BAB I PENDAHULUAN. baru berdiri, namun perusahaan yang sudah lama berdiri pun pasti akan timbul

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. baru berdiri, namun perusahaan yang sudah lama berdiri pun pasti akan timbul"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan usaha di Indonesia dalam era sekarang ini menimbulkan persaingan yang semakin ketat. Persaingan tidak hanya muncul bagi perusahaan yang baru berdiri, namun perusahaan yang sudah lama berdiri pun pasti akan timbul persaingan. Dalam menghadapi persaingan yang ketat dibutuhkan manajemen yang handal dan mampu mengantisipasi setiap persaingan dan dapat menjalankan perusahaan secara efektif dan efisien. Perlu kita sadari bahwa salah satu faktor penentu yang dapat menghasilkan sumber daya yang berkualitas ini adalah kesehatan, kenyataan menunjukkan bahwa kesehatan yang baik akan meningkatkan produktivitas. Pentingnya masalah-masalah kesehatan harus disadari oleh pihakpihak yang berkaitan baik pemerintah maupun swasta. Pemerintah pun sekarang sedang melakukan peningkatan layanan kesehatan kepada masyarakat. Wujud nyata perhatian pemerintah terhadap pembangunan kesehatan dengan usaha meningkatkan mutu dan layanan kesehatan, peningkatan fasilitas layanan kesehatan dan gizi masyarakat.(kula, 2013). Kebutuhan akan layanan rumah sakit yang bermutu semakin meningkat seiring dengan semakin membaiknya perekonomian dan derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan rumah sakit sebaiknya dikelola dengan dasar konsep manajemen yang mempunyai etika. Tanpa konsep manajemen yang jelas, perkembangan rumah sakit di Indonesia akan berjalan lambat. Dalam rangka

2 2 peningkatan kelancaran penyelenggaraan rumah sakit, peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan rumah sakit disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat, maka rumah sakit harus bisa mengakomodasi bermacam-macam kepentingan dari berbagai pihak. Manajemen rumah sakit diharapkan dapat menentukan langkah yang efektif dan efisien untuk pengelolaan rumah sakit tanpa mengesampingkan sisi sosialnya. Manajemen rumah sakit harus memberikan imbal jasa yang layak kepada karyawan dari berbagai profesi untuk tenaga yang dikeluarkannya. Konsumen menginginkan pelayanan yang memuaskan. Penyelenggaraan rumah sakit untuk mewujudkan kepentingan tersebut tidak lepas dari ketersediaan dana. Manajemen rumah sakit, sebagai pusat penyelenggaraan, harus bisa menggali sumber dana dan mengelolanya. Dana tersebut bisa didapat dari tarif jasa yang dibebankan pada konsumen. Dalam akuntansi biaya, tarif jasa tersebut dapat ditentukan berdasarkan harga pokok produk. Perhitungan harga produk jasa pada rumah sakit bertujuan untuk menghitung biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pelayanan jasanya dengan demikian pihak rumah sakit dapat menentukan harga pelayanan jasanya kepada konsumen. Tarif atau price adalah harga nilai uang yang harus dibayar oleh konsumen untuk memperoleh atau mengkonsumsi suatu komoditi yaitu barang atau jasa dan mengemukakan bahwa dalam keadaan normal harga atau tarif harus menutup biaya penuh (Full Cost) yang terkait dengan produk dan menghasilkan laba yang dikehendaki. (Widicahyadi, 2005). Penentuan jasa rawat inap merupakan suatu keputusan yang sangat penting karena dapat mempengaruhi profitabilitas suatu rumah sakit, karena dengan adanya berbagai fasilitas pada jasa rawat inap, serta jumlah biaya overhead yang tinggi,

3 3 maka semakin menuntut ketepatan dalam pembebanan biaya yang sesungguhnya. Selama ini penentuan tarif untuk rumah sakit masih menggunakan sistem penentuan tradisional, sistem penentuan tradisional tidak mencerminkan aktivitas yang spesifik, kendala utama sistem tradisional adalah penentuan tarif didasarkan pada volume output, mengingat output rumah sakit yang tidak berwujud, seperti kecepatan pelayanan jasa, kualitas informasi, serta pemberian kepuasan layanan terhadap pasien dengan volume dan kompleksitas pelayanan, penanganan, perawatan, serta fasilitas yang berbeda-beda serta sebagian besar biaya yang terjadi adalah biaya overhead, maka sistem penentuan tarif tradisional akan menghasilkan tarif yang tidak akurat. Tarif yang tidak akurat akan memberikan informasi biaya yang terdistorsi yaitu undercosting atau overcosting yang mengakibatkan kesalahan pengambilan keputusan dan kelangsungan organisasi. Menyadari adanya kelemahan dalam sistem penentuan tarif tradisional, maka perlu diterapkan sistem penentuan berdasarkan aktivitas atau lebih dikenal dengan metode Activity Based Costing (ABC). Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Jeina Ivone Kula pada tahun 2013 yang menjadikan RSUP Prof.Dr.R.D. Kandou sebagai objek penelitian. Dari penelitian tersebut didapati bahwa penetapan biaya rawat inap yang dipakai oleh Rumah Sakit Kandou Manado adalah tarif yang ditetapkan pemerintah sebagai dasar penetapan harga kamar rawat inap dan metode ABC digunakan rumah sakit sebagai penentuan harga kamar, perhitungan biaya, dan sebagai usulan tarif baru. Biaya rawat inap yang diterapkan oleh pihak rumah sakit setelah dibandngkan dengan metode activity based costing terdapat selisih dimana untuk kelas VIP, I, II, dan III lebih tinggi dari biaya rawat inap yang ditetapkan pihak rumah sakit, dan untuk VVIP lebih rendah dari biaya rawat inap yang ditetapkan.

4 4 Rumah Sakit Tk.III O Bhakti Wira Tamtama merupakan rumah sakit yang berada di bawah naungan Kesehatan Kodam IV/Diponegoro Semarang. Rumah Sakit Tk.III O Bhakti Wira Tamtama Kesdam IV/Diponegoro memiliki berbagai fasilitas dan pelayanan kesehatan. Untuk pelayanan rawat inap Rumah sakit Tk. III O Bhakti Wira Tamtama mempunyai berbagai ruang di antaranya Ruang Melati yang di dalamnya terdapat kelas VIP dan kelas I, Ruang Nusa Indah memiliki dua macam kelas diantaranya kelas I dan kelas II, Ruang Anggrek (anak) didalamnya terdapat dua kelas yaitu kelas II dan kelas III, Flamboyan hanya memiliki satu macam kelas saja yaitu kelas III, Ruang Dahlia memiliki 3 tingkatan kelas yaitu kelas IA, IB, dan II A, Ruang Bougenvile (khusus kandungan) memiliki dua kelas yaitu kelas II dan kelas III. Penulis hanya memilih satu dari kesekian banyak ruang yaitu Ruang Nusa Indah dikarenakan terbatasnya waktu dan data dan juga berdasarkan saran dari pihak rumah sakit. Penelitian ini menggunakan data tahun 2013 dengan subjek penelitian pasien umum. Rumah Sakit Tk.III O Bhakti Wira Tamtama menghitung tarif kamar rawat inapnya dengan metode unit cost. Perhitungannya dilakukan secara terpisah untuk setiap jenis kelas rawat inap. Cara perhitungannya yaitu dengan menjumlahkan biaya tetap, biaya semi variabel, dan biaya variabel sehingga dihasilkan biaya total. Kemudian biaya total dibagi dengan jumlah hari rawat inap. Penentuan tarif dengan menggunakan cara tersebut akan menghasilkan informasi yang kurang akurat dalam menentukan tarif yang harus dibayar oleh pemakai jasa rawat inap. Peneliti memilih Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama sebagai objek penelitian dikarenakan rumah sakit tersebut dalam perhitungan tarif rawat inapnya masih menggunakan metode unit cost, oleh karena itu peneliti ingin menerapkan metode activity based costing

5 5 jika diimplementasikan dalam perhitungan tarif rawat inap di rumah sakit. Perhitungan ini diharapkan dapat membantu ketepatan tarif rawat inap rumah sakit yang dalam hal ini dibebankan ke berbagai aktivitas. Penelitian ini merupakan penelitian jenis terapan, penelitian jenis ini dilakukan berkenaan dengan kenyataan praktis, penerapan, dan pengembangan ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh penelitian dasar dalam kehidupan nyata. Tujuan utama penelitian terapan adalah pemecahan masalah sehingga hasil penelitian dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia baik secara individu atau kelompok. Dengan kata lain penerapan adalah salah satu jenis penelitian yang hasilnya dapat diterapkan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi. Dengan dasar uraian di atas penulis ingin menerapkan metode activity based costing pada perhitungan tarif rawat inap pada Rumah Sakit Tk.III Bhakti Wira Tamtama, dengan menggunakan metode aktivitas berdasarkan biaya diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk penentuan tarif rawat inap dalam jangka waktu ke depannya. Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, penelitian ini diberi judul Perhitungan Tarif Rawat Inap RS. Bhakti Wira Tamtama Semarang Dengan Metode Activity Based Costing 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah Bagaimana penentuan tarif rawat inap pada RS. Bhakti Wira Tamtama dengan menggunakan metode Activity Based Costing?

