NASKAH PUBLIKASI ORIENTASI MASA DEPAN PADA REMAJA GAGAL BUNUH DIRI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "NASKAH PUBLIKASI ORIENTASI MASA DEPAN PADA REMAJA GAGAL BUNUH DIRI"

Transkripsi

1 NASKAH PUBLIKASI ORIENTASI MASA DEPAN PADA REMAJA GAGAL BUNUH DIRI Oleh : Rossi Yanne Mira Aliza Rachmawati PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2007

2 NASKAH PUBLIKASI ORIENTASI MASA DEPAN PADA REMAJA GAGAL BUNUH DIRI Telah Disetujui Pada Tanggal Dosen Pembimbing Utama (Mira Aliza Rachmawati, S.psi., M.Si)

3 ORIENTASI MASA DEPAN PADA REMAJA GAGAL BUNUH DIRI Rossi Yanne Mira Aliza Rachmawati INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana orientasi masa depan pada remaja gagal bunuh diri. Pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini adalah Bagaimana orientasi masa depan pada remaja gagal bunuh diri? Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara dan observasi untuk mendukung hasil wawancara. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman. Dalam analisis interaktif ini ada tiga jenis kegiatan analisis dan kegiatan pengumpulan data yang merupakan proses siklus dan interaktif. Proses yang dilakukan dalam analisis interaktif adalah mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan atau verifikasi selama penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah remaja berusia 21 tahun yang berstatus mahasiswa, dimana mereka pernah mencoba melakukan percobaan bunuh diri dimasa lalunya. Subyek dalam penelitian ini merupakan orang-orang yang telah penulis kenal dekat sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa remaja yang gagal bunuh diri memandang positif masa depan mereka walaupun mereka pernah mengalami permasalahan serius dalam perkembangannya yaitu melakukan tindakan percobaan bunuh diri. Orientasi masa depan remaja gagal bunuh diri berbeda antara individu yang satu dengan individu lain. Kata Kunci : Orientasi Masa Depan, Remaja, Bunuh Diri

4 Pengantar Masa depan merupakan suatu hal yang seharusnya mulai dipikirkan dan ditentukan dari sekarang, terutama oleh para remaja yang notabene merupakan generasi penerus. Hal ini berkaitan dengan tugas perkembangan penting yang harus dilakukan selama masa remaja dan dewasa muda yaitu menentukan orientasi terhadap masa depan dan tujuan masa depan (Jambori, 2003). Banyak remaja yang bingung dan mungkin juga sedikit cemas ketika diingatkan mengenai rencana masa depan yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan. Remaja biasanya hanya memikirkan masa depan secara umum, seperti memiliki cita-cita ingin menjadi dokter, insinyur, psikolog, dll. Walaupun para remaja sudah memiliki cita-cita yang nyata akan tetapi tetap saja mereka belum memiliki bayangan apa yang seharusnya dilakukan agar cita-cita tersebut dapat tercapai. Pada umumnya remaja belum dapat menentukan arah orientasi masa depan mereka. Toffler (Rahmawati, 2006) menyatakan bahwa individu dapat menanggulangi terjadinya ketakutan dan kecemasan menghadapi masa depan dengan jalan secara sadar menilai langkah kehidupan dan memandang hidup jauh kedepan. Menurut Wahyuni (dalam Rahmawati, 2006) kesadaran untuk lebih berorientasi kemasa depan dan mengetahui faktor yang sangat berpengaruh, dapat mempermudah individu untuk memperoleh kebahagiaan masa depannya. Allport (Schultz, 1991, dalam Rahmawati, 2006) menyatakan bahwa individu dengan tingkat persepsi masa depan yang tinggi akan lebih dibimbing dan diarahkan oleh intensi-intensi serta pandangan kearah masa depan. Menurut

5 Allport, seseorang untuk pertama kali memperhatikan masa depan, tujuan, dan impian jangka panjang adalah saat individu berada pada masa remaja. Walaupun menurut penelitian yang dilakukan baru sekitar usia 20 tahunan orientasi masa depan akan dirasakan semakin mantap (Sadardjoen, 2006). Sekarang ini banyak remaja Indonesia yang kebingungan menentukan rencana dan tujuan mereka dalam rangka mempersiapkan diri menuju masa yang akan datang. Masa depan bagi remaja agaknya merupakan sesuatu yang lebih digelisahkan daripada dihadapi dengan penuh keyakinan (Winkel, 1991; Hendriyani, 2000). Orientasi terhadap masa depan merupakan salah satu hal yang dapat membantu untuk dapat mencegah terjadinya tindakan bunuh diri pada remaja. Salah satu faktor pelindung untuk dapat mencegah terjadinya tindakan bunuh diri pada remaja adalah dengan memiliki orientasi masa depan yang positif (Hirsch, 2005). Orientasi masa depan yang positif akan mengarahkan individu untuk melakukan tindakan-tindakan yang mengacu pada pencapaian tujuan di masa depan. Di samping itu hubungan interpersonal yang berarti dan mendukung juga penting untuk membantu mengembangkan orientasi masa depan pada remaja, yaitu dengan adanya dukungan-dukungan dari orang-orang yang berada di sekitar lingkungan remaja. Hirsch (2005) menyatakan bahwa orientasi masa depan memberikan efek positif bagi pencegahan terjadinya tindakan bunuh diri pada remaja. Adanya orientasi masa depan yang positif pada remaja dapat membuat remaja mengarahkan tindakan-tindakan mereka pada masa sekarang untuk dapat mewujudkan tujuan yang telah mereka tetapkan saat ini di masa yang akan datang.

