BAB II. Landasan Teori. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar istilah agresif.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II. Landasan Teori. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar istilah agresif."

Transkripsi

1 BAB II Landasan Teori A. PERILAKU AGRESI A.1 Pengertian Perilaku Agresi Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar istilah agresif. Mungkin terlintas dalam pikiran kita segala tindakan yang berbentuk negatif, berupa kekerasan atau perilaku-perilaku aktif. Secara umum agresif dapat diartikan sebagai suatu serangan yang dilakukan oleh organisme terhadap organisme lain, objek lain atau bahkan pada dirinya sendiri (Dayakisni & Hudaniah, 2003) Robert Baron (dalam Koeswara, 1998) menyatakan bahwa agresi adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakai individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut. Defenisi dari Baron ini mencakup empat faktor tingkah laku, yaitu : tujuan untuk melukai atau mencelakakan, individu yang menjadi pelaku, individu yang menjadi korban dan ketidakinginan si korban menerima tingkah laku si pelaku. Menurut Baron dan Richardson (dalam Krahe, 2005) mendefenisikan perilaku agresi yaitu segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai makhluk hidup lain yang terdorong untuk menghindari perilaku itu. Kartono (2002), mengungkapkan bahwa agresi adalah ledakan-ledakan emosi dan kemarahan hebat meluap-luap dalam bentuk sewenang-wenang, penyerangan, penyergapan, serbuan kekejaman, perbuatan-perbuatan yang

2 menimbulkan penderitaan dan kesakitan, pengrusakan, dan tindakan permusuhan ditujukan kepada sesorang atau benda. Medinnus dan Johnson (1974), menjelaskan bahwa tingkah laku agresi bisa berupa tingkah laku fisik maupun secara verbal. Agresivitas menurut penelitian Jersild dan Marley (1978), ditunjukkan melalui berbagai macam bentuk tingkah laku seperti menyerang orang lain, mengancam secara fisik maupun verbal, menuntut orang lain, mencoba memaksa untuk memiliki benda-benda yang bukan miliknya. Berkowitz (dalam Koeswara, 1988) mendefenisikan agresi dalam hubungannya dengan pelanggaran norma atau perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial. Selanjutnya Berkowitz membedakan dua macam agresif yaitu agresif instrumental dan agresi benci atau disebut juga agresi impulsive. Agresi instrumental adalah agresi yang dilakukan oleh individu sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan tertentu. Agresi benci atau agresi impulsive adalah agresi yang dilakukan semata-mata sebagai pelampiasan keinginan untuk melukai atau menyakiti, atau agresi tanpa tujuan selain untuk menimbulkan efek kerusakan, kesakitan atau kematian pada sasaran. Menurut Baron dan Byrne (1990), perilaku agresif adalah segala bentuk perilaku yang disengaja terhadap orang lain yang bertujuan untuk melukainya dan orang yang dilukainya tersebut berusaha untuk menghindarinya. Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif adalah perilaku yang dilakukan dengan niat menimbulkan akibat negatif terhadap targetnya dan sebaliknya menimbulkan harapan bahwa tindakan itu akan

3 menghasilkan sesuatu oleh individu atau pun kelompok dengan menggunakan kekerasan fisik atau verbal. A.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Agresi. 1. Faktor sosial, terdiri dari 3 elemen : Frustasi, terjadi karena ketika individu gagal mendapatkan apa yang diingingkan atau diharapkan dan dengan demikian dapat menyebabkan timbulnya perilaku agresif. Provokasi, adalah aksi yang dilakukan oleh orang lain yang memicu agresi individu. Ketika individu mendapatkan perlakuan yang membuatnya marah atau terganggu oleh karena seseorang, individu cenderung membalas perlakuan yang tidak menyenangkan itu kepada orang yang memberikan perlakuan tersebut. Media kekerasan, yang menyajikan tayangan-tayangan berbau tindakan agresif. Ress & Roth, 1993 menyatakan bahwa film-film banyak yang bermuatan kekerasan bahkan tayangan kekerasan tersebut lebih banyak dalam kehidupan nyata. 2. Faktor Personal. Pengaruh dari tipe kepribadian A yang berkarakteristikkan berjiwa kompetitif, orientasi pada waktu dan bersifat hostility (bermusuhan) lebih agresif dibandingkan dengan individu dengan tipe kepribadian B dengan karakteristik yang berlawanan dengan tipe kepribadian B.

4 Selain itu, keinginan personal individu untuk menjadi sosok yang memiliki kekuasaan menjadi determinan penting dalam perilaku agresif karena hasrat tersebut mendorong individu untuk menghalalkan segala cara untuk menggapai keinginannya. 3. Faktor Situasional Didasarkan pada keadaan disekitar individu yang membuat individu terpancing untuk berperilaku agresif. Faktor meminum minuman keras dalam jumlah yang melewati batas atau mabuk, suhu yang tinggi atau panas, kepadatan, kebisingan dan polusi udara menunjukkan bahwa faktorfaktor ini mendorong terjadinya perilaku agresif Menurut Deaux, (1993) faktor atau kondisi yang mempengaruhi munculnya perilaku agresif yaitu : 1. General arousal Model general arousal menunjuk pada keadaan arousal yang umum yang akan meningkatkan kecenderungan tingkah laku agresi. Zilmann berpendapat bahwa ekspresi kemarahan maupun emosi yang lainnya tergantung pada tiga faktor yaitu kebiasaan / watak seseorang yang dipelajari, beberapa sumber yang memberikan arousal, dan interprestasi seseorang tentang keadaan arousal 2. Serangan secara fisik dan verbal Perkataan langsung dan serangan fisik adalah pengaruh yang paling nyata dalam tingkah laku agresif. Dalam segala kemungkinan seseorang akan

