ADMINISTRASI PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN
|
|
- Dewi Budiman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ADMINISTRASI PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN A. Pendahuluan Pusat Pendidikan Administrasi (Pusdikmin) merupakan satuan kerja dibawah Lembaga Pendidikan Polri (Lemdikpol) yang menyelenggarakan pendidikan bidang pembinaan salah satunya adalah Pendidikan Pengembangan Spesialisasi Brigadir/PNS Golongan II Administrasi Keuangan. Penyelenggaraan Pendidikan Pengembangan Spesialisasi Brigadir/PNS Golongan II Administrasi Keuangan bertujuan supaya Brigadir/PNS Golongan II memiliki kemampuan dan keterampilan menejerial dalam penyelenggaraan dan pengelolaan anggaran pada satuan kerja. Pertanggungjawaban keuangan adalah bentuk dokumen laporan keuangan yang dilengkapi dengan bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran uang yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan. Materi Pertanggungjawaban pengertian pertanggungjawaban keuangan negara, Tugas dan kewenangan Pejabat Pembedaharaan Negara dan prosedur pertanggungjawaban permintaan pembayaran gaji dan membuat DPP gaji di lingkungan Polri serta pertanggungjawaban pelaksanaan an anggaran melalui Uang Persediaan ( UP ), Penggantian Uang Persediaan, Pembayaran Lagsung dan Kerja Lembur. Mata Pelajaran pertanggungjawaban keuangan ini adalah merupakan bagian dari tugas para pengelola administrasi keuangan sesuai dengan peraturan perundangundangan. Setelah mengikuti pembelajaran materi Pertanggungjawaban Keuangan diharapkan para peserta didik mampu memahami dan membuat kelengkapan pertanggungjawaban keuangan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. B. Standar Kompetensi Memahami dan trampil dalam membuat pertanggungjawaban keuangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Administrasi Pertanggungjawaban Keuangan 1
2 MODUL 01 ADMINSITRASI PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN UP, GUP, DAN KERJA LEMBUR 21 JP (945 menit ) PENGANTAR Dalam bagian ini dibahas materi tentang pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran melalui UP, GU dan LS; menghitung dan melengkapi pertanggungjawaban keuangan melalui UP, GUP; Menghitung dan melengkapi pertanggungjawaban melalui pembayaran langsung ( LS ); menghitung dan melengkapi pertanggungjawaban keuangan permintaan lembur sebagai dasar untuk pemahaman bagi para peserta pendidikan. KOMPETENSI DASAR 1. Memahami dan mampu membuat pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran melalui Uang Persediaan ( UP ), Penggantian Uang Persediaan, Pembayaran Lagsung dan Kerja Lembur. Indikator Hasil Belajar : a. Mejelaskan pertanggungjawaban pelaksanaan angaran melalui UP, GU dan LS. b. Menghitung dan melengkapi pertanggungjawaban keuangan melalui UP, GUP c. Menghitung dan melengkapi pertanggungjawaban melalui Administrasi Pertanggungjawaban Keuangan 2
3 pembayaran langsung ( LS ) d. Menghitung dan melengkapi pertanggungjawaban keuangan permintaan lembur. MATERI POKOK 1. Prosedur pertanggungjawaban keuangan ; 2. Pertanggungjawaban keuangan melalaui UP, GUP; 3. Pertanggungjawaban keuangan melalaui pembayaran langsung ( LS ); 4. Pertanggungjawaban keuangan permintaan lembur. METODE PEMBELAJARAN 1. Ceramah digunakan untuk : a. Pendahuluan dan pengenalan bahasan b. Pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran melalui Uang Persediaan ( UP ), Penggantian Uang Persediaan, Pembayaran Lagsung dan Kerja Lembur. 1) Mejelaskan pertanggungjawaban pelaksanaan angaran melalui UP, GU dan LS. 2) Menghitung dan melengkapi pertanggungjawaban keuangan melalui UP, GUP 3) Menghitung dan melengkapi pertanggungjawaban melalui pembayaran langsung ( LS ) 4) Menghitung dan melengkapi pertanggungjawaban keuangan permintaan lembur. 2. Diskusi : Mendiskusikan tentang pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran Administrasi Pertanggungjawaban Keuangan 3
4 belanja barang dan Lembur 3. Drill a. Membuat pertanggungjawaban jaldis jabatan b. Mengisi dan menghtung administrasi pertanggungjawaban belanja barang dan jasa melalui UP, GUP, dan lembur. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Peraturan Menteri Keuangan ( PMK No. 190 Tahun 2013 ). b. Peraturan Kapolri No. 22 Tahun Alat a. Whiteboard. b. Flipchart. c. Kertas flipchart. d. Komputer/laptop. e. LCD dan screen. f. Alat tulis. g. Blangko kwitansi, faktur, SSP, SPTB h. Balngko Daftar hadir lembur, Daftar nominatif uang lembur PROSES PEMBELAJARAN 1. Tahap awal : 10 menit a. Menyampaikan tujuan diberikan materi pertanggungjawaban keuangan; b. Mengeksplor tentang judul materi pertanggungjawaban. 2. Tahap inti : 835 menit a. Pendidik/Tenaga Kependidikan memberikan ceramah tentang pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran melalui UP, GU Administrasi Pertanggungjawaban Keuangan 4
5 dan LS; b. Pertanggungjawaban pelaksanaan angaran Lembur; c. Pendidik memberikan latihan membuat pertanggungjawaban aggaran melalaui UP, GUP dan LS; d. Pendidik memberikan latihan membuat pertanggungjawaban uang makan dan lembur. 3. Tahap akhir : 100 menit a. Cek penguasaan materi : Pendidik/Tenaga Kependidikan mengecek penguasaan materi dengan cara bertanya secara lisan dan acak kepada peserta didik. b. Membuat Learning point : Gadik/Dosen dan peserta didik merumuskan learning point tentangi materi pembelajaran yang telah disampaikan c. Membuat soal ujian ( evaluasi ) TAGIHAN / TUGAS Peserta didik diberikan penugasan untuk membuat dan mengisi administrasi pertanggungjawaban anggaran melalui UP, GUP, LS uang makan dan Lembur. LEMBAR KEGIATAN Materi diskusi 1. Kelompok 1 (satu) membahas prosedur pengajuan UP; 2. Kelompok 2 (dua) membahas pengajuan anggaran melalui GUP; 3. Kelompok 3 (tiga) membahas pengajuan anggaran melalui LS. Administrasi Pertanggungjawaban Keuangan 5
