adalah bantuan yang tidak memenuhi kriteria bantuan sosial yang diberikan oleh Pemerintah kepada perseorangan, kelompok masyarakat atau lembaga pemerintah/nonpemerintah. Bentuk Bantuan Pemerintah meliputi Pemberian penghargaan; Beasiswa; Tunjangan profesi guru dan tunjangan lainnya; Bantuan Operasional; bantuan sarana Prasarana; bantuan rehabilitasi/pembangunan gedung/bangunan; dan bantuan lainnya yang memiliki karakteristik bantuan pemerintah yang ditetapkan oleh Pengguna Anggaran (PA). 9. Benih Varietas Unggul Bersertifikat, adalah benih bina varietas unggul yang dalam proses produksinya dilaksanakan sesuai peraturan sertifikasi benih. 9

18 10. Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun nonorganik (mineral). 11. Pupuk anorganik adalah pupuk yang dihasilkan dari proses pembuatan pabrik yang memberikan nutrisi yang langsung terlarut ke tanah dan siap diserap tumbuhan tanpa memerlukan proses pelapukan. 12. Pupuk Urea adalah adalah pupuk kimia yang mengandung Nitrogen (N) berkadar tinggi. Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Pupuk urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih. 13. Pemandu Lapangan (PL) adalah Penyuluh Pertanian, Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT), Pengawas Benih Tanaman (PBT) yang berperan sebagai pendamping dan pengawal pelaksanaan kegiatan. 14. Bimbingan dan Pengawalan oleh Petugas Dinas adalah kegiatan yang dilakukan oleh petugas Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota termasuk Penyuluh, POPT, PBT, Mantri Tani dan atau petugas lainnya sesuai dengan kebutuhan di lapangan dalam melakukan pengawalan dan pendampingan, guna lebih mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan. 10

19 15. Bimbingan dan Pengawalan oleh Aparat adalah kegiatan yang dilakukan oleh TNI, POLRI beserta jajarannya, Camat, Kades dan atau petugas lainnya sesuai dengan kebutuhan di lapangan dalam melakukan pengawalan, pendampingan dan membantu pelaksanaan kegiatan. 16. Bimbingan dan Pengawalan oleh Peneliti adalah kegiatan yang dilakukan oleh peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) didukung oleh peneliti UK/UPT Lingkup Badan Litbang Pertanian guna meningkatkan pemahaman dan akselerasi adopsi Teknologi Tumpangsari jagung di lahan perkebunan dan Fasilitasi Pengembangan Jagung Tahun 2017 lainnya. 17. Bimbingan dan Pengawalan oleh Penyuluh adalah kegiatan yang dilakukan oleh Penyuluh guna meningkatkan penerapan Teknologi Budidaya Jagung dan secara berkala hadir di lokasi kegiatan dalam rangka pemberdayaan kelompok tani sekaligus memberikan bimbingan kepada kelompok tani dalam penerapan teknologi tersebut. 18. Bimbingan dan Pengawalan oleh POPT (Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan) adalah kegiatan pendampingan oleh Pengawas OPT dalam rangka Pengendalian Hama Terpadu (PHT). 11

20 19. Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota adalah Dinas yang membidangi tanaman pangan yang mempunyai tugas dan fungsi sebagai pembina, pelaksana dan pengendalian kegiatan/ program pembangunan sektor pertanian di tingkat provinsi/ kabupaten/kota. 20. Dinas Perkebunan Provinsi/Kabupaten/Kota adalah Dinas yang membidangi perkebunan yang mempunyai tugas dan fungsi sebagai pembina, pelaksana dan pengendalian kegiatan/program pembangunan sektor perkebunan di tingkat provinsi/kabupaten/kota. 21. Monitoring dan evaluasi adalah kegiatan pemantauan yang dimulai dari tahap awal sampai akhir pelaksanaan kegiatan sesuai aturan yang sudah ditetapkan. 22. Pelaporan adalah penyajian data/fakta/kondisi kegiatan yang telah dilaksanakan dan yang akan dilaksanakan sesuai aturan yang sudah ditetapkan. 23. Swadaya adalah semua upaya yang dilakukan petani dengan sumber pembiayaan yang berasal dari modal petani sendiri. 24. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA adalah Menteri/Pimpinan Lembaga yang bertanggung jawab atas penggunaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan. 12

21 25. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut KPA adalah pejabat yang memperoleh kuasa dari Pengguna Anggaran (PA) untuk melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan. 26. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh PA/Kuasa PA untuk mengambil keputusan dan/atau tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran atas beban APBN. 13

22 II. KERAGAAN, TANTANGAN DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG A. Keragaan Produksi jagung dalam 5 tahun terakhir meningkat 19,49%, dari 19,39 juta ton PK pada tahun 2012 menjadi sebesar 23,16 juta ton PK (Prakiraan 2016), dengan perkiraan luas panen ha dan produktivitas 52,83 ku/ha (angka masih berubah sampai ditetapkannya ATAP 2016), sedangkan peningkatan produktivitas mencapai 7,85% dan luas panen meningkat 10,79%, seperti terlihat pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung Tahun Tahun Luas Panen Produktivitas Produksi (ha) (%) (ku/ha) (%) (ton) (%) ,957, ,387, ,821,059 (3.45) (1.10) 18,511,853 (4.51) ,837, ,008, ,787,367 (1.29) ,612, ,384, ,164, Rerata 5 tahun 3,957, ,936,930 Perkembangan 426, ,777, Sumber: BPS 14

23 B. Sasaran Produksi Jagung 2017 Sasaran produksi jagung tahun 2017, dikemukakan pada Tabel 2 berikut: Tabel 2. Sasaran Produksi Jagung Tahun 2017 (UPSUS) Uraian Sasaran Sasaran (%) Sasaran thdp 2016 Luas Tanam (ha) 4,800,000 6,046, Luas Panen (ha) 4,560,000 5,743, Produktivitas (ku/ha) Produksi (ton) 24,000,000 30,544, Sumber: BPS Sasaran produksi jagung tahun 2017 sebesar 30,54 juta ton PK atau meningkat 26,44% dari sasaran produksi jagung tahun 2016 yang dihasilkan dari sasaran luas tanam jagung seluas 6,05 juta ha dan sasaran luas panen 5,74 juta ha atau meningkat 25,96% dari sasaran luas tanam dan panen jagung tahun 2016, sasaran produktivitas jagung tahun 2017 sebesar 53,18 ku/ha atau meningkat 0,39% dari sasaran produktivitas jagung tahun Secara rinci sasaran tanam, panen, produktivitas dan produksi Jagung tahun 2017 per Provinsi disajikan pada Lampiran 1, sasaran tanam dan produksi per bulan per provinsi, disajikan pada Lampiran 2 dan Lampiran 3; sasaran tanam, panen, provitas dan produksi per kabupaten pada Lampiran 4 serta kebutuhan benih dan pupuk per bulan per provinsi disajikan pada Lampiran 5, 6, 7 dan 8. 15

24 C. Rancangan Neraca Produksi Jagung 2017 Dengan penetapan sasaran produksi jagung sebagaimana dijelaskan di atas, diharapkan neraca produksi dan kebutuhan jagung semakin proporsional. Rancangan neraca produksi dan kebutuhan jagung nasional pada tahun 2017 dapat dijelaskan sebagaimana tercantum pada Tabel 3 di bawah ini. Rancangan neraca produksi jagung tahun 2017 diharapkan positif atau surplus pada setiap bulannya. Hal ini untuk mengantisipasi tidak terjadinya kekurangan produksi jagung dalam pemenuhan kebutuhan terutama pabrik pakan. Tabel 3. Rancangan Neraca Produksi Jagung Tahun 2017 Bulan Produksi Losses Nett Produksi Konsumsi Langsung Kebutuhan Pabrik Pakan Pakan Lokal Benih/Bibit Industri Non Pakan 1,300,000 Januari 1,916,251 95,813 1,820,439 33, , ,682 8, ,447 1,816,791 3,647 1,303,647 Februari 5,024, ,242 4,773,605 33, , ,682 21, ,174 2,414,545 2,359,061 3,662,708 Maret 3,517, ,861 3,341,352 36, , ,428 14, ,588 2,250,140 1,091,212 4,753,921 April 2,165, ,290 2,057,504 34, , ,097 9, ,386 1,916, ,358 4,895,278 Mei 2,130, ,537 2,024,211 33, , ,682 8, ,794 1,857, ,657 5,061,935 Juni 2,430, ,542 2,309,296 33, , ,052 9, ,241 1,932, ,215 5,439,150 Juli 2,294, ,717 2,179,616 33, , ,682 9, ,564 1,888, ,643 5,729,793 Agustus 2,108, ,436 2,003,289 33, , ,682 8, ,651 1,853, ,965 5,879,757 September 2,424, ,229 2,303,354 34, , ,871 8, ,064 1,936, ,830 6,246,588 Oktober 2,177, ,878 2,068,682 33, , ,777 7, ,599 1,877, ,206 6,437,794 November 2,324, ,206 2,207,905 33, , ,682 8, ,165 1,893, ,995 6,751,789 Desember 2,029, ,486 1,928,237 33, , ,682 7, ,791 1,837,468 90,769 6,842,558 Total 30,544,728 1,527,236 29,017, ,550 9,520,000 7,680, ,921 5,745,463 23,474,935 5,542,557 6,842,558 Total Neraca Neraca Kumulatif 16

25 D. Tantangan dan Peluang Peningkatan Produksi Upaya peningkatan produksi jagung diarahkan untuk mencapai swasembada jagung secara berkelanjutan. Namun demikian masih terdapat sejumlah kendala dan masalah yang perlu diselesaikan. Kendala dan masalah tersebut adalah belum teradopsinya sistem Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) secara penuh dan utuh di kalangan petani jagung. Beberapa masalah tersebut antara lain sebagai berikut: d.1. Penggunaan Benih Unggul Penggunaan benih unggul merupakan kunci utama untuk peningkatan produktivitas jagung. Dalam kaitan ini pemerintah mendorong penggunaan benih jagung hibrida unggul karena memiliki tingkat produktivitas yang tinggi. Sampai saat ini tingkat penggunaan benih jagung hibrida masih rendah yaitu baru sekitar 60% dari total pertanaman. Tingkat penggunaan benih unggul yang masih rendah ini antara lain disebabkan harga benih jagung hibrida relative tinggi sehingga tidak terjangkau oleh sebagian besar petani. Selain masalah harga, distribusi benih unggul jagung hibrida yang belum meluas juga menjadi kendala bagi petani untuk menanam jagung varietas unggul. 17

26 d.2. Pemupukan Berimbang Penerapan penggunaan pupuk berimbang juga belum sepenuhnya diterapkan oleh petani, sehingga masih menjadi permasalahan dalam pengembangan jagung. Saat ini sebagian besar petani belum menerapkan prinsip pemupukan sesuai rekomendasi sehingga produktivitas hasil tidak maksimal sesuai potensi. Permasalahan lain yaitu keterbatasan modal dan ketersediaan pupuk tepat waktu dan tepat jumlah. Terkait dengan permodalan, sebagian besar petani jagung masih menggunakan modal sendiri tanpa dukungan dari perbankan atau lembaga permodalan lainnya. Akibatnya, petani memupuk sesuai dengan kemampuan keuangannya. Sementara itu, di sejumlah daerah distribusi pupuk juga masih belum lancar sehingga sering terjadi pupuk tidak tersedia pada saat diperlukan. Kondisi di atas menyebabkan produktivitas jagung di tingkat petani masih rendah. c.3. Pasca Panen Penanganan pasca panen sangat diperlukan mengingat hasil panen jagung mudah rusak jika tidak mendapat perlakuan pasca panen yang tepat. Sembilan jam setelah panen, jagung harus dikeringkan sampai kadar air mencapai 14-15%. Jika tidak maka jagung akan berjamur dan terkena aflatoxin. 18

27 Kandungan aflatoxin yang tinggi bisa menyebabkan keracunan pada unggas yang memakannya. Namun demikian sampai saat ini mayoritas petani belum melakukan penanganan pasca panen dengan baik dan benar. Setelah pemanenan, petani umumnya hanya mengeringkan di bawah sinar matahari. Pengeringan dengan cara ini sebenarnya cukup bisa menurunkan kadar air namun sulit untuk mencapai tingkat maksimum (14-15%). Selain itu, jika panen dilakukan pada musim hujan pengeringan akan terkendala oleh cuaca yang kurang baik (mendung, hujan, dan lain-lain). Untuk mengatasi hal tersebut di atas seharusnya dilakukan pengeringan secara mekanis dengan menggunakan alat pengering (dryer). Namun ketersediaan dryer baik yang disediakan pemerintah maupun swasta masih sangat terbatas. Akibatnya kualitas jagung petani jarang mencapai tingkat terbaik (premium). Pengolahan pasca panen yang tidak maksimal ini juga menyebabkan susut hasil akibat kerusakan jagung. 19