5 terpancing (dan akan bereaksi) untuk membalas agresi fisik dan verbal tersebut. 3. Dorongan pihak ketiga Agresi tidak selalu muncul dalam keadaan terisolasi. Seringkali orangorang lain yang berada disekitar kita ikut terlibat dalam interaksi. Contohnya dalam suatu pertarungan penonton penonton dapat secara antusias memaksa petarung favorit mereka untuk menghancurkan lawan. 4. Deindividusiasi Saat orang-orang tidak bisa terindentifikasi, mereka cenderung untuk membentuk sikap anti sosial. Jelasnya, agresi lebih mungkin dan lebih dapat ditoleransi saat kita tidak bisa melihat konsekuensi dari tindakan kita 5. Kondisi lingkungan Kondisi lingkungan sering kali mempengaruhi mood seseorang. Donnerstein dan Wilson (1976) berdasarkan hasil penelitiannya menemukan bahwa tingkat tingkat keributan dapat menambah tingkat agresif. Kondisi udara yang tidak menyenangkan seperti asap, kabut, juga mempengaruhi sikap agresi. Banyak orang juga mempengaruhi sugesti dalam hubungan antara temperatur dan kekerasan. Robert Baron dan mahasiswanya menemukan bahwa dalam beberapa kondisi, cuaca panas menambah kecenderungan sikap agresi, bahkan pada subjek yang tidak sedang marah.

6 6. Media massa Di beberapa media televisi sering menampilkan program yang acaranya sebagian besar berupa penayangan film yang bertemakan kekerasan, perkelahian, pemukulan, pembunuhan, kekerasan media massa semacam ini dianggap dapat merangsang untuk berperilaku agresif. 7. Frustasi Tahun 1939 Dollard, Miller, Mowrer dan Sears membuat hipotesa bahwa frustasi adalah sebagai penyebab dari agresi. Hipotesa frustai agresi mengangatakan bahwa terjadinya agresi selalui diikuti oleh frustasi. Disisi lain Wagiman (1997) menyatakan bahwa hukuman merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mendisiplinkan anak. Namun hukuman juga dapat mengakibatkan anak menjadi frustasi. Sesuai dengan hipotesa frustasi agresi, keadaan frustasi akaan mengakibatkan anak menjadi agresif. A.3 Bentuk Perilaku Agresi Menurut Buss, (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003 ) agresi dapat terjadi dalam beberapa bentuk. Dapat di ekpresikan secara verbal, seperti memaki atau penyerangan meliputi serangan langsung terhadap orang lain atau serangan tidak langsung sebagai contoh posesif terhadap orang lain. Agresi dapat diekspresikan secara pasif, seperti ketika seseorang menghalangi pekerjaan orang lain dengan mengalihkan perhatian orang tersebut atau sikap tidak mau bekerja sama.

7 Berdasarkan hal tersebut diatas, maka Buss (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003) membagi agresi kedalam beberapa bentuk yaitu: 1. Agresi fisik aktif langsung Agresi fisik aktif langsung adalah tindakan agresi fisik yang dilakukan individu atau kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan individu atau kelompok lain yang menjadi target dan terjadi kontak fisik secara langsung. Contohnya memukul, menikam atau menembak seseorang. 2. Agresi fisik pasif langsung Agresi fisik pasif langsung adalah tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan secara langung dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak fisik secara langsung. Contohnya memasang ranjau atau jebakan untuk melukai orang lain, menyewa pembunuh bayaran untuk membunuh orang lain. 3. Agresi fisik aktif tidak langsung Agresi fisik aktif tidak langsung adalah tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya namun tidak terjadi kontak fisik secara langsung. Contohnya demonstrasi, aksi mogok dan aksi diam 4. Agresi fisik pasif tidak langsung Agresi fisik pasif tidak langsung adalah tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak fisik

8 secara langsung. Contohnya tidak peduli, apatis, masa bodoh, menolak melakukan tugas penting, tidak mau melakukan perintah. 5. Agresi verbal aktif langsung. Agresi verbal aktif langsung adalah tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan individu atau kelompok lain. Contoh menghina orang lain dengan kata-kata yang menyakitkan, mengomel. 6. Agresi fisik aktif langsung. Agresi verbal aktif tidak langsung adalah tindakan agresi yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan secara langsung dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya. Contoh menyebarkan berita tidak benar atau gosip tentang orang lain. 7. Agresi verbal pasif langsung. Agresi verbal pasif langsung, yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan dengan individu atau kelompok lain namun tidak terjadi kontak verbal secara langsung seperti menolak bicara, bungkam 8. Agresi verbal pasif tidak langsung. agresi verbal pasif tidak langsung, yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu atau kelompok lain yang menajdi targetnya dan tidak terjadi kontak verbal secara langsung, seperti tidak memberi dukungan, tidak menggunakan hak suara.

