PENGEMBANGAN ALUR SIRKULASI, SISTEM DISPLAY DAN PENCAHAYAAN PADA BANDUNG CONTEMPORARY ART SPACE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN ALUR SIRKULASI, SISTEM DISPLAY DAN PENCAHAYAAN PADA BANDUNG CONTEMPORARY ART SPACE"

Transkripsi

1 Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain PENGEMBANGAN ALUR SIRKULASI, SISTEM DISPLAY DAN PENCAHAYAAN PADA BANDUNG CONTEMPORARY ART SPACE Natasya Yuni Maharani, S.Ds, M.T. Program Studi Sarjana Desai Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB Kata Kunci : public space, contemporary, art space, bandung Abstrak Contemporary Art Space merupakan suatu wadah bagi para pelaku seni dalam menuangkan karya seni kontemporer kepada masyarakat sekaligus memelihara karya-karya tersebut serta sebagai sarana edukasi masyarakat mengenai ilmu dan perkembangan seni yang merupakan bagian dari kondisi sosial dan budaya yang memberikan dorongan kepada masyarakat untuk ikut semakin kreatif dan produktif dalam berkarya seni secara positif. Sistem sirkulasi pada suatu galeri seni merupakan hal yang penting dan harus diperhatikan karena mempengaruhi alur cerita suatu karya didalamnya dan kegiatan galeri yang bersifat dinamis sehingga sirkulasi menentukan kenyamanan pengunjung galeri tersebut. Begitu juga dengan sistem display pada galeri yang membantu masyarakat dalam mengamati karya-karya dan meningkatkan nilai apresiasi mereka. Pengembangan efektifitas dari sistem display dan sirkulasi di area pamer pada Bandung Contemporary Art Space ini diharapkan dapat membantu meningkatkan fungsi dari galeri seni itu sendiri, sehingga kebutuhan manusia dalam suatu galeri seni terpenuhi dan memberikan dampak positif bagi perkembangan senirupa kontemporer di Bandung. Abstract Contemporary Art Space is a place for artists to present contemporary artworks to people and to maintain the artworks, as well as an education tool for people about knowledge and art development too, as a part from social and culture condition which encourage people to be more active and productive in making art positively. The circulation system in an art space is the main and important thing to take care about. It gives good story plot in exposing every piece of artwork and the dynamic side of art space s event. In the end, not only circulation that determines visitor s comfort, but also display system in art space which helping people to watch the artwork closely and increasing the value of artwork s appreciation. Development of effectivity from display and circulation system in exhibition area, in this Bandung Contemporary Art Space, is expected to help increasing the art space s function itself, therefore human need in an art space is completed, and it gives positive impact in development of Bandung s contemporary art. 1. Pendahuluan Salah satu aspek yang dapat menunjang berkembangnya seni dan terpeliharanya para seniman dalam melestarikan ide kreatif dan karya seni adalah Art Space. Art space adalah galeri seni kontemporer dan non-profit yang memiliki tujuan dalam memelihara dan melestarikan seni dengan fokus terutama pada seniman dan para penikmat seni. Art Space tersebut merupakan media bertemunya para seniman lokal, berkumpulnya seniman lokal dengan dan masyarakat melalui karya-karya baru yang nantinya akan dipublikasikan untuk umum. Melalui Art Space, masyarakat dapat mengetahui karya-karya seperti apa yang sedang berkembang, melalui Art Space ini juga para seniman lokal dapat menuangkan ide-ide kreatif yang nantinya akan melalui proses apresiasi masyarakat sehingga seniman tersebut dapat dikenal baik melalui karya-karyanya. Kota Bandung merupakan kota yang memiliki industri kreatif serta banyak melahirkan seniman lokal khususnya untuk seni kontemporer. Walaupun dewasa ini banyak beberapa galeri yang bermunculan meramaikan belantika galeri seni kontemporer yang ada di Bandung, tetapi tanpa manajemen dan pengaturan yang layak potensi mereka cepat meredup. Hadirnya Art Space ini dapat dijadikan suatu wadah kreatifitas dimana karya-karya yang telah dilahirkan dapat dipublikasikan secara layak atau dipamerkan kepada masyarakat sehingga pesan-pesan yang terkandung didalamnya dapat tersampaikan dengan baik kepada para masyarakat. Sebuah galeri seni dalam studi kasus ini yang merupakan Art Space, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi wujud pengaturan dalam segi interior, beberapa di antara nya adalah pembagian ruang menurut fungsi, pemilihan material, sistem display karya, sistem sirkulasi dan perencanaan ceiling. Pada penelitian ini pembahasan dikhususkan pada lingkup sistem display, sistem sirkulasi dan pencahayaan pada galeri seni pada sebuah Art Space dimana merupakan faktor yang penting dalam penumbuhkan perhatian para pengunjung serta memberikan kenyamanan pada pengunjung dalam proses pengapresiasian karya seni, kedua sistem tersebut juga yang akan memfasilitasi kegiatan manusia di dalam galeri seni pada art space kontemporer di Bandung. Dengan sistem display yang baik akan

2 menunjang presentasi karya seniman dengan efektif sehingga pesan seniman dalam sebuah karya dapat tersampaikan dengan baik kepada masyarakat. Begitu pula halnya dengan sistem sirkulasi yang berhubungan erat dengan para pengunjung yang berkegiatan aktif didalamnya.pengunjung diharapkan terus bergerak dan tidak bersikap statis saat memperhatikan karya, namun dilain sisi juga dapat memberikan kenyamanan ketika berdiri dalam memeperhatikan karya dalam beberapa waktu tertentu. Bandung sendiri dipilih menjadi lokasi berdirinya Contamporarry Art Space karena, kepedulian masyarakat terhadap seni dan industri kreatif serta perkembangannya sendiri yang pesat. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya kegiatan seni yang mendukung majunya dunia seni dan desain seperti pameran-pameran yang kerap diselenggarakan oleh galeri-galeri seni serta kegiatan-kegiatan yang bertujuan meningkatkan kreatifitas dan kepedulian masyarakat Bandung terhadap industri kreatif dan kegiatan lainnya. Oleh karenanya, tema perancangan Contemporary Art Space ini mengacu kepada seni kontemporer yang bebas, luwes dan terus berubah mengikuti perkembangan zaman, dimana pada akhirnya tema yang akan diangkat para perancangan fasilitas ini adalah ruang fleksibel. 2. Proses Studi Kreatif Peranan bidang interior dalam perancangan fasilitas ini adalah memaksimalkan fasilitas lahan dengan merancang ruang yang dapat menampung segala kebutuhan para seniman dan dapat merancang suatu sistem display pada galeri yang memamerkan karya seni kontemporer pada khususnya, yang pada akhirnya karya-karya tersebut dapat dikomunikasikan dengan baik ketika dipamerkpan. Secara umum, tujuan dari perancangan fasilitas ini adalah : Merancang ruang yang kondusif dengan dilandasi universal design dalam ruang dan dapat menunjang kegiatan pameran dengan baik pada galeri seni. Mengembangkan pilihan sistem display karya agar karya dapat dipamerkan dengan teknis yang mudah. Dan memperhatikan beberapa aspek interior yang mendukung dalam pameran seperti pemasangan karya, pencahayaan, sirkulasi pengunjung serta material yang akan digunakan dan pengaruhnya terhadap karya seni. Memahami pengertian ArtSpace dan perannya terhadap komunitas seni serta masyarakat sekitar Mengangkat sistem-sistem display baru secara maksimal dalam membantu efektif dan efisien dalam pemameran karya seni. Tujuan khusus dari perancangan fasilitas ini adalah : Menjadikan suatu fasilitas bagi para seniman dan desainer interior untuk menyalurkan kreatifitasnya dan secara tidak langsung mendukung berkembangnya seni kontemporer. Menjadi pusat informasi dimana masyarakat paham mengenai seni kontemporer serta perkembangannya. Menciptakan suatu ruang interior yang dapat memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang akan berlangsung dan menciptakan fasilitas pendukung lainnya dimana dapat mendorong para seniman mampu fokus dalam melahirkan karya. Pada Art Space terdapat isu-isu teknis yang berkenaan dengan tipologi antara lain adalah: a. Sirkulasi Sirkulasi pada bangunan harus ditata dengan baik dengan memperhatikan hierarki ruangan pada bangunan serta. Selain itu juga perlu diperhatikan pengaturan sirkulasi antara area sevis dan area sirkulasi pengunjung utama agar tidak saling mengganggu. b. Tata Ruang Pada fungsi galeri dan teater dibutuhkan disain penataan ruang yang fleksibel sehingga dapat dengan mudah diubah pengaturannya sesuai fungsi pameran atau pertunjukkan yang akan diwadahi di dalamnya. c. Pencahayaan Pada bangunan galeri membutuhkan pengaturan cahaya yang khusus sehingga karya seni dapat dilihat dengan nyaman oleh pengunjung. Begitu juga pada teater atau area pertunjukkan, dibutuhkan penataan cahaya khusus sehingga dapat mendukung pertunjukkan seni yang ditampilkan. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 2

