BAB I PENDAHULUAN. Bergegas saya masuk ke mobil dan melanjutkan perjalanan. Beberapa kali mobil
|
|
- Irwan Djaja Kurnia
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siang begitu terik ketika saya sampai di pelabuhan BHD (Bintang Harapan Desa). Hamparan sawit dan debu yang berterbangan tak lupa menyambut saya. Bergegas saya masuk ke mobil dan melanjutkan perjalanan. Beberapa kali mobil yang saya tumpangi bersama rombongan berpapasan dengan truk yang penuh berisi buah sawit. Kadang kami mengalah untuk berhenti karena banyak jalan yang masih sempit. Sampai di Trans II 1 saya berpisah dengan rombongan. Menggunakan motor, saya dijemput oleh Pak Kilat untuk melanjutkan perjalanan ke Dusun Suak Pram. Sebenarnya ini kali kedua saya menginjakkan kaki di Kalimantan Barat, tepatnya di Desa Pampang Dua, Kecamatan Meliau, Kabupaten Sanggau. Sebelumnya saya pernah kesini di tahun Tak berbeda dengan kondisi di pelabuhan BHD, di jalan menuju Suak Pram pun tidak banyak yang berubah kecuali semakin meluasnya hamparan sawit. Semenjak sawit masuk ke desa sekitar tahun , semakin hari desa semakin bertambah maju dan perekonomian masyarakat pun meningkat drastis. Jalanan jauh lebih bagus dibanding dulu, fasilitas untuk masyarakat pun semakin baik. Namun dibalik semua itu ada konsekuensi yang harus dibayar. Untuk mengikuti permintaan pasar, banyak rimba yang dibuka dan lahan yang dijadikan 1 Trans II merupakan sebutan untuk Desa Bhakti Jaya. Masyarakat lebih sering menyebut dengan nama Trans II karena disana memang kampung transmigran, dan dulu bernama Trans II. 1
2 kapling sawit. Beberapa alat berat yang biasanya didatangkan dari perusahaan dioperasikan untuk membantu merobohkan pohon-pohon dengan cepat, lahan pun menjadi bersih dan rata seketika. Saya melihat hal yang aneh di jalan yang kami lewati, ada beberapa lahan yang dibiarkan tidak ditanami sawit padahal lahan di kanan dan kirinya sudah disulap menjadi kapling sawit. Ketika saya menanyakannya kepada bapak, kata bapak itu disebut dengan ingklap dan ada juga tembawang yang tidak ditanami sawit. Gambar 1.1: Salah Satu Ingklap di Samping Jalan Poros Nala Hal ini menimbulkan pertanyaan besar dibenak saya, mengapa tidak semua lahan dijadikan kapling sawit? Maka saya pun mencoba mencari jawabannya. 2
3 B. Tinjauan Pustaka Resistensi atau perlawanan petani terhadap perekonomian di mana mereka menggantungkan hidup akan terjadi ketika mereka merasa lebih banyak rugi dibandingkan untung, atau pun mereka merasakan adanya ketidakadilan. Polanyi dalam bukunya The Great Transformation (2001) menyatakan bahwa ketika lahan, tenaga kerja, dan uang -yang bukan termasuk komoditas karena mereka tidak diproduksi- sudah masuk kedalam perekonomian pasar maka ketiga hal ini akan menjadi komoditas fiktif (fictitious commodity), karena bagi perekonomian pasar ketiga hal tersebut merupakan elemen yang penting dalam industri. Sementara ketika lahan dan tenaga kerja yang merupakan satu kesatuan yang hidup dalam masyarakat bahkan diri masyarakat itu sendiri lantas harus mengikuti sistem pasar, maka masyarakat pun pada suatu titik akan goyah dan akhirnya merubah atau bahkan menghancurkan masyarakat itu sendiri. Lantas muncul gelombang perlawanan terhadap sistem tersebut. Perlawanan yang timbul dari masyarakat muncul dalam berbagai macam bentuk dan cara. Perlawanan petani ditemukan Odit (2013) di masyarakat dusun Ensunak, Desa Meranggau, Kecamatan Meliau, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Ketidakadilan yang mereka rasakan atas penggunaan lahan dengan sistem inti-plasma sawit yang ditawarkan oleh perusahaan pengolahan sawit, membuat mereka melakukan perlawanan dalam bentuk ngakal. Ngakal ini diwujudkan dalam tindakan pencurian, tumpang tindih, atau salah gusur yang mereka lakukan pada tanah yang sudah diserahkan oleh sebagian masyarakat dan sedang 3
4 digarap oleh perusahaan. Semua itu pada akhirnya merugikan perusahaan meski sebenarnya masyarakat juga menggantungkan harapan kepada sawit. James Scott (1985) menemukan perlawanan yang berbeda dari perlawanan besar atau terbuka seperti yang biasanya terjadi, perlawanan seperti ini cenderung tidak efisien karena perlawanan yang terbuka biasanya akan menimbulkan perlawanan balik yang lebih mematikan dari penguasa. Perlawanan terselubung namun lebih efisien dilakukan oleh kaum petani di Sekada, Malaysia atas program Revolusi Hijau yang dicetuskan oleh pemerintah. Kaum petani yang Scott sebut dengan orang-orang kalah itu merasa bahwa Revolusi Hijau m erugikan mereka, membuat kaum miskin menjadi lebih miskin dan kaum kaya menjadi semakin kaya. Perlawanan sehari-hari (everyday form of resistance) yang terselubung pun dilakukan dengan cara menjatuhkan kredibilitas moral mereka yang menjadi musuh bersama kaum miskin. Skripsi ini juga akan membicarakan mengenai enklave (enclave) dan tembawang. Triono (2002) dalam tesisnya yang berjudul Kebijakan Pemerintah Kabupaten Langkat Terhadap Lahan Enclave Dan Kaitannya Dengan Pelestarian Taman Nasional Gunung Leuser, mengartikan lahan enclave sebagai kantongkantong permukiman masyarakat tradisional di dalarn hutan yang telah berlangsung secara turun temurun. Menurutnya, perlu dilakukan pengkajian terhadap ked udukan hukum lahan enclave yang berada pada kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. Sedangkan Moeliono dalam tulisannya yang berjudul Ketidak-adilan dalam pengadaan dan pemanfaatan tanah: pengembangan industri-pariwisata dan peminggiran masyarakat kampung kota di Bandung, menggunakan kata enclave 4