6 BAHAN BACAAN 1. Batasan Uang Persediaan (UP) Uang Persediaan dapat diberikan dengan batas-batas sebagai berikut : a. Sebesar keperluan riil bulan yang bersangkutan sesuai rencana penggunaannya, tidak boleh melebihi dari ¼ [seperempat] pagu belanja yang dapat dimintakan Uang Persediaan diberikan dengan jumlah setinggi tingginya Rp ,- (lima ratus juta rupiah); b. Khusus untuk pembiayaan Kapal Patroli Polisi yang oleh Pejabat berwenang di lingkungan Polri ditugaskan berlayar terus menerus lebih dari satu bulan. Uang Persediaan dapat diberikan untuk keperluan lebih dari satu bulan dan setinggi tingginya Rp ,-(lima ratus juta rupiah); c. Uang persediaan ( UP ) dapat diberikan setinggi tingginya : 1) 1/12 ( satu per duabelas ) dari pagu DIPA menurut kalsifikasi belanja yang diijinkan untuk diberikan UP, maksimal Rp ,- ( lima puluh juta rupiah ) untuk pagu sampai dengan Rp ,- ( Sembilan ratus juta rupiah ). 2) 1/18 ( satu per delapan belas ) dari pagu DIPA menurut kalsifikasi belanja yang diijinkan untuk diberikan UP, maksimal Rp ,- ( seratus juta rupiah ) untuk pagu diatas Rp , (sembilan ratus juta rupiah ) sampai dengan Rp ,- ( dua miliar empat ratus juta rupiah ). 3) 1/24 ( satu per duapuluh empat ) dari pagu DIPA menurut kalsifikasi belanja yang diijinkan untuk diberikan UP, maksimal Rp ,- ( dua ratus juta rupiah ) untuk pagu diatas Rp ,- ( dua miliar empat ratus juta Administrasi Pertanggungjawaban Keuangan 6
7 rupiah ) 4) Pengisian kembali UP dapat diberikan apabila dana Up telah dipergunanakan sekurang kurangnya 75 % dari dana UP yang diterima. 2. Jenis belanja yang dapat dimintakan uang persediaan a. Keperluan sehari-hari perkantoran dan inventaris kantor. b. Belanja pengadaan bahan makanan meliputi : 1) Makan piket / jaga 2) Makan tahanan anggota 3) Extravoeding 4) Pelaksanaan operasi c. Belanja Barang untuk pelaksanaan Tupoksi meliputi : 1) Pendidikan dan Latihan 2) Poliklinik dan Obat obatan 3) Penyuluhan 4) Dukungan Kodal 5) Dukungan Operasi / Pengamanan 6) Bahan Bakar Minyak (BMP) 7) Perawatan dan Makan Tahanan 8) Turjawali 9) Penyelidikan dan Penyidikan 10) Dan lain-lain yang berhubungan dengan Tupoksi Satker d. Belanja pemeliharaan meliputi : 1) Biaya pemeliharaan gedung dan bangunan 2) Biaya pemeliharaan mesin dan peralatan 3. Prosedur Penggunaan Uang Persediaan Kepada setiap satker dapat diberikan Uang Persediaan. Adapun Administrasi Pertanggungjawaban Keuangan 7
8 prosedur dan penggunaannya antara lain : a. SPM UP diajukan kepada KPPN dengan dilampiri rincian rencana penggunaan dana b. Penggunaan Uang Persediaan menjadi tanggung jawab Bendahara pengeluaran. c. Pengeluaran pengeluaran yang dilakukan sesuai bukti bukti yang sah dibebankan pada mata anggaran pengeluaran (MAK) sesuai pagu MAK yang tersedia dalam DIPA. d. Semua bukti pengeluaran harus terlebih dahulu disetujui / ditandatangani oleh Kasatker atau pejabat yang diberi kewenangan. e. Dalam setiap pembayaran harus dilaksanakan ketentuan mengenai pajak. f. Uang Persediaan tidak boleh digunakan untuk pengeluaran yang menurut ketentuan yang harus dibayar dengan cara pembayaran langsung (SPM - LS ). g. Bendahara Pengeluaran melakukan pengisian kembali Uang Persediaan segera setelah Uang Persediaan dimaksud digunakan (revolving). h. Untuk memperoleh Penggantian Uang Persediaan yang telah digunakan satker yang bersangkutan menerbitkan Surat Perintah Membayar Penggantian Uang Persediaan (SPM - GU ). 4. Prosedur Penggunaan SPM GU. Satker dapat mengajukan Penggantian Uang Persediaan yang telah digunakan kepada KPPN dengan menyampaikan SPM GU yang dilampiri bukti asli pembayaran yang sah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. SPM GU ditandatangani oleh pajabat penerbit SPM (Kasatker / Pejabat yang diberi kewenangan ) kemudian diajukan ke KPPN dengan dilampiri : Administrasi Pertanggungjawaban Keuangan 8
9 a. Surat Pernyataan Tanggung Jawab belanja ( SPTB ). PUSDIKMIN LEMDIKPOL b. Foto copy surat setoran pajak ( SSP) yang telah di legalisir oleh kasatker sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kuitansi, bukti bukti belanja / pengelaraan disimpan sesuai ketentuan yang berlaku pada satuam kerja yang bersangkutan untuk kelengkapan administrasi dan keperluan pemeriksaan aparat pengawasan fungsional. c. SPM GUP untuk penggatian Up dapatdisampaiakan kepda KPPN setiap hari kerja dilampri dengan rincian penggunaan dana untuk keperluan riil 1 (satu ) bulan berikutnya. d. Bukti bukti pembayaran diatas Rp ,- (satu juta rupiah ) yang dimuat dalam SPTJB dan sesuai ketentuan harus dipungut PPN dan PPh, Foto copy SSP berkenaan yang telah dilegalisir oleh Kasatker harus dilampirkan pada SPTJB. 5. Prosedur Penggunaan SPM TUP. a. Khusus untuk TUP yang jumlahnya melebihi Rp ,- (lima ratus juta rupiah ) untuk keperluan belanja barang termasuk belanja pemeliharaan dan belanja perjalanan dinas bagi satker di lingkungan Mabes Polri, yang kedudukannya berada diluar wilayah DKI terlebih dahulu harus mendapat persetujuan Kepala kanwil Ditjen Perbendaharaan setempat sesuai dengan kedudukan Satker dan KPPN yang melayani; b. SPM TUP ditandatangani oleh Penerbit SPM ( Kasatker / Pejabat yang diberi kewenangan ), kemdian diajukan ke KPPN diajukan ke KPPN; c. Dalam hal Uang persediaan tidak mencukupi kebutuhan, satker dapat mengajukan tambahan Uang Persediaan dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Tambahan Uang Persediaan (SPM TU). Dalam pengajuan SPM TU ke KPPN Administrasi Pertanggungjawaban Keuangan 9
