BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salahsatu kewenangan otonomi daerah yaitu memiliki kewenangan untuk
|
|
- Glenna Leony Kusumo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salahsatu kewenangan otonomi daerah yaitu memiliki kewenangan untuk memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah (Undang-Undang, 1999). Sehingga keanekaragaman bahasa, sastra dan budaya daerah, telah menjadi tanggung jawab daerah. Penjelasan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 di Tambahan Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor 4301 khususnya Pasal 37 ayat (1) tentang butir bahasa disebutkan sebagai berikut: bahan kajian bahasa mencakup bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing dengan pertimbangan: satu, bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional. Dua, bahasa daerah merupakan bahasa ibu peserta didik. Tiga, bahasa asing terutama bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang sangat penting kegunaannya dalam pergaulan global. Sedangkan Sistem Pendidikan Nasional Pasal 37, disebutkan kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat muatan lokal kearah pengembangan budi pekerti serta kepribadian. Pemerintah daerah mengembangkan kelestarian bahasa daerah salahsatu bidang sasaran yaitu, melalui bidang pendidikan. Karena bahasa daerah merupakan jendela untuk mengetahui kearifan lokal masing-masing daerah, seperti halnya bahasa Jawa hingga saat ini masih digunakan secara produktif oleh 1
2 suku Jawa baik di propinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta dan masyarakat Jawa di luar suku Jawa. Dalam rangka pelestarian bahasa Jawa, maka pemerintah daerah menerapkan kebijakan di bidang pendidikan yaitu, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun Dimulai tahun ajaran 2005/2006 mata pelajaran Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa diberikan di SMA, MA dan SMK sebagai kurikulum muatan lokal wajib (mulok), berdasarkan Surat Edaran Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 423.5/0912 tanggal 29 Maret 2005 tentang Penerapan Kurikulum Muatan Lokal Bahasa Jawa bagi SMA/ MA/ SMK, dengan tujuan: a. Siswa menghargai dan membanggakan bahasa Jawa sebagai lambang kebanggaan daerah, identitas daerah, dan alat perhubungan atau komunikasi di dalam keluarga dan masyarakat. b. Siswa memahami Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa dari segi bentuk makna, dan fungsi. c. Siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa Jawa dengan baik dan benar untuk bermacam-macam tujuan, keperluan dan keadaan. d. Siswa memiliki kemampuan menikmati dan memanfaatkan karya sastra dan budaya Jawa untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa (Diknas Propinsi DIY, 2006). 2
3 Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22, 2006). Keunggulan lokal, dalam prakteknya sekolah kurang mengenal potensi secara mendalam kondisi lingkungan, kurang SDM kompeten untuk subyek keunggulan lokal tertentu, kurang sarana/prasarana dan menjadi beban tambahan (Depdiknas Balitbang Puskur, 2008). Pengembangan muatan lokal memerlukan data potensi kebutuhan daerah, potensi satuan pendidikan, serta dukungan internal dan eksternal. Data potensi satuan pendidikan antaralain bakat dan minat peserta didik, keberadaan guru, dan sarana prasarana yang berhubungan dengan pengembangan muatan lokal (Direktorat Pembinaan SMA, 2010). Keberhasilan muatan lokal di sekolah, secara faktual juga sangat beragam, sejalan dengan pendapat Sam Mukhtar Chaniago & Tuti Tarwiyah Adi (2005: 200), yaitu Keberhasilan muatan lokal tersebut sangat ditentukan pertama, oleh sumber daya manusianya, yaitu guru. Guru masih sangat dominan dalam menentukan keberhasilan muatan lokal. Kedua adalah faktor sarana pendukung, terutama buku-buku (bahasa, keterampilan, kesenian, dan lainlain), serta media yang mendukung. Disusul faktor ketiga yaitu dukungan dana yang memadai. 3
