BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODOLOGI PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dan pengambilan data dilakukan selama 2 hari pada tanggal 1-2 Februari 2016 di PLTA TanggaPT. Inalum Power Plant (IPP) di Paritohan, Kecamatan Pintu Pohan Meranti, Kabupaten Tobasa, Sumatera Utara. 3.2 Alat dan Bahan Alat Alat ukur yang digunkan untuk memperoleh data yang akan dihitung di PLTA TanggaPT. Inalum Power Plant (IPP) yaitu sebagai berikut: Guide Vane Meter, digunakan untuk mengukur besarbukaan sudu pengarah (Guide Vane Opening/GVO) pada turbin. Pembacaan data dilakukan secara manual di Turbin Pit yang ditampilkan dalam skala mm. Gambar 3.1 di bawah ini menujukkan gambar guide vane meter. Gambar 3.1Guide Vane Meter

2 (Sumber: Foto suvei lapangan PLTA Tangga PT IPP) Ultrasonic Flowmeter, digunakan untuk mengukur debit airyang masuk ke turbin. Besarnya debit aliran yang dibaca oleh Ultrasonic Flowmeterdisampaikan kedischarge Meter Tunnel yang berfungsi mengubah data dalam bentuk digital. Ultrasonic Flowmeterditunjukkan pada Gambar 3.2 di bawah ini. Gambar 3.2 Ultrasonic Flowmeter (Sumber: e.pdf) Spesifikasi dari alat ini yaitu sebagai berikut: Tipe : UFP-700B Pembuat : TOKIMEC No. Manajemen : 1024R Frekuensi : 0,4 MHz Metode : Z-Method

3 Power Meter, digunakan untuk mengukur besarnya daya yang dihasilkan oleh generator. Setiap unit turbin memiliki Power Meter dan data yang dihasilkan akan dibaca di Local Control Room (LCR). Spesikasi dari alat ini yaitu sebagai berikut: Tipe : 3331 Pembuat : HIOKI Termometer, digunakan untuk mengukur suhu air yang masuk ke turbin. Hasil pengukuran dilakukan secara manual dan disampaikan ke Turbin Pit. Gambar 3.4 berikut ini adalah Precise Mercury Thermometer. Gambar 3.4 Precise Mercury Thermometer (Sumber:

4 Spesikasi dari alat ini yaitu sebagai berikut: Tipe No. Manajemen : Precise Mercury Thermometer : IG408 Alat yang digunakan untuk mengolah data dari PLTA TanggaPT. Inalum Power Plant (IPP) yaitu sebagai berikut: Laptop, digunakan untuk mengolah data dari alat pengukur dengan menggunakan software yang sudah dipasang pada laptop. Gambar 3.5 berikut ini adalah laptop yang digunakan penulis. Gambar 3.5 Laptop Spesifikasi dari alat ini adalah sebagai berikut: Tipe :N43S Pembuat : Asus Sistem Operasi:Windows 7 Ultimate 32-bit (6.1, Build 7600) CPU : Intel Core i5-2450m 2.5 GHz Memory : 4 GB

5 Software Microsoft Office Excel 2010, digunakan untuk mengolah data yang disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Software ini digunakan penulis untuk mengolah data penelitian (head losses dan kavitasi) karena dapat lebih mudah dalam melakukan penghitungan data, terutama dalam bentuk tabel dan grafik. Gambar 3.6 ini adalah tampilanscreenshotsoftware Microsoft Office Excel 2010 yang dipakai penulis. Gambar 3.6 Screenshot Software Microsoft Office Excel 2010 Software Pipe Flow Expert V 6.39, digunakan untuk menghitung head losses pada pipa dan komponen-komponen pendukungnya pada \turbin.adapun metode penghitungan yang digunakan program ini yaitu sebagai berikut: a. Memakai prinsip persamaan kontinuitas aliran dan hukum konservasi energi. b. Head Losses dihitung dengan menggunakan persamaan Darcy- Weisbach c. Faktor gesekan dihitung dengan menggunakan persamaan Colebrook-White

6 Gambar 3.7 berikut ini adalah gambar Screenshot Software Pipe Flow Expert V Gambar 3.8. Pipe Flow Expert V Bahan Bahan yang digunakan adalah data yang diperoleh dari Departemen Operasi (Seksi PTE/Power Techincal Development & Engineering) dan Departemen Maintenance (Seksi PMN/Power Maintenance) di PLTA Tangga P.T. Inalum Power Plant (IPP) di Paritohan, Kecamatan Pintu Pohan Meranti, Kabupaten Tobasa, Sumatera Utara, serta pustaka-pustaka yang mendukung penelitian. Data yang digunakan dalam pengujian ini terbagi menjadi dua, yaitu: a. Data primer, merupakan data yang diperoleh dari di PLTA Tangga P.T. Inalum Power Plant (IPP), seperti: spesifikasi lengkap turbin Francis vertikal (gambar kerja), head maksimum, debiat air masuk turbin, suhu, dan tekanan di sisi masuk pipa isap turbin.

7 b. Data sekunder, merupakan data yang bersumber dari pustaka-pustaka yang mendukung penelitian, seperti: resistance coefficient untuk penghitungan kerugian head mayor, roughness coefficient untuk penghitungan kerugian head minor, tabel physical properties of water untuk memperoleh nilai massa jenis, viskositas kinematik, tekanan penguapan pada air yang yang mengalir ke turbin, sertarumus-rumus (Hazen-Williams, rumus kerugian head minor) yang dipakai untuk perhitungan di penelitian. 3.3 Instalasi Penelitian Turbin yang diteliti dalam instalasi penelitian ini adalah Turbin Francis Vertikal Unit-4 PLTA Tangga PT. Inalum Power Plant (IPP). Unit 4 dipilih dari total 4 unit lainnya dimana unit turbin ini memiliki spesifikasi sebagai berikut: Permbuat : Toshiba (2010) Standarisasi : JEC Tipe : VF-IRS (Vertical Shaft Francis) Kecepatan Putaran : 333 rpm Head Maksimum : 245,9 m Head Normal : 241,4m Head Minimum : 214,2 m Daya Turbin Maksimum : 83 MW Daya Turbin Normal : 81 MW Daya Turbin Minimum : 71 MW Gambar sederhana 3 dimensi instalasi penelitian pada skripsi ini ditunjukan pada gambar 3.9 berikut ini.

8 Gambar 3.9. Gambar Sederhana Instalasi Turbin Tangga 3.4 Metode Pengolahan Data Metode pengolahan data yang dipakai dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu: a. Metode Analisis Perhitungan Metode analisis perhitungan ini menggunakan rumus-rumus yang bersumber dari pustaka. Adapun rumus yang dipakai seperti: Persamaan Hazen-Williams, rumus head losses minor, dan persamaan kontinuitas. Penghitungan dengan menggunakan rumus-rumus tersebut dilakukan di Software Microsoft Office Excel 2010 sehingga data hasil perhitungan dapat ditampilkan dalam tabel dan grafik. b. Metode Simulasi Metode simulasi dilakukansebagai pembanding dengan hasil dari metode analisis perhitungan sehingga diperoleh nilai galat. Metode simulasi dalam

9 penelitian ini menggunakan dua software, yaitu Software Pipe Flow Expert V 6.39 (simulasi head losses). 3.5 Prosedur Penelitian Prosedur penelitian dalam skripsi ini dibagi menjadi dua diagram alir (Flow Chart), yaitu sebagai berikut: a. Diagram alir penelitian (Metode Analisis Perhitungan) b. Diagram alir penelitian (Metode Simulasi dengan Software Pipe Flow Expert V Gambar 3.10 berikut ini adalah diagram alir penelitian (Metode Analisis Perhitungan). Mulai Survey Lapangan di PLTA Tangga Unit 4 Pengambilan Data Besar bukaan sudu pengarah: GVO (mm) Debit aliran air masuk turbin tiap GVO: Qt (m 3 /s) Koefisien kekasaran pipa: C Diameter pipa: D (m) Dihitung Roughness Coefficient tiap komponen pipa: K Dihitung: Kerugian head minor tiap GVO: hm(m) Kerugian head total tiap GVO: h (m)

10 Jaringan pipa disimulasikan menggunakan software Pipe flow Expert Data dianalisa untuk memperoleh ralat kerugian head Dihitung daya air (WHP) dan daya turbin (BHP) Dihitung efisiensi Trbin Francis Vertikal Unit 4 PLTA Tangga Kesimpulan Selesai Gambar 3.10 Diagram Alir Penelitian (Metode Analisis Perhitungan) Adapun diagram alir penelitian (Metode Simulasi dengan Expert V 6.39) dapat kita lihat pada gambar 3.11 berikut ini Software Pipe Flow Mulai Pengaturan satuan (Unit: Metrik) Suhu fluida: T( o C) Tekanan fluida: p(bar g) Massa jenis: ρ (kg/m 3 ) Tekanan uap jenuh: pv (kpa) Surface pressure: p (bar g)

11 Pembuatan sistem instalasi pipa (Add Pipes): Head Race Tunnel, Penstock #1, #2, #3, dan #4 Panjang pipa (Length) (m) Internal diameter (m) Pembuatan kelengkapan pipa (Add Fittings): Entrance, Gate Valve, Wye Branch, Bending 90 o, Elevasi tiap pipa (Elevation of joint): EL (m) Debit aliran alir masuk turbin Klik Calculate Tidak Result Ya View Result Drawing: Kerugian Head Mayor: hf(m) Selesai Gambar 3.11 Diagram Alir Penelitian Simulasi Software Pipe Flow Expert V 6.39

12 BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISISHASIL PERHITUNGAN 4.1 Hubungan Antara Bukaan Sudu Pengarah (GVO) Terhadap Debit Air Masuk Turbin Data bukaan sudu pengarah (Guide Vane Opening/GVO) terhadap debit air masuk turbin (QT) di bawah ini merupakan hasil pengujian Turbin Francis Vertikal Unit-4 PLTA Tanggayang dilakukan oleh P.T. Inalum Power Plant (Persero) pada tanggal 13 Agustus 2012 (lampiran 2). Bukaan sudu pengarah (GVO) yang dipakai ada sembilan variasi, yaitu sebesar 102 mm; 132 mm; 161 mm; 168 mm; 176 mm; 183 mm; 186 mm; 191 mm; dan 195 mm. Adapun angka-angka tersebut didapat dari Guide Vane Meter, dan pembacaan data dilakukan secara manual di Turbin Pit yang ditampilkan dalam skala mm. Hubungan antara bukaan sudu pengarah (GVO) dengan debit air masuk turbin (QT) ditunjukkan pada tabel 4.1 di bawah ini. Tabel 4.1Hubungan bukaan sudu pengarah (GVO)dan debit air masuk turbin (QT) GVO (mm) QT (m 3 /s) , , , , , , , ,385

