BAB II RONA WILAYAH PESISIR
|
|
- Yuliani Kusumo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II RONA WILAYAH PESISIR 2.1 Geo-Administrasi Kelurahan Namosain merupakan salah satu kelurahan dalam wilayah Kecamatan Alak Kota Kupang. Kelurahan Namosain berada di kawasan pesisir dan memiliki potensi dalam bidang kelautan, perikanan serta wisata bahari dan memproduksi ikan cakalang sebanyak Ton/tahun. Jarak dari Kelurahan Namosain ke Kantor Camat Alak 3 Km, sedangkan jarak ke Kota Kupang adalah 6,5 Km. Secara geografis luas wilayah kelurahan Namosain 2,16 km 2. Kelurahan Namosain memiliki batasan wilayah yaitu: * Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Teluk Kupang Kecamatan Alak * Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Oeleta Ponkase * Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Nun Baun Sabu * Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Alak Kondisi Perairan Namosain yang agak curam terdapat di dasar perairan di sebelah barat Teluk Namosain (sekitar Tanjung Bululutung) dimana daerah tersebut memiliki variasi kedalaman yang tinggi. Di perairan sekitar Tanjung Bululutung, kurang lebih jarak 100 meter dari pantai terdapat tebing karang, dimana variasi kedalaman dari arah laut menuju darat berubah dari kedalaman ±50 meter menjadi ±2 meter dalam rentang jarak hanya kurang 100 meter. Untuk itu diharapkan agar para nelayan berhati-hati saat melintas di perairan di sekitar Tanjung Bululutung untuk menghindari kandasnya kapal karena menabrak karang. Dasar perairan dengan tipe bergelombang (berbukit-bukit) salah satunya terdapat di daerah bagian tengah Teluk Namosain. Pada jarak kurang dari 100 meter dari garis pantai daerah tersebut memiliki kedalaman yang bervariasi antara 1 9 meter. Untuk daerah dengan jarak lebih dari 100 meter dari garis pantai memiliki variasi kedalaman antara 9 58 meter. Pada daerah ini juga terdapat slope dengan variasi kedalaman antara 9 24 meter. Daerah slope ini terletak pada jarak meter dari garis pantai. V-13
2 Daerah tengah dari Teluk Namosain ini memiliki variasi kedalaman antara 1 78 meter di bawah permukaan laut dalam jarak ± 2 km dari garis pantai. Suhu perairan pesisir Kelurahan Namosain (26,1 0 C) berada pada kisaran umum suhu perairan tropis. Tidak ada pencemaran termal di Kelurahan Namosain. Salinitas laut di pesisir Kelurahan Namosain menunjukkan ciri khas perairan laut (34 0 / 00 ). Pengukuran yang dilakukan pada akhir Bulan September dimana pada saat tersebut Kelurahan Namosain sedang mengalami musim kemarau menyebabkan pengaruh air tawar sangat rendah terhadap laut. Akibatnya salinitas perairan pesisir cenderung tinggi. Kecerahan perairan laut di pesisir Kelurahan Namosain pada jarak sekitar meter dari garis pantai umumnya rendah (4 m). Rendahnya tingkat kecerahan ini karena keping sechi masih terlihat sampai dasar perairan. Namun bila dibandingkan dengan nilai kekeruhan (0,00 NTU), maka lokasi kajian menunjukkan kualitas perairan yang masih baik berdasarkan Kep.Men.LH No.51/2004 untuk wisata bahari dan biota air laut karena tingkat kekeruhan belum melewati ambang batas baku mutu kualitas air bagi kelayakan hidup biota peraian yaitu maksimal 5 NTU. Sebagaimana nilai kekeruhan, pada nilai partikel padatan terlarut (Total Suspended Solid/TSS) sebesar 15,8 mg/l menunjukkan bahwa kondisi perairan pesisir Teluk Kupang pada wilayah Kelurahan Namosain masih layak dalam mendukung kehidupan biota perairan berdasarkan Kep.Men.LH No.51/2004 untuk wisata bahari dan biota air laut. Nilai ph di perairan Kelurahan Namosain menunjukkan ciri khas perairan laut yaitu 8,32. Untuk konsentrasi oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/DO) di perairan pesisir Kelurahan Namosain menunjukkan kondisi perairan yang masih baik (8,13 mg/l). Syarat perairan laut yang layak bagi kehidupan organisme harus memiliki nilai oksigen terlarut minimal 5 mg/l. Batas baku mutu perairan laut yang layak bagi kehidupan organisme laut dilihat dari sisi hara berdasarkan Kep.Men.LH No.51/2004 untuk wisata bahari dan biota air laut yaitu maksimum 0,008 mg/l untuk nitrat, 0,3 mg/l untuk amonia, dan 0,015 mg/l untuk fosfat. Pada Kelurahan Namosain konsentrasi nitrat sebesar 0,000 mg/l, amoniak 0,001 mg/l, V-14