9 Sementara itu Medinus dan Johnson (dalam Dayakisni, 2003) mengelompokkan agresi menjadi empat kategori, yaitu : 1. Menyerang fisik, yang termasuk didalamnya adalah memukul, mendorong, meludahi, menendang, menggigit, meninju, memarahi dan merampas. 2. Menyerang suatu objek, yang dimaksudkan disini adalah menyerang benda mati atau binatang 3. Secara verbal atau simbolis, yang termasuk didalamnya adalah mengancam secara verbal, memburuk-burukkan orang lain, sikap mengancam dan sikap menuntut. 4. Pelanggaran terhadap hak milik atau menyerang daerah orang lain. A.4 Perilaku Agresif Pada Pria Dan Wanita. Menurut Condry dan Ross (dalam Hogg dan Vaughan, 2002) sejak awal masa anak-anak, laki-laki cenderung lebih agresif daripada wanita. Hocker (dalam sarwono, 2000) menyebutkan bahwa perbedaan proses sosialisasi antara pria dan wanita menghasilkan perbedaan agresivitas antara keduanya. Perbedaan ini mudah terlihat dalam tingkah laku bermain. Anak laki-laki melakukan permainan yang menuntut kekuatan motorik, bersifat ekspansif dan agresif (bermain bola, perangperangan) sedangkan anak perempuan melakukan permainan yang menuntut kehalusan motorik dan non agresif (masak-masakan, bermain boneka). Menurut Maccobay & jacklin kebanyakan laki-laki lebih agresif daripada kebanyakan wanita (dalam Santrock, 2003). Darvill & Cheyne (dalam Hetherington, 1999) menyatakan bahwa pola agresivitas pada laki-laki dan

10 perempuan berbeda dalam cara tertentu. Laki-laki cenderung membalas setelah diserang daripada perempuan. Hasil penelitian Sears (dalam Koeswara, 1988) menemukan bahwa anak laki-laki lebih agresif dibandingkan wanita. Anak wanita cenderung melakukan penyerangan secara psikologis seperti perilaku agresif secara verbal, sedangkan laki-laki memperlihatkan perilaku agresifnya dengan melakukan penyerangan fisik. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa laki-laki cenderung lebih agresif dibandingkan wanita. A.5 Perkembangan Perilaku Agresi. Menurut Loeber dan Hay (Krahe, 2005) mengatakan sampai batas tertentu agresi bersifat normatif umur (age-normatif) dikalangan anak-anak dan remaja. Ini berarti bahwa perilaku yang dilakukan dengan niat menyakiti orang lain diperlihatkan, paling tidak sekali-sekali, oleh banyak atau kebanyakan anggota kelompok umur ini. Tetapi, ada sejumlah anak dan remaja yang menyimpang dari proses perkembangan normal ini. Pada tahun-tahun awal sekolah, perbedaan gender dalam hal agresi menjadi tampak jelas. Anak laki-laki pada umumnya memperlihatkan tingkat agresi fisik yang lebih tinggi daripada umumnya memperlihatkan tingkat agresi fisik yang lebih tinggi daripada perempuan. Loeber dan Hay (Krahe, 2005) mengemukakan bahwa perilaku agresi berubah tingkat dan polanya pada masa remaja dan pada masa dewasa-muda.

11 Perubahan penting pada perilaku agresif tersebut karena lebih terorganisasi secara sosial. Selanjutnya Loeber dan Stouthamer (1998) mengatakan bahwa perilaku agresi terus menurun sebagaimana fungsi umur. Berdasarkan diatas dapat disimpulkan bahwa ada hubungan tingkat perilaku agresi dengan perkembangan usia. A.6. Perilaku Agresi Dalam Telaah Lintas Budaya Menurut Krahe (2005) semua perilaku agesif dapat terjadi di semua masyarakat, tetapi akan beragam tingkat agresifnya. Biasanya mereka melakukan tindakan agresi dalam tingkatan yang berbeda, dalam cara yang berbeda, dan untuk alasan yang berbeda. Hasil penelitian Landau (dalam Dayakisni, 2004) menunjukkan ada tingkat pembunuhan yang relatif tinggi dan konsisten (Finlandia, Israel, USA, dan Jerman), sementara yang lain menunjukkan angka pembunuhan yang relatif rendah dan stabil (Austria, Swiss, Inggris, Nederland, Swedia, Norwegia, ddan Denmark) sedangkan Jepang memiliki tingkat pembunuhan yang rendah dan semakin menurun. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan adanya pengaruh budaya dalam perilaku agresif.

12 B. SUPORTER B.1 Pengertian Suporter Menurut Hinca (2007), Suporter atau fans club adalah sebuah organisasi yang terdiri dari sejumlah orang yang bertujuan untuk mendukung sebuah klub sepak bola. Suporter harus berafiliasi dengan klub sepak bola yang didukungnya, sehingga perbuatan suporter akan berpengaruh terhadap klub yang didukungnya. Suryanto (1996) mengatakan Suporter adalah orang-orang yang memberikan dukungan atau support kepada satu tim yang di bela. B.2 Struktur Organisasi dan Keanggotaan. B.2.1 Struktur Organisasi. Berdasarkan peraturan PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia), dalam organisasi fans club atau Suporter setidaknya harus terdiri dari : 1. Ketua 2. Sekretaris 3. Bendahara 4. Kordinator Suporter 5. Kordinator Humas 6. Kordinator keamanan 7. Kordiantor Peralatan atau Perlengkapan 8. Kordiantor Transportasi.