13 195 38,22 Berikut ini adalah grafik hubungan bukaan sudu pengarah (GVO)dan debit air masuk turbin (QT) yang ditunjukkan pada gambar GVO vs Q T QT (m3/s) GVO (mm) Gambar 4.1. Grafik Hubungan Antara Bukaan Sudu Pengarah (GVO) dan Debit Air Masuk Turbin (QT) Grafik pada gambar 4.1 menunjukkan bahwa semakin besar bukaan sudu pengarah (GVO) maka debit air masuk turbin (QT) akan semakin besar. Hal ini disebabkan oleh semakin besar GVO maka sudu pengarah (guide vane), yang menutup air yang masuk sebelum masuk ke turbin, semakin terbuka. Jika semakin besar bukaannya maka semakin banyak air yang masuk (debit air masuk/qt). 4.2 Perhitungan Kerugian Head pada Tiap GVO

14 Kerugian head yang dihitung dalam penelitian ini yaitu kerugian head dari gate valve sampai inlet valve Turbin Francis Vertikal Unit-4PLTA Tangga PT. Inalum Power Plant (IPP). Penulis menggunakan dua metode untuk menghitung kerugian head, yaitu menghitung kerugian head dengan metode analisis perhitungan dari persamaan Hazen-Williams dan dengan metode simulasi dari Software Pipe Flow Exper V Kerugian Head Mayor (Perhitungan) Perhitungan kerugian head mayorpada pipa di PLTA TanggaPT. Inalum Power Plant (IPP) digunakan persamaan Hazen-Williams, seperti yang dituliskan pada persamaan Pada penelitian ini tidak bisa digunakan persamaan Darcy- Weisbachkarena pada diagram Moody,yang digunakanuntuk mencari faktor gesekan dalam persamaan Darcy-Weisbach, tidak mencakup untuk pipa yang berdiameter sangat besar. Hal tersebut terbukti dari diagram Moody yang terbatas untuk interpolasi antara nilai relative roughness(ε/d= 0, sampai 0,05), bilangan Reynolds (Re= 10 3 sampai 10 8 ), dan faktor gesekan (f= 0,008 sampai 0,1). Diagram Moody dapat dilihat pada lampiran 1. Jadi digunakan persamaan Hazen- Williamsyang cocok untuk perhitungan kerugian head mayor di pipa di PLTA TanggaPT. Inalum Power Plant (IPP). Berikut ini adalah perhitungan untuk nilai bilangan Reynolds dan nilai relative roughness pada pipa di PLTA TanggaPT. Inalum Power Plant (IPP) yang diambil dari ukuran pipa terkecil dengan bukaan sudu pengarah (GVO) terkecil hingga ukuran pipa terbesar dengan GVO terbesar. Diketahui : Massa jenis air o C) = 996,5 kg/m 3 (dari lampiran 4) Viskositas air o C) = 8,88 x 10-4 Ns/m 2 (dari lampiran 4) Nilai kekasaran pipa (εs.steel) = 0, m (dari lampiran 3) Ditanya :Redanε/Ddari ukuran pipa terkecil dengan bukaan sudu pengarah (GVO) terkecil hingga ukuran pipa terbesar dengan GVO terbesar? Penyelesaian:

15 Bilangan Reynolds dan nilai relative roughness pada pipa di PLTA Tangga dengan diameter terkecil (D = 2,6 m) dan GVO terkecil (102 mm) (di Penstock #4) 4,251 Re = ρvd 996,8. ( μ = 0,785.2,62). 2,6 8, = ,77 ε D = 0, = 0, ,6 Bilangan Reynolds dan nilai relative roughness pada pipa di PLTA Tangga dengan diameter terbesar (D = 6,1 m) dan GVO terkecil (102 mm) (di Head Race Tunnel) 4,251 Re = ρvd 996,8. ( μ = 0,785.6,12). 6,1 8, = ,5085 ε D = 0, = 0, ,1 Bilangan Reynolds dan nilai relative roughness pada pipa di PLTA Tangga dengan diameter terkecil (D = 2,6 m) dan GVO terbesar (195 mm) (di Penstock #4) 42,14 Re = ρvd 996,8. ( μ = 0,785.2,52). 2,6 8, = ε D = 0, = 0, ,6 Bilangan Reynolds dan nilai relative roughness pada pipa di PLTA Tangga dengan diameter terbesar (D = 6,1 m) dan GVO terbesar (195 mm) (di Head Race Tunnel) 42,14 Re = ρvd 996,8. ( μ = 0,785.62). 6,1 8, = ε D = 0, = 0, ,1

16 Berdasarkan nilai bilangan Reynolds(Re) dan nilai relative roughness (ε/d)pada pipa di PLTA Tangga diketahui bahwa untuk GVO terkecil maka nilai friction factor (f) pada diagram Moody dapat diinterpolasikan, sedangkan untuk GVO terbesar tidak dapat diinterpolasikan karena tidak tercakup pada diagram Moody. Jadi dalam metode analisis perhitungan hanya dapat digunakan persamaan Hazen-Williams yang dapat menghitung kerugian head mayor pada GVO terkecil dan terbesar. Jika ingin menghitung kerugian head mayor pada GVO terkecil dan terbesar dengan menggunakan persamaan Darcy-Weisbach dan Colebrook-White maka dapat digunakan Software Pipe Flow Expert V Persamaan Swamee-Jain, Hardy Cross, Manning dan Chezy tidak digunakan untuk perhitungan kerugian head mayor karena persamaan-persamaan tersebut adalah persamaan yang dikenalkan sebelum persamaan Hazen-Williams dan Darcy-Weisbach sehingga keempat persamaan tersebut belum diperbarui dan hasilnya tidak sebaik/seakurat dari persamaan Hazen-Williams dan Darcy- Weisbach. Selain itu parameter perhitungan dari persamaan Hazen-Williams dan Darcy-Weisbach lebih lengkap. Berikut ini adalah tabel-tabel yang menunjukkan perhitungan kerugian head mayor pada tiap GVO di setiap komponen pipa dengan menggunakan persamaan Hazen-Williams. Tabel 4.2 Kerugian Head Mayor pada GVO 102 mm No. Komponen Q Q (m 3 /s) C D (m) L (m) hf (m) 1 Head Race Tunnel 4Qt Penstock #1 2Qt Penstock #2 2Qt Penstock #3 2Qt Penstock #4 Qt hf (m)

17 Tabel 4.3 Kerugian Head Mayor pada GVO 132 mm No. Komponen Q Q (m 3 /s) C D (m) L (m) hf (m) 1 Head Race Tunnel 4Qt Penstock #1 2Qt Penstock #2 2Qt Penstock #3 2Qt Penstock #4 Qt hf (m) Tabel 4.4 Kerugian Head Mayor pada GVO 161 mm No. Komponen Q Q (m 3 /s) C D (m) L (m) hf (m) 1 Head Race Tunnel 4Qt Penstock #1 2Qt Penstock #2 2Qt Penstock #3 2Qt Penstock #4 Qt hf (m) Tabel 4.5 Kerugian Head Mayor pada GVO 168 mm No. Komponen Q Q (m 3 /s) C D (m) L (m) hf (m) 1 Head Race Tunnel 4Qt Penstock #1 2Qt Penstock #2 2Qt Penstock #3 2Qt

18 5 Penstock #4 Qt hf (m) Tabel 4.6 Kerugian Head Mayor pada GVO 176 mm No. Komponen Q Q (m 3 /s) C D (m) L (m) hf (m) 1 Head Race Tunnel 4Qt Penstock #1 2Qt Penstock #2 2Qt Penstock #3 2Qt Penstock #4 Qt hf (m) Tabel 4.7 Kerugian Head Mayor pada GVO 183 mm No. Komponen Q Q (m 3 /s) C D (m) L (m) hf (m) 1 Head Race Tunnel 4Qt Penstock #1 2Qt Penstock #2 2Qt Penstock #3 2Qt Penstock #4 Qt hf (m) Tabel 4.8 Kerugian Head Mayor pada GVO 186 mm No. Komponen Q Q (m 3 /s) C D (m) L (m) hf (m) 1 Head Race Tunnel 4Qt

19 2 Penstock #1 2Qt Penstock #2 2Qt Penstock #3 2Qt Penstock #4 Qt hf (m) Tabel 4.9 Kerugian Head Mayor pada GVO 191 mm No. Komponen Q Q (m 3 /s) C D (m) L (m) hf (m) 1 Head Race Tunnel 4Qt Penstock #1 2Qt Penstock #2 2Qt Penstock #3 2Qt Penstock #4 Qt hf (m) Tabel 4.10 Kerugian Head Mayor pada GVO 195 mm No. Komponen Q Q (m 3 /s) C D (m) L (m) hf (m) 1 Head Race Tunnel 4Qt Penstock #1 2Qt Penstock #2 2Qt Penstock #3 2Qt Penstock #4 Qt hf (m)

20 4.2.2 Kerugian HeadMinor (Perhitungan) Kerugian head minor dihitung dengan menggunakan persamaan kerugian head minor seperti yang dituliskan pada persamaan Di dalam persamaan tersebut terdapat nilai resistance coefficent (k), kecepatan aliran air (v), dan percepatan gravitasi (g). Untuk mendapatkan nilai kerugian head minor diperlukan ketiga nilai tersebut. Nilai K pada tabel di bawah ini bersumber dari lampiran 6, 7, 8, 9 dan 10. Tabel 4.11 di bawah ini adalah tabel resistance coefficent (K) pada kelengkapan pipa di PLTA TanggaPT. Inalum Power Plant (IPP). Tabel 4.11 Resistance Coefficent (K) pada Kelengkapan Pipa PLTA Tangga No. Komponen Kelengkapan Pipa K nk 1 Head Tunnel Race Entrance 0,25 Gate Valve 0,15 0,4 Entrance (Wye Branch) 0,5 2 Penstock #1 Bending 90 o (R/D=15/4) 0,17 Gradual Contraction (P#1 - P#2) 0,01 0,68 3 Penstock #2 Gradual Contraction (P#2 - P#3) 0,01 0,01 4 Penstock #3 Bending 90 o (R/D=12,5/3,5) 0,17 Spherical Branch 0,8 0,97 5 Penstock #4 Inlet Valve (Butterfly Valve) 0,5 0,5 Selain nilai K, diperlukan juga nilai kecepatan aliran air (v) pada kelengkapan pipa untuk menghitung kerugian head minor. Kecepatan aliran air diperoleh dari persamaan kontinuitas seperti yang dituliskan pada persamaan Berikut ini adalah contoh proses perhitungan kecepatan aliran pada GVO 102 mm di Head Race Tunnel.