28 III. STRATEGI DAN UPAYA PENCAPAIAN PRODUKSI JAGUNG Jagung merupakan komoditas tanaman pangan yang memiliki peranan strategis dalam pembangunan nasional. Saat ini, jagung tidak hanya digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga digunakan sebagai bahan pakan dan industri. Permintaan jagung terus mengalami peningkatan berbanding lurus dengan pertumbuhan penduduk, sebagai dampak dari peningkatan kebutuhan pangan, konsumsi protein hewani dan energi. Sebagian besar dari pemenuhan konsumsi protein hewani masyarakat bersumber dari daging ayam. Dalam hal ini jagung merupakan bahan baku utama pakan ternak, dan menentukan keberlanjutan produksi daging nasional. Menyadari fungsi dan peran penting jagung tersebut, maka pemerintah berupaya untuk mewujudkan swasembada jagung melalui peningkatan produksi jagung secara berkelanjutan. Untuk itu, pada tahun anggaran 2017 ini pemerintah memfasilitasi Kegiatan Jagung. Kegiatan Jagung Tahun 2017 ini diharapkan mampu mendorong perluasan areal tanam jagung pada lahan-lahan perkebunan, kehutanan, Perhutani/Inhutani, lahan kesultanan, lahan adat/ulayat dan lain-lain yang sebelumnya 20

29 tidak pernah ditanami jagung atau sebelumnya pernah ditanami jagung tetapi kemudian tidak ditanami lagi (peningkatan IP). A. Strategi Pencapaian Produksi Jagung 2017 a.1. Perluasan Areal Tanam (Ekstensifikasi) Dalam upaya peningkatan produksi jagung, maka kegiatan jagung yang difasilitasi Kementerian Pertanian melalui APBN TA menitikberatkan pada kegiatan perluasan areal tanam (ektensifikasi) dan peningkatan indeks pertanaman jagung pada lahan yang masih berpotensi untuk ditingkatkan, antara lain lahan kering, lahan tadah hujan, lahan hutan, dan lahan lainnya. Guna mendukung kegiatan ini dilaksanakan melalui pemberian bantuan prasarana dan sarana pertanian yang terdiri dari : benih jagung, alat dan mesin pertanian baik pra panen maupun pasca panen serta infrastruktur air irigasi/jaringan irigasi sesuai kebutuhan lahan dan didukung oleh potensi sumber daya alam yang tersedia dilokasi. a.2. Peningkatan Produktivitas (Intensifikasi) Peningkatan produktivitas jagung merupakan usaha yang dilakukan untuk meningkatkan produksi jagung dengan cara mengoptimalkan lahan pertanian yang sudah tersedia. Dalam pelaksanaan kegiatan intensifikasi jagung akan fokus pada 21

30 upaya pananganan masalah terkait: pengelolaan tanah, penggunaan benih bermutu, penanaman, pemupukkan, pemanenan dan kegiatan selama pasca panen. Peningkatan produktivitas jagung dilakukan melalui peningkatan penggunaan benih varietas spesifik lokasi unggul bermutu dengan produktivitas tertinggi termasuk benih jagung hibrida, komposit, pemupukan sesuai rekomendasi spesifik lokasi, pengelolaan pengairan dan perbaikan budidaya lainnya disertai dengan peningkatan pengawalan, pendampingan, pemantauan dan koordinasi. Strategi ini terutama dilaksanakan di wilayah dimana perluasan areal sudah sulit dilakukan, sehingga dengan penerapan teknologi spesifik lokasi diharapkan masih dapat ditingkatkan produktivitasnya. B. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Jagung Tahun 2017 Fokus Utama pencapaian sasaran produksi jagung tahun 2017 adalah peningkatan produksi jagung. Sejalan dengan hal tersebut, maka pada tahun 2017 upaya peningkatan produksi jagung akan diarahkan pada kegiatan perluasan areal tanam (PAT) dan peningkatan indeks pertanaman (PIP). Upaya peningkatan produksi jagung diarahkan untuk mencapai swasembada jagung secara berkelanjutan. Peningkatan produksi jagung dilakukan dengan berbagai upaya antara lain melalui: (1) Peningkatan produktivitas (penerapan teknologi tepat guna spesifik 22

31 lokasi); (2) Penggunaan varietas unggul bermutu; (3) Pengembangan Optimasi Lahan Mendukung Produksi; (4) Penerapan PTT; (5) Pengamanan produksi dari serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dan Dampak Perubahan Iklim (DPI); (6) Penanganan pasca panen; (7) Dukungan penelitian dan penyuluhan, dan (8) Menjalin kemitraan dengan stakeholders untuk penguatan modal, bantuan sarana produksi, penanganan pasca panen, dan pemasaran hasil. Sasaran tanam 2017 seluas ha akan tercapai melalui dukungan program dan kegiatan, sebagai berikut: 1. Peningkatan luas tanam 2016 dengan memanfaatkan pertanaman carry over 2016 seluas : ha, meliputi: Pengembangan Jagung di Lahan Khusus : ha Pertanaman Reguler (APBN & Pengadaan Pusat) : ha Swadaya Masyarakat : ha. 2. Peningkatan luas tanam 2017 seluas : ha, meliputi: Perluasan Areal Tanam (PAT)/Peningkatan Indeks Pertanaman (PIP) : ha Integrasi Perkebunan : ha Peningkatan mutu pertanaman reguler/swadaya : ha. 23

32 Guna pencapaian sasaran produksi pada 2017, didukung pula oleh program dan kegiatan seperti berikut: 1. Program Peningkatan Produksi dan Mutu Hasil Pertanian seluas: ha, meliputi: ha menjadi tanggung jawab Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan ha menjadi tanggung jawab Direktorat Jenderal Perkebunan. 2. Program Pupuk Bersubsidi. 3. Dukungan Program Lainnya, yaitu : alsintan pasca panen meliputi: Corn Combine Harvester sebanyak 100 unit dan Corn Sheller sebanyak: unit. Rekapitulasi alokasi kegiatan budidaya jagung tahun 2017 disajikan pada Lampiran 9. Adapun skenario pencapaian produksi jagung tahun 2017, dijabarkan seperti pada Tabel 4 berikut. Tabel 4. Skenario Pencapaian Produksi Jagung 2017 (UPSUS) No Uraian Luas Tanam (Ha) Luas Panen (Ha) Produktivitas (Ku/Ha) Produksi (Ton PK) I Peningkatan Luas Tanam ,913,379 1,817, ,290,396 carry over 2016 a. Pengembangan Jagung di Lahan Khusus , , ,357,834 b. Pertanaman Reguler (GPJH + Pengadaan Pusat) 311, , ,777,482 c. Swadaya Masyarakat 1,050, , ,155,080 II Peningkatan Luas Tanam ,132,694 3,926, ,254,332 a. PAT / PIP 2,000,000 1,900, ,400,000 b. Integrasi Jagung dengan Tanaman Perkebunan 1,000, , ,275,000 b. peningkatan mutu pertanaman reguler 1,132,694 1,076, ,579,332 Total 6,046,073 5,743, ,544,728 24

33 Untuk mendukung kegiatan jagung maka akan difasilitasi bantuan benih dan pupuk Urea kepada kelompok pelaksana serta dukungan pembinaan, pengawasan pengelolaan produksi jagung. Sejalan dengan fasilitasi bantuan yang diberikan pemerintah pada tahun 2017, maka luas areal pengembangan jagung seluas ha terdiri dari kegiatan jagung hibrida seluas ha dan kegiatan jagung komposit seluas ha. Agar upaya ini dapat berhasil maka dukungan dari berbagai pihak sangat diperlukan melalui gerakan yang luar biasa antara lain : (1) gerakan pengolahan tanah; (2) gerakan tanam dan panen serentak; (3) gerakan pemupukan berimbang; (4) gerakan penerapan teknologi; (5) gerakan pengendalian OPT; (6) gerakan penanganan panen dan pasca panen; dan (7) gerakan lainnya dengan dukungan dana APBN maupun APBD I dan APBD II serta dana masyarakat dan stakeholder. Penyuluh Pertanian/PPL, POPT, PBT, Aparat (TNI-AD) tetap harus melakukan pengawalan dan pendampingan pada areal tanam di luar program. Pada prinsipnya semua dana yang ada dan dikelola oleh Dinas Pertanian dan Bakorluh/Bapeluh ditujukan untuk meningkatkan produksi jagung baik di areal program maupun di luar areal non program. 25

34 IV. PELAKSANAAN KEGIATAN Kegiatan Jagung Tahun 2017 diarahkan untuk perluasan areal tanam melalui peningkatan indeks pertanam (PIP) dan atau perluasan areal tanam (PAT). A. Kriteria Calon Petani/Pelaksana Kegiatan Pelaksana kegiatan (Penerima manfaat/penerima bantuan) dalam rangka Kegiatan Jagung Tahun 2017 mengacu pada PMK 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan Pemerintah pada Kementerian Negara/Lembaga. Menurut peraturan tersebut penerima bantuan pemerintah meliputi: 1). Kelompok Masyarakat (Kelompok tani, Gabungan kelompok tani, LMDH, Koperasi, dan lain-lain), 2). Lembaga Pemerintah (TNI, POLRI, Sekolah, Perguruan Tinggi, dan lain lain); atau 3).Lembaga Non Pemerintah (Lembaga Adat, Kesultanan/Kerajaan, Pesantren, Gereja, dan lain lain). Adapun kriteria calon petani/pelaksana kegiatan sebagai berikut: 1. Gapoktan/Poktan/LMDH/Koperasi/Asosiasi Profesi/Lembaga Pemerintah dan Lembaga Non Pemerintah. Khusus untuk Gapoktan/Poktan/LMDH yang memiliki keabsahan (pengukuhan) dari instansi yang berwenang dan direkomendasikan oleh dinas pertanian. 26

35 2. Kelompok penerima bantuan yang sudah terdaftar pada Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) pupuk bersubsidi, dapat membeli pupuk bersubsidi sesuai harga pupuk bersubsidi. 3. Kelompok tani/gapoktan merupakan kelompok yang dinamis, pro aktif dan bertempat tinggal dalam satu desa/wilayah yang berdekatan dan diusulkan oleh Kepala Desa dan atau KCD dan atau Kepala UPTD dan atau Petugas Lapangan/Penyuluh. 4. Kelompok tani/gapoktan adalah petani aktif dan mempunyai kepengurusan yang lengkap yaitu minimal ada Ketua, Sekretaris dan Bendahara serta memiliki lahan atau pun penggarap/ penyewa dan mau mengikuti seluruh rangkaian kegiatan. 5. Kelompok penerima bantuan dapat di lahan perkebunan (BUMN, swasta, perkebunan rakyat), kawasan hutan (Perhutani/Inhutani), lahan milik lembaga pemerintah/lembaga non pemerintah, lahan adat/ulayat, lahan masyarakat, lahan Perluasan Areal Tanam (PAT) baru/lahan pengembangan 2016 dan lain-lain. 6. Apabila lahan yang digunakan milik perusahaan/hgu swasta atau BUMN/BUMD atau Perum Perhutani/Inhutani maka Badan Hukum pemilik lahan tidak berhak mendapat bantuan benih jagung dan sarana produksi. Bantuan hanya boleh diberikan kepada petani/pelaksana. 7. Apabila Bantuan Pemerintah disalurkan melalui Mekanisme Transfer Uang, Kelompok tani/gapoktan dan lembaga lainnya, harus memiliki rekening yang masih berlaku/masih aktif di Bank Pemerintah (BUMN atau BUMD/Bank Daerah) yang terdekat. 27

36 Rekening bank dimaksud adalah rekening kelompok tani/gapoktan penerima bantuan. Jika menggunakan rekening gapoktan, mekanisme pengaturan antar kelompok tani agar diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota atau Kepala Dinas Pertanian Provinsi. 8. Kelompok tani/gapoktan atau lembaga lainnya pelaksana kegiatan, membuat surat pernyataan bersedia dan sanggup menggunakan dana bantuan tersebut sesuai peruntukannya dan sanggup mengembalikan dana apabila tidak sesuai peruntukannya. Mekanisme pengembalian, sesuai peraturan perundangan yang berlaku. 9. Kelompok tani/gapoktan dibantu petugas lapangan bersedia membuat laporan sesuai blanko, selanjutnya dikirimkan ke Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan tembusan ke Dinas Pertanian Provinsi. B. Kriteria Calon Lokasi Penerima Bantuan Kegiatan Jagung Tahun 2017 didefinisikan sebagai upaya untuk meningkatkan luas tanam jagung pada lahan-lahan yang sebelumnya tidak pernah ditanami jagung atau sebelumnya pernah ditanami jagung tetapi masih dapat ditingkatkan intensitas pertanamannya. Status lahan yang akan digunakan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi spesifik lokasi. Petani/pelaksana kegiatan bisa menggunakan lahan milik sendiri, atau lahan pinjam pakai dan sebagainya. Lahan yang digunakan tidak boleh dalam status sengketa. 28

37 Lahan-lahan yang dapat digunakan untuk kegiatan Jagung Tahun 2017 meliputi: Lahan perkebunan baik milik BUMN, Swasta maupun perkebunan rakyat yang sedang dilakukan peremajaan atau masa TBM (Tanaman Belum Menghasilkan). Pada lahan ini dapat dilakukan penanaman jagung dengan pola tumpang sari. Kawasan Hutan milik Perum Perhutani atau PT Inhutani yang sedang dilakukan panen atau peremajaan tanaman sehingga bisa dilakukan penanaman dengan sistem tumpang sari. Lahan/Tanah milik lembaga pemerintah misalnya seperti tanah milik TNI, POLRI, Kementerian/Lembaga, Perguruan Tinggi, Sekolah, Pemerintah Daerah dan sebagainya yang sedang tidak dimanfaatkan. Lahan/Tanah milik lembaga non pemerintah misalnya seperti tanah milik yayasan, pesantren, gereja, koperasi, lembaga masyarakat dan kelompok masyarakat lainnya yang sedang tidak dimanfaatkan. Lahan/Tanah Adat/tanah ulayat dan sejenisnya yang sedang tidak dimanfaatkan untuk pertanaman seperti misalnya tanah milik kesultanan/kerajaan, tanah milik suku, dan sebagainya. Lahan milik masyarakat yang memungkinkan untuk dijadikan penambah luas areal tanam jagung yang sebelumnya belum ditanami jagung seperti lahan sawah irigasi setengah teknis, 29

