BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak menyatakan bahwa pemerintah wajib memenuhi hak-hak anak, yaitu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak menyatakan bahwa pemerintah wajib memenuhi hak-hak anak, yaitu"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang nomor 23 pasal 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyatakan bahwa pemerintah wajib memenuhi hak-hak anak, yaitu tentang kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangannya serta perlindungan demi kepentingan terbaik anak. Seluruh komponen bangsa, baik pemerintah, legislatif, swasta dan masyarakat bertanggung jawab dalam pemenuhan hak-hak tersebut (Salgueiro et al., 2002; Departemen Kesehatan, 2005). Salah satu hak anak yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak adalah mendapatkan status gizi baik karena status gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia (WHO, 2010). Anak dengan status gizi baik akan memiliki daya tahan tubuh yang lebih kuat, kemampuan belajar yang lebih baik, serta produktivitas kerja yang lebih tinggi di masa yang akan datang (Ebot, 2010). Sebaliknya anak dengan status gizi kurang akan berdampak pada rendahnya Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang merupakan indikator daya saing bangsa secara global (Hadi, 2005; WHO, 2010). Mengacu pada kesepakatan Internasional Millenium Development Goals (MDGs) dan Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG), salah satu masalah gizi serius yang memerlukan perhatian khusus adalah penurunan prevalensi anak stunted yaitu anak yang memiliki indeks TB/U < -2 SD menjadi 32 % dari % (Atmarita, 2012; Bapenas, 2011; Kemenkes, 2010). Rerata

2 2 prevalensi stunted secara nasional pada tahun 2010 adalah 35,6%, di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2010 sebesar 39,1%, lebih tinggi dari pada tahun 2007 yaitu sebesar 36,2 %. Di Kabupaten Solok prevalensi anak stunted 36,2 % pada tahun 2007, pada tahun 2010 naik menjadi 40,39 % lebih tinggi dari rerata provinsi Sumatera Barat (Balitbangkes, 2007, 2010; Dinas Kesehatan Kabupaten Solok, 2008; Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, 2012), hal ini menggambarkan belum efektifnya program penanggulangan anak stunted yang sudah dilaksanakan. Prevalensi anak stunted ini ada kecendrungan meningkat sejalan dengan bertambahnya umur, yaitu umur 0-11 bulan 27%, umur bulan 40,5%, dan pada umur lebih bulan %. Gambaran ini mencerminkan proses kegagalan tumbuh kembang sudah tidak baik semenjak masih dalam kandungan. Gagal tumbuh pada suatu umur merupakan prediktor terjadinya gagal tumbuh pada umur-umur berikutnya (Kusharisupeni, 2002; Atmarita, 2010; Ruel and Hodinot, 2008). Kegagalan pertumbuhan (growth faltering) yang mengakibatkan terjadinya stunted, pada umumnya terjadi dalam periode yang singkat yaitu sebelum lahir hingga kurang lebih umur 3 tahun, namun mempunyai konsekuensi yang serius dikemudian hari (Ruel and Hodinot, 2008). Seorang anak stunted kelak akan menjadi orang dewasa yang stunted juga dengan akibat mempunyai risiko tinggi untuk menderita penyakit sindrom metabolik seperti obesitas, hipertensi, dan diabetes mellitus (Martins et al.,2011; Hoffman et al.,2000), sehingga berdampak kepada tingginya angka kesakitan dan kematian, produksi kerja yang kurang hingga mempengaruhi status ekonomi (Martins et al.,2011; Kimani-Murage et al.,2010).

3 3 Anak yang menderita stunted berat tidak hanya berdampak pada fisik yang lebih pendek saja, tapi berlanjut pada perkembangan fungsi kognitif yang tidak maksimal (Golden, 2009; Grantham-McGregor et al.,2007; Gibson et al.,2007). Anak yang mengalami stunted pada usia 2-3 tahun pertama awal kehidupan, akan mengalami defisit kemampuan kognitif pada saat anak tersebut berusia 8-11 tahun. Mereka mempunyai skor tes kognitif yang signifikan lebih rendah dari pada anak non-stunted terutama bila severe stunted (Costello, 2009; Gibson et al.,2007; Liu et al.,2003). Stunted merupakan gangguan pertumbuhan linear yang merupakan manifestasi akibat lebih lanjut dari tingginya angka kurang gizi pada masa balita dan tidak adanya pencapaian tumbuh kejar (catch-up growth) yang sempurna hingga masa berikutnya (Gibson et al., 2007; Hadi, 2005b). Gangguan pertumbuhan linear disebabkan oleh kekurangan zat gizi makro seperti protein dan energi, tetapi penelitian terbaru lebih terkonsentrasi pada defisiensi tunggal atau gabungan zat gizi mikro seperti zink, zat besi, dan vitamin A (Berry et al., 2010; Ejaz & Latif, 2010; Ramakrishnan et al., 2009; Ferrari, 2002). Konsekuensi defisiensi zink selama masa anak-anak sangat berbahaya karena dapat mengganggu pertumbuhan anak (Brown et al.,2007). Defisiensi zink dikaitkan dengan gangguan pertumbuhan linear atau stunted, rendahnya kekebalan tubuh terhadap infeksi sehingga meningkatkan risiko diare serta infeksi saluran nafas dan gangguan kompetensi kognitif (Jimenez-Moran et al.,2013; Gibson et al.,2007; Kaji and Nishi, 2006; Salgueiro et al.,2002a). Hasil studi meta-analisis dari tiga puluh empat penelitian berbasis masyarakat di berbagai belahan dunia menunjukkan defisiensi zink berhubungan secara

