Dua Tahun Pelaksanaan RAN GRK dan RAD GRK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Dua Tahun Pelaksanaan RAN GRK dan RAD GRK"

Transkripsi

1 1

2 2

3 Kata Pengantar Komitmen Pemerintah Indonesia pada tahun 2009 yang untuk penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 26 persen dengan usaha sendiri dan sampai dengan 41 persen dengan dukungan internasional pada tahun 2020 telah dituangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 61 tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional GRK (RAN- GRK). Sesuai dengan amanat Perpres tersebut dan dengan diterbitkannya buku Pedoman Penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD-GRK), maka pada tahun 2012 telah dilakukan pendampingan penyusunan dokumen tersebut di seluruh propinsi. Sebagai bentuk komitmen pemerintah daerah tersebut maka telah ditetapkan peraturan gubernur mengenai RAD GRK yang kemudian disampaikan kepada Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BAPPENAS dan Menteri Dalam Negeri. Peraturan Presiden tersebut juga mengamanatkan bahwa Menteri/pimpinan lembaga melaporkan pelaksanaan kegiatan RAN-GRK kepada Menteri Koordinator Perekonomian dengan tembusan kepada Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Menteri Perencanaan Pembangunan/Kepala BAPPENAS dan Menteri Lingkungan Hidup secara berkala paling sedikit 1 (satu) tahun sekali atau sewaktu-waktu apabila diperlukan. Untuk membantu pemerintah daerah dalam melaporkan pelaksanaan kegiatan RAD-GRK, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS telah menerbitkan Buku Pedoman Umum Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Pelaksanaan RAN-GRK dan RAD-GRK serta Buku Petunjuk Teknis Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Pelaksanaan RAD-GRK. Sistem Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan ini mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Rencana Pembangunan dan Peraturan Pemerintah Nomo 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Daerah serta Peraturan Menteri Dalam Negeri No 54 Tahun 2010 tentang pelaksanaan PP tersebut. i

4 Dengan seluruh rangkaian langkah di atas, sampai dengan akhir tahun 2013 telah dilaporkan kegiatan pembangunan baik di tingkat nasional maupun di daerah yang memberikan kontribusi dalam menurunkan emisi gas rumah kaca. Buku laporan ini memberikan gambaran pelaksanaan penurunan emisi setelah pernyataan komitmen Presiden tentang penurunan emisi GRK tersebut. Jakarta, Januari 2014 Deputi Bidang SumberDaya Alam Dan Lingkungan Hidup/ Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS Sebagai Penanggungjawab Sekretariat RAN - GRK ii

5 Daftar Isi Kata Pengantar... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... i iii iv I. KOMITMEN DAN RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA... 1 II. INTEGRASI RAN-GRK DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN... 5 III. PENYUSUNAN RAD-GRK IV. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN RAN-GRK DAN RAD-GRK V. INDIKASI PENURUNAN EMISI GRK MELALUI PELAKSANAAN RAN DAN RAD-GRK VI. PENDANAAN PERUBAHAN IKLIM VII. PERMASALAHAN DAN KENDALA DALAM PELAKSANAAN PEP RAN/RAD-GRK SERTA TINDAK LANJUT iii

6 Daftar Gambar Gambar 1 Komitmen Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pertemuan G-20 di Pittsburgh... 2 Gambar 2 Peraturan Presiden No.61 Tahun 2011 Tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca... 3 Gambar 3 Peluncuran Peraturan Presiden No.61/2011, 28 Oktober 2011 di Jakarta... 4 Gambar 4 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun Gambar 5 Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim... 8 Gambar 6 Pelaksanaan RAN-GRK dalam Rencana Pembangunan Nasional dan Daerah... 9 Gambar 7 Hubungan antara Rencana Aksi Nasional dengan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Gambar 8 Buku Pedoman Penyusunan dan Pelaksanaan Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Gambar 9 Rangkaian Sosialisasi Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Gambar 10 Serangkaian Kegiatan Koordinasi, Sosialisasi dan Pelatihan Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan (PEP) RAN-GRK dan RAD-GRK Gambar 11 Buku Pedoman umum dan Pedoman Teknis Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Pelaksanaan RAN-GRK dan RAD-GRK Gambar 12 Tampilan Sistem Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Online Gambar 13 Institusi yang terlibat dalam pendanaan perubahan iklim iv

7 I. KOMITMEN DAN RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA 1

8 I. KOMITMEN DAN RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA Komitmen Indonesia. Pemerintah Indonesia berkomitmen secara sungguh-sungguh untuk penanggulangan perubahan iklim sebagaimana disampaikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidatonya pada pertemuan G-20 di Pittsburgh, Amerika Serikat, 25 September 2009, yang menyatakan bahwa Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 26% pada tahun 2020 dari tingkat Business as Usual (BAU) dengan usaha sendiri, dan mencapai 41% apabila mendapat dukungan internasional. Komitmen ini diperkuat lagi pada saat COP 15 di Copenhagen dan secara nasional diwujudkan dengan diterbitkannya Peraturan Presiden No.61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Gambar 1 Komitmen Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pertemuan G-20 di Pittsburgh Komitmen Presiden kemudian menjadi momentum penting untuk menegaskan target dan program sektoral yang berkontribusi terhadap penurunan emisi. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan merupakan pengarusutamaan, yang berarti setiap sektor harus mengimplementasikan pembangunan berkelanjutan ke dalam kebijakan dan program. 2

9 Gambar 2 Peraturan Presiden No.61 Tahun 2011 Tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Sebagai wujud komitmen penurunan emisi GRK tersebut, telah disusun Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) yang dituangkan dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 61 Tahun Perpres tersebut diluncurkan pada tanggal 28 Oktober 2011 di Jakarta oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan dihadiri pula oleh Utusan Khusus Presiden Bidang Perubahan Iklim serta Kementerian/Lembaga terkait, LSM, dan Mitra Pembangunan, RAN-GRK tersebut bertujuan untuk memberikan kerangka kebijakan bagi pemerintah pusat dan pemerintah daerah, serta menjadi acuan bagi pelaku usaha (swasta), masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya dalam melaksanakan kegiatan penurunan emisi GRK dalam jangka waktu Upaya penurunan emisi GRK, selain pelaksanaannya dilakukan oleh Kementerian/Lembaga di tingkat pusat, juga dilakukan pula di tingkat daerah agar daerah berkontribusi pula dalam pencapaian target nasional. Untuk itu, pemerintah daerah di 33 provinsi wajib menyusun Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) sesuai dengan potensi dan kemampuan masing-masing wilayah. 3

10 Gambar 3 Peluncuran Peraturan Presiden No.61/2011, 28 Oktober 2011 di Jakarta 4

11 II. INTEGRASI RAN-GRK DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN 5

12 II. INTEGRASI RAN-GRK DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN RAN-GRK merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rencana pembangunan dan disusun berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN ) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN ). Selain itu, penyusunan RAN-GRK ini juga memperhatikan prinsipprinsip pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup. Pembiayaan pelaksanaan RAN/RAD-GRK berasal dari pendanaan pembangunan di Kementerian/ Lembaga, daerah dan pihak-pihak lain yang tidak mengikat, serta terukur dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu Di dalam RPJMN dan di dalam RKP tahunannya, Perubahan Iklim menjadi salah satu isu lintas bidang yang dilaksanakan oleh berbagai Kementerian/Lembaga, baik dalam upaya mitigasi maupun adaptasi. Dalam pelaksanaan RAN-GRK, diatur peran Kementerian/ Lembaga yang bertanggung jawab terhadap kegiatan penurunan emisi GRK di masing-masing bidang. Selanjutnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mempunyai tugas untuk mengkoordinasikan pelaksanaan dan pemantauan RAN-GRK, sedangkan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas melakukan review atau kaji ulang RAN-GRK secara berkala, dan Menteri Dalam Negeri memfasilitasi daerah dalam penyusunan RAD-GRK. Selain itu, telah dibentuk pula Tim Koordinasi Penanganan Perubahan Iklim Tingkat Nasional yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Nomor.38/M.PPN/HK/03/2012 untuk mengoptimalkan pelaksanaan RAN-GRK, dan memudahkan koordinasi dalam penanganan perubahan iklim (mitigasi dan adaptasi). Untuk mempermudah pelaksanaan tugas dari Tim Koordinasi, Bappenas membentuk Sekretariat RAN-GRK yang memberikan dukungan terkait administrasi dan logistik sesuai penugasan dari Tim Koordinasi. 6