3 dan orthofosfat 0,027 mg/l. Dilihat dari sisi konsentrasi orthofosfat, Kelurahan Namosain telah mengalami pencemaran perairan. Klorin merupakan salah satu bahan dasar yang digunakan sebagai desinfektan dan pemutih pakaian. Meskipun pemakaian klorin memberikan dampak yang baik sebagi desinfektan dan pemutih pakaian, namun konsentrasi klorin yang berlebih dapat memberi efek toksik, malformasi, bahkan lethal (mematikan) terhadap organisme lain yang bukan sasaran, seperti ikan dan organisme bentik. Beberapa penelitian menunjukkan efek mematikan dari keberadaan klorin bagi mikroorganisme dari 0,25 mg/l (GESAMP, 1984), 1,5 mg/l (Davis dan Jensen, 1975), dan 0,75-0,90 mg/l pada suhu lebih tinggi dari C (Latimer et al., 1975). Nilai klorin yang masih cukup rendah di perairan pesisir Kelurahan Namosain yaitu 0,09 mg/l untuk Cl total dan 0,18 mg/l untuk Cl bebas menunjukkan masih rendahnya pemakaian berbagai merek cairan pemutih pakaian berbahan dasar klorin. 2.2 Kondisi Sosial Budaya Kependudukan Berdasarkan data Monografi Kelurahan Namosain dibagi dalam 6 kawasan wilayah Rukun Warga (RW), 24 Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa yang terdiri dari Laki-laki dan Perempuan. Di Kelurahan Namosain terdapat 4 agama. Mengenai komposisi keberadaan umat beragama berdasarkan sensus penduduk kelurahan Namosain tahun 2015 tercatat sebanyak 50,62 % penduduk memeluk agama Kristen Protestan, 5,97% agama Katolik, 43,15% memeluk agama Islam dan yang memeluk agama Hinduk sebanyak 0,07% Budaya Heterogenitas adalah karakter sosio-kultural masyarakat Namosain. Kebhinekaan, ras, agama dan etnis merupakan bagian dari kehidupan bermasyarakat di Namosain, dimana terdapat masyarakat dari suku Rote Flores, Alor, Sabu, Timor, Sulawesi (Bugis/Buton), Jawa, Bali serta daerah- daerah lain di Indonesia. Dari beragam suku dan Budaya yang ada dalam masyarakat Namosain, ada 4 etnis daerah yang dominan, yakni V-15
4 Rote dengan sebutan Rumah Tujuh, Buton/Bugis dengan sebutan Namosain Tengah, Solor Flotim dengan sebutan Kampung Meleset serta Timor Namosain dengan sebutan Osmok. 2.3 Aktivitas Ekonomi Masyarakat Berdasarkan status sosial, masyarakat Namosain tergolong masyarakat menengah keatas, karena berdasarkan data, dari 24,75% penduduk dengan profesi petani dan nelayan, hanya sekitar 5% penduduk yang berprofesi sebagai Nelayan. Dari data statistik menunjukan total masyarakat yang mendapat bantuan berupa raskin dan PKPS-BBM sebanyak 555 orang (Tabel 5.2.1). Tabel Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian No Mata Pencaharian Jumlah Penduduk Laki-laki Perempuan Total 1 PNS TNI PNS TNI/Polri Guru/Dosen Dokter Mantri/Bidan Petani/Nelayan Pengemudi Montir/Tukang servis Pedagang Pendeta Pembantu Pemulung Buruh Swasta 407 r Jumlah Potensi Sumberdaya Alam dan Jasa Lingkungan Ekosistem Mangrove Ekosistem mangrove tidak ditemukan di Perairan Namosain Ekosistem Terumbu Karang Luasan terumbu karang pada Kelurahan Namosain sebesar 34,26 Ha dengan penutupan karang keras sebesar 31,4% yang mengindikasikan kondisi ekosistem masih cukup bagus. Terumbu karang dari Namosain ke arah barat ini dicirikan dengan lereng V-16
5 terumbu yang landai ( ). Jenis karang yang mendominasi adalah Acropora tabulate.lebih lanjut dilaporkan bahwa terumbu karang di perairan Kota Kupang yang dalam kondisi bagus dengan persentase penutupan karang keras (hard corals) sebesar 50,0 ± 74,9 %, dijumpai di lokasi pengamatan stasiun I di kelurahan Alak dan lokasi pengamatan di kelurahan Kelapa Lima. Terumbukarangdalamkondisicukupbagus denganpersentasepenutupankarangkeras (hard corals) sebesar 25,0-49,9%, dijumpai di lokasipengamatanstasiun II dan III kelurahannamosaindan di lokasipengamatanstasiun I dan II kelurahanoesapa Barat(Tim UKAW, 2013) Ekosistem Lamun Luas padang lamun di kelurahan ini sebesar 9,1 Ha dengan persentase penutupan sebesar 43,30%. Jenis-jenis yang ditemukan adalah Syringodium isoetifolium, Halophila minor, Halodule uninervis, dan Halophila ovalis. Keberadaan lamun ini dapat menyokong suplai perikanan karena lamun merupakan salah satu tempat memijah bagi hewan perairan.kelurahan Namosain terdapat 4 jenis: Syringodium isoetifolium, Halophila minor, Halodule uninervis, dan Halophila ovalis dengan tingkat penutupan rata-rata >40% dan tipe substrat dominan pasir-pasir berkarang (Tim UKAW, 2013). V-17
6 BAB III PERENCANAAN PENGELOLAAN 3.1 Isu-isu Prioritas Pengelolaan Pesisir dan Laut Aspek SDA dan Lingkungan Pesisir dan Laut a. Hasil penangkapan ikan yang melimpah b. Pencemaran laut c. Konflik daerah penangkapan d. Rusaknya terumbu karang serta biota laut lainnya karena penggunaan obat, bom, dlll e. Kurangnya modal usaha Aspek Sosial Budaya a. Budaya masyarakat pesisir yang heterogen dari berbagai etnis: Solor, Rote, Sulawesi Jawa, dan lainnya. b. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pengendalian pengelolaan pesisir dan laut. Aspek Sosial-Ekonomi a. Belum memiliki sarana pengawetan ikan b. Tidak memiliki tambat labu akibat reklamasi pantai c. Keterbatasan akses pemasaran ikan yang dialami oleh pedagang ikan d. Rendahnya inovasi multi produksi pasca panen sumberdaya laut. e. Belum adanya perencanaan pengolahan sumberdaya pesisir dan laut berbasis ekonomi dan wisata (ekowisata) Aspek Kelembagaan a. Kebingungan masyarakat terkait kelengkapan administrasi nelayan b. Kesulitan pembayaran biaya operasi SLO sekali seminggu c. Belum efektifnya Area DPL V-18
