UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AKSARA JAWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AKSARA JAWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH"

Transkripsi

1 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AKSARA JAWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI PERCOBAAN 4 WATES KABUPATEN KULON PROGO TUGAS AKHIR SKRIPSI Diajukan kepadafakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi SebagianPersyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: NovikaCormilia NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017

2 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AKSARA JAWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI PERCOBAAN 4 WATES KABUPATEN KULON PROGO TUGAS AKHIR SKRIPSI Diajukan kepadafakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi SebagianPersyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: NovikaCormilia NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017 i

3 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AKSARA JAWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI PERCOBAAN 4 WATES KABUPATEN KULON PROGO Oleh: Novika Cormilia NIM ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca aksara Jawa pada siswa kelas VI A SD Negeri Percobaan 4 Wates dengan menggunakan cooperative learning tipe make a match. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas kolaboratif. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Kemmis&Taggart dengan model siklus berulang, setiap siklusnya terdiri atas kegiatan perencaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa dan guru kelas IV A SD Negeri Percobaan 4 Wates. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode tes dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cooperative learning tipe make a match dapat meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas IV A SD Negeri Percobaan 4 Wates. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan nilai rata-rata nilai siswa yaitu 18,48 pada pratindakan, menjadi 57,69 pada siklus I, dan meningkat kembali menjadi 83,5 pada siklus II. Persentase siswa yang memperoleh nilai membaca aksara Jawa memenuhi KKM juga mengalami peningkatan dari 3,85% pada pratindakan, menjadi 50% pada siklus I, dan meningkat kembali menjadi 96,15% pada siklus II. Kata kunci: cooperative learning tipe make a match, aksara Jawa, siswa kelas IV SD ii

4 THE EFFORTS TO IMPROVE JAVANESE LETTERS READING SKILLS OF GRADE 4 STUDENTS IN SD NEGERI PERCOBAAN 4 WATES KULON PROGO REGENCY BY USING MAKE A MATCH TYPE COOPERATIVE LEARNING MODEL By: Novika Cormilia NIM ABSTRACT The purpose of this research is to improve Javanese letters reading skills of grade 4students in SD Negeri Percobaan 4 Wates by using make a match type cooperative learning model. This research uses colaborative class action research and uses Kemmis&Taggart research design with cycle repeated and each cycle consists of planning, action, observation, and reflection. The subjects of this research are the teacher and also grade 4 A students in SD Negeri Percobaan 4 Wates. Data collection have been obtained by test and observation method. Data analysis have been done by qualitative and quantitative analysis technique. The results showed that make a match type cooperative learning models can improve the Javanese letters reading skills of grade 4 students in SD Negeri Percobaan 4 Wates. It can be seen by improvement in average of students score that is 18,48 in pre-action, become 57,69 in cycle I, and 83,5 in cycle II. The exhaustiveness percentage of students also have improved from 3,85% in pre-action, become 50% in cycle I, and have improved again be 96,15% in cycle II. Keywords: make a match type cooperative learning models, Javanese letters, grade 4 students iii

5 iv

6 v

7 vi

8 HALAMAN MOTTO Laa Tahzan Innallaha Ma ana Don t be sad, indeed Allah with us (QS. At-Taubah: 40) vii

9 HALAMAN PERSEMBAHAN Karya ini saya persembahkan sebagai wujud pengabdian dan cinta saya untuk: 1. Ibu, bapak, dan kakak-kakakku tercinta, atas segaladoa, semangat, serta kasih sayang yang tak ternilai harganya. 2. Almamaterku, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Agama, nusa, dan bangsa. viii

10 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan karunia-nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikandengan judul Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Aksara Jawa Menggunakan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Make A Match pada Siswa Kelas IV SD Negeri Percobaan 4 Wates Kabupaten Kulon Progo dapat disusun sesuai dengan harapan. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat: 1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan berbagai kemudahan selama masa studi. 2. Wakil Dekan I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi. 3. Ketua Jurusan PSD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan motivasi dan arahan. 4. Ibu Supartinah, M. Hum selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi dalam penyusunan tugas akhir skripsi. 5. Ibu Suyatinah, M. Pd selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi dan bimbingan selama masa studi. 6. Bapak dan Ibu dosen program studi PGSD yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya selama masa perkuliahan sebagai bekal masa sekarang dan masa yang akan datang. 7. Bapak Timbul Widodo, S.Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri Percobaan 4 Wates, yang telah berkenan memberikan banyak bantuan dan motivasi. 8. Ibu Ida Nuryati, S.Pd selaku guru kelas IV A SD Negeri Percobaan 4 Wates yang telah memberikan banyak bantuan selama proses penelitian berlangsung. ix

11 x

12 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL... i ABSTRAK... ii ABSTRACT... iii SURAT PERNYATAAN... iv LEMBAR PERSETUJUAN... v SURAT PENGESAHAN... vi HALAMAN MOTTO... vii HALAMAN PERSEMBAHAN... viii KATA PENGANTAR... ix DAFTAR ISI... xi DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Identifikasi Masalah... 7 C. Pembatasan Masalah... 8 D. Rumusan Masalah... 8 E. Tujuan Penelitian... 8 F. Manfaat Penelitian... 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Mengenai Kemampuan Membaca Aksara Jawa B. Kajian tentang Pembelajaran Aksara Jawa di SD C. Kajian Mengenai Materi Membaca Aksara Jawa dalam Pembelajaran Bahasa Jawa di SD D. Kajian Mengenai Karakteristik Siswa Kelas IV SD E. Kajian Mengenai Model Pembelajaran Cooperative Learning F. Kajian Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Make A Match G. Kajian Mengenai Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Make A Match dalam Pembelajaran Bahasa Jawa Materi Aksara Jawa H. Penelitian Relevan I. Kerangka Pikir BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Subjek Penelitian dan Tempat Penelitian C. Langkah-langkah atau Skenario PTK xi

13 D. Teknik Pengumpulan Data E. Instrumen Penelitian F. Kriteria Keberhasilan BAB IV HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian B. Pembahasan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

14 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.Aksara Carakan atau Legena Tabel 2.PedomanPenilaianMembacaAksaraJawa Tabel 3.SK dan KD Bahasa Jawa Kelas IV SD Semester Ganjil Tabel 4.SK dan KD Bahasa Jawa Kelas IV SD Semester Genap Tabel 5. Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa Tabel 6.Pedoman Penilaian Membaca Aksara Jawa Tabel 7.Hubungan antara Skala Angkadan Skala Huruf Tabel 8.Daftar Nilai Pretest Membaca Aksara Jawa Tabel 9.Kriteria Nilai Pretest Kemampuan Membaca Aksara Jawa Tabel 10.Nilai Membaca Aksara Jawa Pretest dan Postest Siklus I Tabel 11.Kriteria Nilai Kemampuan Membaca Aksara Jawa Siklus I Tabel 12. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Tabel 13. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I dan Perencanaan Kegiatan Pembelajaran Siklus II Tabel 14.Nilai Membaca Aksara Jawa Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II Tabel 15.Kriteria Nilai Kemampuan Membaca Aksara Jawa Siklus II Tabel 16. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Tabel 17. Ketuntasan Nilai Membaca Aksara Jawa xiii

15 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Model Penelitian Kemmis dan Taggart Gambar 2. Diagram Ketuntasan Siswa Gambar 3. Diagram Nilai Rata-rata Kelas xiv

16 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Lampiran 2.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Lampiran 3.Lembar Kerja Siswa Siklus II Lampiran 4.Soal Prestest Lampiran 5. Soal Postest Siklus I Lampiran 6.Soal Postest Siklus II Lampiran 7.Lembar Penilaian Membaca Kata Aksara Jawa Lampiran 8.Lembar Penilaian Membaca Kalimat Aksara Jawa Lampiran 9. Kisi-kisi Observasi Aktivitas Siswa Lampiran 10.Lembar Observasi Aktivitas Siswa Lampiran 11. Hasil Observasi Siswa Lampiran12. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Lampiran 13. Nilai Membaca Aksara Jawa Lampiran 14. Surat Perijin dan Keterangan Penelitian Lampiran 15.Dokumentasi xv

17 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Menurut Bakker (Mulyana, 2008: 64) kebudayaan secara sosiologis merupakan keseluruhan kecakapan-kecapakan (adat, akhlak, kesenian, ilmu, dan sebagainya) yang dimiliki manusia sebagai masyarakat.bahasa Jawa adalah salah satu bahasa daerah yang menjadi bagian dari kebudayaan nasional Indonesia yang perlu dilestarikan.bahasa Jawa dapat dikatakan sebagai hasil refleksi dari kebudayaan masyarakat Jawa yang merupakan bahasa ibu bagi etnis Jawa. UNESCO mengemukakan perlunya menjaga kelestarian bahasa daerah agar tidak mengalami kepunahan.dengan demikian Bahasa Jawa harus dilestarikan. Salah satu cara paling efektif untuk melestarikan Bahasa Jawa yaitu melalui jalur pendidikan. (Mulyana, 2008: 65) Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta telah mencoba melestarikan kebudayaan Jawa melalui pendidikan formal, yaitu dengan memasukkan mata pelajaran Bahasa Jawa sebagai mata pelajaran muatan lokal di sekolah pada setiap jenjang pendidikan formal tingkat dasar hingga menengah.hal ini merupakan wujud implementasi UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 37 Ayat (1) yang menyebutkan Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat muatan lokal.. Pembelajaran Bahasa Jawa SD/MI mengacu pada Standar Kurikulum dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa yang telah disusun oleh Tim Pengembang Kurikulum mata pelajaran tersebut dan memuat empat 1

18 aspek keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, serta menulis. Dalam aspek keterampilan membaca dan menulis, tidak hanya diajarkan menulis dan membaca Bahasa Jawa dalam bentuk huruf latin, akan tetapi juga diajarkan keterampilan membaca dan menulis huruf Jawa atau aksara Jawa. Menurut Prihantoro (2011: 6) bahasa Jawa sebagai bahasa tulisan dapat ditulis menggunakan aksara Jawa dan aksaralatin.membelajarkan aksara Jawa merupakan suatu tantangan tersendiri bagi guru.dewasa ini aksara Jawa sudah jarang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pada kenyataannya aksara Jawa pada saat ini lebih digunakan sebagai makna simbolis.sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam kurikulum mata pelajaran Bahasa Jawa, aksara Jawa mulai dikenalkan kepada siswa kelas IV SD semester I. Pada awal permulaan, siswa diajarkan aksara Jawa tanpa pasangan atau yang disebutaksara Jawa legena, yang terdiri dari 20 huruf dasar dalam aksara Jawa. Selanjutnya, pada semester 2 siswa mulai diperkenalkan sandhangan dan panyigeg sebagai tanda baca pada aksara Jawa. Venny Indria Ekowati (Mulyana, 2008: 244) menyatakan bahwa pembelajaran aksara Jawa terintegrasi dalam muatan lokal pada mata pelajaran Bahasa Jawa.Porsi waktu untuk pembelajaran aksara Jawa dapat dikatakan terbatas, mengingat begitu banyaknya kompetensi yang perlu dikuasai siswa. Padahal penguasaan kompetensi aksara Jawa memerlukan proses yang cukup panjang, karena selain siswa diharuskan dapat hafal aksara Jawa, siswa juga harus mampu menguasai aturan-aturan dalam penulisan aksara Jawa. Keadaan di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran 2

19 aksara Jawa di sekolah belum berjalan secara maksimal sehingga penguasaan siswa terhadap kompetensi baca tulis aksara Jawa siswa belum maksimal. Berdasarkan pada hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti tanggal 8 November 2016 dengan guru kelas IV A SD Negeri Percobaan 4 Wates Kabupaten Kulon Progo, kurang minatnya siswa untuk mempelajari aksara Jawa, terbatasnya kreativitas guru dalam penggunaan media untuk membelajarkan aksara Jawa, ditambah dengan aksara Jawa yang jarang digunakandalam kehidupan sehari-hari, merupakan faktor yang menjadikan siswa kesulitan dalam mempelajari, memahami, dan menghafal aksara Jawa.Selain itu, alokasi waktu yang disediakan untuk mata pelajaran Bahasa Jawa setiap minggunya dalam praktik di lapangan (sekolah) tergolong singkat, sedangkan cakupan materi Bahasa Jawa tidak sedikit.selain itu guru mengatakan bahwa membaca dan menulis aksara Jawa merupakan materi dalam mata pelajaran Bahasa Jawa yang sulit. Rata-rata dikarenakan siswa belum bisa menghafal huruf-huruf dalam aksara Jawa. Selain itu guru menyatakan bahwa hal tersebut juga dipengaruhi oleh tidak adanya media pendukung yang menarik dan memudahkan siswa dalam mempelajari materi aksara Jawa. Oleh karena itu guru merasa metode dan media yang inovatif sebagai penunjang pembelajaran aksara Jawa memang sangatlah diperlukan. Berdasarkan hasil observasi, kegiatan pembelajaran materi aksara Jawa di kelas masih bersifat teacher centered,yaitu guru menerangkan dan siswa memperhatikan. Guru mengajarkan materi aksara Jawa dengan metode ceramah dan menulis di papan tulis sehingga siswa lebih banyak mendengarkan serta mencatat. Aktivitas membaca 3

20 aksara Jawa dalam pembelajaran tersebut adalah guru menuliskan kata atau kalimat beraksara Jawa di papan tulis, kemudian siswa membaca secara klasikal.ketika guru memberikan soal aksara Jawa kepada siswa, siswa masih merasa kesulitan bahkan tidak mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. Padahal materi aksara Jawa sudah diajarkan 2 minggu sebelum hari pelaksanaan observasi tersebut. Artinya materi aksara Jawa sudah diajarkan sebanyak 2 kali pertemuan, dimana masing-masing pertemuan memiliki alokasi waktu 2 jam pelajaran. Apabila dilihat dari aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran, siswa terlihat kurang aktif dan antusias. Ketertarikan siswa pada materi pelajaran dapat mempengaruhi minat siswa yang tentunya juga berdampak pada kemampuan siswa dalam memahami materi tersebut. Diperlukan adanya strategi dalam menggunakan model, metode, dan media yang sesuai dengan materi yang disampaikan untuk menumbuhkan motivasi dan ketertarikan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Selain melaksanakan kegiatan observasi kegiatan pembelajaran dan wawancara dengan guru kelas, peneliti juga melaksanakan kegiatan pretest membaca aksara Jawa kepada siswa kelas IV A SD Negeri Percobaan 4 Wates. Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memperoleh nilai siswa sebelum pelaksanaan penelitian tindakan dan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam membaca aksara Jawa. Selain itu, hasil yang diperoleh dari kegiatan pretest ini dapat memperkuat latar belakang dari kegiatan penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan oleh peneliti. Pretest dilaksanakan secara lisan pada tanggal 18 Januari 2017 di ruang kelas IV A. Siswa yang mengikuti kegiatan pretest sebanyak 26 siswa. Siswa satu per 4

21 satu diminta untuk membaca secara lisan satu kalimat yang terdiri dari empat kata bertuliskan aksara Jawalegena. Ditinjau dari nilai yang diperoleh siswa melalui kegiatan pretest, dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan membaca aksara Jawa siswa kelas IV A SD Negeri Percobaan 4 Wates tidak baik atau rendah. Pada dasarnya, pembelajaran di sekolah mata pelajaran apapun baik eksak maupun non eksak, termasuk mata pelajaran muatan lokal (mulok) tidak lepas dari berbagai komponen yang mempengaruhi iklim proses pembelajaran tersebut. Guru, siswa, sarana dan prasarana merupakan beberapa komponen yang ada dalam pembelajaran. Suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila dapat mencapai tujuan dan siswa dapat menguasai indikator-indikator yang telah ditetapkan. Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor pertama dari guru, yaitu bagaimana kualitas seorang guru dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Kedua yaitu siswa, setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda antara siswa satu dengan yang lainnya. Selanjutnya adalah pendekatan, model, serta metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam penyampaian materi pembelajaran kepada siswa. Selain itu terdapat media sebagai alat bantu guru guna mendukung pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Penggunaan media dapat berfungsi untuk menarik perhatian siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas sehingga akan memudahkan siswa dalam memperoleh materi. Terdapat banyak strategi, pendekatan, model, dan metode yang dapat diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar. Salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang merupakan sistem pengajaran 5

22 yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dan berkolaboratif dengan sesama siswa dalam satu kelompok kecil untuk mencari informasi, menyelesaikan tugas, memecahkan masalah dan sebagainya. Pembelajaran kooperatif dapat diterapkan dalam berbagai mata pelajaran dan usia. Salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang menarik untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran di SD adalah mencari pasangan (make a match). Penerapan metode make a macth ini dimulai dengan teknik, yaitu siswa diminta mencari pasangan kartu yang sesuai dengan kartu yang diperolehnya. Keunggulan dari teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenal suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Model pembelajaran kooperatif tipe make a match dipilih dalam membelajarkan huruf aksara Jawa kepada siswa dikarenakan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajarannya siswa mempelajari materi secaraberkelompok dalam sebuah kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang. Dengan model pembelajaran secara berkelompok siswa dapat saling bekerjasama, berbagi, memiliki tanggung jawab, dan saling memberikan ketergantungan yang positif satu sama lain sebagaimana prinsip dari cooperative learning. Metode make a match dalam pembelajaran aksara Jawa yang sistematika pelaksanannya dilakukan dengan cara siswa mencari pasangan dari aksara Jawa dengan huruf latinnya ini, dapat memudahkan siswa dalam menghafal 20 huruf dalam aksara Jawa. Kegiatan yang dilakukan secara berkelompok dan dikemas dalam sebuah permainan mencari pasangan dari aksara Jawa, dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan 6

23 serta dapat mendorong siswa untuk berpartispasi akif dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian diharapkan kemampuan siswa dalam membaca akasara Jawa dapat meningkat. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti mempunyai gagasan untuk melakukan sebuah penelitian tindakan kelas yaitu berupa upaya meningkatkan kemampuan membaca aksara Jawa dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe make a match. Melalui model pembelajaran kooperatif, pembelajaran materi aksara Jawa dikemas secara menarik dan didukung media papan aksarayang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Dengan demikian diharapkan siswa dapat lebih tertarik dan lebih mudah dalam memahami serta menghafal aksara Jawa, sehingga kemampuannya dalam membaca aksara Jawa dapat meningkat. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka timbul beberapa masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut. 1. Penggunaan aksara Jawa yang tidak digunakan dalam kehidupan seharihari, karena pada masa kini aksara Jawa sebatas digunakan sebagai simbol kedaerahan. 2. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran aksara Jawa masih kurang. 3. Tingkat kemampuan siswa dalam membaca aksara Jawa yang tergolong rendah. 7

24 4. Model pembelajaran dan metode guru dalam membelajarkan materi aksara Jawa yang kurang efektif dan kreatif. 5. Keterbatasan media yang digunakan dalam membelajarkan aksara Jawa. 6. Ketertarikan siswa pada mata pelajaran Bahasa Jawa yang rendah 7. Alokasi waktu untuk mata pelajaran Bahasa Jawa dalam satu minggu yang relatif sedikit. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dalam penelitian ini, dibatasi pada masalah berikut. 1. Tingkat kemampuan siswa dalam membaca aksara Jawa yang tergolong rendah. 2. Model dan metode guru dalam membelajarkan materi aksara Jawa yang kurang kreatif. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka dapat dirumuskan beberapa perumusan masalah penelitian, yaitu: Bagaimana meningkatkan kemampuan membaca aksara Jawa menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe make a match pada siswa kelas IVASD Negeri Percobaan 4 Wates? E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan dan diidentifikasi, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca aksara Jawa 8

25 menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe make a match pada siswa kelas IV A SD Negeri Percobaan 4 Wates. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih dalam dunia pendidikan berupa upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kemampuan membaca aksara Jawa pada siswa kelas IV SD. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru Hasil penelitian tindakan kelas ini dapat digunakan sebagai referensi untuk memperoleh gambaran mengenai upaya meningkatkan kemampuan membaca aksara Jawa pada siswa kelas IV SD. b. Bagi Siswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca aksara Jawa dan memberikan pengalaman belajar yang baru bagi siswa. c. Bagi Sekolah Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak sekolah mengenai pentingnya menggunakan model dan media pembelajaran yang kreatif dalam kegiatan pembelajaran, salah satunya dalam mata pelajaran bahasa Jawa. d. Bagi Peneliti 9

26 Penelitian ini memberikan pengalaman dalam rangka pengadaan penelitian guna memberikan sumbangsih bagi dunia pendidikan ketika menjadi guru kelak dan menjadi sebuah kegiatan ilmiah yang tidak hanya menjadi sebuah penelitian saja tetapi dapat diterapkan sendiri nantinya. e. Bagi Pembaca Penelitian ini dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya. 10

27 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Mengenai Kemampuan Membaca Aksara Jawa Kemampuan berbahasa pada jenjang pendidikan sekolah mencakup empat aspek kemampuan, yaitu kemampuan menyimak atau mendengarkan (listening skills), berbicara (speaking skills), membaca (reading skills), dan menulis (writing skills). Keempat aspek kemampuan berbahasa tersebut saling berkaitan satu sama lain. Seseorang akan memperoleh informasi, pengetahuan, dan pengalaman melalui kegiatan membaca. Membaca merupakan keterampilan yang kompleks. Dengan kata lain, membaca mencakup tiga komponen, yaitu: (1) pengenalan awal terhadap aksara dan tanda baca, (2) korelasi aksara dan tanda baca dengan unsur linguistik formal, dan (3) hubungan lanjut dari komponen pertama dan kedua dengan makna. (Tarigan, 2008:11) Tarigan (2008: 7) berpendapat bahwa membaca merupakan proses yang dilakukan dan dimanfaatkan seorang pembaca untuk memperoleh pesan atau informasi yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Membaca juga diartikan sebagai suatu metode yang digunakan untuk berkomunikasi dengan diri sendiri dan orang lain untuk mengkomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada simbol tertulis. Sejalan dengan pendapat dari Tarigan, Rusyana (Dalman, 2013: 6) memiliki pendapat yang sama mengenai 11

28 membaca sebagai suatu kegiatan memahami pola-pola bahasa secara tertulis untuk memperoleh informasi. Dalman (2013: 7) juga berpendapat bahwa membaca merupakan proses perubahan bentuk lambang atau tulisan menjadi wujud bunyi yang memiliki makna. Membaca merupakan kegiatan fisik dan mental yang menuntut seseorang untuk menginterpretasikan simbol-simbol tulisan agar dapat memperoleh makna tulisan dan memperoleh informasi yang dibutuhkan. Farr (Dalman, 2013: 5) mengemukakan bahwa reading is the heart of education yang berarti membaca merupakan jantung dari pendidikan. Dalam hal ini memiliki makna bahwa orang yang sering membaca, pendidikannya akan maju dan ia akan memiliki wawasan yang luas. Pendapat di atas dapat memperkuat pendapatpendapat sebelumnya bahwa dengan membaca, pembaca dapat memperoleh informasi. Pendapat lain dikemukakan oleh Prasetyono (2008: 57), yang berpendapat bahwa membaca adalah serangkaian kegiatan pikiran yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk memahami suatu informasi melalui indera penglihatan dengan menyusun simbol-simbol sehingga memiliki arti dan makna. Selanjutnya menurut Heilman (Suwaryono Wiryodijoyo, 1989: 1) membaca adalah proses untuk mendapatkan arti dari kata-kata tertulis. Cole (Suwaryono Wiryodijoyo, 1989: 1) membaca ialah proses psikologis untuk menentukan arti katakata terulis. Membaca melibatkan penglihatan, gerak, mata, pembicaraan batin, 12

29 ingatan, pengetahuan mengenai kata yang dapat dipahami dan pengalaman pembacanya. Sedangkan menurut Wiryodijoyo (1989: 1) membaca ialah pengucapan katakata dan perolehan arti dari barang cetakan. Kegiatan ini melibatkan analisis dan pengorganisasian berbagai keterampilan yang kompleks. Termasuk di dalamnya adalah pelajaran, pemikiran, pertimbangan, perpaduan, pemecahan masalah, yang berarti menimbulkan kejelasan informasi bagi pembaca. Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan suatu aktivitas memahami atau mencari makna dari simbol-simbol berupa huruf dengan melibatkan indera penglihatan yang bertujuan untuk memperoleh informasi. Menurut Prasetyo (2008: 60) tujuan dari kegiatan membaca adalah sebagai berikut: 1. Membaca bukanlah kegiatan yang membutuhkan proses berpikir yang rumit. Membaca dapat dijadikan aktivitas pilihan untuk mengisi waktu luang. 2. Membaca dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi pembaca. 3. Membaca dapat dijadikan langkah suatu pekerjaan atau profesi. Sedangkan menurut Tarigan (2008: 9) tujuan utama dari aktivitas membaca adalah untuk mencari atau memperoleh informasi yang mencakup isi, memahami makna bacaan. Tujuan lain dari kegiatan membaca adalah: 1. Membaca untuk memperoleh fakta 13

30 2. Membaca untuk memperoleh ide 3. Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita 4. Membaca untuk mencari kesimpulan 5. Membaca untuk kepentingan mengelompokkan atau mengklasifikasikan 6. Membaca untuk kegiatan evaluasi 7. Membaca untuk membandingkan. Selanjutnya menurut Anderson (Dalman, 2013: 11) terdapat tujuh macam tujuan dari membaca, yaitu: 1. Reading for details or fact (membaca untuk memperoleh fakta atau perincian) 2. Reading for main ideas (membaca untuk memperoleh gagasan atau ide utama) 3. Reading for sequence or organization (membaca untuk mengetahui urutan atau susunan struktur karangan) 4. Reading for inference (membaca untuk menyimpulkan) 5. Reading to classify (membaca untuk mengklasifikasikan) 6. Reading to evaluate (membaca untuk kegiatan evaluasi) 7. Reading to compare or contrast (membaca untuk membandingkan atau mempertentangkan) Dari beberapa pendapat mengenai tujuan membaca, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas membaca memiliki tujuan utama yaitu memperoleh informasi, ide, 14

31 dan fakta yang dapat memperkaya wawasan serta pengetahuan pembaca.membaca juga dapat dijadikan aktivitas alternatif untuk mengisi waktu luang guna kepentingan kesenangan. Dalam penelitian ini tujuan dari kegiatan membaca aksara Jawa adalah untuk mengetahui urutan atau susunan dan memahami makna dari simbol aksara Jawa. Terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam kegiatan membaca.menurut Tarigan (2008: 12), secara garis besar membaca memiliki dua aspek penting, yaitu keterampilan mekanis dan keterampilan pemahaman. 1. Keterampilan mekanis Keterampilan mekanis dalam membaca mencakup pengenalan huruf, pengenalan unsur-unsur linguistik, pengenalan hubungan ejaan dan bunyi, serta kecepatan membaca ke taraf lambat. Untuk mencapai tujuan dari keterampilan mekanis, aktivitas yang sesuai adalah membaca nyaring dan membaca suara. 2. Keterampilan pemahaman Keterampilan pemahaman dalam membaca mencakup memahami pengertian sederhana, memahami makna, evaluasi atau penilaian, dan kecepatan membaca fleksibel. Aktivitas yang sesuai adalah membaca dalam hati, baik membaca ekstensif maupun intensif. B. Kajian tentang Pembelajaran Aksara Jawa di SD Menurut Hardiati (Mulyana, 2008: 243) aksara merupakan hasil budaya yang memiliki arti penting dalam perkembangan kehidupan manusia. Aksara Jawa 15

32 merupakan huruf-huruf jawa yang telah digunakan oleh masyarakat Jawa sejak dulu. Aksara Jawa termasuk dalam salah satu kebudayaan Jawa yang bernilai tinggi, sehingga sudah sepantasnya apabila harus dilestarikan keberadaannya. Aksara Hanacaraka merupakan serapan huruf yang digunakan di Tanah Jawa dan sekitarnya seperti di Madura, Bali, Lombok dan juga wilayah Sunda. Aksara Hanacaraka juga disebut aksara Jawa, tetapi sebenarnya kalimat tersebut kurang sesuai karena aksara Jawa memiliki ragam lain selain itu aksara ini tidak hanya digunakan untuk menulis bahasa Jawa saja. Aksara ini juga digunakan untuk menulis bahasa Sanskerta, bahasa Arab, bahasa Bali, bahasa Sunda, bahasa Madura, bahasa Sasak, dan juga bahasa Melayu. (Djati Prihantoro, 2011:8) 1. Aksara Carakan atau Legena Aksara Jawa legena berjumlah 20 dan melambangkan semua fonem Jawa.Adapun urutan dasar aksara Jawa sebagai berikut. Tabel 1. Aksara Carakan atau Legena a Ha n Na c Ca r Ra k Ka f Da t Ta s Sa w Wa l La p Pa d Dha j Ja y Ya v Nya m Ma g Ga b Ba q Tha z Nga Sumber: Buku Pepak Basa Jawa (Eko Purwanto, 2011) 16

33 Aksara Jawa digunakan secara bersamaan dengann pasangan, sandhangan, dan panyigeg agar dapat membentuk kata yang bermakna. Pada jenjang kelas IV Sekolah Dasar, pembelajaran aksara Jawa sebatas pengenalan 20 huruf dasar aksara Jawa legena atau tanpa pasangan dan penggunaan sandhangan serta panyigeg, melalui kompetensi membaca dan menulis. 2. SandhanganSwara dan Panyigeg Pada buku pedoman penulisan aksara Jawa (2002: 13), sandhangan diartikan sebagai penanda dalam aksara Jawa yang berfungsi sebagai pengubah bunyi. Ketika penulisan kata, aksara Jawa yang tidak mendapat sandhangan diucapkan sebagai gabungan konsonan dan vokal a. Vokal a dalam bahasa Jawa mempunyai dua macam variasi ucapan, yaitu: a. a yang dilafalkan seperti lafal o dalam bahasa Indonesia, seperti kata jodoh ; donor ; toko. Contoh penggunaan dalam aksara Jawa: mc maca bs jw basa Jawa b. ayang dilafalkan seperti lafal a dalam kata bahasa Indonesia seperti pada kata: ada ; bata ; datang pd= padhang ly/ layar Selain vokal a, terdapat lima macam sandhangan swarauntuk menghasilkan sebuah kalimat beraksara Jawa dengan vokal yang lain.lima sandhangan swara tersebut yaitu wulu (...i) ;pepet ( e); suku ( u); taling([ ); dan taling tarung ([ o) 17

34 a. Sandhangan wulu (...i) Sandhangan wulu digunakan sebagai lambang dari huruf yang memiliki suara atau vokal i dalam suku kata. Sandhangan wulu ditulis di bagian atas pada akhir aksara. Akan tetapi apabila selain wulu terdapat sandhangan lain, maka posisi sandhangan wulu sedikit geser ke kiri. Contoh penggunaan sandhangan wulu adalah sebagai berikut. pipi pipi gri= garing b. Sandhangan pepet (..e) Sandhangan pepet digunakan untuk melambangkan vokal e/ǝ di dalam suku kata. Sandhangan pepet ditulis di atas bagian akhir aksara. Apabila selain pepet terdapat sandhangan layar, sandhangan pepet digeser sedikit ke kiri dan sandhangan layar ditulis di sebelah kanan pepet. Apabila selain pepet terdapat sandhangan cecak, sandhangan cecak ditulis di dalam sandhangan pepet. Contoh: sege/ seger mene= meneng tetep\ tetep ajeg\ ajeg Sandhangan pepet tidak digunakan untuk menulis suku kata re dan le yang bukan sebagai pasangan. Suku kata re dan le yang bukan sebagai pasangan dilambangakan dengan (x) dan (X).Selain itu, sandhangan pepet pada aksara selain ha, sa,dan pa ditulis di atas aksara yang mendapat sandhangan. Contoh: x[gt\ reget Xz lenga c. Sandhangan suku(..u) 18