6 Perkembangan sosial remaja dapat dilihat adanya dua macam gerak, yaitu memisahkan diri dari orangtua dan menuju kearah teman-teman sebaya. Dua macam gerak ini bukan merupakan dua hal yang berurutan meskipun yang satu dapat terkait dengan yang lain. Hal itu menyebabkan bahwa gerak yang pertama tanpa adanya gerak yang kedua dapat menyebabkan rasa kesepian. Hal ini menurut Ausubel (dalam Monks, dkk, 2002) dalam situasi yang ekstrim dapat menyebabkan usaha-usaha untuk bunuh diri. Orientasi terhadap masa depan merupakan salah satu hal yang dapat membantu untuk dapat mencegah terjadinya tindakan bunuh diri pada remaja. Salah satu faktor pelindung untuk dapat mencegah terjadinya tindakan bunuh diri pada remaja adalah dengan memiliki orientasi masa depan yang positif. Disamping itu hubungan interpersonal yang berarti dan mendukung juga penting untuk membantu mengembangkan orientasi masa depan pada remaja. Orientasi masa depan memberikan efek positif bagi pencegahan terjadinya tindakan bunuh diri pada remaja (Hirsch, 2005). Menurut Kartono dan Dali Gulo (2000) orientasi adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan diri dalam kenyataan atau lingkungan dengan berpedoman pada orang-orang, tempat-tempat dan waktu. Masih menurut Kartono dan Dali Gulo (2000) orientasi merupakan pengetahuan mengenai kedudukan seseorang dalam hubungan-hubungan pribadi atau situasi-situasi yang kompleks. Orientasi diartikan sebagai bentuk usaha kearah apa yang hendak dicapai melalui aktivitasnya. Orientasi yang dimaksud adalah orientasi yang timbul dari upaya dan peran individu secara pribadi, bukan menunggu upaya dan pengaruh

7 pihak luar. Individu secara pribadi memiliki rencana sekaligus memutuskan untuk menjalankan rencana sesuai dengan tujuan yang ditetapkan (Hendriyani, 2000). Masa depan ada karena ada masa lalu dan masa kini, oleh karena itu ketiga hal ini saling bertautan. Dengan demikian masa depan merupakan sasaran dan tujuan dari kegiatan masa kini dan masa lalu (Hendriyani, 2000). Sejalan dengan pernyataan diatas Norman (dalam Passig, 2005) mendefinisikan orientasi masa depan sebagai kecenderungan untuk berpikir mengenai masa depan dan sebagai perhatian tentang hasil dari tindakan saat ini di masa yang akan datang. Secara umum orientasi masa depan dijelaskan sebagai suatu pengertian dalam keadaan yang sebenarnya bahwa segala sesuatu yang dilakukan pada saat ini akan mempengaruhi masa depan. Orientasi masa depan merupakan perwujudan minat, keinginan dan citacita yang ingin dicapai berkaitan dengan prospek masa depan dimana individu merencanakan, memutuskan dan juga menetapkan pilihan terhadap pendidikan, jabatan, teman hidup, dan berbagai hal yang menggambarkan tujuan strategis yang diputuskan masa kini (Hendriyani, 2000). Berkaitan dengan pernyataan tersebut Nurmi (dalam Tyas dan Ma sum, 2003) menyatakan keputusan yang diambil seseorang dimana keputusan tersebut akan mempengaruhi jalan hidupnya memerlukan perencanaan masa depan. Perencanaan masa depan inilah yang disebut sebagai orientasi masa depan (OMD). Selanjutnya Nurmi menjelaskan orientasi masa depan adalah gambaran seseorang mengenai masa depannya (

8 Orientasi masa depan merupakan suatu bentuk usaha aktivitas-aktivitas masa kini yang mengarah pada sasaran dan tujuan yang ingin dicapai di masa depan melalui proses yang berjalan, berkelanjutan, dan dinamis (Hendriyani, 2000). Menurut beberapa ahli orientasi masa depan memiliki enam aspek, yaitu meliputi : 1. Motivasi 2. Perencanaan 3. Evaluasi 4. Strategi Kehidupan 5. Pengalaman Masa Lalu 6. Kondisi Sosiokultural tempat remaja berada Remaja dalam arti adolescence berasal dari bahasa latin yang artinya tumbuh ke arah kematangan (Muss, 1968, Sarwono, 2004). Dalam kamus psikologi remaja (adolescence) adalah suatu periode perkembangan manusia yang berlangsung pada kira-kira usia tahun, dimana dalam periode ini individu mendapatkan karakteristik-karakteristik seks sekunder dan sifat-sifat kedewasaan. Secara umum remaja seringkali didefinisikan sebagai periode transisi antara masa kanak-kanak ke masa dewasa. Sementara itu dalam ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu lain yang terkait seperti ilmu biologi dan ilmu faal remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik dimana alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya (Sarwono, 2004).