38 sawah irigasi sederhana, sawah irigasi desa, sawah tadah hujan, lahan sawah lebak, polder, sawah lainnya, lahan pertanian bukan sawah (tegal/kebun, ladang/huma, lahan perkebunan rakyat, lahan hutan rakyat) dan lahan sementara yang tidak diusahakan (termasuk lahan sawah yang terkena bencana serta lahan yang belum diusahakan/ditinggalkan). Lahan-lahan perluasan areal tanam baru (PAT) eks kegiatan 2015, PAT Gerakan Pengembangan Jagung Hibrida Tahun Anggaran 2016, dan lahan eks Pengembangan Jagung Di Lahan Khusus Tahun 2016 dapat dilanjutkan menerima bantuan tahun anggaran Perlu ditekankan bahwa jika lahan yang digunakan untuk Kegiatan Jagung Tahun 2017 adalah milik perusahaan/hgu swasta atau BUMN/BUMD atau Perum Perhutani/Inhutani maka Badan Hukum pemilik lahan tidak berhak mendapat bantuan benih jagung dan sarana produksi. Bantuan hanya boleh diberikan kepada petani/pelaksana. C. Pembagian Tugas dan Penanggung Jawab Pelaksanaan kegiatan jagung tahun 2017 seluas 3 (tiga) juta hektar melibatkan dua pihak yaitu Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Jenderal Perkebunan. Dalam kaitan ini maka disusun pembagian tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: 30

39 1. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan bertanggung jawab mengelola pertanaman jagung di lahan regular seluas 2 (dua) juta hektar. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan juga bertanggung jawab terhadap pengelolaan dan administrasi anggaran keseluruhan kegiatan. 2. Direktorat Jenderal Perkebunan bertanggung jawab mengelola pertanaman jagung di lahan perkebunan seluas 1 (satu) juta hektar. D. Prosedur Pengajuan CP/CL. 1. CPCL menjadi dokumen penting sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja Sama (RKS) dan Proses Pengadaan Bantuan. Format CPCL sesuai pada Lampiran Verifikasi CPCL dilakukan oleh Dinas Pertanian/Bidang Tanaman Pangan Kabupaten/Kota selaku penanggung jawab administrasi. 3. Verifikasi CPCL pengembangan jagung di lahan perkebunan dilakukan oleh Dinas Perkebunan/Bidang Tanaman Perkebunan Kabupaten/Kota. 4. Verifikasi CPCL pengembangan jagung di lahan Perum Perhutani/Inhutani/PTPN dilakukan oleh Dinas Pertanian/Bidang Tanaman Pangan Kabupaten/Kota. 5. Jika anggaran berada di Satuan kerja kabupaten/kota, hasil verifikasi CPCL tersebut di atas (point 2,3 dan 4) disampaikan 31

40 ke Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota untuk ditetapkan sebagai CPCL penerima bantuan oleh PPK dan kemudian disahkan oleh KPA. Khusus untuk pertanaman jagung di lahan perkebunan, SK Penetapan dan pengesahannya CPCL ditembuskan ke Dinas Perkebunan/Bidang Perkebunan Provinsi. 6. Jika anggaran berada di Satuan kerja propinsi, hasil verifikasi CPCL dari Dinas Pertanian atau Bidang Tanaman Pangan Kabupate/kota diusulkan ke Dinas Pertanian/Bidang Tanaman Pangan Provinsi untuk selanjutnya ditetapkan oleh PPK dan kemudian disahkan oleh KPA. Khusus untuk pengembangan jagung di lahan perkebunan hasil verifikasi CPCL dari Dinas Perkebunan/Bidang Perkebunan Kabupaten/Kota disampaikan ke Dinas Perkebunan/Bidang Perkebunan Provinsi untuk selanjutnya diusulkan ke Dinas Pertanian/Bidang Tanaman Pangan Provinsi, untuk ditetapkan oleh PPK dan disahkan oleh KPA. 7. Sebagai tindaklanjut penandatanganan Nota Kesepahaman antara Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) dan Dinas Pertanian setiap provinsi pada bulan September 2016, maka pelaksana Kegiatan Jagung Tahun 2017 agar dapat dimitrakan dengan Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) dalam hal pemasaran hasil. Dalam kaitan ini Dinas Pertanian Propinsi/Kabupaten/Kota bertugas memfasilitasi 32

41 terbentuknya kemitraan dengan menyampaikan daftar pelaksana kegiatan dan merumuskan Perjanjian Kerjasama/ kontrak pembelian dengan GPMT. E. Pilihan Varietas 1. Varietas benih jagung hibrida yang dipilih harus memiliki potensi hasil minimal 10 ton per hektar (pipilan kering), dan tahan/agak tahan/toleran penyakit bulai. Sedangkan untuk varietas jagung komposit harus memiliki potensi hasil minimal 5 ton per hektar (pipilan kering). 2. Untuk mendorong perkembangan industri benih jagung nasional, pada tahun anggaran 2017 ini berdasarkan kesepakatan pemerintah dengan legislatif tentang penggunaan varietas jagung hasil Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian, sekurang-kurangnya 33% varietas tersebut digunakan dalam kegiatan jagung Varietas hasil Balitbangtan terdiri dari varietas hibrida dan varietas komposit. 3. Sehubungan dengan ketentuan (no. 2) diatas, Dinas Pertanian/Bidang Tanaman Pangan Kabupaten/Kota dan atau Dinas Perkebunan/Bidang Perkebunan Kabupaten/Kota dan/ atau dan Dinas Pertanian/Bidang Tanaman Pangan Provinsi dan atau Dinas Perkebunan/Bidang Perkebunan Provinsi agar mensosialisasikan dan mengupayakan penggunaan varietas hasil penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan 33

42 Kementerian Pertanian sesuai dengan sasaran yang ditetapkan. Contoh varietas hasil penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian per provinsi tercantum pada Lampiran 24 dan Lampiran Penggunaan varietas selain hasil Balitbangtan (maksimum 67%) sesuai dengan varietas yang tercantum CPCL. F. Bantuan/Fasilitasi Pelaksanaan Kegiatan Jagung Fasilitasi atau stimulan fisik yang diberikan pemerintah pada kegiatan Jagung Tahun 2017 bersumber dari dana bantuan pemerintah melalui APBN Tahun Anggaran 2017 yang tertuang pada Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2017 yang dialokasikan di Satker Tugas Pembantuan (TP) Mandiri, Satker TP Provinsi atau Satker Pusat, dengan mekanisme pencairan anggaran melalui pola transfer barang/uang, sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 173/PMK.05/2016 tanggal 17 November Adapun rincian komponen bantuan pemerintah untuk mendukung kegiatan Jagung Tahun 2017 sebagai berikut: b. Benih jagung hibrida sebanyak 15 kg per ha, atau benih jagung komposit sebanyak 25 kg per ha c. Pupuk Urea (jumlahnya menyesuaikan ketersediaan anggaran) Bantuan benih dilaksanakan dengan transfer barang atau transfer uang, sedangkan bantuan pupuk dilaksanakan dengan 34

43 transfer uang. Terkait dengan mekanisme penyaluran bantuan pemerintah tersebut, dapat dilihat pada Petunjuk Teknis Penyaluran Bantuan Pemerintah Lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun Penyerahan bantuan pemerintah (benih dan pupuk) disesuaikan dengan jadwal tanam dengan memperhatikan tanggal kadaluarsa. Untuk mengantisipasi pergeseran jadwal tanam, setidaknya tanggal kedaluarsa benih berlaku hingga satu bulan setelah jadwal tanam. Bantuan pemerintah diserahkan hingga titik bagi (desa/kelompok tani). Kemasan bantuan benih dan pupuk mencantumkan tulisan BARANG MILIK PEMERINTAH, DILARANG DIPERJUAL BELIKAN. Pelaksana kegiatan diperbolehkan menambah anggaran secara swadaya jika diperlukan untuk memenuhi rekomendasi teknis, kesesuaian agroekosistem, atau pemilihan varietas tertentu yang harganya melebihi pagu anggaran yang tersedia. Jika jumlah pupuk yang disediakan tidak memenuhi rekomendasi teknis spesifik lokasi, maka pelaksana kegiatan disarankan menambahkan kekurangan dosis secara swadaya. Bantuan yang diberikan Pemerintah Pusat merupakan stimulan dan penambahan kekurangan dosis secara swadaya merupakan salah satu bentuk keikutsertaan semua pihak dalam menyukseskan kegiatan tersebut. Hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan rasa memiliki di kalangan para pelaksana kegiatan di lapangan 35

44 (petani/kelompok tani/gabungan kelompok tani/lmdh) sehingga tentunya akan berupaya melaksanakan kegiatan tersebut dengan baik dan berhasil. Pada pertanaman tumpangsari di lahan perkebunan atau di lahan kehutanan maka jumlah bantuan disesuaikan dengan rasio tanaman jagung terhadap tanaman lainnya. Pada pola tumpangsari dengan tanaman hutan atau perkebunan jumlah bantuan diatur sebagai berikut: Jika usia tanaman pokok baru 0-1 tahun maka rasio tanaman jagung bisa 90 %; Untuk tanaman pokok usia 1-2 tahun rasio tanaman jagung bisa 80%; Untuk tanaman pokok usia 2-3 tahun rasio tanaman jagung bisa 70%; Pola tumpang sari di lokasi dengan usia tanaman pokok lebih dari 3 tahun disesuaikan dengan kondisi lokasi dengan mempertimbangkan agronomis tanaman. Hal ini dapat dilakukan misalnya di lahan perkebunan kelapa yang usia tanamannya sudah sangat tua dan tanamannya sudah tinggi sehingga dapat diperoleh pencahayaan yang cukup untuk tanaman jagung. Komponen sarana produksi (benih jagung dan pupuk urea), merupakan komponen wajib dan perlu digunakan agar hasil yang diperoleh dari pelaksanaan masing-masing kegiatan sesuai yang diharapkan. 36

45 Varietas jagung yang akan digunakan disesuaikan dengan kondisi setempat (spesifik lokasi) dan secara teknis disesuaikan dengan anjuran teknologi di masing-masing lokasi, tercantum dalam blanko RUK, disetujui dan/atau diketahui oleh Petugas Lapangan/Penyuluh/Mantri Tani. Benih dan pupuk dapat diperoleh dari kios, penangkar benih, produsen (BUMN/BUMD/Swasta), distributor dan atau penyedia lain yang jelas. Selanjutnya kemasan dan label agar disimpan dengan baik untuk monitoring/pemeriksaan. Kebutuhan sarana produksi dan pendukung lainnya yang tidak dapat difasilitasi melalui bantuan pemerintah (APBN Tahun 2017) maupun kekurangannya, agar ditanggung dan diusahakan secara swadaya oleh anggota kelompok tani/gabungan kelompok tani atau dari sumber lainnya yang sah dan tidak saling tumpang tindih dengan maksud mendapatkan hasil pekerjaan yang lebih baik. Hal ini dimaksudkan agar petani/ kelompoktani/gabungan kelompok tani mempunyai rasa ikut memiliki sehingga mempunyai tanggung jawab moral untuk menyukseskan kegiatan tersebut dalam rangka mendukung upaya peningkatan produksi padi tahun Apabila terdapat sisa penggunaan dana yang berasal dari DIPA APBN Tahun 2017 tersebut maka sisa dana dikembalikan ke kas Negara melalui mekanisme sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Apabila dalam pelaksanaan kegiatan jagung tahun 2017, mengalami gangguan/serangan OPT maka untuk 37

46 penanggulangannya akan mendapatkan bantuan pemerintah berupa pestisida sesuai dengan jenis dan ketersediaan. Adapun mekanisme untuk memperoleh bantuan tersebut, sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. G. Jadwal Pelaksanaan Pelaksanaan pengadaan dan penyaluran bantuan (benih, pupuk) untuk kegiatan Jagung Tahun 2017 dilaksanakan pada tahun anggaran Penanaman dilakukan paling lambat 30 September 2017 kecuali di daerah tertentu yang secara agroklimat tidak memungkinkan, namun demikian proses administrasinya paling lambat Bulan Oktober 2017 telah terealisasi seluruhnya (Jadwal Pelaksanaan disajikan pada Lampiran 15). Hal tersebut dengan penjelasannya, harus dituangkan dalam Petunjuk Pelaksanaan yang disusun oleh Dinas Pertanian Pertanian Provinsi atau dalam Petunjuk Teknis yang disusun oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. 38

47 V. PENGORGANISASIAN DAN OPERASIONALISASI A. Pengorganisasian 1. Struktur Organisasi Agar pelaksanaan kegiatan ini memenuhi kaidah/prinsip pengelolaan pemerintahan yang baik (good governance) dan pemerintahan yang bersih (clean governance), maka pelaksanaan kegiatan jagung tahun 2017, harus memenuhi prinsip-prinsip : a. Mentaati ketentuan peraturan dan perundangan; b. Membebaskan diri dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN); c. Menjunjung tinggi keterbukaan informasi, transparansi dan demokratisasi; d. Memenuhi azas akuntabilitas. Tanggung jawab teknis pelaksanaan kegiatan jagung berada pada Dinas Pertanian yang membidangi tanaman pangan Kabupaten/Kota. Tanggung jawab koordinasi pembinaan program berada pada Dinas Pertanian yang membidangi tanaman pangan di Provinsi atas nama Gubernur. Tanggung jawab atas program dan kegiatan berada pada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dengan memberikan fasilitasi program dan kegiatan kepada Provinsi dan Kabupaten/Kota. 39