35 Sandhangan sukudigunakan sebagai lambang dari huruf yang memiliki suara atau vokal u dalam suku kata. Sandhangan suku yang digunakan dalam suatu suku kata, ditulis serangkai atau menyambung dengan bagian akhir aksara. Contoh: guru guru sumu/ sumur d. Sandhangan taling([ ) Sandhangan taling digunakan untuk membentuk vokal è atau é dalam satu suku kata. Sandhangan taling ditulis di depan aksara yang akan digunakan. Contoh penggunaannya adalah sebagai berikut. [p[yk\ peyek [b[bk\ bebek e. Sandhangan taling tarung ([ o) Sandhangan taling tarung digunakan untuk membentuk suara atau vokal o. Sandhangan taling tarung ditulis di depan dan belakang aksara, sebagaimana berikut. [lo[ro loro [so[to soto Selain sandhangan, dalam aksara Jawa juga terdapat panyigeg yang berfungsi sebagai lambang konsonan mati. Terdapat empat macam panyigeg, yaitu: a. Wignyan (..h) Wignyan merupakan panyigeg yang melambangkan konsonan mati h yang ditulis di belakang aksara. Contoh penggunaannya: wdh wadhah [aomh omah b. Layar (../) Layar melambangkan konsonan mati r yang ditulis di atas aksara. Contoh: kb/ kabar 19

36 sb/ sabar c. Cecak (..=) Cecak digunakan untuk melambangkan konsonan mati ng.terdapat tiga aturan dalam penggunaan cecak, yaitu: 1) Cecak ditulis di atas bagian akhir aksara. Contoh: ged= gedhang 2) Cecak ditulis di belakang sandhangan swara wulu dalam suatu suku kata. Contoh: cci= cacing 3) Cecak ditulis di dalam pepet di bagian atas aksara. Contoh: br_ bareng d. Pangkon(.\) Pangkon digunakan sebagai lambang konsonan mati atau penutup dalam suatu suku kata.dalam penulisannya terdapat tiga aturan: 1) Pangkon ditulis di belakang aksara yang ingin dimatikan. Contoh: bpk\ bapak 2) Pangkon juga dapat digunaka sebagai batas bagian kalimat seperti tanda koma (,..). Contoh: aku tuku pelem\jeruk\pis= Aku tuku pelem, jeruk, pisang Berdasarkan uraian dalam kajian mengenai hakikat membaca dan aksara Jawa maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas membaca aksara Jawa merupakan suatu proses memahami atau mencari makna dari simbol-simbol berupa huruf dengan melibatkan indera penglihatan dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang 20

37 menitikberatkan pada kegiatan mengucapkan dan memahami makna lambanglambang dalam bentuk aksara Jawa. Dalam setiap proses pembelajaran, penilaian merupakan bagian yang penting. Dalam dunia pendidikan terdapat dua istilah penilaian yang digunakan, yaitu penilaian dalam arti assesmen dan penilaian dalam arti evaluasi. Penilaian dalam arti assesmen merupakan suatu kegiatan yang dilaksanaakan secara sistematis, objektif, dan berkesinambungan dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai hasil belajar, ketercapaian siswa dalam pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan, serta mengetahui perkembangan belajar siswa (Adi Suryanto,2010: 1.10). Pelaksanaan penilaian keterampilan membaca lebih baik dilaksanakan melalui teknik penilaian secara lisan. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam melaksanakan kegiatan penilaian keterampilan membaca, yaitu: a. Ketepatan menyuarakan tulisan b. Pelafalan c. Intonasi d. Kelancaran e. Kejelasan suara f. Pemahaman isi atau makna bacaan Pembelajaran aksara Jawa dalam penelitian ini memfokuskan pada keterampilan mekanis melalui kegiatan membaca nyaring. Membaca nyaring merupakan proses melisankan menggunakan suara, intonasi, tekanan secara tepat, serta pemahaman makna dari bacaan. Dalam aktivitas membaca aksara Jawa 21

38 keterampilan membaca dapat dilihat dari aspek ketepatan pengucapan tulisan aksara Jawa, ketepatan pelafalan, dan kelancaran dalam membaca. Dalam melakukan penilaian membaca dan menulis aksara Jawa, guru seringkali menggunakan bentuk instrumen penilaian berupa pilihan ganda dan esai yang dikerjakan siswa secara tertulis. Sedangkan Ekowati (2007: 9) berpendapat bahwa dalam aspek membaca aksara Jawa teknik penilaian yang diperlukan adalah dengan penialaian secara lisan. Penilaian yang dikerjakan secara tertulis kurang efektif digunakan dalam materi ini karena guru tidak dapat mengetahui secara pasti kemampuan siswa dalam membaca aksara Jawa baik dalam ketepatan pelafalan dan kecepatan membaca. Dengan teknik penilaian membaca aksara Jawa secara lisan, dapat diketahui kemampuan dari masing-masing siswa yang sebenarnya. Berdasarkan uraian di atas maka dalam pelaksanaan evaluasi atau penilaian keterampilan membaca aksara Jawa dalam penelitian ini dilakukan dengan penilaian secara lisan yaitu dengan sistem masing-masing siswa maju untuk membaca kalimat beraksara Jawa yang tidak terlalu panjang, hanya menggunakan dua kalimat sederhana.pedoman penilaian membaca aksara Jawa yang digunakan diadopsi dari pedoman yang digunakan Soni Indrawan (Fajrin Setyorini, 2014: 28). Aspek yang dinilai meliputi ketepatan menyuarakan tulisan, pelafalan, dan kelancaran. Aspek ketepatan menyuarakan tulisan digunakan untuk menilai ketepatan siswa dalam mengucapkan setiap kata yang ditulis dengan aksara Jawa. Aspek lafal digunakan untuk menilai ketepatan siswa dalam mengucapkan bunyi bahasa (fonem) dalam aksara Jawa. Hal ini perlu dinilai karena dalam aksara Jawa terdapat fonem 22

39 yang diucapkan berbeda dengan tulisannya, misalnya vokal a ada yang diucapkan sebagai a seperti dalam kata mama, misalnya sandhal. Adapula yang diucapkan sebagai o seperti dalam kata kokoh, misalnya punakawan dibaca punokawan. Aspek kelancaran digunakan untuk menilai keberhasilan siswa dalam mempelajari aksara Jawa. Pedoman penilaian berupa tabel sebagai berikut. Tabel 2. Pedoman Penilaian Membaca Aksara Jawa No. Aspek yang Dinilai Skor Kriteria 1 Ketepatan menyuarakan tulisan 1 Jika tepat menyuarakan satu kata dalam kalimat 2 Jika tepat menyuarakan dua kata dalam kalimat 3 Jika tepat menyuarakan tiga kata dalam kalimat 4 Jika tepat menyuarakan empat kata dalam kalimat 2 Lafal 1 Jika benar dalam melafalkan satu kata dalam kalimat 2 Jika benar dalam melafalkan dua kata dalam kalimat 3 Jika benar dalam melafalkan tiga kata Skor Kriteria dalam kalimat 4 Jika benar dalam melafalkan empat kata dalam kalimat 3 Kelancaran 1 Jika lancar mengucapkan satu kata tanpa pengulangan 2 Jika lancar mengucapkan dua kata tanpa pengulangan 3 Jika lancar mengucapkan tiga kata tanpa pengulangan 4 Jika lancar mengucapkan empat kata 23

40 C. Kajian Mengenai Materi Membaca Aksara Jawa dalam Pembelajaran Bahasa Jawa di SD Bahasa mempunyai kedudukan yang sangat penting karena bahasa merupakan alat komunikasi yang utama dalam kehidupan manusia. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional merupakan hal yang mutlak untuk dipelajari dalam jenjang pendidikan dasar, menengah, bahkan pendidikan tinggi. Meskipun demikian, setiap daerah juga memiliki kewajiban untuk melestarikan bahasa-bahasa daerah yang menjadi sumber keberagaman budaya di Indonesia, salah satunya yaitu bahasa Jawa. Sugito (Mulyana, 2008: 21) dalam rangka pelestarian Bahasa Jawa sebagai salah satu kebudayaan Jawa dan upaya implementasi UU Sistem Pendidikan Nasional, maka kebijakan yang ditempuh Pemda DIY dalam pembelajaran Bahasa Jawa sesuai PP Nomor 19 dan Permendiknas Nomor 22 dan 23 adalah sebagai berikut. 1. Pengembangan budaya Jawa bagi para siswa yang diperlukan sebagai upaya pelestarian budaya Jawa, pengembangan budi pekerti, dan kepribadian. 2. Melestarikan dan mempertahankan budaya Jawa yang merupakan peninggalan nenek moyang sekaligus asset yang dimiliki bangsa dan negara. tanpa pengulangan 3. Memberlakukan mata pelajaran Bahasa Jawa sebagai muatan lokal wajib di jenjang pendidikan dasar sampai menengah. 24

41 4. Pihak sekolah seprovinsi DIY, dengan didukung instansi terkait, pada umumnya sangat mendukung dan siap melaksanakan serta menerapkan mata pelajaran Bahasa Jawa sebagai muatan lokal wajib. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 37 Ayat (1) yang menyebutkan Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat muatan lokal.. Sutrisna Wibawa (Mulyana, 2008: 33) menyatakan bahwa muatan lokal merupakan bagian dari struktur dan muatan kurikulum yang terdapat pada Standar Isi di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Keberadaan muatan lokal merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang disesuaikan dengan kearifan lokal dan kebutuhan dari masing-masing daerah sehingga penyelenggaraannya tidak terpusat.lingkup isi atau jenis dari muatan lokal berupa bahasa daerah, bahasa asing, kesenian daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat, serta pengetahuan tentang berbagai ciri khas suatu daerah. Pendapat Sutrisna Wibawa sejalan dengan Panduan Penyusunan KTSP, Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah (BSNP, 2006: 9-10), mata pelajaran Bahasa Jawa merupakan muatan lokal yang bersifat kurikuler dan bertujuan untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan kearifan lokal, ciri khas, potensi daerah, dan keunggulan daerah, serta materi yang diajarkan tidak berkaitan dengan mata pelajaran lain sehingga Bahasa Jawa menjadi mata pelajaran tersendiri (Suwarna dalam Mulyana, 2008: 137) Bahasa Jawa sebagai salah satu bahasa daerah di Indonesia memiliki beberapa fungsi, Mulyani (Mulyana, 2008: 233) mengemukakan fungsi Bahasa Jawa sebagai 25

42 lambang kebanggaan daerah, lambang daerah, identitas daerah, dan alat berhubungan di dalam keluarga masyarakat daerah. Pembelajaran Bahasa Jawa berdasarkan Kurikulum 2010 lebih menekankan pada pendekatan komunikatif, yaitu pembelajaran yang mempermudah siswa untuk lebih akrab dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Jawa serta melatih siswa untuk lebih tertarik berbicara menggunakan Bahasa Jawa yang benar dan sesuai dengan situasinya. Pembelajaran Bahasa Jawa meliputi dua aspek kemampuan, yaitu aspek kemampuan berbahasa dan aspek kemampuan bersastra. Pada setiap aspek tersebut meliputi empat aspek keterampilan, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek merupakan satu kesatuan yang saling berkiatan dan tidak dapat dipisah. Pada aspek membaca, dalam pembelajaran Bahasa Jawa salah satu materi yang diajarkan adalah membaca huruf Jawa atau aksara Jawa. Membaca merupakan suatu aktivitas memahami atau mencari makna dari simbol-simbol berupa huruf dengan melibatkan indera penglihatan dengan tujuan untuk memperoleh informasi. Membaca aksara Jawa berarti kegiatan untuk mengucapkan dan memahami makna lambang-lambang dalam bentuk aksara Jawa. Keterampilan membaca aksara Jawa pertama kali diajarkan pada kelas IV semester I. Sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan, pada semester pertama siswa diajarkan pengenalan aksara Jawa legena, yaitu aksara Jawa yang belum disertai sandhangan atau tanda lainnya, sehingga kalimat yang digunakan dalam pembelajaran membaca aksara Jawa di semester 1 masih sangat sederhana, misalnya: 26

43 1. an ap ana apa 2. mc bs jw maca basa jawa Uraian di atas mengacu pada kurikulum muatan lokal yang diterapkan di sekolah dengan SK dan KD yang tertulis dalam buku Gagrag Basa Jawa (Haryono, 2010: 94) sebagai berikut. Tabel 3.SK dan KD Bahasa Jawa Kelas IV SD Semester Ganjil Standar Kompetensi 3. Memahami wacana tulis sastra dan non sastra dalam kerangka budaya Jawa. Kompetensi Dasar 3.3 Membaca kata dan kalimat beraksara Jawa legena. Selanjutnya, memasuki semester 2 SK dan KD yang digunakan berdasarkan kurikulum muatan lokal yang telah disusun adalah sebagai berikut. Tabel 4. SK dan KD Bahasa Jawa Kelas IV SD Semester Genap Standar Kompetensi 7. Memahami wacana tulis sastra dan non sastra dalam kerangka budaya Jawa. Kompetensi Dasar 7.3 Membaca kata dan kalimat beraksara Jawa yang menggunakan sandhangan swara dan panyigeg. Berdasarkan SK dan KD di atas, maka pada semester 2 siswa mulai diajarkan membaca aksara Jawa yang dilengkapi dengan sandhangan dan panyigeg, sebagai contoh: 1. ani tuku spu ani tuku sapu 27

44 2. htohno mc buku tono maca buku Berdasarkan pemaparan di atas, maka untuk materi membaca aksara Jawa dalam penelitian ini mengacu pada SK dan KD di semester 2 dimana kemampuan yang diteliti adalah kemampuan siswa dalam membaca aksara Jawa yang sudah menggunakan sandhangan swara dan panyigeg. D. Kajian Mengenai Karakteristik Siswa Kelas IV SD Siswa kelas IV Sekolah Dasar rata-rata berusia antara tahun. Para ahli menggolongkan anak pada usia ini masuk pada masa kanak-kanak akhir atau sering disebut sebagai masa usia sekolah atau masa sekolah dasar. Secara kognitif, menurut Piaget masa kanak-kanak akhir mulai menggunakan konsep yang konkret. Anak mampu menggunakan kemampuan mentalnya untuk memecahkan masalah yang bersifat konkret. Pada masa ini anak mulai meningkat dan lebih baik pemahamannya tentang konsep ruangan, kausalitas, kategorisasi, konversi, dan penjumlahan. Sedangkan secara bahasa, pada tahap ini anak mulai menunjukkan adanya perubahan perbendaharaan kata dan tata bahasa. Membaca memiliki peran penting dalam pengembangan bahasa. Pada masa ini perubahan terjadi dalam hal anak berfikir tentang kata-kata.anak lebih baik kemampuannya dalam memahami dan menginterpretasikan komunikasi lisan dan tulisan. Menurut Marsh (Rita Eka Izzaty, dkk, 2013: 116) strategi guru dalam pembelajaran pada masa kanak-kanak akhir, adalah: 1. Menggunakan bahan-bahan yang konkret, misalnya benda atau barang konkret 28

45 2. Menggunakan alat visual, misalnya OHP 3. Menggunakan contoh-contoh yang akrab dengan anak dari yang bersifat sederhana hingga kompleks 4. Menyajikan materi secara singkat dan terorganisasi dengan baik 5. Menggunakan latihan nyata dalam menganalisis masalah atau kegiatan, misalnya menggunakan teka-teki. Siswa dalam tahap ini memerlukan adanya kegiatan bekerja dengan objek berupa benda-benda konkret atau media yang digunakan untuk memanipulasi, menyentuh, meraba, melihat, dan merasakan. Siswa kelas IV SD Negeri Percobaan 4 Wates Kabupaten Kulon Progo senang dengan kegiatan pembelajaran yang menggunakan media yang menarik. Mereka senang belajar sambil bermain. Kegiatan pembelajaran yang menggunakan media dan metode yang menarik, dapat menumbuhkan respon yang positif dari siswa. Mereka menjadi semakin aktif dan antusias mengikuti pembelajaran. Ditambah dengan adanya reward atau penghargaan, siswa menjadi semakin antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Terkait dengan pembelajaran Bahasa Jawa khususnya aksara Jawa, penerapan model dan metode pembelajaran serta penggunaan media hendaknya disesuaikan dengan perkembangan siswa, baik secara kognitif maupun bahasa. Dalam penelitian ini menggunakan model pembelajaran kooperatif dimana dalam pelaksanaannya siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan. Kegiatan dilengkapi dengan adanya media papan aksara yang sesuai dalam teori yang diuraikan sebelumnya 29

46 bahwa strategi guru dalam pembelajaran masa kanak-kanak akhir hendaknya menggunakan bahan atau benda konkret yang membantu siswa memahami materi yang dipelajari. Penggunaan media dan metode yang menarik serta praktik pembelajaran yang menyenangkan diharapkan dapat mempermudah siswa dalam memahami suatu materi atau konsep. E. Kajian Mengenai Model Pembelajaran Cooperative Learning Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme. Pada dasarnya teori konstruktivisme dalam belajar merupakan suatu pendekatan dimana siswa menemukan dan mentransformasikan pengetahuan yang diperoleh secara individual. Teori ini sangat percaya bahwa siswa mampu mencari sendiri masalah, menyusun sendiri pengetahuannya melalui kemampuan berpikir dan tantangan yang dihadapinya, menyelesaikan serta membuat konsep berdasarkan pengalaman belajarnya. Dalam teori konstruktivisme lebih menekankan pada proses pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada masalah-masalah kompleks untuk dicari solusinya, dan selanjutnya menemukan pengetahuan serta keterampilan yang diharapkan. Menurut Slavin (Rusman, 2014: 201) pembelajaran kooperatif mendorong siswa untuk belajar secara aktif dan positif yang dilakukan dalam satu kelompok. Dalam satu kelompok, siswa diperkenankan untuk saling bertukar ide dan pemikiran. Guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi menyediakan fasilitas yang memungkinakan anak didik dapat belajar secara optimal. Fasilitas yang dimaksud bukanlah sekedar fasilitas fisik, seperti ruang kelas yang memadai atau media belajar, 30

47 akan tetapi juga faslitas psikis seperti kenyaman batin dalam belajar, interaksi guru dengan siswa yang terjalin harmonis, maupun adanya dukungan penuh dari guru sehingga siswa senantiasa memiliki motivasi belajar yang tinggi. Menurut pendapat Piaget dan Vigotsky (Rusman, 2014: 202) adanya hakikat sosial dari sebuah proses belajar dan adanya sistem belajar berkelompok dengan kemampuan belajar yang beragam, akan menimbulkan adanya perubahan konseptual. Dalam proses belajar diharapkan adanya komunikasi banyak arah yang memungkinkan akan terjadinya aktivitas dan kreativitas yang diharapkan. Kegiatan komunikasi banyak arah ini dapat diperoleh melalui kegiatan belajar secara berkelompok. Berkaitan dengan pendapat Piaget dan Vigotsky, para tokoh teori belajar kontruktivistik menekankan akan pentingnya interaksi dengan teman sebaya, melalui pembentukan kelompok belajar. Melalui kelompok belajar, memberikan kesempatan bagi siswa untuk terlibat secara aktif dan mengungkapkan pendapat serta pemikiran siswa kepada teman yang dapat membantunya untuk melihat sesuatu dengan lebih jelas bahkan melihat ketidaksesuaian pandangan mereka sendiri. 1. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugastugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling membantu untuk memahami materi pelajaran (Lie, 2003). 31

48 Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri atas empat sampai enam orang, Dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Keberhasilan belajar dari kelompok bergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun kelompok (Slavin dalam Solihatin, 2007). Pembelajaran kooperatif atau cooperative learning menurut Nur dan Wikandari (2000), mengacu pada metode pengajaran, yaitu siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil yang saling membantu dalam belajar. Pendapat selanjutnya mengenai pembelajaran kooperatif, adalah pendapat dari Nurulhayati (Rusman, 2014: 203) yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Muslim Ibrahim (Rusman, 2014: 208) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu aktivitas pembelajaran yang menggunakan pola belajar siswa berkelompok untuk menjalin kerja sama dan ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan, dan hadiah. Menurut Sanjaya (2006: 239) cooperative learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan secara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. 32

49 Sedangkan Tom V. Savage (Rusman, 2014: 203) mengemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu pendekatan yang menekankan kerja sama dalam kelompok. Kemudian Johnson dalam Hasan (Rusman, 2014: 204) mengatakan pembelajaran kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja sama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam satu kelompok. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang menekanakan adanya kegiatan belajar siswa secara berkelompok, dimana dalam satu kelompok kecil terdiri dari empat sampai enam orang yang dibentuk secara heterogen, dan dalam satu kelompok tersebut siswa diharapkan dapat saling berbagi informasi, ide, pendapat, serta pemikiran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat unsur yang membedakan antara belajar kelompok dengan pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus dari guru ke siswa, melainkan siswa dapat saling membelajarkan satu sama lain atau yang dikenal dengan pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching). Strategi pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa di dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Rusman (2014: 204) mengatakan terdapat empat hal penting dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: a. Adanya peserta didik dalam kelompok, b. Adanya aturan main (role) dalam kelompok, 33

50 c. Adanya upaya belajar dalam kelompok, d. Adanya kompetensi yang harus dicapai oleh kelompok. Peserta adalah siswa yang melakukan proses pembelajaran dalam setiap kelompok belajar. Pengelompokan siswa bisa ditetapkan berdasarkan beberapa pendekatan, di antaranya pengelompokan yang didasarkan atas minat dan bakat siswa, pengelompokan yang didasarkan atas latar belakang kemampuan, pengelompokan yang didasarkan atas campuran, baik campuran ditinjau dari minat maupun campuran ditinjau dari kemampuan. Aturan kelompok adalah segala sesuatu yang menjadi kesepakatan semua pihak yang terlibat, baik siswa sebagai peserta didik, maupun siswa sebagai anggota kelompok. Misalnya, aturan tentang pembagian tugas setiap anggota kelompok, waktu dan tempat pelaksanaan, dan lain sebagainya. Berkenaan dengan pembentukan kelompok dalam pembelajaran kooperatif, didasarkan pada: (a) minat dan bakat siswa, (b) latar belakang kemampuan siswa, (c) perpaduan antara minat dan bakat siswa dan latar kemampuan siswa. Upaya belajar adalah segala aktivitas siswa untuk meningkatkan kemampuan yang telah dimiliki maupun meningkatkan kemampuan baru, baik kemampuan dalam aspek pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Aktivitas pembelajaran tersebut dilakukan dalam kegiatan kelompok, sehingga antarpeserta dapat saling membelajarkan melalui tukar pikiran, pengalaman, maupun gagasan-gagasan. Aspek tujuan dimaksudkan untuk memberikan arah perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. 34

51 Melalui tujuan yang jelas, setiap anggota kelompok dapat memahami sasaran setiap kegiatan belajar. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang cocok untuk diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Hal ini berdasarkan atas penelitian yang dilakukan Slavin (Rusman, 2014: 205) yang menyatakan bahwa, pertama, penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan dapat meningkatkan hubungan sosial serta menumbuhkan sikap toleransi dan menghargai pendapat orang lain. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem kelompok/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang memiliki latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok. 35

52 Berdasarkan uraian hasil penelitian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan kemampuan belajar siswa. Kegiatan pembelajaran kooperatif atau cooperative learning dapat efektif digunakan apabila: (a) guru menekankan pentingnya usaha bersama di samping usaha secara individu, (b) guru mengehndaki adanya pemerataan hasil belajar dalam satu kelompok, (c) guru ingin menanamkan tutor sebaya (peerteaching), (d) guru menghendaki adanya partisipasi antar anggota kelompok secara merata, (e) guru menghendaki kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan. (Sanjaya, 2006) 2. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut. Sanjaya (2006: 242) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan dalam beberapa perspektis, yaitu: a. Perspektif motivasi, artinya penghargaan yang diberikan kepada kelompok yang dalam kegiatannya saling membantu untuk mencapai keberhasilan kelompok. b. Perspektif sosial, artinya melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar, karena adanya keinginan agar semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan. 36

53 c. Perspektif perkembangan kognitif, artinya dengan adanya interaksi antar anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah informasi yang diperoleh. Adapun karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai berikut: a. Pembelajaran secara tim Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang dilakukan secara tim. Tim merupakan wadah untuk mecapai tujuan. Oleh karena itu, siswa harus mampu belajar dalam tim dan setiap anggota tim saling membantu. b. Didasarkan pada manajemen kooperatif Pelaksanaan pembelajaran kooperatif dilaksanakan dengan tiga fungsi manajemen, yaitu: 1) Fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan. Misalnya tujuan yang hendak dicapai, cara untuk mencapainya, apa yang harus dilakukan, dan sebagainya. 2) Fungsi manajemen sebagai organisasi, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan sebuah perencaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif. 3) Fungsi manajemen sebagai kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan yang kemudian dapat diketahui baik melalui tes maupun non tes. 37

54 c. Kemauan untuk bekerja sama Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan kelompok, oleh karenanya prinsip kerja sama harus ditekankan dalam kegiatan pembelajaran. Tanpa adanya kerja sama yang baik antar anggota dalam satu kelompok, pembelajaran kooperatif tidak dapat mencapai hasil yang maksimal. d. Keterampilan bekerja sama Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut. 1) Siswa dalam kelompoknya beranggapan bahwa mereka dalam satu kelompok sehidup sepenanggunagan bersama. 2) Siswa bertanggung jawab atas seala sesuatu di dalam kelompoknya. 3) Siswa hendaknya melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama untuk dicapai. 4) Siswa dalam satu kelompok membagi tugas dan tanggung jawab yang sama. 5) Siswa akan diberikan evaluasi atau reward yang juga akan berlaku bagi anggota lain dalam satu kelompok. 6) Siswa berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama 38

55 7) Siswa diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang dilimpahkan kepada dirinya dalam kelompok kooperatif. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Terdapat tiga bentuk keterampilan kooperatif yang diungkapkan oleh Lundgren (Rusman, 2014: 210), yaitu: a. Keterampilan kooperatif tingkat awal Meliputi: 1) menggunakan kesepakatan, 2) menghargai kontribusi, 3) mengambil giliran dan berbagi tugas, 4) berada dalam kelompok, 5) berada dalam tugas, 6) mendorong partisipasi, 7) mendorong orang lain untuk berbicara, 8) menyelesaikan tugas pada waktunya, dan9) menghormati perbedaan indvidu. b. Keterampilan kooperatif tingkat menengah Meliputi: 1) menunjukkan penghargaan dan simpati, 2) mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima, 3) mendengarkan dengan aktif, 4) bertanya, 5) membuat ringkasan, 6) manafsirkan, 7) mengatur dan mengorganisir, 8) menerima tanggung jawab, dan 9) mengurangi ketegangan. c. Keterampilan kooperatif tingkat mahir Meliputi: 1) mengelaborasi, 2) memeriksa dengan cermat, 3) menanyakan kebenaran, 4) menetapkan tujuan, dan 5) berkompromi. 3. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif 39

56 Menurut Mifzal (2012:34) pembelajaran kooperatif memiliki ciri khas, yaitu terbentuknya kelompok belajar. Namun, tidak semua belajar kelompok dapat disebut sebagai pembelajaran kooperatif. Ada sejumlah unsur atau elemen yang harus dipenuhi agar belajar kelompok dapat dikatakan sebagai pembelajaran kooperatif. Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif, seperti dijelaskan di bawah ini. a. Prinsip ketergantungan positif (positive Interdependence) Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya. Oleh sebab itu, perlu disadari oleh setiap anggota kelompok keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota. Dengan demikian, semua anggota dalam kelompok akan saling merasa saling ketergantungan. Setiap anggota kelompok masing-masing perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya agar tercipta kelompok kerja yang efektif. Tugas tersebut tentu saja disesuaikan dengan kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakikat ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin bisa diselesaikan manakala ada anggota yang tidak bisa menyelesaikan tugasnya, dan semua ini memerlukan kerja sama yang baik dari masing-masing anggota kelompok. b. Tanggung jawab perseorangan (Individual Accountability) Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama.oleh karena keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota 40

57 harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Untuk mencapai hal tersebut, guru perlu memberikan penilaian terhadap individu dan juga kelompok. Penilaian individu bisa berbeda, akan tetapi penilaian kelompok harus sama. c. Interaksi tatap muka (Face to Face Promotion Interaction) Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing. Kelompok belajar kooperatif dibentuk secara heterogen, yang berasal dari budaya, latar belakang sosial, dan kemampuan akademik yag berbeda. Perbedaan semacam ini akan menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya antaranggota kelompok. d. Partisipasi dan komunikasi (Participation Communication) Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak. Oleh sebab itu, sebelum melakukan kooperatif, guru perlu membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi, misalnya kemampuan mendengarkan dan kemampuan berbicara. Siswa perlu dibekali dengan kemampuan-kemampuan berkomunikasi untuk dapat melakukan partisipasi dan komunikasi. Misalnya, cara menyatakan ketidaksetujuan atau cara menyanggah pendapat orang lain secara santun, tidak 41

58 memojokkan, cara menyampaikan gagasan dan ide-ide yang dianggapnya baik dan berguna. Uraian di atas sejalan dengan pendapat Nurulhayati (Rusman, 2014: 204) mengemukakan terdapat lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: a. Ketergantungan yang positif Ketergantungan yang positif adalah suatu bentuk kerja sama yang sangat erat antar anggota dalam satu kelompok untuk mencapai tujuan. Siswa diharapkan menyadari bahwa kesuksesan dalam satu kelompok tergantung pada kesuksesan setiap anggotanya. b. Tanggung jawab individu Tanggung jawab individu yang dimaksud adalah bahwa setiap anggota dalam satu kelompok memiliki tanggung jawab perseorangan dalam melaksanakan kegiatan belajar kooperatif. c. Kemampuan bersosialisasi dan berinteraksi Kemampuan bersosialisasi dan berinteraksi sangatlah diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran kooperatif. Kegiatan pembelajaran kooperatif tidak dapat berfungsi secara efektif apabila tidak didukung dengan adanya kemampuan bersosialisasi dan berinteraksi yang baik. d. Tatap muka Kegiatan pembelajaran kooperatif mengharuskan adanya kesempatan untuk bertemu dan berdiskusi antar anggota kelompok. e. Evaluasi proses kelompok 42

59 Guru memiliki tugas untuk mengevaluasi proses pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok. Pendapat Nurulhayati sejalan dengan pendapat Siahaan (Rusman, 2014: 205) yang mengutarakan lima unsur esensial yang ditekankan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: 1) saling ketergantungan yang positif, 2) interaksi berhadapan (face to face interaction), 3) tanggung jawa individu (individual responsibility), 4) keterampilan sosial (social skillsi), dan 5) terjadi proses kelompok (group processing). Dalam penelitian ini prinsip pembelajaran kooperatif yang muncul adalah: 1) tanggung jawab perseorangan, yaitu dengan adanya tugas individu dalam kelompok untuk mencari pasangan atau make a match aksara Jawa sejumlah empat aksara, 2) ketergantungan positif, yaitu pada kegiatan siswa bekerjasama dalam kelompok untuk melengkapi aksara Jawa pada papan aksara yang belum berhasil ditemukan, 3) tatap muka dan interaksi dalam kelompok, 4) evaluasi kelompok, yaitu adanya kegiatan presentasi kelompok dari hasil kerja kelompok. 4. Model-model Pembelajaran Kooperatif Terdapat beberapa variasi jenis model dalam pembelajaran kooperatif, walaupun prinsip dasar dari setiap variasi tidak berubah. Jenis-jenis model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut. a. Student Teams Achievment Division (STAD) b. Jigsaw c. Bertukar pasangan 43

60 d. Make a match (mencari pasangan) e. Berpikir berpasangan berempat f. Berkirim salam dan soal g. Kepala bernomor h. Dua tinggal dua tamu i. Group Invertigation (GI) j. Keliling kelompok k. Kancing gemerincing l. Keliling kelas m. Lingkaran kecil lingkaran besar n. Bercerita berpasangan o. TAI (Team Assisted Individualuzition atau Team Accelarate Instruction) p. TGT (Team Game Turnament) q. Snowball Throwing Dalam penelitian tindakan kelas ini, menggunakan model pembelajaan kooperatif tipe make a match. Tipe make a match dipilih karena cocok dengan pembelajaran membaca aksara Jawa yaitu memasangkan aksara Jawa dengan huruf Latinnya. kegiatan pembelajaran membaca aksara Jawa dengan tipe make a match dalam penelitian ini terintegrasi dengan sebuah media yaitu papan aksara untuk menempelkan pasangan aksara Jawa dengan huruf Latinnya. F. Kajian Mengenai Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Make A Match 44

