PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2015 TENTANG STANDARDISASI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2015 TENTANG STANDARDISASI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL"

Transkripsi

1 PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2015 TENTANG STANDARDISASI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang kesejahteraan sosial melalui institusi/lembaga pendidikan dan pelatihan kesejahteraan sosial, perlu diatur standardisasi pendidikan dan pelatihan kesejahteraan sosial; b. bahwa dalam Keputusan Menteri Sosial Nomor 10/HUK/2004 tentang Standarisasi Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial masih terdapat kekurangan dan belum dapat menampung perkembangan kebutuhan pendidikan dan pelatihan kesejahteraan sosial, sehingga perlu diganti; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Sosial tentang Standardisasi Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial; Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 198, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4019); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496);

2 6. Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 339); 7. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pedoman Akreditasi Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah; 8. Peraturan Menteri Sosial Nomor 86/HUK/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial; 9. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 7 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan Standar Kompetensi Manajerial Pegawai Negeri Sipil (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 297); 10. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 8 Tahun 2013 tentang Pedoman Perumusan Standar Kompetensi Teknis Pegawai Negeri Sipil (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 298); MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN MENTERI SOSIAL TENTANG STANDARDISASI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL. Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memperolah manfaat yang sebesar-besarnya. 2. Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan, menerapkan dan merevisi standar, yang dilaksanakan secara tertib dan bekerja sama dengan semua pihak yang terkait. 3. Pendidikan dan Pelatihan yang selanjutnya disebut Diklat adalah penyelenggaraan proses belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan tugas dan jabatan tertentu. 2

3 4. Standar Diklat adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan Diklat dan acuan penilaian kualitas pelayanan Diklat sebagai kewajiban penyelenggara Diklat dalam rangka mendorong dan menciptakan tenaga profesional, inovatif, dan kompetitif dalam penyelenggaraan kediklatan. 5. Standardisasi Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya disebut Standardisasi Diklat Kesos adalah proses merumuskan, menetapkan dan menerapkan serta merevisi parameter/standar Diklat Kesejahteraan Sosial yang dilaksanakan secara tertib dan bekerja sama dengan semua pihak yang terkait. 6. Akreditasi adalah penetapan tingkat kelayakan dan standardisasi lembaga pendidikan dan pelatihan kesejahteraan sosial yang didasarkan pada penilaian standar manajemen, standar sumber daya manusia, standar program, dan standar sarana dan prasarana. 7. Sertifikasi adalah proses penetapan atas kelayakan seseorang yang ditempuh melalui suatu uji kompetensi sesuai dengan standar setelah mengikuti Diklat dan kelayakannya disahkan dan ditetapkan dengan keputusan dari pejabat yang berwenang dan dibuktikan dengan sertifikat sebagai penetapan tertulisnya. 8. Evaluasi adalah suatu usaha untuk melakukan penilaian dengan cara melakukan pengukuran dan hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan tolok ukur atau standar yang sudah ditetapkan. 9. Evaluasi hasil belajar adalah suatu upaya melakukan penilaian yang menekankan pada diperolehnya informasi mengenai seberapa peningkatan kompetensi peserta Diklat dalam mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. 10. Evaluasi pembelajaran adalah proses sistematis untuk memperoleh informasi mengenai keefektifan pelaksanaan Diklat dalam membantu peserta Diklat mencapai tujuan secara optimal. 11. Kompetensi adalah kemampuan setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan sesuai dengan standar yang ditetapkan. 12. Komite Standar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial adalah institusi/lembaga/unit kerja/tim yang bertugas membantu penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan kesejahteraan sosial agar dapat mengoptimalkan pencapaian tujuan sesuai standar yang ditetapkan. 13. Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Kompetensi yang selanjutnya disingkat dengan PPBK adalah proses pembelajaran yang menekankan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan agar melaksanakan tugasnya secara efisien, efektif, dan produktif. 14. Penilaian adalah proses mengumpulkan keterangan, mengenai kemajuan yang memenuhi kriteria dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya yang telah ditentukan. 3

4 15. Asesor adalah orang yang memiliki wewenang untuk melakukan penilaian terhadap kompetensi yang dimiliki seseorang dan/atau kapasitas lembaga. 16. Pelaksana adalah lembaga atau orang yang bertugas untuk membantu atau melaksanakan kegiatan pendaftaran calon peserta, pelaksanaan, evaluasi, sertifikasi, dan akreditasi Diklat. 17. Fasilitator adalah seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang, serta hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan kegiatan pendidikan dan pelatihan kepada peserta Diklat di bidang atau kejuruan tertentu. 18. Peserta Diklat adalah sumber daya manusia kesejahteraan sosial yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran melalui jalur pendidikan dan pelatihan. 19. Mentor adalah seseorang yang ditunjuk sebagai pembimbing untuk memberikan arahan, konseling, dan nasihat kepada peserta Diklat. Pasal 2 Standardisasi Diklat Kesos dimaksudkan sebagai acuan teknis operasional bagi penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan kesejahteraan sosial oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat dalam melaksanakan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia di bidang kesejahteraan sosial. Pasal 3 (1) Standardisasi Diklat Kesos sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dibagi menjadi 5 (lima) bab yang terdiri atas: a. Standar Diklat Kesejahteraan Sosial; b. Akreditasi Institusi/Lembaga Diklat Kesejahteraan Sosial; c. Sertifikasi Diklat Kesejahteraan Sosial; d. Evaluasi Diklat Kesejahteraan Sosial; dan e. Komite Diklat Kesejahteraan Sosial. (2) Standardisasi Diklat Kesos sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I, Lampiran II, Lampiran III, Lampiran IV, dan Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Pasal 4 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan Menteri Sosial Nomor 10/HUK/2004 tentang Standarisasi Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. 4

5 Pasal 5 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 23 APRIL 2015 MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, ttd. KHOFIFAH INDAR PARAWANSA Diundangkan di Jakarta pada tanggal 4 MEI 2015 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. YASONNA H. LAOLY BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2015 NOMOR 672 5

6 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06 TAHUN 2015 TENTANG : STANDARDISASI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL. STANDAR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL Standar Diklat Kesejahteraan Sosial mencakup komponen standar manajemen, sumber daya manusia, program serta sarana dan prasarana. A. Standar Manajemen Standar manajemen merupakan kriteria perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan satuan kerja Diklat Kesejahteraan Sosial untuk tercapainya pelayanan yang bermutu. 1. Perencanaan Penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial direncanakan dengan cermat agar dapat mencapai tujuan sesuai yang ditetapkan. Adapun standar perencanaannya meliputi: a. Falsafah dan Tujuan Falsafah dan tujuan Diklat Kesejahteraan Sosial diarahkan pada upaya pembaharuan secara sistimatis dan terencana dalam membentuk cara pandang, sikap, dan perilaku sumber daya manusia kesejahteraan sosial yang handal untuk melaksanakan program dan kegiatan yang menjadi visi dan misi lembaga dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial. 1

7 1) Institusi/Lembaga Institusi/lembaga Diklat Kesejahteraan Sosial adalah organisasi pemerintah dan/atau non pemerintah yang memiliki fungsi dan tugas menyelenggarakan Diklat Kesejahteraan Sosial. 2) Visi dan Misi Visi dan misi Diklat Kesejahteraan Sosial diorientasikan untuk mendukung terciptanya pelayanan publik yang bermutu, sehingga harus mengacu pada: a) Visi Penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial yang inovatif dan kompetitif. b) Misi Upaya menyelenggarakan Diklat Kesejahteraan Sosial bagi pekerja sosial, tenaga kesejahteraan sosial, relawan sosial, dan penyuluh sosial yang efektif, efisien, akuntabel, serta berkelanjutan. 3) Prinsip Dasar terdiri atas prinsip umum dan prinsip khusus. a) Prinsip umum meliputi: 1) Prinsip relevansi; secara internal bahwa Diklat Kesejahteraan Sosial memiliki relevansi di antara komponen-komponen kurikulum. Sedangkan secara eksternal bahwa komponen-komponen tersebut memiliki relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi (relevansi epistomologis), tuntutan dan potensi peserta Diklat (relevansi psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat (relevansi sosilogis). 2