4 Dari sudut proses pembelajaran,seperti halnya muatan lokal, guru sebagai pengelola memegang peranan yang sangat menentukan bagi keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan, seperti pendapat Wayan Rai (2005: ), yaitu Guru hendaknya mampu menjadi manajer kelas yang baik, dengan mengorganisasikan materi dan kegiatan pembelajaran sedemikian rupa agar tercipta suasana belajar yang dinamis, aktif, inovatif, dan menyenangkan bagi siswa. Hal ini akan dapat dilaksanakan bila guru telah memiliki kompetensi dan profesionalisme. Sedangkan dari sudut situasi belajar, kemampuan guru dalam menciptakan ketertiban kelas, minat dan motivasi belajar, fasilitas belajar dan iklim sekolah yang kondusif, ikut menentukan keberhasilan proses dan hasil belajar siswa. Dari sudut manajemen pembelajaran bahasa Jawa di SMA, menurut Mulyana (2008: 175), yaitu Sekolah perlu menyediakan (a) sarana dan prasarana yang berkaitan dengan kebutuhan proses pembelajaran seperti buku-buku atau media pembelajaran bahasa Jawa (buku-buku tentang wayang, adat Jawa, karya sastra dan budaya Jawa) perlu disediakan untuk menambah pengetahuan dan wawasan siswa mendalami bahasa Jawa (b) ruang belajar yang nyaman, laboratorium bahasa, sastra dan budaya Jawa (c) gedung sekolah yang representatif. Selain itu menurut Mulyana (2006: 4), yaitu persoalan yang mendesak dan perlu dilakukan untuk memperoleh hasil belajar bahasa Jawa yang maksimal sesuai tujuan kebijakan muatan lokal bahasa Jawa, yaitu Persoalan yang mendesak dan perlu dilakukan ialah meningkatkan kemampuan guru (dapat dilakukan dengan penyuluhan baik secara kuantitatif maupun kualitatif), membenahi bahan pengajaran, mengevaluasi proses belajar mengajar, serta meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar, serta membangun karakter guru bahasa Jawa yang santun dan penuh kasih sayang. Jelasnya, faktor intern dan ekstern siswa didik harus benar-benar dibenahi untuk memperoleh hasil belajar bahasa Jawa yang maksimal. 4
5 Tetapi dalam penerapan kebijakan pendidikan, permasalahan di lapangan sering dijumpai, sehingga hasil yang didapat belum sesuai dengan harapan, hal ini disebabkan karena adanya kesenjangan dalam pelaksanaan. Faktor-faktor yang menyebabkan kebijakan-kebijakan tidak sesuai dengan harapan menurut Budi Winarno (2008: 247), yaitu: 1. Sumber-sumber yang tidak memadai 2. Cara yang digunakan untuk melaksanakan kebijakan 3. Masalah-masalah publik 4. Cara orang menanggapi atau menyesuaikan diri terhadap kebijakankebijakan publik yang justru meniadakan dampak yang diinginkan 5. Tujuan-tujuan yang tidak sebanding dan bertentangan satu sama lain 6. Biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah jauh lebih besar dibanding dengan masalah tersebut 7. Banyak masalah-masalah pendidikan yang tidak mungkin dapat diselesaikan. Kebijakan muatan lokal bahasa Jawa di tingkat SMA dilihat berdasarkan pelaksanaan pembelajaran dan kesulitan yang dialami guru dan siswa, menurut Endang Kurniati & Esti Sudi Utami (2009: ), yaitu Pembelajaran bahasa Jawa belum sesuai yang diharapkan. Nilai rata-rata siswa banyak yang di bawah KKM. Di samping itu siswa tidak berminat mengikuti pembelajaran bahasa Jawa. Bahkan tidak sedikit siswa yang menyepelekan mata pelajaran bahasa Jawa karena siswa beranggapan pelajaran bahasa Jawa tidak penting. Karena posisi pelajaran Bahasa Jawa merupakan muatan lokal, maka baik kepala sekolah, guru, maupun siswa kurang merespon secara positif. Dalam pelaksanaannya, tidak dipersiapkan dengan matang, guru tidak berlatarbelakang pendidikan bahasa Jawa, sarana dan prasarana pembelajaran seadanya, dan perangkat kurikulum tidak dipersiapkan dengan baik. Selain itu, proses pembelajaran muatan lokal bahasa Jawa dewasa ini hampir di bagian jenjang tidak memperhatikan hal-hal dasar karakteristik bahasa Jawa, sehingga terjadi kerancuan di sana-sini dan berakibat pudarnya minat peserta didik 5