61 Model pembelajaran kooperatif tipemake amatchatau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (Rusman, 2014: 223). Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan.teknik ini biasanya digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.penerapan metode ini dimulai dengan siswa diminta mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau soal atau pasangan suatu konsep sebelum batas waktu yang telah ditetapkan.siswa yang dapat mencocokkan kartu diberikan poin. Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe make a match, yaitu: a. Penyampaian tujuan dan motivasi kepada siswa. Di awal pembelajaran guru menyampaikan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Selain itu guru juga memiliki tugas untuk memberikan motivas kepada siswa agar semangat dalam mengikuti pembelajaran. Disampaikan pula tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan mampu dikuasi oleh siswa, tugas yang harus dilaksanakan oleh siswa, serta tata cara mengikuti kegiatan pembelajaran. b. Guru melaksanakan pembagian kelompok. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari 4 sampai 5 siswa dengan memperhatikan prinsip heterogenitas atau keberagaman baik dalam prestasi akademik, gender atau jenis kelamin, ras atau etnik. 45

62 c. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang mungkin cocok untuk sesi review (persiapan menjelang tes atau ujian). d. Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang. e. Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartu yang dimilikinya. f. Siswa yang memperoleh kartu yang cocok dengan kartu yang dimilikinya diberikan poin. g. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar siswa mendapatkan kartu yang berbeda. h. Kesimpulan. Setiap model dan metode pembelajaran jelas memiliki kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaannya. Termasuk pada model pembelajaran cooperative learning tipe make a match. Dalam pelaksanaannya tipe make a match memiliki beberapa kelebihan, yaitu sebagai berikut. a. Siswa belajar dalam satu kelompok kecil yang dapat menumbuhkan sikap kerja sama antar siswa. b. Dalam satu kelompok setiap siswa diberikan tanggung jawab terhadap tugasnya masing-masing yaitu mencari pasangan atau make a match dari konsep yang dipelajari. Dengan demikian hal ini dapat memunculkan tanggung jawab pada diri siswa. 46

63 c. Pembagian tugas secara heterogen atau beragam dapat meningkatkan hubungan sosial antar siswa, sehingga siswa dapat belajar untuk saling menghargai dengan sesama teman dan tidak membeda-bedakan. d. Model pembelajaran kooperatif tipe make a match yang dilakukan secara berkemlompok dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, sehingga menarik bagi siswa. e. Kegiatan pembelajaran tipe make a match menuntut adanya partispasi siswa dalam pelaksanaannya. Sehingga, hal ini dapat mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam mengikuti pembelajaran. f. Kegiatan pembelajaran dengan mencari pasangan atau make a match dapat membantu siswa meningkatkan daya ingat siswa terhadap materi yang sedang dipelajari. g. Pemahaman materi atau konsep dengan tipe make a match dapat meningkatkan daya ingat siswa, sehingga hasil belajar yang diperoleh dalam materi atau konsep tersebut dapat meningkat. Model pembelajaran cooperative learning tipe make a match juga memiliki kelemahan dalam pelaksanaannya. Kelemahan tersebut antara lain: a. Tidak mudah membagi kelompok yang terdiri dari siswa yang heterogen atau beragam, terutama beragam dalam aspek akademik. Karena setiap siswa pada dasarnya memiliki kemampuan yang berbeda pada setiap materi pelajaran. 47

64 b. Membutuhkan persiapan yang matang sehingga kegiatan pembelajaran sesuai dengan apa yang diharapkan. c. Alokasi waktu yang dibutuhkan lebih lama dibandingkan dengan metode konvensional karena banyaknya kegiatan yang dilakukan siswa untuk dapat memahami suatu konsep atau materi. d. Pengelolaan kelas yang tidak mudah. Karena dalam pelaksanaannya dilakukan secara berkelompok, maka dapat beresiko menimbulkan kegaduhan di dalam kelas. Sehingga guru harus bekerja ekstra untuk tetap menjaga suasana kelas agar tetap efektif untuk belajar. G. Kajian Mengenai Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Make A Match dalam Pembelajaran Bahasa Jawa Materi Aksara Jawa Pembelajaran aksara Jawa selama ini terintegrasi pada mata pelajaran Bahasa Jawa di Sekolah Dasar (SD) yang hanya diberikan alokasi waktu 1 sampai 2 jam per minggu. Alokasi waktu yang diberikan sangat kurang, mengingat banyaknya kompetensi yang harus dicapai oleh siswa.salah satu kendala siswa dalam menguasai aksara Jawa ialah pada metode pembelajaran yang diterapkan. Pembelajaran baca tulis aksara Jawa mayoritas disampaikan dengan metode ceramah tanpa adanya media yang mendukung penyampaian materi aksara Jawa tersebut. Penggunaan media yang interaktif dan menarik dalam pembelajaran aksara Jawa masih minim. Selama ini media pembelajaran aksara Jawa masih menggunakan media yang konvensional atau tradisional seperti buku atau gambar sehingga kegiatan pembelajaran cenderung monoton dan kurang menumbuhkan keaktifan serta 48

65 partisipasi siswa. Walaupun untuk membaca dan menulis aksara Jawa Dinas Kebudayaan Provinsi DIY telah menyediakan sebuah program komputer hanacaraka yang dapat digunakan guru untuk membelajarkan siswa tentang membaca dan menulis aksara Jawa. Dalam mempelajari aksara Jawa perlu diterapkan model pembelajaran dan penggunaan media yang menarik untuk menumbuhkan motivasi belajar pada siswa. Dengan model, metode, dan media yang menarik, materi yang sesulit apapun dapat disampaikan dengan lebih mudah dan dapat diterima dengan baik oleh siswa. Sebagaimana yang disampaikan oleh Ekowati (2007: 7) bahwa perlu adanya media dan metode yang dapat mendorong siswa untuk aktif, kreatif, dan menumbuhkan semangat para siswa dalam mempelajari aksara Jawa. Model pembelajaran kooperatif atau cooperative learning yang menekankan konsep belajar kelompok dengan tipe make a match atau mencari pasangan dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran aksara Jawa. Dengan model pembelajaran kooperatif siswa dapat saling membantu, berbagi, dan bekerja sama dalam mempelajari materi aksara Jawa. Tipe make a macth atau mencari pasangan yang dalam pelaksanaannya menggunakan media berupa papan aksara, dapat menumbuhkan minat dan ketertarikan siswa, sehingga diharapkan keaktifan dan partispasi siswa dapat meningkat. Dalam penelitian ini pembelajaran kooperatif tipe make a macth atau mencari pasangan dalam sistematika pelaksanaannya sedikit berbeda dengan apa yang telah dipaparkan sebelumnya. Akan tetapi pada prinsipnya tetap sama, yaitu mencari 49

66 pasangan atau make a matchyang menggunakan kartu-kartu aksara Jawa beserta huruf Latinnya sebagai pasangannya atau sebaliknya yang kemudian ditempelkan pada sebuah papan yang disebut dengan papan aksara. Selain itu kegiatan mencari pasangan aksara Jawa dengan huruf Latinnya atau sebaliknya ini dikemas dalam sebuah permainan yang disebut kereta aksara.hal ini dilakukan untuk menumbuhkan jiwa kompetisi pada siswa sehingga siswa termotivasi untuk belajar materi aksara Jawa. Langkah-langkah pelaksanannya adalah sebagai berikut. 1. Guru membentuk kelompok kecil yang masing-masing kelompok beranggotakan 5 orang yang dibentuk secara heterogen. 2. Masing-masing kelompok menunjuk seorang siswa sebagai ketua kelompok. 3. Ketua kelompok diminta untuk mengambil satu buah papan aksara yang sudah ditempeli 20 huruf aksara Jawa dan huruf latinnya, serta selembar kertas berisi petunjuk permainan kereta aksara. 4. Masing-masing anggota kelompok berbaris membentuk sebuah barisan seperti sedang bermain kereta-keretanan. 5. Masing-masing siswa mencari setidaknya 4 huruf. Setiap siswa diberi 2 kali kesempatan bermain. Pada setiap kesempatan diberi waktu 30 detik. 6. Siswa yang berada di barisan paling depan boleh mulai mencari pasangan terlebih dahulu dimulai dengan pasangan aksara Jawa dan latin yang dia ketahui. 7. Kemudian dilanjutkan siswa pada baris ke dua, ke tiga dan seterusnya. 50

67 8. Siswa diminta untuk mencatat huruf apa saja yang berhasil ia cari pasangannya. 9. Pada kesempatan terakhir guru dapat menilai sejauh mana pengetahuan siswa mengenai materi aksara Jawa. 10. Setelah kesempatan bermain masing-masing siswa habis, guru meminta siswa untuk membentuk lingkaran untuk melengkapi pasangan aksara Jawa dengan huruf latin yang belum berhasil dicari oleh kelompok. 11. Selanjutnya ulangi kembali permainan tersebut dari awal akan tetapi siswa yang berada di barisan pertama harus berbeda dari permainan yang dilaksanakan sebelumnya. Selain itu siswa diminta mencari pasangan dari huruf yang berbeda dengan huruf yang berhasil dicari sebelumnya. Kelebihan dari kegiatan pembelajaran yang dikemas dalam sebuah permainan mancari pasangan atau make a match secara kelompok ini adalah dapat mendorong siswa untuk berpartispasi secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan tersebut masing-masing siswa memiliki tanggung jawab yang sama, siswa diajarkan untuk saling bekerjasama, berbagi, dan saling memiliki ketergantungan yang positif antaranggota sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya dalam prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif atau cooperative learning. Permainan tersebut dapat mendorong siswa untuk mengingat huruf-huruf yang ada dalam aksara Jawa, yaitu ketika siswa diminta untuk mencari pasangan pada setiap kesempatan bermain. Permainan dilakukan secara berulang dengan tujuan agar siswa mengetahui hurufhuruf lain yang berbeda dengan huruf yang berhasil dipasangkan sebelumnya. Hal ini 51

68 tentunya dapat membantu siswa untuk meghafal aksara Jawa. Dengan demikian, kemampuan membaca aksara Jawa pada diri siswa dapat semakin meningkat. Kelemahan dari penggunaan tipe make a match dalam pembelajaran membaca aksara Jawa diperlukan adanya persiapan yang matang dalam perencanaan, rancangan sistematika pelaksanaan, dan persiapan media yang digunakan. H. Penelitian Relevan Dalam penelitian ini digunakan beberapa hasil penelitian yang relevan mengenai penggunaan media dalam pembelajaran Bahasa Jawa khususnya aksara Jawa yang telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa orang peneliti. Menurut Asriyani dalam penelitiannya yang berjudul Penggunaan Kartu Huruf dalam Pembelajaran Aksara Jawa di Sekolah Dasar diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa penggunaan media kartu huruf yang dipadukan dengan media papan flannel dalam peningkatan kemampuan membaca dan menulis aksara Jawa terbukti dapat meningkatkan hasil belajar membaca dan menulis aksara Jawa siswa di Sekolah Dasar. Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Fasiha Fatmawai menunjukkan hasil bahwa penggunaan multimedia dalam mengajarkan aksara Jawa memberikan hasil yang dikatakan sangat baik. Media yang interaktif dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi aksara Jawa. Kemudian, penelitian yang berjudul Peningkatan Keterampilan Membaca Aksara Jawa Menggunakan Active Learning tipe Index Card Match pada Siswa Kelas V SD N Karen dilakukan oleh Fajrin Setyorinimenunjukkan bahwa pengggunaan model pembelajaran active 52

69 learning tipe index card match mampu meningkatkan keterampilan membaca aksara Jawa pada siswa kelas V SD Negeri Karen. Peningkatan keterampilan membaca daam penelitian tersebut dilihat dari adanya peningkatan rerata nilai membaca aksara Jawa dari 63,82 pada pratindakan menjadi 73,41 pada siklus I, dan naik lagi menjadi 78,29 pada siklus II. Penelitian lain yang berkaitan adalah penelitian yang dilakukan oleh Kunti Puspitasari dengan judul penelitian Pengembangan Media Pembelajaran Kertu Gladhen Aksara Jawa untuk Kelas IV SD N Kotagede I yang menunjukkan bahwa perlu adanya pengembangan media belajar dalam pembelajaran materi aksara Jawa. I. Kerangka Pikir Model pembelajaran kooperatif atau cooperative learning merupakan suatu model pembelajaranyang berkonsep belajar dalam kelompok kecil. Kelompok kecil terdiri dari empat sampai enam orang siswa yang dibentuk secara heterogen. Model pembelajaran kooperatif mengharuskan siswa untuk saling berbagi, membantu, dan bekerja sama dalam kelompok. Siswa berlatih untuk melakukan kegiatan peerteaching atau tutor teman sebaya. Salah satu tipe atau jenis dalam pembelajaran kooperatif adalah make a match atau mencari pasangan. Tipe make a match dapat mempermudah siswa dalam memahami suatu konsep dalam pembelajaran. Salah satu keunggulan dari make a match adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenal suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. 53

70 Model pembelajaran kooperatif atau cooperative learning dengan tipe make a match dapat diaplikasikan guru dalam membelajarkan materi aksara Jawa yang bagi siswa SD tergolong materi yang sulit. Pembelajaran materi aksara Jawa dilakukan secara berkelompok dalam kelompok kecil dan menggunakan media papan aksara.dengan model, metode, dan media yang tidak konvensional, siswa dapat lebih tertarik mempelajari materi aksara Jawa. Berawal dari ketertarikan tersebut dapat merangsang siswa untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran, sehingga proses pembahasan materi atau konsep menjadi semakin bermakna.dengan demikian, diharapkan kemampuan siswa dalam membaca aksara Jawa dapat meningkat. 54

71 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas atau PTK. Penelitian tindakan kelas atau PTK adalahsuatu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan melalui beberapa siklus tindakan secara kolaboratif dengan tujuan meningkatkan hasil belajar siswa serta meningkatkan kinerjanya sebagai guru. Penelitian tindakan kelas atau Classroom Action Research (CAR) merupakan penelitian tindakan yang berbasis kepada kelas yang dilaksanakan oleh pelaku pendidikan yaitu guru. Latar belakang dilaksanakannya penelitian ini berawal dari adanya keinginan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah. Penelitian yang berjudul Upaya Meningkatan Kemampuan Membaca Aksara Jawa Melalui Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Make A Match pada Siswa Kelas IV SD Negeri Percobaan 4 Wates Kabupaten Kulon Progo ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca aksara Jawa. B. Subjek Penelitian dan Tempat Penelitian Subjek dari penelitian tindakan kelas ini adalah guru dan siswa kelas IV A SD Negeri Percobaan 4 Wates Kabupaten Kulon Progo. Jumlah siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini sebanyak 26 siswa. Penelitian ini dilaksanakan di ruang kelas IV A SD Negeri Percobaan 4 Wates Kabupaten Kulon Progo. 55

72 C. Langkah-langkah atau Skenario PTK Model Kurt Lewin (Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, 2010: 20) menjadi acuan pokok atau dasar dari berbagai model penelitian tindakan (action research), terutama PTK. Kurt Lewin merupakan orang pertama yang memperkenalkan konsep dalam satu sikllus pelaksanaan PTK. Kemudian konsep dari Kurt Lewin dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart menjadi tiga tahap, yaitu (1) perencanaan, (2) tindakan dan observasi, dan (3) refleksi. Adapun alur pelaksanaan tindakan kelas menurut Kemis dan Taggart (Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, 2010: 21) dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1. Model Penelitian Kemmis dan Taggart Dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan model penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Taggart, dengan penjabaran sebagai berikut. 1. Perencanaan 56

73 Dalam tahap perencanaan peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. (Suharsimi Arikunto, dkk, 2008: 17). Hal-hal yang ditentukan dalam perencanaan dari PTK menurut Zainal Arifin (2011: 113) terdiri dari menyiapkan desain pelaksanaan PTK termasuk menentukan alokasi waktu, langkah-langkah penelitian, dan menyiapkan pedoman observasi, menentukan pelaku atau subjek dari PTK, serta menentukan jenis dan bentuk data yang akan dikumpulkan. Dalam penelitian ini pada tahap perencanaan atau pratindakan, peneliti melakukan wawancara dengan guru dan melaksanakan observasi pembelajaran di kelas IV A SD Negeri Percobaan 4 Wates. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan materi membaca aksara Jawa.Dari hasil wawancara dan observasikegiatan pembelajaran diperoleh informasi bahwa materi aksara Jawa dirasa sebagai materi yang sulit diajarkan kepada siswa. Siswa kelas IV A SD Negeri Percobaan 4 Wates kesulitan membaca aksara Jawa. Selain itu siswa cenderung kurang tertarik dan antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran materi aksara Jawa. 2. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Menurut Kemmis & McTaggart (Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, 2010: 20) komponen acting (tindakan) dan (observing) merupakan satu kesatuan dua kegiatan yang tidak dapat dipisakan. Artinya, dalam suatu tindakan disertai dengan kegiatan pengamatan atau observasi. 57

74 Pelaksanaan tindakan adalah implementasi dari perencanaan dalam proses pembelajaran yang sebenarnya. Pelaksanaan tindakan dilakukan oleh peneliti ataupun kolaborator. Setiap kali tindakan minimal diakukan oleh dua peneliti, yaitu satu orang yang melakukan kegiatan pembelajaran dan satu orang lainnya sebagai pemantau atau pengamat selama proses pembelajaran berlangsung. Tindakan yang dilakukan selama proses pembelajaran diikuti dengan kegiatan observasi sebagai proses pendokumentasian dampak dari tindakan dan menyediakan informasi untuk tahap refleksi. Kegiatan observasi atau pengamatan hendakanya dilakukan secara cermat dan dirancang dengan baik sebelumnya.kegiatan observasi dapat dilakukan oleh peneliti maupun kolaborator.pengamatan ini berfungsi untuk menunjukkan perilaku yang muncul dalam kegiatan penelitian. 3. Refleksi Refleksi adalah upaya evaluasi diri yang secara kritis dilakukan oleh tim peneliti, kolaborator, outsiders, dan orang-orang yang terlibat dalam penelitian. Refleksi dilakukan pada akhir setiap siklus dan berdasarkan refleksi, dilakukan revisi pada rencana tindakan (action plan) dan disusun kembali rencana tindakan yang baru (replanning), untuk diimplementasikan pada siklus berikutnya. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penetian tindakan kelas ini meliputi observasi dan tes, dengan penjelasan sebagai berikut. 1. Observasi 58

75 Kegiatan observasi atau pengamatan dilaksanakan untuk mengetahui proses pembelajaran membaca aksara Jawa selama penelitian berlangsung. Hal-hal yang diamati dalam kegiatan penelitian ini adalah aktivtas siswa dalam pembelajaran membaca akrasa Jawa menggunakan model cooperative learning tipe make a match. 2. Tes Tes merupakan suatu teknik pengukuran yang di dalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau serangkaian tugas yang harus dijawab atau dikerjakan oleh responden. (Zainal Arifin, 2011: 226). Tes berisi sejumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat kemampuan seseorang. Dalam penelitian ini, penilaian tes keterampilan membaca aksara Jawa diadopsi dari Soni Indrawan (Fajrin Setyorini, 2014: 28), meliputi: a. Ketepatan menyuarakan tulisan b. Lafal c. Kelancaran Aspek ketepatan menyuarakan tulisan digunakan untuk menilai ketepatan siswa dalam mengucapkan setiap kata yang ditulis dengan aksara Jawa. Aspek lafal digunakan untuk menilai ketepatan siswa dalam mengucapkan bunyi bahasa (fonem) dalam aksara Jawa. Hal ini perlu dinilai karena dalam aksara Jawa terdapat fonem yang diucapkan berbeda dengan tulisannya, misalnya vokal a ada yang diucapkan sebagai a seperti dalam kata mama, misalnya sandhal. Selain itu adapula yang diucapkan sebagai o seperti dalam kata kokoh, misalnya punakawan dibaca 59

76 punokawan. Aspek kelancaran digunakan untuk menilai kelancaran siswa dalam membaca kata atau kalimat beraksara Jawa. E. Instrumen Penelitian Menurut Sugiyono (2011: 148), instrumen penelitian adalah suattu alat yang digunakan untuk mengukut fenomena alam atau sosial yang diamati. Dengan kata lain, instrumen penelitian merupakan alat ukur dalam penelitian. Penentuan instrumen penelitian disesuaikan denan teknik pengumpulan data yang digunakan. Dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi dan tes. Oleh karena itu, instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi lembar observasi dan tes. 1. Lembar Observasi Lembar observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi yang digunakan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe make a match atau mencari pasangan dari Lorna Curran. (Rusman, 2014: 223). Tabel 5. Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Siswa No. Aspek yang Diamati Jumlah Nomor Butir Butir 1 Kedisiplinan siswa Keaktifan siswa di kelas Kemampuan siswa melakukkan make a matchaksara Jawa 2. Tes

77 Tes dilaksanakan pada setiap akhir siklus tindakan. Tes dikerjakan siswa secara individu dengan cara lisan untuk mengukur kemampuan siswa dalam membaca kalimat beraksara Jawa setelah menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe make a match (mencari pasangan). Untuk pedoman penilaian digunakan kisi-kisi penilaian keetrampilan membaca aksara Jawa yang diadopsi dari Soni Indrawan (Fajrin Setyorini, 2014: 28) sebagai berikut. Tabel 6. Pedoman Penilaian Membaca Aksara Jawa No. Aspek yang Dinilai Skor Kriteria 1 Ketepatan menyuarakan tulisan 1 Jika tepat menyuarakan satu kata dalam kalimat 2 Jika tepat menyuarakan dua kata dalam kalimat 3 Jika tepat menyuarakan tiga kata dalam kalimat 4 Jika tepat menyuarakan empat kata dalam kalimat 2 Lafal 1 Jika benar dalam melafalkan satu kata dalam kalimat 2 Jika benar dalam melafalkan dua kata dalam kalimat 3 Jika benar dalam melafalkan tiga kata dalam kalimat 4 Jika benar dalam melafalkan empat kata dalam kalimat 3 Kelancaran 1 Jika lancar mengucapkan satu kata tanpa pengulangan 2 Jika lancar mengucapkan dua kata tanpa pengulangan 3 Jika lancar mengucapkan tiga kata tanpa pengulangan 61

78 Skor Kriteria 4 Jika lancar mengucapkan empat kata tanpa pengulangan Untuk selanjutnya, nilai dihitung dengan menggunakan persen dengan menggunakan pedoman penskoran: NIilai = x 100 Setelah diperoleh nilai, kemudian nilai tersebut diberi makna ke dalam bentuk kualitatir yang dimasukkan dalam rentangan hubungan antara skala angka dengan skala huruf yang mengacu pada pendapat Suharsimi Arikunto (2007: 245) Tabel 7. Hubungan antara Skala Angka dan Skala Huruf Rentang Angka Huruf Keterangan A Sangat Baik B Baik C Cukup Baik D Kurang Baik 0-49 E Tidak Baik F. Kriteria Keberhasilan Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila 75% siswa mempunyai kemampuan membaca aksara Jawa dengan baik.nilai atau hasil tes membaca aksara Jawa memenuhi kiteria ketuntasan yang telah ditetapkan. Dari segi proses ditandai dengan siswa melaksanakan indikator yang ada dalam lembar observasi. 62

79 A. Hasil Kajian 1. Deskripsi Pratindakan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kegiatan pratindakan dilakukan peneliti terhadap subjek penelitian sebelum dikenai tindakan. Kegiatan pratindakan yang dilakukan meliputi kegiatan wawancara, observasi, dan kegiatan pretest. Kegiatan pratindakan pertama yang dilakukan oleh peneliti yaitu wawancara dengan guru kelas IV SD Negeri Percobaan 4 Wates pada tanggal 07 November Kegiatan wawancara bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai permasalahan yang dihadapi guru dalam membelajarkan materi aksara Jawa kepada siswa. Kemudian peneliti melakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran Bahasa Jawa untuk mendukung informasi yang diperoleh pada kegiatan wawancara. Observasi dilakukan pada tanggal 08 November Kegiatan pembelajaran diawali dengan doa, salam, dan presensi sebagaimana pada kegiatan pembelajaran pada umumnya. Guru melakukan apersepsi dengan menanyakan jumlah aksara Jawa. Sebagian siswa dapat menjawab jumlah huruf dalam aksara Jawa, yaitu 20. Guru menuliskan salah satu huruf di papan tulis, kemudian meminta salah satu siswa untuk membacanya. Dari kegiatan observasi terlihat bahwa minat siswa dalam mempelajari materi aksara Jawa kurang. Siswa juga terlihat masih kesulitan dalam memahami dan menghafal huruf-huruf dalam aksara Jawa. Dalam mengajarkan materi aksara Jawa kepada siswa guru menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan memberikan latihan soal. Guru tidak 63

80 menggunakan media yang mendukung kegiatan pembelajaran dan dapat memudahkan siswa dalam memahami, mengingat, serta menghafal 20 aksara Jawa. Guru menggunakan media papan tulis yang digunakan untuk memberikan contoh kepada siswa mengenai huruf aksara Jawa. Berdasarkan hasil wawancara sebelumnya, guru juga beranggapan bahwa dibutuhkan adanya model, metode, dan media pendukung yang dapat memudahkan guru maupun siswa dalam materi aksara Jawa. Ketika guru memberikan soal aksara Jawa kepada siswa, siswa masih merasa kesulitan bahkan tidak mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. Padahal materi aksara Jawa sudah diajarkan 2 minggu sebelum hari pelaksanaan observasi tersebut. Artinya materi aksara Jawa sudah diajarkan sebanyak 2 kali pertemuan, dimana masing-masing pertemuan memiliki alokasi waktu 2 jam pelajaran. Tahap selanjutnya dari pratindakan adalah memberikan pretest membaca aksara kata dan kalimat beraksara Jawa untuk mengetahui sejauh mana kemampuan awal siswa sebelum diberikan tindakab. Pretest dilaksanakan pada tanggal 18 Januari 2016 di ruang kelas IV SD Negeri Percobaan 4 Wates. Kegiatan pretest ini diikuti oleh semua siswa kelas IV A yang berjumlah 26 anak. Pretest membaca aksara Jawa berupa tes lisan dan dilaksanakan secara individu. Salah satu siswa diminta masuk ke dalam secara bergantian untuk melakukan tes lisan membaca aksara Jawa, sedangkan siswa lainnya menunggu di luar kelas. Siswa diminta mebaca tiga kata aksara Jawa yang sudah diimbuhi sandhangan swara, sandhangan panyigeg, dan sandhangan swara-panyigeg. Soal yang diberikan bervariasi, sehingga setiap siswa mendapatkan soal yang berbeda. Kemampuan membaca aksara Jawa siswa dapat dilihat dari 64

81 ketepatannya dalam menyuarakan tulisan, pelafalan, dan kelancarannya. Dari kegiatan pretest ini diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 8. Daftar Nilai Pretest Membaca Aksara Jawa Keterangan No. Nama Nilai Tuntas Belum Tuntas 1. AFP APA ADO ASF 0 5. BHF 0 6. BNP 0 7. DP 0 8. DS 0 9. DHA DA ERW FIM IDA LFA MFA MFP NRF NPR NAKN RNQ REWR YFP MYA TEF TA NBA

82 Keterangan Nilai Tuntas Belum Tuntas Jumlah Rata-rata Ketuntasan (%) 3.85% 96.15% Nilai tertinggi Nilai terendah 0 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui siswa yang mendapat nilai memenuhi KKM atau mndapat nilai 70 hanya 1 siswa, sedangkan 25 siswa lainnya mendapatkan nilai di bawah 70 bahkan sejumlah 10 siswa mendapat nilai 0 karena tidak tahu sama sekali kata atau kalimat aksara Jawa yang diberikan. Bila dipersentase, jumlah siswa yang tuntas atau mampu membaca aksara Jawa hanya 3.85%, sedangkan siswa yang belum tuntas atau belum mampu membaca aksara Jawa sejumla 96.15%. Nilai kemampuan membaca aksara Jawa pada kegiatan pretest juga dapat dikategorikan sebagai berikut. Tabel 9. Kriteria Nilai Pretest Kemampuan Membaca Aksara Jawa Rentang Nilai Huruf Keterangan Jumlah Siswa Presentase A Sangat Baik B Baik % C Cukup Baik % D Kurang Baik % 0-49 E Tidak Baik % Jumlah % 66

83 Berdasarkan tabel di atas, tidak ada siswa yang tergolong mempunyai kemampuan membaca sangat baik atau memiliki nilai A (0%). Siswa yang tergolong memiliki kemampuan membaca aksara Jawa yang baik atau bernilai B hanya 1 anak (3,85%), begitu pula siswa yang berkemampuan membaca aksara Jawa cukup baik atau memiliki nilai C. Siswa yang memiliki kemampuan membaca aksara Jawa kurang baik atau memiliki D berjumlah 5 siswa (19,23%). Kemudian siswa yang kemampuan membaca aksara Jawanya tidak baik atau memiliki nilai E merupakan jumlah terbanyak, yaitu 19 siswa (73,03%). Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada kegiatan pretest atau pratindakan kemampuan membaca aksara Jawa siswa kelas IV A tidak baik. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang memiliki nilai E atau kemampuan membaca aksara Jawa yang tidak baik. Data tersebut kemudian digunakan untuk menyusun rencana pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siswa kelas IV A yaitu berupa upaya meningkatkan kemampuan membaca aksara Jawa dengan menggunakan model pembelajaran cooperative larning tipe make a match. Akan tetapi dalam pelaksanaannya sampai pada pertemuan terakhir siklus II, jumlah siswa yang benar-benar mengikuti seluruh tahapan pembelajaran materi aksara Jawa ada 21 siswa, 5 siswa tidak dapat mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran secara menyeluruh. 2. Deskripsi Tindakan a. Siklus I Siklus I dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan. Masing-masing pertemuan memiliki alokasi waktu 2 jam pelajaran. Siklus I terlaksana pada hari Selasa tanggal 67

84 21 Februari 2017, 28 Februari 2017, dan 7 Maret Pada siklus I siswa yang benar-benar mengikuti kegiatan dari pertemuan I, II, dan III sebanyak 24 anak dan 2 anak lainnya tidak dapat mengikuti serangkaian kegiatan siklus I secara menyeluruh. Tahapan pada siklus I meliputi: 1) Perencanaan Pada tahap ini, dilakukan kegiatan diskusi dan kerjasama dengan guru kelas untuk mrancang kegiatan pembelajaran yang disesuaikan dengan permasalahan yang dihadapi, kemudian disesuaikan dengan kurikulum (standar kompetensi dan kompetensi dasar) yang digunakan, serta kondisi sekolah. Rincian dari tahap ini antara lain: a) Penetapan waktu pelaksanaan penelitian yang disesuaikan dengan jadwal pelajaran. b) Pembuatan RPP dengan model pembelajaran cooperative learning tipe make a match. c) Persiapan media pembelajaran meliputi papan aksara, huruf-huruf pada aksara Jawa beserta sandhangan swara dan panyigeg, kata dan kalimat bertuliskan aksara Jawa. d) Penyusunan instrumen penelitian berupa lembar kerja siswa, lembar penilaian membaca aksara Jawa, lembar observasi guru dan siswa dalam pembelajaran membaca aksara Jawa menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe make a match, serta soal-soal tes membaca aksara Jawa. 68

85 e) Pembagian peran dalam penelitian yang terdiri dari pengajar, observer, dan kolaborator untuk membantu kegiatan penelitian. f) Penjelasan langkah-langkah pembelajaran dengan cooperative learning tipe make a match yang disertai dengan simulasi penggunaan media untuk menyamakan persepsi peneliti dengan guru. Siklus I disusun untuk tiga kali pertemuan. Alokasi waktu pada masing-masing pertemuan adalah dua jam pelajaran atau setara dengan 70 menit dan terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti,dan kegiatan akhir. Pada siklus I materi yang diajarkann difokuskan pada penggunaan aksara Jawa pada sebuah kata. Pertemuan I siswa diajarkan kata aksara Jawa yang diimbuhi sandhangan swara. Pertemuan II siswa diajarkan kata aksara Jawa yang diimbuhi sandhangan panyigeg. Selanjutnya pada pertemuan III siswa sudah diajarkan kata aksara jawa dengan sandhangan swara dan panyigeg, serta dilaksanakan kegiatan evauasi untuk siklus I. 2) Pelaksanaan Tindakan Pada tahap pelaksanaan tindakan guru melaksanakan pembelajaran membaca aksara Jawa dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe make a match dan mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Siklus I terdiri dari tiga pertemuan dengan rincian kegiatan pada setiap pertemuan adalah sebagai berikut: a) Pertemuan I Sebagaimana yang telah direncanakan sebelumnya, pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 21 Februari Bertindak sebagai pelaksana 69

