BAB I PENDAHULUAN. itu tidak mudah. Seperti yang terjadi di Koperasi Unit Desa SP II Bhakti Jaya.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. itu tidak mudah. Seperti yang terjadi di Koperasi Unit Desa SP II Bhakti Jaya."

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi merupakan suatu lembaga ekonomi yang mempunyai fungsi dalam proses peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tapi untuk mencapai tujuan itu tidak mudah. Seperti yang terjadi di Koperasi Unit Desa SP II Bhakti Jaya. Koperasi Unit Desa (KUD) SP II Bhakti Jaya mulai dioperasionalkan pada awal tahun 1990an. Perjalanan koperasi tersebut tidaklah semulus dan semudah yang dibayangkan. Koperasi ini dimulai dari program pembangunan perkebunan melalui pola PIR-TRANS, yang masuk di Kecamatan Meliau, Kabupaten Sanggau. Koperasi Unit Desa atau KUD ini wajib ada karena sudah diatur dalam program atau kebijakan tersebut. Pola PIR-TRANS ini merupakan pola Perusahaan Inti Rakyat yang pelaksanaan pengembangan perkebunan dengan menggunakan perkebunan besar sebagai inti yang membantu dan membimbing perkebunan rakyat (transmigran) di sekitarnya sebagai plasma 1 dalam suatu sistem kerjasama yang saling menguntungkan, utuh dan kesinambungan. KUD bertindak sebagai lembaga ekonomi desa di wilayah plasma yang merupakan wadah petani peserta/kelompok tani plasma yang berfungsi mengkoordinir pemeliharaan/perawatan, panen, transport dan penjualan hasil produksi. Intinya KUD ini bertujuan untuk mempermudah dan menolong para transmigran yang akan memulai kehidupannya di wilayah yang baru. Kebijakan 1 petani (pekebun) yg menjadi bagian dr sistem usaha pertanian (perkebunan) yg bertugas melakukan proses produksi dan memasok hasil produksinya kpd pabrik (yg bertindak inti), sedang biaya produksi dan fasilitasnya disediakan oleh pabrik. (KBBI Online, 2014)

2 2 dari program PIR-TRANS ini, mengharuskan adanya kerja sama di bidang pengembangan ekonomi antara perusahaan, KUD, dan juga para petani yang tergabung dalam kelompok tani. Sebagai lembaga ekonomi pedesaan, KUD di Bhakti Jaya seharusnya dapat membantu petani dalam segala hal. Baik dari tingkat peningkatan produksi pertanian, pemenuhan kebutuhan alat produksi dan konsumsi serta menyalurkan hasil produksi untuk dijual ke perusahaan. Namun, yang terjadi adalah peranperan tersebut tidak sepenuhnya dijalankan oleh KUD, dan yang terjadi Koperasi hanya berperan membantu para petani dalam menyalurkan hasil panennya saja ke perusahaan. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk mengambil Koperasi Unit Desa di Bhakti Jaya sebagai tema skripsi, selain itu beberapa hal yang menurut saya menarik untuk dibahas, yaitu dinamika yang terjadi di dalam Koperasi Unit Desa, dan KUD menjadi salah satu bagian penting dalam usaha peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat di tingkat pedesaan. Menurut Sumartiningsih (1998:79) KUD sebagai salah satu bentuk dari koperasi tidak dapat terlepas dari tata ekonomi yang diidealkan pada koperasi yaitu sebagai soko guru perekonomian masyarakat. Dalam implementasinya peranan KUD sering harus berbenturan dengan orientasi kebijakan ekonomi pemerintahan khususnya kebijakan di bidang koperasi. Bila kita tengok pasal 33 UUD 1945, pembangunan ekonomi pada dasarnya dilaksanakan demi tercapainya masyarakat yang adil dan makmur. Dalam hal ini, cara pencapaian tujuan bergantung pada tata susunan ekonomi yang dipilih. Khususnya KUD dalam

3 3 konteks keberadaan lembaga ekonomi koperasi, harus diketengahkan dengan perkembangan koperasi yang ada di Indonesia. (ibid) Koperasi di Indonesia pertama kali mulai diperkenalkan oleh R. Aria Wiriatmadja, di Purwokerto Jawa Tengah, pada tahun Ia mendirikan koperasi kredit dengan tujuan membantu rakyat yang terjerat oleh hutang dengan rentenir (Sumartiningsih, 1998:79). Gerakan koperasi juga muncul mengiringi gerakan kebangkitan nasional pada paruh pertama abad ke-20. Menurut Wahyu Sukotjo (dalam Sumartiningsih, 1998:80) Gerakan kebangsaan Boedi Utomo, yaitu dengan mendirikan koperasi konsumen dan koperasi keperluan rumah tangga. Dan Serikat Dagang (1913) yang mengembangkan koperasi produsen dan pengusaha, dan melakukan kerjasama ekonomi dalam toko-toko koperasi. Gerakan koperasi mengalami puncak kemajuannya pada tahun Pada masa kependudukan Jepang ( ), koperasi megalami perubahan. Pemerintah Jepang membubarkan semua koperasi yang berdiri pada saat itu, dan membentuk Kumiai 2 di setiap desa dan rukun tetangga. Semua penduduk menjadi anggota, dan anggota yang tergabung dalam Kumiai wajib untuk mengumpulkan hasil bumi untuk kepentingan pemerintah kependudukan. Untuk daerah perkotaan Kumiai menjadi badan penyalur/pembagi jatah barangbarang konsumsi keperluan sehari-hari yang sangat langka pada waktu itu. Secara operasional Kumiai sebenarnya tidak mencirikan asas-asas koperasi. (ibid, hal.80) 2 Semacam persatuan pekerja atau serikat kerja. ( JEPANG/id40458/)

4 4 Setelah kemerdekaan gerakan koperasi muncul dan pergerakan-pergerakan koperasi di masa kemerdekaan di periode tahun ( ). Koperasi yang berkembang menerapkan asas-asas koperasi yang murni, yakni dari, oleh dan untuk anggota. Asas koperasi tersebut mengadopsi asas koperasi Rochdale 3, di Inggris Pada masa ini tumbuh kelembagaan-kelembagaan perkoperasian, seperti Kongres Koperasi, Dewan Koperasi, dan UU Koperasi yang pertama setelah Indonesia merdeka. Lembaga perkoperasian ini muncul sebagai sarana memajukan perekonomian rakyat. Namun pertumbuhan koperasi masih lamban dan sulit untuk mengakomodasi perekonomian rakyat. (ibid, hal.81) Pada masa demokrasi terpimpin ( ), koperasi masuk dalam bagian dari ekonomi terpimpin yang berlaku waktu itu. Koperasi terpimpin ini berada dalam satu komando, bersamaan dengan itu pengurus koperasi juga diharuskan terdiri dari unsur golongan-golongan politik. Tertuang dalam UU Koperasi No.14 tahun 1965, disebutkan bahwa Koperasi merupakan organisasi ekonomi dan alat revolusi, yang berfungsi sebagai tempat persemaian insan masyarakat serta wahana menuju sosialisme Indonesia berdasarkan Pancasila. Dengan adanya kebijakan dari UU tersebut koperasi Indonesia pada waktu itu kehilangan swadayanya, pemerintah yang terlalu mengatur masalah koperasi semakin membatasi gerak serta pelaksanaan koperasi. (ibid, hal.81) Sejak 1966, tahap perkembangan koperasi disebut masa koperasi demokrasi ekonomi. Undang-undang No.12 tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perkoperasian, 3 Lihat Sumartiningsih, Agnes Reorientasi Pembinaan KUD. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Vol. 2, No. 1, 1-6. UGM : Yogyakarta