9 Adapun sepuluh tugas perkembangan bagi para remaja adalah sebagai berikut : 1. Mencapai hubungan sosial yang lebih matang dengan teman-teman sebayanya, baik dengan teman-teman sejenis maupun dengan jenis kelamin yang lain. 2. Dapat menjalankan peranan-peranan sosial menurut jenis kelamin masingmasing, artinya mempelajari menerima peranan masing-masing sesuai dengan ketentuan-ketentuan atau norma-norma masyarakat. 3. Menerima kenyataan (realitas) jasmaniahnya serta menggunakannya seefektif-efektifnya dengan perasaan puas. 4. Mencapai kepuasan emosional dari orangtua atau orang dewasa lainnya. Tidak kekanak-kanakan lagi, yang selalu terikat kepada orangtuanya. Membebaskan diri dari ketergantungan terhadap orangtua atau orang lain. 5. Mencapai kebebasan ekonomi.merasa sanggup untuk hidup berdasarkan usaha sendiri. 6. Memilih dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan atau jabatan. Artinya belajar memilih satu jenis pekerjaan sesuai dengan bakatnya dan mempersiapkan diri untuk pekerjaan tersebut. 7. Mempersiapkan diri untuk melakukan perkawinan dan hidup berumah tangga. Mengembangkan sikap yang positif terhadap kehidupan keluarga dan memiliki anak. 8. Mengembangkan kecakapan intelektual serta konsep-konsep yang diperlukan untuk kepentingan hidup bermasyarakat. Maksudnya adalah

10 bahwa untuk menjadi warga negara yang baik perlu memiliki pengetahuan tentang hukum, pemerintahan, ekonomi, politik, geografi, hakekat manusia dan lembaga-lembaga kemasyrakatan. 9. Memperlihatkan tingkah laku yang secara sosial dapat di pertanggung jawabkan. Artinya ikut serta dalam kegiatan-kegiatan sosial sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab, menghormati serta mentaati nilai-nilai sosial yang berlaku dalam lingkungannya, baik regional maupun nasional. 10. Memperoleh sejumlah norma-norma sebagai pedoman dalam tindakantindakannya dan sebagai pandangan hidupnya. Orang yang bunuh diri tidak berusaha menghancurkan dirinya sendiri. Mereka malah mencari cara untuk mengekspresikan rasa marah mereka terhadap representasi internal atas objek cintanya (Nevid, dkk, 2005). Teoritikus eksistensial dan humanistic menghubungkan bunuh diri dengan persepsi bahwa hidup tidaklah bermakna dan tanpa harapan. Mehrabian dan Weinstein (dalam Nevid, 2005) orang yang bunuh diri dilaporkan merasa bahwa hidupnya lebih menjemukan, lebih kosong, dan lebih membosankan daripada orang yang tidak bunuh diri. Teoritikus belajar banyak berfokus pada kurangnya keterampilan pemecahan masalah untuk menangani tekanan hidup yang berat. Menurut Shneidman (Nevid, dkk, 2005) orang yang melakukan percobaan bunuh diri berharap untuk dapat lari dari rasa sakit psikologis yang tidak tertahankan dan kemungkinan memersepsikan bahwa tidak ada jalan keluar lain. Orang yang mengancam atau mencoba bunuh diri juga bisa mendapatkan simpati sera

11 dukungan dari orang tercintanya dan orang lain, yang kemungkinan akan mendorog percobaan di masa depan dan lebih mematikan. Hal ini bukan berarti bahwa tanda-tanda atau usaha bunuh diri harus diabaikan. Tidaklah benar bahwa orang yang mengancam bunuh diri berbuat demikian hanya untuk mencari perhatian. Meskipun mereka telah mengancam bunuh diri dan mungkin tidak melakukan aksinya, ancaman mereka harus dianggap serius. Orang yang melakukan bunuh diri seringkali mengatakan pada orang lain mengenai niat mereka atau meninggalkan petunjuk-petunjuk sebelumnya. Lebih lagi, banyak orang melakukan percobaan bunuh diri yang gagal yang mereka hentikan sebelum menyakiti diri mereka, sebelum akhirnya mereka melanjutkan dengan usaha bunuh diri yang sesungguhnya (dalam Nevid, dkk, 2005). Penelitian-penelitian lain yang membahas mengenai bunuh diri dan orientasi masa depan telah dilakukan. Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Utomo (1991) mengenai depresi dan ide bunuh diri pada remaja ditinjau dari kepribadian yang dimiliki, remaja delinkuen dan remaja non-delinkuen. Penelitian lain yang dilakukan oleh Beautrais (2003) mengenai bunuh diri dan usaha bunuh diri serius pada remaja : sebuah studi perbandingan multi-kelompok. Penelitian mengenai orientasi masa depan telah dilakukan oleh Jambori (2003) mengenai orientasi masa depan ditinjau dari pola asuh, kompetisi, orientasi sukses dan lingkungan sekolah. Penelitian lain mengenai orientasi masa depan dilakukan oleh Hendriyani ( 2000) mengenai Orientasi Masa Depan Remaja Berdasarkan Peran Jenis, Jenis Sekolah dan Tingkat Pendidikan Orangtua.