86 tindakan adalah Ibu Ida Nuryati selaku guru kelas IV A. Bertindak sebagai observer yaitu peneliti dibantu oleh saudara Wikan Atika Insani dan Rikha Setyati Hardiningrum. Standar Kompetensi (SK): 7. Memahami wacana tulis sastra dan nonsastra dalam kerangka budaya Jawa, dengan Kompetensi Dasar (KD): 7.3 Membaca kata dan kalimat beraksara Jawa legena yang menggunakan sandhangan swara dan panyigeg. Materi yang diajarkan adalah aksara Jawa legena, aksara Jawa dengan sandhangan swara dan panyigeg. Pada pertemuan I materi yang diajarkan kepada siswa adalah aksara Jawa dengan sandhangan swara dalam sebuah kata. Pembelajaran dilaksanakan menggunakan model cooperative learning tipe make a match dengan metode permainan, diskusi, ceramah, dan make a match. Media yang digunakan berupa papan aksara untuk permainan make a match. Pembelajaran dilaksanakan di dalam ruang kelas IV A. Berikut adalah rincian kegiatan pembelajaran membaca aksara Jawa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada pertemuan I siklus I. (1) Kegiatan awal pembelajaran Guru melakukan apersepsi dengan mengajak siswa untuk kembali mengingat aksara Jawa legena yang telah dipelajari di semester I. Guru menggunakan papan aksara untuk mendukung kegiatan apersepsi. Guru meminta siswa mengamati papan aksara, siswa menyebutkan huruf yang ditunjuk oleh guru. Kemudian guru menunjuk beberapa siswa untuk mencari pasangan aksara Jawa dengan huruf Latinnya di depan kelas. Setelah itu guru meminta beberapa siswa satu per satu maju ke depan kelas dan mencari pasangan aksara Jawa yang telah ditentukan oleh guru. Dari ketiga 70

87 siswa, 2 siswa menjawab dengan benar sedangkan 1 orang salah. Sebelum masuk pada kegiatan berkelompok, guru menjelaskan tentang sandhangan swara dan penggunaannya. (2) Pembentukan kelompok Guru membentuk 5 kelompok dimana masing-masing kelompok beranggotakan 5 orang siswa dengan cara berhitung dimulai dari siswa yang berada di barisan terdepan. Jumlah siswa di kelas IV A sebanyak 26 anak. Akan tetapi pada pertemuan pertama terdapat seorang siswa, yaitu nomor 9 dengan inisial DHA tidak masuk sekolah dikarenakan sakit. (3) Kegiatan make a match aksara Jawa Guru meminta setiap kelompok membuat barisan memanjang ke belakang untuk bermain kereta aksara. Guru membagikan satu buah papan aksara, lembar kerja kelompok, dan lembar peraturan permainan pada masing-masing kelompok. Setiap kelompok memahami aturan permainan dengan dibantu penjelasan dari guru. Aturan permainan make a match adalah sebagai berikut. 1) Buatlah sebuah baris membentuk seperti sebuah kereta. Dengan formasi ketua kelompok berada di barisan pertama. Siswa di barisan selanjutnya boleh bebas. 2) Untuk siswa di barisan paling depan bertugas membawa papan aksara yang telah diberikan. 3) Amatilah aksara Jawa dan huruf latin yang telah tertempel pada papan aksara. 4) Carilah pasangan aksara Jawa dengan huruf latinnya. 71

88 5) Setiap siswa diminta untuk mencari 4 huruf dan siswa diberi waktu 1 menit untuk mencari 6) Carilah pasangan huruf yang kamu ketahui terlebih dahulu. 7) Catatlah di buku huruf yang berhasil kamu temukan. 8) Setelah 1 menit, papan aksara Jawa kepada teman yang berada di belakangmu, begitu seterusnya sampai siswa terakhir di barisan nomor 5. 9) Siswa baris ke lima memberikan papan aksara kepada siswa di barisan pertama lagi untuk dirapikan. 10) Setelah permainan berakhir, buatlah sebuah lingkaran dan lengkapi huruf yang belum kalian temukan Siswa bermain kereta aksara untuk mencari pasangan atau make a match aksara Jawa dengan menggunakan media papan aksara sesuai dengan aturan dan alokasi waktu yang telah ditentukan. Setelah siswa selesai bermain kereta aksara, guru meminta setiap kelompok mempresentasikan hasil sementara mencari pasangan atau make a match aksara Jawa. Kegiatan ini juga bertujuan untuk mengkomunikasikan hasil kerja siswa. Guru mengajak siswa lain untuk mengoreksi hasil pekerjaan kelompok yang presentasi. Dengan demikian siswa dapat mengetahui jawaban yang kurang tepat. Berdasarkan kegiatan ini terdapat satu kelompok yang jawabannya sudah tepat semua, yaitu kelompok empat. Sedangkan kelompok lain masih terdapat pasangan yang salah. Karena adanya perbedaan yang mencolok, hal tersebut kemudian menjadi bahan pertimbangan guru bersama peneliti untuk membentuk kelompok baru pada pertemuan selanjutnya, yaitu memisahkan siswa yang berada di kelompok empat agar tidak menjadi satu kelompok lagi. Siswa kembali berkelompok dan membentuk lingkaran untuk kemudian menyelesaikan 72

89 tugas mereka yaitu melengkapi mencari pasangan atau make a mach aksara Jawa pada papan aksara. Kemudian guru berkeliling untuk memeriksa pekerjaan siswa. Terdapat satu kelompok yang masih kurang tepat dalam mencari pasangan, sedangkan tiga kelompok lain sudah tepat dalam mencari pasangan aksara Jawa. Kegiatan selanjutnya guru membagi dua buah amplop kepada masing-masing kelompok yang berisi sandhangan swara beserta fungsi dari sandhangan tersebut. Siswa mencari pasangan sandhangan swara dengan fungsinya dan ditempelkan pada papan aksara bagian belakang. Setelah semua kelompok selesai melaksanakan tugasnya, guru bersama siswa mencocokkan hasil pekerjaan mereka. (4) Kegiatan akhir Kegiatan akhir, guru menuliskan lima kata menggunakan aksara Jawa dan siswa bersama-sama membaca kata yang telah guru tulis, serta mengidentifikasi aksara Jawa dan sandhagan swara yang terdapat pada kata tersebut. Guru menunjuk beberapa siswa untuk membaca ulang kata yang tertulis di papan tulis. Guru memberikan apresiasi kepada siswa yang telah menjawab dengan tepat. Guru bersama siswa melakukan refleksi tentang materi dan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan hari ini. b) Pertemuan II Pertemuan II dilaksanakan pada hari Selasa, 28 Februari Pada pertemuan kedua, materi yang disampaikan adalah aksara Jawa dan sandhangan panyigeg. Materi yang disampaikan masih dalam bentuk kata beraksara Jawa yang diimbuhi sandhangan panyigeg. Jumlah siswa yang mengikuti kegiatan pada pertemuan ke II 73

90 ini berjumlah 24 siswa, 2 siswa yaitu siswa nomor 9 (DHA) dan 25 (TA) tidak dapat mengikuti kegiatan dikarenakan sakit. Berikut adalah rincian kegiatan pembelajaran membaca aksara Jawa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada pertemuan II siklus I. (1) Kegiatan awal pembelajaran Guru melakukan apersepsi dengan mengingat kembali materi pada pertemuan I yaitu aksara Jawa legena dan sandhangan swara. Selain mengingat kembali materi pada pertemuan sebelumnya, guru juga memberikan penjelasan mengenai sandhangan panyigeg. Kemudian guru menggunakan papan aksara untuk mengingatkan siswa tentang aksara Jawa. Guru menunjuk beberapa siswa untuk mencari pasangan atau make a match aksara Jawa pada papan aksara. (2) Pembentukan kelompok Guru membentuk 5 kelompok dimana masing-masing kelompok beranggotakan 5 orang siswa dengan pertimbangan pembagian kelompok pada pertemuan I, dimana siswa yang sudah dapat menyelesaikan tugas individu dalam kelompoknya atau tugas secara berkelompok dengan baik berada dalam kelompok yang berbeda. Sehingga heterogenitas kelompok pada pertemuan II ini didasarkan pada hasil kerja siswa dalam melakukan make a match aksara Jawa di siklus I. Pada pertemuan kedua, terdapat dua siswa yang tidak dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dikarenakan sakit. Sehingga terdapat satu kelompok yang anggotanya hanya berjumlah 4 orang siswa. Masing-masing kelompok diberikan satu buah papan aksara dan aturan permainan mencari pasangan atau make a match. 74

91 (3) Kegiatan make a match aksara Jawa Guru meminta setiap kelompok membuat barisan memanjang ke belakang untuk bermain kereta aksara. Guru membagikan satu buah papan aksara, lembar kerja kelompok, dan lembar peraturan permainan pada masing-masing kelompok. Setiap kelompok memahami aturan permainan dengan dibantu penjelasan dari guru. Siswa bermain kereta aksara untuk mencari pasangan atau make a match aksara Jawa dengan menggunakan media papan aksara sesuai dengan aturan dan alokasi waktu yang telah ditentukan. Setelah siswa selesai bermain kereta aksara, guru meminta setiap kelompok mempresentasikan hasil sementara mencari pasangan atau make a match aksara Jawa. Kegiatan ini juga bertujuan untuk mengkomunikasikan hasil kerja siswa. Guru mengajak siswa lain untuk mengoreksi hasil pekerjaan kelompok yang presentasi. Dengan demikian siswa dapat mengetahui jawaban yang kurang tepat. Siswa kembali berkelompok dan membentuk lingkaran untuk kemudian menyelesaikan tugas mereka yaitu melengkapi mencari pasangan atau make a mach aksara Jawa pada papan aksara. Kemudian guru berkeliling untuk memeriksa pekerjaan siswa. Terdapat satu kelompok yang masih kurang tepat dalam mencari pasangan, sedangkan tiga kelompok lain sudah tepat dalam mencari pasangan aksara Jawa. Kegiatan selanjutnya guru membagikan dua buah amplop kepada masingmasing kelompok. Amplop satu berisi sandhangan panyigeg dan satunya lagi berisi kegunaan atau fungsi dari sandhangan tersebut. Siswa secara berkelompok mencari pasangan sandhangan panyigeg dengan fungsinya. Kemudian masing-masing 75

92 kelompok bersama guru mencocokkan hasil pekerjaannya mencari pasangan sandhangan panyigeg dengan fungsinya. (4) Kegiatan akhir Kegiatan akhir guru menulis kata dalam aksara Jawa yang telah diimbuhi sandhangan panyigeg. Siswa diminta membaca aksara Jawa yang telah guru tulis di papan tulis dan menyebutkan aksara Jawa yang telah diberi sandhangann panyigeg. Sebagai kegiatan akhir guru menunjuk beberapa siswa untuk membaca ulang kata yang telah ditulis guru. Guru memberi apresiasi kepada siswa yang dapat membaca dengan tepat. Guru bersama siswa melakukan refleksi dangan mengingat kembali materi yang telah dipelajari. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan salam dan penutup. c) Pertemuan III Pertemuan III dilaksanakan pada hari Selasa, 7 Maret 2017 pada pukul WIB. Kegiatan pada pertemuan III adalah permainan mencari pasangan dan kegiatan evaluasi atau posttest siklus I setelah pada pertemuan sebelumnya guru telah memberikan pengumuman kepada siswa. Berikut adalah rincian kegiatan pembelajaran membaca aksara Jawa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada pertemuan II siklus I. (1) Kegiatan awal pembelajaran Guru melakukan apersepsi dengan mengingat kembali materi pada pertemuan I dan II yaitu aksara Jawa legena, sandhangan swara dan panyigeg. Guru menuliskan 76

93 kata aksara Jawa yang menggunakan sandhangan swara dan panyigeg di papan tulis.. Kemudian siswa bersama-sama membaca kata tersebut. (2) Pembentukan kelompok Guru membentuk 5 kelompok dimana masing-masing kelompok beranggotakan 5 orang siswa dengan pertimbangan pembagian kelompok pada pertemuan I dan II, dimana siswa yang sudah dapat menyelesaikan tugas individu dalam kelompoknya atau tugas secara berkelompok dengan baik berada dalam kelompok yang berbeda. Pada pertemuan ke III ini semua siswa kelas IV A hadir mengikuti kegiatan pembelajaran. (3) Kegiatan make a match kata aksara Jawa Siswa secara berkelompok memahami aturan permainan dari mencari pasangan kata dengan diikuti penjelasan dari guru. Kemudian siswa diberi kesempatan untuk mempelajari terlebih dahulu aksara Jawa dengan menggunakan papan aksara Jawa. Pada kegiatan ini setiap siswa diminta untuk mencari pasangan kata aksara Jawa dengan huruf Latinnya. Siswa melaksanakan kegiatan bermain mencari pasangan kata dengan baik dan sesuai dengan aturan permainan. (4) Kegiatan akhir Kegiatan akhir pada pembelajaran pertemuan III adalah evaluasi atau posttest untuk siklus I. Kegiatan ini dilaksanakan di ruang kelas, dengan sistem pelaksanaan satu siswa di dalam kelas dan siswa lain menunggu di luar kelas sesuai dengan urutan presensi siswa. Tes membaca aksara Jawa pada posttest siklus I adalah membaca kata beraksara Jawa dengan aspek yang dinilai meliputi ketepatan menyuarakan tulisan, 77

94 ketepatan pelafalan, dan kelancaran membaca.soal membaca kata dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kata beraksara Jawa dengan sandhangan swara, kata dengan sandhangan panyigeg, dan kata beraksara Jawa dengan sandhangan swara dan panyigeg. Masing-masing tipe soal terdiri dari lima kata. Setiap siswa diminta membaca lima kata yang dipilih secara acak oleh guru dan dapat mencakup semua kategori soal. Perolehan nilai keterampilan membaca aksara Jawa pada siklus I ada sebagai berikut. Tabel 10. Nilai Membaca Aksara Jawa Pretest dan Postest Siklus I No. Keterangan Keterangan Inisial Nilai Nilai Belum Belum Nama Prasiklus Tuntas Siklus I Tuntas Tuntas Tuntas 1. AFP APA ADO ASF BHF BNP DP DS DHA DA ERW FIM IDA LFA MFA MFP NFR NPR NAKN RNQ REWR YFP MYA

95 Keterangan Keterangan Inisial Nilai Nilai No. Belum Belum Nama Prasiklus Tuntas Siklus I Tuntas Tuntas Tuntas 24. TEF TA NBA Jumlah Rata-rata Ketuntasan (%) 3.85% 96.15% 50% 50% Nilai tertinggi Nilai terendah 0 0 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa presentase siswa yang memperoleh nilai memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) atau mendapat nilai 70 dalam pembelajaran membaca aksara Jawa pada pratindakan atau pretest dengan posttest siklus I mengalami peningkatan. Siswa yang dapat memperoleh nilai memenuhi KKM pada kegiatan pretest membaca aksara Jawa hanya 1 orang siswa dari 26 siswa yang mengikuti atau sebesar 3,85%. Kemudian setelah dilakukan kegiatan pembelajaran membaca aksara Jawa dengan model pembelajaran cooperative learning tipe make a match dan didukung media papan aksara serta permainan pada siklus I, hasil tes membaca aksara Jawa mengalami peningkatan. Dari 26 siswa yang mengikuti, sebanyak 13 siswa atau 50% dari jummlah keseluruhan telah memperoleh nilai yang memenuhi KKM. Bahkan sebanyak 2 siswa memperoleh nilai sempurna atau 100 dalam membaca kata aksara Jawa yaitu ADO dan NPR. Kedua siswa tersebut memang terlihat paling aktif, antusias, dan dominan dibandingkan siswa lainnya. ADO dan NPR pada pertemuan I pernah berada dalam 79

96 satu kelompok, sehingga ketika itu kelompok mereka merupakan satu-satunya kelompok yang benar semua dalam kegiatan mencari pasangan aksara Jawa. Kemudian pada pertemuan selanjutnya kedua siswa tersebut berada di kelompok yang berbeda. Selanjutnya, untuk persentase siswa yang tidak dapat memenuhi KKM dalam membaca aksara Jawa mengalami penurunan. Pada pretest siswa yang tidak dapat memenuhi KKM sebanyak 25 siswa atau 96,15%, dan mengalami penurunan pada posttest siklus I yaitu 13 siswa atau 50% dari 26 siswa yang hadir. Rata-rata nilai membaca aksara Jawa siswa juga mengalami peningkatan. Pada pretest rata-rata nilai siswa adalah18,48 dan mengalami peningkatan pada posttest yaitu menjadi 57,57. Pada siklus I sebagian besar nilai yang diperoleh siswa dalam membaca aksara Jawa mengalami peningkatan. Bahkan mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini dialami oleh siswa DA, IDA, LFA,MFP,NFR,dan TA. Akan tetapi terdapat pula siswa yang tetap memperoleh nilai 0 baik pada pretest maupun posttest, yaitu MFA. Padahal dalam kegiatan pembelajaran, MFA merupakan salah satu siswa yang aktif dan antusias dalam mengikuti rangkaian kegiatan pada siklus I. MFA juga dapat menyelesaikan tugas dengan baik ketika berada dalam kelompok. MFA dapat mencari 4 aksara Jawa dengan pansangannya, mencari pasangan kata, dan juga ikut memperbaiki jawaban yang kurang tepat. Akan tetapi ketika mengikuti tes membaca aksara Jawa, MFA cenderung tidak ingin mencoba dan langsung menjawab tidak tahu. Selain MFA, siswa lain yang dalam tugas kelompok tergolong aktif, antusias, dan menyelesaikan tugasnya dengan baik namun ketika posttest mengalami kesulitan 80

97 adalah NAKN. NAKN sama seperti MFA yaitu belum mencoba dan langsung mengatakan tidak tahu. NAKN hanya menebak satu huruf, itupun tidak tepat, seharusnya ne tetapi dibaca de.siswa lainnya adalah ASF. ASF pada pertemuan I terlihat tidak antusias dan akif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.asf juga kurang baik dalam menyelesaikan tugasnya secara individu dalam kelompok maupun bersama-sama dalam kelompok. ASF hanya bisa membaca 2 aksara Jawa dalam dua kata, yaitu dalam kata kacang hanya mampu membaca ka dan gajah hanya benar pada aksara ga. Kemudian untuk siswa DHA hanya mengalami sedikit peningkatan dikarenakan siswa tersebut memang tidak dapat mengikuti kegiatan pembelajaran pada pertemuan I dan II dikarenakan sakit. Sehingga siswa DHA hanya mengikuti kegiatan mencari pasangan kata pada pertemuan III. Siswa DHA tidak mengalami mencari pasangan aksara Jawa dengan menggunakan media papan aksara yang ada pada pertemuan I dan II siklus I. Meskipun demikian pada pertemuan III siswa DHA terlihat antusias dalam mengikuti kegiatan mencari pasangan kata dan posttest walaupun masih dalam keadaan sakit. Kemampuan membaca siswa dalam membaca aksara Jawa cukup bervariasi. Rata-rata siswa sudah tepat dalam menyuarakan tulisan, melafalkan, dan lancar meskipun membutuhkan sedikit waktu untuk berpikir terlebih dahulu. Adapula siswa yang masih kesulitan, salah dalam menyuarakan, melafalkan tulisan, dan belum lancar dalam membaca aksara Jawa. Seperti pada kata bubar, beberapa siswa justru membaca bubur.hal ini salah satunya dialami oleh APA. APA awalnya membaca bubur pada kata bubar. Selain itu dalam membaca kacang APA melakukan 81

98 kesalahan berkali-kali. Kacang dibaca kasang, kasar, dan pada akhir tes baru dapat menjawab dengan tepat.apa juga belum dapat membaca kata kidang. Kidang dibaca kedeng, kadeng. Selain APA siswa lain yang mengalami hal yang sama adalah DA, RNQ, dan NBA yang membaca kata bubar menjadi bubur. Siswa RNQ juga kurang tepat dalam melafalkan aksara Jawa, yaitu pada kata ibu dibaca menjadi hiu. Nilai membaca aksara Jawa siklus I dikategorikan sebagai berikut: Tabel 11. Kriteria Nilai Kemampuan Membaca Aksara Jawa Siklus I Rentang Nilai Huruf Keterangan Jumlah Siswa Presentase A Sangat Baik 9 34,62% B Baik 4 15,38% C Cukup Baik 1 3,85% D Kurang Baik 2 7,69% 0-49 E Tidak Baik 10 38,46% Jumlah % Berdasarkan tabel kriteria nilai kemampuan membaca aksara Jawa siklus I di atas, dapat disimpulkan bahwa presentese siswa yang tergolong memiliki kemampuan membaca aksara Jawa yang sangat baik atau bernilai A sebanyak 9 orang dari 26 siswa yang hadir (34,62%). Siswa yang memiliki kemampuan membaca aksara Jawa baik atau memiliki nilai B sebanyak 4 siswa (15,38%). Kemudian 1 siswa (3,85%) memiliki kemampuan membaca aksara Jawa yang cukup atau memiliki nilai C. Sebanyak 2 siswa (7,69%) memiliki kemampuan membaca aksara Jawa kurang baik 82

99 atau bernilai D. Sedangkan 10 siswa (38,46%) memiliki kemampuan membaca aksara Jawa bernilai E atau tidak baik. Berdasarkan penjelasan tersebut, secara garis besar dapat dikatakan bahwa siswa yang tergolong memiliki kemampuan membaca aksara Jawa yang baik atau memiliki nilai B ke atas (termasuk sangat baik) berjumlah 13 siswa atau 50% dari 26 siswa yang mengikuti posttest siklus I. Sedangkan 13 siswa lainnya (50%) masih dikatakan memiliki kemampuan membaca aksara Jawa yang belum baik atau cukup (memiliki nilai C ke bawah). 3) Observasi Kegiatan observasi dilaksanakan terhadap pelaksanaan pembelajaran membaca aksara Jawa dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe make a match siklus I. Observasi dilakukan untuk melihat kesesuaian antara rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun dengan pelaksanaannya di lapangan. Oleh sebab itu observasi dilakukan baik terhadap aktivitas siswa maupun guru dalam kegiatan pembelajaran dalam setiap pertemuannya. Observasi siswa dilakukan terhadap 26 siswa kelas IV A. Berikut merupakan hasil observasi pada siklus I. a. Pertemuan I 1) Observasi Siswa Berdasarkan pada hasil pengisian lembar observasi, maka dapat dijelaskan sebagai berikut. (a) Kedisiplinan Siswa 83

100 Kedisiplinan siswa diukur untuk menyesuaikan kegiatan make a match yang dilakukan siswa dengan aturan permainan dalam mencari pasangan atau make a match aksara Jawa. Indikator yang pertama yaitu siswa dapat menyelsaikan tugasnya mencari pasangan atau make a match dengan tepat waktu. Dari 25 siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran pada pertemuan I siklus I, sebanyak 4 siswa dapat menyelesaikan tugasnya mencari pasangan aksara Jawa dengan tepat waktu. Sedangkan 21 siswa lainnya masih sibuk mencari pasangan meskipun sudah diingatkan untuk bergantian dengan teman yang berada di barisan belakangnya. Karena hal tersebut maka dapat dikatakan 21 siswa tersebut juga belum dapat melaksakan insikator kedua dalam variabel kedisiplinan siswa yaitu mematuhi aturan permainan kereta aksara untuk mencari pasangan atau make a match. Pada indikator kedisiplinan yang ketiga yaitu siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang aturan petunjuk penggunaan media dan permainan kereta aksara, sebanyak 19 siswa sudah melaksanakan sedangkan 6 lainnya tidak memperhatikan. (b) Keaktifan Siswa Keaktifan siswa diamati untuk mengetahui keterlaksanaan prinsip dari pembelajaran kooperatif yaitu siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Indikator pertama dalam variabel keaktifan siswa yaitu siswa menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh guru tentang nama dan bunyi aksara Jawa sebanyak 16 siswa terlihat antusias menjawab sedangkan 9 lainnya tidak. Indikator kedua yaitu siswa berani mengajukan pertanyaan tentang materi aksara Jawa, sebanyak 13 siswa yang berani mengajukan pertanyaan. Kemudian indikator ketiga yaitu siswa menunjukkan 84

101 antusiasnya dalam mengikuti permainan mencari pasangan atau make a match, terdapa 2 siswa yang kurang menunjukkan keantusiasannya, sedangkan 23 lainnya terlihat antusias. Indikator keempat, siswa antusias menggunakan media papan aksara yang telah disediakan, 2 siswa terlihat kurang antusias. Begitu pula pada indikator kelima yaitu siswa antusias melakukan permainan kereta aksara untuk mencari pasangan atau make a match. Perbedaan antara indikator 3 dan 5 adalah indikator 3 keantuasiasan siswa dalam mengikuti permainan secara berkelompok dan indikator 5 adalah dalam melaksanakan tugasnya mencari pasangan aksara Jawa. (c) Kemampuan Siswa Melakukan Make A Match Aksara Jawa Indikator pertama yaitu siswa secara bergantian bermain mencari pasangan atau make a match empat aksara dapat dilakukan dengan baik oleh seluruh siswa meskipun hasilnya kurang tepat. Misalnya pasangan yang dicari salah atau tidak tepat waktu dalam bergantian. Pada indikator siswa menyelesaikan tugasnya mencari pasangan atau make a macth dilaksanakan oleh 6 siswa, yaitu dengan berhasil mencari 4 pasangan aksara Jawa, sedangkan 19 siswa lainnya tidak dapat menemukan sejumlah 4 aksara. Ada yang hanya berhasil menemukan 2 atau 3 pasang, bahkan sama sekali tidak dapat menemukan. Siswa saling bekerja sama melengkapi aksara yang belum berhasil ditemukan. Tetapi terdapat 2 siswa yang kurang bisa bekerja sama. Indikator selanjutnya siswa dapat bekerja sama mencari dan mengidentifikasi sandhangan swara dengan baik, yaitu dilakukan oleh 21 anak. Sedangkan siswa lain hanya melihat saja. b. Pertemuan II 85

102 1) Observasi Siswa Berdasarkan pada hasil pengisian lembar observasi, maka dapat dijelaskan sebagai berikut. (a) Kedisiplinan Siswa Indikator pertama yaitu siswa dapat menyelesaikan tugasnya mencari pasangan dengan tepat waktu dapat dilakukan oleh seluruh siswa yang mengikuti kegiatan pada pertemuan kedua meskipun beberapa siswa masih melakukan kesalahan. Indikator yang kedua yaitu siswa mematuhi aturan permainan kereta aksara dalam mencari pasangan dilakukan oleh 18 siswa, sedangakn 6 siswa lainnya sudah memberikan papan aksara kepada temannya sebelum waktu yang ditetapkan. Selanjutnya indikator ketiga yaitu siswa memperhatikan penjelasan dari guru mengenai aturan permainan kereta aksara dilaksanakan oleh 23 siswa, sedangkan 2 siswa lainnya tidak memperhatikan penjelasan dari guru. (b) Keaktifan Siswa Indikator yang pertama yaitu siswa menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh guru, bentuk kegiatannya adalah ketika guru melakukan apresepsi dengan mengingat kembali aksara Jawa menggunakan papan aksara. Guru menunjuk 7 siswa untuk mencari pasangan aksara Jawa menggunakan papan aksara. Dari 7 siswa, 4 siswa dapat menjawab pertanyaan dari guru dengan benar. Sedangkan 3 lainnya kurang tepat.indikator kedua yaitu siswa berani mengajukan pertanyaan terkait dengan materi aksara Jawa, 15 siswa yang berani bertanya mengenai aksara Jawa. Untuk indikator ketiga, empat, dan lima yaitu mengenai antusiasme siswa dalam mengikuti 86

103 permainan mencari pasangan atau make a match aksara Jawa telah dilaksanakan oleh seluruh siswa yang hadir. (c) Kemampuan Siswa Melakukan Make A Match Aksara Jawa Indikator yang pertama siswa secara bergantian bermain mencari pasangan sejumlah empat aksara dengan baik, dilaksanakan oleh 21 siswa, sedangkan 4 siswa lainnya tidak bergantian tetapi mengerjakan bersama-sama. Indikator yang kedua adalah siswa menyelesaikan tugasnya secara berkelompok dengan baik dilaksanakan oleh 10 siswa. Untuk indikator yang ketiga yaitu siswa bekerja sama melengkapi pasangan aksara Jawa yang belum berhasil ditemukan, terdapat beberapa siswa yang tidak ikut melengkapi, sehingga dalam satu kelompok hanya beberapa siswa saja yang melengkapi papan aksara. Selanjutnya pada indikator keempat yaitu siswa bekerja sama mengidentifikasi sandhangan panyigeg, dilaksanakan oleh 20 siswa. Sedangkan 5 siswa lainnya tidak ikut mengerjakan. Pada indikator kelima, yaitu siswa mempresentasikan hasil kerjanya mencari pasangan bersama kelompok, dilaksanakan oleh seluruh siswa. c. Pertemuan III 1) Observasi Siswa Berdasarkan pada hasil pengisian lembar observasi, maka dapat dijelaskan sebagai berikut. (a) Kedisiplinan Siswa Indikator pertama dan yaitu siswa dapatmenyelesaikan tugasnya mencari pasangan atau make a match dengan tepat waktu dan mematuhi aturan permainan 87

104 telah dilakukan oleh seluruh siswa. Untuk indikator ketiga 23 siswa telah memperhatikan penjelasan dari guru, sedangkan lainnya tidak memperhatikan. (b) Keaktifan Siswa Pada indikator pertama yaitu siswa berani mengajukan pertanyaan tentang materi aksara Jawa, tidak ada satupun siswa yang berani mengajuka pertanyaan. Kemudian untuk indikator kedua, ketiga, dan keempat yaitu aktivitas yang berkaitan dengan antusiasme siswa terhadap permainan serta penggunaan media, semua siswa terlihat antusias. (c) Kemampuan Siswa Melakukan Make A Match Aksara Jawa Indikator pertama yaitu siswa secara bergantian bermain mencari pasangan atau make a matchkata aksara Jawa telah dilaksanakan oleh semua siswa. Begitu pula pada indikator kedua, yaitu menyelesaikan tugasnya untuk mencari pasangan atau make a matchkata aksara Jawa melalui sebuah permainan secara berkelompok dengan baik.semua siswa juga telah melaksanakan dengan baik. Untuk indikator yang ketiga yaitumempresentasikan hasil kerjannya mencari pasangan atau make a match kata aksara Jawa bersama kelompok, dilaksanakan oleh 20 siswa sedangkan 6 lainnya hanya berdiri depan kelas saja. Berdasarkan pada penjabaran hasil observasi aktivitas siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran membaca aksara Jawa pada pertemuan I sampai dengan III siklus I, diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 12. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 88

105 No. Variabel Indikator 1. Kedisiplinan siswa 1. Siswa dapat menyelesaikan tugasnya mencari pasangan atau make a match dengan tepat waktu. 2. Siswa mematuhi aturan permainan kereta aksara untuk mencari pasangan atau make a match. 3. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang aturan petunjuk penggunaan media dan permainan kereta aksara. 2. Keaktifan siswa 1. Siswa menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh guru tentang nama dan bunyi aksara Jawa. 2. Siswa berani mengajukan pertanyaan tentang materi aksara Jawa. 3. Siswa menunjukkan antusiasnya dalam mengikuti permainan mencari pasangan atau make a match. 4. Siswa antusias menggunakan media papan aksara yang disediakan. 3. Kemampuan siswa 1. Siswa secara melakukan make a bergantian bermain match aksara Jawa mencari pasangan atau make a match sejumlah empat aksara Jawa Pert. I (%) Pert. II (%) Pert. III (%) , ,5-54,16 62, ,