6 6 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis penentuan tarif kamar rawat inap jika dihitung dengan menggunakan metode Activity Based Costing pada Rumah Sakit Tk.III O Bhakti Wira Tamtama. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi RS. Bhakti Wira Tamtama dapat digunakan sebagai dasar dalam penentuan tarif pelayanan dan memberi gambaran tentang metode Activity Based Costing terutama bagi pihak manajemen rumah sakit. 2. Bagi penulis penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman praktis dalam menghitung tarif pelayanan instalasi rawat inap dengan metode Activity Based Costing. 3. Bagi pembaca dapat digunakan sebagai wacana tentang metode sebagai wacana tentang metode Activity Based Costing. 1.5 Sistematika Penulisan Skripsi ini ditulis menurut sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan Merupakan bab yang menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, kegunaan penulisan serta sistematika penulisan.

7 7 BAB II : Tinjauan Pustaka Merupakan bab yang menguraikan tentang beberapa konsep dasar sebagai landasan teori dan tinjauan kepustakaan yang diperlukan sehubungan dengan pembahasan masalah. BAB III : Metode Penelitian Merupakan bab yang menguraikan tentang rancangan penelitian, lokasi dan waktu penelitian, metode pengumpulan data, jenis dan sumber data, serta analisis data. BAB IV : Hasil dan Pembahasan Merupakan bab yang menguraikan tentang sejarah singkat perusahaan, profil perusahaan, struktur dan fungsi perusahaan. Serta berisi perhitungan tarif rawat inap berdasarkan metode Activity Based Costing. BAB V : Kesimpulan dan Saran Merupakan bab yang berisi kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan serta saran-saran yang menjadi alternatif bagi objek penelitian.

8 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya Pengertian Akuntansi Biaya Terdapat beberapa pengertian Akuntansi Biaya yang dikemukakan menurut para ahli diantaranya adalah sebagai berikut: Menurut Carter (2009:11) akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan alat yang diperlukan untuk aktivitas perencanaan dan pengendalian, memperbaiki kualitas dan efisien serta membuat keputusan-keputusan yang rutin maupun strategis. Menurut Bustami dan Nurlela (2010:4) akuntansi biaya adalah bidang ilmu akuntansi yang mempelajari bagaimana cara mencatat, mengukur dan pelaporan informasi biaya yang digunakan. Menurut Witjaksono (2006:1) akuntansi biaya didefinisikan sebagai ilmu dan seni mencatat, mengakumulasikan, mengukur serta menyajikan informasi berkenaan dengan biaya dan beban. Menurut Mulyadi (2003:3) akuntansi biaya adalah sistem informasi yang menghasilkan informasi biaya dan informasi operasi untuk memberdayakan personel organisasi dalam pengelolaan aktivitas dan pengambilan keputusan yang lain.

9 Peranan Akuntansi Biaya Peranan Akuntansi Biaya dalam kegiatan perusahaan, sangatlah besar. Menurut Daljono (2011:4), peranan Akuntansi Biaya dalam aktivitas perusahaan adalah: 1. Menetapkan metode perhitungan Harga Pokok yang menjamin adanya pengendalian biaya, efisiensi biaya, dan perbaikan mutu. 2. Mengendalikan jumlah persediaan (secara fisik), dan menentukan harga pokok tiap jenis produk yang diproduksi untuk tujuan penentuan harga dan untuk mengevaluasi prestasi suatu produk, departemen (atau divisi). 3. Menghitung Laba/Rugi perusahaan untuk setiap periode akuntansi, termasuk menentukan harga pokok persediaan, dan harga pokok penjualan. 4. Mengambil keputusan jangka pendek. Contoh keputusan jangka pendek, misalnya perusahaan perlu memutuskan apakah sebaiknya produk tertentu dihentikan saja karena selama ini produk jenis tersebut mengalami kerugian, ataukah tetap terus memproduksinya meskipun merugi Manfaat Akuntansi Biaya Menurut pendapat Witjaksono (2006:4) manfaat akuntansi biaya, antara lain: 1. Menimbulkan sifat sadar akan biaya (cost awareness).

10 10 2. Sebagai tolak ukur pengelolaan biaya sehingga mampu mengukur biaya dengan cukup akurat serta didukung kemampuan manajemen untuk memanfaatkan informasi yang dihasilkan. 3. Sebagai pemasok informasi dasar untuk menentukan harga jual produk barang dan jasa. 4. Sebagai bagian dari alat pengendalian manajemen, terutama yang berkaitan dengan pengukuran kinerja manajer pusat pertanggungjawaban.. 5. Sebagai pemasok informasi pada pihak eksternal berkenaan dengan seluruh aspek biaya operasi, misalnya untuk kepentingan pajak. 2.2 Sistem Akuntansi Biaya Tradisional Menurut Hansen dan Mowen (2009:162) sistem akuntansi biaya tradisional adalah perhitungan biaya produk yang menggunakan penggerak aktivitas tingkat unit (unit activity cost driver). Penggerak aktivitas tingkat unit adalah faktor yang menyebabkan perubahan dalam biaya seiring dengan perubahan jumlah unit yang diproduksi. Contoh penggerak aktivitas tingkat unit yang pada umumnya digunakan untuk membebankan overhead, misalnya unit yang diproduksi, jam tenaga kerja langsung, biaya tenaga kerja langsung, jam mesin dan biaya bahan baku langsung. Menurut Hansen dan Mowen (2019:164), perhitungan dari tarif keseluruhan pabrik yang paling baik diilustrasikan dengan pendekatan perhitungan biaya dengan rumus sebagai berikut: TPO = OA AH

11 11 Keterangan: TPO : Tarif perkiraan Overhead OA : Overhead yang dianggarkan AH : Aktivitas yang diharapkan Menurut Hansen dan Mowen (2009:165), biaya aktivitas dibebankan ke produk berdasarkan masing-masing aktivitas produk. Pembebanan biaya overhead dari tiap aktivitas ke setiap kamar dihitung dengan rumus sebagai berikut: BOP = TCP x CDP Keterangan: BOP : Biaya Operasi Produk yang dibebankan TCD : Tarif/unit Cost driver CDP : Cost driver yang dipilih Menurut Hansen dan Mowen (2009:165), tarif per unit cost driver dihitung dengan rumus sebagai berikut: TCD = JA CD Keterangan: TCD : Tarif per unit cost driver JA CD : Jumlah Aktivitas : Cost Driver

12 Biaya Definisi Biaya Daljono (2011:3) mendefinisikan biaya adalah suatu pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan akan memberikan keuntungan/manfaat pada saat ini atau masa yang akan datang. Bustami dan Nurlela (2010:7) Mendefinisikan Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Witjaksono (2006:6), ada beberapa konsep biaya diantaranya: biaya pengorbanan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, sebagian akuntan mendefinisikan biaya sebagai satuan moneter pengorbanan barang dan jasa untuk memperoleh manfaat di masa yang akan datang, cost is the cash equivalent value sacrified for goods and services that are expected to bring a current or future benefit to the organization. Menurut Mulyadi (2003:4) biaya adalah kos sumber daya yang telah atau akan dikorbankan untuk mewujudkan tujuan tertentu. Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa biaya adalah pengorbanan sumber daya ekonomi untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat memberikan manfaat bagi perusahaan baik saat ini maupun di masa yang akan datang.

13 Klasifikasi Biaya Dalam akuntansi biaya, biaya dapat dikelompokkan dalam berbagai macam cara. Umumnya klasifikasi biaya ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut. Mengacu pada pendapat Carter (2009:40) Mencatat, penggolongan biaya dapat dilakukan berdasarkan: 1. Biaya dalam hubungannya dengan produk Berdasarkan hubungannya dengan produk, biaya dapat diklasifikasikan menjadi: a. Biaya manufaktur Disebut dengan biaya produksi atau biaya pabrik. Terdiri dari tiga elemen biaya yaitu: I. Bahan baku langsung adalah semua bahan baku yang membentuk bagian integral dari produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam perhitungan biaya produk. Contoh dari bahan baku langsung kayu yang digunakan untuk membuat mebel dan minyak mentah yang digunakan untuk membuat bensin. II. Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang melakukan konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara layak ke produk tertentu. III. Overhead pabrik disebut juga overhead manufaktur yang tidak ditelusuri secara langsung ke output tertentu. Overhead pabrik biasanya memasukkan semua biaya manufaktur kecuali bahan baku

