BAB I PENDAHULUAN. Seseorang berusaha menemukan keindahan sesuai selera masing-masing dengan
|
|
- Hadian Rachman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Seseorang berusaha menemukan keindahan sesuai selera masing-masing dengan rasa, cipta dan karsa. Hal ini akan menimbulkan estetika yang menjadikan seorang seniman ataupun pencipta karya seni, dengan kemampuan membedakan antara yang indah dan jelek. Rasa estetika itu dibangkitkan dari hasil seni( Syafiie, 2004: 39). Karya seni yang merupakan bagian dari kebudayaan itu sendiri terdapat di berbagai karya seni tradisional daerah yang perlu dilestarikan. Salah satu jenis kesenian tradisional dari daerah Melayu adalah nyanyian rakyat ; Danandjaja (Ritonga, 2000: 20). Dalam khasanah Melayu lama, nyanyian rakyat merupakan salah satu kesenian rakyat Melayu yang hidup dan berkembang sesuai dengan perkembangan jiwa para masyarakat pendukungnya. Salah satu dari bentuk kesenian Melayu lama tersebut adalah Senandung. Senandung adalah salah satu kesenian tradisional masyarakat Melayu yang dalam penyajiannya tanpa diiringi oleh alat musik. Senandung Babussalam adalah salah satu senandung yang terdapat di desa Babusalam Kabupaten Langkat. Essensi dalam senandung adalah bahwa senandung memiliki nilai estetis yang sangat tinggi karena harus dibawakan secara solo dengan nada yang tinggi. Tidak semua orang dapat membawakan senandung sebab selain harus memiliki suara yang tinggi juga harus tahu cengkok senandung yang berbeda dengan nyanyian rakyat Melayu lainnya. Keindahan senandung terlihat dari keindahan suara penyenandung, rima, nada, dan irama. Senandung Babussalam sangat dikenal dan merupakan ciri khas masyarakat Melayu Babussalam. Menurut informan, Akhyar Murni, yang dimaksudkan senandung adalalah
2 suatu nyanyian yang berbentuk syair yang dibacakan atau dinyanyikan pada setiap setengah jam sebelum azan, setelah munajah atau memuji kebesaran Allah SWT dan pada saat HUL kemudian dibacakan senandung. Senandung Babussalam ini berisikan ungkapan-ungkapan memuji kebesaran Tuhan, dan yang paling utama adalah untuk mengenang kembali sejarah ulama besar di desa Babussalam yakni Syekh Abdul Wahab Alkholidi Naqsyabandi yang telah menyiarkan ajaran agama Islam dan tharikat Al Naqsyabandi. Dikatakan Senandung Babussalam karena senandung tersebut berasal dari desa Babussalam atau Besilam di kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat. Berdasarkan keterangan di atas diketahui bahwa senandung Babussalam memiliki nilai-nilai estetis dan memiliki struktur pembentuk yang unik. Hal inilah yang membuat penulis meneliti dan menganalisis lebih jauh tentang senandung Babussalam. 1.2 Rumusan Masalah Dalam penelitian ini akan dianalisis tentang senandung Babussalam berdasarkan struktur dan nilai-nilai estetika dalam senandung tersebut. Hal-hal yang menjadi rumusan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini yakni: 1. Bagaimanakah hubungan sosial budaya masyarakat Melayu dengan senandung Babussalam? 2. Bagaimanakah struktur estetika senandung Babussalam? 3. Bagaimanakah nilai estetika yang terdapat dalam senandung Babussalam?