21 Berikut ini adalah tabel-tabel hasil perhitungan kecepatan aliran pada tiap GVO di setiap komponen pipa. Tabel 4.12 Kecepatan Aliran Air pada GVO 102 mm No. Komponen Q Q (m 3 /s) D (m) A (m 2 ) v (m/s) 1 Head Race Tunnel 4Qt 64,5440 6,1 29,236 2, Penstock #1 2Qt 32,272 4,4 15,211 2, Penstock #2 2Qt 32,272 4,1 13,208 2, Penstock #3 2Qt 32,272 3,8 11,346 2, Penstock #4 Qt 16,136 2,6 5,311 3,03798 Tabel 4.13 Kecepatan Aliran Air pada GVO 132 mm No. Komponen Q Q (m 3 /s) D (m) A (m 2 ) v (m/s) 1 Head Race Tunnel 4Qt 92,544 6,1 29,236 3, Penstock #1 2Qt 46,272 4,4 15,211 3, Penstock #2 2Qt 46,272 4,1 13,208 3, Penstock #3 2Qt 46,272 3,8 11,346 4, Penstock #4 Qt 23,136 2,6 5,311 4,35589 Tabel 4.14 Kecepatan Aliran Air pada GVO 161 mm No. Komponen Q Q (m 3 /s) D (m) A (m 2 ) v (m/s) 1 Head Race Tunnel 4Qt 120,44 6,1 29,236 4, Penstock #1 2Qt 60,22 4,4 15,211 3, Penstock #2 2Qt 60,22 4,1 13,208 4, Penstock #3 2Qt 60,22 3,8 11,346 5,30773

22 5 Penstock #4 Qt 30,11 2,6 5,311 5,66891 Tabel 4.15 Kecepatan Aliran Air pada GVO 168 mm No. Komponen Q Q (m 3 /s) d (m) A (m 2 ) v (m/s) 1 Head Race Tunnel 4Qt 127,732 6,1 29,236 4, Penstock #1 2Qt 63,866 4,4 15,211 4, Penstock #2 2Qt 63,866 4,1 13,208 4, Penstock #3 2Qt 63,866 3,8 11,346 5, Penstock #4 Qt 31,933 2,6 5,311 6,01213 Tabel 4.16 Kecepatan Aliran Air pada GVO 176 mm No. Komponen Q Q (m 3 /s) D (m) A (m 2 ) v (m/s) 1 Head Race Tunnel 4Qt 134,984 6,1 29,236 4, Penstock #1 2Qt 67,492 4,4 15,211 4, Penstock #2 2Qt 67,492 4,1 13,208 5, Penstock #3 2Qt 67,492 3,8 11,346 5, Penstock #4 Qt 33,746 2,6 5,311 6,35347 Tabel 4.17 Kecepatan Aliran Air pada GVO 183 mm No. Komponen Q Q (m 3 /s) D (m) A (m 2 ) v (m/s) 1 Head Race Tunnel 4Qt Penstock #1 2Qt

23 3 Penstock #2 2Qt Penstock #3 2Qt Penstock #4 Qt Tabel 4.18 Kecepatan Aliran Air pada GVO 186 mm No. Komponen Q Q (m 3 /s) D (m) A (m 2 ) v (m/s) 1 Head Race Tunnel 4Qt Penstock #1 2Qt Penstock #2 2Qt Penstock #3 2Qt Penstock #4 Qt Tabel 4.19 Kecepatan Aliran Air pada GVO 191 mm No. Komponen Q Q (m 3 /s) D (m) A (m 2 ) v (m/s) 1 Head Race Tunnel 4Qt Penstock #1 2Qt Penstock #2 2Qt Penstock #3 2Qt Penstock #4 Qt Tabel 4.20 Kecepatan Aliran Air pada GVO 195 mm No. Komponen Q Q (m 3 /s) D(m) A (m 2 ) v (m/s) 1 Head Race Tunnel 4Qt Penstock #1 2Qt

24 3 Penstock #2 2Qt Penstock #3 2Qt Penstock #4 Qt Tabel-tabel di atas menunjukkan bahwa nilai-nilai kecepatan aliran air pada tiap kelengkapan pipa akan semakin besar jika GVO semakin besar pula. Hal ini disebabkan karena nilai debit air masuk turbin (QT) yang semakin besar jika GVO semakin pula. Tabel-tabel tersebut membuktikan bahwa kecepatan aliran air (v) berbanding lurus debit air masuk turbin (QT). Hasil perhitungan nilai K dan v digunakan untuk menghitung kerugian head minor pada tiap GVO. Nilai percepatan gravitasi (g) yang dipakai yaitu sebesar 9,7796 m/s 2 sesuai dengan keadaan di PLTA Tangga PT. Inalum Power Plant (IPP). Berikut ini adalah contoh proses perhitungan kerugian head minor pada GVO 102 mm di Head Race Tunnel. Tabel-tabel berikut ini akan menunjukkan hasil perhitungan kerugian head minor pada tiap GVO di setiap komponen pipa. Tabel 4.21 Kerugian Head Minor pada GVO 102 mm No. Komponen nk v (m/s) v 2 /2g (m) hm (m) 1 Head Race Tunnel Penstock # Penstock # Penstock # Penstock # hm (m) Tabel 4.22 Kerugian Head Minor pada GVO 132 mm

25 No. Komponen nk v (m/s) v 2 /2g (m) hm (m) 1 Head Race Tunnel Penstock # Penstock # Penstock # Penstock # hm (m) Tabel 4.22 Kerugian Head Minor pada GVO 132 mm No. Komponen nk v (m/s) v 2 /2g (m) hm (m) 1 Head Race Tunnel Penstock # Penstock # Penstock # Penstock # hm (m) Tabel 4.22 Kerugian Head Minor pada GVO 132 mm No. Komponen nk v (m/s) v 2 /2g (m) hm (m) 1 Head Race Tunnel Penstock # Penstock # Penstock # Penstock #

26 hm (m) Tabel 4.23 Kerugian Head Minor pada GVO 161 mm No. Komponen nk v (m/s) v 2 /2g (m) hm (m) 1 Head Race Tunnel Penstock # Penstock # Penstock # Penstock # hm (m) Tabel 4.24 Kerugian Head Minor pada GVO 168 mm No. Komponen nk v (m/s) v 2 /2g (m) hm (m) 1 Head Race Tunnel Penstock # Penstock # Penstock # Penstock # hm (m) Tabel 4.25 Kerugian Head Minor pada GVO 176 mm No. Komponen nk v (m/s) v 2 /2g (m) hm (m) 1 Head Race Tunnel Penstock #

27 3 Penstock # Penstock # Penstock # hm (m) Tabel 4.26 Kerugian Head Minor pada GVO 183 mm No. Komponen nk v (m/s) v 2 /2g (m) hm (m) 1 Head Race Tunnel Penstock # Penstock # Penstock # Penstock # hm (m) Tabel 4.27 Kerugian Head Minor pada GVO 186 mm No. Komponen nk v (m/s) v 2 /2g (m) hm (m) 1 Head Race Tunnel Penstock # Penstock # Penstock # Penstock # hm (m) Tabel 4.28 Kerugian Head Minor pada GVO 191 mm No. Komponen nk v (m/s) v 2 /2g (m) hm (m)

28 1 Head Race Tunnel Penstock # Penstock # Penstock # Penstock # hm (m) Tabel 4.29 Kerugian Head Minor pada GVO 195 mm No. Komponen nk v (m/s) v 2 /2g (m) hm (m) 1 Head Race Tunnel Penstock # Penstock # Penstock # Penstock # hm (m) Kerugian Head Total (Perhitungan) Kerugian head total dihitung dengan menggunakan persamaan 2.31, dimana head total merupakan hasil penjumlahan dari Head mayor dan Head minor. Tabel 4.30 di bawah ini adalah hasil perhitungan kerugian head total dengan menggunakan persamaan Hazen-Williams dan persamaan kerugian head minor pada tiap GVO. Tabel 4.30Kerugian HeadTotal pada Tiap GVO GVO (mm) hf (m) hm (m) hl (m)

29 Grafik pada gambar 4.2 di bawah ini menunjukkan hubungan antara GVO dan kerugian headtotal Kerugian Head Total (m) GVO (mm) Gambar 4.2. Grafik Hubungan GVO dengan Kerugian HeadTotal

30 Berdasarkan grafik pada gambar 4.2 ditunjukkan bahwa semakin besar GVO maka semakin besar pula kerugian headtotal yang terjadi pada pipa dan kelengkapannya di PLTA Tangga PT. IPP. Hal ini disebabkan karena kerugian headtotal dipengaruhi oleh debit air yang masuk (QT). Semakin besar QT maka semakin besar kerugian headtotal dan kecepatan aliran yang terjadi. Jadi, semakin besar kecepatan aliran air (v) maka semakin besar kerugian headmayor dan minor Kerugian Head Mayor(Simulasi dan Galat) Hasil perhitungan kerugian headmayor di bawah ini merupakan hasil perhitungan dari Software Pipe Flow Expert V Nilai kerugian headmayor dari masing-masing komponen pipadan tampilan Software Pipe Flow Exper V 6.39 dilampirkan pada lampiran 11. Berikut ini adalah tabel 4.31 yang menunjukkan perbandingan hasil perhitungan antara kerugian headmayor dengan metode analisis perhitungan (persamaan Hazen-Williams) dan simulasi (Software Pipe Flow Expert V 6.39) serta galatnya yang dinyatakan dalam persen. Berikut ini adalah contoh proses perhitungan galat kerugian head mayor antara metode analisis perhitungan dan simulasi pada GVO 102 mm. Tabel 4.31 Kerugian HeadMayor pada Tiap GVO (Perhitungan dan Simulasi). GVO (mm) hf perhitungan (m) hf simulasi (m) Galat (%)