5 untuk merujuk pada rumah-rumah besar (gedongan) ditengah hunian masyarakat kampung kota Sangiang Santen di pinggiran Kota Bandung. Sementara Potter (2008) menyebutkan bahwa tembawang merupakan hutan kecil (groves) milik komunal dimana padi, karet hutan, buah-buahan dan kacangkacangan didapatkan. Masyarakat Dayak melindungi tembawang, pembukaan tembawang untuk dijadikan lahan lain biasanya tidak diizinkan oleh ketua adat dan tidak pula diinginkan. Merujuk tulisan Wadley dan Colfer (2004) dalam masyarakat Iban, tembawang disebut dengan tembawai yang diartikan sebagai bekas rumah panjang yang ditanami berbagai pohon buah dan dikategorikan sebagai hutan keramat. Hutan ini diasosiasikan dengan makam, tempat orang meninggal, maupun tempat tinggal arwah (spirit).. C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas saya mengajukan dua pertanyaan dalam skripsi ini. Pertanyaan utama saya adalah 1) ketika perekonomian yang baru membuat lahan lebih menguntungkan untuk ditanami sawit, mengapa masyarakat masih mempertahankan sebagian lahannya untuk tidak ditanami sawit?; dan 2) bagaimana perubahan pemaknaan masyarakat atas tembawang akibat perubahan sosialekonomi yang terjadi? 5
6 D. Kerangka Pemikiran Tembawang merupakan bekas pondok yang ditanami banyak pohon buah dan diwariskan secara turun temurun oleh pembuatnya. Sistem kepemilikan tanah yang ada dan sistem ladang berpindah yang dilakukan masyarakat Kancin k-ketior dapat memungkinkan satu orang memiliki lebih dari satu tembawang. Masyarakat Kancin k-ketior merupakan masyarakat asli Desa Pampang Dua. Masyarakat desa mereka sering disebut dengan orang kampung, sedangkan mereka menyebut diri mereka sendiri dengan orang Kancin k-ketior 2. Bagi masyarakat Kancin k-ketior, tembawang tidak hanya dimaknai sebagai kebun yang berisi pohon buah dimana mereka dapat menikmatinya ketika musim buah tiba. Sistem pewarisan dan paraturan-peraturan yang mengikat pada tembawang, menjadi salah satu tanda bahwa tembawang memiliki makna khusus bagi mereka. Masyarakat Kancin k-ketior menjadikan tembawang sebagai alat pengikat kekerebatan mereka. Ketika mereka akhirnya tinggal menyebar di berbagai tempat, tembawang menjadi pengikat mereka. Namun tidak hanya perkara fisik. Masyarakat Kancin k-ketior, atau pun dalam lingkup yang lebih luas masyarakat Dayak, sangat menghormati nenek moyang mereka.. Mereka percaya bahwa nenek moyang merupakan pelindung kehidupan mereka, nenek moyang memiliki kedudukan tertinggi dalam kepercayaan mereka. Sementara tembawang merupakan warisan nenek moyang, dan juga menjadi tempat untuk dilakukannya ritual adat 2 Menurut saya adanya Kancin k-ketior adalah karena banyaknya perkawinan yang sudah terjadi diantara kedua suku tersebut, dan juga menunjukan adanya penggabungan budaya dari dua sub suku tersebut. 6
7 kepada nenek moyang, sehingga bagi masyarakat Kancingk-Ketior tembawang memiliki hubungan yang khusus dengan mereka. Perubahan terus terjadi di dalam masyarakat yang diawali dengan perubahan ekonomi ketika masyarakat mulai mengenal sawit. Lahan-lahan terus terancam untuk memenuhi kebutuhan pasar. Sementara di sisi lain mereka harus tetap mempertahankan kekerabatan mereka demi terjaganya jaring sosial-ekonomi. Berangkat dari hal ini saya akan melihat persebaran masyarakat dari awal dibelinya tanah oleh leluhur mereka, bagaimana fungsi dan cara mereka tetap memelihara kekerabatan dengan melihat perubahan sebagai pengaruh serta pemicunya. E. Tujuan Penelitian Penelitian ini untuk mengetahui mengenai pengaruh perekonomian baru, yakni sawit, dalam penggunaan maupun pemaknaan lahan oleh masyarakat Kancingk-Ketior di Desa Pampang Dua. Penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan mengenai sejarah desa, perubahaan yang terjadi dan bagaimana masyarakat menghadapi perubahan-perubahan tersebut. Diharapakan hasil penelitian ini dapat memberi gambaran bagi pembaca mengenai fenomenafenomena yang terjadi pada masyarakat yang menghadapi perubahan akibat sawit. Diharapkan pula penelitian ini digunakan sebagai tambahan referensi, dan kekurangan dalam penelitian ini dapat memicu penelitian selanjutnya untuk melengkapi maupun memperbaiki. 7