6 pada pelajaran bahasa Jawa itu sendiri, oleh karena perlu dirumuskan sebuah rumusan baru untuk lebih bisa mengoptimalkan pembelajaran bahasa Jawa yang sistematis, karena penguasaan bahasa Jawa dengan baik akan membuka titik-titik akses yang dikehendaki sesuai dengan tujuan akhir dari diberikannya sebuah mata pelajaran bahasa Jawa kepada peserta didik ( Setya Amrih Prasaja, 2008: 12). Pembelajaran bahasa Jawa sejak tahun ajaran 2005/2006 perlu diteliti keefektivan kebijakan untuk mengetahui keberhasilan tujuan kurikulum mulok bahasa Jawa. Pernyataan tersebut sejalan pendapat Farida Nugraheni (2008:70) yaitu, Sudah lama keprihatinan akan kondisi pembelajaran bahasa dan sastra Jawa itu mengemuka dalam berbagai seminar, namun belum juga ditemukan formula yang tepat sebagai solusi untuk mengatasi solusinya. Kalaupun ada alternatif solusinya, akhirnya terhenti pada tataran wacana, jarang terealisasi, karena berbagai alasan. Misalnya terbatasnya alokasi waktu, terbatasnya fasilitas bukubuku sastra (baik teori maupun karya kreatif), rendahnya minat baca siswa, dan yang paling penting rendahnya kompetensi guru dalam mengajarkannya. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan (Undang-Undang RI Nomor 14, 2005). Kompetensi guru bahasa Jawa merupakan modal utama ke ketercapaian tujuan kebijakan kurikulum mulok bahasa Jawa di SMAN, sedangkan pembelajaran bahasa Jawa menurut Endang Kurniati dan Esti Sudi Utami (2007: 7-17), yaitu Pelaksanaan pembelajaran bahasa Jawa SMA belum mamuaskan. Hal ini dibuktikan dengan penggunaan kurikulum dan materi ajar yang tidak memperhatikan kompetensi komunikatif siswa yang sesuai dengan kebutuhan lingkungan sosial budaya siswa. Hal ini terjadi karena guru bahasa Jawa SMA bukan berlatar belakang bidang studi pendidikan bahasa Jawa, sehingga tidak bisa mengembangkan kurikulum, materi ajar, dan PBM yang komunikatif. Dengan kondisi pembelajaran seperti itu, kompetensi siswa tidak berkembang. 6
7 Berdasarkan data survei, kendala penerapan kebijakan muatan lokal bahasa Jawa di tingkat SMAN kota Yogyakarta diantaranya adalah (1) Tahun ajaran 2005/2006 seleksi penerimaan guru bahasa Jawa belum menggunakan standar sesuai kualifikasi ijasah Strata 1(S1) bahasa Jawa, sehingga kebijakan di beberapa SMAN kota Yogyakarta merekrut guru bahasa Jawa yang tidak memiliki ijasah S1 bahasa Jawa. Kemudian tahun ajaran 2006/2007 kebijakan pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) guru sesuai persyaratan kompetensi yaitu berijasah minimal S1 Kependidikan Bahasa Jawa atau S1 Sastra Jawa ditambah Akta Mengajar IV hanya mengangkat satu guru. Sedangkan pengangkatan guru bahasa Jawa tahun ajaran 2011/2012 ada delapan guru sehingga di SMAN kota Yogyakarta berjumlah sebelas SMAN baru terdapat delapan guru PNS bahasa Jawa. SMAN Kota Yogyakarta terdapat tiga SMAN yang sejak tahun ajaran 2005/2006 belum memiliki guru bahasa Jawa yang dipilih melalui mekanisme jalur seleksi seperti pengangkatan CPNS guru bahasa Jawa. (2) Keterbatasan alokasi waktu yang dipengaruhi oleh kebijakan sekolah. Alokasi waktu bahasa Jawa, sesuai KTSP adalah 2 jam pelajaran, tetapi oleh kebijakan sekolah dikurangi menjadi satu jam pelajaran. Pengurangan jam pelajaran mulok bahasa Jawa menyebabkan beberapa guru kesulitan dalam memotivasi belajar siswa. Kebijakan sekolah mengurangi jam pelajaran mulok bahasa Jawa menyebabkan keleluasaan guru dalam menyampaikan kegiatan belajar mengajar bahasa Jawa kurang optimal.(3) Penerapan kebijakan muatan lokal bahasa Jawa di lingkungan sekolah belum didukung oleh sarana prasarana bernuansa Jawa seperti seperangkat 7
8 gamelan Jawa, media pembelajaran beberapa tokoh wayang kulit, kamus bahasa Jawa, majalah berbahasa Jawa, slogan ditulis menggunakan bahasa Jawa, lukisan kaligrafi aksara Jawa atau kridhasastra dan video dokumenter tentang budaya Jawa. Menurut Sutrisna Wibawa (2006:11) Kegiatan ekstrakurikuler untuk mendukung kegiatan kurikuler juga perlu digalakkan misalnya majalah dinding yang memuat karya siswa, sanggar sastra, karawitan, dan berbagai lomba bahasa, sastra dan kesenian Jawa. (4) Kebijakan sekolah-sekolah di wilayah propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam rangka pelestarian bahasa Jawa yaitu dengan himbauan berbicara menggunakan bahasa Jawa di lingkungan sekolah pada hari Sabtu belum dilaksanakan secara optimal. (5) Pembelajaran