Selama ini kajian kajian tentang belajar kurang memperhatikan peran dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Selama ini kajian kajian tentang belajar kurang memperhatikan peran dan"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Emosi Selama ini kajian kajian tentang belajar kurang memperhatikan peran dan pengaruh emosi pada proses dan hasil belajar yang dicapai seseorang. Tetapi sejak orang mulai memperhatikan peran besar otak dalam segala bentuk prilaku manusia, maka emosi mulai jadi perhatian, termasuk peranannya dalam meningkatkan hasil belajar. Emosi tidak lagi dipandang sebagai penghambat dalam kehidupan sebagaimana pandangan konvensional, melainkan sebagai sumber kecerdasan, kepekaan, peran menghidupkan perkembangan dan penalaran yang baik. Bahkan saat ini disadari bahwa untuk mencapai keberhasilan belajar, maka proses belajar yang terjadi haruslah menyenangkan. Defenisi emosi dirumuskan secara bervariasi oleh para psikolog, dengan orientasi teoritis yang berbeda beda(khodijah,2014). Emosional adalah suatu reasi kompleks yang melibatkan kegiatan dan perubahan yang mendalam serta diiringi degan perasaan yang kuat. Emosi juga kadang kadang di bangkitkan oleh motivasi, sehingga antara emosi dan motivasi terjadi hubungan interaktif. Pengalaman menunjukkan bahwa apabila kita termotivasi, maka kita akan terstimulasi secara emosional(khodijah,2014). Suatu keinginan besar untuk melarikan diri selalu disertai dengan rasa ketakutan, suatu gerakan untuk menyerang dan menghancurkan, selalu disertai dengan kemarahan. Emosi sering kali disamakan dengan dengan perasaan, namun keduanya dapat dibedakan. Emosi bersifat lebih intens dibandingkan dengan perasaan, sehingga perubahan jasmaniah yang ditimbulkan oleh emosi lebih jelas di bandingkan dengan perasaan. Aspek aspek emosi mencakup : a) Perasaan subjectif, b) Dasar fisiologis perasaan emosional, c) Pengaruh emosi terhadap persepsi,

2 berfikir, dan prilaku, d) Kelengkapan motivasional tertentu, dan e) Cara emosi ditunjukkan dalam bahasa, ekspresi wajah, dan gesture(khodijah,2014). 1. Fungsi Emosi Bagi manusia, emosi tidak hanya berfungsi untuk survival, atau sekedar untuk mempertahankan hidup, seperti pada hewan. Akan tetapi, emosi juga berfungsi sebagai energizer atau pembangkit energi yang memberikan kegairahan dalam kehidupan manusia. Selain itu, emosi juga merupakan messenger atau pembawa pesan. Sebagai sarana untuk mempertahankan hidup, emosi memberikan kekuatan pada manusia untuk membela dan mempertahankan diri terhadap adanya gangguan atau rintangan, adanya perasaan cinta, sayang, cemburu, marah, atau benci, membuat manusia dapat menikmati hidup dalam kebersamaan dengan manusia lain. Sebagai pembangkit energi, emosi positif seperi cinta dan sayang memberikan pada kita semangat dalam bekerja, bahkan juga semangat untuk hidup. Sebaliknya emosi negative, seperti sedih dan benci, membuat kita merasakan hari hari yang suram dan nyaris tidak ada gairah untuk hidup(khodijah,2014). Sebagai pembawa pesan, emosi memberitahu kita bagaimana keadaan orang orang yang berada di sekitar kita, terutama orang orang yang kita cintai dan sayangi, sehingga kita dapat memahami dan melakukan sesuatu yang tepat dengan kondisi tersebut(khodijah,2014). 2. Jenis dan Pengelompokan Emosi Secara garis besar emosi manusia dibedakan dalam dua bagian, yaitu emosi yang menyenangkan atau emosi positif, dan emosi yang tidak menyenangkan atau emosi negative. Emosi yang menyenagkan adalah emosi yang menimbulkan perasaan positif pada orang yang mengalaminya, di antaranya adalah cinta, sayang,

3 senang, gembira, kagum, dan sebagainya, sedang emosi yang tidak menyenangkan adalah emosi yang menimbulkan persaan negatif pada orang yang mengalaminya, di antaranya adalah sedih, marah, benci, takut, dan sebagainya. Mengingat banyaknya jenis emosi tersebut para ahli tidak memiliki kesamaan pendapat tentang pengelompokan emosi. Akan tetapi, ekspresi wajah tertentu untuk keempat emosi (takut, marah, sedih, dan senang) di kenali oleh bangsa bangsa di seluruh dunia. Ini menunjukkan bahwa keempat emosi tersebut adalah emosi inti atau emosi dasar pada manusia. Manusia mempunyai tiga jenis emosi dasar yang telah dibawa sejak lahir dan akan berkembang sesuai dengan pengaruh lingkungan, yaitu emosi takut, marah dan cinta(khodijah,2014). 3. Teori Teori Emosi Ada tiga teori emosi, yaitu : teori sentral, teori berfikir, dan teori kepribadian. a. Teori sentral Menurut teori ini, gejala kejasmanian merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu. Jadi individu mengalami emosi terlebih dahulu baru kemudian mengalami perubahan perubahan dalam kejasmaniannya. Menurut teori ini, orang menangis karena merasa sedih. Teori atau pendapat ini di kenal dengan teori sentral(khodijah,2014). b. Teori periferal Menurut teori ini orang tidak menangis karena susah, tapi sebaliknya ia susah karena menangis. Dengan demikian, emosi adalah hasil persepsi seseorang terhadap perubahan perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respon terhadap stimulus stimulus yang datang dari luar. Teori ini lebih menitik beratkan pada hal hal yang bersifat perifer dari pada yang bersifat sentral(khodijah,2014). c. Teori Kepribadian