8 2) Prinsip fleksibilitas; dalam penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial mengusahakan agar yang dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur, dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaianpenyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar bekang peserta Diklat Kesejahteraan Sosial. 3) Prinsip kontinuitas; yakni adanya kesinambungan dalam Diklat, baik secara vertikal maupun secara horizontal. 4) Prinsip efisiensi; yakni mengusahakan agar dalam penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya sesuai dengan tujuan yang direncanakan. 5) Prinsip efektivitas; yakni mengusahakan agar penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas. 6) Prinsip akuntabilitas; yakni mengusahakan agar penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan dapat dipertanggungjawabkan. 3

9 7) Prinsip berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta dan lingkungannya; yakni bahwa penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial menjadikan peserta pada posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya. 8) Prinsip beragam dan terpadu; yakni bahwa penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial memperhatikan keragaman karakteristik peserta, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan jender. 9) Prinsip tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; yakni bahwa penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial memberikan pengalaman pembelajaran kepada peserta untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. 10) Prinsip kemitraan; yakni bahwa penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial dibangun dari, oleh, dan untuk kepentingan pemangku kepentingan. 4

10 b) Prinsip Khusus meliputi: 1) Tujuan Diklat Kesejahteraan Sosial; perumusan tujuan harus memperhatikan ketentuan/kebijakan pemerintah; persepsi pengguna; pandangan para ahli atau narasumber; hasil penelitian; pengalaman institusi/lembaga yang lain atau dari negara lain. 2) Pemilihan materi Diklat Kesejahteraan Sosial; penjabaran tujuan ke dalam bentuk pengalaman belajar yang diharapkan; isi meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan disusun berdasarkan urutan logis dan sistematis. 3) Pemilihan proses pembelajaran; keselarasan pemilihan metode; memperhatikan perbedaan individual peserta; pencapaian aspek kognitif, afektif, dan keterampilan. 4) Pemilihan media; ketersediaan alat yang sesuai dengan situasi; pengorganisasian alat dan bahan; pengintegrasian ke dalam proses. 5) Pemilihan kegiatan penilaian; kesesuaian dengan isi dan tingkat perkembangan peserta diklat, waktu, dan administrasi penilaian. 5

11 4) Tujuan Penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial bertujuan: a) meningkatkan kompetensi sumber daya manusia kesejahteraan sosial; b) meningkatkan ketersediaan sumber daya manusia kesejahteraan sosial yang kompeten; c) meningkatkan kapasitas kelembagaan Diklat Kesejahteraan Sosial; dan d) meningkatkan peran institusi/lembaga Diklat Kesejahteraan Sosial. 5) Kebijakan Kebijakan penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial mencakup: a) melaksanakan dan mengembangkan Diklat bagi sumber daya manusia Aparatur Sipil Negara dan/atau masyarakat bidang kesejahteraan sosial; dan b) meningkatkan intensitas dan kualitas kerjasama nasional dan internasional di bidang penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial. 6) Strategi a) mengembangkan sumber daya manusia kediklatan di bidang kesejahteraan sosial; b) melaksanakan Analisis Kebutuhan Diklat, Analisis Diklat penyusunan/penyempurnaan kurikulum, modul, dan pedoman Diklat Kesejahteraan Sosial; 6

12 c) meningkatkan manajemen dan fasilitas Diklat Kesejahteraan Sosial; d) mengembangkan koordinasi, sinkronisasi, kerjasama dan sinergisitas Diklat Kesejahteraan Sosial; e) melaksanakan Diklat Kesejahteraan Sosial bagi aparatur pemerintah dan/atau Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat; dan f) melakukan pengendalian dan penjaminan mutu Diklat Kesejahteraan Sosial. 7) Sasaran a) terwujudnya sumber daya manusia kesejahteraan sosial yang berkarakter dan profesional. b) terwujudnya pengembangan program Diklat berbasis Analisis Kebutuhan Diklat dan Analisis Diklat yang didasarkan pada kajian teoritis dan lapangan serta teknologi informasi yang didukung oleh infrastruktur yang memadai dan Sistem Manajemen Sumber Daya Kesejahteraan Sosial. c) terciptanya sinergi dengan pemangku kepentingan dalam penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial. d) terwujudnya kerja sama dan kemitraan strategis dengan pemangku kepentingan dalam maupun luar negeri dalam penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial yang saling menguntungkan. e) terwujudnya manajemen pengembangan sumber daya manusia kesejahteraan sosial yang inovatif dan kompetitif. 7

13 8) Program a) peningkatan kompetensi sumber daya manusia kediklatan di bidang kesejahteraan sosial melalui Manajemen Of Training, Training Officer Course, Training of Trainers, Training of Facilitator dan upaya lain yang relevan. b) Analisis Kebutuhan Diklat, Analisis Diklat, penyusunan/penyempurnaan kurikulum, modul, dan pedoman Diklat Kesejahteraan Sosial. c) peningkatan sarana dan prasarana serta manajemen Diklat Kesejahteraan Sosial. d) pengembangan koordinasi, sinkronisasi, kerja sama dan sinergisitas Diklat Kesejahteraan Sosial. e) pelaksanaan Diklat Kesejahteraan Sosial bagi Aparatur Sipil Negara dan/atau Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat. f) pengendalian dan penjaminan mutu Diklat Kesejahteraan Sosial. b. Penyusunan Program Penyusunan program perlu menentukan kurikulum Diklat yang didasarkan pada hasil Analisis Kebutuhan Diklat atau Analisis Diklat dan dilengkapi dengan kurikulum, modul, serta pedoman. Kurikulum memiliki 5 (lima) komponen utama, yaitu tujuan, materi, strategi pembelajaran, kurikulum, dan evaluasi. c. Perencanaan Diklat harus tertuang dalam pedoman pelaksanaan Diklat yang berfungsi sebagai petunjuk operasional pelaksanaan Diklat dan dapat direview serta dirumuskan kembali secara berkala sesuai tuntutan perkembangan. 8

14 2. Pengorganisasian a. Pengorganisasian Diklat Kesejahteraan Sosial merupakan sistem pelaksanaan yang diuraikan secara jelas dan transparan. Struktur organisasi pelaksana Diklat Kesejahteraan Sosial sekurang-kurangnya memuat unsur pengelola institusi/lembaga Diklat, master fasilitator, co fasilitator, dan asisten/pendamping serta panitia. b. Setiap komponen organisasi pelaksanaan memiliki uraian tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang jelas mengenai keseluruhan pelaksanaan Diklat Kesejahteraan Sosial. Struktur organisasi pelaksana ditetapkan oleh pimpinan institusi/lembaga pengelola Diklat Kesejahteraan Sosial. c. Pengorganisasian penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial menunjukkan adanya kejelasan tugas dan fungsi setiap orang serta mekanisme kerja untuk mencapai visi, misi, dan tujuan. d. Penyelenggaraan Manajemen penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial membutuhkan prosedur yang jelas dalam upaya mencapai tujuan melalui pelayanan yang bermutu. a. Maklumat Pelayanan Memberikan pelayanan Diklat Kesejahteraan Sosial dan penunjangnya secara transparan, mudah, cepat, akurat, dan akuntabel. b. Moto Pelayanan Memberikan pelayanan yang terbaik. c. Persyaratan Peserta Persyaratan mengikuti program Diklat Kesejahteraan Sosial ditetapkan dalam pedoman sesuai jenis kegiatan. 9

15 d. Mekanisme Mekanisme untuk mengikuti program Diklat Kesejahteraan Sosial ditetapkan dalam pedoman sesuai jenis kegiatan. e. Jangka Waktu Penyelesaian Jangka waktu penyelesaian program Diklat Kesejahteraan Sosial ditetapkan dalam pedoman sesuai jenis kegiatan. f. Biaya Standar pembiayaan Diklat Kesejahteraan Sosial terdiri atas biaya investasi, operasional, dan operasional tidak langsung. 1) Biaya investasi, meliputi: a) penyediaan sarana dan prasarana; b) pengembangan sumber daya manusia; dan/atau c) modal kerja tetap. 2) Operasional, meliputi: a) honor panitia dan fasilitator; b) uang saku peserta; c) pengadaan bahan/peralatan pelatihan; d) transportasi; dan/atau e) akomodasi dan konsumsi. 3) Operasional tidak langsung, meliputi: a) daya listrik; b) air; c) jasa telekomunikasi; 10