106 No. Variabel Indikator dengan baik. 2. Siswa menyelesaikan tugasnya untuk mencari pasangan atau make a match melalui sebuah permainan secara berkelompok dengan baik. 3. Siswa bekerja sama melengkapi papan aksara yang belum berhasil dipasangkan. 4. Siswa bekerjasama mengidentifikasi sandhangan swara dan/atau panyigeg. 5. Siswa mempresentasikan hasil kerjannya mencari pasangan atau make a match bersama kelompok. Pert. I (%) Pert. II (%) Pert. III (%) 24 41, , , ) Refleksi Setelah siklus I yang terdiri dari 3 pertemuan selesai dilaksanakan, selanjutnya dilakukan pengkajian data yang telah diperoleh selama pelaksanaan rangkaian kegiatan yang ada pada siklus I. Berdasarkan pada kegiatan observasi terhadap aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran membaca aksara Jawa dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe make a match, kemampuan membaca aksara Jawa siswa kelas IV A SD Negeri Percobaan 4 Wates mengalami peningkatan. Akan tetapi, peningkatan yang terjadi belum signifikan. Hal 90

107 ini dikarenakan adanya beberapa hambatan atau kendala yang muncul ketika pelaksanaan kegiatan pembelajaran membaca aksara Jawa dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe make a match berlangsung. Hambatan yang dihadapi adalah sebagai berikut. (a) Adanya dominasi siswa dalam satu kelompok. Hal ini menyebabkan hanya beberapa siswa saja yang menyelesaikan tugas make a match secara berkelompok. (b) Sistematika permainan yang masih perlu diperbaiki. Hal ini dikarenakan sistem bermainnya ada kereta aksara dimana masing-masing siswa mencari empat aksara secara bergantian. Kendala yang muncul adalah pasangan aksara Jawa yang berhasil ditemukan siswa belum tentu benar, sehingga apabila satu siswa salah maka yang lain juga dapat melakukan kesalahan dalam mencari pasangan atau make a match aksara Jawa. (c) Dalam kegiatan make a match beberapa siswa belum dapat berhasil menyelesaikan tugasnya untuk mencari pasangan sejumlah empat aksara Jawa dengan huruf Latinnya dalam waktu satu menit. Berdasarkan refleksi di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran cooperative learning tipe make a match yang didukung dengan penggunaan media papan aksara dan dilaksanakan dengan permainan dapat meningkatkan kemampuan membaca aksara Jawa pada siswa kelas IV A SD Negeri Percobaan 4 Wates.Akan tetapi peningkatan yang terjadi belum signifikan yang disebabkan oleh beberapa 91

108 kendala yang telah disebutkan di atas. Oleh karena itu, beberapa solusi yang akan dilakukan pada tindakan selanjutnya antara lain: (a) Dominasi siswa dalam satu kelompok diatasi dengan memisahkan siswa yang dirasa menonjol agar menyebar ke beberapa kelompok. Pada akhir mencari pasangan aksara Jawa guru bersama observer mengawasi aktivitas siswa dan menegur siswa yang tidak ikut menyelesaikan tugas bersama kelompoknya. (b) Memperbaiki tata cara permainan kereta aksara. Semula siswa membentuk barisan dan bergantian mencari pasangan aksara Jawa kemudian menuliskannya pada lembar kerja kelompok. Cara bermain demikian menyebabkan guru dan observer sulit mengidentifikasi jawaban yang kurang tepat. Sehingga diputuskan bahwa pada pertemuan siklus II cara bermain mencari pasangan atau make a match aksara Jawa sedikit berubah. (c) Alokasi waktu tetap satu menit dikarenakan mayoritas siswa sudah dapat menyelesaikan tugasnya mencari empat pasangan aksara Jawa dengan baik. Berikut disajikan tabel keterlaksanaan siklus I dan perencaan kegiatan pembelajaran untuk siklus II. Tabel 13. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I dan Perencanaan Kegiatan Pembelajaran Siklus II No. Aspek Pelaksanaan pada Siklus I 1. Pembentukan kelompok Pada pertemuan I dilaksanakan dengan sistem Perencanaan pada Siklus II pembentukan kelompok didasarkan pada kemampuan siswa melakukan 92

109 No. Aspek Pelaksanaan pada Siklus I berhitung. Pada pertemuan II dan III pembentukan kelompok didasarkan pada kemampuan siswa melakukan make a match aksara Jawa pada pertemuan sebelumnya. 2. Materi pembelajaran Penggunaan aksara Jawa legena, sandhangan swara dan panyigeg dalam kata beraksara Jawa. 3. Pelaksanaan kegiatan make a match Pada pertemuan I kegiatan dilakukan di dalam ruang kelas. Pertemuan selanjutnya dilaksanakan di aula sekolah. Sistematika permainan, siswa secara bergantian mencari pasangan tanpa dikoreksi terlebih dahulu sehingga guru maupun siswa lain tidak dapat mengetahui tepat atau tidaknya siswa dalam mencari pasangan atau make a match aksara Jawa. Perencanaan pada Siklus II make a match aksara Jawa pada pertemuan sebelumnya. Penggunaan aksara Jawa legena, sandhangan swara dan panyigeg dalam kalimat beraksara Jawa. Kegiatan dilakukan di aula sekolah. Sistematika permainan setelah siswa mencari pasangan atau make a match aksara Jawa secara individu, siswa bersama guru mengoreksi hasil make a match tersebut. 93

110 b. Siklus II Siklus II juga dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan. Masing-masing pertemuan memiliki alokasi waktu 2 jam pelajaran atau 70 menit. Siklus II dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 14 Maret 2017, 21 Maret 2017, dan 28 Maret Tahapan pada siklus II meliputi: 1) Perencanaan Langkah awal pada tahap ini adalah melaksanakan kerja sama dengan guru kelas guna merencanakan proses pembelajaran yang bertujuan untuk memperbaiki dan mengatasi masalah yang dihadapi pada siklus I. Rincian dari tahap ini adalah sebagai berikut: (a) Penetapan waktu dan lokasi penelitian, dikarenakan keterbatasan ruang menjadi salah satu kendala yang muncul pada siklus I. (b) Pembuatan RPP dengan model pembelajaran cooperative learning tipe make a match. (c) Persiapan media pembelajaran yang berupa papan aksara beserta aksara Jawa dan latinnya serta beberapa materi pendukung. (d) Mempersiapkan instrument penelitian berupa lembar penilaian membaca aksara Jawa, lembar observasi guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran, serta lembar kerja kelompok. 94

111 (e) Pembagian peran masing-masing ketika kegiatan penelitian berlangsung yang terdiri dari pengajar, observer, dan kolaborator lain untuk membantu jalannya penelitian. (f) Mempersiapkan langkah-langkah perbaikan sebagai refleksi dari pelaksanan siklus I. (g) Menjelaskan kepada guru mengenai langkah-langka perbaikan hasil refleksi siklus I yang akan diterapkan pada siklus II agar eksekusi berjalan seperti yang diharapkan. Siklus II disusun untuk tiga kali pertemuan. Masing-masing pertemuan dilaksanakan selama 2 jam pelajaran atau 70 menit dan terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, serta kegiatan akhir. 2) Pelaksanaan Tindakan Pada tahap ini guru melaksanakan pembelajaran membaca aksara Jawa menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe make a match dengan berpedoman pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun, dengan adanya variasi dalam kegiatan pembelajaran dan permainan mencari pasangan atau make a match. Pada siklus II ini kegiatan yang dilakukan tidak hanya kata beraksara Jawa tetapi kalimat aksara Jawa. Hal ini dilakukan dengan asumsi apabila siswa sudah bisa membaca kata pada siklus I, besar kemungkinan siswa juga dapat membaca kalimat beraksara Jawa. Selain itu sistematika permainan juga lebih divariasi dan sudah diperbaiki agar dapat meminimalisir kesalahan dalam mencari pasangan, yaitu dengan siswa satu per satu maju ke depan sesuai dengan urutan 95

112 dalam kelompoknya. Kemudian mencari empat pasang aksara Jawa dalam waktu satu menit. Setelah waktu habis, guru bersama siswa mencocokkan terlebih dahulu sebelum dilanjutkan siswa berikutnya. Siklus II terdiri dari tiga pertemuan dengan rincian setiap pertemuan sebagai berikut: a) Pertemuan I Pertemuan I pada siklus II dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 14 Maret Bertindak sebagai pelaksana tindakan adalah guru kelas IV yaitu Ibu Ida Nuryati, sebagai observer adalah peneliti dibantu oleh saudara Wikan Atika Insani dan Rikha Setyati Hardiningrum. Standar Kompetensi (SK): 7. Memahami wacana tulis sastra dan nonsastra dalam kerangka budaya Jawa, dengan Kompetensi Dasar (KD): 7.3 Membaca kata dan kalimat beraksara Jawa legena yang menggunakan sandhangan swara dan panyigeg. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe make a match. Materi yang diajarkan adalah aksara Jawa legena, aksara Jawa sandhangan swara dan sandhangan panyigeg dalam kalimat. Namun untuk pertemuan pertama materi yang diajarkan adalah aksara Jawa legena dan mengidentifikasi sandhangan swara pada kalimat aksara Jawa. Berikut adalah rincian kegiatan pembelajaran pada pertemuan I siklus II. (1) Kegiatan awal pembelajaran Kegiatan apersepsi yang dilakukan oleh guru adalah dengan menggunakan papan aksara, yaitu dengan menunjuk salah satu huruf dan siswa diminta untuk mencari pasangannya. Selanjutnya guru menuliskan beberapa kata bertuliskan aksara 96

113 Jawa di papan tulis dan meminta siswa untuk membacanya bersama-sama untuk mengingat kembali pembelajaran membaca kata beraksara Jawa yang telah dipelajari pada siklus I. (2) Pembentukan kelompok Guru membentuk 5 kelompok dimana masing-masing kelompok beranggotakan 5 orang siswa dengan pertimbangan pembagian kelompok pada siklus I, dimana siswa yang sudah dapat menyelesaikan tugas individu dalam kelompoknya atau tugas secara berkelompok dengan baik berada dalam kelompok yang berbeda. (3) Kegiatan make a match aksara Jawa Permainan mencari pasangan pada siklus II berbeda dengan siklus pertama. Karena berdasarkan refleksi siklus I pelaksanaan permainan pada siklus I menjadi salah satu kendala yaitu tidak dapat mengetahui jawaban yang tepat dan belum tepat dari siswa. Dengan demikian, permainan pada siklus II tidak lagi berupa kereta aksara.akan tetapi siswa secara bergantian dalam satu kelompok maju ke arah meja yang telah ditata sesuai urutan kelompok untuk mencari empat pasang aksara Jawa. Sedangkan siswa lainnya menunggu di belakang siswa dengan jarak beberapa langkah. Masing-masing siswa diberi waktu selama satu menit untuk mencari empat pasangan aksara Jawa dengan Latinnya. Kegiatan selanjutnya setelah permainan berakhir adalah siswa diminta untuk kembali kelompoknya dan membentuk lingkaran. Siswa diberi dua buah amplop dan lembar kerja kelompok. Satu amplop berisi kalimat bertuliskan aksara Jawa, sedangkan amplop lainnya berisi huruf Latinnya. Setelah siswa berhasil menemukan 97

114 tiga pasang, siswa dminta untuk mengamati kalimat tersebut dan mengidentifikasi aksara Jawa yang diimbuhi sandhagan swara yang terdapat pada kalimat tersebut kemudian menuliskannya pada lembar kerja yang telah disediakan. Selanjutnya setiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. (4) Kegiatan akhir Guru bersama siswa melakukan refleksi dangan mengingat kembali materi yang telah dipelajari. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan salam dan penutup. b) Pertemuan II Pertemuan II dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 21 Maret Pada pertemuan kedua materi yang disampaikan masih sama yaitu kegiatan awal mencari pasangan aksara Jawa legena dan selanjutnya mengenai kalimat beraksara Jawa, akan tetapi pada pertemuan kedua ini siswa diminta untuk mengidentifikasi sandhangan panyigeg. Berikut rincian kegiatan pembelajaran pada pertemuan II siklus II. (1) Kegiatan awal pembelajaran Kegiatan apersepsi yang dilakukan oleh guru adalah dengan menggunakan papan aksara, yaitu dengan menunjuk salah satu huruf dan siswa diminta untuk mencari pasangannya. Selanjutnya guru menuliskan beberapa kata bertuliskan aksara Jawa di papan tulis dan meminta siswa untuk membacanya bersama-sama untuk mengingat kembali pembelajaran membaca kata beraksara Jawa yang telah dipelajari pada siklus I. (2) Pembentukan kelompok 98

115 Guru membentuk 5 kelompok dimana masing-masing kelompok beranggotakan 5 orang siswa dengan pertimbangan pembagian kelompok pada siklus I, dimana siswa yang sudah dapat menyelesaikan tugas individu dalam kelompoknya atau tugas secara berkelompok dengan baik berada dalam kelompok yang berbeda. Masingmasing kelompok terdiri dari 5 atau 4 siswa, dikarenakan dari 26 siswa terdapat 3 siswa yang tidak dapat mengikuti kegiatan pembelajaran. (3) Kegiatan make a match aksara Jawa Kegiatan inti pembelajaran dimulai dengan permainan sebagaimana yang telah dilakukan pada pertemuan I. Siswa melakukan permainan mencari pasangan aksara Jawa legena sebanyak empat aksara yang dilakukan selama satu menit secara bergantian dalam satu kelompok. Setelah siswa pertama dalam kelompok selesai mencari pasangan dalam waktu satu menit, guru berkeliling dari satu siswa ke siswa lain untuk mencocokan hasil kerja mereka. Kemudian permainan dilanjutkan siswa kedua dan seterusnya hingga siswa kelima. Kegiatan selanjutnya setelah permainan mencari pasangan atau make a match aksara Jawa selesai, siswa berkumpul dengan kelompoknya masing-masing dan membentuk lingkaran. Kemudian siswa ditugaskan untuk bekerja sama dalam satu kelompok melengkapi aksara yang masih belum ditemukan pasangannya. Selanjutnya guru memberikan dua buah amplop dan lembar kerja pada masing-masing kelompok. Seperti halnya pada pertemuan I, kegiatan berikutnya adalah mencari pasangan tiga kalimat beraksara Jawa dengan tulisan Latinnya. Akan tetapi, pada pertemuan kedua ini, siswa diminta untuk mengamati kalimat yang berhasil ditemukan dan 99

116 mengidentifikasi sandhangan panyigeg yang terdapat pada kalimat tersebut kemudian menuliskannya pada lembar kerja siswa yang telah disediakan. Siswa nampak antusias mengerjakan tugas yang mereka peroleh. (4) Kegiatan akhir Guru bersama siswa melakukan refleksi dangan mengingat kembali materi yang telah dipelajari. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan salam dan penutup. c) Pertemuan III Pertemuan III dilaksanakan pada hari Selasa, 28 Maret 2017 pada jam pelajaran pertama yaitu pukul WIB. Kegiatan pada pertemuan III adalah permainan mencari pasangan kalimat dan kegiatan evaluasi atau posttest untuk siklus II setelah pada pertemuan sebelumnya guru telah memberikan pengumuman kepada siswa. Kegiatan permainan mencari pasangan kalimat dilaksanakan di luar ruang kelas yaitu aula SD Negeri Percobaan 4 Wates, sedangkan kegiatan posttest dilaksanakan di dalam ruang kelas. (1) Kegiatan awal pembelajaran Kegiatan pembelajaran diawali dengan salam dan doa. Guru menyempaikan tujuan dari kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Kegiatan apersepsi yang dilakukan oleh guru adalah guru menuliskan kalimat beraksara Jawa di papan tulis. Siswa bersama-sama membaca kalimat tersebut. (2) Pembentukan kelompok Guru membentuk 5 kelompok dimana masing-masing kelompok beranggotakan 5 orang siswa dengan pertimbangan pembagian kelompok pada siklus I, dimana 100

117 siswa yang sudah dapat menyelesaikan tugas individu dalam kelompoknya atau tugas secara berkelompok dengan baik berada dalam kelompok yang berbeda. (3) Kegiatan make a match aksara Jawa Kegiatan selanjutnnya siswa secara berkelompok mencari pasangan kalimat aksara Jawa. Setiap kelompok diberikan papan aksara Jawa dan dua buah amplop. Satu amplop berisi kalimat bertuliskan aksara Jawa, sedangkan amplop lainnya kalimat bertuliskan huruf Latin. Masing-masing kelompok diminta untuk mencari lima pasang kalimat beraksara Jawa dengan batasan waktu yang telah ditentukan yaitu selama lima menit. Siswa dalam kelompok terlihat sangat antusias melaksanakan tugasnya. Dengan adanya batasan waktu yang telah ditentukan, siswa lebih tertantang atau terpacu untuk segera menyelesaikan tugasnya. Dalam kegiatan ini, terdapat dua kelompok yang belum bisa menyelesaikan tugasnya dengan baik karena tidak dapat mencari lima pasang kalimat dengan tepat waktu. Setelah kegiatan mencari pasangan kalimat selesai, setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka. (4) Kegiatan akhir Kegiatan akhir pembelajaran pada pertemuan III siklus II adalah evaluasi atau posttest untuk siklus II. Kegiatan ini dilaksanakan di ruang kelas, dengan sistem pelaksanaan satu siswa di dalam kelas dan siswa lain menunggu di luar kelas sesuai dengan urutan presensi siswa. Tes membaca aksara Jawa pada posttest siklus II adalah membaca kalimat beraksara Jawa dengan aspek yang dinilai meliputi ketepatan menyuarakan tulisan, ketepatan pelafalan, dan kelancaran membaca. Soal 101

118 membaca kalimat dibagi menjadi dua tipe soal, yaitu kalimat beraksara Jawa dengan sandhangan swara dan kalimat beraksara Jawa dengan sandhangan swara dan panyigeg. Masing-masing tipe terdiri dari lima soal. Kemudian siswa diminta untuk membaca sejumlah lima soal yang dipilih secara acak oleh guru. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebeelumnnya bahwa pada pertemuan ketiga ini hanya 25 siswa saja yang dapat mengikuti kegiatan pembelajaran, dengan demikian terdapat satu siswa yang tidak mengikuti posttest siklus ke II yaitu siswa BHF. Berdasarkan kegiatan posttest siklus II perolehan nilai keterampilan membaca aksara Jawa pada siklus II ada sebagai berikut. Tabel 14. Nilai Membaca Aksara Jawa Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II No. Nama Pratindakan Ket. Nilai Ket. Nilai Ket. Siklus Siklus T TB I T TB II T TB 1. AFP APA ADO ASF BHF BNP DP DS DHA DA ERW FIM IDA LFA MFA MFP NFR NPR NAKN

119 No. Nama Ket. Nilai Ket. Nilai Ket. Pratindakan T TB T TB T TB Siklus Siklus I II 20. RNQ REWR YFP MYA TEF TA NBA Jumlah , Rata-rata Ketuntasan % (%) 5% % % % 5% Nilai tertinggi Nilai terendah Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa presentase siswa yang dapat memenuhi KKM (tuntas) dalam tes kemampuan membaca aksara Jawa atau mendapat nilai 70 pada pratindakan ke siklus I, dan pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Siswa yang tuntas membaca aksara Jawa pada tahap pratindakan hanya 3,85% atau hanya 1 siswa saja. Kemudian mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 50% atau 13 siswa. Selanjutnya pada siklus II juga mengalami peningkatan menjadi 96,15 % atau 25 siswa. Sedangkan presentase siswa yang belum memenuhi KKM atau belum tuntas mengalami penurunan dari 96,15% pada tahap pratindakan, turun menjadi 50% pada siklus I, dan turun kembali menjadi 3,85 % pada siklus II. Selain itu rata-rata nilai membaca aksara Jawa dari tahap pratindakan ke siklus I, dan siklus I ke siklus II juga mengalami peningkatan. Pada pratindakan 103

120 rata-rata nilai siswa hanya 18,48 kemudian meningkat menjadi 57,57 pada siklus I, dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 83,5. Pada siklus II nilai kemampuan siswa dalam membaca aksara Jawa mengalami peningkatan. Akan tetapi terdapat dua orang siswa yang justtu mengalami penurunan namun tidak signifikan dan tetap memenuhi KKM yaitu ADO dan NPR.ADO dan NPR pada posttest siklus I mendapat nilai sempurna atau 100. Sedangkan pada siklus II mengalami penurunan, ADO menjadi memperoleh nilai 95,56 dan NPR memperoleh 91,11. Peningkatan yang cukup signifikan dialami oleh siswa DHA. Hal ini menjadi menarik karena pada pelaksanaan pertemuan I dan II siklus I siswa DHA tidak mengikuti kegiatan pembelajaran aksara Jawa dengan make a match dikarenakan sakit. Sehingga ketika mengikuti posttest siklus I, siswa DHA belum mendapat tindakan atau belum mengalami kegiatan pembelajaran cooperative learning tipe make a match aksara Jawa. Nilai yang diperoleh pada posttest siklus I hanya 10 saja. Kemudian pada siklus II siswa DHA mengikuti kegiatan pembelajaran secara menyeluruh dari pertemuan pertama hingga ketiga. Akhirnya pada posttest siklus ke II, nilai membaca aksara Jawa siswa DHA mengalami peningkatan yang sangat signifikan yaitu menjadi 100. Hal ini juga dialami oleh siswa lainnya, yang mengalami peningkatan signifikan setelah pelaksanaan pembelajaran siklus II. Akan tetapi terdapat satu siswa yang masih belum tuntas, yaitu ASF yang pada siklus I memperoleh nilai 20 dan pada siklus II memperoleh 53,33. ASF merupakan siswa yang pendiam dan tergolong kurang aktif serta antusias dalam mengikuti kegiatan 104

121 pembelajaran. Saat mencari pasangan aksara Jawa menggunakan papan aksara, ASF kurang menunjukkan antusiasnya dan masih kurang tepat dalam mencari pasangan. Kemampuan siswa dalam membaca aksara Jawa cukup bervariasi. Terdapat siswa yang sudah lancar, tetapi kurang tepat dalam menyuarakan tulisan atau melafalkan bacaan. Misalnya se dalam kata serabi dibaca se (aksara sa diberi sandhangan swara taling) seperti yang dialami siswa APA. Terdapat pula siswa yang sudah tepat dalam menyuarakan tulisan dan melafalkan bacaan aksara Jawa akan tetapi masih kurang lancar. Ada juga siswa yang masih terbalik membaca aksara yang memiliki bentuk hampir serupa, misalnya aksara da dan sa. Seperti yang dialami siswa NPR. Awalnya NPR membaca kata duwe menjadi suwe, kemudian beberapa saat kemudian baru benar membaca duwe. Nilai kemampuan membaca aksara Jawa siklus II dikategorikan sebagai berikut. Tabel 15. Kriteria Nilai Kemampuan Membaca Aksara Jawa Siklus II Rentang Nilai Huruf Keterangan Jumlah Siswa Presentase A Sangat Baik 23 92,3% B Baik 1 3,85% C Cukup Baik D Kurang Baik 1 3,85% 0-49 E Tidak Baik - - Jumlah % Berdasarkan tabel kriteria nilai kemampuan membaca aksara Jawa siklus II di atas, dapat disimpulkan bahwa presentese siswa yang tergolong memiliki kemampuan 105

122 membaca aksara Jawa yang sangat baik atau bernilai A sebanyak 23 orang dari 25 siswa yang hadir (92,3%). Siswa yang memiliki kemampuan membaca aksara Jawa baik atau memiliki nilai B 1 siswa (3,85%). Kemudian tidak ada siswa memiliki kemampuan membaca aksara Jawa yang cukup atau memiliki nilai C. Selanjutnya 1 siswa (3,85%) memiliki kemampuan membaca aksara Jawa kurang baik atau bernilai D. Sedangkan siswa memiliki kemampuan membaca aksara Jawa bernilai E atau tidak baik tidak ada. Berdasarkan penjelasan tersebut, secara garis besar dapat dikatakan bahwa siswa yang tergolong memiliki kemampuan membaca aksara Jawa yang sangat baik atau memiliki nilai A berjumlah 23 siswa atau 92,3% dari 25 siswa yang mengikuti posttest siklus II. Sedangkan 2 siswa lainnya memiliki kemampuan membaca yang baik atau memiliki nilai B, dan kurang baik atau D. 3) Observasi Kegiatan observasi dilaksanakan terhadap pelaksanaan pembelajaran membaca aksara Jawa dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe make a match siklus I. Observasi dilakukan untuk melihat kesesuaian antara rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun dengan pelaksanaannya di lapangan. Oleh sebab itu observasi dilakukan baik terhadap aktivitas siswa maupun guru dalam kegiatan pembelajaran dalam setiap pertemuannya. Observasi siswa dilakukan terhadap 26 siswa kelas IV A. Berikut merupakan hasil observasi pada siklus II yang terdiri dari tiga pertemuan: a. Pertemuan I 106

123 1) Observasi Siswa Berdasarkan hasil observasi, dapat dijelaskan sebagai berikut. (a) Kedisiplinan Siswa Indikator yang pertama yaitu sejumlah 17 siswa dapat menyelesaikan tugasnya mencari pasangan atau make a match dengan tepat waktu yaitu satu menit. Sedangkan 9 siswa lainnya masih belum dapat menyelesaikan tugasnya dengan tepat waktu. Karena hal tersebut maka dapat dikatakan 9 siswa tersebut juga belum dapat melaksakan indikator kedua dalam variabel kedisiplinan siswa yaitu mematuhi aturan permainan untuk mencari pasangan atau make a match. Pada indikator kedisiplinan yang ketiga yaitu siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang aturan petunjuk penggunaan media dan permainan kereta aksara, sebanyak 25 siswa sudah memperhatikan. Akan tetapi satu siswa tidak memperhatikan. (b) Keaktifan Siswa Indikator pertama dalam variabel keaktifan siswa yaitu siswa menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh guru sudah dilaksanakan oleh semua siswa. Indikator kedua yaitu siswa berani mengajukan pertanyaan tentang materi aksara Jawa, tidak ada siswa yang berani mengajukan pertanyaan. Kemudian indikator ketiga, keempat, dan kelima mengenai keantusiasan siswa dalam mengikuti permainan mencari pasangan aksara Jawa sudah dilakukan oleh seluruh siswa. Keantusiasan siswa dapat meningkatkan karena sistem permainan yang lebih bervariasi dari pertemuan sebelumnya di siklus I. (c) Kemampuan Siswa Melakukan Make A Match Aksara Jawa 107

124 Indikator pertama yaitu siswa secara bergantian bermain mencari pasangan atau make a match empat aksara dapat dilakukan dengan baik oleh seluruh siswa meskipun hasilnya kurang tepat. Misalnya pasangan yang dicari salah atau tidak tepat waktu dalam bergantian. Pada indikator siswa menyelesaikan tugasnya mencari pasangan atau make a macth kalimat aksara Jawa dan mengidentifikasi sandhangan swara dilaksanakan oleh 20 siswa, sedangkan 6 lainnya tidak ikut mengerjakan. b. Pertemuan II 1) Observasi Siswa Berdasarkan hasil observasi, dapat dijelaskan sebagai berikut. (a) Kedisiplinan Siswa Indikator yang pertama dan kedua terkait dengan kegiatan make a match aksara Jawa siswa dapat menyelesaikan tugasnya mencari pasangan atau make a match dengan tepat waktu yaitu satu menit dan dapat mematuhi aturan permainan telah dilaksanakan oleh 15 siswa, sedangkan 8 siswa lainnya kurang disiplin, misalnya ketika waktu yang ditentukan sudah habis siswa tersebut masih mencari atau membenarkan jawaban yang dirasa kurang tepat. Pada indikator kedisiplinan yang ketiga, 21 siswa telah memperhatikan penjelasan dari guru tentang aturan permainan, sedangkan 2 lainnya sibuk membicarakan hal lain dengan temannya. (b) Keaktifan Siswa Indikator pertama dalam variabel keaktifan siswa yaitu siswa menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh guru sudah dilaksanakan oleh semua siswa. Indikator kedua yaitu siswa berani mengajukan pertanyaan tentang materi aksara Jawa, tidak 108

125 ada siswa yang berani mengajukan pertanyaan. Kemudian indikator ketiga, keempat, dan kelima yang berkaitan dengan keantusiasan siswa dalam mengikuti permainan mencari pasangan aksara Jawa sudah dilakukan oleh 21 siswa, 2 siswa lainnya kurang antusias pada kegiatan mencari pasangan kalimat secara berkelompok. (c) Kemampuan Siswa Melakukan Make A Match Aksara Jawa Indikator pertama yaitu siswa secara bergantian bermain mencari pasangan atau make a match empat aksara dapat dilakukan dengan baik oleh seluruh siswa meskipun hasilnya kurang tepat. Misalnya pasangan yang dicari salah atau tidak tepat waktu dalam bergantian. Pada indikator siswa menyelesaikan tugasnya mencari pasangan atau make a macthkalimat aksara Jawa dan mengidentifikasi sandhangan panyigeg dilaksanakan oleh 21 siswa, sedangkan 2 lainnya dalam satu kelompok terlihat sibuk mengobrol. c. Pertemuan III 1) Observasi Siswa Berdasarkan hasil observasi, dapat dijelaskan sebagai berikut. (a) Kedisiplinan Siswa Indikator yang pertama dan kedua terkait dengan kegiatan make a match aksara Jawa siswa dapat menyelesaikan tugasnya mencari pasangan atau make a match kalimat aksara Jawa secara berkelompok dengan tepat waktu yaitu 5 menit dan dapat mematuhi aturan permainan telah dilaksanakan semua siswa. Pada indikator kedisiplinan yang ketiga, 23 siswa telah memperhatikan penjelasan dari guru tentang 109

126 aturan permainan, sedangkan 2 lainnya sibuk membicarakan hal lain dengan temannya. (b) Keaktifan Siswa Pada indikator ketiga, keempat, dan kelima yang berkaitan dengan keantusiasan siswa dalam mengikuti permainan mencari pasangan aksara Jawa sudah terlihat seluruh siswa antusias karena kegiatan permainan dilaksanakan bersama dalam kelompok serta adanya batasan waktu, sehingga dapat memunculkan jiwa kompetisi pada masing-masing kelompok. (c) Kemampuan Siswa Melakukan Make A Match Aksara Jawa Pada variabel ini masing-masing kelompok sudah menunjukkan kemampuannya dalam make a match kalimat aksara Jawa. Siswa bekerjasama untuk menemukan pasangan kalimat aksara Jawa dengan Latinnya sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan. Berdasarkan pada penjabaran hasil observasi aktivitas siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran membaca aksara Jawa pada pertemuan I sampai dengan III siklus II, diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 16. Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II No. Variabel Indikator 1. Kedisiplinan siswa 1. Siswa dapat menyelesaikan tugasnya mencari pasangan atau make a match dengan tepat waktu. Pert. I Pert. II Pert. III (%) (%) (%) 65,4 65,

127 No. Variabel Indikator 2. Siswa mematuhi aturan permainan kereta aksara untuk mencari pasangan atau make a match. 3. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang aturan petunjuk penggunaan media dan permainan kereta aksara. 2. Keaktifan siswa 1. Siswa menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh guru tentang nama dan bunyi aksara Jawa. 2. Siswa berani mengajukan pertanyaan tentang materi aksara Jawa. 3. Siswa menunjukkan antusiasnya dalam mengikuti permainan mencari pasangan atau make a match. 4. Siswa antusias menggunakan media papan aksara yang disediakan. 3. Kemampuan siswa 1. Siswa secara melakukan make a bergantian bermain match aksara Jawa mencari pasangan atau make a match sejumlah empat aksara Jawa dengan baik. 2. Siswa menyelesaikan tugasnya untuk mencari pasangan atau make a match melalui sebuah permainan Pert. I (%) Pert. II (%) Pert. III (%) 92,3 91, ,2 91, , , , , ,5 65,

128 No. Variabel Indikator secara berkelompok dengan baik. 3. Siswa bekerja sama melengkapi papan aksara yang belum berhasil dipasangkan. 4. Siswa dapat menyelesaian tugas mencari pasangan atau make a match sejumlah empat aksara Jawa dengan benar. 5. Siswa bekerjasama mencari pasangan kata atau kalimat beraksara Jawa dalam satu kelompok. 6. Siswa bekerjasama mengidentifikasi sandhangan swara dan/atau panyigeg. 7. Siswa mempresentasikan hasil kerjannya mencari pasangan atau make a match. Pert. I (%) Pert. II (%) Pert. III (%) ,9-65, ,1% 91,3%% - 65,4% 78,3% - 100% 100% 100% 4) Refleksi Pelaksanaan tindakan pada siklus II telah menunjukkan hasil yang lebih baik dan sesuai dengan harapan peneliti. Penggunaan model pembelajaran cooperative learning tipe make a matchdapat digunakan dalam pembelajaran Bahasa Jawa khususnya materi aksara Jawa aspek membaca. Hambatan dan kendala yang muncul sebelumnya sudah dapat diatasi dengan baik. Pada pertemuan I hingga III siklus II 112