5 5 mengembalikan koperasi pada asas-asas semula dan mendapat sumber kekuatan baru dalam bentuk Lembaga Jaminan Kredit Koperasi. Pada bulan April 1971, untuk pertama kalinya berdiri koperasi tingkat desa yang dikenal Badan Usaha Unit Desa (BUUD). Dalam perkembangannya, perekonomian tingkat desa dikembangkan melalui BUUD dan KUD (Koperasi Unit Desa), yang dalam operasionalnya didasarkan pada Instruksi Presiden. Dengan kebijakan tersebut koperasi di tingkat desa mengalami pertumbuhan, didukung dengan program peningkatan produksi pangan, koperasi pedesaan/pertanian telah mendapatkan angin dan maju pesat. (ibid, hal.82) Dengan melihat proses pendirian koperasi, dan KUD sebagai bagian dari Koperasi yang unit kerjanya ada di pedesaan. Koperasi Unit Desa menjadi satusatunya koperasi pada tingkat pedesaan yang secara kuantitatif dapat menarik anggota yang cukup banyak, dan mengakomodasi kebutuhan petani dengan bidang usaha yang meliputi kegiatan perekonomian di pedesaan, diharapkan dapat menunjang perekonomian petani di pedesaan. Sebagai lembaga ekonomi yang memihak lapisan masyarakat yang lemah atau rakyat kecil, tentunya kemudian koperasi ini tidak berorientasi untuk mencari keuntungan atau laba yang sebesar-besarnya. Koperasi berperan melayani kebutuhan bersama dan bertindak sebagai wadah partisipasi pelaku ekonomi kecil. Namun bertolak belakang dengan yang dirasakan dan dialami oleh para petani plasma di Bhakti Jaya. Salah seorang petani menyampaikan bahwa KUD SP II yang sekarang tidak berjalan sebagaimana semestinya. Petani sebenarnya mengharapkan kebutuhan-kebutuhan yang menyokong kegiatan produksinya

6 6 dapat disediakan oleh KUD. Selain itu juga KUD seharusnya memiliki unit usaha ekonomi yang fungsinya untuk menunjang kebutuhan ekonomis petani. Hal tersebut adalah sebagian kecil yang dipermasalahkan petani saat menanggapi persoalan mengenai KUD. Kemudian menjadi masalah paling penting sebenarnya ketika KUD ini tidak menjalankan fungsinya. Koperasi Unit Desa SP II Bhakti Jaya sangat kesulitan untuk mengembangkan unit kerjanya. Ini ditunjukkan dengan peran maupun unit kerja koperasi, yang terlihat minim. KUD yang sekarang hanya dapat memasarkan TBS (Tandan Buah Sawit) ke pabrik atau perusahaan. Petani mengandalkan bantuanbantuan maupun jasa yang disediakan oleh koperasi. Salah satu contohnya, penyediaan kebutuhan alat-alat produksi. Akan tetapi yang paling utama adalah untuk mencapai kesejahteraan anggota koperasi. Petani merasa sangat terbantu jika mereka juga ditunjang dengan adanya sistem bagi hasil atau SHU (Sisa Hasil Usaha). Namun pada kenyataanya tidak ada SHU yang diterima oleh petani. Hal inipun disebabkan karena tidak adanya simpanan pokok maupun simpanan wajib. Lalu bagaimana dengan kebutuhan perawatan pokok 4 sawit, pemeliharaan atau penyuluhan tentang peningkatan produksi sawit, lalu distribusi pupuk terhadap petani? Warga atau petani sendiri tidak dapat menjawab. Kenyataan yang harus dihadapi adalah petani secara mandiri dari kebutuhan perawatan, sampai membeli pupuk, mereka harus berusaha sendiri untuk mendapatkannya. Dan yang disayangkan adalah KUD tidak mampu untuk menunjang kebutuhan dan produktifitas ekonomi petani. 4 Segala tumbuhan yg berbatang keras dan besar; pokok kayu. (KBBI Online, 2014)

7 7 Berangkat dari hal itulah, saya berkeinginan untuk menulis mengenai dinamika, permasalahan, serta perubahan-perubahan yang terjadi di Koperasi Unit Desa, di Desa Bhakti Jaya, Meliau, Sanggau, Kalimantan Barat. B. Rumusan Masalah Mengacu pada latar belakang tersebut, peran-peran koperasi yang saya sebutkan pada kenyataannya telah bergeser. KUD tidak mampu menyokong perekonomian serta kesejahteraan petani. KUD sangat kesulitan untuk mandiri. KUD sulit untuk bergerak secara swadaya untuk mencari pemasukan. Usahausaha lain terlihat nihil, koperasi tidak mampu menyediakan kebutuhankebutuhan untuk para petani. Sehubungan dengan itu penulis kemudian berusaha untuk menjawab: (1) bagaimanakah koperasi ideal yang disebut sebagai soko guru perekonomian masyarakat? (2) seperti apakah praktek dan kinerja koperasi khususnya Koperasi Unit Desa pada kegiatan pertanian khususnya sub sector perkebunan kelapa sawit di Bhakti Jaya? (3) mengapa saat ini KUD di Bhakti Jaya berbeda dan melenceng dengan apa yang diidealkan seperti halnya ide koperasi menurut Bung Hatta dan Prinsip Koperasi Rochdale di Inggris? C. Tinjauan Pustaka Ide dasar ataupun gagasan Koperasi di Indonesia pada dasarnya bertujuan untuk mengatasi masalah perekonomian dan juga permasalahan untuk mengatasi kesenjangan ekonomi, yang khususnya terjadi di pedesaan. Sementara, ekonomi di pedesaan selalu identik dengan masyarakat petani dalam sistem perekonomian agraris. Koperasi bagaimana pun juga adalah salah satu bentuk dari satu lembaga

8 8 yang bergerak di bidang ekonomi, dan secara khusus adalah Koperasi Unit Desa yang beroperasi di wilayah pedesaan. Sebagaimana dijelaskan oleh (Koentjaraningrat, 1974). Lembaga dapat pula diartikan sebagai pranata social. Pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada serangkaian aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus mereka. Koperasi dengan serangkaian aktifitasnya sebagai suatu lembaga ekonomi. Kemudian berkembang menjadi salah satu lembaga perekonomian pedesaan yang paling diandalkan untuk mengatasi permasalahan para pelaku-pelaku ekonomi kecil, seperti petani. Secara formal, pemerintah kemudian menghimpun golongan ekonomi lemah atau kelompok-kelompok bermodal kecil, seperti petani, nelayan, pengrajin, dan sebagainya dalam suatu wadah ekonomi 5 yang disebut koperasi. (Skripsi Harjanto, 1994:4). Pertumbuhan dan perkembangan koperasi di Indonesia dari masa ke masa sampai saat ini, dapat kita cermati dalam pernyataan Pangabean (2002) salah seorang peneliti di Kementerian Koperasi menemukan bahwa pembangunan koperasi di Indonesia yang bersifat Top Down telah mendorong tumbuhnya KUD dan Koperasi yang diprakarsai pemerintah namun keadaan ini tidak membuat koperasi kuat secara jangka panjang, koperasi justru tidak memiliki basis anggota dan partisipasi anggota, koperasi tidak dapat mandiri dan berkembang pada saat program pemerintah habis. 5 Yang dimaksud wadah ekonomi adalah suatu ruang gerak renumeratif, menyediakan kesempatan kerja, mengundang partisipasi dan meningkatkan kesejahteraan bagi sebagian besar anggotanya (Rahardjo, 1981:10).

