KEMAMPUAN MENENTUKAN FAKTA DAN OPINI DALAM TEKS TAJUK RENCANA KORAN KOMPAS SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 7 KENDARI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEMAMPUAN MENENTUKAN FAKTA DAN OPINI DALAM TEKS TAJUK RENCANA KORAN KOMPAS SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 7 KENDARI"

Transkripsi

1 i KEMAMPUAN MENENTUKAN FAKTA DAN OPINI DALAM TEKS TAJUK RENCANA KORAN KOMPAS SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 7 KENDARI SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Kependidikan pada Jurusan/Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia OLEH WA FATIMA A1D FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI 2016

2 ii

3 iii

4 iv UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillah dengan kerendahan hati dan ketuntasan jiwa penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas petunjuk dan hidayah-nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan/ Program Studi Bahasa Indonesia. Ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada Ayahanda tercinta La Esa dan Ibunda tersayang Ilimi yang telah memberikan doa, motivasi dan dukungan kepada penulis baik materil maupun moral, dan adik-adikku tersayang Salima, Syarif, Fajar, dan Imran, terima kasih atas bantuannya selama ini dan berbagai bentuk dukungan lainnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi ini. Terimalah ucapan terima kasih dan doa dari lubuk hati penulis yang paling dalam. Penyusunan karya tulis ini tidak terlepas dari bimbingan dan arahan Prof. Dr. H. Hilaluddin Hanafi, M.Pd, selaku pembimbing I dan Yunus, S.Pd., M.Pd, selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan saran dan perhatian dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan karya tulis ini. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan, teriring doa semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat atas segalanya. iv

5 v Penyampaian penghargaan dan ucapan terima kasih yang sama penulis sampaikan kepada : 1. Prof. Dr. Ir. H. Usman Rianse, M.S, selaku rektor Universitas Halu Oleo. 2. Dr. H. Jamiludin, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo. 3. Dra. Sri Suryana Dinar, M.Hum, selaku Ketua Jurusan/Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. 4. Yunus, S.Pd., M.Pd, selaku Sekretaris Jurusan/Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. 5. Bapak dan Ibu dosen serta staf karyawan Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Halu Oleo, khususnya Jurusan/Program studi Pendidikan Bahasa Indonesia. 6. Drs. H. Agusman Hanisi, M.Si, selaku kepala sekolah SMA Negeri 7 Kendari dan Amrijannah, S. Pd, selaku guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah banyak membantu penulis saat melakukan penelitian. 7. Sahabat-sahabatku, Nurmina, Uru (Nurwijaya), dan Mimin (Surachmin. M) yang selama ini setia menemani dan memberikan semangat dan motivasi baik dalam bentuk keadaan suka dan duka. 8. Teman-teman seperjuangan dan sealmamater pada Pendidikan Bahasa Indonesia (angkatan 011), La Ode Rahim Aljatilah, Andi Irfan, Yusuf Munandar, Erni, Ronal Dakuku, Arfan, Wisrawati Wahyudin, Jumiati serta teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan, motivasi dan kerja sama selama menempuh studi. v

6 vi 9. Keponakan tersayang yang selalu menghibur saat lelah Virah. 10. Terima kasih kepada Suamiku tercinta Mukmin Balan yang telah meluangkan waktu dan memberikan motivasi dan dukungan, yang setia menemani penulis baik suka maupun duka, serta memberikan banyak ilmu tentang hidup, semoga langkah kita diridhoi Allah SWT. Akhirnya hanya doa kepada Allah SWT penulis persembahkan semoga dapat memberikan balasan yang sesuai dengan amal pengabdian masig-masing harapan semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi diri penulis. Kendari, November 2016 Penulis vi

7 vii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x ABSTRAK... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Batasan Operasional... 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Membaca Tujuan Membaca Jenis-Jenis Membaca Aspek-aspek Membaca Membaca Intensif Pengertian Tajuk Rencana Fungsi Tajuk Rencana Karakteristik Tajuk Rencana Konsep Fakta Jenis-Jenis Fakta Ciri-Ciri Fakta Konsep Opini Jenis-Jenis Opini Ciri-Ciri Opini vii

8 viii 2.9 Pembelajaran Fakta dan Opini Fakta dan Opini dalam Tajuk Rencana Menentukan Fakta dan Opini dengan Membaca Intensif Pembelajaran Fakta dan Opini di SMA Berdasarkan KTSP Bahan Ajar Fakta dan Opini di SMA BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 3.1 Metode dan jenis Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian Populas Sampel Instrumen Penelitian Teknik Pengumpulan Data Teknik Penilaian Teknik Pengolahan Data Teknik Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Deskripsi Kemampuan Menentukan Fakta dan Opini dalam Teks Tajuk Rencana Koran Kompas SMA Negeri 7 Kendari pada Setiap Permasalahan dan Aspek Penilaian Deskripsi Kemampuan Menentukan Fakta dan Opini dalam Teks Tajuk Rencana Surat Kabar Koran Kompas Deskripsi Kemampuan pada Aspek Menentukan Fakta Deskripsi Kemampuan pada Aspek Menentukan Opini Deskripsi Kemampuan Membedakan Fakta dan Opini dalam Teks Tajuk Rencana Koran Kompas Deskripsi Kemampuan pada Aspek Mengemukakan Ciri-ciri Fakta Deskripsi Kemampuan pada Aspek Mengemukakan Ciri-ciri Opini viii

9 ix Deskripsi Kemampuan Menyimpulkan Isi Tajuk Rencana Sebaran Skor Kemampuan Siswa Interpretasi Hasil Penelitian BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix

10 x DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Perolehan Nilai Keseluruhan Kemampuan Siswa Tabel 4.2 Persentase Keseluruhan Kemampuan Siswa Tabel 4.3 Skor Perolehan Kemampuan Menentukan Fakta dan Opini Siswa Tabel 4.4 Persentase Kemampuan Menentukan Fakta dan Opini Siswa Tabel 4.5 Skor Perolehan Kemampuan pada Aspek Menentukan Fakta Tabel 4.6 Persentase Kemampuan pada Aspek Menentukan Fakta Tabel 4.7 Skor Perolehan Kemampuan pada Aspek Menentukan Opini Tabel 4.8 Persentase Kemampuan pada Aspek Menentukan Opini Tabel 4.9 Skor Perolehan Kemampuan Membedakan Fakta dan Opini Siswa Tabel 4.10 Persentase Kemampuan Membedakan Fakta dan Opini Siswa Tabel 4.11 Skor Perolehan Kemampuan pada Aspek Mengemukakan Ciri-ciri Fakta Tabel 4.12 Persentase Kemampuan pada Aspek Menengemukakan Ciri-ciri Fakta Tabel 4.13 Skor Perolehan Kemampuan pada Aspek Menengemukakan Ciriciri Opini Tabel 4.14 Persentase Kemampuan pada Aspek Menengemukakan Ciri-ciri Opini Tabel 4.15Skor Perolehan Kemampuan Menyimpulkan Isi Tajuk Rencana Siswa Tabel 4.16 Persentase Kemampuan Menyimpulkan isi Tajuk Rencana Siswa. 74 Tabel 4.17 Sebaran skor yang diperoleh siswa secara keseluruhan Tabel 4.18 Rangkuman Data x

11 xi ABSTRAK Masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimanakah kemampuan menentukan fakta dan opini dalam teks tajuk rencana koran kompas siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Kendari?, 2) Bagaimanakah kemampuan membedakan fakta dan opini dalam teks tajuk rencana koran kompas siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Kendari?, dan 3) Bagaimanakah kemampuan mennyimpulkan isi tajuk rencana koran kompas siswa SMA Negeri 7 Kendari?. Tujuan dalam Penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan : 1) Kemampuan menentukan fakta dan opini dalam teks tajuk rencana di siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Kendari., 2) Kemampuan membedakan fakta dan opini dalam teks tajuk rencana koran kompas siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Kendari, dan 3) Kemampuan menyimpulkan isi tajuk rencana koran kompas siswa SMA Negeri 7 Kendari. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Jenis penelitian ini tergolong dalam penelitian lapangan. Adapun teknik pengambilan sampel dengan menggunakan total sampling yaitu sebanyak 73 orang siswa yang terdiri dari empat kelas. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah esai tes. Untuk mengetahui kategori kemampuan menentukan fakta dan opini dalam teks tajuk rencana surat kabar koran kompas mengacu pada standar ketuntasan belajar individual dan klasikal yang digunakan di SMA Negeri 7 Kendari. Hasil menunjukkan bahwa dari 73 orang siswa kelas yang menjadi sampel penelitian, terdapat 48 orang siswa (65,75%) mampu dalam menentukan fakta dan opini dalam teks tajuk rencana, dan 25 orang siswa (34,25%) tidak mampu dalam menentukan fakta dan opini dalam teks tajuk rencana. Hal ini dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Kendari dalam menentukan fakta dan opini dalam teks tajuk rencana yang secara individual mencapai kemampuan minimal 75% hanya sebesar 65,75% tidak mencapai kriteria ketuntasan klasikal yaitu 85%. Tingkat kemampuan siswa SMA Negeri 7 Kendari berbeda-beda pada setiap aspek permasalahan yaitu, 1) Kemampuan menentukan fakta dan opini memperoleh persentase sebesar 93,15% (mampu), 2) Kemampuan membedakan fakta dan opini memperoleh persentase sebesar 50,68% (tidak mampu), dan 3) kemampuan menyimpulkan isi tajuk rencana memperoleh persentase 54,79% (tidak mampu). Kata Kunci : Tajuk Rencana, Fakta, Opini xi