4 Menurut teori ini, emosi merupakan suatu aktivitas pribadi, dimana pribadi ini tidak dapat di pisah pisahkan dalam jasmani dan psikis sebagai dua substansi yag terpisah. Karena itu maka emosi meliput pula perubahan perubahan kejasmanian(khodijah,2014). 4. Fisiologi Emosi Ada dua respon tubuh yang terjadi ketika seseorang emosi. Pola respon pertama adalah Emergency, atau yang di kenal dengan respons Flight or - flight. Respons ini terjadi bila kondisi emosi aktif atau bangkit. Misalnya ketika kita marah atau takut, terjadi peningkatan aktivitas aktivitas dalam system perifer saraf simpatetik; aktivitas ini menimbulkan perubahan perubahan tubuh sepert : peningkatan tekanan jantung, pembuluh darah dalam otot membesar sehingga tubuh siap beraksi, gula darah di mobilisasi dalam liver, hormon epineprin dan norepinephrin di lepaskan dari kelenjar adrenalin, pupil mata membesar, dan pembuluh darah perifer kulit tertarik, sehingga mengurangi kemungkinan pendarahan dan meningkatkan persediaan darah ke otot(khodijah,2014). Sebagai akibatnya, tegangan otot dan pernapasan menjadi meningkat. Bentuk respon tubuh yang kedua adalah respon relaksasi (relaxation respon) yang timbul bila kondisi emosi kita dalam keadaan tenang atau meditatif. Pola respon tubuh selama kondisi relaksasi meliputi penurunan aktivitas dalam system saraf simpatetik maupun somatik, akan tetapi system saraf simpatetik justru meningkat. Hal tersebut selanjutnya menyebabkan reaksi tubuh lainnya yang berlawanan dengan kondisi emosi aktif atau bangkit(khodijah,2014). 5. Pengaruh Emosi pada Belajar Emosi berpengaruh besar pada kualitas dan kuantitas belajar. Emosi yang positif dapat mempercepat proses belajar dan mencapai hasil belajar yang lebih baik,

5 sebaliknya emosi yang negatif dapat memperlambat belajar atau bahkan menghentikannya sama sekali. Penjelasan tentang hal ini dapat diambil dari teori modern tentang struktur dan cara kerja otak. Otak manusia terdiri dari tiga bagian dan pemanfaatan seluruh bagian otak dapat membuat belajar lebih cepat, lebih menarik, dan lebih efektif. Dari ketiga bagian otak tersebut, bagian otak yang memainkan peran dalam belajar adalah neorokorteks, sedang yang memainkan peran besar dalam emosi adalah system limbic(khodijah,2014). Jika siswa mengalami emosi positif, maka sel sel saraf akan mengirim impuls impuls positif ke neurokorteks dan proses belajar pun dapat terjadi. Sebaliknya, jika siswa mengalami emosi negatif, maka tertutup kemungkinan untuk timbulnya impuls impuls yang mendorong belajar, tetapi yang terjadi adalah meningkatnya fungsi mempertahankan diri terhadap emosi yang tidak menyenangkan. akibatnya, proses belajar menjadi lamban atau bahkan terhenti. Karena itu, pembelajaran yang berhasil haruslah di mulai dengan menciptakan emosi positif, pada diri pelajar. Jika siswa mengalami emosi positif, mereka dapat menggunakan neurokorteks untuk tugas tugas belajar(khodijah,2014). Untuk menciptakan emosi positif pada diri siswa dapat di lakukan dengan berbagai cara, di antaranya adalah dengan menciptakan lingkungan lingkungan belajar yang menyenangkan. Lingkungan yang di maksud disini mencakup linkungan fisik dan lingkungan psikologis mencakup penggunaan music untuk meningkatkan hasil belajar. Penataan ruang kelas, seperti penataan tempat duduk, pajangan dan penyediaan wewangian, memainkan peranan penting dalam menciptakan emosi positif dalam belajar. Kegembiraan belajar sering kali merupakan penentu utama kualitas dan kuantitas belajar yang dapat terjadi. Kegembiraan berarti bangkitnya

6 minat, adanya keterlibatan penuh dan terciptanya makna, pemahaman, dan nilai yang membahagiakan pada pelajar(khodijah,2014). Emosi di bedakan sebagai berikut: 1) Respons Yang Cepat Tetapi Ceroboh. Pikiran emosional jauh lebih cepat dari pikiran rasional, mengesampingkan pemikiran hati hati, tanpa analisis. Analisis merupakan ciri khas akal yang berpikir. Tindakan yang muncul dari pikiran emosional akan membawa kepastian yang sangat kuat, 2) Perasaan dan pikiran yang rasional membutuhkan waktu sedikit lebih lama untuk menanggapi di bandingkan waktu yang dibutuhkan pikiran emosional. Dorongan pertama yang muncul adalah situasi emosional yaitu: dorongan hati. Reaksi emosional yang kedua yaitu lebih lambat dari respons sebab di goda dan di olah terlebih dahulu dalam pikiran sebelum sampai pada perasaan, 3) Realisasi simbolik logika pikiran emosional bersifat asosiatif artinya bahwa unsur yang melambangkan suatu realitas, atau memicu kenangan terhadap realitas itu, merupakan hal yang sama dengan realitas tersebut(khodijah,2014). B. Defenisi kecerdasan(intelligences) Tiap kecerdasan harus memiliki feature yang berkembang, dapat di observasi di populasi special, menyediakan bukti berupa sosialisai di otak dan mendukung system notasi. Intelligence dapat di defenisikan sebagai: 1) Kemampuan memecahkan masalah yang dialaminya pada kehidupan nyata. 2) Kemampuan mengembangkan masalah baru untuk di pecahkan. 3) Kemampuan membuat suatu atau menawarkan suatu layanan yang di hargai dalam budayanya. Intelligences adalah macam macam bahasa yang semua orang menggunakannya dan di pengaruhi sebagian oleh budaya tempat orang di lahirkan. Bahasa itu adalah akal untuk belajar, untuk memecahkan masalah dan membuat apa yang manusia bisa menggunakannya(sumadiredja, 2014).