9 9 Dalam publikasi ilmiah mengenai koperasi, Sumartiningsih (1998:86) mengemukakan bahwa pada pemerintahan orde baru, KUD lebih terlihat sebagai bagian pelaksanaan kebijakan pemerintah. Program-program yang dilaksanakan lebih banyak diwarnai oleh pengejaran target tertentu. Pengembangan KUD ini masih terlalu banyak campur tangan pemerintah didalamnya, karena koperasi dengan pola KUD ini adalah koperasi yang diciptakan oleh pemerintah untuk kepentingan masyarakat desa. Jadi pengembangan koperasi tidak dapat terhindarkan dari pengembangan koperasi yang bersifat top down. Pada akhirnya koperasi tidak dipersilahkan untuk berkembang secara mandiri untuk mendukung stabilitas dan sebagai alat mobilisasi petani. D. Kerangka Pemikiran Pengertian koperasi saat ini dijelaskan Undang-undang no.17 tahun 2012, Pasal 1 Ayat 1. Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip Koperasi. Gagasan yang tertuang dalam undang-undang tersebut kemudian menjadi landasan bagi pemerintah untuk membuat kebijakan atau program-program mengenai perkoperasian, serta dengan tujuan utama yang diambil dari penjabaran yang tertulis dalam UUD 1945, bahwasanya koperasi berkedudukan sebagai

10 10 sokoguru perekonomian nasional, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam sistem perekonomian nasional. Kemudian koperasi dalam usaha peningkatan taraf hidup petani, perlu diinterpretasikan melalui pandangan-pandangan petani terhadap koperasi. Ini didasarkan pada pengetahuannya yang diperoleh dari berbagai pengalaman setelah mengadakan kontak langsung dengan lembaga itu atau dari informasi-informasi yang disampaikan oleh pihak lain. Namun demikian, Koperasi Unit Desa inilah yang saat ini berkembang paling pesat di Indonesia. Sektor kerja KUD yang ada di pedesaan, dan melihat Indonesia sebagai Negara agraris. Petani-petani yang hidup di pedesaan, dan didukung dengan pembangunan ekonomi melalui perkebunan sawit semakin banyak melahirkan KUD-KUD yang baru. Namun, dengan semakin banyaknya KUD yang berkembang biak tidak dapat langsung kita mengambil kesimpulan KUD tersebut telah sukses dalam penyelenggaraan pemerataan ekonomi dalam masyarakat. Terlalu dini untuk melontarkan anggapan tersebut, sementara kita melihat kenyataan masih banyak petani yang belum dapat dikatakan sejahtera. Posisi petani saat ini masih belum dapat dikatakan sejahtera secara keseluruhan. Petani yang tidak mampu bersaing dalam pasar pada akhirnya harus berusaha mencari peluang-peluang alternatif lainnya agar mereka juga mampu bersaing dalam pasar. Petani memberanikan diri untuk mengambil resiko tersebut agar mereka paling tidak dapat mendapatkan hasil dari apa yang telah mereka kerjakan. Menurut Popkin (1979) dalam bukunya The Rational Peasant: The Political Economy of Rural Society in Vietnam bahwa petani adalah orang-orang

11 11 kreatif yang penuh perhitungan rasional bahkan bila kesempatan terbuka maka mereka ingin mendapatkan akses ke pasar. Sehingga dalam hal ini, pada saat petani mengalami kesulitan dalam pasar, mereka mengambil kesempatan yang terbuka agar mereka tetap dapat bertahan dalam pasar. Karena pada prinsipnya para petani adalah manusia yang penuh perhitungan untung rugi bukan hanya manusia yang diikat oleh nilai-nilai moral. Bila mereka bereaksi terhadap faktor-faktor yang menekan mereka maka bukan karena tradisi mereka terancam oleh ekonomi pasar yang kapitalistik namun karena mereka ingin memperoleh kesempatan hidup dalam tatanan ekonomi baru ini. (ibid) Tindakan-tindakan yang diambil oleh petani juga tidak dapat kita pungkiri, dan kita juga harus melihat dari relasi-relasi sosial ekonomi yang terjadi antara petani dan juga KUD. Pada saat KUD tidak dapat berdiri secara mandiri, KUD yang tidak dapat berkembang secara swadaya, pada akhirnya akan mempengaruhi tindakan-tindakan petani. Apalagi jika petani dalam hal ini tidak dapat memperoleh akses dalam pasar. Di saat petani mengalami kesulitan, praktis tidak terlalu banyak yang dapat dilakukan KUD. Sehingga petani dalam hal ini lebih bertindak untuk dapat mempertahankan eksistensi ekonomi individual. Dan menurut Popkin, melihat kembali sistem yang ada dalam ekonomi di pedesaan, relasi antara petani dan Koperasi Unit Desa yang terbentuk bukan sebagai komunitas tetapi sebuah korporasi yang melihat adanya hubungan transaksional yang mengarah pada eksploitasi bukan hubungan paternalistik.

12 12 Petani dan KUD dihadapkan pada hubungan yang lebih transaksional, ide koperasi yang mengandalkan asas kerja sama semakin memudar. Gagasangagasan KUD sebagai lembaga ekonomi pedesaan yang bersifat kegotongroyongan, mulai bertransformasi ke hubungan yang lebih berorientasi bisnis dan transaksional. Dengan demikian pengembangan kegiatan usaha KUD yang bertujuan dan untuk kebutuhan para anggotanya yakni petani, terasa sulit diwujudkan. Namun yang terjadi adalah pengembangan kegiatan usaha KUD lebih mendasarkan pada kebutuhan dan kepentingan atasan (pemerintah) dan Perusahaan atau Kapital. (Sumartiningsih, 1998: 86). E. Metode Penelitian 1. Lokasi Penelitian Pada bulan Juli 2011, saya mengikuti Teknik Penelitan Lapangan (TPL) dan ditempatkan di satu desa yang dinamakan Bhakti Jaya. Tidak jauh dari kecamatan Meliau. Bhakti Jaya merupakan salah satu wilayah perkebunan plasma Trans II PT. BHD, dan KUD SP II Bhakti Jaya yang beroperasi di kebun plasma ini. Peranan KUD sekarang menurut petani hanya beroperasi aktif saat penyaluran TBS ke perusahaan. KUD SP II Bhakti Jaya khususnya merupakan salah satu lembaga ekonomi pedesaan yang saat ini menjadi mitra perusahaan PT. BHD dalam menjalankan kegiatan perkebunan di wilayah plasma khususnya Desa Bhakti Jaya. Sebagai lembaga ekonomi pedesaan, KUD ternyata tidak dapat berkembang, dan belum mampu menjalankan perannya secara masksimal.

