KEEFEKTIFAN EDUKASI MENJAGA KEBERSIHAN GENITALIA EKSTERNA TERHADAP PERILAKU UNTUK MENCEGAH KEPUTIHAN PADA SISWI SMP NEGERI 1 KAJEN KELAS VIII

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEEFEKTIFAN EDUKASI MENJAGA KEBERSIHAN GENITALIA EKSTERNA TERHADAP PERILAKU UNTUK MENCEGAH KEPUTIHAN PADA SISWI SMP NEGERI 1 KAJEN KELAS VIII"

Transkripsi

1 KEEFEKTIFAN EDUKASI MENJAGA KEBERSIHAN GENITALIA EKSTERNA TERHADAP PERILAKU UNTUK MENCEGAH KEPUTIHAN PADA SISWI SMP NEGERI 1 KAJEN KELAS VIII Aririsna Landria Sari Program Studi Ners STIKes MuhammadiyahPekajangan ABSTRAK Alat reproduksi yang tidak dijaga kebersihanannya akan memicu datangnya bakteri, jamur dan penyakit yang dapat menyebabkan rasa gatal, bau tidak sedap dan rasa tidak nyaman. Pengetahuan sangat mempengaruhi kebiasaan manusia dalam menjaga kebersihan organ reprodusi terutama genitalia eksterna karena kebersihan organ reproduksi dapat menghindari dari penyakit menular seksual dan keputihan yang abnormal. Penelitian ini bertujuan unuk mengetahui keefektifan edukasi menjaga kebersihan genitalia eksterna terhadap pengetahuan untuk mencegah keputihan. Desain penelitian ini adalah rancangan pra eksperimen. Sedangkan jenis rancangan pre eksperimen yang digunakan adalah rancangan prapascates dalam satu kelompok (one group pra-post test design). Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi SMP N 1 Kajen kelas VIII sedangkan sampel menggunakan teknik purposive sampling 30 responden. Hasil T-test menunjukan ada keefektifan edukasi menjaga kebersihan genitalia eksterna terhadap pengetahuan untuk mencegah keputihan niali ρ value penelitian ini dapat dijadikan dasar pengambilan kebijakan oleh pelayanan kesehatan untuk memberikan penyuluhan kepada anak sekolah bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan. Kata Kunci : Menjaga kebersihan genitalia eksterna, Pengetahuan, Keputihan Daftar pustaka : 22 Buku, 2 webside, 5 jurnal ( ) Keperawatan STIKes Muhammadiyah Pekajangan 2016

2 PENDAHULUAN Kesehatan Reproduksi merupakan masalah penting untuk mendapatkan perhatian. Perlu disadari bahwa kesehatan reproduksi tidak dapat dipisahkan dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan kondisi prima dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh perilaku hidup bersih dan sehat (Tim Poltekkes Depkes Jakarta I 2010). Kesehatan reproduksi merupakan komponen penting kesehatan bagi pria maupun wanita, tetapi lebih dititikberatkan pada wanita. Keadaan penyakit pada wanita lebih banyak dihubungkan fungsi dan kemampun bereproduksi serta tekanan sosial pada wanita karena masalah gender (Kusmiran 2011, h.93).kesehatan reproduksi sangat penting bagi wanita terutama pada remaja dimana mulai mengalami masa pubertas yang secara perlahan akan mengalami berubah pada organ reproduksinya yang harus mulai dijaga kebersihanya dan kesehatannya karena pada remaja sangat rawan dalam menjaga kebersihan organ genetalia. Remaja merupakan penerus untuk bangsa, remaja yang berpotensi tinggi dapat menjadikan negara lebih maju. Dengan kesehatan yang terjaga dapat meningkatkan kualitas hidup pada remaja terlebih untuk kesehatan wanita yang akan melahirkan calon calon anak bangsa. Kesehatan reproduksi remaja sangatlah penting untuk dijaga agar tidak terkena penyakit kelamin, untuk itu perlu menjaga kebersihan organ genetalia baik dan benar. Alat reproduksi yang tidak di jaga kebersihannya dapat memicu bakteri masuk ke dalam alat reproduksi dapat terjadi Penyakit Menuar Seksual (PMS) yang dapat menimbulkan gejala keputihan yang abnormal. Menurut (WHO, 2010) bahwasekitar 75% perempuan di duniapastiakanmengalamikeputi han paling tidaksekaliseumurhidupnya, dansebanyak 45% akanmengalamidua kali ataulebih, sedangkanwanitaeropa yang mengalamikeputihansebesar 25%. Wanita indonesia lebih rentan mengalami keputihan karena iklim indonesia yang panas dapat memicu terjadinya kelembaban, infeksi yang dapat memudahkan pertumbuhan jamur yang menyebabkan rasa gatal gatal dan tidak nyaman pada daerah kewanitaan.perempuan yang memiliki riwayat infeksi saluran reproduksi (ISR) mempunyai dampak buruk untuk masa depannya seperti kemandulan, kanker leher rahim, kecacatan janin, kehamilan diluar kandungan, dan keputihan (Depkes RI 2008). Keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari liang vagina di luar kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta disertai rasa gatal Keperawatan STIKes Muhammadiyah Pekajangan 2016

3 setempat. Kepuihan dapat terjadi karena fisiologis dan patologis, penyebab keputihan secara normal (fisiologis) yang dipengaruhi oleh hormon tertentu. Cairannya berwarna putih, tidak berbau, dan jika dilakukan pemeriksaan laboratorium tidak menunjukan ada kelainan. Hal ini dapat tampak pada perempuan yang terangsang pada waktu senggama atau saat masa subur (ovulasi). Keputihan yang abnormal (patologi) bisa disebabkan oleh infeksi/peradangan yang terjadi karena mencuci vagina air kotor, pemeriksaan dalam yang tidak benar, pemakaian pembila vagina yang berlebihan, pemeriksaan yang tidak hygienis, dan adanya benda asing dalam vagina (kusmiran 2011, h.21). Dari hal tersebut untuk mengurangi terjadinya leukorea (keputihan) patologis perlu adanya perawatan organ reproduksi yang baik dan benar. Perawatan organ organ reproduksi sangatlah penting.jika tidak dirawat benar, maka dapat menyebabkan berbagai macam akibat yang dapat merugikan, misalnya infeksi. Cara pemeliharaan dan perawatan organ reproduksi remaja perempuan adalah sebagai berikut : tidak memasukkan benda asing ke dalam vagina, menggunakan celana dalam yang menyerap keringat, tidak menggunakan celana yang terlalau ketat, pemakaian pembilas vagina secukupnya tidak berlebihan (Kusmiran 2011 h. 23). Dari cara tersebut dapat mengurangi terjadinya infeksi pada organ genitalia dan dapat menjaga kebersihan organ reproduksi. Kebersihan organ reproduksi dapat dipengaruhi dari setiap pengetahuan seseorang yang dapat diaplikasikan pada dirinya dalam menjaga kebersihannya. Menurut Notoatmojo (2003) yang dikutip dari Wawan (2010) menyebutkan pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba sendiri. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang di dasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilakuyang tidak di dasari oleh pengetahuan. Dengan banyaknya pengetahuan dapat membantu kita dalam cara membersihkan alat genitalia yang baik dan benar. Pengetahuan dapat kita dapatkan dari pendidikan yaitu baik pendidikan formal maupun informal. Seperti pada pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan dalam kesehatan Pendidikan kesehatan merupakan upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidik (Fitriani 2011, h.71). Pendidikan 48