12 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar berita atau informasi. Berita atau informasi yang kita dengar dapat bersumber dari radio, televisi, pembacaan teks oleh teman, percakapan sekelompok orang, mencari informasi melalui internet, dan lain-lain. Merebaknya media komunikasi masa, secara langsung maupun tidak langsung telah menuntut seseorang untuk menguasai informasi secara cepat dan tepat serta mampu memanfaatkannya untuk berbagai keperluan. Berita atau informasi yang didapat dari berbagai sumber, terkadang membingungkan bahkan biasa membuat kita salah dalam mengambil kesimpulan. Agar dapat berkomunikasi dengan baik diperlukan keterampilan berbahasa, karena keterampilan berbahasa yang dimiliki seseorang dapat menyampaikan dan menerima informasi yang tepat. Keterampilan berbahasa dibagi atas empat keterampilan, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan tersebut yang akan dikemukakan adalah keterampilan membaca. Keterampilan membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang perlu dikembangkan, karena keterampilan membaca merupakan salah satu keterampilan yang sangat penting bagi siswa. Menurut Wahyuni (2010: 31) keterampilan 1

13 2 membaca merupakan salah satu keterampilan dasar bagi siswa yang harus mereka kuasai, sebab dengan membaca siswa akan mengalami proses berpikir untuk memahami ide dan gagasannya secara luas. Oleh karena itu keterampilan membaca harus mendaptkan perhatian yang serius bagi tenaga pengajar atau guru. Berdasarkan observasi awal dan hasil wawancara langsung dengan guru bahasa Indonesia kelas XI SMAN 7 Kendari, Ibu Amrijannah S.Pd, diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa ditemukan kurangnya kemampuan siswa memahami isi wacana yang dibacanya dan masih banyak siswa yang kurang mampu menentukan mana isi dari wacana tersebut yang merupakan fakta dan opini. Ketika disuruh membaca isi surat kabar dan menganalis wacana tersebut, masih banyak siswa yang kurang mampu membedakan mana dari isi wacana tersebut yang merupakan fakta dan opini. Jika siswa kurang mampu memahami isi berita surat kabar maka dikhawatirkan berdampak terhadap kurangnya wawasan terhadap pengetahuan siswa tentang peristiwa yang sedang berkembang. Padahal Surat kabar merupakan media efektif untuk menyampaikan informasi kepada pembaca dan merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Surat kabar memiliki rubrik yang berbeda-beda. Salah satunya adalah tajuk rencana. Tajuk rencana merupakan salah satu rubrik yang sebenarnya sangat menarik untuk dibaca. Karena tajuk rencana dapat memberikan informasiinformasi yang khas sesuai dengan kebutuhan pembaca dalam hal ini siswa. Hal ini didukung oleh pendapat Tukan ( 2007: 140) yang mengungkapkan bahwa

14 3 tajuk rencana merupakan artikel yang berisi opini atau pendapat penulis yang disertai alasan, fakta, dan bukti-bukti tentang permasalahan yang sedang terjadi. Semakin kompleksnya persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, khususnya dalam dunia kerja, sewajarnyalah jika setiap orang mempunyai keinginan untuk mengembangkan dirinya. Dalam proses pengembangan diri itu, setiap orang akan berupaya untuk memperoleh informasi atau menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang dimiliki melalui pemanfaatan berbagai media informasi. Salah satu media yang paling sering dipakai dalam rangka memperoleh informasi adalah buku atau bahan bacaan. Pemilihan buku atau media cetak lainnya seperti surat kabar sebagai sumber informasi antara lain disebabkan karena buku (media cetak) merupakan media informasi yang tergolong murah dan mudah diperoleh. Hal ini menjadikan buku/bahan bacaan menjadi salah satu media informasi yang paling penting. Dewasa ini pemanfaatan media elektronik seperti radio, televisi dan internet semakin berkembang, namun buku sebagai sumber informasi tidak akan berkurang. Hal ini dapat terlihat dari terus diterbitkannya buku-buku dan media massa lainnya seperti majalah dan surat kabar. Media elektronik tersebut belum dapat menggantikan penggunaan buku dalam dunia pendidikan, terutama pendidikan formal, oleh karena pembiayaan yang jauh lebih mahal dan teknologi pemanfaatannya yang lebih kompleks daripada kegiatan membaca buku. Jelas bahwa kegiatan membaca merupakan suatu kegiatan yang sangat penting, antara lain dalam upaya untuk mengembangkan dan memperoleh ilmu

15 4 pengetahuan. Tujuan pokok membaca ialah menyerap informasi dan pengetahuan melalui bacaan. Oleh karena itu, pembaca haruslah memiliki keterampilan membaca yang baik. Usaha untuk memiliki keterampialn membaca ini harus dilakukan pula pada siswa Sekolah Menengah Atas agar siswa dapat menjadikan membaca sebagai sarana memperoleh ilmu pengetahuan. Pada dasarnya pembinaan keterampilan membaca bertujuan agar siswa dapat memahami wacana yang dipelajari. Salah satu aspek kemampuan membaca yang perlu dikuasai adalah kemampuan menentukan fakta dan opini dalam tajuk rencana. Hal ini dipandang perlu diteliti karena kemampuan tersebut sangat dibutuhkan agar para siswa dapat memahami permasalahan yang sedang terjadi. Sehubungan dengan ini, maka kemampuan menentukan fakta dan opini dalam tajuk rencana merupakan hal yang perlu dikuasai siswa. Dengan kemampuan ini dapat mendukung efisiensi membaca untuk memperoleh informasi. Hal ini didukung pula dengan penetapan indikator dalam pembelajaran membaca sebagaimana terdapat dalam silabus. Salah satu tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran membaca pada siswa Sekolah Menengah Atas kelas XI semester 2 adalah 1) siswa mampu menentukan fakta dan opini dalam teks tajuk rencana, 2) siswa mampu membedakan fakta dan opini dalam teks tajuk rencana, dan 3) siswa mampu mengungkapkan isi tajuk rencana. Tujuan yang kedua yaitu membedakan fakta dan opini dalam teks tajuk rencana ini merujuk pada pengetahuan siswa tentang ciri-ciri fakta dan opini. untuk membedakan fakta dan opini siswa harus mengetahui seperti apa cirri-ciri fakta dan opini dalam tajuk rencana, dengan mengetahui ciri-ciri fakta dan opini

16 5 dapat terlihat perbedaan antara fakta da opini. Fakta tersebut merupakan kejadian nyata yang benar-benar terjadi, sedangkan opini merupakan sesuatu yang bersifat pendapat mengenai sesuatu dan belum tentu benar. Sehingga dengan memahami fakta dan opini tersebut kita dapat memahami maksud dan tujuan yang terkandung dalam suatu wacana. Selanjutnya dengan pemahaman yang utuh terhadap wacana, maka kita dapat menangkap pesan yang ingin disampaikan penulis. Dengan demikian kemampuan menentukan fakta dan opini ini merupakan suatu kemampuan dasar yang harus dimiliki siswa. Oleh karena itu, kemampuan siswa dalam menentukan fakta dan opini dalam tajuk rencana perlu tersedianya data mengenai kemampuan siswa tersebut. Data tersebut dapat dijadikan salah satu bahan pertimbangan dalam melaksanakan pengajaran pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Untuk mendapatkan gambaran mengenai hal ini, maka penulis merasa termotivasi untuk mengadakan penelitian tentang kemampuan menentukan fakta dan opini dalam tajuk rencana siswa kelas XI IPA SMA NEGERI 7 Kendari. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini yaitu : 1. Bagaimanakah kemampuan menentukan fakta dan opini dalam teks tajuk rencana koran kompas siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Kendari? 2. Bagaimanakah kemampuan membedakan fakta dan opini dalam teks tajuk rencana koran kompas siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Kendari?

17 6 3. Bagaimanakah kemampuan menyimpulkan isi tajuk rencana koran kompas siswa SMA Negeri 7 Kendari? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan : 1. Kemampuan menentukan fakta dan opini dalam teks tajuk rencana siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Kendari. 2. Kemampuan membedakan fakta dan opini dalam teks tajuk rencana koran kompas siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Kendari. 3. Kemampuan menyimpulkan isi tajuk rencana koran kompas siswa SMA Negeri 7 Kendari. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam memantapkan perencanaan pengajaran, khususnya kemampuan siswa menentukan fakta dan opini dalam tajuk rencana/editorial. 2. Sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan kurikulum pengajaran Bahasa Indonesia. 3. Sebagai gambaran dan bahan informasi bagi sekolah untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam membedakan fakta dan opini pada tajuk rencana. 4. Sebagai bahan informasi awal bagi peneliti selanjutnya yang tertarik mengkaji topik yang relevan dengan penelitian ini.

18 7 1.5 Batasan Operasional Untuk menghindari kesalahan penafsiran tentang istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu batasan istilah sebagai berikut : a. Kemampuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa berupa hasil yang diperoleh dalam menentukan fakta dan opini dalam tajuk rencana surat kabar koran kompas. b. Fakta adalah hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan, sesuatu yang benar-benar terjadi dan dapat dibuktikan kebenarannya serta bersifat objektif. c. Opini adalah pendapat seseorang tentang sesuatu yang belum tentu kebenarannya. Informasi disebut opini karena informasi tersebut baru berupa pendapat, pikiran, pandangan, dan pendirian seseorang. d. Tajuk rencana adalah tulisan khusus di surat kabar yang menjadi sasaran utama pembaca karena memuat pandangan atau pendapat redaksi tentang permasalahan aktual yang menjadi pusat perhatian masyarakat.