13 13 Tahun 2013, pada bulan maret tepatnya saya kembali ke Bhakti Jaya. Praktis tidak ada perubahan yang siginifikan di dalam KUD. Mereka masih beroperasi dan bekerja aktif untuk menyalurkan TBS. Tidak ada unit usaha ekonomi lain yang dikembangkan. Petani semakin mengeluhkan kinerja dari KUD. Selain itu, di tahun ini pun terjadi sesuatu yang membuat petani kelabakan. Pabrik BHD sempat ditutup. Petani semakin kesulitan dan hampir selama tiga bulan bahkan ada yang empat bulan petani plasma wilayah plasma BHD tidak menerima upah atau gaji. 2. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini saya melakukan pengumpulan data secara primer dan sekunder. Pengumpulan data primer ini dilakukan dengan cara melakukan wawancara, dan observasi partisipasi. Dalam penelitian di rentang waktu 2 Juli Juli 2011, dan Maret 2013, saya mengikuti, mengamati, sekaligus mengikuti interaksi informal, seperti pada saat ikut memanen sawit di kapling, pada kesempatan itu, saya juga sedikit melakukan interaksi dengan mengajukan pertanyaan, dan wawancara sambi lalu. Saya juga melakukan wawancara yang sudah direncanakan, dengan mendatangi informan langsung ke rumahnya, atau pada saat rapat KUD, maupun rapat di kantor desa. Wawancara-wawancara tersebut beberapa kali saya merekamnya. Sementara untuk data sekunder saya mengumpulkan data wealth rank, buku-buku catatan dari pengurus KUD, notulen rapat KUD, serta data penghasilan

14 14 TBS petani. Dan untuk mendukung data primer saya mengambil dari artikel jurnal, artikel yang diunduh dari internet, serta ensiklopedi. 3. Analisis Data Untuk menganalisis data saya menggunakan analisis deskriptif. Data yang terkumpulkan dari hasil wawancara dengan informan, dan data-data sekunder yang terkumpulkan kemudian dipilah untuk digunakan secara sesuai agar analisis yang dilakukan lebih tajam dan holistik. Analisis data ini kemudian dilakukan dengan mengacu pada kerangka teori agar didapatkan analisis yang tajam mengenai permasalahan yang dibahas. 4. Sistematika Penulisan Penulisan dalam Bab I menjelaskan mengenai berbagai latar belakang pemilihan tema mengenai Perubahan Sosial Ekonomi Koperasi Unit Desa Trans II Bhakti Jaya. Pada bagian ini akan menguraikan permasalahan-permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian, serta akan menjelaskan mengenai referensi yang berkaitan atau kurang lebih mirip dengan penelitian ini. Kerangka teori menjadi pedoman berpikir untuk lebih mendalama permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini dan berusaha untuk mencapai tujuan atau menjawab dari persoalan masalah penelitian. Kemudian dijelaskan bagaimana metode yang digunakan. Dan bagaimana teknik pengumpulan data sampai tahap analisis dilakukan dalam penelitian ini. Pada Bab selanjutnya dari bab II hingga bab IV akan menjelaskan masingmasing mengenai, perkembangan program perkebunan di Indonesia secara umum,

15 15 dan perkembangan kelapa sawit sampai di Kalimantan Barat, dan sampai di Bhakti Jaya, tidak lupa juga akan dijelaskan bagaimana kondisi social, budaya, serta keadaan ekonomi Desa Bhakti Jaya. Kemudian juga akan dijelaskan bagaimana koperasi tersebut dijalankan dalam konteks ekonomi perkebunan khususnya perkebunan kelapa sawit secara umum. dan lebih kecil lagi Koperasi Unit Desa di Bhakti Jaya. Sebagai pendalaman lebih lanjut kemudian diuraikan bagaimana dinamika serta kondisi yang terjadi antara petani plasma dengan perusahaan, dan juga KUD. Kemudian penjelasan dari mengenai petani plasma dan pandangan mereka terhadap Koperasi, dan bagaimana mereka menyikapi persoalan KUD tersebut. Secara khusus dalam Bab II akan menjelaskan bagaimana program atau kebijakan perkebunan yang berkembang di Indonesia, dan begitu besarnya ekspansi kelapa sawit ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Kemudian juga bagaimana perkembangan program PIR-Trans di Meliau. Pada bab III akan lebih menjelaskan mengenai Koperasi di Indonesia pada umumnya, dan secara khusus akan menjelaskan mengenai kondisi koperasi unit desa Trans II Bhakti Jaya, dinamika yang terjadi di dalamnya. Begitu juga dalam bab IV akan lebih focus pada penjelasan-penjelasan analisis deskriptif, mengenai pandangan petani plasma terhadap KUD, serta perubahan-perubahan yang terjadi dalam KUD. Bab V adalah bagian terakhir dalam penulisan dalam skripsi ini, akan mejelaskan kesimpulan dan juga benang merah dari masing-masing bagian dengan penjabaran yang telah dijelaskan sebelumnya. Dalam bab ini akan diketahui jawaban dari pertanyaan utama yang diajukan dalam penelitian ini.

KOPERASI.

KOPERASI. KOPERASI TUJUAN Mampu mendefinisikan koperasi Mampu menyebutkan peran koperasi PENGERTIAN Koperasi berasal dari bahasa Latin: Cum (dengan) + operasi (bekerja)bekerja dengan orangorang lain. Istilah Ekonomi:

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR MAKALAH LINGKUNGAN BISNIS

TUGAS AKHIR MAKALAH LINGKUNGAN BISNIS TUGAS AKHIR MAKALAH LINGKUNGAN BISNIS Oleh : IBNU SURYO WIBOWO 10.12.4559 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Tugas karya ilmiah ekonomi koperasi ABSTRAK Karya Tulis mengenai Koperasi di Indonesia.. Karya Tulis mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi pancasila. Secara ideologis normatif sumber dari dasar penjabaran

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi pancasila. Secara ideologis normatif sumber dari dasar penjabaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian indonesia disusun berdasarkan falsafah dan ideologi negara, yaitu pancasila. Perekonomian yang disusun berdasarkan pancasila adalah ekonomi pancasila.