16 d) pajak; dan/atau e) penyusunan laporan akuntabilitas dan kinerja. g. Program dan Kegiatan Diklat Kesejahteraan Sosial Program dan kegiatan Diklat Kesejahteraan Sosial meliputi rumpun dan jenis Diklat fungsional dan teknis, bagi: 1) Pekerja Sosial; 2) Tenaga Kesejahteraan Sosial; 3) Relawan Sosial; dan 4) Penyuluh Sosial. h. Sarana dan Prasarana Penyebarluasan Program dan Kegiatan Sarana dan prasarana yang dipergunakan dalam memberikan informasi kepada masyarakat yaitu; 1) telepon; 2) surat; 3) buku pedoman; 4) buku peraturan; 5) kontak pengaduan; 6) data base;. 7) brosur, leaflet, booklet, dan poster; 8) majalah, koran, dan media cetak lainnya; 9) televisi, WEB; dan/atau 10) media elektronik lainnya. 11

17 i. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Penyelenggara Standar sumber daya manusia kediklatan mencakup pengelola institusi/lembaga Diklat, analis kebutuhan Diklat/analis Diklat, perancang kurikulum, master fasilitator, co fasilitator, asisten fasilitator/pendamping, narasumber, dan panitia pelaksana. Parameter standar sumber daya manusia meliputi kriteria yang dipersyaratkan dari segi kelayakan fisik, mental, dan sosial serta kompetensi dalam jabatan masing-masing. Uraian selengkapnya dibahas dalam bagian tersendiri. j. Pengawasan Internal Pengawasan terhadap kinerja penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial dilaksanakan pengendalian mulai dari tahap persiapan sampai pada evaluasi dan tindak lanjutnya yang langsung dipimpin oleh penanggung jawab sesuai jenis kegiatan. Uraian selengkapnya dibahas pada bagian tersendiri. k. Penanganan Pengaduan, Saran, dan Masukan Upaya penanganan pengaduan, saran dan masukan menganut prinsip-prinsip, rahasia, berjenjang, transparansi, partisipatif, proporsional, objektif, kemudahan, cepat, dan akurat. l. Jaminan Pelayanan Pemangku Kepentingan 1) terinformasikannya penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial yang dibutuhkan oleh pemangku kepentingan. 2) terselenggaranya Diklat Kesejahteraan Sosial sesuai dengan prosedur dan mekanisme yang telah ditetapkan. 12

18 m.jaminan Keamanan dan Keselamatan Pelayanan Penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial dilengkapi dengan komponen pendukung berupa lingkungan, peralatan, bahan, dan proses pelayanan yang menjamin keamanan dan keselamatan. n. Evaluasi Kinerja 1) Evaluasi dilakukan secara menyeluruh terhadap masukan, proses, keluaran, manfaat dan dampak penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial. 2) Evaluasi dilakukan oleh semua komponen penyelenggara Diklat Kesejahteraan Sosial, baik unsur penyelenggara, fasilitator, maupun peserta sesuai dengan jenis dan sasaran kegiatan. Uraian selengkapnya akan dibahas pada bagian tersendiri. 4. Pengendalian dan Penjaminan Mutu Pengendalian dan penjaminan mutu penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial dilakukan secara simultan sejak tahap persiapan sampai dengan tindak lanjut. Ada 3 (tiga) fungsi yang harus dilakukan oleh Tim Pengendali dan Penjamin Mutu, yaitu pengembangan program, pengawasan, dan pembinaan. Dalam prosesnya, pengendalian dan penjaminan mutu dilakukan melalui kegiatan: a. Supervisi Supervisi dimaksudkan untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam pelaksanaan kegiatan serta membantu mengatasi permasalahan yang timbul di lapangan. b. Monitoring Monitoring atau pemantauan dimaksudkan untuk: 13

19 1) memastikan bahwa semua pihak yang terlibat dalam kegiatan telah menjalankan peranan dan fungsi sesuai tugas serta tanggung jawab masing-masing. 2) mengetahui proses pelaksanaan kegiatan dan program. c. Evaluasi Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui kesiapan, hambatan, peluang dan tingkat keberhasilan pelaksanaan program sebagai acuan dalam upaya perbaikan dan penyempurnaan. Uraian selengkapnya dibahas dalam bagian tersendiri. d. Pelaporan Pelaporan dimaksudkan untuk menginformasikan penyelenggaraan Diklat Kesejahteraan Sosial, baik dari sisi masukan, proses, keluaran, manfaat, dampak, dan tingkatan pencapaian dari indikator kinerja yang telah disusun sebelumnya sebagai bahan/dokumen bagi perbaikan dan penyempurnaan penyelenggaraan kegiatan dan program tahap selanjutnya. Pelaporan dibuat setiap bulan, triwulan, semester, dan akhir tahun kegiatan atau setiap waktu bilamana dipandang perlu dan mendesak harus dilaporkan. B. Standar Sumber Daya Manusia 1. Pengelola Institusi/Lembaga Diklat Kesejahteraan Sosial Pengelola adalah personil organik institusi/lembaga yang secara struktural dan fungsional bertugas merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengendalikan kegiatan dan program Diklat. Pengelola dapat dibedakan menjadi dua kategori, yakni pejabat struktural dan pejabat fungsional. a. Pimpinan memenuhi persyaratan: 1) Kualifikasi akademik, paling rendah S1. 2) Bersertifikat kompetensi manajerial yang relevan, khususnya Management Of Training. 14

20 3) Dalam hal seseorang yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada angka 1) dan angka 2) di atas, dapat diakui kompetensi manajerialnya karena pengalamannya setelah lulus uji kelayakan dan kesetaraan yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi berlisensi. b. Pejabat fungsional umum nonedukatif dan/atau administratif memenuhi persyaratan: 1) Kualifikasi akademik, paling rendah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. 2) Bersertifikat kompetensi yang relevan, khususnya Training Official Course. 3) Dalam hal seseorang yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada angka 1) dan angka 2) di atas, dapat diakui kompetensi manajerialnya karena pengalamannya setelah lulus uji kelayakan dan kesetaraan yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi berlisensi. 2. Analisis Kebutuhan Diklat/Analis Diklat Penganalisis kebutuhan Diklat/analis Diklat adalah personil organik institusi/lembaga Diklat yang secara fungsional bertugas mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dan berbagai hal terkait Diklat Kesejahteraan Sosial. Penganalisis kebutuhan Diklat/analis Diklat memenuhi persyaratan: a. Kualifikasi akademik, paling rendah S1. b. Bersertifikat kompetensi teknis yang relevan, khususnya Analisis Kebutuhan Diklat/Analis Diklat. 15

21 c. Dalam hal seseorang yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b di atas, dapat diakui kompetensi teknis analisisnya karena pengalamannya setelah lulus uji kelayakan dan kesetaraan yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi berlisensi. 3. Perancang Kurikulum Perancang kurikulum adalah personil organik institusi/lembaga yang secara fungsional bertugas mendesain kurikulum Diklat Kesejahteraan Sosial. Perancang kurikulum memenuhi persyaratan: a. Kualifikasi akademik, paling rendah S1. b. Bersertifikat kompetensi teknis yang relevan, khususnya yang terkait dengan perancangan kurikulum Diklat Kesejahteraan Sosial. c. Dalam hal seseorang yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b di atas, dapat diakui kompetensi teknis perancangan kurikulumnya karena pengalamannya setelah lulus uji kompetensi oleh lembaga sertifikasi berlisensi. 4. Fasilitator Fasilitator Diklat Kesejahteraan Sosial berasal dari unsur Pemerintah dan nonpemerintah. Berdasarkan komposisinya, fasilitator Diklat Kesejahteraan Sosial terdiri dari Master Fasilitator, Co Fasilitator, dan Asisten/pendamping. a. Master Fasilitator Master fasilitator memenuhi persyaratan: 1) Kualifikasi akademik paling rendah S1; 16