4 4 signifikan dengan gangguan pertumbuhan linear atau stunted (Jimenez-Moran et al.,2013; Golden, 2009; Hoffman et al.,2000b). Proses stunted sudah berlangsung lama, lebih tepatnya dikatakan kekurangan gizi yang berlangsung terus menerus. Lebih awal anak teridentifikasi stunted, lebih mudah, lebih cepat dan lebih efektif terapinya (Golden, 2009; Gibson et al.,2007). Anak-anak usia lebih muda mempunyai potensi lebih baik dalam tumbuh kejar tinggi badan (TB) 2-4 kali pencapaian tinggi badan normal untuk usianya dibanding usia anak yang lebih tua. Anak stunted usia < 1 tahun bisa mencapai TB/U 1 z skor unit selama 2-4 minggu, anak severe stunted berat (-3 z skor) berusia 6 bulan bisa kembali normal TB/U nya (0 z skor) selama 6 minggu dan seorang anak stunted usia > 12 bulan dapat mengejar z skor 1 unit dalam waktu 3 minggu 2 bulan (Golden, 2009). Tumbuh kejar tinggi yang optimal pada anak stunted dapat dicapai dengan mempercepat pertumbuhan tulang diatas pertumbuhan normal sesuai usia anak, untuk ini diperlukan peningkatan kuantitas dan kualitas makanan dengan pemberian zat gizi khusus yang berpotensi dan dibutuhkan dalam jumlah lebih tinggi untuk pertumbuhan jaringan tulang (Golden, 2009; Thurnham, 2013). Suplementasi untuk pencegahan terjadinya stunted dilakukan dengan perubahan dan perbaikan kualitas makanan anak yang dilakukan secara aktif dan berkelanjutan selama 2-3 tahun pertama kehidupan dimulai sejak kelahiran (Collins et al., 2006; Golden, 2009). Salah satu zat gizi khusus yang berpotensi untuk mempercepat pertumbuhan jaringan tulang adalah zink (Abrams, 2011; Qin et al.,2009; Golden, 2009; Kenneth H Brown et al.,2007; Merialdi et al.,2004; Salgueiro et al.,2002b).

5 5 Asupan zink makanan yang tidak cukup, merupakan salah satu penyebab terjadinya defisiensi zink dan merupakan masalah kesehatan penting di negara berkembang (Abram, 2011; Gibson et al., 2007; Hambidge & Krebs, 2007). Prevalensi defisiensi zink pada balita menurut hasil survey nasional tahun 2006 sebesar 36,1% (Taufiqurrahman et al.,2009). Hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Gizi dan Direktorat Gizi di 7 provinsi menunjukkan prevalensi defisiensi zink ( kadar zink serum < 70 µg/dl) berkisar 7,96 % sampai 44,74 % (Susilowati, 2009) Mengingat tingginya prevalensi defisiensi zat gizi tertentu serta efek negatifnya, maka suplementasi zink pada anak-anak akan sangat bermanfaat, khususnya karena secara praktis sulit untuk meningkatkan zat gizi yang adekuat dari pola makan bayi yang ada selama ini (Allen, et al., 2006; Brown & Lo, 2007). Suplementasi zink menjadi kunci untuk mengatasi defisiensi zink selama masa pertumbuhan, karena zink merupakan komponen logam instrinsik yang mengaktifkan lebih dari 100 sistem enzim penting yang berperan dalam eksperesi gen, sintesis DNA, RNA dan pembelahan sel, regulasi nukleo protein, pertumbuhan tulang, fungsi endokrin, respon imun dan fungsi kognitif anak (Davis & Stokoe, 2010; Hotz & H.Brown, 2004; Salgueiro et al., 2002). Konsumsi setiap hari akan lebih berguna secara fisiologis daripada dosis yang berlebihan tetapi pada satu waktu saja (Salgueiro et al., 2002). Suplemen zink dalam bentuk sirup yang dicampur kedalam minuman dengan dosis bervariasi antara 20 mg /dl selama lebih kurang 24 minggu mempunyai efek terhadap peningkatan tinggi badan anak terutama pada anak yang usianya lebih muda (Brown, 2003; Hotz & Brown, 2004). Sebuah meta analisis dari 36 studi dinegara berkembang menilai efek suplementasi zink pada

6 6 pertumbuhan linear pada anak-anak <5 tahun bahwa suplemen zink dosis 10 mg/hari dalam bentuk tunggal selama 24 minggu memiliki efek positif yang signifikan terhadap pertumbuhan linear yaitu menyebabkan peningkatan nyata panjang tulang sekitar 0,37 (± 0,25) cm pada kelompok yang diberikan suplementasi zink, dibandingkan dengan placebo terutama bila diberikan dalam bentuk tunggal (Imdad and Bhutta, 2011). Defisiensi zink pada bayi dan anak berkaitan dengan MP-ASI yang tidak mengandung zink dalam jumlah yang cukup (Abrams, 2011, Brown and Hess, 2009). Kebutuhan zink bayi umur bulan lebih kurang 2,8 mg/hari, 84-89% harus diambilkan dari makanan padat. Kebutuhan zink yang dianjurkan Recommended Dietary Allowances (RDA) pada anak umur 1-3 menurut International Zink Nutrition Consultatif Group atau IZiNCG adalah 3 mg/hari dari diet vegetarian dan 3 mg/hari dari diet hewani (Hotz & Brown, 2004). Berdasarkan rerata asupan ASI untuk bayi 6-9 bulan, untuk memenuhi kebutuhan zink per hari dibutuhkan g hati/daging atau 40 g ikan segar (Golden, 2009; Kattelmann, 2001). Bahan makanan sumber zink seperti daging dan hati cenderung mahal, karena itu perlu suatu inovasi baru dengan memanfaatkan bahan pangan lokal lain yang mengandung zink dalam jumlah yang tinggi untuk suplementasi sehingga kebutuhan zink anak terpenuhi (Golden, 2009; Kattelmann, 2001). Pemanfaatan bahan pangan lokal dalam program penanggulangan masalah gizi kurang tidak hanya berupa pemberian MP-ASI, tapi dapat juga diberikan dalam bentuk makanan tambahan (supplementary food) sebagai upaya percepatan penanggulangan masalah anak stunted (Akhtar, 2013, Sharma et al., 2013, Prasad, 2010, Susilowati, 2009)

