BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran dunia tentang bahaya pertumbuhan penduduk yang besar dan cepat

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesadaran dunia tentang bahaya pertumbuhan penduduk yang besar dan cepat telah mengundang pemimpin dunia untuk mempersoalkan penduduk dunia yang semakin membahayakan. Piagam hak asasi manusia tahun 1967 dengan inti bahwa persoalan penduduk setiap negara merupakan masalah vital berkaitan dengan tujuan pembangunan untuk meningkatkan martabat manusia. Perdamaian abadi akan tergantung dari bagaimana setiap negara dapat mengatasi masalah penduduknya yang akan mempunyai dampak nasional dan internasional (Manuaba, 1999). Gerakan keluarga berencana Indonesia (GKBI) telah menjadi contoh bagaimana negara dengan penduduk terbesar keempat di dunia, dapat mengendalikan dan menerima gerakan keluarga berencana sebagai salah satu bentuk pembangunan keluarga yang lebih dapat dikendalikan untuk mencapai kesejahteraan (Indiarti, 2007). Gambaran umum tentang keluarga yang dapat diterima masyarakat berpedoman Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) dan keluarga mempunyai fungsi sosial. Di Indonesia gerakan keluarga berencana telah berhasil dengan baik, karena kemampuan pemerintah dalam memberikan Komunikasi, Informasi, Simplifikasi dan Sinkronisasi (KISIS) sehingga dapat diterima sebagai salah satu jalan menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS). Keberhasilan ini sudah tentu diikuti oleh makin meningkatnya kemampuan dalam bidang kesehatan untuk menjamin kelangsungan hidup jumlah anak (Manuaba, 1998).

2 Pada penduduk miskin, jumlah kelahiran relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan tingkat kelahiran pada penduduk yang tidak miskin. Menurunnya jumlah akseptor KB di daerah juga ditunjukkan menurunnya jumlah penyuluh lapangan dari orang menjadi orang. Akibatnya, program KB sebagai mekanisme untuk mengontrol kelahiran tidak bisa maksimal. Daerah yang tidak serius dan tidak mampu melaksanakan KB dianggap pusat kurang berkomitmen terhadap KB. Selain tidak efektifnya KB dan ancaman ledakan penduduk, wabah busung lapar dan demam berdarah dianggap oleh pusat sebagai bentuk ketidakmampuan daerah dalam menjalankan disentralisasi kesehatan. Akhirnya mentri kesehatan Siti Fadilah Supari menyatakan bahwa kewenangan di bidang kesehatan yang telah dilimpahkan kepada daerah harus diresentralisasi. Salah satunya adalah pengelolaan Jaminan Pemeliharaan Keluarga Miskin (JP Gakin) yang kembali diurus PT Askes (2006). Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) merupakan suatu riwayat kepeloporan. Misinya menyangkut hal yang mendasar dalam kehidupan manusia, yakni persoalan reproduksi, yang padanya melekat berbagai norma, tabu dan juga peraturanperaturan. Bagi penggerak-penggerak motivasi kemanusiaan, menolong sesama untuk kesehatan dan kesejahteraan ekonomi, merupakan dorongan yang penting. Pada tahun 1970 PKBI menjadi unit pelaksana dari program nasional yang dikoordinir oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Pada tanggal 13 mei 2008 menunjukkan persentase akseptor KB suntik di Indonesia lebih besar dibandingkan dengan akseptor KB yang lain, yaitu berjumlah 70 %. (Media Indonesia, 2008). Banyak alat kontrasepsi yang bisa dijadikan pilihan. Namun bukan berarti kita bisa semaunya menentukan alat kontrasepsi yang akan kita pakai. Semua ada aturan dan