7 Beberapa factor yang mempengaruhi kemampuan intelektual individu yaitu: 1) Keturunan, 2) latar belakang sosial ekonomi, 3) lingkungan hidup. Lingkungan yang kurang baik akan menghasilkan kemampuan intelektual yang kurang baik pula. Lingkungan yang di nilai paling buruk bagi perkembangan kemampuan inteligensi adalah panti panti asuhan serta intitusi lainnya, terutama bila anak di tempatkan disana sejak awal kehidupannya, 4) Kondisi fisik. Keadaan gizi yang kurang baik, kesehatan yang buruk, perkembangan fisik yang lambat, menyebabkan tingkat kemampuan mental yang rendah, 5) Iklim emosi. Iklim emosi dimana individu dibesarkan mempengaruhi perkembangan mental individu yang bersangkutan(slameto,2003). 1. Faktor Faktor yang mempengaruhi kemampuan intelektual Terdapat banyak factor yang mempengaruhi kemampuan intelektual seseorang, meliputi aspek aspek fisik, emosional latar belakang sosial, ekonomi, keturunan, dan lingkungan. Berikut yang mempengaruhi kemampuan intelektual berfungsi secara optimal: a. Factor fisik. a) Kesehatan umum. Siswa siswa kurang tampak responsif, kurang memperhatikan atau tampak tidak memiliki motivasi untuk belajar, kemungkinan besar disebabkan karena kondisi kesehatan mereka yang kurang baik. Pengajar hendaknya memperhatikan adanya gejala gejala ini yang mungkin membutuhkan pengobatan; b) Kelemahan kelemahan sensorik. sering kali di nilai dengan slow learner, atau menunjukkan masalah masalah tingkah laku, seringkali disebabkan karena kerusakan, cacat visual atau pendengaran yang tidak diketahui. Mereka tidak mampu melihat atau mendengar sebaik mahasiswa lainnya. Gejala gejala yang biasanya terlihat

8 antara lain membaca buku terlalu dekat dengan mata, bersandar kemuka atau memiringkan kepala untuk melihat papan tulis atau sesuatu yang sedang di perlihatkan pengajar, mata selalu merah, berair. Menunjukkan sedikit atau tidak ada minat di dalam kelompok kelompok diskusi dan jarang berpartisipasi di dalam kelompok diskusi; c) Hiperkinetik dan Hipokinetik. Hiperkinetik merupakan pengertian yang menyangkut tingkah laku individu yang sulit diam di tempat. Ia selalu meninggalkan bangku, memegang megang sesuatu, berputar putar. Hipokinetik merupakan pengertian yang berhubungan dengan tingkah laku yang lambat, apatis, malu, takut menjamukan(slameto,2003). b. Factor emosional. Secara fisik umumnya berada dalam kondisi sehat. Mereka bebas dari gangguan gangguan atau kerusakan sensorik yang serius. Masalah kesehatan mental sering kali dianggap salah satu factor utama yang tidak hanya merintangi belajar, tetapi juga motivasi untuk mencapai prestasi sebaik mungkin. Bila kata mental menunjuk pada proses proses kognitif atau intelektual, kesehatan mental lebih menunjuk pada aspek penyesuaian diri serta aspek kehidupan sosial dari orang yang bersangkutan. Seseorang yang secara mental sehat biasanya adalah yang memiliki konsep diri positif dan yang merasa bahwa dirinya berharga. Ia merasa kebutuhan kebutuhan dirinya cukup terpenuhi, seperti kebutuhan akan rasa aman, cinta, harga diri. Ia merasa bebas dari perasaan perasaan frustasi, cemas, tegang, konflik, rendah diri, salah dan lain lain(slameto,2003). c. Factor motivasi. Seringkali siswa yang tergolong cerdas tampak bodoh karena tidak memiliki motivasi untuk mencapai prestasi sebaik mungkin. Misalnya karena kebutuhan untuk berprestasi pada diri sendiri kurang atau mungkin tidak

9 ada. Ada tidaknya motivasi untuk berprestasi cukup mempengaruhi kemampuan intelektual agar dapat berfungsi secara optimal(slameto,2003). C. Defenisi Kecerdasan Emosi (Emotional Intelligences) Emosional Intelligence adalah kemampuan merasakan, memahami dan menerapkan secara efektif daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi(depdiknas,2007). Kecerdasan Emosional(Emotional Intelligence) mencakup lima wilayah berikut : i) Kesadaran diri (Self Awareness) mengetahui emosi diri, mengenal perasaannya seperti halnya terjadi, mampu membedakan perasaan perasaan; ii) Manajemen suasana hati (Mood Manajemen), menguasai perasaan sehingga suasana menjadi cocok untuk bereaksi dalam cara yang cocok pula; iii) Memotivasi diri(self Motivation), kemampuan mengelompokkan perasaan dan mengarahkan diri kepada suatu tujuan, bukannya ragu ragu, cuek, impulsive; iv) Empati, mengenal perasaan orang lain, memahami isyarat verbal, non verbal yang di lakukan orang lain; v) Mengelola hubungan (Managing Relationships), kemampuan untuk memelihara hubungan dengan orang lain, resolusi konflik, negosiasi, kekompakan kelompok(sumadiredja, 2014). Sumadiredja(2014) dalam menyatakan bahwa kecerdasaan umum (inteligensi) semata-mata hanya dapat memprediksi kesuksesan hidup seseorang sebanyak 20% saja, sedang 80% lainnya adalah apa yang disebutnya Emotional Intelligence. Bila tidak di tunjang dengan pengolahan emosi yang sehat, kecerdasan saja tidak akan menghasilkan seseorang yang sukses hidupnya di masa yang akan datang. Kecerdasan emosi adalah kemampuan mengenali emosi diri sendiri,mengelola dan mengekspresikan emosi diri sendiri dengan tepat, memotivasi diri sendiri, mengenali orang lain dan membina hubungan dengan orang lain. Dengan