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN KREDIT TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL PADA KOPERASI MELALUI PUK (PEREMPUAN USAHA KECIL) DI MASARAN SRAGEN

PENGARUH PEMBERIAN KREDIT TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL PADA KOPERASI MELALUI PUK (PEREMPUAN USAHA KECIL) DI MASARAN SRAGEN PENGARUH PEMBERIAN KREDIT TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL PADA KOPERASI MELALUI PUK (PEREMPUAN USAHA KECIL) DI MASARAN SRAGEN Disusun oleh : TINUK AMBARWATI B 100 050 103 FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

Berdasarkan pengertian tersebut, yang dapat menjadi anggota koperasi yaitu:

Berdasarkan pengertian tersebut, yang dapat menjadi anggota koperasi yaitu: Koperasi Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor tersebut memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari

Lebih terperinci

KOPERASI. Tujuan Pembelajaran

KOPERASI. Tujuan Pembelajaran K-13 Kelas X ekonomi KOPERASI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami tentang konsep dasar koperasi. 2. Memahami perhitungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan dinamika pembangunan, peningkatan kesejahteraan masyarakat telah menumbuhkan aspirasi dan tuntutan baru dari masyarakat untuk mewujudkan kualitas kehidupan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah sebuah negara yang sebagian besar penduduknya

PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah sebuah negara yang sebagian besar penduduknya PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Indonesia adalah sebuah negara yang sebagian besar penduduknya tinggal di daerah perdesaan. Desa adalah unsur terkecil bangsa dan secara umum penduduknya terdiri dari

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia menetap diperkotaan. Jumlah Desa di Indonesia. lebih 375 buah ( Rahardjo Adisasmita, 2006:1 ).

BAB 1. PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia menetap diperkotaan. Jumlah Desa di Indonesia. lebih 375 buah ( Rahardjo Adisasmita, 2006:1 ). BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekitar 65% jumlah penduduk Indonesia hidup di daerah pedesaan, sisanya 35% jumlah penduduk Indonesia menetap diperkotaan. Jumlah Desa di Indonesia mencapai sekitar

Lebih terperinci

Koperasi 1

Koperasi  1 1 Koperasi Outline Materi Materi 1: Fungsi dan Peran Koperasi Secara Umum Materi 2: Landasan Koperasi di Indonesia Materi 3: Fungsi Koperasi di Indonesia Materi 4: Prinsip Koperasi Menurut Rochdale Materi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian, beranggotakan masyarakat yang umumnya berekonomi lemah yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian, beranggotakan masyarakat yang umumnya berekonomi lemah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi adalah suatu badan usaha bersama yang bergerak dalam bidang perekonomian, beranggotakan masyarakat yang umumnya berekonomi lemah yang bergabung secara sukarela

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tedy Bachtiar, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tedy Bachtiar, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 1958 pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan Nasionalisasi perusahaan asing. Salah satunya Pabrik Gula (PG) Karangsuwung yang berubah status menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menghadapi persoalan kurangnya kemakmuran yang hebat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menghadapi persoalan kurangnya kemakmuran yang hebat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia menghadapi persoalan kurangnya kemakmuran yang hebat sekali, yang sebagian besar berakar dari sejarah. Tatkala kedaulatan atas indonesia diserahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk perusahaan yang sesuai dengan sistem perekonomian yang hendak

BAB I PENDAHULUAN. bentuk perusahaan yang sesuai dengan sistem perekonomian yang hendak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi mempunyai kedudukan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Dalam penjelasan pasal 33 UUD 1945, koperasi dinyatakan sebagai bentuk perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum koperasi yang merupakan tata-susunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia seutuhnya. Pembangunan nasional diwujudkan dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia seutuhnya. Pembangunan nasional diwujudkan dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Pembangunan nasional diwujudkan dalam pembangunan di berbagai bidang dengan titik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari segi bahasa, secara umum koperasi berasal dari kata-kata Latin

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari segi bahasa, secara umum koperasi berasal dari kata-kata Latin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dilihat dari segi bahasa, secara umum koperasi berasal dari kata-kata Latin yaitu Cum yang berarti dengan, dan Aperari yang berarti bekerja. Dari dua kata ini, dalam

Lebih terperinci

SKRIPSI WINARSIH B FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SKRIPSI WINARSIH B FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA JUMLAH ANGGOTA DAN JUMLAH PENJUALAN DENGAN PEROLEHAN SISA HASIL USAHA PADA PUSAT KOPERASI WARIS Disusun Oleh : SOFYAN ZAINUDIN SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tangguh, dan mandiri yang berakar dalam masyarakat serta mampu memajukan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. yang tangguh, dan mandiri yang berakar dalam masyarakat serta mampu memajukan ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Koperasi merupakan salah satu wadah kegiatan ekonomi rakyat diarahkan agar makin memiliki kemampuan menjadi badan usaha yang efisien dan menjadi gerakan ekonomi

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi kerakyatan, sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 33 UUD 1945, adalah sebuah sistem perekonomian yang ditujukan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat dalam bidang ekonomi. Sistem

Lebih terperinci

Bandung, 04 Maret Pertemuan ke - 2

Bandung, 04 Maret Pertemuan ke - 2 Pengertian,Asas dan prinsip-prinsip koperasi Bandung, 04 Maret 2010 Pertemuan ke - 2 Tujuan perkuliahan hari ini Setelah perkuliahan pada pertemuan ke 2 ini, mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan kembali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ada tiga sektor kekuatan ekonomi untuk melaksanakan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ada tiga sektor kekuatan ekonomi untuk melaksanakan berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada tiga sektor kekuatan ekonomi untuk melaksanakan berbagai kegiatan dalam tatanan kehidupan perekonomian di Indonesia. Ketiga sektor tersebut yaitu Badan

Lebih terperinci

Pentingnya Koperasi bagi

Pentingnya Koperasi bagi Bab 8 Pentingnya Koperasi bagi Kesejahteraan Masyarakat Tahuka kamu apa koperasi itu? Apa tujuan didirikannya koperasi? Apa alasan dibuatnya koperasi? Koperasi merupakan organisasi dari anggota, oleh anggota

Lebih terperinci

Perekonomian Indonesia

Perekonomian Indonesia Perekonomian Indonesia Modul ke: 06Fakultas Ekonomi & Bisnis Membahas Konsep Sistem Ekonomi dan Implementasi Sistem Ekonomi di Indonesia Abdul Gani,SE MM Program Studi Manajemen Apa Pengertian Sistem?

