BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Kanker 1.1 Pengertian Kanker adalah proses penyakit yang dimulai ketika sel abnormal diubah oleh mutasi genetik dari DNA selular. Sel yang abnormal membentuk suatu kumpulan dan mulai berkembang biak secara abnormal, mengabaikan sinyal yang mengatur pertumbuhan di lingkungan sekitar sel. Sel-sel yang abnormal ini dapat menyebar ke jaringan lain dan mendapatkan akses ke getah bening dan pembuluh darah sehingga sel-sel ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya (Hinkle & Cheever, 2013). Kanker merupakan suatu penyakit dimana sekelompok sel-sel yang abnormal tumbuh tidak terkendali dengan mengabaikan sinyal normal untuk pembelahan sel. Sel-sel normal terus mengikuti sinyal yang menentukan apakah sel harus membagi, berdiferensiasi menjadi sel lain atau mati. Sel-sel kanker mengembangkan tingkat otonomi dari sinyal-sinyal ini, sehingga pertumbuhan tidak terkontrol bahkan sampai menyebar ke organ lain (Hejmadi, 2010). 1.2 Penyebab Menurut Hinkle dan Cheever (2013) akan diuraikan penyebab terjadinya penyakit kanker, yaitu : Virus dan bakteri Virus sebagai penyebab kanker pada manusia sulit untuk menentukannya karena virus sulit untuk mengisolasi. Virus diperkirakan menggabungkan diri

2 9 dalam struktur genetik sel, sehingga mengubah generasi sel yang mungkin mengarah ke kanker. Sebagai contoh, virus Epstein-Barr sangat dicuragai sebagai penyebab limfoma burkitt, kanker nasofaring, dan limfoma non-hodgkin. Herpes simplex virus type II, cytomegalovirus, dan papilloma virus tipe 16, 18, 31 dan 33 yang berhubungan dengan dysplasia dan kanker serviks. Virus hepatitis B yang terlibat dengan kanker hati, lymphotropic T-sel virus dapat menjadi penyebab beberapa leukemia limfositik dan limfoma. Bakteri helicobacter pylori telah dikaitkan dengan peningkatan insiden keganasan peradangan dan cedera pada lambung Faktor fisik Faktor fisik yang terkait dengan karsinogenesis meliputi paparan sinar matahari atau radiasi, iritasi kronis atau peradangan, dan penggunaan tembakau. Paparan berlebihan terhadap sinar ultraviolet dari matahari, terutama pada seseorang berkulit putih, atau bermata hijau dan biru, meningkatkan risiko kanker kulit. Faktor-faktor seperti gaya pakaian tanpa lengan atau menggunakan celana pendek, pengunaan tabir surya, pekerjaaan, kebiasaan rekresi, lingkungan termasuk kelembaban, ketinggian, semua turut berperan dalam jumlah paparan sinar ultraviolet. Terapi radiasi yang digunakan dalam pengobatan penyakit atau paparan bahan radioaktif di tempat produksi senjata nuklir atau tenaga nuklir dikaitkan dengan insiden yang lebih tinggi dari leukemia, kanker paru-paru, tulang, payudara, tiroid dan jaringan lain.

3 Faktor kimia Sekitar 75% dari semua kanker yang diduga berhubungan dengan lingkungan. Asap tembakau dianggap sebagai karsinogen kimia yang paling mematikan, menyumbang setidaknya 30% dari kematian akibat kanker. Merokok sangat terkait dengan kanker paru-paru, kepala dan leher, kerongkongan, pankreas, leher rahim, dan kandung kemih. Tembakau juga dapat bertindak sinergis dengan zat lain, seperti alkohol, uranium, dan virus. Banyak zat kimia yang ditemukan di tempat kerja telah terbukti karsinogen dan co-karsinogen. Daftar luas diduga zat kimia terus berkembang dan mencakup pewarna anilin, pestisida, formadehydes, arsenik, ter, cadmium, benzena, dan polyvinyl chloride. Kebanyakan bahan kimia berbahaya menghasilkan efek beracun dengan mengubah struktur DNA di dalam tubuh yang jauh dari paparan bahan kimia. Organ yang paling sering terkena adalah hati, paru-paru dan ginjal dikarenakan peran organ tersebut dalam detoksifikasi kimia Faktor genetik Hampir setiap jenis kanker telah terbukti terjadi dalam keluarga. Ini karena genetika, lingkungan bersama, dan budaya atau faktor gaya hidup. Faktor genetik memainkan peran dalam pembangunan sel kanker. Pola kromosom yang abnormal dan kanker dikaitkan dengan memiliki kromosom ekstra, terlalu sedikit kromosom, atau translokasi kromosom. Kanker tertentu dengan mendasari kelainan genetik termasuk limfoma Burkitt, leukemia myelogenous kronis, meningioma, leukemia akut, retinoblastoma, Wilms tumor, dan kanker kulit ganas termasuk melanoma. Sekitar 5% sampai 10% dari kanker dewasa dan kanak-

4 11 kanak menampilkan kecenderungan pada keluarga. Pada kanker dengan predisposisi keluarga, individu dapat mengembangkan beberapa kanker secara umum, dua atau lebih kerabat tingkat pertama berbagi jenis kanker yang sama. Kanker yang berhubungan dengan warisan keluarga termasuk retinoblastoma, nephroblastoma, pheochromocytoma, neurofibromatosis ganas, payudara, ovarium, kanker endometrium, kolorektal, lambung, prostat, dan paru-paru Faktor makanan Faktor makanan berperan sebagai penyebab kejadian kanker. Zat makanan bisa proaktif, karsinogenik, atau co-karsinogenik. Risiko kanker meningkat dengan mengkonsumsi secara jangka panjang karsinogen atau co-karsinogen atau tidak adanya kronis zat proaktif dalam makanan. Zat makanan yang terkait dapat meningkatkan risiko kanker termasuk lemak, alkohol, daging asap, makanan yang mengandung nitrat dan nitrit, dan asupan makanan kalori tinggi. Zat makanan yang dapat mengurangi risiko kanker termasuk makanan yang tinggi serat, sayuran seperti kubis, brokoli, kembang kol, makanan yang mengandung karotenoid seperti wortel, tomat, dan bayam, makanan yang mengandung vitamin E, C, seng, dan selenium. Obesitas dikaitkan dengan kanker endometrium dan kemungkinan kanker payudara pascamenopause. Obesitas juga dapat meningkatkan risiko untuk kanker usus besar, ginjal, dan kandung empedu Faktor hormonal Pertumbuhan tumor dapat disebabkan oleh gangguan pada hormon penyeimbang, produksi hormon tubuh secara endogen atau dengan pemberian hormon eksogen. Kanker payudara, prostat, dan rahim diperkirakan tergantung

5 12 pada kadar pertumbuhan hormon endogen. Dietilstilbestrol (DES) telah lama dikenal sebagai penyebab karsinoma vagina. Terapi penggantian estrogen yang berkepanjangan terkait dengan peningkatan kejadian hepatoseluler, endometrium, dan kanker payudara. Kombinasi estrogen dan progesteron muncul paling aman dalam menurunkan risiko endometrium kanker. Perubahan hormon reproduksi juga terkait dengan kejadian kanker. 1.3 Tanda dan gejala Menurut American Cancer Society (2013) tanda dan gejala penyakit kanker, yaitu : Demam Demam adalah kejadian yang sangat umum dengan kanker, tetapi lebih sering terjadi setelah kanker telah menyebar dari tempat dimana ia dimulai. Hampir semua pasien dengan kanker akan mengalami demam pada beberapa waktu, terutama jika kanker atau pengobatannya mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Hal ini dapat membuat lebih sulit bagi tubuh untuk melawan infeksi. Paling sering, demam mungkin merupakan tanda awal kanker, seperti kanker darah seperti leukemia atau limfoma Kelelahan Kelelahan yang terjadi tidak dapat segera pulih hanya dengan istirahat. Ini merupakan gejala penting karena pertumbuhan kanker. Hal ini terjadi lebih awal dalam beberapa kanker seperti leukemia. Beberapa kanker kolon atau lambung dapat menyebabkan kehilangan darah. Hal ini merupakan cara kanker untuk dapat menyebabkan kelelahan.

