BAB I PENDAHULUAN. wilayah kedudukan sosial. Banyak diantara insiden yang disulut oleh sebab-sebab
|
|
- Yuliani Hartono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini banyak media yang membicarakan tentang agresi sebagai istilah yang memayungi berbagai macam manifestasinya. Dewasa ini media massa hampir setiap hari melaporkan tentang berbagai insiden agresi dari hampir seluruh wilayah kedudukan sosial. Banyak diantara insiden yang disulut oleh sebab-sebab sepele berakhir menjadi kekerasan serius. Bentuk-bentuk agresi yang terjadi di lingkungan publik, sayangnya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari seperti bullying di sekolah dan ditempat kerja, agresi yang di motivasi oleh prasangka etnis dan kepentingan politik dan agresi yang timbul dari konfrontasi antar kelompok yang saling bermusuhan, seperti hooliganisme di dunia sepak bola dan lain-lain. Russell (1993) mengatakan bahwa diluar peperangan, olah raga merupakan salah satu wahana bagi tindakan agresi yang ditoleransi oleh sebagian besar masyarakat. Perilaku agresi tidak hanya terjadi pada pemain tetapi juga terjadi pada penonton. Selanjutnya Arm, dkk (1979) dalam penelitiannya menyatakan bahwa responden yang menonton pertandingan gulat atau pertandingan hoki menunjukkan sikap bermusuhan yang lebih tinggi dibandingkan penonton lomba renang (kondisi kontrol non agresif). Pada
2 pertandingan olah raga beregu dan profesional, kekerasan fisik juga terjadi pada penonton, seperti kerusuhan antara suporter sepak bola atau kasus hooliganisme Salah satu faktor penting dari sepak bola adalah keberadaan suporter atau pendukung sepak bola. Kehadiran suporter dapat meningkatkan motivasi pemain sehingga pertandingan semakin seru. Bagi klub, suporter sudah menjadi aset berharga karena dapat menguntungkan seperti penjualan tiket masuk ke stadion, penjualan merchandise klub (kostum, pernak, pernik sepak bola dan lain-lain) dan dapat juga merugikan klub seperti kerusuhan yang dapat merusak fasilitas stadion sampai sanksi yang diberikan oleh otoritas tertinggi sepak bola berupa denda, sehingga perlu pengarahan dan pengaturan yang cermat agar potensi negatif dari suporter bisa diminimalkan dan mengembangkan potensi positif untuk menuju iklim yang kondusif bagi sepak bola secara umum (Satujiwa, 2007) Menurut Hinca (2007), Suporter atau fans club adalah sebuah organisasi yang terdiri dari sejumlah orang yang bertujuan untuk mendukung sebuah klub sepak bola. Suporter harus berafiliasi dengan klub sepak bola yang didukungnya, sehingga perbuatan suporter akan berpengaruh terhadap klub yang didukungnya. Klub dapat diberikan sanksi apabila suporter baik perorangan maupun per grup melakukan tindakan yang merusak atau tindakan anarki. Namun, klub juga harus menyediakan fasilitas dalam bentuk subsidi finansial, infrastruktur dan pendidikan kepada suporter. Klub juga harus memberikan penjelasan kepada suporter mengenai peraturan permainan, dan peraturan perwasitan yang bertujuan agar suporter dapat lebih mengerti peraturan yang berlaku. Suporter harus berlaku
3 sopan dan memberikan dukungan, sehingga akan memberi respons positif dari penonton atau suporter yang lain sehingga tingkat kerusuhan dapat di minimalisir. Ajiwibowo (2007), suporter saat ini mengambil dua peran sekaligus yaitu sebagai penampil (performer) dan penonton (audience). Sebagai penampil (performer) yang ikut menentukan jalannya pertandingan sepakbola, suporter kemudian menetapkan identitas yang membedakannya dengan penonton biasa. Suporter jauh lebih banyak bergerak, bersuara dan berkreasi di dalam stadion dibanding penonton yang terkadang hanya ingin menikmati pertandingan sepak bola dari kedua tim yang bertanding. Suporter dengan peran penyulut motivasi dan penghibur itu biasanya membentuk kerumunan dan menempati area atau tribun tertentu di dalam stadion. Para suporter ini menemukan kebahagiaan dengan jalan mendukung secara all out tim kesayangannya, sekaligus memenuhi kebutuhan mereka akan kepuasan yang tidak dapat dilakukan sendirian. Suryanto (1996) mengatakan penonton adalah orang yang melihat atau menyaksikan pertandingan sepakbola, sehingga bersifat pasif. Sementara itu suporter adalah orang yang memberikan dukungan, sehinga bersifat aktif. Di lingkungan sepakbola, suporter erat kaitannya dengan dukungan yang dilandasi oleh perasaan cinta dan fanatisme terhadap tim. Dalam hal ini terdapat tiga alasan dalam pemakaian makna penonton dengan suporter: pertama, penonton maknanya lebih luas dari suporter artinya setiap suporter adalah penonton, tetapi tidak semua penonton adalah suporter. Kedua tidak semua suporter juga memakai atribut tim yang didukungnya sehingga sulit mengidentifikasi apakah seseorang sebagai