22 2) Pangkat/golongan ruang paling rendah Penata (III/c) bagi Pegawai Negeri Sipil utamanya Widyaiswara dan paling rendah memiliki sertifikat fasilitator nasional dan diutamakan internasional; 3) Memiliki sertifikat TOT dan/atau TOF sesuai materi dan/atau jenis Diklat; dan 4) Dalam hal seseorang yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada angka 1), angka 2), dan angka 3) di atas dapat diakui kompetensi manajerialnya karena pengalamannya setelah lulus uji kelayakan dan kesetaraan yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi berlisensi. b. Co Fasilitator Co fasilitator memenuhi persyaratan: 1) Kualifikasi akademik paling rendah S1; 2) Pangkat/golongan ruang paling rendah Penata Muda Tk. I (III/b) bagi Pegawai Negeri Sipil utamanya Widyaiswara dan paling rendah memiliki sertifikat fasilitator nasional; 3) Memiliki sertifikat TOT dan/atau TOF sesuai materi dan/atau jenis Diklat; dan 4) Dalam hal seseorang yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada angka 1), angka 2), dan angka 3) di atas dapat diakui kompetensinya karena pengalamannya setelah lulus uji kelayakan dan kesetaraan yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi berlisensi. c. Asisten/pendamping. Persyaratan asisten/pendamping yaitu: 1) Kualifikasi akademik paling rendah D3; 2) Pangkat/golongan ruang paling rendah Penata Muda (III/a) bagi Pegawai Negeri Sipil utamanya Widyaiswara dan paling rendah memiliki sertifikat fasilitator; 17

23 3) Memiliki sertifikat TOT sesuai materi dan atau jenis Diklat; dan 4) Dalam hal seseorang yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada angka 1), angka 2), dan angka 3) di atas dapat diakui kompetensi manajerialnya karena pengalamannya setelah lulus uji kelayakan dan kesetaraan yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi berlisensi. 5. Narasumber Narasumber dalam Diklat Kesejahteraan Sosial berasal dari unsur Pemerintah dan Non Pemerintah. a. Unsur Pemerintah Narasumber Diklat Kesejahteraan Sosial yang berasal dari unsur Pemerintah memenuhi kriteria persyaratan: 1) Pegawai Negeri Sipil diutamakan pejabat yang berwenang; 2) Kualifikasi akademik yang relevan; dan 3) Memiliki kompetensi sesuai kebutuhan Diklat. b. Unsur Non Pemerintah Narasumber yang berasal dari unsur Non Pemerintah memenuhi persyaratan: 1) Pakar, praktisi, dan/atau seseorang yang paham mengenai materi sesuai kebutuhan Diklat; 2) Kualifikasi akademik yang relevan; dan 3) Memiliki kompetensi sesuai kebutuhan Diklat. 6. Panitia Diklat Panitia Diklat Kesejahteraan Sosial dapat berasal dari unsur Pemerintah dan Non Pemerintah. 18

24 a. Unsur Pemerintah Panitia Diklat Kesejahteraan Sosial yang berasal dari unsur Pemerintah memenuhi kriteria persyaratan: 1) Pegawai Negeri Sipil; 2) Kualifikasi akademik yang relevan; dan 3) Memiliki sertifikat sesuai dengan kriteria yang dipersyaratkan jabatan dalam kepanitiaan. b. Unsur Non Pemerintah Panitia Diklat yang berasal dari unsur Non Pemerintah memenuhi persyaratan: 1) Pakar dan/atau praktisi; 2) Kualifikasi akademik; dan 3) Memiliki sertifikat sesuai dengan kriteria yang dipernyaratkan jabatan dalam kepanitiaan. Berdasarkan komposisinya, panitia Diklat Kesejahteraan Sosial dapat dikelompokan ke dalam 2 (dua) kategori, yakni manajer dan staf. a. Manajer Diklat; Manajer Diklat memenuhi persyaratan: 1) Kualifikasi akademik paling rendah S1; 2) Pangkat/golongan ruang paling rendah Penata Muda (III/a) bagi PNS; dan 3) Paling rendah memiliki sertifikat MOT. b. Staf Pelaksana Diklat; Staf pelaksana Diklat memenuhi persyaratan: 1) Kualifikasi akademik paling rendah SLTA; 19

25 2) Pangkat/golongan ruang paling rendah Pengatur Muda (II/a) bagi pegawai negeri sipil; dan 3) Paling rendah memiliki sertifikat TOC. C. Standar Program Standar program adalah kriteria pelaksanaan kegiatan pada satuan kerja Diklat Kesejahteraan Sosial untuk tercapainya pelayanan yang bermutu. Sasaran Diklat disesuaikan dengan tingkat kebutuhan penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang diperoleh dari kegiatan identifikasi kebutuhan atau analisis Diklat. Setiap program yang disusun didasarkan pada hasil AKD/AD dengan mengacu pada standar kompetensi bagi standar Diklat berbasis kompetensi dan kemampuan/perubahan perilaku bagi Diklat berbasis komunitas/nilai. 1. Standar Kompetensi dan Kemampuan a. Standar Kompetensi Standar kompetensi yang dijadikan acuan penerapan standar Diklat Kesejahteraan Sosial berbasis kompetensi adalah kompetensi minimum sesuai hasil AKD/AD. Sedangkan struktur standar kompetensi terdiri dari unit kompetensi, elemen kompetensi, kriteria, batasan variabel, panduan penilaian, dan kompetensi kunci. b. Standar Kemampuan Standar kemampuan yang dijadikan sebagai acuan penerapan Diklat Kesejahteraan Sosial berbasis komunitas/nilai adalah kemampuan berperilaku sesuai norma komunitas berdasarkan hasil AKD/AD yang mengacu pada tatanan kehidupan secara nasional. Tatanan kehidupan secara nasional adalah norma standar kehidupan berbangsa dan bernegara dalam wadah Republik Indonesia sesuai Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

26 2. Analisis Kebutuhan Diklat dan Analis Diklat Analisis Kebutuhan Diklat (AKD) merupakan langkah pertama dari siklus penyusunan program Diklat. AKD dapat dilakukan melalui identifikasi kebutuhan Diklat. Sedangkan Analis Diklat (AD) menjadi bagian dari upaya mengkaji Diklat Kesejahteraan Sosial sebagai upaya untuk pengembangan dan atau penyempurnaannya. a. Tujuan 1) tersedianya data permasalahan dan kebutuhan yang diinginkan oleh sasaran; dan 2) tersusunnya skala prioritas perencanaan program kegiatan Diklat. b. Ruang Lingkup dan Fokus 1) Tingkat organisasi/lembaga a) Tujuan; dan b) Strategi lembaga. 2) Pekerjaan a) Tujuan pekerjaan; dan b) Kompetensi/perubahan perilaku. 3) Individu a) Performa pekerjaan; dan b) Hasil kerja. c. Metode Identifikasi 1) Interview; 2) Observasi; 3) Diskusi Kelompok Terfokus (Focus Group Discussion/FGD);dan 21

27 4) Angket. d. Teknik Identifikasi 1) Analisis kinerja; 2) Penugasan; 3) Pemetaan kompetensi atau perubahan perilaku; 4) Analisis lingkungan strategis; dan 5) Diskusi. 3. Kurikulum Kurikulum merupakan pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yang ditata dalam bentuk rencana proses pembelajaran melalui Diklat dengan penekanan pada penggunaan berbagai metode pembelajaran sesuai dengan tujuan. a. Karakteristik Kurikulum Diklat Kesejahteraan Sosial memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) berpusat pada peserta; 2) mengembangkan kreativitas; 3) menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang; 4) kontekstual; 5) menyediakan pengalaman pembelajaran yang beragam dan terpadu; dan 6) belajar melalui berbuat. b. Format Kurikulum 1) Judul Kurikulum Judul Diklat sebagai judul kurikulum. 22

28 2) Pendahuluan Terdiri atas: a) Latar Belakang Berisi uraian hal-hal yang melatarbelakangi mengapa Diklat perlu dilaksanakan. Uraian latar belakang bisa diisi dengan uraian peristiwa yang terjadi terkait dengan tema Diklat serta penjelasan beberapa fakta yang terkait dengan kediklatan dan kesenjangan antar fakta dengan kondisi ideal yang diharapkan. Kondisi ideal berasal dari peraturan perundangan, visi lembaga, atau kondisi ideal pencapaian tujuan lembaga. b) Filosofi Diklat Memuat mengenai hak-hak peserta yang dapat diperoleh selama proses pembelajaran, antara lain: 1. cara memandang/memperlakukan peserta Diklat; 2. hal-hal yang harus dilakukan oleh fasilitator; 3. hal-hal diperoleh peserta Diklat; 4. proses pembelajaran yang akan dilaksanakan; 5. metode pembelajaran yang digunakan;dan 6. evaluasi yang akan dilaksanakan. 3) Kompetensi/Perubahan Perilaku Penjabaran kompetensi/perubahan perilaku yang harus dicapai melalui Diklat sesuai dengan hasil AKD/AD atau melalui cara lain yang dipilih. Kompetensi meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. 4) Tujuan Diklat Tujuan Diklat berupa rumusan rencana capaian dengan memperhatikan hal-hal berikut: 23