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Istilah koperasi menurut etimologi berasal dari bahasa Inggris, co yang berarti bersama dan operation yang berarti usaha, koperasi berarti

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN

FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN A. Lembaga dan Peranannya Lembaga: organisasi atau kaidah, baik formal maupun informal, yang mengatur perilaku dan tindakan anggota masyarakat tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan manajemen

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh laba. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan manajemen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian yang semakin maju memicu banyak munculnya perusahaan di Indonesia yang bergerak di bidang dagang, jasa, maupun lainnya yang pada umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak kemerdekaan Negara Indonesia diproklamasikan telah ditetapkan dalam UUD 1945 bahwa perekonomian Indonesia dilaksanakan atas dasar demokrasi ekonomi, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi sebagai soko guru perekonomian nasional mempunyai kedudukan dan peran yang sangat strategis dalam menumbuhkan dan mengembangkan potensi ekonomi rakyat. Koperasi

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PERKOPERASIAN. 1. Pendahaluan

KONSEP DASAR PERKOPERASIAN. 1. Pendahaluan KONSEP DASAR PERKOPERASIAN 1. Pendahaluan Selama ini diketahui bahwa perkembangan Koperasi dan peranannya dalam perekonomian nasional belum memenuhi harapan, khususnya dalam memenuhi harapan sebagai sokoguru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat mengurusi politik yang akhirnya ekonominya sendiri menjadi kacau.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat mengurusi politik yang akhirnya ekonominya sendiri menjadi kacau. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kesenjangan ekonomi antara kaya dan miskin masih terjadi dan pemerataan ekonomi belum sepenuhnya menyentuh sampai ke pelosok desa. Banyaknya masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu tujuan negara Indonesia yang tercantum dalam UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu tujuan negara Indonesia yang tercantum dalam UUD 1945 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan negara Indonesia yang tercantum dalam UUD 1945 adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Pemerintah menguasai dan wajib menggunakan seluruh sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diketahui bahwa sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dilihat dari segi bahasa, secara umum koperasi berasal dari kata-kata latin yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dilihat dari segi bahasa, secara umum koperasi berasal dari kata-kata latin yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Koperasi Dilihat dari segi bahasa, secara umum koperasi berasal dari kata-kata latin yaitu Cum yang berarti dengan, dan Aperari yang berarti bekerja. Dari dua kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keunggulan yang memiliki daya saing, mengembangkan sistem ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. keunggulan yang memiliki daya saing, mengembangkan sistem ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam bidang ekonomi, arah pembangunan ekonomi nasional meliputi hal-hal pokok seperti: mengembangkan perekonomian dengan membangun keunggulan yang memiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2 dikatakan bahwa koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. (imperata cylindrical). Bukit Batu Agung merupakan area perladangan

BAB V PENUTUP. (imperata cylindrical). Bukit Batu Agung merupakan area perladangan BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Bukit Panjang merupakan bagian dari hamparan Bukit Batu Agung yang berada di Nagari Paninggahan dengan kondisi area yang didominasi oleh alangalang (imperata cylindrical). Bukit

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa tidak lepas dari peranan para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa tidak lepas dari peranan para pelaku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa tidak lepas dari peranan para pelaku ekonomi, dimana di Indonesia para pelaku ekonomi tersebut terdiri dari rumah tangga konsumen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan perekonomian yang semakin baik di Indonesia menyebabkan munculnya banyak usaha besar maupun usaha kecil dimana usaha yang didirikan tersebut mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meski belum ada SMP dan SMA tidak mematahkan semangat anak-anak yang

BAB I PENDAHULUAN. meski belum ada SMP dan SMA tidak mematahkan semangat anak-anak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Nek Sawak terdapat satu sekolah dasar bernama SD N 11 Nek Sawak, meski belum ada SMP dan SMA tidak mematahkan semangat anak-anak yang ingin melanjutkan ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi Unit Desa Sawit Jaya (KUD -Sawit Jaya) desa Suka Mulya

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi Unit Desa Sawit Jaya (KUD -Sawit Jaya) desa Suka Mulya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi Unit Desa Sawit Jaya (KUD -Sawit Jaya) desa Suka Mulya kecamatan Bangkinang Seberang kabupaten Kampar yang terdiri dari 12 Unit Usaha Otonom (UUO) dan satu

Lebih terperinci

Kelembagaan Ekonomi di Indonesia (Ekonomi Pancasila, Ekonomi Kerakyatan)

Kelembagaan Ekonomi di Indonesia (Ekonomi Pancasila, Ekonomi Kerakyatan) Kelembagaan Ekonomi di Indonesia (Ekonomi Pancasila, Ekonomi Kerakyatan) Pokok Bahasan: 1. Indonesia Kapitalis atau sosialis? 2. Kelembagaan ekonomi Indonesia( sistem regulasi, konstitusi, institusi) 3.

Lebih terperinci

Kebijakan Pemerataan dan Keadilan Pelaku Ekonomi Dengan Memperkuat Koperasi Sebagai Soko Guru Perekonomian

Kebijakan Pemerataan dan Keadilan Pelaku Ekonomi Dengan Memperkuat Koperasi Sebagai Soko Guru Perekonomian Kebijakan Pemerataan dan Keadilan Pelaku Ekonomi Dengan Memperkuat Koperasi Sebagai Soko Guru Perekonomian Dr. Arif Budimanta Wakil Ketua KEIN Makassar, 14 Juli 2017 Negeri belumlah makmur dan belum menjalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi telah hadir ditengah-tengah masyarakat dengan mengemban

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi telah hadir ditengah-tengah masyarakat dengan mengemban BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Koperasi telah hadir ditengah-tengah masyarakat dengan mengemban tugas dan tujuan untuk mewujudkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PADA KOPERASI SERBA USAHA SUMBER ARTHA DI MASARAN, SRAGEN

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PADA KOPERASI SERBA USAHA SUMBER ARTHA DI MASARAN, SRAGEN ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PADA KOPERASI SERBA USAHA SUMBER ARTHA DI MASARAN, SRAGEN S K R I P S I Diajukan Untuk Melengkapi Tugas -Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat

Lebih terperinci

MATERI SISTEM PEREKONOMIAN DI INDONESIA

MATERI SISTEM PEREKONOMIAN DI INDONESIA MATERI SISTEM PEREKONOMIAN DI INDONESIA A. Definisi Sistem ekonomi adalah cara suatu negara mengatur kehidupan ekonominya dalam rangka mencapai kemakmuran. Pelaksanaan sistem ekonomi suatu negara tercermin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi pertama kali muncul di Eropa pada awal abad ke-19. Ketika itu,

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi pertama kali muncul di Eropa pada awal abad ke-19. Ketika itu, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi pertama kali muncul di Eropa pada awal abad ke-19. Ketika itu, terutama di negara-negara Eropa yang menerapkan sistem perekonomian kapitalis, kaum buruh sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengelolaan sumber daya ekonomi dalam suatu iklim. pengembangan dan pemberdayaan Koperasi yang memiliki peran strategis

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengelolaan sumber daya ekonomi dalam suatu iklim. pengembangan dan pemberdayaan Koperasi yang memiliki peran strategis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas-asas kekeluargaan. Pembangunan perekonomian nasional bertujuan untuk mewujudkan kedaulatan politik

Lebih terperinci

SISTEM EKONOMI INDONESIA BY DIANA MA RIFAH

SISTEM EKONOMI INDONESIA BY DIANA MA RIFAH SISTEM EKONOMI INDONESIA BY DIANA MA RIFAH DEFINISI Sistem ekonomi adalah suatu cara untuk mengatur dan mengorganisasi segala aktivitas ekonomi dalam masyarakat baik yang dilakukan oleh pemerintah atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia usaha khususnya sektor industri yang mana akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia usaha khususnya sektor industri yang mana akan menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perekonomian, suatu Negara yang semakin berkembang dan semakin maju, maka kegiatan ekonomi pada Negara tersebut juga akan semakin meningkat. Dengan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerakyatan yang ada di Indonesia ini memang secara umum sangat cocok