8 F. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Pampang Dua, Kecamatan Meliau, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat pada tanggal 14 Januari 2016 hingga 27 Februari Sebelumnya saya pernah melakukan penelitian di sana namun dengan fokus yang berbeda pada tahun 2014 lalu. Hal ini memberi kemudahaan pada penelitian ini karena sebagian besar masayarakat masih mengingat saya, sehingga pendekatan kepada masyarakat jauh lebih mudah. Awal penelitian saya tinggal di rumah Pak Kilat di Dusun Suak Pram. Saya memilih dusun ini karena dua alasan. Pertama, dusun ini merupakan dusun paling hilir di Desa Pampang Dua sehingga pengaruh dari luar lebih cepat masuk, banyaknya transmigran yang tinggal membuat dusun ini lebih heterogen dan memiliki ciri tersendiri. Kedua, dusun ini merupakan dusun terakhir yang terbentuk, sehingga tembawang muda banyak terdapat di dusun ini. Setelah saya rasa data saya cukup di Suak Pram, beberapa hari terakhir saya pindah ke dusun Pampang Dua dan tinggal di rumak Pak Via untuk lebih mengetahui sejarah desa dan tembawang Peluntan sebagai tembawang yang paling tua di desa. Saya membagi informan menjadi dua yakni informan utama dan informan pendukung. Informan utama adalah mereka yang memiliki pengetahuan tentang sejarah desa maupun tembawang dan hal lain yang berkaitan dengan penelitian. Sedangkan informan pendukung adalah mereka yang memiliki informasi mengenai hal lain atau yang belum didapatkan dari informan utama. Saya menjadikan pembuat tembawang, pewaris tembawang, serta orang yang memahami betul 8
9 mengenai sejarah desa untuk menjadi informan utama, sedangkan ketua umat, menteri adat, perangkat desa, dan masyarakat saya jadikan informan pendukung. Awalnya saya sedikit kesulitan menyesuaikan jadwal wawancara dengan beberapa informan karena dari pagi hari hingga siang menjelang sore mereka sudah sibuk di kapling sawit, lantas setelah sampai rumah mereka langsung istirahat, sedangkan di malam hari biasanya hujan mengguyur dengan derasnya. Akhirnya agar tak membuang waktu untuk menunggu, saya setiap hari keliling dusun atau nongkrong di warung-warung dan mengobrol dengan masyarakat yang saya temui, dari sana lah saya mendapat banyak data untuk menunjang penelitian ini. Tidak jarang saya menitipkan pesan kepada saudara atau anak dari beberapa informan utama kalau saya ingin melakukan wawancara. Lantas ketika ada kesempatan untuk bertemu dengan informan, saya tidak akan menyia-nyiakannya. Observasi partisipasi juga saya lakukan ketika beberapa kali saya terlibat dalam acara memanen di beberapa tembawang, dari sini lah saya mengetahui bagaimana proses memanen, siapa saja yang terlibat, bagaimana pembagian kerja di dalamnya, dan bagaimana pembagian buah. Sedangkan untuk mengetahui garis keturunan beberapa keluarga, saya mengolah dari data umat yang ditulis oleh ketua umat Katolik, melihat daftar rekap kartu keluarga, dan bertanya langsung pada salah satu anggota keluarga sekaligus untuk mengkonfirmasi data yang sudah saya miliki. Selama melakukan penelitian di sana, saya tak pernah jauh dari buku catatan, perekam suara, dan kamera. Ketiga benda tersebut sangat berguna dalam penelitian ini. Segala hal yang saya tangkap dengan indra saya, saya catat di buku catatan dan malam harinya saya tulis ulang di laptop. Dokumentasi menggunakan 9
10 foto dan video juga sering saya lakukan diantaranya untuk menggambarkan kondisi sekitar dan aktivitas yang ada, hal ini berguna untuk membantu memperjelas tulisan saya. Perekam suara sangat penting digunakan ketika wawancara karena sering kali tangan saya lebih lambat dari percakapan yang terjadi. Selain dari sumber data di atas, studi pustaka dari buku, jurnal, website, dan sumber tulisan lainnya juga saya gunakan sebagai penunjang penelitian ini. Sumber arsip juga saya gunakan untuk mendapatkan data sejarah yakni berupa peta wilayah Meliau dan Sekadau pada masa kolonial. Metode analisis yang saya gunakan adalah metode analisis kualitatif, dengan cara menganalisis maupun membandingkan data yang ada untuk menarik kesimpulan dan menjawab pertanyaan dari skripi ini. G. Sistematika Penulisan Penulisan dalam skripsi ini terbagi menjadi lima bab. Sebagai pengantar menuju pembahasan yang lebih mendalam, pada Bab I saya menuliskan latar belakang, tinjauan pustaka, rumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Untuk Bab II saya menceritakan mengenai kondisi umum Desa Pampang Dua saat ini, sejarah pembentukan desa, dan perubahaan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat, yakni perubahan mata pencaharian serta agama. Namun nyatanya perubahaan yang terjadi mengakibatkan perubahaan lain seperti efek domino, salah satunya adalah pemaknaan pada tembawang. Sebelum membicarakan lebih jauh mengenai perubahaan pada makna tembawang, pada Bab III saya menuliskan mengenai proses pembentukan 10