3 Natasya d. Akustik Pada bangunan teater pada area pertunjukkan membutuhkan penataan akustik khusus sehingga dapat mendukung pertunjukkan seni yang ditampilkan. Sebagai wadah dari karya-karya seni kontemporer, maka sebuah art space dapat menjadi suatu wacana ruang yang mampu menanggapi perubahan perubahan dan perkembangan seni kontemporer yang selalu penuh dengan inovasi. art space ini harus mampu menanggapi ide-ide kreatif dengan menuangkannya dalam sebuah interior. art space berlaku sebagai wadah edukasi, komunikasi dan ikut memfasilitasi perkembangan seni kontemporer khususnya di daerah Bandung. Hal ini dilakukan dengan ikut mengeksplorasi proses kreatif dan ide-ide baru dari seni kontemporer tersebut. Galeri seni didalam art Space ini merupakan ruang netral yang berfungsi untuk mempresentasikan seni kontemporer di dalamnya dengan menyesuaikan bentuk dan mengolah ruang hingga dapat merepresentasikan bentuk seni kontemporer secara tepat. Berdasarkan data-data yang diperoleh dari literatur dan pengamatan pada saat melakukan survey, hubungan ruang pada tipologi Art Space menitik beratkan pada penataan sirkulasi pergerakan pengunjung pada bangunan. Perancangan jalur sirkulasi ini harus dapat memberikan orientasi yang jelas bagi pengunjung ketika berada dalam bangunan. Penataan hubungan antar ruang berdasarkan pada hierarki ruang-ruang utama dan ruang-ruang pendukungnya serta sirkulasi yang menghubungkannya. Penentuan sirkulasi juga akan sangat dipengaruhi oleh runutan cerita pada bangunan yang ingin disampaikan pada pengunjung. Pada galeri, sirkulasi harus dapat mendukung dalam penyampaian informasi, sehingga dapat membantu pengunjung memahami dan mengapresiasikan karya seni yang sedang dipemerkan. Penataan sirkulasi ini juga akan membentuk suasana ketika pengunjung mengapresiasikan koleksi benda yang dipamerkan. Selain itu hubungan antara ruang dengan fungsi yang ada di dalamnya perlu diperhatikan. Beberapa prinsip yang dapat digunakan dalam penataan sikulasi pada ruang pamer: Gambar 1. Alur sirkulasi Pengunjung Galeri (Sumber: Data Arsitek, 2006) Gambar 2. Layout Denah Area Pamer (Sumber: Data Arsitek, 2006) Gambar 3. Standar Alur Sirkulasi Ruang Pamer (Sumber: Data Arsitek, 2006) Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 3

4 3. Hasil Studi dan Pembahasan Karena konsep yang di angkat pada perancangan ini adalah ruang fleksibel maka ruangan pada perancangan fasilitas ini akan mengadaptasi bentuk-bentuk dinamis dan fleksibel dan mentransformasikannya dalam dimensi ruang yang padu. a. Dengan sistem ruang yang linear dan terbuka pengunjung dapat bergerak dengan lancar dan dapat melakukan aktivitas didalam galeri dengan nyaman dan efektif tanpa merasa sesak dan sempit. sirkulasi juga menjadi lebih terarah dan terorganisir. b. Fleksibel merupakan sifat yang merepresentasikan seni kontemporer yang terus bergerak, karena itu penerapan bentuk fleksibel dalam ruang yaitu dengan pengimplementasian bentuk yang terus bergerak, tidak monoton dan dan luwes. Penerapan pada ruang yaitu seperti pada ceiling, lighting, pola lantai, partisi display karya dan lainnya. c. Untuk menciptakan alur yang terarah, clean, dan organized, sehingga mempermudah pengunjung dalam memperoleh informasi dan melakukan aktivitas didalamnya. Di dalam konsep tersebut ingin ditekankan bentuk bentuk ruang yang dinamis namun berkesan bersih dari ornamen serta dapat menghasilkan ruang yang mencirikan citra kontemporer. Bentuk-bentuk ruang yang bebas dari ornamen ini ditujukan agar ruangan tidak mendominasi bentuk karya koleksi yang dipamerkan. Ciri kontemporer itu sendiri diangkat dalam ruang dengan menggunakan penggabungan bentuk-bentuk geometris yang diharapkan dapat menampilkan karakter ruang yang fleksibel. Bentuk geometris yang diterapkan pada ruang tersebut dapat dilihat dari perancangan Bandung Contemporary Art Space di bawah ini Gambar 4. Bentuk geometris pada ruang yang mencitrakan sifat kontemporer Sistem display yang digunakan terdapat dua macam yaitu sistem display dua dimensi : sistem display gantung berupa kawat gantungan yang dapat di atur ketinggian pada dinding sesuai kebutuhan. Kawat direkatkan pada rel yang menempel pada tembok sehingga posisi kawat sehingga kawat untuk menggantung karya dapat dipindahkan sesuai kebutuhan. Penggunaan panel- panel yang mudah dipindahkan. Panel-panel tersebut terbuat dari MDF dengan bentuk modular. Penggunaan konsep sumbu karya, penyesuaian dimensi karya dengan bidang ya ditempelinya Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 4

5 Sedangkan untuk sistem display karya tiga dimensi : Natasya Penggunaan base untuk karya tiga dimensi dari material tripleks atau MDF, sehingga base dapat dibentuk se dinamis mungkin dan dipindahkan sesuai kebutuhan. Untuk karya yang besar, menggunakan batas psikologis seperti semacam perekat dilantai yang mengelilingi karya 3 dimensi tersebut. Untuk karya yang digantung dapat menggunakan pengait baja ringan dengan sistem katrol yang diletakkan pada sudut sudut ceiling pada ruang pamer. Gambar 5. Sistem kawat dan Rel serta Gantungan untuk Display Dua Dimensi yang di gantung (sumber : Museums and Art Galleries) Pemasangan karya pada sistem display juga diterapkan pada dinding masif dimana penerapan tersebut menjadi 2 sistem, yaitu : a. Display Standar Pada display ini karya yang akan dipasang cukup kuat sehingga tidak membutuhkan pengamatan atau perlakuan khusus pada karya tersebut. Pemasangan karya dalam sistem ini membutuhkan jarak kurang lebih 50cm dari pengunjung dengan ditandai oleh perbedaan peil lantai, hal ini diterapkan pada ruang untuk meminimalisir kemungkinan pengunjung menyentuh karya yang dipajang. b. Display Khusus Karya yang dipasang pada sistem display ini dipasang pada dinding masif dan membutuhkan perlakuan khusus dan pengamanan khusus dengan alasan agar pengunjung tidak menyentuh kary ayang dipajang samasekali. Sistem ini yaitu dengan cara pengatisipasian jarak dan memberikan pembatas yang berdiri antara karya yang didisplay dan titik pengunjung berdiri. Penggunaan konsep sumbu karya yaitu dimana semua karya yang digantung pada dinding dapat disesuaikan dengan kebutuhan pameran engan menyesuaikan dari berbagai aspek karya tersebut seperti dimensi karya baik panjang, lebar maupun tinggi karya dengan mengacu pada satu titik sumbu acuan karya, yaitu sumbu pemasangan karya yang berupa garis imajiner dengan jarak 165cm dari lantai.garis sumbu karya ini sesuai dengan asumsi tinggi rata-rata pengunjung galeri yaitu 170cm. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 5