14 14 langsung dan tenaga kerja langsung. Bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung, keduanya disebut biaya utama (prime cost). Tenaga kerja langsung dan overhead pabrik, keduanya disebut biaya konversi (convertion cost). b. Beban Komersial Terdiri atas dua klasifikasi besar yaitu: I. Beban Pemasaran adalah beban yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Dimulai pada saat barang siap dijual. Contohnya: beban penjualan, beban promosi, beban promosi, beban pengiriman. II. Beban administratif termasuk beban yang terjadi dalam mengarahkan dan mengendalikan organisasi. Contohnya: biaya gaji kasir. 2. Biaya dalam hubungannya dengan Volume Produksi Dalam hubungannya dengan volume produksi, biaya dapat diklasifikasikan menjadi: a. Biaya variabel (Variable Cost) Adalah biaya yang jumlahnya berubah secara proposional dengan perubahan volume produksi, dimana biaya per unit produk adalah tetap. Contohnya: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya pengiriman barang, dan sebagainya. b. Biaya tetap (Fixed Cost) Adalah biaya yang jumlahnya konstan dalam rentang

15 15 yang relevan, dan tidak terpengaruh oleh perubahan volume produksi. Tetapi biaya tetap per unit akan menjadi lebih rendah jika volume produksi bertambah, demikian juga sebaliknya. Contohnya: depresiasi, amortisasi paten, dan sebagainya. c. Biaya Semivariabel (Semivariable Cost) Adalah biaya yang mengandung unsur biaya tetap dan biaya variabel. Biaya ini jumlah totalnya berubah sesuai dengan perubahan volume produksi, tetapi sifat perubahannya tidak proporsional atau sebanding. Contohnya: biaya listrik, pajak penghasilan, telepon, air, dan sebagainya. 3. Biaya dalam Hubungannya dengan Departemen Produksi atau Segmen Lain Suatu bisnis dapat dibagi ke dalam jumlah segmen yang bervariasi. Pembagian pabrik menjadi departemen, proses-proses, unit kerja, proses biaya, atau kelompok biaya juga berfungsi sebagai dasar untuk mengklasifikasikan dan mengakumulasikan biaya dan membebankan tanggung jawab untuk pengendalian biaya. Biaya tersebut, antara lain: a. Biaya Langsung (Direct Cost) dan Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost) I. Biaya Langsung (Direct Cost) adalah biaya yang dapat dengan mudah ditelusuri ke suatu departemen dimana biaya tersebut berasal. Contohnya: gaji

16 16 dari supervisor departemen. II. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost) adalah biaya yang digunakan bersama oleh beberapa departemen yang memperoleh manfaat dari biaya tersebut. Contohnya: biaya sewa gedung, biaya penyusutan gedung. b. Biaya bersama (Common Cost) dan Biaya Gabungan (Joint Cost) I. Biaya Bersama (Common Cost) adalah biaya yang berasal dari penggunaan fasilitas atau jasa oleh dua operasi atau lebih. Biaya ini pada umumnya timbul dalam organisasi yang mempunyai banyak departemen atau segmen. Contohnya: gaji dari wakil presiden direktur pemasaran, yang memberikan jasanya ke beberapa segmen dalam suatu perusahaan. II. Biaya Gabungan (Joint Cost) adalah biaya yang terjadi bila proses produksi menghasilkan lebih dari satu produk. Contohnya: industri minyak dan gas, pengepakan daging. 4. Biaya dalam Hubungannya dengan Periode Akuntansi ` Biaya dapat diklasifikasikan menjadi: a. Pengeluaran Modal (Capital Expenditure) Adalah pengeluaran modal yang dimaksudkan untuk menghasilkan manfaat pada periode mendatang atau lebih dari

17 17 satu tahun dan dilaporkan sebagai aktiva. Contohnya: biaya pembelian mesin dan perawatan. b. Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure) Adalah pengeluaran yang memberi manfaat pada periode berjalan dan dilaporkan sebagai beban. Contohnya: penyusutan mesin dan peralatan. 5. Biaya dalam Hubungannya dengan Suatu Keputusan, Tindakan, atau Evaluasi Biaya dapat diklasifikasikan menjadi: a. Biaya Diferensial (Differential Cost) Seringkali disebut dengan biaya marginal atau biaya inkremental. Biaya tersebut adalah biaya yang relevan untuk suatu pilihan diantara banyak alternatif. b. Biaya Tunai (Out-Of-Pocket-Cost) Jika biaya diferensial hanya terjadi apabila suatu alternatif tertentu diambil, maka biaya tersebut juga dapat disebut sebagai biaya tunai yang berkaitan dengan alternatif itu. c. Biaya Kesempatan (Opportunity Cost) Sejumlah pendapatan atau manfaat lain yang mungkin hilang apabila alternatif tertentu diambil. d. Biaya Tertanam (Sunk Cost) Suatu biaya yang telah dikeluarkan dan kemudian ternyata tidak relevan dengan keputusan yang diambil.

18 Biaya Overhead Pabrik Menurut Bustami dan Nurlela (2010:227) Biaya Overhead pabrik adalah bahan baku tidak langsung dan tenaga kerja tidak langsung ke produk selesai atau tujuan akhir biaya. Istilah lain yang dapat digunakan untuk overhead pabrik adalah biaya produksi tidak langsung. Biaya overhead pabrik memiliki dua karakteristik yang perlu dipertimbangkan yaitu hubungan overhead pabrik dengan produk atau volume pabrik serta overhead pabrik berurusan dengan elemen-elemen biaya yang berhubungan dengan perubahan biaya overhead pabrik terhadap perubahan volume produksi. Faktor faktor yang dipertimbangkan dalam penentuan tarif overhead pabrik: 1. Dasar yang digunakan Penentuan dasar tarif ditujukan untuk: a. Memastikan apakah sumber daya pabrik tidak langsung yang digunakan oleh pesanan, produk dan pekerjaan yang dilakukan sudah membebankan overhead pabrik secara wajar. b. Untuk meminimalkan biaya dan usaha klerikal, yaitu dengan cara memilih dasar yang paling se derhana dan paling mudah diukur. 2. Tingkatan pemilihan aktivitas Kapasitas atau aktivitas adalah ukuran pabrik dan mesin serta jumlah personalia yang bersifat tetap yang telah ditentukan sebelumnya oleh manajemen. Sedangkan volume merupakan ukuran atas kegiatan perusahaan.

19 19 Tingkatan aktivitas yang dapat digunakan dalam menentukan tarif biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada pekerjaan atau produk adalah: a. Tingkat aktivitas teoritis b. Tingkat aktivitas praktis c. Tingkat aktivitas aktual d. Tingkat aktivitas normal 3. Memasukkan atau tanpa memasukkan overhead pabrik tetap Memasukkan atau tanpa memasukkan overhead pabrik tetap dalam penentuan tarif overhead pabrik berhubungan dengan metode penentuan harga pokok yang digunakan. Metode penentuan harga pokok yang dapat digunakan yaitu metode variable costing dan metode full costing. 4. Menggunakan tarif tunggal atau beberapa tarif 5. Menggunakan tarif yang berbeda untuk aktivitas jasa 2.5 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi Menurut Daljono (2011:165), ada dua jenis utama dalam membebankan biaya ke produk. Kedua jenis tersebut adalah: 1. Metode penentuan Harga Pokok Pesanan (Job Order Costing) Pada metode ini, yang menjadi obyek biaya (cost object) adalah unit produk individual, batch, atau kelompok produk dalam satu job. Umumnya manajer menghendaki adanya informasi tentang berapa harga pokok produk untuk setiap jenis produk/batch/kelompok atau setiap kelompok pesanan,

20 20 karena setiap pesanan/kelompok job tersebut memiliki spesifikasi yang berbeda. Produk yang perhitungan harga pokok-nya menggunakan metode ini, umumnya merupakan produk pesanan. 2. Metode penentuan Harga Pokok Proses Merupakan Sistem Pengumpulan biaya produksi menurut departemen atau pusat biaya selama satu periode. Metode harga pokok proses digunakan oleh perusahaan yang produknya bersifat massal seperti: produk kimia, produk semen, produk gula, produk minyak dan lain sebagainya. 2.6 Activity Based Costing Pengertian Activity Based Costing Menurut Carter (2009:528) menyatakan bahwa Activity Based Costing didefinisikan sebagai suatu sistem perhitungan biaya, dimana tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar yang mencakup satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume (non-volume-related-factor). Activity Based Costing mengakui bahwa terdapat biaya-biaya lain pada kenyataannya dapat ditelusuri tidak ke unit output, melainkan ke aktivitas yang diperlukan untuk memproduksi output. Hansen dan Mowen (2009:179) menyatakan bahwa sistem biaya berdasarkan aktivitas (Activity Based Costing) merupakan proses dua tahap yaitu: 1. Pembebanan biaya ke aktivitas Aktivitas menggunakan sumber daya seperti tenaga kerja,