10 agar dilampiri : 1) Surat Pernyataan dari Kasatker yang menyatakan bahwa : Tambahan Uang Persediaan tersebut diperlukan untuk membiayai kegiatan khusus untuk kebutuhan! (satu) bulan dan tidak digunakan untuk membiayai pengeluaran yang menurut ketentuan yang berlaku harus dibayar dengan SPM LS. Apabila dana tersebut tidak habis digunakan dalam 1 (satu) bulan, akan disetorkan ke rekening kas negara; 2) Rincian rencana penggunaan dalam 1 (satu) bulan. Pada rincian rencana penggunaan uang persediaan yang sudah diterima serta besarnya SPM TU berkenaan; 3) Rekening Koran yang menunjukan sado terakhir. 6. Pertanggungjawaban Uang Persediaan dan Tambahan Uang Persediaan Hubungan Pertanggungjawaban Uang Persediaan dengan Penerbitan Surat Perintah Membayar Penggantian Uang persediaan (SPM GU) adalah sebagai berikut : a. KPPN hanya menyetujui SPM GU yang sesuai dengan rincian rencana penggunaannya, bukti pengeluaran yang tidak disetujui dikembalikan kepada Bendahara Pengeluaran dan dananya harus disetor ke rekening Kas Negara; b. Tambahan Uang Persediaan (TU) agar seluruhnya diperhitungkan. Apabila masih terdapat sisa Tambahan Uang Persediaan yang belum di SPM GU kan sampai dengan batas waktu yang ditetukan, maka sesuai dengan Surat Pernyataan, sisa Tambahan Uang Persediaan dan bukti setoran tersebut ditatausahakan oleh KPPN sesuai dengan ketentuan Administrasi Pertanggungjawaban Keuangan 10
11 a. Uang Persediaan dan Tambahan Uang Pesediaan yang telah digunakan oleh Bendahara pengeluaran dipertanggungjawabkan dengan mengajukan SPM GU Nihil selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak diterbikan SPPD UP / TUP. Khusus uang persediaan kapal patroli Polisi dipertanggungjawabkan paling lambat satu bulan setelah kembali ke pangkalan / satuan; b. SPM GU untuk penggantian uang persediaan disampaikan ke KPPN setiap saat dilampiri pula dengan rencana penggunaan dana untuk keperluan riil 1(satu) bulan berikutnya; c. Apabila dalam batas waktu tersebut SPM GU belum diterima, KPPN wajib mengirim surat peringatan / teguran kepada kasatker; d. Tembusan surat peringatan / teguran disampaikan kepada Itwasum / Itwasda Polri yang bersangkutan dilingkungan wilayah kerjanya; e. Sisa Uang Persediaan yang terdapat pada akhir tahun anggaran harus disetor kembali ke Rekening Kas Umum Negara selambatlambatnya tanggal 31 Desember tahun anggaran berkenaan. 7. Pencairan Dana Melalui Pembayaran Langsung. a. Penerbitan Surat Perintah Pembayaran Langsung Pada setiap penyelesaian pekerjaan perlu dilakukan pemeriksaan. Hasil pemeriksaan dituangkan dalam suatu dokumen Berita Acara Hasil Pemeriksaan Penyelesaian Pekerjaan. yang memuat sekurang-kurangnya : 1) Identitas pekerjaan yang meliputi : a) Kantor / Satuan kerja pengelola pekerjaan b) Nomor dan tanggal kontrak kerja c) Tempat / lokasi pekerjaan d) Besar nilai kontrak Administrasi Pertanggungjawaban Keuangan 11
12 e) Nomor dan tanggal DIPA yang menjadi dasar pembuatan dan/atau ditunjuk dalam kontrak. 2) Tahap penyelesaian pekerjaan (termijn) 3) Pernyataan kesaksian atas prestasi kerja yang telah diselesaikan 4) Rekomendasi pembayaran hak / tagihan atas penyelesaian pekerjaan. Berita Acara dibuat sekurang-kurang 5 (lima) berkas dan disampaikan pada pihak yang melakukan kontrak (masing-masing satu berkas ), dua berkas (asli dan tindasan) kepada penerbit SPM (sebagai lampiran Permintaan Pembayaran) dan satu berkas untuk disimpan oleh pejabat pelaksana pemeriksaan pekerjaan yang bersangkutan. Berdasarkan Berita Acara Hasil Pemeriksaan Penyelesaian Pekerjaan. Pejabat yang bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan menyampaikan Permintaan Pembayaran Langsung kepada PA / KPA untuk selanjutnya diteruskan kepada Pejabat Penerbit SPM berkenaan. Permintaan Pembayaran tersebut sekurang-kurangnya memuat : a) Nomor dan tanggal DIPA. b) Nomor dan tanggal kontrak c) Nilai Kontrak d) Jenis / lingkup pekerjaan e) Jadual Penyelesaian Pekerjaan f) Nilai Pembayaran yang Diminta g) Identitas penerima pembayaran (Nama Orang/ Perusahaan, Alamat, Nomor Rekening dan Nama Administrasi Pertanggungjawaban Keuangan 12
13 Bank ). h) Tanggal jatuh tempo pembayaran sesuai denga pasal dalam kontrak. Pengajuan Permintaan Pembayaran Langsung harus disertai bukti bukti yang sah antara lain : a) Asli dokumen Kontrak / SPK pengadaan barang dan jasa; b) Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan; c) Berita Acara Pemeriksaan Hasil Pekerjaan; d) Kuitansi yang diisi dengan nilai pembayaran yang diminta. b. Pembayaran LS Biaya Operasi Kepolisian Pembayaran langsung untuk Belanja Barang Biaya Operasi Kepolisian (Uang Saku/Patroli/Penyuluhan dan Uang Makan) SPP harus dilampiri : 1) Kuitansi tanda terima yang ditanda tangani Bendahara Pengeluaran dan diketahui oleh Kasatker / KPA; 2) Foto copy Surat Perintah Pelaksanaan Operasi Kepolisian dari pejabat yang berwenang; 3) Rincian perhitungan biaya operasi sesuai indek yang telah ditentukan dalam DIPA dan/atau dokumen yang dipersamakan, khusus anggota Polri yang berpangkat IPDA ke atas dikenakan PPh Pasal 21; 4) Surat Setoran Pajak (SSP); 5) Daftar Nominatif Penerimaan uang saku/patroli/penyuluhan dan uang makan; Administrasi Pertanggungjawaban Keuangan 13