48 Kegiatan koordinasi pembinaan lintas Kabupaten/Kota difasilitasi oleh Provinsi, sedangkan kegiatan koordinasi dan pelaksanaan teknis operasional difasilitasi oleh Kabupaten/Kota. Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan padi maka di tingkat Provinsi dibentuk Tim Pembina Provinsi dan pada tingkat Kabupaten/Kota dibentuk Tim Teknis Kabupaten/Kota. 2. Penanggung Jawab Program Direktorat Jenderal Tanaman Pangan memfasilitasi koordinasi persiapan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan Bantuan Pemerintah antara lain : a. Menyusun pedoman pelaksanaan sebagai salah satu acuan dalam pelaksanaan kegiatan, agar kegiatan berjalan sesuai dengan yang telah ditetapkan; b. Menggalang kemitraan dan melaksanakan koordinasi dengan Provinsi dan Kabupaten/Kota, Instansi terkait serta seluruh pemangku kepentingan, dalam pelaksanaan, pemantauan/pengendalian dan evaluasi kegiatan; c. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan dan anggaran. B. Operasionalisasi Disamping pembiayaan fisik seperti di uraikan diatas, di masingmasing daerah (Kabupaten/Kota/Provinsi) pelaksana kegiatan jagung tahun 2017 disediakan dana operasional yang besarnya 40

49 disesuaikan dengan luasan areal kegiatan, ketersediaan infrastruktur dan ketersediaan anggaran. Dana tersebut di alokasikan pada DIPA Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun Anggaran 2017 pada Satuan Kerja (Satker) Tugas Pembantuan (Kabupaten Mandiri), Satker Tugas Pembantuan Provinsi, Satker Dekonsentrasi (Provinsi) dan Satker Pusat. Anggaran yang tersedia digunakan utamanya untuk: identifikasi dan verifikasi CP/CL, pembinaan, bimbingan, pendampingan, pengawalan dan monitoring, evaluasi serta pelaporan dan atau kegiatan lainnya, seperti yang tercantum dalam Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) di masingmasing Satker. Pendampingan dan pengawalan dilakukan oleh petugas dinas provinsi dan kabupaten/kota termasuk Penyuluh/PPL, POPT, PBT, KCD, Mantri tani atau petugas lain sesuai kebutuhan di masing-masing lokasi; dan Aparat (TNI-AD beserta jajarannya/babinsa), Camat dan Kades atau lainnya serta petugas Pusat. Untuk itu, koordinasi dan sinergisitas dengan seluruh pihak termasuk dengan jajaran TNI-AD di daerah sangat diperlukan. Mengingat anggaran operasional tersebut sangat terbatas, maka kontribusi melalui dana APBD Kabupaten/Kota dan APBD Provinsi sangat diharapkan, utamanya untuk memfasilitasi kegiatan yang tidak terfasilitasi pada DIPA 41

50 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun Anggaran Komitmen Pemerintah Daerah yang kuat akan mendorong percepatan pelaksanaan kegiatan yang pada akhirnya akan menciptakan kinerja serapan anggaran dan kinerja produksi jagung dalam pencapaian sasaran dan peningkatan pendapatan petani beserta keluarganya. Terkait dengan teknologi budidaya yang akan diterapkan pada lokasi kegiatan jagung, hendaknya dikomunikasikan dan atau dikonsultasikan dengan Badan Litbang/BPTP setempat dan disesuaikan dengan kondisi di lapangan (spesifik lokasi) guna menjamin keberhasilan pelaksanaan kegiatan sehingga diharapkan dapat menjadi mengungkit peningkatan produktivitas dan produksi jagung. Publikasi yang telah diterbitkan oleh Badan Litbang Kementerian Pertanian dan instansi terkait lainnya juga dapat dijadikan panduan dan acuan dalam penerapan budidaya jagung. Guna mendukung pencapaian tujuan tersebut di atas, maka pembinaan, pendampingan dan pengawalan yang telah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya perlu lebih ditingkatkan dengan melibatkan petugas dinas dan aparat. Untuk itu, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan atau Dinas Pertanian Provinsi perlu melakukan koordinasi yang lebih intensif, sosialisasi serta sinergi kegiatan dengan instansi terkait baik di lingkup 42

51 Kementerian Pertanian, TNI-AD (Pangdam, Dandim, Kodim, Korem, Babinsa) dan stake holders lainnya. Pendampingan dan pengawalan dilakukan oleh Petugas Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota termasuk Penyuluh/PPL, POPT, PBT, KCD, Mantri Tani atau petugas lain sesuai kebutuhan di masing-masing lokasi; dan Aparat (TNI-AD beserta jajarannya/ BABINSA, Camat dan Kades atau lainnya) serta petugas Pusat. Pengawalan pengembangan teknologi budidaya jagung dilakukan pula oleh para Peneliti BPTP di masing-masing lokasi dan juga oleh Pemuda Tani. Selanjutnya Pokja UPSUS Padi, Jagung dan Kedelai, atau Posko lainnya yang mendukung pencapaian sasaran produksi jagung, pada setiap tingkatan (Kabupaten/Kota dan Provinsi) harus lebih diaktifkan guna melakukan koordinasi dan sinergi dengan berbagai pihak dan instansi terkait untuk turun bersama memantau kondisi di lapangan, menggerakkan percepatan tanam/panen serentak, pemeliharaan tanaman dan mengetahui segala permasalahannya untuk selanjutnya diselesaikan agar tidak menjadi penghambat dalam merealisasikan kegiatan. 43

52 VI. BIMBINGAN/PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN Bimbingan/pembinaan dan pendampingan dilaksanakan secara periodik mulai dari persiapan sampai dengan panen dan berjenjang mulai dari Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan serta Desa. A. Pusat melakukan koordinasi, supervisi dan pembinaan serta penyusunan laporan secara periodik setiap bulan atas pelaksanaan program dan kegiatan Jagung Tahun 2017 di provinsi dan kabupaten/kota sesuai dengan ketersediaan dana. B. Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas Perkebunan Provinsi melakukan koordinasi, supervisi, pembinaan dan pengawalan serta penyusunan laporan hasil pemantauan dan pengendalian atas pelaksanaan kegiatan Jagung Tahun 2017 di kabupaten/kota diharapkan minimal 2 (dua) kali selama musim tanam sesuai dengan ketersediaan dana. Laporan disampaikan ke Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, cq. Direktorat Serealia. C. Dinas Pertanian Kabupaten dan Dinas Perkebunan Kabupaten melakukan koordinasi, bimbingan, pemantauan dan pengendalian serta evaluasi, atas pelaksanaan kegiatan Jagung Tahun 2017 di tingkat lapangan/kelompok tani pelaksana kegiatan minimal 4 (empat) kali selama musim tanam disesuaikan dengan ketersediaan dana, melakukan pendampingan kelompok tani 44

53 pelaksana kegiatan dan membantu kelancaran distribusi bantuan pemerintah. D. Pengawalan dan pendampingan oleh peneliti Badan Penelitian Pengembangan Pertanian. 45

54 VII. PENGENDALIAN, MONITORING, DAN EVALUASI DAN PELAPORAN A. Pengendalian Kegiatan Pengendalian kegiatan dilakukan oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Proses pengendalian di setiap wilayah direncanakan dan diatur oleh masing-masing instansi. Pengendalian dilaksanakan secara berjenjang oleh Pusat, Dinas Pertanian Provinsi dan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota bersama pihak penyedia sarana produksi (benih dan pupuk). Pengendalian dilaksanakan secara periodik mulai dari persiapan sampai dengan panen. Pengendalian meliputi perkembangan pelaksanaan kegiatan Jagung Tahun 2017, sasaran luas tanam, luas panen, produktivitas dan produksi jagung tahun Pengawasan dilakukan oleh pemerintah melalui aparat pengawas fungsional (Inspektorat Jenderal, Inspektorat Daerah, maupun lembaga atau instansi pengawas lainnya) dan pengawasan oleh masyarakat, sehingga diperlukan penyebarluasan informasi kepada pihak yang terkait (penyuluh pertanian, pengurus kelompok, anggota kelompok, tokoh masyarakat, organisasi petani, LSM, aparat instansi di daerah, perangkat pemerintahan mulai dari desa sampai kecamatan, anggota lembaga legislatif dan lembaga lainnya). 46

55 Ada 9 (sembilan) tahapan kritis yang perlu diperhatikan, yaitu: 1. Tahap sosialisasi yang dilakukan oleh Tim Pengarah/Pembina di Pusat/Provinsi dan Tim Teknis di Kabupaten/Kota; 2. Tahap persiapan pelaksanaan seleksi calon kelompok sasaran dan calon lokasi yang dilakukan oleh Tim Teknis di Kabupaten/Kota; 3. Tahap transfer/penyaluran bantuan pemerintah ke rekening kelompok (jika transfer uang); 4. Tahap pencairan bantuan pemerintah yang dilakukan oleh kelompok; 5.Tahap penyediaan dan penyaluran bantuan oleh pihak penyedia barang/sarana produksi. 7. Tahap kebenaran dan ketepatan pemanfaatan dana bantuan pemerintah oleh kelompok; 8. Tahap pengembangan usaha produktif yang dilakukan oleh kelompok; 9. Tahap evaluasi dan pelaporan pertanggungjawaban output, outcome dan benefit. 47

56 B. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Monitoring dilaksanakan secara periodik mulai dari persiapan sampai dengan panen oleh petugas Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota. Monitoring meliputi perkembangan pelaksanaan kegiatan, realisasi tanam, panen, produktivitas, dan produksi jagung oleh ketua kelompok tani atau petugas lapangan (Format laporan terlampir). Mekanisme pelaporan: 1. Ketua kelompok tani atau petugas pendamping/lapangan, mengirimkan data tanggal realisasi tanam dan realisasi panen beserta luasannya ke pusat. 2. Waktu penyampaian data dilakukan pada saat tanam dan panen. Data dikirim ke Direktorat Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Jl. AUP No. 3 Pasar Minggu Jakarta Selatan 12520; Telp. (021) ; Faximile (021) ; . serealiapangan@yahoo.com. C. Evaluasi dan Pelaporan Kegiatan evaluasi dilaksanakan oleh petugas Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota setelah seluruh rangkaian kegiatan Jagung Tahun 2017 selesai dilaksanakan. 48

57 Pemantauan dan evaluasi dilakukan untuk mengindentifikasi berbagai masalah yang timbul maupun tingkat keberhasilan yang dapat dicapai dalam pelaksanaan program dan kegiatan sehingga dapat diketahui tindakan korektif sedini mungkin. Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan secara periodik dan berjenjang sesuai dengan tahapan pengembangan usaha kelompok yang dilakukan dari awal kegiatan sampai dengan akhir kegiatan. Evaluasi meliputi 1) Komponen kegiatan Jagung Tahun 2017 dan pencapaian produksi jagung tahun 2017, 2) Tingkat pencapaian sasaran areal dan hasil/produksi, 3) Kenaikan tingkat produktivitas di lokasi pengembangan teknologi budidaya jagung (Ubinan), 4) Penerapan komponen teknologi budidaya jagung dan 5). Kegiatan pendukung lainnya. Kegiatan pelaporan dilaksanakan oleh petugas provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan serta desa/unit kerja secara periodik setiap bulan. Pelaporan dilakukan secara berjenjang yaitu dari Pemandu Lapangan ke Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, dari Dinas Pertanian Kabupaten/Kota ke Dinas Pertanian Provinsi dan dari Dinas Pertanian Provinsi ke Direktorat Jenderal Tanaman Pangan c/q Direktorat Serealia. Laporan kegiatan meliputi pelaksanaan kegiatan jagung, hasil/produksi dan produktivitas yang telah diperoleh, dan lain-lain sebagaimana terlihat dalam format laporan (Lampiran 16, 17, 18 dan 19). Laporan akhir memuat hasil evaluasi, kesimpulan, saran 49

58 serta data dukung lainnya yang dapat berupa form Check List Pengendalian Kegiatan (Lampiran 20), Surat Pernyataan Penyelesaian Pekerjaan (Lampiran 21) dan Contoh Berita Acara Pemeriksaan Hasil Pekerjaan Bantuan Pemerintah (Lampiran 22). Data dikirim ke Direktorat Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Jl. AUP No. 3 Pasar Minggu Jakarta Selatan 12520; Telp. (021) ; Faximile (021) ; . serealiapangan@yahoo.com. Pada akhirnya, apabila seluruh kegiatan jagung tahun 2017 telah selesai dilaksanakan, maka segera di proses Berita Acara (BA) Serah Terima Pekerjaan dan dilanjuti dengan Berita Acara (BA) Serah Terima Pengelolaan Bantuan Pemerintah (Lampiran 23). Dokumen-dokumen tersebut, selanjutnya disampaikan ke: Direktorat Serealia Jl. AUP No. 3 Pasar Minggu Jakarta Selatan 12520; Telp. (021) ; Faximile (021) ; . serealiapangan@yahoo.com. Kinerja penyampaian laporan, peningkatan luas tanam jagung (LTJ), serapan anggaran dan pencapaian produski merupakan salah satu dasar penentuan anggaran Tahun 2018 dan tahun-tahun berikutnya sebagai penerapan azas reward and punishment. 50

