BAB I PENDAHULUAN. keyakinan bahwa dunia menjadi lebih homogen dan perbedaan-perbedaan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. keyakinan bahwa dunia menjadi lebih homogen dan perbedaan-perbedaan"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi merupakan suatu prakarsa bisnis yang didasarkan pada keyakinan bahwa dunia menjadi lebih homogen dan perbedaan-perbedaan diantara pasar nasional tidak hanya memudar, bahkan untuk beberapa produk akan menghilang jika tidak dapat menjawab tantangan global. Akibatnya perusahaan perlu mengglobalkan strategi internasional mereka dan memuaskannya bagi semua pasar, biaya, lingkungan, dan kompetitif. Sehingga pada era ini, customer yang menentukan produk dan jasa yang mereka butuhkan, yang harus dipenuhi oleh produsen untuk meningkatkan keunggulan daya saing, maka salah satu cara yang dapat dilakukan produsen adalah merubah cara berfikirnya dalam menyediakan produk atau jasa bagi konsumen (Mulyadi, 1998). Tujuan perusahaan dalam suatu usaha perekonomian yang pada umumnya adalah untuk memanfaatkan sumber dana guna memperoleh laba yang sebesar-besarnya dan sesuai dengan perkembangan perusahaan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk dapat mewujudkan tujuan perusahaan supaya tercapai dan mampu bersaing dengan perusahaan lain, maka manajer perusahaan memerlukan informasi yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengertian biaya (JB. Heckrert, 1993:2). 1

2 2 Dalam rangka menjaga kelangsungan perusahaan agar terus bertahan, dan berkembang dalam persaingan, maka pendapatan yang diperoleh minimal harus dapat menutup biaya yang dikeluarkan dan mendapatkan laba untuk mengembangkan usaha yang lebih lanjut. Penetapan biaya produksi yang lebih akurat akan dapat menghasilkan harga pokok produk yang lebih akurat pula. Harga pokok produk mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan harga jual produk. Oleh karena itu perusahaan harus benar-benar serius dalam menangani harga pokok produknya. Untuk itu diperlukan suatu penentuan harga pokok yang bisa memberikan informasi mengenai seberapa besar biaya yang telah dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan suatu produk, yang kemudian informasi itu dapat dijadikan acuan dalam melakukan tindakan yang diperlukan. Perhitungan harga pokok produk dengan sistem tradisional hanya membebankan biaya pada produk (Hansen dan Mowen, 2001:314). Selain itu pembebanan biaya atas biaya tidak langsung dilakukan dengan dasar pembebanan secara menyeluruh atau departemen. Tetapi hal ini banyak menimbulkan masalah karena produk yang dihasilkan tidak dapat mencerminkan biaya yang sebenarnya untuk menghasilkan produk tersebut. Selain biaya yang dihasilkan menggunakan lebih dari satu pendorong aktivitas yang dapat digunakan sebagai alternatif, agar dapat menghasilkan perbaikan perhitungan biaya, karena informasi yang dihasilkan tidak hanya sekedar informasi biaya produk yang akurat, tetapi

3 3 juga biaya dan kinerja dari aktivitas dan sumber daya yang dapat ditelusuri secara akurat sampai ke objek. Activity based costing (ABC) dikembangkan sebagai sebuah solusi secara praktis untuk sekumpulan masalah yang dihadapi dalam manajemen biaya tradisional, tetapi diartikan sebagai konsep data secara umum tentang informasi biaya. Sistem Activity based costing (ABC) dikembangkan untuk memahami dan mengendalikan biaya tidak langsung (indirect cost) yang tidak hanya meliputi kalkulasi biaya produk tetapi juga memberikan informasi perihal apa saja yang menimbulkan biaya dan bagaimana mengelolanya kepada pihak manajemen (Umar, 2001:11). Sistem Activity based costing (ABC) mengendalikan biaya melalui penyediaan informasi tentang aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya. Dasar pemikiran yang melandasi sistem informasi biaya ini adalah biaya ada penyebabnya dan penyebab biaya dapat dikelola (Mulyadi, 2003:25). CV. Mulyo Jati Indah adalah suatu perusahaan manufaktur yang bergerak dibidang pembuatan mebel (furniture) yang memproduksi berbagai produk jenis garden furniture seperti kursi, meja, bangku, menerima tenon, mortise dan lain-lain. CV. Mulyo Jati Indah masih menggunakan sistem biaya tradisional dalam menetapkan harga pokok produknya. Hal ini mengakibatkan distorsi biaya karena biaya dialokasikan ke produk dengan menggunakan

4 4 ukuran-ukuran yang berdasarkan unit atau volume paling parah terjadi pada perusahaan yang menghasilkan berbagai macam produk. Karena produk yang berbeda dalam volume, ukuran dan kompleksitas akan mengkonsumsi sumber daya pendukung dalam jumlah yang berbeda secara signifikan. Sejalan dengan peningkatan diversitas produk, kuantitas sumber daya yang dibutuhkan untuk menangani transaksi dan mendukung aktivitas yang meningkat, oleh karena itu semakin tinggi pula distorsi yang dihasilkan dari biaya produk yang dilaporkan dengan sistem biaya tradisional. Dengan keadaan CV. Mulyo Jati Indah di atas tentunya sangat berbeda dengan tuntutan perusahaan yang terlibat dalam kompetisi global, yang dituntut untuk melakukan perubahan-perubahan baik dalam pemakaian teknologi maupun proses kerja secara keseluruhan. Hal ini dimaksudkan agar terjadi perbaikan ke arah yang lebih efektif dan efisien bagi penetapan harga, promosi produk dan distribusinya sehingga diharapkan tujuan perusahaan dapat tercapai. Berdasarkan uraian di atas dan mengingat pentingnya penetapan harga pokok produk bagi kelangsungan serta perkembangan perusahaan karena berkaitan langsung dengan perolehan laba. Maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Analisis Penetapan Harga Pokok Produk Berdasarkan Pendekatan Tradisional Dan Activity Based Costing (ABC) Pada CV. Mulyo Jati Indah Mlonggo Jepara.

5 5 1.2 Ruang Lingkup Masalah Dalam penelitian ini mengkaji beberapa masalah yang nantinya menjadi acuan dalam perumusan masalah. Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah: 1. Menghitung harga pokok produk berdasarkan pendekatan tradisional dan pendekatan Activity Based Costing (ABC). 2. Membandingkan hasil perhitungan harga pokok produk berdasarkan pendekatan tradisional dan pendekatan Activity Based Costing (ABC). 3. Periode penelitian adalah tahun 2008 dan Perumusan Masalah Berdasarkan ruang lingkup di atas dan kondisi yang ada yang telah diuraikan dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana perhitungan harga pokok produk berdasarkan pendekatan tradisional? 2. Bagaimana perhitungan harga pokok produk jika perusahaan menerapkan Activity Based Costing (ABC)? 3. Bagaimanakah perbedaan hasil penetapan harga pokok produk berdasarkan pendekatan Activity Based Costing (ABC) dibandingkan dengan pendekatan tradisional yang biasa digunakan perusahaan?

6 6 1.4 Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini ingin mengetahui beberapa hal yang nantinya akan berguna, adapun tujuan yang ingin dicapai sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui kalkulasi harga pokok produk berdasarkan pendekatan tradisional. 2. Untuk menganalisis kalkulasi biaya produksi dengan menggunakan Activity Based Costing (ABC). 3. Untuk menganalisis hasil penetapan harga pokok produk berdasarkan pendekatan Activity Based Costing (ABC) dibandingkan dengan pendekatan tradisional yang biasa digunakan perusahaan. 1.5 Kegunaan penelitian 1. Kegunaan Teoritis Dapat menambah beragamnya ilmu pengetahuan dan penggunaan teori-teori yang telah ada mengenai penetapan harga pokok produk pada perusahaan manufaktur dengan menggunakan sistem Activity Based Costing (ABC), sehingga hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dan literatur bagi penelitian berikutnya. 2. Kegunaan Praktis 1. Dapat memberikan pengalaman secara langsung pada objek yang di teliti, sehingga pengetahuan tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari sesuai dengan situasi dan kondisi.