7 3.2 Strategi Pengelolaan Isu SDA dan Lingkungan Pesisir dan Laut Tujuan: a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang teknik transplantasi karang dan rehabilitasi kerusakan mangrove b. Manufakturisasi hasil perikanan c. Menurunnya pencemaran laut, baik yang berasal dari limbah domestik (rumah tangga) atau pun dari kapal motor yang bersandar di Pelabuhan Rakyat NBS. d. Relokasi atau zonasi penangkapan di Perairan Namosain. e. Rehabilitasi terumbu karang Strategi: a. Pelatihan pemantauan dan rehabilitasi mangrove berbasis masyarakat. b. Membuat pabrik pengolahan ikan c. Menetapkan tata tertib dan penegakkan aturan terkait pengendalian sampah pesisir dan laut. d. Menetapkan zonasi penangkapan di wilayah perairan Kelurahan Namosain. e. Pemetaan dan penentuan lokasi prioritas transplantasi karang atau metode lainnya. Indikator: a. Kemampuan masyarakat untuk melakukan transplantasi ekosistem terumbu karang dan rehabilitasi mangrove b. Tersedianya tata tertib dan penegakkan aturan terkait pengendalian sampah pesisir dan laut. c. Terbentuknya zonasi penangkapan di wilayah perairan Kelurahan Namosain. d. Teridentifikasi titik-titik kerusakan terumbu karang. e. Menyusun rencana/program rehabilitasi terumbu karang. f. Jaringan dan akses ke program CSR perusahaan yang beroperasi di Kota Kupang. V-19
8 Aspek Sosial Budaya Tujuan: a. Revitalisasi nilai-nilai lokal masing-masing etnis (Solor, Rote, Sulawesi Jawa, dan lainnya) sebagai kesepakatan kearifan lokal di Kelurahan Namosain. b. Keterlibatan seluruh lapisan masyarakat perencanaan dan pengendalian pengelolaan pesisir dan laut. Strategi: a. Menyebarluaskan konsep Perencanaan dan Pengendalian Pengelolaan Pesisir dan Laut berbasis masyarakat. b. Penyusunan Dokumen Perencanaan dan Pengendalian Pengelolaan Pesisir dan Laut berbasis masyarakat, dengan melibatkan semua unsur stakeholders. c. Pembentukan Lembaga Adat Multi Etnis, melalui kolaborasi berbagai etnis: Solor, Rote, Sulawesi Jawa, dan lainnya, dalam mendukung pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut. d. Penyediaan data dan informasi spasial pesisir yang akurat dan mudah diakses. Indikator: a. Berkurangnya konflik sosial di wilayah pesisir dan laut b. Meningkatnya kerjasama dan koordinasi antar sector baik pemerintah maupun swasta. c. Meningkatnya peran masyarakat dari berbagai etnis dalam perencanaan dan pengendalian pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut. d. Meningkatnya peran masyarakat adat dalam perencanaan dan pengendalian pengelolaan wilayah pesisir dan laut. Aspek Sosial Ekonomi Tujuan: a. Terbentuknya jaringan dan akses pasar yang luas dalam mensuplai ikan dan hasil manufakturisasinya. b. Keamanan berlabuh kapal/perahu c. Peningkatan volume penjualan melalui jejaring pasar. V-20
9 d. Multiproduksi dari manufakturisasi ikan hasil tangkapan e. Model ekowisata berbasis sumberdaya pesisir dan laut. Strategi: a. Pengadaan pabrik es mini. b. Pelatihan-pelatihan pengolahan multiproduk pasca panen perikanan c. Penyusunan masterplan pengembangan ekowisata berbasis sumberdaya pesisir dan laut. Indikator: a. Peningkatan pendapatan rata-rata masyarakat pesisir di Kelurahan Namosain. b. Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat tentang multiproduk hasil perikanan. c. Masterplan pengembangan ekowisata berbasis sumberdaya pesisir dan laut. Aspek Kelembagaan Tujuan: a. Pemahaman masyarakat nelayan tentang kelengkapan administrasi nelayan. b. Pembayaran biaya operasi SLO secara teratur. c. Efektifitas status area DPL di Kelurahan Namosain. d. Meningkatkan peran peserta masyarakat menjadi Anggota Koperasi Bahari Sejahtera. Strategi: a. Sosialisasi secara terbuka kelengkapan administrasi nelayan dan jangka waktu berlakunya melalui papan himbauan yang terpasang di tengah pemukiman nelayan. b. Pembayaran Biaya operasi SLO sekali sebulan c. Pelatihan SKK d. Tindak lanjut rencana kerja di area DPL dari pokmaswas, terutama di area RT. 06, 07, 08 Kelurahan Namosain. V-21
10 Indikator: a. Semua nelayan menjadi anggota Koperasi Bahari Sejahtera b. Pemahaman masyarakat nelayan tentang kelengkapan administrasi nelayan. c. Pembayaran biaya operasi SLO secara teratur. d. Efektifitas status area DPL di Kelurahan Namosain. V-22
11 3.3 Rencana Aksi Tabel Tabel Tabulasi Isu, Program dan Kegiatan Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Pesisir dan Laut di Kelurahan Namosain Issue Prioritas Program Kegiatan Isu Sumberdaya Alam dan Lingkungan: a) Hasil penangkapan ikan yang melimpah a) Fasilitasi jejaring pemasaran hasil-hasil perikanan b) Pencemaran laut b) Pantai Namosain sadar sampah c) Rusaknya terumbu karang serta biota laut lainnya karena penggunaan obat, bom, dlll c) Rehabilitasi terumbu karang d) Konflik daerah penangkapan d) Pengaturanzonasi penangkapan di Perairan Namosain. Isu Sosial Budaya: a) Budaya masyarakat pesisir yang heterogen dari berbagai etnis: Solor, Rote, Sulawesi Jawa, dan lainnya. b) Rendahnya partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan a) Revitalisasi nilai-nilai lokal masing-masing etnis (Solor, Rote, Sulawesi Jawa, dan lainnya) sebagai kesepakatan kearifan lokal di Kelurahan Namosain. b) Pengelolaan kawasan a) Pelatihan multi produk berbahan baku ikan dan manajemen pemasaran b) Menetapkan tata tertib dan penegakkan aturan terkait pengendalian sampah pesisir dan laut. c) Pelatihan trasnplantasi karang dan rehabilitasi mangrove berbasis masyarakat. d) Pemetaan dan penentuan lokasi prioritas transplantasi karang atau metode lainnya. a) Menyebarluaskan konsep Perencanaan dan Pengendalian Pengelolaan Pesisir dan Laut berbasis masyarakat. Pelaksana DKP Propinsi, DKP Kota Kupang, dan CCDP-IFAD, industri di Kota Kupang. Waktu Pelaksanaan DKP Propinsi, DKP Kota Kupang, dan CCDP-IFAD Pembiayaa n V-23