31 Gambar 4.3 berikut ini adalah grafik yang menunjukan perbandingan hasil perhitungan antara kerugian headmayor dengan metode analisis perhitungan (persamaan Hazen-Williams) dan simulasi (Software Pipe Flow Expert V 6.39) serta galatnya yang dinyatakan dalam persen. 6 GVO VS KERUGIAN HEAD MAYOR (PERHITUNGAN & SIMULASI) Kerugian Head Mayor (m) hl perhitungan (m) hl simulasi (m) GVO (mm) Gambar 4.3. Grafik Hubungan Kerugian HeadMayor dan GVO Berdasarkan tabel dan grafik di atas ditunjukkan bahwa galat antara metode analisis perhitungan dan simulasi menunjukkan nilai yang cukup besar karena metode penghitungan yang digunakan antara analisis perhitungan dan simulasi berbeda. Kerugian headmayor yang dihitung pada analisis perhitungan menggunakan persamaan Hazen-Williams, sedangkan pada simulasi menggunakan persamaan Darcy-Weisbach. Alasan dari perbedaan penggunan rumus ini sudah dijelaskan pada sub bab Kerugian HeadMinor (Simulasi dan Galat) Hasil perhitungan kerugian headminor berikut ini merupakan hasil perhitungan dari Software Pipe Flow Expert V Nilai kerugian headminor

32 dari masing-masing komponen pipadan tampilan Software Pipe Flow Expert V 6.39 dilampirkan pada lampiran 11. Berikut ini adalah tabel 4.32 yang menunjukan perbandingan hasil perhitungan antara kerugian headminor dengan analisis perhitungan (persamaan Hazen-Williams) dan simulasi (Software Pipe Flow Expert V 6.39) serta galatnya yang dinyatakan dalam persen. Berikut ini adalah contoh proses perhitungan galat kerugian head minor antara metode analisis perhitungan dan simulasi pada GVO 102 mm. Tabel 4.32 Kerugian HeadMinor pada Tiap GVO (Perhitungan dan Simulasi) GVO (mm) hm perhitungan (m) hm simulasi (m) Galat (%) 102 0, ,908 1, , ,870 1, , ,167 1, , ,563 1, , ,979 1, , ,423 1, , ,663 1, , , , , Gambar 4.4 berikut ini adalah grafik yang menunjukan perbandingan hasil perhitungan antara kerugian headminor dengan analisis perhitungan (persamaan Hazen-Williams) dan simulasi (Software Pipe Flow Expert V 6.39) serta galatnya yang dinyatakan dalam persen.

33 6 GVO VS KERUGIAN HEAD MINOR (PERHITUNGAN & SIMULASI) Kerugian Head Minor (m) H efektif perhitungan (m) H efektif simulasi (m) GVO (mm) Gambar 4.4. Grafik Hubungan Kerugian HeadMinor dan GVO (Perhitungan dan Simulasi) Berdasarkan tabel dan grafik di atas ditunjukkan bahwa galat antara metode analisis perhitungan dan simulasi menunjukkan nilai yang sangat kecil sehingga kedua kurva pada grafik berimpit. Hal itu disebabkan karena persamaan yang digunakan antara metode analisis perhitungan dan simulasi (Software Pipe Flow Expert V 6.39) sama yaitu dengan menggunakan persamaan kerugian head minor Kerugian Head Total(Simulasi dan Galat) Kerugian head total di bawah ini adalah hasil dari penjumlahan kerugian head mayor dan minor dari metode simulasi (Software Pipe Flow Expert V 6.39). Kerugian head total antara simulasi dan perhitungan dicari nilai galatnya. Berikut ini adalah contoh proses perhitungan galat kerugian head total antara metode analisis perhitungan dan simulasi pada GVO 102 mm.

34 Tabel 4.33 di bawah ini menunjukkan hasil perhitungan dan galat antara kerugian headtotal dengan menggunakan metode analisis perhitungan dan simulasi pada tiap GVO. Tabel 4.33 Kerugian HeadTotal (Simulasi dan Galat) pada Tiap GVO GVO (mm) hl perhitungan (m) hl simulasi (m) Galat (%) Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai galat dari 4, % hingga 7, %. Nilai galat terbesar terdapat pada GVO 102 mm dan terkecil pada GVO 195 mm. Gambar 4.5 di bawah ini adalah grafik yang menunjukkan perbandingan antara kerugian head total dengan menggunakan metode analisis perhitungan dan simulasi (Software Pipe Flow Expert V 6.39). Gambar 4.5 di bawah ini merupakan grafik yang menunjukkan hasil perhitungan dan galat antara kerugian head total dengan menggunakan metode analisis perhitungan dan simulasi pada tiap GVO.

35 12 GVO VS KERUGIAN HEAD TOTAL (PERHITUNGAN & SIMULASI) Kerugian Head Total (m) hl perhitungan (m) hl simulasi (m) GVO (mm) Gambar 4.5 Grafik Kerugian HeadTotal pada Tiap GVO (Simulasi dan Galat) Berdasarkan grafik pada gambar 4.5 di atas ditunjukkan bahwa hasil perhitungan kerugian headdengan menggunakan metode analisis perhitungan lebih besar daripada menggunakan simulasi (Software Pipe Flow Expert V 6.39). 4.3 Perhitungan Head Efektif pada Tiap GVO Head efektif yang dihitung pada penelitian ini merupakan head maksimum pada Turbin Francis Vertikal Unit-4 PLTA Tangga PT. IPP yang dikurangi dengan kerugian head total dari gate valve sampai inlet valve. Kerugian head total yang dipakai dalam penghitungan head efektif ini berasal dari penghitungan dengan menggunakan metode analisis perhitungan dan simulasi (Software Pipe Flow Expert V 6.39) Head Efektif pada Tiap GVO (Perhitungan) Head efektif merupakan hasil pengurangan head maksimum dengan kerugian head total. Berikut ini adalah contoh proses perhitungan head efektif pada GVO 102 mm.

36 Tabel 4.34 berikut ini adalah hubungan head efektif pada tiap GVO dengan menggunakan kerugian head total yang dihitung dengan metode analisis perhitungan. Tabel 4.34 Head Efektif pada Tiap GVO (Perhitungan) GVO (mm) hmax (m) hl (m) hefektif (m) Gambar 4.6 berikut ini merupakan grafik hubungan head efektif pada tiap GVO dengan menggunakan metode analisis perhitungan.

37 Head Efektif (m) GVO VS HEAD EFEKTIF (PERHITUNGAN) GVO (mm) Gambar 4.6. Grafik Hubungan Head Efektif pada Tiap GVO (Perhitungan) Head Efektif pada Tiap Bukaan Sudu Pengarah (Simulasi dan Galat) Head efektif berikut ini memerupakan hasil pengurangan head maksimum dengan kerugian head total pada simulasi (Software Pipe Flow Expert V 6.39). Berikut ini adalah contoh proses perhitungan galat head efektif pada GVO 102 mm. Tabel 4.35 berikut ini adalah hubungan head efektif pada tiap GVO dengan menggunakan kerugian head total. Tabel 4.35 Head Efektif pada Tiap GVO (Simulasi dan Galat) GVO (mm) hefektif perhitungan (m) hefektif simulasi (m) Galat (%) 19,5 239, , ,0 237, ,74 0, ,0 234, ,272 0, ,5 234, ,525 0, ,0 233, ,74 0, ,0 232, ,902 0,

38 150,0 232, ,629 0, ,5 231, ,034 0, ,0 231, ,619 0, Gambar 4.7 di berikut ini merupakan grafik hubungan head efektif pada tiap GVO dengan berdasarkan simulasi. Head Efektif (m) GVO VS HEAD EFEKTIF (PERHITUNGAN & SIMULASI) GVO (mm) H efektif perhitungan (m) H efektif simulasi (m) Gambar 4.7. Grafik Hubungan Head Efektif pada Tiap GVO (Simulasi dan Galat) 4.4 Hubungan Antara GVO dandaya Air (Water Horse Power) Daya air dihitung dengan persamaan (2.35). dari persamaan tersebut menunjukkan bahwa daya air berbanding lurus dengan debit air masuk turbin dan head efektif yang bekerja pada turbin. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan persamaan di atas maka diperoleh daya air yang bekerja pada turbin francis. Tabel 4.36 berikut ini adalah besarnya daya air (WHP) pada masingmasing bukaan yang dihitung menggunakan persamaan diatas. Tabel 4.36 Hubungan GVO terhadap Daya Air (WHP)

39 Adapun hubungan bukaan sudu pengarah dengan daya air dapat dilihat pada gambar 4.8 berikut ini GVO(mm) Q (m 3 /s) ρ(kg/m 3 ) g(m/s 2 ) hefektif (m) WHP (watt) , ,5 9, , , , ,5 9, , , , ,5 9, , , , ,5 9, , , , ,5 9, , , , ,5 9, , , , ,5 9, , , , ,5 9, , , , ,5 9, , ,87

40 WHP (watt) GVO VS WHP GVO (mm) Gambar 4.8 Hubungan Bukaan Sudu Pengarah Dengan Daya Air Dari grafik di atas terlihat bahwa besarnya daya air akan semakin besar seiring dengan semakin besarnya bukaan sudu pengarah. Hal ini dikarenakan untuk menghitung daya air merupakan hasil perkalian antara daya, percepatan gravitasi, rapat jenis air dan head efektif yang bekerja. Debit air yang semakin besar akan berbanding terbalik dengan head efektif yang semakin kecil. 4.5 Hubungan Antara GVO dandaya Terbangkit Daya terbangkit berikut ini merupakan data hasil pembacaan pada Power Meter yang terletak di Local Control Room. Data yang ditampilkan berupa kapasitas arus yang berhasil dibangkitkan oleh system pembangkit. System pembangkit yang dimaksud adalah Turbin dan Generator. Data yang dihasilkan dapat dilihat pada table berikut ini. Tabel 4.37 Hubungan GVO Terhadap Daya Terbangkit GVO (mm) Daya Terbangkit (watt)

41 Data daya terbangkit hasil pembacaan Power Meter akan digunakan untuk menghitung daya turbin. Hal ini dikarenakan alat pembaca daya yang dihasilkan turbin tidak tersedia pada PT. Inalum. Oleh karena itu digunakan data daya terbangkit dan efisiensi generator.semakin besar bukaan sudu pengarah turbin francis maka daya terbangkit akan semakin besar seperti ditunjukkan oleh gambar 4.9 Berikut ini: GVO vsdaya Terbangkit Daya Terbangkit (watt) GVO (mm) Gambar 4.9 Hubungan Sudu Pengarah Terhadap Daya Terbangkit

42 Dari grafik diatas terlihat bahwa daya yang dibangkitkan oleh system mengalami nilai yang signifikan naik hingga bukaan 191 mm dan pada bukaan 195mm mengalami kenaikan tetapi tidak terlalu signifikan. 4.6.Hubungan Antara GVO dandaya Turbin Adapun daya turbin yaitu daya yang berhasil dihasilkan oleh turbin. Daya yang dihasilkan oleh turbin ditransmisikan melalui poros turbin. Untuk menghitung daya turbin digunakan persamaan (2.38) Tabel Hubungan GVO Terhadap Daya Turbin GVO (mm) Daya Terbangkit (watt) η G (%) Daya Turbin (watt) , , , , , , , , , , , , , , , , , ,59 Semakin besar bukaan sudu pengarah maka daya turbin akan semakin besar juga seperti yang ditunjukkan gambar berikut ini.