10 demikian, kecerdasan emosi adalah kemampuan seseorang dalam mengelola emosinya secara sehat terutama dalam berhubungan dengan orang lain. Unsur terpenting dalam kecerdasan emosi ini adalah empati dan control diri. Empati artinya adalah dapat merasakan apa yang sedang dirasakan orang lain, terutama bila orang lain dalam keadaan malang, sedangkan control diri adalah kemampuan untuk mengendalikan emosi sendiri sehingga tidak mengganggu hubungannya dengan orang lain. EQ diuraikan berdasarkan 5 indikator: 1) Mengenali emosi diri:mengenali dan memperbaiki emosi diri (jangan cepet menerima tidak sebagai jawaban); Mampu memahami perasaan yang timbul (selalu pastikan keinginan kita di mengerti); Mengenal perbedaan perasaan dan tindakan. 2) Mengelola emosi: Toleransi yang tinggi terhadap frustasi dan pengelolaan amarah (berlakulah alami tapi sesuaikan pendekatan untuk setiap orang); Lebih mampu mengungkapkan amarah dengan tepat tanpa berkelahi (temukan akar penyebab keluhan yang berulang dan segera atasi); Berkurangnya kecemasan dan kesepian dalam pergaulan (tidak menganggap remeh / merasa diri lebih dari orang lain); Lebih baik dalam mengatasi ketegangan jiwa (berlaku respon positif atas kritik kritik). 3) Memotivasi diri sendiri: Lebih bertnggung jawab (ambil resiko hanya bila kemungkinan berhasilnya tinggi); Lebih berkonsentrasi (menyampaikan informasi intern secepatnya); Lebih menguasai diri (hargai orang lain, mereka akan menghargai kita); Nilai prestasi meningkat (buat suasana penilaian santai dan ramah bukan pemeriksaan). 4) Empati : Lebih terbuka terhadap pendapat orang lain(memberikan kesempatan menggunakan keterampilan orang lain); peka terhadap perasaan orang lain(bila kita menerima ide biarkan sang pencetus menerapkannya); lebih baik dalam mendengarkan orang lain (diam itu adalah emas). 5) Membina hubungan : Mampu menganalisis dan memahami

11 hubungan (menjadikan bekerja menyenangkan tidak berarti membuatnya mudah); Lebih baik menyelesaikan pertikaian / persengketaan ; Lebih tegas dan terampil dalam berkomunikasi; Lebih baik menarik perhatian dan tenggang rasa; Lebih baik bekerja sama dan berbagi rasa dan suka menolong(sumadiredja, 2014). Elemen paling kritis bagi keberhasilan siswa belajar di sekolah adalah memahami bagaimana caranya. teori pokoknya adalah: a) Confidence (Kepercayaan Diri), b) Couriousity (Kepenasaran), c) Tujuan (Intentionality), d) Mengendalika Diri (Self-Control), e) Relatedness (keterhubungan); f) Kapasitas untuk berkomunikasi; g) Kemampuan bekerjasama(sumadiredja, 2014). Ini semua adalah aspek kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional terbukti merupakan prediksi lebih baik untuk keberhasilan di masa depan daripada metode tradisional seperti GPA (Grade Poin Average), Intelligence Quotion (IQ), atau skor tes baku (Standardized Test Scores). Para peneliti menyimpulkan bahwa orang orang yang mengelola perasaan (emosi) mereka dengan baik dan dapat berhubungan dengan orang lain secara efektif cendrung mengingat informasi dan belajar lebih efektif pula(sumadiredja, 2014). Kecerdasan emosi perlu ditumbuhkan semenjak masih kecil melalui naskah emosi yang sehat. Tujuan mengajarkan naskah emosi yang sehat (Health Emotion Script) adalah agar naskah emosi yang sehat ini dapat diinternalisasi anak sejak dini dan di bawa terus oleh anak dalam berinteraksi dengan orang lain bila ia dewasa kelak. Orang yang ber-eq rendah bisa saja memiliki IQ yang tinggi, menampakkan prilaku yang merugikan orang lain(sumadiredja, 2014).

12 D. Hasil Belajar 1. Defenisi Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan prilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil dalam mencapai tujuan tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional. Tiga ranah (domain) hasil belajar, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik(jihad,dkk.,2013). Hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam dua macam yaitu pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan terdiri dari empat kategori yaitu: a) pengetahuan tentang fakta; b) pengetahuan tentang prosedural; c) pengetahuan tentang konsep; d) pengetahuan tentang prinsip. Keterampilan juga terdiri dari empat kategori yaitu: 1) Keterampilan untuk berfikir atau keterampilan kognitif; 2) Keterampilan untuk bertindak atau keterampilan motorik; 3) Ketermpilan bereaksi atau bersikap; 4) Keterampilan berinteraksi. Hasil hasil belajar adalah pola pola perbuatan, nilai nilai, pengertian pengertian dan sikap sikap, serta apersepsi dan abilitas(jihad,dkk.,2013). E. Prestasi Belajar Pengertian prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari kata prestasi dan belajar. Antara kata prestasi dan belajar mempunyai arti yang berbeda. Prestasi adalah hasil yang telah di capai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya) sedangkan belajar adalah sebuah usaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu. Berdasakan uraian diatas dapat di pahami bahwa pengertian prestasi belajar adalah hasil yang

13 dicapai oleh siswa selama berlangsungnya prosesnya belajar dalam jangka waktu tertentu, umumnya prestasi belajar dalam sekola berbentuk pemberian nilai (angka) dari guru kepada siswa sebagai indikasi sejauh mana siswa telah menguasai materi pelajaran yang telah disampaikan(psycologymania,2013). 1) Pendekatan Evaluasi Belajar Ada dua macam pendekatan yang amat popular dalam mengevaluasi atau menilai tingkat keberhasilan / prestasi belajar, yakni: 1) Norm-referencing atau Norm-referenced assessment; 2)criterion referencing atau criterian referenced assessment (Tardif et al,1989: 131). Di Indonesia, pendekatan pendekatan ini lazim di sebut Penilaian Acuan Norma(PAN) dan Panduan Acuan Kriteria(PAK). i. Penilaian Acuan Norma(PAN)( Norm-referenced assessment) Dalam penilaian yang menggunakan PAN, prestasi belajar seorang peserta didik di ukur dengan cara membandingkannya denga prestasi belajar seorang peserta didik diukur dengan cara membandingkannya dengan prestasi yang di capai teman teman sekelas atau sekelompoknya. Jadi pemberian skor atau penilaian peserta didik tersebut merujuk pada hasil perbandingan antara skor skor yang diperoleh teman teman sekelompoknya dengan skornya sendiri. Skor dapat diperolehberdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus sederhana yakni: jumlah jawaban benar jumlah butir soal 100, (Muhibbin,2009). ii. Peniaian Acuan Kriteria(Criterion refenced assessment)