21 21 bahan, energi, dan modal. Biaya dari sumber daya didapat dalam buku kas umum, namun berapa banyak dihabiskan pada setiap aktivitas tidak dapat dilihat. Oleh karena itu, menjadi penting untuk membebankan biaya sumber daya ke aktivitas dengan menggunakan penelusuran langsung dan penggerak. Misalnya: waktu yang dihabiskan pada setiap aktivitas merupakan dasar bagi pembebanan biaya tenaga kerja ke aktivitas dengan menggunakan metode pembebanan penelusuran langsung. Jika sumber daya dibagi oleh beberapa aktivitas (seperti sumber daya staf administrasi), maka pembebanan dilakukan melalui penelusuran penggerak dan penggerak ini disebut penggerak sumber daya. Penggerak sumber daya merupakan faktor-faktor yang mengukur pemakaian sumber daya oleh aktivitas. Setelah penggerak sumber daya diidentifikasi, maka biaya sumber daya dapat dibebankan ke aktivitas. 2. Pembebanan biaya pada produk Pembebanan ini dilakukan dengan cara menentukan aktivitas primer terlebih dahulu, kemudian dibebankan pada produk dalam suatu proporsi sesuai dengan aktivitas penggunaannya, seperti yang diukur oleh penggerak aktivitas. Kemudian pembebanan ini diselesaikan dengan penghitungan suatu tarif aktivitas yang ditentukan terlebih dahulu dan mengalikan tarif ini dengan penggunaan aktual aktivitas. Menurut Mulyadi (2003:40), Activity Based Costing System adalah semua informasi biaya yang berorientasi pada penyediaan informasi lengkap

22 22 tentang aktivitas untuk memungkinkan personel perusahaan melakukan pengelolaan terhadap aktivitas. Sistem informasi ini menggunakan aktivitas sebagai basis serta pengurangan biaya dan penentuan secara kos produk/jasa sebagai tujuan. Sistem informasi ini diterapkan dalam perusahaan manufaktur, jasa, dan dagang. Dari berbagai pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Activity Based Costing System merupakan suatu konsep akuntansi biaya yang berdasarkan atas pemikiran bahwa produk mengkonsumsi aktivitas dan aktivitas menimbulkan biaya. Activity Based Costing System ini dirancang sedemikian rupa sehingga setiap biaya yang tidak dapat dialokasikan secara langsung kepada produk, dibebankan kepada produk berdasarkan aktivitas dan biaya dari setiap aktivitas kemudian dibebankan kepada produk berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas tersebut Karakteristik Activity Based Costing Activity Based Costing System merupakan suatu sistem pencatatan akuntansi yang menekankan pada pembebanan biaya produk berdasarkan aktivitas yang dilakukan untuk meproduksi produk tersebut. Sebelum membahas mengenai karakteristik dari Activity Based Costing System, perlu dipahami terlebih dahulu beberapa istilah yang berhubungan dengan sistem tersebut. Adapun istilah tersebut antara lain : a. Aktivitas, yaitu peristiwa, tugas atau satuan pekerjaan dengan tujuan tertentu.

23 23 b. Sumber daya, yaitu unsur ekonomis yang dibebankan atau digunakan dalam pelaksanaan aktivitas. c. Objek biaya, yaitu sesuatu yang menjadi tujuan pengukuran dan pembebanan biaya. d. Cost driver, yaitu faktor-faktor yang menyebabkan pengaruh biaya aktivitas dan merupakan faktor yang dapat diukur, yang digunakan untuk membebankan biaya ke aktivitas dan dari aktivitas yang satu ke aktivitas yang lainnya Manfaat Activity Based Costing Menurut Hansen dan Mowen (2009), penentuan harga pokok produksi dengan menggunakan Activity Based Costing memberikan beberapa kelebihan, diantaranya sebagai berikut: a. Menyajikan cost produk yang lebih akurat dan informatif, yang mengarahkan kepada pengukuran profitabilitas produk yang lebih akurat dan kepada keputusan strategik yang lebih baik tentang penentuan harga jual, lini produk dan pengeluaran modal. b. Menyajikan pengukuran yang lebih akurat tentang biaya yang dipicu oleh adanya aktivitas, hal ini dapat membantu manajemen untuk meningkatkan nilai produk dan nilai proses dengan membuat keputusan yang lebih baik tentang desain produk dan pengendalian cost secara lebih baik. c. Memudahkan manajer memberikan informasi tentang relevant cost untuk pembuatan keputusan.

24 24 Dari sumber diatas, dapat dikatakan bahwa Activity Based Costing System ini memiliki berbagai macam manfaat. Selaim digunakan untuk memberikan perhitungan secara akurat, Activity Based Costing System juga memberikan kemudahan untuk menghitung biaya berdasarkan aktivitasnya. Activity Based Costing ini merupakan suatu cara untuk memperbaiki sistem biaya tradisional yang dalam pelaksanaanya masih terjadi kesalahan dan kurang akurat. Sehingga Activity Based Costing bertujuan memberikan keakuratan dalam perhitungan-perhitungan biaya, terutama dalam menghitung harga pokok produksi Keuntungan Activity Based Costing Daljono (2011:267) mengemukakakan Penerapan sistem ABC memberikan beberapa keuntungan antara lain, berkaitan dengan pengambilan keputusan, pengendalian aktivitas, dan berkaitan dengan penentuan relevant cost. 1. Meningkatkan kualitas pengambilan keputusan Penerapan sistem ABC akan meningkatkan ketepatan pengambilan keputusan, karena penentuan harga pokok produk yang lebih informatif. Keputusan yang tidak tpat sering terjadi karena informasi berdasarkan unit yang disajikan mengalami distorsi. Sistem ABC mencegah timbulnya distorsi dalam penentuan harga pokok produk secara akurat sangat diperlukan terutama bagi perusahaan yang dalam kondisi persaingan ketat. Contoh, bila salah dalam penentuan harga jual, maka perusahaan tidak dapat bersaing dengan

25 25 perusahaan lain. 2. Aktivitas perbaikan secara terus menerus untuk mengurangi BOP. Umumnya perusahaan saat ini menginginkan adanya penurunan BOP. Penurunan BOP tersebut dilakukan dengan cara perbaikan secara terus menerus (continous improvement). Apabila perusahaan menerapkan ABC, manajer akan memahami bahwa aktivitas-aktivitas yang tidak ada nilai tambahnya (nonvalue added) harus dihilangkan. Dengan demikian akan memaksa manajemen untuk menyederhanakan operasi. Misalnya dengan mengurangi aktivitas penanganan persediaan, akan mengurangi biaya total. Hal ini merupakan kebalikan dari akuntansi tradisional dimana untuk mengurangi biaya per unit perusahaan harus memproduksi unit yang lebih banyak tanpa memperhatikan konsekuensi manajemen persediaan. 3. Memudahkan menentukan relevant cost. Data harga pokok produk, umumnya akan dianalisa secara mendalam untuk mendapatkan informasi yang relevan terhadap keputusan tertentu. Penyesuaian sering dilakukan terhadap data yang ada. Bila data dihasilkan dari sistem yang kurang bagus, maka data yang ada perlu disesuaikan dengan cara yang lebih sulit bila dibandingkan dengan data yang dihasilkan dari sistem yang lebih bagus. Penerapan ABC akan memberikan kemudahan dalam memperoleh relevant cost untuk keputusan yang lebih luas. Misalkan, jika suatu keputusan yang diajukan akan menurunkan atau justru

26 26 meningkatkan aktivitas yang berlevel batch, maka pembuat keputusan dapat memperkirakan penurunan atau peningkatan biaya yang akan terjadi. Hal yang sama sangat sulit dilakukan bila perusahaan menerapkan sistem yang berbasis volume Kelemahan Activity Based Costing Meskipun Activity Based Costing System menawarkan alternatif penelusuran biaya ke satuan produk secara lebih baik, sistem ini juga memiliki beberapa keterbatasan yang harus diperhitungkan oleh manajer sebelum mengimplementasikannya untuk menghitung biaya produk, kelemahan ABC disajikan dalam penjelasan berikut ini: a. Alokasi. Bahkan jika data aktivitas tersedia, beberapa biaya mungkin membutuhkan alokasi ke departemen atau produk berdasarkan ukuran volume yang arbiter sebab secara praktis tidak dapat ditemukan aktivitas yang dapat menyebabkan biaya tersebut. Contohnya beberapa biaya untuk mempertahankan aktivitas, seperti aktivitas membersihkan pabrik dan pengelolaan proses produksi. b. Mengabaikan biaya. Keterbatasan lan dari Activity Based Costing System adalah beberapa biaya yang diidentifikasikan pada produk tertentu diabaikan dari analisis aktivitas yang biayanya sering diabaikan adalah pemasaran, advertensi, riset dan pengembangan, rekayasa produk, dan klaim garansi. Tambahkan biaya secara sederhana ditambahkan ke biaya produksi untuk menentukannbiaya produk total. Secara tradisional, biaya produk karena persyaratan pelaporan keuangan yang dikeluarkan oleh GAAP