43 GVO vs Daya Turbin Daya Turbin GVO (mm) Gambar 4.10 Hubungan Sudu Pengarah Terhadap Daya Turbin Dari grafik diatas bahwa turbin menghasilkan daya paling kecil pada bukaan 102 mm yaitu sekitar ,13 watt dan tertinggi pada bukaan 195 mm yaitu ,59 watt. Daya yang dihasilkan oleh turbin mengalami kenaikan yang signifikan dari bukaan 102 mm hingga bukaan 191 mm pada bukaan 195 mm mengalami kenaikan tetapi tidak terlalu signifikan. 4.7.Hubungan Antara GVO danefisiensi Turbin Hasil akhir dari studi ini yaitu mendapatkan besaran efisiensi turnbin francis vertical di PT. Inalum. Untuk mendapatkan efisiensi maka dengan melakukan perbandingan daya yang dihasilkan oleh turbin terhadap daya yang dimilki oleh air tersebut seperti pada terlihat pada persamaan (2.39). Tabel 4.39 Hubungan GVO Terhadap Efisiensi Turbin GVO (mm) Daya Turbin (watt) WHP (watt) η turbin (%) , ,1 85, , ,8 90,

44 , ,7 94, , ,2 94, , ,9 95, , ,4 95, , ,4 95, , , , ,9 95, Dari tabel diatas terlihat bahwa semakin besar bukaan sudu pengarah akan semakin besar pula efisiensi turbin tersebut sampai mencapai bukaan 191 mm dan kemudian akan berkurang pada bukaan maksimum yaitu 195 mm. Besarnya efisiensi yang dihasilkan oleh turbin juga karena pengaruh kualitas dari runner turbin tersebut. Runner pada unit 4 PLTA Tangga telah ganti baru (renewable/improvement) untuk meningkatkan efisiensinya yaitu tepatnya pada tahun Adapun grafik hubungan bukaan sudu pengarah dengan efisiensi turbin Francis vertical di unit 4 PLTA Tangga seperti terlihat pada gambar 4.11 berikut ini :

45 Efisiensi Turbin(%) GVO (mm) Gambar 4.11 Hubungan Sudu Pengarah Terhadap Efisiensi Turbin Pada bukaan maksimum turbin akan mengalami penurunan efisiensi, hal ini dikarenakan turbin berputar terlalu cepat dari kecepatan turbin maksimal. Disaat debit air yang sangat besar melalui turbin, justru malah ditolak oleh turbin. Sehingga turbin mengalami perlambatan kecepatan dan mengakibatkan energi yang dihasilkan oleh pembangkit listrik lebih rendah dari energi optimum yang dapat dihasilkan. Oleh Karena itu, pengontrolan kecepatan air diperlukan dengan cara cut out speed. Pengertian cut out speed ialah kecepatan dimana turbin air akan mengurangi kecepatannya untuk melindungi dari kecepatan yang berlebihan.

46 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dan data analisa Turbin Francis Vertikal diperoleh kesimpulan sebagai berikut: a. Pada Turbin Francis Vertikal Unit 4 PLTA Tangga PT. Inalum Power Plant semakin besar bukaan sudu pengarah maka akan berbanding lurus dengan besarnya kerugian head yang terjadi pada turbin tersebut. Pada bukaan terkecil yaitu 102 mm besarnya kerugian head yaitu 1, m kemudian akan terus naik, hingga pada bukaan maksimum 195 mm besarnya kerugian head mencapai 10, m. Semakin besarnya kerugian head yang terdapat pada turbin ini diakibatkan oleh semakin besarnya debit yang masuk turbin, juga karena semakin besarnya kecepatan aliran air di dalam instalasi turbin. b. Dengan analisa menggunakan software Pipe Flow Expert didapat nilai kerugian head juga berbanding lurus seiring dengan semakin besarnya bukaan sudu pengarah. Pada simulasi program Pipe Flow Expert didapat nilai head terkecil yaitu pada bukaan 102 mm yaitu sebesar 1,811 m dan kemudian akan naik hingga bukaan maksimum 195 mm sehingga didapat besarnya kerugian head sebesar 9,781 m. Perbandingan hasil perhitungan kerugian head minor teoritis dan simulasi didapat persen ralat yang sangat kecil, sedangkan pada kerugian head mayor terdapat persen ralat yang cukup besar. c. Semakin besarnya bukaan sudu pengarah maka akan semakin besar pula daya air dan daya turbin. Daya turbin minimum dihasilkan pada bukaan 102 mm yaitu sebesar ,13 watt dan akan terus naik secara signifikan hingga bukaan 191 mm didapat besarnya ,79 watt. Dan pada bukaan 195 mm daya turbin tetap naik tetapi tidak signifikan

47 yaitu hanya sebesar ,59 watt. Hal ini disebabkan oleh semakin besarnya debit air masuk turbin, dan juga karena headnya yang semakin kecil. Pada Turbin Francis Vertikal Unit 4 PLTA Tangga PT. Inalum Power Plant didapat efisiensi minimum terjadi pada bukaan 102 mm yaitu sebesar 85, %. Efisiensi akan terus naik seiring bukaan sudu pengarah hingga bukaan 191 mm, dan pada bukaan 195 mm efisiensi akan turun kembali. 5.2 Saran Adapun saran yang penulis berikan setelah melakukan analisis perhitungan dalam hasil perhitungan di penelitian ini yaitu sebagai berikut: a. Pada saat dilakukannya efficiency test di PT Inalum hendaknya diperlukan konsentrasi dalam pengamatan data sehingga keakuratan data dapat terjaga.. b. Pada saat pengolahan data menggunakan pipe flow perhatikan kmponen fitting dan bending agar tidak terjadi kesalahan data yang menyebabkan data eror. c. Pengolahan data untuk perhitungan sebaiknya dilakukan menggunakan Microsoft Excel karena akan memudahkan kita dalam penghitungan data yang akan disajikan.

Perencanaan Ulang Instalasi Perpipaan dan Pompa pada Chlorination Plant PLTGU PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik

Perencanaan Ulang Instalasi Perpipaan dan Pompa pada Chlorination Plant PLTGU PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik Perencanaan Ulang Instalasi Perpipaan dan Pompa pada Chlorination Plant PLTGU PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik Oleh : Dunung Sarwo Jatikusumo 2110 038 017 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Heru Mirmanto, MT Latar

Lebih terperinci

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM Franciscus Manuel Sitompul 1,Mulfi Hazwi 2 Email:manuel_fransiskus@yahoo.co.id 1,2, Departemen

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA 4. 1. Perhitungan Pompa yang akan di pilih digunakan untuk memindahkan air bersih dari tangki utama ke reservoar. Dari data survei diketahui : 1. Kapasitas aliran (Q)

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik HATOP

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH PADA PERUMAHAN SETIA BUDI RESIDENCE DARI DISTRIBUSI PDAM MEDAN DENGAN MENGGUNAKAN PIPE FLOW EXPERT SOFTWARE

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH PADA PERUMAHAN SETIA BUDI RESIDENCE DARI DISTRIBUSI PDAM MEDAN DENGAN MENGGUNAKAN PIPE FLOW EXPERT SOFTWARE PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH PADA PERUMAHAN SETIA BUDI RESIDENCE DARI DISTRIBUSI PDAM MEDAN DENGAN MENGGUNAKAN PIPE FLOW EXPERT SOFTWARE SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat

Lebih terperinci

BAB V STUDI POTENSI. h : ketinggian efektif yang diperoleh ( m ) maka daya listrik yang dapat dihasilkan ialah :

BAB V STUDI POTENSI. h : ketinggian efektif yang diperoleh ( m ) maka daya listrik yang dapat dihasilkan ialah : BAB V STUDI POTENSI 5.1 PERHITUNGAN MANUAL Dari data-data yang diperoleh, dapat dihitung potensi listrik yang dapat dihasilkan di sepanjang Sungai Citarik. Dengan persamaan berikut [23]: P = ρ x Q x g

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Variasi Volume Tabung Udara Dan Variasi Beban Katup Limbah Terhadap Performa Pompa Hidram

Analisa Pengaruh Variasi Volume Tabung Udara Dan Variasi Beban Katup Limbah Terhadap Performa Pompa Hidram Analisa Pengaruh Variasi Volume Tabung Udara Dan Variasi Beban Katup Limbah Terhadap Performa Pompa Hidram Andrea Sebastian Ginting 1, M. Syahril Gultom 2 1,2 Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antarmolekul

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN AIR UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN KEBUN VERTIKAL

BAB IV PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN AIR UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN KEBUN VERTIKAL BAB IV PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN AIR UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN KEBUN VERTIKAL 4.1 Kondisi perancangan Tahap awal perancangan sistem perpipaan air untuk penyiraman kebun vertikal yaitu menentukan kondisi

Lebih terperinci

ANALISA PERHITUNGAN EFISIENSI CIRCULATING WATER PUMP 76LKSA-18 PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP MENGGUNAKAN METODE ANALITIK

ANALISA PERHITUNGAN EFISIENSI CIRCULATING WATER PUMP 76LKSA-18 PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP MENGGUNAKAN METODE ANALITIK Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi ANALISA EFISIENSI CIRCULATING WATER PUMP 76LKSA-18 PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP MENGGUNAKAN METODE ANALITIK *Eflita Yohana, Ari

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Turbin Air Turbin air adalah turbin dengan media kerja air. Secara umum, turbin adalah alat mekanik yang terdiri dari poros dan sudu-sudu. Sudu tetap atau stationary blade, tidak

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA.1 PERHITUNGAN DATA Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan data mentah berupa temperatur kerja fluida pada saat pengujian, perbedaan head tekanan, dan waktu

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hasil Penelitian Penelitian sling pump jenis kerucut variasi jumlah lilitan selang dengan menggunakan presentase pencelupan 80%, ketinggian pipa delivery 2 meter,

