II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut sistem Binomial, bangsa kelinci diklasifikasikan sebagai berikut:
|
|
- Inge Darmali
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 59 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ternak Kelinci Menurut sistem Binomial, bangsa kelinci diklasifikasikan sebagai berikut: Ordo Famili Sub famili Genus Spesies : Lagomorpha : Leporidae : Leporine : Lepus, Orictolagus : Lepus spp., Orictolagus spp Jenis yang umum diternakkan adalah American Chinchilla, Angora, Belgian, Californian, Dutch, English Spot, Flemish, Giant, Havana, Himalayan, New Zealand Red, White dan Black Rex Amerika. Kelinci lokal yang ada sebenarnya berasal dari Eropa yang telah bercampur dengan jenis lain hingga sulit dikenali lagi(yunus, 2011). Tujuan pemeliharaan kelinci di Indonesia cukup beragam, mulai dari sebagai kelinci hias, kelinci penghasil bulu, dan kelinci penghasil daging. Kelinci hias adalah jenis kelinci yang di pelihara sebagai hewan kesayangan (pet) yang didasarkan pada bentuk dan ukuran tubuh kecil, lucu serta berbulu indah, tebal, dan lembut. Bangsa kelinci hias antara lain Angora, Lops, Yersey Woolies, Lions, Fuzzy, dan Mini Rex. Tujuan pemeliharaan kelinci yang kedua adalah penghasil kulit dan bulu. Kriteria kelinci ini adalah memiliki kulit-bulu yang eksotis dan indah, menarik, serta bernilai tinggi sehingga potensial untuk diekspor dengan mutu fisik kulit tinggi. Kulit dan bulu ini pada umumnya dimanfaatkan sebagai bahan baku kerajinan, interior mobil, boneka, tas, dan jaket. Contoh kelinci
2 60 penghasil kulit bulu adalah Rex dan Satin. Sementara kelinci pedaging memiliki kriteria persentase karkas 50-60%, bobot badan harus mencapai 2 kg pada umur 8 minggu, dan memiliki laju pertumbuhan tinggi, sekitar 40gr/ekor/hari. Beberapa jenis kelinci pedaging antara lain, Flemish Giant, New Zealand White, Flameusreus, Satin, Rex, Rexsa, Hybrid Flemish dengan lokal dan Tan(Masanto dan Agus, 2010). Seekor kelinci bisa menghasilkan daging 50-60% per kg berat badan. Jika dibandingkan dengan daging ayam, daging sapi, daging domba dan daging babi, daging kelinci mengandung lemak dan kolesterol jauh lebih rendah tapi proteinnya lebih tinggi. Kandungan lemak kelinci hanya sebesar 8%, sedangkan daging ayam 12%, daging sapi 24%, daging domba 14%, dan daging babi 21%. Kadar kolesterol daging kelinci sekitar 164 mg/100 gr, sedangkan daging ayam, daging sapi, domba dan babi berkisar mg/100g daging. Kandungan protein daging kelinci mencapai 21% sementara ternak lain hanya 17-20%. Berdasarkan kandungan protein, lemak, dan kolesterol, daging kelinci sangat baik untuk dikonsumsi sebagai daging yang sehat dan semakin luas diterima pasar. Selain diolah menjadi sate beberapa pengusaha membuat variasi produk berbahan dasar daging kelinci seperti abon, bakso, burger, dendeng, gulai, kornet, nugget, sate dan sosis. Tujuan dari diferensiasi produk tersebut agar dapat dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat. Harga produk olahan berbahan dasar kelinci memang lebih mahal dari pada produk lainnya (misalnya nugget ayam). Harga nugget kelinci bisa menembus angka Rp per kg. Meskipun dibandrol lebih mahal, respon konsumen sejauh ini cukup lumayan (Masanto dan Agus, 2010).