12 Issue Prioritas Program Kegiatan pengendalian pengelolaan pesisir dan laut. Pesisir dan laut berbasis masyarakat b) Penyusunan Dokumen Perencanaan dan Pengendalian Pengelolaan Pesisir dan Laut berbasis masyarakat, dengan melibatkan semua unsur stakeholders. Pelaksana DKP Propinsi, DKP Kota Kupang, dan CCDP-IFAD Waktu Pelaksanaan Pembiayaa n c) Pembentukan Lembaga Adat Multi Etnis, melalui kolaborasi berbagai etnis: Solor, Rote, Sulawesi Jawa, dan lainnya, dalam mendukung pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut. DKP Propinsi, DKP Kota Kupang, dan CCDP-IFAD, Dinas Pariwisata d) Penyediaan data dan informasi spasial pesisir yang akurat dan mudah diakses. Isu Sosial Ekonomi: a) Belum memiliki sarana pengawetan ikan b) Tidak memiliki tambat labu akibat reklamasi pantai a) Pengembangan Teknologi pasca panen b) Pembuatan Marine Buoy c) Peningkatan volume a) Pengadaan pabrik es mini. DKP Propinsi, DKP Kota Kupang, dan CCDP-IFAD, V-24
13 Issue Prioritas Program Kegiatan c) Keterbatasan akses pemasaran ikan yang dialami oleh pedagang ikan d) Rendahnya inovasi multi produksi pasca panen sumberdaya laut. e) Belum adanya perencanaan pengolahan sumberdaya pesisir dan laut berbasis ekonomi dan wisata (ekowisata) f) Kurangnya modal usaha penjualan melalui jejaring pasar. d) Multiproduksi dari manufakturisasi ikan hasil tangkapan e) Pengembangan Model ekowisata berbasis sumberdaya pesisir dan laut. b) Pelatihan-pelatihan pengolahan multiproduk pasca panen perikanan a) Penyusunan masterplan pengembangan ekowisata berbasis b) sumberdaya pesisir dan laut. Pelaksana Dinas Pariwisata DKP Propinsi, DKP Kota Kupang, dan CCDP-IFAD, Dinas Pariwisata Waktu Pelaksanaan Pembiayaa n Isu Sosial Ekonomi: a) Belum memiliki sarana pengawetan ikan b) Tidak memiliki tambat labu akibat reklamasi pantai c) Keterbatasan akses pemasaran ikan yang dialami oleh pedagang ikan d) Rendahnya inovasi multi a) Pengembangan Teknologi pasca panen b) Pembuatan Marine Buoy c) Peningkatan volume penjualan melalui jejaring pasar. d) Multiproduksi dari manufakturisasi ikan hasil a) Pengadaan pabrik es mini. DKP Propinsi, DKP Kota Kupang, dan CCDP-IFAD, Dinas Pariwisata V-25
14 Issue Prioritas Program Kegiatan produksi pasca panen sumberdaya laut. g) Belum adanya perencanaan pengolahan sumberdaya pesisir dan laut berbasis ekonomi dan wisata (ekowisata) h) Kurangnya modal usaha tangkapan e) Pengembangan Model ekowisata berbasis sumberdaya pesisir dan laut. b) Pembangunan Tambat Labuh/Kola Labuh di Kawasan rumah tujuh c) Pelatihan-pelatihan pengolahan multiproduk pasca panen perikanan c) Penyusunan masterplan pengembangan ekowisata berbasis sumberdaya pesisir dan laut. Pelaksana Waktu Pelaksanaan Pembiayaa n Aspek Kelembagaan Perlindungan Sumberdaya Perairan melalui DPL Pengembangan DPL Tindak lanjut rencana kerja di area DPL dari pokmaswas, terutama di area RT. 06, 07, 08 Kelurahan Namosain DKP Propinsi, DKP Kota Kupang, dan CCDP-IFAD, Dinas Pariwisata V-26
15 3.4 Rencana Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan evaluasi dari pelaksanaan rencana pengelolaan ini dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah kelurahan untuk menilai kegiatan dan hasil capaian dari setiap kegiatan. Proses dan pelaksanaan monitoring dan evaluasi ini telah diintegrasikan dalam dokumen rencana pembangunan dan pengelolaan. Review tahunan dilaksanakan oleh masyarakat dengan atau tanpa bantuan atau dukungan pemerintah setempat, dan dilaksanakan sebelum siklus pendanaan tahun anggaran berikutnya dimulai sebagai masukan bagi rencana kegiatan tahunan berikutnya. Berdasarkan rencana pengelolaan ini maka akan dibuat rencana aksi tahunan oleh badan pengelola dimana penentuan prioritas kegiatan dan rencananya ditetapkan dan disetujui oleh masyarakat desa secara transparan dan terbuka yang dikoordinasi oleh badan pengelola, sedangkan petunjuk, kebijakan dan bantuan teknis serta dananya diperoleh dari pemerintah daerah (dinas dan instansi yang berkepentingan), APBD/APBN langsung, LSM, perguruan tinggi dan donatur, serta dari pendapatan dan usaha yang sah dari desa maupun lewat swadaya masyarakat. Dalam memantau pelaksanaan kegiatan dalam rencana pengelolaan perlu dilakukan penilaian terhadap pelaksanaan kegiatan yang dilakukan. Kegiatan monitoring dan evaluasi ini dilaksanakan oleh pemerintah kelurahan dan Badan Pengelola, satu tahun sekali dan melaporkan hasilnya dalam suatu rapat musyawarah desa. Laporan tersebut berisi meliputi : a. Laporan keuangan, penerimaan dan pembelanjaan b. Laporan kegiatan c. Laporan hasil yang dicapai Tujuan Monitoring dan Evaluasi Tujuan pelaksanaan monitoring dan evaluasi tersebut meliputi: a. Sejauh mana rencana Pengelolaan sudah dilaksanakan. b. Kelemahan dan kekurangan dari rencana pengelolaandan untuk mengadakan perbaikan selanjutnya. c. Efektifitas dari kegiatan yang dipilih dan dilaksanakan. d. Sejauh mana tujuan telah tercapai dan keinginan masyarakat telah terpenuhi. V-27