bahasa Jawa sesuai KTSP diberikan di kelas X, kelas XI dan kelas XII dengan jumlah jam dua jam pelajaran per minggu. Kebijakan beberapa SMAN Kota Yogyakarta sesuai data survei menerapkan pembelajaran bahasa Jawa untuk X dan kelas XI, sedangkan kelas XII tidak ada pembelajaran bahasa Jawa. Beberapa guru kesulitan dalam pencapaian tujuan pembelajaran bahasa Jawa sesuai tujuan kurikulum mulok bahasa Jawa, karena pembelajaran bahasa Jawa tidak dilaksanakan di kelas XII. Berdasar uraian di latar belakang masalah maka peneliti tertarik mengangkat judul tentang PENGARUH KOMPETENSI GURU MOTIVASI BELAJAR LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP EFEKTIVITAS KEBIJAKAN MUATAN LOKAL BAHASA JAWA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI KOTA YOGYAKARTA. 8
9 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah maka peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Sekolah kurang mengenal potensi secara mendalam kondisi lingkungan. 2. Kurang Sumber Daya Manusia atau SDM kompeten untuk subyek keunggulan lokal tertentu. 3. Kurang sarana/prasarana dan menjadi beban tambahan. 4. Tidak sedikit siswa yang menyepelekan mata pelajaran bahasa Jawa karena siswa beranggapan pelajaran bahasa Jawa tidak penting. 5. Karena posisi pelajaran Bahasa Jawa merupakan muatan lokal, maka baik kepala sekolah, guru, maupun siswa kurang merespon secara positif. 6. Dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Jawa, tidak dipersiapkan dengan matang, guru tidak berlatar-belakang pendidikan bahasa Jawa. 7. Sarana dan prasarana pembelajaran bahasa Jawa seadanya, dan perangkat kurikulum tidak dipersiapkan dengan baik. 8. Keprihatinan akan kondisi pembelajaran bahasa dan sastra Jawa itu mengemuka dalam berbagai seminar, namun belum juga ditemukan formula yang tepat sebagai solusi untuk mengatasi solusinya. 9. Minat baca siswa terhadap buku-buku berbahasa Jawa masih rendah. 10. Pelaksanaan pembelajaran bahasa Jawa SMA belum mamuaskan, kurikulum dan materi ajar yang tidak memperhatikan kompetensi komunikatif siswa yang sesuai dengan kebutuhan lingkungan sosial budaya siswa. 9
10 11. Kompetensi guru dalam mengajarkan materi bahasa Jawa masih rendah. 12. Kebijakan sekolah mengurangi jam pelajaran mulok bahasa Jawa menyebabkan keleluasaan guru dalam menyampaikan kegiatan belajar mengajar bahasa Jawa kurang optimal. 13. Kebijakan muatan lokal bahasa Jawa diterapkan di lingkungan sekolah belum didukung oleh sarana prasarana bernuansa Jawa, seperti seperangkat gamelan Jawa, media pembelajaran beberapa tokoh wayang kulit, kamus bahasa Jawa, majalah berbahasa Jawa, slogan ditulis menggunakan bahasa Jawa, lukisan kaligrafi aksara Jawa atau kridhasastra dan video dokumenter tentang budaya Jawa. 14. Kebijakan beberapa SMAN Kota Yogyakarta menerapkan pembelajaran bahasa Jawa untuk X dan kelas XI, sedangkan kelas XII tidak ada pembelajaran bahasa Jawa. Beberapa guru kesulitan dalam pencapaian tujuan pembelajaran bahasa Jawa sesuai tujuan kurikulum mulok bahasa Jawa, karena pembelajaran bahasa Jawa tidak dilaksanakan di kelas XII. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, masalah penelitian ini dibatasi pada pengaruh kompetensi guru, motivasi belajar, lingkungan sekolah terhadap efektivitas kebijakan muatan lokal bahasa Jawa di Sekolah Menengah Atas Negeri atau SMAN kota Yogyakarta. 10
11 D. Rumusan Masalah Dari pembatasan masalah penelitian, maka masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh kompetensi guru terhadap efektivitas kebijakan muatan lokal bahasa Jawa di SMAN kota Yogyakarta? 2. Bagaimana pengaruh motivasi belajar terhadap efektivitas kebijakan muatan lokal bahasa Jawa di SMAN kota Yogyakarta? 3. Bagaimana pengaruh lingkungan sekolah terhadap efektivitas kebijakan muatan lokal bahasa Jawa di SMAN kota Yogyakarta? 4. Bagaimana pengaruh kompetensi guru, motivasi belajar dan lingkungan sekolah secara bersama-sama terhadap efektivitas kebijakan muatan lokal bahasa Jawa di SMAN kota Yogyakarta? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini, adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi guru terhadap efektivitas kebijakan muatan lokal bahasa Jawa di SMAN kota Yogyakarta. 2. Untuk mengetahui pengaruh motivasi belajar terhadap efektivitas kebijakan muatan lokal bahasa Jawa di SMAN kota Yogyakarta. 3. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan sekolah terhadap efektivitas kebijakan muatan lokal bahasa Jawa di SMAN kota Yogyakarta. 11