59 VIII. PENUTUP Pelaksanaan Kegiatan Jagung Tahun 2017 dilakukan sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan ini. Apabila terdapat perubahan dan belum diatur dalam Pedoman Pelaksanaan ini, akan diatur lebih lanjut. Mekanisme perubahan melalui usulan dari Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang ditujukan kepada Kepala Dinas Pertanian Provinsi dan selanjutnya disampaikan ke Pusat (Direktur Jenderal Tanaman Pangan). 51

60 LAMPIRAN 52

61 Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung Tahun 2017 (UPSUS) Lampiran 1 No PROVINSI TANAM (HA) PANEN (HA) PROVITAS (KU/HA) PRODUKSI (TON) 1 Aceh , Sumatera Utara , Sumatera Barat , Riau , Jambi , Sumatera Selatan , Bengkulu , Lampung , Kep. Bangka Belitung , Kepulauan Riau , D K I Jakarta Jawa Barat , Jawa Tengah , D I Yogyakarta , Jawa Timur , Banten , B A L I , Nusa Tenggara Barat , Nusa Tenggara Timur , Kalimantan Barat , Kalimantan Tengah , Kalimantan Selatan , Kalimantan Timur , Kalimantan Utara , Sulawesi Utara , Sulawesi Tengah , Sulawesi Selatan , Sulawesi Tenggara , Gorontalo , Sulawesi Barat , Maluku , Maluku Utara , Papua Barat , Papua , Jumlah ,

62 Sasaran Luas Tanam Jagung Bulanan MT.2016/2017 dan Tahun 2017 (UPSUS) Lampiran 2. No. Provinsi TAHUN 2016 Okt 17 - Okt 16 - Okt-16 Nop-16 Des 16 Jan 17 Feb 17 Mar 17 Okt - Mar April 17 Mei 17 Juni 17 Juli 17 Agus 17 Sep 17 Apr - Sept Okt 17 Nov 17 Des 17 Des 17 Sep 17 1 Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kep. Riau Dki Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah D.I Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Utara Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Jumlah

63 Sasaran Produksi Jagung Bulanan Tahun 2017 (UPSUS) Lampiran 3. No. Provinsi Jan 16 Feb 16 Mar 16 April 16 Mei 16 Juni 16 Juli 16 Agus 16 Sep 16 Okt-16 Nop-16 Des-16 JMLH 1 Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kep. Riau Dki Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah D.I Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Utara Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Jumlah

64 Lampiran 4. Sasaran Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung Tahun 2017 per Kabupaten (UPSUS) No PROVINSI / KABUPATEN TANAM PANEN PROVITAS PRODUKSI (HA) (HA) (KU/HA) (TON) 1 Aceh , Simeuleu , Aceh Singkil , Aceh Selatan , Aceh Tenggara , Aceh Timur , Aceh Tengah , Aceh Barat , Aceh Besar , Pidie , Bireuen , Aceh Utara , Aceh Barat Daya , Gayo Luwes , Aceh Tamiang , Nagan Raya , Aceh Jaya , Bener Meriah , Pidie Jaya , Kota Banda Aceh , Kota Sabang , Kota Langsa , Kota Lhokseumawe , Subulussalam , Sumatera Utara , Nias , Madina , Tapanuli Selatan , Tapanuli Tengah , Tapanuli Utara , Toba Samosir , Labuhan Batu , Asahan , Simalungun , Dairi , Karo , Deli Serdang , Langkat , Nias Selatan , Humbang Hasundutan , Pakpak Bharat , Samosir , Serdang Bedagai , Batu Bara , Padang Lawas Utara , Padang Lawas , Labuhan Batu Selatan , Labuhan Batu Utara , Nias Utara , Nias Barat , Kota Sibolga Kota Tanjung Balai , Kota Pematang Siantar , Kota Tebing Tinggi , Kota Medan , Kota Binjai , Kota Padang Sidempuan , Gunung Sitoli ,

65 No PROVINSI / KABUPATEN TANAM PANEN PROVITAS PRODUKSI (HA) (HA) (KU/HA) (TON) 3 Sumatera Barat , Kepulauan Mentawai , Pesisir Selatan , Solok , Sijunjung , Tanah Datar , Padang Pariaman , Agam , Lima Puluh Kota , Pasaman , Solok Selatan , Dharmasraya , Pasaman Barat , Kota Padang , Kota Solok , Kota Sawah Lunto , Kota Padang Panjang Kota Bukittinggi , Kota Payakumbuh , Kota Pariaman , Riau , Kuantan Senggigi , Indragiri Hulu , Indragiri Hilir , Pelalawan , Siak , Kampar , Rokan Hulu , Bengkalis , Rokan Hilir , Kep. Meranti , Pekan Baru , Dumai , Jambi , Kerinci , Merangin , Sarolangun , Batang Hari , Muara jambi , Tanjung Jabung Timur , Tanjung Jabur Barat , Tebo , Bungo , Kota Jambi , Sungai Penuh ,

66 No PROVINSI / KABUPATEN TANAM PANEN PROVITAS PRODUKSI (HA) (HA) (KU/HA) (TON) 6 Sumatera Selatan , OKU , O K I , Muara Enim , Pali , Lahat , Musi Rawas , Muratara , Musi Banyuasin , Banyuasin , OKU Selatan , OKU Timur , Ogan Ilir , Empat Lawang , Palembang , Prabumulih , Pagar Alam , Lubuk Linggau , Bengkulu , Bengkulu Selatan , Rejang Lebong , Bengkulu Utara , Kaur , Seluma , Muko-Muko , Lebong , Kepahiang , Bengkulu Tengah , Bengkulu , Lampung , Lampung Barat , Tanggamus , Lampung Selatan , Lampung Timur , Lampung Tengah , Lampung Utara , Way Kanan , Tulang Bawang , Pesawaran , Pringsewu , Mesuji , Tulang Bawang Barat , Pesisir Barat , Kota Bandar lampung , Kota Metro ,

67 No PROVINSI / KABUPATEN TANAM PANEN PROVITAS PRODUKSI (HA) (HA) (KU/HA) (TON) 9 Kep. Bangka Belitung , Bangka , Belitung , Bangka Barat , Bangka Tengah , Bangka Selatan , Belitung Timur , Pangkalpinang , Kepulauan Riau , Karimun , Bintan , Natuna , Lingga , Kepulauan Anambas , Batam , Tanjung Pinang , D K I Jakarta Jawa Barat , Kab. Bogor , Kab. Sukabumi , Kab. Cianjur , Kab. Bandung , Kab. Garut , Kab. Tasikmalaya , Kab. Ciamis , Kab. Kuningan , Kab. Cirebon , Kab. Majalengka , Kab. Sumedang , Kab. Indramayu , Kab. Subang , Kab. Purwakarta , Kab. Karawang , Kab. Bekasi , Kab. Bandung Barat , Kab. Pangandaran , Kota Bogor , Kota Sukabumi , Kota Bandung - - #DIV/0! - 22 Kota Cirebon , Kota Bekasi , Kota Depok Kota Cimahi Kota Tasikmalaya , Kota Banjar ,

68 No PROVINSI / KABUPATEN TANAM PANEN PROVITAS PRODUKSI (HA) (HA) (KU/HA) (TON) 13 Jawa Tengah , Cilacap , Banyumas , Purbalingga , Banjarnegara , Kebumen , Purworejo , Wonosobo , Magelang , Boyolali , Klaten , Sukoharjo , Wonogiri , Karanganyar , Sragen , Grobogan , Blora , Rembang , Pati , Kudus , Jepara , Demak , Semarang , Temanggung , Kendal , Batang , Pekalongan , Pemalang , Tegal , Brebes , Kota Magelang Kota Surakarta Kota Salatiga , Kota Semarang , Kota Pekalongan Kota Tegal D I Yogyakarta , Kab. Kulon Progo , Kab. Sleman , Kab. Bantul , Kab. Gunung Kidul , Kota Yogyakarta

69 No PROVINSI / KABUPATEN TANAM PANEN PROVITAS PRODUKSI (HA) (HA) (KU/HA) (TON) 15 Jawa Timur , Banyuwangi , Bondowoso , Situbundo , Malang , Lumajang , Jember , Probolinggo , Pasuruan , Blitar , Kota Blitar , Kediri , Trenggalek , Tulungagung , Pacitan , Madiun , Magetan , Ngawi , Ponorogo , Bojonegoro , Tuban , Lamongan , Pamekasan , Sidoarjo , Mojokerto , Jombang , Nganjuk , Gresik , Bangkalan , Sampang , Sumenep , Kota Kediri , Kota Malang , Kota P.linggo , Kota Pasuruan Kota. M.kerto , Kota Madiun Kota.S.baya , Kota Batu , Banten , Pandeglang , Lebak , Tangerang , Serang , Kota Tangerang Kota Cilegon , Kota Serang , Kota Tangerang Selatan ,

70 No PROVINSI / KABUPATEN TANAM PANEN PROVITAS PRODUKSI (HA) (HA) (KU/HA) (TON) 17 B A L I , Jembrana , Tabanan , Badung , Gianyar , Klungkung , Bangli , Karangasem , Buleleng , Kota Denpasar , Nusa Tenggara Barat , Lombok Barat , Lombok Tengah , Lombok Timur , Sumbawa , Dompu , Bima , Sumbawa Barat , Lombok Utara , Kota Mataram , Kota Bima , Nusa Tenggara Timur , Sumba Barat , Sumba Timur , Kupang , Timor Tengah Selatan , Timor Tengah Utara , Belu , Alor , Lembata , Flores Timur , Sikka , Ende , Ngada , Manggarai , Rote Ndao , Manggarai Barat , Sumba Tengah , Sumba Barat Daya , Nagekeo , Manggarai Timur , Sabu Raijua , Kota Kupang ,

71 No PROVINSI / KABUPATEN TANAM PANEN PROVITAS PRODUKSI (HA) (HA) (KU/HA) (TON) 20 Kalimantan Barat , Sambas , Bengkayang , Landak , Pontianak , Sanggau , Ketapang , Sintang , Kapuas Hulu , Sekadau , Melawi , Kayong Utara , Kubu Raya , Kota Pontianak , Kota Singkawang , Kalimantan Tengah , Kota Waringin Barat , Kota Waringin Timur , Kapuas , Barito Selatan , Barito Utara , Sukamara , Lamandau , Seruyan , Katingan , Pulang Pisau , Gunung Mas , Barito Timur , Murung Raya , Kota Palangkaraya , Kalimantan Selatan , Tanah Laut , Kota Baru , Banjar , Barito Kuala , Tapin , Hulu Sungai Selatan , Hulu Sungai Tengah , Hulu Sungai Utara , Tabalong , Tanah Bumbu , Balangan , Kota Banjarmasin Kota Banjarbaru ,

72 No PROVINSI / KABUPATEN TANAM PANEN PROVITAS PRODUKSI (HA) (HA) (KU/HA) (TON) 23 Kalimantan Timur , Pasir , Kutai Barat , Kuta Kartanegara , Kutai Timur , Berau , Penajam Paser Utara , Mahakam Ulu , Kota Balikpapan , Kota Samarinda , Kota Bontang , Kalimantan Utara , Malinau , Bulungan , Tana Tidung , Nunukan , Kota Tarakan , Sulawesi Utara , Bolaang Mangondow , Minahasa , Sangihe Talaud , Kep. Talaud , Minahasa Selatan , Minahasa Utara , Bolaang Mongondow Utara , Siau Tagulandang Biaro , Minahasa Tenggara , Bolaang Mongondow Selatan , Bolaang Mongondow Timur , Kota Manado , Kota Bitung , Kota Tomohon , Kota Mobago ,

73 No PROVINSI / KABUPATEN TANAM PANEN PROVITAS PRODUKSI (HA) (HA) (KU/HA) (TON) 26 Sulawesi Tengah , Banggai Kepulauan , Banggai , Morowali , Poso , Donggala , Toli-Toli , Buol , Parigi Moutong , Tojo Una-Una , Sigi , Banggai Laut Morowali Utara , Palu , Sulawesi Selatan , Selayar , Bulukumba , Bantaeng , Jeneponto , Takalar , G o w a , Sinjai , M a r o s , Pangkep , B a r r u , B o n e , Soppeng , W a j o , Sidrap , Pinrang , Enrekang , L u w u , Tator , Luwu Utara , Luwu Timur , Toraja Utara , Makassar , Pare-Pare , Kota Palopo , No PROVINSI / KABUPATEN TANAM PANEN PROVITAS PRODUKSI (HA) (HA) (KU/HA) (TON) 28 Sulawesi Tenggara , Buton , Muna , Konawe , Kolaka , Konawe Selatan , Bombana , Wakatobi , Kolaka Utara , Buton Utara , Konawe Utara , Kolaka Timur , Konawe Kepulauan , Kota Kendari , Kota Bau-bau ,

74 29 Gorontalo , Boalemo , Gorontalo , Pohuwato , Bone Bolango , Gorontalo Utara , Kota Gorontalo , Sulawesi Barat , Majene , Polewali Mandar , Mamasa , Mamuju , Mamuju Utara , Mamuju Tengah , No PROVINSI / KABUPATEN TANAM PANEN PROVITAS PRODUKSI (HA) (HA) (KU/HA) (TON) 31 Maluku , Maluku Tenggara Barat , Maluku Tenggara , Maluku Tengah , Buru , Kepulauan Aru , Seram Bagian Barat , Seram Bagian Timur , Maluku Barat Daya , Buru Selatan , Kota Ambon , Kota Tual , Maluku Utara , Halmahera Barat , Halmahera Tengah , Kepulauan Sula , Halmahera Selatan , Halmahera Utara , Halmahera Timur , Pulau Morotai , Pulau Taliabu , Kota Ternate , Tidore Kepulauan ,