16 e. Aspek pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat. f. Aspek masyarakat dapat menilai dan melihat pelaksanaan rencana pengelolaan di desa. g. Merancang program dan strategi pelaksanaan untuk tahun selanjutnya. Hasil Yang Diharapkan Hasil yang diharapkan berupa hasil yang dapat dirasakan secara fisik dan non-fisik, misalnya bangunan prasarana fisik yang telah dibangun (adanya daerah perlindungan laut, tanggul banjir, MCK, sarana air bersih, penyuluhan yang telah dilakukan, kelompok usaha yang dibentuk, dll.). Secara non-fisik hasil yang diharapkan adalah adanya kesadaran, kepedulian dan perubahan hidup masyarakat terhadap lingkungan dan sumberdaya alam yang ada di sekitar mereka. Indikator Indikator berupa penilai pencapaian hasil yang diharapkan misalnya luas daerah perlindungan laut, jumlah ikan di DPL dan sekitarnya, jumlah MCK yang dibangun, panjang tanggul yang dibangun, jumlah bak penampungan air bersih dan pompa yang sudah dibangun, banyaknya penyuluhan yang telah dilakukan, pendapatan, produksi, jumlah penduduk, dan lain-lain. V-28
17 Tabel Matriks Rencana Aksi Kelurahan Namosain No. 1 Rencana Monitoring Laporan keuangan, penerimaan dan pembelanjaan 2 Laporan kegiatan 3 Laporan hasil yang dicapai Tujuan Monitoring dan Evaluasi Untuk Mengetahui Realisasi keuangan dan Fisik yang disesuaikan dengan target a. Menhetahui Sejauh mana rencana Pengelolaan sudah dilaksanakan. b. Mengetahui Kelemahan dan kekurangan dari rencana pengelolaandan untuk mengadakan perbaikan selanjutnya. c. Sejauh mana tujuan telah tercapai dan keinginan masyarakat telah terpenuhi a. Mengetahui efektifitas dari kegiatan yang dipilih dan dilaksanakan. b. Mengetahui ketepatan waktu pelaksanaan kegiatan c. Mengetahui prosentase /tingkat keberhasilan suatu kegiatan. Hasil Yang Diharapkan Indikator Waktu Pelaksa naan Tertatanya manajemen keuangan 1. Diketahui jenis kegiatan dan lokasi kegiatan yang telah dilaksanakan 2. Mengetahui waktu pelaksanaan dan berakhir suatu kegiatan 3. Diketahui komponen dari suatu kegiatan 1. Diketahui tingkat keberhasilan 2. Di ketahui permasalahan dan langkah tindak lanjut yang telah dilkasanakan Penyampaian laporan keuangan tiap bulan 1. Adanya TOR dan RAB 2. Adanya Matrik pelaksanaan kegiatan 3. Laporan kemajuan 1. Laporan akhir 2. Laporan pelaksanaan kegiatan 3. Dokumentasi pelaksanaan kegiatan V-29
18 BAB IV LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1. Peta Profil Kelurahan Namosain V-30
19 Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan (Lokasi Kegiatan : Tempat Pemasaran Ikan yang dibangun IFAD di Kelurahan Namosain) Acara Pembukaan Konsltasi Publik di Kelurahan Namosain V-31
20 Penyampaian Materi Konsultasi Publik Kelurahan Namosain oleh Tim Leader V-32
21 Diskusi Kelompok Masyarakat dalam kegiatan Konsultasi Publik Kelurahan Namosain V-33
22 Presentasi Hasil Diskusi Kelompok dalam kegiatan Konsultasi Publik Kelurahan Namosain V-34
23 DAFTRA PUSTAKA Davis, C. C The marine and freshwater plankton. Michigan State University Press. USA Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2009, Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor 17 Tahun 2000, tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan dalam wilayah Kota Kupang Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor 13 dan 14 Tahun 2001 tentang Penjabaan Tugas Pokok dan Fungsi Pemerintah Kecamatan dan Kelurahan Lingkup Pemerintah Kota Kupang Kep.Men.LH No.51/2004 tentang baku mutu wisata bahari dan biota air laut Tim Peneliti FPIK UKAW, 2013, Survai dan pemetaan sumberdayapesisir dan laut kota kupang,nusa Tenggara Timur, Fakultasi Ilmu Kelautan dan Perikanan UKAW, V-35
BAB II. RONA WILAYAH PESISIR
BAB II. RONA WILAYAH PESISIR 2.1 Geo-Administrasi Kelurahan Nunbaun Sabu (sering dikenal dengan nama NBS) terletak di wilayah Kecamatan Alak, dengan luas wilayah 0,72 km 2. Secara administratif, batas-batas
Lebih terperinciBAB II RONA WILAYAH PESISIR
BAB II RONA WILAYAH PESISIR 2.1 Geo-Administrasi Luas wilayah Kelurahan Nunhila adalah 0,37 km 2. Jarak dari ibu kota pusat pemerintahan kelurahan ke kecamatan 6,25 km. Jarak dari ibu kota pusat pemerintahan
Lebih terperinciBAB II RONA WILAYAH PESISIR
BAB II RONA WILAYAH PESISIR 2.1 Geo-Administrasi Kelurahan Alak yang merupakan bagian dari Kecamatan Alak terletak paling barat dan berbatasan dengan Kabupaten Kupang dengan luas daerah luas 9,31 km 2.