14 6) SPTB (Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja) dari KPA yang menyatakan bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan kegiatan dan kebenaran material serta akibat yang timbul dari kegiatan dimaksud. c. Penerbitan Surat Perintah Membayar Langsung (SPM LS) Segera setelah menerima Permintaan Pembayaran. Pejabat Penerbitan SPM melakukan kegiatan penerbitan SPM melalui mekanisme sebagai berikut : 1) Penerimaan Permintaan Pembayaran Penerima Permintaan Pembayaran memeriksa kelengkapan berkas Permintaan Pembayaran, mengisi check-list kelengkapan berkas Permintaan Pembayaran, mencatat dalam buku pengawasan penerimaan Permintaan Pembayaran, kemudian menyerahkan tanda terima Penerimaan Pembayaran berkenaan. Selanjutnya disampaikan kepada Pejabat Penguji Permintaan Pembayaran. 2) Pengujian Permintaan Pembayaran Pejabat Penguji Permintaan Pembayaran melakukan pengujian sebagai berikut : a) Memeriksa keabsahan dokumen pendukung Permintaan Pembayaran; b) Memeriksa ketersediaan pagu anggaran dalam DIPA; c) Memeriksa kesesuaian rencana kerja atau kelayakan hasil kerja yang dicapai dengan indikator kinerja; Administrasi Pertanggungjawaban Keuangan 14
15 d) Memeriksa kebenaran atas hak tagih yang menyangkut pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran, nilai tagihan yang harus dibayar dan jadual waktu pembayaran; e) Memeriksa pencapaian tujuan dan / atau sasaran kegiatan sesuai dengan indikator kinerja yang tercantu dalam DIPA berkenaan dan / atau spesifikasi teknis yang telah ditetapkan dalam kontrak. 3) SPM LS ditandatangani oleh Penerbit SPM ( Kasatker / Pejabat yang diberi kewenangan ) kemudian diajukan ke KPPN. 4) Penyampaian SPM LS : a) SPM LS disampaikan oleh Kasatker disertai dengan bukti pengeluaran yang sah b) Semua bukti pengeluaran harus terlebih dahulu disetujui / ditandatangani oleh Kasatker atau pejabat yang diberi kewenangan. c) Kasatker dalam menerbitkan SPM harus memperhitungkan pajak-pajak yang timbul dan / atau harus dibayar sebagai akibat pengeluaran yang dilakukan. d) Lampiran SPM LS : (1) Kontrak SPK pengadaan Barang dan Jasa; (2) Surat Pernyataan Kasatker bahwa penetapan Administrasi Pertanggungjawaban Keuangan 15
16 rekanan pemenang sudah dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku; (3) Berita Acara Penyelesaian Pekerjaan, Berita Acara Serah Terima Pekerjaan, Berita Acara Pemeriksaan Penyelesaian Hasil Pekerjaan; (4) Kwitansi yang disetujui oleh Kasatker sebagai PA / KPA; (5) Faktur pajak beserta SSP nya yang telah ditandatangani oleh Wajib Pajak; (6) Jaminan Bank. 5) Untuk Pembayaran langsung untuk belanjaq barang biaya Operasi Kepolisan ( Uang Saku / Patroli / penyuluhan dan Uang makan ) SPP harus dilampiri : a) Kuitansi tanda terima yang ditandatangani Bendahara pengeluaran dan diketahui oleh Kasatker / KPA; b) Foto copy Surat perintah Pelaksanaan Operasi Kepolisian dari pejabat yang berwenang; c) Rincian perhitungan biaya operasi sesuai indek yang telah ditentukan dalam DIPA dan / dokumen yang dipersamakan, Kusus anggotapolri yang berpangkat IPDA ke atas dikenakan PPh Pasal 21; d) Surat Setoran Pajak (SSP ); e) Daftar Nominatif Penerimaan uang saku / patroli / penyuluhan dan uang makan; f) SPTB ( Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja ) dari KPA yang menyaakan bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan kegiatan dan kebenaran material serta akibat yang timbul dari kegiatan yang dimaksud. Administrasi Pertanggungjawaban Keuangan 16
17 3. Prosedur permintaan lembur Kerja lembur adalah segala pekerjaan yang dikerjakan oleh PNS pada waktu-waktu tertentu diluar waktu kerja sebagaimana telah ditetapkan bagi tiap-tiap instansi dan kantor pemerintah. Uang lembur adalah Uang yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang telah melakukan kerja lembur. Daftar Hadir kerja memuat nama dan tanda tangan PNS sebagai bukti PNS tersebut hadir pada hari kerja. Surat perintah lembur dikeluarkan oleh kuasa Pengguana Anggaran/PPK dapat dibuat secara bulanan maupun hari-hari tertentusaat PNS melakukan kerja lembur. Surat perintah lembur memuat nama PNS yang diperintahkan kerja lembur, hari dan tanggal pelaksanaan lembur, lama waktu kerja lembur, dan pekerjaan yang harus diselesaikan. Besar uang kerja lembur untuk tiap-tiap jam ditetapkan dalam peraturan Menteri Keuangan tentang Standar Biaya Umum. Pemberian uang kerja lembur pada harilibur kerja 200 % dari besarnya uang lembur pada hari kerja. RANGKUMAN Pengajuan permintaan pembayaran melalui Uang Persediaan (UP ), diberikan dengan batas-batas Sebesar keperluan riil bulan yang bersangkutan sesuai rencana penggunaannya, tidak boleh melebihi dari ¼ [seperempat] pagu belanja yang dapat dimintakan Uang Persediaan diberikan dengan jumlah setinggi tingginya Rp ,- (lima ratus juta rupiah). Administrasi Pertanggungjawaban Keuangan 17
18 Pertanggungjawaban UP berbentuk Perggantian Uang Persediaan atau yang disebut GUP dengan kelengkapan : Kwitansi SSP dan faktur pajak ( bila kena PPn ) SPTB Faktur Kelengkapan pertanggungjawaban pembayaran melalui Langsung LS sekurang-kurangnya memuat : Nomor dan tanggal DIPA. Nomor dan tanggal kontrak Nilai Kontrak Jenis / lingkup pekerjaan Jadual Penyelesaian Pekerjaan Nilai Pembayaran yang Diminta Identitas penerima pembayaran ( Nama Orang / Perusahaan,Alamat, NomorRekening dan Nama Bank ). Tanggal jatuh tempo pembayaran sesuai denga pasal dalam kontrak. LATIHAN Buat kelengkapan pertanggungjawaban permintaan pembayaran melalui Uang Persediaan dan Pembayaran langsung ( LS ) dengan soal latihan yang telah disediakan. Administrasi Pertanggungjawaban Keuangan 18
BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Pengembangan Sumber Daya Air (PUSAIR). Dalam pelaksanaan kerja praktek
BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Penulis melaksanakan kerja praktek di Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air (PUSAIR). Dalam pelaksanaan kerja praktek
Lebih terperinciPENCAIRAN DANA. B. Standar Kompetensi Memahami tata cara pelaksanaan pencairan dana melalaui KPPN.