7 7 Kriteria yang harus diperhatikan dalam pemanfaatan bahan pangan lokal sebagai suplementasi adalah harus memiliki nilai suplementasi yang baik, yaitu mempunyai nilai gizi yang dipersyaratkan dan aman dikonsumsi, sesuai dengan kemampuan pencernaan anak, mempunyai keawetan yang tinggi, mudah diproduksi, disimpan dan didistribusikan, harganya relatif murah, serta harus dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat diterima oleh ibu dan anak serta masyarakat (Gibson, 2012; Anderson et al., 2008). Bahan pangan lokal yang dihasilkan di Sumatera Barat, yang memenuhi syarat untuk digunakan sebagai suplementasi zink pada anak stunted, dengan harga yang murah dan mudah diperoleh, diantaranya adalah ikan Bilih (Mystacoleucus-padangensis). Ikan ini adalah ikan spesifik dan endemik yang ada di Danau Singakarak Kabupaten Solok dan Danau Maninjau Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat (Arsil, 2008; BPS Sumbar, 2009). Keunggulan utama ikan bilih dibanding ikan lain adalah kandungan zink nya yang tinggi yaitu sebanyak 173,29 ppm atau setara dengan 17,329 mg/100g (Yuniritha, 2012). Kandungan zink dalam ikan bilih ini jauh lebih tinggi dibanding kandungan zink dari bahan pangan hewani seperti hati sapi/unggas 4,2-6,1 mg/100 g dan daging sapi 2,9-4,7 mg/100 g (Hotz & H.Brown, 2004). Keunggulan ikan bilih lainnya adalah kandungan zat gizi yang lengkap seperti protein, kalsium, dan vitamin, mudah didapat dan harganya relatif murah. Melihat beberapa keunggulan ikan bilih ini, memungkinkan ikan bilih sangat potensial untuk digunakan sebagai bahan pangan lokal yang memenuhi syarat untuk digunakan sebagai suplementasi zink pada anak stunted di Sumatera Barat.

8 8 Optimalisasi penanggulangan masalah stunted pada anak batita sebaiknya mempertimbangkan aspek defisiensi zat gizi, manfaat kesehatan, daya terima, nilai ekonomi, daya tahan dan keunggulan sumberdaya pangan lokal. Suatu solusi yang inovatif dan tepat untuk menanggulangi masalah tersebut sangat diperlukan, agar semua anak batita stunted dapat tumbuh kembang secara optimal dan menjadi manusia berkualitas dan berguna bagi nusa dan bangsa. Suplementasi zink dari ekstrak ikan bilih (M-padangensis) sebagai bahan pangan lokal berkualitas, merupakan salah satu solusi yang perlu dikaji efikasinya untuk meningkatkan pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif anak batita. Mengkaji latar berlakang yang telah diuraikan di atas, diperlukan suatu penelitian yang komprehensif, berupa suatu suplementasi zink dari ekstrak ikan bilih (M-padangensis) untuk mengoptimalkan pertumbuhan fisik dan perkembangan anak stunted di Sumatera Barat. B. Masalah Kejadian anak stunted merupakan gambaran yang jelas dari tidak berlangsungnya efektivitas pembangunan manusia yang terjadi di tingkat masyarakat sebagai target dari program. Seharusnya sudah banyak bentuk suplementasi yang sebenarnya layak dan berhasil guna dapat meningkatkan status gizi ibu dan anak, akan tetapi pada kenyataannya belum berhasil merubah situasi kronis yang terjadi di Indonesia. Hal ini terlihat dari peningkatan prevalensi anak stunted dari tahun ke tahun (Atmarita, 2005, 2012; Balitbangkes, 2008, 2010; Departemen Kesehatan, 2005). Besarnya masalah anak stunted di Indonesia khususnya di Sumatera Barat, dapat mempengaruhi pertumbuhan, daya tahan terhadap infeksi dan

9 9 perkembagan anak. Apabila tidak dapat diatasi sampai anak berusia 2-3 tahun maka stunted tidak dapat dicegah dan akan berdampak terhadap kualitas sumber daya manusia di masa yang akan datang (Golden, 2009; Liu, et al., 2003). Upaya penanggulangan anak stunted berbasis pangan yang banyak dilakukan adalah dengan pemberian makanan tambahan (PMT) berupa makanan selingan namun belum optimal menurunkan prevalensi anak stunted (Hamam Hadi 2005; WHO, 2007). Pengadaan PMT masih mengutamakan kandungan zat gizi makro tanpa mempertimbangkan adanya defisiensi zat gizi khusus seperti defisiensi zink pada anak stunted. Selama ini belum ada penelitian yang memberikan suplemen zink yang berasal dari zink organik, yang sudah dilakukan berupa suplementasi zink dari bahan an organik yang pemberiannya dikombinasi dengan Fe, vitamin A, dan beberapa zat gizi mikro lain (Abram, 2011; Hotz & H.Brown, 2004; Salgueiro et al., 2002). Penggunaaan zink dari bahan pangan lokal sebagai bahan baku untuk suplementasi zink belum pernah digali dan dikembangkan sebagai upaya percepatan penanggulangan masalah anak stunted. Ditinjau dari perspektif ketahanan pangan yang berkelanjutan (suistainable), makanan alternatif berbasis potensi pangan lokal merupakan sumberdaya pangan daerah (lokal) yang mempunyai keunggulan komparatif ditinjau dari sisi agro-sosioekonomi dan gizi-kesehatan (Bappenas, 2010; Harijono, 2002). Salah satu bahan pangan lokal yang mempunyai keunggulan ditinjau dari sisi agro-sosioekonomi dan gizi-kesehatan adalah ikan bilih (Mpadangensis) karena kadar zink yang sangat tinggi dibanding bahan pangan lain baik hewani maupun nabati, sehingga sangat potensial bila digunakan

10 10 sebagai suplementasi untuk mengatasi defisiensi zink pada anak stunted. Sampai saat ini belum ada penelitian yang menggunakan ikan bilih (Mpadangensis) sebagai bahan pangan dasar untuk makanan tambahan anak usia bulan atau pun sebagai bahan baku suplementasi defisiensi zat gizi pada anak stunted. Mengkaji ringkasan masalah yang telah diuraikan, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Bagaimanakah efikasi suplementasi zink dari ekstrak ikan bilih (Mpadangensis) terhadap pertumbuhan fisik: tinggi badan atau panjang badan (TB atau PB), panjang lutut-tumit (PLT), status stunted (nilai z-score indeks TB/U) anak stunted usia bulan? 2. Bagaimanakah efikasi suplementasi zink dari ekstrak ikan bilih (M-padangensis) terhadap penurunan morbiditas (kejadian) penyakit Infeksi saluran pernafasan (ISP) dan diare anak stunted usia bulan? 3. Bagaimanakah efikasi suplementasi zink dari ekstrak ikan bilih (M-padangensis) terhadap perkembangan anak stunted usia bulan? C. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menguji efikasi ekstrak ikan bilih (M-padangensis) sebagai suplementasi zink dari bahan pangan lokal yang memenuhi syarat untuk peningkatan pertumbuhan dan perkembangan optimal anak stunted usia bulan. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