3 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam menyusun rencana penelitian. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menjelaskan hubungan sosial budaya masyarakat Melayu Babussalam dengan senandung. 2. Menjelaskan struktur estetika senandung Babussalam. 3. Menjelaskan nilai-nilai estetika yang terdapat dalam senandung Babussalam. 1.4 Manfaat Penelitian Seseorang yang telah melakukan penelitian tentu telah memikirkan kemungkinan manfaat yang akan diperoleh dari hasil penelitiannya. Manfaat penelitian adalah suatu yang dapat memberikan faedah dan mendatangkan keuntungan baik bagi peneliti, lembaga tertentu maupun bagi orang tertentu. Adapun manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah : 1. Mengembangkan ilmu pengetahuan dalam pengkajian nilai-nilai estetika. 2. Mendapatkan pengetahuan mengenai sosial budaya masyarakat Melayu dengan senandung. 3. Melestarikan kesenian daerah yang mulai terlupakan oleh masyarakat-masyarakat pendukungnya. 1.5 Tinjauan Pustaka Penelitian tentang senandung dengan pendekatan estetika telah ada dilaksanakan oleh Zulham pada tahun 1993, adapun judul penelitiannya dalam bentuk skripsi yang berjudul : Bahasa Senandung Melayu Dialek Asahan Ditinjau Dari Segi Morfologis. Skripsi Zulham mendeskripsikan segi morfologis dari senandung dan tidak berkaitan
4 dengan estetika namun masih berkaitan tentang senandung. Kemudian Juliaty Ritonga pada tahun 2000, senandung yang ditelitinya yaitu Senandung Panai. Penelitiannya ditulis dalam bentuk skripsi yang berjudul : Nilai-Nilai Estetis Dalam Senandung Panai Masyarakat Melayu Panai Kab. Lab.Batu. Dalam skripsinya Juliaty mendeskripsikan senandung Panai mempunyai nilai-nilai estetis antara lain nilai kesatuan, keharmonisan, keseimbangan, dan fokus atau penekanan yang lebih ditekankan tentang daerah Panai itu sendiri. Penulis dalam penelitian ini mengkaji senandung Babussalam yang terdapat di desa Babussalam Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat. 1.6 Landasan Teori Dalam suatu penelitian yang bersifat ilmiah diperlukan suatu landasan teori yang kokoh, agar penelitian itu dapat mengarah pada tujuan seperti yang telah ditetapkan. Di samping itu, dengan adanya landasan teori yang kokoh, maka penelitian terhadap suatu objek yang bersifat ilmiah tersebut hasilnya akan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam menganalisis senandung Babussalam, penulis menggunakan teori estetika (keindahan). Sedangkan dalam pelaksanaannya pertama dengan teori stuktur. Berikut akan dipaparkan kedua teori tersebut Teori Struktural Dibidang ilmu sastra, penelitian struktural dirintis jalannya oleh kelompok peneliti Rusia antara 1915 dan Mereka biasanya disebut kaum formalis dengan tokoh utama Jakobson, Shklovsky, Eichenbaum, Tynjanov dan lain-lain.
5 Yang penting menurut kaum formalis ialah sesuatu yang dalam bahasa Rusia disebut priëm (devices, prosede) atau sarana dibidang bunyi (rima,matra,irama, aliterasi, dan asonansi), tetapi pula dibidang morfologi, sintaksis, dan semantik. Pada awalnya para formalis terutama memperhatikan priëm secara lepas dan individual; tetapi kemudian mereka maju keanggapan bahwa karya merupakan sistem sarana. Karya sastra seluruhnya dipandang sebagai tanda, lepas dari fungsi referensial atau memetiknya. Karya sastra menurut anggapan mereka menjadi tanda yang otonom, yang hubungannya dengan kenyataan bersifat tak langsung. Sebuah karya sastra, fiksi/puisi, menurut kaum strukturalisme adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensif oleh berbagai unsur pembangunnya. Di satu pihak struktur karya sastra dapat diartikan sebagai susunan penegasan dan gambaran semua bahan dan bagian yang menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah, Abrams dalam Nurgiyanto, (2001:46). Hawkes (Dalam Pradopo,2000 :119) mengatakan bahwa: Pengertian tentang struktur tersusun atas tiga gagasan kunci, yakni ide kesatuan, ide transformasi, dan ide pengaturan diri sendiri (self regulation) : Pertama, struktur itu merupakan keseluruhan yang bulat, yaitu bagian bagian yang membentuknya tidak dapat berdiri sendiri diluar struktur itu. Kedua, struktur itu berisi gagasan transformasi dalam arti bahwa struktur itu tidak statis. Struktur itu mampu melakukan prosedur prosedur transformasional, dalam arti bahan bahan baru diproses dengan prosedur dan melalui prosedur itu. Ketiga, struktur itu mengatur diri sendiri dalam arti struktur itu tidak memerlukan pertolongan bantuan dari luar dirinya untuk mensahkan prosedur transformasinya. Pada prinsipnya analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetail dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna yang menyeluruh (Teeuw,2003:112).