PENCAIRAN DANA A. Pendahuluan Pusat Pendidikan Administrasi (Pusdikmin) merupakan satuan kerja dibawah Lembaga Pendidikan Polri (Lemdikpol) yang menyelenggarakan pendidikan bidang pembinaan salah satunya
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 11 /PB/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN
Lebih terperinciPERJALANAN DINAS. A. Pendahuluan
PERJALANAN DINAS A. Pendahuluan Pusat Pendidikan Administrasi (Pusdikmin) merupakan satuan kerja dibawah Lembaga Pendidikan Polri (Lemdikpol) yang menyelenggarakan pendidikan bidang pembinaan salah satunya
Lebih terperinciMAHKAMAH AGUNG MAHKAMAH REPUBLIK INDONESIA AGUNG REPUBLIK INDONESIA
MAHKAMAH AGUNG MAHKAMAH REPUBLIK INDONESIA AGUNG REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN SEKRETARIS MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 002/Sek/SK/I/2009 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBAYARAN ANGGARAN PENDAPATAN
Lebih terperinciPELAKSANAAN PENGELOLAAN UANG PERSEDIAAN SUMBER DANA PNBP
PELAKSANAAN PENGELOLAAN UANG PERSEDIAAN SUMBER DANA PNBP P ada pasal 5 Perpres Nomor 54 tahun 2010 dan perubahannya menetapkan pengadaan barang jasa Pemerintah menerapkan prinsipprinsip pengadaan yang
Lebih terperinciTUPOKSI KEUANGAN. A. Pendahuluan
TUPOKSI KEUANGAN A. Pendahuluan Dalam rangka peningkatan profesional dibidang keuangan maka ditempuh melalui pendidikan pengembangan spesialisai (Dikbangspes) dimana dengan Dikbangspes tersebut diharapkan
Lebih terperinciPENGELOLAAN UANG PERSEDIAAN SUMBER DANA PNBP
PENGELOLAAN UANG PERSEDIAAN SUMBER DANA PNBP 4 Menjelaskan Pengelolaan UP Sumber Dana PNBP Menyebutkan Dasar Hukum Pengelolaan UP PNBP Mengidentifikasi Pagu Jenis Belanja PNBP dalam DIPA/POK Menghitung
Lebih terperinciCONTOH PEMBUKUAN BENDAHARA PENGELUARAN
LAMPIRAN: CONTOH PEMBUKUAN BENDAHARA PENGELUARAN LAMPIRAN CONTOH PEMBUKUAN BENDAHARA PENGELUARAN Kantor Sekretariat Jenderal Departemen Keuangan mengelola DIPA tahun 29 dengan perincian sebagai berikut:
Lebih terperinciMAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN SEKRETARIS MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 002/Sek/SK/I/2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBAYARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA DI LINGKUNGAN
Lebih terperinci: 05/SE/M/2006 : Mekanisme Pembayaran Dalam Pelaksanaan APBN Dilingkungan Departemen Pekerjaan Umu Ditetapkan : Diberlakukan :
Ringkasan : Nomor : 05/SE/M/2006 Perihal : Mekanisme Pembayaran Dalam Pelaksanaan APBN Dilingkungan Departemen Pekerjaan Umu Ditetapkan : 28-02 - 2005 Diberlakukan : 28 02-2005 Status : berjalan Penggantian
Lebih terperinciMEKANISME PENCAIRAN APBN DAN SYARAT ADMINISTRASI PEMBEBANAN
MEKANISME PENCAIRAN APBN DAN SYARAT ADMINISTRASI PEMBEBANAN 4 Melaksanakan Pengujian Tagihan dan Pembayaran terkait Mekanisme Pembayaran Tagihan atas Beban APBN Melaksanakan Pengujian Tagihan atas Pembayaran
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 21 /PB/2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS JABATAN DALAM NEGERI
Lebih terperinciBIRO KEUANGAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER MEKANISME PENCAIRAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA APBN-P TAHUN ANGGARAN 2012
BIRO KEUANGAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER MEKANISME PENCAIRAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA APBN-P TAHUN ANGGARAN 2012 Prinsip Umum Pembayaran Didasarkan pada Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang
Lebih terperinciPEMINDAHTANGANAN BMN POLRI. Modul JP (450 menit) PENGANTAR
Modul 02 PEMINDAHTANGANAN BMN POLRI 10 JP (450 menit) PENGANTAR Seorang Perwira Polri yang ditugaskan dibidang Sarpras harus mengetahui dan mampu menerapkan prosedur tentang tata cara penggunaan, pemanfaatan,
Lebih terperinciPANDUAN ADMINISTRASI KEUANGAN APBN SATKER DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA
PANDUAN ADMINISTRASI KEUANGAN APBN SATKER DINAS KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TENGAH TA 2017 1 Untuk TA 2017 Satker Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah dalam pengelolaan dana APBN Dekonsentrasi
Lebih terperinciPRAKTEK PEMBUKUAN BENDAHARA PENGELUARAN. Kantor Sekretariat Jenderal Departemen Keuangan mengelola DIPA tahun 2009 dengan perincian sebagai berikut :
PRAKTEK PEMBUKUAN BENDAHARA PENGELUARAN Kantor Sekretariat Jenderal Departemen Keuangan mengelola DIPA tahun 29 dengan perincian sebagai berikut : Jenis Belanja MAK Pagu (Rp) Belanja Pegawai (5122) 75..