BAB I PENDAHULUAN. kerakyatan yang ada di Indonesia ini memang secara umum sangat cocok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Koperasi sudah dikenal sejak lama oleh masyarakat Indonesia. Badan usaha yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan atas asas kekeluargaan ini juga telah cukup banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan ekonomi merupakan masalah krusial bagi semua negara, setiap negara akan berusaha demi terciptanya pembangunan ekonomi yang maju dan berhasil. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Berdiri KUD Marga Bhakti

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Berdiri KUD Marga Bhakti 13 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Berdiri KUD Marga Bhakti Dalam rangka meningkatkan produksi dan kehidupan rakyat didaerah pedesaan, pemerintah menganjurkan pembentukan Koperasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak terbatas terhadap sumber-sumber ekonomi yang terbatas dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. tidak terbatas terhadap sumber-sumber ekonomi yang terbatas dalam memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Manusia sebagai makhluk individu dan sosial memiliki kebutuhan yang tidak terbatas terhadap sumber-sumber ekonomi yang terbatas dalam memenuhi kebutuhannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana pembangunan dibidang pertanian menjadi prioritas utama karena Indonesia merupakan salah satu negara yang memberikan komitmen

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dengan harga murah (tidak bermaksud mencari untung) 1.

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dengan harga murah (tidak bermaksud mencari untung) 1. BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian dan Dasar Hukum Koperasi Simpan Pinjam 1. Pengertian Koperasi, Simpanan dan Pinjaman Dalam kamus besar bahasa indonesia Koperasi adalah perserikatan yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diperoleh dari simpanan pokok dan simpanan wajib para anggota koperasi. Kemudian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diperoleh dari simpanan pokok dan simpanan wajib para anggota koperasi. Kemudian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi Simpan Pinjam Koperasi Simpan Pinjam (KOSIPA) adalah sebuah koperasi yang modalnya diperoleh dari simpanan pokok dan simpanan wajib para anggota koperasi. Kemudian

Lebih terperinci

KORPORASI USAHA PERDESAAN SALAH SATU ALTERNATIF PENGEMBANGAN EKONOMI DESA SESUAI NAFAS PANCASILA

KORPORASI USAHA PERDESAAN SALAH SATU ALTERNATIF PENGEMBANGAN EKONOMI DESA SESUAI NAFAS PANCASILA KORPORASI USAHA PERDESAAN SALAH SATU ALTERNATIF PENGEMBANGAN EKONOMI DESA SESUAI NAFAS PANCASILA Ascosenda Ika Rizqi Dosen, Universitas Merdeka Pasuruan, Jl. H. Juanda 68, Kota Pasuruan Abstrak Desa merupakan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Koperasi Unit Desa (KUD) Anugerah

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Koperasi Unit Desa (KUD) Anugerah BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Koperasi Unit Desa (KUD) Anugerah Koperasi Unit Desa (KUD) Anugerah yang terletak di Kecamatan Bagan Sinembah Kabupaten Rokan Hilir yang dibentuk pada

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.212, 2012 PEMBANGUNAN. EKONOMI. Warga Negara. Kesejahteraan. Koperasi. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5355) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

Dosen Fakultas Hukum USI

Dosen Fakultas Hukum USI Koperasi Sebagai Suatu Badan Hukum Dan Syarat Pendiriannya Bunga Intan Sinaga Dosen Fakultas Hukum USI Abstrak Sesuai dengan Pasal 1 ayat 3 UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pelaksanaan pembangunan Nasional di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pelaksanaan pembangunan Nasional di bidang ekonomi BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam rangka pelaksanaan pembangunan Nasional di bidang ekonomi masyarakat diarahkan untuk dapat menumbuhkan peranan dan tanggung jawab untuk berperan serta secara

Lebih terperinci

Koperasi. By :

Koperasi. By : Koperasi By : dhoni.yusra@indonusa.ac.id Dasar Hukum Landasan Yuridis ada Pasal 33 Ayat 1 UUD 1945 : Perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas asas kekeluargaan. Pengaturan pertama diatur dalam UU

Lebih terperinci

I. PEDAHULUAN. di Indonesia adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan

I. PEDAHULUAN. di Indonesia adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan I. PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan Koperasi dewasa ini telah diterima secara terbuka oleh negara berkembang maupun negara maju, yang diharapkan dapat menata perekonomian negara tersebut (Ambarwati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi berasal dari kata ko yang berarti bersama dan operasi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi berasal dari kata ko yang berarti bersama dan operasi memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Koperasi berasal dari kata ko yang berarti bersama dan operasi memiliki pengertian bekerja, sehingga secara harfiah koperasi bermakna sama-sama bekerja. Perkumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan tersebut terdapat suatu tujuan yang sama yakni mengharapkan

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan tersebut terdapat suatu tujuan yang sama yakni mengharapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pelaksanaan tugas dan pekerjaan merupakan suatu kewajiban bagi para anggota di dalam suatu organisasi, baik dalam organisasi pemerintahan maupun organisasi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan perekonomian nasional bertujuan

Lebih terperinci

Dalam UU No. 17 Tahun 2012 Pasal 1 Ayat 1disebutkan

Dalam UU No. 17 Tahun 2012 Pasal 1 Ayat 1disebutkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Koperasi berasal dari perkataan co dan operation, yang mengandung arti bekerja sama untuk mencapai tujuan. Koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan

Lebih terperinci

BAGAIMANA MENGELOLA KOPERASI YANG PRODUKTIF?

BAGAIMANA MENGELOLA KOPERASI YANG PRODUKTIF? BAGAIMANA MENGELOLA KOPERASI YANG PRODUKTIF? Sebagai suatu sub sistem sosial dari perekonomian Indonesia, dan sebagai lembaga yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan para anggotanya, Koperasi memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kita mengamati banyaknya perubahan yang cepat dan melanda

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kita mengamati banyaknya perubahan yang cepat dan melanda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini kita mengamati banyaknya perubahan yang cepat dan melanda seluruh dunia dalam pola interaksi hubungan ekonomi dan perdagangan antar negara. Terjadinya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Koperasi merupakan salah satu pilar pembangunan ekonomi Indonesia yang berperan dalam pengembangan sektor pertanian. Koperasi sebagai sokoguru perekonomian nasional mempunyai

Lebih terperinci

X. KESIMPULAN DAN SARAN

X. KESIMPULAN DAN SARAN 254 X. KESIMPULAN DAN SARAN 10. 1. Kesimpulan 1. Struktur kemitraan dalam pola perusahaan inti rakyat (pola PIR) dan perilaku peserta PIR kelapa sawit di Sumatera Selatan (inti, petani plasma dan koperasi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya pemberdayaan ekonomi rakyat adalah koperasi. Hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. upaya pemberdayaan ekonomi rakyat adalah koperasi. Hal ini dikarenakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu lembaga yang sesuai dengan pembangunan masyarakat dalam upaya pemberdayaan ekonomi rakyat adalah koperasi. Hal ini dikarenakan koperasi memiliki

Lebih terperinci

Yang menentukan bentuk sistem ekonomi kecuali dasar falsafah negara dijunjung tinggi maka yang dijadikan kriteria adalah lembaga-lembaga khususnya