13 Gambar 4 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun

14 Gambar 5 Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim 8

15 Gambar 6 Pelaksanaan RAN-GRK dalam Rencana Pembangunan Nasional dan Daerah 9

16 Gambar 7 Hubungan antara Rencana Aksi Nasional dengan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional 10

17 III. PENYUSUNAN RAD-GRK 11

18 III. PENYUSUNAN RAD-GRK Penyusunan RAN/RAD-GRK dilakukan dengan pendekatan inklusif partisipatif dimana keterlibatan aktif pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan para pihak terkait sangat diperhatikan. Untuk membantu pemerintah daerah menyiapkan penyusunan RAD-GRK, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas telah menyusun Pedoman Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK), yang pada intinya menjelaskan secara ringkas tentang substansi dan sistemastika RAD-GRK, proses dan prosedur penyusunannya, dan cara mengorganisasikan kegiatan dan kelembagaan yang diperlukan. Buku Pedoman Penyusunan RAD-GRK telah diluncurkan pada tanggal 12 Januari 2012 di Jakarta. Acara tersebut dibuka oleh Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, dan dihadiri oleh Menteri Dalam Negeri, Menteri Negara Lingkungan Hidup, serta Gubernur se- Indonesia atau yang mewakili, Bappeda dan Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) seluruh Indonesia, LSM, dan Mitra Pembangunan. Peluncuran Pedoman RAD-GRK ini dilanjutkan dengan Sosialisasi Pedoman ke daerah-daerah untuk memastikan bahwa informasi mengenai RAN dan RAD-GRK Gambar 8 Buku Pedoman Penyusunan dan Pelaksanaan Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca 12

19 tersampaikan kepada daerah. Sosialisasi Pedoman Penyusunan RAD-GRK di tingkat daerah dilaksanakan dalam bulan Februari 2012 di lima wilayah, yaitu: Sumatera (di Palembang); Jawa (di Semarang); Sulawesi Maluku Papua (di Makassar); Bali dan Nusa Tenggara (di Denpasar); dan Kalimantan (di Balikpapan). Dalam rangka membantu dan memfasilitasi penyusunan RAD-GRK bagi pemerintah daerah, telah dilaksanakan pula pelatihan, lokakarya dan asistensi, serta koordinasi; baik di tingkat pusat maupun pendampingan langsung ke daerah. Pelatihan tersebut dilakukan bersama-sama Kemen PPN/Bappenas dengan Kementerian/Lembaga terkait seperti: Kemendagri, Kemen PU, KESDM, Kemenperin, KLH, Kemenhub, dan ICRAF. Adapun, pelatihan-pelatihan yang diberikan sebagai berikut: Gambar 9 Rangkaian Sosialisasi Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) a) Pelatihan Inventarisasi Emisi Gas Rumah Kaca dan Penghitungan BAU Baseline Pelatihan ini dilaksanakan pada tanggal Mei 2012 di Bandung, Jawa Barat, yang diikuti oleh wakilwakil dari pemerintah daerah (Bappeda Provinsi, BPLHD Provinsi, Kepala Dinas, dan Universitas) dari seluruh Indonesia, serta perwakilan dari beberapa Kementerian/Lembaga terkait. Selain itu, hadir pula 13

20 perwakilan dari Mitra Pembangunan (AFD, AUSAID, GIZ, ICCTF, ICRAF, JICA, SIDA, TNC, UKCCU, UNDP, USAID, dan WWF) untuk mendukung pelaksanaan pelatihan tersebut. Pelatihan Inventarisasi Emisi Gas Rumah Kaca dan Penghitungan BAU Baseline dilaksanakan untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada daerah dalam menentukan dasar BAU Baseline dan penentuan aksi-aksi mitigasi yang dapat dilakukan di daerah. Sejalan dengan ini, Kementerian Kehutanan juga memfasilitasi Pelatihan Penghitungan BAU Baseline untuk sektor mitigasi berbasis lahan di Bogor; dan Kementerian Dalam Negeri memfasilitasi Pelatihan Penghitungan BAU Baseline untuk sektor energi yang dilaksanakan di Yogyakarta dan di Surabaya. b) Pendampingan dan Asistensi Penyusunan RAD-GRK kedaerah Pendampingan penyusunan RAD-GRK dilakukan untuk membantu provinsi yang mengalami kesulitan dalam penyusunan RAD-GRK. Pendampingan dilakukan oleh Sekretariat RAN-GRK dan narasumber yang berasal dari Kementerian/Lembaga terkait, Universitas, Lembaga Penelitian, dan Mitra Pembangunan. Pendampingan telah dilakukan di Provinsi Aceh, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Bengkulu, Bangka- Belitung, Lampung, Jawa Barat, Gorontalo, Sulawesi Barat, NTT, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. Selain itu, telah dilaksanakan Lokakarya Pemantauan Status Penyusunan RAD-GRK di Bali, untuk memaparkan perkembangan penyusunan RAD-GRK setiap Provinsi, yang kemudian diulas oleh narasumber dari kelompok kerja (Pokja) nasional. c) Finalisasi dan Pemantauan Penyelesaian Penyusunan RAD-GRK Lokakarya Finalisasi Penyusunan RAD-GRK dilaksanakan pada tanggal September 2012 di Bandung. Dalam lokakarya ini, dilakukan pendampingan intensif bagi provinsi yang belum menyelesaikan penyusunan RAD-GRK-nya, khususnya untuk penghitungan BAU Baseline dan identifikasi aksi mitigasi, serta dilakukan pemaparan pengalaman oleh provinsi yang telah hampir selesai menyusun RAD-GRK. 14

21 Selanjutnya, pemantauan penyelesaian RAD-GRK telah dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober 2 November 2012 di Surabaya yang difasilitasi oleh Kementerian Dalam Negeri, dan didukung oleh beberapa mitra pembangunan (JICA, GIZ, dan AusAID). Dalam acara ini setiap provinsi memaparkan status penyelesaian penyusunan RAD-GRK di daerahnya, yang kemudian diulas oleh pokja nasional berdasarkan bidang-bidang yang ada. Sampai dengan Desember 2013, sebanyak 33 (tiga puluh tiga) provinsi telah menyelesaikan RAD-GRK dan menerbitkannya dalam bentuk Peraturan Gubernur. d) Karakteristik dan Quick Win KegiatanRAD-GRK Mengacu pada Perpres No. 61 Tahun 2011, secara nasional sumber emisi GRK nasional terbesar berasal dari sektor kehutanan. Namun, berdasarkan hasil ulasan terhadap RAD-GRK terdapat variasi dari satu daerah dengan daerah lainnya. Contoh, sumber emisi terbesar di Pulau Jawa berasal dari sektor berbasis energi, yaitu: transportasi, energi, dan industri. Sementara, sumber emisi utama di luar Pulau Jawa secara umum masih berasal dari kegiatan berbasis lahan kehutanan, lahan gambut dan pertanian Selain memuat hasil identifikasi sumber emisi dan status BAU baseline di tiap provinsi, dokumen RAD-GRK juga memuat rangkaian aksi mitigasi yang menjadi unggulan dan terfokus sebagai upaya/program Quick Win. Beberapa provinsi yang telah mencantumkan program Quick Win tersebut, antara lain: a. DKI Jakarta: Sektor Transportasi dan Energi, b. DI Yogyakarta: Sektor Transportasi melalui kegiatan Malioboro Integrated Transport, c. Sulawesi Tengah: Sektor Kehutanan, d. Sumatera Selatan: Sektor Pengolahan Sampah. 15

22 e. Sumatera Utara: Sektor Transportasi dan Energi, f. Kalimantan Timur: Sektor Kehutanan dan Energi, g. NTT: Sektor energi melalui kegiatan biogas, h. Bengkulu: Sektor Kehutanan, i. Sulawesi Tengah: Sektor Kehutanan dan Lahan Gambut dan i. Jawa Tengah: Sektor Pertanian. 16

23 IV. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN RAN-GRK DAN RAD-GRK 17

24 VIII. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN RAN-GRK DAN RAD-GRK Untuk memudahkan proses pemantauan, evaluasi, dan pelaporan atas pelaksanaan aksi mitigasi, telah disusun mekanisme Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan (PEP) RAN/RAD-GRK yang dilakukan berdasarkan pada kegiatan penurunan emisi GRK, dan mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2008 dengan peraturan operasional-nya mengacu pada Permendagri No. 54 tahun 2010, serta tentunya pengembangan sistem monitoring, evaluasi, dan pelaporan ini pun juga mendasarkan pada prinsip-prinsip Transparency, Accuracy, Consistency, Completeness, dan Comparable (TACCC). Dalam rangka membantu dan memfasilitasi proses PEP RAN-GRK dan RAD-GRK, telah dilaksanakan pula Focus Group Discussion, pelatihan, lokakarya dan asistensi, serta koordinasi; baik di tingkat pusat maupun pendampingan langsung ke daerah. 18