19 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Membaca Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi. Untuk itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tertulis. Ruang lingkup pembelajaran bahasa meliputi empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu: mendengarkan/menyimak dan membaca (disebut keterampilan reseptif); berbicara dan menulis (disebut dengan keterampilan aktif/ produktif). Keterampilan membaca adalah salah satu keterampilan reseptif di samping keterampilan menyimak. Membaca merupakan keterampilan berbahasa yang berhubungan dengan keterampilan berbahasa yang lain. Membaca merupakan suatu proses aktif yang bertujuan dan memerlukan strategi. Hudgson (dalam Supraptiningsih, 2005: 5) mengemukakan bahwa membaca ialah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media bahasa tulis. Selanjutnya, Anderson (dalam Tarigan, 1990: 7) berpendapat bahwa membaca adalah suatu proses mencocokkan huruf atau melafalkan lambang-lambang bahasa tulis. Hal ini sesuai dengan membaca level rendah. 8

20 9 Membaca merupakan kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan seharihari. Hal ini didukung oleh pakar pendidikan membaca yaitu Farr (Harjasusjana dan Damianti,2003: 3) dalam sebuah kalimat yang berbunyi Read is the heart of education, membaca merupakan jantungnya pendidikan. Betapa tidak, dengan membaca maka informasi-informasi dapat diserap pembaca secara leluasa. Kegiatan membaca merupakan kegiatan yang kompleks. Selain membutuhkan kemampuan visual untuk membaca lambang-lambang huruf menjadi bermakna, kemampuan kognitif untuk memahami bacaan pun diperlukan. Kegiatan membaca merupakan kegiatan reseptif aktif. Reseptif artinya dengan membaca pembaca menerima berbagai informasi, ide, gagasan dan amanat yang ingin disampaikan penulis. Aktif artinya dalam kegiatan membaca pembaca melakukan kegiatan aktif menggunakan kemampuan visual dan kognitifnya untuk menafsiran lambang-lambang yang dilihatnya sekaligus menginterprestaikannya sehingga isi bacaannya menjadi bermakna dan dapat dipahami. Dalam kegiatan membaca terjadi interaksi antara pembaca dan penulis secara tidak langsung. Akan tetapi, walaupun tidak langsung tetap bersifat komunikasi. Harjasujana dan Damianti (2003: 4) mengemukakan bahwa membaca merupakan proses ketika seseorang melakukan kegiatan membaca, ketika itu pula terjadi proses membaca. Membaca bukanlah proses yang tunggal melainkan sintesis dari berbagai proses yang kemudian berakumulasi pada suatu perbuatan tunggal. Membaca diartikan sebagai pengucapan kata-kata, mengidentifikasi kata dan mencari arti dari sebuah teks. Membaca bertujuan untuk mendapatkan arti atau struktur dalam yang terdapat dalam struktur luar bahasa.

21 10 Membaca berarti mengidentifikasi kata-kata dan mendapatkan makna dari kata-kata tersebut. Membaca diawali dari struktur luar bahasa yang terlihat oleh kemampuan visual untuk medapatkan makna yang terdapat dalam struktur dalam bahasa. Dengan kata lain, membaca berarti menggunakan struktur dalam untuk menginterprestaikan struktur luar yang terdiri dari kata-kata dalam sebuah teks. Dari definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan sebuah proses yang melibatkan kemampuan visual dan kemampuan koginitif. Kedua kemampuan ini diperlukan untuk memberikan lambang-lambang huruf agar dapat dipahami dan menjadi bermakna bagi pembaca. 2.2 Tujuan Membaca Tarigan (1990: 9-10) menyebutkn tujuan membaca secara umum adalah: (1) mendapatkan informasi, (2) mencakup isi, dan (3) memperoleh pemahaman. Sebaliknya tujuan membaca secara khusus adalah: (1) mendapatkan informasi faktual. (2) memperoleh sesuatu yang khusus dan problematik, (3) memberi penilaian terhadap karya tulis seseorang, (4) memperoleh kenikmatan emosi, dan (5) mengisi waktu luang. Selanjutnya dirumuskan yang penting dalam tujuan membaca adalah: (1) menemukan detail atau fakta, (2) menemukan gagasan utama, (3) menemukan urutan atau organisasi bacaan, (4) menyimpulkan, (5) mengklasifikasikan, (6) menilai, dan (7) membandingkan atau mempertentangkan. Hubungan antara tujuan membaca dengan kemampuan membaca sangat signifikan. Pembaca mempunyai tujuan yang sama, dapat mencapai tujuan dengan cara pencapaian berbeda-beda. Tujuan membaca mempunyai kedudukan yang

22 11 sangat penting dalam membaca karena akan berpengaruh pada proses membaca dan pemahaman membaca. 2.3 Jenis-Jenis Membaca Menurut Tarigan (dalam Supraptiningsih, 2005: 14) jenis-jenis membaca ada dua macam, yaitu: 1) membaca nyaring, dan 2) membaca dalam hati. Membaca dalam hati terdiri atas: (a) membaca ekstensif, yang dibagi lagi menjadi: membaca survey, membaca sekilas, dan membaca dangkal, dan (b) membaca intensif, yang terdiri dari: membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Membaca telaah isi terdiri dari: membaca teliti, pemahaman, kritik, dan membaca ide-ide. Membaca telaah bahasa terdiri dari: membaca bahasa dan membaca sastra. Jenis membaca menurut Nurhadi (dalam Supraptiningsih, 2005: 14) ada tiga macam, yakni membaca literal, membaca kritis, dan membaca kreatif. Pada materi ini jenis membaca yang akan dibahas adalah membaca nyaring, membaca ekstensif, dan membaca intensif. 2.4 Aspek-Aspek Membaca Dalam kegiatan membaca terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan oleh guru. Tarigan (1990: 11) mengemukakan bahwa secara garis besar terdapat dua aspek penting dalam membaca, yaitu: 1. Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skill) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah (lower order). Aspek ini mencakup: a. Pengenalan bentuk huruf.

23 12 b. Pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frase, pola klausa, kalimat) c. Pengenalan hubungan/korespondensi pada ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis atau to back at print) d. Kecepaatan membaca bertaraf lambat. 2. Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat dianggap pada urutan yang lebih tinggi (higer order). Aspek ini mencakup: a. Memahami pengertian sederhana (leksikal,gramatikal, dan retorikal). b. Memahami signifikansi atau makna (maksud dan tujuan pengarang, relevansi/keadaan kebudayaan, reaksi pembaca). c. Evaluasi atau penilaian (isi, bentuk). d. Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan. Membaca ialah proses berpikir. Agar dapat memahami bacaan yang dipilih sebaik-baiknya, seseorang harus dapat membaca secara kritis dan kreatif untuk memahami bahasa kias, menentukan maksud pengarang, mengevaluasi ide yang dinyatakan dan menerapkan ide pada situasi yang sebenarnya. Membaca merupakan suatu kegiatan yang kompleks yang harus dipelajari. Membaca juga merupakan alat untuk belajar lebih lanjut. Belajar membaca bergantung pada motivasi, latihan, dan penguatan. Guru harus dapat menunjukkan kepada siswa bahwa membaca itu merupakan keuntungan dalam banyak hal.

24 13 Belajar membaca bergantung pada beberapa tipe asosiasi. Pada asosiasi siswa belajar menghubungkan objek dan ide dengan kata lisan. Kemudian mereka diminta untuk menghubungkan antara kata lisan dengan kata tertulis. Siswa harus memberikan respons secara aktif. Penguatan yang diberikan terhadap jawaban yang benar dan koreksi terhadap kesalahan dapat memperkuat asosiasi. Minat, sikap, dan konsep diri, merupakan tiga aspek efektif dalam proses membaca. Ketiga aspek tersebut mempengaruhi kesungguhan siswa dalam menghadapi tugas membaca. Siswa-siswa yang tertarik minatnya terhadap materi bacaan yang disajikan akan menunjukkan usaha yang lebih dibandingkan dengan siswa yang tidak minat akan bahan bacaan yang berguna bagi mereka. Begitu pula siswa yang mepunyai sikap positif terhadap membaca akan membaca lebih banyak dari pada siswa yang kurang perhatiannya. Memahami gagasan pokok setiap paragraf merupakan langkah selanjutnya dalam mengasah kemampuan membaca pemahaman siswa. Aspek ini didasarkan pada asumsi bahwa dalam setiap paragraf terdapat gagasan pokok yang disampaikan oleh penulis. Oleh karena itu, untuk memahami keseluruhan bacaan, tentu saja harus diawali dengan memahami gagasan pokok dalam stiap paragraf terlebih dahulu. 2.5 Membaca Intensif Membaca intensif merupakan kegiatan membaca pemahaman untuk menemukan informasi yang tepat secara cermat dan penuh kehati-hatian. Artinya, membaca intensif adalah studi seksama, telaah, teliti, dan penangan terperinci

25 14 yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari, Tarigan (dalam Supraptiningsih, 2005: 21-22). Yang termasuk ke dalam kelompok membaca intensif adalah: a. Membaca Telaah Isi b. Membaca telaah isi terdiri atas c. Membaca teliti d. Membaca pemahaman e. Membaca kritis f. Membaca ide 2.6 Pengertian Tajuk Rencana Tajuk rencana adalah artikel yang berisi opini atau pendapat penulis yang disertai alasan, fakta, dan bukti-bukti yang meyakinkan guna memengaruhi pembaca agar menerima dan membenarkan pendapat penulis terhadap suatu masalah penting. (Tukan, 2007: 140) Suryanto dan Haryanta ( 2007: 148) mengemukakan bahwa tajuk rencana merupakan sasaran utama pembaca ketika membaca surat kabar, sebab tajuk rencana memuat sebuah permasalahan yang paling aktual yang baru saja terjadi dan masih menjadi bahan pembicaraan di masyarakat. Selanjutnya dijelaskan oleh Winarti (2008, 27) bahwa tajuk rencana berisikan tanggapan media terhadap satu peristiwa aktual. Tanggapan tersebut bisa berupa dukungan, pujian, kritikan, bahkan cemoohan. Tajuk rencana banyak mengemukakan pendapat-pendapat atau opini. Pendapat-pendapat itu berdasarkan analisis terhadap peristiwa atau fakta yang terjadi, yang menjadi sorotan penting media.