12 Metode Penelitian A. Responden Penelitian Dalam penelitian ini peneliti mengambil dua orang responden yang relevan yaitu mereka yang tergolong dalam usia remaja (21 tahun) yang pernah mencoba untuk melakukan bunuh diri tetapi mereka gagal melakukan niatnya tersebut. B. Metode Pengumpulan Data Untuk dapat memperoleh informasi dan gambaran tentang orientasi masa depan pada remaja yang pernah mencoba untuk bunuh diri diperlukan metode yang tepat agar dapat diketahui bagaimana remaja memandang masa depan dan menetapkan tujuan dalam hidupnya setelah mengalami peristiwa yang berat, yaitu pernah mencoba bunuh diri sehingga memiliki orientasi yang positif dimasa depannya. Berdasarkan pertimbangan kondisi subyek maka peneliti menggunakan beberapa metode yaitu : (1) Wawancara mendalam / in-depth interview, (2) Observasi untuk mendukung hasil wawancara. C. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah metode analisis interaktif. Model analisis ini terdiri dari tiga hal utama yaitu mereduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi sebagai sesuatu yang jalin menjalin pada saat sebelum, selama dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar, untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis (Miles dan Huberman, 1992, Idrus, 2005).

13 Hasil Penelitian dan Pembahasan Subyek dalam penelitian ini berjumlah dua orang yang keduanya adalah perempuan. Kedua subyek ini merupakan remaja yang pernah mencoba melakukan tindakan bunuh diri. Adapun identitas subyek adalah sebagai berikut : a. Subyek pertama Nama (inisial) Usia Anak ke Status : D : 21 tahun : 3 dari 3 bersaudara : Mahasiswa b. Subyek kedua Nama (inisial) Usia Anak ke Status : N : 21 tahun : 3 dari 4 bersaudara : Mahasiswa Pertanyaan dalam penelitian ini adalah bagaimana orientasi masa depan pada remaja gagal bunuh diri. Hasil dari penelitian ini dapat menjawab pertanyaan tersebut. Orientasi masa depan pada remaja gagal bunuh diri pada dasarnya sama dengan remaja-remaja lain pada umumnya, yaitu mereka memiliki orientasi yang positif untuk masa depan mereka. Arah orientasi masa depan pada remaja gagal bunuh diri di pengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi, tindakan-tindakan yang di lakukan saat ini sebagai usaha untuk mencapai tujuan masa depan, pola asuh yang membentuk ideal self pada remaja gagal bunuh diri, serta pengalaman dan kegagalan. Masing-masing individu memiliki orientasi tersendiri, misalnya

14 berorientasi terhadap pekerjaan dan terhadap keluarga. Remaja yang gagal bunuh diri ingin memiliki karir yang bagus dimasa depan dan ingin menjadi ibu rumah tangga yang baik. Setiap remaja memiliki alasan tersendiri dalam memilih orientasi masa depannya. Penelitian ini menemukan apa yang menjadi orientasi masa depan remaja yang gagal bunuh diri. Orientasi yang dimiliki oleh remaja yang gagal bunuh diri berbeda satu sama lain, sama halnya dengan remaja lain yang memiliki pengalaman yang positif dimasa lalunya. Temuan yang cukup menarik dari penelitian ini adalah adanya penyesalan subyek terhadap tindakannya yang telah melakukan percobaan bunuh diri. Subyek merasa bahwa tindakan itu merupakan sebuah ungkapan emosi sesaat dimana subyek merasa kecewa, kesepian, sendiri dan tertekan sehingga menimbulkan depresi pada diri subyek. Untuk menghilangkan semua perasaan tersebut subyek melakukan tindakan percobaan bunuh diri, karena subyek merasa bahwa dengan bunuh diri subyek tidak akan merasakan sakit itu lagi. Saat ini subyek memandang bahwa tindakan percobaan bunuh diri yang pernah dilakukan tersebut merupakan sebuah kebodohan yang seharusnya tidak pernah terjadi dan subyek akan tertawa apabila mengingat hal itu. Saat ini subyek hanya ingin menjalani segala sesuatunya dengan lebih baik, dan ingin menghadapi masa depan dengan pikiran yang positif. Secara garis besar, hasil penelitian tentang orientasi masa depan pada remaja yang gagal bunuh diri menunjukkan bahwa remaja yang gagal bunuh diri memiliki orientasi masa depan yang berbeda antara satu individu dengan individu yang lain.