Lebih terperinciBAB II RONA WILAYAH PESISIR
BAB II RONA WILAYAH PESISIR 2.1 Geo-Administrasi Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 Kelurahan yang berada dalam wilayah Kecamatan Kota Lama Kota Kupang. Dalam rangka pelaksanaan Peraturan
Lebih terperinciBAB II RONA WILAYAH PESISIR
BAB II RONA WILAYAH PESISIR 2.1 Geo-Administrasi Secara administratif Kelurahan Lasiana terletak di wilayah Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: Utara : Teluk Kupang
Lebih terperinciINVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NAMOSAIN KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR
INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NAMOSAIN KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Namosain merupakan salah satu kelurahan pesisir dalam
Lebih terperinciBAB II RONA WILAYAH PESISIR
BAB II RONA WILAYAH PESISIR 2.1 Geo-Administrasi Kelurahan Airmata merupakan salah satu dari 10 Kelurahan yang ada didalam wilayah Kecamatan Kota Lama Kota Kupang.Kondisi geografis wilayah Kelurahan Airmata
Lebih terperinciINVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR
INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNHILA KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR I. PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Kelurahan Nunhila memiliki 4 wilayah RW dan 17 wilayah RT, dengan
Lebih terperinciINVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR
INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang
Lebih terperinciINVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNBAUN SABU KEC. ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR
INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNBAUN SABU KEC. ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR I. PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Dari sisi geografis Kota Kupang memiliki luas 260,127 km² atau
Lebih terperinciINVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN ALAK KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR
INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN ALAK KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR I. PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Sejak terbentuknya Provinsi Nusa Tenggara Timur pada 20 Desember 1958
Lebih terperinciRENCANA AKSI PENGELOLAAN TNP LAUT SAWU DAN TWP GILI MATRA
RENCANA AKSI PENGELOLAAN TNP LAUT SAWU DAN TWP GILI MATRA Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) KUPANG Jl. Yos Sudarso, Jurusan Bolok, Kelurahan Alak, Kecamatan Alak, Kota Kupang, Provinsi
Lebih terperinciBAB II RONA WILAYAH PESISIR
BAB II RONA WILAYAH PESISIR 2.1 Geo-Administrasi Sejarah Oesapa Barat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kelurahan induk (Oesapa), karena baru pada tahun 2006 Kelurahan Oesapa Barat mekar dari
Lebih terperinciV. KEADAAN UMUM WILAYAH. 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang
V. KEADAAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Wilayah Kelurahan Pulau Panggang Wilayah Kelurahan Pulau Panggang terdiri dari 12 pulau dan memiliki kondisi perairan yang sesuai untuk usaha budidaya. Kondisi wilayah
Lebih terperinciES R K I R P I S P I S SI S S I TEM
69 4. DESKRIPSI SISTEM SOSIAL EKOLOGI KAWASAN PENELITIAN 4.1 Kondisi Ekologi Lokasi studi dilakukan pada pesisir Ratatotok terletak di pantai selatan Sulawesi Utara yang termasuk dalam wilayah administrasi
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2014 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2014 TENTANG KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN NUSA PENIDA KABUPATEN KLUNGKUNG DI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB VIII KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. (1). Potensi sumberdaya di kawasan pesisir Taman Konservasi Laut Olele.
303 BAB VIII KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan (1). Potensi sumberdaya di kawasan pesisir Taman Konservasi Laut Olele. Berdasarkan hasil penelitian, keberadaan sumberdaya dan potensi
Lebih terperinciDATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN MAWALI KECAMATAN LEMBEH UTARA KOTA BITUNG
DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN MAWALI KECAMATAN LEMBEH UTARA KOTA BITUNG 1. PENGELOLAAN DAERAH PERLINDUNGAN LAUT (DPL) 1. Menjaga dan memperbaiki kualitas ekosistem terumbu karang dan habitat yang berhubungan
Lebih terperinci- 3 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1
PERATURAN WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR DAN INFRASTRUKTUR CCDP-IFAD KELURAHAN PESISIR KOTA PAREPARE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciDATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN PINTU KOTA KECAMATAN LEMBEH SELATAN KOTA BITUNG
DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN PINTU KOTA KECAMATAN LEMBEH SELATAN KOTA BITUNG . PENGELOLAAN DAERAH PERLINDUNGAN LAUT. Menjaga dan memperbaiki kualitas ekosistem terumbu karang dan habitat yang berhubungan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 14/MEN/2009 TENTANG MITRA BAHARI
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 14/MEN/2009 TENTANG MITRA BAHARI MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut Pasal
Lebih terperinciKELURAHAN BAROMBONG KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya hingga Laporan Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu (Integrated Coatal Managemen-ICM)
Lebih terperinciBAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini letak batas dari Desa Ponelo: : Pulau Saronde, Mohinggito, dan Pulau Lampu
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Ponelo merupakan Desa yang terletak di wilayah administrasi Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo.