7 7 2. Merupakan bahan pertimbangan dalam penetapan harga pokok produk atas produk yang dihasilkan. 3. Dapat menambah literatur dalam perpustakaan, yang mengkaji tentang penetapan harga pokok produk dengan pendekatan Activity Based Costing (ABC). 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran penelitian yang lebih jelas dan terarah agar mempermudah bagi pembaca dalam memahami penulisan penelitian ini. Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan merupakan awal dari penyusunan skripsi yang menguraikan mengenai latar belakang masalah yang akan menjadi pokok masalah, perumusan masalah, sehingga jelas gambaran permasalahan yang mendasari untuk melakukan penelitian, kemudian hingga tujuan dan kegunaan dari penelitian yang bermanfaat yang langsung didapat dari penelitian. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka menjelaskan landasan teori yang digunakan penulis dalam penulisan skripsi ini. Adapun teori yang digunakan mencakup sistem cost accounting, cost, harga pokok produk, produk, akuntansi biaya tradisional, konsep teori activity based

8 8 costing, perbedaan sistem biaya tradisional dengan activity based costing. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian menjelaskan bagaimana langkah dan metode yang digunakan penulis dalam melakukan penulisan metode tersebut terdiri atas variabel, jenis dan sumber data, objek penelitian, metode pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis data. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Merupakan hasil dari analisis terhadap data-data yang diperoleh dalam penelitian ini yang meliputi: persiapan, gambaran umum tentang objek penelitian pengolahan data dan analisis hasil penelitian melalui pengujian penelitian. BAB V PENUTUP Bab penutup berisi mengenai kesimpulan dari serangkaian pembahasan skripsi, keterbatasan atau kendala dalam penelitian serta saran yang perlu disampaikan kepada perusahaan ataupun bagi penelitian selanjutnya.

9 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Definisi Akuntansi Biaya (Cost Accounting) Akuntansi biaya adalah sistem informasi yang menghasilkan informasi biaya dan informasi operasi untuk memberdayakan personal organisasi dalam pengelolaan aktivitas dan pengambilan keputusan yang lain (Mulyadi, 2003:1). Definisi tersebut mengandung tiga frasa penting: a. Sistem Informasi Akuntasi biaya merupakan suatu sistem informasi yang mengolah masukan untuk menghasilkan keluaran tertentu. Masukan yang diolah oleh sistem informasi biaya adalah data operasi dan data keuangan. Keluaran yang dihasilkan oleh sistem tersebut adalah informasi biaya dan informasi lain yang berkaitan dengan penyebab timbulnya biaya, yaitu aktivitas. b. Informasi Biaya dan Informasi Operasi Informasi adalah keluaran yang dihasilkan oleh suatu sistem informasi. Informasi biaya merupakan keluaran sistem akuntansi biaya. Biaya adalah nilai sumber daya yang dikorbankan untuk mewujudkan tujuan tertentu. Informasi operasi adalah informasi yang berkaitan dengan kegiatan organisasi dalam menghasilkan produk atau jasa bagi 9

10 10 konsumen. Informasi yang berkaitan dengan produksi keluaran dan pengorbanan berbagai sumber daya untuk menghasilkan keluaran disebut dengan informasi operasi. c. Pengelolaan Aktivitas dan Pengambilan Keputusan yang Lain Aktivitas merupakan fokus manajemen kontemporer. Dengan aktivitas, produk atau jasa yang dihasilkan untuk memuaskan kebutuhan customer. Dalam menjalankan aktivitas diperlukan pengorbanan sumber daya, seperti sumber daya manusia, sumber daya fisik (Mesin dan ekuipment, gedung, kendaraan, peralatan kantor), dan sumber daya uang. Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa akuntansi biaya adalah suatu sistem informasi pengolahan data mengenai informasi biaya berupa data keuangan dan data operasi yang berkaitan dengan penyebab timbulnya biaya, yaitu aktivitas. Melalui pengelolaan terhadap aktivitas inilah dapat dihasilkan pengurangan biaya sumber daya yang dikorbankan untuk menghasilkan produk atau jasa bagi konsumen Definisi Biaya (Cost) Biaya merupakan unsur paling penting dalam penetapan harga pokok produk. Definisi biaya sangat banyak dikemukakan oleh para ahli antara lain sebagai berikut: Biaya adalah kos sumber daya yang telah atau akan di korbankan untuk mewujudkan tujuan tertentu (Mulyadi, 2003:4).

11 11 Biaya adalah kos atau setara kas yang dikorbankan (dibayarkan) untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat (pendapat) saat ini atau di masa mendatang bagi organisasi (Henry Simamora, 2002:40). Menurut Mulyadi (1999:8) pengertian biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang terjadi atau mungkin akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Biaya dalam hubungannya dengan aktivitas dapat di golongkan ke dalam dua kelompok: a. Biaya langsung aktivitas (Direct Expense) Biaya langsung aktivitas adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai, yaitu aktivitas. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan dikeluarkan atau tidak akan terjadi. Dengan demikian biaya langsung akan mudah diidentifikasi dengan sesuatu yang dibiayai melalui penelusuran langsung (direct tracing). Penelusuran langsung adalah proses pengidentifikasian dan pembebanan biaya yang secara khusus atau fisik berhubungan dengan suatu objek biaya ke biaya tersebut (Henry Simamora, 2002:53).

12 12 b. Biaya tidak langsung Biaya tidak langsung adalah biaya yang penyebab terjadinya lebih dari satu aktivitas. Untuk membebankan biaya tidak langsung aktivitas kepada aktivitas ditempuh salah satu dari dua cara berikut ini: 1) Dengan driver tracing, biaya dibebankan kepada aktivitas berdasarkan hubungan sebab akibat (causal relationship) antara konsumsi sumber daya dengan aktivitas yang bersangkutan. 2) Dengan alokasi, biaya dibebankan ke aktivitas dengan basis yang bersifat sembarang. Alokasi adalah proses pembagian suatu jumlah biaya ke dalam bagian-bagian dan mendistribusikan bagian-bagian tersebut diantara objek biaya yang relevan. Dari definisi-definisi biaya di atas dapat disimpulkan bahwa biaya berkaitan dengan segala jenis organisasi. Biaya sering diukur dengan satuan moneter (uang) yang dibayar untuk barang dan jasa. Biaya dikeluarkan untuk menghasilkan manfaat di masa depan. Dalam perusahaan berorientasi pada laba, manfaat di masa depan biasanya berarti pendapatan. Biaya dalam aktivitas dikelompokkan menjadi dua yaitu biaya langsung aktivitas yang dapat dibebankan langsung ke aktivitas dan biaya tidak langsung aktivitas yang dibebankan ke

13 13 aktivitas berdasarkan cara pembebanan dengan basis hubungan sebab akibat atau cara alokasi dengan basis bersifat sembarang Definisi Harga Pokok Produk Berikut ini adalah definisi harga pokok produk menurut beberapa ahli: Menurut Garrison dan Norren (2002:46) harga pokok produk adalah persediaan barang dalam proses awal ditambah ke biaya produksi periode yang bersangkutan dan dikurangkan persediaan dalam proses akhir. Dari definsi di atas, dapat disimpulkan bahwa harga pokok produksi mencerminkan total biaya barang yang diselesaikan selama periode tertentu. Biaya dalam proses awal mencerminkan biaya yang tercatat pada periode sebelumnya, sedangkan biaya dalam proses akhir mencerminkan biaya yang dicatat pada periode selanjutnya Definisi Produk Produk merupakan hasil dari suatu proses produksi. Menurut Indriyo Gitosudarmo (2001:246) produk adalah barang yang dihasilkan dalam proses produksi yaitu berupa benda yang berwujud (kursi, meja dan lain-lain) dan juga dapat berupa benda yang tidak berwujud (jasa).

14 Definisi Akuntansi Biaya Tradisional (Traditional Cost Accounting) A. Pengertian Sistem Biaya Tradisional (Traditional Costing) Sistem biaya tradisional menurut Supriyanto (1993:75) adalah sistem kalkulasi biaya yang menghitung biaya overhead berdasarkan jumlah unit yang dihasilkan untuk diukur dalam jam kerja langsung, jam mesin atau rupiah tenaga kerja langsung. Biaya tradisional adalah akuntansi biaya yang di rancang berdasarkan kondisi perusahaan manufaktur dengan teknologi yang bersifat mekanik (Mulyadi dan Setiawan, 2001:678). Sistem tradisional merupakan proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa dengan cara-cara tertentu serta penafsiran terhadapnya (Mulyadi, 2005:7). Dari definisi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sistem ini masih relevan dan akurat pada kondisi pemakaian tenaga kerja langsung dan biaya langsung yang masih dominan dalam proses produksi. Selain itu sistem ini hanya akan dapat secara akurat mengukur biaya. Apabila biaya yang dikonsumsi proporsional dengan volume produk yang diproduksi.