29 a) Uraian/jabaran kompetensi atau kemampuan yang akan dicapai oleh peserta setelah mengikuti Diklat. b) Kompetensi/kemampuan yang akan dicapai meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berkaitan dengan tugas yang dimiliki peserta. c) Rumusan tujuan Diklat terdiri atas: 1. Tujuan Umum; menggambarkan tentang tujuan yang ingin dicapai pada akhir Diklat. 2. Tujuan Khusus; menjabarkan kompetensi/kemampuan yang dirumuskan pada tujuan umum menjadi lebih spesifik dan bisa diukur. 5) Kompetensi/Perubahan Perilaku Penjabaran kompetensi/perubahan perilaku yang harus dicapai melalui Diklat sesuai dengan hasil AKD/AD atau melalui cara lain yang dipilih. Kompetensi meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. 6) Tujuan Diklat Tujuan Diklat berupa rumusan rencana capaian dengan memperhatikan hal-hal berikut: d) Uraian/jabaran kompetensi atau kemampuan yang akan dicapai oleh peserta setelah mengikuti Diklat. e) Kompetensi/kemampuan yang akan dicapai meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berkaitan dengan tugas yang dimiliki peserta. f) Rumusan tujuan Diklat terdiri atas: 1) Tujuan Umum; menggambarkan tentang tujuan yang ingin dicapai pada akhir Diklat. 2) Tujuan Khusus; menjabarkan kompetensi/kemampuan yang dirumuskan pada tujuan umum menjadi lebih spesifik dan bisa diukur. 24

30 3) Materi inti merupakan substansi yang harus diketahui dan dikuasai oleh peserta, mengarah pada kompetensi/kemampuan perubahan perilaku yang ingin dicapai. Penyampaian materi dilakukan dengan berbagai alternatif metode yang menyebabkan terjadinya proses eksperimentasi dan eksplorasi oleh peserta sehingga jumlah jam penugasan dan praktik lapangan memiliki porsi lebih besar daripada presentasi teori oleh fasilitator. Persentase materi inti sebesar 60% - 70% dari keseluruhan jumlah jam pembelajaran. 4) Materi penunjang berupa upaya membangun kesepakatan/kontrak belajar, Rencana Tindak Lanjut dan lainnya yang dipandang perlu. Persentase materi penunjang sebesar 15% - 20% dari keseluruhan jumlah jam pembelajaran. a) Alokasi waktu, yaitu jumlah waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan suatu materi serta proporsinya antara teori dengan penugasan/praktik. Alokasi waktu menggambarkan kegiatan Diklat yakni: 1) Teori (T) paling banyak 40%. 2) Penugasan (P) dan Praktik Lapangan (PL) paling banyak 60% yang disesuaikan dengan bobot dari materi Diklat tersebut. Dalam proses pembelajaran, alokasi waktu untuk teori sebanyak 40% disampaikan dengan menggunakan metode yang lebih mengarah pada terciptanya peran serta aktif peserta. b) Tahapan Proses Pembelajaran Langkah-langkah kegiatan dalam proses pembelajaran dimulai dari pembukaan dan seterusnya sampai dengan penutupan. Proses tersebut dapat digambarkan dalam bentuk matrik dan bagan alur sebagai berikut: 25

31 Matrik Alur Pelaksanaan Kegiatan Diklat Kesejahteraan Sosial ALOKASI WAKTU JAM PEMBELAJARAN (JP) JUMLAH JP...JP...JP... JP...JP...JP...J P *) 3 P1 1 2 P2 4 Pembukaan s.d Penutupan (... hari) Keterangan: No. P1 : Pembukaan. No. 1 : Materi penunjang No. 2 : Materi dasar No. 3 4 : Materi Inti No. P2 : Penutupan 26

32 Bagan Alur Pelaksanaan Kegiatan Diklat Kesejahteraan Sosial PEMBUKAAN Membangun Komitmen Belajar (BLC) Materi Penunjang Metode : Permainan, diskusi WAWASAN Materi Dasar METODE Curah pendapat Tanya Jawab Diskusi dsb KETRAMPILAN Materi Inti METODE Simulasi Demonstrasi Coaching Praktik model (phantom, dsb) Praktik Kasus Nyata Di Kelas/Praktik Lapangan Materi Inti RENCANA TINDAK LANJUT Materi Penunjang Metode : menyesuaikan EVALUASI PENUTUP a) Silabus Diklat Kesejahteraan Sosial Silabus merupakan penjabaran kompetensi/kemampuan yang ditetapkan melalui AKD/AD dan tujuan ke dalam materi pokok Diklat, kegiatan Diklat, dan indikator pencapaian kompetensi/kemampuan untuk penilaian. Komponen pokok dari silabus: 1) Komponen yang berkaitan dengan kompetensi/kemampuan yang hendak dikuasai, meliputi: a) Standar kompetensi; 27

33 b) Kompetensi dasar; c) Indikator; dan d) Materi pelatihan. 2) Komponen yang berkaitan dengan cara menguasai kompetensi, memuat pokok-pokok kegiatan dalam pembelajaran. 3) Komponen yang berkaitan dengan cara mengetahui pencapaian kompetensi, mencakup: a) Teknik Penilaian : 1) Jenis Penilaian; 2) Bentuk Penilaian. b) Instumen Penilaian 4) Komponen Pendukung, terdiri dari : a) Alokasi waktu; b) Sumber belajar. 4. Modul Modul merupakan uraian dari pokok-pokok bahasan yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dilengkapi dengan langkah-langkah atau proses, bahan bacaan atau uraian materi, petunjuk penugasan, diskusi, studi kasus, latihan-latihan, dan evaluasi. Format Modul terdiri atas: a. Judul modul: diisi dengan topik pembelajaran. b. Deskripsi Singkat Uraian singkat pengantar materi pembelajaran yang akan disampaikan. 28

34 c. Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran seperti pada Garis Besar Program Pengajaran. Tujuan pembelajaran dibagi dalam: 1) Tujuan pembelajaran umum; dan 2) Tujuan pembelajaran khusus. d. Pokok Bahasan dan/atau Sub Pokok Bahasan Pokok bahasan dan/atau sub pokok bahasan seperti pada GBPP. Jumlah pokok bahasan sama dengan jumlah item pada tujuan pembelajaran khusus. e. Bahan Pembelajaran Bahan-bahan yang dipergunakan untuk mempelajari materi. Bahan belajar dapat berupa: buku teks, modul, peraturan, standar, pedoman, dan bahan lain berisikan informasi yang terkait dengan materi. f. Uraian Materi Uraian secara spesifik materi dari masing-masing pokok bahasan dan/atau sub pokok bahasan. g. Referensi Buku-buku atau sumber lainnya yang digunakan dalam menyusun materi pembelajaran dan yang digunakan sebagai rujukan dalam mempelajari materi pembelajaran. h. Lampiran Terdiri atas: 1) Lembar Kerja Lembar kerja bagi fasilitator dan peserta Diklat. Lembar kerja memuat kegiatan fasilitator dan peserta Diklat secara rinci berikut bahan tayangan, diskusi, bermain peran, simulasi, studi kasus dan sebagainya. 29

35 Bahan-bahan tersebut dapat berupa kasus, ilustrasi, skenario, soal, pertanyaan, jawaban, dan sebagainya. 2) Informasi yang mendukung dan tidak disampaikan di bagian lain. i. Evaluasi Diklat Evaluasi adalah proses pengumpulan data yang sistematis untuk mengukur efektifitas program Diklat. Evaluasi bertujuan untuk mengukur keberhasilan dan pencapaian tujuan Diklat yang telah ditetapkan. 1) Manfaat a) Memperoleh informasi tentang kualitas dan kuantitas pelaksanaan program Diklat. b) Mengetahui relevansi program Diklat dengan kebutuhan institusi. c) Membuka kemungkinan untuk memperbaiki dan menyesuaikan program Diklat sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi. 2) Sasaran a) Peserta: evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil belajar. b) Fasilitator/pelatih: evaluasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan fasilitator/pelatih dalam menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. c) Penyelenggara: evaluasi dilakukan untuk mengetahui kinerja Diklat. 30