26 15 Barung, dkk (1998:50) bahwa Setiap media massa mempunyai pilihan yang berbeda-beda atas masalah atau peristiwa sebagai bahan penulisan tajuk rencana. Hal ini berdasarkan pertimbangan atau latar belakang pemahaman yang berbedabeda. Misalnya, redaksi suatu media massa memilih peristiwa tawuran antarsekolah sebagai bahan penulisan tajuk rencana, sedangkan redaksi media massa lain melihat pergelaran kelompok vocal Spice Girl lebih penting atau layak untuk menjadi bahan penulisan tajuk rencana. Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa tajuk rencana adalah tulisan khusus di surat kabar yang menjadi sasaran utama pembaca karena memuat pandangan atau pendapat redaksi tentang permasalahan aktual yang menjadi pusat perhatian masyarakat Fungsi Tajuk Rencana Tajuk rencana adalah pekerjaan, dan hasil dari pemikiran kolektif dari segenap awak media. Jadi proses sebelum penulisan tajuk rencana, terlebih dahulu diadakan rapat redaksi yang dihadiri oleh pemimpin redaksi, redaktur pelaksana serta segenap jajaran redaktur yang berkompeten, untuk menentukan sikap bersama terhadap suatu permasalahan krusial yang sedang berkembang di masyarakat atau dalam kebijakan pemerintahan. Maka setelah tercapai pokok- pokok pikiran, dituangkanlah dalam sikap yang kemudian dirangkum oleh awak redaksi yang telah ditunjuk dalam rapat. Dalam Koran harian biasanya tajuk rencana ditulis secara bergantian, namun semangat isinya tetap mecerminkan suara bersama setiap jajaran redakturnya.

27 16 Dalam proses ini reporter amat jarang dilibatkan, karena dinilai dari segi pengalaman serta tanggung jawabnya yang terbatas. Fungsi tajuk rencana biasanya menjelaskan berita, artinya, dan akibatnya pada masyarakat. Tajuk rencana juga mengisi latar belakang dari kaitan berita tersebut dengan kenyataan sosial dan faktor yang mempengaruhi dengan lebih menyeluruh. Dalam tajuk rencana terkadang juga ada ramalan atau analisis kondisi yang berfungsi untuk mempersiapkan masyarakat akan kemungkinankemungkinan yang dapat terjadi, serta meneruskan penilaian moral mengenai berita tersebut. Adapun fungsi-fungsi tajuk rencana, yaitu: a. Mendorong daya pikir pembaca dan mengajaknya berbincang-bincang tentang sesuatu sebelum pendapat umum mengenai sesuatu itu terbentuk (Arpan,1970:190). Jadi tajuk ditujukan untuk membimbing dan mempengaruhi masyarakat agar mengambil sikap tertentu terhadap suatu atau beberapa masalah. b. To inform, to illuminate, dan to educate (Babb, 1970: 20) c. Menjelaskan berita, mengisi latar belakang, meramalkan masa depan, dan memberikan pertimbangan moral (Tukan, 2007: 140). 1) Menjelaskan berita (explaining the news), artinya tajuk rencana menerangkan bagaimana kejadian tersebut terjadi, serta faktor apa yang diperhitungkan untuk menghasilkan perubahan dalam kebijakan pemerintah; 2) menjelaskan latar, artinya Tajuk rencana dapat menggambarkan kejadian tersebut menghubungkannya dengan sesuatu yang telah terjadi sebelumnya, memuat suatu pandangan dan

28 17 menunjukkan kesamaan dengan sejarah, yaitu kesamaan yang bertujuan untuk mendidik masyarakat; 3) meramalkan masa depan, artinya tajuk rencana menyajikan analisis yang melewati batas berbagai peristiwa sekarang dengan tujuan meramalkan sesuatu yang akan terjadi pada masa mendatang; dan 4) menyampaikan pertimbangan moral, artinya penulis diharapkan mempertahankan isu-isu moral dan mempertahankan posisi mereka. Jadi, para penulis tajuk rencana akan berurusan dengan pertimbangan nilai Karakteristik Tajuk Rencana A. Sifat Tajuk Rencana Tajuk rencana mempunyai sifat sebagai berikut: 1. Krusial dan ditulis secara berkala, tergantung dari jenis terbitan medianya bisa harian (daily), atau mingguan (weekly), atau dua mingguan (biweekly) dan bulanan (monthly). 2. Isinya menyikapi situasi yang berkembang di masyarakat luas baik itu aspek sosial, politik, ekonomi, kebudayaan, hukum, pemerintahan, atau olah raga bahkan entertainmen, tergantung jenis liputan medianya. 3. Memiliki karakter atu konsistensi yang teratur, kepada para pembacanya terkait sikap dari media massa yang menulis tajuk rencana. 4. Terkait erat dengan policy media atau kebijakan media yang bersangkutan. Karena setiap media mempunyai perbedaan iklim tumbuh dan berkembang dalam kepentingan yang beragam, yang menaungi media tersebut.

29 18 B. Ciri-Ciri Pers Karakter dan kepribadian pers terdapat sekaligus tercermin dalam tajuk rencana. Tajuk rencana juga mencerminkan dari golongan pers mana media tersebut berasal. Tajuk rencana pers papan atas (middle-high media) atau pers yang berkualitas misalnya memiliki ciri di antaranya : a. Hati-hati (tidak menyebut nama orang yang sedang diberitakan). b. Normatif (menurut aturan yang berlaku). c. Cenderung konservatif (bersikap sesuai keadaan, mempunyai ciri khas tertentu, tradisi). d. Pertimbangan aspek politis lebih besar dari aspek sosiologi. Namun tajuk rencana dari golongan pers papan tengah ke bawah (middle-low media) berlaku sebaliknya. Ciri tajuk rencana pers papan tengah ke bawah adalah: a. Lebih berani (langsung menyebut nama orang yang diberitakan). b. Atraktif (mempunyai daya tarik untuk semua kalangan). c. Progresif (bersifat memberi perubahan/ kemajuan). d. Lebih memilih pendekatan sosiologis daripada pendekatan politis. 2.7 Konsep Fakta Fakta (bahasa latin:factus) ialah segala sesuatu yang tertangkap oleh indera manusia atau data keadaan nyata yang terbukti dan telah menjadi suatu kenyataan. Catatan atas pengumpulan fakta disebut data. Fakta seringkali diyakini oleh orang banyak (umum) sebagai hal yang sebenarnya, baik karena mereka telah mengalami kenyataan-kenyataan dari dekat maupun karena mereka dianggap telah melaporkan pengalaman orang lain yang sesungguhnya.

30 19 Secara fisik fakta dan opini bukanlah sebuah konsep berbentuk ataupun mencitrakan kebendaan. Fakta dan opini adalah sebuah pandangan yang bersifat abstrak yang dalam upayanya menentukan antara sesuatu itu betul-betul nyata atau sesuai itu hanyalah alasan. Pada tataran kalimat ataupun paragraf, fakta dan opini dalam upayanya menyikapi apakah kalimat ataupun paragraf itu berisi halhal yang faktual, ataukah kalimat dan paragraf tersebut berisi pandangan, prediksi, atau alasan atau pendapat ( Kamus bahasa Indonesia untuk pelajar (2011: 120 dan 374) didefinisikan bahwa fakta adalah (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan, sesuatu yang benar-benar ada dan pernah terjadi. Sedangkan opini adalah pendapat, pikiran, ataupun pendirian. Nurhadi dalam Joko Santoso (2001:312 dan 800) didefinisikan bahwa fakta adalah hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan, sesuatu yang benarbenar akan terjadi. Sedangkan opini adalah tanggapan penulis terhadap hal, barang, perkara, kejadian, atau peristiwa faktual. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa fakta dalam konteks kalimat ataupun paragraf adalah segala informasi atau penyampaian yang benarbenar terjadi dan dapat dibuktikan kebenarannya dan bersifat objektif. Sementara itu, opini dalam konteks kalimat atau paragraf adalah sesuatu yang belum dapat dibuktikan kebenarannya atau masih berupa pendapat atau pandangan Jenis-Jenis Fakta Dalam konteks fakta juga terdapat jenis-jenis fakta, jenis fakta tersebut dapat dibedakan sebagai berikut:

31 20 a. Fakta umum adalah kebenaran yang berlaku sepanjang zaman dari dulu sampai sekarang. b. Fakta khusus (spesifik), adalah kebenaran yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Fakta dalam beberapa kasus bisa menjadi subjektif. Fakta subjektif dapat disampaikan berdasarkan perasaan seseorang. Jika anda memberitahu seseorang bahwa anda sedih, yang menunjukkan fakta subjektif tentang keadaan emosi Anda ( Menurut Wahyudi (1991) fakta merupakan situasi dan kondisi seperti apa adanya, tidak ditambah dan tidak dikurangi, atau dengan kata lain fakta adalah peristiwa apa adanya. Selanjutnya (Winarti, 2008: 14) mengatakan bahwa fakta adalah pernyataan yang tak terbantah lagi kebenarannya, kalimat fakta merupakan kalimat yang ditulis berdasarkan kenyataan, peristiwa, suasana yang benar-benar terjadi dan bersifat objektif. sementara pendapat atau opini adalah yang kemungkinan kebenarannya relatif karena dipengaruhi unsur pribadi yang bersifat subjektif Ciri-Ciri Fakta Sudirdja (2008: 5) menyebutkan ada lima ciri-ciri fakta yaitu: 1) dapat dibuktikan kebenarannya, 2) memiliki data yang akurat misalnya, tanggal, tempat, waktu kejadian, 3) memiliki narasumber yang dapat dipercaya, 4) bersifat objektif (apa adanya tanpa dibuat-buat), dan 5) Sudah dipastikan kebenarannya. Selanjutnya Wahyudi (1991) juga menyebutkan bahwa ciri sebuah pernyataan dikatakan fakta apabila : 1) pernyataan tersebut terbukti dan dapat diterima