15 15 B. Kalkulasi Biaya Produksi Berdasarkan Pendekatan Tradisional Kalkulasi biaya produk tradisional hanya membebankan biaya produksi pada produk. Biaya-biaya seperti biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung dapat dibebankan ke produk dengan menggunakan penelusuran langsung atau penelusuran pemicu yang akurat, dan sistem biaya yang paling tradisional dirancang untuk memastikan hal ini dapat terjadi. Sedangkan untuk biaya overhead, pembebanannya bergantung kepada penelusuran pemicu dan alokasi. Dalam sistem biaya tradisional, hanya pemicu aktivitas tingkat unit yang digunakan untuk membebankan biaya kepada produk. Pemicu aktivitas tingkat unit (unit level activity drivers) adalah faktor-faktor yang menyebabkan perubahan biaya sebagai akibat perubahan unit yang diproduksi. Penggunaan pemicu aktivitas berdasarkan unit untuk membebankan biaya overhead ke produk mengasumsikan bahwa overhead yang dikonsumsi produk berkorelasi tinggi dengan jumlah unit yang diproduksi. Pemicu aktivitas berdasarkan unit membebankan overhead kepada produk melalui penggunaan tarif pabrik secara menyeluruh atau departemental. Contoh-contoh pemicu

16 16 tingkat unit secara umum digunakan untuk membebankan overhead meliputi : 1. Unit yang diproduksi 2. Jam tenaga kerja langsung 3. Biaya tenaga kerja langsung 4. Jam mesin 5. Bahan baku langsung Untuk tarif overhead menyeluruh, biaya overhead pertama-tama diakumulasikan dalam satu kelompok secara menyeluruh (pembebanan biaya tahap pertama). Biaya overhead dibebankan kepada kelompok hanya dengan menjumlahkan seluruh biaya overhead yang diharapkan terjadi selama setahun. Karena semua biaya overhead adalah untuk pabrik, pembebanan kepada kelompok dilakukan dengan sangat akurat. Pada tahap pertama ini, obyek biaya adalah pabrik dan penelusuran langsung digunakan untuk membebankan biaya kepada kelompok pabrik secara menyeluruh. Setelah biaya diakumulasikan pada kelompok ini, kemudian kita menghitung tarif overhead pabrik menyeluruh dengan satu pemicu (drivers) tingkat unit yang biasanya adalah jam tenaga kerja langsung. Produksi diasumsikan mengkonsumsi sumber daya overhead dengan proporsi jam kerja langsung yang digunakan. Oleh sebab itu,

17 17 pada tahap kedua biaya overhead dibebankan ke produk dengan mengalikan tarif overhead dengan total jam kerja langsung aktual yang digunakan setiap produk. Biaya produksi per unit adalah penjumlahan dari biaya utama (prime cost) dan overhead. Biaya utama (biaya langsung dan tenaga kerja langsung) dibebankan dengan penelusuran langsung. Biaya per unit dapat dihitung dengan menambahkan total biaya utama atas produk ke biaya overhead yang dibebankan. Total biaya produksi ini kemudian dibagi dengan unit yang diproduksi untuk menghasilkan biaya per unit. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sistem biaya tradisional hanya menggunakan tarif overhead yang telah ditetapkan. Semua biaya overhead pabrik digabung ke dalam satu kelompok dan biaya-biaya tersebut dibebankan ke produk berdasarkan satu cost driver saja yang berhubungan dengan volume produksi. Cost Driver yang sering digunakan dalm sistem biaya tradisional adalah jam upah langsung dan unit produksi. C. Kelebihan dan Kelemahan Sistem Biaya Tradisional Kelebihan sistem biaya tradisional (tradisional costing) sebagai berikut:

18 18 1. Mudah diterapkan, karena sistem biaya tradisional tidak banyak menggunakan pemicu biaya (cost driver) dalam membebankan biaya overheadnya, sehingga akan mempermudah manajemen untuk melakukan perhitungan harga pokok produk. 2. Mudah diaudit, karena pemicu biaya yang tidak banyak akan memudahkan auditor untuk melakukan audit. Kelemahan sistem biaya tradisional sebagai berikut : 1. Tidak dapat melaporkan biaya produksi secara akurat karena sistem biaya produksi tidak dimodifikasi sejalan dengan perubahan proses produksi. 2. Mempunyai asumsi bahwa biaya produksi dikonsumsi secara proporsional oleh setiap unit yang diproduksi. 3. Pemakaian tarif tunggal dengan dasar penentuan harga pokok tingkat unit untuk harga pokok seluruh biaya produksi ke produk. 4. Ketidakmampuan untuk melaporkan biaya produksi yang akurat untuk organisasi yang memproduksi bauran produk yang berbeda baik volume, kompleksitas, dan umur produk.

19 Konsep Teori Activity Based Costing (ABC) Perusahaan harus meningkatkan kualitas produk serta efisiensi operasi produknya agar tetap dapat bersaing. Hal ini akan dapat tercapai apabila perusahaan berusaha meningkatkan produksi. Untuk dapat meningkatkan kemampuan produksi, manajemen perusahaan membutuhkan sistem biaya yang dapat memberikan informasi biaya yang akurat dan dapat merefleksikan sumber daya dari berbagai kegiatan yang dilakukan dalam proses produksi. Model sistem biaya ini dibutuhkan supaya manajemen perusahaan mampu mencapai dan mempertahankan keuntungan kompetitif melalui kemampuan produksinya. Sistem biaya tradisional yang diterapkan selama ini dianggap para ahli manajemen biaya gagal menyediakan informasi yang seperti disebutkan diatas. Kegagalan sistem biaya tradisional karena terlalu menaruh perhatian kepada biaya tenaga kerja langsung dengan mengesampingkan biaya overhead pabrik. Umumnya sistem biaya tradisional menentukan harga pokok berdasarkan komponen biaya tenaga kerja langsung, maupun jam kerja. Activity based costing (ABC) timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan informasi akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas

20 20 untuk menghasilkan suatu produk. Kebutuhan informasi biaya tersebut didorong oleh berbagai sebab, antara lain persaingan global yang tajam yang dihadapi oleh perusahaan manufaktur, proporsi biaya overhead pabrik dalam biaya produksi menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, kemajuan teknologi informasi dan pengolahan data. A. Definisi Activity Based Costing (ABC) Activity based costing (ABC) adalah suatu sistem perhitungan biaya dimana tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan dengan menggunakan dasar yang memasukan satu atau lebih factor yang tidak berkaitan dengan volume (non-volume-related factor) (William K.Carter, 2009:528). Menurut Bloccher/chen/lyn (2000:496) Activity based costing (ABC) adalah pendekatan penentuan biaya produk yang membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang disebabkan oleh aktivitas. Menurut Mulyadi (2003:53) activity based costing system (ABCS) adalah sistem informasi biaya berbasis aktivitas yang didesain untuk memotivasi personal organisasi

21 21 dalam melakukan pengurangan biaya dalam jangka panjang melalui pengolahan aktivitas. Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan dasar pemikiran penentuan biaya activity based costing adalah bahwa produk atau jasa perusahaan dilakukan oleh aktivitas dan aktivitas yang dibutuhkan tersebut menggunakan sumber daya yang menyebabkan timbulnya biaya. Sumber daya dibebankan ke aktivitas, kemudian aktivitas dibebankan ke objek biaya berdasarkan penggunaannya. Dalam Activity based costing system (ABCS) memperkenalkan hubungan sebab-akibat antara cost driver dengan aktivitas. Dengan demikian, sistem activity based costing membantu perusahaan untuk mengurangi distorsi yang disebabkan oleh sistem penentuan biaya tradisional dan memperoleh informasi biaya produk yang lebih akurat. Ada dua keyakinan dasar yang melandasi Activity Based Costing System (ABCS) yaitu : 1. Cost Is Caused Biaya ada penyebabnya dan penyebab biaya adalah aktivitas, dengan demikian pemahaman yang mendalam tentang aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya akan menempatkan personel perusahaan pada posisi yang mempengaruhi biaya. Activity based costing system