13 B.2.2 Keanggotaan. Mengenai keanggotaan sebuah suporter, BLI (Badan Liga Indonesia) menetapkan peraturan sebagai berikut : 1. Terdaftar sebagai anggota suporter dalam organisasi suporter 2. Terikat dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh suporter yang bersangkutan 3. Anggota membayar iuran bulanan yang jumlahnya ditentukan oleh organisasi suporter 4. Anggota mendapat kartu suporter yang didalamnya terdapat nomor keanggotaan fan yang bersangkutan 5. Lama berlakunya keanggotaan ditentukan oleh suporter yang bersangkutan 6. Anggota dapat membeli tiket dari pengurus suporter dengan potongan harga 7. Dengan menjadi anggota suporter, anggota mendapatkan keuntungankeuntungan yang ditentukan dalam peraturan keanggotaan suporter yang bersangkutan. B.3 Hubungan Suporter Dengan Klub Suporter harus berafiliasi kepada klub. Perbuatan anggota suporter akan berpenagruh terhadap klub yang didukungnya. Klub dapat dikenakan sanksi apabila suporter baik perorangan maupun per group melakukan tindakan yang merusak atau anarkistis. Suporter bertanggung jawab menjaga nama baik klub.

14 Klub wajib memberikan fasilitas dalam bentuk subsidi finansial, infrastruktur dan pendidikan, kepada suporter

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1. Perilaku Agresif 2.1.1. Pengertian Perilaku Agresif Perasaan kecewa, emosi, amarah dan sebagainya dapat memicu munculnya perilaku agresif pada individu. Pemicu yang umum dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Agresivitas

BAB II LANDASAN TEORI. A. Agresivitas BAB II LANDASAN TEORI A. Agresivitas Semua orang seperti memahami apa itu agresi, namun pada kenyatannya terdapat perbedaan pendapat tentang definisi agresivitas. agresi identik dengan hal yang buruk.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agresivitas 2.1.1 Definisi Agresivitas Agresi adalah pengiriman stimulus tidak menyenangkan dari satu orang ke orang lain, dengan maksud untuk menyakiti dan dengan harapan menyebabkan

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi

MODUL PERKULIAHAN. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi MODUL PERKULIAHAN AGRESI Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Psikologi Psikologi 61119

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekerasan yang terjadi saat ini sangat memprihatinkan, salah satunya adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari Komnas Perlindungan anak,

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Sampel peneliti terbagi dalam 2 kelompok yaitu gamers DotA dan gamers

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Sampel peneliti terbagi dalam 2 kelompok yaitu gamers DotA dan gamers BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Simpulan Sampel peneliti terbagi dalam 2 kelompok yaitu gamers DotA dan gamers Ragnarok Online. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak kriminalitas dilakukan oleh remaja (Republika, 2 0 0 5 ). Tindak kriminal yang dilakukan oleh remaja sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung pendidikan sepanjang hayat adalah diakuinya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). PAUD adalah pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bekal untuk hidup secara mandiri. Masa dewasa awal atau early health

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bekal untuk hidup secara mandiri. Masa dewasa awal atau early health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa dikenal sebagai pelaku utama dan agent of exchange dalam gerakan-gerakan pembaharuan. Mahasiswa memiliki makna yaitu sekumpulan manusia intelektual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persija (singkatan dari Persatuan Sepak Bola Indonesia Jakarta) adalah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Persija (singkatan dari Persatuan Sepak Bola Indonesia Jakarta) adalah sebuah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persija (singkatan dari Persatuan Sepak Bola Indonesia Jakarta) adalah sebuah klub sepak bola Indonesia yang berbasis di Jakarta. Persija saat ini berlaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sering kali kita dengar dan hal ini mungkin sudah merupakan berita harian. Saat ini beberapa televisi bahkan membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggemarnya amat luas. Jika kita bicara di era globalisasi sepak bola,

BAB I PENDAHULUAN. penggemarnya amat luas. Jika kita bicara di era globalisasi sepak bola, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga yang penggemarnya amat luas. Jika kita bicara di era globalisasi sepak bola, maka globalisasi yang paling sukses disepanjang

Lebih terperinci

BENTUK AGRESIF REMAJA PELAKU KEKERASAN (SURVEY PADA SISWA KELAS 11 SMA NEGERI 2 KAB. TANGERANG)

BENTUK AGRESIF REMAJA PELAKU KEKERASAN (SURVEY PADA SISWA KELAS 11 SMA NEGERI 2 KAB. TANGERANG) 33 BENTUK AGRESIF REMAJA PELAKU KEKERASAN (SURVEY PADA SISWA KELAS 11 SMA NEGERI 2 KAB. TANGERANG) Oleh : Detria Nurmalinda Chanra 1 Prof. Dr. Dr. dr. Th. I. Setiawan 2 Herdi, M.Pd 3 Abstrak Tujuan penelitian

Lebih terperinci

RINGKASAN SKRIPSI. dalam bentuk verbal juga ada. Tak jarang masing-masing antar anggota pencak

RINGKASAN SKRIPSI. dalam bentuk verbal juga ada. Tak jarang masing-masing antar anggota pencak RINGKASAN SKRIPSI A. PENDAHULUAN Sudah menjadi rahasia umum bahwa dunia persilatan memang sangat identik dengan perilaku kekerasan atau agresi. Mulai dari latihan pencak silat yang tampak terlihat memberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fenomena yang ada akhir-akhir ini yang sangat memprihatinkan adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan berita

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisa, maka dapat disimpulkan bahwa:

BAB V SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisa, maka dapat disimpulkan bahwa: BAB V SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisa, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dan agresi pada remaja (r=0,602