27 27 mengharuskan memasukkannya ke dalam biaya periode. c. Pengeluaran dan waktu yang dikonsumsi. Activity Based Costing system sangat mahal untuk dikembangkan dan diimplementasikan. Disamping itu juga membutuhkan waktu yang banyak. Seperti sebagian besar sistem akuntansi dan manajemen yang inovatif, biasanya diperlukan waktu lebih dari satu tahun untuk mengembangkan dan mengimplementasikan Activity Based Costing System dengan sukses Tahap Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Menurut Daljono (2011:261), Akuntansi Biaya Tradisional, dalam membebankan Biaya Overhead Pabrik melibatkan dua tahap yaitu: biaya overhead pabrik dibebankan ke unit organisasional (departemen), dan kemudian Biaya overhead pabrik dibebankan ke produk. Sedangkan dalam sistem ABC, tahap yang pertama adalah mengusut biaya ke aktivitas di pusat kegiatan atau cost pool (bukan pembebanan ke unit organisasi), dan tahap yang kedua adalah pembebanan biaya ke produk. Pada tahap kedua, penekanannya adalah atribusi secara langsung (dengan mencari hubungan sebab dan akibat). ABC menggunakan pemicu biaya aktivitas yang berdasarkan unit (unit-based activity driver) dan menggunakan cost driver yang berdasarkan pada non-unit (non unit-based activity driver). 1. Prosedur tahap pertama a. Penentuan aktivitas (mengidentifikasi aktivitas) Proses produksi dalam suatu perusahaan, tentunya terdapat banyak aktivitas. Seluruh aktivitas yang mengkonsumsi sumber

28 28 daya harus diidentifikasi. Pada tahap ini, perusahaan dapat menentukan activity driver yang berkaitan dengan setiap aktivitas dan menghitung tarif biaya overhead pabrik per aktivitas individual. b. Aktivitas yang berkaitan, dikelompokkan dalam aktivitas yang homogen Untuk mengurangi banyaknya tarif biaya overhead pabrik, dan untuk menyederhanakan proses, aktivitas dikelompokkan dalam kelompok yang homogen dengan mendasarkan pada karakteristik aktivitas tersebut secara logika berkaitan dan aktivitas tersebut mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk semua produk. Kegiatan (aktivitas) sebagai pemicu biaya dapat dikelompokkan menjadi: 1. Unit-level activities, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk setiap unit produk yang dihasilkan. Contoh: energi untuk menjalankan mesin, pemakaian bahan baku. 2. Batch-level activities, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk setiap batch (kelompok) produk yang dihasilkan. Biaya yang terjadi bervariasi berdasarkan jumlah batch, bukan berdasarkan jumlah unit produk. Contoh: penyetelan (set up) mesin, inspeksi untuk pengendalian kualitas, dll. 3. Product sustaining activities (kegiatan berlevel produk), yaitu kegiatan yang dilakukan untuk menduung berbagai produk yang dihasilkan. Contoh, penyusunan prosedur pengujian produk, perubahan teknis, penangaan spesifikasi produk, dll.

29 29 4. Facilities sustaining activities (aktivitas berlevel fasilitas), merupakan aktivitas yang diperlukan untuk mempertahankan proses produks secara umum. Contoh: keamanan, penyediaan fasilitas, pemeliharaan, dll. c. Perhitungan biaya pool Biaya yang terjadi dalam perusahaan dikumpulkan dalam setiap pusat kegiatan, atau seing disebut cost pool. Biaya aktivitas yang telah dikelompokkan dijumlah untuk menentukan biaya setiap pool. d. Perhitungan tarif pool (pool rate) Tarif pool (pool rate) dihitung sebagai berikut: Pool rate = Jumlah biaya cost pool Kapasitas activity driver 2. Prosedur Tahap kedua Pada tahap ini setiap biaya overhead pabrik disetiap pool dibebankan ke produk. Penghitungannya dilakukan dengan menggunakan pool rate yang telah dihitung pada tahap pertama dan menghitung jumlah sumber daya yang dikonsumsi oleh setiap produk. Biaya overhead pabrik yang dibebankan ke produk dihitung sebagai berikut: BOP dibebankan =Pool rate X pemakaian aktivitas

30 Activity Based Costing untuk Perusahaan Jasa Jasa adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang dasarnya tidak terwujud dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Prinsip utama penerapan Activity Based Costing System baik unuk departemen jasa maupun untuk perusahaan jasa tidak berbeda. Kedua organisasi tersebut (departemen jasa dan perusahaan jasa) sama-sama menghasilkan produk yang sulit untuk diidentifikasikan. Penerapan Activity Based Costing pada perusahaan jasa disebabkan karena perusahaan menghasilkan produk yang tidak berwujud dan bervariasi sehingga menimbulkan kesulitan dalam menentukan biaya aktivitas dalam menghasilkan jasa tersebut. Menggunakan Activity Based Costing dalam organisasi jasa pada dasarnya merupakan tindakan untuk mengatur aktivitas yang berhubungan aktivitas yang berhubungan dengan jasa. Manajemen aktivitas ini berdasarkan prinsip bahwa proses aktivitas atau usaha akan mengkonsumsi sumber daya sedangkan service costing ditentukan dengan cara menelusuri lebih spesifik terhadap support cost (biaya pendukung) yang secara tradisional dialokasikan ke semua produk jasa melalui direct basis, misalkan tenaga kerja langsung, pemakaan peralatan atau persediaan. Sedangkan dalam Activity Based Costing, diperlukan penelusuranpenelusuran aktivitas pembantu ke masing-masing produk jasa. 2.8 Rumah Sakit Pengertian Rumah Sakit Definisi Rumah Sakit menurut WHO, sebagaimana yang termuat dalam WHO Technical Report Series No.122/1957 yang berbunyi: Rumah

31 31 Sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan kesehatan paripurna, kuratif, dan preventif, kepada masyarakat, serta pelayanan rawat jalan yang diberikannya guna menjangkau keluarga di rumah. Rumah Sakit juga merupakan pusat pendidikan dan latihan tenaga kesehatan serta pusat pendidikan dan latihan tenaga kesehatan serta pusat penelitian bio-medik. Fungsi utama Rumah Sakit adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan maupun bagian mata rantai rujukan pelayanan kesehatan. Berdasarkan pengalaman sampai saat ini, pengaduan mengenai pelanggaran etik maupun malpraktek yang dilakukan oleh dokter tidak kurang 80% terjadi di rumah sakit. Lagi pula, segala prinsip yang berlaku dirumah sakit secara proporsional dapat juga diberlakukan secara proporsional dapat juga diberlakukan di sarana pelayanan kesehatan lainnya. (Bastian, 2008:26) Klasifikasi Rumah Sakit Rumah sakit terdiri atas rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Sedangkan rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu, berdasarkan disiplin ilmu, golongan, umur, organ atau jenis penyakit. Klasifikasi rumah sakit adalah pengelompokkan kelas rumah sakit berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan. Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik

32 32 Indonesia No.340/MENKES/PER/III/2010 tentang klasifikasi rumah sakit dibagi menjadi: 1. Klasifikasi Rumah Sakit Umum a. Rumah Sakit Umum Kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis paling sedikit empat pelayanan medis spesialis dasar, lima pelayanan spesialis penunjang medis, dua belas pelayanan medis spesialis lain dan tiga belas pelayanan sub spesialis. b. Rumah Sakit Umum Kelas B yaitu harus mempunyai fasilitas dan dan kemampuan pelayanan medis paling sedikit empat pelayanan medis spesialis dasar, empat pelayanan spesialis penunjang medis, delapan pelayanan medis spesialis lainnya dan dua pelayanan medis sub spesialis dasar. c. Rumah Sakit Umum Kelas C yaitu harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis paling sedikit empat pelayanan medis spesialis dasar dan empat pelayanan spesialis penunjang medis. d. Rumah Sakit Umum Kelas D yaitu harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis paling sedikit dua pelayanan medis spesialis dasar. 2. Klasifikasi Rumah Sakit Khusus a. Rumah Sakit Khusus Kelas A b. Rumah Sakit Khusus Kelas B c. Rumah Sakit Khusus Kelas C

33 33 Pengklasifikasian Rumah Sakit Khusus ditetapkan berdasarkan pelayanan, Sumber Daya Manusia, peralatan, sarana dan prasarana, serta administrasi dan manajemen Fungsi Rumah Sakit Berdasarkan Undang-Undang RI No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, menjelaskan bahwa rumah sakit mempunyai fungsi sebagai berikut: a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit. b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis. c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan. d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu kesehatan Pengertian dan Penetapan Tarif Rumah Sakit Tarif adalah sejumlah moneter yang dibebankan atas barang atau jasa yang dijual atau diserahkan kepada pembeli atau pelanggan. Untuk

34 34 menentukan tarif, biasanya manajemen mempertimbangkan beberapa faktor biaya maupun bukan biaya, yaitu: 1. Biaya, khususnya biaya masa depan. 2. Pendapatan yang diharapkan. 3. Jenis produk jasa yang dijual. 4. Jenis industri. 5. Citra dan kesan masyarakat. 6. Pengaruh pemerintah, khususnya undang-undang, keputusan, peraturan. 7. Kebijakan pemerintah. 8. Tindakan atau reaksi pasar pesaing. 9. Tipe pasar yang dihadapi. 10. Trend ekonomi. 11. Biaya manajemen. 12. Tujuan non-laba. 13. Tanggung jawab sosial perusahaan. 14. Tujuan perusahaan, khususnya laba dan return on investement (ROI).