4 suporter atau penonton. Ketiga baik penonton maupun suporter juga bisa melakukan tindakan agresi ketika berada dalam suatu situasi dan kondisi lingkungan tertentu Ekkers (dalam Gunarsa, 1989) dalam penelitiannya mengatakan olah raga sering menaikkan tingkat aktivasi melalui aneka ragam emosi dan tanda-tanda agresivitas, sehingga memungkinkan timbulnya agresivitas pada atlet maupun penonton. Atlet dan penonton dalam pertandingan melakukan tingkah laku agresif tanpa perasaan bersalah. Bahkan agresivitas dibenarkan dalam usaha mencapai kemenangan dan tujuannya. Dengan demikian terjadinya perubahan dalam penilaian mereka, yakni perilaku agresif tidak lagi menimbulkan perasaan bersalah, tidak di hukum, tidak dianggap sebagai pelanggaran melainkan dibenarkan. Perilaku suporter Indonesia dewasa ini menunjukkan sikap fanatisme yang berlebihan yang dimanifestasikan dalam perilaku agresif seperti kerusuhan antar suporter, pengerusakan fasilitas stadion dan di luar stadion, cacian, cemohan, dan lain-lain ketika tim kesayangannya kalah atau tidak puas dengan hasil pertandingan. Besarnya dukungan suporter tidak saja memberikan konsekuensi positif terhadap tim, melainkan juga memberikan dampak negatif pada tim, terutama akibat tindakan agresi atau kebrutalan yang ditimbulkannya. Seperti kerusuhan yang terjadi yang dilakukan pendukung pada saat pertandingan antara Persija Jakarta melawan Persikab di Bogor dan melawan Persita di Tangerang dalam pertandingan Liga Djarum Indonesia, sehingga Komisi Disiplin PSSI
5 (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) menjatuhkan sanksi kepada tim Persija denda sebesar 25 (dua puluh lima) juta Rupiah. (Media Indonesia, 2008) Faktor yang berpengaruh pada perilaku agresif sangat beragam dan kompleks. Salah satunya faktor sosial yaitu; pertama, frustasi dimana ketika individu gagal mendapatkan apa yang diinginkan atau diharapkan dan dengan demikian dapat menimbulkan perilaku agresif. Kedua, provokasi yaitu aksi yang dilakukan orang lain yang memicu agresi individu, ketika individu mendapatkan perlakuan yang membuatnya marah atau terganggu oleh karena seseorang individu. Seperti kasus pada pertandingan antara PSMS Medan dengan PSIS Semarang, manajer PSIS Yoyok Sukawi mencoba memukul wasit Sunarjo karena menilai tidak adil dalam memimpin pertandingan. Akibat tindakannya, suporter PSIS jadi terprovokasi dengan melempari wasit dengan tong sampah ketika dia diamankan keluar stadion. (Kompas, 2008). Baron (2002) juga mengatakan bahwa faktor situasional dapat membuat individu untuk terpancing untuk berperilaku agresif. Faktor meminum minuman keras dalam jumlah yang melewati batas, suhu yang tinggi atau panas, kepadatan, kebisingan dan ditengah keramaian atau massa. Hal ini dapat dilihat pada suporter fanatik Dynamo Dresden di Jerman. Sebelum mereka masuk stadion, para suporter menunggu kedatangan tim kesayangannya sambil menikmati minuman beralkohol yaitu bir, sehingga tidak jarang para suporter Dynamo Dresden bentrok dengan suporter lain yang mengakibatkan pihak kepolisian dan dari pihak suporter mengalami luka serius. (Elshinta, 2003)
6 Bandura (1983), menyatakan bahwa perilaku agresi merupakan perilaku yang dipelajari dari pengalaman masa lalu, apakah melalui pengamatan langsung (imitasi), pengukuh positif, dan karena stimulus negatif. Sifat asertif pemain atau perilaku agresi yang di perlihatkan oleh pemainnya selama pertandingan memberikan stimulus agresif tambahan yang bisa menguatkan kecenderungan agresif penontonnya. Selanjutnya, Simon dan Taylor (1992) menyatakan bahwa olah raga yang membutuhkan kontak fisik ekstensif lebih mungkin meningkatkan kecenderungan agresif penontonnya. Seperti hasil kutipan wawancara dengan beberapa suporter sepak bola yang ada di kota Medan., yaitu J (20 tahun) biasanya kalau kondisi tim sedang menang ekspresi penonton itu senang seperti ketawa, menari-nari dan kalaupun perilaku agresif yang di tunjukkan yaitu dengan mengolok-olok pemain lawan yang kalah seperti bodoh kali kau main bola, dikandang lembu aja maen bola. Maen di tarkam (antar kampung) aja kau tidak cocok maen di liga. Hal serupa juga dikemukakan oleh L (20 tahun) dengan mengatakan, kalau tim kalah, ekspresi yang di tunjukkan adalah kekecewaan seperti diam dan kadang-kadang memaki pemain baik lawan ataupun pemain yang didukung dan tidak terdorong untuk memotivasi. Sebenarnya pada saat kalah itulah suporter harus memberi motivasi dengan meneriakkan yel-yel. Tapi kalau sudah keadaan seri suporter baru memberi motivasi. Tapi suporter PSMS Medan kadang-kadang jika melihat timnya kalah kadang-kadang ekspresi kekecewaan ditunjukkan dengan membela tim lawan dan memaki-maki tim yang didukung. Demikian juga menurut D (36 tahun) yaitu kalau di Medan, Suporter melempari botol minuman ke stadion biasanya lawan-lawannya adalah tim yang jadi saingan di liga dan kadang kadang
7 ada unsur balas dendam karena ketika tim PSMS Medan bertandang mereka diperlakukan kasar oleh suporter lawan dan motivasi penonton melempar botol ke stadion adalah untuk menurunkan motivasi lawan. Burhanuddin (1997), mengindikasikan bahwa tindak kerusuhan pada suporter sepak bola dan agresivitas massa muncul dari arus sosial yang menghanyutkan emosi mereka ke luar kontrol kesadaran dirinya sendiri. Tindakan tersebut merupakan gejala sosial yang tidak memiliki bentuk yang jelas dan bisa saja terjadi pada setiap orang. Seperti yang terjadi pada stadion Brawijaya Kediri, Aremania (suporter klub sepak bola Arema) melakukan aksi kerusuhan dengan masuk kedalam stadion dan memukul wasit. Bahkan diluar stadion Aremania menunjukkan agresif nya dengan melakukan pembakaran dan fasilitas lain dari stadion Brawijaya. (Kompas, 2008). Dari hasil penelitian Suryanto (2005) pada suporter sepak bola Jawa Timur pada PON XV/2000 mengatakan walaupun suporter tersebut pernah berkonflik ketika membela klub nya masing-masing, tetapi interaksi sesama penonton yang pernah berkonflik di saat mendukung klub sepak bola sangat baik. Ada pencairan identitas sosial penonton sepak bola ketika kepentingan dan tujuan yang lebih tinggi yang harus dicapai. Seperti Lamongan, Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Malang, Kediri, dan lain-lain kota di Jawa Timur tidak lagi menjadi sasaran identitas tersebut. Semua pendukung tim kota beralih menjadi pendukung tim wilayah propinsi. Peralihan dukungan tentunya dilandasi oleh problem-problem psikologis seperti persepsi, interaksi dan faktor situasional yang memungkinkan kelangsungan proses identifikasi yang dijalani