3 61 Kelinci dapat melahirkan 4-10 kali setahun karena masa hamilnya relatif pendek, yakni hari, rata-rata 31 hari. Sekali melahirkan jumlah anak mencapai 4-12 ekor, rata-rata 6-8 ekor. Umur kelinci juga cukup panjang. Induk betina mampu berproduksi sampai umur enam tahun dengan puncak produksi sekitar umur tiga tahun. Jika dikelola dengan baik sampai umur lima tahun kelinci bisa berproduksi cukup baik. Untuk mempertahankan keturunan yang lebih baik dan mempertahankan sifat yang spesifik, perlu dilakukan pemuliaan pada kelinci. Program pemuliaan tersebut salah satunya bisa dilakukan dengan persilangan. Program persilangan yang dapat dilakukan ada tiga cara, yaitu cross breeding, in breeding, dan pure line breeding. Cross breeding merupakan sistem pembibitan dengan kawin silang atau crossing antara induk jantan dan induk betina yang tidak memiliki hubungan darah. Tujuan nya untuk mendapatkan keturunan lebih baik dan menambah sifat-sifat unggul dari kedua induknya. In breeding merupakan sistem pembibitan dengan mengawinkan induk jantan dan induk betina yang masih mempunyai hubungan darah dekat. Misalnya, mengawinkan ayah dengan anak, ibu dengan anak, saudara sekandung, dan kakek atau nenek dengan cucu. Meskipun menghasilkan keturunan yang lebih jelek dari bapak ibunya, tetapi kondisi satu atau dua anakanaknya akan bagus, melebihi kedua tetuanya. Tujuannya adalah untuk mempertahankan dan menonjolkan sifat spesifik, misalnya kualitas bulu dan proporsi daging. Pure line breeding (silang antara bibit murni) merupakan modifikasi dari in breeding, tetapi kelinci yang dikawinkan diatur agar hubungan darahnya tidak terlalu dekat. Tujuannya untuk mendapatkan bangsa atau jenis
4 62 kelinci baru yang diharapkan memiliki penampilan bagus yang merupakan perpaduan keunggulan dari kedua tetuanya. Kelinci merupakan ternak yang memiliki kemampuan biologis tinggi, selang beranak pendek mampu beranak banyak, serta dapat hidup dan berkembangbiak dari limbah pertanian dan hijauan. Hijauan dan limbah pertanian tertentu yang tersedia didaerah merupakan potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan kelinci(masanto dan Agus, 2010). Sastrodihardjo et al. (1992) mengatakan bahwa beberapa kendala pengembangan kelinci antara lain: 1) daging kelinci belum memasyarakat, 2) harga dagingnya belum terjangkau oleh daya beli masyarakat, 3) kurang gencarnya promosi tentang perlunya masyarakat mengkonsumsi daging kelinci. Kendala non teknis diduga lebih kuat pada pengembangan kelinci bagaimana diutarakan oleh Sartika et al. (1998) yang mengatakan ditinjau dari segi preferensi sebetulnya daging kelinci tidak mengalami kendala yang serius, namun kendala mengkonsumsi daging kelinci diduga dari segi psikologis yang mengungkapkan adanya rasa sayang, atau kasihan dalam pemotongannya maupun dalam hal memakannya. Akan tetapi permasalahan harga jual yang tinggi dapat diatasi dengan melakukan diferensiasi produk seperti yang diungkapkan oleh Masanto dan Agus (2010) bahwa Selain diolah menjadi sate beberapa pengusaha membuat variasi produk berbahan dasar daging kelinci seperti abon, bakso, burger, dendeng, gulai, kornet, nugget, sate dan sosis. Tujuan dari diferensiasi produk tersebut agar dapat dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat.
5 63 Dwiyanto et al. (1985) mengatakan bahwa budidaya ternak yang dilakukan masyarakat masih perlu ditingkatkan melalui perbaikan tata laksana pemeliharaan. Oleh karena itu diperlukan langkah konkrit untuk memperkecil atau meniadakannya melalui penyuluhan budidaya dan pemahaman terhadap nilai kemanfaatan kelinci bagi kebutuhan gizi masyarakat. Perlu dipertimbangkan terhadap pengadaan tempat pemotongan yang dilokalisir sehingga perasaan kasihan bagi peternak dapat dihindari. Dilain pihak dengan adanya tempat pemotongan khusus ternak kelinci akan mempermudah pengumpulan kulit dan bulunya. 2.2 Landasan Teori Sebuah usahatani adalah sebagian dari permukaan bumi dimana seorang petani, sebuah keluarga tani atau badan usaha lainnya bercocok tanam atau memelihara ternak. Usahatani pada dasarnya adalah sebidang tanah (Mosher, 1987). Untuk menghasilkan produksi (output) diperlukan bantuan kerjasama beberapa faktor produksi sekaligus. Masalah ekonomi yang di hadapi adalah bagaimana petani dapat mengkombinasikan faktor-faktor produksi tersebut agar tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya baik secara fisik maupun secara ekonomis (Mubyarto, 1994). Hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk atau output. Produk atau produksi dalam bidang pertanian atau lainnya dapat bervariasi, antara lain karena disebabkan karena perbedaan kualitas. Hal ini dimengerti karena kualitas yang baik dihasilkan oleh proses produksi yang dilaksanakan dengan baik dan begitu juga sebaliknya kualitas produksi kurang baik bila usahatani tersebut dilaksanakan dengan kurang baik (Soekartawi, 1995).