6 Nyeri Nyeri merupakan gejala awal beberapa kanker seperti kanker tulang atau kanker testis. Sakit kepala yang tidak hilang atau menjadi lebih baik dengan pengobata merupakan gejala dari tumor otak. Nyeri punggung dapat merupakan gejala dari kanker usus besar, rektum, atau ovarium. Paling sering nyeri akibat kanker berarti telah menyebar atau bermetastasis dari mana kanker dimulai Perubahan kulit Seiring dengan kanker kulit, beberapa kanker lainnya dapat menyebabkan perubahan kulit yang dapat dilihat. Tanda-tanda dan gejala termasuk: kulit yang tampak gelap (hiperpigmentasi), kulit dan mata berwarna kekuningan (jaundice), kulit kemerahan (eritema), gatal (pruritus), dan pertumbuhan rambut yang berlebihan Perubahan pola buang air besar atau fungsi kandung kemih Sembelit jangka panjang, diare, atau perubahan ukuran tinja mungkin merupakan tanda dari kanker usus besar. Nyeri saat buang air kecil, darah dalam urin, atau perubahan fungsi kandung kemih, seperti perlu buang air lebih sering dari biasanya dapat dikaitkan dengan kandung kemih atau kanker prostat Luka yang tidak kunjung sembuh Kanker kulit dapat berdarah dan terlihat seperti luka yang tidak kunjung sembuh. Sebuah luka yang tidak kunjug sembuh di mulut bisa menjadi kanker mulut. Hal ini harus ditangani dengan segera, terutama pada orang yang merokok, mengunyah tembakau, atau sering minum alkohol. Luka pada penis atau vagina dapat berupa tanda-tanda infeksi atau kanker dini.

7 Bintik-bintik putih di lidah dan mulut Bercak putih di dalam mulut dan bintik-bintik putih di lidah mungkin leukoplakia. Leukoplakia adalah daerah pra-kanker yang disebabkan oleh sering iritasi. Hal ini sering disebabkan oleh merokok atau penggunaan tembakau lainnya. Orang yang merokok pipa atau menggunakan tembakau beresiko tinggi untuk leukoplakia. Jika tidak diobati, leukoplakia bisa menjadi kanker mulut Perdarahan Perdarahan yang tidak biasa bisa terjadi pada kanker dini atau lanjut. Batuk darah di sputum merupakan tanda dari kanker paru-paru. Darah dalam tinja yang dapat terlihat seperti tinja sangat gelap atau hitam bisa menjadi tanda dari usus besar atau kanker rektum. Kanker serviks atau endometrium dapat menyebabkan perdarahan vagina abnormal. Darah dalam urin merupakan tanda dari kandung kemih atau kanker ginjal. Darah yang keluar dari puting tanda kanker payudara Benjolan Banyak kanker dapat dirasakan melalui kulit. Kanker ini kebanyakan terjadi pada payudara, testis, kelenjar getah bening (kelenjar), dan jaringan lunak tubuh. Sebuah benjolan atau penebalan merupakan tanda awal atau akhir dari kanker. Kanker payudara muncul dengan kulit merah atau menebal serta adanya tonjolan. 1.4 Pencegahan kanker Beberapa tahun terakhir ahli medis maupun para peneliti telah menempatkan penekanan yang lebih besar pada pencegahan primer dan sekunder.

8 15 Pencegahan primer bersangkutan dengan mengurangi risiko kanker pada orang sehat sedangkan pencegahan sekunder melibatkan deteksi dan skrining untuk mencapai diagnosis dini dan intervensi yang cepat untuk menghentikan proses kanker (Hinkle & Cheever, 2013). Beberapa hal yang dapat mencegah kanker, yaitu : Pencegahan primer Dengan mengakui sisi pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mendidik masyarakat tentang risiko kanker, perawat di semua bidang memainkan peran kunci dalam pencegahan kanker. Membantu pasien untuk menghindari karsinogen diketahui adalah salah satu cara untuk mengurangi risiko kanker. Cara lain yaitu dengan melibatkan perubahan gaya hidup dimana penelitian menunjukkan perubahan pengaruh pada risiko kanker. Beberapa uji klinis telah dilakukan untuk mengidentifikasi obat yang dapat membantu untuk mengurangi kejadian tertentu jenis kanker. Sebuah studi pencegahan kanker payudara didukung oleh National Cancer Institute telah dilakukan di beberapa pusat kesehatan di seluruh negeri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa obat tamoxifen dapat mengurangi kejadian kanker payudara sebesar 49% pada wanita pascamenopause diidentifikasi sebagai berisiko tinggi untuk kanker payudara. Perawat dapat menggunakan konseling serta keterampilan mereka untuk mendorong pasien untuk berpartisipasi dalam program pencegahan kanker dan untuk mempromosikan gaya hidup sehat (Hinkle & Cheever, 2013).

9 Pencegahan sekunder Pemahaman berkembang tentang peran genetika dalam pembangunan sel kanker telah memberikan kontribusi terhadap upaya pencegahan dan pemeriksaan. Individu yang mewarisi mutasi genetik tertentu memiliki peningkatan kerentanan terhadap kanker. Sebagai contoh, individu yang memiliki keluarga adenomatosis poliposis memiliki peningkatan risiko untuk kanker usus besar. Untuk memberikan pendidikan individual dan rekomendasi untuk terus pengawasan dan perawatan pada populasi berisiko tinggi, perawat perlu mengikuti perkembangan berkelanjutan di bidang genetika dan kanker. Banyak pusat kanker seluruh negeri yang menawarkan evaluasi risiko kanker, program yang inovatif dalam menyediakan skrining dan tindak lanjut untuk individu yang ditemukan berada pada risiko tinggi untuk kanker. Kesadaran masyarakat tentang perilaku untuk meningkatkan kesehatan dapat ditingkatkan dalam berbagai cara yaitu dengan pendidikan kesehatan dan program pemeliharaan kesehatan yang disponsori oleh organisasi masyarakat. Meskipun program pencegahan primer dapat fokus pada bahaya penggunaan tembakau atau pentingnya gizi sedangkan program pencegahan sekunder dapat mempromosikan pemeriksaan payudara serta pemeriksaan dini. Banyak organisasi melakukan kegiatan skrining kanker yang berfokus pada kanker dengan tingkat insiden tertinggi atau mereka yang telah meningkatkan kelangsungan hidup jika didiagnosis dini, seperti payudara atau kanker prostat (Hinkle & Cheever, 2013).

10 Penatalaksanaan Pilihan pengobatan yang ditawarkan untuk pasien kanker harus didasarkan pada tujuan yang realistis dan dapat dicapai untuk setiap jenis kanker tertentu. Berbagai tujuan pengobatan yang mungkin yaitu mencakup penyembuhan, memperpanjang kelangsungan hidup, penahanan pertumbuhan sel kanker, atau menghilangkan gejala terkait dengan penyakit. Menurut Hinkle dan Cheever (2013) penatalaksanan penyakit kanker, meliputi : Pembedahan Operasi pengangkatan seluruh kanker merupakan pilihan yang ideal dan paling sering digunakan sebagai metode pengobatan. Pendekatan bedah tertentu, mungkin berbeda untuk beberapa alasan. Operasi diagnostik adalah metode definitif untuk mengidentifikasi karakteristik seluler yang mempengaruhi semua keputusan pengobatan. Pembedahan merupakan metode primer dalam pengobatan, atau mungkin profilaksis, paliatif, atau rekonstruktif Terapi radiasi Dalam terapi radiasi, radiasi pengion digunakan untuk mengganggu pertumbuhan sel. Lebih dari setengah pasien kanker menerima bentuk terapi radiasi di beberapa titik selama pengobatan. Radiasi dapat digunakan untuk mengobati kanker, seperti pada penyakit Hodgkin, testis seminoma, karsinoma tiroid, kanker lokal dari kepala dan leher, dan kanker serviks. Terapi radiasi juga dapat digunakan untuk mengontrol penyakit ganas ketika tumor tidak dapat diangkat melalui pembedahan atau ketika metastasis nodal lokal ini, atau dapat digunakan sebagai profilaksis untuk mencegah infiltrasi leukemia ke otak atau

11 18 sumsum tulang belakang. Terapi radiasi paliatif digunakan untuk meringankan gejala penyakit metastatik, terutama ketika kanker telah menyebar ke otak, tulang, atau jaringan lunak, atau untuk mengobati keadaan darurat onkologi, seperti superior vena cava syndrome atau kompresi sumsum tulang belakang. Dua jenis pengion sinar radiasi elektromagnetik (sinar-x dan sinar gamma) dan partikel (elektron partikel beta, proton, neutron, dan partikel alpha), dapat menyebabkan gangguan jaringan. Kebanyakan gangguan jaringan berbahaya adalah perubahan molekul DNA dalam sel-sel dari jaringan. Radiasi pengion heliks DNA, menyebabkan kematian sel. Radiasi pengion juga dapat mengionisasi konstituen cairan tubuh, terutama air, yang mengarah pada pembentukan radikal bebas dan ireversibel merusak DNA. Jika DNA tidak mampu memperbaiki, sel akan mati segera atau mungkin memulai membunuh sel (apoptosis) Kemoterapi Pada kemoterapi, agen antineoplastik digunakan dalam upaya untuk menghancurkan sel-sel tumor dengan mengganggu fungsi sel dan reproduksi. Kemoterapi digunakan terutama untuk mengobati sistemik penyakit daripada lesi yang lokal dan untuk operasi atau radiasi. Kemoterapi dapat dikombinasikan dengan operasi atau terapi radiasi, atau keduanya, untuk mengurangi ukuran tumor sebelum operasi, untuk menghancurkan sel-sel tumor yang tersisa pasca operasi, atau untuk mengobati beberapa bentuk leukemia. Tujuan dari kemoterapi penyembuhan, kontrol, dan paliatif harus realistis karena mereka akan menentukan obat yang akan digunakan dan agresivitas rencana pengobatan. Sel membunuh dan siklus sel setiap kali tumor terkena agen kemoterapi, persentase