8 Durkheim (dalam Burhanuddin, 1997) menyatakan bahawa setiap fakta (gejala) sosial selalu memiliki karakteristik yang bersifat eksternal. Ada fakta sosial yang bersifat memaksa individu. Fakta ini bersifat umum atau tersebar secara meluas dalam masyarakat. Ia bukan sekedar hasil penjumlahan beberapa fakta individu per orangan melainkan benar-benar bersifat kolektif yang secara keseluruhan telah mempengaruhi setiap individu. Berdasar asumsi diatas, luapan kemarahan dan emosi dalam berbagai kerusuhan tersebut meskipun berskala massal dan merupakan kumpulan dari sejumlah individu, tapi luapan dan emosinya secara substansial tidak datang dari individu-individu itu sendiri. Mereka secara reflektif bertindak melakukan kerusahan dan kekerasan jika dalam kondisi berkumpul. Jika dalam kondisi sendirian dan secara sadar lebih menguasai dirinya. Ancaman atau serangan sering menimbulkan pembalasan respon yang agresif. Jika seseorang yang diancam oleh orang lain, maka sebagai responnya dapat berupa perilaku yang agresif. Suatu kelompok yang diserang oleh kelompok yang lain akan memberikan respon yang agresif pula. (Walgito, 2007) Selanjutnya, Wann dkk (1999) memperlihatkan bahwa individu-individu yang terlibat atau sedang menonton olah raga agresif percaya pada ide tentang katarsis simbolis yang terdapat dalam olah raga. Seperti dalam wawancara kepada salah satu suporter PSMS Medan saya datang ke stadion teladan karena saya merasa stress dan jenuh akibat persoalan ekonomi yang saya hadapi. Pada saya di stadion saya bisa mengeluarkan suntuk saya dengan mencaci maki para pemain lawan atau pemain PSMS yang terlihat bodoh dan juga kadang-kadang kepada aparat kepolisian. Setelah selesai pertandingan stress yang saya hadapi biasanya sedikit berkurang
9 Fenomena kerusuhan yang diakibatkan suporter sepak bola di Indonesia tidak hanya terjadi di kota-kota besar, melainkan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Seperti yang terjadi di Medan, saat PSMS Medan melawan PSIS Semarang di Stadion Teladan. Sebelum pertandingan selesai ribuan suporter yang berada di tribun tertutup masuk kedalam lapangan sambil melempari pemain dengan potongan kayu dan besi. Kemarahan massa menyerbu pemain ke tengah lapangan, kemungkinan disebabkan kekalahan yang diderita PSMS Medan. (Kompas, 1998) PSMS Medan sendiri memiliki dua suporter resmi yang sudah terdaftar dalam Assosiasi Suporter Seluruh Indonesia yaitu KAMPAK FC dan SMeck FC. Walaupun keduanya sama-sama mendukung PSMS Medan tetapi kedua komunitas tersebut berbeda secara organisasi. Kampak FC adalah singkatan dari Kesatuan Anak Medan Pecinta Ayam kinantan yang berdiri pada tanggal 14 Februari 2001 dan menjadi suporter resmi yang mendukung tim sepak bola professional yaitu PSMS Medan. KAMPAK FC mempunyai visi dan misi sebagai badan usaha yang kreatif dan inovatif untuk mengawal dan mendukung PSMS Medan untuk menjurai Liga Indonesia.(Sumut Pos, 2001) Demikian juga dengan SMeCK FC yang merupakan singkatan dari Suporter Medan Cinta Kinantan yang berdiri pada tanggal 30 September 2003 juga mempunyai tujuan yang sama dengan KAMPAK FC yaitu mendukung PSMS Medan bertanding di liga Indonesia sehingga kejayaan PSMS Medan terangkat lagi di kancah persepakbolaan nasional. (Waspada, 2004)
10 Pertandingan sepak bola dari tahun ke tahun saat kompetisi tengah berjalan, dapat dipastikan selalu terjadi kerusuhan. Baik itu di dalam arena stadion maupun di luar stadion, bahkan hingga memakan korban jiwa. Titik terang sepak bola nasional sebagal hiburan masyarakat, tontonan yang menarik, indah dipandang dengan mata telanjang akan menjadi bumerang di kemudian hari. Penonton senatiasa merasa was - was, tidak nyaman, dan ketakutan saat duduk di Stadion melihat pertandingan sepak bola secara langsung. Hal ini karena keselamatan mereka belum tentu terjamin. (Haristanto, 2005) Berdasarkan pemaparan diatas, maka peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran agresivitas suporter sepak bola di Kota Medan. B. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan fenomena di atas peneliti ingin mengetahui beberapa hal yang dirumuskan dalam pertanyaan dibawah ini : Bagaimana gambaran bentuk perilaku agresi secara umum pada suporter sepak bola di Kota Medan Secara mendetail, operasionalisasi permasalahan dalam penelitian ini bisa dirumuskan sebagai berikut: 1. Apa bentuk umum Perilaku Agresi pada suporter sepak bola di Kota Medan? 2. Apa bentuk Perilaku Agresi pada suporter sepak bola di Kota Medan, di tinjau dari Usia, jenis kelamin, suku?