6 Konsep sistem display 2 dimensi dalam perancangan Bandung Contemporary Art Space dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar 6. Image Pendisplayan karya seni pada area pamer (buatan ) dengan sistem hook Untuk pencahayaan khusus atau object lighting pada Art Space ditujukan pada objek-objek khusus seperti karya yang sedang dipamerkan, dan elemen estetis. Pencahayaan ini dapat bervariasi, tergantung dari kebutuhan dan efek pencahayaan yang diinginkan sehingga sesuai dengan kebutuhan. Hal yang perlu diperhatikan dalam sistem pencahayaan objek karya adalah bentu objek yang disorot, dengan kata lain dapat disesuaikan dengan sifat dari benda yang akan diberi pencahayaan yang terbagi menjadi : Pencahayaan khusus terhadap objek 2 dimensi. Pencahayaan khusus pada objek 3 dimensi. Pencahayaan khusus harus memenuhi tujuan sebagai berikut : Objek dapat dilihat dengan jelas. Menampilkan objek yang disorot. Standar yang direkomendasikan untuk tingkat pencahayaan adalahsebagai berikut : 50 lux untuk tingkat kesensitifan tinggi lux untuk tingkat kesensitifan sedang. 300 lux untuk kesensitifan rendah. Sistem pencahayaan yang digunakan pada karya di galeri yang berada pada fasilitas Art Space ini adalah penggunaan lampu sorot yang diterapkan pada rel yang digantungkan ke atas ceiling. Rel-rel tersebut diatur sedemikian rupa sehingga dapat mengakomodasi cahaya untuk karya-karya seni pada ruang pamer. Dengan memakai standar tingkat lux diatas, maka penggunaan tiap lampu maksimum adalah 75 watt/lumen. Dalam merancang pencahayaan, pencahayaan pada koleksi yang dipamerkan ditujukan menimbulkan kenyamanan visual bagi pengunjung galeri. Hal ini dikarenakan dengan adanya cahaya dapat menimbulkan efek 3 dimensi dari koleksi terutama pada koleksi yang ingin ditonjolkan dan mudah untuk membaca label. Namun pemakaian yang berlebihan akan mengakibatkan kerusakan permanen pada koleksi, terutama untuk koleksi yang sensitif terhadap cahaya. Untuk mengatasinya, perlu dilakukan pengaturan dan manajemen pencahayaan pada koleksi dengan lebih memperhatikan penggunaan jenis lampu yang dipakai. Berikut ini adalah konsep pencahayaan yang akan digunakan : Pencahayaan individual / khusus, ditujukan untuk benda-benda koleksi museum. Dengan menggunakan jenis lampu spot light yang disorotkan ke bagian dinding galeri, bukan ke arah karya karena dikhawatirkan cahayanya dapat membuat warna menjadi pudar. Hal tersebut terutama untuk jenis karya lukisan, drawing dan fotografi. Pencahayaan Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 6

7 Natasya khusus ini menggunakan sistem tracklight dengan penggunaan rel lampu di plafon untuk memudahkan dalam mengubah sorot pencahayaan. Pencahayaan general / umum, adalah system pencahayaan yang digunakan untuk menerangi daerah sirkulasi dengan besaran iluminasi yang sedang. Kombinasi dari jenis lampu halogen dengan filter UV digabung dengan lampu incandescent merupakan pencahayaan yang tepat diletakkan di dalam galeri karena jangkauan nya yang luas dan sifatnya yang tidak merusak karya tergantung dari pemilihan lux lampu yang tepat. Untuk konsep pemasangan lampu dapat berupa downlight dengan tipe warm light. Bertujuan membuat suasana lebih hangat dan menampilkan warna yang baik dari karya. Fungsi dari general lighting dapat menerangi ruangan yang memfasilitasi kegiatan berkarya, membaca, menulis dan bekerja, dan beraktifitas yang membutuhkan gerak cepat. Fungsi lainn terhadap sirkulasi adalah menerangi jalur sirkulasi. Pencahayaan dekoratif, digunakan untuk menciptakan suasana ruang yang lebih dramatis dan mendukung pencapaian image ruang yang hendak ditampilkan. Pada sistem pencahayaan pendukung tema, pencahayaan indirect menjadi alat bantu sign system dan elemen yang membangun citra galeri pada ruangan-ruangan publik yang tidak bersifat memamerkan karya, seperti lobby, ruang tunggu /lounge, perpustakaan, cafe, dan toilet. Sistem pencahayaan pendukung tema dapat diterapkan pada ruang pamer, dengan syarat tidak mempengaruhi karya-karya seni yang dipengaruhi pada ruang pamer. Untuk konsep pencahayaan alami, demi mengejar konsep optimalisasi dan penghematan energi yaitu dengan menggunakan pencahayaan alami seoptimal mungkin agar lebih menghemat biaya operasional. Yakni dengan cara mempertimbangkan organisasi ruang dengan arah matahari dan merancang bukaan sebanyak mungkin, namun disamping itu tetap mempertimbangkan faktor keprivasian dan keamanan pegawai. Diharapkan sedikit mungkin pencahayaan buatan yang turut menyala pada siang hari. Selain itu sistem pencahayaan alami memiliki beberapa sifat yang harus diperhatikan : Cahaya alami siang hari tidak kontinu Cahaya matahari dapat merusak beberapa benda/karya/koleksi galeri karena tingkat iluminasi dan komposisi spektrum cahayanya. Menghasilkan hawa panas dalam ruangan Dilihat dari sifatnya, cahaya alami cocok untuk ruangan yang tidak menyimpan karya, namun membutuhkan pencahayaan sempurna dalam berkarya seperti studio, perpustakaan, kantor, cafe dan tempat lain yang tidak menyimpan koleksi karya yang dapat rusak akibat hawa panas dari matahari. Kelemahan dari sifat cahaya alami dapat diatasi dengan adanya vegetasi seperti pohon dan tanaman yang dapat mereduksi intensitas cahaya dan panas matahari serta penyeimbang oksigen untuk ruang dalam. Selain cahaya alami terdapat pencahayaan buatan. Pencahayaan buatan yang digunakan pada perancangan fasilitas kali ini menggunakan asumsi standar Art Space yaitu : Sistem Pembagian Pencahayaan Cahaya Kebawah Cahaya Kebawah Langsung % 0-10% Semi Langsung 60-90% 10-40% Semi Tidak Langsung 10-40% 60-90% Tidak Langsung 0-10% % Tabel 1. Pembagian pencahayaan buatan menurut sifat pencahayaanya Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 7