14 Penilaian dengan pendekatan PAK (Penilaia Acuan Kriteria) merupakan proses penguraian prestasi belajar dengan cara membandingkan pencapaian seorang mahasiswa dengan berbagai prilaku ranah yang telah di tetapkan secara baik (well-defined domain behaviours) sebagai patokan absolute. Oleh karena itu, dalam mengimplementasikan PAK di perlukan adanya kriteria mutlak yang merujuk pada tujuan pembelajaran umum dan khusus (TPU dan TPK). Artinya, nilai atau kelulusan seorang siswa bukan berdasarkan perbandingan dengan nilai yang dicapai oleh rekan rekan sekelompoknya melainkan di tentukan oleh penguasaannya atas materi pelajaran hingga batas yang sesuai dengan tujuan instruksional. iii. Batas Minimal Prestasi Belajar Hal ini penting karena mempertimbangkan batas terendah prestasi yang dianggap berhasil arti luas bukanlah perkara mudah. Keberhasilan dalam arti luas berarti keberhasilan yang meliputi ranah cipta, rasa, dan karsa. Menetapkan batas minimum keberhasilan belajar selalu berkaitan dengan dengan upaya pengungkapan hasil belajar(muhibbin,2009). Ada beberapa alternatif norma pengukuran tingkat keberhasilan setelah mengikuti proses mengajar belajar. Di antara norma norma pengukuran tersebut adalah: 1) Norma skala angka dari 0 sampai 10; 2) Norma skala angka dari 0 sampai 100. Angka terendah yang menyatakan kelulusan / keberhasilan belajar (passing grade) skala 0-10 adalah 5,5 atau 6, sedangkan untuk skala adalah 5,5 atau 60. Pada prinsipnya jika seorang dapat menjawab lebih dari setengah instrument evaluasi dengan benar ia di anggap telah memenuhi target mniml keberhasilan belajar. namun demikian, kiranya perlu mempertimbngkan

15 penetapan passing grade yang lebih tinggi (misalnya 65 atau 70) untuk pelajaran pelajaran inti (core subject) (Muhibbin,2009). Selanjutnya, selain norma norma tersebut di atas, adapula norma lain yang di Negara kita baru berlaku di perguruan tinggi, yaitu norma prestasi belajar dengan menggunakan symbol huruf huruf A, B, C, D dan E. symbol symbol huruf ini dapat di pandang sebagai terjemahan dari symbol symbol angka. Symbol niai angka yng berskala 0 sampai 4. Skala angka yang berinterval jauh lebih pendek dari pada skala angka lainnya itu di pakai untuk menetapkan Indeks Prestasi (IP) mahasiswa, baik pada setiap semester maupun pada akhir semester pada akhir penyelesaian studi(muhibbin,2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membantu kita untuk menerangkan tingkah laku yang kita amati dan meramalkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membantu kita untuk menerangkan tingkah laku yang kita amati dan meramalkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Motivasi dan Kebutuhan 1. Pengertian Motivasi Motivasi adalah suatu proses di dalam individu. Pengetahuan tentang proses ini membantu kita untuk menerangkan tingkah laku

Lebih terperinci

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR Laelasari 1 1. Dosen FKIP Unswagati Cirebon Abstrak Pendidikan merupakan kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan merupakan perubahan ke arah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat atau berkualitas. Usia lahir sampai dengan pra sekolah

Lebih terperinci

EMOSI DAN SUASANA HATI

EMOSI DAN SUASANA HATI EMOSI DAN SUASANA HATI P E R I L A K U O R G A N I S A S I B A H A N 4 M.Kurniawan.DP AFEK, EMOSI DAN SUASANA HATI Afek adalah sebuah istilah yang mencakup beragam perasaan yang dialami seseorang. Emosi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peneliti menganggap bahwa penelitian tentang kecerdasan emosional pada mahasiswa yang bekerja sangat penting, karena siapa pun dapat mengalami emosi, tak terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress (santrock, 2007 : 200). Masa remaja adalah masa pergolakan yang dipenuhi oleh konflik dan

Lebih terperinci

EMOSI & PERASAAN. PERTEMUAN KE- 7

EMOSI & PERASAAN. PERTEMUAN KE- 7 EMOSI & PERASAAN PERTEMUAN KE- 7 aprilia_tinalidyasari@yahoo.com Pengertian Emosi Suatu kondisi biologis, psikologis an fisiologi dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak Emosi bersifat lebih intens

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak selalu membawa kebaikan bagi kehidupan manusia, kehidupan yang semakin kompleks dengan tingkat stressor

Lebih terperinci

ARIS RAHMAD F

ARIS RAHMAD F HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DANKEMATANGAN SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : ARIS RAHMAD F. 100 050 320

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kecerdasan intelektual menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002, hlm. 438) merupakan daya reaksi atau penyesuaian yang secara tepat, baik secara fisik maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Pendidikan merupakan usaha. sadar dan terencana untuk mewujudkan susasana belajar dan proses

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Pendidikan merupakan usaha. sadar dan terencana untuk mewujudkan susasana belajar dan proses I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan dalam pembangunan suatu bangsa. Dinamika pembangunan di Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang berusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian 1 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya merupakan serangkaian kegiatan pendidikan yang bertujuan untuk mendewasakan anak didik, dan mempersiapkan mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan persoalan hidup dan kehidupan manusia sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai bangsa. Pendidikan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam suatu sekolah terjadi proses belajar mengajar yang kurang menyenangkan. Salah satu bentuk kecemasan

Lebih terperinci

Kecerdasan Emosi. Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Lembaga Administrasi Negara. PUSDIKMIN

Kecerdasan Emosi. Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Lembaga Administrasi Negara. PUSDIKMIN Kecerdasan Emosi Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Lembaga Administrasi Negara PUSDIKMIN http://www.pusdikmin.com DESKRIPSI SINGKAT Mata ajar ini membekali peserta dengan kemampuan menerapkan kecerdasan emosional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan dalam belajar. Hakikat inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja selalu menjadi perbincangan yang sangat menarik, orang tua sibuk memikirkan anaknya menginjak masa remaja. Berbicara tentang remaja sangat menarik karena

Lebih terperinci

EMOTIONAL INTELLIGENCE MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN Hogan Assessment Systems Inc.