36 3) Jenis Evaluasi Jenis evaluasi terbagi kedalam dua kategori, yaitu evaluasi pembelajaran dan evaluasi hasil belajar. Evaluasi pembelajaran untuk mengukur efektifitas pelaksanaan program Diklat. Evaluasi hasil belajar untuk mengukur hasil belajar peserta. a) Jenis Evaluasi Pembelajaran meliputi (1) Evaluasi kemampuan fasilitator/pelatih dalam menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. (2) Evaluasi penyelenggaraan untuk mengetahui kinerja Diklat. b) Jenis Evaluasi Hasil Belajar (1) Evaluasi formatif dirancang guna memberikan informasi yang dapat digunakan fasilitator untuk melakukan perbaikan. Biasa digunakan sebelum pembelajaran berakhir, sehingga masih terdapat kesempatan untuk memperbaiki. (2) Evaluasi sumatif digunakan pada akhir sesi pelatihan untuk kepentingan dalam menentukan peringkat, sertifikasi, evaluasi terhadap kemajuan, atau penelitian terhadap efektivitas kurikulum dan perencanaan Diklat. (3) Portofolio catatan dan/atau kumpulan hasil karya peserta latih yang didokumentasikan secara baik dan teratur. Dapat berbentuk tugas, jawaban peserta atas pertanyaan fasilitator, catatan hasil observasi fasilitator, dan laporan kegiatan peserta. 31

37 4) Penilaian Penilaian terdiri atas pengumpulan bukti atau catatan kemajuan proses pembelajaran sesuai dengan kriteria penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah ditentukan dalam standar kompetensi. Kegiatan penilaian meliputi : a) Penilaian Kerja Nyata Penilaian yang dilakukan di tempat kerja. b) Penilaian Simulasi Kerja Penilaian simulasi kerja merupakan penilaian sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan di lembaga Diklat. c) Penilaian Tertulis Penilaian tertulis yaitu penilaian yang melibatkan jawaban peserta Diklat secara tertulis untuk mengukur pengetahuan. d) Penilaian Lisan Penilaian lisan yaitu penilaian melalui wawancara terhadap peserta Diklat. 5) Standar Penilaian Diklat Standar penilaian merupakan kriteria, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian proses pembelajaran dan hasil belajar peserta Diklat. Standar penilaian Diklat digunakan sebagai pedoman penilaian untuk menentukan tingkat kinerja institusi/lembaga Diklat dan kelulusan peserta. a) Penilaian Pembelajaran meliputi : 1) Penilaian terhadap kemampuan fasilitator/pelatih dalam menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. 32

38 2) Penilaian terhadap penyelenggaraan untuk mengetahui kinerja Diklat. b) Penilaian Hasil Belajar: Penilaian untuk menentukan kelulusan peserta Diklat, dilakukan oleh fasilitator, penyelenggara pelatihan, dan/atau peserta. 1) Penilaian Diklat oleh Fasilitator dalam bentuk: a) Pre-Test; b) Post Test; dan c) Pengamatan. 2) Penilaian fasilitator oleh penyelenggara dalam bentuk evaluasi penyelenggaraan Diklat. 3) Penilaian Diklat oleh peserta dalam bentuk penilaian antar peserta. Peserta Diklat dapat melakukan penilaian terhadap: a) Panitia penyelenggara; b) Pelatih/fasilitator (Master Fasilitator, Co Fasilitator dan Asisten/pendamping); c) Kurikulum dan silabus; d) Substansi/materi Diklat; e) Bahan dan alat; f) Serta lain-lain yang berkaitan dengan penyelenggaraan Diklat; 4) Hasil Penilaian digunakan sebagai bahan pembinaan Diklat. 33

39 5. Sertifikat Lulusan Diklat Sertifikat merupakan bukti tertulis atas penetapan kelayakan seseorang yang ditempuh melalui suatu uji kompetensi sesuai dengan standar setelah mengikuti Diklat dan kelayakannya disahkan dan ditetapkan dengan keputusan dari pejabat yang berwenang. a. Sertifikat yang diperoleh melalui proses Diklat diterbitkan oleh lembaga Diklat. Sertifikat diberikan kepada peserta yang telah mengikuti diklat yang terakreditasi serta memenuhi ketentuan yang berlaku yaitu: 1) Mengikuti Diklat sekurang-kurangnya selama 85% dari alokasi waktu. 2) Dinyatakan berhasil sesuai evaluasi belajar penetapan angka kredit Diklat yang diberikan didasarkan pada lamanya pelatihan dalam satuan jam pembelajaran efektif yaitu sebagai berikut: LAMA PELATIHAN ANGKA KREDIT (jam 45 menit) Lebih dari

40 b. Uraian selengkapnya dibahas dalam bagian tersendiri. 6. Pedoman Pelaksanaan Diklat Standar pedoman pelaksanaan Diklat Kesejahteraan Sosial merupakan sekumpulan ketentuan dasar yang menjadi pegangan/petunjuk atau acuan dalam pelaksanaan Diklat Kesejahteraan Sosial. Standar pedoman pelaksanaan Diklat Kesejahteraan Sosial memuat: a. Pendahuluan Pendahuluan berisi latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, landasan/dasar hukum dan pengertian beberapa istilah pokok. b. Gambaran Umum Gambaran umum memuat tentang deskripsi singkat pelatihan, unit kompetensi, durasi waktu pelaksanaan kegiatan (jam pelatihan/hari), materi (materi dasar, inti dan penunjang), fasilitator (Master Fasilitator, Co Fasilitator dan Asisten/pendamping), nara sumber dan kepanitiaan sesuai kriteria yang dipersyaratkan, pendekatan, metode, dan media pembelajaran. c. Mekanisme Kegiatan Mekanisme kegiatan menjelaskan tentang prinsip-prinsip pengelolaan, tahapan kegiatan, alur proses pembelajaran dan jadwal pelaksanaan. d. Sertifikat Bagian ini memuat tentang jenis sertifikat yang diberikan kepada peserta pelatihan, baik yang berupa tanda kepesertaan dalam Diklat maupun kelulusan (untuk jenis Diklat berbasis kompetensi). 35

41 e. Pendanaan Standar pendanaan yang termuat dalam pedoman pelaksanaan Diklat menjelaskan tentang jumlah dan sumber pendanaan. Bagi Diklat PNBP Fungsional disertakan besar jumlah satuan kegiatan dan jumlah nominal per peserta. D. Sarana dan Prasarana Diklat Kesejahteraan Sosial Standar minimum sarana dan prasarana Diklat Kesejahteraan Sosial meliputi: 1. Perkantoran yang terdiri dari: a. Ruang pimpinan; b. Ruang rapat pimpinan; c. Ruang kerja staf; d. Ruang rapat; e. Ruang tamu; f. Ruang dokumentasi, ruang data dan informasi; g. Ruang perpustakaan; h. Ruang pengajar; i. Kamar mandi; dan j. Dapur. 2. Pelayanan teknis yang terdiri dari: a. Ruang diskusi minimum; b. Ruang seminar minimum; c. Ruang asrama; d. Ruang belajar dengan kapasitas 40 (empat puluh) orang; dan e. Ruang laboratorium. 3. Pelayanan umum yang terdiri dari: a. Wisma tamu minimum 1 (satu) unit; b. Lapangan upacara; c. Ruang makan minimum 1 (satu) unit; d. Ruang ibadah; e. Poliklinik; f. Aula minimum 1 (satu) unit; g. Pos keamanan; h. Gudang; i. Kamar mandi; j. Tempat parkir; 36