129 siswa terlihat lebih antusias dibandingkan pada siklus I. Kemampuan siswa dalam bermain make a match dengan menggunakan media papan aksara juga terlihat meningkat. Selain itu kriteria keberhasilan pada penelitian tindakan kelas ini juga sudah tercapai. Hal ini ditandai dengan 75% siswa kelas IV A SD Negeri Percobaan 4 Wates telah mencapai KKM dalam membaca aksara Jawa yaitu memperoleh nilai 70. Peningkatan ini dapat dilihat dari perolehan rata-rata nilai membaca aksara Jawa siswa dari pratindakan hanya 18,48 menjadi 57,57 pada siklus I dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 83,5. Persentase ketuntasan siswa juga mengalami peningkatan dari pratindakan 3,85% menjadi 50%, dan mengalami peningkatan lagi pada siklus II menjadi 96,15%. Dengan demikian pada akhir siklus II ketuntasan siswa sudah mencapai 75% dan menjadi bukti bahwa tindakan yang diberikan dalam rangka meningkatkan kemampuan membaca aksara Jawa siswa kelas IV telah berhasil sehingga penelitian dapat diakhiri pada siklus II. B. Pembahasan Kondisi awal kegiatan pembelajaran Bahasa Jawa khususnya aksara Jawa yang diperoleh peneliti melalui kegiatan observasi dan wawancara menunjukkan bahwa siswa kurang antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara, dapat diketahui bahwa faktor yang menjadikan siswa kurang tertarik dengan materi ini adalah karena siswa beranggapan aksara Jawa sulit untuk dipelajari. Selain itu kegiatan pembelajaran aksara Jawa tidak didukung dengan metode dan media yang dapat mendorong siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran serta memudahkan siswa dalam menghafal aksara Jawa. Berdasarkan hasil wawancara 113

130 guru mengatakan bahwa membaca dan menulis aksara jawa merupakan materi dalam mata pelajaran Bahasa Jawa yang sulit. Rata-rata dikarenakan siswa belum bisa menghafal huruf-huruf dalam aksara Jawa. Selain itu guru menyatakan bahwa hal tersebut juga dipengaruhi oleh tidak adanya media pendukung yang menarik dan memudahkan siswa dalam mempelajari materi aksara Jawa. Sehingga guru merasa media yang inovatif sebagai penunjang pembelajaran aksara Jawa memang sangatlah diperlukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kondisi awal atau pratindakan dari 26 siswa yang mengikuti kegiatan pretest hanya 1 siswa yang memperoleh nilai membaca aksara Jawa memenuhi KKM atau 70. Sedangkan 25 siswa lainnya belum memnuhi KKM, bahkan terdapat 10 siswa mendapat nilai 0 atau dapat dikatakan tidak dapat membaca kata dan kalimat beraksara Jawa sama sekali. Nilai rata-rata kemampuan membaca siswa sangat rendah, yaitu 18,48 dengan presentase ketuntasan hanya 3,85%. Melihat hal tersebut peneliti memiliki gagasan untuk meningkatkan kemampuan membaca aksara Jawa siswa dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe make a match. Dalam rangkaian kegiatan pembelajaran aksara Jawa dengan model pembelajaran cooperative learning tipe make a match yang dikemas melalui sebuah permainan serta media pendukung yaitu papan aksara. Pada siklus I nilai kemampuan membaca aksara Jawa siswa mengalami peningkatan.presentase ketuntasan sudah mencapai 50%. Artinya dari 26 siswa yang mengikuti posttest sebanyak 13 siswa sudah mencapai KKM dan 13 siswa lainnya 114

131 masih dibawah KKM. Selain itu, nilai rata-rata siswa pada siklus I juga mengalami peningkatan menjadi 57,69. Selanjutnya pada siklus II, siswa yang memperoleh nilai memenuhi KKM sejumlah 24 siswa dari 25 siswa yang mengikuti posttest siklus II. Apabila dipresentase, maka presentase ketuntasan membaca aksara Jawa pada siklus II mencapai 96,15% dengan nilai rata-rata 83,5. Pada setiap pertemuan di masing-masing siklus guru membentuk lima kelompok yang heterogen sesuai dengan konsep pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dimana siswa belajar dan bekerjasama dalam kelompokkelompok kecil yang setiap kelompok beranggotakan empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Cooperative learning tipe make a match dapat mendorong siswa untuk belajar secara aktif, memiliki tanggung jawa dan kemandirian, serta memiliki semangat untuk bekerjasama dan berkompetisi. Dalam kegiatan pembelajaran ini siswa secara individu didorong untuk berpikir dan bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya dalam kelompok yaitu mencari pasangan aksara Jawa. Masing-masing siswa dalam satu kelompok memiliki tanggung jawab untuk mencari empat pasang aksara Jawa dengan batas waktu yang telah ditentukan. Batas waktu diberikan dengan tujuan agar dapat mendorong siswa untuk berpikir dan memunculkan jiwa kompetisi dalam diri siswa. Kemudian setelah semua anggota kelompok sudah selesai mencari pasangan aksara Jawa, siswa secara berkelompok bekerjasama untuk menemukan pasangan aksara Jawa yang belum berhasil ditemukan sebelumnya. Adanya tanggung jawab individu dalam kelompok untuk mencari pasangan aksara Jawa dapat mendorong siswa untuk berpartisipasi 115

132 secara aktif dan positif. Hal ini sesuai dengan pendapat Slavin (Rusman, 2014:201) bahwa pembelajaran kooperatif mendorong siswa untuk belajar secara aktif dan positif yang dilakukan dalam satu kelompok. Kegiatan pembelajaran yang menggunakan media sebagai alat menyampaikan materi dan dilakukan secara langsung oleh siswa memang sangat diperlukan. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Marsh (Rita Eka Izzaty, dkk, 2013:116) bahwa strategi yang sebaiknya digunakan guru dalam pembelajaran masa kanak-kanak akhir (siswa sekolah dasar) adalah menggunakan bahan-bahan konkret dan menggunakan latihan nyata. Selain itu siswa dalam tahap operasional konkret memerlukan adanya kegiatan bekerja dengan objek berupa benda-benda konkret atau media yang digunakan untuk memanipulasi, menyentuh, meraba, melihat, dan merasakan. Hal ini sesuai dengan kegiatan pada setiap pertemuan pada siklus I dan II yang telah dilaksanakan, yaitu siswa bermain mencari pasanan atau make a match aksara Jawa, kata, dan kalimat beraksara Jawa menggunakan media papan aksara dan dilakukan secara berulang. Dengan melakukan banyak akivitas, dilakukan berulang-ulang, dan menggunakan media visual berupa papan aksara, siswa menjadi lebih mudah mengingat dan memahami materi yang dipelajari. Begitu pula dengan pembelajaran membaca aksara Jawa, kegiatan yang dilakukan adalah berdiskusi menyelesaikan tugas mencari pasangan aksara Jawa, kata, kalimat, melakukan aktivitas mencari pasangan, mengamati aksara Jawa pada papan aksara, mendorong siswa untuk berpikir, saling memiliki ketergantungan positif, tanggung jawab, mandiri, serta memunculkan partisipasi dan komunikasi. 116

133 Berdasarkan hasil pretest, posttest membaca aksara Jawa pada siklus I dan siklus II terbukti bahwa model pembelajaran cooperative learning tipe make a match dapat meningkatkan kemampuan membaca aksara Jawa pada siswa kelas IV A SD Negeri Percobaan 4 Wates. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Slavin (Rusman, 2014: 205) yang menunjukkan bahwa, pertama, penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan dapat meningkatkan hubungan sosial serta menumbuhkan sikap toleransi dan menghargai pendapat orang lain. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman. Dengan menggunakan model cooperative learning tipe make a match kemampuan membaca aksara Jawa siswa kelas IV A SD Negeri Percobaan 4 Wates mengalami peningkatan mulai dari pratindakan, siklus I, sampai dengan siklus II. Berikut disajikan tabel peningkatan kemampuan membaca aksara Jawa: Tabel 17. Ketuntasan Nilai Membaca Aksara Jawa Pratindakan Siklus I Siklus II No. Kategori Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1. Tuntas ( 70) 1 3,85% 13 50% 24 96,15% Belum tuntas ,15% 13 50% 1 3,85% ( 70) Jumlah Siswa % % % Tabel di atas menunjukkan perbandingan jumlah siswa yang mencapai KKM pada pratindakan, siklus I, dan siklus II. Pada tahap pratindakan hanya terdapat 1 117

134 Jumlah Ketuntasan (%) siswa yang memperoleh nilai tuntas atau dapat memenuhi KKM dalam membaca aksara Jawa. Setelah diberi tindakan pada siklus I sebanyak tiga kali pertemuan, siswa yang memperoleh nilai mencapai KKM meningkat menjadi 13 siswa dan pada siklus II, jumlah siswa yang memperoleh nilai tuntas atau memenuhi KKM yaitu 70 meningkat menjadi 25 siswa. Apabila dipresentasekan, siswa yang mencapai KKM hanya 3,85% pada tahap pratindakan. Kemudian meningkat menjadi 50% pada siklus I, dan meningkat lagi menjadi 96,15% pada siklus II. Dengan demikian pada siklus II nilai kemampuan membaca aksara Jawa siswa sudah mencapai kriteria keberhasilan tindakan, yaitu siswa yang memenuhi nilai KKM sudah lebih dari 75% dari jumlah siswa secara keseluruhan. Oleh karena itu penelitiandapat diakhiri pada siklus II. Peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM mulai dari pratindakan, siklus I, dan siklus II dapat dilihat dari diagram batang berikut. Diagram Ketuntasan Siswa Pratindakan Siklus I Siklus II Tahapan Kegiatan Gambar 2. Diagram Ketuntasan Siswa Diagram di atas menunjukkan bahwa jumlah siswa yang mencapai KKM dalam tes membaca aksara Jawa mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Selain itu 118

135 Jumlah Nilai Rata-rata rata-rata nilai membaca aksara Jawa siswa juga mengalami peningkatan. Pada tahap pratindakan, rata-rata nilai membaca aksara Jawa siswa hanya 18,48, kemudian naik menjadi 57,69 pada siklus I, dan meningkat kembali pada siklus II menjadi 83,5. Diagram Nilai Rata-rata Kelas Pratindakan Siklus I Siklus II 0 Tahap Kegiatan Gambar 3. Diagram Nilai Rata-rata Kelas 119

136 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab IV, dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan membaca aksara Jawa siswa kelas IV A SD Negeri Percobaan 4 Wates dapat ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran cooperative learning tipe make a match yang merupakan model pembelajaran yang terintegrasi dengan media berupa papan aksara. Dalam cooperative learning tipe make a match, strategi latihan dan permainan mencari pasangan yang dilakukan secara berulang dapat membantu siswa dalam mengingat-ingat aksara Jawa, memahami mengenai penggunaan sandhangan swara dan panyigeg dalam sebuah kata atau kalimat beraksara Jawa, serta mampu membacanya. Media papan aksara dapat mendorong siswa untuk lebih giat, antusias, dan aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran membaca aksara Jawa, serta lebih mudah memahami materi aksara Jawa. Peningkatan kemampuan membaca aksara Jawa siswa dapat dilihat dari adanya peningkatan presentase siswa yang memperoleh nilai mencapai KKM atau 70 yang mengalami peningkatan dari tahap pratindakan, siklus I, sampai dengan siklus II. Pada tahap pratindakan, siswa yang mencapai KKM hanya 1 siswa saja. Kemudian meningkat menjadi 13 siswa pada siklus I, dan meningkat lagi menjadi 25 siswa pada siklus II dari jumlah siswa secara keseluruhan adalah 26 siswa. Selain itu, peningkatan kemampuan membaca aksara Jawa siswa kelas IV A juga dapat dilihat 120

137 dari meningkatnya rata-rata nilai membaca aksara Jawa. Mulai pada pratindakan rerata siswa hanya 18,48. Kemudian mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 57,65, dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 83,5. Hasil observasi menunjukkan bahwa partisipasi dan antusias siswa dalam pembelajaran meningkat. Siswa menjadi lebih bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya baik individu dalam kelompok maupun secara berkelompok. Suasana kegiatan pembelajaran juga semakin menyenangkan dengan adanya kegiatan mencari pasangan atau make a match menggunakan papan aksara yang dikemas dalam sebuah permainan. Peningkatan nilai kemampuan membaca aksara Jawa pada siklus II dan peningkatan proses pembelajaran aksara Jawa tersebut dapat dijadikan sebagai tanda bahwa penelitian tindakan kelas telah mencapai kriteria keberhasilan tindakan yang digunakan sebagai patokan yaitu 75% siswa telah mencapai KKM dalam membaca aksara Jawa. Oleh karena itu, kegiatan penelitian diakhiri pada siklus II. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran cooperative learning tipe make a match dapat meningkatkan kemampuan membaca aksara Jawa pada siswa kelas IV SD Negeri Percobaan 4 Wates Kabupaten Kulon Progo. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dam kesimpulan yang telah dipaparkan, maka peneliti dapat mengajukan saran sebagai berikut. 1. Bagi Siswa 121

138 Siswa disarankan untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran apapun mata pelajarannya, tidak hanya dalam mata pelajaran Bahasa Jawa khususnya materi aksara Jawa. 2. Bagi guru Guru sebaiknya dapat berinovasi dan memperkaya wawasan dalam menerapkan model pembelajaran yang dapat mendorong siswa berpartisipasi aktif dan dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa. Salam satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran cooperative learning tipe make a match sebagai salah satu strategi dalam pembelajaran membaca aksara Jawa. 3. Bagi Sekolah Sekolah dapat menghimbau guru untuk mencoba mengaplikasikan model pembelajaran cooperative learning tipe make a match dalam kegiatan pembelajaan pada mata pelajaran yang lain sebagai bentuk variasi belajar agar siswa memiliki banyak pengalaman dalam belajar. 122

139 DAFTAR PUSTAKA Arifin, Z. (2011). Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Asriyani, et al.penggunaan Media Kartu Huruf dalam Pembelajaran Aksara Jawa di Sekolah Dasar.Jurnal. Arikunto, S. (2008).Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Dalman.(2013). Keterampilan Membaca. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada Darusuprapta, et al.(2002). Pedoman Penulisan Aksara Jawa. Yogyakarta: Pustaka Nusatama. Ekowati, V.I. (2007). Perubahan Sistem Pembelajaran Aksara Jawa. Universitas Negeri Yogyakarta (online). Diaksesdarihttp://eprints.uny.ac.id/4032/padatanggal 10 Januari 2017 jam 11: 27 WIB. Gubernur DIY. (2013). Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 64 Tahun 2013 tentang Mata Pelajaran Bahasa Jawa sebagai Muatan Lokal Wajib di Sekolah/Madrasah. Indrawan, S. (2014).Upaya Meningkatkan Keterampilan Membaca Aksara Jawa dengan Quantum Learning di Kelas VB SD 1 Kadipiro Bantul.Skripsi.Yogyakarta: UNY. Izzaty, R.E, et al. (2013). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press Kertonegoro, S. (2002). Mencari Jati Diri Kebudayaan.Jurnal Kebudayaan KABANARAN. Volume 2, Agustus 2002.ISSN Halaman Kunandar.(2012). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Kusumah, W& Dwitagama, D.(2010). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Indeks Lie, A. (2004). Cooperative Learning (Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruangKelas). Jakarta: PT Gramedia. 123

140 Mifzal, A. (2012). StrategiPembelajaranuntukAnakKurangBerprestasi. Yogyakarta: Javalitera. Mulyana.(2008). Pembelajaran Bahasa dan Sastra Daerah dalam Kerangka Budaya. Yogyakarta: Tiara Wacana Prasetyono, D.S. (2008). Rahasia Gemar Membaca pada Anak Sejak Dini. Yogyakarta: DIVA Press. Prihantoro, D. (2011). Sejarah Aksara Jawa. Jakarta: Javalitera. Purwanto, E. (2011). Pepak Bahasa Jawa: Cara Mudah Belajar Cepat dan Tuntas Bahasa Jawa. Yogyakarta: Diva Press Puspitasari, K. (2016). Pengembangan Media Pembelajaran Kertu Gladhen Aksara Jawa untuk Kelas IV SD N Kotagede I.Skripsi. Yogyakarta: UNY Rusman. (2014). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Sanjaya, W. (2008).Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Persada Media Group. Setyorini, F. (2014).Upaya Peningkatan Keterampilan Membaca Aksara Jawa Menggunakan Active Learning Tipe Index Card Match pada Siswa Kelas V SD N Karen.Skripsi. Yogyakarta: UNY Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta Suryanto, A. (2010). Evaluasi Pembelajaran di SD. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka. Tarigan, H.G. (2008). Membaca: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:Angkasa Group Wibawa, S, et al. (2004). Buku Pegangan Kuliah Mata Pelajaran Bahasa Jawa. Yogyakarta: UNY Wiryodijoyo, S. (1989).Membaca: Strategi Pengantar dan Tekniknya. Bengkulu: Universitas Bengkulu 124

141 LAMPIRAN I INSTRUMEN PENELITIAN 125

142 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS I Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu : Sekolah Dasar : Bahasa Jawa : IV/2 : 2 jam pelajaran A. Standar Kompetensi 7. Memahami wacana tulis sastra dan nonsastra dalam kerangka budaya Jawa B. Kompetensi Dasar 7.3 Membaca kata dan kalimat beraksara Jawa legenayang menggunakan sandhangan swara dan panyigeg. C. Indikator 1. Siswa dapat menyebutkan aksara Jawa legena. 2. Siswa dapat mengidentifikasi sandhangan swara 3. Siswa dapat mengidentifikasi sandhangan panyigeg 4. Siswa dapat menyebutkan aksara Jawa yang telah diberi sandhangan swara 5. Siswa dapat menyebutkan aksara Jawa yang telah diberi sandhangan panyigeg. 6. Siswa dapat menyebutkan aksara Jawa yang telah diberi sandhangan swara dan panyigeg. 7. Siswa dapat membaca kata beraksara Jawa yang telah diberi sandhangan swara 8. Siswa dapat membaca kata beraksara Jawa yang telah diberi sandhangan panyigeg. 126

143 9. Siswa dapat membaca kata beraksara Jawa yang telah diberi sandhangan swara dan panyigeg. D. Tujuan Pembelajaran Setelah melakukan kegiatan make a match siswa dapat: 1. Menyebutkan aksara Jawa legena dengan benar. 2. Mengidentifikasi sandhangan swara. 3. Mengidentifikasi sandhanganpanyigeg dengan benar. 4. Menyebutkan aksara Jawa yang telah diberi sandhangan swara dengan benar. 5. Menyebutkan aksara Jawa yang telah diberi sandhangan panyigeg dengan benar. 6. Menyebutkan aksara Jawa yang telah diberi sandhangan swara dan panyigeg dengan benar. 7. Membaca kata beraksara Jawa yang telah diberi sandhangan swara dengan benar. 8. Membaca kata beraksara Jawa yang telah diberi sandhangan panyigeg dengan benar. 9. Membaca kata beraksara Jawa yang telah diberi sandhangan swara dan panyigeg dengan benar. E. Materi Pokok Aksara Jawa legena,sandhangan swara dan panyigeg (materi terlampir) F. Pendekatan, Model, dan Metode Pembelajaran Pendekatan : Student Centered Model : Cooperative Learningtipe Make A Match Metode : Permainan, ceramah, penugasan, diskusi kelompok 127

144 G. Langkah-langkah Pembelajaran 1. Pertemuan pertama Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu Kegiatan Awal a. Siswa dikondisikan atau dipersiapkan 10 menit untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. b. Guru membuka kegiatan pembelajaran c. Siswa bersama guru berdo a sebelum memulai kegiatan pembelajaran. d. Guru melakukan presensi e. Guru melakukan apersepsi, yaitu dengan mengingat kembali materi aksara Jawa yang telah dipelajari sebelumnya. Kegiatan Inti a. Siswa mengamati papan aksara Jawa yang telah disediakan oleh guru. (mengamati) b. Siswa menyebutkan huruf yang ditunjuk oleh guru pada papan aksara. (mencoba) 55 menit c. Guru menunjuk beberapa siswa untuk mencari pasangan aksara Jawa dengan huruf latinnya di depan kelas. (kegiatan make a match) d. Guru membentuk kelompok kecil yang masing-masing kelompok beranggotakan 5 orang yang dibentuk secara heterogen. (mengelompokkan) e. Ketua kelompok diminta untuk mengambil satu buah papan yang telah ditempeli aksara Jawa dan huruf latinnya serta petunjuk permainan kereta aksara 128

145 Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu f. Siswa bermain kereta aksara sesuai dengan petunjuk permainan dan alokasi waktu yang telah ditetapkan untuk satu kali bermain. (kegiatan make a match) g. Guru meminta masing-masing kelompok mempresentasikan hasil sementara mencari pasangan yang telah dilakukan. (mengkomunikasikan) h. Siswa kembali berkelompok membentuk lingkaran kecil kemudian secara bersamasama melengkapi pasangan aksara Jawa dengan huruf latin yang belum berhasil ditemukan. (kegiatan make a match) i. Guru membagikan dua buah amplop kepada masiing-masing kelompok. Satu amplop berisi sandhangan swara, sedangkan amplop lainnya berisi fungsi dari sandhangan swara tersebut. j. Siswa mencari pasangan sandhangan swara sesuai dengan bunyinya secara bersama-sama dalam satu kelompok. (kegiatan make a match) k. Siswa bersama guru mencocokkan hasil mencari pasangan yang telah siswa lakukan. (mengkomunikasikan) l. Guru meminta siswa bersama-sama menyebutkan aksara Jawa yang sudah 129

146 Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu diberi sandhangan swara yang ditullis oleh guru di papan tulis. Penutup a. Siswa dengan bimbingan guru merefleksi hasil pembelajaran pada pertemuan hari ini b. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dipelajari c. Siswa dan guru mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan berdo a bersamasama d. Guru menutup kegiatan pembelajaran 5 menit 2. Pertemuan kedua Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu Kegiatan Awal a. Siswa dikondisikan atau dipersiapkan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. 10 menit b. Guru membuka kegiatan pembelajaran c. Siswa bersama guru berdo a sebelum memulai kegiatan pembelajaran. d. Guru melakukan presensi. e. Guru melakukan apersepsi, yaitu dengan mengingat kembali materi aksara Jawa yang telah dipelajari sebelumnya. Kegiatan Inti a. Guru menunjuk beberapa siswa untuk mencari pasangan aksara Jawa dengan huruf latinnya di depan kelas. (kegiatan make a match) 55 menit b. Guru membentuk kelompok kecil yang 130

147 masing-masing kelompok beranggotakan 5 orang yang dibentuk secara heterogen. (mengelompokkan) c. Ketua kelompok diminta untuk mengambil satu buah papan yang telah ditempeli aksara Jawa dan huruf latinnya serta petunjuk permainan kereta aksara d. Setiap kelompok memahami aturan permainan dengan disertai penjelasan dari guru. e. Siswa bermain kereta aksara sesuai dengan petunjuk permainan dan alokasi waktu yang telah ditetapkan untuk satu kali bermain. (kegiatan make a match) f. Guru meminta masing-masing kelompok mempresentasikan hasil sementara mencari pasangan yang telah dilakukan. (mengkomunikasikan) g. Siswa kembali berkelompok membentuk lingkaran kecil kemudian secara bersamasama melengkapi pasangan aksara Jawa dengan huruf latin yang belum berhasil ditemukan. (kegiatan make a match) h. Guru membagikan dua buah amplop kepada masiing-masing kelompok. Satu amplop berisi sandhangan panyigeg, sedangkan amplop lainnya berisi fungsi dari sandhangan panyigeg tersebut. 131

148 Penutup i. Siswa mencari pasangan sandhangan panyigeg dengan fungsinya secara bersama-sama dalam satu kelompok. (kegiatan make a match) j. Siswa bersama guru mencocokkan hasil mencari pasangan yang telah siswa lakukan. (mengkomunikasikan) k. Guru menuliskan kata aksara Jawa yang telah diimbuhi sandhangan panyigeg, siswa kemudian bersama-sama membaca kata tersebut. l. Guru meminta siswa bersama-sama menyebutkan aksara Jawa yang sudah diberi panyigeg yang ditullis oleh guru di papan tulis. a. Siswa dengan bimbingan guru merefleksi hasil pembelajaran pada pertemuan hari ini b. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dipelajari c. Siswa dan guru mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan berdo a bersamasama Guru menutup kegiatan pembelajaran 5 menit 3. Pertemuan ketiga Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu Kegiatan Awal a. Siswa dikondisikan atau dipersiapkan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. 10 menit 132

149 Kegiatan Inti b. Guru membuka kegiatan pembelajaran c. Siswa bersama guru berdo a sebelum memulai kegiatan pembelajaran. d. Guru melakukan presensi. e. Guru melakukan apersepsi, yaitu dengan mengingat kembali materi aksara Jawa yang telah dipelajari sebelumnya. a. Siswa bersama guru mengingat kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya mengenai aksara Jawa nglegena dan aksara Jawa yang telah diberi sandhangan swara dan panyigeg. b. Guru menunjuk beberapa siswa menyebutkan aksara Jawa yang ditulis oleh guru. c. Guru membentuk kelompok kecil yang masing-masing kelompok beranggotakan 5 orang yang dibentuk secara heterogen. (mengelompokkan) d. Masing-masing kelompok diberi satu lembar aturan permainan untuk mencari pasangan kata bertuliskan aksara Jawa dengan tulisan latinnya. e. Guru menjelaskan aturan permainan. f. Siswa bermain permainan mencari pasangan kata secara berkelompok. (kegiatan make a match) g. Siswa bersama-sama mencocokkan kata 55 menit 133

150 Penutup yang berhasil mereka temukan dengan cara setiap kelompok mempresentasikan kata yang berhasil mereka temukan. (mengkomunikasikan) h. Guru mengadakan evaluasi. a. Siswa dengan bimbingan guru merefleksi hasil pembelajaran pada pertemuan hari ini. b. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dipelajari. c. Siswa dan guru mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan berdo a bersamasama. d. Guru menutup kegiatan pembelajaran. 5 menit H. Penilaian Jenis : Tes (Postest) Bentuk : Lisan (Performance) Instrumen : 1. Soal Tes 2. Kunci Jawaban 3. Kriteria Penilaian (terlampir) I. Media dan Sumber Belajar Media: papan aksara Sumber belajar: Haryono, dkk Sinau Basa Jawa Gagrag Anyar Kelas IV. Yogyakarta: Yudhistira. 134

151 J. Kriteria Ketuntasan Minimal Kegiatan pembelajaran dikatakan berhasil jika 75% dari siswa memperoleh nilai 70. K. Lampiran 1. Materi pokok 2. Aturan permainan papan aksara dan kereta aksara 3. Soal posttest 4. Kunci jawaban 5. Lembar penilaian 135

152 Materi Pokok Siklus I A. Aksara Jawa legena a Ha n Na c Ca r Ra k Ka f Da t Ta s Sa w Wa l La p Pa d Dha j Ja y Ya v Nya m Ma g Ga b Ba q Tha z Nga B. Sandhangan swara dan sandhangan panyigeg dalam kata aksara Jawa Terdapat lima macam sandhangan swarauntuk menghasilkan sebuah kalimat beraksara Jawa dengan vokal yang lain.lima sandhangan swaratersebut yaitu wulu (...i) ;pepet ( e); suku ( u); taling([ ); dan taling tarung ([ o). Sandhangan swara Keterangan Contoh Wulu (...i) Lambang dari huruf yang pipi pipi memiliki suara atau vokal i dalam suku kata. Sandhangan swara Keterangan Contoh Pepet ( e) Lambang dari huruf yang tetep\ tetep memiliki suara atau vokal e dalam suku kata. Suku ( u) Lambang dari huruf yang memiliki suara atau vokal u dalam suku kata. guru guru 136

153 Taling([ ) Taling tarung ([ o) Lambang dari huruf yang memiliki suara atau vokal e dalam suku kata. Lambang dari huruf yang memiliki suara atau vokal o dalam suku kata. [b[bk\ bebek [so[to soto Selain sandhangan, dalam aksara Jawa juga terdapat panyigeg yang berfungsi sebagai lambang konsonan mati. Terdapat empat macam panyigeg, yaitu Wignyan (..h); Layar (../); Cecak (..=); dan Pangkon(.\). Sandhangan panyigeg Keterangan Contoh Wignyan (..h) Panyigeg yang wdh wadhah melambangkan konsonan mati h yang ditulis di belakang aksara. Layar (../) Panyigeg yang kb/ kabar melambangkan konsonan mati r yang ditulis di atas aksara. Sandhangan panyigeg Keterangan Contoh Cecak (..=) Panyigeg yang ged= gedhang melambangkan konsonan mati ng. Pangkon(.\) Panyigeg yang bpk\ bapak melambangkan konsonan mati atau penutup dalam suatu suku kata. 137

154 Aturan Make A Match Melalui Permainan Kereta Aksara dengan Papan Aksara Siklus I Bacalah petunjuk di bawah ini dengan seksama. 1. Buatlah sebuah baris membentuk seperti sebuah kereta. Dengan formasi ketua kelompok berada di barisan pertama. Siswa di barisan selanjutnya boleh bebas. 2. Untuk siswa di barisan paling depan bertugas membawa papan aksara yang telah diberikan. 3. Amatilah aksara Jawa dan huruf latin yang telah tertempel pada papan aksara. 4. Carilah pasangan aksara Jawa dengan huruf latinnya. 5. Setiap siswa diminta untuk mencari 4 huruf dan siswa diberi waktu 1 menit untuk mencari 6. Carilah pasangan huruf yang kamu ketahui terlebih dahulu. 7. Catatlah di buku huruf yang berhasil kamu temukan. 8. Setelah 1 menit, papan aksara Jawa kepada teman yang berada di belakangmu, begitu seterusnya sampai siswa terakhir di barisan nomor Siswa baris ke lima memberikan papan aksara kepada siswa di barisan pertama lagi untuk dirapikan. 10. Setelah permainan berakhir, buatlah sebuah lingkaran dan lengkapi huruf yang belum kalian temukan 11. Setelah masing-masing kelompok mendapatan dua buah amplop yang dibagikan oleh guru,bukalah kedua amplop tersebut. 12. Carilah pasangan dari sandhangan swara atau panyigeg sesuai dengan fungsinya dan tempelkan pada papan aksara. 138

155 ATURAN MAKE A MATCH MELALUI PERMAINAN MENCARI PASANGAN KATA BERAKSARA JAWA Bacalah petunjuk di bawah ini dengan seksama. 1. Buatlah barisan dari anggota kelompok, ketua kelompok berada di barisan depan. 2. Berjalanlah menuju meja di depanmu satu per satu diawali siswa yang berada di barisan pertama, kemudia dilanjukan siswa barisan ketida dan seterusnya. 3. Siswa yang sudah berada di meja, amatilah kertas yang bertuliskan kata beraksara dan artinya secara seksama. 4. Pilihlah salah satu kata dan cari pasangannya. Misalnya memilih kata buku maka carilah tulisan aksara Jawa dari kata buku. 5. Setelah berhasil menemukan, tempelkan padapapan yang sudah disediakan di samping tulisan. 6. Berjalanlah kembali ke barisan kelompok dan berdiri di barisan paling belakang. 7. Permainan mencari pasangan kata dilanjutkan oleh siswa yang berada di barisan kedua dan seterusnya. 8. Kelompok yang berhasil menemukan 5 kata paling cepat adalah kelompok yang dinyatakan memenangkan permainan. 9. Presentasikan hasil temuan kalian di depan guru dan teman-teman lainnya. 139