11 C.TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran secara umum perilaku pada suporter sepak bola di Kota Medan. D. MANFAAT PENELITIAN Adapun yang diperoleh dari penlitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis. Diharapakan dari penelitian ini dapat menambah wawasan dan khasanah ilmu psikologi khususnya bidang psikologi sosial mengenai perilaku agresif pada suporter sepak bola 2. Manfaat praktis a. Kepada PSSI (Persatuan Sepak Bola Indonesia) sebagai lembaga tertinggi sepak bola di Indonesia untuk dapat mengetahui gambaran kecenderungan perilaku agresi pada suporter sepak bola khususnya di Kota Medan agar dapat mengambil kebijakan dalam menangani suporter sepak bola dan kepada BLI (Badan Liga Indonesia) dan panitia penyelenggara dapat membuat langkah preventif dalam menangani suporter. b. Sebagai masukan kepada PSMS Medan, agar dapat memahami bentukbentuk perilaku agresi yang terjadi pada suporter sepak bola yang sudah ber afiliasi dengan klub. c. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi penelitianpenelitian lainnya.
12 E. SISTEMATIKA PENULISAN. Penelitian ini dibagi atas tiga bab dan masing-masing bab dibagi atas beberapa sub-bab. Sistematika penulisan penelitian ini adalah: Bab I : Pendahuluan Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II : Landasan Teori Bab ini menguraikan kepustakaan yang menjadi landasan teori yang mendasari masalah yang menjadi objek penelitian. Bab III : Metodologi Penelitian Bab ini menceritakan tentang metode kuantitatif yang digunakan dalam penelitian yang meliputi identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional, populasi, dan metode pengambilan sampel, instrumen atau alat ukur yang digunakan, prosedur penelitian, dan metode analisis data. Bab IV : Analisa Data Dan Pembahasan. Terdiri dari uraian singkat hasil penelitian, interpretasi data dan pembahasan. BAB V : Kesimpulan dan Saran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepakbola merupakan olahraga yang paling terkenal di dunia, tidak hanya oleh orang dewasa, anak-anak, pria, bahkan wanita pun memainkan olahraga ini. Sepakbola adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sering kali kita dengar dan hal ini mungkin sudah merupakan berita harian. Saat ini beberapa televisi bahkan membuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Persija (singkatan dari Persatuan Sepak Bola Indonesia Jakarta) adalah sebuah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persija (singkatan dari Persatuan Sepak Bola Indonesia Jakarta) adalah sebuah klub sepak bola Indonesia yang berbasis di Jakarta. Persija saat ini berlaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sepak bola adalah olahraga yang cukup populer dan digemari di. seluruh dunia. Peningkatan teknologi dan perkembangan zaman menambah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak bola adalah olahraga yang cukup populer dan digemari di seluruh dunia. Peningkatan teknologi dan perkembangan zaman menambah peningkatan popularitas sepak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai pemain ke-12, sehingga suatu pertandingan tidak berarti tanpa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepakbola tidak terlepas dari yang namanya supporter, supporter biasa disebut sebagai pemain ke-12, sehingga suatu pertandingan tidak berarti tanpa kehadiran
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sepakbola adalah olahraga yang paling digemari diseluruh dunia dan seiring dengan perkembangan zaman, popularitas sepakbola mampu menarik minat banyak penggemar baru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. termasuk liga profesional ataupun pertandingan antar kampung (tarkam) hampir selalu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepakbola adalah salah satu olah raga paling populer di negeri ini hal tersebut bisa dilihat secara kasat mata dalam banyak pertandingan sepakbola baik itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suporter sepakbola merupakan kerumunan di mana diartikan sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suporter sepakbola merupakan kerumunan di mana diartikan sebagai sejumlah orang yang berada pada tempat yang sama, adakalanya tidak saling mengenal, dan memiliki
Lebih terperinciDINAMIKA KEBERADAAN KELOMPOK SUPORTER SEPAKBOLA DI KOTA MEDAN PROVINSI SUMATRA UTARA (Studi Kelompok Suporter Klub Sepakbola PSMS MEDAN)
DINAMIKA KEBERADAAN KELOMPOK SUPORTER SEPAKBOLA DI KOTA MEDAN PROVINSI SUMATRA UTARA (Studi Kelompok Suporter Klub Sepakbola PSMS MEDAN) AGUNG NUGROHO Dosen STOK Bina Guna Medan Abstrak Dinamika Keberadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tanpa memandang kasta, usia, bahkan jenis kelamin sekalipun. Kemajuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga yang banyak diminati dan digemari oleh masyarakat di dunia ini, peminatnya dari berbagai kalangan tanpa memandang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penggemarnya amat luas. Jika kita bicara di era globalisasi sepak bola,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga yang penggemarnya amat luas. Jika kita bicara di era globalisasi sepak bola, maka globalisasi yang paling sukses disepanjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat dari berbagai kalangan, baik anak-anak, remaja, dewasa, sampai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak bola merupakan salah satu olah raga yang banyak digemari oleh masyarakat dari berbagai kalangan, baik anak-anak, remaja, dewasa, sampai orangtua. Seiring