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1.Latar Belakang Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat dari sekolah bagi siswa ialah melatih kemampuan akademis siswa,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah periode perkembangan disaat individu mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah periode perkembangan disaat individu mengalami BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah periode perkembangan disaat individu mengalami perubahan dari masa kanak kanak menuju masa dewasa perubahan ini terjadi diantara usia 13 dan 20 tahun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Agresivitas 2.1.1. Definisi Agresivitas Menurut Berkowitz, agresivitas adalah keinginan dan tindakan untuk menjadi agresif dalam berbagai situasi yang berbeda. Menurut Lazarus,

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA AGRESIF VERBAL. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling

PEDOMAN WAWANCARA AGRESIF VERBAL. Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling AGRESIF VERBAL Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling Dosen Pengampu: Prof. Dr. Edi Purwanta, M.Pd Dr. Ali Muhtadi, M.Pd Oleh: DESY WISMASARI 16713251012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain, saling memberikan pengaruh antara satu dengan yang lain dan ingin

BAB I PENDAHULUAN. lain, saling memberikan pengaruh antara satu dengan yang lain dan ingin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan yang lain, saling memberikan pengaruh antara satu dengan yang lain dan ingin berkumpul untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perbuatan yang bersifat kekerasan atau kasar terhadap yang lain

BAB II LANDASAN TEORI. perbuatan yang bersifat kekerasan atau kasar terhadap yang lain BAB II LANDASAN TEORI A. Perilaku Agresi 1. Definisi Perilaku Agresi J.S Badudu dalam bukunya Kamus Kata-Kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia (dalam Nadeak, 2003) mengatakan bahwa agresi adalah tindakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyakiti, mengancam atau membahayakan individu-individu atau objek-objek BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agresi 2.1.1 Definisi Agresivitas adalah segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun mental (Aziz & Mangestuti, 2006). Perilaku

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD N TRANGSAN 03 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD N TRANGSAN 03 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD N TRANGSAN 03 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

AGRESI. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom.

AGRESI. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. AGRESI Modul ke: Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi. Fakultas Psikologi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Perilaku agresif suporter sepak bola. ingin mengetahui perilaku agresif beserta faktor-faktor yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Perilaku agresif suporter sepak bola. ingin mengetahui perilaku agresif beserta faktor-faktor yang 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku agresif suporter sepak bola Dalam penelitian ini. Peneliti tertarik meneliti Perilaku Agresif suporter sepak bola Persegres Gresik United dikarenakan peneliti ingin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku agresi, terutama di kota-kota besar khususnya Jakarta. Fenomena agresi

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku agresi, terutama di kota-kota besar khususnya Jakarta. Fenomena agresi BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Hampir setiap hari banyak ditemukan pemberitaan-pemberitaan mengenai perilaku agresi, terutama di kota-kota besar khususnya Jakarta. Fenomena agresi tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Agresif 2.1.1 Pengertian Perilaku Agresif Secara umum, Sarason (dalam Dayakisni, 2009) agresi dapat diartikan sebagai suatu serangan yang dilakukan oleh suatu organisme

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hari Minggu tanggal 29 April 2007 seorang siswa kelas 1 (sebut saja A) SMA swasta di bilangan Jakarta Selatan dianiaya oleh beberapa orang kakak kelasnya. Penganiayaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya perilaku agresif saat ini yang terjadi di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya perilaku agresif saat ini yang terjadi di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maraknya perilaku agresif saat ini yang terjadi di Indonesia, berdampak pada psikologis anak, anak tidak mampu berteman dengan anak lain atau bermain dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang variabel-variabel dimana didalamanya terdapat definisi, faktor dan teori dari masing-masing variabel dan juga berisi tentang hipotesis penelitian ini. 2.1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. Manusia dalam perkembangannya, sebagai makhluk sosial tidak lepas dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. Manusia dalam perkembangannya, sebagai makhluk sosial tidak lepas dari 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Definisi Penyesuaian Diri Manusia dalam perkembangannya, sebagai makhluk sosial tidak lepas dari berinteraksi dengan orang lain maupun lingkungannya. Berbicara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya mereka dapat menggantikan generasi terdahulu dengan sumber daya manusia, kinerja dan moral

Lebih terperinci

AGRESI MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

AGRESI MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I AGRESI Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Psikologi Psikologi 13 61016 Abstract Materi tentang pengertian agresi, teoriteori dan cara menguranginya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. terjadi ketika seseorang atau organisme mencoba untuk mengubah cara

BAB 2 LANDASAN TEORI. terjadi ketika seseorang atau organisme mencoba untuk mengubah cara BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1. Self-Control 2. 1. 1. Definisi Self-control Self-control adalah tenaga kontrol atas diri, oleh dirinya sendiri. Selfcontrol terjadi ketika seseorang atau organisme mencoba untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fenomena yang akhir-akhir ini sangat memprihatinkan adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan berita harian di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah kedudukan sosial. Banyak diantara insiden yang disulut oleh sebab-sebab