156 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS II Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu : Sekolah Dasar : Bahasa Jawa : IV/2 : 2 jam pelajaran A. Standar Kompetensi 7. Memahami wacana tulis sastra dan nonsastra dalam kerangka budaya Jawa B. Kompetensi Dasar 7.3 Membaca kata dan kalimat beraksara Jawa nglegenayang menggunakan sandhangan swara dan panyigeg. C. Indikator 1. Siswa dapat menuliskan aksara Jawa, sandhangan swara yang terdapat dalam satu kalimat. 2. Siswa dapat menuliskan aksara Jawa, sandhangan panyigeg yang terdapat dalam satu kalimat. 3. Siswa dapat membaca kalimat aksara Jawa yang telah diberi sandhangan swara 4. Siswa dapat membaca kalimat beraksara Jawa yang telah diberi sandhangan swara dan panyigeg. D. Tujuan Pembelajaran Setelah melakukan kegiatan make a match siswa dapat: 1. Menuliskan sandhangan swara yang terdapat dalam satu kalimat dengan benar. 140

157 2. Menuliskan sandhangan panyigeg yang terdapat dalam satu kalimat dengan benar. 3. Membaca kalimat aksara Jawa yang telah diberi sandhangan swara dengan benar. 4. Membaca kalimat beraksara Jawa yang telah diberi sandhangan swara dan panyigeg dengan benar. E. Materi Pokok Aksara Jawa sandhangan swara dan panyigeg(materi terlampir) F. Pendekatan, Model, dan Metode Pembelajaran Pendekatan : Student Centered Model : Cooperative Learningtipe Make A Match Metode : Permainan, ceramah, penugasan, diskusi kelompok G. Langkah-langkah Pembelajaran 1. Pertemuan pertama Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu Kegiatan Awal a. Siswa dikondisikan atau dipersiapkan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. b. Guru membuka kegiatan pembelajaran c. Siswa bersama guru berdo a sebelum memulai kegiatan pembelajaran. d. Guru melakukan presensi e. Guru melakukan apersepsi, yaitu dengan mengingat kembali materi aksara Jawa yang telah dipelajari sebelumnya. 5 menit 141

158 Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu Kegiatan Inti a. Siswa mengamati papan aksara Jawa yang 60 menit telah disediakan oleh guru. b. Siswa menyebutkan huruf yang ditunjuk oleh guru pada papan aksara. c. Guru menunjuk beberapa siswa untuk mencari pasangan aksara Jawa dengan huruf latinnya di depan kelas. (kegiatan make a match) d. Guru membentuk kelompok kecil yang masing-masing kelompok beranggotakan 5 orang yang dibentuk secara heterogen. (mengelompokkan) e. Ketua kelompok diminta untuk mengambil satu buah papan yang telah ditempeli aksara Jawa dan huruf latinnya serta petunjuk permainan kereta aksara f. Setiap kelompok memahami aturan permainan dengan disertai penjelasan dari guru. g. Siswa bermain kereta aksara sesuai dengan petunjuk permainan dan alokasi waktu yang telah ditetapkan untuk satu kali bermain. (kegiatan make a match) h. Guru meminta masing-masing kelompok mempresentasikan hasil sementara mencari pasangan yang telah dilakukan. (mengkomunikasikan) 142

159 Penutup i. Siswa kembali berkelompok membentuk lingkaran kecil kemudian secara bersamasama melengkapi pasangan aksara Jawa dengan huruf latin yang belum berhasil ditemukan. (kegiatan make a match) j. Siswa diberikan dua buah amplop berisi kalimat yang bertuliskan aksara Jawa dan huruf latinnya. k. Siswa diminta untuk mencari pasangan kalimat beraksara Jawa dengan huruf latinnya. (kegiatan make a match) l. Siswa mengidentifikasi aksara Jawa yang telah diimbuhi sandhangan swara yang terdapat pada kalimat tersebut dan menuliskannya di LKS secara berkelompok. (mengidentifikasi) m. Setiap kelompok mempresentasikan hasil identifikasinya di depan kelas. (mengkomunikasikan) a. Siswa dengan bimbingan guru merefleksi hasil pembelajaran pada pertemuan hari ini b. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dipelajari c. Siswa dan guru mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan berdo a bersamasama d. Guru menutup kegiatan pembelajaran 5 menit 143

160 2. Pertemuan kedua Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu Kegiatan Awal a. Siswa dikondisikan atau dipersiapkan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. 10 menit b. Guru membuka kegiatan pembelajaran c. Siswa bersama guru berdo a sebelum memulai kegiatan pembelajaran. d. Guru melakukan presensi. e. Guru melakukan apersepsi, yaitu dengan mengingat kembali materi aksara Jawa yang telah dipelajari sebelumnya. Kegiatan Inti a. Siswa mengamati papan aksara Jawa yang telah disediakan oleh guru. b. Siswa menyebutkan huruf yang ditunjuk oleh guru pada papan aksara. c. Guru menunjuk beberapa siswa untuk mencari pasangan aksara Jawa dengan huruf latinnya di depan kelas. (kegiatan make a match) d. Guru membentuk kelompok kecil yang masing-masing kelompok beranggotakan 5 orang yang dibentuk secara heterogen. (mengelompokkan) e. Ketua kelompok diminta untuk mengambil satu buah papan yang telah ditempeli aksara Jawa dan huruf latinnya serta petunjuk permainan kereta aksara f. Siswa bermain kereta aksara sesuai 55 menit 144

161 Penutup dengan petunjuk permainan dan alokasi waktu yang telah ditetapkan untuk satu kali bermain. (kegiatan make a match) g. Guru meminta masing-masing kelompok mempresentasikan hasil sementara mencari pasangan yang telah dilakukan. (mengkomunikasikan) h. Siswa kembali berkelompok membentuk lingkaran kecil kemudian secara bersamasama melengkapi pasangan aksara Jawa dengan huruf latin yang belum berhasil ditemukan. (kegiatan make a match) i. Siswa diberikan dua buah amplop berisi kalimat yang bertuliskan aksara Jawa dan huruf latinnya. j. Siswa diminta untuk mencari pasangan kalimat beraksara Jawa dengan huruf latinnya. (kegiatan make a match) k. Siswa mengidentifikasi aksara Jawa yang telah diimbuhi sandhangan panyigeg yang terdapat pada kalimat tersebut dan menuliskannya di LKS secara berkelompok. l. Setiap kelompok mempresentasikan hasil identifikasinya di depan kelas. (mengkomunikasikan) a. Siswa dengan bimbingan guru merefleksi hasil pembelajaran pada pertemuan hari 5 menit 145

162 ini. b. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dipelajari. c. Guru menutup kegiatan pembelajaran. 3. Pertemuan ketiga Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu Kegiatan Awal a. Siswa dikondisikan atau dipersiapkan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. 10 menit b. Guru membuka kegiatan pembelajaran c. Siswa bersama guru berdo a sebelum memulai kegiatan pembelajaran. d. Guru melakukan presensi. e. Guru melakukan apersepsi, yaitu dengan mengingat kembali materi aksara Jawa yang telah dipelajari sebelumnya. Kegiatan Inti a. Siswa mengamati kalimat beraksara Jawa yang ditulis oleh guru di papan tulis. b. Siswa membaca kalimat tersebut secara bersama-sama. 55 menit c. Guru membentuk kelompok secara heterogen yang terdiri dari 5 orang siswa. (mengelompokkan) d. Setiap kelompok diberikan papan aksara dan dua buah amplop. Satu amplop berisi kalimat yang bertuliskan aksara Jawa sedangkan amplop lainnya kalimat bertuliskan huruf latinnya. 146

163 e. Siswa mencari pasangan kalimat aksara Jawa dengan huruf latinnya secara berkelompok dengan batasan waktu yang telah ditentukan oleh guru. (kegiatan make a match) f. Setiap kelompok mempresentasikan kalimat yang berhasil mereka pasangkan. (mengkomunikasikan) g. Guru dan siswa bertanya jawab mengenai hal-hal yang belum jelas. h. Guru melakukan kegiatan evaluasi. Penutup a. Siswa dengan bimbingan guru merefleksi hasil pembelajaran pada pertemuan hari ini. b. Siswa bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dipelajari. c. Guru menutup kegiatan pembelajaran. H. Penilaian Jenis : Tes (Postest) Bentuk : Lisan (Performance) Instrumen : 1. Soal Tes 2. Kunci Jawaban 3. Kriteria Penilaian (terlampir) 5 menit I. Media dan Sumber Belajar Media: papan aksara Sumber belajar: 147

164 Haryono, dkk Sinau Basa Jawa Gagrag Anyar Kelas IV. Yogyakarta: Yudhistira. J. Kriteria Ketuntasan Minimal Kegiatan pembelajaran dikatakan berhasil jika 75% dari siswa memperoleh nilai 70. K. Lampiran 1. Materi pokok 2. Aturan permainan papan aksara dan kereta aksara 3. Soal posttest 4. Kunci jawaban 5. Lembar penilaian 148

165 Materi Pokok Siklus I A. Aksara Jawa legena a Ha n Na c Ca r Ra k Ka f Da t Ta s Sa w Wa l La p Pa d Dha j Ja y Ya v Nya m Ma g Ga b Ba q Tha z Nga B. Mengidentifikasi sandhangan swara dan sandhangan panyigeg dalam kalimat aksara Jawa Kalimat Aksara Jawa menggunakan sandhangan swara adikufu[wgel= d i; ku ; fu ; [w ; ge kk=kuzizukuci= ku ; zi ; zu ; ku ; Kalimat ci Aksara Jawa menggunakan sandhangan swara Aksara Jawa menggunakan sandhangan panyigeg l= ci= rmda/[roti [ro ; ti a/ akuvpult/ ku ; pu t/ Aksara Jawa menggunakan sandhangan panyigeg tukujgu=bk/ tu ; ku ; gu gu= ; k/ tukutau[go[r= tu ; ku ; au ; [go [r= ; [r 149

166 Aturan Make A Match Melalui Permainan Kereta Aksara dengan Papan Aksara Siklus II Bacalah petunjuk di bawah ini dengan seksama. 1. Buatlah sebuah baris membentuk seperti sebuah kereta. Dengan formasi ketua kelompok berada di barisan pertama. Siswa di barisan selanjutnya boleh bebas. 2. Setiap siswa berlari ke arah meja yang berada di depan siswa untuk mencari pasangan aksara Jawa dengan huruf latinnya dimulai siswa yang berada di barisan paling depan. 3. Setiap siswa diminta untuk mencari 4 huruf dan siswa diberi waktu 1 menit untuk mencari 4. Setelah 1 menit guru akan berkeliling untuk mengoreksi hasil make a match siswa satu per satu. 5. Selanjutnya siswa yang berada di barisan kedua dan seterusnya melakukan hal yang sama. 6. Setelah permainan berakhir, buatlah sebuah lingkaran dan lengkapi huruf yang belum kalian temukan 150

167 ATURAN MAKE A MATCH MELALUI PERMAINAN MENCARI PASANGAN KATA BERAKSARA JAWA Bacalah petunjuk di bawah ini dengan seksama. 1. Buatlah formasi lingkaran kecil dalam satu kelompok. 2. Masing-masing kelompok akan memperoleh satu papan aksara yang telah digunakan pada permainan sebelumnya, dua buah amplop, dan satu lembar LKS. 3. Bukalah kedua amplop tersebut. Satu amplop berisi kalimat bertuliskan aksara Jawa dan satu lainnya berisi kalimat dengan huruf Latin. 4. Amati kalimat tersebut. 5. Carilah pasangan kalimat dengan benar. Diskusikan dengan teman dalam satu kelompok. 6. Tuliskan pasangan kalimat yang telah berhasil ditemukan pada LKS. 7. Indentifikasi sandhangan swara dan sandhangan panyigeg yang terdapat pada kalimat tersebut. 8. Presentasikan hasil kerja kalian di depan kelas. 151

168 NAMA ANGGOTA KELOMPOK: LEMBAR KERJA KELOMPOK MENCARI PASANGAN (MAKE A MATCH) KALIMAT AKSARA JAWA SIKLUS II PERTEMUAN I NO. UKARA AKSARA JAWA UKARA LATIN SIKLUS II PERTEMUAN II NO. UKARA AKSARA JAWA UKARA LATIN AKSARA JAWA SANDHANGAN SWARA AKSARA JAWA SANDHANGAN PANYIGEG 152

169 A. Tembung Aksara Jawa No Ukara sing diimbuhi sandhangan swara 5. [mlu Soal Pretest Membaca Aksara Jawa Ukara sing diimbuhi sandhangan panyigeg Ukara sing diimbuhi sandhangan swara lan panyigeg aibu kc= bub/ tuku ly/ kif= nemu md= [aomh [so[to gbh ged= bpk\ bkul\ B. Ukara aksara Jawa diimbuhi sandhangan swara 1. aibutukuspu 2. akutuku[bo[nk 3. adikufu[w[topi C. Ukara aksara Jawa diimbuhi sandhangan panyigeg 1. aibumev=ps/ 2. kk=kutukuaiwk\ 3. akufu[w[mo[t/o 153

170 Soal Postest Siklus I Membaca Kata Aksara Jawa Wacanentembung-tembungingngisoriki! N o. Ukara sing diimbuhisandhang answara Ukara sing diimbuhisandhangan panyigeg Ukara sing diimbuhisandhanganswaral anpanyigeg 1. aibu kc= bub/ 2. tuku ly/ kif= 3. nemu md= [aomh 4. [so[to gbh ged= 5. [mlu bpk\ bkul\ 154

171 Kunci Jawaban Postest Siklus I Membaca Kata Aksara Jawa No. Ukara sing diimbuhisandhanga nswara Ukara sing diimbuhisandhanganp anyigeg Ukara sing diimbuhisandhanganswarala npanyigeg 1. Ibu Kacang Bubar 2. Tuku Layar Kidang 3. Nemu Madhang Omah 4. Soto Gabah Gedhang 5. Melu Bapak Bakul 155

172 Soal Postest Siklus II Membaca Kalimat Aksara Jawa A. Ukara aksara Jawa diimbuhi sanhangan swara 1. aibutukuspu 2. akutuku[bo[nk 3. adikufu[w[topi 4. aibutukuserbi 5. rmfu[wspi B. Ukara aksara Jawa diimbuhi sandhangan swara lan panyigeg 1. aibumev=ps/ 2. kk=kutukuaiwk\ 3. akufu[w[mo[t/o 4. rmzizu[b[bk\ 5. tukujgu=bk/ 156

173 Kunci Jawaban Postest Siklus II Membaca Kalimat Aksara Jawa A. Ukara aksarajawadiimbuhisandhangan swara 1. Ibu tuku sapu 2. Aku tuku boneka 3. Adhiku duwe topi 4. Ibu tuku serabi 5. Rama duwe sapi B. Ukara aksarajawadiimbuhisandhangan swara lan panyigeg 1. Ibu menyang pasar 2. Kakangku tuku iwak 3. Aku duwe motor 4. Rama ngingu bebek 5. Tuku jagung bakar 157

174 Nama : No. : No. Soal Ketepatan Menyuarakan Tulisan Lembar Penilaian Postest Siklus I Membaca Kata Aksara Jawa Lafal Aspek Penilaian Kelancaran JUMLAH Jumlah Nilai (Total skor 100 Skor maksimal Keterangan: Setiap butir soal diukur dengan rentangan nilai sebagai berikut: 1. Ketepatan menyuarakan tulisan : Lafal : Kelancaran : 1-4 KriteriaPenyekoran: 1. Ketepatanmenyuarakantulisan Skor1 : apabila siswa hanya menyebutkan 1 aksara dalam satu kata dengan kurang tepat. Skor 2 : apabila siswa hanya menyebutkan 1 aksara dalam satu kata dengan tepat. Skor 3 : apabila siswa menyebutkan 2 aksara dalam satu kata dengan kurang tepat. Skor 4 : apabila siswa menyebutkan 2 aksara dalam satu kata dengan tepat. 158

175 2. Lafal Skor 1 : apabila siswa hanya melafalkan 1 aksara dalam satu kata dengan kurang benar. Skor 2 : apabila siswa melafalkan 1 aksara dalam satu kata dengan benar. Skor 3 : apabila siswa melafalkan 2 aksara dalam satu kata dan hanya 1 aksara yang benar. Skor 4 : apabila siswa melafalkan 2 aksara dalam satu kata dengan benar. 3. Kelancaran Skor 1 : apabila siswa kurang lancar menyebutkan 1 aksara dalam satu kata. Skor 2 : apabila siswa lancar menyebutkan 1 aksara dalam satu kata. Skor 3 : apabila siswa kurang lancar menyebutkan 2 aksara dalamsatu kata. Skor 4 : apabila siswa lancar menyebutkan 2 aksara dalam satu kata. 159

176 Lembar PenilaianPosttest Siklus II Membaca Kalimat Aksara Jawa Nama : No. : Aspek Penilaian No. Soal Ketepatan Menyuarakan Tulisan Lafal Kelancaran JUMLAH Jumlah Nilai (Total skor 100 Skor maksimal Keterangan: Setiap butir soal diukur dengan rentangan nilai sebagai berikut: 4. Ketepatan menyuarakan tulisan : Lafal : Kelancaran : 1-3 KriteriaPenyekoran: 4. Ketepatanmenyuarakantulisan Skor1 : apabila siswa hanya dapat membaca 1 kata dalam satu kalimat dengan tepat. Skor 2 : apabilasiswa dapat membaca 2 kata dalam satu kalimat dengan tepat. 160

177 Skor 3 : apabila siswa dapat membaca 3 kata dalamsatu kalimat dengan tepat. 5. Lafal Skor 1 : apabila siswa hanya dapat melafalkan 1 kata dalam satu kalimat dengan benar. Skor 2 : apabila siswa dapat melafalkan 2 kata dalam satu kalimat dengan benar. Skor 3 : apabila siswa dapat melafalkan 3 kata dalam satu kalmia tdengan benar. 6. Kelancaran Skor 1 : apabila siswa hanya dapat membaca 1 kata dalam satu kalmiat dengan lancar. Skor 2 : apabila siswa dapat membaca 2 kata dalam satu kalimat dengan lancar. Skor 3 : apabila siswa dapat membaca 3 kata dalam satu kalimat dengan lancar. 161

178 KISI-KISI INSTRUMEN OBSERVASI AKTIVITAS SISWA PADA KEGIATAN PEMBELAJARAN MEMBACA AKSARA JAWA DENGAN MODEL COOPERATIVE TIPE LEARNING MAKE A MATCH KELAS IV SD NEGERI PERCOBAAN 4 WATES No. Variabel Indikator 1. Kedisiplinan siswa 1. Siswa dapat menyelesaikan tugasnya mencari pasangan atau make a match dengan tepat waktu. 2. Siswa mematuhi aturan permainan kereta aksara untuk mencari pasangan atau make a match. 3. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang aturan petunjuk penggunaan media dan permainan kereta aksara. 2. Keaktifan siswa 1. Siswa menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh guru tentang nama dan bunyi aksara Jawa. 2. Siswa berani mengajukan pertanyaan tentang materi aksara Jawa. 3. Siswa menunjukkan antusiasnya dalam mengikuti permainan mencari pasangan atau make a match. 4. Siswa antusias menggunakan media papan aksara yang disediakan. 5. Siswa antusias melakukan permainan kereta aksara untuk mencari pasangan atau make a 3. Kemampuan siswa melakukan make a match aksara Jawa match. 1. Siswa secara bergantian bermain mencari pasangan atau make a match sejumlah empat aksara Jawa dengan baik. Jumlah Nomor Butir Butir

179 No. Variabel Indikator 3. Kemampuan siswa melakukan make a match aksara Jawa 2. Siswa menyelesaikan tugasnya untuk mencari pasangan atau make a match melalui sebuah permainan secara berkelompok dengan baik. 3. Siswa bekerja sama melengkapi papan aksara yang belum berhasil dipasangkan. 4. Siswa dapat menyelesaikan tugas mencari pasangan atau make a match sejumlah empat aksara Jawa dengan benar. 5. Siswa bekerjasama mencari pasangan kalimat beraksara Jawa dalam satu kelompok. 6. Siswa bekerjasama mengidentifikasi sandhangan swara dan sandhangan panyigeg. 7. Siswa mempresentasikan hasil kerjannya mencari pasangan atau make a match bersama kelompok. Jumlah Item 15 Jumlah Nomor Butir Butir

180 LEMBAR INSTRUMEN OBSERVASI AKTIVITAS SISWA PADA KEGIATAN PEMBELAJARAN MEMBACA AKSARA JAWA DENGAN MODEL COOPERATIVE TIPE LEARNING MAKE A MATCH KELAS IV SD NEGERI PERCOBAAN 4 WATES Nama Siswa : Hari/Tanggal : Siklus/Pertemuan : Alokasi Waktu : Petunjuk: Berilah tanda checklist ( ) pada kolom YA atau TIDAK sesuai dengan hasil pengamatan. Berilah penjelasan pada kolom keterangan apabila terdapat aktivitas yang membutuhkan adanya keterangan tambahan. No. Variabel Indikator YA TIDAK KETERANGAN 1. Kedisiplinan siswa 1. Siswa dapat menyelesaikan tugasnya mencari pasangan atau make a match dengan tepat waktu. 2. Keaktifan siswa 2. Siswa mematuhi aturan permainan kereta aksara untuk mencari pasangan atau make a match. 3. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru tentang aturan petunjuk penggunaan media dan permainan kereta aksara. 1. Siswa menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh guru tentang nama dan bunyi aksara Jawa. 2. Siswa berani mengajukan pertanyaan tentang materi aksara Jawa. 164

181 No. Variabel Indikator YA TIDAK KETERANGAN 3. Siswa menunjukkan antusiasnya dalam mengikuti permainan mencari pasangan atau make a match. 4. Siswa antusias menggunakan media papan aksara yang disediakan. 5. Siswa antusias melakukan permainan kereta aksara untuk mencari pasangan atau make a match. 3. Kemampuan 1. Siswa secara bergantian siswa bermain mencari pasangan melakukan atau make a match make a match sejumlah empat aksara aksara Jawa Jawa dengan baik. 2. Siswa menyelesaikan tugasnya untuk mencari pasangan atau make a match melalui sebuah permainan secara berkelompok dengan baik. 3. Siswa bekerja sama melengkapi papan aksara yang belum berhasil dipasangkan. 4. Siswa dapat menyelesaikan tugas mencari pasangan atau make a match sejumlah empat aksara Jawa dengan benar. 5. Siswa bekerjasama mencari pasangan kalimat beraksara Jawa dalam satu kelompok. 6. Siswa bekerjasama mengidentifikasi sandhangan swara dan sandhangan panyigeg. 7. Siswa mempresentasikan hasil kerjannya mencari pasangan atau make a match bersama kelompok. 165

182 LAMPIRAN II HASIL OBSERVASI 166

183 167

184 168

185 169

186 170

187 171

188 172

189 173

190 174

191 175

192 176

193 REKAPITULASI LEMBAR HASIL OBSERVASI SISWA SIKLUS I (PERTEMUAN I) Aspek yang diamati No. Absen Jmlh (%) Kedisiplinan Siswa 1. Siswa dapat menyelesaikan tugas mencari pasangan atau make a match dengan tepat waktu. 2. Mematuhi aturan permainan make a match. 3. Siswa mempehatikan penjelasan dari guru tentang aturan permainan. Keaktifan Siswa 1. Siswa menanggapi pertanyaan guru tentang aksara Jawa. 2. Siswa berani mengajukan pertanyaan tentang aksara Jawa X % X % X % - X % - - X ,16 %

194 Aspek yang diamati 3. Siswa menunjukkan antusiasnya dalam mengikuti permainan make a match. 4. Siswa antusias menggunakan media papan aksara yang disediakan. No. Absen Jmlh % - - X 23 92% - - X 23 92% Kemampuan Siswa Melakukan Make A Match aksara Jawa 1. Siswa secara bergantian bermain make a match aksara Jawa. 2. Siswa menyelesaikan tugas make a match secara berkelompok dengan baik. X % X % 3. Siswa bekerja sama melengkapi papan aksara Jawa yang belum berhasil dipasangkan. - X % 178

195 Aspek yang diamati 4. Siswa dapat menyelesaikan tugasnya make a match 4 aksara Jawa. 5. Siswa bekerjasama make a match sandhangan swara. 6. Siswa mempresentasi kan hasil kerja make a match besama kelompok. No. Absen Jmlh % X % - X % X % Kehadiran Siswa % 179

196 REKAPITULASI LEMBAR HASIL OBSERVASI SISWA SIKLUS I (PERTEMUAN II) Aspek yang diamati No. Absen Jmlh (%) Kedisiplinan Siswa 1. Siswa dapat menyelesaikan tugas mencari pasangan atau make a match dengan tepat waktu. 2. Mematuhi aturan permainan make a match. 3. Siswa mempehatikan penjelasan dari guru tentang aturan permainan. Keaktifan Siswa 1. Siswa menanggapi pertanyaan guru tentang aksara Jawa. 2. Siswa berani mengajukan pertanyaan tentang aksara Jawa. X X % X - - X % X - X 22 88% - - X - X 21 87,5% X X ,5% 180

197 Aspek yang diamati 3. Siswa menunjukkan antusiasnya dalam mengikuti permainan make a match. 4. Siswa antusias menggunakan media papan aksara yang disediakan. No. Absen Jmlh % - - X X % - - X X % Kemampuan Siswa Melakukan Make A Match aksara Jawa 1. Siswa secara bergantian bermain make a match aksara Jawa. 2. Siswa menyelesaikan tugas make a match secara berkelompok dengan baik. - - X - - X 21 87,5% X X ,7% 3. Siswa bekerja sama melengkapi papan aksara Jawa yang belum berhasil dipasangkan. - X - X ,5% 181

198 Aspek yang diamati 4. Siswa bekerjasama make a match sandhangan panyigeg 5. Siswa mempresentasi kan hasil kerja make a match besama kelompok. No. Absen Jmlh % X - - X 19 79,16% X X % Kehadiran Siswa % 182

199 REKAPITULASI LEMBAR HASIL OBSERVASI SISWA SIKLUS I (PERTEMUAN III) Aspek yang diamati No. Absen Jmlh (%) Kedisiplinan Siswa 1. Siswa dapat menyelesaikan tugas mencari pasangan atau make a match dengan tepat waktu. 2. Mematuhi aturan permainan make a match. 3. Siswa mempehatikan penjelasan dari guru tentang aturan permainan. Keaktifan Siswa 1. Siswa berani mengajukan pertanyaan tentang aksara Jawa. 2. Siswa menunjukkan antusiasnya dalam mengikuti permainan % % X - X 23 88,5% % % 183

200 Aspek yang diamati 3. Siswa antusias menggunakan media papan aksara yang disediakan. No. Absen Jmlh % % Kemampuan Siswa Melakukan Make A Match aksara Jawa 1. Siswa secara bergantian bermain make a match aksara Jawa % 2. Siswa menyelesaikan tugas make a match secara berkelompok dengan baik % 3. Siswa mempresentasi kan hasil kerja make a match besama kelompok % Kehadiran Siswa % 184

201 REKAPITULASI LEMBAR HASIL OBSERVASI SISWA SIKLUS II (PERTEMUAN I) Aspek yang diamati No. Absen Jmlh (%) Kedisiplinan Siswa 1. Siswa dapat menyelesaikan tugas mencari pasangan atau make a match dengan tepat waktu. 2. Mematuhi aturan permainan make a match. 3. Siswa mempehatikan penjelasan dari guru tentang aturan permainan. Keaktifan Siswa 1. Siswa menanggapi pertanyaan guru tentang aksara Jawa. 2. Siswa berani mengajukan pertanyaan tentang aksara Jawa ,4% ,3% ,2% ,6% ,16% 185

202 Aspek yang diamati 3. Siswa menunjukkan antusiasnya dalam mengikuti permainan make a match. 4. Siswa antusias menggunakan media papan aksara yang disediakan. No. Absen Jmlh % % % Kemampuan Siswa Melakukan Make A Match aksara Jawa 1. Siswa secara bergantian bermain make a match aksara Jawa. 2. Siswa menyelesaikan tugas make a match secara berkelompok dengan baik. 3. Siswa bekerja sama melengkapi papan aksara Jawa yang belum berhasil dipasangkan % ,5% % 186

203 Aspek yang diamati 4. Siswa dapat menyelesaikan tugasnya make a match 4 aksara Jawa. 5. Siswa bekerjasama mencari pasangan kata atau kalimat beraksara Jawa dalam satu kelompok. 6. Siswa bekerjasama mengidentifika si sandhangan swara. 7. Siswa mempresentasi kan hasil kerja make a match besama kelompok. No. Absen Jmlh % ,4% ,1% ,4% % Kehadiran Siswa % 187

204 REKAPITULASI LEMBAR HASIL OBSERVASI SISWA SIKLUS II (PERTEMUAN II) Aspek yang diamati No. Absen Jmlh (%) Kedisiplinan Siswa 1. Siswa dapat menyelesaikan tugas mencari pasangan atau make a match dengan tepat waktu. 2. Mematuhi aturan permainan make a match. 3. Siswa mempehatikan penjelasan dari guru tentang aturan permainan. Keaktifan Siswa 1. Siswa menanggapi pertanyaan guru tentang aksara Jawa. 2. Siswa berani mengajukan pertanyaan tentang aksara Jawa. - - X X X 15 65,2% X X - - X 21 91,3% X X - - X 21 91,3% X X - - X % X - X X 0 0% 188

205 Aspek yang diamati 3. Siswa menunjukkan antusiasnya dalam mengikuti permainan make a match. 4. Siswa antusias menggunakan media papan aksara yang disediakan. No. Absen Jmlh % - X X - X 21 91,3% - X X - X 21 91,3% Kemampuan Siswa Melakukan Make A Match aksara Jawa 1. Siswa secara bergantian bermain make a match aksara Jawa. 2. Siswa menyelesaikan tugas make a match secara berkelompok dengan baik. 3. Siswa bekerja sama melengkapi papan aksara Jawa yang belum berhasil dipasangkan. X X X % - - X X X 16 65,6% - - X X - X 20 86,9% 189

206 Aspek yang diamati 4. Siswa dapat menyelesaikan tugasnya make a match 4 aksara Jawa. 5. Siswa bekerjasama mencari pasangan kata atau kalimat beraksara Jawa dalam satu kelompok. 6. Siswa bekerjasama mengidentifika si sandhangan panyigeg. 7. Siswa mempresentasi kan hasil kerja make a match besama kelompok. No. Absen Jmlh % X X X % ,3% - - X - X - - X 18 78,3% X X X % Kehadiran Siswa % 190

207 REKAPITULASI LEMBAR HASIL OBSERVASI SISWA SIKLUS II (PERTEMUAN III) Aspek yang diamati No. Absen Jmlh (%) Kedisiplinan Siswa 1. Siswa dapat menyelesaikan tugas mencari pasangan atau make a match dengan tepat waktu. 2. Mematuhi aturan permainan make a match. 3. Siswa mempehatikan penjelasan dari guru tentang aturan permainan. Keaktifan Siswa 1. Siswa menanggapi pertanyaan guru tentang aksara Jawa. 2. Siswa berani mengajukan pertanyaan tentang aksara Jawa. X % X % X % X % X % 191

208 Aspek yang diamati 3. Siswa menunjukkan antusiasnya dalam mengikuti permainan make a match. 4. Siswa antusias menggunakan media papan aksara yang disediakan. No. Absen Jmlh % X % X % Kemampuan Siswa Melakukan Make A Match aksara Jawa 1. Siswa secara bergantian bermain make a match aksara Jawa. 2. Siswa menyelesaikan tugas make a match secara berkelompok dengan baik. 3. Siswa mempresentasi kan hasil kerja make a match besama kelompok. X % X % X % Kehadiran Siswa %

209 Nilai Membaca Aksara Jawa Pratindakan No. Nama Nilai Keterangan Tuntas Belum Tuntas 1. Abel Fenela Putri Akbar Prasetyo A Almira Diah Oktaviana Ardi Setya Finanda 0 5. Bima Hilmi Fata 0 6. Bisma Nugroho P 0 7. Danuarsa Purbafidura 0 8. Dewi Suryani 0 9. Dhaifolloh Haidar A Dhani Anwar Emilis Rizky W Farrel Indrasta Majid Isna Dwi Ariyanti Lovia Fitkur Amin Miftah Farah Azizah Muhammad Farrel P Natania Raya Fauzi Navira Puspita R Nimas Ayu Kirana N Rafa Nadya Qubila Raihan Esyafiqo W R Yesya Febriyanti P Muhammad Yahya A Tengku Emir Faza Tegar Aprianto Nakeisha Brilliant A Jumlah Rata-rata Ketuntasan (%) 3.85% 96.15% Nilai tertinggi Nilai terendah 0 193

210 Nilai Membaca Aksara Jawa Siklus I No. Nama Nilai Keterangan Tuntas Belum Tuntas 1. Abel Fenela Putri Akbar Prasetyo A Almira Diah Oktaviana Ardi Setya Finanda Bima Hilmi Fata Bisma Nugroho P Danuarsa Purbafidura Dewi Suryani Dhaifolloh Haidar A Dhani Anwar Emilis Rizky W Farrel Indrasta Majid Isna Dwi Ariyanti Lovia Fitkur Amin Miftah Farah Azizah Muhammad Farrel P Natania Raya Fauzi Navira Puspita R Nimas Ayu Kirana N Rafa Nadya Qubila Raihan Esyafiqo W R Yesya Febriyanti P Muhammad Yahya A Tengku Emir Faza Tegar Aprianto Nakeisha Brilliant A 35 Jumlah Rata-rata Ketuntasan (%) 50% 50% Nilai tertinggi 100 Nilai terendah 0 194

211 Nilai Membaca Aksara Jawa Siklus II No. Nama Nilai Keterangan Tuntas Belum Tuntas 1. Abel Fenela Putri Akbar Prasetyo A Almira Diah Oktaviana Ardi Setya Finanda Bima Hilmi Fata Bisma Nugroho P Danuarsa Purbafidura Dewi Suryani Dhaifolloh Haidar A Dhani Anwar Emilis Rizky W Farrel Indrasta Majid Isna Dwi Ariyanti Lovia Fitkur Amin Miftah Farah Azizah Muhammad Farrel P Natania Raya Fauzi Navira Puspita R Nimas Ayu Kirana N Rafa Nadya Qubila Raihan Esyafiqo W R Yesya Febriyanti P Muhammad Yahya A Tengku Emir Faza Tegar Aprianto Nakeisha Brilliant A Jumlah 2171, Rata-rata 83.5 Ketuntasan (%) 96.15% 3.85% Nilai tertinggi 100 Nilai terendah

212 LAMPIRAN III SURAT PERIJINAN DAN SURAT KETERANGAN PENELITIAN 196

213 197

214 198

215 199

216 200

217 LAMPIRAN IV DOKUMENTASI 201

218 FOTO OBSERVASI PEMBELAJARAN PRATINDAKAN Guru menggunakan media papan tulis untuk mengajarkan materi aksara Jawa Guru meminta siswa untuk menuliskan aksara Jawa di papan tulis Guru meminta siswa menulis aksara Jawa di papan tulis Guru mencocokkan hasil pekerjaan siswa yang ada di papan tulis Guru mendampingi siswamengerjakan tugas individu

219 FOTO PEMBELAJARAN SIKLUS I Guru memulai kegiatan pembelajaran Guru melakukan apersepsi dengan menggunakan media papan aksara. Guru bertanya mengenai aksara Jawa yang ditunjuk pada papan aksara kepada siswa. Guru meminta siswa make a match aksara Jawa di depan kelas Guru meminta siswa make a match aksara Jawa di depan kelas Siswa make a match aksara Jawa menggunakan papan aksara.