4 kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan dan memelihara mutu kesehatan serta dapat mengubah perilaku seseorang menjadi lebih baik lagi. Dengan adanya edukasi maka seseorang akan lebih terbuka wawasanya dan lebih membawa pengaruh yang positif terhadap pengetahuan dalam meningkatkan kesehatan. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan seluruh jumlah SMP pada Kabupaten Pekalongan ada 82 SMP. Dari data tersebut untuk jumlah siswi SMP yang lebih banyak pada SMP N 1 Kajen berjumlah 167 siswi dibandingkan SMP yang lainnya. Dari hasil studi pendahuluan yang di lakukan pada SMP N 1 Kajen dari 10 siswi yang diberikan kuisioner 8 pertanyaan tentang pengetahuan dalam menjaga kebersihan genitalia eksterna 7 dari 10 siswi masih membersihkan alat kelamin (cebok) dari arah belakang ke depan, 1 siswi juga tidak mengeringakan tisu atau handuk setelah BAK/BAB dan 1 siswi juga sering menggunakan sabun sirih/ pembersih alat kelamin. Penelitian lebih mendalam tentang pengetahuan dalam menjaga kebersihan genitalia eksterna sebelum dan sesudah dilakukan edukasi menjaga kebersihan genitalia eksterna di SMP N 1 Kajen belum pernah diteliti. Berdasarkan dari latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul keefektifan edukasi menjaga kebersihan genitalia eksterna terhadap pengetahuan untuk mencegah keputihan pada siswi kelas VIII SMP N 1 Kajen. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merumuskan Bagaimana keefektifan edukasimenjaga kebersihan genitalia eksterna terhadap pengetahuan untuk mencegah keputihan pada siswi kelas VIII SMP 1 Kajen? TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui keefektifan edukasimenjaga kebersihan genetalia eksterna terhadap pengetahuan untuk mencegah keputihan pada sisiwi kelas VIII SMP N 1 Kajen 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengetahuan dalam menjaga kebersihan genitalia eksterna sebelum dilakukan edukasi b. Untuk mengetahui pengetahuan dalam menjaga kebersihan genetalia eksterna sesudah dilakukan edukasi TINJAUAN PUSTAKA A. Cara Menjaga Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Kusmiran ( 2011 h.23-25) mengatakan bahwa cara 49

5 menjaga kebersihan organ genitalia eksterna, yaitu : 1. Cara pemelihara alat reproduksi secara umum a. Mengganti celana dalam minimal dua kali sehari b. Membersihkan kotoran yang keluar dari alat kelamin dan anus air atau kertas pembersih (tisu) gerakan cara membersihkan anus untuk perempuan adalah dari daerah vagina ke arah anus untuk mencegah kotoran dari anus masuk ke vagina c. Tidak menggunakan air yang kotor untuk mencuci vagina d. Dianjurkan untuk mencukur atau merapikan rambut kemaluan karena bisa ditumbuhi jamur atau kutu yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan gatal. Alat reproduksi dapat terkena sejenis jamur atau kutu yang dapat menyebabkan rasa gatal atau tidak nyaman apabila tidak dirawat kebersihannya. Mencui vagina air kotor, pemeriksaan dalam yang tidak benar, penggunaan pembilas vagina yang berlebihan, pemeriksaan yang tidak higienis, dan adanya benda asing dalam vagina dapat menyebabkan keputihan yang abnormal. Keputihan juga bisa timbul karena pengobatan hormoral, celana yang tidak menyerap keringat, dan penyakit menular seksual. Keputihan yang abnormal berwarna putih, hijau, atau kuning, sangat gatal, atau disertai nyeri perut bagian bawah (kusmiran 2011 h.24-25). Vulva Hygiene a. Pengertian Vulva hygiene merupakan suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan organ reproduksi untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya (Tarwoto & Wartonah 2010 h. 113) Perilaku kebersihan organ reproduksi dipengaruhi oleh nilai serta kebiasaan yang dianut individu, disamping faktor budaya, sosial, norma keluarga, tingkat pendidikan, status ekonomi. Adanya masalah kesehatan seseorang, sebab kebersihan merupakan faktor penting dalam mempertahankan derajat kesehatan individu (Mubarak 2007 h. 126). b. Tujuan Vulva Hygiene Tarwoto & Wartonah (2010, h. 116) mengatakan bahwa, ada beberapa tujuan dilakukannya perawatan vulva 50

6 hygiene, diantaranya adalah : 1) Meningkatkan derajat kesehatan seseorang 2) Memelihara kebersihan organ kewanitaan 3) Mencegah timbulnya penyakit maupun infeksi 4) Meningkatkan percaya diri seseorang 5) Menciptakan keindahan c. Manfaat Vulva Hygiene Andira (2010 h. 21) mengatakan bahwa perawatan vagina atau perawatan Vulva hygiene memiliki beberapa manfaat antara lain: 1) Menjadikan vagina tetap dalam keadaan bersih dan nyaman 2) Dapat mencegah munculnya keputihan, gatalgatal, dan bau tidak sedap 3) Dapat menjaga PH vagina dalam kondisi normal (3,5-4,5) d. Cara perawatannya Menurut Andira (2010 h. 22) cara perawatan agar daerah kewanitaan dalam keadaan bersih antara lain: 1) Memelihara kebersihan diri dan kebersihan dalam hubungan seksual. Hal ini dilakukan untuk mencegah infeksi atau masuknya kuman melalui saluran reproduksi. Infeksi sering menjadi penyebab kemandulan. 2) Lakukan pencegahan khusus Tujuan melakukan pencegahan khusus adalah untuk menemukan atau mendeteksi beberapa kelainan. Tindakan ini juga bermanfaat untuk menekan biaya pengobatan bila terjadi infeksi, kemandulan atau biaya operasi maupun kemoterapi jika terjadi kanker. 3) Jaga daerah kemaluan dan selakangan agar tetap kering Suasana yang lembab akan menarik datangnya jamur yang dapat menimbulkan gangguan pada sistem reproduksi. 4) Pencucian vagina Lakukan pencucian air bersih, setelah buang air kecil maupun air 51

7 besar, siram bagian kewanitaan dari arah depan kebelakang bukan sebaliknya. Hal ini dilakukan untuk mencegah masuknya kuman dari dubur ke vagina. 5) Jaga kebersihan pakaian dalam Sebaiknya mengganti pakaian dalam minimal dua kali sehari dalam sehari. Gunakan pakaian dalam dari bahan yang dapat menyerap keringat (katun). Hindari tukar-menukar pakaian dalam orang lain. 6) Lakukan perawatan terhadap rambut yang tumbuh pada alat kelamin Hindari membersihkan rambut yang tumbuh didaerah kemaluan cara mencabut karena akan menimbulkan lubang bekas bulu kemaluan. Lubang tersebut dapat menyebabkan iritasi dan penyakit kulit. Untuk perawatan rambut, sebaiknya merapikannya cara memendekkan (memotong) menggunakan gunting atau dicukur. 7) Rajin mengganti pembalut saat menstruasi Pada saat menstruasi kumankuman lebih mudah masuk kedalam organ reproduksi. Pembalut yang mengandung banyak gumpalan darah merupakan empat yang baik bagi pertumbuhan dan prkembangan jamur maupun bakteri, oleh karena itu pada saat menstruasi, mengganti pembalut 4 jam sekali atau 2-3 kali sehari atau setiap saat jika sudah merasa tidak nyaman. Hindari penggunaan pantyliner beraroma (parfum atau wangi) secara terus menerus karena dapat menyebabkan iritasi kulit (Saraswati h. 187). 8) Melakukan perawatan Vulva hygiene sesuai prosedur keperawatan Kusyati (2006 h. 82) dan Perry & Potter (2006 h. 47) mengatakan bahwa prosedur perawatan Vulva hygiene sebagai berikut: a) Persiapan alat 52