32 21 sebagai pernyataan yang benar oleh semua orang, 2) sebuah pernyataan fakta tidak menggunakan kata berartribut (seperti) menggunakan kata modalitas: mungkin, sepertinya, dsb), 3) pernyataan tersebut berisi kebenaran dengan dilandasi data-data yang aktual, dan 4) pernyataan tersebut disampaikan dengan objektif. Kalimat atau paragraf yang didalamnya terdapat pelaku, tempat keadian, waktu, jumlah, bagaimana kejadian/peristiwa tersebut terjadi, atau ada rincian yang jelas, serta tidak biaa dibantah kebenarannya, maka kalimat atau paragraf tersebut berupa fakta. Contoh kalimat fakta: 1. Pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah hari kemerdekaan Indonesia. 2. Sebelum adanya uang sebagai transaksi pembayaran orang-orang melakukan barter. 2.8 Konsep Opini Opini adalah serapan dari bahasa asing (opinion), merupakan tanggapan atau jawaban terbuka terhadap sesuatu persoalan yang dinyatakan berdasarkan katakata baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Opini juga dapat berupa perilaku, sikap tindak, pandangan dan tanggapan. Opini merupakan suatu perkiraan, pikiran, atau tanggapan tentang suatu hal disertai alasan yang kuat (Sudirdja, dkk, 2008: 4). Opini adalah pendapat seseorang tentang sesuatu yang belum tentu kebenarannya. Informasi disebut opini karena informasi tersebut baru berupa pendapat, pikiran, pandangan, dan pendirian seseorang.

33 22 Opini merupakan persatuan pendapat-pendapat yang sedikit didukung orang baik setuju atau tidak setuju, ikatannya dalam bentuk perasaan/emosi, dapat berubah-ubah, dan timbul melalui diskusi social. Opini adalah pendapat, pikiran, pendirian, pandangan, dan tanggapan mengenai suatu kejadian, keadaan, dan desas-desus tentang suatu hal. ( Menurut Wahyudi (1991) opini merupakan pendapat pribadi seseorang (wartawan) yang tidak dilandasi fakta, tetapi lebih dilandasi selera pribadi si wartawan itu. Opini dalam tajuk rencana/ editorial merupakan pendapat dari pemimpin redaksi atau redaktor senior dalam menyikapi permasalahan yang terdapat dalam masyarakat dan pendapat tersebut harus mempunyai kedalaman analisa Jenis-Jenis Opini Bila dalam suatu kehidupan masyarakat ada suatu masalah yang menyangkut kepentingan umum maka pada diri setiap orang muncul gejolak kejiwaan. Gejolak kejiwaan tersebut yang kemudisn diekspresikan lewat pergunjingan di lingkungannya. Opini yang dikemukakan manusia terdiri dari berbagai jenis, diantaranya adalah : 1. Opini perorangan, dimana oini yang dikemukakan oleh seseorang secara terbuka di muka orang lain yang sedang dalam kelompok baik formal/informal. 2. Opini Pribadi, yakni opini yang dikemukakan oleh seseorang kepada orang lain yang mempunyai hubungan yang dekat dengannya atau dipercayainya. Opini pribadi mengandung intimidasi.

34 23 3. Opini Publik, yaitu kesatuan pendapat yang timbul dari sekelompok orang yang berkumpul secara spontan dan membicarakan isu yang controversial. 4. Opini Umum, adaah opini yang dihasilkan oleh suatu lembaga pengumpulan pendapat umum tentang sesuatu isu. 5. Opini Khalayak, pendapat yang sudah menetap/menegndap dalam masyarakat, telah dipengaruhi oleh berbagai norma budaya dan bersifat statis (Sastropoetra, 1990:13) Ciri-Ciri Opini Sudirdja, dkk (2008: 5) menyebutkan dalam konteks kalimat, ciri-ciri opini adalah: 1) tidak dapat dibuktikan kebenarannya, 2) bersifat subjektif, 3) tidak terdapat narasumber/atas pemikiran sendiri, dan 4) tidak memiliki data yang akurat. Sedangkan dalam konteks paragraf Wahyudi (1991) menyebutkan ciri-ciri yang menunjukkan bahwa sebuah pernyataan dikatakan opini apabila: 1) pernyataan tersebut merupakan kumpulan yang diyakini seseorang setelah melihat fakta-fakta yang ada dan pernyataan tersebut biasa benar dan bisa juga keliru, 2) pernyataan yang berupa opini menonjolkan kata modalitas seperti: mungkin, sepertinya, sangat,tidak mungkin, sebaiknya, dan lain-lain, 3) pernyataan tersebut disampaikan secara subjektif. Selanjunya dalam ( menyebutkan bahwa informasi tersebut dikatakan opini apabila:1) berisi tanggapan terhadap peristiwa yang terjadi. 2) berisi jawaban atas pertanyaan: mengapa, bagaimana, atau apa, 3) bersifat subjektif dangan dilengkapi tentang pendapat, saran, atau ramalan tentang

35 24 sebab dan akibat terjadinya perisiwa, dan 4) menunjukkan peristiwa yang belum atau akan terjadi pada masa yang akan datang (berupa pikiran). Sedangkan Sunarjo (1984: 24) menyebutkan opini (pendapat) mempunyai ciri-ciri: 1) selalu diketahui dari pernyataan-pernyataan, 2) merupakan sintesa atau kesatuan dari banyak pendapat, 2) mempunyai pendukung dalam jumlah yang besar. Opini bertindak sebagai jawaban terbuka terhadap suatu persoalan/isu. Subjek dari opini biasanya adalah masalah yang baru. Opini berupa reaksi pertama di mana seseorang mempunyai keraguan terhadap suatu masalah yang lain dari kebiasaan, ketidakcocokan dan adanya perubahan penilaian, sehingga unsur-unsur tersebut mendorong untuk saling mempertahankannya. Dengan demikian, pengertian opini mempunyai dua unsur, yaitu: a. Pernyataan. b. Mengenai masalah yang bertentangan. Pendapat atau opini itu tidak akan timbul bila tidak ada pertentangan dan pertentangan itu harus dinyatakan. Adapun pendapat-pendapat itu dapat dinyatakan dengan kata-kata atau ditunjukkan dengan tingkah laku atau dengan suatu tingkah laku yang lain. Contoh kalimat opini: 1. Menurut saya sebentar malam akan turun hujan karena cuaca hari ini sangat panas. 2. Menurut H. Danny Setiawan, bangsa Indonesia termasuk didalamnya masyarakat Jawa Barat akan tetap hidup dan berdiri tegak bila memiliki semangat nasionalisme.

36 Pembelajaran Fakta dan Opini Dalam mendesain pembelajaran, kebanyakan guru tidak memiliki desainyang jelas menjadi penyebab paling utama siswa tidak dapat menetukan fakta dan opini dalam konteks paragraf. Pada umumnya guru ketika melakukan pembelajaran menentukan fakta dan opini, dengan alur pembelajaran deduktif. Guru menjelaskan konsep teoritis (pengertian) fakta dan opini dalam paragraf. Setelah itu guru mengidentifikasi siswa dengan nilai tuntas, jika identifikasi benar dan tidak tuntas, dan jika identifkasi salah. Namun, katika siswa menemukan soal dalam bentuk pilihan ganda (PG) siswa yang tuntas ataupun tidak tuntas sulit untuk menentukan mana fakta dan mana opini. Idealnya, sebelum pembelajaran berlangsung guru telah mendesain model pembelajaran yang tepat dan menarik untuk penyajian materi fakta dan opini. Keuntungan dari desain adalah guru telah menemukan alur pembelajaran berorientasi pada pembelajaran kontekstual. Sebelum guru masuk di kelas terlebih dahulu menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pebelajaran yang biasa disingkat RPP (yang tentunya berdasarkan kompetensi dasar yag terdapat pada silabus yang telah dibuat sebelumnya). Dalam RPP tersebut termuat desain pembelajaran menentukan fakta dan opini. Adapun alur pembelajaran sebaiknya guru menggunakan pola pembelajaran induktif. Yakni, dimulai dengan memberiakn tugas perorangan ataupun kelompok kepada siswa untuk mengindentifikasi fakta dan opini dalam konteks kalimat maupun paragraf. Selanjutnya pada penarikan kesimpulan sebaiknya guru mengantar siswa ke hal-hal yang konteks. Misalnya, mengapa kalimat itu bukan

37 26 fakta dan bukan opini ataupun sebaliknya. Mengapa paragraf itu tergolong paragraf pendapat dan bukan paragraf fakta ataupun sebaliknya. Barulah setelah itu guru membantu siswa menarik kesimpulan dengan memberikan kata-kata kunci. Pada proses pembelajaran penting pula guru memilih metode dan teknik yang tetap untuk pembelajaran menentukan fakta dan opini. Misalnya, metode dan tekik yang sesuai dengan pembelajaran tersebut dalah melalui pemberian tugas menentukan fakta dan opini dalam tajuk rencana di surat kabar Fakta dan Opini dalam Tajuk Rencana Tajuk rencana adalah artikel pokok dalam surat kabar yang merupakan pandangan redaksi terhadap peristiwa yang sedang menjadi pembicaraan pada saat surat kabar itu diterbitkan. Dalam tajuk rencana diungkapkan adanya informasi atau masalah aktual, penegasan pentingnya masalah, opini redaksi tentang masalah tersebut, kritik dan saran atas permasalahan, dan harapan redaksi akan peran serta pembaca. Pernyataan fakta dan opini dalam tajuk rencana diutarakan secara singkat, logis, menarik yang bertujuan untuk mempengaruhi pendapat/ menerjemahkan berita yang menonjol agar pembaca menyimak seberapa penting berita tersebut. Fungsi tajuk rencana menjelaskan berita, artinya, dan akibatnya pada masyarakat. Tajuk rencana juga mengisi latar belakang dari kaitan berita tersebut dengan kenyataan sosial dan faktor yang mempengaruhi dengan lebih menyeluruh. Dalam tajuk rencana terkadang juga ada ramalan atau analisis kondisi yang berfungsi untuk mempersiapkan masyarakat akan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi, serta meneruskan penilaian moral mengenai berita tersebut.