11 tembawang, jenis tembawang, serta peraturan-peraturan yang mengikat tembawang hingga akhirnya tembawang memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Kancingk- Ketior, yakni sebagai pengikat keluarga mereka. Pemaknaan pada tembawang lebih jauh saya bahas pada Bab IV, termasuk perubahan pemaknaan di masa ketika sawit sudah masuk ke Desa Pampang Dua. Pencarian pengikat keluarga yang baru pun akhirnya dilakukan masyarakat akibat dari perubahan pemaknaan tersebut. Lantas sebagai penutup Bab V berisi kesimpulan dari tulisan ini serta jawaban atas pertanyaan skripsi. 11
BAB IV KESIMPULAN. merupakan suatu bentuk penghormatan kepada nenek moyang masyarakat Suku
74 BAB IV KESIMPULAN KESIMPULAN Dalam perkembangan dunia pariwisata di Indonesia, tradisi yang lakukan oleh masyarakat Suku Dayak Kenyah di Desa Budaya Pampang merupakan potensi besar yang dapat dikenalkan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Hilangnya tradisi ladang berpindah Suku Dayak Bidayuh disebabkan karena adanya benturan kepentingan antara pemerintah, swasta, dan Suku Dayak Bidayuh sendiri. Pemerintah belum
Lebih terperinciBAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA
36 BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA 5.1 Gambaran Sosial-Budaya Masyarakat Lokal Masyarakat Kampung Batusuhunan merupakan masyarakat yang identik dengan agama Islam dikarenakan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang
13 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang 1. Sejarah Singkat Desa sikijang adalah sebuah desa yang terletak Di Kecamatan Logas Tanah Darat, kabupaten
Lebih terperinciBAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi
BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili Secara administratif pemerintah, areal kerja IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili dibagi menjadi dua blok, yaitu di kelompok Hutan Sungai Serawai
Lebih terperinciBUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU
BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU EDY HENDRAS WAHYONO Penerbitan ini didukung oleh : 2 BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU Ceritera oleh Edy Hendras Wahyono Illustrasi Indra Foto-foto Dokumen
Lebih terperinciIV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Taman Nasional Gunung Halimun Salak 4.1.1. Sejarah, Letak, dan Luas Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH) ditetapkan pada tanggal 28 Februari 1992 dengan Surat Keputusan
Lebih terperinciBAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
11 BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Taman Nasional Gunung Halimun Salak 3.1.1 Sejarah, letak, dan luas kawasan Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH) ditetapkan pada tanggal 28 Februari 1992 dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meski belum ada SMP dan SMA tidak mematahkan semangat anak-anak yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Nek Sawak terdapat satu sekolah dasar bernama SD N 11 Nek Sawak, meski belum ada SMP dan SMA tidak mematahkan semangat anak-anak yang ingin melanjutkan ke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan dari bahan-bahan tradisional untuk membuat tato (Gumilar, 2005:51).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tato adalah gambar atau simbol pada kulit yang diukir dengan menggunakan alat sejenis jarum. Dulu, orang-orang menggunakan teknik manual dan dari bahan-bahan tradisional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu
Lebih terperinciNORHADIE KARBEN, GIGIH UPAYAKAN PERTANIAN TANPA BAKAR DI LAHAN GAMBUT
USAID LESTARI: CERITA DARI LAPANGAN NORHADIE KARBEN, GIGIH UPAYAKAN PERTANIAN TANPA BAKAR DI LAHAN GAMBUT Oleh: Indra Nugraha Ketika pemerintah melarang membakar seharusnya pemerintah juga memberikan solusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hal ini dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural, agama maupun geografis yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan salah satu negara multikultural terbesar di dunia, terdiri dari banyak suku bangsa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Hal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. spesifik. Oleh sebab itu, apa yang diperoleh ini sering disebut sebagai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kearifan merupakan salah satu bagian yang melekat pada masyarakat, khususnya masyarakat lokal. Kondisi lingkungan dan pengalaman belajar yang spesifik membuat masyarakat
Lebih terperinci2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kehidupan di dunia tidak terlepas dari perubahan-perubahan suatu lingkungan.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan di dunia tidak terlepas dari perubahan-perubahan suatu lingkungan. Lingkungan fisik, lingkungan biologis serta lingkungan sosial manusia akan selalu berubah dari