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung pendidikan sepanjang hayat adalah diakuinya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). PAUD adalah pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sepak bola merupakan olahraga yang sangat populer di seluruh dunia dimana hampir setiap daerah terdapat lapangan sepak bola dan tidak hanya orang dewasa saja
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,
BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
Lebih terperinciBAB II. Landasan Teori. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar istilah agresif.
BAB II Landasan Teori A. PERILAKU AGRESI A.1 Pengertian Perilaku Agresi Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar istilah agresif. Mungkin terlintas dalam pikiran kita segala tindakan yang berbentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilihat dari banyak berkembangnya klub sepak bola dan banyaknya jumlah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak dipungkiri lagi bahwa sepak bola merupakan salah satu olah raga yang di gemari dan popular bukan hanya di Indonesia tetapi juga di dunia. Hal ini dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permasalahan politik sepak bola, ricuh LPI (Liga Primer Indonesia), hingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ajang olahraga sepak bola sedang menjadi topik terhangat pada tahun ini. Hal-hal yang menarik pada sepak bola pun sering terjadi, mulai dari permasalahan politik
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Isaac dan Michael
BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Isaac dan Michael menjelaskan penelitian deskriptif adalah melukiskan secara fakta atau karakteristik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keluaga mempunyai fungsi tidak hanya terbatas sebagai penerus keturunan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keluaga mempunyai fungsi tidak hanya terbatas sebagai penerus keturunan saja, dalam bidang pendidikan pun, keluarga merupakan sumber pendidikan utama karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun konfik yang terjadi baik dari kubu PSSI dan Menpora. pertandingan, hingga minimnya sarana ekspresi suporter.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepak bola menjadi sebuah kebutuhan yang tidak dipungkiri keberadaannya dan menjadi salah satu cabang olah raga yang digemari oleh seluruh lapisan masyarakat pada umumnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hubungan Antara..., Rahmat, Fakultas Psikologi 2016
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sepak bola merupakan salah satu olahraga terpopuler di dunia. Olahraga ini disebut sebagai olahraga yang merakyat karena disukai oleh hampir seluruh golongan
Lebih terperinciBAB 6 PENUTUP. mewujudkan klub sepakbola yang profesional telah berusaha maksimal dalam
BAB 6 PENUTUP 6.1 KESIMPULAN Dari pembahasan bab dapat ditarik kesimpulan mengenai peran dari Brigata Curva Sud dalam rangka memajukan klub sepakbola PSS Sleman mewujudkan klub sepakbola yang profesional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sepakbola merupakan cabang olahraga yang sangat digemari oleh semua kalangan tidak memandang tua, muda, maupun anak-anak. Sepakbola menjelma menjadi sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit lepas dari belenggu anarkisme, kekerasan, dan perilaku-perilaku yang dapat mengancam ketenangan masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media massa, dimana sering terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan Medan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Olahraga sepak bola di Indonesia sangat popular dikalangan masyarakat, karena
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Olahraga sepak bola di Indonesia sangat popular dikalangan masyarakat, karena hampir sebagian besar warga Indonesia dari berbagai usia menyukai olahraga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari ketidakpuasan seseorang terhadap kondisi hidupnya sehingga melihat anak yang tidak berdaya sebagai
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA SUPORTER SEPAK BOLA
HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA SUPORTER SEPAK BOLA Skripsi Diajukan guna memenuhi sebagian dari persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana-S1 Psikologi Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga menjadi salah satu aktivitas yang banyak dilakukan oleh manusia demi menjaga dan meningkatkan kebugaran tubuh. Olahraga sudah menjadi kebutuhan dan gaya hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penuh dengan kenangan yang tidak mungkin akan terlupakan. Menurut. dari masa anak ke masa dewasa yang mengalami perkembangan semua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa yang paling indah dan masa yang penuh dengan kenangan yang tidak mungkin akan terlupakan. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004) masa remaja
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tingkat nasional di Indonesia yang diselenggarakan PSSI. Galatama juga menjadi pioner berdirinya kompetisi semi-profesional dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 PENDAHULUAN PSSI mulai menggulirkan liga sepakbola Indonesia pertama kali pada tahun 1931 setelah terbentuk satu tahun sebelumnya, liga sepakbola nasional tersebut diberi nama Perserikatan.