42 k. Tempat olahraga; l. Rumah dinas/pengurus; m. Ruang laundry; dan n. Ruang hiburan. 4. Peralatan yang terdiri dari: a. Peralatan penunjang perkantoran; b. Penerangan; c. Instalasi air dan air bersih; d. Peralatan komunikasi dan informasi; dan e. Peralatan penunjang teknis pembelajaran. Dapat dijabarkan seperti: 1) Papan tulis, tersedia minimum 1 (satu) buah papan tulis yang memadai dengan ukuran sebanding dengan ruang kelas untuk setiap ruangan yang dilengkapi white board/alat tulis dan penghapus. 2) Papan flip chart, tersedia minimum 2 (dua) buah yang besarnya sama dengan ukuran kertas flip chart yang dilengkapi white board/alat tulis dan penghapus. 3) Lcd atau infocus minimum 1 (satu) unit yang siap digunakan. 4) Tv dan video minimum 1 (satu) set yang siap digunakan. 5) 1 (satu) set handycam yang siap untuk digunakan. 6) 1 (satu) set kamera yang siap untuk digunakan. 7) Buku pegangan/modul untuk masing-masing Diklat yang diselenggarakan. 8) Sound system atau wareless untuk masing-masing ruangan dengan 4 (empat) mike. 9) 1 (satu) unit tape recorder yang siap digunakan. 10) Komputer/laptop minimum 2 (dua) unit untuk penyelesaian tugas-tugas kelompok (peserta) bilamana diperlukan. 11) Teknologi multi media 1 (satu) set komputer dengan peralatannya yang siap digunakan. 12) 1 (satu) unit printer yang siap digunakan. 37

43 5. Peralatan media pembelajaran. 6. Alat transportasi yang terdiri atas: a. Alat transportasi perkantoran; dan b. Alat transportasi bagi keperluan peserta Diklat. 7. Pangan bagi peserta Diklat yang terdiri atas makanan pokok dan makanan tambahan. MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, ttd. KHOFIFAH INDAR PARAWANSA 38

44 LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06 TAHUN 2015 TENTANG : STANDARDISASI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL. AKREDITASI INSTITUSI/LEMBAGA/UNIT KERJA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL A. Komponen Akreditasi Akreditasi institusi/lembaga penyelenggara Diklat Kesejahteraan Sosial mencakup komponen manajemen, sumber daya manusia, program, dan fasilitas. 1. Manajemen Institusi/lembaga penyelenggara Diklat Kesejahteraan Sosial yang kredibel memiliki perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan serta pengendalian dan penjaminan mutu, dengan indikator antara lain: a. Perencanaan 1) dokumen tertulis mengenai visi organisasi; 2) dokumen tertulis mengenai misi organisasi; 3) dokumen tertulis mengenai rencana strategik;dan 4) dokumen tertulis mengenai rencana operasional dan/atau rencana kegiatan Diklat selama 1 (satu) tahun pada kalender Diklat. 1

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2015 TENTANG STANDARDISASI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2015 TENTANG STANDARDISASI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06 TAHUN 2015 TENTANG STANDARDISASI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

AKREDITASI INSTITUSI/LEMBAGA/UNIT KERJA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

AKREDITASI INSTITUSI/LEMBAGA/UNIT KERJA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06 TAHUN 2015 TENTANG : STANDARDISASI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESEJAHTERAAN SOSIAL. AKREDITASI INSTITUSI/LEMBAGA/UNIT KERJA PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

2015, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Ap

2015, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Ap No.672, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. Kesejahteraan Sosial. Pendidikan. Pelatihan. Standarisasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG STANDARDISASI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 26 TAHUN 09 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.15, 2008 LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA. Akreditasi. Diklat. Pedoman. Pencabutan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.15, 2008 LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA. Akreditasi. Diklat. Pedoman. Pencabutan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.15, 08 LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA. Akreditasi. Diklat. Pedoman. Pencabutan PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 2 TAHUN 08 TENTANG PEDOMAN AKREDITASI

Lebih terperinci

PEDOMAN AKREDITASI Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan. Nomor 4301); DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

PEDOMAN AKREDITASI Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan. Nomor 4301); DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA Indonesia Nomor 3890);

Lebih terperinci

2016, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan

2016, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.909, 2016 KEMENKUMHAM. Sertifikasi. Diklat Calon Perancang. Pedoman. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA. Akreditasi. Pelatihan. Swasta. Penyelenggaraan. Pedoman. Pencabutan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA. Akreditasi. Pelatihan. Swasta. Penyelenggaraan. Pedoman. Pencabutan. No.34, 2008 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA. Akreditasi. Pelatihan. Swasta. Penyelenggaraan. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 3 TAHUN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1247, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA. Akreditasi. Lembaga Diklat. Prajabatan. Kepemimpinan. Penyelenggara. Pedoman. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR

Lebih terperinci

LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 8 TAHUN 2010

LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 8 TAHUN 2010 LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 8 TAHUN 10 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN AKREDITASI DAN SERTIFIKASI DIKLAT SANDI DI LINGKUNGAN INSTANSI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2015, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang

2015, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang No.1648, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKOMINFO. Jabatan Fungsional. Pranata Hubungan Masyarakat. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN SERTIFIKASI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN CAL ON PEJABAT FUNGSIONAL PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NOMOR: 38 TAHUN 2016

PETUNJUK PELAKSANAAN SERTIFIKASI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN CAL ON PEJABAT FUNGSIONAL PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NOMOR: 38 TAHUN 2016 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1. Umum 2. Maksud dan Tujuan 3. Ruang Lingkup 4. Pengertian BAB II LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN CALON PEJABAT FUNGSIONAL PERANCANG PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN BAB III

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1646, 2013 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Pendidikan dan Pelatihan. Pengujian Mutu Barang. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76/M-DAG/PER/12/2013

Lebih terperinci

2015, No Mengingat : Pemerintah Penyelenggara Pendidikan Dan Pelatihan Teknis masih terdapat kekurangan dan belum dapat menampung perkembangan

2015, No Mengingat : Pemerintah Penyelenggara Pendidikan Dan Pelatihan Teknis masih terdapat kekurangan dan belum dapat menampung perkembangan No.1114, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAN. Akreditasi. Lembaga Diklat Pemerintah. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN AKREDITASI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.950, 2011 SEKRETARIS NEGARA. Diklat Fungsional. Penerjemah. PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

2016, No d. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 54 Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2010 tentang Penelitian dan Pengembangan, serta Pendidika

2016, No d. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 54 Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2010 tentang Penelitian dan Pengembangan, serta Pendidika BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 334,2016 KEMEN-LHK. Akreditasi.Lembaga Diklat. Perolehan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.53/MENLHK-SETJEN/2015

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEWIDYAISWARAAN SUBSTANSI DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT IV LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KURIKULUM PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN PENGANGKATAN PERTAMA JENJANG AHLI DI BALAI BESAR PELATIHAN KESEHATAN CILOTO TAHUN 2015

KURIKULUM PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN PENGANGKATAN PERTAMA JENJANG AHLI DI BALAI BESAR PELATIHAN KESEHATAN CILOTO TAHUN 2015 KURIKULUM PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL EPIDEMIOLOG KESEHATAN PENGANGKATAN PERTAMA JENJANG AHLI DI BALAI BESAR PELATIHAN KESEHATAN CILOTO TAHUN 015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan tata pemerintahan

Lebih terperinci

2 Mengingat Golongan I, Golongan II, dan Golongan III Yang Diangkat Dari Tenaga Honorer Kategori 1 dan/atau Kategori 2; c. bahwa pedoman sebagaimana d

2 Mengingat Golongan I, Golongan II, dan Golongan III Yang Diangkat Dari Tenaga Honorer Kategori 1 dan/atau Kategori 2; c. bahwa pedoman sebagaimana d BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1182, 2014 LAN. Pendidikan. Pelatihan. Prajabatan. Calon PNS. Golongan I. Golongan II. Golongan III. Tenaga Honorer. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN KEPALA LEMBAGA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEWIDYAISWARAAN SUBSTANSI DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT III LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

Lebih terperinci

2016, No Nomor 544); 4. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 15 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Pembinaan Penyelenggaraan Pendid

2016, No Nomor 544); 4. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 15 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Pembinaan Penyelenggaraan Pendid BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1244, 2016 ANRI. Diklat Kearsipan. Penyelenggaraan. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.09/MEN/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.09/MEN/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.09/MEN/2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA,

KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA, KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR : 4 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN UMUM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) BAGI PENYELENGGARAAN DIKLAT (TRAINING OFFICER COURSE / TOC) KEPALA

Lebih terperinci

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA - 1 - SALINAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN DIKLAT KEWIDYAISWARAAN BERJENJANG TINGKAT MADYA TAHUN 2014 DI PUSAT DIKLAT KEHUTANAN