25 19

26 Gambar 10 Serangkaian Kegiatan Koordinasi, Sosialisasi dan Pelatihan Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan (PEP) RAN-GRK dan RAD-GRK a) Penyusunan Pedoman Umum Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Pelaksanaan RAN-GRK dan RAD-GRK; dan Petunjuk Teknis Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Pelaksanaan RAD-GRK Untuk membantu pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam pemantauan, evaluasi dan pelaporan RAN-GRK dan RAD-GRK, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas telah menyusun draft Pedoman Umum Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Pelaksanaan RAN-GRK dan RAD-GRK ; dan Petunjuk Teknis Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Pelaksanaan RAD-GRK, yang pada intinya menjelaskan secara ringkas tentang substansi, pengorganisasian dan mekanisme PEP di tingkat nasional dan tingkat daerah. Adapun Petunjuk Teknis memuat Lembar/Formulir Isian PEP beserta petunjuk pengisian untuk masing-masing bidang yang tercakup dalam RANGRK dan RAD-GRK yang disajikan secara rinci dengan penjelasannya agar mudah dipahami dan dilaksanakan. Selain itu Lembar/Formulir isian PEP ini digunakan juga untuk kebutuhan pelaporan inventarisasi GRK; penyelenggaraan inventarisasi GRK 20

27 diatur dalam Peraturan Presiden No. 71/2011. Penyusunan pedoman ini dilakukan melalui serangkaian diskusi yang melibatkan Tim Koordinasi Penanganan Perubahan Iklim yang mewakili Kementerian/Lembaga teknis terkait, yaitu Kementerian Kehutanan, Kementerian Pertanian, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Perhubungan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Pekerjaan Umum, dan Kementerian Lingkungan Hidup yang dibantu oleh Sekretariat RAN-GRK. Gambar 11 Buku Pedoman umum dan Pedoman Teknis Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Pelaksanaan RAN-GRK dan RAD-GRK b) Sosialisasi Pedoman Umum Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Pelaksanaan RAN-GRK dan RAD- GRK; dan Petunjuk Teknis Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Pelaksanaan RAD-GRK Sosialisasi Pedoman Umum dan Petunjuk Teknis dilaksanakan untuk memastikan bahwa informasi mengenai mekanisme PEP RAN-GRK dan RAD-GRK tersampaikan. Selain itu, masukan dari daerah juga diharapkan untuk penyempuranaan PEP. Sosialisasi Pedoman Umum dan Petunjuk Teknis PEP di tingkat daerah dilaksanakan dalam bulan Mei Juni 2013 di 3 wilayah, yaitu : Wilayah Sulawesi, Kalimantan, Maluku dan Maluku Utara (di Makassar) dihadiri 60 peserta; Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Papua dan Papua Barat (di Mataram) dihadiri 100 peserta; dan Sumatera (di Medan) dihadiri 110 peserta. 21

28 c) Pendampingan dan Asistensi PEP RAD-GRK ke daerah Pendampingan dan asistensi PEP RAD-GRK dilakukan untuk membantu provinsi yang mengalami kesulitan. Pendampingan dilakukan oleh Sekretariat RAN-GRK dan narasumber yang berasal dari Kementerian/ Lembaga terkait, Universitas, Lembaga Penelitian dan Mitra Pembangunan. Pendampingan telah dilakukan di Provinsi Yogyakarta, Sumatera Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, Maluku, Aceh, Kepulauan Bangka Belitung, Jambi, dan Banten. d) Workshop/Pelatihan Bekerjasama dengan Kementerian/ Lembaga Selain pendampingan dan asistensi, workshop/pelatihan juga dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga bekerja sama dengan Bappenas, diantaranya: - Rakornis RAN dan RAD-GRK untuk Sektor Transportasi seluruh provinsi oleh Kementerian Perhubungan : Yogyakarta, dan Batam. - Workshop bersama Kementerian Dalam Negeri (Dirjen Bina Bangda) mengundang 33 provinsi yang dilaksanakan di Jakarta, Bandung dan Lombok. - Pendidikan dan Pelatihan Teknis Penyelenggaraan Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Perhitungan Gas Rumah Kaca (GRK), bekerjasama dengan Pusdiklat EBTKE Kementerian ESDM untuk sektor berbasis energi: Bandung (untuk wilayah Jawa), Manado (untuk wilayah Sulawesi), Surabaya (untuk wilayah kepulauan), Pontianak (untuk wilayah Kalimantan), Palembang (untuk wilayah sebagian sumatera), dan Denpasar (untuk wilayah Papua dan sebagian Sumatera). 22

29 V. INDIKASI PENURUNAN EMISI GRK MELALUI PELAKSANAAN RAN DAN RAD-GRK 23

30 IX. INDIKASI PENURUNAN EMISI GRK MELALUI PELAKSANAAN RAN DAN RAD-GRK A. Indikasi Penurunan Emisi GRK melalui pelaksanaan RAN GRK Pelaporan indikasi penurunan emisi gas rumah kaca dari RAN GRK ini berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Kementrian dan Lembaga terkait di masing-masing bidang. Untuk bidang berbasis lahan, Kementrian Kehutanan telah menyampaikan laporan melalui surat dari Sekretaris Jenderal Kehutanan No S.258/II-REN/2013 tertanggal 26 Maret Untuk bidang berbasis energi sektor energi telah dilaporkan oleh Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama Sekjen Kementrian ESDM no 7065/04/SJR/2013 tertanggal 16 Oktober Sementara untuk bidang berbasis energi sektor industri disampaikan oleh Kepala Badan Pengkajian Kebijakan dan Mutu Industri no 416/BPKIMI/10/2013 tertanggal 16 Oktober Kementrian Perhubungan melalui Sekretaris Jenderal juga telah menyampaikan indikasi penurunan emisi GRK melalui surat no UM.007/6/13.PHB.2014 tertanggal 7 Februari 2014 untuk bidang berbasis energi sektor transportasi. Indikasi penurunan emisi GRK berdasarkan pemantauan Kementrian Kehutanan dengan laju rata-rata deforestrasi tahun adalah seluas 0,45 juta hektare pertahun, menunjukkan penurunan yang semula rata-rata deforestrasi pada tahun sebesar 1,125 juta hektar per tahun atau menurun 0,675 juta hektar per tahun. Besarnya penurunan rata-rata laju deforestrasi ini setara dengan penurunan emisi sebesar 0,489 giga ton CO 2 e atau setara dengan 72,8% dari target penurunan emisi di bidang kehutanan dan lahan gambut RAN GRK. Penurunan tersebut dicapai melalui 10 kegiatan inti yaitu (1) Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan; (2) Perencanaan pemanfaatan dan peningkatan usaha kawasan hutan; (3) Pengembangan pemanfaatan 24

31 jasa lingkungan; (4) Pengukuhan Kawasan Hutan; (5) Penyelenggaraan rehabilitasi hutan dan lahan, dan reklamasi hutan di DAS prioritas; (6) Pengembangan perhutanan sosial; (7) Pengendalian kebakaran; (8) Penyidikan dan pengamanan hutan; (9) Pengembangan kawasan konservasi, ekosistem esensial dan pembinaan hutan lindung; (10) Peningkatan usaha hutan tanaman. Selain itu juga diperkuat dengan 3 kegiatan pendukung yaitu (1) Pengendalian Penggunaan Kawasan; (2) Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan (SDH) dan (3) Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Iklim Kehutanan. Indikasi penurunan emisi gas rumah kaca di sektor berbasis energi bidang energi sampai dengan tahun 2012 berdasarkan Pelaporan, Evaluasi dan Pelaporan Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral adalah sebesar 3,7 juta ton CO 2 e. Penurunan emisi gas rumah kaca tersebut diperoleh dari 6 kegiatan inti Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca. Kegiatan tersebut adalah (1) Penerapan program kemitraan konservasi energi ( CO 2 e); (2) Penyediaan dan pengelolaan energi baru dan terbarukan: PLTMH (848 CO 2 e), PLTS (467 CO 2 e), PLTBayu (57,79 CO 2 e), PLTBiomassa ( CO 2 e), DME ( CO 2 e); (3) Pemanfaatan biogas ( CO 2 e); (4) Penggunaan gas alam sebagai bahan bakar angkutan umum perkotaan ( CO2e); (5) Penggunaan sambungan rumah yang teraliri gas bumi melalui pipa ( CO 2 e); (6) Reklamasi lahan pasca tambang ( CO2e); (7) Pemanfaatan biodesel ( CO2e). Indikasi penurunan emisi gas rumah kaca di sektor berbasis energi bidang industri sampai dengan tahun 2012 berdasarkan PEP Kementrian Perindustrian adalah sebesar CO 2 e. Penurunan tersebut diperoleh dari satu kegiatan inti yaitu Implementasi konservasi energi dan pengurangan emisi GRK sektor industri termasuk emisi GRK pada industri semen di Sumatera, Jawa dan Sulawesi ( CO 2 e), industri baja di Sumatera dan Jawa ( CO 2 e) dan industi pulp dan kertas di Sumatera dan Jawa ( CO 2 e). 25