BAB I PENDAHULUAN. wilayah kedudukan sosial. Banyak diantara insiden yang disulut oleh sebab-sebab BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini banyak media yang membicarakan tentang agresi sebagai istilah yang memayungi berbagai macam manifestasinya. Dewasa ini media massa hampir setiap hari melaporkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hukum. adanya perilaku sikap dan nilai-nilai sepanjang masa remaja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hukum. adanya perilaku sikap dan nilai-nilai sepanjang masa remaja 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Pengertian remaja Remaja merupakan masa peralihan dari usia anak menjadi dewasa. Pada umumnya masa remaja dianggap mulai saat anak secara seksual menjadi matang dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang dilakukan dilingkungan institusi pendidikan yang semakin menjadi permasalahan dan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama pada rentang usia pra sekolah. Masa ini merupakan periode seorang anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama pada rentang usia pra sekolah. Masa ini merupakan periode seorang anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orang tua mempunyai peran paling besar terhadap tumbuh kembang anak, terutama pada rentang usia pra sekolah. Masa ini merupakan periode seorang anak memulai

Lebih terperinci

BAB ll KAJIAN TEORI. bahkan pada dirinya sendiri. Definisi ini berlaku bagi semua makhluk vertebrata,

BAB ll KAJIAN TEORI. bahkan pada dirinya sendiri. Definisi ini berlaku bagi semua makhluk vertebrata, BAB ll KAJIAN TEORI 2.1 Perilaku Agresif 2.1.1 Pengertian perilaku agresif Pengertian secara umum agresi dapat diartikan sebagai suatu serangan yang di lakukan oleh suatu organisme terhadap oranisme lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja dipandang sebagai periode perubahan baik dalam hal fisik, minat,

BAB I PENDAHULUAN. Remaja dipandang sebagai periode perubahan baik dalam hal fisik, minat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja dipandang sebagai periode perubahan baik dalam hal fisik, minat, sikap, perilaku maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku masa remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan menbentuk prilaku anak yang baik (Santrock, 2011). dapat membuat anak-anak rentan terhadap eksplotasi. Kekewatiran banyak

BAB I PENDAHULUAN. dan menbentuk prilaku anak yang baik (Santrock, 2011). dapat membuat anak-anak rentan terhadap eksplotasi. Kekewatiran banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah menghasilkan generasi bangsa yang baik. Untuk mencapai hal tersebut maka diperlukan suatu pendidikan yang baik (Haryanto,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Bullying. itu, menurut Olweus (Widayanti, 2009) bullying adalah perilaku tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Bullying. itu, menurut Olweus (Widayanti, 2009) bullying adalah perilaku tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bullying 1. Definisi Bullying Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang lebih kuat terhadap individu atau kelompok yang lebih lemah, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa tunagrahita pada umumnya termasuk juga siswa tunagrahita ringan, memiliki hambatan dalam kepribadian dan emosinya. Karena mereka kurang memiliki kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa ejekan atau cemoohan, persaingan tidak sehat, perebutan barang

BAB I PENDAHULUAN. berupa ejekan atau cemoohan, persaingan tidak sehat, perebutan barang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aksi-aksi kekerasan terhadap orang lain serta perusakan terhadap benda masih merupakan topik yang sering muncul baik di media massa maupun secara langsung kita temui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena di masyarakat khususnya bagi warga yang tinggal di perkotaan, aksiaksi kekerasan baik individual maupun massal mungkin sudah merupakan berita harian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses timbulnya perilaku tersebut ialah ketika seseorang dalam suatu titik. perilaku yang dinamakan perilaku agresif.

BAB I PENDAHULUAN. Proses timbulnya perilaku tersebut ialah ketika seseorang dalam suatu titik. perilaku yang dinamakan perilaku agresif. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku agresif seringkali diperbincangkan oleh masyarakat karena hal tersebut memicu kekhawatiran masyarakat sekitar, terutama di kalangan pelajar SMK. Hal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1. Perilaku Agresif pada Siswa 2.1.1. Pengertian Perilaku Agresif Siswa Sobur (2009) Agresif adalah mengekspresikan pikiran, perasaa dan keyakinan kita dengan cara yang kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan Indonesia saat ini kembali tercoreng dengan adanya tindak kekerasan yang dilakukan oleh para siswanya, khususnya siswa Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Adolescence (remaja) merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia, karena masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghindari perlakuan itu (Krahe, 2005, pp ).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghindari perlakuan itu (Krahe, 2005, pp ). A. Agresivitas 1. Pengertian Agresivitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA Baron dan Richardson (1994, hlm. 7) mereka mengusulkan penggunaan istilah agresi untuk mendeskripsikan segala bentuk perilaku yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada siswa Sekolah Menengah Pertama berusia 12 tahun sampai 15 tahun, mereka membutuhkan bimbingan dan arahan dari pihak keluarga dan sekolah agar mereka dapat

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK KATARSIS TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS PERILAKU AGRESI SISWA KELAS IX DI SMP NEGERI 15 BOGOR

PENGARUH TEKNIK KATARSIS TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS PERILAKU AGRESI SISWA KELAS IX DI SMP NEGERI 15 BOGOR 140 Pengaruh Teknik Katarsis Terhadap Penurunan Intensitas Perilaku Agresi Siswa Kelas IX di SMPN 15 Bogor PENGARUH TEKNIK KATARSIS TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS PERILAKU AGRESI SISWA KELAS IX DI SMP NEGERI

Lebih terperinci

Pengembangan Agresi o Sejak usia prasekolah beberapa anak menunjukkan tingkat abnormalitas yang tinggi terhadap permusuhan atau perlawanan. o Anak mel