22 22 (ABCS) berangkat dari keyakinan dasar bahwa sumber daya activity based costing system (ABCS) menyediakan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas, bukan sekedar menyebabkan timbulnya biaya yang harus dialokasikan. 2. The Causes Of Cost Can Be Managed Penyebab terjadinya biaya (yaitu aktivitas) dapat dikelola melalui pengelolaan terhadap aktivitas yang menjadi penyebab terjadinya biaya, personel perusahaan dapat mempengaruhi biaya pengelolaan terhadap aktivitas memerlukan berbagai informasi tentang aktivitas. B. Definisi Aktifitas (Activity) Menurut Mulyadi (2003:41) Aktivitas adalah sesuatu yang menjadi penyebab timbulnya biaya. Menurut Henry Simamora (2002:125) Aktivitas adalah tindakan, gerakan atau rangkaian pekerjaan. Aktivitas juga didefinisikan sebagai kumpulan tindakan yang dilakukan dalam organisasi yang berguna untuk tujuan penentuan biaya berdasarkan aktivitas. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas (activity) adalah setiap kejadian atau transaksi yang merupakan pemicu biaya (cost driver) yakni, bertindak

23 23 sebagai faktor penyebab (causal factor) dalam pengeluaran biaya didalam organisasi. C. Definisi Aktivity Driver dan klasifikasi aktivitas Aktivitas driver adalah suatu yang menjadi penyebab timbulnya konsumsi aktivitas oleh produk untuk jasa. Activity driver merupakan basis yang digunakan untuk membebankan biaya aktivitas ke produk atau jasa yang memanfaatkan aktivitas tersebut (Mulyadi, 2003: 40) Terdapat empat tingkat umum aktivitas dan Activity based costing system (ABCS). Adapun tingkat aktivitas tersebut adalah sebagai berikut : 1. Unit Level Activity Aktivitas-aktivitas tingkat unit (Unit level activity) adalah aktivitas-aktivitas yang muncul sebagai akibat jumlah volume produksi yang melalui sebuah fasilitas produksi atau aktivitas yang dikerjakan setiap kali satu unit produk diproduksi. Dapat juga diartikan sebagai jenis aktivitas yang dikonsumsi oleh produk atau jasa berdasarkan unit yang dihasilkan oleh aktivitas tersebut. 2. Batch Level Activity Aktivitas tingkat batch adalah jenis aktivitas yang dikonsumsi oleh produk atau jasa berdasarkan jumlah

24 24 batch produk yang diproduksi. Batch adalah sekelompok produk atau jasa yang diproduksi dalam satu kali proses. 3. Produck sustaining activity Aktivitas tingkat produk adalah aktivitas yang dikerjakan untuk mendukung berbagai produk yang berkaitan dengan produk tertentu yang diproduksi oleh perusahaan. Aktivitas-aktivitas ini mendukung produksi dan penjualan masing-masing produk, semakin banyak produk dan lini produk maka semakin tinggi pula biaya aktivitas tingkat produk. 4. Facility sustaining activity Aktivitas tingkat fasilitas adalah jenis aktivitas yang dikonsumsi oleh produk dan jasa berdasarkan fasilitas yang dinikmati oleh produk yang diproduksi. Fasilitas adalah sekelompok sarana dan prasarana yang dimanfaatkan untuk proses pembuatan produk dan jasa. D. Definisi Pemicu Biaya (Cost Driver) Pengidentifikasikan cost driver merupakan komponen terpenting dalam pengendalian biaya yang tidak bernilai tambah. Jika kinerja individu dipengaruhi kemampuan untuk mengendalikan biaya tidak bernilai tambah. Maka pemilihan cost driver dan bagaimana cost driver tersebut digunakan

25 25 sehingga dapat mempengaruhi perilaku pada individu. Pemicu biaya (cost driver) adalah setiap aktivitas yang menyebabkan suatu biaya dikeluarkan (Henry Simamora, 2002:131). Menurut Blocher/Chen/ lin (2000:120) cost driver adalah faktor-faktor yang menyebabkan perubahan biaya aktivitas. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Cost driver merupakan faktor yang dapat diukur yang digunakan untuk membebankan biaya ke aktivitas dan dari aktivitas ke aktivitas lainya, produk atau jasa. E. Definisi aktivitas cost pool Activity cost pool adalah akun yang digunakan untuk menggabungkan biaya dari dua atau lebih aktivitas yang memiliki aktivity driver yang sama untuk dapat dibebankan secara bersama-sama ke produk jasa dengan menggunakan hanya satu activity driver (Mulyadi, 2003:83). Jadi, agar dapat dimasukkan kedalam suatu kelompok biaya yang homogen, aktivitas-aktivitas harus dihubungkan secara logis dan mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk semua produk.

26 26 F. Kalkulasi Biaya Produk Berdasarkan Activity based costing (ABC) Kalkulasi biaya produk berdasarkan aktivitas diawali dengan penelusuran biaya aktivitas dan kemudian ke produk. Seperti halnya kalkulasi biaya produk menurut sistem tradisional, ABC merupakan proses dua tahap. Pada tahap pertama, ABC menulusuri biaya overhead ke aktivitas bukan ke unit organisasi sedangkan pada tahap kedua, baik sistem ABC maupun tradisional sama-sama membebankan biaya produk. Namun, sistem ABC menekankan pada penelusuran langsung dan penelusuran pemacu (menekankan hubungan sebab-akibat). Oleh sebab itu, perbedaan utama dari perhitungan antara dua metode tersebut adalah sifat dan jumlah pemacu biaya yang digunakan. Sistem ABC menggunakan pemacu lebih banyak jika dibandingkan sistem tradisional. Sistem biaya berdasarkan aktivitas (Sistem ABC) adalah sistem biaya terdiri dari dua prosedur, yaitu: 1. Prosedur tahap pertama Pada tahap pertama penentuan harga pokok berdasarkan aktivitas meliputi empat langkah sebagai berikut :

27 27 a. Penggolongan atau pengidentifikasian aktivitas. b. Menghubungkan berbagai biaya dengan berbagai aktivitas. c. Penentuan kelompok-kelompok biaya (cost pool) yang homogen. d. Penentuan tarif kelompok (pool rate). Langkah pertama dalam prosedur tahap pertama system ABC adalah penggolongan berbagai aktivitas. Berbagai aktivitas diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok yang mempunyai interpretasi fisik yang mudah dan jelas serta cocok dengan segmen-segmen proses produksi yang dapat dikelola. Setelah menggolongkan berbagai aktivitas, maka langkah kedua adalah menghubungkan berbagai biaya dengan kelompok aktivitas. Setelah itu langkah ketiga penentuan kelompokkelompok biaya yang homogen. Kelompok biaya homogen (Homogeneous cost pool) adalah sekumpulan biaya overhead yang berhubungan secara logis dengan tugas- tugas yang dilaksanakan dan biaya-biaya tersebut dapat diterangkan oleh cost driver tunggal. Jika kelompok biaya yang homogen telah ditentukan maka langkah selanjutnya adalah penentuan tarif kelompok. Tarif kelompok (pool rate) adalah tarif biaya overhead per unit

28 28 cost driver yang dihitung untuk suatu kelompok aktivitas. Tarif kelompok dihitung dengan rumus total biaya overhead untuk kelompok aktivitas tertentu dibagi dengan dasar pengukuran aktivitas kelompok tertentu. Rumus : Tarif kelompok = Tarif biaya overhead untuk aktivitas tertentu Dasar pengukuran aktivitas kelompok tertentu 2. Prosedur tahap kedua Biaya overhead ini dibebankan pada berbagai produk dengan menggunakan tarif setiap kelompok biaya. Pembebanan overhead pada setiap jenis produk ditentukan dari setiap kelompok dari setiap produk dengan perhitungan sebagai berikut: Overhead yang dibebankan = Tarif kelompok X Unit cost driver yang digunakan G. Kelebihan dan kelemahan system Activity Based Costing ( Kelebihan sistem Activity Based Costing (ABC) 1. Memperbaiki mutu pengambilan keputusan manajemen sehubungan dengan informasi harga pokok produksi yang lebih informatif dan akurat yang dihasilkan oleh sistem ABC.