12 19 sel tumor 20% sampai 99%, tergantung pada dosis hancur. Dosis berulang kemoterapi diperlukan lebih dari satu waktu lama untuk mencapai regresi tumor. Pemberantasan 100% dari tumor hampir mustahil, tapi tujuan pengobatan adalah untuk memberantas tumor sehingga sel tumor yang tersisa dapat dihancurkan oleh sistem kekebalan tubuh Transplantasi sumsum tulang Meskipun operasi, terapi radiasi, dan kemoterapi telah meningkatkan kelangsungan hidup untuk pasien kanker, banyak kanker yang awalnya mengalami kekambuhan. Hal ini berlaku dari kanker hematologi yang mempengaruhi sumsum tulang dan tumor padat kanker diobati dengan dosis yang lebih rendah dari antineoplastics untuk mengampuni sumsum tulang dari yang lebih besar, dosis ablatif kemoterapi atau terapi radiasi. Peran transplantasi sumsum tulang (BMT) untuk keganasan serta beberapa penyakit non ganas terus berkembang. Proses untuk memperoleh sel donor telah berkembang selama beberapa tahun. Sel donor dapat diperoleh dari jaringan sumsum tulang di bawah anestesi umum di ruang operasi. Sebuah metode baru, yang disebut sebagai transplantasi sel induk darah perifer (PBSCT), sudah digunakan secara luas. Metode pengumpulan menggunakan apheresis dari donor untuk mengumpulkan sel yang akan reinfusi. Hal ini dianggap lebih aman dan lebih efektif. Alogenik BMT digunakan terutama untuk penyakit sumsum tulang, tergantung pada ketersediaan leukosit dan antigen yang cocok untuk donor. Keuntungan untuk alogenik BMT adalah bahwa transplantasi sel-sel tidak harus toleran terhadap keganasan dan immunologi

13 20 pasien. Penerima harus menjalani dosis ablatif dari kemoterapi dan mungkin jumlah iradiasi tubuh untuk menghancurkan semua yang ada. Donor dipanen kemudian sumsum diinfuskan secara intravena ke penerima dan perjalanan ke situs dalam tubuh di mana ia menghasilkan sumsum tulang dan menetapkan sendiri. Ini pembentukan sumsum tulang baru yang dikenal sebagai engraftment. Setelah engraftment selesai 2 sampai 4 minggu, sumsum tulang baru menjadi fungsional dan mulai memproduksi sel-sel darah merah, leukosit, dan trombosit Terapi gen Kemajuan teknologi dan informasi yang diperoleh melalui penelitian genetika telah membantu peneliti dan dokter dalam memprediksi, mendiagnosis, dan mengobati kanker. Terapi gen termasuk pendekatan yang memperbaiki cacat genetik atau memanipulasi gen untuk menginduksi kerusakan sel tumor dengan harapan mencegah atau memerangi penyakit. Sel somatik yaitu sel yang tidak terkandung dalam embrio atau dijadikan untuk menjadi terapi gen pada sel telur atau sperma. Jenis terapi melibatkan penyisipan dari gen diinginkan ke dalam sel target. Meskipun terapi gen saat diteliti, peneliti memprediksi itu akan memiliki dampak besar pada perawatan medis dan kesehatan di abad ke-21. Lebih dari 100 uji klinis untuk terapi gen dalam mengobati kanker telah dimulai. Contoh dari salah satu percobaan tersebut melibatkan memasukkan gen supresor tumor p53 dalam sel-sel kanker. Biasanya gen ini bertanggung jawab untuk memperbaiki yang rusak sel atau menyebabkan kematian sel ketika sel tidak dapat diperbaiki. Banyak jenis sel kanker telah bermutasi gen p53 yang kemudian mengarah pertumbuhan sel yang tidak terkendali. Penyisipan gen p53 yang normal dapat

14 21 menyebabkan baik kematian sel kanker atau memperlambat pertumbuhan tumor. Pendekatan ini telah diuji pada kanker paru-paru, kepala dan leher, dan kanker usus besar. 2. Perawatan Paliatif 2.1 Pengertian Perawatan paliatif merupakan perawatan yang diberikan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien yang memiliki penyakit serius atau yang mengancam jiwa, seperti kanker. Tujuan dari perawatan paliatif adalah untuk mencapai kualitas hidup yang baik bagi seseorang yang memiliki hambatan untuk terus hidup akibat suatu penyakit dan memberikan dukungan bagi keluarga (National Cancer Institute, 2010). World Health Organization (2010) menyatakan bahwa perawatan paliatif merupakan perawatan total secara aktif bagi tubuh, pikiran, dan jiwa serta melibatkan pemberian dukungan kepada keluarga. Hal ini dimulai ketika penyakit didiagnosis dan terlepas dari pasien menerima atau tidak menerima pengobatan yang diarahkan pada penyakit. Menurut Becker, (2009) perawatan paliatif merupakan perawatan yang aktif dan holistik dan diberikan sejalan dengan kemajuan penyakit. Perawatan paliatif diberikan dari awal penyakit didiagnosis, menjalani pengobatan, serta kematian dan proses berkabung. Perawatan paliatif mencakup bagaimana memanajemen gejala dan nyeri, memberikan dukungan sosial dan spiritual. Perawatan paliatif merupakan perawatan yang dicapai dengan efektif dengan mengelola rasa sakit dan hal lainnya yang membuat tidak nyaman seperti

15 22 kelelahan, dyspnea, mual, muntah, gelisah, sembelit, anoreksia, depresi, kebingungan, serta menyediakan psikologis dan perawatan spiritual dari awal di diagnosis dan terus sepanjang seluruh program pengobatan dalam kehidupan pasien. Perawatan paliatif tidak berfokus untuk menunda kematian tetapi berusaha untuk membimbing dan membantu pasien serta keluarga dalam membuat keputusan yang dapat memaksimalkan kualitas hidup mereka (Palliative Care Australia, 2014). 2.2 Prinsip Perawatan Paliatif Perawatan paliatif harus tersedia bagi semua orang terlepas dari penyakit mereka. Penyediaan pelayanan harus memiliki fokus tim multidisiplin dan memastikan kesinambungan perawatan bagi pasien dan keluarga. Becker (2009) menyatakan bahwa prinsip-prinsip dasar dalam memberikan perawatan paliatif meliputi : Menghormati dan menghargai pasien serta keluarga. Dalam memberikan perawatan paliatif, perawat harus menghargai dan menghormati keinginan pasien dan keluarga. Berkonsultasi dengan keluarga mengenai rencana perawatan harus menghormati pasien yang sedang sakit dimulai dari awal diagnosa sampai pada tahap pengobatan. Sesuai dengan prinsip menghormati, informasi tentang perawatan paliatif harus tersedia dan keluarga dapat memilih untuk memulai rujukan untuk program perawatan paliatif. Kebutuhan keluarga juga harus diperhatikan baik selama sakit dan setelah kematian pasien untuk mempersiapkan kemampuannya dalam menghadapi cobaan hidup.

16 Kesempatan atau hak untuk mendapatkan kepuasan dan perawatan paliatif yang pantas. Petugas kesehatan harus memberikan kesempatan kepada terapi untuk mengurangi rasa sakit dan gejala fisik lainnya, sehingga memungkinkan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Terapi tersebut mencakup pendidikan, konseling keluarga, dukungan teman sebaya, terapi musik, dukungan spiritual untuk keluarga dan serta perawatan menjelang kematian Mendukung pemberi perawatan (caregiver) Pelayanan perawatan yang profesional harus didukung oleh tim perawatan paliatif, rekan kerja dan institusi untuk penanganan proses berduka dan kematian. Dukungan dari institusi seperti konseling rutin dengan ahli psikologi Pengembangan profesi dan dukungan sosial untuk perawatan paliatif. Peraturan, keuangan, dan pengetahuan sering menjadi hambatan keluarga untuk mendapatkan kesempatan untuk layanan perawatan paliatif. Pendidikan tenaga profesional dan masyarakat dapat mendorong kesadaran perlunya nilai dan perawatan paliatif sehingga hal ini diupayakan untuk mengatasi hambatan dalam memberikan perawatan paliatif. Penyuluhan kepada masyarakat tentang kesadaran akan kebutuhan perawatan dan nilai perawatan paliatif serta usaha untuk mempersiapkan serta memperbaiki hambatan secara ekonomi Pengembangan perawatan paliatif melalui penelitian dan pendidikan. Penelitian klinis mengenai efektivitas dan manfaat dari intervensi perawatan paliatif dan model penyediaan layanan harus dipromosikan. Selain itu,