8 1. Baskom mandi 2. Air hangat dan air bersih 3. Kapas 4. Waslap 2 buah 5. Tissue b) Prosedur pelaksanaan 1. Bawa peralatan ke kamar mandi atau tempat yang akan dilakukan perawatan vulva hygiene. 2. Cuci tangan sampai bersih. 3. Buka labia mayora kanan dan kiri tangan kemudian siram air hangat dari arah vulva ke perineal 4. Ambil kapas hangat usapkan pada area genital 5. Bersihkan daerah genital mengusap kan kapas dari arah atas ke arah bawah (perineum ), lakukan mulai dari bagian terluar yaitu labia mayora kanan kemudian kiri dan yang terakhir usap bagian tengah genital. Lakukan masingmasing 1 kapas dan sekali usap. 6. Jika perlu basuh air hangat lagi kemudian keringkan handuk atau tissu. 7. Kemudia n bersihkan daerah anal 53

9 mengusap dari arah vagina ke anus satu gosokan, ulangi waslap bersih sampai bersih. Hal tersebut dapat dilakukan secara mandiri digunakanpada penelitian ini adalah seluruh siswi kelas VIII SMP N 1 Kajen pada tahun 2016 sebanyak 167 siswi. SAMPEL Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampling purposive adalah tenknik penentuan sampel pertimbangan tertentu (Sugiyono 2010 hal.68). Penelitian ini menggunakan kelompok praeksperimen menggunakan sampel 30 siswi dari 167 siswi kelas VIII SMP N 1 Kajen. Responden diambil dari 2 kelas dari 8 kelas, kelas VIII H siswi berjumlah 22 siswi dan yang 8 siswi diambil dari kelas VIII G. INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA Sebelum dilakukan edukasi menjaga kebersihan genitalia eksterna terlebih dahulu dilakukan pretest pengetahuan dalam menjaga kebersihan genitalia eksterna. Peneliti membagikan lembar kuisioner yang akan digunakan. Peneliti melakukan edukasi menjaga kebersihan genitalia eksterna. Setelah dilakukan demonstrasi menjaga kebersihan genitalia eksterna lakukan posttest pengetahuan dalam menjaga kebersihan genitalia eksterna. dan dapat dilakukan 2x sehari sebelum maupun sesudah mandi. DESAIN PENELITIAN Desain penelitian ini adalah rancangan pra eksperimen. Sedangkan jenis rancangan pre eksperimen yang digunakan adalah rancangan prapascates dalam satu kelompok (one group pra-post test design) POPULASI Populasiyang UJI VALIDITAS DAN REABILITAS 1. Uji Validitas Uji validitas dialkukan di SMP N 2 Kajen 20 responden siswi kelas VIII. Hasil pengolahan data uji validitas menggunakan bantuan program komputer diketahui hasil dari pengolahan data uji validitas r hasil (0.954) > r tabel (0.444) dari 27 pertanyaan 4 pertanyaan tidak valid, yang terdiri dari 2 pertanyaan favoreble dari cara membersihkan alat kelamin wanita, 1 pertanyaan favoreble dan 1 pertanyaan unfavoreble dari cara pemeliharaan organ reproduksi remaja perempuan. Untuk pertanyaan yang tidak valid nomer 7, 8, 20, dan 24 peneliti menghilangkan pertanyaan yang tidak valid karena dari pertanyaan yang di hapus/ delete tidak mengurangi nilai cronbach s alpha dari 946 menjadi 954. Sehingga dapat disimpulkan dari 23 pertanyaan tersebut sudah valid. 2. Uji Reliabilitas Pertanyaan-pertanyaan yang sudah valid harus dilihat reliabilitasnya cara melihat nilai alpha yang ada pada hasil Cronbach Alpha. Bila nilai cronbach alpha konstanta (0,6) maka pertanyaan yang sudah valid tersebut dikatakan reliabel (Riyanto 2010 hal ). 54

10 Hasil reliabelitas dari 23 pertanyaan tentang pengetahuan menjaga kebersihan genitalia eksterna diperoleh hasil reliabelitas nilai α= 0,946, sehingga dapat disimpulkan semua pertanyaan tentang pengetahuan menjaga kebersihan genitalia eksterna sudah reliabel. ANALISA DATA Analisa Univariat Analisa ini dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian pada umumnya dalam analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan presentasi dari tiap variabel. Analisa dalam penelitian ini dilakukan terhadap hasil dari penelitian variabel pengetahuan dalam menjaga kebersihan genitalia eksterna sebelum dilakukan edukasi dan perilaku dalam menjaga kebesihan genitalia eksterna setelah dilakukan edukasi. Analisa Bivariat Analisa bivariat ini dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo 2010, h.188).uji statistik yang digunakan adalah uji statistik T- test karena data berdistribusi normal karena uji beda dua mean dependen data berdistribusi normal. Pada penelitian ini menggunakan uji normalitas shapiro wilk karena responden kurang dari 50 responden. Hasil normalitas pretest 0.198> α (0.05) maka data pretest normal, hasil uji normalitas posttest > α (0.05) maka data posttest normal. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian mengenai pengetahuan menjaga kebersihan genitalia eksterna sebelum diberikan edukasi pada tabel 5.1 menunjukkan bahwa pengetahuan baik sebanyak 11 responden (36,7%) dan pengetahuan kurang 19 responden (63,3%). Pengetahuan yang kurang baik biasanya dipengaruhi dari kebiasaanya. Seperti yang dikatakan Menurut Notoatmojo (2003) yang dikutip dari Wawan (2010) menyebutkan pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, 72 rasa dan raba sendiri. Dari adanya informasi yang didapkan untuk mengubah pengetahuan yang didapatkan akan memberikan dampak yang baik pada dirinya sendiri. Apabila seseorang mendapatkan pendidikan kesehatan yang baik dapat meningkatkan pengetahuan yang baik dan dapat meningkatkan kesehatan terutama kesehatan reproduksi yaitu menjaga kebersihan genitalia eksterna untuk mencegah keputihan yang dapat menyababkan penyakit kelamin seperti infeksi, candidas albicans, dan penyakit menular seksual.dengan adanya pendidikan kesehatan dapat meminimalkan terjadinya penyakit kelamin serta menambah wawasan bagi seseorang untuk meningkatkan mutu pengetahuan dalam menjaga kebersihan alat reproduksi. Hasil penelitian mengenai pengetahuan menjaga kebersihan genitalia eksterna sesudah dilakukan demonstrasi pada tabel 5.4 menunjukan bahwa pengetahuan baik 14 responden (46,7%) dan pengetahuan kurang 16 responden (53,3%). Orang yang mempunyai keinginan untuk berubah menjadi lebih baik ketika sudah tau apa yang harus dilakukan akan mengubah perilakunya setelah mengetahui manfaatnya dan keuntungan bagi dirinya. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang di dasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilakuyang tidak di dasari oleh pengetahuan. Maka dari itulah wawasan dan pengetahuan yang luas dapat membukakan pintu pikiran seseorang dalam menjaga kebersihan genitalia terlebih pada daerah vagina bagian luar dimana disitulah tempat masuknya bakteri dan tempat tumbuhnya jamur jika tidak dijaga baik benar. Dengan adanya edukasi yang dapat mengarahkan pada pengetahuan yang diinginkan metode yang diajarkan dalam proses belajar, seperti hal sesuai Fitriani (2011) mengatakan pendidikan kesehatan menyangkut pada sasaran belajar (persoalan masukan(input)) yaitu individu atau kelompok, persoalan proses dalam proses ini terjadi pengaruh