32 Indikasi penurunan emisi gas rumah kaca di sektor berbasis energi bidang transportasi sampai dengan tahun 2012 adalah 0,2769 mega ton CO2e yang terdiri dari sub sektor perhubungan darat sebesar 0,086 mega ton CO 2 e dan sub sektor perkeretapian sebesar 0,191 mega ton CO 2 e yang dilakukan melalui kegiatan peningkatan kapasitas penumpang di Jabotabek. Indikasi penurunan tersebut diperoleh dari kegiatan sebagai berikut: (1) Reformasi Sistem Bus Rapid Transport (BRT)/Semi BRT di 12 Kota dengan indikasi penurunan emisi sebesar ton CO 2 e; (2) Pelatihan dan sosialisasi smart driving (eco-driving) di 12 kota dengan indikasi penurunan emisi sebesar 676 ton CO 2 e; (3) Membangun Non Motorized Transport (pedestarian dan jalur sepeda) di 12 kota dengan indikasi penurunan sebesar ton CO 2 e; (4) Pembangunan Intelegent Transport System (ITS) di Jabodetabek dan 12 kota dengan indikasi penurunan sebesar ton CO 2 e; (5) Penerapan Pengendalian Dampak Lalulintas Traffic Impact Control (TIC) di 12 kota dengan indikasi penurunan emisi sebesar 72 ton CO 2 e. Kedua belas kota yang dimaksud adalah Medan, Padang, Pekanbaru, Palembang, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Makassar, Balikpapan dan Banjarmasin. B. Indikasi Penurunan Emisi GRK melalui Pelaksanaan RAD-GRK Indikasi penurunan emisi RAD-GRK ditelusuri berdasarkan dokumen Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) mulai tahun 2010 sampai dengan tahun Berdasarkan telaah LAKIP kemudian dilakukan transformasi dari Indikator Kinerja Keluaran menjadi Indikator Kinerja Utama. Misalnya: Indikator Kinerja Keluaran dari sektor energi adalah telah terbangunannya Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro 1 Paket perlu ditransformasi menjadi Indikator Kinerja Utama, yaitu besarnya megawatt yang dibangkitkan. Selain itu, untuk menyempurnakan perhitungan juga diperlukan data pendukung lain seperti data DIPDA, data kegiatan instansi vertikal di daerah serta data pendukung lainnya disesuaikan dengan sektor terkait. 26

33 Adapun propinsi yang sudah melaporkan indikasi penurunan emisi sampai dengan bulan Januari 2014 adalah sebanyak 27 propinsi baik yang disampaikan secara formal maupun secara pengisian online. Propinsi-propinsi tersebut meliputi DI Yogyakarta, Bengkulu, Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan, Kep Bangka Belitung, Jawa Barat, Kalimantan Tengah, Sumatera Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Lampung, DKI Jakarta, Maluku, Nangroe Aceh Darussalam, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Bali, Kalimantan Timur, Papua Barat, Papua, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, dan Kepulauan Riau. Indikasi penurunan emisi GRK dipilah ke dalam 3 kelompok yaitu sektor berbasis lahan, berbasis energi dan pengelolaan limbah. 1. Sektor Berbasis Lahan Indikasi penurunan emisi GRK pada sektor berbasis lahan telah dilaporkan oleh 18 propinsi dengan besarnya penurunan emisi melalui berbagai kegiatan yaitu kegiatan pencegahan penurunan cadangan karbon (PPCK) sebesar ton Co 2 e, kegiatan peningkatan cadangan karbon (PCK) sebesar ton CO 2 e, kegiatan pengelolaan sawah (PS) sebesar ton CO 2 e dan kegiatan pengelolaan ternak (PT) sebesar ton CO 2 e. Adapun rincian kegiatan setiap propinsi adalah (1) Nangroe Aceh Darussalam: 7 kegiatan PPCK, 4 kegiatan PT; (2) Sumatera Utara: 20 kegiatan PPCK, 3 kegiatan PCK, 19 kegiatan PS; (3) Jambi: 1 kegiatan PS; (4) Sumatera Selatan: 17 kegiatan PPCK, 17 kegiatan PCK, 10 kegiatan PS; (5) Bengkulu: 16 kegiatan PPCK, 6 kegiatan PS; (6) Lampung: 3 kegiatan PCK, 9 kegiatan PS, 1 kegiatan PT; (7) DKI Jakarta: 3 kegiatan PCK; 27

34 (8) Jawa Barat: 2 kegiatan PPCK, 13 kegiatan PCK, 1 kegiatan PT; (9) DI Yogyakarta: 18 kegiatan PCK, 2 kegiatan PT; (10) Jawa Timur: 6 kegiatan PPCK, 9 kegiatan PCK; (11) Bali: 3 kegiatan PCK, 6 kegiatan PS, 3 kegiatan PT; (12) Kalimantan Tengah: 2 kegiatan PPCK, 4 kegiatan PCK; (13) Kalimantan Timur: 3 kegiatan PPCK, (14) Sulawesi Tengah: 4 kegiatan PPCK, 12 kegiatan PCK, 12 kegiatan PS, 4 kegiatan PT; (15) Sulawesi Selatan: 1 kegiatan PCK; (16) Sulawesi Barat: 5 kegiatan PPCK dan 1 kegiatan PS, (17) Papua Barat: 3 kegiatan PCK dan 1 kegiatan PT; (18) Papua: 12 kegiatan PPCK. Quick win Propinsi Jawa Barat di sektor Kehutanan RAD-GRK Jawa Barat ditetapkan melalui Peraturan Gubernur no 56/2012, yang kemudian diarusutamakan ke dalam RPJMD Propinsi. Melalui misi mewujudkan Jawa Barat yang Nyaman dan Pembangunan Infrastruktur Strategis yang Berkelanjutan, ditetapkan indikator kinerja capaian fungsi kawasan lindung terhadap luasan wilayah sebesar persen dari luasan propinsi. Upaya menurunkan emisi tersebut dilakukan melalui rencana aksi pencegahan penurunan cadangan karbon (PPCK) dengan kegiatan pengendalian kebakaran dan pengamanan hutan, sedangkan rencana aksi peningkatan cadangan karbon melalui kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan, gerakan rehabilitasi lahan kritis (GRLK), peningkatan pengelolaan Taman Hutan Raya Juanda dan Konservasi Daerah Tangkapan Air dan DAS Prioritas. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut, pemerintah provinsi telah mengalokasikan anggaran sebesar 68,9 milyar rupiah sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 dan diperkirakan meningkatkan serapan karbon sebesar 1,3 juta ton CO 2 e. 28

35 2. Sektor Berbasis Energi Indikasi penurunan emisi GRK pada sektor berbasis energi bidang energi telah dilaporkan oleh 15 propinsi dengan besarnya penurunan emisi sebesar ton CO 2 e melalui 119 kegiatan inti. Kegiatan tersebut adalah kegiatan penyediaan dan pengelolaan energi baru dan terbarukan (pembangunan PLTMH, pembangunan PLTS) dan konservasi energi (efisiensi energi dan penerangan jalan umum) serta kegiatan pemanfaatan biogas. Rincian besaran penurunan emisi setiap propinsi adalah sebagai berikut: (1) DI Yogyakarta dengan 16 kegiatan menurunkan emisi sebesar ton CO 2 e, (2) Bengkulu dengan 4 kegiatan menurunkan emisi sebesar ton CO 2 e, (3) Sumatera Utara dengan 5 kegiatan menurunkan emisi sebesar 38,56 ton CO 2 e, (4)Jambi dengan 3 kegiatan menurunkan emisi sebesar 542,81ton CO 2 e, (5) Sumatera Selatan dengan 5 kegiatan menurunkan emisi sebesar 464 ton CO 2 e, (6) Kepulauan Bangka Belitung dengan 4 kegiatan menurunkan emisi sebesar 226ton CO 2 e, (7) Jawa Barat dengan 16 kegiatan menurunkan emisi sebesar 652 ton CO 2 e, (8) Kalimantan Tengah dengan 5 kegiatan menurunkan emisi sebesar 73 ton CO 2 e, (9) Sumatera Barat dengan 7 kegiatan menurunkan emisi sebesar 539 ton CO 2 e, (10) Sulawesi Tengah dengan 6 kegiatan menurunkan emisi sebesar 703 ton CO 2 e, (11) DKI Jakarta dengan 4 kegiatan menurunkan emisi sebesar 82 ton CO 2 e, (12) Maluku dengan 7 kegiatan menurunkan emisi sebesar 669 ton CO 2 e, (13) Nangroe Aceh Darussalam dengan 17 kegiatan menurunkan emisi sebesar 4223 ton CO 2 e, (14) Jawa Timur dengan 7 kegiatan menurunkan emisi sebesar 744ton CO 2 e, dan (15) Bali dengan 6 kegiatan menurunkan emisi sebesar 640 ton CO 2 e. 29