75 33 Papua Barat , Fak-Fak , Kaimana , Teluk Wondama , Teluk Bintuni , Manokwari , Sorong Selatan , Sorong , Raja Ampat , Tambraw , Maybrat , Monokwari Selatan , Pegunungan Arfak , Kota Sorong , No PROVINSI / KABUPATEN TANAM PANEN PROVITAS PRODUKSI (HA) (HA) (KU/HA) (TON) 34 Papua , Merauke , Jayawijaya , Jayapura , Nabire , Yapen Waropen , Biak Numfor , Paniai , Puncak Jaya Mimika , Boven Digoel , Mappi , Asmat , Yahukimo , Pegunungan Bintang , Tolikara , Sarmi , Keerom , Waropen , Supiori Mamberamo Raya Nduga Lanny Jaya Mamberamo Tengah Yalimo Puncak , Dogiyai Intan Jaya Deiyai Jayapura , Jumlah ,

76 Kebutuhan Benih Jagung Hibrida Tahun 2017 Lampiran 5. (Ton) No. Provinsi TAHUN 2016 Okt-16 Nop-16 Des 16 Jan 17 Feb 17 Mar 17 April 17 Mei 17 Juni 17 Juli 17 Agus 17 Sep 17 Okt 17 Nov 17 Des 17 1 Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kep. Riau Dki Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah D.I Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Utara Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Jumlah Ket: Benih 15 Kg/Ha 68

77 Kebutuhan Pupuk NPK untuk Jagung Tahun 2017 Lampiran 6. (Ton) No. Provinsi TAHUN 2016 Okt-16 Nop-16 Des 16 Jan 17 Feb 17 Mar 17 April 17 Mei 17 Juni 17 Juli 17 Agus 17 Sep 17 Okt 17 Nov 17 Des 17 1 Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kep. Riau Dki Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah D.I Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Utara Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Jumlah Ket: NPK 300 Kg/Ha 69

78 Kebutuhan Pupuk Urea untuk Jagung Tahun 2017 Lampiran 7. (Ton) No. Provinsi TAHUN 2016 Okt-16 Nop-16 Des 16 Jan 17 Feb 17 Mar 17 April 17 Mei 17 Juni 17 Juli 17 Agus 17 Sep 17 Okt 17 Nov 17 Des 17 1 Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kep. Riau Dki Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah D.I Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Utara Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Jumlah Ket: Urea 100 Kg/Ha 70

79 Lampiran 8. Kebutuhan Pupuk Organik untuk Jagung Tahun 2017 (Ton) No. Provinsi TAHUN 2016 Okt-16 Nop-16 Des 16 Jan 17 Feb 17 Mar 17 April 17 Mei 17 Juni 17 Juli 17 Agus 17 Sep 17 Okt 17 Nov 17 Des 17 1 Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kep. Riau Dki Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah D.I Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Utara Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Jumlah Ket: Organik 1000 Kg/Ha 71

80 Lampiran 9. Rekapitulasi Areal Pengembangan Jagung Tahun 2017 NO. PROVINSI & KABUPATEN/KOTA TOTAL HIBRIDA UMUM VARITAS BADAN LITBANG HIBRIDA KOMPOSIT (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) NASIONAL 3,000,000 2,500,000 Pusat 500, , ,000 Provinsi 1,861, Kabupaten/Kota 238, ACEH 60,000 60,000 12,000-2 SUMUT 120, ,000 24,000 10,000 3 SUMBAR 60,000 55,000 12,000 5,000 4 RIAU 8,900 4,400 2,000 4,500 5 JAMBI 26,100 21,100 5,500 5,000 6 SUMSEL 150, ,000 30,000 20,000 7 BENGKULU 24,000 20,000 5,000 4,000 8 LAMPUNG 190, ,000 38,500 15,000 9 DKI JAKARTA JABAR 165, ,000 33,200 10, JATENG 165, ,000 33,000 20, DI YOGYAKARTA 14,500 14,500 3, JATIM 130, ,000 26,500 26, KALBAR 32,000 24,000 6,000 8, KALTENG 13,500 11,500 3,000 2, KALSEL 50,000 45,000 10,000 5, KALTIM 23,000 18,000 4,000 5, SULUT 315, ,000 60,000 85, SULTENG 49,900 40,000 10,000 9, SULSEL 187, ,500 38,000 26, SULTRA 30,000 25,000 6,000 5, BALI 10,000 8,000 2,000 2, NTB 250, ,000 48,000 40, NTT 100,000 72,500 25,000 27, MALUKU 40,000 34,000 8,000 6, PAPUA MALUT 35,000 30,000 7,000 5, BANTEN 30,000 25,000 6,000 5, BABEL 8,000 5,000 2,000 3, GORONTALO 153, ,500 30,000 27, KEPRI PAPUA BARAT SULBAR 58,250 40,000 10,000 18, KALTARA 1,000 1, TOTAL 3,000,000 2,500, , ,000 72

81 SURAT KEPUTUSAN KEPALA DINAS PERTANIAN KABUPATEN/KOTA TENTANG USULAN CPCL PELAKSANA KEGIATAN JAGUNG Lampiran 10. Nomor : Hal : 73

82 Lampiran 11. Nomor: SURAT PERSETUJUAN KEPALA DINAS PERTANIAN PROVINSI TENTANG PELAKSANA KEGIATAN JAGUNG 74

83 Lampiran 12. SURAT KEPUTUSAN PPK DINAS PERTANIAN PROVINSI... NOMOR : TENTANG PENETAPAN PELAKSANA/KELOMPOKTANI PENERIMA BANTUAN PEMERINTAH KEGIATAN JAGUNG KEPALA DINAS PERTANIAN PROVINSI Menimbang : a. Bahwa ketahanan pangan nasional perlu terus diupayakan melalui peningkatan produksi untuk menjamin kecukupan pangan yang semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. b. Bahwa peningkatan produksi jagung tahun 2016 difokuskan pada peningkatan produktivitas melalui penerapan teknologi dalam Kegiatan Jagung Tahun c. Bahwa pelaksanaan Kegiatan Jagung Tahun 2017untuk peningkatan produksi, produktivitas dan pendapatan petani perlu ditetapkan kelompoktani penerima Bantuan Pemerintah kegiatan Jagung Tahun d. Bahwa sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b dan c perlu ditetapkan Pelaksana/Kelompok tani Penerima Bantuan Kegiatan Jagung Tahun Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor... Tahun... tentang...; 2. Surat Keputusan... Nomor... Tahun... tentang...; 3. Peraturan Daerah Provinsi Nomor... Tahun... tentang...; 4. dst Memperhatikan : 1. DIPA Dinas Pertanian Provinsi Nomor... Tanggal... Bulan... Tahun... 75

84 Menetapkan : 2. Pedoman TeknisKegiatan Jagung Tahun MEMUTUSKAN PERTAMA : Penetapan Pelaksana/Kelompoktani penerima bantuan Kegiatan Jagung Tahun 2017sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini. KEDUA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini maka akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya. Ditetapkan di :... PadaTanggal :... PPK Dinas Pertanian Provinsi NIP.... Tembusan : 1. Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian RI di Jakarta 2. Gubernur di dst. 76

85 Lampiran 13. Contoh Lampiran Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Provinsi Penetapan Pelaksana/Kelompoktani Penerima Bantuan Kegiatan Jagung Tahun 2017 No dst Nama Petani/Pelaksana Nama Ketua Desa Alamat Kecamatan Jumlah Disahkan, Tgl Bln Tahun 2016 KPA Dinas Pertanian Provinsi. Ditetapkan, Tgl Bln Tahun 2016 PPK Dinas Pertanian Provinsi. Nama.. NIP... Nama.. NIP... 77

86 Lampiran 14. Nama Pelaksana : Alamat Pelaksana : Luas Lahan : Jumlah Anggota Kelompok : Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Pelaksana Kegiatan Jagung Tahun

87 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Jagung Tahun 2017 Lampiran 15. NO TAHAPAN KEGIATAN 1 Penyusunan Pedoman Pelaksanaan 2 Penetapan Calon Lokasi 3 Pembentukan Tim Teknis 4 Proses Pengajuan E-Katalog 5 Kontrak 6 Penyiapan Pembayaran Uang Muka 7 Finalisasi CPCL 8 Penyaluran Barang 9 Penyusunan dan Pengiriman RUK 10 Pelaksanaan 1) Tanam 2) Pemeliharaan 3) Panen 11 Pembinaan 12 Monitoring 13 Evaluasi 14 Pelaporan 2016 DES JAN M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUST SEPT OKT NOV DES 79

88 Lampiran 16. BLANGKO LAPORAN BULANAN KECAMATAN REALISASI FASILITASI PENGEMBANGAN JAGUNG KECAMATAN BULAN : : Jumlah Target/Realisasi Tanam Realiasai Panen Dilaksanakan No Desa Poktan Target Realisasi Luas Provitas Produksi MH 16/17 Keterangan (%) (Ha) Tanam (Ha) (Ha) (Ku/Ha) (Ton) (Ha) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) 1 2 dst Jumlah, tgl,.., bulan,, tahun Petugas Penyuluhan Pertanian/ Kepala Cabang Dinas Pertanian Kabupaten/Kota Nama NIP 80

89 Lampiran 17. BLANGKO LAPORAN BULANAN KABUPATEN REALISASI FASILITASI PENGEMBANGAN JAGUNG KABUPATEN BULAN : : No Kecamatan Desa Jumlah Poktan Luas Areal (Ha) Target/Realisasi Tanam Target (Ha) Realisa si Tanam (Ha) (%) Luas (Ha) Realiasai Panen Provitas (Ku/Ha) Produksi (Ton) Dilaksanakan MH 16/17 (Ha) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) 1 2 dst Jumlah, tgl,.., bulan,, tahun Tim Teknis Tingkat Kabupaten/Kota/ Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota Keteran gan Nama NIP 81

90 Lampiran 18. BLANGKO LAPORAN BULANAN PROVINSI REALISASI FASILITASI PENGEMBANGAN JAGUNG PROVINSI BULAN : : No Jumlah Target/Realisasi Tanam Luas Kabupaten Areal Realisasi Kecamatan Desa Poktan (Ha) Target (Ha) Tanam (Ha) (%) Luas (Ha) Realiasai Panen Provitas (Ku/Ha) Produksi (Ton) Dilaksanakan MH 16/17 (Ha) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) 1 2 dst Jumlah, tgl,.., bulan,, tahun Tim Teknis Tingkat Provinsi/ Kepala Dinas Pertanian Provinsi. Keteran gan Nama NIP 82

91 Lampiran 19. BLANGKO LAPORAN AKHIR PROVINSI/KABUPATEN REALISASI FASILITASI PENGEMBANGAN JAGUNG PROV/KAB BULAN : : No Kab/Kec Luas Areal (Ha) Target/Realisasi Tanam Target (Ha) Realisasi Tanam (Ha) (%) Bulan Tanam Luas (Ha) Realiasai Panen Provitas (Ku/Ha) Produksi (Ton) Provitas Sebelum( Ku/ha) Provitas di Luar Program MT yang Sama (Ku/ha) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) dst Jumlah, tgl,.., bulan,, tahun. Tim Teknis Tingkat Provinsi/ Kepala Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten Tidak Dilaksanak an (Ha) Keteran gan Nama NIP 83

92 CHEK LIST PENGENDALIAN KEGIATAN... Lampiran 20. Tingkat : Pusat/Provinsi/Kabupaten/Kota Nama Instansi : Nama Penerima Bantuan : Desa : Kecamatan : Target :...Ha/Unit, Rp.... Nama Petugas : 1. (Evaluator) Identifikasi dan Inventarisasi data No URAIAN KETERANGAN 1 Usulan Kegiatan... Ada/Tidak 2 SK Tim Teknis Ada/Tidak Ada/Tidak 3 SK Penetapan Penerima Bantuan Ada/Tidak Ada/Tidak 4 Copy Buku Tabungan Penerima Bantuan Ada/Tidak 5 RUK dan Revisinya Ada/Tidak 6 Perjanjian Kerjasama PPK dengan Penerima Bantuan Ada/Tidak 7 Bukti Penarikan Dana Bantuan Pemerintah dari Bank Ada/Tidak 8 Pemanfaatan Dana Bantuan (Bon/Nota/Kuitansi) Ada/Tidak 9 Foto-foto Pelaksanaan Pekerjaan Fisik Ada/Tidak 10 Berita Acara Pemeriksaan Hasil Pekerjaan Ada/Tidak 11 Berita Acara Serah Terima Pengelolaan Ada/Tidak 12 Berita Acara Serah Terima Pengelolaan Paket Bantuan Pemerintah Ada/Tidak 84

93 Identifikasi peran tim teknis Lanjutan Lampiran 20. NO URAIAN KETERANGAN 1 Bentuk pengawalan dan pendampingan tim teknis dilaksanakan pada kegiatan: a. Pembukaan rekening penerima bantuan pemerintah Ada/Tidak b. Rapat penyusunan RUK Ada/Tidak 2 c. Penyampaian usulan pencairan dana ke PPK Ada/Tidak d. Pengurusan pencairan dana bantuan pemerintah Ada/Tidak e. Penarikan dana ke bank Ada/Tidak f. Rapat pemanfaatan dana bantuan pemerintah serta persiapan kegiatan Ada/Tidak g. Proses pembelanjaan Ada/Tidak h. Pengumpulan bukti-bukti pengeluaran dan pembelanjaan Ada/Tidak Pengesahan berita acara pemeriksaan hasil pekerjaan bantuan pemerintah Ada/Tidak 85