29 29 2. Memungkinkan manajemen melakukan perbaikan yang terus menerus terhadap aktivitas perusahaan untuk mengurangi biaya-biaya overhead. 3. Memberikan kemudahan dalam penentuan biaya-biaya relevan guna pengambilan keputusan yang lebih luas lagi. Kelemahan Sistem Activity Based Costing (ABC) 1. Penggunaan sistem biaya (multiple cost driver) menyebabkan sistem lebih komplek dan mahal untuk diadministrasikan. 2. Sistem ABC membutuhkan data yang lebih banyak dibandingkan dengan biaya tradisional Perbedaan Sistem Biaya Tradisional dengan Activity Based Costing (ABC) Perbedaan Sistem Biaya Tradisional dengan Activity Based Costing (ABC) dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Sistem Activity Based Costing (ABC) memfokuskan pada aktivitas dalam menentukan biaya produksi karena asumsi bahwa aktivitaslah yang menyebabkan biaya sedangkan sistem biaya tradisional memfokuskan pada produk karena asumsi bahwa produk atau volumelah yang menyebabkan biaya. 2. Sistem Activity Based Costing (ABC) membagi biaya produksi berdasarkan kategori : jumlah unit, batch, produk dan fasilitas

30 30 penunjang, sedangkan sistem tradisional membagi konsumsi biaya berdasarkan jumlah unit atau volume. 3. Sistem Activity Based Costing (ABC) menggunakan aktivitasaktivitas sebagai pemicu untuk menentukan berapa besar konsumsi biaya produksi produk individual sedangkan biaya tradisional menggunakan satu atau dua basis penentuan secara arbiter yang non representif. 4. Sistem Activity Based Costing (ABC) memberikan fasilitas bagaimana mengurangi biaya produksi yang jauh lebih tepat dibandingkan dengan sistem biaya tradisional. Contohnya : apabila sistem biaya tradisional menggunakan jam tenaga kerja langsung sebagai dasar penentuan, maka usaha untuk mengurangi biaya produksi biasanya terfokus pada bagaimana mengurangi pemakaian tenaga kerja padahal biaya produksi terjadi tidak hanya tergantung pada pemakaian tenaga kerja saja melainkan juga adanya aktivitas-aktivitas lain. Sistem ABC lebih diterapkan dalam masalah diatas karena lebih baik menggunakan dasar pembebanan pengendalian aktivitas. 5. Sistem Activity Based Costing (ABC) memberikan informasi biaya produksi yang lebih tepat dibandingkan sistem biaya tradisional sehingga sistem Activity Based Costing (ABC) lebih tepat digunakan oleh manajemen perusahaan dalam menjalankan fungsi perencanaan dan Pengendalian biaya.

31 31 6. Sistem Activity Based Costing (ABC) mampu memberikan informasi mengenai skala ekonomi (economics of scale) produk individual yang lebih tepat dibandingkan dengan sistem biaya tradisional. Sistem biaya tradisional yang biasanya melaporkan biaya produksi per unit yang sama besar, baik untuk produk yang volumenya tinggi maupun rendah. Hal tersebut bertolak belakang dengan harapan manajemen mengenai teori skala ekonomi (produk yang diproduksi per unit lebih rendah dibandingkan dengan produk yang diproduksi dengan volume rendah). 2.2 Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian ini pada dasarnya adalah replikasi penelitian Wida Hasanah (2007) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nahdhatul Ulama Jepara yang berjudul ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUK DAN HARGA JUAL BERDASARKAN PENDEKATAN TRADISIONAL dan ACTIVITY BASED COSTING (ABC). Pada penelitian tersebut bertujuan membandingkan antara sistem tradisional dengan Activity Based Costing System (ABCS) untuk mengetahui harga pokok produk. Sedangkan penelitian ini adalah mencoba mengetahui lebih baik mana antara pendekatan tradisional dan pendekatan Activity Based Costing System (ABCS) dan pengaruh terhadap penetapan harga pokok produksi. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama memiliki objek penelitian perusahaan manufaktur yang

32 32 berlokasi di jepara. Objek penelitian terdahulu pada perusahaan yang di bidang mebel yaitu CV. Kalingga Putra Jepara yang berlokasi di JL. Senenan Jepara. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan dalam penelitian terdahulu activity based costing system (ABCS) berbeda dengan sistem tradisional dalam hal mengalokasikan biaya tidak langsung produk. Dalam sistem biaya tradisional menggunakan dasar alokasi volume pada produk. Sedangkan activity based costing system (ABCS) menggunakan cost driver sesuai dengan biaya aktivitas setiap segmen produksi. Dalam analisis perhitungan terlihat bahwa sistem tradisional membebankan lebih banyak overhead terhadap produk dengan volume yang lebih tinggi dan cenderung membebankan secara relatif lebih kecil terhadap produk dengan volume yang lebih rendah yang nantinya akan berpengaruh terhadap penentuan Harga pokok masing-masing produk. Hal ini dapat dilihat dari produk yang bervolume tinggi yang mendapat pembebanan biaya yang lebih tinggi dan sebaliknya, dan secara umum hasil perhitungan harga pokok yang menggunakan pendekatan tradisional lebih besar dibandingkan dengan pendekatan Activity based costing (ABC). Sistem activity based costing (ABC) dapat melaporkan biaya lebih tepat di bandingkan dengan sistem tradisional, karena activity based costing (ABC) menggunakan alokasi biaya berdasarkan unit, jam kerja

33 33 mesin atau jam kerja tenaga kerja langsung saja, tetapi juga berdasarkan pada kapasitas normal dan jumlah pesanan. 2.3 Kerangka Pemikiran Dalam penelitian ini adalah membandingkan suatu perhitungan penetapan harga pokok produk dengan pendekatan tradisional dan pendekatan activity based costing (ABC), sehingga nantinya dapat diketahui mana yang lebih baik dan paling tepat digunakan dalam perusahaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka Penelitian Penetapan Harga Pokok Produk Berdasarkan pendekatan Tradisional Berdasarkan pendekatan Activity based coasting ( ABC ) Membandingkan dua pendekatan

34 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Penelitian Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah Harga pokok produk yang dikaji berdasarkan sistem Tradisional dan Activity based costing system (ABCS ) Definisi Operasional Variabel 1. Harga pokok adalah pengorbanan sumber ekonomi dalam pengolahan bahan baku menjadi barang jadi atau mengubah persediaan produk jadi. 2. Sistem biaya tradisional adalah sistem kalkulasi biaya yang menghitung biaya overhead berdasarkan jumlah unit yang dihasilkan untuk diukur dalam jam kerja langsung, jam mesin atau rupiah tenaga kerja langsung. 3. Activity based costing (ABC) adalah pendekatan penentuan biaya produk yang membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi sumber daya yang disebabkan oleh aktivitas. 3.2 Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara yaitu 34

35 35 diperoleh dan dicacat oleh pihak lain. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Data sekunder diperoleh dari perusahaan adalah laporan biaya produksi CV. Mulyo jati indah periode 2008 dan 2009 yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. 3.3 Metode pengumpulan data Metode pengumpulan data perlu dilakukan dalam usaha memperoleh data-data yang selanjutnya dianalisis untuk memecahkan suatu permasalahan. Adapun metode atau teknik penelitian dalam pengumpulan data yang penulis lakukan adalah sebagai berikut: 1. Field research Field research adalah suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan penelitian langsung ke tempat objek yang diteliti atau dimana suatu pekerjaan sedang dilaksanakan. Untuk memperoleh data secara langsung ini penulis menggunakan metode wawancara yaitu teknik pengumpulan data dalam metode survei yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian. 2. Library research Penelitian ini dipakai untuk memperoleh teori-teori atau pendapat para ahli dengan menelaah buku-buku kepustakaan, baik yang berupa karya ilmiah maupun buku-buku hasil riset yang ditulis oleh para ahli