17 24 informasi tentang perawatan paliatif yang sudah tersedia harus efektif disebarkan dan dimasukkan ke dalam pendidikan dan praktek klinis. 2.3 Tim perawatan paliatif Tim perawatan paliatif merupakan kolaborasi multidisiplin dan biasanya mencakup seorang dokter dan perawatan senior bersama dengan satu atau lebih pekerja sosial dan ahli agama, sebagai tambahan tim tersebut dibantu teman sejawat dari gizi dan rehabilitasi, seperti fisioterapis atau petugas terapi okupasi dan terapis pernafasan (Campbell, 2013). Karena tidak ada satu orang dapat memberikan semua yang diperlukan dalam memberikan dukungan bagi pasien dan keluarga, perawatan paliatif adalah perawatan yang terbaik dengan menggunakan pendekatan multidisipliner. Tim perawatan paliatif terdiri dari dokter, perawat, pekerja sosial beserta dengan apoteker, ahli gizi, pendeta, dan profesional medis lainnya. Anggota tim paliatif juga mencakup pasien dan atau pengasuh keluarganya. Tim perawatan paliatif bekerjasama dengan pengasuh keluarga, dokter yang biasa menangani anggota keluarga, dan orang lain yang terlibat dalam perawatan pasien (Center to Advance Palliative Care, 2013). Menurut Pamela (2005) fokus dari tim perawatan paliatif adalah dukungan tim, perawatan berkualitas, dan memastikan kesinambungan perawatan untuk pasien dan keluarga dari rumah sakit ke rawat jalan, dan kunjungan rumah. Dalam memberikan perawatan paliatif, tim paliatif memiliki standar yaitu harus mencakup mekanisme untuk memastikan transisi yang baik dalam masa perawatan pasien, menyediakan minimal satu orang yang konsisten dalam

18 25 mengasuh pasien, menyediakan tenaga kesehatan yang ahli dan menyediakan perawatan paliatif 24 jam sehari atau 365 hari dalam setahun (American Academy of Pediatric, 2000). Pendekatan 24 jam dalam 7 hari untuk perawatan pasien dengan kebutuhan perawatan paliatif dihargai oleh keluarga, keluarga merasa lebih menjalin hubungan yang erat dengan para tenaga profesional sehingga lebih mudah untuk berbicara mengenai hal-hal yang sulit (Maynard & Lynn, 2014). 2.4 Tempat perawatan paliatif Menurut Hockenberry, Wilson, & Wong (2013) pasien dengan penyakit kronis progresif awalnya menerima layanan perawatan paliatif sebagai koordinasi pelayanan antara pasien rawat jalan dan dokter yang diberikan oleh lembaga masyarakat di rumah. Keadaan lokasi perawatan penyakit penting untuk memfokuskan pada intervensi yang membahas semua aspek pasien dan kenyamanan keluarga. Hal ini memerlukan perhatian untuk kenyamanan fisik pasien dan kebutuhan sosial, emosional dan spiritual pasien serta keluarga. Berdasarkan hasil keputusan oleh pasien dan keluarga mengenai keinginan untuk perawatan, ada beberapa pilihan untuk tempat perawatan yang dapat dipilih keluarga, meliputi : Dirumah sakit Keluarga dapat memilih untuk tetap berada di rumah sakit untuk menerima perawatan jika pasien sakit atau kondisi pasien tidak stabil. Perawatan di rumah bukanlah suatu pilihan jika kondisi pasien dalam keadaan sakit dan memerlukan pengawasan yang ketat. Jika sebuah keluarga memilih untuk tetap

19 26 berada di rumah sakit untuk perawatan terminal pada pasien maka pengaturan kamar harus dibuat seperti keadaan di rumah. Selain itu, dalam memberikan perawatan harus ada rencana yang konsisten dan terkoordinasi dengan melibatkan keluarga Dirumah Beberapa keluarga dapat memilih untuk membawa anggota keluarga mereka ke rumah dengan menerima jasa perawatan di rumah. Umumnya layanan ini memerlukan jadwal kunjungan perawatan untuk memberikan pengobatan, peralatan yang dibutuhkan, atau persediaan obat-obatan. Perawatan di rumah adalah pilihan yang paling sering dipilih oleh keluarga karena pandangan tradisional yang mengharuskan penderita kanker yang memiliki harapan hidup kurang dari 6 bulan maka harus dirawat dekat dengan keluarga Di Hospice care Hospice care merupakan pelayanan kesehatan yang mengkhususkan diri dalam kasus kematian pasien dengan menggabungkan filosofi hospice care dengan prinsip-prinsip perawatan paliatif. Filosofi hospice care menganggap kematian sebagai proses yang alami dan perawatan pasien yang sekarat termasuk pengelolaan kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan spiritual penderita kanker serta keluarga. Layanan di hospice care menyediakan home visit dan kunjungan dari pekerja sosial, pemuka agama, dan dokter. Obat-obatan, peralatan medis dan apapun yang diperlukan semua sudah dikoordinasikan oleh organisasi rumah sakit pemberi perawatan.

20 Peran perawat Perawat memiliki peranan penting dalam memberikan dukungan untuk keluarga di seluruh penyakit penderita kanker, mengelola gejala (Mackenzie & Mac Callam, 2009), menyediakan perawatan yang cukup dan membantu dalam proses berkabung saat pasien meninggal (Davies, 2003). Menurut Matzo & Sherman (2014) peran perawat paliatif meliputi : Praktik di klinik Perawat memiliki kemampuan untuk memahami dan mengevaluasi nyeri beserta keluhan dari nyeri yang dialami pasien. Perawat dapat berkolaborasi dengan tim profesional lainnya dalam mengembangkan dan menerapkan perencanaan perawatan yang komprenhensif. Perawat mengidentifikasi pendekatan baru dalam mengatasi nyeri dan dikembangkan sesuai dengan standar rumah sakit sehingga dapat dipraktekkan sesuai dengan aturan di rumah sakit Pendidik Perawat memahami filosofi yang komplek, etik dan diskusi dalam membantu pasien dan keluarga di dalam penatalaksanaan pasien di klinik sehingga semua tim perawatan dapat mencapai hasil yang baik. Perawat menunjukkan dasar keilmuannya yang meliputi mengatasi nyeri nueropatik, potensi jika terjadi konflik peran dengan profesi lainnya, mengatasi rasa beduka dan kehilangan. Perawat pendidik serta tim perawatan lainnya seperti farmasi, sesuai dengan pedoman dari tim perawatan paliatif maka memberikan perawatan yang khusus dalam mengunakan obat-obatan intravena untuk mengatasi nyeri neuropati yang sulit diatasi.

21 Peneliti Perawat menghasilkan pengetahuan dari hasil sebuah penelitian dan terbukti dalam praktek. Perawat menyelidiki dengan strategi penelitian terpadu dalam pelayan paliatif misalnya penggunaan obat-obatan intravena dalam mengatasi nyeri neuropati Kolaborator Perawat melakukan pengkajian untuk mengkaji bio-psiko-sosial-spiritual serta intervesinya. Perawat membangun hubungan kolaborasi dengan profesi lainnya dengan mengidentifikasi sumber dan kesempatan bekerja. Perawat memfasilitasi dalam mengembangkan anggota dalam pelayanan, dokter dan perawat bekerjasama dengan pasien dan keluarga, tim profesional dan tenaga profesional lainnya dalam rangka mempersiapkan pelayanan dengan hasil yang terbaik Konsultan Perawat berkonsultasi dan berkolaborasi dengan dokter, tim perawatan paliatif, dan komite untuk menentukan strategi pengobatan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan pasien dan keluarga. Dengan mempertahankan kehadiran yang konsisten dengan pasien dan keluarga dan dengan tim perawatan paliatif lainnya, perawat membantu meminimalkan konflik dalam pengambilan keputusan. 2.3 Studi Fenomenologi Penelitian kualitatif adalah suatu cara untuk menggali persepsi manusia dengan berbagai fenomena pengalaman hidup manusia, sehingga penelitian

22 29 kualitatif sangat relevan untuk digunakan pada bidang keilmuan (Streubert & Carpenter, 2013). Salah satu pendekatan yang digunakan pada penelitian kualitatif adalah pendekatan fenomenologi. Metode ini merupakan suatu pendekatan untuk menggali makna dari gambaran pengalaman hidup seseorang (Streubert & Carpenter, 2013). Creswell (2012) menyatakan bahwa studi fenomenologi bertujuan untuk mempelajari, mengembangkan atau menemukan pengetahuan dengan menggunakan pendekatan ilmiah dalam memberikan makna atau menginterpretasikan berdasarkan beberapa hal yang berarti bagi manusia. Selain itu, pendekatan fenomenologi ini bertujuan untuk memahami respon seluruh manusia terhadap suatu atau sejumlah peristiwa dan memberikan gambaran terhadap makna sebuah pengalaman yang dialami beberapa individu dalam situasi yang dialami. Pendekatan fenomenologi digunakan ketika sedikit sekali defenisi atau konsep terhadap suatu fenomena yang akan diteliti. Tujuan penelitian fenomenologi sepenuhnya adalah untuk memahami arti peristiwa dan menggambarkan pengalaman hidup dan persepsi yang muncul (Polit & Beck, 2012). Pendekatan fenomenologi terdiri dari dua jenis yaitu fenomenologi deskriptif dan fenomenologi interpretif (Beck, 2013). Jenis fenomenologi yang pertama adalah fenomenologi deskriptif, dikembangkan oleh Husserl pada tahun Jenis penelitian ini menekankan pada deskripsi tentang pengalaman yang dialami oleh manusia. Penelitian ini memiliki empat langkah, yaitu bracketing, intuiting, analyzing, dan describing.