11 timbal balik antara berbagai faktor seperti pengajar, alat bantu belajar dan materi. Persoalan keluaran(output) merupakan hasil belajar itu sendiri yaitu berupa kemampuan atau perubahan pengetahuan dari subyek belajar.dalam proses pendidikan kesehatan dapat meningkatkan mutu perilaku menjaga kesehatan dalam pendidikan kesehatan untuk mencegah datangnya penyakit. Berdasarkan analisis statistik menggunakan uni paired T-test di dapatkan nilai ρ value = (0.001) demikian nilai ρ value < α (0,05), sehingga Ho ditolak maka dapat disimpulkan bahwa ada keefektifan edukasi menjaga kebersihan genitalia eksterna terhadap pengetahuan untuk mencegah keputihan Pengetahuan setelah mendapatkan aplikasi menjadi tahu maka akan menjadi proses memahami seperti hal yang dijelskan pada Wawan (2010) mengatakan memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dimana dapat menginterprestasikan secara benar. Dari proses memahami tersebut dapat dilakuakan atau dipraktekan pada diri sendiri apa yang menjadi baik dan apa yang tidak baik.dengan kurang pengetahuan yang seseorang dapat akan akan kesehatan reproduksi dapat menjadikan alat reproduksi dapat terkena sejenis jamur atau kutu yang dapat menyebabkan rasa gatal atau tidak nyaman apabila tidak dirawat kebersihannya. Mencuci vagina air kotor, pemeriksaan dalam yang tidak benar, penggunaan pembilas vagina yang berlebihan, pemeriksaan yang tidak higienis, dan adanya benda asing dalam vagina dapat menyebabkan keputihan yang abnormal. Keputihan juga bisa timbul karena pengobatan hormoral, celana yang tidak menyerap keringat, dan penyakit menular seksual. Keputihan yang abnormal berwarna putih, hijau, atau kuning, sangat gatal, atau disertai nyeri perut bagian bawah (kusmiran 2011 h.24-25), sehingga pengetahuan yang baik dapat menjaga kebersihan genitalia eksterna perlu karena dapat menjauh dari penyakit kelamin. Pengetahuan dapat di dapatkan dari adanya proses pendidikan dapat memberikan motivasi dan dorongan untuk merubah pengetahuan yang kurang menjadi baik lagi. Seperti halnya pengetahuan dalam menjaga kebersihan genitalia merupakan hal yang harus dijaga bagi umat islam begitu juga dalam menjaga kebersihan genitalia eksterna, yaitu harus di jaga kebersihannya agar terhindar dari suatu penyakit maupun memicu adanya jamur, parasit dan bakteri kedalam lubang vagina yang akan menyebabkan rasa gatal, tidak nyaman dan bahkan menimbulkan bau tidak sedap pada daerah kewanitaan. KESIMPULAN Penelitian mengenai keefektifan edukasi menjaga kebersihan genitalia eksterna terhadap pengetahuan untuk mencegah keputihan pada SMP N 1 Kajen kelas VIII penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan menjaga kebersihan genitalia eksterna sebelum dan sesudah dilakukan edukasi. Hasil penelitian yang sudah dilakukan peneliti adalah sebagai berikut: 1. Pengetahuan menjaga kebersihan genitalia eksterna sebelum dilakukan edukasi nilai rata-rata pengetahuan baik 11 responden dan pengetahuan kurang 19 responden. 2. Pengetahuan menjaga kebersihan genitalia eksterna sesudah dilakukan edukasi nilai rata-rata pengetahuan baik 14 responden dan 16 responden pengetahuan kurang. 3. Hasil uji paired sampel T-test diperoleh ρ value < 0.05 Ho ditolak, berarti ada keefektifan edukasi menjaga kebersihan genitalia eksterna terhadap pengetahuan untuk mencegah keputihan pada siswi SMP Negeri 1 Kajen kelas VIII. SARAN 1. Bagi Responden Diharapkan dapat menambah wawasan cara menjaga kebersihan genitalia eksterna dalam menghadapi masa pubertas dan meningkatkan mutu kesehatan reproduksi. 73

12 2. Bagi petugas kesehatan Diharapkan dapat memberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi remaja pada anak sekolah 3. Bagi penelitian lain Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian sejenis tetapi menggunakan variabel yang berbeda. REFERENSI Andira, dita Seluk beluk kesehatan reproduksi wanita. Jogjakarta: Aplus books Dinas Pendidikan Kabupaten Pekalongan Data Siswi SMP di Kabupaten Pekalongan Febiliawati kenali ciri keputihan abnormal diperoleh 15 Januari 2016, Fitriani, Sinta Promosi Kesehatan. Graha Ilmu : Yogyakarta Kusmiran, Eny Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita. Salemba Medika : jakarta Kusyati, Eni ketrampilan dan prosedur laboratorium. Jakarta:EGC Manuaba, I.A. Sri Kusuma Dewi Suryasaputra & I.A. Chandranita Manuaba; I.B.G. Fajar Manuaba; I.B.G. Manuaba. Editor Monica Ester Buku Ajar Ginekologi Untuk Mahasiswa Kebidanan. EGC : Jakarta Mardalena, Ria Mustika; Sri Rahayu Sanusi; Asfriyati Hubungan pengetahuan dan sikap tindakan kebersihan genitalia eksterna sebagai upaya pencegahan keputihan pada siswi fakultas kesehatan masyarakat universitas sumatra utara tahun Maulana, Heri D. J Promosi Kesehatan. EGC : Jakarta Milatina, Atik Hubungan Antara Lama Pemakaian KB AKDR CuT Kejadian Keputihan Di Kecamatan Pekalongan Selatan Kota Pekalongan Tahun KTI Program Studi DIII kebidanan Mubarak Wahit & Nurul Chayatin Buku ajar kebutuhan dasar manusia teori & aplikasi dalam praktek. Jakarta:EGC Notoatmodjo, Soekidjo Ilmu Perilaku Kesehatan. PT Rineka Cipta : Jakarta Notoatmodjo Metodologi Penelitian Kesehatan. Ed. Rev. Rineka Cipta : Jakarta Notoatmodjo Metodologi Penelitian Kesehatan. Ed. Rev. Rineka Cipta : Jakarta Nursalam Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 3. Salemba Medika : Jakarta Nursalam Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta P. Heni Hirawati; Masruroh; Yeni Tri Wijayanti Pengaruh pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah dan diskusi kelompok terhadap peningkatan pengetahuan remaja putri tentang kebersihan alat genitalia di SMA Negeri Ungaran. Jurnal Keperawatan Maternitas Pinem, Saroha Kesehatan Reproduksi & Kontrasepsi. Trans Info Media : Jakarta Perry & Potter Ketrampilan dan prosedur dasar. Jakarta: EGC 74