Lebih terperinciMODUL PERKULIAHAN. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi
MODUL PERKULIAHAN AGRESI Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Psikologi Psikologi 61119
Lebih terperinciDESKRESI KEPOLISIAN DALAM PENYELEAIAN KASUS PENGRUSAKAN FASILITAS STADION OLEH SUPORTER SEPAK BOLA (studi kasus di Poltabes Surakarta)
DESKRESI KEPOLISIAN DALAM PENYELEAIAN KASUS PENGRUSAKAN FASILITAS STADION OLEH SUPORTER SEPAK BOLA (studi kasus di Poltabes Surakarta) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat Guna Mencapai
Lebih terperinciKomplek Ruko JL. Ketampon No. 90, Surabaya
Nomor : 186/B/PSSI-Jatim/VIII/2017 Pimpinan Klub Persikapro Probolinggo cq. Panpel Dengan ini diberitahukan Keputusan PSSI Jawa Timur pada sidangnya tanggal (124) antara Persikapro Probolinggo vs Persekabpas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagaimana yang kita ketahui, sepak bola merupakan olahraga yang paling
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana yang kita ketahui, sepak bola merupakan olahraga yang paling digemari oleh penduduk bumi. Cabang olahraga yang bisa dibilang sangat merakyat, itulah sebabnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menengah, hingga masyarakat golongan atas. Akibatnya, muncul kelompokkelompok
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak bola merupakan salah satu jenis olahraga yang akrab dengan masyarakat, mulai dari masyarakat golongan bawah, masyarakat golongan menengah, hingga masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja (Hurlock, 2003). Di dalam masa remaja juga terdapat tahapan perkembangan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja identik dengan masa pubertas, di masa ini terjadi perubahan fisik di semua bagian tubuh baik ekternal maupun internal yang juga mempengaruhi psikologis remaja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang dilakukan dilingkungan institusi pendidikan yang semakin menjadi permasalahan dan menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bara Yusuf Saeful Putra, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Futsal menjadi salah satu cabang olahraga permainan yang cukup populer dan banyak diminati oleh berbagai kalangan di dunia. Hal ini terlihat dari antusiasme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tawuran terjadi dikalangan pelajar sudah menjadi suatu hal yang biasa, sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi di tangerang,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tujuan untuk merebut kemenangan. Pertandingan tersebut bisa berbentuk
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertandingan merupakan bentuk kegiatan saling berhadapan antara satu pemain dengan pemain lainya atau antara satu tim dengan tim lainya dengan tujuan untuk merebut kemenangan.
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. muncul kelompok baru yang juga mengaku sebagai pendukung PSS Sleman.
BAB IV KESIMPULAN Suporter PSS Sleman yang terorganisir pada mulanya adalah hanya Slemania. Slemania tumbuh menjadi sebuah suporter yang menjadi kebanggaan para warga Sleman, pemain PSS Sleman, dan Menejemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Futsal menjadi salah satu cabang olahraga permainan yang cukup populer dan banyak diminati oleh berbagai kalangan di dunia. Hal ini terlihat dari antusiasme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa bidang-bidang tertentu. Karakteristik masing-masing komunitas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Register salah satu cabang kajian sosiolinguistik yang mempelajari bahasa bidang-bidang tertentu. Karakteristik masing-masing komunitas maupun bidang-bidang
Lebih terperinci5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan, diskusi dan saran. Kesimpulan dalam penelitian ini berisi gambaran sibling rivalry pada anak ADHD dan saudara kandungnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan Indonesia saat ini kembali tercoreng dengan adanya tindak kekerasan yang dilakukan oleh para siswanya, khususnya siswa Sekolah Menengah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berjalannya waktu, dengan perubahan teknologi dan perubahan pergaulan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perspektif di Indonesia, dinamika kehidupan terlalu cepat berubah. Seiring berjalannya waktu, dengan perubahan teknologi dan perubahan pergaulan mengakibatkan
Lebih terperinci2.3. Kerangka Pemikiran Strategi Branding Persib Pada hakikatnya suporter sepakbola adalah konsumen dan sebagai konsumen mereka memiliki kebutuhan dan harapan terhadap Persib. Loyalitas yang telah ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Disamping dimainkan secara tim, permainan sepak bola sangat menarik karena
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepak bola merupakan cabang olahraga permainan yang tergolong dalam permainan bola besar dan sangat populer hampir di seluruh dunia. Demikian juga di Indonesia, sepak
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Pasal 1 Tujuan Kode Disiplin PSSI
PENDAHULUAN 1 PENDAHULUAN Pasal 1 Tujuan Kode Disiplin PSSI Kode Disiplin PSSI ini ditetapkan dan diberlakukan dengan tujuan (i) mengatur dan menjelaskan jenis-jenis pelanggaran disiplin, (ii) menetapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pandu Fauzi Fahmi, 2014 Profil Kualitas Interaksi Sosial Atlet Cabang Olahraga Beladiri
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembinaan olahraga di Indonesia dewasa ini semakin maju, hal ini tidak lepas dari peran serta masyarakat yang semakin sadar dan mengerti akan arti pentingnya
Lebih terperinciLAMPIRAN A VALIDITAS DAN RELIABILITAS
72 LAMPIRAN A VALIDITAS DAN RELIABILITAS 73 KONFORMITAS Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N % Valid 40 100,0 Cases Excluded a 0,0 Total 40 100,0 a. Listwise deletion based on all variables in
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya anak-anak. Anak menghabiskan hampir separuh harinya di sekolah, baik untuk kegiatan pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sepakbola di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1930, pada era penjajahan kolonial Belanda. Sejak itu sepakbola di Indonesia terus mengalami kemajuan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sebagai alat komunikasi manusia mempunyai peranan yang sangat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi manusia mempunyai peranan yang sangat penting dalam interaksi manusia. Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan ide, gagasan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya perilaku agresif saat ini yang terjadi di Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maraknya perilaku agresif saat ini yang terjadi di Indonesia, berdampak pada psikologis anak, anak tidak mampu berteman dengan anak lain atau bermain dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekerasan yang terjadi saat ini sangat memprihatinkan, salah satunya adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari Komnas Perlindungan anak,
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diberikan pada bab-bab sebelumnya, karakter setiap pemain dan menciptakan kekompakan.