36 Aksi mitigasi sektor energi di Propinsi Sulawesi Tengah Indikasi penurunan emisi GRK sampai dengan tahun 2012 adalah 702,65 ton CO 2 e melalui kegiatan Pembangunan PLTS tersebar di Kecamatan Bungku Selatan dan Kecamatan Menui Kepulauan dan Pembangunan PLTMH di Kecamatan Bungku Timur Kabupaten Morowali (tahun 2010), Pembangunan PLTS tersebar di Kecamatan Menuai Kepulauan Kabupaten Morowali, Pembangunan PLTH di Kecamatan Soyo Jaya, Kecamatan Bungku Timur dan Kecamatan Bahodopi (tahun 2011), Pembangunan PLTS tersebar di Kabupaten Toli-toli, Kabupaten Poso, Kabupaten Touna, Kabupaten Banggai Kepulauan dan Pembangunan PLTMH di Desa Lamantoli Kabupaten Bungku Selatan (tahun 2012). Sementara untuk penurunan emisi GRK pada bidang transportasi adalah sebesar ton CO 2 dari 8 propinsi yang telah melaporkan PEP RAD-GRK-nya. Propinsi tersebut adalah (1) Sumatera Selatan menurunkan emisi sebesar ton CO 2 melalui kegiatan Semi Bus Transit System, Peremajaan Angkutan Umum, Ecodriving dan Car Free Day (CFD); (2) Kepulauan Bangka Belitung menurunkan emisi sebesar 1,72 ton CO2 melalui kegiatan ecodriving; (3) Lampung menurunkan emisi sebesar 25 ton CO2 melalui kegiatan eco driving; (4) Jawa Barat menurunkan emisi sebesar 7,2 ton CO2 melalui kegiatan eco driving; (5) DI Yogyakarta menurunkan emisi sebesar ton CO 2 melalui kegiatan ITS, Semi Bus Transit System, Peremajaan Angkutan Umum dan eco driving; (6) DKI Jakarta menurunkan emisi sebesar ton CO 2 melalui BRT System; dan (7)Maluku menurunkan emisi sebesar ton CO 2 melalui kegiatan Semi Bus Transit System, Peremajaan Angkutan Umum, Car Free Day dan Ecodriving; serta Kepulauan Riau menurunkan emisi sebesar ton CO2 melalui kegiatan Semi bus Transit System, Peremajaan Angkutan umum, Ecodriving dan Car Free Day. 30

37 Quick win Daerah Istimewa Yogyakarta di sektor Transportasi Penyusunan RAD-GRK sektor transportasi DIY menggunakan pemodelan transportasi: trip generation, trip distribution, modal split dan traffic assisgment. Berdasarkan hasil analisa tersebut maka disusunlah quick win dengan nama program Malioboro Integrated Transport. Untuk mewujudkan keberhasilan program tersebut beberapa kegiatan yang telah diselesaikan adalah pedestrianisasi koridor ruas Jalan Malioboro; penghijauan lahan parkir sepanjang Jalan Malioboro, pengaturan/ penataan transportasi kawasan Malioboro untuk mengurangi kemacetan; kewajiban pengembangan green roof pada setiap tampak muka pertokoan serta penataan kawasan Malioboro yang terintegrasi dengan Stasiun Tugu (tahap konsultasi publik). Tindak lanjut yang akan dilaksanakan adalah menyusunan roadmap transportasi perkotaan DIY serta dukungan keistimewaan DIY dalam penataan kawasan Malioboro, pengembangan heritage city dan penataan ruang di kawasan DIY. 3. Sektor Pengelolaan Limbah Pada sektor pengelolaan limbah sebanyak 11 provinsi telah melaporkan PEP RAD-GRK-nya dengan penurunan emisi dengan besar 1,1 juta ton CO 2 e melalui 377 kegiatan inti dan 170 kegiatan pendukung. Kegiatan inti tersebut adalah pembangunan dan/atau rehabilitasi Tempat Pengelolaan Akhir, Pengelolaan Sampah Terpadu 3 R, Pembangunan Instalasi Pengelolaan Air Limbah dengan sistem septic tank dan Pembangunan Instalasi Pengelolaan Air Limbah Terpusat. Adapun besarnya indikasi penurunan emisi setiap propinsi sampai dengan tahun 2012 adalah (1) Bengkulu (3.971 ton CO 2 e) melalui 36 kegiatan inti;(2) Sumatera Utara (4.447 ton CO 2 e) melalui 28 kegiatan inti;(3) Sumatera Selatan (466tonCO 2 e) melalui 35 kegiatan inti;(4) Jawa Barat ( ton CO 2 e) melalui 61 kegiatan inti;(5) Sulawesi Tengah ( tonCO 2 e) melalui 9 kegiatan inti;(6) DKI Jakarta ( ton CO 2 e) melalui 10 kegiatan inti;(7) Jawa Tengah (13,917tonCO 2 e) melalui 103 kegiatan inti dan (8) Nangroe Aceh Darussalam (4.428ton CO 2 e)melalui 49 kegiatan inti. 31

38 Quick win Propinsi Sumatera Selatan di sektor Pengelolaan Limbah Dalam dokumen RAD-GRK sektor pengelolaan sampah domestik potensi emisi berasal dari aktivtias direct burning sampah domestik, aktivitas pembuangan dan penimbunan sampah domestik ke TPA, aktivitas pembuangan sampah secara sembarangan oleh masyarakat di TPS, tepi sungai dan sebagainya. Dalam penyusunan rencana aksi mitigasi didasarkan pada karakteristik kota/kabupaten tersebut misalnya program komposting di Kota Palembang ditujukan untuk penyediaan pupuk organik di taman-taman kota, sedangkan program komposting di Kota Pagaralam ditujukan untuk penyediaan pupuk organik bagi keperluan pertanian dan perkebunan. Indikasi penurunan emisi GRK sampai dengan tahun 2012 adalah 456 ton CO 2 e atau 0,88% dari skenario yang direncanakan melalui peningkatan jumlah kegiatan dari 9 kegiatan inti pada tahun 2010 di Kabupaten OKU Timur, OKU, Muara Enim, Kabupaten Ogan Ilir dan Kota Palembang, menjadi 15 kegiatan inti pada tahun 2011 di Kota Palembang, Kota Prabumulih, Kabupaten Musi Banyuasin, dan Kabupaten Ogan Ilir. C. Evaluasi dan Sinkronisasi Indikasi Penurunan Emisi Melalui Pelaksanaan RAN dan RAD-GRK Evaluasi dan sinkronisasasi indikasi penurunan emisi melaui RAN dan RAD-GRK didasarkan pada kegiatan, anggaran, penurunan emisi GRK, kebutuhan data dan koordinasi dengan mengacu pada buku pedoman umum dan petunjuk teknis pemantauan, evaluasi dan pelaporan RAD-GRK. Sinkronisasi tersebut menggunakan kategori yang digunakan dalam proses perhitungan penurunan emisi, dimana kegiatan di RAD-GRK mengacu pada kegiatan di RAN GRK. Contoh untuk sektor berbasis lahan, Pencegahan Penurunan Cadangan Karbon (PPCK) terdiri dari kelompok kegiatan di RAD-GRK adalah Penurunan Deforestasi dan Degradasi Hutan merupakan kelompok kegiatan RAN GRK adalah (1) pengukuhan kawasan hutan, (2) pengendalian kebakaran hutan dan (3) penyidikan dan pengamanan hutan. 32

39 Pada sektor kehutanan dari 18 propinsi yang sudah melaporkan capaian PEP tersebut sebanyak 7 propinsi telah disinkronkan oleh Pokja Kehutanan yaitu (1) Bengkulu, (2) Jambi, (3) Lampung, (4) Jawa Barat, (5) DI Yogyakarta, (6) Sumatera Utara dan (7) Sulawesi Tengah. Kegiatan Rencana Aksi Nasional penyelenggaraan rehabilitasi hutan pada DAS prioritas seluas 500,000 hektar selama periode , dimana pada tahun 2010 telah tercapai seluas ha. Kegiatan tersebut sinkron dengan kegiatan di RAD-GRK Jawa Barat berupa kegiatan rehabilitasi dan konservasi hulu DAS Prioritas (DAS Citarum, Cimanuk, Ciliwung dan Citanduy) seluas 125 ha dan kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan seluas 1500 ha. Untuk sektor energi, seluruh propinsi yang sudah melaporkan PEP-nya telah disinkronkan oleh Pokja Energi. Kegiatan-kegiatan tersebut penyediaan dan pengelolaan energi baru dan terbarukan dan konservasi energi di DI Yogyakarta, Bengkulu, Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Jawa Barat, Sumatera Barat, Sulawesi Tengah, Maluku, Aceh, Jawa Timur dan Bali. Untuk kegiatan pemanfaatan biogas di DI Yogyakarta, Sumatera Utara, Jambi dan Maluku. Selain itu terdapat kegiatan yang di luar dari RAN GRK yaitu (1) substitusi minyak tanah ke gas di DI Yogyakarta, Jawa Barat, Sumatera Barat dan Sulawesi Tengah, (2) penggunaan lampu LED di DI Yogyakarta dan Sulawesi Utara, (3) penerangan lampu jalan dengan menggunakan LED di DKI Jakarta dan Jawa Tengah, (4) Efisiensi energi (termasuk pada gedung perkantoran di Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Timur dan Bali, (5) penetapan desa mandiri energi di Jambi dan (6) produk/industri bersih di Sulawesi Utara dan Jawa Timur. D. Sistem Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Online Untuk membantu daerah dalam melalukan PEP maka telah disiapkan Sistem Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan secara online dengan alamat Setiap propinsi mendapatkan 4 nama pengguna yaitu untuk koordinator PEP RAD-GRK, Pokja berbasis lahan, Pokja 33