Lebih terperinciberjalan, mungkin karena posisi memboncengnya atau bagaimana. Motor yang dikendarai mengalami kecelakaan setelah menabrak sebuah mobil di tengah
NENEK GAYUNG Nenek Gayung adalah sebuah urban legend yang berasal dari Indonesia tentang penampakan nenek misterius yang tiba-tiba muncul di tepi jalan. Menurut legendanya, Nenek Gayung merupakan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Y, Wartaya Winangun, Tanah Sumber Nilai Hidup, Yogyakarta: Kanisius, 2004, hal
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Permasalahan Dalam kehidupan di dunia, setiap makhluk hidup pasti tergantung pada 3 unsur pokok, yaitu: tanah, air, dan udara. Ketiga unsur tersebut
Lebih terperinciWritten by Administrator Sunday, 17 November 2013 05:00 - Last Updated Wednesday, 26 March 2014 12:12
Alkisah, di Kampung Benua, Majene, Sulawesi Barat, hiduplah tiga orang pemuda yang hendak memperluas lahan perladangan dan permukiman penduduk, serta membangun pelabuhan di pantai. Ketiga pemuda tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan salah satu jenis kebutuhan manusia yang berkaitan dengan pengungkapan rasa keindahan. Menurut kodratnya manusia adalah makhluk yang sepanjang
Lebih terperinciHIGHER SCHOOL CERTIFICATE EXAMINATION INDONESIAN 2/3 UNIT (COMMON) LISTENING SKILLS TRANSCRIPT
N E W S O U T H W A L E S HIGHER SCHOOL CERTIFICATE EXAMINATION 1998 INDONESIAN 2/3 UNIT (COMMON) LISTENING SKILLS TRANSCRIPT 2 ITEM 1 Kalau Anda ingin membangun rumah baru, saya bisa menolong. Saya pandai
Lebih terperinciBUAH-BUAHAN LANGKA HUTAN PEGUNUNGAN MERATUS
BUAH-BUAHAN LANGKA HUTAN PEGUNUNGAN MERATUS Muda Sagala Salah satu kekayaan alam yang dimiliki rimba belantara borneo adalah melimpahnya jenis-jenis tumbuhan yang menyebar mulai dari pinggiran sungai hingga
Lebih terperinciBAB V POLA PENGUASAAN LAHAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUASAAN LAHAN
39 BAB V POLA PENGUASAAN LAHAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUASAAN LAHAN 5.1 Penguasaan Lahan Pertanian Lahan pertanian memiliki manfaat yang cukup besar dilihat dari segi ekonomi, sosial dan lingkungan
Lebih terperinciBAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI
BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI 8.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan dalam penelitan ini maka dibuat kesimpulan dari fokus kajian mengenai, perubahan ruang hunian, gaya hidup dan gender,
Lebih terperinciSURAT PERNYATAAN KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR v DAFTAR TABEL vii ABSTRAK viii ABSTRACT. ix
DAFTAR ISI halaman SURAT PERNYATAAN KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI i DAFTAR GAMBAR v DAFTAR TABEL vii ABSTRAK viii ABSTRACT. ix BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Permasalahan.. 5 1.3 Keaslian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan diwujudkan dalam program Visit Indonesia yang telah dicanangkannya sejak tahun 2007. Indonesia sebagai
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Nggela. Bentuk permukiman adat di Desa Nggela yang berbentuk linear namun,
38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini, sebagai awalnya dilihat fenomena yang terjadi di Desa Nggela. Bentuk permukiman adat di Desa Nggela yang berbentuk linear namun,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kapuas Hulu adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kapuas Hulu adalah salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Kalimantan Barat, berbatasan dengan Sabah serta Serawak Malaysia di sebelah utara, di sebelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat pemiliknya, sebagai milik bersama, yang isinya mengenai berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian memegang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara pertanian, dimana pertanian memegang peranan penting bagi keseluruhan perekonomian Nasional. Hal ini, dapat ditunjukkan dari banyaknya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau yang tentunya pulau-pulau tersebut memiliki penduduk asli daerah yang mempunyai tata cara dan aspek-aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peran pertanian bukan hanya menghasilkan produk-produk domestik. Sebagian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara agraris. Sebagai negara agraris, salah satu peran pertanian bukan hanya menghasilkan produk-produk domestik. Sebagian besar penduduk
Lebih terperinciBAB V STRUKTUR AGRARIA DAN STATUS PENGUASAAN LAHAN