35 35 Dalam penentuan tarif atau harga jual produk, manajemen perlu tujuan dari penentuan tarif tersebut. Tujuan itu akan dipergunakan sebagai saah satu pedoman kerja perusahaan. Pada umumnya, tujuan tersebut adalah sebagai berikut: a. Bertahan hidup Perusahaan menetapkan bertahan hidup sebagai tujuan utama, apabila menghadapi kesulitan dalam hal kelebihan kapasitas poduksi, persaingan keras, atau perubahan keinginan konsumen. Untuk mempertahankan tetap berjalannya kegiatan produksi, perusahaan harus menetapkan harga yang rendah, dengan harapan akan meningkatkan permintaan. Dalam situasi demikian, laba menjadi kurang penting dibandingkan survival. b. Memaksimalkan laba jangka pendek Perusahaan memperkirakan permintaan akan biaya, dihubungkan dengan harga alternatif dan harga yang akan menghasilkan laba, arus kas, atau tingkat laba investasi maksimal. Dalam semua hal, perusahaan lebih menitikberatkan pada kemampuan keuangan yang ada dan kurang mempertimbangkan prestasi keuangan jangka pendek. c. Kepemimpinan pangsa pasar Sebagian perusahaan ingin mencapai pangsa pasar yang dominan. Mereka yakin bahwa perusahaan dengan market share

36 36 terbesar akan menikmati biaya terendah dan laba tertinggi dalam jangka panjang. Untuk itu, mereka menetapkan harga serendah mungkin. d. Kepemimpinan mutu produk Perusahaan dapat memutuskan bahwa mereka ingin memiliki produk dengan mutu terbaik di pasar. Keputusan ini biasanya mengharuskan penetapan harga yang tinggi untuk menutup biaya pengendalian mutu produk serta biaya riset dan pengembangan. e. Tujuan tujuan lain, misalnya,mempertahankan loyalitas pelanggan Perusahaan mungkin menetapkan harga yang rendah untuk mencegah masuknya perusahaan pesaing atau dapat menetapkan harga yang sama dengan pesaing dengan tujuan untuk mempertahankan loyalitas pelanggan. Menghindari campur tangan pemerintah, menciptakan daya tarik sebuah produk, dan untuk menarik lebih banyak pelanggan.

37 Penelitian Terdahulu Sebelum dilakukannya penelitian ini, telah ditulis beberapa penelitian mengenai penetapan perhitungan tarif rawat inap menggunakan Metode Activity Based Costing. Penelitian-penelitian tersebut akan dikemukakan sebagai berikut : Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Peneliti Tahun Judul Penelitian Hasil 1. Jeina Ivone Kula 2013 Metode Penetapan Biaya Rawat Inap Pada BLU RSUP DR.R.D.KANDOU MANADO. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa: Penetapan biaya Rawat Inap yang dipaki oleh Rumah Sakit Kandou Manado adalah tarif yang ditetapkan pemerintah sebagai dasar penetapan harga kamar rawat inap dan metode ABC dapat digunakan rumah sakit sebagai perhitungan harga kamar yang baru. 2. Lardin Korawijayanti 2013 Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Activity Based Costing Pada UKM Torakur di Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Komparasi antara metode harga pokok konvensional dengan metode ABC pada produk torakur memperlihatkan perbedaan harga pokok sebesar Rp. 73,42. Hal ini disebabkan penentuan harga pokok dengan metode ABC tidak membebankan produk dengan dasar pembebanan yang sama kepada seluruh produk berdasarkan sumber daya yang dikonsumsi aktivitas-

38 38 aktivitas yang terjadi selama siklus kehidupan produk (product life cycle). 3. Danang Rahmaji 2013 Penerapan Activity Based Costing Sytem untuk Menentukan Harga Pokok Produksi PT.Celebes Mina Pratama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa activity based costing system apabila dibandingkan dengan metode tradisional maka memberikan hasil yang lebih besar. Perbedaan yang terjadi disebabkan karena pembebanan biaya overhead pada masingmasing produk. Pada metode tradisional biaya overhead pada masingmasing produk hanya dibebankan pada satu cost driver saja yaitu jumlah unit produksi. Pada activity based costing system biaya overhead pada masing-masing produk dibebankan pada beberapa cost driver sehingga activity based costing system mampu mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap produk secara tepat berdasar konsumsi masing-masing aktivitas. 4. Gusti Ayu Wilda Agustina 2013 Metode Activity Based Costing untuk Mnenetukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap Pada Rumah Sakit YARSI (Yayasan Rumah Sakit Islam) Pontianak Perhitungan jasa rawat inap dengan metode ABC pada kelas VIP menghasilkan perhitungan yang lebih kecil daripada tarif yang ditentukan oleh pihak rumah sakit YARSI Pontianak, sedangkan untuk kelas I, kelas II dan

39 39 kelas III menghasilkan selisih lebih besar dibandingkan kelas VIP. 5. Tabita Dwilova Wijayanti 2013 Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap Pada Rumah Sakit Bersalin Jeumpa Pontianak Menggunakan Metode Activity Based Costing System Tarif rawat inap menggunakan metode ABC menghasilkan hasil yang lebih besar pada semua kelas yaitu dengan selisih harga dengan yang ditentukan oleh pihk Rumah Sakit Bersalin Jeumpa yaitu dengan selisih harga Kelas VIP sebesar Rp , Kelas I sebesar Rp ,90 sedangkan Kelas II sebesar Rp ,92 dan Kelas III sebesar Rp ,79.

40 Kerangka Konseptual Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama merupakan organisasi yang bergerak di bidang jasa pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang membutuhkan perawatan di bidang jasa pelayanan kesehatan baik rawat inap maupun rawat jalan. Sebagai organisasi jasa, dalam penentuan tarif rumah sakit perlu penerapan tarif yang akurat. Activity Based Costing System merupakan salah satu perhitungan yang bisa digunakan untuk menghitung produk produksi secara akurat. Metode ini memiliki manfaat bagi perusahaan salah satunya menurut, yaitu pengukuran profitabilitas yang lebih baik lagi. Biaya setiap aktivitas dapat dibebankan dengan lebih akurat dan terperinci ke dalam produk atau jasa sehingga hasil menjadi lebih mudah ditelusuri. Selain itu, profitabilitas juga menjadi lebih mudah diketahui kaitannya dengan suatu produk atau jasa.

41 41 Kerangka Konseptual RS Bhakti Wira Tamtama Unit Cost - Perhitungan biaya dengan menjumlahkan biaya tetap, biaya semivariabel, dan biaya variabel sehingga dihasilkan biaya total. Metode ABC - Perhitungan biaya berdasarkan aktivitas - Penampungan Biaya lebih dari satu BANDINGKAN DAN ANALISIS KEDUA METODE HASIL DARI ANALISA YANG BISA DITERAPKAN RS BHAKTI WIRA TAMTAMA Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

42 42 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama yang berlokasi di Jl. Dr. Sutomo No.17, Semarang. Peneliti mengambil sampel untuk dijadikan sebagai objek penelitian bertempat hanya di Paviliun Nusa Indah yang terdiri dari dua kelas, yaitu kelas I dan kelas II berdasarkan saran dari pihak rumah sakit. Waktu penelitian dimulai dari tanggal 1 Oktober sampai dengan batas waktu yang ditentukan. 3.2 Jenis dan Sumber Data Jenis Data Data adalah sekumpulan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan. Data penelitian dapat diperoleh dari berbagai sumber yang dikumpulkan dengan menggunakan berbagai teknik selama kegiatan penelitian berlangsung. Dalam penelitian ini digunakan data jenis kualintatif dan kuantitatif, yaitu: a. Data Kualitatif adalah data yang disajikan secara deskriptif atau dalam bentuk uraian. Berupa data mengenai sejarah rumah sakit, struktur organisasi, pembagian tugas, dan wewenang bagian masingmasing. b. Data Kuantitatif adalah data yang disajikan dalam bentuk angkaangka yang berupa data biaya-biaya dari rumah sakit tempat

43 43 penelitian berlangsung Sumber Data Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. (Indriantoro, (1999: 146). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Data Primer, Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini subyek (orang) secara individual atau kelompok. Data tersebut diperoleh melalui observasi dan wawancara. b. Data Sekunder, Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan tidak dipublikasikan. 3.3 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain: a. Observasi Obervasi adalah proses pencatatan pola perilaku subyek (orang), obyek (benda), atau kejadian yang sistematik tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi dengan individu-individu yang diteliti.