Lebih terperinci

ANALISIS KERUGIAN HEAD PADA SISTEM PERPIPAAN BAHAN BAKAR HSD PLTU SICANANG MENGGUNAKAN PROGRAM ANALISIS ALIRAN FLUIDA

ANALISIS KERUGIAN HEAD PADA SISTEM PERPIPAAN BAHAN BAKAR HSD PLTU SICANANG MENGGUNAKAN PROGRAM ANALISIS ALIRAN FLUIDA ANALISIS KERUGIAN HEAD PADA SISTEM PERPIPAAN BAHAN BAKAR HSD PLTU SICANANG MENGGUNAKAN PROGRAM ANALISIS ALIRAN FLUIDA Alexander Nico P Sihite, A. Halim Nasution Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Perpipaan Dalam pembuatan suatu sistem sirkulasi harus memiliki sistem perpipaan yang baik. Sistem perpipaan yang dipakai mulai dari sistem pipa tunggal yang sederhana

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 31 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 4.1 DESAIN PIPA PENSTOCK Desain Pipa Penstock yang akan berkaitan dengan besar debit air yang mengalir melalui Pipa Penstock. Jadi debit optimum air (Qopt)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR ISI iv. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR NOTASI... xiii

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR ISI iv. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR NOTASI... xiii ABSTRAK Suplai air bersih di Kota Tebing Tinggi dilayani oleh PDAM Tirta Bulian. Namun penambahan jumlah konsumen yang tidak diikuti dengan peningkatan kapasitas jaringan, penyediaan dan pelayanan air

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG FIRE PROTECTION SYSTEM

PERANCANGAN ULANG FIRE PROTECTION SYSTEM PERANCANGAN ULANG FIRE PROTECTION SYSTEM PADA FUEL SUPPLY SYSTEM UTILITY WORK MENGGUNAKAN SOFTWARE PIPE FLOW EXPERT (STUDY KASUS PT. PERTAMINA DPPU JUANDA) Bagus Faisal Darma Arif NRP. 2112 105 022 Dosen

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR BIDANG KONVERSI ENERGI PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN POMPA DENGAN PEMASANGAN TUNGGAL, SERI DAN PARALEL

TUGAS AKHIR BIDANG KONVERSI ENERGI PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN POMPA DENGAN PEMASANGAN TUNGGAL, SERI DAN PARALEL TUGAS AKHIR BIDANG KONVERSI ENERGI PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN POMPA DENGAN PEMASANGAN TUNGGAL, SERI DAN PARALEL Oleh: ANGGIA PRATAMA FADLY 07 171 051 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI ALIRAN AIR BERSIH PADA PERUMAHAN TELANAI INDAH KOTA JAMBI SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik HITLER MARULI SIDABUTAR NIM.

Lebih terperinci

BAB I PENGUJIAN TURBIN AIR FRANCIS

BAB I PENGUJIAN TURBIN AIR FRANCIS BAB I PENGUJIAN TURBIN AIR FRANCIS 1.1 Pendahuluan 1.1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembang teknologi yang semakin maju, banyak diciptakan peralatan peralatan yang inovatif serta tepat guna. Dalam

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SAMPUL DALAM... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... INTISARI... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SAMPUL DALAM... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... INTISARI... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i SAMPUL DALAM... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERNYATAAN... iv INTISARI... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 1.1 KETERSEDIAAN DEBIT AIR PLTM CILEUNCA

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 1.1 KETERSEDIAAN DEBIT AIR PLTM CILEUNCA 42 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 1.1 KETERSEDIAAN DEBIT AIR PLTM CILEUNCA Sebelum melakukan perhitungan maka alangkah baiknya kita mengetahui dulu ketersediaan debit air di situ Cileunca

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA 4.1 DATA Selama penelitian berlangsung, penulis mengumpulkan data-data yang mendukung penelitian serta pengolahan data selanjutnya. Beberapa data yang telah terkumpul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. MESIN-MESIN FLUIDA Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

SIMULASI DAN PERBANDINGAN DISTRIBUSI ALIRAN AIR BERSIH DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWAREPIPE FLOW EXPERT PADA PERUMAHAN PT. INALUM POWER PLANT PARITOHAN

SIMULASI DAN PERBANDINGAN DISTRIBUSI ALIRAN AIR BERSIH DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWAREPIPE FLOW EXPERT PADA PERUMAHAN PT. INALUM POWER PLANT PARITOHAN SIMULASI DAN PERBANDINGAN DISTRIBUSI ALIRAN AIR BERSIH DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWAREPIPE FLOW EXPERT PADA PERUMAHAN PT. INALUM POWER PLANT PARITOHAN SKRIPSI Skripsi ini Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik FRANCISCUS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Umum Turbin Air Secara sederhana turbin air adalah suatu alat penggerak mula dengan air sebagai fluida kerjanya yang berfungsi mengubah energi hidrolik dari aliran

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA 4.1 Perhitungan Therminol dari HM Tank (Heat-Medium) di pompakan oleh pompa nonseal kemudian dialirkan melalui pipa melewati dinding-dinding DVD (dowtherm Vacuum Dryer) kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN...1

BAB I PENDAHULUAN...1 DAFTAR ISI PERNYATAAN... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii ABSTRAK... iv DAFTAR ISI...v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN...x BAB I PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fluida yang dimaksud berupa cair, gas dan uap. yaitu mesin fluida yang berfungsi mengubah energi fluida (energi potensial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fluida yang dimaksud berupa cair, gas dan uap. yaitu mesin fluida yang berfungsi mengubah energi fluida (energi potensial BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mesin-Mesin Fluida Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PERHITUNGAN PARAMETER PENSTOCK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PERHITUNGAN PARAMETER PENSTOCK 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PERHITUNGAN PARAMETER PENSTOCK Diameter pipa penstock yang digunakan dalam penelitian ini adalah 130 mm, sehingga luas penampang pipa (Ap) dapat dihitung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.. Kecepatan dan Kapasitas Aliran Fluida Penentuan kecepatan disejumlah titik pada suatu penampang memungkinkan untuk membantu dalam menentukan besarnya kapasitas aliran sehingga

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PENDISTRIBUSIAN AIR BERSIH PADA BANGUNAN BERTINGKAT DENGAN SOFTWARE EPANET 2.0

ANALISIS SISTEM PENDISTRIBUSIAN AIR BERSIH PADA BANGUNAN BERTINGKAT DENGAN SOFTWARE EPANET 2.0 ANALISIS SISTEM PENDISTRIBUSIAN AIR BERSIH PADA BANGUNAN BERTINGKAT DENGAN SOFTWARE EPANET 2.0 TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi syarat penyelesaian pendidikan sarjana teknik sipil Oleh: PRIHATINNI

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA Untuk mendapatkan koefisien gesek dari saluran pipa berpenampang persegi, nilai penurunan tekanan (pressure loss), kekasaran pipa dan beberapa variabel

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan

Lebih terperinci

Aliran Melalui Sistem Pipa

Aliran Melalui Sistem Pipa TKS 4005 HIDROLIKA DASAR / sks Aliran Melalui Sistem Pipa Dr. Eng. Alwafi Pujiraharjo University of Brawijaya Pendahuluan Dalam pembahasan yang lalu telah dipelajari perilaku zat cair riil pada aliran

Lebih terperinci

ALIRAN PADA PIPA. Oleh: Enung, ST.,M.Eng

ALIRAN PADA PIPA. Oleh: Enung, ST.,M.Eng ALIRAN PADA PIPA Oleh: Enung, ST.,M.Eng Konsep Aliran Fluida Hal-hal yang diperhatikan : Sifat Fisis Fluida : Tekanan, Temperatur, Masa Jenis dan Viskositas. Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR GESEKAN PADA PIPA HALUS ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR GESEKAN PADA PIPA HALUS ABSTRAK ANALISIS FAKTOR GESEKAN PADA PIPA HALUS Juari NRP: 1321025 Pembimbing: Robby Yussac Tallar, Ph.D. ABSTRAK Hidraulika merupakan ilmu dasar dalam bidang teknik sipil yang menjelaskan perilaku fluida atau

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGUKURAN HEAD LOSSES MAYOR (PIPA PVC DIAMETER ¾ ) DAN HEAD LOSSES MINOR (BELOKAN KNEE 90 DIAMETER ¾ ) PADA SISTEM INSTALASI PIPA

STUDI EKSPERIMENTAL PENGUKURAN HEAD LOSSES MAYOR (PIPA PVC DIAMETER ¾ ) DAN HEAD LOSSES MINOR (BELOKAN KNEE 90 DIAMETER ¾ ) PADA SISTEM INSTALASI PIPA Vol. 1, No., Mei 010 ISSN : 085-8817 STUDI EKSPERIMENTAL PENGUKURAN HEAD LOSSES MAYOR (PIPA PVC DIAMETER ¾ ) DAN HEAD LOSSES MINOR (BELOKAN KNEE 90 DIAMETER ¾ ) PADA SISTEM INSTALASI PIPA Helmizar Dosen

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dapat dibangun apabila terdapat debit air dan tinggi jatuh yang cukup sehingga kelayakannya dapat tercapai.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Sistem Distribusi Air Bersih. Kategori kegiatan perencanaan untuk system distribusi air bersih/minum menurut Martin,D., (2004) ada dua kategori yaitu: 1. Perencanaan

Lebih terperinci

Menghitung Pressure Drop

Menghitung Pressure Drop Menghitung Pressure Drop Jika di dalam sebuah pipa berdiameter dan panjang tertentu mengalir air dengan kecepatan tertentu maka tekanan air yang keluar dari pipa dan debit serta laju aliran massanya bisa

Lebih terperinci

ANALISIS UNJUK KERJA TURBIN AIR KAPASITAS 81,1 MW UNIT 1 PADA BEBAN NORMAL DAN BEBAN PUNCAK DI PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM POWER PLANT

ANALISIS UNJUK KERJA TURBIN AIR KAPASITAS 81,1 MW UNIT 1 PADA BEBAN NORMAL DAN BEBAN PUNCAK DI PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM POWER PLANT ANALISIS UNJUK KERJA TURBIN AIR KAPASITAS 81,1 MW UNIT 1 PADA BEBAN NORMAL DAN BEBAN PUNCAK DI PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM POWER PLANT LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

UJI PERFORMANSI POMPA BILA DISERIKAN DENGAN KARAKTERISTIK POMPA YANG SAMA

UJI PERFORMANSI POMPA BILA DISERIKAN DENGAN KARAKTERISTIK POMPA YANG SAMA UJI PERFORMANSI POMPA BILA DISERIKAN DENGAN KARAKTERISTIK POMPA YANG SAMA SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik HOT MARHUALA SARAGIH NIM. 080401147 DEPARTEMEN TEKNIK