6 Pendekatan struktural hadir karena bertolak dari asumsi dasar yakni bahwa karya sastra sebagai karya kreatif memiliki otonomi penuh yang harus dilihat sebagai suatu sosok yang berdiri sendiri, terlepas dari hal-hal lain yang berada di luar dirinya. Bila hendak dikaji atau diteliti maka yang harus dikaji dan diteliti adalah aspek yang membangun karya tersebut seperti tema, alur, latar, penokohan, gaya penulisan, gaya bahasa, serta hubungan harmonis antara aspek yang mampu membangunnya menjadi sebuah karya sastra, (Semi, 1990: 67). Sedangkan untuk bidang puisi yang dikaji adalah struktur pembentuk luar (fisik) dan struktur pembentuk dalam (batin) seperti diksi, majas, versefikasi, tema, nada, rasa, dan amanat serta hubungan yang harmonis antara kedua unsur pembentuk tersebut (fisik dan batin),sumardjo dan KM, (1986 : ). Sementara itu ilmu sastra berkembang terus, dan pendekatan otonom atau strukturalis ternyata tidak kebal terhadap perubahan dari dalam ataupun dari luar. Kelemahan pendekatan struktural terutama berpangkal pada empat hal : a. New Critism secara khusus, dan analisis struktur karya sastra secara umum, belum merupakan teori sastra, malahan tidak berdasarkan teori sastra yang tepat dan lengkap,bahkan ternyata merupakan bahaya untuk mengembangkan teori sastra yang sangat perlu. b. Karya sastra tidak dapat diteliti secara terasing, tetapi harus dipahami dalam rangka sistem sastra dengan latar belakang sejarah. c. Adanya struktur yang objektif pada karya makin disangsikan peranan pembaca selaku pemberi makna dalam interpretasi karya sastra makin ditonjolkan dengan segala konsekuensinya untuk analisis struktural. d. Analisis yang menekankan otonomi karya sastra juga menghilangkan konteks dan fungsinya, sehingga karya itu di menaragadingkan dan kehilangan relevansi sosialnya.
7 Tetapi struktur pada tataran bahasa sebagai sistem, sebagai kompetensi, dengan istilah Chomsky, lain sekali halnya. Untuk itu dapat dimanfaatkan definisi Jean Piaget, yang menurut parafrase Hawkes menunjukkan tiga aspek konsep struktur : a. The idea of wholeness, internal coherence: its constituent parts will conform to a set of intrinsic laws which determine its nature and theirs; b. The idea of transformation: the structure is capable of transformation procedures, whereby new material is constantly processed by and thougt it; c. The idea of self-regulation: the structure makes no appeals beyond itself in order to validate its transformational procedures, it is sealed off referencesto other systems. a. (Gagasan keseluruhan, koherensi intrinsik, bagian-bagiannya menyesuaikan diri dengan seperangkat kaidah intrinsik yang menentukan baik keselurukan struktur maupun bagian-bagiannya; b. Gagasan transformasi: yang terus-menerus memungkinkan pembentukan bahan-bahan baru; c. Gagasan regulasi diri: struktur tidak memerlukan hal-hal di luar dirinya untuk mempertahankan prosedur transformasinya; struktur itu otonom terhadap rujukan pada sistem-sistem lain; Hawkes, dalam Teeuw (1988:117) Analisis struktural karya sastra dalam hal ini senandung Babussalam dapat dilakukan dengan mengidentifikasian, mengkaji dan mendeskripsikan fungsi unsur intrinsik senandung yang meliputi diksi,majas, citra,tema, nada, rasa, amanat. I.6.2 Teori Estetika Ide terpenting dalam sejarah estetika filsafati atau filsafat keindahan sejak zaman Yunani Kuno sampai abad ke-18 ialah masalah yang berkaitan dengan keindahan (beauty). Persoalan yang digumuli oleh para filsuf ialah apakah keindahan itu?. menurut asal katanya, keindahan dalam perkataan bahasa Inggris : beautiful (dalam bahasa Perancis: beau, sedang Italia dan Spanyol: bello ; yang berasal dari kata bellum). Akar katanya adalah bonum yang berarti kebaikan, kemudian mempunyai bentuk pengecilan menjadi bonellum dan terakhir dipendekkan sehingga ditulis bellum.