12 4. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi guru, motivasi belajar dan lingkungan sekolah secara bersama-sama terhadap efektivitas kebijakan muatan lokal bahasa Jawa di SMAN kota Yogyakarta. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini akan mengungkapkan secara kuantitatif tentang pengaruh kompetensi guru, motivasi belajar dan lingkungan sekolah terhadap efektivitas kebijakan muatan lokal bahasa Jawa di SMAN kota Yogyakarta. Maka penelitian ini akan menghasilkan fakta empiris yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu manajemen pendidikan, khususnya di bidang kebijakan pendidikan. Dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian lebih lanjut yang relevan dengan manajemen kebijakan pendidikan. b. Sebagai masukan bagi Tim Pengembang Kurikulum Muatan Lokal di Tingkat Dinas Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Tim Pengembang Kurikulum Muatan Lokal di Tingkat Dinas Pendidikan Kota dan unit-unit SMAN Kota Yogyakarta khususnya, bahwa kompetensi guru, motivasi belajar dan lingkungan sekolah dapat mendukung keberhasilan pencapaian tujuan mulok bahasa Jawa. 12
13 2. Manfaat Praktis a. Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam memberikan pembinaan terhadap guru bahasa Jawa SMAN khususnya pembinaan di bidang peningkatan kompetensi guru bahasa Jawa. b. Bagi peneliti lain dapat menjadi masukan dan pembanding dari segi teknis maupun hasil temuan sehingga saling sumbang saran untuk pengembangan hasil penelitian dan wawasan keilmuan.. 13
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah pendidikan merupakan masalah yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini disebabkan karena masalah pendidikan memuat hal mendasar menyangkut semua aspek
Lebih terperinciEVALUASI PEMBELAJARAN. Sosialisasi KTSP
EVALUASI PEMBELAJARAN 1 PENGERTIAN TES A. SUHARSIMI ARIKUNTO MERUPAKAN ALAT ATAU PROSEDUR YANG DIGUNAKAN UNTUK MENGETAHUI/MENGUKUR SESUATU DALAM SUASANA, DENGAN CARA DAN ATURAN-ATURAN YANG SUDAH DITENTUKAN
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) a. Pengertian KTSP Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di semua jenis jenjang pendidikan
Lebih terperinciMODEL PENGEMBANGAN MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL. SD/MI/SDLB - SMP/MTs/SMPLB SMA/MA/SMALB/SMK
MODEL PENGEMBANGAN MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL SD/MI/SDLB - SMP/MTs/SMPLB SMA/MA/SMALB/SMK PUSAT KURIKULUM, BALITBANG DEPDIKNAS Jl. Gunung Sahari Raya No. 4, Jakarta Pusat Telp. : (62-21)3804248,3453440,34834862
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan, di mulai sejak tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994,
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kurikulum pendidikan di negara kita mengalami beberapa kali perubahan, di mulai sejak tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004 sampai dengan tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (2006 : 317), secara umum mata pelajaran Bahasa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Keberadaan bahasa daerah merupakan salah satu kebanggaan Bangsa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberadaan bahasa daerah merupakan salah satu kebanggaan Bangsa Indonesia yang menunjukkan keanekaragaman budayanya. Bahasa Jawa merupakan salah satu dari
Lebih terperinciPENYUSUNAN RPP BERBASIS KTSP PADA MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL DI TINGKAT SEKOLAH DASAR
1 PENYUSUNAN RPP BERBASIS KTSP PADA MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL DI TINGKAT SEKOLAH DASAR A. PENDAHULUAN Semboyan Bhineka Tunggal Ika sebenarnya mewakili kenyataan kondisi tanah air dan bangsa Indonesia.