6 64 Dalam ilmu ekonomi mikro dikenal dengan apa yang disebut fungsi produksi yaitu suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik atau output dengan faktor produksi atau input. Dalam bentuk matematika sederhana, fungsi produksi dapat ditullis sebagai berikut: Dimana : Q = F (K, L, R, T) Q = jumlah produksi K = modal L = tenaga kerja R = Sumberdaya Alam/tanah T= teknologi (Sukirno, 1994). Fungsi produksi yang sering digunakan dalam penelitian empiris adalah fungsi produksi Cobb Douglass. Fungsi ini dinyatakan sebagai berikut: Q = AL α K β Dimana: Q adalah output (produksi), sedangkan L dan K masing-masing adalah tenaga kerja dan modal. α (alpha) dan β (betha) adalah parameter-parameter positif yang lainnya yang ditentukan oleh data. Semakin besar nilai α, barang teknologi semakin maju, parameter α mengukur persentase kenaikan Q akibat adanya kenaikan satu persen sementara K dipertahankan konstan (ceteris paribus). Demikian pula β mengukur persentase kenaikan Q akibat adanya kenaikan satu persen K sementara L dipertahankan konstan. Jadi α dan β masing-masing adalah elastisitas output daru L dan K (Salvatore, 1990). Untuk melihat seberapa besar pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produksi dalam fungsi Cobb Douglass yang telah diuraikan diatas dalam bentuk linier
7 65 ditransformasikan ke sistem bilangan logaritma, swering digunakan nilai koefisien regresi dalam persamaan fungsi produksi Cobb Douglass Y = f (Xi), yang mana secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: Y = a + bi Xi, Turunan pertama nilai (Y) terhadap nilai (X) adalah: δy / δxi = bi ; diintegralkan menjadi, Y = bi δxi Y = bixi + C ; dimana C = Konstanta (intercept) Maka dari hasil perhitungan integral persamaan diatas, dapat dikatakan bahwa berapapun pertambahan nilai (X), akan dapat berpengaruh terhadap nilai Y, sebesar pertambahan persentase nilai (bi). Maka sesuai dengan pengertian nilai koefisien elastisitas yaitu mengukur persentase perubahan jumlah produksi persatuan Xi yang diakibatkan oleh persentase perubahan faktor produksi tertentu yang digunakan. Usahatani dalam operasinya bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan serta dana untuk kegiatan di luar usahatani. Untuk memperoleh tingkat pendapatan yang diinginkan maka petani seharusnya mempertimbangkan harga jual dari produksinya. Melakukan perhitungan terhadap semua unsur biaya dan selanjutnya menentukan harga pokok hasil usahataninya, keadaan ini tidak dapat dilakukan oleh petani, akibatnya efektivitas usahatani menjadi rendah. Volume produksi, produktivitas serta harga yang diharapkan jauh di luar harapan yang dikhayalkan (Fhadoli, 1991). Biaya produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktorfaktor produksi yang akan digunakan untuk menghasilkan barang-barang produksi
8 66 yang dijual. Biaya produksi dapat dibagi menjadi dua, yaitu : biaya tetap (FC) dan biaya variabel (VC). Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak tergantung dari banyak sedikitnya jumlah output, sedangkan biaya variabel adalah biaya yang besarnya berubah-ubah tergantung dari banyak sedikitnya output yang dihasilkan. Biaya tetap dan biaya variabel ini jika dijumlahkan hasilnya merupakan biaya total (TC) yang merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produksi. Jadi, TC = TFC + TVC (Nuraini, 2001). Biaya adalah semua pengeluaran yang dinyatakan dengan uang yang diperlukan untuk menghasilkan sesuatu produk dalam satu periode produksi. Nilai biaya dinyatakan dengan uang. Yang termasuk dalam biaya adalah: 1) Sarana produksi yang habis terpakai, seperti bibit, obat-obatan, pakan, bahan bakar. 2) Lahan seperti sewa lahan baik berupa uang, natura, pajak, iuran. 3) Biaya dari alat-alat produksi tahan lama, yaitu seperti bangunan, alat perkakas yang berupa penyusutan. 4) Tenaga kerja dari petani itu sendiri dan anggota keluarganya, tenaga kerja tetap atau tenaga bergaji tetap. 5) Biaya-biaya lain (Prawirokusuma, 1990). Keuntungan adalah selisih antara total penerimaan (TR) dan total biaya (TC). Tujuan ini dapat diformulasikan sebagai berikut : π = pq c (q). Keuntungan juga merupakan insentif bagi produsen untuk melakukan proses produksi. Keuntungan inilah yang mengarahkan produsen untuk mengalokasikan sumber daya ke proses produksi tertentu. Produsen bertujuan untuk memaksimumkan keuntungan dengan kendala yang dihadapi (Sunaryo, 2001). Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
9 67 Yaitu : TR 1 = Y 1. Py 1 TR 1 = Total Penerimaan Y 1 = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Py 1 = Harga y. Sedangkan pendapatan usahatani diperoleh dengan cara mengurangi keseluruhan penerimaan dan biaya.rumus yang digunakan untuk mencari pendapatan usahatani, adalah : Dimana : Pd = TR TC Pd TR TC = Pendapatan usahatani = Total Penerimaan = Total Biaya (Soekartawi, 2002). Untuk dapat meningkatkan pendapatan sangat tergantung pada cepat tidaknya mengadopsi inovasi tergantung dari faktor ekstern dan faktor intern itu sendiri, yaitu faktor ekonomi dan sosial. Faktor ekonomi itu diantaranya jumlah tanggungan keluarga, luas lahan yang dimiliki dan ada tidaknya usahatani yang dimilikinya. Sedangkan faktor sosial diantaranya umur, tingkat pendidikan dan pengalaman bertani (Soekartawi, 1989). Untuk mengetahui kelayakan usaha ternak kelinci ini dianalisis dengan metode analisis R/C, Analisis R/C ini membandingkan nilai penerimaan (Revenue) dengan total biaya, yaitu dengan kriteria, bila R/C > 1, maka usahatani layak bila R/C = 1 maka usahatani berada pada titik impas dan bila nilai R/C < 1 maka usahatani tidak layak (Soekartawi, 1995).