36 36 sebagai rujukan yaitu dasar-dasar teoritis yang ada relevansinya terhadap permasalahan penelitian. 3. Metode dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan jalan mencatat dari benda-benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian. 3.4 Analisis Data Metode ini dimaksudkan untuk menganalisis data yang diperoleh menjadi suatu informasi yang kemudian memberikan kesimpulan dan keterangan untuk menjawab masalah yang ada serta membandingkan hasil penelitian dengan mengevaluasi harga pokok produk yang selama ini dipakai oleh manajemen perusahaan. Metode analisis yang digunakan adalah kuantitatif yaitu metode analisis data yang berdasarkan pada perhitungan-perhitungan yang menggunakan angka guna memperoleh kesimpulan. Dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menghitung biaya produksi dengan pendekatan tradisional a. Menghitung biaya bahan baku b. Menghitung biaya tenaga kerja langsung c. Menghitung Biaya overhead pabrik 2. Menghitung biaya produksi dengan menggunakan pendekatan activity based costing (ABC)

37 37 3. Membandingan harga pokok produk yang dihitung dengan sistem biaya tradisional dengan Activity based costing (ABC) Perbandingan dilakukan dilakukan dengan cara bagan yang memuat harga pokok produk dengan sistem biaya tradisional dengan activity based costing (ABC), serta selisih harga pokok produk dalam rupiah.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia usaha yang semakin meningkat, perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia usaha yang semakin meningkat, perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan dunia usaha yang semakin meningkat, perusahaan dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi. Dalam era globalisasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Setiap perusahaan yang berorientasi pada peningkatan pendapatan akan selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Sistem Biaya Tradisional. sistem tradisional, penulis mengutip pengertian mengenai sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Sistem Biaya Tradisional. sistem tradisional, penulis mengutip pengertian mengenai sistem BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Sistem Biaya Tradisional Sebagai landasan dalam memperjelas pengertian mengenai sistem tradisional, penulis mengutip pengertian mengenai sistem

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR 2014 1 PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos Mulyadi (2003: 4) menjelaskan bahwa kos (cost) adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dunia bisnis menuju era pasar bebas, membuat perusahaan lebih berhati-hati dalam menetapkan kebijakan-kebijakan terutama dalam memasarkan produknya.

Lebih terperinci

BAB II PENENTUAN BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP) BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) 2.1. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional

BAB II PENENTUAN BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP) BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) 2.1. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional BAB II PENENTUAN BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP) BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) 2.1. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional Perkembangan teknologi yang semakin pesat, mengakibatkan perubahan pola persaingan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. untuk disajikan dan selanjutnya dianalisa, sehingga pada akhirnya dapat diambil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. untuk disajikan dan selanjutnya dianalisa, sehingga pada akhirnya dapat diambil 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif (Descriptive Research) karena pembahasannya disusun secara sistematis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Activity-Based Costing Activity Based Costing merupakan metode yang menerapkan konsepkonsep akuntansi aktivitas untuk menghasilkan perhitungan harga pokok produk yang

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN 2.1 Harga Pokok Produksi 1. Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan saling

Lebih terperinci

METODE PEMBEBANAN BOP

METODE PEMBEBANAN BOP METODE PEMBEBANAN BOP ~ Kalkulasi Biaya Berdasar Aktivitas ~.[metode tradisional] Kalkulasi biaya atau costing, adalah cara perhitungan biaya, baik biaya produksi maupun biaya nonproduksi. Yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Biaya Menjalankan suatu usaha membutuhkan biaya yang harus dikeluarkan agar perusahaan mampu terus berkualitas. Biaya sendiri merupakan hal yang sangat penting dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Manajemen Pihak pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangat memerlukan informasi akuntansi, untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi di dalam

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi di dalam BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam penerapan activity based costing, pemahaman konsep dan klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi

Lebih terperinci

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Penentuan tarif merupakan salah satu bagian dari tujuan akuntansi biaya yaitu perencanaan dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen, oleh karena itu sebelum

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan akuntansi yang membicarakan tentang penentuan harga pokok dari suatu produk yang diproduksi, baik untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pembiayaan Sistem pembiayaan (costing system) secara umum terbagi menjadi dua tipe, yaitu sistem akuntansi biaya konvensional. Sistem akuntansi biaya konvensional menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam praktik bisnis, konsumen menginginkan produk yang sesuai dengan selera kebutuhan mereka, di mana produk tersebut memiliki kualitas tinggi serta harga yang terjangkau.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS 6 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian dan Penggolongan Biaya Menurut Mulyadi (2011:8) Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. metode yang di teteapkan dalam perusahaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. metode yang di teteapkan dalam perusahaan. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Studi sebelumnya yang dilakukan oleh beberapa peneliti dengan menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. Yang dimana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Harga Pokok Produksi 2.1.1 Pengertian harga pokok produksi Harga pokok produksi adalah harga pokok produk yang sudah selesai dan ditransfer ke produk dalam proses pada periode

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar Biaya 1. Pengertian Biaya Konsep dan istilah biaya telah dikembangkan selaras dengan kebutuhan para akuntan, ekonom, dan insinyur. Para akuntan telah mendefinisikan

Lebih terperinci

PENENTUAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS (ACTIVITY-BASED COSTING)

PENENTUAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS (ACTIVITY-BASED COSTING) PENENTUAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS (ACTIVITY-BASED COSTING) PENDAHULUAN Activity-based costing (ABC) membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi terhadap aktivitas. Sistem ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan informasi juga berpengaruh pada proses pembuatan. dengan didistribusikan kepada konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan informasi juga berpengaruh pada proses pembuatan. dengan didistribusikan kepada konsumen. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis yang semakin pesat, mengakibatkan semakin ketatnya persaingan yang terjadi dalam dunia usaha. Hal tersebut juga mengakibatkan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi saat ini perekonomian mempunyai peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi saat ini perekonomian mempunyai peranan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini perekonomian mempunyai peranan yang sangat penting. Salah satu bidang yang mengalami kemajuan pesat adalah bidang industri. Pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) 2.2. Permasalahan Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) 2.2. Permasalahan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Peranan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam perekonomian Indonesia pada dasarnya telah memberikan kontribusi yang besar bagi masyarakat Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1.PENGERTIAN BIAYA Biaya memiliki berbagai macam arti tergantung pada tingkat kegunaanya. Biaya diartikan sebagai nilai yang harus kita keluarkan untuk mendapatkan suatu barang.

Lebih terperinci

PENERAPAN ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI ( Studi Pada PT. JAMU AIR MANCUR Surakarta )

PENERAPAN ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI ( Studi Pada PT. JAMU AIR MANCUR Surakarta ) PENERAPAN ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI ( Studi Pada PT. JAMU AIR MANCUR Surakarta ) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi bisnis (Warren, Reeve & Fess 2006: 236). Semakin derasnya arus

BAB I PENDAHULUAN. organisasi bisnis (Warren, Reeve & Fess 2006: 236). Semakin derasnya arus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan suatu perusahaan adalah untuk dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta dapat meningkatkan profitabilitas dari waktu ke waktu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Hansen dan Mowen (2004:40) mendefinisikan biaya sebagai:

BAB II LANDASAN TEORI. Hansen dan Mowen (2004:40) mendefinisikan biaya sebagai: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Biaya 2.1.1 Definisi Biaya Hansen dan Mowen (2004:40) mendefinisikan biaya sebagai: Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PADA HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PADA HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PADA HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK ABSTRAK Vivi Parita Sari email: vivi.paritasari@yahoo.com Program Studi Akuntansi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persaingan global berpengaruh pada pola perilaku perusahaan-perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI. Persaingan global berpengaruh pada pola perilaku perusahaan-perusahaan 9 BAB II LANDASAN TEORI II.1. SISTEM AKUNTANSI BIAYA TRADISIONAL Persaingan global berpengaruh pada pola perilaku perusahaan-perusahaan dalam mengelola biaya produksi suatu produk. Teknologi yang bermunculan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional II.1.1. Pengertian Sistem Akuntansi Biaya Tradisional Sistem akuntasi tradisional dalam melakukan pembebanan biaya overhead pabrik menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fokus utama dalam pelaporan keuangan adalah informasi mengenai biaya. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk mendapatkan barang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Biaya 1. Pengertian Biaya Biaya menurut Atkinson dan Kaplan (2009 : 33) adalah nilai moneter barang dan jasa yang dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat sekarang atau masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan merupakan suatu organisasi yang mempunyai kegiatan tertentu yang sangat kompleks. Pertumbuhan suatu badan usaha biasanya tidak lepas dari berbagai