8 Berdasarkan pendapat umum, estetika diartikan sebagai suatu cabang filsafat yang memperhatikan atau berhubungan dengan gejala yang indah pada alam dan seni. Pandangan ini mengandung pengertian yang sempit. Estetika(Kartika,2007:3) yang berasal dari bahasa Yunani aistehika berarti hal-hal yang dapat diserap oleh pancaindera. Oleh karena itu estetika sering diartikan sebagai persepsi indera (sense of perception). Alexander Baumgarten ( ), seorang filsuf Jerman adalah yang pertama yang memperkenalkan kata aisthetika, sebagai penerus pendapat Cottfried Leibniz ( ). Baumgarten memilih estetika karena ia mengharapkan untuk memberikan tekanan kepada pengalaman seni sebagai suatu sarana untuk mengetahui (the perfection of sentient knowldedge). Secara etimologis Shipley, (1957 : 21) estetika berasal dari bahasa Yunani, yaitu : aistheta, yang juga diturunkan dari aisthe (hal-hal yang dapat ditanggapi dengan indra, tanggapan indra). Dalam bahasa Inggris menjadi asthehics atau esthetics (studi tentang keindahan ). Orang yang sedang menikmati keindahan disebut aesthete. Sebagai objek yang mengandung aspek estetis, karya seni suara merupakan salah satu keindahan yang dipahami melalui komposisi nadanya. Salah satu seni suara yang mengandung aspek estetis yakni senandung. Senandung menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah nyanyian atau alunan lagu dengan suara lembut untuk menghibur diri/menidurkan bayi,(kbbi,2005 : 1032); bersenandung berarti bernyanyi sendiri dengan suara lembut untuk menghibur diri sendiri/meninabobokkan bayi supaya tidur (KBBI,2005 : 1032) Braginsky,seorang peneliti Rusia, dalam makalahnya dalam majalah Basis Teeuw,(1980), dicetak ulang dalam Teeuw,(1983:71), secara sistematis mencoba menguraikan konsep estetika yang mendasari sastera Melayu klasik. Secara singkat dapat
9 dikatakan bahwa Braginsky(2004:246) membedakan tiga aspek pada konsep keindahan Melayu. Pertama,aspek ontologisnya, yaitu keindahan puisi sebagai pembayangan kekayaan Tuhan Yang Maha Pencipta; berkat daya ciptanya keindahan mutlak dari Tuhan (al-jamal, Yang Maha elok) dikesankan pada keindahan dunia gejala (husn= indah), khususnya dalam karya seni dan sastra. Kemudian aspek imanen dari yang indah, yang terungkapkan dalam kata-kata seperti ajaib,gharib, tamasya dan lain-lain, dan selalu terwujud dalam keanekaragaman, keberbagaian yang harmonis dan teratur, baik dalam alam maupun dalam ciptaan manusia. Aspek ini antara lain dalam karya sastra terwujud dalam evokasi taman yang indah-indah, ratna mutu manikam,perhiasan dan lain-lain; justru keterlibatan segala pancaindera dianggap ciri khas keindahan yang sempurna. Aspek ketiga konsep keindahan Melayu berkaitan dengan efeknya: aspek psikologis ataupun pragmatik: efek pada pembaca yang menjadi heran, birahi, leka, lupa, yang kehilangan kepribadiannya karena mabuk, dimabuk warna, keanekaragaman dan lain-lain, yang juga terungkap dalam istilah pelipur lara. Jelaslah dari tulisan Braginsky pandangan estetika yang terkandung dalam sastera Melayu klasik dekat dengan estetika Arab yang ditentukan oleh ketergantungan seniman pada teladan yang agung, yaitu semesta sebagai ciptaan Tuhan, Pencipta yang Maha Esa. Estetikanya tidak jauh pula dari pandangan orang pada Abad Pertengahan di dunia Barat. Suatu bentuk sastra akan disebut indah kalau organisasi unsur-unsur yang dikandungnya memenuhi syarat-syarat keindahan. Sumardjo (1988: 14). Adapun syarat-syarat keindahan itu antara lain : 1) Kesatuan ( unity ) Kesatuan ialah karya sastra (puisi, novel, dan drama) harus utuh; artinya setiap bagian atau unsur yang ada padanya menunjang usaha pengungkapan isi hati sastrawan. Ini berarti bahwa setiap unsur atau bagian karya sastra benar-benar diperlukan dan disengaja adanya dalam karya sastra itu. 2) Keharmonisan Keharmonisan berkenaan dengan hubungan satu unsur atau bagian karya sastra dengan unsur atau bagian lain; artinya unsur atau bagian itu harus menunjang daya ungkap unsur atau bagian lain, dan bukan mengganggu atau mengaburkannya. 3) Keseimbangan Keseimbangan adalah unsur-unsur atau bagian-bagian karya sastra, baik dalam ukuran maupun bobotnya harus sesuai atau seimbang dengan fungsinya. 4) Fokus atau tekanan yang tepat (Right Emphasis) Tekanan yang tepat adalah unsur atau bagian yang penting harus mendapat penekanan yang lebih daripada unsur atau bagian yang kurang.
