Data yang dikeluarkan oleh Kantor Distrik Teluk Mayalibit. Tanggal 6 Januari
|
|
- Yuliana Sanjaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bab Satu Pendahuluan Latar Belakang Masalah Kampung Warsambin adalah salah satu kampung yang terletak di distrik Teluk Mayalibit, kabupaten Raja Ampat. Sebelum mengalami pemekaran distrik, Teluk Mayalibit terdiri atas 10 kampung berdasarkan PERDA No. 3 Tahun Sekarang distrik Teluk Mayalibit dibagi menjadi 2 yaitu distrik Tiplol Mayalibit (6 kampung) dengan ibu kota distrik kampung Go, dan distrik Teluk Mayalibit (4 kampung) dengan ibu kota distrik kampung Warsambin, berdasarkan PERDA No. 2 Tahun Pada masa sebelum pemekaran kabupaten Raja Ampat, untuk sampai ke Teluk Mayalibit hanya bisa ditempuh dengan menggunakan transportasi laut. Namun setelah pemekaran untuk sampai ke Teluk Mayalibit dari kota Waisai bisa ditempuh dengan kendaraan darat selama ± 1 jam 40 menit dengan kondisi jalan terbuat dari sirtu 2. Pembangunan jalan ini merupakan bagian dari mega proyek Trans-Waigeo yang dicanangkan oleh pemerintah untuk membangun transportasi darat mencapai kampung-kampung yang ada di kepulauan Waigeo. 1 Data yang dikeluarkan oleh Kantor Distrik Teluk Mayalibit. Tanggal 6 Januari Sirtu adalah kepanjangan dari pasir dan batu. Kondisi jalan ini biasanya merupakan tahap awal untuk pengaspalan jalan. 1
2 BUDAYA SASI: Perlawanan Negara dan Masyarakat Terhadap Eksploitasi dan Kerusakan Sumber Daya Alam Sebagai ibu kota distrik Teluk Mayalibit, kampung Warsambin mengalami perkembangan yang cukup pesat terlebih ketika akses jalan darat mulai terbuka. Perubahan-perubahan sosial yang terjadi di masyarakat sangat terasa. Pengenalan akan teknologi sudah mulai dirasakan masyarakat semenjak kampung Warsambin mulai terbuka dengan adanya akses jalan darat. Misalnya teknologi komunikasi dengan telepon genggam. Hampir sebagian masyarakat memiliki telepon walaupun di kampung tersebut tidak mendapatkan signal selular. Ini bukan berarti di Teluk Mayalibit tidak ada pemancar jaringan selular. Pada tahun 2011 telah dibangun pemancar dari salah satu perusahaan penyedia jasa jaringan selular yaitu TELKOMSEL, tetapi sampai akhir tahun 2011 ketika penulis berada di tempat penelitian, pemancar tersebut belum berfungsi. Bahkan ketika kedua kalinya penulis turun ke lapangan pada Desember 2014 sampai dengan akhir Januari 2015 tower tersebut belum berfungsi. Lalu telepon genggam yang dimiliki oleh masyarakat digunakan untuk apa? Beberapa di antara masyarakat menggunakannya ketika berkunjung ke ibu kota kabupaten Raja Ampat yaitu Waisai. Sedangkan sebagiannya dipergunakan untuk memutar musik. Fenomena ini penulis sampaikan ke pembaca bahwa terbukanya suatu daerah oleh karena pemekaran wilayah dan pembangunan akses transportasi yang lebih mudah memberikan pengaruh besar pada perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat. Perubahan setelah pemekaran kabupaten yang berujung pada pembukaan akses transportasi ternyata memberikan dampak bagi perkembangan pariwisata di Teluk Mayalibit. Kini Teluk Mayalibit menjadi salah satu destinasi wisata di kabupaten Raja Ampat. Teluk Mayalibit yang menyimpan cerita sejarah masyarakat asli kepulauan Waigeo dengan situs-situs bersejarahnya ternyata menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan baik dalam dan luar negeri. Selain terkenal dengan situs-situs bersejarah yang menyimpan cerita sejarah Raja Ampat, Teluk Mayalibit juga terkenal dengan keanekaragaman hayati laut. Teluk mayalibit yang ekosistem pesisirnya relatif didominasi oleh hutan mangrove yang terhampar 2