8 Konsep sistempencahayaan buatan dengan penggunaan track light dalam perancangan Bandung Contemporary Art Space dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar 7. Image pencahayaan karya seni 2 dimensi dengan track light 4. Penutup / Kesimpulan Galeri seni merupakan tempat dimana seniman dan masyarakat berkomunikasi melalui karya-karya yang dipamerkan didalamnya. Seni dapat berkembang dalam peristiwa tranferisasi makna karya seni tersebut sebagai proses apresiasi karya yang secara tidak langsung menentukan arah perkembangan seni itu sendiri. Galeri dalam sebuah fasilitas Art Space berperan sebagai wadah yang mendukung dan mengimbangi pergerakan seni kontemporer yang dinamis dengan mampu memfasilitasi kegiatan yang berlangsung didalamnya. Proses perancancangan galeri ini tidak hanya mempertimbangkan manusia yang ada didalamnya namun juga karya. Seni kontemporer merupakan seni yang luas baik dari konsep, bentuk dan dimensinya. Sistem display yang baik merupakan salah satu solusi memfasilitasi kegiatan agar berlangsung aman, fleksibel, dan adjustable sehingga mampu memfasilitasi mobilisasi yang tinggi pada ruang pamer. Pada akahirnya sebuah ruangan yang netral dibutuhkan agar dapat tercapai keselarasan di dalam ruang. Ucapan Terima Kasih Artikel ini didasarkan kepada catatan proses berkarya/perancangan dalam MK Pra TA/Kolokium/Tugas Akhir* Program Studi Sarjana Desain Interior FSRD ITB. Proses pelaksanaan Pra TA/Kolokium/Tugas Akhir* ini disupervisi oleh pembimbing Yuni Maharani, S.Ds, M.T. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 8

9 Natasya Daftar Pustaka Neufert, Ernst Architect s Data. Granada Publishing, New York. Neufert, Ernst Data Arsitek Jilid 1. Penerbit Erlangga: Jakarta. Neufert, Ernst Data Arsitek Jilid 2. Penerbit Erlangga: Jakarta. Geoff, Matthews Museums and Art Galleries. Butterworth Architecture. Stallabrass, Julian. Contemporary Art Introduction. Sadewa, Agus. Membaca Seni Kontemporer. Burhan, M. Agus dan Soedarso Sp Jaringan Makna Tradisi dan Kontemporer.BP ISI Yogyakarta. Ham, Roderick Theater Planning. London: The Architectural Press. Pirous, A.D Seni Rupa ITB Dalam Perkembangan, Perjalanan Seni Rupa Dari Masa Ke Masa. Bandung. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain No.1 9

FLEKSIBILITAS ARTSPACE DENGAN LAHAN MINIM (STUDI KASUS SEMERU ART GALLERY)

FLEKSIBILITAS ARTSPACE DENGAN LAHAN MINIM (STUDI KASUS SEMERU ART GALLERY) FLEKSIBILITAS ARTSPACE DENGAN LAHAN MINIM (STUDI KASUS SEMERU ART GALLERY) Edwin Abdullah Almuhaimin 1, Chairil Budianto 2, Herry Santoso 2 1Jurusan Arsitektur/Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya 2Dosen

Lebih terperinci

PERAN ELEMEN INTERIOR SEBAGAI WAYFINDING SIRKULASI DI SHOWROOM GALERI SELASAR SUNARYO BANDUNG

PERAN ELEMEN INTERIOR SEBAGAI WAYFINDING SIRKULASI DI SHOWROOM GALERI SELASAR SUNARYO BANDUNG Sarah Nabila PERAN ELEMEN INTERIOR SEBAGAI WAYFINDING SIRKULASI DI SHOWROOM GALERI SELASAR SUNARYO BANDUNG Sarah Nabila Titihan Sarihati Jurusan Desain Interior, Telkom University Jl. Telekomunikasi No.1,

Lebih terperinci

PERAN ELEMEN INTERIOR SEBAGAI WAYFINDING SIRKULASI DI SHOWROOM GALERI SELASAR SUNARYO BANDUNG

PERAN ELEMEN INTERIOR SEBAGAI WAYFINDING SIRKULASI DI SHOWROOM GALERI SELASAR SUNARYO BANDUNG PERAN ELEMEN INTERIOR SEBAGAI WAYFINDING SIRKULASI DI SHOWROOM GALERI SELASAR SUNARYO BANDUNG Sarah Nabila Titihan Sarihati Jurusan Desain Interior, Telkom University Bandung bella.sarahnabila@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Galeri merupakan sebuah bangunan yang memiliki fungsi mirip dengan museum dan memiliki kegiatan utama yang sama yaitu kegiatan pameran. Galeri memiliki fungsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi saat ini terus melakukan inovasi baru yaitu dengan menggunakan konsep ekonomi kreatif di mana yang menjadi penopang utama dalam konsep ini adalah

Lebih terperinci

Penjelasan Skema : Konsep Citra yang diangkat merupakan representasi dari filosofi kehidupan suku Asmat yang berpusat pada 3 hal yaitu : Asmat sebagai

Penjelasan Skema : Konsep Citra yang diangkat merupakan representasi dari filosofi kehidupan suku Asmat yang berpusat pada 3 hal yaitu : Asmat sebagai BAB V KONSEP DESAIN 5.1 Konsep Citra Konsep merupakan solusi dari permasalahan desain yang ada. Oleh karena itu, dalam pembuatan konsep harus mempertimbangkan mengenai simbolisasi, kebutuhan pengguna,

Lebih terperinci

BAB 3 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM

BAB 3 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM BAB 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PERANCANGAN Pada bab kali ini akan membahas penyelesaian persoalan perancangan dari hasil kajian yang dipaparkan pada bab sebelumnya. Kajian yang telah dielaborasikan menjadi

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep/Citra Ruang Citra atau image yang digunakan dalam mendukung karakter desain adalah modern natural with batavian etnic, dengan menggunakan bentuk bentuk yang geometris

Lebih terperinci

Mereka pun sering mewakili Indonesia sebagai duta negara ke mancanegara untuk memamerkan karya dan keahlian seni pahat mereka. 1 Dalam membuat suatu M

Mereka pun sering mewakili Indonesia sebagai duta negara ke mancanegara untuk memamerkan karya dan keahlian seni pahat mereka. 1 Dalam membuat suatu M BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku Asmat adalah suku terbesar di Irian Jaya yang terkenal dengan seni pahatan kayunya. Uniknya, ketika mereka membuat ukiran tersebut, mereka tidak membuat sketsa

Lebih terperinci

KONSEP DESAIN Konsep Organisasi Ruang Organisasi Ruang BAB III

KONSEP DESAIN Konsep Organisasi Ruang Organisasi Ruang BAB III BAB III KONSEP DESAIN Sebagaimana fungsinya sebagai Museum Budaya Propinsi Jawa Barat, museum ini mewakili kebudayaan Jawa Barat, sehingga tema yang diangkat adalah Kesederhanaan Jawa Barat dengan mengadaptasi

Lebih terperinci

PUSAT PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK TUNANETRA

PUSAT PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK TUNANETRA Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain PUSAT PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK TUNANETRA Ignatius Deo Grasianto ; Dra. Dona Saphiranti, MT. Program Studi Sarjana Desain Interior, Fakultas Seni Rupa

Lebih terperinci

Gambar 5. 1 Citra ruang 1 Gambar 5. 2 Citra ruang 2 2. Lounge Lounge merupakan salah satu area dimana pengunjung dapat bersantai dan bersosialisasi de

Gambar 5. 1 Citra ruang 1 Gambar 5. 2 Citra ruang 2 2. Lounge Lounge merupakan salah satu area dimana pengunjung dapat bersantai dan bersosialisasi de BAB V KONSEP PERENCANAAN INTERIOR 5.1 Konsep Citra Ruang Konsep citra ruang yang ingin dicapai adalah ruangan yang memberikan suasana kondusif kepada pengguna perpustakaan. citra ruang dimana pengguna

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia dan merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat yang banyak menyimpan berbagai sejarah serta memiliki kekayaan

Lebih terperinci

PERANCANGAN INTERIOR PADA GALERI LUKISAN

PERANCANGAN INTERIOR PADA GALERI LUKISAN PERANCANGAN INTERIOR PADA GALERI LUKISAN Eric Gunawan Johannes Alamat : Kemanggisan ilir vi no 5, Jakarta Barat Email : eric.g.johannes@gmail.com Dosen Pembimbing Utama : Dimas Iman Suryono Dosen Pendamping