10 68 Menurut Suratiyah (2006) Break Event Poin (BEP) adalah suatu kondisi yang menggambarkan bahwa hasil usaha yang diperoleh sama dengan modal yang dikeluarkan. Dalam kondisi ini, usaha yang dilakukan tidak menghasilkan keuntungan tetapi tidak mengalami kerugian. a. BEP Volume Produksi menggambarkan produksi minimal yang harus dihasilkan agar usaha tidak mengalami kerugian BEP = TTTTTTTTTT BBBBBBBBBB PPPPPPPPPPPPPPPP HHHHHHHHHH dddd TTTTTTTTTTTTTT PPPPPPPPPPPP b. BEP harga produksi menggambarkan harga terendah dari produk yang dihasilkan. Apabila harga ditingkat petani lebih rendah dari harga BEP, maka usaha akan mengalami kerugian. TTTTTTTTTT BBBBBBBBBB PPPPPPPPPPPPPPPP BEP = TTTTTTTTTT PPPPPPPPPPPPPPPP Kriteria uji : titik impas yang melampaui apabila nilai masing-masing variabel lebih tinggi dari perhitungan BEP ( Break Even Point ). ROI ( Return Of Investment ) adalah analisis untuk mengetahui keuntungan usaha, berkaitan dengan modal yang dikeluarkan. Besar kecilnya nilai ROI ditentukan oleh keuntungan yang dicapai dan perputaran modal. ROI (Return of Investment) digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi penggunaan modal yang diinvestasikan dalam usaha. Hasil ROI yang tinggi (>1) menunjukkan bahwa usahatani sangat efisien ( Cahyono, 2006). ROI =Keuntungan x 100% Modal Produktivitas tenaga kerja yaitu perbandingan antara penerimaan dengan total tenaga kerja yang dicurahkan per usahatani dengan satuan Rp/HKO.
11 69 Produktivitas tenaga kerja = Penerimaan Total tenaga kerja yang dicurahkan Dalam perhitungan curahan tenaga kerja maka digunakan standar perhitungan berdasarkan umur tenaga kerja dengan standar konversi sebagai berikut: 1. Tenaga anak-anak (1-14 tahun) : laki-laki = 0,5 HKP, wanita 0,4 HKP 2. Tenaga laki-laki dewasa 15 tahun = 1 HKP 3. Tenaga wanita dewasa 15 tahun = 0,8 HKP Standar konversi tersebut berlaku dengan jumlah jam kerja yang sama dalam satu hari kerja yakni 7 jam efektif dengan rincian: Jam kerja (4 jam) Jam istirahat / makan siang (2 jam) Jam kerja (3 jam) Untuk menghitung curahan tenaga kerja dari setiap individu/anggota keluarga yang bekerja pada usahatani dengan usia dan jenis kelamin tertentu harus melihat jumlah jam kerja dikalikan standar men equivalen (Me)/HKP (Hari Kerja setara Pria) seperti yang telah disebutkan diatas ( Butar-butar, 2010). Pemasaran didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. Pemasaran merupakan kegiatan produktif karena menciptakan kegunaan (utility) baik kegunaan bentuk, tempat maupun milik. Sistem pemasaran hasil pertanian adalah suatu kompleks sistem dalam berbagai subsistem yang berinteraksi satu sama lain dan dengan berbagai lingkungan pemasaran. Dengan demikian, lima subsistem yaitu sektor produksi, saluran pemasaran, sektor konsumsi, aliran (flow), dan fungsional berinteraksi satu sama lain dalam subsistem keenam yaitu lingkungan (Anonimous, 2008).