Pengembangan Agresi o Sejak usia prasekolah beberapa anak menunjukkan tingkat abnormalitas yang tinggi terhadap permusuhan atau perlawanan. o Anak mel PERKEMBANGAN AGRESI Pengembangan Agresi o Sejak usia prasekolah beberapa anak menunjukkan tingkat abnormalitas yang tinggi terhadap permusuhan atau perlawanan. o Anak melakukan agresi baik secara verbal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kontrol..., Agam, Fakultas Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kontrol..., Agam, Fakultas Psikologi 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, kasus tindak kekerasan semakin marak terjadi. Hal tersebut tidak hanya terjadi di tempat yang rawan kriminalitas saja tetapi juga banyak terjadi di berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya pendidikan yang efektif

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PERILAKU AGRESIF SISWA DI SEKOLAH

STUDI TENTANG PERILAKU AGRESIF SISWA DI SEKOLAH Volume 2 Nomor 1 Januari 2013 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor Halaman 243-249 Info Artikel: Diterima14/02/2013 Direvisi20/01/2013 Dipublikasikan 25/02/2013

Lebih terperinci

Agresivitas. Persahabatan. Kesepian. Penolakan

Agresivitas. Persahabatan. Kesepian. Penolakan HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DENGAN AGRESIVITAS PADA REMAJA MADYA DI SMA X BOGOR LATAR BELAKANG MASALAH Agresivitas Persahabatan Kesepian Penolakan AGRESIVITAS Perilaku merugikan atau menimbulkan korban pihak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Agresi. pemuasan atau tujuan yang dapat ditujukan kepada orang lain atau benda.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Agresi. pemuasan atau tujuan yang dapat ditujukan kepada orang lain atau benda. 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Agresi 1. Pengertian Perilaku Agresi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, agresi adalah perbuatan bermusuhan yang bersifat menyerang secara fisik maupun psikis kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA SKRIPSI Disusun Untuk memenenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Gelar Sarjana S1 Psikologi Oleh: Dony Sinuraya F. 100 030 142 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dalam bentuk pengerusakan terhadap orang atau benda dengan unsur

BAB II LANDASAN TEORI. dalam bentuk pengerusakan terhadap orang atau benda dengan unsur BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perilaku Agresi 2.1.1. DefinisiPerilaku Agresi Menurut Scheneiders (1955) perilaku agresif merupakan luapan emosi sebagai reaksi terhadap kegagalan individu yang ditampilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agresif atau korban dari perilaku agresif orang lain tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. agresif atau korban dari perilaku agresif orang lain tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku agresif kini dilakukan oleh berbagai usia baik itu anak anak, remaja, maupun dewasa, bahkan lansia. Perilaku agresif ini pula dilakukan oleh perseorangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Agresivitas 2.1.1 Pengertian Agresivitas Definisi paling sederhana dari agresivitas adalah perilaku agresi yang dilakukan seseorang untuk melukai orang lain maupun untuk merusak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Siswa. belajarnya (dalam 2014). sebagai suatu pribadi atau individu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Siswa. belajarnya (dalam  2014). sebagai suatu pribadi atau individu. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Siswa 1. Pengertian Siswa Siswa adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar dimana di dalam proses belajar mengajar, siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan berketuhanan. Sebagai makhluk sosial, individu dalam kehidupan sehari-hari melakukan interaksi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) adalah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) adalah merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) adalah merupakan bagian yang terintegrasi dari sistem pertahanan nasional Indonesia. Sejak kelahirannya, TNI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Prososial. prososial merupakan salah satu bentuk perilaku yang muncul dalam kontak sosial,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Prososial. prososial merupakan salah satu bentuk perilaku yang muncul dalam kontak sosial, 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Prososial 1. Pengertian Perilaku Prososial Brigham (dalam Dayakisni, 2009) menerangkan bahwa perilaku prososial merupakan perilaku untuk menyokong kesejahteraan orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak merupakan salah satu periode perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak merupakan salah satu periode perkembangan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa kanak-kanak merupakan salah satu periode perkembangan yang dilalui oleh setiap manusia. Masa kanak-kanak dimulai pada akhir masa bayi (sekitar umur 2 tahun) sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada berbagai kalangan, baik orang dewasa, remaja maupun anak-anak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada berbagai kalangan, baik orang dewasa, remaja maupun anak-anak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan masyarakat di zaman modern terus mengalami peningkatan pada berbagai kalangan, baik orang dewasa, remaja maupun anak-anak. Persaingan yang semakin

Lebih terperinci

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY Pendahuluan Setiap anak memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda-beda. Proses utama perkembangan anak merupakan hal

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN METODE DISIPLIN HUKUMAN FISIK OLEH ORANGTUA DENGAN PERILAKU AGRESIF FISIK PADA ANAK

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN METODE DISIPLIN HUKUMAN FISIK OLEH ORANGTUA DENGAN PERILAKU AGRESIF FISIK PADA ANAK NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN METODE DISIPLIN HUKUMAN FISIK OLEH ORANGTUA DENGAN PERILAKU AGRESIF FISIK PADA ANAK Oleh: NURLELA SUKARTI, Dr. PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluaga mempunyai fungsi tidak hanya terbatas sebagai penerus keturunan

BAB I PENDAHULUAN. Keluaga mempunyai fungsi tidak hanya terbatas sebagai penerus keturunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keluaga mempunyai fungsi tidak hanya terbatas sebagai penerus keturunan saja, dalam bidang pendidikan pun, keluarga merupakan sumber pendidikan utama karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia mencapai 243,8 juta jiwa dan sekitar 33,9 persen diantaranya adalah anakanak usia 0-17 tahun (Badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari hubungan dengan lingkungan sekitarnya. individu dan memungkinkan munculnya agresi.