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Pada saat ini terdapat 4 keadaan yang sangat berpengaruh atas dunia

BABI PENDAHULUAN. Pada saat ini terdapat 4 keadaan yang sangat berpengaruh atas dunia BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat ini terdapat 4 keadaan yang sangat berpengaruh atas dunia usaha, yaitu globalisasi ekonomi, pembukaan pasar, pengaplikasian teknologi komputer yang

Lebih terperinci

Contoh PT kertasjaya memproduksi 2 macam produk. Contoh peraga 5.2 Perhitungan biaya satuan : produk tunggal. Biaya produksi

Contoh PT kertasjaya memproduksi 2 macam produk. Contoh peraga 5.2 Perhitungan biaya satuan : produk tunggal. Biaya produksi PENENTUAN HARGA POKOK BERDASARKAN AKTIVITAS ( ACTIVITY BASED COSTING) Pendahuluan Keterbatasan penentuan harga pokok konvensional terletak pada pembebanan overhead. Dalam system biaya tradisional ada dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi (Mulyadi, 2003;4). Atau lebih singkatnya dapat dikatakan bahwa kos

BAB I PENDAHULUAN. organisasi (Mulyadi, 2003;4). Atau lebih singkatnya dapat dikatakan bahwa kos BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kos adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk memperoleh barang dan jasa yang diharapkan akan membawa manfaat sekarang atau di masa depan bagi organisasi

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1 Kerangka Pemikiran Sistem perhitungan biaya produksi menggunakan metode ABC ini masih termasuk baru sehingga masih banyak perusahaan yang belum mengenal sistem ini

Lebih terperinci

1. Bagaimana sistem akuntansi biaya tradisional (konvensional) yang diterapkan oleh PT. Martina Berto dalam menentukan Harga Pokok Produksi (HPP)? 2.

1. Bagaimana sistem akuntansi biaya tradisional (konvensional) yang diterapkan oleh PT. Martina Berto dalam menentukan Harga Pokok Produksi (HPP)? 2. ANALISIS PENERAPAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DALAM MENINGKATKAN AKURASI BIAYA PADA PT. MARTINA BERTO Hesti Wulandari Jurusan S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang cukup berperan dalam menentukan daya saing

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang cukup berperan dalam menentukan daya saing -1- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu aspek yang cukup berperan dalam menentukan daya saing perusahaan adalah penentuan harga jual produk yang ditawarkan. Perusahaan yang dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu faktor yang sangat penting yang harus mendapat perhatian dalam menentukan biaya produksi. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Mulyadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan semakin kompleks. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. dan semakin kompleks. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan hidup dalam lingkungan yang berubah dengan cepat, dinamik, dan semakin kompleks. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong terjadinya persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan pasar dan perdagangan internasional yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan pasar dan perdagangan internasional yang disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan pasar dan perdagangan internasional yang disebabkan oleh peningkatan perekonomian di seluruh dunia dan didorong oleh kemajuan teknologi menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi pada beberapa tahun kedepan yang dimana persaingan antar perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi pada beberapa tahun kedepan yang dimana persaingan antar perusahaan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi terutama menghadapi adanya perdagangan bebas asia yang akan terjadi pada beberapa tahun kedepan yang dimana persaingan antar perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar Sistem Akuntansi Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya marupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama halnya dengan akuntansi keuangan, akuntansi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Biaya Biaya merupakan pengeluaran-pengeluaran yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk suatu proses produksi. Untuk mendefinisikan biaya secara jelas, penulis akan memberikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pada posisi , 02 sampai ,40 Bujur Timur, ,67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pada posisi , 02 sampai ,40 Bujur Timur, ,67 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 2. Diskripsi CV. Jawa Dipa CV. Jawa Dipa merupakan salah satu badan usaha yang bergerak dibidang permebelan yang ada di Desa Bondo, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penetapan harga pokok produk sangatlah penting bagi manajemen untuk

BAB I PENDAHULUAN. Penetapan harga pokok produk sangatlah penting bagi manajemen untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penetapan harga pokok produk sangatlah penting bagi manajemen untuk menentukan harga jual produk, memantau realisasi biaya produksi, menghitung laba rugi periodik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan domestik harus mempersiapkan secara matang kinerja dan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan domestik harus mempersiapkan secara matang kinerja dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era perdagangan bebas setiap perusahaan bersaing tidak hanya pada perusahaan domestik saja, tetapi juga pada perusahaan internasional. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era perdagangan bebas setiap perusahaan bersaing tidak hanya pada perusahaan domestik saja, tetapi juga pada perusahaan internasional. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta upaya untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan suatu perusahaan adalah untuk menghasilkan keuntungan, menjaga kelangsungan hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta upaya untuk meningkatkan profitabilitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Beberapa pengertian biaya antara lain dikemukakan oleh Supriyono

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Beberapa pengertian biaya antara lain dikemukakan oleh Supriyono BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Beberapa pengertian biaya antara lain dikemukakan oleh Supriyono (2002:253) menyatakan bahwa biaya adalah pengorbanan sumber sumber ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Harga Pokok Produk. rupa sehingga memungkinkan untuk : a. Penentuan harga pokok produk secara teliti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Harga Pokok Produk. rupa sehingga memungkinkan untuk : a. Penentuan harga pokok produk secara teliti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Harga Pokok Produk 1. Pengertian Harga Pokok Produk Tujuan akuntansi biaya adalah untuk menyediakan informasi biaya untuk kepentingan manajemen guna membantu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya Rayburn, L. G. yang diterjemahkan oleh Sugyarto (1999) menyatakan, Biaya mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk suatu produk,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dominan dibanding ternak perah lainnya. Menurut Kanisius (2008) dari berbagai

BAB II LANDASAN TEORI. dominan dibanding ternak perah lainnya. Menurut Kanisius (2008) dari berbagai BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sapi Perah Secara umum, sapi perah merupakan penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya. Menurut Kanisius (2008) dari berbagai bangsa sapi perah yang terdapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Akuntansi Biaya dan Konsep Biaya. dan pengambilan keputusan yang lain.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Akuntansi Biaya dan Konsep Biaya. dan pengambilan keputusan yang lain. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori A. Akuntansi Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya dan Konsep Biaya Menurut Mulyadi (2003) Akuntansi Biaya adalah sistem informasi yang menghasilkan informasi

Lebih terperinci

Implementasi Metode Activity-Based Costing System dalam menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus di RS XYZ)

Implementasi Metode Activity-Based Costing System dalam menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus di RS XYZ) 19 Implementasi Metode Activity-Based Costing System dalam menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap (Studi Kasus di RS XYZ) Riadi Budiman Program Studi Teknik Industri Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

Risma Yurnita, Holly Deviarti. Universitas Bina Nusantara Jln. Kebon Jeruk Raya No. 20 Jakarta Barat Phone

Risma Yurnita, Holly Deviarti. Universitas Bina Nusantara Jln. Kebon Jeruk Raya No. 20 Jakarta Barat Phone ANALISIS PERBANDINGAN METODE TRADISIONAL DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING UNTUK MENGHITUNG HARGA POKOK PRODUKSI (STUDI KASUS PADA PT.PYRAMID MEGAH SAKTI DI MAKASSAR) Risma Yurnita, Holly Deviarti Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen perusahaan perlu mempunyai strategi-strategi yang dijalankan untuk. untuk jangka waktu yang panjang dan berkesinambungan.