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI ALIRAN AIR BERSIH PADA PERUMAHAN PT.PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN DENGAN KAJIAN PEMBANDING EPANET

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI ALIRAN AIR BERSIH PADA PERUMAHAN PT.PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN DENGAN KAJIAN PEMBANDING EPANET 1 PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI ALIRAN AIR BERSIH PADA PERUMAHAN PT.PERTAMINA PANGKALAN BRANDAN DENGAN KAJIAN PEMBANDING EPANET SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

ALIRAN MELALUI PIPA 15:21. Pendahuluan

ALIRAN MELALUI PIPA 15:21. Pendahuluan ALIRAN MELALUI PIPA Ir. Suroso Dipl.HE, M.Eng Dr. Eng. Alwai Pujiraharjo Pendahuluan Pipa adalah saluran tertutup yang biasanya berpenampang lingkaran dan dipergunakan untuk mengalirkan luida dengan penampang

Lebih terperinci

Desain Rehabilitasi Air Baku Sungai Brang Dalap Di Kecamatan Alas 8.1. DATA SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU LAPORAN AKHIR VIII - 1

Desain Rehabilitasi Air Baku Sungai Brang Dalap Di Kecamatan Alas 8.1. DATA SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU LAPORAN AKHIR VIII - 1 8.1. DATA SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU Pada jaringan distribusi air bersih pipa merupakan komponen yang paling utama, pipa berfungsi untuk mengalirkan sarana air dari suatu titik simpul ke titik simpul yang

Lebih terperinci

Losses in Bends and Fittings (Kerugian energi pada belokan dan sambungan)

Losses in Bends and Fittings (Kerugian energi pada belokan dan sambungan) Panduan Praktikum Fenomena Dasar 010 A. Tujuan Percobaan: Percobaan 5 Losses in Bends and Fittings (Kerugian energi pada belokan dan sambungan) 1. Mengamati kerugian tekanan aliran melalui elbow dan sambungan.

Lebih terperinci

TUGAS KHUSUS POMPA SENTRIFUGAL

TUGAS KHUSUS POMPA SENTRIFUGAL AUFA FAUZAN H. 03111003091 TUGAS KHUSUS POMPA SENTRIFUGAL Pompa adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 TATA LETAK JARINGAN PIPA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 TATA LETAK JARINGAN PIPA V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 TATA LETAK JARINGAN PIPA Kegiatan perencanaan merupakan hal dasar dalam menentukan sistem distribusi air bersih. Menurut Dharmasetiawan (2004), kegiatan perencanaan terdiri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Peralatan 3.1.1 Instalasi Alat Uji Alat uji head statis pompa terdiri 1 buah pompa, tangki bertekanan, katup katup beserta alat ukur seperti skema pada gambar 3.1 : Gambar

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Variasi Volume Tabung Udara Dan Variasi Beban Katup Limbah Terhadap Performa Pompa Hidram

Analisa Pengaruh Variasi Volume Tabung Udara Dan Variasi Beban Katup Limbah Terhadap Performa Pompa Hidram Analisa Pengaruh Variasi Volume Tabung Udara Dan Variasi Beban Katup Limbah Terhadap Performa Pompa Hidram SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik ANDREA SEBASTIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. Tekanan Atmosfer Tekanan atmosfer adalah tekanan yang ditimbulkan oleh bobot udara di atas suatu titik di permukaan bumi. Pada permukaan laut, atmosfer akan menyangga kolom air

Lebih terperinci

Gambar 3-15 Selang output Gambar 3-16 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk Gambar 3-17 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk

Gambar 3-15 Selang output Gambar 3-16 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk Gambar 3-17 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan Dosen Pembimbing... ii Lembar Pengesahan Dosen Penguji... iii Halaman Persembahan... iv Halaman Motto... v Kata Pengantar... vi Abstrak... ix Abstract...

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI STUDI KASUS. Mulai. Studi literatur dan kajian pustaka

BAB III METODELOGI STUDI KASUS. Mulai. Studi literatur dan kajian pustaka BAB III METODELOGI STUDI KASUS 3.1 Diagram Alir Studi Kasus Mulai Studi literatur dan kajian pustaka Pengumpulan data Pengamatan di lapangan Pengamatan daily report Interview Dokumentasi Data input: Tekanan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Sistem Kerja Pompa Torak Menggunakan Tenaga Angin. sebagai penggerak mekanik melalui unit transmisi mekanik.

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Sistem Kerja Pompa Torak Menggunakan Tenaga Angin. sebagai penggerak mekanik melalui unit transmisi mekanik. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Kerja Pompa Torak Menggunakan Tenaga Angin Pompa air dengan menggunakan tenaga angin merupakan sistem konversi energi untuk mengubah energi angin menjadi putaran rotor

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Tabel 5.1 Hasil perhitungan data NO Penjelasan Nilai 1 Head kerugian mayor sisi isap 0,14 m 2 Head kerugian mayor sisi tekan 3,423 m 3 Head kerugian minor pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Manusia membutuhkan air dalam kuantitas dan kualitas tertentu dalam melakukan aktivitas dan menopang kehidupannya.

Lebih terperinci

Uji Fungsi Dan Karakterisasi Pompa Roda Gigi

Uji Fungsi Dan Karakterisasi Pompa Roda Gigi Uji Fungsi Dan Karakterisasi Pompa Roda Gigi Wismanto Setyadi, Asmawi, Masyhudi, Basori Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik dan Sains, Universitas Nasional Jakarta Korespondensi: tmesin@yahoo.com

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TURBIN KAPLAN PADA SUB UNIT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR KEDUNGOMBO

KARAKTERISTIK TURBIN KAPLAN PADA SUB UNIT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR KEDUNGOMBO EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 3 September 2015; 69-74 KARAKTERISTIK TURBIN KAPLAN PADA SUB UNIT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR KEDUNGOMBO Mulyono, Suwarti Program Studi Teknik Konversi Energi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah :

BAB III METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah : BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan Penelitian Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah : Air 3.1.2. Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat

Lebih terperinci

PERANCANGAN INSTALASI ALIRAN AIR PLTA RENUN GUNA PENINGKATAN DAYA KELUARAN GENERATOR SINKRON

PERANCANGAN INSTALASI ALIRAN AIR PLTA RENUN GUNA PENINGKATAN DAYA KELUARAN GENERATOR SINKRON PERANCANGAN INSTALASI ALIRAN AIR PLTA RENUN GUNA PENINGKATAN DAYA KELUARAN GENERATOR SINKRON Richard Manumpak Batubara, Eddy Warman Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

PENGUJIAN TURBIN AIR FRANCIS

PENGUJIAN TURBIN AIR FRANCIS PENGUJIAN TURBIN AIR FRANCIS BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, banyak diciptakan peralatan peralatan yang inovatif serta tepat guna. Dalam bidang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Kecepatan dan Kapasitas Aliran Fluida Setiap fluida yang mengalir dalam sebuah pipa harus memasuki pipa pada suatu lokasi. Daerah aliran di dekat lokasi fluida memasuki pipa tersebut

Lebih terperinci

ANALISA KETINGGIHAN DAN DEBIT AIR PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO PADA DAERAH TERPENCIL

ANALISA KETINGGIHAN DAN DEBIT AIR PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO PADA DAERAH TERPENCIL ANALISA KETINGGIHAN DAN DEBIT AIR PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO PADA DAERAH TERPENCIL Purnomo 1 Efrita Arfah Z 2 Edi Suryanto 3 Jurusan Teknik Mesin Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Jl.

Lebih terperinci

SKRIPSI. ANALISA LAJU ALIRAN AIR BERSIH DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE PIPE FLOW EXPERT V 6.39 di PERUMAHAN GRAHA INDAH KELAPA GADING.

SKRIPSI. ANALISA LAJU ALIRAN AIR BERSIH DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE PIPE FLOW EXPERT V 6.39 di PERUMAHAN GRAHA INDAH KELAPA GADING. SKRIPSI ANALISA LAJU ALIRAN AIR BERSIH DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE PIPE FLOW EXPERT V 6.39 di PERUMAHAN GRAHA INDAH KELAPA GADING. KLAMBIR V, MEDAN Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

LAPORAN INVESTIGASI PLTM WALESI 5

LAPORAN INVESTIGASI PLTM WALESI 5 LAPORAN INVESTIGASI PLTM WALESI 5 PLTM Walesi PLTM Walesi merupakan salah satu pusat listrik yang terdapat di provinsi Papua Kabupaten Jayawijaya yang beribukota di Wamena, menggunakan aliran sungai Uwe,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. Konsep Dasar Untuk aliran fluida dalam pipa khususnya untuk air terdapat kondisi yang harus diperhatikan dan menjadi prinsip utama, kondisi fluida tersebut adalah fluida merupakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BLOWER

BAB IV ANALISA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BLOWER BAB IV ANALISA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BLOWER 4.1 Perhitungan Blower Untuk mengetahui jenis blower yang digunakan dapat dihitung pada penjelasan dibawah ini : Parameter yang diketahui : Q = Kapasitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisa aliran berkembang..., Iwan Yudi Karyono, FT UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisa aliran berkembang..., Iwan Yudi Karyono, FT UI, 2008 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Suatu sistem transfer fluida dari suatu tempat ke tempat lain biasanya terdiri dari pipa,valve,sambungan (elbow,tee,shock dll ) dan pompa. Jadi pipa memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Pompa Sentrifugal 2.1.1. Definisi Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal adalah suatu mesin kinetis yang mengubah energi mekanik menjadi energi fluida menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I 1.1 Latar Belakang Dalam sistem PLTA, turbin air tergolong mesin konversi energi yang mengubah energi translasi gerak lurus menjadi energi gerak rotasi. Energi air tergolong energi terbarukan atau

Lebih terperinci

BAB I PENGUJIAN TURBIN AIR FRANCIS

BAB I PENGUJIAN TURBIN AIR FRANCIS BAB I PENGUJIAN TURBIN AIR FRANCIS 1.1 Pendahuluan 1.1.1 Tinjauan Umum Praktikan sangat membantu dalam mendapatkan gambaran yang nyata tentang alat/mesin yang telah dipelajari di bangku kuliah. Dengan