BAB V STRUKTUR AGRARIA DAN STATUS PENGUASAAN LAHAN 29 Bab perubahan struktur agraria ini berisi tentang penjelasan mengenai rezim pengelolaan TNGHS, sistem zonasi hutan konservasi TNGHS, serta kaitan antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai belahan bumi, dan masyarakat umumnya. 1 Etnobotani juga memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnobotani secara terminologi dapat dipahami sebagai hubungan antara botani (tumbuhan) yang terkait dengan etnik (kelompok masyarakat) di berbagai belahan bumi, dan
Lebih terperinciBAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN
BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Peristiwa Mangkok Merah (Konflik Dayak Dengan Etnis Tionghoa Di Kalimantan Barat Pada Tahun 1967), berisi mengenai simpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggarapan produk kerajinan tradisional pada kelompok masyarakat pekriya tradisional di daerah-daerah di Indonesia banyak dipengaruhi oleh latar belakang sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dirinya dapat menetap dalam jangka waktu lama. Setiap lingkungan tempat tinggal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap individu menginginkan lingkungan tempat tinggal yang memungkinkan dirinya dapat menetap dalam jangka waktu lama. Setiap lingkungan tempat tinggal diharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya tidak lepas dari lingkungan hidup sekitarnya. Lingkungan hidup manusia tersebut menyediakan berbagai
Lebih terperinciLIFE HISTORY. Note : II (12-18 tahun) Nama : Tetni br Tarigan Usia : 16 tahun
LIFE HISTORY Note : II (12-18 tahun) Nama : Tetni br Tarigan Usia : 16 tahun Tetni seorang anak perempuan berusia 16 tahun, yang tinggal dalam keluarga yang serba kekurangan. Ia, orang tuannya dan empat
Lebih terperinciBab 5. Pengalamanku. M e n u U t a m a. Peta Konsep. M e n u T a m b a h a n. Pengalamanku. Memahami cerita dan teks drama. Bertelepon dan bercerita
Bab 5 Pengalamanku M e n u U t a m a Peta Konsep Pengalamanku dibahas Memahami cerita dan teks drama Bertelepon dan bercerita Memahami teks Menulis paragraf dan puisi fokus fokus fokus fokus Menanggapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan anugerah Tuhan yang memiliki dan fungsi yang sangat besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat menjaga kesegaran udara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan
Lebih terperinciDAFTAR ISI Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Keaslian Penelitian.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR SINGKATAN... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI.. ABSTRACT... Hlm i ii
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Upacara adat Belian merupakan suatu bentuk kebudayaan asli Indonesia yang sampai saat ini masih ada dan terlaksana di masyarakat Dayak Paser, Kalimantan Timur. Sebagai salah
Lebih terperinciMatahari dan Kehidupan Kita
Bab 5 Matahari dan Kehidupan Kita Tema Peristiwa dan Kesehatan Pernahkah kalian berjalan di siang hari yang terik? Misalnya, saat sepulang sekolah. Apa yang kalian rasakan? Kalian tentu merasa kepanasan.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. secara bersamaan dengan pengumpulan data pada penelitian ini.
74 BAB IV ANALISIS DATA 1. Temuan Penelitian Pada bab Analisis data ini akan disajikan data yang diperoleh peneliti dari informan dan dari lapangan untuk selanjutnya dikaji lebih lanjut. Analisis data
Lebih terperinciEINSTEIN ON TRIAL! 1. ini. 1Catatan : Jika anda adalah seorang non-technical reader maka anda bisa men-skip chapter
EINSTEIN ON TRIAL! 1 Siang itu Lucky sedang berada di kelas bersama dengan teman temannya. Hari ini kebetulan Lucky akan mendapatkan kesempatan untuk mempresentasikan tugas yang diberikan dosennya pada
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 07 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA
PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 07 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat. Semua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang erat. Semua manusia yang ada di dunia ini pasti memiliki kebudayaan tersendiri. Keduanya tidak mungkin dipisahkan,
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Lokasi dan Letak Geografis Taman Rekreasi Kampoeng Wisata Cinangneng terletak di Desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Lokasi ini berjarak 11 km dari Kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN jiwa bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, sebanyak jiwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sosial ekonomi keluarga sangat menentukan kedudukanya ditengah-tengah masyarakat. Sosial ekonomi keluarga menggambarkan bagaimana kedudukan keluarga berada.
Lebih terperinciSeorang pria menyelinap keluar dari balik pohon, dan Endra mengenalinya sebagai pemandunya, Lole.
Hampir sore, saat Endra berada di hutan bedugul. Jari-jari lentik sinar matahari menembus kanopi puncak pepohonan menerangi kerimbunan hutan. Suara burung mengiringi langkahnya menembus batas hutan terlarang.