3 Pendahuluan mulai dari mulut teluk sampai teluk bagian terdalam. 3 Dengan ekosistem seperti ini, Teluk Mayalibit merupakan kawasan endemik bagi reproduksi biota laut. Maka tentu perairan di Teluk Mayalibit dapat dipastikan memiliki sumber kekayaan alam yang luar biasa. Di sekitar mulut teluk dapat dijumpai paus dan lumba-lumba yang meliputi paus sperma atau sperm whale (Physeter Macrochepalus), paus pembunuh atau killer whale (Orcinus orca), lumba-lumba hidung botol umum (Tursiops truncatus), lumba-lumba hidung botol indopasifik (Tursiops aduncus), paus pembunuh palsu (Pseudorca crassidens), lumba-lumba spinner (Stenella longirostris), lumba-lumba risso (Grampus griseus), lumba-lumba bongkok (Sousa chinensis) di dalam teluk atau masyarakat Teluk Mayalibit menyebut lumba-lumba putih dan dugong/duyung (Dugong dugon). 4 Dengan potensi sumber daya alam dan kondisi ekosistem perairan yang sangat baik ini, bersamaan itu pula ancaman berupa eksploitasi sumber daya alam menjadi persoalan serius yang akan dihadapi oleh masyarakat Teluk Mayalibit secara umum, terlebih khusus masyarakat kampung Warsambin. Mengapa demikian? Masyarakat kampung Warsambin yang kesehariannya menggantungkan hidup pada hasil laut. Masyarakat di kampung Warsambin mayoritas mata pencaharian mereka adalah sebagai nelayan, lebih tepatnya nelayan subsisten. 5 Ketika ada ancaman eksploitasi dan kerusakan lingkungan itu terjadi maka mata pencaharian masyarakat menjadi terganggu. 3 Pemerintah Kabupaten Raja Ampat Rencana Pengelolaan Taman Pulaupulau Kecil Daerah (TPPKD) Raja Ampat : Data dan Analisa, Hal. 96, Raja Ampat, 4 Ibid. 5 Soetrisno, Loekman Paradigma Baru Pembangunan Pertanian: Sebuah Tinjauan Sosiologis. Hal. 3, Penerbit Kanisius. Jakarta. Sama halnya dengan petani, nelayan subsisten juga memanfaatkan hasil tangkapan ikannya sebagian besar untuk kepentingan diri sendiri. Dan mereka akan melaut disesuaikan dengan kondisi cuaca, jika musim angin selatan yang mengkibatkan gelombang air laut meninggi, nelayan akan lebih memilih mengganti profesinya untuk sementara menjadi petani. 3
4 BUDAYA SASI: Perlawanan Negara dan Masyarakat Terhadap Eksploitasi dan Kerusakan Sumber Daya Alam Ditengah kekhawatiran inilah, masyarakat lewat kearifan lokalnya menggiatkan kembali budaya sasi dalam rangka memproteksi sumber daya alam yang mereka miliki. Pada tahun 2010 deklarasi sasi Mon atas wilayah perairan adat yang dimiliki oleh masyarakat adat marga Ansan. Dalam pengertiannya sasi adalah suatu bentuk larangan pengambilan sumber daya alam baik darat maupun laut dalam kurun waktu tertentu sehingga memungkinkan sumberdaya alam dapat tumbuh, berkembang dan dilestarikan (Renjaan dkk, 2013). Sasi dilakukan dengan harapan bahwa sumber daya alam yang dimiliki oleh masyarakat tidak mengalami eksploitasi dan kerusakan lingkungan. Pemerintah kabupaten Raja Ampat, jauh sebelum itu juga memiliki semangat yang sama dalam memproteksi sumber daya alam di Raja Ampat. Menyusun kebijakan lewat Perda No. 27 Tahun 2008 tentang Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Raja Ampat, Pemerintah menunjukkan iktikad baik untuk melindungi sumber daya alam laut Raja Ampat. Alasan pemerintah dalam menyusun kebijakan ini adalah pemerintah harus mampu meningkatkan kapasitasnya untuk melindungi sumber daya alam laut yang adalah mata pencaharian masyarakat. Pembuatan kebijakan KKLD ini sendiri terinspirasi dari kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat yaitu budaya sasi. Dari kedua sikap yang diambil oleh masyarakat kampung Warsambin dan Pemerintah Kabupaten Raja Ampat, penulis menduga adanya bentuk perlawanan bersama terhadap ancaman eksploitasi sumber daya alam dan kerusakan lingkungan. Dan negara (pemerintah daerah) serta masyarakat menggunakan budaya sasi sebagai bentuk perlawanan. Perlawanan ini dilakukan untuk melawan perilaku eksploitatif yang dilakukan oleh nelayan lokal ataupun nelayan dari luar Raja Ampat. Dengan problematika serta dugaan yang disampaikan penulis diatas, maka penelitian ini dirumuskan dalam 2 pertanyaan penelitian yaitu : (1). Bagaimanakah pelaksanaan budaya sasi yang dilakukan oleh masyarakat kampung Warsambin, distrik Teluk Mayalibit, Kabupaten Raja Ampat? (2) Bagaimakah bentuk dan strategi perlawanan yang dilakukan oleh negara (pemerintah daerah) dan masyarakat dalam 4