15 Kesimpulan dn Saran A. Kesimpulan Dalam penelitian ini menemukan bahwa terbentuknya arah orientasi masa depan pada remaja gagal bunuh diri di pengaruhi oleh pola asuh yang membentuk ideal self pada remaja gagal bunuh diri, tindakan-tindakan yang mereka lakukan sebagai usaha untuk menunjang masa depan, pengalaman dan kegagalan, serta kondisi sosial ekonomi. Pola asuh yang otoriter membentuk ideal self pada remaja gagal bunuh diri dimana mereka memiliki harapan positif pada masa depannya. Tindakantindakan yang mereka lakukan saat ini merupakan usaha mereka untuk dapat menunjang masa depan yang mereka harapkan. Kondisi sosial ekonomi dan adanya pengalaman serta kegagalan yang pernah mereka alami membuat mereka lebih berfokus pada arah orientasi masa depan yang mereka inginkan. Remaja gagal bunuh diri memiliki arah orientasi masa depan yang positif sama halnya dengan remaja lain yang memiliki pengalaman yang positif. Pengalaman adalah guru paling berharga dalam kehidupan remaja gagal bunuh diri, karena dengan adanya pengalaman pernah mencoba untuk melakukan tindakan bunuh diri remaja tersebut menjadi lebih dapat berpikir positif dan dapat memandang permasalahan yang mereka hadapi dengan lebih baik. Dengan berpegang pada agama dalam menghadapi sebuah persoalan membuat remaja yang gagal bunuh diri dapat terlihat lebih tegar dan lebih sabar. Selain itu remaja gagal bunuh diri memiliki pandangan hidup yang berbeda dari sebelumnya. Hal ini pula yang membentuk orientasi masa depan pada remaja yang gagal bunuh

16 diri, karena remaja gagal bunuh diri tidak ingin mengulangi kesalahan yang mereka anggap sebagai kebodohan di masa lalu tersebut. Saat ini remaja gagal bunuh diri hanya ingin memandang hidup mereka di masa depan, membuat perencanaan-perencanaan dan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai cita-cita dan tujuan masa depan. B. Saran 1. Bagi remaja yang gagal bunuh diri agar tetap terus berusaha membenahi diri dan terus berjuang dalam menambah kemampuan yang dimiliki guna mencapai cita-cita dan tujuan di masa depan. Disamping itu hendaklah tetap berpegang pada apa yang telah menjadi prinsip hidup. 2. Bagi masyarakat umum agar tidak memiliki pandangan yang negatif terhadap remaja yang pernah mencoba untuk bunuh diri. Keluarga sebagai lingkungan terdekat sangat diharapkan dapat mendukung secara moral remaja yang gagal bunuh diri untuk mulai menentukan orientasi masa depan mereka. Apabila orientasi tersebut telah terbentuk, keluarga sangat diharapkan untuk dapat membantu mereka dapat mewujudkan cita-cita dimasa depan. 3. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat melengkapi penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti kali ini. Peneliti selanjutnya dapat menggali lebih dalam lagi mengenai orientasi masa depan.

17 DAFTAR PUSTAKA Alwisol Psikologi Kepribadian. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang Press Azwar, S Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Beautrais, A. L Suicide and Serious Suicide Attempts in Youth : A Multiple-Group Comparison Study. American Journal of Psyciatry, 160, Chaplin, J. P Kamus Lengkap Psikologi.(diterjemahkan oleh Kartono, K) Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada Hendriyani, R Orientasi Masa Depan Remaja Berdasarkan Peran Jenis, Jenis Sekolah dan Tingkat Pendidikan Orangtua. Thesis (Tidak diterbitkan). Yogyakarta : Program Pascasarjana Universitas Gajah Mada Hirsch, J. K The Role of Positive Psychology in the Study and Prevention of Suicide. Idrus,M Metode Penelitian Pendidikan Dan Ilmu-Ilmu Sosial. Yogyakarta : Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia Jambori, S Future Orientation, Parenting, Competition, Succes-Orientation, School Environment. Kartono, K. & Gulo, D Kamus Psikologi. Bandung : Pionir Jaya Koentjaraningrat Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Moleong, L. J Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Mappiare, A Psikologi Remaja. Surabaya : Usaha Nasional Monks, F.J., Knoers, A. M. P., Hardono, S. R Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press Muhadjir, N Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta : Rake Sarasin Mulyana, D Metodologi Penelitian Kualitatif. Paradigma Baru Ilmu Komunikasi Dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : Remaja Rosdakarya

18 Nevid, J. S., Rathus, S. A., Greene, B Psikologi Abnormal. Jilid 1. Jakarta : Penerbit Erlangga Poerwandari, K Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta : LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Sadardjoen, S. S Perlunya Pengawasan Terhadap Masa Depan Mereka. http :// Santrock, J.W Adolescense. New York : Mc Graw Hill Sarwono, S.W Psikologi Remaja. Jakarta : Raja Grafindo Persada Schultz, D Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius Soesilowindradini Psikologi Perkembangan Masa Remaja. Surabaya : Usaha Nasional Sulaeman, D Psikologi Remaja. Bandung : Mandar Maju Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat. Tanggal 15 Januari Kasus : Bunuh Diri Toffler, A Kejutan Masa Depan. Jakarta : PT. Pantja Simpati Tyas, R. A., Ma shum, Y. Surat Kabar KOMPAS. Jumat, 07 Februari Masa Depan = Sekarang. http :// Utomo, T. H. B Depresi dan Ide Bunuh Diri Pada Remaja Delinkuen Dan Remaja Non-Delinkuen. Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada, 1, Zuriah, N Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta : Bumi Akasara