11 11 1. Mengetahui efikasi suplementasi zink dari ekstrak ikan bilih (Mpadangensis) terhadap pertumbuhan fisik: panjang badan atau tinggi badan (TB atau PB), panjang lutut-tumit (PLT), dan status stunted (nilai z- score indeks TB/U) anak stunted usia12-36 bulan. 2. Mengetahui efikasi suplementasi zink dari ekstrak ikan bilih (Mpadangensis) terhadap penurunan morbiditas (kejadian) penyakit Infeksi Saluran Pernafasan (ISP) dan diare anak stunted usia bulan. 3. Mengetahui efikasi suplementasi zink dari ekstrak ikan bilih terhadap perkembangan anak stunted usia bulan. D. Keaslian Penelitian Berdasarkan studi literatur yang peneliti telusuri, belum dijumpai penelitian yang sama seperti penelitian yang peneliti laksanakan. Pada Tabel 1 dijabarkan keaslian penelitian ini apabila dibandingkan dengan penelitian sebelumnya. Tabel 1. Keaslian penelitian: perbandingan dengan penelitian sebelumnya Peneliti dan Judul Penelitian Persamaan Perbedaan 1 Riyadi, (2002). Pengaruh Suplemen zink (Zn) dan besi (Fe) terhadap status anemia, status zink dan pertumbuhan anak usia bulan. 2 Merialdi et al.,(2004) Randomized controlled trial of prenatal zinc supplementation and fetal bone growth. 3 Lind et al., (2004) A community-based randomized controlled trial of iron and zinc supplementation in Indonesian infants Penelitian dengan desain double blind randomized controlled trial. Subjek anak usia bulan. Penelitian dengan desain randomized controlled trial di sebuah desa. Efek suplementasi zink Penelitian dengan Desain Randomized controlled trial Efek suplementasi zink terhadap pertumbuhan (antropometri: TB, dan panjang lutut-tumit), dan perkembangan psikomotor. Suplementasi berupa zink sulfat + fero sulfat dalam bentuk kapsul. Suplementasi 25 mg zink sulfat + 60 mg Fe (fero sulfat) perhari. Subjek wanita hamil usia kehamilan minggu. Suplementasi dibagi 3 kelompok: 1).10 mg fero sulfat. 2).10 mg zink sulfat + 10 mg fero sulfat. 3). 10 mg zink sulfat. Subjek anak usia di bawah lima tahun (balita)

12 12 Lanjutan Tabel 1. Keaslian penelitian Peneliti dan Judul Penelitian Persamaan Perbedaan 4 Kenneth H Brown & Lo, (2007) Comparison of the effects of zinc delivered in a fortified food or a liquid supplement on the growth, morbidity, and plasma zinc concentrations of young Peruvian children 5 Dijkhuizen et al., (2008) Community and International Nutrition Effects of Iron and Zinc Supplementation in Indonesian Infants on Micronutrient Status and Growth. 6 Fahmida et al.,(2007) Zinc-iron, but not zinc-alone supplementation, increased lineargrowth of stunted infants with low haemoglobin 7 Masoodpoor & Darakshan, (2008). Impact of Zinc Supplementation on Growth 8 Mozaffari-Khosravi et al., (2009). Effects of zinc supplementation on physical growth in 2-5 year-old children. Efek suplementasi zink terhadap pertumbuhan dan morbiditas anak stunted Penelitian dengan desain randomized, placebocontrolled, double-blind trials. Efek suplementasi zink pada pertumbuhan bayi. Efek suplementasi zink pada pertumbuhan linearanak stunted. Dosis suplementasi zink 10 mg perhari. Penelitian dengan desain randomized controlled trial double-blind. Suplementasi 10 mg zink perhari pada anak stunted. Penelitian dengan desain Randomized controlled trial. Efek suplementasi zink pada pertumbuhan linear anak stunted. Subjek penelitian anak usia dini usia 5-7 bulan. Suplementasi dengan memberikan minuman yang mengandung zink atau bubur sereal yang diperkaya zink selama 3-6 bulan Suplemen zink 10 mg/hr dan besi 10 mg/ hr selama 6 bulan. Subjek penelitian bayi umur 4-6 bulan. Suplementasi dibagi dalam 3 kelompok, zink dan Fe masing-masing 10 mg IU Vit.A dan placebo selama 6 bulan Subjek penelitian anak sekolah usia 7-12 tahun. Suplementasi zink 5 mg/hr selama 11 bulan Subjek penelitian anak usia 2 5 tahun. 9 Chhagan et al.,(2009). Effect on longitudinal growth and anemia of zinc or multiple micronutrients added to vitamin A : a randomized controlled trial in children aged 6-24 months. 10 Islam et al.,(2010) Effect of Oral Zinc Supplementation on the Growth of Preterm Infants, Penelitian dengan desain randomized controlled trial double-blinded. Efek suplementasi zink pada pertumbuhan anak. Penelitian dengan desain Randomized controlled trial tentang efek suplementasi zink pada pertumbuhan anak. Suplementasi multi mikronutrisi + Vitamin A dan zink selama 18 bulan Suplementasi zink dengan dosis 2 mg/kg/hr selama 6 minggu bersamaan dengan multivitamin. Subjek penelitian bayi prematur

13 13 Kebaruan penelitian ini dapat dilihat dari: 1. Suplementasi zink diberikan berupa sirup dari ekstrak ikan bilih, bahan pangan lokal yang mengandung kadar zink sesuai dengan yang dipersyaratkan. Penelitian sebelumnya diberikan dalam bentuk tablet, kapsul atau bubuk yang di suplemen ke dalam minuman atau makanan yang sudah ada. 2. Pemberian suplemen dalam bentuk senyawa zink klorida (ZnCl 2) berasal dari bahan organik, sedangkan penelitian terdahulu dalam bentuk senyawa zink sulfat (ZnSO 4) dari bahan an organik. 3. Rancangan penelitian terdiri dari 2 tahap yaitu tahap I: studi laboratorium untuk memperoleh produk sirup ekstrak ikan bilih (M-padangensis) yang digunakan sebagai suplementasi zink. Penelitian tahap II adalah Penelitian eksperimen dengan desain double blind randomized controlled trial dengan membandingkan satu kelompok yang diberikan suplementasi zink dari ekstrak ikan bilih dengan satu kelompok yang dijadikan kontrol (diberikan placebo). 4. Sasaran penelitian adalah anak stunted usia bulan di kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat. Dilihat dari persamaan dan perbedaan antara penelitian yang sudah dilaksanakan dengan penelitian yang peneliti laksanakan, peneliti menilai bahwa penelitian yang peneliti lakukan mempunyai keaslian yang secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan.