40 berbasis energi dan Pokja pengelolaan limbah. Selain itu, untuk setiap kementrian dan lembaga yang terlibat dalam pelaporan RAN GRK juga memiliki nama pengguna yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah Direktorat atau Bidang yang terkait. Dalam website tersebut menampilkan jumlah kegiatan RAD-GRK per tahun berdasarkan kategorisasi dan jumlah kegiatan RAD-GRK per bidang untuk setiap propinsi. Gambar 12. Tampilan Sistem Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Online 34

41 VI. PENDANAAN PERUBAHAN IKLIM 35

42 VI. PENDANAAN PERUBAHAN IKLIM Sebagai bukti komitmen pemerintah Indonesia telah menyiapkan anggaran untuk aktivitas terkait dengan perubahan iklim baik aksi adaptasi, mitigasi ataupun kegiatan pendukung. Pagu indikatif dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) untuk ketiga aktivitas tersebut sebelum adanya Peraturan Presiden No 61 tahun 2011 adalah sebesar Rp ,37 milyar seperti dapat dilihat pada tabel 2. Dengan keluarnya Peraturan Presiden tersebut, sebanyak 16 kementerian telah menyelaraskan alokasi anggaran untuk perubahan iklim dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun sebesar Rp ,02 milyar yang artinya melebihi alokasi anggaran dalam RPJMN tahun Tabel 2 Pagu indikatif sebelum dan sesudah Perpres 61/2011 (dalam milyar rupiah) No Aktivitas RPJMN (sebelum) Total (sesudah) 1 Adaptasi , ,86 2 Mitigasi , ,54 3 Pendukung 4.049, ,70 Sumber: Bappenas, , ,02 Selain menggunakan dana APBN melalui K/L dan APBD, ke depan pendanaan perubahan iklim juga dilakukan melalui sumber lain seperti Pusat Investasi Pemerintah (PIP), Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF), Millenium Challenge Account Indonesia (MCAI), dan Fund for REDD+ Indonesia (FREDDI). Pada saat ini, semua 36

43 lembaga tersebut memberikan pendanaan untuk mitigasi, namun ICCTF selain menyediakan dana untuk aksi mitigasi juga pendanaan untuk program/kegiatan adapatasi. Secara lengkap pendanaan untuk perubahan iklim tersebut serta ruang lingkup baik untuk adaptasi dan mitigasi dapat dilihat pada Gambar 13 dibawah. Gambar 13 Institusi yang terlibat dalam pendanaan perubahan iklim 37

44 38

45 VII. PERMASALAHAN DAN KENDALA DALAM PELAKSANAAN PEP RAN/RAD-GRK SERTA TINDAK LANJUT 39

46 VII. PERMASALAHAN DAN KENDALA DALAM PELAKSANAAN PEP RAN/ RAD-GRK SERTA TINDAK LANJUT A. Permasalahan dan kendala dalam Pelaksanaan PEP RAN/RAD-GRK Sesuai dengan pedoman Rencana Aksi Daerah, kegiatan penurunan emisi merupakan kegiatan pembangunan, dengan demikian kegiatan pemantauan, evaluasi dan pelaporan (PEP) dilaksanakan berbasis kegiatan pembangunan tersebut. Dalam pelaksanaan PEP baik RAN dan RAD-GRK masih ditemukan permasalahan yaitu dalam memperoleh data yang diperlukan baik sumber maupun aksesnya terutama kegiatan mitigasi yang telah dilaksanakan. Permasalahan dan kendala lainnya adalah kesulitan dalam mengidentifikasi dan memilah kegiatan berdasarkan sumber pendanaannya, yaitu APBN, APBD Propinsi dan APBN Kabupaten/ Kota. Pada tahun 2013, kegiatan PEP difokuskan kepada pelaporan kegiatan Propinsi di kabupaten dan kota, sedangkan pelaporan kegiatan kabupaten kota dalam menurunkan emisi gas rumah kaca memerlukan koordinasi lebih lanjut. Selain kegiatan yang langsung menurunkan emisi gas rumah kaca juga diperlukan kegiatan pendukung dalam pelaksanaannya. Sinkronisasi antara kegiatan inti dan kegiatan pendukung tersebut merupakan permasalahan dan kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan PEP RAN/RAD-GRK. Hal lain adalah ditemukannya ketidakselarasan baik secara nomenklatur maupun pelaksanaan kegiatan yang telah dilaksanakan dengan dokumen RAD-GRK. 40

47 B. Tindak Lanjut Sebagai tindak lanjut dalam menyelesaikan permasalahan dan kendala tersebut adalah diperlukan penguatan kapasitas sumber daya manusia pemerintah daerah dalam pelaksanaan PEP; penguatan koordinasi dengan kementrian dan lembaga, pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota untuk sinkronisasi RAN dan RAD-GRK; serta peningkatan kualitas data pelaporan kegiatan dan penguatan database PEP RAN/RAD-GRK. 41

48 Lampiran Rekapitulasi kegiatan RAD-GRK No Propinsi Bidang berbasis lahan Bidang Energi Pengelolaan Kehutanan Pertanian Energi Transportasi Limbah Lahan Gambut Total 1 Aceh Bangka Belitung Bali Bengkulu DIY DKI Jakarta Jambi Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Kepulauan Riau Lampung Maluku Nusa Tenggara Barat 1 18 Papua Papua Barat Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Utara Sumatera Barat Sumatera Selatan Sumatera Utara Sulawesi Selatan Total

49 43

50 44

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA IMPLEMENTASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA Ir. Wahyuningsih Darajati, M.Sc Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Disampaikan ik dalam Diskusi

Lebih terperinci

TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA

TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) (Setelah terbitnya Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 61 Tahun 2011) TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN

Lebih terperinci

Jambi, Desember 2013 Penulis

Jambi, Desember 2013 Penulis Laporan pelaksanaan Sosialisasi Pemantauan Evaluasi dan Pelaporan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (PEP RAD GRK) ini, menguraikan tentang : pendahuluan, (yang terdiri dari latar belakang,

Lebih terperinci

Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan (PEP) RAN/RAD-GRK

Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan (PEP) RAN/RAD-GRK Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan (PEP) RAN/RAD-GRK Sekretariat RAN-GRK/Bappenas Jakarta, 26 Januari 2017 OUTLINE 1. PEP RAN/RAD-GRK 2. PEP ONLINE 3. RENCANA TINDAK LANJUT 2 PEP RAN/RAD-GRK Pemantauan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM

KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM Endah Murniningtyas Deputi Bidang SDA dan LH Disampaikan dalam Forum Diskusi Nasional Menuju Kota Masa Depan yang Berkelanjutan dan Berketahanan

Lebih terperinci

Knowledge Management Forum April

Knowledge Management Forum April DASAR HUKUM DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI PERAN PEMDA UNTUK MEMBERDAYAKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN IKLIM INDONESIA UU 23 tahun 2014 tentang

Lebih terperinci

Strategi dan Kebijakan Provinsi Maluku Untuk Mencapai Target Penurunan Emisi:

Strategi dan Kebijakan Provinsi Maluku Untuk Mencapai Target Penurunan Emisi: Strategi dan Kebijakan Provinsi Maluku Untuk Mencapai Target Penurunan Emisi: Pengalaman dari Penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) Bappeda Provinsi Maluku Background KOMITMEN PEMERINTAH PUSAT PENURUNAN

Lebih terperinci

Republik Indonesia Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BUKU PANDUAN

Republik Indonesia Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BUKU PANDUAN Republik Indonesia Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BUKU PANDUAN SOSIALISASI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK)

Lebih terperinci

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012 Sambutan Endah Murniningtyas Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Penyusunan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.13/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGENDALIAN PERUBAHAN IKLIM DAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