Yang menentukan bentuk sistem ekonomi kecuali dasar falsafah negara dijunjung tinggi maka yang dijadikan kriteria adalah lembaga-lembaga khususnya Yang menentukan bentuk sistem ekonomi kecuali dasar falsafah negara dijunjung tinggi maka yang dijadikan kriteria adalah lembaga-lembaga khususnya lembaga ekonomi yang menjadi perwujudan atau realisasi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PERKOPERASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan perekonomian nasional bertujuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Koperasi Unit Desa (KUD) adalah suatu Koperasi serba usaha yang

TINJAUAN PUSTAKA. Koperasi Unit Desa (KUD) adalah suatu Koperasi serba usaha yang TINJAUAN PUSTAKA Koperasi Unit Desa (KUD) Koperasi Unit Desa (KUD) adalah suatu Koperasi serba usaha yang beranggotakan penduduk desa dan berlokasi didaerah pedesaan, daerah kerjanya biasanya mencangkup

Lebih terperinci

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM 48 6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1. Kebijakan di dalam pengembangan UKM Hasil analisis SWOT dan AHP di dalam penelitian ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah mempunyai peranan yang paling utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan suatu bidang kegiatan manusia dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan suatu bidang kegiatan manusia dalam rangka 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian merupakan suatu bidang kegiatan manusia dalam rangka mencukupi kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari, disamping alat pemuas kebutuhan (Pramono dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian integral tata perekonomian nasional. Oleh karena itu, koperasi diperankan

BAB I PENDAHULUAN. bagian integral tata perekonomian nasional. Oleh karena itu, koperasi diperankan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi berkedudukan sebagai pilar perekonomian nasional dan sebagai bagian integral tata perekonomian nasional. Oleh karena itu, koperasi diperankan dan difungsikan

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari persaingan usaha yang tidak sehat. Kriteria UKM menurut UU No. 9

BAB I PENDAHULUAN. dari persaingan usaha yang tidak sehat. Kriteria UKM menurut UU No. 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UKM (Usaha Kecil Menengah) merupakan kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA (2 SKS) POKOK BAHASAN 1 SISTEM-SISTEM EKONOMI

MODUL PEMBELAJARAN MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA (2 SKS) POKOK BAHASAN 1 SISTEM-SISTEM EKONOMI MODUL PEMBELAJARAN MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA (2 SKS) POKOK BAHASAN 1 SISTEM-SISTEM EKONOMI copyright 2016 Program Studi Akuntansi Universitas Pamulang, Tangerang Selatan. e-mail: dosen01066@unpam.ac.id

Lebih terperinci

Perkembangan ekonomi di Indonesia merupakan sektor yang penting. dibedakan menjadi tiga sektor yaitu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), swasta,

Perkembangan ekonomi di Indonesia merupakan sektor yang penting. dibedakan menjadi tiga sektor yaitu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), swasta, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi di Indonesia merupakan sektor yang penting sebagai fokus pemerintah dalam membuat kebijakan untuk mencapai kesejahteraan seluruh warga negara.

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN KOPERASI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 1992

BAB II PENGATURAN KOPERASI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 1992 BAB II PENGATURAN KOPERASI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 1992 A. Fungsi, Peran dan Prinsip Koperasi Bab II, Bagian Kedua, Pasal 3 UU Perkoperasian, tertuang tujuan koperasi Indonesia sebagai

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1987 TENTANG KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1987 TENTANG KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1987 TENTANG KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam usaha untuk lebih meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mempercepat peningkatan perkembangan desa (swadaya dan desa

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mempercepat peningkatan perkembangan desa (swadaya dan desa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Nasional yang merupakan konsepsi pembangunan di atas GBHN telah menggariskan bahwa "pembangunan desa dan masyarakat desa diarahkan untuk mendorong tumbuhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ekonomi kerakyatan adalah demokrasi ekonomi yang dikembangkan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 khususnya Pasal 33 beserta penjelasannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asas demokrasi ekonomi. Jelas hal ini ditegaskan dalam Pasal 33 ayat (1)

BAB I PENDAHULUAN. asas demokrasi ekonomi. Jelas hal ini ditegaskan dalam Pasal 33 ayat (1) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia konstitusi negara memberikan landasan bagi penyusunan dan pengelolaan ekonomi nasional dalam rangka memberikan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan wilayah di berbagai daerah melalui. melalui program revitalisasi perkebunan mendorong para pengusaha/ pekebun untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan wilayah di berbagai daerah melalui. melalui program revitalisasi perkebunan mendorong para pengusaha/ pekebun untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kelapa sawit merupakan komoditi pertanian strategi yang menjadi salah satu pilar bagi perekonomian Indonesia.Komoditi ini memberikan sumber pendapatan yang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi Pancasila. Secara ideologis nonmatif sumber dari dasar penjabaran

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi Pancasila. Secara ideologis nonmatif sumber dari dasar penjabaran 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia disusun berdasarkan falsafah dan ideologi negara, yaitu pancasila. Perekonomian yang disusun berdasarkan pancasila adalah Ekonomi Pancasila.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini bank memiliki peranan yang strategis dalam menunjang roda perekonomian. Bank sebagai lembaga keuangan, merupakan wadah yang menghimpun dana dari

Lebih terperinci

1. Pernyataan berikut ini adalah perbedaan perusahaan dengan badan usaha ialah... A. Kegiatan utama dari badan usaha adalah mengahasilkan barang dan

1. Pernyataan berikut ini adalah perbedaan perusahaan dengan badan usaha ialah... A. Kegiatan utama dari badan usaha adalah mengahasilkan barang dan 1. Pernyataan berikut ini adalah perbedaan perusahaan dengan badan usaha ialah... A. Kegiatan utama dari badan usaha adalah mengahasilkan barang dan jasa B. Kegiatan utama dari badan usaha memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

ABSTRAK. keberhasilan koperasi, jumlah anggota, modal, kualitas SDM, partisipasi anggota

ABSTRAK. keberhasilan koperasi, jumlah anggota, modal, kualitas SDM, partisipasi anggota Judul : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Koperasi Wanita di Kecamatan Gianyar Nama : A A Istri Agung Ratih Kirana NIM : 1306105139 ABSTRAK Koperasi Wanita didirikan dalam rangka pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. peranan penting pada setiap instansi pemerintah dan juga badan-badan swasta, sebagaimana

PENDAHULUAN. peranan penting pada setiap instansi pemerintah dan juga badan-badan swasta, sebagaimana PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era globalisasi ini, maka tata kerja, prosedur kerja, dan sistem kerja memegang peranan penting pada setiap instansi pemerintah dan juga badan-badan swasta, sebagaimana

Lebih terperinci

Mohammad Hatta: Koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong-menolong

Mohammad Hatta: Koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong-menolong Istilah Koperasi Kata koperasi berasal dari Bahasa Inggris: co-operation yang artinya usaha bersama. Usaha Bersama Vs Usaha Sendiri Dalam Usaha Bersama, butuh kerjasama atau Bekerjasama Ide Dasar - Kesempatan

Lebih terperinci