10 I.7 Metode Penelitian I.7.1 Metode Dasar Metode dasar yang diterapkan dalam penelitian ini adalah yaitu metode deskriptif. Metode ini digunakan untuk memaparkan segala sesuatu yang berkaitan dengan Senandung Babussalam baik struktur pembentuk maupun nilai-nilai yang terkandung dalam senandung tersebut. I.7.2 Lokasi Penelitian, Sumber Data Penelitian Yang menjadi lokasi penelitian ini yaitu desa Babussalam kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat. Lokasi ini dipilih karena di daerah ini tradisi senandung masih tetap bertahan dan tetap dijaga oleh masyarakat Babussalam. Adapun yang menjadi sumber data adalah para informan yang memiliki pengetahuan tentang kesenian senandung Babussalam. Selain itu, ditetapkan juga informan kunci sebagai tolok ukur terhadap data yang diperoleh dari informan lainnya. I.7.3 Instrumen Penelitian Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan untuk melakukan suatu penelitian dalam mengumpulkan sebuah data agar pekerjaan lebih mudah dan hasil yang didapatkan menjadi lebih maksimal dan benar tanpa adanya kesalahpahaman yang akan terjadi. Pada penelitian ini penulis menggunakan alat-alat yang dapat membantu penulis dengan menggunakan, tape recorder kamera, buku catatan, pulpen dan alat tulis lainnya yang berhubungan dengan penelitian.
11 I.7.4 Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan adalah metode lapangan/ observasi, metode wawancara dan metode kepustakaan. Metode lapangan mencakup : a. Metode observasi Yaitu mengadakan pengamatan dan peninjauan ke lokasi penelitian yakni ke desa Babussalam kecamatan Tanjungpura Kabupaten Langkat untuk memperoleh data yang diperlukan. b. Metode wawancara Melakukan wawancara dengan informan yang dianggap dapat memberikan keterangan yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas dengan menggunakan dua teknik. Adapun teknik yang digunakan dalam metode wawancara ini adalah : - Teknik rekam Teknik rekam adalah merekam seluruh pembicaraan dengan menggunakan tape recorder antara informan dan sipeneliti agar tidak adanya kesalahpahaman yang terjadi. - Teknik catat Teknik catat adalah mencatat seluruh data atau informasi yang didapat dari lapangan. c. Metode kepustakaan Yaitu dengan mencari data dari buku-buku yang berhubungan dengan penulisan proposal skripsi ini. I.7.5 Metode Analisis Data Analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul, sehingga masing-masing masalah dalam penelitian dapat terjawab sesuai dengan prosedur yang ada.
12 Adapun prosedur yang digunakan dalam menganalisis data dengan mendeskripsikan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam Senandung Babussalam. Untuk menganalis data digunakan dua metode, yaitu : 1. Metode Intrinsik, yakni menganalisis data berdasarkan unsur-unsur intrinsik yang terdapat di dalam senandung seperti struktur fisik yang meliputi penganalisisan diksi, imaji, kata konkrit, dan gaya bahasa serta struktur batin yang meliputi tema, nada, rasa, dan amanat. 2. Metode Ekstrinsik, dalam hal ini dianalisis data-data ekstrinsik dari senandung tersebut yaitu nilai-nilai keindahan (estetis) yang meliputi kesatuan, keharmonisan, keseimbangan, dan fokus atau penekanan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat mempertahankan hasil suatu karya ilmiah secara objektif digunakan sumbersumber
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Penulisan suatu karya ilmiah merupakan suatu rangkaian yang semuanya selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga penulis
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kepustakaan yang Relevan Penulisan suatu karya ilmiah merupakan suatu rangkaian yang saling berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan agar sebuah karya ilmiah lebih
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan ide-ide, penggambaran hal-hal, atau benda-benda
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan ide-ide, penggambaran hal-hal, atau benda-benda ataupun gejala sosial yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Marlo, 1985:46).
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini memuat tentang hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti yang lebih dulu yang ada kaitannya dengan penelitian
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan bahan acuan yang dipakai dalam penelitian sekaligus sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran dan gagasan
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan
Lebih terperinciSEJARAH ESTETIKA. Keindahan (beauty) Yunani kuno. Abad 18
Bahasan dan Pengertian Estetika SEJARAH ESTETIKA Yunani kuno Abad 18 Keindahan (beauty) ISTILAH ESTETIKA keindahan aesthetics Yunani aisthesis Beautiful (inggris) Beau (perancis) Bello (italia dan spanyol)
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai preposisipreposisi
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai preposisipreposisi penelitian, maka harus memiliki konsep-konsep yang jelas.