EMOTIONAL INTELLIGENCE MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN Hogan Assessment Systems Inc. EQ KEMAMPUAN EMOTIONAL INTELLIGENCE UNTUK MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN. Laporan untuk Sam Poole ID HC560419 Tanggal 23 Februari 2017 2013 Hogan Assessment Systems Inc. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan

BAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak selamanya berjalan dengan mulus, tenang, penuh dengan kebahagiaan dan kegembiraan. Tetapi seringkali manusia menghadapi berbagai cobaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting terutama bagi generasi muda agar dapat menghadapi masa depan yang penuh tantangan. Pada setiap jenjang pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan. Masa-masa ini adalah masa penentuan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan. Masa-masa ini adalah masa penentuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa usia balita khususnya usia dini (0-6 tahun) adalah masa pertumbuhan dan perkembangan. Masa-masa ini adalah masa penentuan hendak kemana mereka dibawa, menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang menjelaskan mengenai pengertian perkembangan, pengertian emosi, dan pengertian pendidikan anak usia dini. A. Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang. sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang. sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga PAUD yang selama ini dikenal oleh masyarakat luas salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang sistem Pendidikan Nasional Pasal

Lebih terperinci

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI (EMOTIONAL QUOTIENT) DENGAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA SEMESTER VIII FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI (EMOTIONAL QUOTIENT) DENGAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA SEMESTER VIII FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI (EMOTIONAL QUOTIENT) DENGAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA SEMESTER VIII FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu modal yang harus dimiliki untuk hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari tingkat TK sampai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini Indonesia sebagai salah satu negara berkembang telah didera oleh berbagai keterpurukan, yang diantara penyebab keterpurukan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti melewati tahap-tahap perkembangan yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa dewasa. Namun ada suatu masa dimana individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Inggris di Indonesia, baik pada jenjang. pendidikan dasar maupun menengah, lebih menekankan pada aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Inggris di Indonesia, baik pada jenjang. pendidikan dasar maupun menengah, lebih menekankan pada aspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran Bahasa Inggris di Indonesia, baik pada jenjang pendidikan dasar maupun menengah, lebih menekankan pada aspek pengetahuan bahasa, pemahaman isi

Lebih terperinci

Oleh: Deasy Wulandari K BAB I PENDAHULUAN

Oleh: Deasy Wulandari K BAB I PENDAHULUAN Kontribusi kecerdasan emosional dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kimia dalam metode pembelajaran GI (group investigation) dan STAD (student teams achievement division) materi pokok laju reaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil bagi suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan tujuan pendidikan formal di sekolah-sekolah atau di lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN. merupakan tujuan pendidikan formal di sekolah-sekolah atau di lembagalembaga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar dalam pengertian yang paling umum adalah setiap perubahan perilaku yang diakibatkan pengalaman atau sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan budaya dan seni beladiri warisan bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan budaya dan seni beladiri warisan bangsa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencak silat merupakan budaya dan seni beladiri warisan bangsa yang mempunyai nilai luhur. Dalam perkembanganya hingga saat ini pencak silat sudah dipertandingkan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS Diajukan Kepada Program Studi Manajemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah mempunyai berbagai resiko yang lebih mengarah pada kecerdasan, moral, kawasan sosial dan emosional, fungsi kebahasaan dan adaptasi sosial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir-akhir ini berbagai bencana terjadi di Indonesia. Dimulai dari gempa bumi, tsunami, banjir bandang hingga letusan gunung merapi. Semua bencana tersebut tentu saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dan salah satu kebutuhan utama bagi setiap manusia untuk meningkatkan kualitas hidup serta untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. malu, benci, dan ketakberdayaan pada realitas hidup. Stres bisa menyerang siapa

BAB I PENDAHULUAN. malu, benci, dan ketakberdayaan pada realitas hidup. Stres bisa menyerang siapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup di hari-hari ini semakin rentan dengan stres, mahasiswa sudah masuk dalam tahap persaingan yang sangat ketat, hanya yang siap mampu menjawab kemajuan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Media Pembelajaran Mind Mapping a. Pengertian Media Pembelajaran Mind Mapping Sadiman (dalam Rianti, 2012, h.9) menjelaskan media pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecemasan merupakan suatu emosi yang paling sering di alami oleh manusia. Kadang-kadang kecemasan sering disebut sebagai bentuk ketakutan dan perasaan gugup yang dialami

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. trading diartikan sistem perdagangan secara online yaitu lewat perangkat teknologi

BAB I LATAR BELAKANG. trading diartikan sistem perdagangan secara online yaitu lewat perangkat teknologi ! "! BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Permasalahan Trading dalam sudut pandang bahasa memiliki arti perdagangan, secara khusus trading diartikan sistem perdagangan secara online yaitu lewat perangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO masa remaja merupakan masa peralihan dari masa. anak-anak ke masa dewasa. Masa remaja adalah masa perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO masa remaja merupakan masa peralihan dari masa. anak-anak ke masa dewasa. Masa remaja adalah masa perkembangan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa remaja adalah masa perkembangan yang paling penting, karena pada masa ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. dinamis. Pada kenyataannya perlu diakui bahwa kecerdasan emosional memiliki