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2017 TENTANG PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Indonesia sebagai bangsa
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODEL MATA PELAJARAN. Sosialisasi KTSP
PENGEMBANGAN MODEL MATA PELAJARAN 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah, sentralisasi ke desentralisasi, multikultural, mulok B. Landasan UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan seperti
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan seperti adanya tuntutan dan kebutuhan masyarakat, serta ditantang untuk dapat menjawab berbagai permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nasional yang bertujuan untuk menyiapkan tenaga kerja yang mempunyai. dapat mengikuti perkembangan zaman yang terjadi dengan cepat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), sebagai salah satu lembaga pendidikan juga perlu diupayakan peningkatan kualitasnya agar mampu berkontribusi melahirkan tenaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia khususnya dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga
Lebih terperinciMODEL MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL. SD/MI/SDLB - SMP/MTs/SMPLB SMA/MA/SMALB/SMK
MODEL MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL SD/MI/SDLB - SMP/MTs/SMPLB SMA/MA/SMALB/SMK DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL JAKARTA TAHUN 2006 DAFTAR ISI Daftar Isi 1 I. PENDAHULUAN 2 A. Latar Belakang 2 B. Landasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan asset utama dan dalam pembentukannya membutuhkan proses yang tidak mudah dan cepat tetapi diperlukan sarana yang
Lebih terperinci1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan
Lebih terperinciBUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN BAHASA DAN BUDAYA JAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN BAHASA DAN BUDAYA JAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang : a. bahwa Bahasa dan Budaya Jawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Disamping itu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Menurut Djamarah (2008:13) mengatakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Sumber daya manusia yang berkualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membuat bahasa tersebut menjadi sarana komunikasi, karena fungsi bahasa adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mempelajari bahasa terutama bahasa asing seseorang harus membuat bahasa tersebut menjadi sarana komunikasi, karena fungsi bahasa adalah untuk berkomunikasi.
Lebih terperinciI. STANDAR ISI. hal. 1/61. Instrumen Akreditasi SMP/MTs
I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Guna meningkatkan mutu pembelajaran dan pendidikan di Indonesia,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Guna meningkatkan mutu pembelajaran dan pendidikan di Indonesia, pemerintah telah meluncurkan berbagai kebijakan, salah satunya yang saat ini sedang hangat dibicarakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ada dalam masyarakat, karena dengan pendidikan, manusia dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kunci utama dari semua kemajuan dan perkembangan yang ada dalam masyarakat, karena dengan pendidikan, manusia dapat mewujudkan semua potensi
Lebih terperinciMATERI KULIAH PENGEMBANGAN KURIKULUM MULOK. By: Estuhono, S.Pd, M.Pd
MATERI KULIAH PENGEMBANGAN KURIKULUM MULOK By: Estuhono, S.Pd, M.Pd PENGEMBANGAN MODEL KURIKULUM Estuhono, S.Pd, M.Pd I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah, sentralisasi ke desentralisasi, multikultural,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari seni dan budaya manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu perubahan atau perkembangan
Lebih terperinciFarida Nurhasanah. Universitas Sebelas Maret Surakarta 2011
Farida Nurhasanah Universitas Sebelas Maret Surakarta 2011 PERMEN NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR ISI Materi minimal dan Tingkat kompetensi minimal untuk mencapai Kompetensi Lulusan Minimal 2 Memuat
Lebih terperinciMelaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.
I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan
Lebih terperinciPENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA, IKLIMSEKOLAH, DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam penelitian pendidikan, hasil belajar menjadi isu yang memiliki daya tarik untuk diteliti. Hasil belajar yang menjadi soroton dari semua jenjang sekolah
Lebih terperinciA. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 dikemukakan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah pembelajaran sangat ditentukan keberhasilannya oleh masingmasing guru di kelas. Guru yang profesional dapat ditandai dari sejauh mana
Lebih terperinci1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP.
I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan)
Lebih terperinciREFLEKSI PEMBELAJARAN BAHASA JAWA SEBAGAI MUATAN LOKAL WAJIB DI SMA/ SMK/ MA
1 REFLEKSI PEMBELAJARAN BAHASA JAWA SEBAGAI MUATAN LOKAL WAJIB DI SMA/ SMK/ MA A. Pendahuluan Venny Indria Ekowati 1 Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah FBS UNY venny@uny.ac.id Surat Keputusan Gubernur Daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. elements; materials (and equipment), activities, and people (Cox, 2006:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah The quality of an instructional program is comprised of three elements; materials (and equipment), activities, and people (Cox, 2006: 8). Sebagaimana dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan yang dihadapi Bangsa Indonesia sampai saat ini adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kunci utama kemajuan suatu bangsa, yaitu untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berpotensi. Pendidikan diharapkan dapat meningkatkan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
419 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan sebagaimana dibahas pada Bab IV terdahulu, disampaikan kesimpulan secara umum dan kesimpulan secara khusus yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kurikulum berbasis kompetensi (Competency Based Curriculum) Pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (Kurikulum 2004) sangat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum berbasis kompetensi (Competency Based Curriculum) merupakan wujud, langkah, upaya untuk meningkatan mutu pendidikan. Pelaksanaan kurikulum berbasis
Lebih terperinciSKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah.