23 30 Langkah pertama yaitu bracketing. Bracketing adalah proses mengidentifikasi dan mengurungkan keyakinan yang terbentuk sebelumnya serta opini yang objektif tentang fenomena yang diteliti. Bracketing adalah tidak mencampurkan asumsi, pikiran atau opini-opini peneliti kedalam fenomena yang diteliti (Streubert & Carpenter, 2013). Langkah selanjutnya adalah intuiting. Intuiting yaitu memulai kontak dan memahami fenomena yang diteliti, dengan mendengar, melihat, berimajinasi dan peka terhadap adanya variasi fenomena. Pada tahap intuiting peneliti masuk secara total kedalam peristiwa atau data dan mencoba memahami peristiwa (Streubert & Carpenter, 2013). Pada tahap berikutnya adalah analyzing. Pada tahap ini peneliti mengindentifikasi arti atau makna dari fenomena yang telah digali atau mengeksplor hubungan serta keterkaitan antar fenomena yang diteliti dengan fenomena lain yang berkaitan (Streubert & Carpenter, 2013). Langkah terakhir yaitu describing. Describing merupakan suatu upaya mendeskripsikan, mengartikan dan mengkomunikasikan hasil penelitian. Peneliti membuat narasi yang luas dan mendalam tentang fenomena yang diteliti (Streubert & Carpenter, 2013). Proses analisis data untuk fenomenlogi deskriptif adalah Collaizi, Giorgi, dan Van Kaam. Ketiga fenenomenologis tersebut berpedoman pada filosofi Husserl yang mana fokus utamanya adalah mengetahui gambaran sebuah fenomena (Beck, 2013)

24 31 Jenis fenomenologi yang kedua adalah fenomenologi interpretif. Fenomenologi interpretif dikembangkan oleh Heidegger. Jenis penelitian ini menekankan pada pemahaman dan penafsiran, tidak sekedar deskripsi pengalaman manusia. Penelitian interpretif bertujuan untuk menemukan pemahaman dari makna pengalaman hidup dengan cara masuk ke dalam dunia partisipan (Beck, 2013). Fenomenologis yang berpedoman pada fenomenologi interpretif adalah Van Manen. Van Manen menekankan bahwa pendekatan fenomenologi tidak terpisah dari praktik menulis. Penulis hasil analisa kualitatif merupakan suatu upaya untuk memahami dan mengenali makna hidup dari fenomena yang diteliti yang dituangkan dalam bentuk teks tertulis. Teks tertulis yang dibuat oleh peneliti harus dapat mengarahkan pemahaman pembaca dalam memahami fenomena tersebut. Van Manen juga mengatakan identifikasi tema dari deskripsi partisipan tidak hanya diperoleh dari teks tertulis hasil transkrip wawancara, tetapi juga diperoleh dari sumber artistik lain seperti literatur, musik, lukisan, dan seni lainnya yang dapat menyediakan wawasan bagi peneliti dalam melakukan interpretasi dan pencarian makna dari suatu fenomena (Beck, 2013). Sumber data dalam studi fenomenologi berasal dari perbincangan yang cukup dalam (in-depth interview) antara peneliti dan partisipan dimana peneliti membantu partisipan untuk menggambarkan pengalaman hidupnya tanpa adanya suatu diskusi. Melalui perbincangan yang cukup dalam peneliti berusaha untuk menggali informasi sebanyak mungkin dari partisipan (Polit & Beck, 2012).

25 32 Dalam studi fenomenologi, jumlah partisipan yang terlibat adalah 10 orang atau lebih sedikit. Partisipan yang terlibat dalam penelitian ini akan dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Dalam hal ini, partisipan harus memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti (Polit & Beck, 2012). Hasil penelitian dalam studi fenomenologi diperoleh melalui proses analisa data. Collaizi (1978 dalam Polit & Beck, 2012) menyatakan ada tujuh langkah yang harus dilalui untuk menganalisa data. Proses analisa data tersebut meliputi (1) membaca transkrip wawancara untuk mendapatkan perasaan mereka; (2) meninjau setiap transkrip dan menarik peryataan yang signifikan; (3) menguraikan makna dari setiap pernyataan yang signifikan dan memilih kata kuncinya; (4) mengelompokkan makna-makna tersebut kedalam kelompokkelompok tema; (5) mengintegrasikan kedalam bentuk transkrip; (6) memformulasikan deskripsi lengkap dari fenomena yang diteliti sebagai identifikasi pernyataan; (7) memvalidasi apa yang telah ditemukan kepada partisipan sebagai tahap validasi akhir. Penelitian kualitatif termasuk fenomenologi perlu ditingkatkan kualitas dan integritas dalam proses penelitiannya, sehingga perlu diperiksa bagaimana tingkat keabsahan data pada penelitian kualitatif termasuk fenomenologi. Lincoln dan Guba (1985 dalam Polit & Beck, 2012) menyatakan bahwa untuk memperoleh hasil penelitian yang dapat dipercaya maka data divalidasi dengan 4 kriteria yaitu: (1) credibility (dapat dipercaya); (2) dependability (konsisten); (3)

26 33 confirmability (persetujuan relevansi); dan (4) transferability (bisa digunakan pada konteks lain). Credibility meliputi keyakinan terhadap kebenaran data dan interpretasinya. Kredibilitas yang tinggi tercapai jika partisipan yakin dan mengenali dengan benar tentang hal-hal yang diceritakannya. Tujuan prosedur ini adalah untuk memvalidasi keakuratan hasil laporan transkrip kepada partisipan terhadap apa yang telah diceritakan tentang pengalamannya. Dependability merupakan suatu bentuk kestabilan data pada setiap waktu dan kondisi. Dependability dilakukan dengan melibatkan pembimbing penelitian atau pakar penelaahan data. Pembimbing merupakan eksternal viewer yang berfungsi untuk memeriksa hasil pengolahan data yang dilakukan peneliti. Confirmability mengandung makna bahwa sesuatu hal dinilai secara objektif dan netral, dimana ada beberapa orang independen yang menilai data-data yang telah dikumpulkan oleh peneliti. Prinsip confirmability dilakukan dengan cara mendiskusikan hasil penelitian berupa tema-tema yang telah didapatkan kepada ahli dalam penelitian ini yaitu pembimbing. Transferability merupakan bentuk validitas eksternal yang menunjukkan derajat ketepatan sehingga hasil penelitian dapat diterapkan pada setting dan kelompok yang berbeda pada populasi yang sama. Seorang peneliti harus dapat menyediakan deskripsi data dengan rinci, jelas, sistematis dan mudah dimengerti pada laporan penelitiannya sehingga pengguna lainnya dapat mengevaluasi data kedalam konteks yang lain.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tidak terkontrolnya pertumbuhan dan penyebaran sel-sel abnormal. Jika

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tidak terkontrolnya pertumbuhan dan penyebaran sel-sel abnormal. Jika 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kanker 2.1.1 Pengertian Kanker adalah sebuah kumpulan penyakit yang dikarakterisasikan dengan tidak terkontrolnya pertumbuhan dan penyebaran sel-sel abnormal. Jika penyebaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menginduksi pertumbuhan dan pembelahan sel. tubuh tidak membutuhkan sel untuk membelah.