14 14 E. Manfaat 1. Manfaat teoritis. Secara teoritis penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah akses ilmu dan kepakaran mengenai suplementasi zink untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak stunted usia bulan melalui inovasi pemanfaatan bahan pangan lokal daerah yaitu ekstrak ikan bilih (Mpadangensis) yang berpotensi sebagai bahan baku untuk suplementasi zat gizi untuk memacu kejar tumbuh anak stunted usia bulan, dalam menanggulangi masalah anak stunted sejak usia dini. 2. Manfaat praktis a. Hasil penelitian ini akan bermanfaat secara praktis dalam jangka pendek dengan tersedianya ekstrak ikan bilih yang memenuhi persyaratan untuk suplementasi zink, lengkap dengan informasi mutu gizi, dan keamanan pangan, serta efikasinya terhadap pertumbuhan fisik, morbiditas dan perkembangan anak stunted usia12-36 bulan. Ekstrak ikan bilih dapat digunakan sebagai alternatif bahan suplementasi zink untuk menanggulangi masalah anak stunted sebelum berusia 2-3 tahun, agar tercapai tumbuh kembang anak yang optimal. b. Selanjutnya hasil penelitian diharapkan dapat menjadi dasar ilmiah yang dapat mendukung program pemerintah dalam upaya meningkatkan mutu (kuantitas dan kualitas) konsumsi masyarakat rawan gizi dalam meningkatkan pertumbuhan, menurunkan kejadian sakit (morbiditas) dan perkembangan anak, khususnya anak yang mengalami stunted usia bulan. Jangka panjang hasil penelitian diharapkan dapat

15 15 meningkatkan nilai agro-sosio ekonomi dan gizi kesehatan masyarakat sehingga akan berdampak terhadap kualitas sumber daya manusia yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah dasar adalah anak yang berusia 6-12 tahun. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat pertumbuhan yang terjadi sebelumnya pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas, karena pada dua tahun pertama pasca kelahiran merupakan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendek atau stunting. Stunting merupakan gangguan pertumbuhan fisik berupa

BAB I PENDAHULUAN. pendek atau stunting. Stunting merupakan gangguan pertumbuhan fisik berupa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia masih menghadapi berbagai masalah kesehatan terutama dalam bidang gizi. Salah satu permasalahan gizi yang cukup penting dan perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat secara global baik di negara berkembang maupun negara maju. Anemia terjadi pada semua tahap siklus kehidupan dan termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Afrika belum mampu mendekatinya. Indonesia masih terus berupaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Afrika belum mampu mendekatinya. Indonesia masih terus berupaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Millenium Development Goal (MDG) sudah dicanangkan pada September 2000. Upaya memperbaiki kesehatan ibu dan anak ditargetkan tercapai pada tahun 2015. Berapa negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 menjadi perhatian pemerintah Indonesia. Salah satu indikator terpentingnya adalah masalah stunting. Target angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya malnutrisi asupan zat gizi kronis dan atau penyakit infeksi kronis

BAB I PENDAHULUAN. adanya malnutrisi asupan zat gizi kronis dan atau penyakit infeksi kronis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stunting merupakan gangguan pertumbuhan linier yang disebabkan adanya malnutrisi asupan zat gizi kronis dan atau penyakit infeksi kronis maupun berulang yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan gizi kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok masyarakat. Pada hakekatnya keadaan gizi kurang dapat dilihat sebagai suatu proses kurang asupan makanan ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) ( ) adalah. mewujudkan bangsa yang berdaya saing, melalui pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) ( ) adalah. mewujudkan bangsa yang berdaya saing, melalui pembangunan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi Pembangunan Indonesia kedepan berdasarkan rencana pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) (2005-2025) adalah menciptakan masyarakat Indonesia yang mandiri,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk mencapainya, faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lebih dari dua milyar orang diperkirakan akan kekurangan vitamin dan mineral penting, khususnya vitamin A, yodium, zat besi (Fe) dan zinc (Zn). Sebagian besar orang-orang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Intik gizi yang tidak cukup dan infeksi merupakan penyebab langsung gizi kurang pada bayi dan anak (UNICEF, 1999). Hal ini berdampak tidak saja terhadap kekurangan gizi makro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. prevalensi balita pendek kurus dan mengatasi kebutuhan gizi remaja perempuan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. prevalensi balita pendek kurus dan mengatasi kebutuhan gizi remaja perempuan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai upaya untuk mengatasi masalah malnutrisi secara global telah dilakukan oleh WHO (World Health Organization) melalui program Sustainable Development

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development Goal s (MDG s) Sesuai target Nasional menurut MDGs yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu sebesar

Lebih terperinci

Nurlindah (2013) menyatakan bahwa kurang energi dan protein juga berpengaruh besar terhadap status gizi anak. Hasil penelitian pada balita di Afrika

Nurlindah (2013) menyatakan bahwa kurang energi dan protein juga berpengaruh besar terhadap status gizi anak. Hasil penelitian pada balita di Afrika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi masih menjadi perhatian di negara berkembang termasuk Indonesia. Hal ini dapat terlihat di dalam rumusan Millennium Development Goals (MDGs) goal pertama

Lebih terperinci

SUPLEMENTASI MIKRONUTRIEN DAN PENANGGULANGAN MALNUTRISI PADA ANAK USIA DI BAWAH LIMA TAHUN (BALITA)