Lebih terperinci

Proyek ICCTF/Adapt Asia yang diimplementasikan oleh Yayasan Transformasi Kebijakan Publik

Proyek ICCTF/Adapt Asia yang diimplementasikan oleh Yayasan Transformasi Kebijakan Publik Memperkuat Kelembagaan Pemerintah Daerah Dalam Rangka Mengintegrasikan Adaptasi Perubahan Iklim kedalam Rencana Pembangunan Daerah di Kabupaten Gorontalo Proyek ICCTF/Adapt Asia yang diimplementasikan

Lebih terperinci

RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK)

RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK) RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK) Shinta Damerys Sirait Kepala Bidang Pengkajian Energi Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Kementerian Perindustrian Disampaikan

Lebih terperinci

Jakarta, 7 Februari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian PPN/BAPPENAS

Jakarta, 7 Februari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian PPN/BAPPENAS Jakarta, 7 Februari 2011 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian PPN/BAPPENAS Direktif Presiden tentang Penyusunan Masterplan Visi Indonesia 2025 Kedudukan Masterplan dalam Kerangka

Lebih terperinci

Perkembangan RAN/RAD - GRK

Perkembangan RAN/RAD - GRK Ministry of National Development Planning/ National Development Planning Agency (BAPPENAS) Perkembangan RAN/RAD - GRK Wahyuningsih Darajati Direktur Lingkungan Hidup/Ketua Tim Teknis ICCTF CSO Forum Jakarta,

Lebih terperinci

Ministry of National Development Planning/ National Development Planning Agency (BAPPENAS)

Ministry of National Development Planning/ National Development Planning Agency (BAPPENAS) RAD - GRK Ministry of National Development Planning/ National Development Planning Agency (BAPPENAS) Perkembangan RAN/RAD - GRK Wahyuningsih Darajati Direktur Lingkungan Hidup/Ketua Tim Teknis ICCTF CSO

Lebih terperinci

Sosialisasi Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD GRK) Tahun 2013

Sosialisasi Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD GRK) Tahun 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sebagaimana diketahui bahwa Gas Rumah Kaca (GRK) merupakan gasgas yang terdapat di atmosfer, yang berasal dari alam maupun antropogenik (akibat aktivitas manusia).

Lebih terperinci

Laporan. Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) pada

Laporan. Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) pada Laporan Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) pada Sosialisasi Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas

Lebih terperinci

Status dan Strategi Sosialisasi RAN/RAD-GRK

Status dan Strategi Sosialisasi RAN/RAD-GRK Status dan Strategi Sosialisasi RAN/RAD-GRK Wahyuningsih Darajati Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ BAPPENAS Jakarta, 25 Juli 2012 1 Outline BAPPENAS 1. Pendahuluan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

2016, No Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber

2016, No Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber No.209, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Balai Pengendalian Peruabahn Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan. Orta. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1043, 2012 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsentrasi. PERATURAN

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL Endah Murniningtyas Deputi Bidang SDA dan LH Kementerian PPN/Bappenas Lokakarya Mengarusutamakan Adaptasi Perubahan Iklim dalam Agenda

Lebih terperinci

Desa Hijau. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Desa Hijau. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Desa Hijau Untuk Indonesia Hijau dan Sehat Direktorat Pemulihan Kerusakan Lahan Akses Terbuka Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Pelimpahan Kewenangan. Dekonsentrasi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Pelimpahan Kewenangan. Dekonsentrasi. No.522, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Pelimpahan Kewenangan. Dekonsentrasi. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PENCEGAHANKEBAKARAN LAHAN DAN KEBUN. Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Solo, 27 Maret 2013

PENCEGAHANKEBAKARAN LAHAN DAN KEBUN. Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Solo, 27 Maret 2013 PENCEGAHANKEBAKARAN LAHAN DAN KEBUN Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Solo, 27 Maret 2013 OUTLINE I. PENDAHULUAN II. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN LAHAN DAN KEBUN: anggaran atau

Lebih terperinci

Pedoman Umum Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca

Pedoman Umum Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Pedoman Umum Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca 15.11.2011 In cooperation with 14.05.2012 Page Seite 1 ISI PRESENTASI 1. Latar Belakang 2. Kemajuan Penyusunan Pedoman Umum Rencana Aksi Penurunan

Lebih terperinci

2011, No Gubernur sebagaimana dimaksud pada huruf a, ditetapkan dengan Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

2011, No Gubernur sebagaimana dimaksud pada huruf a, ditetapkan dengan Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.917, 2011 BAPPENAS. Pelimpahan Kewenangan. Dekonsentrasi. Tahun Anggaran 2012. PERATURAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN

KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN Ir. Diah Indrajati, M.Sc Plt. Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Disampaikan dalam acara: Temu Konsultasi Triwulan I Bappenas Bappeda Provinsi Seluruh Indonesia Tahun

Lebih terperinci

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, - 1 - SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PELIMPAHAN URUSAN PEMERINTAHAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

BAB II. PERENCANAAN KINERJA BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

INTEGRASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GRK KE DALAM PEMBANGUNAN

INTEGRASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GRK KE DALAM PEMBANGUNAN INTEGRASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GRK KE DALAM PEMBANGUNAN Endah Murniningtyas Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Disampaikan dalam Workshop: Peran Informasi Geospatial dalam

Lebih terperinci

PEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP

PEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP 3 PEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP 3.1. Pembagian Urusan Gubernur selaku pimpinan daerah provinsi dalam menyusun RAD GRK harus berpedoman pada Peraturan Presiden No 61 tahun 2011 tentang RAN GRK. Penyusunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR Latar Belakang

PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pertemuan G20 di Pittsburg pada bulan September 2009, telah mencanangkan bahwa pada tahun 2020 Indonesia akan menurunkan emisi Gas

Lebih terperinci

Kebijakan, Strategi dan Program Keterpaduan Penanganan Kumuh Perkotaan

Kebijakan, Strategi dan Program Keterpaduan Penanganan Kumuh Perkotaan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal Cipta Karya Kebijakan, Strategi dan Program Keterpaduan Penanganan Kumuh Perkotaan Direktorat Keterpaduan Infrastruktur Permukiman Outline

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

PENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN Dr. Medrilzam Direktorat Lingkungan Hidup Kedeputian Maritim dan Sumber Daya Alam Diskusi Koherensi Politik Agenda Pengendalian Perubahan

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA-.03-0/AG/2014 DS 9057-0470-5019-2220 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23 Tahun

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.15/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGAMANAN DAN PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta. Organisasai. Tata Kerja.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta. Organisasai. Tata Kerja. No.2, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta. Organisasai. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

IKLIM. Dr. Armi Susandi, MT. Pokja Adaptasi, DNPI

IKLIM. Dr. Armi Susandi, MT. Pokja Adaptasi, DNPI TRANSPORTASI DAN PERUBAHAN IKLIM Dr. Armi Susandi, MT Prodi Meteorologi, ITB Pokja Adaptasi, DNPI Seminar Public Transportation as The Solution of Bandung Traffic ITB, 2 Oktober 2010 OUTLINE Komitmen Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2011

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2011 SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KEDEPUTIAN BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

KEDEPUTIAN BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP KEDEPUTIAN BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP MENJAGA PEMBANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN DAN BERKELANJUTAN PEKAN ORIENTASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL (CPNS) 2014 Bappenas, 23 Januari 2014 1 STRUKTUR

Lebih terperinci

RENCANA AKSI DAERAH (RAD) UNTUK PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA

RENCANA AKSI DAERAH (RAD) UNTUK PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA RENCANA AKSI DAERAH (RAD) UNTUK PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA 1 OUTLINE 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Pendekatan dan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL,

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL, PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOORDINASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

MODEL KELEMBAGAAN INSTANSI LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH

MODEL KELEMBAGAAN INSTANSI LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH MODEL KELEMBAGAAN INSTANSI LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH Herman Hermawan Kepala Pusat Kebijakan Strategis KLHK Email: pusjakstra@gmail.com Rapat Regional Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Wilayah Barat

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep No.149, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN. Badan Pengelola. Penurunan. Emisi Gas Rumah Kaca. Kelembagaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2011

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2011 SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

UANG PENGINAPAN, UANG REPRESENTASI DAN UANG HARIAN PERJALANAN DINAS KELUAR DAERAH DAN DALAM DAERAH

UANG PENGINAPAN, UANG REPRESENTASI DAN UANG HARIAN PERJALANAN DINAS KELUAR DAERAH DAN DALAM DAERAH LAMPIRAN III TENTANG PERUBAHAN ATAS NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PERJALANAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA NO. TUJUAN UANG PENGINAPAN, UANG REPRESENTASI DAN UANG HARIAN PERJALANAN DINAS

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan. BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

Dinamika Upaya Pengarusutamaan Kegiatan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kutai Timur