BAB 1 PENDAHULUAN. menginduksi pertumbuhan dan pembelahan sel. tubuh tidak membutuhkan sel untuk membelah. BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Schneider (2010) menyatakan kanker merupakan suatu peristiwa molekuler yang mengubah sifat normal sel. Dalam sel-sel kanker, sistem kontrol normal yang mencegah pertumbuhan

Lebih terperinci

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Leukemia Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sumsum tulang dan sel-sel darah putih. Leukemia merupakan salah satu dari sepuluh kanker pembunuh teratas di Hong Kong, dengan sekitar 400 kasus baru

Lebih terperinci

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9 Kanker Paru-Paru Kanker paru-paru merupakan kanker pembunuh nomor satu di Hong Kong. Ada lebih dari 4.000 kasus baru kanker paru-paru dan sekitar 3.600 kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini setiap

Lebih terperinci

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Payudara Kanker payudara merupakan kanker yang paling umum diderita oleh para wanita di Hong Kong dan negara-negara lain di dunia. Setiap tahunnya, ada lebih dari 3.500 kasus kanker payudara baru

Lebih terperinci

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Defenisi Pengetahuan Pengetahuan berarti segala sesuatu yang diketahui. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016) pengetahuan adalah kepandaian yang berkenaan

Lebih terperinci

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Serviks. Cervical Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Serviks Kanker serviks merupakan penyakit yang umum ditemui di Hong Kong. Kanker ini menempati peringkat kesepuluh di antara kanker yang diderita oleh wanita dengan lebih dari 400 kasus baru setiap

Lebih terperinci

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Prostat Kanker prostat merupakan tumor ganas yang paling umum ditemukan pada populasi pria di Amerika Serikat, dan juga merupakan kanker pembunuh ke-5 populasi pria di Hong Kong. Jumlah pasien telah

Lebih terperinci

Limfoma. Lymphoma / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Limfoma. Lymphoma / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Limfoma Limfoma merupakan kanker pada sistem limfatik. Penyakit ini merupakan kelompok penyakit heterogen dan bisa diklasifikasikan menjadi dua jenis utama: Limfoma Hodgkin dan limfoma Non-Hodgkin. Limfoma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Definisi sehat sendiri ada beberapa macam. Menurut World Health. produktif secara sosial dan ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN. Definisi sehat sendiri ada beberapa macam. Menurut World Health. produktif secara sosial dan ekonomis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan dambaan setiap manusia. Kesehatan menjadi syarat utama agar individu bisa mengoptimalkan potensi-potensi yang dimilikinya. Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker atau karsinoma merupakan istilah untuk pertumbuhan sel abnormal dengan kecepatan pertumbuhan melebihi normal dan tidak terkontrol. (World Health Organization,

Lebih terperinci

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Apakah kanker rahim itu? Kanker ini dimulai di rahim, organ-organ kembar yang memproduksi telur wanita dan sumber utama dari hormon estrogen dan progesteron

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di Indonesia (Anonim, 2008b). Di dunia, 12%

Lebih terperinci

Kanker Prostat - Gambaran gejala, pengujian, dan pengobatan

Kanker Prostat - Gambaran gejala, pengujian, dan pengobatan Kanker Prostat - Gambaran gejala, pengujian, dan pengobatan Apakah kanker Prostat itu? Kanker prostat berkembang di prostat seorang pria, kelenjar kenari berukuran tepat di bawah kandung kemih yang menghasilkan

Lebih terperinci

InfoDATIN SITUASI PENYAKIT KANKER. 4 Februari-Hari Kanker Sedunia PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI

InfoDATIN SITUASI PENYAKIT KANKER. 4 Februari-Hari Kanker Sedunia PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI PENYAKIT KANKER 4 Februari-Hari Kanker Sedunia SITUASI PENYAKIT KANKER Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat pada jaringan payudara, bisa berasal dari komponen kelenjarnya (epitel maupun lobulusnya) dan

Lebih terperinci

Pada saat menjalani pengobatan, keadaan penderita dinilai untuk melihat respon kanker terhadap pengobatan.

Pada saat menjalani pengobatan, keadaan penderita dinilai untuk melihat respon kanker terhadap pengobatan. Pengobatan Kanker DEFINISI RESPON TERHADAP PENGOBATAN Pada saat menjalani pengobatan, keadaan penderita dinilai untuk melihat respon kanker terhadap pengobatan. Pengobatan yang paling berhasil menyebabkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di negara berkembang seperti Indonesia. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran kanker tidak terkontrol,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan salah satu penyakit kronik yang paling banyak ditemukan pada wanita dan ditakuti karena sering menyebabkan kematian. Angka kematian akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkendali. Kanker menyerang semua manusia tanpa mengenal umur, jenis

BAB I PENDAHULUAN. terkendali. Kanker menyerang semua manusia tanpa mengenal umur, jenis BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kanker serviks semakin hari menjadi salah satu penyakit yang semakin meresahkan manusia. Kanker diperkirakan menjadi salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dengan penyakit kronis pada stadium lanjut tidak hanya mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pasien dengan penyakit kronis pada stadium lanjut tidak hanya mengalami BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit kronik merupakan suatu kondisi dimana terjadi keterbatasan pada kemampuan fisik, psiologis dan kognitif dalam melakukan fungsi harian, atau kondisi yang memerlukan

Lebih terperinci

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini?

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini? Kanker Serviks Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, penyakit kanker serviks merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Di dunia, setiap dua menit seorang wanita meninggal dunia akibat kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum

Lebih terperinci

Kanker Darah Pada Anak Wednesday, 06 November :54

Kanker Darah Pada Anak Wednesday, 06 November :54 Leukemia adalah kondisi sel-sel darah putih yang lebih banyak daripada sel darah merah tapi sel-sel darah putih ini bersifat abnormal. Leukemia terjadi karena proses pembentukan sel darahnya tidak normal.

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor A. DEFINISI Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi anak-anak juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi anak-anak juga dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyakit pembunuh terbesar di dunia. Kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi anak-anak juga dapat beresiko terkena kanker. Kanker

Lebih terperinci

Bagi pria, kewaspadaan juga harus diterapkan karena kanker payudara bisa menyerang

Bagi pria, kewaspadaan juga harus diterapkan karena kanker payudara bisa menyerang Gejala Kanker Payudara dan Penyebabnya Pada wanita khususnya, payudara adalah salah satu organ paling pribadi. Penting artinya memeriksa kondisi payudara secara berkala. Benjolan, penebalan, dan perubahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian pasien penerima bantuan iuran. secara langsung maupun tidak langsung di Rumah sakit.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian pasien penerima bantuan iuran. secara langsung maupun tidak langsung di Rumah sakit. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PASIEN PENERIMA BANTUAN IURAN 2.1.1.Pengertian pasien penerima bantuan iuran Undang-undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit menyebutkan bahwa pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker payudara adalah pertumbuhan sel yang abnormal pada jaringan payudara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker payudara adalah pertumbuhan sel yang abnormal pada jaringan payudara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara adalah pertumbuhan sel yang abnormal pada jaringan payudara seseorang, yang bersifat buruk, sifat tumbuhnya sangat cepat, merusak, menyebar dan menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penyakit kanker merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Penyakit ini berkembang semakin cepat. Di dunia ini, diperkirakan lebih dari 1 juta orang menderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara adalah keganasan yang terjadi pada sel-sel yang terdapat pada jaringan payudara, bisa berasal dari komponen kelenjar lemak, pembuluh darah, dan persyarafan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. abnormal yang melibatkan kerusakan pada sel-sel DNA (Deoxyribonucleic Acid).

BAB I PENDAHULUAN. abnormal yang melibatkan kerusakan pada sel-sel DNA (Deoxyribonucleic Acid). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah penyakit dari sel-sel tubuh yang berkembang secara abnormal yang melibatkan kerusakan pada sel-sel DNA (Deoxyribonucleic Acid). Penyakit ini juga dinamakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era sekarang ini banyak penyakit yang membuat resah masyarakat, salah satunya yaitu penyakit kanker. Data dari World Health Organization dan Serikat Pengendalian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kanker 2.1.1 Definisi kanker Kanker adalah penyakit yang perkembangannya didorong oleh serangkaian perubahan genetik yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Kanker

Lebih terperinci

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI 1 BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI TUGAS I Disusun untuk memenuhi tugas praktikum brosing artikel dari internet HaloSehat.com Editor SHOBIBA TURROHMAH NIM: G0C015075 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua terbesar setelah penyakit infeksi. Pada tahun-tahun terakhir ini tampak adanya peningkatan kasus kanker disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. tahun dan penyebab kematian kedua pada kelompok anak usia 5-14 tahun (Minino

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. tahun dan penyebab kematian kedua pada kelompok anak usia 5-14 tahun (Minino BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kanker merupakan penyakit keganasan yang menjadi salah satu penyebab kematian terbesar. Penyakit kanker tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Kanker

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada usia 6-12 tahun. Dimana anak ketika dalam keadaan sakit akan. masalah maupun kejadian yang bersifat menekan.