Lebih terperinciANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK
ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK SKRIPSI Usulan Penelitian untuk Skripsi S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan Oleh
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka. Kajian pustaka merupakan pedoman terhadap suatu penelitian sekaligus
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; (3) ling gambaran
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah (1) rancangan atau buram surat dan sebagainya; (2) ide atau pengertian yang diabstrakkan dari
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan
Lebih terperinciPendekatan-Pendekatan dalam Karya Sastra
Pendekatan-Pendekatan dalam Karya Sastra Mimetik Ekspresif Pragmatik Objektif 10/4/2014 Menurut Abrams 2 Pendekatan Mimetik Realitas: sosial, budaya, politik. ekonomi, dan lain-lain. Karya Sastra 10/4/2014
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukan kajian pustaka. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini
1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Drama merupakan kisah utama yang memiliki konflik yang disusun untuk sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini drama bukan hanya
Lebih terperinciANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR
ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu:
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu: a. psikosastra b. kesepian c. frustasi d. kepribadian a. Psikologi Sastra
Lebih terperinciESTETIKA SENANDUNG BABUSSALAM MASYARAKAT MELAYU
ESTETIKA SENANDUNG BABUSSALAM MASYARAKAT MELAYU SKRIPSI SARJANA Dikerjakan O L E H NAMA : LAILI HAZWANI NIM : 050702002 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA DEPARTEMEN SASTRA DAERAH PROGRAM STUDI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya adalah manusia, manusia sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah satu kelebihan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 1.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka mempunyai peranan penting dalam melakukan penelitian karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Telaah yang dilakukan untuk memecahkan suatu masalah pada dasarnya bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan
Lebih terperinciANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1
ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan oleh : EMA WIDIYAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah suatu hal yang yang tidak bisa lepas dari diri seorang manusia, dalam pribadi setiap manusia pasti memiliki rasa cinta atau rasa ingin tahu terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Putra (1986), dalam penelitian beliau yang berjudul "Aspek Sastra Dalam Babad Dalem Suatu Tinjauan Intertekstualitas", menyatakan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia, baik komunikasi. kehidupan masyarakat. Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia, baik komunikasi antarindividu yang satu dengan yang lain maupun antar kelompok yang satu dengan yang lain. Interaksi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti
Lebih terperinciANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD
ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologis sastra atau sastera berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari akar kata Cas atau sas dan tra. Cas dalam bentuk kata kerja yang diturunkan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Dari beberapa penelusuran, tidak diperoleh kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini. Adapun penelitian yang hampir sama adalah penelitian
Lebih terperinciANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1
ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH Diajukan Oleh: AGUS
Lebih terperinciEstetika. Gestwicki (2007: 2), estetika (aesthetics) kemampuan untuk merasa melalui perasaan.
Estetika Seni Arti kata estetis mengenai keindahan; menyangkut apresiasi keindahan (alam, seni, dan sastra) http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/index.ph p concerned with beauty or the appreciation of beauty
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan bahan acuan yang dipakai dalam penelitian sekaligus sebagai sumber ide untuk menggali pemikiran dan gagasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu
Lebih terperinciANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA
ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA Oleh: Ulin Niswah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Adi_Jaddati@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan norma-norma dan adat istiadat pada saat karya sastra tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra dipandang sebagai gejala sosial, sebab pada umumnya langsung berkaitan dengan norma-norma dan adat istiadat pada saat karya sastra tersebut dibuat. Hasil
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini memuat tentang hasil hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang populer di antara bentuk-bentuk karya sastra yang lainnya seperti puisi, cerpen, drama, dan lain sebagainya. Sebutan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,2009
BAB I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Berangkat dari sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa Estetika sebagai logika, mengantarkan saya untuk mencoba mendalami dan menelusuri tentang keduanya, serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ketika menyuguhkan suatu karya sastra, dia akan memilih kata-kata yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan dunia imajinasi yang memberikan makna tertentu kepada pembaca. Karya sastra mampu mengajak pembaca berimajinasi sesuai dengan konteks
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. mutakhir yang pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka berfungsi untuk mengetahui faktor-faktor keaslian suatu penelitian. Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran, atau