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERANCANGAN 6.1. Konsep Multifungsionalitas Arsitektur Kesadaran bahwa perancangan youth center ini mempunyai fungsi yang lebih luas daripada sekedar wadah aktivitas pemuda, maka dipilihlah

Lebih terperinci

PERANCANGAN INTERIOR ART SHOP YANA ART GALLERY DI GIANYAR, BALI

PERANCANGAN INTERIOR ART SHOP YANA ART GALLERY DI GIANYAR, BALI PERANCANGAN INTERIOR ART SHOP YANA ART GALLERY DI GIANYAR, BALI KARYA DESAIN Oleh Debby Tiara Nauli Siregar 1211874023 TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI S-1 DESAIN INTERIOR JURUSAN DESAIN FAKULTAS SENI RUPA INSTITUT

Lebih terperinci

Galeri Fotografi Pelukis Cahaya yang Berlanggam Modern Kontemporer dengan Sentuhan Budaya Lombok. Ni Made Dristianti Megarini

Galeri Fotografi Pelukis Cahaya yang Berlanggam Modern Kontemporer dengan Sentuhan Budaya Lombok. Ni Made Dristianti Megarini Galeri Fotografi Pelukis Cahaya yang Berlanggam Modern Kontemporer dengan Sentuhan Budaya Lombok Ni Made Dristianti Megarini 3407100128 Potensi perkembangan kreatifitas dan seni Lombok sangat pesat dan

Lebih terperinci

DESAIN INSTALASI PUBLIK INTERAKTIF DENGAN PENDEKATAN MUSIK UNTUK TAMAN MUSIK CENTRUM BANDUNG

DESAIN INSTALASI PUBLIK INTERAKTIF DENGAN PENDEKATAN MUSIK UNTUK TAMAN MUSIK CENTRUM BANDUNG Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain DESAIN INSTALASI PUBLIK INTERAKTIF DENGAN PENDEKATAN MUSIK UNTUK TAMAN MUSIK CENTRUM BANDUNG Aryo Pangestu Dr. Deddy Wahjudi, M.Eng Program Studi Sarjana Desain

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Letak Geografis Site Site yang akan dibangun berlokasi di sebelah timur Jalan Taman Siswa dengan koordinat 07 o 48 41.8 LS 110 o 22 36.8 LB. Bentuk site adalah persegi panjang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Diagram 6 : skema hubungan fasilitas

BAB IV ANALISIS. Diagram 6 : skema hubungan fasilitas BAB IV ANALISIS IV.1 Analisis Bangunan IV.1.1 Organisasi Ruang Berdasarkan hasil studi banding, wawancara, dan studi persyaratan ruang dan karakteristik kegiatan di dalamnya, hubungan fasilitas dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Gambar 6.1 Area Lobby. Desain Interior Surabaya Art Space sebagai Ajang Kreativitas dan Apresiasi

BAB VI KESIMPULAN. Gambar 6.1 Area Lobby. Desain Interior Surabaya Art Space sebagai Ajang Kreativitas dan Apresiasi BAB VI KESIMPULAN VI.1 Pencahayaan VI.1.1 Lobby Pada area lobby, pencahayaan yang digunakan adalah general lighting dan accent lighting. General lighting yang digunakan pada area lobby adalah downlight

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Parfum atau wewangian merupakan aroma yang akrab dalam kehidupan kita sehari-hari. Aplikasinya pun beragam, mulai dari kosmetik, aromatherapy, obat, hingga

Lebih terperinci

OPTIMALISASI TUMBUH KEMBANG ANAK PADA PELAYANAN PANTI ASUHAN DENGAN STUDI KASUS RUANG INTERIOR

OPTIMALISASI TUMBUH KEMBANG ANAK PADA PELAYANAN PANTI ASUHAN DENGAN STUDI KASUS RUANG INTERIOR Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain OPTIMALISASI TUMBUH KEMBANG ANAK PADA PELAYANAN PANTI ASUHAN DENGAN STUDI KASUS RUANG INTERIOR Citra Lestari Oktaviana Andriyanto Wibisono Program Studi

Lebih terperinci

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala bisa digolongkan ke dalam jenis museum militer karena koleksi yang dimiliki. Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala (Muspusdirla) sempat

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TATA PAMER MUSEUM KONPERENSI ASIA AFRIKA BANDUNG. Museum Konperensi Asia Afrika merupakan sarana edukasi serta

BAB III TINJAUAN TATA PAMER MUSEUM KONPERENSI ASIA AFRIKA BANDUNG. Museum Konperensi Asia Afrika merupakan sarana edukasi serta BAB III TINJAUAN TATA PAMER MUSEUM KONPERENSI ASIA AFRIKA BANDUNG Museum Konperensi Asia Afrika merupakan sarana edukasi serta hiburan bagi masyarakat untuk memperoleh segala informasi mengenai sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pencahayan merupakan sebuah elemen penting dalam desain interior. Hal ini dikarenakan peran cahaya sebagai penampil wujud warna, bentuk, tekstur, dan material

Lebih terperinci

DAFTAR ISI JUDUL... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

DAFTAR ISI JUDUL... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... ABSTRAK Budaya Sunda pada masyarakat kota Bandung dirasakan sudah tidak kental lagi. Karena pola pikir masyarakat yang kurang akan budaya dan kurangnya aturan yang kuat dari pemerintah, maka dibuat fungsi

Lebih terperinci

1.4 Metodologi Penelitian

1.4 Metodologi Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Interior Seni dan desain (art and design) dipandang sebagai dua elemen menyatu yang tidak terpisahkan. Tiap perkembangan seni selalu diikuti oleh visualisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kebudayaan nasional menurut TAP MPR No.II tahun 1998, yakni Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, karya dan karsa bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 73 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Sebagai salah satu Art space yang memiliki pengaruh terhadap dunia seni di Indonesia, Selasar Sunaryo Art space ingin memberikan pelayanan terbaik terhadap para pelaku seni

Lebih terperinci

BABV ADAPTIVE RE-USE. Upaya yang akan dilakukan untuk perencanaan perubahan fungsi bangunan Omah Dhuwur Gallery adalah sebagai berikut:

BABV ADAPTIVE RE-USE. Upaya yang akan dilakukan untuk perencanaan perubahan fungsi bangunan Omah Dhuwur Gallery adalah sebagai berikut: BABV ADAPTIVE RE-USE Dengan melihat kondisi eksisting Omah Dhuwur Gallery pada Bab III dan analisa program pada Bab IV, maka pembahasan-pembahasan tersebut di atas digunakan sebagai dasar pertimbangan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Museum, Moluccas, History, Era

ABSTRAK. Kata kunci: Museum, Moluccas, History, Era ABSTRAK Historical Museum of Moluccas Movement merupakan suatu rancangan untuk tujuan studi, pendidikan, dan rekreasi. Perancangan Museum ini bertujuan agar pengunjung berkesan dan mampu mengingat segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu negara tidak akan lepas dalam kerjasama dengan negara lain dalam memperat hubungan antar negara, kerjasama tersebut terutama dalam hal politik dan kebudayaan.