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN DISKUSI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS VIII C SMP N 2 RANDUBLATUNG TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan mencakup
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan mencakup keseluruhan aspek kehidupan masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa.
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 10
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 20 TAHUN 2013
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam diri manusia karena mendapatkan pendidikan, Tanpa pendidikan Manusia. mulia dengan pendidikan termasuk di Negara Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sudah menjadi kodrat Manusia selalu berpikiran maju dan selalu lebih baik dari hari kemarin, ini karena manusia harus memiliki yang namanya ilmu, dalam kehidupan, manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pendidikan di Indonesia belum bisa dikatakan berhasil. Hal ini dikarenakan masih banyaknya lembaga pendidikan yang tenaga pengajarnya masih belum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge). Pada fungsi ini bahasa menjadi penarik yang mempercepat berkembangnya penguasaan ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai tanggung jawab besar dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas tersebut
Lebih terperinciVARIASI PENATAAN KELAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV SD N 02 LEMAHBANG KECAMATAN JUMAPOLO
VARIASI PENATAAN KELAS DALAM UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV SD N 02 LEMAHBANG KECAMATAN JUMAPOLO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang pendidikan merupakan suatu proses investasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang pendidikan merupakan suatu proses investasi manusia yang mempunyai peran dan fungsi yang penting dalam kerangka pembangunan nasional secara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) Pasal 3 mengenai
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah SMK Pasundan 1 Bandung merupakan Sekolah Menengah Kejuruan rumpun Bisnis dan Manajemen yang merupakan lembaga pendidikan yang terus berupaya menghasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang menjelaskan tentang pengertian dan tujuan. pendidikan bahwa pendidikan adalah suatu usaha sadar dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menjelaskan tentang pengertian dan tujuan pendidikan bahwa pendidikan adalah suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hal-hal berikut. Pertama, guru dapat menumbuhkan rasa memiliki, mencintai,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran bahasa Indonesia di SD memiliki nilai penting pada jenjang pendidikan dengan pengajaran Bahasa Indonesia dilaksanakan secara berencana dan terarah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS. mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Atmodiwiryo,2000:5). Selanjutnya
6 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Konsep Dasar Pengelolaan Pembelajaran. Pada dasarnya pengelolaan diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian semua sumber daya untuk
Lebih terperinciDIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1
PANDUAN PENYUSUNAN KTSP DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 SISDIKNAS adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Fungsi pendidikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan mempunyai peran yang amat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Fungsi pendidikan pada umumnya
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 370 TAHUN 1993 TENTANG MADRASAH ALIYAH BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1
KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 370 TAHUN 1993 TENTANG MADRASAH ALIYAH BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan : 1. Madrasah Aliyah selanjutnya dalam keputusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas pulau besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi karakteristik dan keunikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Guru memiliki peran dan tanggung jawab yang besar dalam proses pendidikan, di mana tugas seorang guru bukan hanya memberikan transfer ilmu dan seperangkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. baik merupakan dasar dari pendidikan. Menurut Suryosubroto (2010:16),
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam lingkungan dan sepanjang hidup. Membangun dan mengembangkan karakter yang baik merupakan
Lebih terperinciDesember Sehingga saat ini hanya sekolah-sekolah tertentu saja yang masih menggunakan kurikulum Kurikulum 2013 merupakan kurikulum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Pendidikan mempunyai peran penting dalam terciptanya sumber daya manusia yaitu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kita, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Di satu sisi,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan IPTEK banyak memberi dampak pada kehidupan kita, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Di satu sisi, perkembangan IPTEK memungkinkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang dikenal dan diakui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Melalui observasi awal di lapangan yang telah dilakukan di sekolah- sekolah
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Melalui observasi awal di lapangan yang telah dilakukan di sekolah- sekolah MTs/SMP baik Negeri maupun Swasta diperoleh informasi bahwa kebanyakan muatan lokal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. banyak mengalami perubahan, misalnya dalam menghadapi perubahan zaman,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Proses belajar mengajar adalah dasar dalam membentuk sebuah pribadi untuk memiliki wawasan. Dalam prosesnya, proses belajar mengajar ini telah banyak mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan di era kompetetif ini, upaya-upaya dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan saat ini menjadi fokus perhatian oleh para pelaku pendidikan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersaing di era global saat ini. Seiring perkembangan itu salah satu yang dihadapi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia pendidikan dari tahun ke tahun mengalami perkembangan serta perubahan untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing di era global