PERHITUNGAN TARIF RAWAT INAP DI RS BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING. Oleh: Kania Sofadista

PERHITUNGAN TARIF RAWAT INAP DI RS BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING. Oleh: Kania Sofadista PERHITUNGAN TARIF RAWAT INAP DI RS BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING Oleh: Kania Sofadista Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Dian Nuswantoro

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Terdapat beberapa pengertian akuntansi biaya yang dikemukakan oleh beberapa ahli, antara lain: Rayburn yang diterjemahkan oleh

Lebih terperinci

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Penentuan tarif merupakan salah satu bagian dari tujuan akuntansi biaya yaitu perencanaan dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen, oleh karena itu sebelum

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Setiap perusahaan yang berorientasi pada peningkatan pendapatan akan selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biaya Informasi biaya sangat bermanfaat bagi manajemen perusahaan. Diantaranya adalah untuk menghitung harga pokok produksi, membantu manajemen dalam fungsi perencanaan dan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN 2.1 Harga Pokok Produksi 1. Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan bagian akuntansi yang mencatat berbagai macam biaya, mengelompokkan, mengalokasikannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Ada beberapa pengertian biaya yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya: Daljono (2011: 13) mendefinisikan Biaya adalah suatu pengorbanan sumber

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. II.1.1. Konsep Biaya Identifikasi Biaya Definisi biaya menurut Krismiaji (2002), Cost adalah kas atau ekuivalen kas yang dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Biaya 1. Pengertian Biaya Biaya menurut Atkinson dan Kaplan (2009 : 33) adalah nilai moneter barang dan jasa yang dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat sekarang atau masa

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos Mulyadi (2003: 4) menjelaskan bahwa kos (cost) adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENELITIAN TERDAHULU Telah ada beberapa penelitian-penelitian terdahulu mengenai penetapan harga pokok produk dengan metode biaya yang mempunyai kaitan dengan penelitian ini.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama halnya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi di dalam

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi di dalam BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam penerapan activity based costing, pemahaman konsep dan klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, dan 3 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Biaya Menjalankan suatu usaha membutuhkan biaya yang harus dikeluarkan agar perusahaan mampu terus berkualitas. Biaya sendiri merupakan hal yang sangat penting dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya Rayburn, L. G. yang diterjemahkan oleh Sugyarto (1999) menyatakan, Biaya mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk suatu produk,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar Sistem Akuntansi Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya marupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama halnya dengan akuntansi keuangan, akuntansi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya menyediakan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi suatu perusahaan. Akuntansi biaya mengukur

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Pengertian Akuntansi Biaya Carter & Usry (2006;11)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Pengertian Akuntansi Biaya Carter & Usry (2006;11) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi secara garis besar bisa dibagi dua tipe yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu pengeluaran yang pasti dalam suatu perusahaan, oleh karenanya, biaya sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu,

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PADA HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PADA HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PADA HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK ABSTRAK Vivi Parita Sari email: vivi.paritasari@yahoo.com Program Studi Akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Pada umumnya rumah sakit terbagi menjadi dua yaitu rumah sakit umum

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Pada umumnya rumah sakit terbagi menjadi dua yaitu rumah sakit umum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia. Untuk mendukung kesehatan bagi masyarakat maka banyak didirikan lembaga atau organisasi yang memberikan pelayanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam praktik bisnis, konsumen menginginkan produk yang sesuai dengan selera kebutuhan mereka, di mana produk tersebut memiliki kualitas tinggi serta harga yang terjangkau.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan

BAB II LANDASAN TEORI. mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya II.1.1 Pengertian Biaya Hansen dan Mowen yang diterjemahkan oleh Hermawan (2000) mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pengembangan akuntansi umum. Pengembangan tersebut diadakan karena. kebutuhan informasi terhadap biaya produksi secara rinci.

BAB II LANDASAN TEORI. pengembangan akuntansi umum. Pengembangan tersebut diadakan karena. kebutuhan informasi terhadap biaya produksi secara rinci. BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntansi Biaya dan Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan cabang akuntansi, yang berasal dari pengembangan akuntansi umum. Pengembangan tersebut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dari biaya. Carter dan Usry yang diterjemahkan oleh Krista (2006:29) mendefinisikan

BAB II LANDASAN TEORI. dari biaya. Carter dan Usry yang diterjemahkan oleh Krista (2006:29) mendefinisikan BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya II.1.1 Definisi Biaya Sebelum membahas activity based costing, ada baiknya kita mengerti pengertian dari biaya. Carter dan Usry yang diterjemahkan oleh Krista (2006:29)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi Biaya merupakan hal yang penting bagi perusahaan manufaktur dalam mengendalikan suatu biaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, industri dan teknologi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, industri dan teknologi di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, industri dan teknologi di Indonesia semakin berkembang pesat. Dari mulai perusahaan dagang, manufaktur, maupun perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Definisi akuntansi manajemen menurut Abdul Halim (2012:5) adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Definisi akuntansi manajemen menurut Abdul Halim (2012:5) adalah BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Akuntansi Manajemen 1. Pengertian Akuntansi Manajemen Definisi akuntansi manajemen menurut Abdul Halim (2012:5) adalah suatu kegiatan yang menjadi bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Pada dasarnya informasi dari suatu perusahaan terutama informasi keuangan dibutuhkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan, baik pihak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. metode yang di teteapkan dalam perusahaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. metode yang di teteapkan dalam perusahaan. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Studi sebelumnya yang dilakukan oleh beberapa peneliti dengan menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. Yang dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dunia usaha yang semakin pesat. Persaingan tersebut tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dunia usaha yang semakin pesat. Persaingan tersebut tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meningkatnya persaingan bisnis diakibatkan oleh era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang semakin pesat. Persaingan tersebut tidak hanya persaingan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya salah satu bagian atau unsur dari harga pokok dan juga unsur yang paling pokok dalam akuntansi biaya, untuk itu

Lebih terperinci

TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA

TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA - Jurusan Teknik Industri TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA Teknik Industri Lesson 1 RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Mata Kuliah : Kode : TID 4019 Semester : 3 Beban Studi : 3 SKS Capaian Pembelajaran (CPL): 1. Menguasai

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama hal nya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan beradu strategi dalam usaha

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS 6 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian dan Penggolongan Biaya Menurut Mulyadi (2011:8) Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Biaya Biaya merupakan salah satu komponen yang sangat penting karena biaya sangat berpengaruh dalam mendukung kemajuan suatu perusahaan dalam melaksanakan aktifitas

Lebih terperinci

Bab 1. Konsep Biaya dan Sistem Informasi Akuntansi Biaya Hubungan Akuntansi Biaya dengan Akuntansi Keuangan

Bab 1. Konsep Biaya dan Sistem Informasi Akuntansi Biaya Hubungan Akuntansi Biaya dengan Akuntansi Keuangan Bab 1 Konsep Biaya dan Sistem Informasi Akuntansi Biaya 1.1 Pengertian Akuntansi biaya adalah suatu bidang akuntansi yang mempelajari bagaimana mencatat, megukur dan melaporkan tentang informasi biaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persaingan global berpengaruh pada pola perilaku perusahaan-perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI. Persaingan global berpengaruh pada pola perilaku perusahaan-perusahaan 9 BAB II LANDASAN TEORI II.1. SISTEM AKUNTANSI BIAYA TRADISIONAL Persaingan global berpengaruh pada pola perilaku perusahaan-perusahaan dalam mengelola biaya produksi suatu produk. Teknologi yang bermunculan

Lebih terperinci

PENENTUAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS (ACTIVITY-BASED COSTING)

PENENTUAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS (ACTIVITY-BASED COSTING) PENENTUAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS (ACTIVITY-BASED COSTING) PENDAHULUAN Activity-based costing (ABC) membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi terhadap aktivitas. Sistem ini

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan akuntansi yang membicarakan tentang penentuan harga pokok dari suatu produk yang diproduksi, baik untuk memenuhi

Lebih terperinci

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen.akuntansi biaya bukan merupakan tipe akuntansi tersendiri

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ABC DI PT TMG. SURABAYA

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ABC DI PT TMG. SURABAYA PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ABC DI PT TMG. SURABAYA Anang Fachroji Teknik Industri-FTI-UPN Veteran Jawa Timur INTISARI Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menerapkan sistem Activity

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Harga Pokok Produk. rupa sehingga memungkinkan untuk : a. Penentuan harga pokok produk secara teliti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Harga Pokok Produk. rupa sehingga memungkinkan untuk : a. Penentuan harga pokok produk secara teliti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Harga Pokok Produk 1. Pengertian Harga Pokok Produk Tujuan akuntansi biaya adalah untuk menyediakan informasi biaya untuk kepentingan manajemen guna membantu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Hansen dan Mowen (2011:47) Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya salah satu bagian atau unsure dari harga dan juga unsur yang paling pokok dalam akuntansi biaya, untuk itu perlu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1.PENGERTIAN BIAYA Biaya memiliki berbagai macam arti tergantung pada tingkat kegunaanya. Biaya diartikan sebagai nilai yang harus kita keluarkan untuk mendapatkan suatu barang.