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. dinamis. Pada kenyataannya perlu diakui bahwa kecerdasan emosional memiliki 5 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional bukanlah merupakan lawan dari kecerdasan intelektual yang biasa kita kenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal. Anak memiliki karakteristik yang khas dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencabutan gigi. Berdasarkan penelitian Nair MA, ditemukan prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. pencabutan gigi. Berdasarkan penelitian Nair MA, ditemukan prevalensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bedah mulut merupakan salah satu bidang dalam ilmu kedokteran gigi. Dalam bidang kedokteran gigi gejala kecemasan sering ditemukan pada pasien tindakan pencabutan gigi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk hidup yang unik, tidak ada seorang individu yang sama persis dengan individu yang lain. Salah satunya adalah dalam hal kecepatan dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, karena

Lebih terperinci

UJIAN TENGAH SMESTER MATAKULIAH HAMBATAN PERKEMBANGAN EMOSI

UJIAN TENGAH SMESTER MATAKULIAH HAMBATAN PERKEMBANGAN EMOSI UJIAN TENGAH SMESTER MATAKULIAH HAMBATAN PERKEMBANGAN EMOSI PETUNJUK UNTUK MENJAWA SOAL a. Tarik napas melalui hidung, tahan napas dalam dada, keluarkan melalui mulut lakukan 3x. b. Berdoa dan berjanji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

adalah proses beregu (berkelompok) di mana anggota-anggotanya mendukung dan saling mengandalkan untuk mencapai suatu hasil

adalah proses beregu (berkelompok) di mana anggota-anggotanya mendukung dan saling mengandalkan untuk mencapai suatu hasil 46 2. Kerjasama a. Pengertian Kerjasama Menurut Lewis Thomas dan Elaine B. Johnson ( 2014, h. 164) kerjasama adalah pengelompokan yang terjadi di antara makhlukmakhluk hidup yang kita kenal. Kerja sama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keberhasilan Keberhasilan adalah hasil serangkaian keputusan kecil yang memuncak dalam sebuah tujuan besar dalam sebuah tujuan besar atau pencapaian. keberhasilan adalah lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Goleman (1993), orang yang ber IQ tinggi, tetapi karena

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Goleman (1993), orang yang ber IQ tinggi, tetapi karena BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut Goleman (1993), orang yang ber IQ tinggi, tetapi karena emosinya tidak stabil dan mudah marah seringkali keliru dalam menentukan dan memecahkan masalah

Lebih terperinci

Kecerdasan Emosi. Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Lembaga Administrasi Negara

Kecerdasan Emosi. Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Lembaga Administrasi Negara Kecerdasan Emosi Diklat Kepemimpinan Tingkat IV Lembaga Administrasi Negara DESKRIPSI SINGKAT Mata ajar ini membekali peserta dengan kemampuan menerapkan kecerdasan emosional melalui pembelajaran : Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengkomunikasikan ide-ide dan keyakinannya. atau perkembangan, yang salah satunya melalui pendidikan di Taman Kanak-

BAB I PENDAHULUAN. mengkomunikasikan ide-ide dan keyakinannya. atau perkembangan, yang salah satunya melalui pendidikan di Taman Kanak- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia TK adalah anak yang berusia 4-6 tahun dan musik memiliki peranan yang sangat penting dalam pembentukan pribadi anak yang harmonis dalam logika, rasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan juga merupakan kunci bagi suatu bangsa untuk bisa meraih

Lebih terperinci

Disusun Oleh : SARI INDAH ASTUTI F

Disusun Oleh : SARI INDAH ASTUTI F HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KESTABILAN EMOSI PADA PENDERITA PASCA STROKE DI RSUD UNDATA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Anak merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus dijaga dan dipelihara karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa. Di masa ini, remaja mulai mengenal dan tertarik dengan lawan jenis sehingga remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan secara sengaja, teratur dan terprogram dengan tujuan untuk mengubah dan mengembangkan perilaku maupun

Lebih terperinci

Bentuk-bentuk Gejala Jiwa dan Implikasinya dalam Pendidikan

Bentuk-bentuk Gejala Jiwa dan Implikasinya dalam Pendidikan Bentuk-bentuk Gejala Jiwa dan Implikasinya dalam Pendidikan Psikologi Pendidikan Pengindraan (sensasi) dan Persepsi O Pengindraan atau sensasi adalah proses masuknya stimulus ke dalam alat indra manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN AFEKTIF

PERKEMBANGAN AFEKTIF PERKEMBANGAN AFEKTIF PTIK PENGERTIAN AFEKTIF Afektif menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah berkenaan dengan rasa takut atau cinta, mempengaruhi keadaan, perasaan dan emosi, mempunyai gaya atau makna yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

Pengertian psikologi dan psikologi komunikasi_01. Rahmawati Z, M.I.Kom

Pengertian psikologi dan psikologi komunikasi_01. Rahmawati Z, M.I.Kom Pengertian psikologi dan psikologi komunikasi_01 Rahmawati Z, M.I.Kom kontrak perkuliahan TUGAS : 40 % MID : 30 % UAS : 30 % KEAKTIFAN : BONUS NILAI TAMBAHAN TUGAS DIKUMPULKAN ON TIME darumzulfie@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eli Hermawati, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eli Hermawati, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan keterampilan yang dibutuhkan oleh anak sejak memasuki lembaga pendidikan. Melalui menulis anak dapat menyampaikan isi hatinya, gagasan ataupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan kehadiran orang lain untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian dari proses pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian dari proses pendidikan secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian dari proses pendidikan secara keseluruhan. Tujuan umum pendidikan jasmani juga selaras dengan tujuan umum pendidikan. Ciri-ciri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Otak merupakan pusat dari keseluruhan tubuh. Otak manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Otak merupakan pusat dari keseluruhan tubuh. Otak manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Otak merupakan pusat dari keseluruhan tubuh. Otak manusia mengedalikan semua fungsi tubuh jika otak sehat maka akan mendorong kesehatan tubuh serta akan menunjang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan BAB 2 LANDASAN TEORI Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan prestasi belajar. 2.1 Self-Efficacy 2.1.1 Definisi self-efficacy Bandura (1997) mendefinisikan self-efficacy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KEIKUTSERTAAN DALAM EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DENGAN TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KEIKUTSERTAAN DALAM EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DENGAN TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan jasmani merupakan bagian dari proses pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak,