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN INTERIOR DAN PENERAPAN DESAIN

BAB V KONSEP PERENCANAAN INTERIOR DAN PENERAPAN DESAIN BAB V KONSEP PERENCANAAN INTERIOR DAN PENERAPAN DESAIN V.1 Konsep Perancangan Interior V.1..1 Konsep Desain Perancangan interior untuk Interior Design Department of Binus University ini memiliki tema Dynamic

Lebih terperinci

House Of Sampoerna. Nama Objek : Museum House Of Sampoerna. Lokasi : Jalan Taman Sampoerna 6,Surabaya. Kepemilikan : Sampoerna

House Of Sampoerna. Nama Objek : Museum House Of Sampoerna. Lokasi : Jalan Taman Sampoerna 6,Surabaya. Kepemilikan : Sampoerna House Of Sampoerna Nama Objek : Museum House Of Sampoerna Lokasi : Jalan Taman Sampoerna 6,Surabaya Kepemilikan : Sampoerna Filosofi logo: Bentuk logo berawal dari kepercayaan pemilik pbahwa angka 9 dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ludruk merupakan sebuah drama tradisional yang diperagakan oleh sebuah grup kesenian yang di gelar di panggung. Pertunjukan kesenian yang berasal dari Jombang

Lebih terperinci

KONSEP DESAIN. WARNA Warna yang digunakan adalah warna khas budaya Toraja yang terdapat pada elemen arsitektural dan motif ornamen.

KONSEP DESAIN. WARNA Warna yang digunakan adalah warna khas budaya Toraja yang terdapat pada elemen arsitektural dan motif ornamen. BENTUK Bentuk yang digunakan dapat berupa transformasi dari bentuk Tongkonan, ragam hias tradisional Makassar dan Toraja, serta hal-hal lain yang berhubungan dengan budaya Makassar dan Toraja. Untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. Pos Indonesia yang selanjutnya disebut Kantor Pos merupakan badan usaha milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang layanan sarana komunikasi seperti mengirimkan

Lebih terperinci

Natural Friendly Neoclassical Style. Architecture

Natural Friendly Neoclassical Style. Architecture Architecture Natural Friendly Neoclassical Style Teks: Widya Prawira Foto: BambangPurwanto Desain rumah yang everlasting dengan mengoptimalkan potensi lingkungan, menjadikan rumah ini bersahabat dengan

Lebih terperinci

DESAIN INTERIOR MUSEUM ALAT MUSIK TRADISIONAL JAWA-BALI DENGAN KONSEP MODERN DI SURAKARTA 1

DESAIN INTERIOR MUSEUM ALAT MUSIK TRADISIONAL JAWA-BALI DENGAN KONSEP MODERN DI SURAKARTA 1 DESAIN INTERIOR MUSEUM ALAT MUSIK TRADISIONAL JAWA-BALI DENGAN KONSEP MODERN DI SURAKARTA 1 Tri Susanti. (C0810038) Desain Interior Fakultas Seni Rupa Desain Universitas Sebelas Maret Surakarta. ABSTRACT

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Artspace, Galeri, Orat Oret, Seni

ABSTRAK. Kata Kunci: Artspace, Galeri, Orat Oret, Seni ABSTRAK Melalui aktivitas berkesenian akan diperoleh banyak hal yang berkait dengan nilainilai yang bermanfaat bagi kehidupan. Seni bertaut pada satu titik, yaitu ranah ekpresi kebebasan. Kegiatan ekspresi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pusat es krim merupakan fasilitas yang dirancang untuk penikmat es krim. Pusat es krim menyediakan berbagai jenis es krim dan kebutuhan mengenai es krim bagi masyarakat terutama

Lebih terperinci

Gambar 4.20 Gallery National of Indonesia s Coffee Shop

Gambar 4.20 Gallery National of Indonesia s Coffee Shop DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Peta Jakarta... 13 Gambar 2.2 Peta Jakarta Pusat... 13 Gambar 2.3 Denah Eksisting GNI... 15 Gambar 2.4 Resepsionis Eksisting GNI... 16 Gambar 2.5 Gedung B Pameran Showroom Temporer

Lebih terperinci

BAB V KONSEP 5.1 KONSEP DESAIN KONSEP GAYA

BAB V KONSEP 5.1 KONSEP DESAIN KONSEP GAYA BAB V KONSEP 5.1 KONSEP DESAIN 5.1.1 KONSEP GAYA Konsep perancangan interior museum gamelan ialah modern kontemporer, gaya ini terpilih melalui poroses analisis yang telah di jelaskan pada bab sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsep Perancangan Didalam sebuah perancangan interior, fasilitas sangat menunjang dalam aktifitas yang dilakukan di dalamnya. Fasilitas merupakan hal penting dalam mendesain

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN DAN PERENCANAAN 4.1. Konsep perancangan utama Konsep perancangan dari extreme sport center ini adalah memadukan beberapa fungsi aktivitas kedalam satu bangunan. Dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan kota metropolitan dan kota wisata, yang perekonominnya berkembang pesat. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN MUSEUM ETNOBOTANI INDONESIA

BAB IV PERANCANGAN MUSEUM ETNOBOTANI INDONESIA BAB IV PERANCANGAN MUSEUM ETNOBOTANI INDONESIA DI BANDUNG 3.1. Konsep Perancangan Museum Etnobotani Indonesia merupakan tempat untuk memamerkan benda koleksi berupa hasil pemanfaatan tumbuhan yang ada

Lebih terperinci

BAB.IV. KONSEP DESAIN. IV.1 Tema Perancangan Tema Perancangan Proyek medical spa ini adalah, Refreshing, Relaxing and Theurapetic,

BAB.IV. KONSEP DESAIN. IV.1 Tema Perancangan Tema Perancangan Proyek medical spa ini adalah, Refreshing, Relaxing and Theurapetic, BAB.IV. KONSEP DESAIN IV.1 Tema Perancangan Tema Perancangan Proyek medical spa ini adalah, Refreshing, Relaxing and Theurapetic, Refreshing, berarti tidak kaku, mampu memotivasi pengguna Relaxing, mampu

Lebih terperinci

Bab IV Analisa Perancangan

Bab IV Analisa Perancangan Bab IV Analisa Perancangan 4.1 Analisa Pemilihan Tapak Kriteria Pemilihan Tapak Pasar Baru Pasar baru adalah salah satu ruang publik diantara banyak ruang publik yang ada di jakarta yang persis bersebelahan

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB III KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 1.1 Konsep Perencanaan Dan Perancangan Proyek perencanaan dan perancangan untuk interior SCOOTER OWNERS GROUP INDONESIA Club di Bandung ini mengangkat tema umum

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN PUSAT ILMU PENGETAHUAN DAN KEBUDAYAAN RUSIA

BAB III KONSEP PERANCANGAN PUSAT ILMU PENGETAHUAN DAN KEBUDAYAAN RUSIA BAB III KONSEP PERANCANGAN PUSAT ILMU PENGETAHUAN DAN KEBUDAYAAN RUSIA 3.1 Tema dan Penggayaan Pusat Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Rusia merupakan sebuah sarana yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Konsep Sebuah konsep desain tempat pendidikan yang ramah lingkungan dengan membawa suasana yang asri membawa kehangatan keluarga dalam sebuah wadah pendidikan. Anak anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi bentuk kesenian keramik sampai saat ini. 1. Menurut The Concise Colombia Encyclopedia (1995) kata keramik berasal

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi bentuk kesenian keramik sampai saat ini. 1. Menurut The Concise Colombia Encyclopedia (1995) kata keramik berasal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah sebuah negara yang dikenal dengan keanekaragaman tradisi dan kebudayaan, salah satu keragaman yang dimiliki oleh Indonesia adalah tradisi pembuatan

Lebih terperinci

EFEK PENCAHAYAAN BUATAN TERHADAP TAMPILAN KARYA DI ROEMAH SENI SARASVATI

EFEK PENCAHAYAAN BUATAN TERHADAP TAMPILAN KARYA DI ROEMAH SENI SARASVATI Sesilia Windy Carena 1 dan Ratri Wulandari 2 Program Studi Desain Interior Universitas Telkom ¹swcarena@yahoo.co.id ²ratriwulandari@tcis.telkomuniversity.ac.id EFEK PENCAHAYAAN BUATAN TERHADAP TAMPILAN

Lebih terperinci

PERANCANGAN INTERIOR PHOTOGRAPHY SCHOOL AND CENTRE FOR CHILDREN ABSTRAK. anak yang dapat mendukung kegiatan eksplorasi dalam fotografi.