13 Rosdiana, Salistia Soraya Pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi remaja terhadap pengetahuan memelihara organ genitalia pada siswi SMP Muhammadiyah Imogiri Bantul tahun Program Studi Bidan Pendidik Jenjang D IV. Setiadi Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Graha Ilmu : Yogyakarta han-pada-wanita-jenis-penyebab-danpencegahan). Wawan, A & Dewi, M Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, Perilaku manusia. Nuha Medika : Yogyakarta Sejesa, Moman Sari & Sri Rahayuningsih Hubungan antara ketrampilan vulva hygiene kejadian keputihan pada ibu yang menggunakan IUD di Kecamatan Bawang Kabupaten Batang. Skripsi program S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Pekajangan- Pekalongan Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Alfabeta : Bandung Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Alfabeta : Bandung Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Alfabeta : Bandung Supardi, Sudibyo & Rustika Metodologi Riset Keperawatan. CV Trans Info Media : Jakarta Syafrudin & Yudhia, Fratidhina. Promosi Kesehatan Untuk Mahasiswa Kebidanan. Trans Info Media : Jakarta Tarwoto & Wartonah Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan edisi 4. Jakarta: salemba medika Utami, T. C Makalah kesehatan reproduksi keputihan. Diperoleh pada 26 februari 2016, ( 75

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA. Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan

SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA. Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA Nama : RABITA NIM : 095102004 Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan Tentang Perawatan Alat Genitalia Eksterna Tahun 2010 Menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan. kondisi sehat dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan. kondisi sehat dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan masalah penting untuk mendapatkan perhatian. Perlu disadari bahwa kesehatan reproduksi tidak dapat dipisahkan dari kesehatan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja mengalami perkembangan fisiologis, psikososial, kognitif, moral dan perkembangan seksual. Perubahan fisiologis pada masa remaja merupakan hasil aktivitas

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG FLOUR ALBUS FISIOLOGI DAN FLOUR ALBUS PATOLOGI DI SMK NEGERI 2 ADIWERNA KABUPATEN TEGAL Nikmatul Rifqiyah 1, Nilatul Izah 2 Email: izzah_naila@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang

Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang Yuli Irnawati 1, Vivi Nur Setyaningrum 2 1,2 DIII Kebidanan, Akbid

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan secara optimal (Nursalam, 2008). kesehatan sebagai berikut : a. mengubah pengetahuan;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan secara optimal (Nursalam, 2008). kesehatan sebagai berikut : a. mengubah pengetahuan; BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kesehatan 1. Pengertian Pendidikan kesehatan merupakan suatu usaha atau kegiatan untuk membantu individu, keluarga, atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja adalah masa transisi sebagai proses dalam mempersiapkan diri meninggalkan dunia anak-anak untuk memasuki dunia orang dewasa. Pada masa ini terjadi banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat, salah satunya adalah perilaku perineal hygiene. Perilaku

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat, salah satunya adalah perilaku perineal hygiene. Perilaku 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan unsur dasar yang penting dalam kesehatan umum, baik pada laki-laki maupun perempuan. Menurut Efendi dan Makhfudli (2009), kesehatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO Asih Setyorini, Deni Pratma Sari ABSTRAK Perubahan pada masa remaja adalah hormon reproduksi

Lebih terperinci

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan tentang kesehatan reproduksi merupakan masalah penting yang perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak. Pada masa remaja, pertumbuhan fisik dan seksualnya

Lebih terperinci

Heni Hirawati P, Masruroh, Yeni Okta Triwijayanti ABSTRAK

Heni Hirawati P, Masruroh, Yeni Okta Triwijayanti ABSTRAK PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN METODE CERAMAH DAN DISKUSI KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEBERSIHAN ALAT GENETALIA DI SMA NEGERI 1 UNGARAN ABSTRAK Remaja putri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan masalah yang penting untuk mendapatkan perhatian terutama dikalangan masyarakat. Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan,

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEBERSIHAN ALAT GENITALIA SAAT MENSTRUASI

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEBERSIHAN ALAT GENITALIA SAAT MENSTRUASI PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEBERSIHAN ALAT GENITALIA SAAT MENSTRUASI Mardiana Zakir* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Perilaku kesehatan pada remaja saat menstruasi diawali

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL IMAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL IMAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL IMAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG Anggun Mita Arismaya*, Ari Andayani **, Moneca Diah L *** Fakultas Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap

BAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tinggal di daerah tropis yang panas membuat kita sering berkeringat. Keringat ini membuat tubuh lembab, terutama pada organ seksual dan reproduksi yang tertutup dan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN Hafriani 1, Defiyani 2 1 Dosen Program Studi D III Kebidanan STIKes Bina Nusantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi termasuk salah satu dari masalah remaja yang perlu mendapatkan perhatian oleh semua kalangan (Soetjiningsih, 2004). Berbagai masalah pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu kondisi sejahtera jasmani, rohani, dan sosial-ekonomi, bukan hanya bebas dari penyakit

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU GENITAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU GENITAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI HUBUNGAN ANTARA PERILAKU GENITAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI Dwi Wahyu Wulan S, SST., M.Keb Ira Rahayu Tiyar Sari, SST Prodi Kebidanan Bangkalan Poltekkes Kemenkes Surabaya ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS 2 TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN DI MTs MASHLAHIYAH KRECEK BADAS

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS 2 TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN DI MTs MASHLAHIYAH KRECEK BADAS HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS 2 TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN DI MTs MASHLAHIYAH KRECEK BADAS Sukatmi*, Nikmaturohmah.** *) Dosen Akper Pamenang Pare Kediri **) Perawat Puskesmas Badas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut menjadi perhatian masyarakat secara umum dan individu secara khusus. Kesehatan reproduksi juga merupakan salah satu unsur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Peran Ibu a. Definisi Ibu Ibu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah wanita yang telah melahirkan seseorang, maka anak harus menyayangi ibu, sebutan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan

BAB 1 PENDAHULUAN. proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan tentang kesehatan reproduksi perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak. Upaya untuk menuju reproduksi yang sehat sudah harus dimulai terutama

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, S Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi : Revisi VI. Jakarta : Rineka Cipta

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, S Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi : Revisi VI. Jakarta : Rineka Cipta 1 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi : Revisi VI. Jakarta : Rineka Cipta Astuti, Yuli P. 2010. Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dengan Sikap

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWATAN KEPUTIHAN PRA TRAINING DAN POST TRAINING PADA SISWI SMP NEGERI 2 JAKEN KABUPATEN PATI.

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWATAN KEPUTIHAN PRA TRAINING DAN POST TRAINING PADA SISWI SMP NEGERI 2 JAKEN KABUPATEN PATI. JurnalIlmuKebidanandanKesehatan(Journa l of Midwifery Science and Health) AkbidBaktiUtamaPati ISSN: 2087-4154 Vol. 7 No. 2 Juli 2016 On-line http://akbidbup.ac.id/jurnal-2/ PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Atnesia Ajeng, Asridini Annisatya Universitas Muhammadiyah Tangerang ABSTRAK

Atnesia Ajeng, Asridini Annisatya Universitas Muhammadiyah Tangerang   ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PREDISPOSISI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI DI SMPN 2 TELUKNAGA TANGERANG Atnesia Ajeng, Asridini Annisatya Universitas Muhammadiyah Tangerang Email : atnesia.ajeng@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku adalah tanggapan atau reaksi terhadap rangsangan atau lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa dalam masa transisi ini perilaku

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputihan merupakan keluhan yang sering menyerang wanita dan tidak mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat mempengaruhi kepercayaan

Lebih terperinci

Kata kunci: kontrasepsi hormonal, pengetahuan perawatan organ reproduksi, keputihan. Cairan tersebut bervariasi dalam PENDAHULUAN