Lebih terperinciWALIKOTA BATU KEPUTUSAN WALIKOTA BATU NOMOR: 180/8/KEP/ /2013 TENTANG
WALIKOTA BATU KEPUTUSAN WALIKOTA BATU NOMOR: 180/8/KEP/422.012/2013 TENTANG PENUNJUKANN PEJABAT PENGELOLA KEUANGAN DANA BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN KOTA BATU TAHUN ANGGARAN 2013 WALIKOTA BATU, Menimbang
Lebih terperinciSISTEM DAN PROSEDUR PENGAJUAN PEMBAYARAN LANGSUNG (LS) BELANJA PEGAWAI
[B.7] SISTEM DAN PROSEDUR PENGAJUAN PEMBAYARAN LANGSUNG (LS) BELANJA PEGAWAI A. KETENTUAN UMUM Sistem dan Prosedur Pengajuan Pembayaran Langsung Belanja Pegawai adalah sistem dan prosedur dalam rangka
Lebih terperinciMetode Pembayaran Tagihan Negara
DIKLAT SISTEM PENGELUARAN BENDAHARA NEGARA PENGELUARAN APBN Metode Pembayaran Tagihan Negara 1. Metode Pembayaran Langsung (LS) Pembayaran Langsung yang selanjutnya disebut Pembayaran LS adalah pembayaran
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR SERI F NOMOR
BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR SERI F NOMOR PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN BATASAN JUMLAH UANG PERSEDIAAN DAN GANTI UANG PERSEDIAAN UNTUK DIKELOLA BENDAHARA
Lebih terperinciPERATURAN REKTOR UNIVERSITAS HASANUDDIN NOMOR : 37370/UN4.1/KU.21/2016 TENTANG
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS HASANUDDIN KAMPUS TAMALANREA JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN KM.10 MAKASSAR 90245 TELEPON : 586200 (6 SALURAN), 586107 FAX. 585188 PERATURAN REKTOR
Lebih terperinciREKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SALINAN KEPUTUSAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Nomor 016/K13/KU/2007 Tentang PETUNJUK OPERASIONAL KEGIATAN (POK) PELAKSANAAN ANGGARAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR TAHUN ANGGARAN 2007 REKTOR INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciDEPARTEMAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER-34/PB/2007 TENTANG
DEPARTEMAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER-34/PB/2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERJALANAN DINAS JABATAN DALAM NEGERI
Lebih terperinciPeraturan Menteri Keuangan. Nomor 190/PMK.05/2012 tentang TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang TATA CARA PEMBAYARAN DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1241, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN SOSIAL. Pengelolaan. Keuangan. Optimalisasi. Pedoman. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN
Lebih terperinciCreated with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:
NA G J AYA G EM I A R T PRA S AJA A R A. HA KEUANGAN 1 NA G J AYA G EM I A R T PRA S AJA A R A. HA KEUANGAN 2 PERATURAN KAPOLRI NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG ADMINISTRASI PERTANGGUNG JAWABAN KEUANGAN DI
Lebih terperinciPENYIAPAN DOKUMEN PENGGANTIAN UANG PERSEDIAAN REVOLVING
PENYIAPAN DOKUMEN PENGGANTIAN UANG PERSEDIAAN REVOLVING P enyampaian pertanggungjawaban Penggantian UP Isi/revolving dari satuan kerja K/L kepada KPPN selaku Kuasa BUN di daerah, dilaksanakan setelah dana
Lebih terperinciPERSYARATAN ADMINISTRASI PEMBAYARAN BELANJA PNBP DAN BLU
PENGUJIAN DOKUMEN 7 PERSYARATAN ADMINISTRASI PEMBAYARAN BELANJA PNBP DAN BLU Menyebutkan Pengertian Ketentuan Mengenai Uang Muka PNBP Menjelaskan Batas Pencairan UP PNBP Menjelaskan Ketentuan Mengenai
Lebih terperinciUNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS MIPA KampusKetintang Surabaya Telp. (031) Fax (031) website :
KampusKetintang Surabaya - 60231 website : www.fmipa.unesa.ac.id UANG PERSEDIAAN (UP) DAN No. PM/01/KEU-AK/FMIPA- Nomor Revisi : Tanggal Terbit : 15 Agustus 2017 Disusun oleh: Disetujui oleh: Nama Dr.
Lebih terperinci[B.2] SISTEM DAN PROSEDUR PENGAJUAN GANTI UANG PERSEDIAAN (GU)
[B.2] SISTEM DAN PROSEDUR PENGAJUAN GANTI UANG PERSEDIAAN (GU) A. KETENTUAN UMUM Sistem dan Prosedur Pengajuan Ganti Uang Persediaan (GU) adalah dalam rangka mengisi kembali uang persediaan di Bendahara
Lebih terperinciBAB 4 EVALUASI PPH PASAL 22 BENDAHARAWAN PEMERINTAH PADA PPPTMGB LEMIGAS. Mekanisme PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS
BAB 4 EVALUASI PPH PASAL 22 BENDAHARAWAN PEMERINTAH PADA PPPTMGB LEMIGAS IV.1. Mekanisme PPh Pasal 22 Bendaharawan Pemerintah di LEMIGAS LEMIGAS merupakan Satuan Kerja yang melakukan pemungutan PPh Pasal
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 199/PMK.05/2011 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN JASA BANK PENATAUSAHA PENERUSAN PINJAMAN ATAS BEBAN BAGIAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciDaftar Isian Pelaksanaan Anggaran IPB Tahun Anggaran 2009 Nomor : / /XII/2009. MEMUTUSKAN
Menimbang Mengingat : : PERATURAN REKTOR INSTITUT PERTANIAN BOGOR Nomor : 01/I3/KU/2009 Tentang PETUNJUK OPERASIONAL KEGIATAN (POK) PELAKSANAAN ANGGARAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR TAHUN ANGGARAN 2009 REKTOR
Lebih terperinciKEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI MEKANISME PEMBAYARAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA TAHUN 2017
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI MEKANISME PEMBAYARAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA TAHUN 2017 MEKANISME PEMBAYARAN SPM Uang Persediaan (UP) Uang Muka Kerja Maksimal 20% dari total pagu SPM Ganti
Lebih terperinciPENGELOLAAN UANG PERSEDIAAN SUMBER DANA PINJAMAN LUAR NEGERI
PENGELOLAAN UANG PERSEDIAAN SUMBER DANA PINJAMAN LUAR NEGERI P engelolaan Uang Persediaan yang bersumber dari dana Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN), dapat diartikan sebagai jumlah UP yang dapat ditarik
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 005 TAHUN 2013 R TENTANG
PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 005 TAHUN 2013 R TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI SOSIAL NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER-66/PB/2005 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER-66/PB/2005 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN ANGGARAN PENDAPATAN
Lebih terperinci2017, No Pinjaman atas Beban Bagian Anggaran Kementerian Negara/Lembaga; d. bahwa Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.05/2011 tentang Pem
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1619, 2017 KEMENKEU. Pembayaran Jasa Bank Penatausaha. Penerusan Pinjaman PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 164/PMK.05/2017 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 134/PMK.06/ 2005 TENTANG PEDOMAN PEMBAYARAN DALAM PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan Peraturan
Lebih terperinci2016, No dari Penerimaan Negara Bukan Pajak di Lingkungan Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang
No.1001, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. APBN Kemhan. TNI. Mekanisme. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109/PMK.05/2016 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN ANGGARAN BELANJA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.645, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Uang Makan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 /PMK.05/2016 TENTANG UANG MAKAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/V/2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA BIDANG KETENAGAKERJAAN DAN KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciKETENTUAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PELAKSANA KEGIATAN SKPD-KSD
LAMPIRAN A2 : PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09/PRT/M/2009 TANGGAL : 17 APRIL 2009 KETENTUAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PELAKSANA KEGIATAN SKPD-KSD A. Tugas dan Tanggungjawab 1. Kepala SKPD-KSD
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 81a /PB/2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELUNCURAN PROGRAM/KEGIATAN REHABILITASI
Lebih terperinciMENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMBAYARAN DALAM PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN AGAMA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPERTANGGUNGJAWABAN PEMBAYARAN GAJI DI LINGKUNGAN POLRI MELALUI KPPN
Modul 02 PERTANGGUNGJAWABAN PEMBAYARAN GAJI DI LINGKUNGAN POLRI MELALUI KPPN 19 JP (855 menit) PENGANTAR Dalam bagian ini dibahas materi tentang pengertian pertanggung jawaban keuangan negara, Tugas dan
Lebih terperinciBUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG
BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH BUPATI BELITUNG, Menimbang : a. bahwa Anggaran Pendapatan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciSISTEM DAN PROSEDUR PENGAJUAN PEMBAYARAN LANGSUNG (LS) BARANG DAN JASA
[B.6] SISTEM DAN PROSEDUR PENGAJUAN PEMBAYARAN LANGSUNG (LS) BARANG DAN JASA A. KETENTUAN UMUM Sistem dan Prosedur Pengajuan Pembayaran Langsung (LS) Barang dan Jasa adalah sistem dan prosedur dalam rangka
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Dalam pelaksanaan kerja praktek penulis ditempatkan pada subbagian
BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Dalam pelaksanaan kerja praktek penulis ditempatkan pada subbagian keuangan yang ada di Pusat Penelitian dan pengembangan Sumber Daya
Lebih terperinciSEKRETARIS MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN SEKRETARIS MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 002/Sek/SK/I/2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBAYARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA DI LINGKUNGAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,
No.1464, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. Anggaran. Bantuan Pemerintah. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciLANGKAH AKHIR TAHUN PEKERJAAN KONTRAKTUAL TAHUN 2012 PROSEDUR, TANTANGAN DAN ALTERNATIF SOLUSINYA. Oleh : Agus Kuncoro, CERT.