Dinamika Upaya Pengarusutamaan Kegiatan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kutai Timur P E M E R I N T A H KABUPATEN KUTAI TIMUR Dinamika Upaya Pengarusutamaan Kegiatan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kutai Timur Oleh: Ir. Suprihanto, CES (Kepala BAPPEDA

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. 1. Ketercapaian target dari masing-masing sasaran adalah sebagai berikut : - Meningkatnya indeks kualitas lingkungungan hidup

BAB IV PENUTUP. 1. Ketercapaian target dari masing-masing sasaran adalah sebagai berikut : - Meningkatnya indeks kualitas lingkungungan hidup BAB IV PENUTUP Laporan Kinerja Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung disusun berdasarkan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Tahun Anggaran 2016 serta Penetapan Kinerja Tahun

Lebih terperinci

(RAD Penurunan Emisi GRK) Pemanasan Global

(RAD Penurunan Emisi GRK) Pemanasan Global PEMANASAN GLOBAL DAN PERUBAHAN IKLIM (RAD Penurunan Emisi GRK) Oleh : Ir. H. Hadenli Ugihan, M.Si Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumsel Pemanasan Global Pengaturan Perubahan Iklim COP 13 (2007) Bali menghasilkan

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGAW ASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

KEPALA BADAN PENGAW ASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN, KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: KEP-06.00.00-286/K/2001 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PERWAKILAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN KEPALA BADAN PENGAW ASAN

Lebih terperinci

2016, No Kehutanan tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Mengingat : 1. Undang

2016, No Kehutanan tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Mengingat : 1. Undang No.211, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Orta. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DANA DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN ANGGARAN 2017 MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI DAN RENCANA AKSI PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI HUTAN ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 315, 2016 BAPPENAS. Penyelenggaraan Dekonsentrasi. Pelimpahan. Tahun Anggaran 2016. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

Workshop Perumusan Mekanisme Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan RAN/RAD - GRK

Workshop Perumusan Mekanisme Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan RAN/RAD - GRK BAPPENAS Workshop Perumusan Mekanisme Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan RAN/RAD - GRK Endah Murniningtyas Deputi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2012

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2012 GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD - GRK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI

Lebih terperinci

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED) KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA RENCANA AKSI PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED) By: TIM P2RUED-P Pedoman Penyusunan dan Petunjuk Teknis RUED Penjelasan Pokok-Pokok

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMDA MELAKSANAKAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GRK DAN SISTEM PEMANTAUANNYA

KEBIJAKAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMDA MELAKSANAKAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GRK DAN SISTEM PEMANTAUANNYA KEBIJAKAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMDA MELAKSANAKAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GRK DAN SISTEM PEMANTAUANNYA ENDAH MURNININGTYAS Deputi Bidang SDA dan LH Disampaikan dalam acara FGD Pembentukan Komite Pembangunan

Lebih terperinci

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan Disampaikan oleh: Direktur Jenderal Penataan Ruang Komisi Pemberantasan Korupsi - Jakarta, 13 Desember 2012 Outline I. Isu

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan No.1864, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Perwakilan. Orta. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.17/MENHUT-II/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.17/MENHUT-II/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.17/MENHUT-II/2013 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.49/MENHUT-II/2007 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN KEWENANGAN MENTERI

Lebih terperinci

PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN PELAKSANAAN RAN-RAD GRK

PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN PELAKSANAAN RAN-RAD GRK KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL NASIONAL PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN PELAKSANAAN RAN-RAD GRK Endah Murniningtyas Deputi

Lebih terperinci

KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP. Kementerian Lingkungan Hidup Salatiga, 31 Mei 2012

KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP. Kementerian Lingkungan Hidup Salatiga, 31 Mei 2012 LOGO KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP Kementerian Lingkungan Hidup Salatiga, 31 Mei 2012 UUD 1945 Dasar Hukum Perlindungan dan Pengelolaan LH Pasal 28H ayat (1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Dana Alokasi Khusus. Energi Perdesaan. Petunjuk Teknis.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Dana Alokasi Khusus. Energi Perdesaan. Petunjuk Teknis. No.79, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Dana Alokasi Khusus. Energi Perdesaan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.349, 2013 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Pelimpahan Kewenangan. Sebagian. Pengguna Anggaran/Barang. Provinsi. Kepala UPT. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA--0/2013 DS 0310-1636-8566-5090 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KETUJUH ATAS KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN NOMOR: KEP-06.00.00-286/K/2001 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA PEDOMAN TEKNIS PEMBINAAN USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

Buku ini bertujuan untuk memberikan gambaran kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sepanjang tahun 2016.

Buku ini bertujuan untuk memberikan gambaran kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sepanjang tahun 2016. 1 KATA PENGANTAR Pemantauan dan Evaluasi Kinerja diatur melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.

Lebih terperinci

2015, No Indonesia Tahun 2015 Nomor168); 3. Keputusan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pedoman Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri

2015, No Indonesia Tahun 2015 Nomor168); 3. Keputusan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pedoman Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1390, 2015 KEMENAG. Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RAD-GRK

PEDOMAN PENYUSUNAN RAD-GRK PEDOMAN PENYUSUNAN RAD-GRK Deputi Bidang SDA dan LH Kementerian PPN/Bappenas Disampaikan pada Pembahasan Pedoman Penyusunan RAD GRK Jakarta, 12 Januari 2012 www.bappenas.go.id 1 PENURUNAN EMISI GAS RUMAH

Lebih terperinci

KONSULTASI REGIONAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN PRASARANA SUMBER DAYA AIR 2016

KONSULTASI REGIONAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN PRASARANA SUMBER DAYA AIR 2016 KONSULTASI REGIONAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN PRASARANA SUMBER DAYA AIR 2016 Operasi dan Pemeliharaan Prasarana Sumber Daya Air untuk Mendukung Ketahanan Air, Ketahanan Pangan dan Ketahanan Energi. ***

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembar

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembar BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1712, 2016 PERRPUSNAS. Penyelenggaraan Dekonsentrasi. TA 2017. PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN URUSAN

Lebih terperinci

2017, No dalam rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

2017, No dalam rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan No.1161, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERPUSNAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan Perpusnas. PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN URUSAN

Lebih terperinci

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA,

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA, PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 03 /PER/M.KOMINFO/03/2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS BIDANG MONITOR SPEKTRUM FREKUENSI RADIO MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA,

Lebih terperinci

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Disampaikan pada acara : Rapat Monitoring dan Evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Jakarta, 22

Lebih terperinci

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN MENTERIDALAM NEGERI REPUBLIKINDONESIA PAPARAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN 2017-2022 Serang 20 Juni 2017 TUJUAN PEMERINTAHAN DAERAH UU No. 23

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Kebijakan Perkotaan Terkait Perubahan Iklim Oleh: Ir. Hayu Parasati, MPS, Direktur Perkotaan dan Perdesaan

Kebijakan Perkotaan Terkait Perubahan Iklim Oleh: Ir. Hayu Parasati, MPS, Direktur Perkotaan dan Perdesaan Kebijakan Perkotaan Terkait Perubahan Iklim Oleh: Ir. Hayu Parasati, MPS, Direktur Perkotaan dan Perdesaan Kementerian PPN/Bappenas Dalam kasus perubahan iklim, kota menjadi penyebab, sekaligus penanggung

Lebih terperinci

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 [Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU I: Prioritas Pembangunan, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan

Lebih terperinci

2016, No Tahun 2009 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5050); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaha

2016, No Tahun 2009 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5050); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaha BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1849, 2016 KEMEN-DPDTT. Pelimpahan dan Penugasan. TA 2017. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER-61/K/SU/2012 TENTANG PERUBAHAN KELIMA ATAS KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR KEP-06.00.00-286/K/2001

Lebih terperinci

OLEH : ENDAH MURNININGTYAS DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SURABAYA, 2 MARET 2011

OLEH : ENDAH MURNININGTYAS DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP SURABAYA, 2 MARET 2011 KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN 2011 DAN 2012 OLEH : ENDAH

Lebih terperinci

KEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN. Deputi Bidang SDA dan LH

KEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN. Deputi Bidang SDA dan LH KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN Deputi Bidang SDA dan LH

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG Draft 10 vember 2008 Draft 19 April 2009 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG BADAN RESTORASI GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG BADAN RESTORASI GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG BADAN RESTORASI GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka percepatan pemulihan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL, PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL TAHUN

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional UNFCCC dan juga telah menyepakati mekanisme REDD+ yang dihasilkan oleh rezim tersebut dituntut

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011 PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK)

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK) GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Rencana

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan I

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan I No.1273, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-KOMINFO. ORTA. UPT Monitor Frekuensi Radio. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA MOR : P.25/Menhut-II/2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN (DEKONSENTRASI) BIDANG KEHUTANAN TAHUN 2013 KEPADA 33 GUBERNUR PEMERINTAH PROVINSI

Lebih terperinci