19 Nama penulis Alamat : Rossi Yanne : Jl. Yuhistira No. 88, Gentan, Ngaglik, Sinduharjo Sleman, Yogyakarta Alamat Rumah : Komplek Anggrek Mas No. 27 F, Batam Telephone : /

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Marheni (dalam Soetjiningsih, 2004) masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan

Lebih terperinci

PENCAPAIAN STATUS IDENTITAS DIRI PADA REMAJA DI PONDOK PESANTREN SKRIPSI

PENCAPAIAN STATUS IDENTITAS DIRI PADA REMAJA DI PONDOK PESANTREN SKRIPSI PENCAPAIAN STATUS IDENTITAS DIRI PADA REMAJA DI PONDOK PESANTREN SKRIPSI Diajukan sebagai syarat mendapatkan gelar sarjana Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang Disusun oleh : ARIFA RETNOWUNI 01810138

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam menghadapi zaman yang semakin modern seperti sekarang ini, banyak yang harus dipersiapkan oleh bangsa. Tidak hanya dengan memperhatikan kuantitas individunya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak remaja sebenarnya tidak mempunyai masa yang jelas. Remaja. tergolong kanak-kanak, mereka masih harus menemukan tempat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Anak remaja sebenarnya tidak mempunyai masa yang jelas. Remaja. tergolong kanak-kanak, mereka masih harus menemukan tempat dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak remaja sebenarnya tidak mempunyai masa yang jelas. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa. Remaja belum mampu untuk menguasai fungsi-fungsi fisik maupun

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR REMAJA MELAKUKAN DUGEM (DUNIA GEMERLAP)

FAKTOR FAKTOR REMAJA MELAKUKAN DUGEM (DUNIA GEMERLAP) FAKTOR FAKTOR REMAJA MELAKUKAN DUGEM (DUNIA GEMERLAP) SKRIPSI Oleh: YOGI ARIADHI 06810198 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2012 FAKTOR FAKTOR REMAJA MELAKUKAN DUGEM (DUNIA GEMERLAP) SKRIPSI

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA OTORITER DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA OTORITER DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA OTORITER DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA Oleh: Iffah Savitri Mira Aliza Rachmawati PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola asuh merupakan interaksi yang diberikan oleh orang tua dalam berinteraksi

Lebih terperinci

STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN NASKAH PUBLIKASI

STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN NASKAH PUBLIKASI STRATEGI COPING DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN AKADEMIK PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA MENGALAMI PERCERAIAN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karier adalah bagian hidup yang berpengaruh pada kebahagiaan hidup manusia secara keseluruhan. Oleh karenanya ketepatan memilih serta menentukan keputusan karier

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN

KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat

Lebih terperinci

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. LA TAR BELAKANG MASALAH Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh tantangan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan sepanjang rentang kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh tantangan dan harapan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Komunikasi 1. Definisi Komunikasi Secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu communication, yang akar katanya adalah communis, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapainya, ada beberapa cara yang perlu diperhatikan. Salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. mencapainya, ada beberapa cara yang perlu diperhatikan. Salah satunya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sukses dalam karir pasti menjadi impian setiap orang. Tapi untuk mencapainya, ada beberapa cara yang perlu diperhatikan. Salah satunya menetapkan tujuan dalam perencanaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik. Pada masa ini remaja tumbuh dan berkembang baik secara fisik maupun psikis, perubahan terhadap pola perilaku dan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ikatan yang bernama keluarga. Manusia lahir dalam suatu keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. ikatan yang bernama keluarga. Manusia lahir dalam suatu keluarga, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Sejak lahir sampai dewasa manusia tidak pernah lepas dari suatu ikatan yang bernama keluarga. Manusia lahir dalam suatu keluarga, dibesarkan dalam lingkup keluarga

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori

Lebih terperinci

perkawinan yang buruk dimana apabila antara suami istri tidak mampu lagi mencari jalan penyelesaian masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak (Hu

perkawinan yang buruk dimana apabila antara suami istri tidak mampu lagi mencari jalan penyelesaian masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak (Hu KEMANDIRIAN REMAJA YANG MEMILIKI ORANGTUA YANG BERCERAI STARLINA AULIA UNIVERSITAS GUNADARMA ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat kemandirian remaja yang memiliki orangtua yang bercerai,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Interpersonal 1. Pengertian Kompetensi Interpersonal Menurut Mulyati Kemampuan membina hubungan interpersonal disebut kompetensi interpersonal (dalam Anastasia, 2004).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PENYESUAN SOSIAL 1. Pengertian Penyesuaian sosial merupakan suatu istilah yang banyak merujuk pada proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu berhubungan dengan lingkungannya dan tidak dapat hidup sendiri. Ia selalu berinteraksi dengan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR DYAH NURUL HAPSARI Dr. Poeti Joefiani, M.Si Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Pada dasarnya setiap individu memerlukan