Lebih terperinci

Interpersonal Communication Skill

Interpersonal Communication Skill Modul ke: 07 Dra. Fakultas FIKOM Interpersonal Communication Skill Kecerdasan Emosi Tri Diah Cahyowati, Msi. Program Studi Marcomm & Advertising Emotional Equotion (Kecerdasan Emosi) Selama ini, yang namanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan keadaan yang terjadi pada bangsanya. Pola pikir mahasiswa saat ini hanya

BAB I PENDAHULUAN. dengan keadaan yang terjadi pada bangsanya. Pola pikir mahasiswa saat ini hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa adalah kunci peradaban dalam suatu negara terutama bagi negara Indonesia, karena mahasiswa adalah tiang penerus bangsa yang akan datang. Namun di zaman sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari ini disebut warna efektif. Warna efektif ini kadang kadang lemah

BAB I PENDAHULUAN. hari ini disebut warna efektif. Warna efektif ini kadang kadang lemah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbuatan individu pada umumnya disertai oleh perasaan perasaan tertentu, yaitu perasaan senang atau tidak senang. Perasaan senang atau tidak senang yang selalu menyertai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan yang semakin kompleks, terutama kita yang hidup di perkotaan yang sangat rentan pada perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia sekolah menengah pertama pada umumnya berada pada usia remaja awal yaitu berkisar antara 12-15 tahun. Santrock (2005) (dalam http:// renika.bolgspot.com/perkembangan-remaja.html,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia hidup selalu dipenuhi oleh kebutuhan dan keinginan. Seringkali kebutuhan dan keinginan tersebut tidak dapat terpenuhi dengan segera. Selain itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting oleh setiap individu. Melalui pendidikan setiap individu akan memperoleh ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG. diekspresikan pada waktu yang salah dapat mengurangi kinerja karyawan. Tetapi ini tidak emosional ke tempat kerja setiap hari.

LATAR BELAKANG. diekspresikan pada waktu yang salah dapat mengurangi kinerja karyawan. Tetapi ini tidak emosional ke tempat kerja setiap hari. EMOSI DAN SUASANA HATI Prof. Dr. Umi Narimawati, M.Si. LATAR BELAKANG Adanya keyakinan bahwa segala jenis emosi bersifat mengganggu. Mereka beranggapan bahwa emosi negative yang kuat khususnya sn kemarahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi, pendidikan merupakan suatu upaya untuk memanusiakan manusia. Artinya melalui proses pendidikan diharapkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kecerdasan Emosional 1. Pengertian Kecerdasan dan Emosi Berdasarkan pengertian tradisional, kecerdasan meliputi: kemampuan membaca, menulis, dan berhitung yang merupakan keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang sangat penting di dalam perkembangan seorang manusia. Remaja, sebagai anak yang mulai tumbuh untuk menjadi dewasa, merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persiapan Persiapan adalah faktor penenu keberhasilan mahasiswa dalam menguasai materi perkuliahan (Rapiyanta, 2015). Salah satu cara mempersiapkan materi perkuliahan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan manusia. Dalam keluarga komunikasi orang tua dan anak itu. sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak.

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan manusia. Dalam keluarga komunikasi orang tua dan anak itu. sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia. Dalam keluarga komunikasi orang tua dan anak itu sangat penting bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari segi fisik maupun psikologis. Manusia mengalami perkembangan sejak bayi, masa kanak- kanak,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Teori 1. Kecemasan Situasi yang mengancam atau yang dapat menimbulkan stres dapat menimbulkan kecemasan pada diri individu. Atkinson, dkk (1999, p.212) menjelaskan kecemasan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan menjadi cerdas, terampil, dan memiliki sikap ketakwaan untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan menjadi cerdas, terampil, dan memiliki sikap ketakwaan untuk dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak adalah harapan dan merupakan aset keluarga dan bangsa, anak diharapkan menjadi cerdas, terampil, dan memiliki sikap ketakwaan untuk dapat digunakan

Lebih terperinci

2016 HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN SEBELUM BERTANDING DENGAN PERFORMA ATLET PADA CABANG OLAHRAGA BOLA BASKET

2016 HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN SEBELUM BERTANDING DENGAN PERFORMA ATLET PADA CABANG OLAHRAGA BOLA BASKET BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga tim yang berkembang dalam masyarakat saat ini salah satunya adalah bolabasket. Olahraga bolabasket sudah mengalami banyak perubahan dari pertama lahirnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang ada dalam diri peserta didik. Pendidikan dianggap sebagai. diatur oleh Undang-Undang Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang ada dalam diri peserta didik. Pendidikan dianggap sebagai. diatur oleh Undang-Undang Republik Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha yang diharapkan dapat mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri peserta didik. Pendidikan dianggap sebagai aspek yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi masalah kesehatan mental. Jika sudah menjadi masalah kesehatan mental, stres begitu mengganggu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia kurang lebih anam tahun (0-6) tahun, dimana biasanya anak tetap tinggal

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia kurang lebih anam tahun (0-6) tahun, dimana biasanya anak tetap tinggal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang berusia nol tahun atau sejak lahir hingga berusia kurang lebih anam tahun (0-6) tahun, dimana biasanya anak tetap tinggal di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi mendefinisikan perkembangan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. emosi negatif. Pentingya individu mengelola emosi dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. emosi negatif. Pentingya individu mengelola emosi dalam kehidupan karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Emosi sangat mendukung dalam kehidupan, apakah itu emosi positif atau emosi negatif. Pentingya individu mengelola emosi dalam kehidupan karena seseorang yang

Lebih terperinci