LANGKAH AKHIR TAHUN PEKERJAAN KONTRAKTUAL TAHUN 2012 PROSEDUR, TANTANGAN DAN ALTERNATIF SOLUSINYA Oleh : Agus Kuncoro, CERT.SCM(ITC) *) Dalam konteks pelaksanaan anggaran belanja, Negara seolah harus berhenti
Lebih terperinciBUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 1 TAHUN 2013
BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG BATAS JUMLAH SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN UANG PERSEDIAAN (SPP-UP) DAN SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN GANTI UANG (SPP-GU) TAHUN ANGGARAN 2013
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 29 /PB/2007 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN GAJI DAN INSENTIF PEGAWAI TIDAK
Lebih terperinciSISTEM DAN PROSEDUR PENERBITAN SURAT PERINTAH MEMBAYAR (SPM)
SISTEM DAN PROSEDUR PENERBITAN SURAT PERINTAH MEMBAYAR (SPM) LAMPIRAN III.7 : PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR : 45 TAHUN 2009 TANGGAL : 11 NOVEMBER 2009 TENTANG : SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN
Lebih terperinciPELAKSANAAN ANGGARAN BANTUAN PEMERINTAH PADA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA (Sesuai Peraturan Menkeu Nomor-168/PMK.05/2015)
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PELAKSANAAN ANGGARAN BANTUAN PEMERINTAH PADA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA (Sesuai Peraturan Menkeu Nomor-168/PMK.05/2015) Disampaikan dalam Rakornas Program Pamsimas
Lebih terperinci2011, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.200, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. Tunjangan Profesi Guru. PNS. Daerah. Pedoman Umum. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71/PMK.07/2011 TENTANG PEDOMAN
Lebih terperinciBUPATI SAMOSIR : 1. yang Bebas dan Bersih dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran
rr D^.,a Dianiala!(m 6 6 Pannrrrr ran-2?39? SUMUT BUPAT SAMOSR PERATURAN BUPAT SAMOSR NOMOR 4 TAHUN 2O1O TENTANG APAN BATAS JUMLAH UANG PERSEDAAN DAN GANT UANG PERSEDAAN UNTUK LOLA BENDAHARA PENGELUARAN
Lebih terperinciPENGHAPUSAN DAN PEMINDAHTANGANAN
Modul 08 PENGHAPUSAN DAN PEMINDAHTANGANAN 20 JP (900 menit) PENGANTAR Seorang Perwira Polri yang ditugaskan dibidang Sarpras harus mengetahui Polri tugas pokok dan fungsi SSarpras Polri sebagai Pembina
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN
Lebih terperinciLAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR TANGGAL
LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR TANGGAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DEKONSENTRASI DALAM RANGKA PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN UMUM DAN FORUM KOORDINASI PIMPINAN DAERAH
Lebih terperinciPENGELOLAAN UANG PERSEDIAAN SUMBER DANA PHLN
PENGELOLAAN UANG PERSEDIAAN SUMBER DANA PHLN 5 Menjelaskan Pengelolaan UP Sumber Dana PNBP Menyebutkan Dasar Hukum Pengelolaan UP PNBP Mengidentifikasi Jenis Belanja PHLN daalam DIPA Menguraikan Pagu Kegiatan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 182 TAHUN 2011 TENTANG
MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 182 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA MENTERI SOSIAL
Lebih terperinciPENGHAPUSAN. Modul JP (450 menit) PENGANTAR
Modul 01 PENGHAPUSAN 10 JP (450 menit) PENGANTAR Seorang Perwira Polri yang ditugaskan dibidang Sarpras harus mengetahui Polri tugas pokok dan fungsi SSarpras Polri sebagai Pembina Fungsi pengelolaan sarana
Lebih terperinciBUPATI B A T A N G PROVINSI J A W A T E N G A H N O M O R L J S T A H U N
BUPATI B A T A N G PROVINSI J A W A T E N G A H P E R A T U R A N B U P A T I B A T A N G N O M O R L J S T A H U N 2 0 1 5 T E N T A N G P E R U B A H A N K E D U A ATAS P E R A T U R A N BUPATI B A T
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 71/PMK.07/2011 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 71/PMK.07/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM DAN ALOKASI TUNJANGAN PROFESI GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH KEPADA DAERAH PROVINSI, KABUPATEN,
Lebih terperinciBUPATI BINTAN. PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 16 Tahun 2009 TENTANG
BUPATI BINTAN PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 16 Tahun 2009 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN ANGGARAN 2009 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 194/PMK.05/2014 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 194/PMK.05/2014 TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN DALAM RANGKA PENYELESAIAN PEKERJAAN YANG TIDAK TERSELESAIKAN
Lebih terperinciMENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.77/MENHUT-II/2014 TENTANG
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.77/MENHUT-II/2014 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN, PEMBEBASTUGASAN, PEMBERHENTIAN DAN TANGGUNG JAWAB BENDAHARA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.911, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN SOSIAL. Pengelolaan Keuangan. Pedoman. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 182 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DI
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG
1 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG ADMINISTRASI PERTANGGUNGJAWABAN
Lebih terperinciSISTEM PENGELUARAN NEGARA
SISTEM PENGELUARAN NEGARA 4 Menjelaskan Metode Pembayaran Tagihan Negara Menjelaskan Dokumen Terkait Pengeluaran Negara Menjelaskan Pihak Terkait Pengeluaran Negara Menjelaskan Mekanisme Pengeluaran Negara
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.2070, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. APBN. Otoritas Jasa Keuangan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 269/PMK.05/2014 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN, PENCAIRAN,
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI SIMEULUE NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG
PERATURAN BUPATI SIMEULUE NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN BATAS JUMLAH SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN UANG PERSEDIAAN (SPP-UP), SURAT PERMINTAAN PEMBAYARAN GANTI UANG PERSEDIAAN (SPP-GU) DAN SURAT PERMINTAAN