99 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diberikan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diberikan kesimpulan sebagai berikut: 5.1.1. Sifat-Sifat Pemimpin a. Intelejensi
Lebih terperinciSTEREOTIPE BONEK ( Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Pandangan Masyarakat Surabaya Terhadap Stereotipe Bonek ) SKRIPSI
STEREOTIPE BONEK ( Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Pandangan Masyarakat Surabaya Terhadap Stereotipe Bonek ) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar sajana pada Fisip
Lebih terperinciKONFLIK ANTAR SUPORTER SEPAK BOLA MERUNTUHKAN PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA INDONESIA
KONFLIK ANTAR SUPORTER SEPAK BOLA MERUNTUHKAN PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA INDONESIA NAMA : MUAMAR KADAFI NIM : 11.11.4886 KELOMPOK : C DOSEN : TAHAJUDIN SUDIBYO, Drs. S1 TEKNIK INFORMATIKA STMIK AMIKOM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Adolescence (remaja) merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia, karena masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menghubungkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Remaja dipandang sebagai periode perubahan, baik dalam hal fisik, minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sepakbola telah mengubah pikiran normal manusia menjadi tergila-gila. Tidak memandang tua, muda maupun anak-anak, kecintaan mereka
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Sepakbola dan suporter adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan. Sepakbola telah mengubah pikiran normal manusia menjadi tergila-gila. Tidak memandang
Lebih terperinciENDANG MARI ASTUTY NIM F
HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN JENIS KELAMIN DENGAN AGRESIVITAS PADA KOMUNITAS SLANKERS SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rasanya tidak diperlukan sebuah penelitian ilmiah untuk mendapatkan pengesahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sepakbola merupakan cabang olahraga paling populer dan paling digemari di seluruh dunia. Pernyataan tersebut barangkali tidak terbantahkan, bahkan rasanya tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress (santrock, 2007 : 200). Masa remaja adalah masa pergolakan yang dipenuhi oleh konflik dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1.Latar Belakang Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat dari sekolah bagi siswa ialah melatih kemampuan akademis siswa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sepakbola telah menjadi cabang olahraga yang paling multikultural. Syarif
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sepakbola telah menjadi cabang olahraga yang paling multikultural. Syarif (2013) berpendapat, sepakbola sukses melepaskan sekat-sekat sosial, etnis, agama,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena di masyarakat khususnya bagi warga yang tinggal di perkotaan, aksiaksi kekerasan baik individual maupun massal mungkin sudah merupakan berita harian.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jika kita membicarakan olahraga, tidak akan terlepas dari persoalan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jika kita membicarakan olahraga, tidak akan terlepas dari persoalan pertandingan dan dalam pertandingan sangat diperlukan adanya wasit. Betapa pentingnya wasit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah mendunia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepakbola merupakan salah satu cabang olahraga yang sudah mendunia. Olahraga ini digemari tidak hanya oleh laki-laki, tetapi juga perempuan dan dari berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan ungkapan atau hasil kreativitas pengarang yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan atau hasil kreativitas pengarang yang mempergunakan media bahasa dan diabadikan untuk kepentingan estetis (keindahan). Di dalam karya
Lebih terperinciPERATURAN UMUM FARMASI CUP 2017 BASKETBALL and FUTSAL COMPETITION
PERATURAN UMUM FARMASI CUP 2017 BASKETBALL and FUTSAL COMPETITION I. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tanggal : 11-19 November 2017 Waktu : Jadwal Pertandingan diberikan saat Malam Atlet Tempat : GOR Amongraga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hampir semua nilai dan norma dalam kehidupan manusia. Karya sastra tersebut harus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra adalah hasil pemikiran dan imajinasi pengarang yang menyentuh hampir semua nilai dan norma dalam kehidupan manusia. Karya sastra tersebut harus dipahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu fenomena yang ada akhir-akhir ini yang sangat memprihatinkan adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun masal sudah merupakan berita harian di
Lebih terperinciAGRESI MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I AGRESI Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Psikologi Psikologi 13 61016 Abstract Materi tentang pengertian agresi, teoriteori dan cara menguranginya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Televisi adalah media yang bersifat audio-visual, audio berarti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Teknologi komunikasi massa media televisi sering dijuluki sebagai faktor penentu perubahan yang kehadirannya tidak bisa dibendung makin mendekati abad ke-21,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman menuju masyarakat informasi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman menuju masyarakat informasi yang modern, maka kebutuhan akan teknologi dan informasipun semakin meningkat. Informasi telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah lembaga pendidikan yang ada di Indonesia baik negeri maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan dalam dunia pendidikan saat ini semakin kompetitif, tidak terkecuali persaingan dalam peningkatan kualitas di Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan
Lebih terperinciSTADION SEPAKBOLA DI KABUPATEN PASURUAN (Sebagai Homebase Persekabpas)
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STADION SEPAKBOLA DI KABUPATEN PASURUAN (Sebagai Homebase Persekabpas) Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada siswa Sekolah Menengah Pertama berusia 12 tahun sampai 15 tahun, mereka membutuhkan bimbingan dan arahan dari pihak keluarga dan sekolah agar mereka dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai mempertanyakan tentang identitas dirinya, remaja merasa sebagai seseorang yang unik, seseorang dengan perubahan-perubahan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIS
BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1. Perilaku Agresif 2.1.1. Pengertian Perilaku Agresif Perasaan kecewa, emosi, amarah dan sebagainya dapat memicu munculnya perilaku agresif pada individu. Pemicu yang umum dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Humas merupakan bagian penting yang sangat dibutuhkan oleh setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Humas merupakan bagian penting yang sangat dibutuhkan oleh setiap organisasi. Kehadirannya dapat membantu organisasi menciptakan hubungan baik dengan publiknya serta
Lebih terperinciAGRESI. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom.
AGRESI Modul ke: Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi. Fakultas Psikologi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang Undang No.3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragan Nasional. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Munculnya Undang Undang No. 3 Tahun 2005 belum memberikan jaminan sepenuhnya akan terdongkraknya olahraga Indonesia. Terbitnya Undang-Undang tersebut masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menerus merupakan aspek yang harus dibina dalam olahraga. sampai sasaran perilaku. McClelland dan Burnham (2001), motivasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia olahraga, motivasi berprestasi, lebih populer dengan istilah competitiveness merupakan modal utama dalam mencapai keberhasilan penampilan. Tidak mengherankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tindak kekerasan merupakan hal yang sangat meresahkan bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak kekerasan merupakan hal yang sangat meresahkan bagi masyarakat, terutama yang dilakukan oleh remaja dengan persentase kasus kenakalan remaja meningkat
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. Dari hasil pembahasan pada bab V, dapat dilihat proses pengambilan. keputusan wasit sepak bola yang meliputi dari faktor-faktor yang
BAB VI PENUTUP A. KESIMPULAN Dari hasil pembahasan pada bab V, dapat dilihat proses pengambilan keputusan wasit sepak bola yang meliputi dari faktor-faktor yang berpengaruh pada pengambilan keputusan dan
Lebih terperincia. mendeskripsikan pelanggaran peraturan di dalam regulasi Turnamen; b. menentukan sanksi yang dikeluarkan dalam setiap pelanggaran;
KODE DISIPLIN 1 Pasal 1 Tujuan 1. Tujuan dari Kode Disiplin ini adalah untuk memastikan seluruh hal yang terjadi dalam pelaksanaan turnamen Piala Presiden 2018 (Turnamen) dijalankan sesuai dengan regulasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fenomena yang ada akhir-akhir ini yang sangat memprihatinkan adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan berita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sifat yang berbeda. Mereka yang ekstrim adalah yang sangat rendah emosinya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap kegiatan olahraga yang dilakukan seseorang mempunyai maksud dan tujuan. Tujuan tersebut dapat berupa peningkatan kesehatan, kebungaran jasmani, aktivitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fenomena yang akhir-akhir ini sangat memprihatinkan adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan berita harian di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perasaan cemas dan tidak nyaman ini dapat dirasakan baik oleh kelompok mayoritas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intergroup anxiety adalah perasaan cemas dan tidak nyaman yang mungkin dirasakan seseorang ketika berinteraksi dengan kelompok outgroupnya (Stephan, 2014). Perasaan
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Sampel peneliti terbagi dalam 2 kelompok yaitu gamers DotA dan gamers
BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Simpulan Sampel peneliti terbagi dalam 2 kelompok yaitu gamers DotA dan gamers Ragnarok Online. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan tingkat
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI UMUM OBJEK PENELITIAN. Kelurahan Baciro. Teknik penarikan sampel menggunakan metode pengambilan
35 BAB II DESKRIPSI UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Lokasi Penelitian Sampel penelitian adalah warga masyarakat pada Kelurahan Sitimulyo dan Kelurahan Baciro. Teknik penarikan sampel menggunakan metode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anak belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Segala sesuatu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat anak belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Segala sesuatu yang dibuat anak mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepakbola merupakan olahraga paling populer dan digemari diseluruh dunia, termasuk Indonesia. Pada waktu piala dunia 2010 yang diselenggarakan di Afrika Selatan, banyak
Lebih terperinci