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis akan memaparkan beberapa penelitian sebelumnya,konsep dan landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Pertama-tama penulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan ide, gagasan, pendapat serta perasaan kepada orang lain. Sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat, bahasa
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. aspek-aspek kemasyarakatannya, baik yang berhubungan denga penciptanya, gambaran
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep A. Sosiologi Sastra Ratna (2004:339) mengatakan, Sosiologi sastra adalah analisis karya sastra dalam kaitannya dengan manusia. Jadi, sosiologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal
Lebih terperinciBAB 2 RESENSI DAN RESEPSI SASTRA
8 BAB 2 RESENSI DAN RESEPSI SASTRA Resensi atas karya sastra berkaitan erat dengan resepsi sastra. Resensi-resensi karya sastra di surat kabar dapat dijadikan sasaran penelitian resepsi sastra. Dalam bab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Interaksi pendidikan berfungsi membantu pengembangan seluruh potensi, kecakapan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan pendidikan. Interaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari daya imajinasi pengarang yang dituangkan dalam sebuah wadah. Sastra sendiri adalah bentuk rekaman dari bahasa yang akan disampaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pikiran sastrawan tentang kehidupan yang diungkapkan lewat bahasa (Sayuti,
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Karya sastra pada dasarnya merupakan cerminan perasaan, pengalaman, pikiran sastrawan tentang kehidupan yang diungkapkan lewat bahasa (Sayuti, 1998:67). Karya sastra
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. struktural maupun jenisnya dalam kebudayaan.musik dapat mendamaikan hati yang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Musik adalah salah satu media ungkapan kesenian. Musik mencerminkan kebudayaan masyarakat pendukungnya. Di dalam musik terkandung nilai dan normanorma yang menjadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra dengan masyarakat mempunyai hubungan yang cukup erat. Apalagi pada zaman modern seperti saat ini. Sastra bukan saja mempunyai hubungan yang erat dengan masyarakat
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Plato,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik merupakan suatu hal yang sangat akrab dengan indera pendengaran manusia. Dalam musik terdapat lirik lagu dan alunan musik yang harmonis, dapat membawa seseorang
Lebih terperinciDr. WAHYU WIBOWO Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional 2012
Dr. WAHYU WIBOWO Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Nasional 2012 Untuk memahami Penulisan Kreatif, sebelumnya cobalah pahami perihal manajemen bahasa berikut ini Manajemen bahasa adalah SENI dan ILMU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya imajinasi dari seorang yang mengandung nilai-nilai estetis, karena sastra
BAB I PENDAHULUAN 1.5 Latar Belakang Sastra adalah sebuah karya yang merupakan hasil kerja kreatif dan ekspresif dari penciptanya.sastra merupakan ungkapan perasaan maupun hasil daya imajinasi dari seorang
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2008:725) Konsep merupakan (1)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan sastra memiliki hubungan yang erat. Kekuatan sastra berada pada kekuatan dan cara pengarang menggunakan bahasa. Melalui bahasa, seorang pengarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk diteladani. Berdasarkan isi karya sastra itu, banyak karya sastra yang dipakai
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bagian dari ilmu pengetahuan. Sastra banyak diminati masyarakat karena bersifat mendidik dan menghibur (sebagai bacaan). Selain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menjalin hubungan dengan dunia luar, hal ini berarti bahwa fungsi utama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan wahana komunikasi yang paling efektif bagi manusia dalam menjalin hubungan dengan dunia luar, hal ini berarti bahwa fungsi utama bahasa adalah sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra Bali merupakan salah satu aspek kebudayaan Bali yang hidup dan berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu maka di Bali lahirlah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka mempunyai peranan penting dalam melakukan penelitian karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Karya satra merupakan hasil dokumentasi sosial budaya di setiap daerah. Hal ini berdasarkan sebuah pandangan bahwa karya sastra mencatat kenyataan sosial budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/ kanak-kanak, Gending Rare berarti nyanyian untuk bayi/ kanak-kanak. Gending Rare diketahui sebagai
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dengan judul skripsi, buku-buku yang digunakan dalam pengkajian ini adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mamak atau pulang ka bako (Navis,1984: ). Dengan kata lain dikenal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan dalam adat Minangkabau merupakan salah satu hal yang penting karena berhubungan erat dengan sistem kekerabatan matrilineal dan garis keturunan. Menurut alam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup diperhitungkan karya-karyanya dan dianggap sebagai pengarang produktif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut disusun telah diperhitungkan segi-segi pementasannya dan sewaktu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Drama adalah salah satu genre karya sastra yang terdiri dari dua dimensi, yaitu dimensi sastra dan pementasan, Sastra berupa teks naskah sedangkan pementasan berhubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sisi-sisi kehidupan manusia dan memuat kebenaran-kebenaran kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan refleksi atau cerminan kondisi sosial masyarakat yang terjadi di dunia sehingga karya itu menggugah perasaan orang untuk berpikir tentang