SUPLEMENTASI MIKRONUTRIEN DAN PENANGGULANGAN MALNUTRISI PADA ANAK USIA DI BAWAH LIMA TAHUN (BALITA) SUPLEMENTASI MIKRONUTRIEN DAN PENANGGULANGAN MALNUTRISI PADA ANAK USIA DI BAWAH LIMA TAHUN (BALITA) Aryu Candra Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang Abstrak Faktor risiko

Lebih terperinci

3. plasebo, durasi 6 bln KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

3. plasebo, durasi 6 bln KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS persisten, RCT 2. Zn + Vit,mineral 3. plasebo, durasi 6 bln BB KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BB, PB Zn dan Zn + vit, min lebih tinggi drpd plasebo Kebutuhan gizi bayi yang tercukupi dengan baik dimanifestasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia pada remaja putri merupakan salah satu dampak masalah kekurangan gizi remaja putri. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan suami istri. Masa kehamilan adalah suatu fase penting dalam pertumbuhan anak karena calon

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Gizi Status gizi merupakan keadaan yang diakibatkan oleh status keseimbangan antara jumlah asupan zat gizi atau jumlah makanan (zat gizi) yang dikonsumsi dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Anak sekolah yang kekurangan gizi disebabkan oleh kekurangan gizi pada

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Anak sekolah yang kekurangan gizi disebabkan oleh kekurangan gizi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan gizi kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok masyarakat. Pada hakikatnya keadaan gizi kurang dapat dilihat sebagai suatu proses kurang asupan makanan ketika

Lebih terperinci

22,02%, 23,48% dan 22,45% (Sarminto, 2011). Kejadian anemia di Provinsi DIY pada tahun 2011 menurun menjadi 18,90%. Berbeda dengan provinsi, kejadian

22,02%, 23,48% dan 22,45% (Sarminto, 2011). Kejadian anemia di Provinsi DIY pada tahun 2011 menurun menjadi 18,90%. Berbeda dengan provinsi, kejadian 2 22,02%, 23,48% dan 22,45% (Sarminto, 2011). Kejadian anemia di Provinsi DIY pada tahun 2011 menurun menjadi 18,90%. Berbeda dengan provinsi, kejadian anemia di Kota Yogyakarta meningkat menjadi 25,38%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Balita adalah penerus masa depan kita, balita juga menentukan masa depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah satu golongan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran 30 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Konsumsi pangan merupakan faktor penentu yang penting dalam menentukan status kepadatan tulang khususnya pada saat pertumbuhan seperti pada masa remaja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. tahun Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) merupakan sasaran pembangunan milenium yang telah disepakati oleh 189 negara yang tergabung dalam PBB pada tahun 2000. Konsep pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak balita adalah penerus masa depan kita, anak balita juga menentukan masa depan bangsa, anak balita sehat akan menjadikan anak balita yang cerdas. Anak balita salah

Lebih terperinci

1998, WHO telah merekomendasikan penambahan suplemen asam folat sebesar 400 µg (0,4 mg) per hari bagi ibu hamil untuk mencegah kelainanan tabung

1998, WHO telah merekomendasikan penambahan suplemen asam folat sebesar 400 µg (0,4 mg) per hari bagi ibu hamil untuk mencegah kelainanan tabung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia defisiensi besi ialah suatu kondisi anemia dan terdapat bukti yang jelas akan kehilangan zat besi. Anemia defisiensi besi merupakan tahap berat dari defisiensi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan jumlah sel darah merah dibawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan jumlah sel darah merah dibawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan. BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit, dan jumlah sel darah merah dibawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan. Sedangkan anemia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asupan gizi yang baik selama kehamilan merupakan hal yang penting,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asupan gizi yang baik selama kehamilan merupakan hal yang penting, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asupan gizi yang baik selama kehamilan merupakan hal yang penting, yaitu dengan mengkonsumsi banyak makronutrien dan mikronutrien yang memberikan manfaat untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang sampai saat ini masih terdapat di Indonesia yang dapat meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas ibu dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membandingkan keberhasilan pembangunan SDM antarnegara. perkembangan biasanya dimulai dari sejak bayi. Kesehatan bayi yang

BAB I PENDAHULUAN. membandingkan keberhasilan pembangunan SDM antarnegara. perkembangan biasanya dimulai dari sejak bayi. Kesehatan bayi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gizi yang baik merupakan landasan kesehatan manusia karena mempengaruhi kekebalan tubuh, kerentanan penyakit, serta pertumbuhan dan perkembangan fisik dan

Lebih terperinci

PERBEDAAN SELISIH TINGGI BADAN SEBELUM DAN SETELAH SUPLEMENTASI Zn PADA BALITA STUNTING

PERBEDAAN SELISIH TINGGI BADAN SEBELUM DAN SETELAH SUPLEMENTASI Zn PADA BALITA STUNTING PERBEDAAN SELISIH TINGGI BADAN SEBELUM DAN SETELAH SUPLEMENTASI Zn PADA BALITA STUNTING THE DIFFERENCE IN HEIGHT DIFFERENCE BEFORE AND AFTER Zn SUPPLEMENTATION IN STUNTING TODDLERS Dewi Pertiwi Dyah Kusudaryati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan masyarakat baik di Indonesia maupun di dunia. Masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan masyarakat baik di Indonesia maupun di dunia. Masalah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan masalah kesehatan masyarakat baik di Indonesia maupun di dunia. Masalah yang ditimbulkan cukup serius dengan spektrum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah kesehatan global yang prevalensinya terus

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah kesehatan global yang prevalensinya terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan masalah kesehatan global yang prevalensinya terus meningkat setiap tahun. Anemia yang paling banyak terjadi baik di negara maju maupun negara berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masuk dalam daftar Global Burden of Disease 2004 oleh World

BAB I PENDAHULUAN. sehingga masuk dalam daftar Global Burden of Disease 2004 oleh World BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia defisiensi besi (ADB) masih menjadi permasalahan kesehatan saat ini dan merupakan jenis malnutrisi dengan prevalensi tertinggi di dunia sehingga masuk dalam daftar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara maju maupun negara berkembang adalah anemia defisiensi besi.