38 27 Dalam tajuk rencana berita yang disampaikan sudah diberi ulasan. Oleh karena itu, tajuk rencana tidak diletakkan di halaman pertama, tetapi di halaman 2 atau 4. Setiap paragraf dalam sebuah tajuk rencana mengandung gagasan pokok dan gagasan penjelas. Bahkan, ada juga paragraf yang seluruh kalimatnya merupakan gagasan utama. Gagasan pokok atau gagasan utama adalah kalimat yang menjadi inti atau isi pokok sebuah paragraf. Gagasan penjelas atau kalimat penjelas adalah kalimat yang menjelaskan gagasan utama. Contoh Tajuk Rencana : Contoh Tajuk RencanContoh Tajuk Rencana : Eksekusi Mati Saddam Hussein Saddam Hussein akhirnya dihukum mati. Inilah eksekusi mati yang harus dicatat sebagai lembaran hitam dalam sejarah. Lembaran hitam, sangat hitam, karena sesungguhnya tidak ada alasan untuk mengeksekusi mati Saddam Hussein. Kematian Saddam jelas lebih merupakan kehendak Presiden Amerika Serikat, George Walker Bush. Justru George Bush-lah yang seharusnya diadili sebagai penjahat perang. Di bawah perintahnya, Amerika Serikat menyerang Irak dengan korban manusia yang tidak berdosa. Irak hancur dan hingga sekarang Amerika Serikat belum menyelesaikan kewajibannya merehabilitasi dan merekontruksi Irak. Sejarah juga harus mencatat bahwa Amerika Serikat dibawah Kepemimpinan Bush menjadi Negara yang membabi buta. Atas nama antiterorisme, Bush membuat berbagai pembenaran menyerang Afghanistan dan Irak. Menjadi adikuasa, terlalu berkuasa, telah mematikan hati nurani Bush. Sangat ironis, pesan damai natal dan semangat berkorban Idul Adha tidak berbekas baik disanubari Bush. Maupun penguasa Irak sekarang. Saddam Hussein telah dieksekusi mati. Kita turut berduka sedalam-dalamnya. Kiranya lembaran hitam seperti itu tidak terjadi lagi di masa depan.

39 28. Padahal, kekerasan akan menhasilkan kekerasan baru, ketidakadilan akan menghasilkan ketidakadilan baru. Ketika ketidakadilan kepada siapapun terjadi, termasuk terhadpa Saddam Hussein, hal itu hanya akan menghasilkan teroris-terosis baru di muka bumi ini. Kebijakan mengeksekusi Saddam itu jelas sangat kontraproduktif terhadap upaya memerangi terorisme untuk mewujudkan perdamaian dunia. Sumber : Buku Panduan Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA kelas XI Pernyataan yang berupa fakta dari tajuk rencana tersebut adalah : 1. Saddam Hussein akhirnya dihukum mati. 2. Di bawah perintah Bush, Amerika Serikat menyerang Irak dengan korban manusia yang terdosa. 3. Irak hancur dan hingga sekarang Amerika Serikat belum menyelesaikan kewajibannya merehabilitasi dan merekontruksi Irak. 4. Bush menggulingkan pemerintah yang sah. 5. Saddam Hussein merupakan presiden sah yang ditumbangkan dengan kekerasan perang. 6. Amerika Serikat tak pernah menemukan yang dicarinya, yang menjadi alasan Amerika Serikat melakukan agresi militer. 7. Irak tidak terbukti menyimpan senjata pemusnah seperti yang dituduhkan. 8. Alasan untuk menjatuhkan Saddam Hussein tidak pernah ditemukan, tetapi Saddam malah dieksekusi mati. Pernyataan yang berupa opini dalam tajuk rencana tersebut adalah :

40 29 1. Inilah eksekusi mati yang harus dicatat sebagai lembaran hitam dalam sejarah. Lembaran hitam, sangat hitam, karena sesungguhnya tidak ada alasan untuk mengeksekusi mati Saddam Hussein. 2. Kematian Saddam jelas lebih merupakan kehendak Presiden Amerika Serikat, George Walker Bush. 3. Justru George Bush-lah yang seharusnya diadili sebagai penjahat perang 4. Sebuah bukti tersendiri bahwa Amerika Serikat yang menyebut dirinya sebagai kampiun demokrasi sebenarnya Negara yang menghalalkan segala cara untuk meraih tujuannya. 5. Padahal, hukuman mati bertentangan dengan prinsip hak asasi manusia. Bukankah Amerika Serikat menganggap dirinya selain kampiun demokrasi, juga kampiun HAM? 6. Semua itu bukti sangat kuat yang menunjukkan betapa hipokritnya Amerika Serikat. Hipokrit, serta mau menang sendiri. 7. Sejarah juga harus mencatat bahwa Amerika Serikat dibawah Kepemimpinan Bush menjadi Negara yang membabi buta. 8. Atas nama antiterorisme, Bush membuat berbagai pembenaran menyerang Afghanistan dan Irak. 9. Menjadi adikuasa, terlalu berkuasa, telah mematikan hati nurani Bush. 10. Padahal, kekerasan akan menhasilkan kekerasan baru, ketidakadilan akan menghasilkan ketidakadilan baru.

KEMAMPUAN MENENTUKAN FAKTA DAN OPINI DALAM TEKS TAJUK RENCANA KORAN KOMPAS SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 7 KENDARI

KEMAMPUAN MENENTUKAN FAKTA DAN OPINI DALAM TEKS TAJUK RENCANA KORAN KOMPAS SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 7 KENDARI KEMAMPUAN MENENTUKAN FAKTA DAN OPINI DALAM TEKS TAJUK RENCANA KORAN KOMPAS SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 7 KENDARI WA FATIMA (A1D1 11 058) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan/Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis melalui media

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA UNNGULAN PONDOK MODERN SELAMAT Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/Semester : XII/II Materi Pokok : Teks Editorial Jumlah Pertemuan :

Lebih terperinci

MENGANALISIS ASPEK-ASPEK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MEMBACA. Sumarni. Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

MENGANALISIS ASPEK-ASPEK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MEMBACA. Sumarni. Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan MENGANALISIS ASPEK-ASPEK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MEMBACA Sumarni Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas muhammadiyah Makassar Sumarnisape9@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Risca Olistiani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Risca Olistiani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki empat keterampilan berbahasa. Dua keterampilan berbahasa reseptif yaitu membaca dan menyimak, dan dua keterampilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Membedakan Fakta dan Opini pada. Editorial berdasarkan Kurikulum KTSP untuk Kelas XI SMA

BAB II KAJIAN TEORITIS. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Membedakan Fakta dan Opini pada. Editorial berdasarkan Kurikulum KTSP untuk Kelas XI SMA BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Kedudukan Pembelajaran Membedakan Fakta dan Opini pada Editorial berdasarkan Kurikulum KTSP untuk Kelas XI SMA Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam komunikasi manusia. Melalui bahasa, manusia dapat mengungkapkan perasaan (emosi), imajinasi, ide dan keinginan yang diwujudkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal,

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Membaca Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kegiatan berbahasa merupakan bagian dari kehidupan manusia. Ketika manusia melakukan kegiatan berbahasa, maka mereka harus memiliki keterampilan berbahasa.tampubolon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan sehari-hari tidak terlepas dari yang namanya komunikasi. Antarindividu tentu melakukan kegiatan komunikasi. Kegiatan komunikasi bisa dilakukan secara

Lebih terperinci

MEMAHAMI HAKEKAT DAN ASPEK-ASPEK DALAM READING (MEMBACA)

MEMAHAMI HAKEKAT DAN ASPEK-ASPEK DALAM READING (MEMBACA) MEMAHAMI HAKEKAT DAN ASPEK-ASPEK DALAM READING (MEMBACA) Riska Aulia Sartika. Pendidikan Bahasa dan Sastra Inggris. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Makassar. riskaauliasartika66@gmail.com.

Lebih terperinci

WACANA ARGUMENTASI DALAM RUBRIK OPINI PADA SURAT KABAR HARIAN JAWA POS DAN PEMANFAATANNYA DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA KRITIS DI SMA SKRIPSI

WACANA ARGUMENTASI DALAM RUBRIK OPINI PADA SURAT KABAR HARIAN JAWA POS DAN PEMANFAATANNYA DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA KRITIS DI SMA SKRIPSI WACANA ARGUMENTASI DALAM RUBRIK OPINI PADA SURAT KABAR HARIAN JAWA POS DAN PEMANFAATANNYA DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA KRITIS DI SMA SKRIPSI Oleh Winarti NIM 070210402096 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di SMA kini

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di SMA kini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pelaksanaan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di SMA kini dititikberatkan pada keterampilan siswa. Berdasarkan kurikulum 2006 siswa dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keempat aspek tersebut memiliki hubungan yang erat satu sama lain.

BAB I PENDAHULUAN. Keempat aspek tersebut memiliki hubungan yang erat satu sama lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada dasarnya bertujuan mengembangkan kemampuan berbahasa siswa yang ditentukan pada aspek kemampuan berbahasa yaitu mendengarkan,

Lebih terperinci

90. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

90. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa 90. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa A. Latar Belakang Mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk Program Bahasa ini berorientasi pada hakikat

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

SILABUS. Nama Sekolah : SMA Negeri 78 Jakarta Mata Pelajaan : Bahasa Indonesia 2 (IND 2) Beban Belajar : 4 sks. Materi Pembelajaran.