PENYELENGGARAAN DIKLAT KEWIDYAISWARAAN BERJENJANG TINGKAT MADYA TAHUN 2014 DI PUSAT DIKLAT KEHUTANAN PENYELENGGARAAN DIKLAT KEWIDYAISWARAAN BERJENJANG TINGKAT MADYA TAHUN 2014 DI PUSAT DIKLAT KEHUTANAN Oleh : Harmini Sudjiman Widyaiswara Pusat Diklat Kehutanan Abstrak Diklat Kewidyaiswaraan Berjenjang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN/ATAU PELATIHAN DI BIDANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENJENJANGAN JABATAN FUNGSIONAL SANDIMAN

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENJENJANGAN JABATAN FUNGSIONAL SANDIMAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENJENJANGAN JABATAN FUNGSIONAL SANDIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA SANDI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA SALINAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, email: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1919, 2015 KEMENAG. Diklat. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEGAWAI

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Presiden Nomor 57 Tahun 2013 tentang Lembaga Administrasi Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 12

2016, No Peraturan Presiden Nomor 57 Tahun 2013 tentang Lembaga Administrasi Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 12 No.2067, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAN. TRAINING OF FACILITATOR. Pedoman. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PENYELENGGARAAN PELATIHAN PENERAPAN

Lebih terperinci

Prinsip Prinsip Pengembangan Kurikulum

Prinsip Prinsip Pengembangan Kurikulum Prinsip Prinsip Pengembangan Kurikulum a. Berpusat Pada Potensi, Perkembangan, Kebutuhan, dan Kepentingan Peserta Didik dan Lingkungannya Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, No.1486, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Lembaga Diklat Terakreditasi. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN AKREDITASI LEMBAGA PENYELENGGARA

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1504, 2014 BPKP. Pendidikan dan Pelatihan. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI NOMOR*3 TAHUN 2011 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI NOMOR*3 TAHUN 2011 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI (BPPT) PERATURAN KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI NOMOR*3 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) JABATAN FUNGSIONAL

Lebih terperinci

2 Pemerintah Nomor 1 Tahun 1994 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran N

2 Pemerintah Nomor 1 Tahun 1994 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran N BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1369, 2015 KEMENSOS. ASN. Penataan. Perencanaan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PERENCANAAN DAN PENATAAN APARATUR SIPIL NEGARA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR LEMBAGA PENYELENGGARA REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR LEMBAGA PENYELENGGARA REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR LEMBAGA PENYELENGGARA REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1248, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA. Akreditasi. Lembaga Diklat. Penyelnggara. Fungsional. Pedoman. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 17 TAHUN 2013

Lebih terperinci

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH SALINAN BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 61 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN APARATUR POLA SATU PINTU DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR : 6 TAHUN 2003 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR : 6 TAHUN 2003 TENTANG KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR : 6 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN UMUM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (DIKLAT) BAGI PENGELOLA DIKLAT (MANAGEMENT OF TRAINING/MOT) LEMBAGA ADMINISTRASI

Lebih terperinci

Petunjuk Teknis Pelaksanaan In Service Learning 1 Tahun 2012

Petunjuk Teknis Pelaksanaan In Service Learning 1 Tahun 2012 i Pelaksanaan In Service Learning 1 Tahun 2012 LPPKS INDONESIA 2013 ii Pelaksanaan In-Service Learning 1 Diklat Calon Kepala Sekolah/Madrasah Tahun 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.309, 2016 KEUANGAN. PAJAK. PNBP. BKN. Jenis. Tarif. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5999). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembara

2017, No Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembara No.107, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENDIDIKAN. Guru. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6058) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1032, 2017 KEMEN-ESDM. Standardisasi Kompetensi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG STANDARDISASI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGISIAN JABATAN PIMPINAN TINGGI SECARA TERBUKA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR,

Lebih terperinci

2016, No Nomor 157 tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa P

2016, No Nomor 157 tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa P No.1877, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LKPP. Pejabat Fungsional. Pengelola Pengadaan Barang/ Jasa. Pengembangan dan Pembinaan Kompetensi. Pencabutan. PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS)

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS) Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS) Kp. Dadapan RT.06/RW.07, Desa Jatikuwung, Kec. Gondangrejo Kab. Karanganyar, Prov. Jawa Tengah Indonesia Telp. +62 0271 8502888; +62 0271 8502999;

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA, PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG AKREDITASI LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEMERINTAH PENYELENGGARA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SANDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

> MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

> MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA > MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.20/Menhut-II/2004 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 42/Permentan/SM.200/8/2016 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA SEKTOR PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan tuntutan nasional dan tantangan global untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK, KELUARGA

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan No.1858, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Sertifikasi Kompetensi Teknis ASN. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.92/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2016 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.448, 2012 KEMENTERIAN AGAMA. Penyelenggaraan. Pendidikan. Pelatihan. Teknis. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 33 TAHUN 2009 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR PENYULUHAN PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KEHUTANAN NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KEHUTANAN NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.11/Menhut-II/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KEHUTANAN NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PELAKSANA LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 29

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR LEMBAGA PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DI BIDANG METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PANGAN, PERTANIAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, No.968, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Metode E-Learning. DIKLAT. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

2016, No menetapkan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana tentang Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Bencana; Mengingat

2016, No menetapkan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana tentang Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Bencana; Mengingat No.1836, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPP. Diklat PB. Pencabutan PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENANGGULANGAN BENCANA

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN AKREDITASI PROGRAM DIKLAT TEKNIS DAN DIKLAT FUNGSIONAL

PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN AKREDITASI PROGRAM DIKLAT TEKNIS DAN DIKLAT FUNGSIONAL PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN AKREDITASI PROGRAM DIKLAT TEKNIS DAN DIKLAT FUNGSIONAL A. Latar Belakang Reformasi Birokrasi selain menuntut adanya perubahan kelembagaan dan ketatalaksanaan, juga mengharuskan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.19, 2010. PENDIDIKAN. Kedinasan. Pedoman. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5101) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG POLA KARIER PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG POLA KARIER PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG POLA KARIER PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA

Lebih terperinci

LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SANDIMAN LANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PENDIDIKAN KEDINASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

Lebih terperinci

2012, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran

2012, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.215, 2012 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5357) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

Lebih terperinci

2014, No Mengingat : 1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Le

2014, No Mengingat : 1 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Le No.174, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUT. SMK Kehutanan Negeri Pendidikan. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.11/Menhut-II/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2018 TENTANG BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2018 TENTANG BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2018 TENTANG BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.20/Menhut-II/2004 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.20/Menhut-II/2004 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN MENTERI KEHUTANAN, MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.20/Menhut-II/2004 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN BAGI PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS)

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS) Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS) Jl. Parangkusumo No. 51 Purwosari, Surakarta 57147 Jawa Tengah Telp./Fax: +62 271 716657 E-mail : lp2kssolo@gmail.com ii KATA PENGANTAR Peraturan

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Lebih terperinci

2018, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

2018, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang No.32, 2018 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ADMINISTRASI. Badan Nasional Sertifikasi Profesi. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6189) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN BANYUMAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1531, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Pusat Penilaian. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG PUSAT PENILAIAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN AKREDITASI PROGRAM DIKLATPIM DAN DIKLAT PRAJABATAN

PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN AKREDITASI PROGRAM DIKLATPIM DAN DIKLAT PRAJABATAN PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN AKREDITASI PROGRAM DIKLATPIM DAN DIKLAT PRAJABATAN A. Latar Belakang Reformasi Birokrasi selain menuntut adanya perubahan kelembagaan dan ketatalaksanaan, juga mengharuskan terwujudnya

Lebih terperinci

2 Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara

2 Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.45, 2015 PENDIDIKAN. Standar Nasional. Kurikulum. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5670) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/11/2007. TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Dl SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/11/2007. TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Dl SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/11/2007 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Dl SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TINGGI DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.42/Menlhk/Setjen/Kum.1/4/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KEHUTANAN NEGERI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.208, 2014 ADMINISTRASI. Sumber Daya Manusia. Metereologi. Klimatologi. Geofisika. Pengembangan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 33 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-C TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 33 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-C TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 33 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-C TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA KOTA SURAKARTA

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN. Direktur Jenderal PNFI Depdiknas

KATA SAMBUTAN. Direktur Jenderal PNFI Depdiknas KATA SAMBUTAN Direktur Jenderal PNFI Depdiknas i Pendidikan diselenggarakan secara berkeadilan, bermutu dan relevan dengan kebutuhan masyarakat baik lokal, nasional, maupun global sehingga mampu mewujudkan

Lebih terperinci