BAB I PENDAHULUAN. negara maju maupun negara berkembang adalah anemia defisiensi besi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia merupakan masalah kesehatan global yang prevalensinya terus meningkat setiap tahun. Anemia yang paling banyak terjadi baik di negara maju maupun negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata Paham BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pekerja wanita usia subur (WUS) selama ini merupakan sumber daya manusia (SDM) yang utama di banyak industri, terutama industri pengolahan pangan yang pekerjaannya masih banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, angka prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, angka prevalensi BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Diare adalah berak konsistensi lunak sampai cair sebanyak 3 kali atau lebih dalam satu hari. 1,2 Angka kejadian diare pada anak usia balita masih cukup tinggi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faltering yaitu membandingkan kurva pertumbuhan berat badan (kurva weight for

BAB I PENDAHULUAN. faltering yaitu membandingkan kurva pertumbuhan berat badan (kurva weight for BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Growth faltering adalah sebuah keadaan gangguan pertumbuhan yang ditandai dengan laju pertumbuhan yang melambat dibandingkan dengan kurva pertumbuhan sebelumnya. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak SD (sekolah dasar) yaitu anak yang berada pada usia 6-12 tahun, memiliki fisik yang lebih kuat dibandingkan dengan balita, mempunyai sifat individual dalam banyak

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI I. PENJELASAN UMUM Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang terdiri

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilannya dalam Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status gizi adalah ekspresi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi.

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi. 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah gizi pada remaja dan dewasa yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat ( Public Health Problem) adalah anemia gizi. Prevalensi anemia di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan status gizi masyarakat sebagai upaya peningkatan kualitas dan taraf hidup serta kecerdasan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki Angka Kematian Ibu (AKI) yang. tertinggi bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki Angka Kematian Ibu (AKI) yang. tertinggi bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki Angka Kematian Ibu (AKI) yang tertinggi bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN HUBUNGAN ANTARA ASUPAN Fe DENGAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN DENGAN BERAT BADAN BAWAH GARIS KUNING MENURUT KMS DI KELURAHAN SEMANGGI KOTA SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Oleh : LAILA MUSFIROH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan gizi yang baik dapat dicapai dengan memperhatikan pola konsumsi makanan terutama energi, protein, dan zat gizi mikro. Pola konsumsi makanan harus memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia yang berakibat buruk bagi penderita terutama golongan rawan gizi yaitu anak balita, anak sekolah, remaja, ibu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu indikator status kesehatan masyarakat. Kesepakatan global Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu indikator status kesehatan masyarakat. Kesepakatan global Millenium BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Neonatus (AKN) merupakan salah satu indikator status kesehatan masyarakat. Kesepakatan global Millenium Development Goals

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang masih sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia (Rasmaliah,2004). Anemia dapat didefinisikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sampai saat ini masih terdapat empat masalah gizi utama di Indonesia yaitu Kurang Energi Protein (KEP), Gangguan Akibat Kurang Iodium (GAKI), Kurang Vitamin A (KVA) dan Kekurangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Zat besi Besi (Fe) adalah salah satu mineral zat gizi mikro esensial dalam kehidupan manusia. Tubuh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan manusia dimulai sejak di dalam kandungan ibu. Sehingga calon ibu perlu mempunyai kesehatan yang baik. Kesehatan dan gizi ibu hamil merupakan kondisi yang sangat diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi mikro yang cukup serius dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia. Sebagian besar anemia di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok yang paling rawan dalam berbagai aspek, salah satunya terhadap

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok yang paling rawan dalam berbagai aspek, salah satunya terhadap BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan adalah suatu proses pembuahan dalam rangka melanjutkan keturunan sehingga menghasilkan janin yang tumbuh di dalam rahim seorang wanita (1). Di mana dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anemia Gizi Besi (AGB) masih menjadi masalah gizi yang utama di Indonesia. Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah sel darah merah atau penurunan konsentrasi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kurang vitamin A, Gangguan Akibat kurang Iodium (GAKI) dan kurang besi

BAB 1 : PENDAHULUAN. kurang vitamin A, Gangguan Akibat kurang Iodium (GAKI) dan kurang besi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia karena defisiensi besi merupakan kelainan gizi yang paling sering ditemukan di dunia dan menjadi masalah kesehatan masyarakat. Saat ini diperkirakan kurang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan kondisi kronis yang menggambarkan terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang yang ditandai dengan indeks panjang badan dibanding

Lebih terperinci

By: Eva Yuniritha. Anak Stunted. Sirup Biliszinc. Ikan Bilih. Danau Singkarak

By: Eva Yuniritha. Anak Stunted. Sirup Biliszinc. Ikan Bilih. Danau Singkarak FORMULA SIRUP ZINK DARI EKSTRAK IKAN BILIH (Mystacoleucus-padangensis) SEBAGAI ALTERNATIF SUPLEMEN ZINK ORGANIK PADA ANAK PENDEK (STUNTED ) USIA 12-36 BULAN Anak Stunted Ikan Bilih Sirup Biliszinc Danau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masih didominasi oleh kekurangan zat gizi yang disebabkan banyak faktor, di

BAB 1 PENDAHULUAN. masih didominasi oleh kekurangan zat gizi yang disebabkan banyak faktor, di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Departemen Kesehatan (2000) menyebutkan bahwa masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh kekurangan zat gizi yang disebabkan banyak faktor, di antaranya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan linear pada anak usia dini dianggap sebagai penanda pertumbuhan yang baik, yang berkaitan dengan risiko kesakitan dan kematian jangka pendek, kejadian penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat terpenuhi. Namun masalah gizi bukan hanya berdampak pada

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat terpenuhi. Namun masalah gizi bukan hanya berdampak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gizi merupakan salah satu masalah kesehatan di berbagai negara, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Masalah gizi ini diikuti dengan semakin bertambahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan yang perlu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau

BAB I PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Balita pendek (stunting) merupakan keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan. Stunting dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses tumbuh kembang balita. Balita pendek memiliki dampak negatif yang akan berlangsung dalam kehidupan selanjutnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi dan pangan merupakan masalah yang mendasar karena secara langsung dapat menentukan kualitas sumber daya manusia serta derajat kesehatan masyarakat. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam 10 tahun terakhir, zat gizi mikro (vitamin dan mineral) mendapat perhatian yang lebih besar dalam ilmu gizi internasional. Hal ini didorong oleh semakin banyaknya penelitian