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 MK61112 Aulia Kirana,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya. 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang berlangsung sejak usia 10 atau 11 tahun, atau bahkan lebih awal yang disebut

Lebih terperinci

LOCUS OF CONTROL PADA REMAJA PENGGUNA MINUMAN BERALKOHOL

LOCUS OF CONTROL PADA REMAJA PENGGUNA MINUMAN BERALKOHOL LOCUS OF CONTROL PADA REMAJA PENGGUNA MINUMAN BERALKOHOL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang Sebagai Persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana (S 1) Oleh: AGUNG

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama seperti halnya tahap-tahap perkembangan pada periode sebelumnya, pada periode ini, individu

Lebih terperinci

VALUE OF CHILDREN BAGI IBU PELAKU TINDAK KEKERASAN TERHADAP ANAK SKRIPSI. Oleh: Septian Dwi Yusnitasari

VALUE OF CHILDREN BAGI IBU PELAKU TINDAK KEKERASAN TERHADAP ANAK SKRIPSI. Oleh: Septian Dwi Yusnitasari VALUE OF CHILDREN BAGI IBU PELAKU TINDAK KEKERASAN TERHADAP ANAK SKRIPSI Oleh: Septian Dwi Yusnitasari 02810268 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2008 LEMBAR PERSETUJUAN Judul Skripsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Keluarga 2.1.1 Pengertian keluarga Menurut Friedmen (1998) keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu

Lebih terperinci

Definisi remaja menurut para ahli - Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yaitu diawali dengan

Definisi remaja menurut para ahli - Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yaitu diawali dengan Pengertian Remaja Definisi Menurut Para Ahli Ciri Tahap dan Perkembangan Masa Remaja Ditulis oleh : Sanjaya Yasin Pengertian Remaja -Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak kanak dan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Layanan bimbingan pada dasarnya upaya peserta didik termasuk remaja untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi termasuk masalah penerimaan diri. Bimbingan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Afiatin, T Persepsi Pria dan Wanita terhadap Kemandirian. Jurnal Psikologi Tahun XX, Nomor 1, halaman 7-14.

DAFTAR PUSTAKA. Afiatin, T Persepsi Pria dan Wanita terhadap Kemandirian. Jurnal Psikologi Tahun XX, Nomor 1, halaman 7-14. DAFTAR PUSTAKA Afiatin, T. 1993. Persepsi Pria dan Wanita terhadap Kemandirian. Jurnal Psikologi Tahun XX, Nomor 1, halaman 7-14. Amabile, T.A. 1989. Growing Up Creative. New York : Crow Pub. Ancok, D.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara

BAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara BAB II LANDASAN TEORI A. Harga Diri 1. Definisi harga diri Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara positif atau negatif (Santrock, 1998). Hal senada diungkapkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti melewati tahap-tahap perkembangan yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa dewasa. Namun ada suatu masa dimana individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Dalam perkembangan kepribadian seseorang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Pengertian Remaja Pada umumnya remaja didefiniskan sebagai masa peralihan atau transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 Pengertian Kepercayaan Diri Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti melahirkan anak, merawat anak, menyelesaikan suatu permasalahan, dan saling peduli antar anggotanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa kehidupan yang penting dalam rentang hidup manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional (Santrock,

Lebih terperinci

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU 1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU Oleh : Chinta Pradhika H. Fuad Nashori PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Gelar Sarjana S-1 Psikologi Oleh : Nina Prasetyowati F

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan sangat dibutuhkan baik bagi anak

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI Hubungan Antara Kepercayaan Diri dengan Kecemasan dalam Menyusun Proposal Skripsi (Pindho Hary Kristanto, dkk.) HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI Pindho

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan individu lain sepanjang kehidupannya. Individu tidak pernah dapat hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang diselenggarakan di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin besarnya kebutuhan akan tenaga kerja profesional di bidangnya. Hal ini dapat dilihat dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha sosial yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha sosial yang mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan sosial kepada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Istilah pubertas juga istilah dari adolescent yang

Lebih terperinci

BABV PENUTUP. dunia psikologi dan jelas terlihat dalam penelitian ini, bahwa perempuan yang

BABV PENUTUP. dunia psikologi dan jelas terlihat dalam penelitian ini, bahwa perempuan yang BABV PENUTUP BABV PENUTUP 5.1. Bahasan Kondisi depresi merupakan salah satu gangguan mood yang ada di dalam dunia psikologi dan jelas terlihat dalam penelitian ini, bahwa perempuan yang melakukan aborsi

Lebih terperinci

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN Menurut Havighurst, tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu; dan apabila berhasil mencapainya mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang pada umumnya ditandai dengan perubahan fisik, kognitif, dan psikososial, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang rentang kehidupannya individu mempunyai serangkaian tugas perkembangan yang harus dijalani untuk tiap masanya. Tugas perkembangan tersebut terbentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi hampir bersamaan antara individu satu dengan yang lain, dan