12 70 Sistem pemasaran pertanian merupakan suatu kesatuan dari lembaga pemasaran. Tugasnya melakukan fungsi-fungsi pemasaran untuk memperlancar aliran produk pertanian dari produsen awal ke konsumen akhir. Begitu pula sebaliknya memperlancar aliran uang. Nilai produk yang tercipta oleh kegiatan produktif yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran (Gembira dan Harizt, 2001). Saluran pemasaran / saluran distribusi terdiri dari seperangkat lembaga yang melakukan semua kegiatan dan fungsi yang digunakan untuk produksi dan status kepemilikannya dari produsen ke konsumen. Saluran pemasaran selalu terdiri dari produsen ke konsumen akhir, termasuk didalamnya para pialang yang terlibat dalam pemindahan produk ke konsumen. Para pialang dan agen juga merupakan bagian dari saluran distribusi meskipun mereka tidak memiliki hak atas barang. Hal ini biasanya terjadi karena memainkan peran yang aktif dalam pemindahan hak kepemilikan (Kotler, 1995). Biaya tataniaga terbentuk sebagai konsekuensi logis dari pelaksanaan fungsifungsi tataniaga. Komponen biaya tataniaga terdiri dari semua jenis pengeluaran yang dikorbankan oleh setiap middleman / lembaga tataniaga atas jasa modal dan jasa tenaganya dalam menjalankan aktifitas pemasaran tersebut. Setelah dikelompokkan menurut harga beli dan harga jual, biaya-biaya pemasaran menurut fungsi tataniaga dan margin keuntungan dari tiap lembaga maka disebut juga price spread. Bila angka-angka price spread dipersenkan terhadap harga beli konsumen maka akan diperoleh share margin. Biaya tataniaga yang tinggi akan membuat sistem tataniaga kurang/tidak efisien (UII dan Kohl, 1980). Dalam pemasaran komoditi pertanian seringkali dijumpai adanya rantai pemasaran yang panjang, sehingga banyak pelaku lembaga pemasaran yang
13 71 terlibat dalam rantai pemasaran tersebut. Akibatnya adalah terlalu besarnya keuntungan pemasaran (marketing margin) yang diambil oleh para pelaku pemasaran tersebut(soekartawi, 1993). Marketing margin adalah perbedaan harga yang diterima produsen dengan harga yang dibayar konsumen terakhir. Marketing margin terdiri dari berbagai macam ongkos dalam menyalurkan barang dari produsen ke konsumen. Jadi marketing margin itu terdiri dari berbagai margin seperti retail margin, yaitu selisih harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang dibayarkan si pengecer, profit margin merupakan besarnya keuntungan / balas jasa yang diterima oleh setiap middleman atau lembaga tataniga dan lain-lain. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa marketing margin sama dengan ongkos tataniaga (marketing cost) dan sama artinya dengan price spread dan sama dengan marketing change (Sihombing, 2010). 2.3 Kerangka Pemikiran Peternak adalah orang yang menjalankan dan mengusahakan serta mengelola hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan usaha tersebut. Usaha ternak yang diusahakan didaerah penelitian dalam hal ini adalah usaha ternak kelinci. Peternak dalam menjalankan usaha ternaknya selalu berusaha agar hasil produksi dari usaha ternaknya tinggi. Untuk mendapatkan produksi yang tinggi maka diperlukan fakor-faktor produksi yang dibutuhkan dalam usaha ternak kelinci. Faktor-faktor tersebut adalah bibit, tenaga kerja, obat-obatan, pakan serta alat-alat dan kandang selain modal dan lahan yang mana faktor-faktor inilah yang disebut sebagai komponen biaya dan biasanya masing-masing dipengaruhi oleh jumlah
14 72 input yang digunakan dan harga masing-masing input dan akhirnya mempengaruhi biaya produksi. Diantara faktor produksi tersebut perlu diketahui faktor manakah yang paling berpengaruh terhadap produktivitas ternak agar dikemudian hari peternak dapat meningkatkan efisiensi produksi sehingga keuntungan yang diperoleh menjadi optimal. Pemasaran merupakan suatu rangkaian kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen, melalui beberapa macam jalur pemasaran. Dengan melihat jalur pemasaran dan profit margin dari tiap middleman sampai pada konsumendalam suatu jalur pemasaran sehingga dapat diketahui selisih harga yang diterima produsen dan konsumen serta besarnya ongkos tataniaga dalam jalur pemasaran ternak kelinci tersebut. Peternak akan memperoleh penerimaan dari hasil produksi usaha ternaknya. Penerimaan usaha ternak adalah perkalian antara produksi yang dihasilkan dengan harga produk yang dijual pada saat itu yang dinilai dengan rupiah. Sedangkan pendapatan usaha ternak diperoleh dengan cara mengurangi keseluruhan penerimaan dengan biaya.
15 73 Secara sistematis kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar berikut: PETERNAK Komponen Biaya: - Kandang - Benih - Tenaga Kerja - Pakan - Obat-obatan USAHA TERNAK PRODUKSI Faktor-faktor produksi 1. Tenaga kerja 2. Input Produksi 3. Lahan PEMASARAN Efisiensi Pemasaran HARGA PENERIMAAN Biaya Produksi PENDAPATAN Layak Tidak Layak KETERANGAN: = Menyatakan hubungan = Menyatakan pengaruh Gambar 2.Skema Kerangka Pemikiran
16 Hipotesis Penelitian Adapun hipotesis penelitian adalah: 1. a. Produktivitas ternak kelinci di daerah penelitian masih tergolong rendah. b. Jumlah indukan, konsumsi pakan, obat-obatan dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi ternak kelinci di daerah penelitian. 2. Usaha ternak kelinci di daerah penelitian menguntungkan dan layak untuk diusahakan. 3. Pemasaran ternak kelinci di daerah penelitian belum efisien.