Lebih terperinci

SISTEM PENDISTRIBUSIAN DEBIT AIR BERSIH PADA GEDUNG BERTINGKAT

SISTEM PENDISTRIBUSIAN DEBIT AIR BERSIH PADA GEDUNG BERTINGKAT SISTEM PENDISTRIBUSIAN DEBIT AIR BERSIH PADA GEDUNG BERTINGKAT Fadwah Maghfurah 1 Munzir Qadri 2 Sulis Yulianto 3 1 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta Jl Cempaka Putih

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan tenaga air untuk berbagai kebutuhan daya (energi ) telah dikenal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan tenaga air untuk berbagai kebutuhan daya (energi ) telah dikenal II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Mikrohidro Pemanfaatan tenaga air untuk berbagai kebutuhan daya (energi ) telah dikenal sejak lama, mulai dengan teknologi sederhana seperti kincir air ( water wheel),

Lebih terperinci

INSTALASI RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN POMPA SENTRIFUGAL SEBAGAI TURBIN DENGAN HEAD (H) 5,18 M DAN HEAD (H) 9,29 M

INSTALASI RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN POMPA SENTRIFUGAL SEBAGAI TURBIN DENGAN HEAD (H) 5,18 M DAN HEAD (H) 9,29 M INSTALASI RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN POMPA SENTRIFUGAL SEBAGAI TURBIN DENGAN HEAD (H) 5,18 M DAN HEAD (H) 9,29 M SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik ALBERT STEVEN

Lebih terperinci

BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM MESIN-MESIN FLUIDA

BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM MESIN-MESIN FLUIDA BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM MESIN-MESIN FLUIDA TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA JL. MT Haryono 167 Malang website: fluidlaboratory.ub.ac.id 201/2016 PETUNJUK PENGUJIAN TURBIN AIR FRANCIS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Dasar Teori Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Dasar Teori Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro Pembangunan sebuah PLTMH harus memenuhi beberapa kriteria seperti, kapasitas air yang cukup baik dan tempat yang memadai untuk

Lebih terperinci

BAB III ANALISA IMPELER POMPA SCALE WELL

BAB III ANALISA IMPELER POMPA SCALE WELL BAB III ANALISA IMPELER POMPA SCALE WELL 3.1 Metode Perancangan Pada Analisa Impeller Didalam melakukan dibutuhkan metode perancangan yang digunakan untuk menentukan proses penelitian guna mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pompa adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut. Kenaikan tekanan cairan tersebut

Lebih terperinci

Cara Menentukan Diameter Pipa

Cara Menentukan Diameter Pipa Cara Menentukan Diameter Pipa Beberapa Metode Perhitungan Contoh-contoh kasus Perhitungan (Dalam Perpipaan Transmisi Dan Distribusi)? Ukuran Pipa dan Pengaruh (Hidrolis Hidrolis) Pada Sistem 1 Metode Menentukan

Lebih terperinci

Panduan Praktikum Mesin-Mesin Fluida 2012

Panduan Praktikum Mesin-Mesin Fluida 2012 PERCOBAAN TURBIN PELTON A. TUJUAN PERCOBAAN Tujuan dari pelaksanaan percobaan ini adalah untuk mempelajari prinsip kerja dan karakteristik performance turbin air (pelton). Karakteristik performance turbin

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv v viii x xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

KAJIAN ULANG PERENCANAAN PIPA PESAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) WONOGIRI

KAJIAN ULANG PERENCANAAN PIPA PESAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) WONOGIRI LAPORAN TUGAS AKHIR KAJIAN ULANG PERENCANAAN PIPA PESAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR (PLTA) WONOGIRI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil Disusun oleh : RUSWANTO

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMANSI TURBIN AIR UNIT 1 KAPASITAS 41 MW DI PLTA RENUN LAPORAN TUGAS AKHIR

ANALISA PERFORMANSI TURBIN AIR UNIT 1 KAPASITAS 41 MW DI PLTA RENUN LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA PERFORMANSI TURBIN AIR UNIT 1 KAPASITAS 41 MW DI PLTA RENUN LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Program Studi Teknik

Lebih terperinci

TUGAS SKRIPSI SISTEM PEMBANGKIT TENAGA

TUGAS SKRIPSI SISTEM PEMBANGKIT TENAGA TUGAS SKRIPSI SISTEM PEMBANGKIT TENAGA ANALISIS VARIASI SUDUT SUDU-SUDU TURBIN IMPULS TERHADAP DAYA MEKANIS TURBIN SEBAGAI PEMBANGKIT TENAGA UAP PADA PKS KAPASITAS 30 TON TBS/JAM OLEH ISKANDAR PERANGIN

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Analisa Dan Perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hindro ( PLTMH ) Berdasarkan Perhitungan Beban

TUGAS AKHIR. Analisa Dan Perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hindro ( PLTMH ) Berdasarkan Perhitungan Beban TUGAS AKHIR Analisa Dan Perancangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hindro ( PLTMH ) Berdasarkan Perhitungan Beban Diajukan Untuk Melengkapi Sebagai Syarat Dalam Mencapai Gelar Strata Satu (S1) Di susun

Lebih terperinci

Kehilangan Energi Pada Pipa Baja Dan Pipa Pvc

Kehilangan Energi Pada Pipa Baja Dan Pipa Pvc Laporan Penelitian Kehilangan Energi Pada Pipa Baja Dan Pipa Pvc Oleh Ir. Salomo Simanjuntak, MT Dosen Tetap Fakultas Teknik LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN 2010 KATA PENGANTAR Pertama

Lebih terperinci

Analisis Unjuk Kerja pada Air Jenis Pompa Shimizu PS-135E dengan Menggunakan Alat Ukur Flowmeter

Analisis Unjuk Kerja pada Air Jenis Pompa Shimizu PS-135E dengan Menggunakan Alat Ukur Flowmeter Analisis Unjuk Kerja pada Air Jenis Pompa Shimizu PS-135E dengan Menggunakan Alat Ukur Flowmeter Endang Prihastuty 1, Wasiran 2 1,2 Staf Pengajar Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

HYDRO POWER PLANT. Prepared by: anonymous

HYDRO POWER PLANT. Prepared by: anonymous HYDRO POWER PLANT Prepared by: anonymous PRINSIP DASAR Cara kerja pembangkit listrik tenaga air adalah dengan mengambil air dalam jumlah debit tertentu dari sumber air (sungai, danau, atau waduk) melalui

Lebih terperinci

BAB III ANALISA ALIRAN TURBULENT TERHADAP ALIRAN FLUIDA CAIR PADA CONTROL VALVE ANSI 150 DAN ANSI. 300 PADA PT.POLICHEM INDONESIA Tbk

BAB III ANALISA ALIRAN TURBULENT TERHADAP ALIRAN FLUIDA CAIR PADA CONTROL VALVE ANSI 150 DAN ANSI. 300 PADA PT.POLICHEM INDONESIA Tbk BAB III ANALISA ALIRAN TURBULENT TERHADAP ALIRAN FLUIDA CAIR PADA CONTROL VALVE ANSI 150 DAN ANSI 300 PADA PT.POLICHEM INDONESIA Tbk Dalam bab ini penulis akan mengolah data yang telah didapatkan dari

Lebih terperinci

UJI EKSPERIMENTAL TURBIN KAPLAN DENGAN 5 RUNNER BLADE DAN ANALISA PERBANDINGAN VARIASI JARAK VERTIKAL RUNNER TERHADAP SUDUT GUIDE VANE 60 0

UJI EKSPERIMENTAL TURBIN KAPLAN DENGAN 5 RUNNER BLADE DAN ANALISA PERBANDINGAN VARIASI JARAK VERTIKAL RUNNER TERHADAP SUDUT GUIDE VANE 60 0 UJI EKSPERIMENTAL TURBIN KAPLAN DENGAN 5 RUNNER BLADE DAN ANALISA PERBANDINGAN VARIASI JARAK VERTIKAL RUNNER TERHADAP SUDUT GUIDE VANE 60 0 SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

(Indra Wibawa D.S. Teknik Kimia. Universitas Lampung) POMPA

(Indra Wibawa D.S. Teknik Kimia. Universitas Lampung) POMPA POMPA Kriteria pemilihan pompa (Pelatihan Pegawai PUSRI) Pompa reciprocating o Proses yang memerlukan head tinggi o Kapasitas fluida yang rendah o Liquid yang kental (viscous liquid) dan slurrie (lumpur)

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN INSTALASI POMPA HYDRANT. Massa jenis cairan : 1 kg/liter. Kapasitas : liter/menit = (1250 gpm) Kondisi kerja : Tidak kontinyu

BAB IV PERHITUNGAN INSTALASI POMPA HYDRANT. Massa jenis cairan : 1 kg/liter. Kapasitas : liter/menit = (1250 gpm) Kondisi kerja : Tidak kontinyu Tugas Akir BAB IV PERHITUNGAN INSTALASI POMPA HYDRANT 4.1 Data data Perencanaan Jenis cairan : Air Massa jenis cairan : 1 kg/liter Temperatur cairan : 5ºC Kapasitas : 4.731 liter/menit (150 gpm) Kondisi

Lebih terperinci

ANALISA PERANCANGAN INSTALASI GAS

ANALISA PERANCANGAN INSTALASI GAS Seminar Nasional Inovasi dan Aplikasi Teknologi di Industri 2018 ISSN 2085-4218 ANALISA PERANCANGAN INSTALASI GAS UNTUK RUMAH SUSUN PENGGILINGAN JAKARTA TIMUR Surya Bagas Ady Nugroho 1), 2. Ir. Rudi Hermawan,

Lebih terperinci

2 yang mempunyai posisi vertikal sama akan mempunyai tekanan yang sama. Laju Aliran Volume Laju aliran volume disebut juga debit aliran (Q) yaitu juml

2 yang mempunyai posisi vertikal sama akan mempunyai tekanan yang sama. Laju Aliran Volume Laju aliran volume disebut juga debit aliran (Q) yaitu juml KERUGIAN JATUH TEKAN (PRESSURE DROP) PIPA MULUS ACRYLIC Ø 10MM Muhammmad Haikal Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma ABSTRAK Kerugian jatuh tekanan (pressure drop) memiliki kaitan dengan koefisien

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Tebal Sudu Terhadap Kinerja Kincir Air Tipe Sudu Datar

Pengaruh Variasi Tebal Sudu Terhadap Kinerja Kincir Air Tipe Sudu Datar Pengaruh Variasi Tebal Sudu Terhadap Kinerja Kincir Air Tipe Sudu Datar Slamet Wahyudi, Dhimas Nur Cahyadi, Purnami Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. MT. Haryono 167, Malang

Lebih terperinci