BAB 1 PENDAHULUAN. pada usia 6-12 tahun. Dimana anak ketika dalam keadaan sakit akan. masalah maupun kejadian yang bersifat menekan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan periode dalam kehidupan yang dimulai pada usia 6-12 tahun. Dimana anak ketika dalam keadaan sakit akan menimbulkan krisis pada kehidupannya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah sekelompok penyakit kompleks yang dicirikan dengan dengan pertumbuhan dan penyebaran sel abnormal yang tidak terkontrol. Kanker dapat terjadi dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa lima besar karsinoma di dunia adalah karsinoma paru-paru, karsinoma mamae, karsinoma usus besar dan karsinoma lambung

Lebih terperinci

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15

Penyebab, Gejala, dan Pengobatan Kanker Payudara Thursday, 14 August :15 Kanker payudara adalah penyakit dimana selsel kanker tumbuh di dalam jaringan payudara, biasanya pada ductus (saluran yang mengalirkan ASI ke puting) dan lobulus (kelenjar yang membuat susu). Kanker atau

Lebih terperinci

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan Sariawan Neng...! Kata-kata itu sering kita dengar pada aneka iklan suplemen obat panas yang berseliweran di televisi. Sariawan, gangguan penyakit pada rongga mulut, ini kadang ditanggapi sepele oleh penderitanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. selalu bergerak di luar sadar manusia. Artinya, manusia tidak sadar akan menderita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. selalu bergerak di luar sadar manusia. Artinya, manusia tidak sadar akan menderita 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penyakit kanker merupakan kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kepala dan leher adalah penyebab kematian akibat kanker tersering

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kepala dan leher adalah penyebab kematian akibat kanker tersering 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kanker kepala dan leher adalah penyebab kematian akibat kanker tersering kedelapan di seluruh dunia. Insiden penyakit ini memiliki variasi pada wilayah dan ras yang

Lebih terperinci

Kadang kanker paru (terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel alveolar) terjadi pada orang

Kadang kanker paru (terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel alveolar) terjadi pada orang Kanker Paru DEFINISI Sebagian besar kanker paru-paru berasal dari sel-sel di dalam paru-paru; tetapi kanker paru-paru bisa juga berasal dari kanker di bagian tubuh lainnya yang menyebar ke paru-paru. Kanker

Lebih terperinci

Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis

Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis Apakah hepatitis? Hepatitis adalah peradangan hati. Ini mungkin disebabkan oleh obat-obatan, penggunaan alkohol, atau kondisi medis tertentu. Tetapi dalam banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di seluruh dunia kanker serviks atau kanker leher rahim menempati urutan ketujuh dari seluruh kejadian keganasan pada manusia (Cancer Research United Kingdom, 2010).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization, 2014). Data proyek Global Cancer (GLOBOCAN) dari

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization, 2014). Data proyek Global Cancer (GLOBOCAN) dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker serviks merupakan salah satu bentuk kanker pada perempuan yang paling mematikan di dunia tetapi paling mudah untuk dicegah ( World Health Organization,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meluas ke rongga mulut. Penyakit-penyakit didalam rongga mulut telah menjadi perhatian

BAB I PENDAHULUAN. meluas ke rongga mulut. Penyakit-penyakit didalam rongga mulut telah menjadi perhatian BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Masalah kesehatan gigi dewasa ini tidak hanya membahas gigi geligi saja, tetapi telah meluas ke rongga mulut. Penyakit-penyakit didalam rongga mulut telah menjadi

Lebih terperinci

KANKER PAYUDARA dan KANKER SERVIKS

KANKER PAYUDARA dan KANKER SERVIKS KANKER PAYUDARA dan KANKER SERVIKS OLEH : Dr. EMI RACHMAWATI. CH PUSAT KLINIK DETEKSI DINI KANKER GRAHA YAYASAN KANKER INDONESIA WILAYAH DKI JL.SUNTER PERMAI RAYA No.2 JAKARTA UTARA 14340 Pendahuluan Kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak

BAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kelainan siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker kolorektal adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Hal ini dikarenakan kanker kolorektal menyumbang 9% dari semua kejadian kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kata kanker merupakan kata yang paling menakutkan di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Kata kanker merupakan kata yang paling menakutkan di seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata kanker merupakan kata yang paling menakutkan di seluruh dunia. Satu dari empat kematian yang terjadi di Amerika Serikat disebabkan oleh penyakit kanker (Nevid et

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak semua manusia yang harus dijaga,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak semua manusia yang harus dijaga, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak semua manusia yang harus dijaga, dipelihara, dan dibina sebaik-baiknya sehingga dapat tercapai kualitas hidup yang baik. World Health Organisation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan holistik adalah pemberian asuhan keperawatan untuk. kesejahteraan bio-psiko-sosial dan spiritual individu, keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan holistik adalah pemberian asuhan keperawatan untuk. kesejahteraan bio-psiko-sosial dan spiritual individu, keluarga dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan holistik adalah pemberian asuhan keperawatan untuk kesejahteraan bio-psiko-sosial dan spiritual individu, keluarga dan masyarakat. Keperawatan holistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Regina Lorinda, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Regina Lorinda, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kanker adalah pertumbuhan dan penyebaran sel secara tidak terkendali, sering menyerang jaringan di sekitarnya dan dapat bermetastasis atau menyebar ke organ

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak menular. Menurut Depkes RI, 2003 (dalam Tanjung 2012) Pada akhir abad 20

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak menular. Menurut Depkes RI, 2003 (dalam Tanjung 2012) Pada akhir abad 20 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman yang serba modern seperti sekarang ini banyak penyakit yang bermunculan dan di derita oleh manusia, seperti penyakit menular ataupun penyakit tidak menular.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Payudara merupakan salah satu bagian tubuh wanita yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Payudara merupakan salah satu bagian tubuh wanita yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payudara merupakan salah satu bagian tubuh wanita yang memiliki kedudukan istimewa baik secara lahir maupun batin. Bagian tubuh ini memainkan peran dalam identitas

Lebih terperinci

Panduan Pasien: Terapi Radiasi Selektif Internal (SIRT) untuk tumor hati menggunakan mikrosfer SIR-Spheres

Panduan Pasien: Terapi Radiasi Selektif Internal (SIRT) untuk tumor hati menggunakan mikrosfer SIR-Spheres Panduan Pasien: Terapi Radiasi Selektif Internal (SIRT) untuk tumor hati menggunakan mikrosfer SIR-Spheres RADIOTERAPI DIHANTARKAN KE TUMOR HATI SIR-Spheres merupakan merek dagang terdaftar dari Sirtex

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan

BAB 6 PEMBAHASAN. tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan BAB 6 PEMBAHASAN 6.1. Karakteristik subyek penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata usia sampel penelitian 47,2 tahun, usia termuda 18 tahun dan tertua 68 tahun. Hasil ini sesuai dengan penelitian

Lebih terperinci

Kanker - Makanan Utama yang melawan Kanker

Kanker - Makanan Utama yang melawan Kanker Kanker - Makanan Utama yang melawan Kanker Melawan Kanker dengan kombinasi makanan Tidak ada makanan tunggal dapat mengurangi resiko kanker, tetapi kombinasi makanan yang tepat dapat membantu membuat perbedaan.

Lebih terperinci

BAB XXIV. Kanker dan Tumor. Kanker. Masalah pada leher rahim. Masalah pada rahim. Masalah pada payudara. Masalah pada indung telur

BAB XXIV. Kanker dan Tumor. Kanker. Masalah pada leher rahim. Masalah pada rahim. Masalah pada payudara. Masalah pada indung telur BAB XXIV Kanker dan Tumor Kanker Masalah pada leher rahim Masalah pada rahim Masalah pada payudara Masalah pada indung telur Jenis kanker lain yang sering ditemukan Ketika kanker tidak dapat disembuhkan

Lebih terperinci

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:

Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya: ASKEP CA OVARIUM A. Pengertian Kanker Indung telur atau Kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. serta dapat menjalar ke ke tempat yang jauh dari asalanya yang disebut metastasis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. serta dapat menjalar ke ke tempat yang jauh dari asalanya yang disebut metastasis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai pertumbuhan sel yang tidak normal atau terus menerus dan tidak terkendali, dapat merusak jaringan sekitarnya serta dapat

Lebih terperinci

2 pertama kehidupan Bayi. Menyusui menurunkan risiko infeksi akut seperti diare, pnemonia, infeksi telinga, haemophilus influenza, meningitis dan infe

2 pertama kehidupan Bayi. Menyusui menurunkan risiko infeksi akut seperti diare, pnemonia, infeksi telinga, haemophilus influenza, meningitis dan infe TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjlasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 58) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebar pada organ tubuh yang lain (Savitri et al, 2015). Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. menyebar pada organ tubuh yang lain (Savitri et al, 2015). Penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah penyakit yang timbul akibat pertumbuhan tidak normal sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker dan bersifat menyebar pada organ tubuh yang lain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker adalah pertumbuhan dan penyebaran sel secara tidak terkendali, sering menyerang jaringan disekitarnya dan dapat bermetastatis atau menyebar keorgan lain (WHO,

Lebih terperinci

VIRUS HEPATITIS B. Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage. Oleh AROBIYANA G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

VIRUS HEPATITIS B. Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage. Oleh AROBIYANA G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN 1 VIRUS HEPATITIS B Untuk Memenuhi Tugas Browsing Artikel Webpage Oleh AROBIYANA G0C015009 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNUVERSITAS MUHAMADIYAH SEMARANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULIAN. Keperawatan holistik adalah pemberian asuhan keperawatan untuk. kesejahteraan bio-psikososial dan spiritual individu, keluarga dan