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang paling penting karena gurulah yang melaksanakan proses pendidikan langsung menuju
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka mencapai tujuan Pendidikan Nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya akan sangat dibutuhkan peran serta
Lebih terperinci1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
I. STANDAR ISI 1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 muatan KTSP Melaksanakan kurikulum berdasarkan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini membahas hasil penelitian Peran dan Fungsi Komite Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Terbanggi Besar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan, karena pendidikan memegang peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Keberhasilan pembangunan
Lebih terperinciRELEVANSI KOMPETENSI LULUSAN SMK DENGAN TUNTUTAN DUNIA KERJA. Ricky Gunawan Jurusan Teknik Mesin FPTK UPI
RELEVANSI KOMPETENSI LULUSAN SMK DENGAN TUNTUTAN DUNIA KERJA. Ricky Gunawan Jurusan Teknik Mesin FPTK UPI Email: labtek_rtu@upi.edu Abstrak Penelitian sebelumnya oleh Budi Sulistiono (1998) menemukan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Masalah besar yang saat ini sedang dihadapi oleh pemerintah adalah pengangguran, karena masih lemahnya mutu pendidikan dan mencari lapangan pekerjaan. Kemudian, salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi saat ini menuntut adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Salah satu wahana untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada kondisi sekarang ini, Indonesia memasuki kehidupan era globalisasi yang banyak terjadi perubahan-perubahan. Guna menghadapi tantangan global diperlukannya
Lebih terperinciSTRATEGI PENGELOLAAN KKG DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DI GUGUS AHMAD YANI KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG
STRATEGI PENGELOLAAN KKG DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DI GUGUS AHMAD YANI KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan mutu pendidikan khususnya di Sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satuan pendidikan, dan pelibatan masyarakat dalam rangka. mengelola sumber daya, sumber dana, sumber belajar dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Mulyasa (2010:21), KTSP merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum, yang memberikan otonomi luas pada setiap satuan pendidikan, dan pelibatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya bertujuan untuk membentuk sumber daya manusia seutuhnya yang berkualitas. Kualitas pendidikan erat kaitannya dengan proses pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan suatu negara tidak terlepas dari peningkatan kualitas dan mutu pendidikan. Pendidikan harus mampu menjalankan fungsi dan tujuan secara optimal agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dinilai banyak kalangan mengalami kegagalan. Kondisi ini ada benarnya apabila dilihat kondisi yang terjadi di masyarakat maupun dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaku pembangunan pendidikan berupaya untuk menaikkan derajat mutu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaku pembangunan pendidikan berupaya untuk menaikkan derajat mutu pendidikan Indonesia agar dapat bersaing dalam pasar tenaga kerja dengan menyesuaikan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberi dukungan dan perubahan untuk perkembangan masyarakat, bangsa,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan utama dalam pengembangan sumber daya manusia dan masyarakat suatu bangsa. Untuk itu, pendidikan diharapkan mampu membentuk sumber daya
Lebih terperinci2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan berbahasa yang mumpuni serta dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan
Lebih terperinciPENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1
PENYUSUNAN KTSP Sosialisasi KTSP 1 LANDASAN UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi
Lebih terperinciSALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009
SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009 INSTRUMEN AKREDITASI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH (SMP/MTs) 1. Periksalah kelengkapan Perangkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN : Mendikbud Anies Baswedan Putuskan Kurikulum 2013 Dihentikan)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan
Lebih terperinci1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
I. STANDAR ISI 1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) A. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 muatan KTSP B. Melaksanakan kurikulum berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan di Indonesia sedang gencar-gencarnya dibenahi. Salah satunya yaitu pembaharuan sistem kurikulum guna meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Lebih terperinciLandasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas
PAPARAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 1 PERTAMA: KONSEP DASAR 2 Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan teknologi (iptek) menuntut setiap individu dan masyarakat untuk memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan di era globalisasi sebagai hasil dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) menuntut setiap individu dan masyarakat untuk memiliki kemampuan atau
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL) Pengertian Kompetensi adalah kemampuan bersikap, berpikir, dan bertindak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah bidang yang sangat penting terutama di Negara. berkembang seperti Indonesia, karena pendidikan yang berintegritas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah bidang yang sangat penting terutama di Negara berkembang seperti Indonesia, karena pendidikan yang berintegritas mempersiapkan Sumber Daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus berkembang. Persaingan semakin ketat dan masyarakat dituntut untuk dapat bersaing dalam menghadapi tantangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG UUD 1945 pasal 31 ayat 3 mengamanatkan kepada pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum. Oleh karena itu, pemerintah bertanggung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses pemuliaan diri yang di dalamnya terdapat tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya yaitu
Lebih terperinci