BAB I PENDAHULUAN. manajemen perusahaan perlu mempunyai strategi-strategi yang dijalankan untuk. untuk jangka waktu yang panjang dan berkesinambungan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis yang begitu pesat dari tahun ke tahun, menyebabkan begitu banyaknya perusahaan yang berkembang dan hidup dalam lingkungan yang berubah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadi untuk tujuan tertentu. Biaya dalam arti sempit dapat diartikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadi untuk tujuan tertentu. Biaya dalam arti sempit dapat diartikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1. Pengertian Biaya Biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. II.1.1. Konsep Biaya Identifikasi Biaya Definisi biaya menurut Krismiaji (2002), Cost adalah kas atau ekuivalen kas yang dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan

BAB II LANDASAN TEORI. mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya II.1.1 Pengertian Biaya Hansen dan Mowen yang diterjemahkan oleh Hermawan (2000) mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Definisi akuntansi manajemen menurut Abdul Halim (2012:5) adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Definisi akuntansi manajemen menurut Abdul Halim (2012:5) adalah BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Akuntansi Manajemen 1. Pengertian Akuntansi Manajemen Definisi akuntansi manajemen menurut Abdul Halim (2012:5) adalah suatu kegiatan yang menjadi bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. membantu perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi global menuntut perusahaan menata manajemennya, mengingat ketatnya persaingan dan segala bentuk perubahan yang tidak dapat diprediksi sebelumnya.

Lebih terperinci

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen.akuntansi biaya bukan merupakan tipe akuntansi tersendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pakaian, dan lainnya. Setiap jenis usaha yang ada memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. pakaian, dan lainnya. Setiap jenis usaha yang ada memiliki karakteristik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi yang ditunjang dengan kemajuan teknologi serta perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, mengakibatkan persaingan bisnis semakin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya Menurut Horngren dkk (2003:3) Akuntansi biaya adalah mengukur, menganalisis dan melaporkan informasi keuangan dan non keuangan yang terkait

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Metode Tradisional Pada PT. XYZ Perhitungan harga pokok produksi dalam perusahaan, khususnya perusahaan manufaktur masalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu pengeluaran yang pasti dalam suatu perusahaan, oleh karenanya, biaya sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ABC DI PT TMG. SURABAYA

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ABC DI PT TMG. SURABAYA PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ABC DI PT TMG. SURABAYA Anang Fachroji Teknik Industri-FTI-UPN Veteran Jawa Timur INTISARI Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menerapkan sistem Activity

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Pada umumnya rumah sakit terbagi menjadi dua yaitu rumah sakit umum

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Pada umumnya rumah sakit terbagi menjadi dua yaitu rumah sakit umum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia. Untuk mendukung kesehatan bagi masyarakat maka banyak didirikan lembaga atau organisasi yang memberikan pelayanan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mulyadi ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut yaitu :

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mulyadi ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut yaitu : BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Pengertian biaya yang dikemukakan oleh Mulyadi, dalam bukunya akuntansi Biaya ialah sebagai berikut : - Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin pesatnya perkembangan sektor transportasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin pesatnya perkembangan sektor transportasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan semakin pesatnya perkembangan sektor transportasi dan telekomunikasi, semakin dekat terwujudnya ramalan kampung dunia (global village). Produk dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Pada dasarnya informasi dari suatu perusahaan terutama informasi keuangan dibutuhkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan, baik pihak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan bagian akuntansi yang mencatat berbagai macam biaya, mengelompokkan, mengalokasikannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Ada beberapa pengertian biaya yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya: Daljono (2011: 13) mendefinisikan Biaya adalah suatu pengorbanan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mendapatkan informasi yang akurat dalam perhitungan kos

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mendapatkan informasi yang akurat dalam perhitungan kos BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk mendapatkan informasi yang akurat dalam perhitungan kos produksi, perusahaan dapat menggunakan berbagai macam cara perhitungan. Misalnya dengan menggunakan process

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Biaya dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Konsep Biaya Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian manajemen membutuhkan pemahaman yang berkaitan dengan biaya.

Lebih terperinci

Kemungkinan Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit (Studi kasus pada Rumah Sakit Islam Klaten)

Kemungkinan Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit (Studi kasus pada Rumah Sakit Islam Klaten) Kemungkinan Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit (Studi kasus pada Rumah Sakit Islam Klaten) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Activity Accounting: Activity Based Costing, Activity Based Management. Angela Dirman, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas FEB

Akuntansi Biaya. Activity Accounting: Activity Based Costing, Activity Based Management. Angela Dirman, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas FEB Akuntansi Biaya Modul ke: Activity Accounting: Activity Based Costing, Activity Based Management Fakultas FEB Angela Dirman, SE., M.Ak Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Content Activity Based

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dampak dari globalisasi sudah semakin terlihat pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Dampak dari globalisasi sudah semakin terlihat pada berbagai aspek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dampak dari globalisasi sudah semakin terlihat pada berbagai aspek kehidupan perusahaan, baik pada negara yang sudah maju maupun pada negara yang sedang

Lebih terperinci

ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)

ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM) ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM) A. Pengertian Activity Based Costing ( ABC ) Sebelum mengetahui apa itu yang dimaksud dengan Activity Based Costing (ABC), telebih dahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas, dunia industri harus mempersiapkan diri agar dapat terus

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas, dunia industri harus mempersiapkan diri agar dapat terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menghadapi persaingan global terutama terkait dengan sistem perdagangan bebas, dunia industri harus mempersiapkan diri agar dapat terus bertahan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini dimana perindustrian semakin maju dan didukung dengan teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang pesat sangat dirasakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya di Indonesia. Salah satu dampak yang nyata bagi industri dalam

BAB I PENDAHULUAN. khususnya di Indonesia. Salah satu dampak yang nyata bagi industri dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perdagangan bebas telah membawa perubahan bagi dunia usaha khususnya di Indonesia. Salah satu dampak yang nyata bagi industri dalam negeri yaitu semakin ketatnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya menurut Supriyono (2000:16) adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan dan akan dipakai

Lebih terperinci

Bab IV PEMBAHASAN. perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk

Bab IV PEMBAHASAN. perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk Bab IV PEMBAHASAN Perhitungan harga pokok produksi yang akurat sangatlah penting bagi perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk dapat menentukan harga pokok produksi

Lebih terperinci

Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas (source: Hansen & Mowen, 2007, Chapter 4) Present By: Ayub WS Pradana 16 Maret 2016

Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas (source: Hansen & Mowen, 2007, Chapter 4) Present By: Ayub WS Pradana 16 Maret 2016 Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas (source: Hansen & Mowen, 2007, Chapter 4) Present By: Ayub WS Pradana 16 Maret 2016 Biaya per unit: arti penting dan cara menghitung (contd.) UNIT COST: Definition

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Biaya menurut Rayburn yang diterjemahkan oleh Sugyarto (1999), Biaya (cost)

BAB II LANDASAN TEORI. Biaya menurut Rayburn yang diterjemahkan oleh Sugyarto (1999), Biaya (cost) BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Biaya II.1.1 Definisi Biaya Biaya menurut Rayburn yang diterjemahkan oleh Sugyarto (1999), Biaya (cost) adalah pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini berisi latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang pesat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENELITIAN TERDAHULU Telah ada beberapa penelitian-penelitian terdahulu mengenai penetapan harga pokok produk dengan metode biaya yang mempunyai kaitan dengan penelitian ini.

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BIAYA POKOK PENJUALAN DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA INDUSTRI MEBEL

PERHITUNGAN BIAYA POKOK PENJUALAN DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA INDUSTRI MEBEL PERHITUNGAN BIAYA POKOK PENJUALAN DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA INDUSTRI MEBEL Kelvin Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknik Surabaya kelvin@stts.edu Abstrak Hal utama untuk menentukan harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia usaha akhir-akhir ini mengalami persaingan global yang sangat ketat, dimana perusahaan tidak hanya menghadapi pesaing lokal tetapi juga pesaing internasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan. Kekayaan yang diperoleh dapat berupa kekayaan material (material

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan. Kekayaan yang diperoleh dapat berupa kekayaan material (material BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan pada dasarnya didirikan sebagai institusi pencipta kekayaan. Kekayaan yang diperoleh dapat berupa kekayaan material (material wealth) yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Praktik bisnis dan kebutuhan konsumen yang semakin kompleks, menyebabkan semakin ketatnya persaingan di dunia bisnis di era globalisasi ini. Semakin berkembangnya

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang

BAB IV PEMBAHASAN. manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang BAB IV PEMBAHASAN Kelancaran atau keberhasilan suatu perusahaan tergantung pada kemampuan manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang dapat dipercaya sebagai dasar untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu jenis perusahaan di Indonesia adalah perusahaan industri (manufaktur). Perusahaan Industri manufaktur adalah perusahaan yang mengelola bahan baku

Lebih terperinci