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Lingkungan Alam Penelitian ini dilakukan di Desa Janji Hutanapa, Kecamatan Parlilitan, Kabupaten Humbang Hansundutan. Desa ini memiliki batas-batas administratif
Lebih terperinciKecakapan Antar Personal
Kecakapan Antar Personal Essay Sopan santun dalam Komunikasi Oleh : Andrian Ramadhan Febriana 10512318 Sistem Informasi 8 Berkomunikasi merupakan salah satu faktor penting dalam melaksanakan kehidupan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan
29 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Desa Teluk Mesjid Desa Teluk Mesjid adalah suatu wilayah di kecamatan Sungai Apit kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Bab IV didapatkan temuan-temuan mengenai interaksi antara bentuk spasial dan aktivitas yang membentuk karakter urban
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Tunggu Gunung Kudu Wareg Studi Dinamika Masyarakat Desa Dalam Pembangunan Berbasis Kearifan Lokal BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Sekilas Gambaran Umum Dusun Indrakila Dusun Indrakila merupakan bagian dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki aneka ragam budaya. Budaya pada dasarnya tidak bisa ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan individu yang ada dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia
Lebih terperinciNo Nama Umur Pekerjaan Alamat. 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai. 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa. 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa
Daftar Informan No Nama Umur Pekerjaan Alamat 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai Negeri Sipil, tokoh adat Desa Senakin 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa Senakin 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa
Lebih terperinciYang Mulia Ketua dan Hakim Anggota Mahkamah Konstitusi ; Para Pemohon dan Termohon serta hadirin persidangan yang saya hormati.
Para Pemohon dan Termohon serta hadirin persidangan yang saya hormati. Pada kesempatan ini saya menyampaikan ucapan terima kasih karena diberikan ruang dan waktu untuk menyampaikan faktafakta yang saya
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI RISET PENDAMPINGAN. lain di Kecamatan Tulung. Desa yang memiliki luas 222,571 Ha ini
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI RISET PENDAMPINGAN A. Dusun Satu Sudimoro Secara Geografis Sudimoro merupakan salah satu desa di Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten, yang memiliki area desa yang cukup luas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah, terutama kondisi lahan pertanian yang dimiliki Indonesia sangat berpotensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. serta pendorong dan penarik tumbuhnya sektor sektor ekonomi, dapat. dan pengangguran serta dapat mensejahterakan masyarakat.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pertanian dan Petani Pertanian memiliki arti penting dalam pembangunan perekonomian. Sektor pertanian tidak saja sebagai penyediaan kebutuhan pangan melainkan sumber kehidupan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Penataan dan Pengembangan Wisata Kampung Rebana di Tanubayan, Bintoro, Demak. I.1.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Pengertian Judul Judul laporan Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) yang diangkat adalah Penataan dan Pengembangan Wisata Kampung Rebana di Tanubayan, Bintoro,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Senakin kabupaten Landak Kalimantan Barat. Teori-teori tersebut dalah sebagai
BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam Bab II ini penulis akan menjelaskan kajian teori yang akan digunakan dalam menganalisis data hasil penelitian yang berjudul pergeseran makna Tangkin bagi masyarakat Dayak Kanayatn
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Menurut Pitana dan Diarta (2009) konsep pariwisata mempunyai kata
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas wisata merupakan kegiatan untuk melepas kepenatan dari rutinitas sehari-hari. Menurut Pitana dan Diarta (2009) konsep pariwisata mempunyai kata kunci perjalanan
Lebih terperinciSepenggal kalimat Jania Hasan, seorang
Pala, Penjaga Hutan Patani Oleh: Amalya Reza (FWI) Jania Hasan sedang toki pala atau mengupas biji pala dari kulitnya. Tong hidup dari ini toh, pala ini. Kalau tong tara punya beras, tinggal bawa tong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya ini pemerintah berupaya mencerdaskan anak bangsa melalui proses pendidikan di jalur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang kaya dengan ragam kebudayaan. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang memiliki
Lebih terperinciSD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9
SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.9 1. Di suatu siang yang terik, seekor burung pipit tengah asik menikmati buah Delima kesukaannya. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh teriakan
Lebih terperinciLampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai
Lampiran Ringkasan Novel KoKoro Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai Kamakura menjadi sejarah dalam kehidupan keduanya. Pertemuannya dengan sensei merupakan hal yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Batubara merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang baru menginjak usia 8 tahun ini diresmikan tepatnya pada 15
Lebih terperinciBAB VII OPINI PUBLIK TENTANG PT. INDOCEMENT. TUNGGAL PRAKARSA Tbk.