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Sistem pertanian polikultur didefinisikan sebagai sebuah metode pertanian yang memadukan lebih dari 4 jenis tanaman lokal bernilai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Alam Indonesia sangat kaya akan aneka tanaman yang cocok dibonsaikan. Bahan bonsai sebaiknya berupa
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal yang berdasar pada teori yang digunakan dalam penelitian. Penelitian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging nasional sekitar ton per tahun, namun belum
54 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan daging nasional sekitar 300.000 ton per tahun, namun belum sepenuhnya mampu dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Lebih dari 30% pemenuhan permintaan daging
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi merupakan suatu proses transformasi atau perubahan dari dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kambing sangat digemari oleh masyarakat untuk diternakkan karena ukuran tubuhnya yang tidak terlalu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran),
Lebih terperinciPEMANFAATAN DAN ANALISIS EKONOMI USAHA TERNAK KELINCI DI PEDESAAN
PEMANFAATAN DAN ANALISIS EKONOMI USAHA TERNAK KELINCI DI PEDESAAN BROTO WIBOWO, SUMANTO dan E. JUARINI Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002 ABSTRAK Pengembangan ternak kelinci sudah dimulai
Lebih terperinciTERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya
TERNAK KELINCI Peluang usaha ternak kelinci cukup menjanjikan karena kelinci termasuk hewan yang gampang dijinakkan, mudah beradaptasi dan cepat berkembangbiak. Secara umum terdapat dua kelompok kelinci,
Lebih terperinciANALISIS USAHA DAN PEMASARAN TERNAK KELINCI
ANALISIS USAHA DAN PEMASARAN TERNAK KELINCI (Studi Kasus : Desa Gundaling II dan Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo) Dendy Trifonius Adrianto Program studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan subsektor dari pertanian yang berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani. Kebutuhan masyarakat akan hasil ternak seperti daging,
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Perkembangan Kelinci 2.2 Klasifikasi dan Jenis-jenis Kelinci
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Perkembangan Kelinci Kelinci semula merupakan hewan liar yang sulit dijinakkan. Kelinci dijinakkan sejak 2000 tahun silam dengan tujuan keindahan, bahan pangan dan sebagai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pengelolaan usahatani pada hakikatnya akan dipengaruhi oleh prilaku petani yang mengusahakan. Perilaku
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Populasi Kambing Kambing sangat digemari oleh masyarakat untuk diternakkan karena ukuran tubuhnya yang tidak terlalu besar, perawatannya mudah, cepat berkembang biak, jumlah anak
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dengan kondisi agroekosistem suatu tempat. Di lingkungan-lingkungan yang paling
TINJAUAN PUSTAKA Kambing Etawa Kambing sangat digemari oleh masyarakat untuk diternakkan karena ukuran tubuhnya tidak terlalu besar, perawatannya mudah, cepat berkembang biak, jumlah anak perkelahiran
Lebih terperinciII TINJAUAN PUSTAKA. Usaha ternak kelinci peternakan memerlukan pendekatan untuk
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Aspek Strategi Pengembangan Usaha ternak kelinci peternakan memerlukan pendekatan untuk mengapresiasikan akan pentingnya peranan, ciri-ciri, sifat-sifat dan nilai ternak
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive method), yaitu di Kecamatan Duduksampeyan Kabupaten Gresik. Alasan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk
28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Sampai sekarang pengertian bibit masih sering dirancukan dengan pengertian benih (seed) dan tanaman induk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Peternakan adalah suatu kegiatan usaha untuk meningkatkan biotik berupa hewan ternak dengan cara meningkatkan produksi ternak yang bertujuan untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Di pasar internasional, harga ikan patin segar per kilogram adalah USD 1. Sementara itu, harga fillet ikan patin per kilogram mencapai USD 3.4. Kekurangan ikan
Lebih terperincidan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,
Lebih terperinciTINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN
TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN Prinsip-Prinsip Efisiensi Usahatani Usahatani ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia
TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka Sapi adalah hewan ternak terpenting dari jenis jenis hewan ternak yang dipelihara manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia lainnya.
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Pengertian Usahatani Rifai (1973) dalam Purba (1989) mendefinisikan usahatani sebagai pengorganisasian dari faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, modal dan manajemen,
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan,
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Penelitian ini mencakup fungsi produksi dan elastisitas,
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,
26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab
Lebih terperinciFINANCIAL ANALYSIS OF FATTENING CROSSING BOER (F1) LIVESTOCK COMPANY IN CV. AGRIRANCH KARANGPLOSO MALANG
FINANCIAL ANALYSIS OF FATTENING CROSSING BOER (F1) LIVESTOCK COMPANY IN CV. AGRIRANCH KARANGPLOSO MALANG Amam 1), Zaenal Fanani 2) and Umi Wisaptiningsih 2) 1) Student of Animal Husbandry Faculty, Brawijaya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Agribisnis Semakin bergemanya kata agribisnis ternyata belum diikuti dengan pemahaman yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan pada subsistem budidaya (on farm) di Indonesia
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Pembangunan peternakan pada subsistem budidaya (on farm) di Indonesia pada umumnya dan di Sumatera Barat pada khususnya adalah untuk meningkatkan produksi ternak. Peningkatan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam
9 II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Usahaternak Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam pembangunan pertanian. Sektor ini memiliki peluang pasar yang sangat baik, dimana pasar domestik
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Pertanian sebagai kegiatan manusia dalam membuka lahan dan menanaminya dengan berbagai jenis tanaman yang termasuk tanaman
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Di Indonesia, tanaman jagung sudah dikenal sekitar 400 tahun yang lalu, didatangkan oleh orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentrum produksi jagung di Indonesia
Lebih terperinciANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU
30 ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU (Manihot esculenta) DI DESA PUNGGELAN KECAMATAN PUNGGELAN KABUPATEN BANJARNEGARA Supriyatno 1), Pujiharto 2), dan Sulistyani
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Karakteristik Ayam Pedaging BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ayam pedaging adalah ayam jantan dan betina muda yang berumur dibawah 8 minggu ketika dijual dengan bobot tubuh tertentu, mempunyai pertumbuhan yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian tentang optimasi penggunaan input produksi telah dilakukan oleh beberapa peneliti pada komoditas lain, seperti pada tanaman bawang merah dan kubis.