94 Keterlibatan penerima bantuan Lanjutan Lampiran 20. NO URAIAN KETERANGAN 1 Apakah saudara memegang SK penetapan penerima bantuan Ya/Tidak 2 Apakah sudara melakukan pembagian tugas dalam rangka pelaksanaan bantuan Ya/Tidak 3 Apakah saudara tahu adanya tim teknis bantuan Ya/Tidak 4 Apakah tim teknis sering melakukan bimbingan pelaksanaan Ya/Tidak 5 Bimbingan dari tim teknis terhadap saudara dalam rangka kegiatan apa saja a. Pembukaan rekening kelompok Ya/Tidak b. Rapat penyusunan RUK Ya/Tidak c. Penyampaian usulan pencairan dana ke PPK Ya/Tidak d. Pengurusan pencairan dana bantuan Ya/Tidak e. Penarikan dana ke bank Ya/Tidak f. Rapat pemanfaatan dana bantuan serta persiapannya Ya/Tidak g. Proses pembelanjaan dana bantuan Ya/Tidak h. Pengumpulan bukti-bukti pengeluaran dan pembelanjaan Ya/Tidak 6 Apakah saudara memiliki dokumen pertanggungjawaban berupa bendel arsip Ya/Tidak 7 Bila nomo 6 jawabannya " Ya " arsip tersebut terdiri apa saja? a. Sk penetapan kelompok penerima bantuan Ada/Tidak b. Catatan rapat anggota kelompok Ada/Tidak c. Bendel RUK dan revisinya Ada/Tidak d. Naskah kerjasama antara PPK dan ketua kelompok penerima bantuan Ada/Tidak e. Surat permohonan pencairan dana Ada/Tidak f. Bukti penarikan dana bantuan pemerintah dari bank Ada/Tidak g. Bukti pemanfaatan dana bantuan pemerintah berupa bon/nota/kuitansi Ada/Tidak h. Foto-foto pelaksanaan pekerjaan fisik Ada/Tidak i. Berita acara pemeriksaan hasil pekerjaan Ada/Tidak j. Berita acara serah terima hasil pekerjaan bantuan pemerintah Ada/Tidak 86

95 Lanjutan Lampiran 20. Cek fisik pekerjaan bantuan pemerintah NO URAIAN 1 Lokasi kegiatan... 2 Jenis pekerjaan bantuan pemerintah berupa:... 3 Volume/spesifikasi pekerjaan:... 4 Uraian hasil pengecekan lapangan: a. Berkaitan dengan capaian volume fisik pekerjaan b. Aktifitas dan peran tim teknis c. Sharing pembiayaan dari penerima bantuan/masyarakat lainnya d. Dana yang mungkin tersisa e. Tanggapan penerima bantuan berkaitan dengan kegiatan ini..., Tgl... Petugas (Evaluator) (...) NIP

96 SURAT PERNYATAAN PENYELESAIAN PEKERJAAN Lampiran Nama Penerima Bantuan : Alamat : Nama Bantuan :... Yang bertanda tangan di bawah ini Pimpinan/Ketua Penerima Bantuan... dengan ini menyatakan bahwa pekerjaan... telah selesai dilaksanakan 100% sesuai dengan persyaratan pada Pedoman Teknis Kegiatan Jagung Tahun Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya dan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya....,... Pimpinan/Ketua Penerima Bantuan

97 CONTOH BERITA ACARA PEMERIKSAAN HASIL PEKERJAAN BANTUAN PEMERINTAH Lampiran 22. PEKERJAAN BERITA ACARA PEMERIKSAAN HASIL PEKERJAAN BANTUAN PEMERINTAH Nomor :... Tanggal :... Pada hari ini...tanggal...bulan...tahun... kami yang bertandatangan dibawah ini : Nama :... Jabatan : Ketua Tim Teknis Bantuan Pemerintah...) Kabupaten/Kota... Alamat :..., untuk selanjutnya disebut sebagai PIHAK KESATU atau yang Memeriksa Hasil Pekerjaan Bantuan Pemerintah. Nama :... Jabatan : Ketua selaku Penerima Bantuan Pemerintah berupa... Alamat : Desa..., Kecamatan..., Kabupaten..., untuk selanjutnya disebutkan sebagai PIHAK KEDUA atau yang Melaksanakan Pekerjaan Bantuan Pemerintah. Dengan ini menyatakan bahwa PIHAK KEDUA telah melaksanakan pekerjaan dengan baik berupa : No Jenis Pekerjaan Rencana Usulan Kerja Volume Biaya (Rp) Volume Realisasi Biaya (Rp) % Keterangan Selanjutnya PIHAK KEDUA melaporkan pekerjaan yang telah diselesaikan kepada PIHAK KESATU dan PIHAK KESATU telah memeriksa hasil pekerjaan dari PIHAK KEDUA atas paket bantuan pemerintah berupa... dalam rangka kegiatan... dan pekerjaan dinyatakan telah selesai dengan baik dan lengkap. Demikian Berita Acara Pemeriksaan Hasil Pekerjaan ini dibuat dan ditandatangani oleh kedua belah pihak dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. PIHAK KEDUA Yang Melaksanakan, Ketua Kelompok Mengetahui, Kepala Dinas NIP. PIHAK KESATU Yang Memeriksa, Ketua Tim Teknis 89

98 Lampiran 23. PEKERJAAN CONTOH BERITA ACARA SERAH TERIMA PENGELOLAAN BANTUAN PEMERINTAH BERITA ACARA SERAH TERIMA PENGELOLAAN BANTUAN PEMERINTAH Nomor :... Tanggal :... Pada hari ini...tanggal...bulan...tahun... kami yang bertandatangan dibawah ini : Nama :... Jabatan : Ketua Tim Teknis Bantuan Pemerintah...) Kabupaten/Kota... Alamat :..., untuk selanjutnya disebut sebagai PIHAK KESATU atau yang Memeriksa Hasil Pekerjaan Bantuan Pemerintah. Nama :... Jabatan : Ketua selaku Penerima Bantuan Pemerintah berupa... Alamat : Desa..., Kecamatan..., Kabupaten..., untuk selanjutnya disebutkan sebagai PIHAK KEDUA atau yang Menerima Bantuan Pemerintah. Dengan ini menyatakan bahwa PIHAK KEDUA telah melaksanakan pekerjaan dengan baik berupa : No Jenis Pekerjaan Rencana Usulan Kerja Volume Biaya (Rp) Volume Realisasi Biaya (Rp) % Keterangan 1. Selanjutnya PIHAK KESATU menyerahkan sepenuhnya Bantuan Pemerintah kepada PIHAK KEDUA untuk dimanfaatkan sesuai peruntukannya serta menyatakan sanggup melakukan pengelolaan paket bantuan tersebut; 2. Apabila setelah Berita Acara Serah Terima Barang terdapat penyimpangan dan penyalahgunaan kegiatan di lapangan, PIHAK KEDUA bersedia mempertanggungjawabkan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Demikian Berita Acara Serah Terima Barang paket bantuan pemerintah ini dibuat dan ditandatangani oleh kedua belah pihak dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya PIHAK KEDUA Yang Melaksanakan, Mengetahui, Kepala Dinas PIHAK KESATU Yang Memeriksa, Ketua Kelompok Ketua Tim Teknis NIP. 90

99 Lampiran 24. Daftar Varietas Jagung Hibrida Hasil Penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian No Jenis Varietas Potensi Hasil (Ton) Ketahanan hama/penyakit Keterangan BIMA 20 URI 11,00 (r) : 12,80 (p) Tahan thdp pykt bulai (Peronosclerospora maydis), Hibrida pykt karat daun (Puccinia sorghi), dan pykt hawar daun (Helminthonsporium maydis) 2 BIMA 19 URI 9,30 (r) : 12,50 (p) Tahan thdp pykt bulai (Peronosclerospora maydis), Hibrida pykt karat daun (Puccinia sorghi), dan pykt hawar daun (Helminthonsporium maydis) 3 BIMA 18 11,80 (r) : 13,60 (p) Tahan thdp pnykt bulai (Peronosclerospora maydis), Hibrida toleran pnykt karat daun (Puccinia sorghi), dan pnykt bercak daun (Helminthosporarium maydis). 4 BIMA 17 11,80 (r) : 13,60 (p) Tahan thdp bulai (Peronosclerospora maydis), Hibrida toleran pnykt karat daun (Puccinia sorghi), dan pnykt bercak daun (Helminthosporarium maydis). 5 BIMA 16 10,90 (r) : 12,40 (p) Tahan penyakit bulai (Peronosclerospora maydis L), Hibrida toleran penyakit karat daun (Puccinia Sorgi) dan penyakit bercak daun (Helminthospororium maydis). 6 BIMA 15 SAYANG 9,90 (r) : 13,20 (p) Agak tahan pnykt bulai (Peronosclerospora maydis L) Hibrida 7 BIMA 14 BATARA 10,10 (r) : 12,90 (p) Tahan penyakit bulai (Peronosclerospora maydis L) Hibrida 8 BIMA 9 11,20 (r) : 13,40 (p) Tahan trhdp penyait bulai, agar toleran Helmintosporium Hibrida dan toleran penyakit karat daun. 9 BIMA 8 10,10 (r) : 11,70 (p) Toleran thdp pnykt Bulai (Peronosclerospora Hibrida maydis), totelan thdp pnykt karat daun (Puccinia sorghi), dan pnykt bercak daun (Helminthospororium maydis). 10 BANTIMURUNG Hibrida BIMA 3 8,51 (r) : 11,00 (p) Toleran thdp pykt Bulai (P. maydis ) Hibrida 11 BANTIMURUNG Hibrida BIMA 2 8,27 (r) : 10,00 (p) Toleran terhadap penyakit Bulai (P.maydis) Hibrida 12 HJ 22 AGRITAN 10,90 (r) : 12,10 (p) Tahan penyakit bulai (Peronosclerospora maydis L), hawar Hibrida daun (Helminthosporium maydis), dan karat daun 13 HJ 21 AGRITAN 11,40 (r) : 12,20 (p) Tahan pykt bulai (Peronosclerospora maydis L), hawar Hibrida daun (Helminthosporium maydis), dan karat daun 14 BIMA PROVITA A1 8,40 (r) : 11,60 (p) Agak thn thdp pykt bulai (Peronosclerospora maydis), Hibrida & rentan bercak daun (Helminthosporarium maydis). 15 PULUT URI 3 H 8,57 (r) : 10,68 (p) Agak tahan sampai tahan penyakit bulai Hibrida (Peronosclerospora maydis), tahan terhadap hawar daun (Helminthosporium maydis) catatan: jika ada varietas yang memenihi kriteria tetapi tidak tertulis di tabel diatas dapat dilampirkan SK Pelepasan 91

100 Lampiran 25. Daftar Varietas Jagung Komposit Hasil Penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian No Jenis Varietas Potensi Hasil (Ton) Ketahanan hama/penyakit Keterangan Bisma 7,0-7,5 Agak tahan bulai, toleran karat Komposit 2 Lamuru 7,6 (p) Ckp thn bulai dan karat Komposit 3 Sukmaraga 6,0 (r); 8,50 (p) Thn bulai, penyakit bercak daun & Komposit 4 Harapan 5.4 Tdk thn bulai, ckp thn Helminthosporium Komposit dan Pucinia 5 Permadi 5.3 Agak tahan bulai, thn bercak daun Komposit 6 Bima Komposit 7 Pandu 5.1 Ckp thn bsk tongkol dan Giberella Komposit 8 Bromo 4,0-5,5 Ckp thn bulai, bercak daun & karat Komposit 9 Arjuna 5,0-6,0 Ckp thn bulai, bercak daun & karat Komposit 10 Kalingga 5,4-7,0 Cukup tahan bulai Komposit 11 Wiyasa 5,3-7,0 Cukup tahan bulai Komposit 12 Rama 5,0-6,0 Tahan bulai, tahan bercak daun & karat Komposit 13 Bayu 4,0-6,0 Cukup tahan bulai, potensi tinggi Komposit 14 Antasena 5,0-6,0 Agak tahan bulai & wereng jagung Komposit 15 Wisanggeni 8.0 Cukup tahan bulai & tol. Kekeringan Komposit 16 Surya 9,04 (r) Tahan bulai & toleran karat Komposit 17 Lagaligo 9,04 (r) Tahan bulai Komposit 18 Kresna 5,2 (r); 7,0 (p) Ckp thn bulai Komposit 19 Gumarang 5,0 (r); 8,0 (p) Ckp thn bulai Komposit 20 Srikandi 6,0 (r); 8,0 (p) Thnbulai,krt&bsk tgkl,tol kekeringan Komposit 21 Palakka 6,0 (r); 8,00 (p) Thn thd bercak daun dan karat Komposit 22 Srikandi Kuning - 1 5,40(r):7,92(p) Thn hwr daun&karat,agk rentan hama Komposit penggbtg,prot.tinggi,pot hsl tinggi 23 Srikandi Putih-1 5,89(r):8,09(p) Thn hwr daun,karat, hama pengg.btg Komposit prot. Tinggi,pot.hsl tinggi 24 Anoman - 1 4,6(r):6,6(p) Thn thd pykt Bulai (Peronosclerospora maydis ) Komposit dan tergolong moderat tehadap hawar daun (Helminthosporiumturcicum) serta bercak daun kelabu (Cercosporazeae maydis) 25 PROVIT A1 6,6(r) : 7,4 (p) Sangat peka terhadap penyakit bulai (P. maydis) Komposit 26 PROVIT A2 6,4 (r) : 8,8 (p) Peka terhadap penyakit bulai (P. maydis) Komposit 27 PULUT URI 2 7,3 (r) : 9,2 (p) Agak thn trhdp penyakit bulai (Peronosclerospora Komposit philipinensis. L) 28 PULUT URI 1 7,8 (r) : 9,4 (p) Agak thn trhdp penyakit bulai (Peronosclerospora Komposit philipinensis. L) Ket: r adalah rata-rata, p adalah potensi catatan: jika ada varietas yang memenihi kriteria tetapi tidak tertulis di tabel diatas dapat dilampirkan SK Pelepas 92

101 49 93

PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN BUDIDAYA JAGUNG TAHUN 2017

PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN BUDIDAYA JAGUNG TAHUN 2017 REVISI 1 PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN BUDIDAYA JAGUNG TAHUN 2017 3333 i i ii iii iv v vi KATA PENGANTAR Jagung merupakan komoditas tanaman pangan yang memiliki peranan strategis dalam pembangunan nasional.