Lebih terperinciKimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah yang memberikan kontribusi produksi perikanan yang sangat besar dan tempat aktivitas manusia paling banyak dilakukan; bahkan menurut
Lebih terperinciLembaga Pelaksana. Dinas Pariwisata Prop/Kota, DKP Prop/Kota, Dusun Seri Desa Urimesseng CCDP-IFAD
Penataan pemanfaatan kawasan pantai 1. Perencanaan dan kesepakatan desa untuk pembagian kawasan pantai untuk multiguna yaitu untuk meliputi : a) Kawasan labuhan perahu b) Kawasan berenang dan mandi dan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah teritorial Indonesia yang sebagian besar merupakan wilayah pesisir dan laut kaya akan sumber daya alam. Sumber daya alam ini berpotensi untuk dimanfaatkan bagi
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara ekologis ekosistem padang lamun di perairan pesisir dapat berperan sebagai daerah perlindungan ikan-ikan ekonomis penting seperti ikan baronang dan penyu, menyediakan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PERMEN-KP/2014 TENTANG
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PERMEN-KP/2014 TENTANG PERAN SERTA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN
BAB IV PROFIL LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Kelurahan Pluit merupakan salah satu wilayah kelurahan yang secara administratif masuk ke dalam wilayah Kecamatan Penjaringan, Kotamadya Jakarta Utara.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Sibolga yang terletak di pantai barat Pulau Sumatera, membujur sepanjang pantai dari utara ke selatan dan berada pada kawasan teluk yang bernama Teluk Tapian Nauli,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1/PERMEN-KP/2016 TENTANG PENGELOLAAN DATA DAN INFORMASI DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinci4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Daerah Kecamatan Pulau Tiga merupakan salah satu bagian dari wilayah Kabupaten Natuna yang secara geografis berada pada posisi 3 o 34 30 3 o 39
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang penting karena menjadi sumber kehidupan bagi beraneka ragam biota laut. Di dalam ekosistem terumbu
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemetaan Sebaran Lamun Pemetaan sebaran lamun dihasilkan dari pengolahan data citra satelit menggunakan klasifikasi unsupervised dan klasifikasi Lyzenga. Klasifikasi tersebut
Lebih terperinciV. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU
V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU Wilayah Kabupaten Indramayu terletak pada posisi geografis 107 o 52 sampai 108 o 36 Bujur Timur (BT) dan 6 o 15 sampai
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
8 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4. Keadaan Wilayah Kepulauan Seribu merupakan sebuah gugusan pulaupulau kecil yang terbentang dari teluk Jakarta sampai dengan Pulau Sibera. Luas total Kabupaten
Lebih terperinciINVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN LASIANA KEC. KELAPA LIMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR
INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN LASIANA KEC. KELAPA LIMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1. PENDAHULUAN 1.1.Sejarah Perkembangan Kelurahan Lasiana Kata Lasiana berasal dari bahasa Rote
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki peranan penting sebagai wilayah tropik perairan Iaut pesisir, karena kawasan ini memiliki nilai strategis berupa potensi sumberdaya alam dan sumberdaya
Lebih terperinciINVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN OESAPA BARAT KEC. KELAPA LIMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR
INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN OESAPA BARAT KEC. KELAPA LIMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Dari sisi geografis Kota Kupang memiliki luas 260,127
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bandar Lampung sebagai kota pesisir, terletak pada posisi 5º20-5º31 LS
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bandar Lampung sebagai kota pesisir, terletak pada posisi 5º20-5º31 LS dan 105º10-105º22 BT, mempunyai berbagai permasalahan yang berkaitan dengan karakteristik wilayah
Lebih terperinciKANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA
KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA Umroh 1, Aries Dwi Siswanto 2, Ary Giri Dwi Kartika 2 1 Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,Perikanan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terumbu karang merupakan sumberdaya terbarukan yang memiliki fungsi ekologis, sosial-ekonomis, dan budaya yang sangat penting terutama bagi masyarakat pesisir dan pulau-pulau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki beragam masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki beragam masalah termasuk permasalahan lingkungan seperti kebersihan lingkungan. Hal ini disebabkan meningkatnya
Lebih terperinciPemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Kupang adalah salah satu kabupaten dengan ekosistem kepulauan. Wilayah ini terdiri dari 27 pulau dimana diantaranya masih terdapat 8 pulau yang belum memiliki
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 09/PRT/M/2010 Tentang PEDOMAN PENGAMANAN PANTAI MENTERI PEKERJAAN UMUM,
MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 09/PRT/M/2010 Tentang PEDOMAN PENGAMANAN PANTAI MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang : a. bahwa pantai merupakan garis pertemuan
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 ayat (2)
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem
Lebih terperinciBUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia terdiri atas 13.667 pulau tetapi baru sekitar 6.000 pulau yang telah mempunyai nama, sedangkan yang berpenghuni sekitar 1000 pulau. Jumlah panjang garis
Lebih terperinciDATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN MOTTO KECAMATAN LEMBEH UTARA KOTA BITUNG
DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN MOTTO KECAMATAN LEMBEH UTARA KOTA BITUNG . PENGELOLAAN DAERAH PERLINDUNGAN LAUT. Menjaga dan memperbaiki kualitas ekosistem terumbu karang dan habitat yang berhubungan dengan
Lebih terperinciBAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR
BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jakarta, Sekretaris Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Saefullah NIP
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas selesainya penyusunan KLHS Raperda RTR Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta dengan baik. Kegiatan ini adalah kelanjutan
Lebih terperinciV ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN
49 V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN 5.1 Distribusi Parameter Kualitas Perairan Karakteristik suatu perairan dan kualitasnya ditentukan oleh distribusi parameter fisik dan kimia perairan yang berlangsung
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri hidup terbenam di dalam laut. Menurut Den Hartog (1976) in Azkab (2006)
Lebih terperinciJAKARTA (22/5/2015)
2015/05/22 14:36 WIB - Kategori : Artikel Penyuluhan SELAMATKAN TERUMBU KARANG JAKARTA (22/5/2015) www.pusluh.kkp.go.id Istilah terumbu karang sangat sering kita dengar, namun belum banyak yang memahami
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terumbu adalah serangkaian struktur kapur yang keras dan padat yang berada di dalam atau dekat permukaan air. Sedangkan karang adalah salah satu organisme laut yang tidak
Lebih terperinci4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Pulau Pramuka secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu, Kotamadya Jakarta
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem padang lamun (seagrass) merupakan suatu habitat yang sering dijumpai antara pantai berpasir atau daerah mangrove dan terumbu karang. Padang lamun berada di daerah
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Sibolga terletak di kawasan pantai Barat Sumatera Utara, yaitu di Teluk Tapian Nauli. Secara geografis, Kota Sibolga terletak di antara 01 0 42 01 0 46 LU dan
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. daerah transit kegiatan perekonomian antara Pulau Sumatera dan Jawa, B. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Barat
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung 1. Keadaan umum Kota Bandar Lampung merupakan ibu kota Provinsi Lampung. Kota Bandar Lampung terletak di wilayah yang strategis karena
Lebih terperinci3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
METODOLOGI. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini terdiri dari tahapan, yakni dilaksanakan pada bulan Agustus 0 untuk survey data awal dan pada bulan FebruariMaret 0 pengambilan data lapangan dan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta km 2 wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km 2 wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE)
Lebih terperinciPENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir bukan merupakan pemisah antara perairan lautan dengan daratan, melainkan tempat bertemunya daratan dan perairan lautan, dimana didarat masih dipengaruhi oleh
Lebih terperinciBUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG
BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENCADANGAN KAWASAN TERUMBU KARANG PASIR PUTIH SEBAGAI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan, yang memiliki potensi besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian besar bertempat
Lebih terperinciDATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN PAUDEAN KECAMATAN LEMBEH SELATAN KOTA BITUNG
DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN PAUDEAN KECAMATAN LEMBEH SELATAN KOTA BITUNG 1. PENGELOLAAN LINGKUNGAN 1. Menjaga dan memperbaiki kualitas ekosistem terumbu karang dan habitat yang berhubungan dengan terumbu
Lebih terperinciBAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan
29 BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan ekosistem laut. Mangrove diketahui mempunyai fungsi ganda
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan ,80 km², kota
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan 34.623,80 km², kota Bandar Lampung merupakan Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung yang memiliki
Lebih terperinci5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir
BAB V ANALISIS Bab ini berisi analisis terhadap bahasan-bahasan pada bab-bab sebelumnya, yaitu analisis mengenai komponen-komponen utama dalam pembangunan wilayah pesisir, analisis mengenai pemetaan entitas-entitas
Lebih terperinci4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas
26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut. Kawasan pesisir merupakan ekosistem yang kompleks dan mempunyai nilai sumberdaya alam yang tinggi.