PERANCANGAN INTERIOR PHOTOGRAPHY SCHOOL AND CENTRE FOR CHILDREN ABSTRAK. anak yang dapat mendukung kegiatan eksplorasi dalam fotografi. PERANCANGAN INTERIOR PHOTOGRAPHY SCHOOL AND CENTRE FOR CHILDREN ABSTRAK Anak anak memiliki kemampuan untuk belajar sesuatu dengan kemampuan dan daya serap yang baik, begitu pula dalam kegiatan fotografi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seni merupakan bagian dari kebudayaan yang lahir dari hasil budi daya manusia dengan segala keindahan, dan kebebasan berekspresi dari manusia sendiri. Seiring dengan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. kehidupan modern dengan tuntutan kebutuhan yang lebih tinggi. Seiring

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. kehidupan modern dengan tuntutan kebutuhan yang lebih tinggi. Seiring 151 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsep Perancangan Perkembangan jaman yang melaju dengan pesat, membuat sebuah kehidupan modern dengan tuntutan kebutuhan yang lebih tinggi. Seiring dengan itu, sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) salah satunya disebabkan oleh pelayanan sarana kesehatan yang belum memadai. Dengan memperbaiki pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bandung merupakan kota yang sering dijuluki dengan kota paris van java karena banyaknya bangunan-bangunan heritage seperti kota paris dan pertunjukan kesenian atau

Lebih terperinci

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB V HASIL RANCANGAN BAB V HASIL RANCANGAN 5.1 Perancangan Tapak 5.1.1 Pemintakatan Secara umum bangunan dibagi menjadi beberapa area, yaitu : Area Pertunjukkan, merupakan area dapat diakses oleh penonton, artis, maupun pegawai.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN OBJEK RANCANGAN. Judul Perancangan yang terpilih adalah Gorontalo Art Gallery Centre, dengan

BAB II TINJAUAN OBJEK RANCANGAN. Judul Perancangan yang terpilih adalah Gorontalo Art Gallery Centre, dengan BAB II TINJAUAN OBJEK RANCANGAN 2.1. Pengertian Judul Judul Perancangan yang terpilih adalah Gorontalo Art Gallery Centre, dengan pengertian sebagai berikut. Gorontalo adalah nama dari daerah Provinsi

Lebih terperinci

TATA INTERIOR GALERI PEMBENTUK PENGALAMAN RUANG PADA SENTRA POTENSI DAN KREASI MALANG ARTIKEL ILMIAH

TATA INTERIOR GALERI PEMBENTUK PENGALAMAN RUANG PADA SENTRA POTENSI DAN KREASI MALANG ARTIKEL ILMIAH TATA INTERIOR GALERI PEMBENTUK PENGALAMAN RUANG PADA SENTRA POTENSI DAN KREASI MALANG ARTIKEL ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh : ANNISA AURELIA

Lebih terperinci

Canopy: Journal of Architecture

Canopy: Journal of Architecture Canopy 2 (1) (2013) Canopy: Journal of Architecture http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/canopy PUSAT PERAGAAN IPTEK DI SEMARANG Lailum Mujib Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri

Lebih terperinci

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Fungsi Dalam merancang sebuah bangunan, hal yang utama yang harus diketahui adalah fungsi bangunan yang akan dirancang, sehingga terciptalah bangunan dengan desain

Lebih terperinci

REDESAIN INTERIOR KANTOR PT DIGINET MEDIA YOGYAKARTA

REDESAIN INTERIOR KANTOR PT DIGINET MEDIA YOGYAKARTA REDESAIN INTERIOR KANTOR PT DIGINET MEDIA YOGYAKARTA PENCIPTAAN/PERANCANGAN ENDRA ADE WINATA 1211846023 Tugas Akhir ini diajukan kepada Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta Sebagai Salah

Lebih terperinci

MOM AND BABY SPA. Abstract. 1. Pendahuluan. Kata Kunci : jurnal, naskah, panduan, penulisan, template

MOM AND BABY SPA. Abstract. 1. Pendahuluan. Kata Kunci : jurnal, naskah, panduan, penulisan, template Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain MOM AND BABY SPA Astrid Ginayatunisa Dr. Dona Saphiranti, M.T Program Studi Sarjana Desain Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB Email: ginayatunisa@gmail.com

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN UMUM

BAB V KONSEP PERANCANGAN UMUM BAB V KONSEP PERANCANGAN UMUM 5.1. Konsep Perancangan Umum Yogyakarta merupakan sebuah kota dengan beragam budaya dan seni. Dari Yogyakarta lahir para seniman-seniman dan arsitek-arsitek handal yang menjadi

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN MUSEUM MARITIM NUSANTARA. pada pemberian informasi seputar sejarah kemaritiman nusantara masa lalu

BAB IV KONSEP PERANCANGAN MUSEUM MARITIM NUSANTARA. pada pemberian informasi seputar sejarah kemaritiman nusantara masa lalu BAB IV KONSEP PERANCANGAN MUSEUM MARITIM NUSANTARA IV. 1. Konsep dan Tema Perancangan Museum maritim nusantara merupakan museum khusus yang terfokus pada pemberian informasi seputar sejarah kemaritiman

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN. 5.1 Konsep Desain

BAB V KONSEP PERENCANAAN. 5.1 Konsep Desain BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1 Konsep Desain Jakarta sebagai ibu kota negara merupakan kota tersibuk di Indonesia, banyak sekali kejadian-kejadian yang dapat membuat orang menjadi stress seperti, kemacetan,

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Konsep utama yang mendasari Rancang Ulang Stasiun Kereta Api Solobalapan sebagai bangunan multifungsi (mix use building) dengan memusatkan pada sistem dalam melayani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek Gambar 1.1. Diagram Kebutuhan Maslow

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek Gambar 1.1. Diagram Kebutuhan Maslow BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Ketika kita mendengar kata atau istilah Seni Rupa, hal pertama yang terniang di benak kita adalah aktifitas menggambar. Padahal

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsep Perancangan Interior Gambar 4.1 Mind Map Sumber: Penulis Konsep perancangan interior pada museum ini ingin mengubah sebuah museum yang memiliki pencitraan yang sedikit

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI UNSUR TRADISI DAN KEBUDAYAAN BATAK DENGAN PENDEKATAN MODERN DALAM PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM ULOS SUMATERA UTARA

IMPLEMENTASI UNSUR TRADISI DAN KEBUDAYAAN BATAK DENGAN PENDEKATAN MODERN DALAM PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM ULOS SUMATERA UTARA Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain IMPLEMENTASI UNSUR TRADISI DAN KEBUDAYAAN BATAK DENGAN PENDEKATAN MODERN DALAM PERANCANGAN INTERIOR MUSEUM ULOS SUMATERA UTARA Feny Ambarsari Pembimbing:

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 189 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsep Perancangan Penentuan konsep perancangan interior didasarkan atas analisa dan pertimbangan beberapa faktor yang telah dibahas pada bab 2 yaitu tinjauan museum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni Kota Yogyakarta merupakan kota yang terkenal dengan anekaragam budayanya, seperti tatakrama, pola hidup yang

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN TUGAS AKHIR KATA PENGANTAR

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN TUGAS AKHIR KATA PENGANTAR ABSTRAK Dalam penulisan makalah perancangan desain ini, penulis membahas mengenai perancangan desain sebuah galeri kerajinan tangan dengan fasilitas penunjangnya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik merupakan kain khas masyarakat Indonesia. Batik ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 yang juga ditetapkan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu manusia dalam melakukan segala kegiatannya sehari-hari. Pertama kali,

BAB I PENDAHULUAN. membantu manusia dalam melakukan segala kegiatannya sehari-hari. Pertama kali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Cahaya merupakan sumber kehidupan bagi setiap manusia. Cahaya sangat membantu manusia dalam melakukan segala kegiatannya sehari-hari. Pertama kali, manusia menggunakan