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi hampir bersamaan antara individu satu dengan yang lain, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia selalu mengalami perubahan sepanjang kehidupan yakni sejak dalam kandungan sampai meninggal. Fase-fase perkembangan yang terjadi hampir bersamaan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA (AYAH IBU) - ANAK DENGAN DEPRESI PADA REMAJA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA (AYAH IBU) - ANAK DENGAN DEPRESI PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA (AYAH IBU) - ANAK DENGAN DEPRESI PADA REMAJA Oleh : Finda Fatmawati Hepi Wahyuningsih PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Adolescence (remaja) merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia, karena masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kekerasan pada anak telah menjadi perhatian dunia, begitu banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s Fund (UNICEF) (2012)

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan menjadi calon-calon pemimpin bangsa maupun menjadi calon penggerak kehidupan bangsa dari sumbangsih

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA. Skripsi HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 RUSTAM ROSIDI F100 040 101 Diajukan oleh: FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014 BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia banyak mengalami masalah-masalah kompleks dalam kehidupannya yang sebenarnya berasal dari diri sendiri, sehingga tanpa sadar manusia menciptakan mata

Lebih terperinci

PERAN KELUARGA INTI DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA

PERAN KELUARGA INTI DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA A.24 PERAN KELUARGA INTI DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA Partini A.Z. Rivai Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstraksi. Belajar merupakan kewajiban dari setiap remaja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang permasalahan Setiap manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia pasti membutuhkan orang lain disekitarnya mulai dari hal yang sederhana maupun untuk hal-hal besar didalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan dari keseluruhan laporan penelitian yang menguraikan pokok bahasan tentang latar belakang masalah yang menjadi fokus penelitian, pertanyaan penelitian,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KONFLIK PERAN GANDA PADA WANITA BEKERJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KONFLIK PERAN GANDA PADA WANITA BEKERJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KONFLIK PERAN GANDA PADA WANITA BEKERJA Naskah Publikasi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Sebagian Syaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini dalam kehidupan bermasyarakat yang diikat norma sosial kerap kali muncul permasalahan menyangkut anak yang diduga melakukan tindak pidana. Ketika

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun. Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun. Menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja sering menimbulkan berbagai tantangan bagi para orang dewasa. Banyak hal yang timbul pada masa remaja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi dan modernisasi, banyak terjadi perubahanperubahan dalam berbagai sisi kehidupan yang mengharuskan setiap manusia tanpa terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi dengan lingkungan senantiasa dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi seorang anak dalam mempelajari berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar inilah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah media penghantar individu untuk menuju masa depan yang lebih baik. Pendidikan merupakan salah satu solusi atau upaya yang dibuat agar dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi masalah kesehatan mental. Jika sudah menjadi masalah kesehatan mental, stres begitu mengganggu

Lebih terperinci

KEBERMAKNAAN HIDUP PADA DUDA USIA LANJUT SKRIPSI. Oleh: Emma Rianti

KEBERMAKNAAN HIDUP PADA DUDA USIA LANJUT SKRIPSI. Oleh: Emma Rianti KEBERMAKNAAN HIDUP PADA DUDA USIA LANJUT SKRIPSI Oleh: Emma Rianti 06810007 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2011 KEBERMAKNAAN HIDUP PADA DUDA USIA LANJUT SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia saling berinteraksi sosial dalam usaha mengkomunikasikan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia saling berinteraksi sosial dalam usaha mengkomunikasikan pikiran dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lainnya. Manusia saling berinteraksi sosial dalam usaha mengkomunikasikan pikiran dan perasaannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu kelompok di dalam masyarakat. Kehidupan remaja sangat menarik untuk diperbincangkan. Remaja merupakan generasi penerus serta calon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan terbesar yang dihadapi siswa adalah masalah yang berkaitan dengan prestasi, baik akademis maupun non akademis. Hasil diskusi kelompok terarah yang

Lebih terperinci

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN KOMPETENSI INTERPERSONAL PADA REMAJA PANTI ASUHAN SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh:

Lebih terperinci

PENGALAMAN REMAJA DALAM MENERIMA PENDIDIKAN SEKS

PENGALAMAN REMAJA DALAM MENERIMA PENDIDIKAN SEKS PENGALAMAN REMAJA DALAM MENERIMA PENDIDIKAN SEKS Juliana S.R. Marpaung*, Setiawan ** * Mahasiswa Fakultas Keperawatan ** Dosen Departemen Keperawatan Dasar dan Medikal Bedah Fakultas Keperawatan, Universitas

Lebih terperinci

PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran identitas diri pada remaja yang menikah dini. Bab ini adalah penutup dari seluruh naskah penelitian,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II. A. DUKUNGAN SOSIAL II. A. 1. Definisi Dukungan Sosial Menurut Orford (1992), dukungan sosial adalah kenyamanan, perhatian, dan penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena hubungannya dengan perguruan tinggi yang diharapkan dapat menjadi caloncalon intelektual. Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wellbeing merupakan kondisi saat individu bisa mengetahui dan mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, menjalin hubungan yang baik dengan orang lain, dan secara

Lebih terperinci