Kata kunci: kontrasepsi hormonal, pengetahuan perawatan organ reproduksi, keputihan. Cairan tersebut bervariasi dalam PENDAHULUAN HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL DAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN ORGAN REPRODUKSI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN Ahmad Syahlani 1, Dwi Sogi Sri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia, dan sering disebut masa peralihan. Tanda - tanda remaja pada

I. PENDAHULUAN. manusia, dan sering disebut masa peralihan. Tanda - tanda remaja pada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja juga merupakan masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering

Lebih terperinci

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV LAMPIRAN No Kegiatan Desember Januari Februari Maret April Mei Juni I II III I V I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 1 Pengajuan masalah penelitian 2 BAB I Pendahulua

Lebih terperinci

Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup, 21/11 (2016), 69-78

Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup, 21/11 (2016), 69-78 dan Lingkungan Hidup, 2/ (206), 69-78 Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Tindakan Remaja Putri Tentang Personal Hygiene Saat Menstruasi di SMA Angkola Barat Tahun 206 Maria Haryanti Butarbutar* *Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial dan spiritual secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Remaja a. Pengertian Remaja atau adolescenc (Inggris ), berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelamin) (Manuaba Ida Bagus Gde, 2009: 61). Wanita yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. kelamin) (Manuaba Ida Bagus Gde, 2009: 61). Wanita yang mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keputihan adalah cairan putih yang keluar dari liang senggama secara berlebihan. Keputihan dapat dibedakan dalam beberapa jenis diantaranya keputihan normal (fisiologis)

Lebih terperinci

PERILAKU PERSONAL HYGIENE REMAJA PUTERI PADA SAAT MENSTRUASI PERSONAL HYGIENE BEHAVIOR FEMALE TEENAGER WHEN TO MENSTRUATING

PERILAKU PERSONAL HYGIENE REMAJA PUTERI PADA SAAT MENSTRUASI PERSONAL HYGIENE BEHAVIOR FEMALE TEENAGER WHEN TO MENSTRUATING Perilaku Personal Hygiene Remaja Puteri pada Saat Menstruasi PERILAKU PERSONAL HYGIENE REMAJA PUTERI PADA SAAT MENSTRUASI PERSONAL HYGIENE BEHAVIOR FEMALE TEENAGER WHEN TO MENSTRUATING STIKES RS. Baptis

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total

BAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total BAB V PEMBAHASAN A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan Dalam penelitian ini, peneliti membagi responden menjadi 2 bagian yang sama dalam hal lama penggunaan KB IUD. Lama penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari. bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari. bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai kematangan. Fase remaja merupakan

Lebih terperinci

PLAN OF ACTION (Oktober 2016 Juli 2017)

PLAN OF ACTION (Oktober 2016 Juli 2017) Lampiran 1 Nama : Ade Ulfi Dyah Anggraeni NIM : 1401100017 No Kegiatan Penelitian 1. Tahap Persiapan a. Perencanaan Judul b. Penyusunan Propsal c. Konsultasi Proposal d. Perbaikan Proposal e. Penyusunan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI Annysa Yanitama, Iwan Permana, Dewi Hanifah Abstrak Salah satu masalah remaja adalah masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada saluran reproduksi (Romauli&Vindari, 2012). Beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada saluran reproduksi (Romauli&Vindari, 2012). Beberapa masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan alat-alat reproduksi berperan penting dalam menunjang terlaksananya fungsi reproduksi yang optimal pada wanita. Dengan alat reproduksi yang sehat, wanita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Nasional pada hakekatnya bertujuan untuk menumbuhkan sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka meningkatkan kualitas sumber

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN CARA PENCEGAHAN FLOUR ALBUS

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN CARA PENCEGAHAN FLOUR ALBUS HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN CARA PENCEGAHAN FLOUR ALBUS DI SMK AHMAD YANI GURAH KEDIRI Susi Erna Wati, S.Kep.,Ns.M.Kes Prodi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UN PGRI Kediri susierna@unpkediri.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. & Wartonah, 2006). Pengertian lain personal hygiene menurut Departemen

BAB I PENDAHULUAN. & Wartonah, 2006). Pengertian lain personal hygiene menurut Departemen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Personal hygiene atau kebersihan diri berasal dari bahasa Yunani yakni suatu tindakan dalam menjaga kebersihan dan kesehatan individu dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU HYGIENE ORGAN REPRODUKSI DENGAN KEJADIAN ABNORMAL FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI DI SMP N 17 SURAKARTA

HUBUNGAN PERILAKU HYGIENE ORGAN REPRODUKSI DENGAN KEJADIAN ABNORMAL FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI DI SMP N 17 SURAKARTA HUBUNGAN PERILAKU HYGIENE ORGAN REPRODUKSI DENGAN KEJADIAN ABNORMAL FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI DI SMP N 17 SURAKARTA Anindhita Yudha Cahyaningtyas* *Dosen Prodi D3 Kebidanan STIKes Mitra Husada Karanganyar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanakkanak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanakkanak ke masa dewasa. Namun jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertama (1 kegagalan dalam kehamilan). Meskipun alat kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. pertama (1 kegagalan dalam kehamilan). Meskipun alat kontrasepsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Metode kontrasepsi jangka panjang IUD (Intra Uterine Device) atau AKDR (Alat kontrasepsi Dalam Rahim) merupakan salah satu jenis alat kontrasepsi yang sangat populer

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP PERILAKU PERSONAL HYGIENE (GENITALIA) REMAJA PUTRI DALAM MENCEGAH KEPUTIHAN

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP PERILAKU PERSONAL HYGIENE (GENITALIA) REMAJA PUTRI DALAM MENCEGAH KEPUTIHAN EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP PERILAKU PERSONAL HYGIENE (GENITALIA) REMAJA PUTRI DALAM MENCEGAH KEPUTIHAN Yessy Yulistasari 1, Ari Pristiana Dewi 2, Jumaini 3

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN LEUKOREA PADA REMAJA PUTRI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN LEUKOREA PADA REMAJA PUTRI HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN LEUKOREA PADA REMAJA PUTRI Mimatun Nasihah* dan Sofia Nihayati** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan

Lebih terperinci

PENGARUH PENYULUHAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP PERSEPSI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENETALIA PADA SISWI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA

PENGARUH PENYULUHAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP PERSEPSI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENETALIA PADA SISWI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA PENGARUH PENYULUHAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP PERSEPSI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENETALIA PADA SISWI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Wiwin Widia Astuti 201510104060 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian tentang kesehatan reproduksi menunjukkan bahwa 75% wanita di dunia pasti mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya dapat mengalami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sisten reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya, guna mencapai kesejahteraan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sisten reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya, guna mencapai kesejahteraan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi ialah keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, tetapi dalam segala

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU EKSTERNAL DOUCHING DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA IBU RUMAH TANGGA DI DESA CATUR TUNGGAL DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN PERILAKU EKSTERNAL DOUCHING DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA IBU RUMAH TANGGA DI DESA CATUR TUNGGAL DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA HUBUNGAN PERILAKU EKSTERNAL DOUCHING DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA IBU RUMAH TANGGA DI DESA CATUR TUNGGAL DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai GelarSarjanaSains

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA SEBELUM DAN SETELAH DILAKUKAN PENYULUHAN TENTANG ABORSI DI SMPN 1 MULAWARMAN BANJARMASIN ABSTRAK

PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA SEBELUM DAN SETELAH DILAKUKAN PENYULUHAN TENTANG ABORSI DI SMPN 1 MULAWARMAN BANJARMASIN ABSTRAK PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA SEBELUM DAN SETELAH DILAKUKAN PENYULUHAN TENTANG ABORSI DI SMPN 1 MULAWARMAN BANJARMASIN 1 AKBID Sari Mulia Banjarmasin 2 STIKES Sari Mulia Banjarmasin *E-mail : Citramustika28@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artinya berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Masa. menjalani proses terjadi pertumbuhan dan perkembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artinya berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Masa. menjalani proses terjadi pertumbuhan dan perkembangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Kata remaja berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Masa remaja juga sering disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama kesehatan reproduksi (Wulandari, 2012). 2003). Remaja dalam menghadapi kehidupan sehari-hari tidak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. terutama kesehatan reproduksi (Wulandari, 2012). 2003). Remaja dalam menghadapi kehidupan sehari-hari tidak lepas dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa yang paling kritis bagi perkembangannya dan mendapatkan kendala. Pada masa remaja kendala utama yang dihadapi adalah perubahan yang sangat

Lebih terperinci

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Saya sebagai mahasiswa program studi keperawatan Universitas

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Saya sebagai mahasiswa program studi keperawatan Universitas Lampiran 1 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth. Calon Responden Penelitian Ditempat Dengan hormat, Saya sebagai mahasiswa program studi keperawatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo, menyatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemahaman masyarakat tentang seksualitas masih amat kurang sampai saat ini. Kurangnya pemahaman ini amat jelas yaitu dengan adanya berbagai ketidaktahuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebersihan pada saat menstruasi adalah cara yang sangat penting bagi wanita untuk memelihara tingkat kebersihan selama menstruasi. Kebiasaan menjaga kebersihan, termasuk

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENELITIAN. Kerangka konsep dalam penelitian ini menjelaskan hubungan antar

BAB III KERANGKA PENELITIAN. Kerangka konsep dalam penelitian ini menjelaskan hubungan antar BAB III KERANGKA PENELITIAN A. Kerangka Konsep Kerangka konsep dalam penelitian ini menjelaskan hubungan antar variabel-variabel yang akan diamati dan diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seorang remaja. Menstruasi merupakan indikator kematangan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seorang remaja. Menstruasi merupakan indikator kematangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menstruasi pertama (menarche) merupakan peristiwa penting dalam kehidupan seorang remaja. Menstruasi merupakan indikator kematangan seksual pada remaja putri. Usia rata-rata

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012 Intisari RITA PURNAMA SARI Mahasiswa STIKes U Budiyah Banda Aceh

Lebih terperinci

HUBUNGAN MASALAH KEBERSIHAN VULVA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN (FLOUR ALBUS) PADA SISWI SMA NEGERI 2 BANGKINANG TAHUN 2014

HUBUNGAN MASALAH KEBERSIHAN VULVA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN (FLOUR ALBUS) PADA SISWI SMA NEGERI 2 BANGKINANG TAHUN 2014 HUBUNGAN MASALAH KEBERSIHAN VULVA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN (FLOUR ALBUS) PADA SISWI SMA NEGERI 2 BANGKINANG TAHUN 2014 RIANI Dosen STIKes Tuanku Tambusai Riau ABSTRAK Timbulnya masalah kesehatan reproduksi

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Saya Mahasiswa Universitas Sari Mutiara Indonesia dengan Program Studi Ilmu

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Saya Mahasiswa Universitas Sari Mutiara Indonesia dengan Program Studi Ilmu Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Saya Mahasiswa Universitas Sari Mutiara Indonesia dengan Program Studi Ilmu Keperawatan akan melakukan penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dan proses reproduksi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dan proses reproduksi yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan Reproduksi remaja adalah suatu kondisi atau keadaan sehat secara menyeluruh baik kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal

Lebih terperinci

: Pendidikan Kesehatan, Pencegahan Keputihan, Perilaku, Remaja

: Pendidikan Kesehatan, Pencegahan Keputihan, Perilaku, Remaja PERBEDAAN PERILAKU SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENCEGAHAN KEPUTIHAN PADA SANTRI PUTRI DI PONDOK PESANTREN AL HUDA KABUPATEN KEBUMEN Yuli Ardiani Program Studi D IV Kebidanan

Lebih terperinci

Dinamika Kesehatan, Vol. 2 No. 2 Desember 2016 Herawati, et. al., Hubungan Pekerjaan & Vulva...

Dinamika Kesehatan, Vol. 2 No. 2 Desember 2016 Herawati, et. al., Hubungan Pekerjaan & Vulva... Dinamika Kesehatan, Vol. 2 No. 2 Desember 2016 Herawati, et. al., Hubungan Pekerjaan & Vulva... HUBUNGAN PEKERJAAN DAN VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI YANG MEMILIKI KETERBATASAN PENGLIHATAN TENTANG VULVA HYGIENE DI SLB-A YKAB SURAKARTA TAHUN 2015

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI YANG MEMILIKI KETERBATASAN PENGLIHATAN TENTANG VULVA HYGIENE DI SLB-A YKAB SURAKARTA TAHUN 2015 HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA PUTRI YANG MEMILIKI KETERBATASAN PENGLIHATAN TENTANG VULVA HYGIENE DI SLB-A YKAB SURAKARTA TAHUN 2015 Oleh 1) Katrina Anjarsari 2) Lilik Hanifah 2) Dosen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Partisipan Penelitian

BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Partisipan Penelitian BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Partisipan Penelitian 4.1.1. Lokasi Penelitian SMK Tarunatama merupakan sekolah dengan status swasta yang berada di bawah naungan Yayasan Sion Salatiga

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA TERHADAP PERSONAL HYGIENE (GENETALIA) SAAT MENSTRUASI DI SMAN 2 CIKARANG UTARA TAHUN 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA TERHADAP PERSONAL HYGIENE (GENETALIA) SAAT MENSTRUASI DI SMAN 2 CIKARANG UTARA TAHUN 2015 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU REMAJA TERHADAP PERSONAL HYGIENE (GENETALIA) SAAT MENSTRUASI DI SMAN 2 CIKARANG UTARA TAHUN 2015 Oom Komalassari ABSTRAK Menstruasi adalah pengeluaran darah

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Kelas X Tentang Flour Albus Dengan

Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Kelas X Tentang Flour Albus Dengan Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Kelas X Tentang Flour Albus Dengan Pelaksanaan Vulva Hygiene Di SMK PGRI 1 Sukabumi Wilayah Kerja Puskesma Tipar Kota Sukabumi Susilawati; Andestia susi0580@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menstruasi merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, terjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menstruasi merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menstruasi merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, terjadi perubahan-perubahan siklik dari alat kandungannya sebagai persiapan untuk kehamilan. Pada masa remaja

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA MUHAMMADIYAH 5 YOGYAKARTA

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA MUHAMMADIYAH 5 YOGYAKARTA HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA MUHAMMADIYAH 5 YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Anita Ramayanti 201510104292 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA

Lebih terperinci

Risna Triyani dan Ardiani S. Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK

Risna Triyani dan Ardiani S. Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali   ABSTRAK HUBUNGAN PEMAKAIAN PEMBERSIH VAGINA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI Risna Triyani dan Ardiani S. Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali Email : Ardiani.sulistiani@yahoo.com ABSTRAK Salah satu