Lebih terperinci2015, No Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2015 tentang Asuransi Sosial Prajurit Tentara Nasional Indonesia, Anggota Kepoli
No. 2006, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Dana Iuran. Jaminan. Kecelakaan Kerja. Kematian. TNI. POLRI. ASN. Lingkungan KEMHAN dan POLRI. Penyediaan. Pencairan. Pertanggungjawaban PERATURAN
Lebih terperinciKECAMATAN COBLONG PROSEDUR MUTU. No. Dok : PM KEUPROG- 05 No. Revisi : 00 Tgl. Berlaku : 12 September Staf Keuangan dan Program
Jabatan Tanda Tangan Dibuat oleh Diperiksa oleh Staf Keuangan dan Program Kasubbag Keuangan dan Program Disetujui oleh Camat Status No Salinan Halaman : 1 dari 5 1.0 TUJUAN Sebagai pedoman dalam penggunaan
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162/PMK.05/2013 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 162/PMK.05/2013 TENTANG KEDUDUKAN DAN TANGGUNG JAWAB BENDAHARA PADA SATUAN KERJA PENGELOLA ANGGARAN PENDAPATAN
Lebih terperinci1 of 6 18/12/ :12
1 of 6 18/12/2015 16:12 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 217/PMK.02/2011 TENTANG TATA CARA PENYEDIAAN ANGGARAN, PENGHITUNGAN, PEMBAYARAN,
Lebih terperinciPERUBAHAN, PENCABUTAN, PEMBATALAN DAN RALAT
MODUL 05 PERUBAHAN, PENCABUTAN, PEMBATALAN DAN RALAT 4 JP (180 menit) PENGANTAR Pada bagian ini dibahas materi pengertian tentang perubahan, pencabutan, pembatalan dan ralat serta pejabat yang berwenang
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 9 TAHUN 2011
PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 9 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME PELAKSANAAN PEMBAYARAN ATAS BEBAN PADA SETIAP TAHUN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN BINTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 83/PMK.05/2008 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 83/PMK.05/2008 TENTANG PENGGUNAAN ANGGARAN YANG DANANYA BERSUMBER DARI SETORAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK ATAS BIAYA SELEKSI
Lebih terperinciBUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA
BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG BESARAN UANG PERSEDIAAN BAGI SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1609, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Dana Iuran. Jaminan Kesehatan. Penyediaan. Pencairan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 205/PMK.02/2013
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 34 /PB/2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA PROGRAM
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 43 /PB/2007 TENTANG PETUNJUK PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA PROGRAM KELUARGA
Lebih terperinciBAB X PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH
BAB X PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH A. PROSEDUR PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH 1. Surat Permintaan Pembayaran (SPP) a. SPP uang Persediaan (SPP-UP) SPP-UP adalah dokumen yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran
Lebih terperinciPENGADILAN AGAMA YOGYAKARTA
PENGADILAN AGAMA YOGYAKARTA Jl. Ipda Tut Harsono No.53 Tlp. (0274) 552997 Fax. (0274) 552998 Yogyakarta Homepage : http: //pa-yogyakarta.net E-mail : admin@pa_yogyakarta@yahoo.co.id Nomor SOP W12-A1/ /OT.01.3/IV/2011
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMBAYARAN LS PIHAK KETIGA
Jl. Bung Tomo No. 36 Samarinda Kalimantan Timur Kode Pos 7532 Tlp: (054) 262062 fax : (054) 260659 Tgl Terbit 29 November 207 Halaman /4 TUJUAN : Prosedur ini dibuat sebagai pedoman dalam melaksanakan
Lebih terperinciBAUK DIR Prosedur Pengelolaan Keuangan: Pencairan dan Pertanggungjawaban UP 24 Mei 2013 (Ganti UP)
1/5 DIR Prosedur Keuangan 1. Tujuan Prosedur ini bertujuan untuk mengatur pencairan Uang Persediaan (UP) dan pertanggungjawaban uang persediaan (ganti up). 2. Ruang Lingkup Adapun ruang lingkup prosedur
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 277/PMK.05/2014TENTANG RENCANA PENARIKAN DANA, RENCANA PENERIMAAN DANA, DAN PERENCANAAN KAS
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIANOMOR 277/PMK.05/2014TENTANG RENCANA PENARIKAN DANA, RENCANA PENERIMAAN DANA, DAN PERENCANAAN KAS DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciIII. STANDARD OPERATING PROCEDURES ( SOP ) SUB BAGIAN KEUANGAN
III. STANDARD OPERATING PROCEDURES ( SOP ) SUB BAGIAN KEUANGAN A. ADMINISTRASI KEUANGAN Mengagenda surat masuk yang sudah didisposisi oleh Ketua Pengadilan Negeri, Panitera/Sekretaris dan Wakil Sekretaris,diselesaikan
Lebih terperinciPERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. NOMOR : 07 / Per / Dep.2 / XII /2016
1 KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH NOMOR : 07 / Per / Dep.2 / XII /2016 TENTANG
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN DANA KEISTIMEWAAN
SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN DANA KEISTIMEWAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 212/PMK.07/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM DAN ALOKASI PROGNOSA DEFINITIF TUNJANGAN PROFESI GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH KEPADA DAERAH PROVINSI, KABUPATEN, DAN KOTA TAHUN
Lebih terperinciSALINAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 82/PMK.05/2007 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 82/PMK.05/2007 TENTANG TATA CARA PENCAIRAN DANA ATAS BEBAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA MELALUI REKENING KAS UMUM NEGARA MENTERI
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG
PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBAYARAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BIAYA PERJALANAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.55/MenLHK/Setjen/Kum.1/6/2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PENYALURAN BANTUAN LAINNYA YANG MEMILIKI KARAKTERISTIK BANTUAN PEMERINTAH
Lebih terperinciManual Prosedur Penerimaan Negara Bukan Pajak
Manual Prosedur Penerimaan Negara Bukan Pajak Biro Keuangan Universitas Brawijaya 2016 Manual Prosedur Penerimaan Negara Bukan Pajak Biro Keuangan Universitas Brawijaya Kode Dokumen : 00005 02004 Revisi
Lebih terperinci