BAB 1 PENDAHULIAN. Keperawatan holistik adalah pemberian asuhan keperawatan untuk. kesejahteraan bio-psikososial dan spiritual individu, keluarga dan BAB 1 PENDAHULIAN 1.1 Latar Belakang Keperawatan holistik adalah pemberian asuhan keperawatan untuk kesejahteraan bio-psikososial dan spiritual individu, keluarga dan masyarakat. Keperawatan holistik berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan yaitu fisik, psikologis, dan sosial. Leukemia adalah kanker yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan yaitu fisik, psikologis, dan sosial. Leukemia adalah kanker yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Leukemia merupakan penyakit kanker sistemik yang menyerang sel darah putih yang dapat menimbulkan berbagai masalah pada semua aspek kehidupan yaitu fisik, psikologis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian setelah penyakit kardiovaskuler. Sementara itu, di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kematian setelah penyakit kardiovaskuler. Sementara itu, di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh manusia terdiri dari bermilyar-milyar sel. Sel merupakan satuan hidup yang paling kecil yang sanggup hidup mandiri. Mekanisme pertumbuhan sel ini teratur dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan salah satu penyakit yang dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan jumlah penderitanya dengan cukup signifikan. Padahal kanker adalah penyakit yang

Lebih terperinci

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : Yustina Permanawati F 100 050 056 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel abnormal. Kanker disebabkan oleh faktor eksternal (tembakau,

Lebih terperinci

BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID. termasuk untuk penyakit kanker kepala dan leher seperti karsinoma tiroid.

BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID. termasuk untuk penyakit kanker kepala dan leher seperti karsinoma tiroid. BAB 2 RADIOTERAPI KARSINOMA TIROID Dalam dunia medis, radioterapi sudah menjadi perawatan yang sangat umum digunakan. Penggunaannya pun dilakukan untuk berbagai macam penyakit kanker termasuk untuk penyakit

Lebih terperinci

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia akibat kanker, baik pada pria maupun wanita di dunia. Di seluruh dunia, kematian akibat kanker paru sendiri

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit degeneratif. Transisi epidemiologi ini salah satunya dipengaruhi oleh pola

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit degeneratif. Transisi epidemiologi ini salah satunya dipengaruhi oleh pola BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola penyakit dewasa ini bergeser dari penyakit menular dan masalah gizi ke penyakit degeneratif. Transisi epidemiologi ini salah satunya dipengaruhi oleh pola masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa dewasa. Menurut Hurlock (1999), masa dewasa awal dimulai pada umur 18 40 tahun, saat perubahan

Lebih terperinci

BAB 2 TUMOR. semua jaringan tubuh manusia pada berbagai keadaan sel untuk berkembang biak.

BAB 2 TUMOR. semua jaringan tubuh manusia pada berbagai keadaan sel untuk berkembang biak. BAB 2 TUMOR 2.1 Definisi Tumor Sel mempunyai tugas utama yaitu bekerja dan berkembang biak. Bekerja bergantung kepada aktivitas sitoplasma sedangkan berkembang biak bergantung pada aktivitas intinya. Proliferasi

Lebih terperinci

HIPOKALSEMIA DAN HIPERKALSEMIA. PENYEBAB Konsentrasi kalsium darah bisa menurun sebagai akibat dari berbagai masalah.

HIPOKALSEMIA DAN HIPERKALSEMIA. PENYEBAB Konsentrasi kalsium darah bisa menurun sebagai akibat dari berbagai masalah. 1. Hipokalsemia HIPOKALSEMIA DAN HIPERKALSEMIA Hipokalsemia (kadar kalsium darah yang rendah) adalah suatu keadaan dimana konsentrasi kalsium di dalam darah kurang dari 8,8 mgr/dl darah. PENYEBAB Konsentrasi

Lebih terperinci

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global, kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM) diperkirakan akan terus meningkat di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan wawancara Riskesdas 2013 didapatkan prevalensi penderita kanker pada penduduk semua umur di Indonesia sebesar 1,4% per 1000 penduduk, dengan prevalensi kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saluran pencernaan (gastrointestinal, GI) dimulai dari mulut sampai anus. Fungsi saluran pencernaan adalah untuk ingesti dan pendorongan makanan, mencerna makanan, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hockenberry, Wilson, Winkelstein & Schwartz, 2008; American Cancer. sisanya sebagian besar AML (Rudolph, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Hockenberry, Wilson, Winkelstein & Schwartz, 2008; American Cancer. sisanya sebagian besar AML (Rudolph, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Leukemia adalah sekumpulan penyakit yang ditandai oleh adanya akumulasi leukosit ganas dalam sumsum tulang dan darah (Hoffbrand, Pettit & Moss, 2005). Leukemia merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. putih (leukosit). Eritrosit berperan dalam transpor oksigen dan. Sebagian dari sel-sel leukosit bersifat fagositik, yaitu memakan dan

I. PENDAHULUAN. putih (leukosit). Eritrosit berperan dalam transpor oksigen dan. Sebagian dari sel-sel leukosit bersifat fagositik, yaitu memakan dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Darah merupakan komponen yang berfungsi dalam sistem transportasi pada tubuh hewan tingkat tinggi. Jaringan cair ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian cair yang disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) (WHO), Setiap tahun jumlah penderita kanker payudara bertambah sekitar tujuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) (WHO), Setiap tahun jumlah penderita kanker payudara bertambah sekitar tujuh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Salah satu jenis kanker yang paling ditakuti oleh para wanita adalah kanker payudara (Rahmah, 2009). Menurut data organisasi kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Payudara atau kelenjar mammae merupakan pelengkap alat reproduksi wanita dan

BAB I PENDAHULUAN. Payudara atau kelenjar mammae merupakan pelengkap alat reproduksi wanita dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Payudara atau kelenjar mammae merupakan pelengkap alat reproduksi wanita dan berfungsi memproduksi susu untuk nutrisi. Terletak diantara tulang iga kedua dan keenam

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tubuh kita terdiri dari sel-sel yang selalu tumbuh. Kadang-kadang pertumbuhan tersebut tidak terkontrol dan membentuk suatu gumpalan. Kebanyakan tidak menimbulkan bahaya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari setengahnya terdapat di negara berkembang, sebagian besar dari

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari setengahnya terdapat di negara berkembang, sebagian besar dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini jumlah penderita kanker di seluruh dunia semakin meningkat. Dari kasus kanker baru yang jumlahnya diperkirakan sembilan juta setiap tahun lebih dari setengahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi kesehatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat berarti dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi kesehatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat berarti dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi kesehatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat berarti dalam beberapa dekade terakhir. Perkembangan ini memperlihatkan dampak dari ekspansi penyediaan

Lebih terperinci

Pendahuluan. Etiologi dan Epedimiologi

Pendahuluan. Etiologi dan Epedimiologi Pendahuluan Kanker mata adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan berbagai jenis tumor yang terjadi di berbagai bagian mata. Hal ini terjadi ketika sel-sel dalam atau di sekitar mata berubah

Lebih terperinci

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

Mengenal Penyakit Kelainan Darah Mengenal Penyakit Kelainan Darah Ilustrasi penyakit kelainan darah Anemia sel sabit merupakan penyakit kelainan darah yang serius. Disebut sel sabit karena bentuk sel darah merah menyerupai bulan sabit.

Lebih terperinci

Jangan Sembarangan Minum Antibiotik

Jangan Sembarangan Minum Antibiotik Jangan Sembarangan Minum Antibiotik Beragamnya penyakit infeksi membuat kebanyakan orang segera berobat ke dokter meski hanya penyakit ringan. Rasanya tidak puas jika dokter tidak memberi obat apapun dan

Lebih terperinci

Sehat merupakan kondisi yang ideal secara fisik, psikis & sosial, tidak terbatas pada keadaan bebas dari penyakit dan cacad (definisi WHO)

Sehat merupakan kondisi yang ideal secara fisik, psikis & sosial, tidak terbatas pada keadaan bebas dari penyakit dan cacad (definisi WHO) 1 Sehat merupakan kondisi yang ideal secara fisik, psikis & sosial, tidak terbatas pada keadaan bebas dari penyakit dan cacad (definisi WHO) Sakit : pola respon yang diberikan oleh organisme hidup thd

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam catatan Word Health Organization (WHO) dimasukkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam catatan Word Health Organization (WHO) dimasukkan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker payudara disebut juga carcinoma mammae adalah sebuah tumor ganas yang tumbuh dalam jaringan payudara. Tumor ini dapat tumbuh dalam kelenjar susu, jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian nomor tujuh di Indonesia dengan persentase 5,7 persen dari keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. kematian nomor tujuh di Indonesia dengan persentase 5,7 persen dari keseluruhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tumor merupakan penyakit yang mengkhawatirkan karena menjadi penyebab kematian nomor tujuh di Indonesia dengan persentase 5,7 persen dari keseluruhan penduduk

Lebih terperinci