SILABUS. Nama Sekolah : SMA Negeri 78 Jakarta Mata Pelajaan : Bahasa Indonesia 2 (IND 2) Beban Belajar : 4 sks. Materi Pembelajaran. SILABUS Nama Sekolah : SMA Negeri 78 Jakarta Mata Pelajaan : Bahasa Indonesia 2 (IND 2) Beban Belajar : 4 sks Aspek Standar : Mendengarkan : 1. Memahami informasi melalui tuturan Dasar 1.1. Menyimpulkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau berita, fakta, dan pendapat dari seorang penutur kepada pendengar.

I. PENDAHULUAN. atau berita, fakta, dan pendapat dari seorang penutur kepada pendengar. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi dapat digunakan untuk menyampaikan informasi atau berita, fakta, dan pendapat dari seorang penutur kepada pendengar. Komunikasi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Ninah Hasanah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Ninah Hasanah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kegiatan membaca memegang peranan yang sangat penting untuk pemerolehan pengetahuan. Nurgiyantoro mengungkapkan (2001:247), dalam dunia pendidikan

Lebih terperinci

NOVEL ZIARAH YANG TERPANJANG KARYA K.USMAN Sebuah Pendekatan Sosiologi Sastra

NOVEL ZIARAH YANG TERPANJANG KARYA K.USMAN Sebuah Pendekatan Sosiologi Sastra NOVEL ZIARAH YANG TERPANJANG KARYA K.USMAN Sebuah Pendekatan Sosiologi Sastra SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Program Studi Sastra Indonesia Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bisa diartikan sebagai sebuah proses kegiatan pelaksanaan kurikulum suatu lembaga pendidikan yang telah ditetapkan (Sudjana, 2001: 1). Pembelajaran

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB III KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA Dra.Hj.Rosdiah Salam, M.Pd. Dra.Andi Nurfaizah, M.Pd. Drs. Latri S, S.Pd., M.Pd.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pada bagian ini akan diuraikan secara berturut-turut: simpulan, implikasi, dan saran A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam pengantar pesan. Setiap informasi yang dimuat dapat

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam pengantar pesan. Setiap informasi yang dimuat dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media menjadi sarana informasi yang dibutuhkan masyarakat. Tujuannya memberikan gambaran mengenai alat komunikasi yang bekerja dari skala terbatas hingga melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Keterampilan menulis sangat diperlukan dalam kehidupan manusia. Menurut Djiwandono (2008, hlm. 8) bahwa kemampuan menulis adalah kemampuan untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran

SILABUS. Kegiatan Pembelajaran KELAS XII SEMESTER 1 SILABUS Semester : 1 Standar : Mendengarkan 1. Memahami informasi dari berbagai laporan 1.1 Membedakan antara fakta dan opini dari berbagai laporan lisan Laporan laporan kegiatan OSIS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin jelas

Lebih terperinci

PENINGKATANN KEMAMPUAN MENYIMAK INTENSIF BERITA MELALUI TEKNIK ISIAN RUMPANG PADA SISWA KELAS VI SDN JENGGAWAH 02 JEMBER TAHUN PELAJARAN

PENINGKATANN KEMAMPUAN MENYIMAK INTENSIF BERITA MELALUI TEKNIK ISIAN RUMPANG PADA SISWA KELAS VI SDN JENGGAWAH 02 JEMBER TAHUN PELAJARAN PENINGKATANN KEMAMPUAN MENYIMAK INTENSIF BERITA MELALUI TEKNIK ISIAN RUMPANG PADA SISWA KELAS VI SDN JENGGAWAH 02 JEMBER TAHUN PELAJARAN 2012-1013 SKRIPSI Oleh Fitria Prasektiani NIM 100210204153 PROGRAM

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan menggerakkan sejumlah besar tindakan yang terpisah pisah.aktivitas yang

BAB II LANDASAN TEORI. dengan menggerakkan sejumlah besar tindakan yang terpisah pisah.aktivitas yang 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Membaca 1. Pengertian Membaca Menurut Soedarso (1989: 4) Membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan menggerakkan sejumlah besar tindakan yang terpisah pisah.aktivitas yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Berikut ini terdapat beberapa penelitian relevan yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan jaman mengakibatkan semakin banyaknya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan jaman mengakibatkan semakin banyaknya kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman mengakibatkan semakin banyaknya kebutuhan manusia dalam berbagai hal, salah satunya kebutuhan akan informasi. Informasi adalah data yang dikumpulkan

Lebih terperinci

SILABUS. Semester : 1 Standar Kompetensi : Mendengarkan 1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung /tidak langsung

SILABUS. Semester : 1 Standar Kompetensi : Mendengarkan 1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung /tidak langsung KELAS X SEMESTER 1 SILABUS Nama Sekolah : SMA / MA... Semester : 1 Standar Kompetensi : Mendengarkan 1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung /tidak langsung 1.1 Menanggapi siaran

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nomor 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nomor 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nomor 1 Sekolah : SMA Titian Teras Jambi Mata pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas : XI Semester : 1 Tahun pelajaran : 2009/2010 A. STANDAR KOMPETENSI : Mendengarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran pada dasarnya dibutuhkan oleh setiap manusia untuk keberlangsungan hidupnya. Seiring berkembangnya zaman pembelajaran di dunia pendidikanpun semakin

Lebih terperinci

PENTINGNYA PENGUASAAN BAHASA INGGRIS DALAM KEGIATAN JURNALISTIKDI LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA (LPP-RRI) JEMBER

PENTINGNYA PENGUASAAN BAHASA INGGRIS DALAM KEGIATAN JURNALISTIKDI LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA (LPP-RRI) JEMBER PENTINGNYA PENGUASAAN BAHASA INGGRIS DALAM KEGIATAN JURNALISTIKDI LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA (LPP-RRI) JEMBER LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA Oleh SUSILOWATI NIM 050103101092 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional siswa. Di samping itu, bahasa merupakan penunjang

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional siswa. Di samping itu, bahasa merupakan penunjang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan kecerdasan, sosial, dan emosional siswa. Di samping itu, bahasa merupakan penunjang keberhasilan siswa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa komunikasi

Lebih terperinci

SILABUS. Nama Sekolah : SMA Negeri 78 Jakarta Mata Pelajaan : Bahasa Indonesia 3 Beban belajar : 4 SKS. Materi Pembelajaran

SILABUS. Nama Sekolah : SMA Negeri 78 Jakarta Mata Pelajaan : Bahasa Indonesia 3 Beban belajar : 4 SKS. Materi Pembelajaran SILABUS Nama Sekolah : SMA Negeri 78 Jakarta Mata Pelajaan : Bahasa Indonesia 3 Beban belajar : 4 SKS Aspek : Mendengarkan Standar : 1. Memahami pendapat dan informasi dari berbagai sumber dalam diskusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia diharapkan dapat saling mengenal dan berhubungan satu sama lain, saling berbagi pengalaman dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang dalam mengaktuslisasikan dirinya sepenuhnya dan selengkapnya

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang dalam mengaktuslisasikan dirinya sepenuhnya dan selengkapnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai gejala manusiawi dan sebagai upaya sadar untuk membantu seseorang dalam mengaktuslisasikan dirinya sepenuhnya dan selengkapnya tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kebutuhan manusia sehingga memegang peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan pada keterampilan

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan Ke- : 1, 2, 3, 4 Alokasi Waktu : 4 40 menit Standar Kompetensi : Memahami pembacaan puisi Kompetensi Dasar : Menanggapi cara pembacaan puisi 1. mengungkapkan isi puisi 2. menangkap isi puisi

Lebih terperinci

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN NASKAH DRAMA DENGAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 13 PADANG

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN NASKAH DRAMA DENGAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 13 PADANG HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN NASKAH DRAMA DENGAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 13 PADANG Oleh: Mira Elfiza, Andria Catri Tamsin, Zulfikarni Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PERUBAHAN MAKNA KATA DALAM WACANA BERITA POLITIK DI SURAT KABAR JAWA POS EDISI FEBRUARI-MARET 2011 SKRIPSI. Oleh. Decca Ayu Wulan A NIM

PERUBAHAN MAKNA KATA DALAM WACANA BERITA POLITIK DI SURAT KABAR JAWA POS EDISI FEBRUARI-MARET 2011 SKRIPSI. Oleh. Decca Ayu Wulan A NIM PERUBAHAN MAKNA KATA DALAM WACANA BERITA POLITIK DI SURAT KABAR JAWA POS EDISI FEBRUARI-MARET 2011 SKRIPSI Oleh Decca Ayu Wulan A NIM 070210402108 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN

Lebih terperinci

SILABUS. Jenis Tagihan: pokok-pokok isi. Mendengarkan sambutan atau khotbah. tugas individu sambutan/ isi sambutan. khotbah yang didengarkan

SILABUS. Jenis Tagihan: pokok-pokok isi. Mendengarkan sambutan atau khotbah. tugas individu sambutan/ isi sambutan. khotbah yang didengarkan KELAS XI SEMESTER 1 SILABUS Semester : 1 Standar Kompetensi : Mendengarkan 1. Memahami berbagai informasi dari sambutan/khotbah dan wawancara 1.1 Menemukan pokok-pokok isi sambutan/ khotbah yang didengar

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ALFA (EKSPERIMEN KUASI)

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ALFA (EKSPERIMEN KUASI) MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ALFA (EKSPERIMEN KUASI) Icah 08210351 Icah1964@gmail.com Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Tinggi Keguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa Indonesia secara umum mempunyai fungsi sebagai alat komunikasi sosial. Pada dasarnya bahasa erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Manusia sebagai anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Modul ke: 05 Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id MATA KULIAH BAHASA INDONESIA MEMBACA UNTUK MENULIS SUPRIYADI, S.Pd., M.Pd. HP. 0815 1300 7353/ 0812 9479 4583 E-Mail:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Di dalam interaksi tersebut, terjadi adanya proses komunikasi dan penyampaian pesan yang

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DI KELAS IV SDN 1 LALONGGOPI KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan medium utama berupa bunyi ujaran (unsur bahasa yang hanya

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan medium utama berupa bunyi ujaran (unsur bahasa yang hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Ragam bahasa menurut sarananya lazim dibagi atas ragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia atau peserta didik dengan cara mendorong kegiatan belajar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan dan menerima informasi atau pesan.