Lebih terperinci

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS A. Pentingnya Biaya per Unit Sistem akuntansi biaya memiliki tujuan untuk pengukuran dan pembebanan biaya sehingga biaya per unit dari suatu produk dapat ditentukan. Biaya per

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadi untuk tujuan tertentu. Biaya dalam arti sempit dapat diartikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadi untuk tujuan tertentu. Biaya dalam arti sempit dapat diartikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1. Pengertian Biaya Biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya berikut : Menurut Mulyadi (2000: 6) pengertian Akuntansi Biaya adalah sebagai Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan,

Lebih terperinci

METODE PEMBEBANAN BOP

METODE PEMBEBANAN BOP METODE PEMBEBANAN BOP ~ Kalkulasi Biaya Berdasar Aktivitas ~.[metode tradisional] Kalkulasi biaya atau costing, adalah cara perhitungan biaya, baik biaya produksi maupun biaya nonproduksi. Yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pembiayaan Sistem pembiayaan (costing system) secara umum terbagi menjadi dua tipe, yaitu sistem akuntansi biaya konvensional. Sistem akuntansi biaya konvensional menggunakan

Lebih terperinci

Pertemuan 3 Activity Based Costing

Pertemuan 3 Activity Based Costing 1 Pertemuan 3 Activity Based Costing A. Pentingnya Biaya per Unit Sistem akuntansi biaya memiliki tujuan untuk pengukuran dan pembebanan biaya sehingga biaya per unit dari suatu produk dapat ditentukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dunia bisnis menuju era pasar bebas, membuat perusahaan lebih berhati-hati dalam menetapkan kebijakan-kebijakan terutama dalam memasarkan produknya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya Kegiatan manajemen suatu perusahaan pada dasarnya terpusat pada dua hal yaitu perencanaan dan pengawasan. Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut manajemen dituntut untuk

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Biaya dan Beban Salah satu data penting yang diperlukan oleh perusahaan dalam menentukan harga pokok adalah biaya. Biaya mengandung dua pengertian, yaitu dalam beban

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN

BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN 11 BAB II ANALISIS PROFITABILITAS PELANGGAN DAN PELAPORAN SEGMEN 2.1. Pengertian dan Manfaat Analisis Profitabilitas Pelanggan Kondisi lingkungan yang baru menyebabkan perusahaan harus berfokus kepada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya mengukur dan melaporkan setiap informasi keuangan dan non keuangan yang terkait dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini, penulis akan menguraikan teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli yang akan digunakan sebagai landasan dalam menganalisa permasalahan yang ada diperusahaan PT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Manajemen Setiap usaha, baik usaha kecil maupun usaha besar membutuhkan informasi akuntansi yang berguna bagi pihak manajemen. Informasi akuntansi dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya sangat berperan penting dalam kegiatan perusahaan. Salah satu peranan akuntansi biaya

Lebih terperinci

BAB II PENGUKURAN BIAYA PEMBEBANAN PRODUK JASA. masa datang bagi organisasi (Hansen dan Mowen, 2006:40).

BAB II PENGUKURAN BIAYA PEMBEBANAN PRODUK JASA. masa datang bagi organisasi (Hansen dan Mowen, 2006:40). BAB II PENGUKURAN BIAYA PEMBEBANAN PRODUK JASA II.1. Pengertian Biaya Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini membuat persaingan di pasar global semakin ketat dan ditunjang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. ini membuat persaingan di pasar global semakin ketat dan ditunjang perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan berbagai macam teknologi dewasa ini semakin canggih. Hal ini membuat persaingan di pasar global semakin ketat dan ditunjang perkembangan dunia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Biaya menurut Rayburn yang diterjemahkan oleh Sugyarto (1999), Biaya (cost)

BAB II LANDASAN TEORI. Biaya menurut Rayburn yang diterjemahkan oleh Sugyarto (1999), Biaya (cost) BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Biaya II.1.1 Definisi Biaya Biaya menurut Rayburn yang diterjemahkan oleh Sugyarto (1999), Biaya (cost) adalah pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

Implementasi Metode Activity-Based Costing System dalam menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus di RS XYZ)

Implementasi Metode Activity-Based Costing System dalam menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus di RS XYZ) 19 Implementasi Metode Activity-Based Costing System dalam menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus di RS XYZ) Riadi Budiman Program Studi Teknik Industri Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini dimana perindustrian semakin maju dan didukung dengan teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang pesat sangat dirasakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Biaya Biaya merupakan pengeluaran-pengeluaran yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk suatu proses produksi. Untuk mendefinisikan biaya secara jelas, penulis akan memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya Biaya merupakan komponen terpenting dalam melakukan perhitungan harga pokok produksi. Setiap perusahaan yang bertujuan mencari laba (profit oriented) ataupun tidak mencari

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pengertian dan Penggolongan Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya berkaitan dengan semua tipe organisasi bisnis, non-bisnis, manufaktur, eceran dan jasa. Umumnya, berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan saling

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Harga Pokok Produksi 2.1.1 Pengertian harga pokok produksi Harga pokok produksi adalah harga pokok produk yang sudah selesai dan ditransfer ke produk dalam proses pada periode

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya dapat digunakan untuk tujuan pelaporan kepada pihak internal dan tujuan eksternal perusahaan. Untuk tujuan internal perusahaan dapat digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Mutu Pelayanan Kesehatan a. Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan Mutu adalah tingkat dimana pelayanan kesehatan pasien ditingkatkan mendekati hasil yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu faktor yang sangat penting yang harus mendapat perhatian dalam menentukan biaya produksi. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Mulyadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia yang sangat pesat dalam dunia bisnis mengakibatkan persaingan semakin ketat. Masingmasing perusahaan saling

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah 2.1.1. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah bahwa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. II.1. Arti dan Tujuan Akuntansi Manajemen. Definisi normatif Akuntansi Manajemen menurut Management

BAB II LANDASAN TEORI. II.1. Arti dan Tujuan Akuntansi Manajemen. Definisi normatif Akuntansi Manajemen menurut Management 13 BAB II LANDASAN TEORI II.1. Arti dan Tujuan Akuntansi Manajemen Definisi normatif Akuntansi Manajemen menurut Management Accounting Practices (MAP) Comittee adalah: proses identifikasi, pengukuran,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memberikan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fokus utama dalam pelaporan keuangan adalah informasi mengenai biaya. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk mendapatkan barang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Akuntansi Biaya 2.1.1. Pengertian Akuntasi Biaya Secara garis besar Akuntasi berarti pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian dari transaksi-transaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan bahwa dunia menjadi lebih homogen dan perbedaan-perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan bahwa dunia menjadi lebih homogen dan perbedaan-perbedaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi merupakan suatu prakarsa bisnis yang didasarkan pada keyakinan bahwa dunia menjadi lebih homogen dan perbedaan-perbedaan diantara pasar nasional

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Activity-Based Costing Activity Based Costing merupakan metode yang menerapkan konsepkonsep akuntansi aktivitas untuk menghasilkan perhitungan harga pokok produk yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya menyediakan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Management, The Controller, and Cost Accounting Cost Consept and Cost Information System. Rista Bintara, SE., M.Ak.

Akuntansi Biaya. Management, The Controller, and Cost Accounting Cost Consept and Cost Information System. Rista Bintara, SE., M.Ak. Akuntansi Biaya Modul ke: Management, The Controller, and Cost Accounting Cost Consept and Cost Information System Fakultas Ekonomi dan Bisnis Rista Bintara, SE., M.Ak Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kompetitif saat ini sedang menjadi topik perekonomian, dimana perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. masa kompetitif saat ini sedang menjadi topik perekonomian, dimana perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memasuki kawasan perdagangan bebas Asia. Maka dari itu masa kompetitif saat ini sedang menjadi topik perekonomian, dimana perusahaan harus bisa bersaing dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau lebih popular dengan singkatan UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat di era globalisasi, maka sudah menjadi keharusan untuk setiap perusahaan meningkatkan efisiensi dan efektifitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi biaya memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya demi kepuasan konsumen. karena dapat mempengaruhi profitabilitas suatu rumah sakit.

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya demi kepuasan konsumen. karena dapat mempengaruhi profitabilitas suatu rumah sakit. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada organisasi yang berorientasi profit atau yang bertujuan mencari laba, penjualan adalah sumber utama yang menghasilkan laba. Organisasi seperti itu akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perbandingan Harga Pokok Produksi Full Costing dan Variable Costinguntuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perbandingan Harga Pokok Produksi Full Costing dan Variable Costinguntuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu tentang analisis perhitungan harga pokok produksi pada UKM telah dilakukan dan menunjukkan bahwa sebagian besar UKM belum menerapkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Biaya Diferensial Mulyadi (2002:118) menyatakan: Biaya diferensial adalah biaya masa yang akan datang yang diperkirakan akan berbeda (differ) atau terpengaruh oleh suatu pengambilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Manajemen Pihak pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangat memerlukan informasi akuntansi, untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memiliki peranan penting bagi manajemen perusahaan agar dapat memiliki perusahaan dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. secara terperinci mengenai biaya yang berhubungan dengan produksi dan

BAB II LANDASAN TEORI. secara terperinci mengenai biaya yang berhubungan dengan produksi dan BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi Biaya diperlukan untuk memperoleh informasi biaya secara terperinci mengenai biaya yang berhubungan dengan produksi dan penjualan barang jadi.

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 5 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama hal nya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memiliki peranan penting bagi manajemen perusahaan agar dapat memiliki pemahaman dalam

Lebih terperinci

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING II.1. Harga Jual Penentuan harga jual suatu produk atau jasa merupakan salah satu keputusan penting manajemen karena harga yang ditetapkan

Lebih terperinci