3 standarnya, tenaga medis sangat berperan, di samping kondisi fisik dan kesehatan calon pemakai alat kontrasepsi yang disebut akseptor (Indiarti, 2007). Alat kontrasepsi yang tersedia di pasaran sangat beragam. Diantaranya adalah kontrasepsi hormonal suntik progestagen. Saat ini terdapat tiga macam kontrasepsi suntik yaitu Depoprovera, Cyclofem dan Norigest. Metode ini hanya satu kali suntik dengan interval satu bulan atau lebih sehingga metode suntik lebih menguntungkan, bila dibandingkan dengan pil. Karena motivasi dan taraf pendidikan dalam masyarakat masih sangat kurang. Hubungan karakteristik dan pengetahuan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi diantaranya adalah umur, jumlah anak, gaya hidup, pendapatan, setatus kesehatan, riwayat haid, efektivitas kontrasepsi dan efeksamping minor (Hartanto, 2004). Hubungan karakteristik dan pengetahuan ibu dengan pemilihan kontrasepsi pada akseptor KB meliputi paritas, umur, pendidikan, pengetahuan dan sikap. Selain itu dalam pemilihan alat kontrasepsi lebih terkait pada faktor sosial ekonomi keluarga (Anggraeni, 2004). Berdasarkan data sekunder dari Puskesmas Sayung II di Desa Perbalan Kecamatan Sayung Kabupaten Demak 23 Pebruari Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di Desa Perbalan berjumlah 394 orang dan yang menjadi akseptor KB berjumlah 250 orang dengan rincian sebagai berikut suntik 212 orang (84,8 %), pil 15 orang (6 %), implant 8 orang (3,2 %), IUD 8 orang (3,2 %), MOW 4 orang (1,6 %) dan MOP 3 orang (1,2 %). Dari data diatas sebagian besar akseptor KB memilih metode suntik (84,8 %) bila dibanding metode KB lain. Metode KB suntik hampir merata di semua wilayah Desa Perbalan. Mengapa akseptor KB lebih memilih metode kontrasepsi suntik dibanding

4 dengan metode lain. Padahal banyak metode kontrasepsi lain yang tersedia di Desa Perbalan, sampai saat ini belum ada jawaban yang pasti untuk hal ini. Fenomena ini yang mendorong peneliti untuk mengetahui hubungan karakteristik dan pengetahuan ibu dengan pemilihan kontrasepsi suntik pada akseptor KB di Desa Perbalan Kecamatan Sayung Kabupaten Demak. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti ingin mengetahui hubungan karakteristik dan pengetahuan ibu dengan pemilihan kontrasepsi suntik pada akseptor KB di Desa Perbalan Kecamatan Sayung Kabupaten Demak. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan karakteristik dan pengetahuan ibu dengan pemilihan kontrasepsi suntik pada akseptor KB di Desa Perbalan Kecamatan Sayung Kabupaten Demak. 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan hubungan karakteristik dan pengetahuan ibu dengan pemilihan kontrasepsi suntik yang meliputi paritas, umur, pendapatan dan pengetahuan pada akseptor KB di Desa Perbalan Kecamatan Sayung Kabupaten Demak.

5 b. Mendiskripsikan pemilihan kontrasepsi suntik c. Menganalisis hubungan antara paritas dengan pemilihan kontrasepsi suntik d. Menganalisis hubungan antara umur dengan pemilihan kontrasepsi suntik e. Menganalisis hubungan antara pendapatan dengan pemilihan kontrasepsi suntik f. Menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan pemilihan kontrasepsi suntik D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Mengaplikasikan teori yang diperoleh, yaitu dengan cara mengidentifikasi dan menganalisis hubungan karakteristik dan pengetahuan ibu dengan pemilihan kontrasepsi suntik pada akseptor KB yang ada di Desa Perbalan Kecamatan Sayung Kabupaten Demak. Serta memperluas penelitian tentang hal-hal yang berkaitan dengan metode kontrasepsi. 2. Bagi Institusi Kesehatan Hasil penelitian dapat memberikan informasi mengenai hubungan karakteristik ibu dan pengetahuan yang mempengaruhi tentang pemilihan kontrasepsi KB khususnya metode kontrasepsi suntik di Desa Perbalan Kecamatan Sayung Kabupaten Demak.

6 3. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya, khususnya dalam bidang Ilmu Keperawatan Maternitas.