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai
31 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial,
Lebih terperinciGambar 10. Peta Jakarta dan Teluk Jakarta
IV. KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 4.1. Kondisi Geografis Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata ± 7 meter di atas permukaan laut, terletak pada posisi 6 12' Lintang Selatan dan
Lebih terperinciGUBERNUR SULAWESI BARAT
GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 2TAHUN 2013 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PROVINSI SULAWESI BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah
46 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 sampai dengan 105 45 Bujur Timur dan 5 15 sampai
Lebih terperincidibandingkan dengan kabupaten-kabupaten lain yang berada di Provinsi
48 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung 1. Keadaan Umum Bandar Lampung merupakan ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan
Lebih terperinciDOKUMEN RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR (RPDP) DESA SOMBOKORO
DOKUMEN RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR (RPDP) DESA SOMBOKORO 0-06 KABUPATEN TELUK WONDAMA 0 RPDP Sombokoro 0-06 Tabel. Program kegiatan perencanaan pembangunan Sombokoro 0-06 No Program Kegiatan Tujuan
Lebih terperinciAnalisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya
1 Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya PENDAHULUAN Wilayah pesisir merupakan ruang pertemuan antara daratan dan lautan, karenanya wilayah ini merupakan suatu
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
34 BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1. Desa Karimunjawa 4.1.1. Kondisi Geografis Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) secara geografis terletak pada koordinat 5 0 40 39-5 0 55 00 LS dan 110 0 05 57-110
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2015 TENTANG PENGAMANAN PANTAI
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2015 TENTANG PENGAMANAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pulau-Pulau Kecil 2.1.1 Karakteristik Pulau-Pulau Kecil Definisi pulau menurut UNCLOS (1982) dalam Jaelani dkk (2012) adalah daratan yang terbentuk secara alami, dikelilingi
Lebih terperinci4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
33 4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Umum Kepulauan Seribu Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terletak di sebelah Utara Teluk Jakarta dan Laut Jawa Jakarta. Pulau Paling utara,
Lebih terperinciDOKUMEN RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR (RPDP) DESA YOPMEOS
DOKUMEN RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR (RPDP) DESA YOPMEOS 2012-2016 KABUPATEN TELUK WONDAMA 2012 RPDP Yopmeos 2012-2016 1 Tabel 12. Program kegiatan perencanaan pembangunan Yopmeos 2012-2016 No Program
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN SUKASARI KOTA BANDUNG
BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN SUKASARI KOTA BANDUNG 2.1 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Kecamatan Sukasari Kota Bandung 2.1.1 Struktur Organisasi Kecamatan Sukasari Kota Bandung Berdasarkan Peraturan
Lebih terperinci3.1 Metode Identifikasi
B A B III IDENTIFIKASI UNSUR-UNSUR DAS PENYEBAB KERUSAKAN KONDISI WILAYAH PESISIR BERKAITAN DENGAN PENGEMBANGAN ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL MASYARAKAT PESISIR 3.1 Metode Identifikasi Identifikasi adalah meneliti,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tujuan Penulisan Laporan Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Lingkungan dan Pembangunan (the United Nations Conference on Environment and Development UNCED) di Rio
Lebih terperinciMENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laut Indonesia sudah sejak lama didayagunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia terutama pemanfaatan sumberdaya hayati seperti ikan maupun sumberdaya non hayati
Lebih terperinciKAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R
KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R Oleh : Andreas Untung Diananto L 2D 099 399 JURUSAN PERENCANAAN
Lebih terperinciV. INDIKATOR-INDIKATOR EKOSISTEM HUTAN MANGROVE
V. INDIKATOR-INDIKATOR EKOSISTEM HUTAN MANGROVE Berdasarkan tinjauan pustaka yang bersumber dari CIFOR dan LEI, maka yang termasuk dalam indikator-indikator ekosistem hutan mangrove berkelanjutan dilihat
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO
1 PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinci3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Deskripsi umum lokasi penelitian 3.1.1 Perairan Pantai Lovina Kawasan Lovina merupakan kawasan wisata pantai yang berada di Kabupaten Buleleng, Bali dengan daya tarik
Lebih terperinciStrategi 3: Mencegah erosi Daerah Aliran Sungai (DAS) dan banjir di wilayah pemukiman penduduk Mengurangi Dampak Erosi Daratan/Lahan Pertanian
Hasil yang diharapkan Taraf hidup masyarakat meningkat Anak putus sekolah berkurang Pengangguran di dalam desa berkurang Indikator Pendapatan nelayan, petani dan masyarakat lainnya Data jumlah anak putus
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN KABUPATEN KUPANG KABUPATEN KUPANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara administratif Kupang adalah sebuah kotamadya yang merupakan ibukota dari propinsi Nusa Tenggara Timur, dan secara geografis terletak antara 10º39 58
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah
Lebih terperinci