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan dan menerima informasi atau pesan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia untuk mengungkapkan pesan kepada orang lain. Dengan bahasa itu, kita dapat menyampaikan dan menerima informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan kemampuan berbahasa produktif yang penting

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan kemampuan berbahasa produktif yang penting 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis merupakan kemampuan berbahasa produktif yang penting dimiliki seseorang. Menulis sendiri bukanlah sesuatu yang asing bagi kita. Artikel, esai, laporan,

Lebih terperinci

2015 FAKTOR-FAKTOR PREDIKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN

2015 FAKTOR-FAKTOR PREDIKTOR YANG MEMPENGARUHI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA YANG MENGALAMI KESULITAN MEMBACA PEMAHAMAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan membaca merupakan modal utama peserta didik. Dengan berbekal kemampuan membaca, siswa dapat mempelajari ilmu, mengkomunikasikan gagasan, dan mengekspresikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa yang cerdas ditentukan oleh kualitas pendidikan di negaranya. Semakin baik kualitas pendidikan disuatu negara akan menghasilkan bangsa yang cerdas. Keberhasilan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh. Qaadli Al A la NIM

SKRIPSI. Oleh. Qaadli Al A la NIM PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI SUGESTIF MELALUI PENERAPAN PAIKEM DENGAN MEDIA GAMBAR KOMIK PADA SISWA KELAS IV SDN WIROLEGI 01 JEMBER TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh Qaadli Al A la NIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum sekolah keterampilan berbahasa biasanya mencakup empat segi,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum sekolah keterampilan berbahasa biasanya mencakup empat segi, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kurikulum sekolah keterampilan berbahasa biasanya mencakup empat segi, yaitu: keterampilan menyimak/mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap individu dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa adalah sarana atau media yang digunakan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Pendidikan merupakan tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan,

Lebih terperinci

Kalimat fakta adalah kalimat yg mengedepankan fakta nyata dan hasil temuan, dan sering kali menggunakan kutipan dari berbagai sumber sebagai penguat

Kalimat fakta adalah kalimat yg mengedepankan fakta nyata dan hasil temuan, dan sering kali menggunakan kutipan dari berbagai sumber sebagai penguat Kalimat fakta adalah kalimat yg mengedepankan fakta nyata dan hasil temuan, dan sering kali menggunakan kutipan dari berbagai sumber sebagai penguat argumen, misalnya berdasarkan tulisan Leonardo Da Vinci,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahasa yang bersifat produktif dan keterampilan berbahasa yang bersifat

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahasa yang bersifat produktif dan keterampilan berbahasa yang bersifat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mencakup dua aspek, yaitu keterampilan berbahasa yang bersifat produktif dan keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif. Menulis merupakan

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Nama Sekolah : Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas : XII Semester : 2 Standar : Mendengarkan 9. Memahami dari berbagai sumber secara lisan Dasar 9.1Mengajukan saran perbaikan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Bahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai karena bahasa adalah sarana interaksi dan alat komunikasi antar manusia. Negara Indonesia merupakan

Lebih terperinci

KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK

KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK Modul ke: 08 Opini Publik Fakultas PASCASARJANA Program Studi Magister Ilmu Komunikasi http://mercubuana.ac.id Dr. Heri Budianto.M.Si Pengertian Opini Publik Opini publik berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rencana Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi bukan lagi menjadi isu baru di Indonesia. Rencana tersebut sudah ada sejak tahun 2010. Dikutip dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Peranan bahasa dalam kehidupan sehari-hari yaitu sebagai alat komunikasi, bahasa tersebut

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Nama Sekolah : Standar : Mendengarkan 9. Memahami pendapat dan informasi dari berbagai sumber dalam diskusi atau seminar 9.1 Merangkum isi pembicaraa n dalam suatu diskusi atau seminar

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan, Pengajaran Bahasa dan Sastra ONOMA PBSI FKIP Universitas Cokroaminoto Palopo

Jurnal Pendidikan, Pengajaran Bahasa dan Sastra ONOMA PBSI FKIP Universitas Cokroaminoto Palopo Peningkatan Keterampilan Menulis Wacana Eksposisi Menggunakan Media Berita dalam Koran Siswa Kelas X Nautika B SMK Pelayaran Samudera Nusantara Utama Palopo Darmawati (Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa tidak akan lepas dari dunia pembelajaran. Kita semua sebagai elemen di dalamnya memerlukan bahasa yang baik dan benar dalam proses pembelajaran. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sendiri memiliki kedudukan yang penting serta utama dalam kehidupan sehari-hari. Pada dasarnya bahasa berlaku sebagai alat komunikasi antara orang satu

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V Isdianti Isdianti15@yahoo.com Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional berfungsi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat. Sarjana S-1. Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat. Sarjana S-1. Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah. PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS PIDATO DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS BERITA (NEWS-BASED LEARNING) PENDEKATAN KONTEKSTUAL KOMPONEN PEMODELAN PADA PESERTA DIDIK KELAS X-G SMA NEGERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan saat ini adalah lemahnya para pendidik dalam menggali

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan saat ini adalah lemahnya para pendidik dalam menggali BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pendidikan saat ini mulai menurun kualitasnya, salah satu faktor menurunnya kualitas pendidikan saat ini adalah lemahnya para pendidik dalam menggali potensi

Lebih terperinci

Prakata. iii. Bandung, September Penulis

Prakata. iii. Bandung, September Penulis Prakata Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual, sosial, dan emosional. Selain itu,

Lebih terperinci

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) 32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Esai merupakan suatu ekspresi diri berupa gagasan atau pemikiran seseorang tentang suatu hal yang dituangkan dalam bentuk tulisan yang berupa teks. Esai atau tulisan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keinginan, dan perbuatan-perbuatannya, serta sebagai alat untuk memengaruhi

I. PENDAHULUAN. keinginan, dan perbuatan-perbuatannya, serta sebagai alat untuk memengaruhi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat yang dipakai manusia untuk membentuk pikiran, perasaan, keinginan, dan perbuatan-perbuatannya, serta sebagai alat untuk memengaruhi dan dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan pendidikan seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jurnalisme online pada saat sekarang ini lebih banyak diminati oleh masyarakat dikarenakan pada era kemajuan teknologi, masyarakat lebih cenderung memanfaatkan

Lebih terperinci

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebebasan pers merupakan salah satu indikator penting dalam membangun suatu negara yang menganut sistem demokrasi seperti Indonesia. Pasca reformasi 1998 media massa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan seseorang dalam melakukan komunikasi sangat tergantung pada kemampuan dan keterampilannya dalam berbahasa. Keterampilan berbahasa terdiri dari empat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rafina Widowati, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rafina Widowati, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan menulis tergolong dalam kegiatan kebahasaan yang bersifat produktif. Chaedar Alwasilah (2007: 43) mengungkapkan bahwa menulis pada dasarnya bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa mencakup empat aspek keterampilan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa mencakup empat aspek keterampilan berbahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa mencakup empat aspek keterampilan berbahasa yaitu, mendengarkan atau menyimak, membaca, menulis, dan berbicara. Keempat aspek tersebut saling berkaitan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI POLA SEBAB-AKIBAT SISWA KELAS XI IPS SMAN 5 JEMBER

KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI POLA SEBAB-AKIBAT SISWA KELAS XI IPS SMAN 5 JEMBER KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI POLA SEBAB-AKIBAT SISWA KELAS XI IPS SMAN 5 JEMBER SKRIPSI Oleh Citra Dwi Ristrantri NIM 030210402136 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN

Lebih terperinci

dan menentukan jalannya pengajaran. Pembelajaran tidak lagi satu arah, tetapi

dan menentukan jalannya pengajaran. Pembelajaran tidak lagi satu arah, tetapi BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proses Pembelajaran Proses pembelajaran merupakan suatu rangkaian peristiwa yang kompleks dan akan terjalin komunikasi timbal balik antara guru sebagai pengajar dan siswa sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa maupun pembelajaran bahasa merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari. Hal ini dikarenakan bahasa memiliki peranan yang sangat penting dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

RAGAM BAHASA REMAJA DALAM SITUS JEJARING SOSIAL FACEBOOK SKRIPSI. oleh ELIA PUTRI MAHARANI NIM

RAGAM BAHASA REMAJA DALAM SITUS JEJARING SOSIAL FACEBOOK SKRIPSI. oleh ELIA PUTRI MAHARANI NIM RAGAM BAHASA REMAJA DALAM SITUS JEJARING SOSIAL FACEBOOK SKRIPSI oleh ELIA PUTRI MAHARANI NIM 070210402091 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak adalah

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyimak adalah satu di antara empat keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak adalah suatu proses yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ide, gagasan, pengalaman, dan pendapat dalam bentuk tulisan. Kegiatan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. ide, gagasan, pengalaman, dan pendapat dalam bentuk tulisan. Kegiatan tersebut BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran bahasa bertujuan untuk menumbuh kembangkan keterampilan berbahasa siswa. Terampil berbahasa berarti terampil dalam menyimak, berbicara, membaca, dan

Lebih terperinci

SILABUS. Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu

SILABUS. Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu KELAS XII SEMESTER 1 SILABUS Semester : 1 Standar Kompetensi : Mendengarkan 1. Memahami informasi dari berbagai laporan 1.1 Membedakan Laporan Mencatat pokok-pokok antara fakta Laporan kegiatan isi laporan

Lebih terperinci