220 Aktivitas siswa melakukan make a match aksara Jawa. Siswa melengkapi aksara Jawa yang belum berhasil ditemukan secara berkelompok. Aktivitas make a match pertemuan II Guru bersama siswa mencocokkan hasil make a match aksara Jawa yang telah dilakukan. Guru bersama siswa mencocokkan hasil make a match aksara Jawa yang telah dilakukan. Siswa melakukan aktivitas make a matchsandhangan panyigeg (pertemuan II)

221 Guru melakukan refleksi kegiatan pembelajaran Guru melakukan apersepsi (pertemuan III) Siswa melakukan kegiatan make a match kata bertuliskan aksara Jawa. Siswa melakukan kegiatan make a match kata bertuliskan aksara Jawa. Postest membaca aksara Jawa siklus I Posttest membaca aksara Jawa siklus I

222 FOTO PEMBELAJARAN SIKLUS II Guru menjelaskan aturan permainan Siswa melakukan kegiatan make a match aksara Jawa Guru dan siswa mencocokkan hasil make a match Siswa melengkapi papan aksara secara berkelompok Siswa melakukan aktivitas make a match kalimat beraksara Jawa Siswa melakukan aktivitas make a match kalimat beraksara Jawa

223 Siswa mengidentifikasi sandhangan swara yang terdapat pada kalimat (pertemuan I) Siswa mengidentifikasi sandhangan panyigeg dalam kalimat (pertemuan II) Guru membimbing dan mengawasi siswa dalam kegiatan make a match Postest siklus II Postest siklus II Peneliti bersama guru kelas dan siswa kelas IV A SD Negeri Percobaan 4 Wates Kulon Progo

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI PENERAPAN STRATEGI PQ4R KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI GEMBONGAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI PENERAPAN STRATEGI PQ4R KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI GEMBONGAN 2.886 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi Juni Tahun 2016 PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI PENERAPAN STRATEGI PQ4R KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI GEMBONGAN THE IMPROVEMENT OF READING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Jawa merupakan salah satu mata pelajaran muatan lokal yang diajarkan di sekolah khususnya di daerah Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MERINGKAS ISI BUKU CERITA Ikhsan Akbari 1), Muhammad Shaifuddin 2), Sadiman

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEKNIK MAKE A MATCH

PENGGUNAAN TEKNIK MAKE A MATCH PENGGUNAAN TEKNIK MAKE A MATCH DENGAN MEDIA FLASHCARD DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AKSARA JAWA SISWA KELAS IV Puguh Gita Januar 1, Ngatman 2, Triyono 3 PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jl. Kepodang

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN SEDERHANA MELALUI MODEL KOOPERATIF PICTURE AND PICTURE KELAS III SD

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN SEDERHANA MELALUI MODEL KOOPERATIF PICTURE AND PICTURE KELAS III SD Peningkatan Keterampilan Menulis... (Nur Endah Pratiwi) 2.519 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN SEDERHANA MELALUI MODEL KOOPERATIF PICTURE AND PICTURE KELAS III SD IMPROVING THE WRITING ESSAY SKILLS

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE SCRIPT PADA SISWA KELAS V SD N KARANGMOJO BANTUL

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE SCRIPT PADA SISWA KELAS V SD N KARANGMOJO BANTUL 112 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 2 Tahun ke-6 2017 PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE SCRIPT PADA SISWA KELAS V SD N KARANGMOJO BANTUL IMPROVING

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BUKU LATIHAN AYO GLADHEN NYERAT AKSARA JAWA DI KELAS IV SD N ADISUCIPTO I

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BUKU LATIHAN AYO GLADHEN NYERAT AKSARA JAWA DI KELAS IV SD N ADISUCIPTO I Pengembangan Media Pembelajaran. (Imroatul Hasanah) 493 PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BUKU LATIHAN AYO GLADHEN NYERAT AKSARA JAWA DI KELAS IV SD N ADISUCIPTO I DEVELOPING EXERCISE BOOK AYO GLADHEN NYERAT

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN PAIRED STORYTELLING

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN PAIRED STORYTELLING PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN PAIRED STORYTELLING Arnika Andriani 1), Suharno 2), Yulianti 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARASI MENGGUNAKAN MODEL CONCEPT SENTENCE JURNAL. Oleh ENDANG SRI JAYANTI SUWARJO SITI RACHMAH S

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARASI MENGGUNAKAN MODEL CONCEPT SENTENCE JURNAL. Oleh ENDANG SRI JAYANTI SUWARJO SITI RACHMAH S PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARASI MENGGUNAKAN MODEL CONCEPT SENTENCE JURNAL Oleh ENDANG SRI JAYANTI SUWARJO SITI RACHMAH S FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI METODE GLOBAL PADA SISWA KELAS I SD NEGERI KAPUKANDA ARTIKEL JURNAL

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI METODE GLOBAL PADA SISWA KELAS I SD NEGERI KAPUKANDA ARTIKEL JURNAL PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI METODE GLOBAL PADA SISWA KELAS I SD NEGERI KAPUKANDA ARTIKEL JURNAL Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS EKSPOSISI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS EKSPOSISI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS EKSPOSISI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE Septiana Ika Wulandari 1), Retno Winarni 2), Matsuri 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah melalui kegiatan interaksi dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. setelah melalui kegiatan interaksi dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan pembentukan tingkah laku individu setelah melalui kegiatan interaksi dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan yang dikehendaki

Lebih terperinci

Keywords : CIRC, Improving Skills, Reading Comprehension

Keywords : CIRC, Improving Skills, Reading Comprehension PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA SISWA KELAS IV SDN 2 NGASINAN TAHUN AJARAN 2014/2015 Oleh: Laela

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS AKSARA JAWA MENGGUNAKAN MEDIA KARTU PINTAR

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS AKSARA JAWA MENGGUNAKAN MEDIA KARTU PINTAR PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS AKSARA JAWA MENGGUNAKAN MEDIA KARTU PINTAR Isnandani ), Jenny I. S. Poerwanti ), Djaelani ) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta e-mail

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI GAMOL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC)UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENEMUKAN KALIMAT UTAMA DALAM PARAGRAF Rahmatyas Reana Mardiningsih. 1), Sukarno

Lebih terperinci

Keywords: Audiovisual media, writing skills, folklore

Keywords: Audiovisual media, writing skills, folklore PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KEMBALI ISI DONGENG DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL BAGI SISWA KELAS III SDN 2 MRANTI KABUPATEN PURWOREJO SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2015/2016 Khoirum Radityawati 1, Suripto

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA MENULIS PERMULAAN MENGGUNAKAN MODEL QUANTUM TEACHING SISWA KELAS II SD GEMBONGAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA MENULIS PERMULAAN MENGGUNAKAN MODEL QUANTUM TEACHING SISWA KELAS II SD GEMBONGAN Peningkatan Kemampuan Membaca... (Eka Ratna Suryani) 1.207 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA MENULIS PERMULAAN MENGGUNAKAN MODEL QUANTUM TEACHING SISWA KELAS II SD GEMBONGAN IMPROVEMENT OF BEGINNING READING

Lebih terperinci

Kata kunci: metode Storytelling, keterampilan menyimak, dongeng. 1) Mahasiswa Program Studi PGSD FKIP UNS 2,3) Dosen Program Studi PGSD FKIP UNS

Kata kunci: metode Storytelling, keterampilan menyimak, dongeng. 1) Mahasiswa Program Studi PGSD FKIP UNS 2,3) Dosen Program Studi PGSD FKIP UNS PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG MELALUI METODE STORYTELLING Nurul Astiti 1), Rukayah 2), Sularmi 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta e-mail: nurulastiti@gmail.com

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS DAN MEMBACA PUISI SISWA KELAS V SD

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS DAN MEMBACA PUISI SISWA KELAS V SD PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS DAN MEMBACA PUISI SISWA KELAS V SD Oleh: Fajar Dwi Astuti 1), Imam Suyanto 2), H. Setyo Budi 3), Abstract: The Contextual Approach

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Bahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai karena bahasa adalah sarana interaksi dan alat komunikasi antar manusia. Negara Indonesia merupakan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS IV SDN PANJATAN Oleh: Woro Rukmi Estiningtyas 1, Imam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI METODE KATA LEMBAGA SISWA KELAS I SD KARANGGAYAM ARTIKEL JURNAL

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI METODE KATA LEMBAGA SISWA KELAS I SD KARANGGAYAM ARTIKEL JURNAL PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI METODE KATA LEMBAGA SISWA KELAS I SD KARANGGAYAM ARTIKEL JURNAL Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

Keyword: CIRC, Learning, Phoem

Keyword: CIRC, Learning, Phoem PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA TENTANG MENULIS PUISI BEBAS PADA SISWA KELAS VA SD NEGERI 1 SELANG

Lebih terperinci

Pendahuluan. Asyiyah et al., Penerapan Pembelajaran Berbasis Multikultural dengan Model Kooperatif Time Token...

Pendahuluan. Asyiyah et al., Penerapan Pembelajaran Berbasis Multikultural dengan Model Kooperatif Time Token... 5 Penerapan Pembelajaran Berbasis Multikultural dengan Model Kooperatif Time Token untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Keterampilan Sosial Peserta Didik pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas XII IPS 1 SMAN

Lebih terperinci

: ARNIKA ANDRIANI K

: ARNIKA ANDRIANI K PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN PAIRED STORYTELLING PADA SISWA KELAS V SD NEGERI MAJASTO 02 TAWANGSARI SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh : ARNIKA ANDRIANI

Lebih terperinci

Peningkatan Aktifitas Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Jigsaw

Peningkatan Aktifitas Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Jigsaw Peningkatan Aktifitas Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Jigsaw 188 Nurdin SMA Negeri 3 Majene nurdin.chem@gmail.com Abstrak Penelitian ini adalah Penelitian Tidakan Kelas yang bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Joyful Learning Journal

Joyful Learning Journal JLJ 2 (3) (2013) Joyful Learning Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jlj PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA LANCAR AKSARA JAWA MELALUI MODEL WORD SQUARE KELAS V Jayanti Yudha Pertiwi, Sukardi,

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA Rian Setiawan 1), Sukarno 2), Karsono 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta

Lebih terperinci

TAHUN AJARAN 2015/2016

TAHUN AJARAN 2015/2016 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN SEDERHANA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS III SDN 1 GONDANGWAYANG TEMANGGUNG TAHUN AJARAN 2015/2016 Dyah Candraningrum

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MENGGUNAKAN METODE KARYAWISATA UNTUK ANAK TUNARUNGU KELAS X DI SLB NEGERI PURBALINGGA

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MENGGUNAKAN METODE KARYAWISATA UNTUK ANAK TUNARUNGU KELAS X DI SLB NEGERI PURBALINGGA Peningkatan Kemampuan Menulis (Rahayu Dwi Putriani) 806 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MENGGUNAKAN METODE KARYAWISATA UNTUK ANAK TUNARUNGU KELAS X DI SLB NEGERI PURBALINGGA THE IMPROVEMENT OF

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Sudjana (2011: 22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar

Lebih terperinci

Penerapan Strategi DRTA untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Intensif Siswa Kelas IV SDN 1 Sedayu Bantul

Penerapan Strategi DRTA untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Intensif Siswa Kelas IV SDN 1 Sedayu Bantul Penerapan Strategi DRTA... (Rizky Lia Dintasari) 1.959 Penerapan Strategi DRTA untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Intensif Siswa Kelas IV SDN 1 Sedayu Bantul Implementation of DRTA Strategy to Improve

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XII, No. 1, Tahun 2014 Dicky Pradana 14-24

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XII, No. 1, Tahun 2014 Dicky Pradana 14-24 PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR AKUNTANSI MELALUI PENERAPAN NHT DENGAN MEDIA SOFTWARE JIGSAW PUZZLE Prodi Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta dicky_imo@yahoo.com Abstrak Penelitian ini adalah

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKANHASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X IIS 2 SMA NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2014/2015. Henggar Dimas Pradiva NIM K8411035

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR MERAKIT PERSONAL KOMPUTER MENGGUNAKAN STRUCTURED DYADIC METHODS (SDM)

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR MERAKIT PERSONAL KOMPUTER MENGGUNAKAN STRUCTURED DYADIC METHODS (SDM) Peningkatan Kualitas dan Hasil Belajar..(Andelson Memorata) 1 PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR MERAKIT PERSONAL KOMPUTER MENGGUNAKAN STRUCTURED DYADIC METHODS (SDM) THE QUALITY AND RESULTS

Lebih terperinci

Mulyati (2007 : 10) menyatakan ada empat aspek keterampilan berbahasa,

Mulyati (2007 : 10) menyatakan ada empat aspek keterampilan berbahasa, PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE SCRIPT DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA SISWA KELAS IV SDN TANUHARJO TAHUN AJARAN 2014/2015 Rifqa Annisa Oktaviyana 1, Imam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, yang bunyinya sebagai berikut:

Lebih terperinci

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan dasar bagi pengetahuan manusia. Bahasa juga dikatakan sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap manusia dengan yang lain. Sebagai alat

Lebih terperinci

MODEL KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOTITION

MODEL KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOTITION MODEL KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOTITION (CIRC) BERBASIS STRUKTURAL ANALITIK SINTETIK (SAS) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN Achmad Yusuf Udy Nugroho 1), H.

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X IIS 2 SMA NEGERI 1 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2014/2015. Henggar Dimas Pradiva NIM K8411035

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA MENULIS PERMULAAN MELALUI MEDIA REALIA SISWA KELAS II SD NEGERI KARANGWARU 1, PLUPUH, SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA MENULIS PERMULAAN MELALUI MEDIA REALIA SISWA KELAS II SD NEGERI KARANGWARU 1, PLUPUH, SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA MENULIS PERMULAAN MELALUI MEDIA REALIA SISWA KELAS II SD NEGERI KARANGWARU 1, PLUPUH, SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: MULYANI X7111517 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI ALAT PERAGA LINGKARAN SISWA KELAS IV SDN SOKA 1

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI ALAT PERAGA LINGKARAN SISWA KELAS IV SDN SOKA 1 Peningkatan Hasil Belajar... (Lilik Endang Dewani) 1.353 PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI ALAT PERAGA LINGKARAN SISWA KELAS IV SDN SOKA 1 IMPROVING MATHEMATICS LEARNING ACHIEVEMENT THROUGH

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA KARTU HURUF DALAM PEMBELAJARAN AKSARA JAWA DI SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN MEDIA KARTU HURUF DALAM PEMBELAJARAN AKSARA JAWA DI SEKOLAH DASAR PENGGUNAAN MEDIA KARTU HURUF DALAM PEMBELAJARAN AKSARA JAWA DI SEKOLAH DASAR Asriyani 1, Erlinda Septi Nugraheni 2, Kinanthi Ayuningtyas 3, Wahyudi 4, Imam Suyanto 5 FKIP, PGSD Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SEBAGAI PEWARA

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SEBAGAI PEWARA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SEBAGAI PEWARA (MC BERBAHASA JAWA) DALAM UPACARA ADAT JAWA DENGAN METODE DEMONSTRASI DAN LATIHAN BAGI SISWA KELAS XI SMA N 1 PAKEM YOGYAKARTA Skripsi Diajukan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Melalui bahasa, setiap individu dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Melalui bahasa, setiap individu dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kemampuan yang sangat penting dimiliki setiap individu dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan

Lebih terperinci

PENERAPAN READING WORKSHOP

PENERAPAN READING WORKSHOP PENERAPAN READING WORKSHOP UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN CERITA ANAK PADA SISWA KELAS V SDN TUNGGULSARI I NO. 72 LAWEYAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI OLEH : FAIQOH DAMAYANTI

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DENGAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V SDN 6 PANJER TAHUN AJARAN 2014/2015

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DENGAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V SDN 6 PANJER TAHUN AJARAN 2014/2015 PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DENGAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V SDN 6 PANJER TAHUN AJARAN 2014/2015 Oleh : Erin Megasusilowati 1, Triyono 2, Warsiti 3 1 Mahasiswa PGSD FKIP

Lebih terperinci

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Oleh karena itu, pendidikan sangat perlu untuk dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia sebagai upaya untuk memajukan peradaban dan mengembangkan ilmu pengetahuan seiring dengan kemajuan zaman.

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI HANDOUT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI HANDOUT PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DISERTAI HANDOUT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI, KEAKTIFAN, DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW KELAS IV SDN JLABAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW KELAS IV SDN JLABAN 1.996 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 21 Tahun ke-5 2016 PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW KELAS IV SDN JLABAN IMPROVING THE STUDENT

Lebih terperinci

Meningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Model Pembelajaran Talking Stick

Meningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Model Pembelajaran Talking Stick Meningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Model Pembelajaran Talking Stick pada Anak Kelompok A3 TK Tarbiyatul Banin II Salatiga Semester II Tahun Ajaran 2013/ 2014 Hertiana Yuni Kharismawati 1 Samidi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 1 BLUNYAHAN BANTUL

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 1 BLUNYAHAN BANTUL 852 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 9 Tahun ke-6 2017 PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 1 BLUNYAHAN BANTUL IMPROVING THE SPEAKING SKILL

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN MELALUI

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN MELALUI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENYIMPULKAN MELALUI PENERAPAN SCIENTIFIC APPROACH PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS 5 SDN KARANGASEM IV NO. 204 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI OLEH: SETYARI HERLIA

Lebih terperinci

IMPROVING FOURTH GRADE STUDENTS' JAVANESE ALPHABET WRITING SKILL USING FLANNEL BOARD MEDIA

IMPROVING FOURTH GRADE STUDENTS' JAVANESE ALPHABET WRITING SKILL USING FLANNEL BOARD MEDIA Peningkatan Keterampilan Menulis... (Nuni Kusumawati) 3.317 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS AKSARA JAWA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN PAPAN FLANEL DI KELAS IV IMPROVING FOURTH GRADE STUDENTS'

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan manusia diperlukan manusia yang lainnya, manusia tidak bisa hidup seorang diri. Komunikasi merupakan jembatan untuk menjalin hubungan dengan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF MELALUI MEDIA PUZZLE PADA SISWA KELAS III SDN GRENDEN 02 PUGER JEMBER

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF MELALUI MEDIA PUZZLE PADA SISWA KELAS III SDN GRENDEN 02 PUGER JEMBER MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF MELALUI MEDIA PUZZLE PADA SISWA KELAS III SDN GRENDEN 02 PUGER JEMBER (Improving the third grade student's ability in writing a paragraph by using puzzle as the

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AKSARA JAWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AKSARA JAWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AKSARA JAWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH Puput Hermawati 1), M.Shaifuddin 2), Samidi 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi

Lebih terperinci

3

3 PENGGUNAAN MODEL PAIR CHECKS UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP LEMBAGA LEMBAGA NEGARA DALAM SUSUNAN PEMERINTAHAN TINGKAT PUSAT PADA SISWA SEKOLAH DASAR Endah Ratnapuri 1), Hasan Mahfud 2), Hadiyah 3)

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR SISWA KELAS I SD NEGERI GEMBONGAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR SISWA KELAS I SD NEGERI GEMBONGAN 940 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 10 Tahun ke-5 2016 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MENGGUNAKAN MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR SISWA KELAS I SD NEGERI GEMBONGAN THE IMPROVEMENT OF BEGINNING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang mendasar bagi pembangunan suatu bangsa. Dalam penyelenggaraan pendidikan, dikembangkan bibit-bibit sumber daya manusia

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG Farraz Putri Febriani, Suminah PP3 Jalan Ir. Soekarno No. 1 Blitar

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE SQ3R DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS V SD NEGERI TRIREJO

PENERAPAN METODE SQ3R DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS V SD NEGERI TRIREJO PENERAPAN METODE SQ3R DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS V SD NEGERI TRIREJO Yuni Ambarsari 1, Suhartono 2, Imam Suyanto 3 PGSD FKIP UNS Surakarta Jl Kepodang 67 A Panjer Kebumen

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG STRUKTUR BUMI PADA SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG STRUKTUR BUMI PADA SISWA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG STRUKTUR BUMI PADA SISWA SDN NGADIROYO 2012/2013 SKRIPSI Oleh: HARYANI K7109090 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

Skripsi Oleh : Ahmad Hidayat Fauzi K

Skripsi Oleh : Ahmad Hidayat Fauzi K PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KOGNITIF FISIKA SISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 3 BOYOLALI TAHUN AJARAN 2015/2016 Skripsi Oleh : Ahmad Hidayat Fauzi

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG PECAHAN MELALUI MODEL CIRC PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI RAHAYU TAHUN AJARAN 2012/2013

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG PECAHAN MELALUI MODEL CIRC PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI RAHAYU TAHUN AJARAN 2012/2013 PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG PECAHAN MELALUI MODEL CIRC PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI RAHAYU TAHUN AJARAN 2012/2013 Oleh: Puji Asmiyati 1), Suhartono 2), Suripto 3) FKIP, PGSD Universitas

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana Strata 1 (S-1) Oleh MAYA KHARISMA

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana Strata 1 (S-1) Oleh MAYA KHARISMA 1 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS LAPORAN MELALUI METODE PEMBELAJARAN BERBASIS LINGKUNGAN PADA SISWA KELAS VIII D SMP NEGERI 2 SUMPIUH BANYUMAS TAHUN AJARAN 2015-2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN CIRC DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS BAHASA JAWA SISWA SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN CIRC DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS BAHASA JAWA SISWA SEKOLAH DASAR PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN CIRC DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS BAHASA JAWA SISWA SEKOLAH DASAR Mukhlas 1, Ngatman 2, Harun Setyo Budi 3 1 Mahasiswa PGDS FKIP Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL THINK PAIR SHARE

PENERAPAN MODEL THINK PAIR SHARE PENERAPAN MODEL THINK PAIR SHARE DENGAN MEDIA GRAFIS DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA KELAS V SDN 1 JATISARI TAHUN AJARAN 2014/2015 Siti Nur Fadhilah 1), Tri Saptuti Susiani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) ruang lingkup penelitian, dan (5)

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) ruang lingkup penelitian, dan (5) BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini, akan dipaparkan lima subbab, yaitu: (1) latar belakang, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) ruang lingkup penelitian, dan (5) manfaat penelitian. Untuk lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 3 disebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PBL MELALUI METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA SUHU DAN KALOR KELAS X-5 SMAN GONDANGREJO

PENERAPAN MODEL PBL MELALUI METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA SUHU DAN KALOR KELAS X-5 SMAN GONDANGREJO PENERAPAN MODEL PBL MELALUI METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA SUHU DAN KALOR KELAS X-5 SMAN GONDANGREJO SKRIPSI Oleh : NIKEN TRI WIDAYATI K 2312049 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN Afina Nur Fadhila 1), St. Y. Slamet 2), Djaelani 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI METODE OVERVIEW, ASK, READ, WRITE, EVALUATE, TEST (OARWET) PADA SISWA KELAS V SD

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI METODE OVERVIEW, ASK, READ, WRITE, EVALUATE, TEST (OARWET) PADA SISWA KELAS V SD PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI METODE OVERVIEW, ASK, READ, WRITE, EVALUATE, TEST (OARWET) PADA SISWA KELAS V SD Zahra Ma rifatul Laili 1, Suhartono 2, Ngatman 3 PGSD, FKIP Universitas

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LEMBAGA PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI MODEL SCRAMBLE PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LEMBAGA PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI MODEL SCRAMBLE PADA SISWA SEKOLAH DASAR PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LEMBAGA PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI MODEL SCRAMBLE PADA SISWA SEKOLAH DASAR Rizka Fitri Nugraheni 1), Hasan Mahfud 2), M Ismail Sriyanto 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan.

PENDAHULUAN Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. PENERAPAN PENDEKATAN PAIKEM DENGAN METODE SING TO PLAY DALAM PENINGKATAN PEMAHAMAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS SISWA KELAS III SD NEGERI 1 BUMIREJO Oleh: Magdalena Rosia Okky Riani 1), Kartika Chrysti Suryandari

Lebih terperinci

Oleh : Iin Septi Anggraeni Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

Oleh : Iin Septi Anggraeni Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Berhuruf Jawa Menggunakan Metode Talking Stick pada Siswa Kelas VIII B SMP Purnama Sumpiuh Kabupaten Banyumas Tahun Ajaran 2015/2016 Oleh : Iin Septi Anggraeni

Lebih terperinci

STANDAR ISI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA JAWA SD/SDLB/MI PROVINSI JAWA TENGAH

STANDAR ISI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA JAWA SD/SDLB/MI PROVINSI JAWA TENGAH STANDAR ISI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA JAWA SD/SDLB/MI PROVINSI JAWA TENGAH A. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN Sikap Pengetahuan Keterampilan Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia, sebagai salah satu identitas atau pembeda dari bangsa lain, selain sebagai bahasa persatuan juga berkedudukan sebagai bahasa negara dan sebagai

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA DAN MENULIS AKSARA JAWA MELALUI PERMAINAN KARTU HURUF

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA DAN MENULIS AKSARA JAWA MELALUI PERMAINAN KARTU HURUF PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA DAN MENULIS AKSARA JAWA MELALUI PERMAINAN KARTU HURUF Arif Nur Rohman 1), Sutijan 2), Samidi 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta.

Lebih terperinci

PASANGAN DAN SANDHANGAN DALAM AKSARA JAWA 1. oleh: Sri Hertanti Wulan Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah FBS UNY

PASANGAN DAN SANDHANGAN DALAM AKSARA JAWA 1. oleh: Sri Hertanti Wulan Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah FBS UNY PASANGAN DAN SANDHANGAN DALAM AKSARA JAWA 1 oleh: Sri Hertanti Wulan hertanti_wulan@uny.ac.id Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah FBS UNY Aksara nglegena yang digunakan dalam ejaan bahasa Jawa pada dasarnya

Lebih terperinci

Keywords: Teams Games Tournament (TGT), visual media, social science

Keywords: Teams Games Tournament (TGT), visual media, social science PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DENGAN MEDIA VISUAL DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS IV SDN 1 BRECONG TAHUN AJARAN 2015/2016 Nurul Hidayati¹, Suripto²,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: Isna Rahmiyati

SKRIPSI. Oleh: Isna Rahmiyati UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS I SD MUHAMMADIYAH BANGUNTAPAN BANTUL TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh: Isna Rahmiyati 10144600106

Lebih terperinci

IMPROVEMENT OF SCIENCE LEARNING OUTCOMES THROUGH GROUP INVESTIGATION IN VB

IMPROVEMENT OF SCIENCE LEARNING OUTCOMES THROUGH GROUP INVESTIGATION IN VB Peningkatan Hasil Belajar... (Heni Septia Saputri) 1.065 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION KELAS VB IMPROVEMENT OF SCIENCE LEARNING OUTCOMES THROUGH GROUP INVESTIGATION

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan kebudayaan masyarakat. Implikasinya, jika tuntutan zaman. harus diarahkan pada pencapaian kompetensi tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan kebudayaan masyarakat. Implikasinya, jika tuntutan zaman. harus diarahkan pada pencapaian kompetensi tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan upaya pengembangan sumber daya manusia yang harus dilakukan secara terus menerus dan berlangsung seumur hidup. Isi dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan pendidikan seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan kehidupan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI MODEL KOOPERATIF METODE TALKING STICK

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI MODEL KOOPERATIF METODE TALKING STICK PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI MODEL KOOPERATIF METODE TALKING STICK Muhammad Fathan Al Farizi 1), St. Y. Slamet 2), Kuswadi 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS III SD NEGERI BALEHARJO 3, SUKODONO, SRAGEN TAHUN AJARAN 2012/2013

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS III SD NEGERI BALEHARJO 3, SUKODONO, SRAGEN TAHUN AJARAN 2012/2013 UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCERITA MELALUI MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS III SD NEGERI BALEHARJO 3, SUKODONO, SRAGEN TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: SEMI X7111525 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING Fatmawaty Sekolah Dasar Negeri Hikun Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) DENGAN MEDIA KORAN DAN MAJALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA INTENSIF PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 WANGON

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salahsatu kewenangan otonomi daerah yaitu memiliki kewenangan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salahsatu kewenangan otonomi daerah yaitu memiliki kewenangan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salahsatu kewenangan otonomi daerah yaitu memiliki kewenangan untuk memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah (Undang-Undang, 1999). Sehingga keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Dengan pendidikan diharapkan mampu melahirkan suatu generasi masa depan yang berkualitas

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN REKA CERITA GAMBAR

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN REKA CERITA GAMBAR PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN REKA CERITA GAMBAR (Penelitian Tindakan Kelas pada siswa kelas III SD Negeri 03 Tunggulrejo Kecamatan Jumantono kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011)

Lebih terperinci

Joyful Learning Journal

Joyful Learning Journal JLJ 3 (2) (2014) Joyful Learning Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jlj PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS LAPORAN PENGAMATAN MELALUI METODE THINK TALK WRITE BERBANTUAN VIDEO Rahma Huda Putranto,

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAME TOURNAMENT

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAME TOURNAMENT Upaya Meningkatkan Hasil... (Atika Wulansari) 2.393 PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAME TOURNAMENT IMPROVING MATHEMATIC LEARNING BY COOPERATIVE LEARNING

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memeproleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memeproleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN METODE DEMONSTRASI PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI KAUMAN LOR 01 SEMESTER II TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

Rusmartini Guru SDN 2 Nambahrejo

Rusmartini Guru SDN 2 Nambahrejo PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 2 NAMBAHREJO Rusmartini Guru SDN 2 Nambahrejo

Lebih terperinci