Lebih terperinci

Re-Desain Interior Perpustakaan Pusat ITS Lantai 5 dengan Konsep Modern Minimalis BAB V KESIMPULAN

Re-Desain Interior Perpustakaan Pusat ITS Lantai 5 dengan Konsep Modern Minimalis BAB V KESIMPULAN BAB V KESIMPULAN Pendidikan, pada dasarnya setiap manusia berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran. Namun secara formal, pendidikan baru dimulai saat usia anak mencapai usia 5 tahun dan mulai sekolah

Lebih terperinci

BAB 6. Figure 6. 1 Denah Opened-Gallery. sumber: Analisis Penulis, 2016 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM

BAB 6. Figure 6. 1 Denah Opened-Gallery. sumber: Analisis Penulis, 2016 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM BAB 6 EVALUASI RANCANGAN Berdasarkan evaluasi akhir terdapat beberapa hal yang perlu ditambahkan untuk meningkatkan kualitas pada rancangan Sriwijaya Archaeology Museum. Selain itu penambahan pada desain

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep perancangan 4.1.1 Konsep Gaya Konsep gaya pada perancangan Showroom Mabua Harley Davidson ini di desain dengan unik dan memberi kesan tempo dulu, berdasarkan analisa

Lebih terperinci

TEMA DAN KONSEP. PUSAT MODE DAN DESAIN Tema : Dinamis KONSEP RUANG KONSEP TAPAK LOKASI OBJEK RANCANG

TEMA DAN KONSEP. PUSAT MODE DAN DESAIN Tema : Dinamis KONSEP RUANG KONSEP TAPAK LOKASI OBJEK RANCANG TEMA DAN KONSEP T E M A Trend dalam berpakaian dari tahun ke tahun akan TEMA terus berputar, dan akan berkembang lagi seiring berjalannya waktu eksplorasi tentang suatu pergerakan progressive yang selalu

Lebih terperinci

PERANCANGAN DESAIN INTERIOR MUSEUM KOPI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN

PERANCANGAN DESAIN INTERIOR MUSEUM KOPI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1 PERANCANGAN DESAIN INTERIOR MUSEUM KOPI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin maju dan modern, serta meningkatnya kemajuan akan ilmu pengetahuan menuntut manusia

Lebih terperinci

HASIL PERANCANGAN ... BAB IV. 4.1 Deskripsi Umum Projek

HASIL PERANCANGAN ... BAB IV. 4.1 Deskripsi Umum Projek BAB IV HASIL PERANCANGAN 4.1 Deskripsi Umum Projek Tema yang dibahas dalam perancangan ini adalah Reborn, merupakan bagian dari kehidupan atau perjalanan yang tampak dari kacang hijau, pada saat itu kita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Musik merupakan suatu seni yang tidak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari. Melalui Musik bisa menjadi salah satu sarana untuk mengekspresikan perasaan yang kita rasakan,dan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi pada zaman ini sudah sangat pesat, tidak perlu puluhan tahun teknologi sudah bisa berkembang sangat jauh. Berkembangnya teknologi, membuat orang-orang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat di Indonesia pasti telah merasakan bahwa teknologi saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, dan teknologi maju ini telah memasuki segala aspek

Lebih terperinci

pentingnya sebuah gedung pameran seni rupa yang permanen dan dapat mewadahi

pentingnya sebuah gedung pameran seni rupa yang permanen dan dapat mewadahi BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan 1.1.1 Perkembangan Kegiatan Seni Rupa di Yogyakarta Melihat perkembangan seni akhir - akhir ini kita bisa melihat bahwa Yogyakarta merupakan barometer

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DESAIN KERETA RESTORASI PADA KERETA API JARAK JAUH

PENGEMBANGAN DESAIN KERETA RESTORASI PADA KERETA API JARAK JAUH JurnalTingkat Sarjana Senirupa dan Desain PENGEMBANGAN DESAIN KERETA RESTORASI PADA KERETA API JARAK JAUH Sigit Sembada Sutasman Dr. Martinus Pasaribu, M.Sn. ProgramStudiSarjanaDesain Produk, Fakultas

Lebih terperinci

Gambar 5.2 Mind Mapping Perawat dan Pengunjung Gambar 5.3 Mind Mapping Site dan Bangunan 1

Gambar 5.2 Mind Mapping Perawat dan Pengunjung Gambar 5.3 Mind Mapping Site dan Bangunan 1 BAB V KONSEP PERANCANGAN INTERIOR 5. 1. Dasar dan Tujuan Setelah melewati proses analisis, penulis mengambil tema refreshment atau penyegaran sebagai konsep desain yang akan diterapkan pada perancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini perkembangan teknologi di dunia mengalami kemajuan yang begitu pesat. Dari perkembangan teknologi yang sangat pesat ini telah memberikan perubahan yang luar

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. konsep lagu blues Everyday I Have Blues, menerapkan nilai serta karakter lagu

BAB VI HASIL PERANCANGAN. konsep lagu blues Everyday I Have Blues, menerapkan nilai serta karakter lagu BAB VI HASIL PERANCANGAN Perancangan Pusat Seni Musik Blues di Kota Malang ini menggunakan konsep lagu blues Everyday I Have Blues, menerapkan nilai serta karakter lagu tersebut dengan memasukkan tiap

Lebih terperinci

DESAIN RUANG PERPUSTAKAAN Oleh : Wanda Listiani, S.Sos 1 dan Novalinda, ST 2

DESAIN RUANG PERPUSTAKAAN Oleh : Wanda Listiani, S.Sos 1 dan Novalinda, ST 2 DESAIN RUANG PERPUSTAKAAN Oleh : Wanda Listiani, S.Sos 1 dan Novalinda, ST 2 Kenyamanan ruang bagi pengguna perpustakaan adalah hal yang utama. Sebagai penunjang kegiatan membaca maupun kegiatan yang lainnya,

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Capaian (CP) CPL - PRODI S9 Menitikberatkan pola pembelajaran yang berimbang pada P3 konsep keilmuan dan praktek di lapangan. Proses Problem based learning dalam pembelajaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Galeri Nasional Indonesia (GNI) merupakan salah satu lembaga kebudayaan berupa museum khusus dan pusat kegiatan seni rupa, sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 6.1. KONSEP MAKRO Secara makro, konsep perencanaan dan perancangan Museum Tekstil Indonesia ini merupakan sebuah alat untuk mendekatkan masyarakat Indonesia agar

Lebih terperinci

PENGARUH PENCAHAYAAN BUATAN TERHADAP OBJEK DISPLAY ELEKTRONIK MUSEUM PUSPA IPTEK

PENGARUH PENCAHAYAAN BUATAN TERHADAP OBJEK DISPLAY ELEKTRONIK MUSEUM PUSPA IPTEK PENGARUH PENCAHAYAAN BUATAN TERHADAP OBJEK DISPLAY ELEKTRONIK MUSEUM PUSPA IPTEK Fauzan Hakim Fakultas Industri Kreatif Telkom University, fauzanhakiminterior@gmail.com Abstrak : Pencahayaan buatan pada

Lebih terperinci

Perpustakaan Umum di Yogyakarta dengan Pendalaman Desain Pencahayaan

Perpustakaan Umum di Yogyakarta dengan Pendalaman Desain Pencahayaan JURNAL edimensi ARSITEKTUR, No. 1 (2012) 1-5 1 Perpustakaan Umum di Yogyakarta dengan Pendalaman Desain Pencahayaan Daniel Adrianto Saputra, Esti Asih Nurdiah. Jurusan Teknik Arsitektur, Universitas Kristen

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN INTERIOR IV.1. Konsep Perancangan Konsep Perancangan hotel resort merupakan kesimpulan dari analisis Perancangan hotel resort. Konsep Perancangan hotel resort di pantai Jakarta

Lebih terperinci