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN BUDIDAYA JAGUNG TAHUN 2017

PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN BUDIDAYA JAGUNG TAHUN 2017 PETUNJUK PELAKSANAAN KEGIATAN BUDIDAYA JAGUNG TAHUN 2017 3333 i i ii iii iv v vi vii KATA PENGANTAR Jagung merupakan komoditas tanaman pangan yang memiliki peranan strategis dalam pembangunan nasional.

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN KEGIATAN JAGUNG TAHUN 2018 REVISI 1. Fda3333

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN KEGIATAN JAGUNG TAHUN 2018 REVISI 1. Fda3333 REVISI 1 Fda3333 i ii iii iv KATA PENGANTAR Jagung merupakan komoditas tanaman pangan yang memiliki peranan strategis dalam pembangunan nasional. Permintaan jagung terus mengalami peningkatan berbanding

Lebih terperinci

DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN, HASIL SEMBIRING NIP

DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN, HASIL SEMBIRING NIP KATA PENGANTAR Jagung merupakan komoditas tanaman pangan yang memiliki peranan penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Saat ini, jagung tidak hanya digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2015 Evaluasi Capaian Kinerja Pembangunan Tanaman

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Jagung merupakan komoditas tanaman pangan yang memiliki peranan penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Saat ini, jagung tidak hanya digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Petunjuk teknis ini disusun untuk menjadi salah satu acuan bagi seluruh pihak yang akan melaksanakan kegiatan tersebut.

KATA PENGANTAR. Petunjuk teknis ini disusun untuk menjadi salah satu acuan bagi seluruh pihak yang akan melaksanakan kegiatan tersebut. KATA PENGANTAR Kekayaan sumber-sumber pangan lokal di Indonesia sangat beragam diantaranya yang berasal dari tanaman biji-bijian seperti gandum, sorgum, hotong dan jewawut bila dikembangkan dapat menjadi

Lebih terperinci

PENGAWALAN INTEGRASI JAGUNG DI LAHAN PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2017

PENGAWALAN INTEGRASI JAGUNG DI LAHAN PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2017 PENGAWALAN INTEGRASI JAGUNG DI LAHAN PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2017 Samarinda, 1 Maret 2017 1 LATAR BELAKANG Untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional dan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK)

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK) MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 273/Kpts/OT.160/4/2007 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI LAMPIRAN 2 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA

WALIKOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA WALIKOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN WALIKOTA TEBING TINGGI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG ALOKASI KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KOTA TEBING

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik KONSEP GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 73 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI DAN BANTUAN PEMERINTAH TAHUN 2016

PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI DAN BANTUAN PEMERINTAH TAHUN 2016 PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KEDELAI DAN BANTUAN PEMERINTAH TAHUN 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2015 KATA PENGANTAR Kebutuhan kedelai nasional meningkat setiap

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SINJAI TAHUN ANGGARAN 2016

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN

Lebih terperinci

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG BUPATI MALANG, BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN MALANG TAHUN ANGGARAN 2013 BUPATI

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR LAMPIRAN... vii BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum... 4 1.3. Tujuan... 8 1.4. Sasaran...

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN TAPIN TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 2015 Direktur Jenderal, Sumarjo Gatot Irianto Nip

KATA PENGANTAR. Jakarta, 2015 Direktur Jenderal, Sumarjo Gatot Irianto Nip KATA PENGANTAR Dalam rangka pencapaian sasaran swasembada pangan berkelanjutan, Pemerintah berupaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan seluruh sumber daya prasarana dan sarana pertanian guna peningkatan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 82/Permentan/OT.140/8/2013 TANGGAL : 19 Agustus 2013 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 114 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 114 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 114 TAHUN 2009 TENTANG ALOKASI DAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DAN PERIKANAN TAHUN 2010 DI KABUPATEN SUMEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG 1 BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 5 TAHUN 2014

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 5 TAHUN 2014 BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN KUANTAN

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINANAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI MADIUN SALINANAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI MADIUN SALINANAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN MADIUN TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung Siwi Purwanto Direktorat Budi Daya Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan PENDAHULUAN Jagung (Zea mays) merupakan salah satu

Lebih terperinci

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi Kacang Tanah dan Ubijalar Melalui CF-SKR Tahun 2016 PETUNJUK TEKNIS

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi Kacang Tanah dan Ubijalar Melalui CF-SKR Tahun 2016 PETUNJUK TEKNIS PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI KACANG TANAH DAN UBI JALAR MELALUI COUNTERPART FUND SECOND KENEDY ROUND (CF-SKR) TAHUN ANGGARAN 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2016 Direktorat

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN TANAH BUMBU TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN BELITUNG

Lebih terperinci

Petunjuk Pelaksanaan Penyaluran Bantuan Pemerintah Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2017

Petunjuk Pelaksanaan Penyaluran Bantuan Pemerintah Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2017 KEMENTERIAN PERTANIAN Petunjuk Pelaksanaan Penyaluran Bantuan Pemerintah Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Tahun 2017 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN juklak rev.indd i 5/17/17

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN BADUNG TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 51 TAHUN 2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KOTA PROBOLINGGO TAHUN

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG 1 BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG KEBUTUHAN, PENYALURAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SITUBONDO TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 2 TAHUN 2010 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SAMPANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI SERUYAN PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SERUYAN PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI SERUYAN PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI SERUYAN, Menimbang

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENINGKATAN PRODUKSI UBIJALAR TAHUN 2016

PETUNJUK TEKNIS PENINGKATAN PRODUKSI UBIJALAR TAHUN 2016 PETUNJUK TEKNIS PENINGKATAN PRODUKSI UBIJALAR TAHUN 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2016 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian i Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 42/Permentan/OT.140/09/2008 TENTANG

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 42/Permentan/OT.140/09/2008 TENTANG CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 42/Permentan/OT.140/09/2008 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2009

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURANBUPATI TANAH BUMBU NOMOR 4 TAHUN 2016

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURANBUPATI TANAH BUMBU NOMOR 4 TAHUN 2016 BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURANBUPATI TANAH BUMBU NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN TANAH BUMBU

Lebih terperinci

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2016

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2010 Direktur Jenderal Tanaman Pangan IR. SUTARTO ALIMOESO, MM NIP

Jakarta, Januari 2010 Direktur Jenderal Tanaman Pangan IR. SUTARTO ALIMOESO, MM NIP KATA PENGANTAR Dalam upaya peningkatan produksi pertanian tahun 2010, pemerintah telah menyediakan berbagai fasilitas sarana produksi, antara lain subsidi pupuk untuk sektor pertanian. Tujuan pemberian

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2011 DI KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR TAHUN 2016 TENTANG ALOKASI KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa peranan pupuk

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN

PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN PETUNJUK TEKNIS TEKNOLOGI TANAM JAJAR LEGOWO DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN KATA PENGANTAR Padi (Beras) merupakan salah satu pangan pokok bagi Indonesia. Sejak Indonesia merdeka,

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 072 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 072 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 072 TAHUN 2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN

Lebih terperinci

SALINAN NOMOR 5/E, 2010

SALINAN NOMOR 5/E, 2010 SALINAN NOMOR 5/E, 2010 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2010 WALIKOTA MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU Jl. Let. Jend. S. Pa[ PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KOTA BENGKULU

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2011

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2011 GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DAN PERIKANAN DI KOTA BANJAR TAHUN ANGGARAN 2012 WALIKOTA BANJAR Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2011 BUPATI KUDUS, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KOTA BLITAR

Lebih terperinci

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 13 TAHUN 2012

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 13 TAHUN 2012 BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 13 TAHUN 2012 T E N T A N G ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011 GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DAN PERIKANAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO MOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KOTA MOJOKERTO TAHUN 2010 WALIKOTA MOJOKERTO, Menimbang

Lebih terperinci

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOM OR 7 TAHUN

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOM OR 7 TAHUN PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI SIAK,

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 87/Permentan/SR.130/12/2011 /Permentan/SR.130/8/2010 man/ot. /.../2009 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG 1 BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SITUBONDO TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI BALI TAHUN ANGGARAN 2009 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 12 TAHUN 2012 T E N T A N G KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI DI KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA,

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 12 TAHUN 2012 T E N T A N G KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI DI KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA, BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 12 TAHUN 2012 T E N T A N G KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI DI KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung Program Peningkatan

Lebih terperinci

KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI KUDUS,

KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI KUDUS, PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN PROVINSI KEPULAUAN

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SITUBONDO TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 1149 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN GARUT TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang

Lebih terperinci

6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan

6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR TENTANG ALOKASI KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2012 Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA : a. bahwa peranan

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG ALOKASI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2010

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG ALOKASI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2010 BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG ALOKASI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2010 BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN

Lebih terperinci

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH SALINAN BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK) PUPUK BERSUBSIDI

PETUNJUK PELAKSANAAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK) PUPUK BERSUBSIDI PETUNJUK PELAKSANAAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK) PUPUK BERSUBSIDI DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KOTA SURABAYA TAHUN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

BUPATI PENAJAM PASER UTARA BUPATI PENAJAM 9 PASER UTARA PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN 2014 DENGAN

Lebih terperinci

Petunjuk Teknis Pengelolaan Produksi Ubikayu dan Bantuan Pemerintah 2016 PETUNJUK TEKNIS

Petunjuk Teknis Pengelolaan Produksi Ubikayu dan Bantuan Pemerintah 2016 PETUNJUK TEKNIS PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN PRODUKSI UBIKAYU DAN BANTUAN PEMERINTAH TAHUN 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN 2016 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian i

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR : 8 TAHUN 2012 T E N T A N G

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR : 8 TAHUN 2012 T E N T A N G SALINAN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR : 8 TAHUN 2012 T E N T A N G ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN SRAGEN TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURANBUPATI TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURANBUPATI TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURANBUPATI TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN TANAH BUMBU

Lebih terperinci

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2011

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN PATI TAHUN ANGGARAN 2016

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG ALOKASI, REALOKASI DAN RENCANA KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KAPUAS

Lebih terperinci

Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Dr. Ir. Hasil Sembiring, M.Sc NIP KATA PENGANTAR

Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Dr. Ir. Hasil Sembiring, M.Sc NIP KATA PENGANTAR PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN PADI TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Permintaan padi (beras) terus meningkat seiring dengan laju pertambahan penduduk. Laju pertumbuhan jumlah penduduk masih lebih tinggi bila dibandingkan

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG ALOKASI KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 03 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI PADA SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN SERANG

Lebih terperinci

BUPATI TANGGAMUS PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 02 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TANGGAMUS PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 02 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TANGGAMUS PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 02 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGGAMUS,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 SERI E.4 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 SERI E.4 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 SERI E.4 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KEBUTUHAN, PENYALURAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SUB SEKTOR

Lebih terperinci

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA BUKITTINGGI NOMOR : 1 TAHUN 2015 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI SEKTOR PERTANIAN DI KOTA BUKITTINGGI TAHUN

Lebih terperinci

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG 1 BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KAYONG UTARA TAHUN ANGGARAN 2014

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR WALIKOTA BLITAR,

WALIKOTA BLITAR WALIKOTA BLITAR, WALIKOTA BLITAR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI ( HET ) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KOTA BLITAR TAHUN ANGGARAN 2009

Lebih terperinci

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

Lebih terperinci

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN BIMA TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan RDKK Pupuk Bersubsidi

Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan RDKK Pupuk Bersubsidi Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan RDKK Pupuk Bersubsidi EDISON, SP KOORDINATOR PENYULUH PERTANIAN B. ACEH Disampaikan pada Pertemuan Penyuluh Pertanian se-kota Banda Aceh BPP Lueng Bata, 5 Maret 2015 Latar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk di dunia semakin meningkat dari tahun ketahun. Jumlah penduduk dunia mencapai tujuh miliar saat ini, akan melonjak menjadi sembilan miliar pada

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 3 Januari 2017 Direktur Jenderal Tanaman Pangan, HASIL SEMBIRING NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, 3 Januari 2017 Direktur Jenderal Tanaman Pangan, HASIL SEMBIRING NIP KATA PENGANTAR Dalam rangka menyediakan benih varietas unggul bersertifikat padi dan kedelai guna memenuhi kebutuhan benih untuk pelaksanaan budidaya tanaman pangan secara nasional, Pemerintah telah memprogramkan

Lebih terperinci