Lebih terperinci

Gambaran Perilaku Hygiene Menstruasi pada Siswi SMKN 8 Kota Bekasi

Gambaran Perilaku Hygiene Menstruasi pada Siswi SMKN 8 Kota Bekasi 35 Gambaran Perilaku Hygiene Menstruasi pada Siswi SMKN 8 Kota Bekasi Noor Latifah A Program Studi Kesehatan Masyrakat Fakultas Kedokteran dan kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta Abstrak Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan masalah yang penting untuk mendapatkan perhatian terutama dikalangan remaja. Masa remaja diwarnai oleh pertumbuhan, perubahan, munculnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut dengan masa pubertas. Masa

BAB I PENDAHULUAN. pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut dengan masa pubertas. Masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Depkes RI (2003) masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi, dan psikis. Pada masa remaja terjadi pematangan organ

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEBERSIHAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SISWI SMA KELAS XI IPA DI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEBERSIHAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SISWI SMA KELAS XI IPA DI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEBERSIHAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SISWI SMA KELAS XI IPA DI SMA NEGERI 1 TAWANGSARI Oleh : Ratna Indriati 1 Endang Dwi Ningsih 2 Eni Novita Sari 3

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEKERJAAN DAN VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

HUBUNGAN PEKERJAAN DAN VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN HUBUNGAN PEKERJAAN DAN VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN Husnul Khatimah 1, Dede Mahdiyah 1, Anita Herawati 1 1 AKBID Sari Mulia Banjarmasin *Korespondensi

Lebih terperinci

Perilaku Vulva Hygiene Berhubungan dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri Kelas XII SMA GAMA 3 Maret Yogyakarta

Perilaku Vulva Hygiene Berhubungan dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri Kelas XII SMA GAMA 3 Maret Yogyakarta Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia JOURNAL NERS AND MIDWIFERY INDONESIA Perilaku Vulva Hygiene Berhubungan dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri Kelas XII SMA GAMA 3 Maret Yogyakarta Ana Fatkhuli

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN (FLUOR ALBUS) PADA REMAJA PUTRI Nurlaila*, Mardiana Z* *Dosen Jurusan Kebidanan Tanjungkarang Fluor albus dapat menimbulkan

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI TUNAGRAHITA DI SLB N 2 YOGYAKARTA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI TUNAGRAHITA DI SLB N 2 YOGYAKARTA PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI TUNAGRAHITA DI SLB N 2 YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : NANIK TRY KUSUMA WARDANI 201210201121 PROGRAM

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERSONAL HYGIENE

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERSONAL HYGIENE HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERSONAL HYGIENE DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMA NEGERI 1 PAJANGAN BANTUL NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Ratna Devi Astuti

Lebih terperinci

TINDAKAN PERSONAL HYGINE (VULVA HYGINE) SAAT MENSTRUASI PADA SISWI SMP MUHAMMADIYAH X SURABAYA. Supatmi 1), Asta Adyani 2)

TINDAKAN PERSONAL HYGINE (VULVA HYGINE) SAAT MENSTRUASI PADA SISWI SMP MUHAMMADIYAH X SURABAYA. Supatmi 1), Asta Adyani 2) TINDAKAN PERSONAL HYGINE (VULVA HYGINE) SAAT MENSTRUASI PADA SISWI SMP MUHAMMADIYAH X SURABAYA Supatmi 1), Asta Adyani 2) 1 Fakultas IlmuKesehatan, Universitas Muhammadiyah Surabaya email: supatmioppi@gmail.com

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN IBU DENGAN PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 1 PLERET BANTUL YOGYAKARTA

HUBUNGAN PERAN IBU DENGAN PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 1 PLERET BANTUL YOGYAKARTA HUBUNGAN PERAN IBU DENGAN PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 1 PLERET BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

PERILAKU SANTRI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENITAL EKSTERNA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN

PERILAKU SANTRI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENITAL EKSTERNA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PERILAKU SANTRI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENITAL EKSTERNA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN SANTRI S BEHAVIOR MAINTAINING HYGIENE OF EXTERNAL GENITAL ORGANS WITH VAGINAL DISCHARGE CASES Azizatul Hamidiyah 1*),

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMP MUHAMMADIYAH 5 YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMP MUHAMMADIYAH 5 YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMP MUHAMMADIYAH 5 YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Nita Rahman 201310104343 PROGRAM STUDI BIDAN

Lebih terperinci

Kata kunci : Pengetahuan, remaja puteri, kebersihan, genetalia eksterna PENDAHULUAN

Kata kunci : Pengetahuan, remaja puteri, kebersihan, genetalia eksterna PENDAHULUAN PENGETAHUAN REMAJA PUTERI TENTANG KEBERSIHAN GENETALIA EKSTERNA Noorhidayah 1, Melliya Pitriyadi, Desilestia Dwi Salmarini 1 1 AKBID Sari Mulia Banjarmasin E-mail:pitriyadimelliya@yahoo.co.id ISSN : 2086-3454

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua

Lebih terperinci

Fristia Hidayat b023 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran Progran Studi Diploma IV Kebidanan

Fristia Hidayat b023 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran Progran Studi Diploma IV Kebidanan PENGARUH PEMBERIAN KIE (KOMUNIKASI, INFORMASI, EDUKASI) TENTANG EMESIS GRAVIDARUM TERHADAP SIKAP DALAM PENANGANAN EMESIS GRAVIDARUM PADA IBU HAMIL TRIMESTER I DI KELURAHAN NGEMPON KECAMATAN BERGAS KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selaput dinding perut atau peritonitis ( Manuaba, 2009). salah satunya adalah Keputihan Leukorea (Manuaba, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. selaput dinding perut atau peritonitis ( Manuaba, 2009). salah satunya adalah Keputihan Leukorea (Manuaba, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Wanita rentan dengan gangguan reproduksi karena organ reproduksi wanita berhubungan langsung dengan dunia luar melalui liang senggama, rongga ruang rahim, saluran telur

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEBERSIHAN GENETALIA REMAJA PUTRI UNTUK MENCEGAH KEJADIAN FLOUR ALBUS DI SMA DALAM MUHAMMADIYAH KALIREJO LAMPUNG TENGAH

UPAYA MENINGKATKAN KEBERSIHAN GENETALIA REMAJA PUTRI UNTUK MENCEGAH KEJADIAN FLOUR ALBUS DI SMA DALAM MUHAMMADIYAH KALIREJO LAMPUNG TENGAH UPAYA MENINGKATKAN KEBERSIHAN GENETALIA REMAJA PUTRI UNTUK MENCEGAH KEJADIAN FLOUR ALBUS DI SMA DALAM MUHAMMADIYAH KALIREJO LAMPUNG TENGAH Desi Ari Madi Yanti, Apri Sulistianingsih, Evi Karani arimadiyantidesi@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii ABSTRAC... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata kunci : penyuluhan kesehatan, perilaku personal hygiene, menstruasi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata kunci : penyuluhan kesehatan, perilaku personal hygiene, menstruasi PERBEDAAN SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU PERSONAL HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA PELAJAR PUTRI DI SMP NEGERI 14 KOTA MANADO Novira Emanuela Bontong*, Sulaemana Engkeng*, Afnal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar masyarakat, oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menjaga kesehatannya. Dalam usaha menjaga kesehatan, seseorang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan sistem reproduksi termasuk kebersihan daerah genetalia, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan sistem reproduksi termasuk kebersihan daerah genetalia, khususnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Masa remaja merupakan masa seorang remaja harus memperhatikan kesehatan sistem reproduksi termasuk kebersihan daerah genetalia, khususnya bagi remaja putri.

Lebih terperinci