BAB VII OPINI PUBLIK TENTANG PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. Opini publik tentang PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk terdiri dari opini publik tentang keberadaan perusahaan di tengah-tengah masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang terkenal dengan kekayaan keindahan alam yang beraneka ragam yang tersebar di berbagai kepulauan yang ada di Indonesia dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman suku bangsa dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman suku bangsa dan keanekaragaman kebudayaan, setiap suku bangsa memiliki bermacam-macam tradisi dan keunikan
Lebih terperinciBAB II DESA HUTAJULU HINGGA TAHUN 1960
BAB II DESA HUTAJULU HINGGA TAHUN 1960 Alur dalam bab ini dimulai dengan deskripsi sejarah, dan terbentuknya Desa Hutajulu, kemudian menjelaskan desa dan seluruh isi desa tersebut hingga tahun 1960 yang
Lebih terperinciFoto & Cerita dari Hulu SUNGAI CITARUM Sekilas Sejarah, Banjir: Dulu hingga Sekarang, Menuju Tujuan Bersama
Foto & Cerita dari Hulu SUNGAI CITARUM Sekilas Sejarah, Banjir: Dulu hingga Sekarang, Menuju Tujuan Bersama Foto: Veronica Wijaya, Diella Dachlan Teks & Layout: Diella Dachlan Editor: Candra Samekto Sumber
Lebih terperinci2016 STRATEGI PENGEMBANGAN DESA MEKARJAYA MENJADI DESA WISATA DI KABUPATEN GARUT
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kabupaten Garut merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat. Bukan sebuah nama asing yang baru didengar di kalangan masyarakat luar yang terkenal dengan
Lebih terperincihtp://detak-unsyiah.com/opini/pengaturan-kos-buruk-picu-seks-bebas-lingkungan-kampus.html PERMASALAHAN
htp://detak-unsyiah.com/opini/pengaturan-kos-buruk-picu-seks-bebas-lingkungan-kampus.html PERMASALAHAN Sekilas keika berbicara tentang kos-kosan secara otomais asosiasi masyarakat akan tertuju pada tempat
Lebih terperinci7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN
78 7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN 7.1 Kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah terkait sistem bagi hasil nelayan dan pelelangan Menurut
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. transportasi, Wisata air, olah raga dan perdagangan. Karena kondisi lahan dengan
252 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Perairan Sagara Anakan memiliki potensi yang besar untuk dikelola, karena berfungsi sebagai tempat pemijahan biota laut, lapangan kerja, transportasi,
Lebih terperinciBuku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/ :41:24
Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/2014 11:41:24 2 Buku BI 3 (12 des).indd 2 16/12/2014 11:41:25 Bintang berkunjung ke rumah Tante Menik, adik ibunya. Tante Menik seorang wartawati. Rumah Tante Menik kecil,
Lebih terperinciBAB IV MAKNA LIMBE BAGI MASYARAKAT DENGKA MASA KINI. masyarakat Nusak Dengka telah menganut agama Kristen, namun dalam
BAB IV MAKNA LIMBE BAGI MASYARAKAT DENGKA MASA KINI IV.1 Pengantar Sebagaimana telah dipaparkan dalam Bab I bahwa meskipun sebagian besar masyarakat Nusak Dengka telah menganut agama Kristen, namun dalam
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
63 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi dalam penelitian ini mengacu pada tujuan yang telah ditentukan yaitu untuk mengetahui konsep, makna atau nilai dan pengaruh dari perilaku dan tradisi budaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Sumatera Utara merupakan salah satu daerah pariwisata yang berpotensi di Indonesia. Potensi pariwisata yang ada di Sumatera Utara antara lain keindahan alam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hukum adat telah ada di Indonesia jauh sebelum hukum nasional dibentuk. Aturan dan hukum yang dilaksanakan oleh masyarakat adat, baik itu di bidang pertanahan
Lebih terperinciSD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.11
SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 7. MEMBACA SASTRALatihan Soal 7.11 1. Kemarin, Hana menerima undangan dari Ibu guru Santi. Bu Santi akan merayakan pesta ulang tahun ke-26 pada sabtu ini. Sekarang baru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Indonesia dengan luas daratan 1,3% dari luas permukaan bumi merupakan salah satu Negara yang memiliki keanekaragaman ekosistem dan juga keanekaragam hayati yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Diawali dari kegiatan yang semula
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir
Lebih terperinciKementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Warisan Budaya Tak Benda (Nilai Tradisi, Kampung Adat Wae Rebo, Kab. Manggarai, NTT)
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Warisan Budaya Tak Benda (Nilai Tradisi, Kampung Adat Wae Rebo, Kab. Manggarai, NTT) Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya bagi kesejahteraan manusia. Keberadaan sumber daya alam dan manusia memiliki kaitan yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumberdaya lahan merupakan suatu sumberdaya alam yang sangat penting bagi mahluk hidup, dengan tanah yang menduduki lapisan atas permukaan bumi yang tersusun
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Semua data yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti selama melakukan penelitian akan disajikan pada bab ini. Data tersebut merupakan data tentang partisipasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wilayah Ngadha adalah wilayah di Flores Tengah. Kabupaten Ngadha terdiri atas
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Ngadha adalah wilayah di Flores Tengah. Kabupaten Ngadha terdiri atas Nagakeo, Bajawa, dan Riung. Ibukota kabupaten bernama Bajawa. Luas wilayah Ngadha sekitar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tidak hilang seiring dengan kemajuan zaman, karena budaya merupakan kekayaan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman budaya yang berasal dari bermacammacam suku, keanekaragaman budaya tersebut harus senantiasa dilestarikan agar tidak hilang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Kasus Proyek Perkembangan globalisasi telah memberikan dampak kesegala bidang, tidak terkecuali pengembangan potensi pariwisata suatu kawasan maupun kota. Pengembangan
Lebih terperinci