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA

LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA Efek Fortifikasi Fe dan Zn pada Biskuit yang Diolah dari Kombinasi Tempe dan Bekatul untuk Meningkatkan Kadar Albumin Anak Balita Kurang Gizi yang Anemia Oleh: Pramudya Kurnia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar. Masalah perbaikan gizi masuk dalam salah satu tujuan MDGs tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. besar. Masalah perbaikan gizi masuk dalam salah satu tujuan MDGs tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu modal yang sangat penting dalam pembangunan. Upaya peningkatan kesehatan masyarakat menjadi salah satu tujuan utama seluruh bangsa di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade terakhir ditandai dengan perbaikan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pada tahun 2010, pendapatan

Lebih terperinci

Asupan Suplemen Zat Gizi Besi (Fe) Ibu Hamil Dan Status Gizi Bayi Baru Lahir

Asupan Suplemen Zat Gizi Besi (Fe) Ibu Hamil Dan Status Gizi Bayi Baru Lahir Asupan Suplemen Zat Gizi Besi (Fe) Ibu Hamil Dan Status Gizi Bayi Baru Lahir MISRAWATIE GOI (Email: misrawatie.goi@alumni.ui.ac.id) Jurusan Gizi Poltekkes Gorontalo ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu komponen penting dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan.sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini terjadi peningkatan angka harapan hidup. Di negara maju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini terjadi peningkatan angka harapan hidup. Di negara maju 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini terjadi peningkatan angka harapan hidup. Di negara maju seperti Amerika Serikat, angka harapan hidup meningkat dari 70,2 tahun pada 1965, menjadi 77,8 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan dimana kebutuhan ibu terhadap zat besi mengalami peningkatan dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang sedang tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, secara

Lebih terperinci

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia ISSN 2442-7659 InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI di Indonesia 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia Pembangunan kesehatan dalam periode tahun 2015-2019 difokuskan

Lebih terperinci

TENTANG KATEGORI PANGAN

TENTANG KATEGORI PANGAN LAMPIRAN XIII PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KATEGORI PANGAN 13.0 Produk Pangan Untuk Keperluan Gizi Khusus 4 Pangan untuk keperluan gizi khusus

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang berkelanjutan. Upaya meningkatkan kualitas SDM seharusnya dimulai sedini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. MDGs lainnya, seperti angka kematian anak dan akses terhadap pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. MDGs lainnya, seperti angka kematian anak dan akses terhadap pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus kekurangan gizi pada anak balita yang diukur dengan prevalensi anak balita gizi kurang dan gizi buruk digunakan sebagai indikator kelaparan, karena mempunyai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat keseimbangan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terutama diperlukan dalam hematopoiesis (pembentukan darah) yaitu dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terutama diperlukan dalam hematopoiesis (pembentukan darah) yaitu dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Zat Besi 2.1.1. Fungsi Zat Besi Zat besi (Fe) merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh, zat ini terutama diperlukan dalam hematopoiesis (pembentukan darah) yaitu dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan salah satu kelompok usia yang memiliki tingkat kerentanan cukup tinggi disaat masa pertumbuhan dan pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan suami istri. Setiap pasangan menginginkan kehamilan berlangsung dengan baik, bayi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia terutama negara berkembang yang diperkirakan 30% penduduk dunia menderita anemia. Anemia banyak terjadi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan salah satu indikator masalah gizi yang menjadi fokus

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan salah satu indikator masalah gizi yang menjadi fokus BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan salah satu indikator masalah gizi yang menjadi fokus Global Scaling Up Nutrition (SUN) Movement pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Selain

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan (growth) adalah hal yang berhubungan dengan perubahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan (growth) adalah hal yang berhubungan dengan perubahan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Pertumbuhan Anak Pertumbuhan (growth) adalah hal yang berhubungan dengan perubahan jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang dapat di ukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya status gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan yang dapat dipakai untuk mengukur keberhasilan suatu bangsa dalam membangun sumberdaya manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11) anemia. (14) Remaja putri berisiko anemia lebih besar daripada remaja putra, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia adalah keadaan dimana jumlah eritrosit dalam darah kurang dari yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Stunting menurut WHO Child

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Stunting menurut WHO Child 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan kondisi kronis yang menggambarkan terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Stunting menurut WHO Child Growth Standart didasarkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menyusui merupakan aspek yang sangat penting untuk kelangsungan hidup bayi guna mencapai tumbuh kembang bayi atau anak yang optimal. Sejak lahir bayi hanya diberikan ASI hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besinya lebih besar daripada orang dewasa normal di dunia, terutama di

BAB I PENDAHULUAN. besinya lebih besar daripada orang dewasa normal di dunia, terutama di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan jenis anemia yang paling sering ditemukan pada anak yang sedang tumbuh dan wanita hamil yang keperluan besinya lebih besar daripada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia. Pertama, kurang energi dan protein yang. kondisinya biasa disebut gizi kurang atau gizi buruk.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia. Pertama, kurang energi dan protein yang. kondisinya biasa disebut gizi kurang atau gizi buruk. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Ada empat masalah gizi utama yang ada di Indonesia. Pertama, kurang energi dan protein yang kondisinya biasa disebut gizi kurang atau gizi buruk. Kedua, kurang vitamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat 2010-2015 dilakukan pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan bangsa. Pemerintah memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kontribusi penting dalam Millenium Development Goals (MDGs)

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kontribusi penting dalam Millenium Development Goals (MDGs) 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penurunan kejadian Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu kontribusi penting dalam Millenium Development Goals (MDGs) untuk menurunkan kematian anak.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. stunting pada balita ini dilaksanakan dari bulan Oktober - November 2016 di

BAB V PEMBAHASAN. stunting pada balita ini dilaksanakan dari bulan Oktober - November 2016 di BAB V PEMBAHASAN Penelitian mengenai hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita ini dilaksanakan dari bulan Oktober - November 2016 di beberapa Posyandu Balita Wilayah Binaan

Lebih terperinci