Lebih terperinciOleh : Iif Latifah 1, Yus Rusman 2, Tito Hardiyanto 3. Fakultas Pertanian Universitas Galuh 2. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
ANALISIS NILAI TAMBAH DAN RENTABILITAS AGROINDUSTRI TAHU BULAT (Studi Kasus Pada Perusahaan Tahu Bulat Asian di Desa Muktisari Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis) Oleh : Iif Latifah 1, Yus Rusman 2, Tito
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang sering diterapkan di pedesaan terutama di daerah yang memiliki potensi memelihara ayam broiler. Pola kemitraan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Kepiting adalah binatang crustacea. Hewan yang dikelompokkan ke dalam Filum Athropoda, Sub Filum Crustacea, Kelas Malacostraca, Ordo Decapoda, Suborder Pleocyemata
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan
A. Sapi Bali BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali merupakan salah satu jenis sapi asal Indonesia yang mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan banteng (Bibos) yang telah mengalami
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur pikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah
Lebih terperinciBab XIII STUDI KELAYAKAN
Bab XIII STUDI KELAYAKAN STUDI KELAYAKAN DIPERLUKAN 1. Pemrakarsa sebagai bahan pertimbangan a. Investasi - Merencanakan investasi - Merevisi investasi - Membatalkan investasi b. Tolak ukur kegiatan/investasi
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan alur berfikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Ekonomi 3.1.1. Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil yang akan diperoleh.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Pada penelitian terdahulu, para peneliti telah melakukan berbagai penelitian tentang efisiensi dan pengaruh penggunaan faktor-faktor produksi sehingga akan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting ini dilakukan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Organisasi Produksi Usahatani Menurut Rivai dalam Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Peneilitian Penelitian ini dilakukan di Kelompok Ternak Cibinong yang bermitra dengan CV Tunas Mekar Farm (TMF) di Kecamatan Ciluar, Kabupaten Bogor, Provinsi
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya
III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis
30 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kelompok tani Suka Tani di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, propinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi
Lebih terperinciANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya)
ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya) Oleh: Ade Epa Apriani 1, Soetoro 2, Muhamad Nurdin Yusuf 3 1) Mahasiswa Fakultas Pertanian
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja
Lebih terperinci22 Siti Masithoh et al Pemanfaatan lahan pekarangan
22 Siti Masithoh et al Pemanfaatan lahan pekarangan KERAGAAN USAHA BUDIDAYA IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) DALAM PEMANFATAAN LAHAN PEKARANGAN DI DESA JANTI KECAMATAN POLANHARJO KABUPATEN KLATEN PROVINSI
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu alur pemikiran yang bersifat teoritis dengan mengacu kepada teori-teori yang berkaitan dengan penelitian.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tanaman kakao merupakan salah satu tanaman perkebunan yang sangat cocok ditanam didaerah tropis
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Kacang tanah adalah tanaman palawija, yang tergolong dalam famili leguminoceae sub-famili papilionoideae,
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan persentase kenaikan jumlah penduduk yang tinggi setiap tahunnya. Saat ini, Indonesia menempati posisi ke-4 dalam
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. Peternakan adalah kegiatan usaha dalam memanfaatkan kekayaan alam biotik
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Usaha Kerbau Peternakan adalah kegiatan usaha dalam memanfaatkan kekayaan alam biotik berupa ternak dengan cara produksi untuk memenuhi perkembangan kebutuhan hidup manusia dengan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (pusposive). Alasan
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan Usahatani Suratiyah (2006), mengatakan bahwa usahatani sebagai ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan
Lebih terperinciBAB III KERANGKA PEMIKIRAN
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Pedagang Karakteristik pedagang adalah pola tingkah laku dari pedagang yang menyesuaikan dengan struktur pasar dimana pedagang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan umum Ayam Broiler Ayam broiler adalah istilah untuk menyebut strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki sifat ekonomis, dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai
Lebih terperinciManajemen Keuangan Agroindustri. Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya
SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT Manajemen Keuangan Agroindustri Riyanti Isaskar, SP, M.Si Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : riyanti.fp@ub.ac.id
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang
46 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Produksi Penelitian ini akan mengukur bagaimana dampak penggunaan faktorfaktor produksi terhadap risiko produksi yang ditunjukkan dengan adanya variasi hasil produksi.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Komposisi Kimia Daging Beberapa Jenis Ternak. Protein (%) Kelinci Ayam , Babi ,5 54,5
TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Kelinci Ternak kelinci sudah dikenal manusia sejak jutaan tahun silam sebagai hewan peliharaan dan juga hewan konsumsi. Kelinci yang saat ini banyak diternakkan, dahulu berasal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tipologi usaha peternakan dibagi berdasarkan skala usaha dan kontribusinya terhadap pendapatan peternak, sehingga bisa diklasifikasikan ke dalam kelompok berikut:
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Ada banyak definisi mengenai ilmu usahatani yang telah banyak di kemukakan oleh mereka yang melakukan analisis usahatani,
Lebih terperinciVI. METODE PENELITIAN
VI. METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Desa Haurngombong, Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Tanaman kopi rakyat sebagian besar merupakan tanaman tua, tanaman semaian dari bibit tanaman lokal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut (Muhammad Rasyaf. 2002).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peternakan merupakan salah satu dari lima subsektor pertanian. Peternakan adalah kegiatan memelihara hewan ternak untuk dibudidayakan dan mendapatkan keuntungan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bermata pencaharian sebagai petani. Tercatat bahwa dari 38,29 juta orang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Tercatat bahwa dari 38,29 juta orang penduduk Indonesia bermata
Lebih terperinciBAB III KERANGKA PEMIKIRAN
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Fungsi Produksi Produksi adalah kegiatan menghasilkan barang dan jasa, adapun sumberdaya yang digunakan untuk memproduksi barang
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah Menurut Yusdja (2005), usaha sapi perah sudah berkembang sejak tahun 1960 ditandai dengan pembangunan usaha-usaha swasta dalam peternakan sapi perah
Lebih terperinciTUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN
TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN Disusun Oleh : Nama : Galih Manunggal Putra NIM : 11.12.5794 Kelas : 11-S1SI-06 Kelompok : H ABSTRAK Bisnis budidaya ikan konsumsi memang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. terhadap pembangunan perekonomian Indonesia. Kebutuhan protein hewani dari
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan subsektor pertanian yang memiliki peranan penting terhadap pembangunan perekonomian Indonesia. Kebutuhan protein hewani dari tahun ke tahun semakin
Lebih terperinciBAB II. KERANGKA TEORITIS
2.1. Pendapatan Petani Tembakau 2.1.1. Pendapatan Usahatani BAB II. KERANGKA TEORITIS Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam sekali periode. Pendapatan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV. Trias Farm yang berlokasi di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan dengan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan teknologi pengolahan sagu Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang
III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Defenisi Operasional Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan dari perolehan data yang dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian.
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Produksi Produksi adalah kegiatan menghasilkan output dengan berbagai kombinasi input dan teknologi terbaik yang tersedia (Nicholson,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan
47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil
TINJAUAN PUSTAKA Ayam Broiler Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhan yang cepat,
Lebih terperinciWajib menjaga kelestarian lingkungan.
I. PENDAHULUAN A. Rencana Usaha Peningkatan jumlah populasi penduduk mengakibatkan meningkatnya kenutuhan sumber makanan. salah satu jenis makanan yang mengandung gizi yang lengkap adalah daging. Salah
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produk total (TP) adalah jumlah total yang diproduksi selama periode waktu tertentu. Jika jumlah semua input kecuali satu faktor
Lebih terperinciANALISIS MARGIN HARGA PADA TINGKAT PELAKU PASAR TERNAK SAPI DAN DAGING SAPI DI NUSA TENGGARA BARAT PENDAHULUAN
ANALISIS MARGIN HARGA PADA TINGKAT PELAKU PASAR TERNAK SAPI DAN DAGING SAPI DI NUSA TENGGARA BARAT Sasongko W Rusdianto, Farida Sukmawati, Dwi Pratomo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Bagian ini menjelaskan mengenai teori-teori ekonomi yang menjadi landasan pemikiran sebagai pendekatan untuk menganalisis dan menjelaskan rumusan masalah dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4.1 Tinjauan Pustaka Ubi kayu atau Manihot esculenta termasuk familia Euphorbiaceae, genus Manihot yang terdiri dari 100 spesies. Ada dua tipe tanaman ubi kayu yaitu tegak (bercabang
Lebih terperinciSTUDI PEMASARAN WORTEL (Daucus carota L.) DI DESA CITEKO KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT
EPP. Vol. 9 No.1. 2012 : 30-34 30 STUDI PEMASARAN WORTEL (Daucus carota L.) DI DESA CITEKO KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT Marketing Carrot Study (Daucus carota L.) in Citeko Village Cisarua
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pulahenti, Kecamatan Sumalata, Kabupaten Gorontalo Utara. Waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu
Lebih terperinciIII KERANGKA PEMIKIRAN
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pembiayaan dalam dunia usaha sangat dibutuhkan dalam mendukung keberlangsungan suatu usaha yang dijalankan. Dari suatu usaha yang memerlukan pembiayaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. jagung di kecamatan Tigabinanga, penulis menggunakan teori yang sederhana sebagai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Teori yang digunakan untuk mengurai perumusan masalah pendapatan petani jagung di kecamatan Tigabinanga, penulis menggunakan teori yang sederhana sebagai berikut
Lebih terperinci