BAB I PENDAHULUAN. dari hubungan dengan lingkungan sekitarnya. individu dan memungkinkan munculnya agresi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Siswanto (2007) menjelaskan bahwa agresi merupakan salah satu koping tindakan langsung. Koping dalam tindakan langsung merupakan usaha tingkah laku yang dijalankan

Lebih terperinci

LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK HOMEROOM UNTUK PENURUNAN PERILAKU AGRESIF SISWA. Ainun Nafiah Arri Handayani

LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK HOMEROOM UNTUK PENURUNAN PERILAKU AGRESIF SISWA. Ainun Nafiah Arri Handayani LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK HOMEROOM UNTUK PENURUNAN PERILAKU AGRESIF SISWA Ainun Nafiah Arri Handayani Abtrak: Siswa SMP merupakan masa transisi dari anak-anak menuju remaja. Pada masa perkembangan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI AGRESI ANAK YANG TINGGAL DALAM KELUARGA DENGAN KEKERASAN RUMAH TANGGA

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI AGRESI ANAK YANG TINGGAL DALAM KELUARGA DENGAN KEKERASAN RUMAH TANGGA 1 UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS PSIKOLOGI AGRESI ANAK YANG TINGGAL DALAM KELUARGA DENGAN KEKERASAN RUMAH TANGGA Disusun Oleh : Nama : Lili Hartini NPM : 10502140 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Siti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masa awal periode akhir masa remaja (Hurlock, 1999). Buss dan Perry (1992) mendefinisikan perilaku agresif sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. pada masa awal periode akhir masa remaja (Hurlock, 1999). Buss dan Perry (1992) mendefinisikan perilaku agresif sebagai suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa ini juga sering disebut sebagai masa transisi dimana remaja memiliki keinginan

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN A-1 Perilaku Agresif pada Anak A-2 Konformitas terhadap Teman Sebaya A-1 PERILAKU AGRESIF PADA ANAK Kelas / No. : Umur : Tanggal Pengisian : Sekolah : PETUNJUK PENGISIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Remaja dipandang sebagai periode perubahan, baik dalam hal fisik, minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perilaku agresif seringkali menjadi tajuk utama dalam pemberitaan media baik media cetak maupun media elektronik. Dari berbagai pemberitaan tersebut, perilaku

Lebih terperinci

Skala Agresivitas Petunjuk Pengisian Skala

Skala Agresivitas Petunjuk Pengisian Skala Skala Agresivitas Petunjuk Pengisian Skala 1. Tulislah terlebih dahulu identitas diri Anda. 2. Isilah kolom kolom yang tersedia dengan cara memberikan tanda silang ( X ) 3. Pilihan jawaban hendaknya disesuaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar antara 13 sampai 16 tahun atau yang biasa disebut dengan usia belasan yang tidak menyenangkan, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah lakunya dengan situasi orang lain. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan pergaulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media massa, dimana sering terjadi di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan Medan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Kebutuhan tersebut tidak hanya secara fisiologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya yang semuanya menyebabkan tersingkirnya rasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena akhir-akhir ini sangatlah memprihatinkan, karena kecenderungan merosotnya moral bangsa hampir diseluruh dunia. Krisis moral ini dilanjutkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak diberitakan di media cetak atau elektronik tentang perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak diberitakan di media cetak atau elektronik tentang perilaku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak diberitakan di media cetak atau elektronik tentang perilaku agresivitas yang dilakukan oleh remaja. Masa remaja merupakan masa di mana seorang individu

Lebih terperinci

BULLYING. I. Pendahuluan

BULLYING. I. Pendahuluan BULLYING I. Pendahuluan Komitmen pengakuan dan perlindungan terhadap hak atas anak telah dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28B ayat (2) menyatakan bahwa setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian Perkawinan Perkawinan menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 tahun 1974 (UUP) adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Perilaku Agresi sangat

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Perilaku Agresi sangat 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak merupakan harta yang tak ternilai bagi suatu keluarga, dan menjadi aset yang berharga bagi suatu bangsa. Tak dapat dipungkiri bahwa kondisi anak saat ini akan

Lebih terperinci

Agresivitas Mahasiswa Suku Madura, Minang, Gorontalo, dan Jawa Di Malang

Agresivitas Mahasiswa Suku Madura, Minang, Gorontalo, dan Jawa Di Malang Agresivitas Mahasiswa Suku Madura, Minang, Gorontalo, dan Jawa Di Malang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan agresivitas pada mahasiswa suku Madura, Minang, Gorontalo dan Jawa.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah sikap dan tata laku seseorang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam masyarakat, seorang remaja merupakan calon penerus bangsa, yang memiliki potensi besar dengan tingkat produktivitas yang tinggi dalam bidang yang mereka geluti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelamin manuasia mencapai kematangan. Pada masa remaja, perubahan biologis,

BAB I PENDAHULUAN. kelamin manuasia mencapai kematangan. Pada masa remaja, perubahan biologis, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik, yaitu masa alat-alat kelamin manuasia mencapai kematangan. Pada masa remaja, perubahan biologis, psikologis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung maupun tidak langsung seperti pada media massa dan media cetak. Seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung maupun tidak langsung seperti pada media massa dan media cetak. Seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agresivitas bukan merupakan hal yang sulit ditemukan di dalam kehidupan masyarakat. Setiap hari masyarakat disuguhkan tontonan kekerasan, baik secara langsung

Lebih terperinci