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan aspek penting dalam penelitian. Konsep berfungsi untuk menghindari kegiatan penelitian dari subjektifitas peneliti serta mengendalikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cara pengungkapannya. Puisi merupakan karya sastra yang disajikan secara
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Secara umum karya sastra terbagi atas tiga jenis yaitu puisi, prosa dan drama. Menurut Kosasih (2012:1), ketiga jenis karya sastra tersebut dibedakan berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Wida Kartika Ayu, 2016
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Puisi sebagai suatu karya sastra pada dasarnya merupakan sarana ekspresi seseorang. Perwujudan ekspresi pengarang lewat puisi selanjutnya difasilitasi melalui
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puisi Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir dari perasaan penyair dan diungkapkan secara berbeda-beda oleh masing-masing
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau studi-studi mutakhir
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau studi-studi mutakhir yang pernah diteliti oleh peneliti terdahulu yang berkaitan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadikan Indonesia kaya akan kebudayaan. sangat erat dengan masyarakat. Salah satu masyarakat yang ada di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara yang kaya akan kebudayaan yang beraneka ragam. Kekayaan akan budaya ini tumbuh karena banyaknya suku atau etnis yang ada di bumi Nusantara.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Naskah drama merupakan karangan yang berisi kisah. Bahkan kadang juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Naskah drama merupakan karangan yang berisi kisah. Bahkan kadang juga dilengkapi dengan penjelasan nama-nama tokoh, dialog yang diucapkan para tokoh, keadaan panggung,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebuah karya sastra itu diciptakan pengarang untuk dibaca, dinikmati, ataupun dimaknai. Dalam memaknai karya sastra, di samping diperlukan analisis unsur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. referensial (Jabrohim 2001:10-11), dalam kaitannya dengan sastra pada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu karya seni yang disampaikan oleh seorang sastrawan melalui media bahasa. Keindahan dalam suatu karya sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan-permasalahan dan kejadian-kejadian dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Werren, 1993:14). Oleh karena itu Nurgiyantoro (2007:2), mengatakan bahwa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan karya imajinatif bermediumkan bahasa yang fungsi estetikanya dominan. Bahasa sastra sangat komunikatif, mengandung banyak arti tambahan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bagian dari kehidupan manusia, yang berkaitan dengan memperjuangkan kepentingan hidup manusia. Sastra merupakan media bagi manusia untuk berkekspresi
Lebih terperincibentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna.
PUISI bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna. Keindahan sebuah puisi disebabkan oleh: diksi, majas, rima dan irama yang terkandung dalam karya sastra tersebut. Adapun
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Hasil Penelitian yang Relevan. Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh
5 BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh Media Pembelajaran Film Dokumenter terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Berikut adalah metode dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Berikut adalah metode dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini. Untuk mendapatkan hasil yang baik dan memuaskan maka peneliti yang sifatnya ilmiah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seni juga mengalami perkembangan. Seni bahkan menyatu dengan kemajuankemajuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah salah satu sarana hiburan bagi masyarakat. Baik itu seni musik, seni rupa, seni tari maupun seni teater. Seiring dengan kemajuan zaman, seni juga
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian yang relevan dengan penelitian tentang novel Bumi Cinta karya
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Yang Relevan Kajian yang relevan dengan penelitian tentang novel Bumi Cinta karya Habiburrahman El Shirazy sesuai dengan tinjauan terhadap penelitian sebelumnya yaitu
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. menganalisis bentuk deskripsi tidak berupa angka atau koefisien tentang
36 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif melalui pendekatan kualitatif. Metode deskriptif melalui pendekatan kualitatif artinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan
Lebih terperinciSamuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah.
Pengertian dan Unsur-unsurnya Karya sastra secara umum bisa dibedakan menjadi tiga: puisi, prosa, dan drama. Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poesis, yang berarti membangun,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI Dalam bab ini peneliti akan memaparkan tentang peneliti penelitian sebelumnya, konsep dan landasan teori. Peneliti penelitian sebelumnya berisi tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu karya seni yang disampaikan oleh seorang sastrawan melalui media bahasa. Keindahan dalam suatu karya sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah karya kreatif dan imajinatif dengan fenomena hidup dan kehidupan manusia sebagai bahan bakunya. Sebagai karya yang kreatif dan imajinatif
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negeri yang kaya dengan budayanya. Setiap suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain bahasa daerah,
Lebih terperinci