5 Pendahuluan menjawab ancaman eksploitasi sumber daya alam dan kerusakan lingkungan. Tujuan Penelitian Dengan memahami 2 pertanyaan penelitian diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh pemahanan dan informasi bagaimana budaya sasi itu dilaksanakan oleh masyarakat kampung Warsambin, dan memperoleh pemahaman tentang bentuk serta strategi perlawanan negara (pemerintah daerah) dan masyarakat dalam menjawab ancaman eksploitasi sumber daya alam dan kerusakan lingkungan. Melalui penelitian ini pula diharapkan : (1) akan memperkaya khasanah informasi tentang pelaksanaan budaya sasi sebagai kearifan lokal yang mampu menjadi cara masyarakat melindungi sumber daya alam, (2) melengkapi studi-studi kearifan lokal bagi daerah-daerah yang memiliki potensi sumber daya alam, (3) memberikan masukan praktis dalam pengembangan kapasitas oleh pihak-pihak yang berkepentingan, (4) memberikan pemahaman baru tentang relasi negara dan masyarakat yang bisa bersinergi dalam usaha pembangunan daerah. Metode Penelitian Metode sangat dibutuhkan untuk menjawab permasalahanpermasalahan penelitian. Oleh karena itu persoalan penting yang patut diperhatikan dalam metode penelitian adalah dengan cara apa dan bagaimana data yang diperlukan dapat dikumpulkan sehingga hasil akhir penelitian dapat menjawab permasalahan penelitian dan memberikan informasi yang jelas. (Bungin 2003:42). Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Menurut Banister, penelitian kualitatif yaitu metode untuk menangkap dan memberikan gambaran terhadap suatu fenomena, sebagai metode untuk mengksplorasi fenomena, dan sebagai metode untuk memberikan penjelasan dari suatu fenomena yang diteliti. Banister menambahkan bahwa esensi dari fenomena biasanya tidak berada di 5
6 BUDAYA SASI: Perlawanan Negara dan Masyarakat Terhadap Eksploitasi dan Kerusakan Sumber Daya Alam atas permukaan, melainkan dibawah permukaan atau tersembunyi. Setiap individu yang memaknai sebuah fenomena tidak lagi lantas dengan mudah menjelaskan makna tersebut. Penelitian kualitatif dengan segala kekhasannya mampu menengok tabir dan menangkap sesuatu yang dimaksud oleh individu, sehingga makna tersebut dapat dipahami dengan lebih mudah dan sederhana. 6 Jenis penelitian ini dipilih untuk mampu memberikan gambaran yang komperhensif mengenai pelaksanaan budaya sasi dan memberikan gambaran tentang perlawanan negara dan masyarakat. Tentu ini akan tersajikan dengan menguak makna-makna dibalik setiap fenomena yang terjadi. Dan untuk pendekatan penelitian, menggunakan pendekatan fenomenologis. Pendekatan fenomenologis ini berguna untuk mengamati fenomena-fenomena konseptual subyek yang diamati melalui tindakan dan pemikirannya guna memahami makna yang disusun oleh subyek di sekitar kejadian sehari-hari. 7 Dengan menggunakan pendekatan ini, diharapkan pengumpulan data dalam bentuk wawancara dan observasi serta analisanya mendapatkan hasil yang maksimal. Pendekatan fenomenologis ini pula mampu mengamati perilaku dan tindakan masyarakat dalam melakukan budaya sasi serta bentuk-bentuk perlawanan yang dilakukan oleh pemerintah. Selain itu, pengumpulan data lewat wawancara menjadi salah satu cara yang ditempuh penulis untuk menggali berbagai informasi. Melakukan wawancara dengan perspektif tradisi lisan sangat membantu penulis untuk mendapatkan informasi. Melihat kondisi masyarakat di tempat penelitian adalah masyarakat tradisional yang mewariskan cerita sejarah dan peristiwa lewat tutur, maka perspektif tradisi lisan diperlukan dalam proses pencapaian informasi. Tradisi lisan diartikan sebagai pesan-pesan lisan yang proses penyampaian pesan lewat perkataan mulut ke mulut selama beberapa waktu sampai pesan tersebut menghilang. Maka dari itu setiap tradisi lisan adalah 6 Herdiansyah, Haris Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Imu-ilmu Sosial, Hal. 8. Salemba Humanika. Jakarta. 7 George, Ritzer Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Hal , Diterjemahkan oleh Alimandan. PT. Grafindo Persada. Jakarta. 6
7 Pendahuluan sebuah versi pada satu masa, sebuah elemen dalam sebuah proses pengembangan lisan yang dimulai oleh komunikasi awal. 8 Dalam proses penciptaan pesan ini dikelompokkan menjadi dua jenis kelompok utama: komunikasi yang menyampaikan berita dan komunikasi yang melambangkan sebuah penafsiran dari situasi yang sudah ada. 9 Kedua pengelompokan dari proses penciptaan ini akan sangat berguna dalam memilah-milah data wawancara untuk melihat apakah bagian itu adalah berita ataukah sebuah penafsiran dari kondisi yang pernah terjadi. Lokasi penelitian terletak di kampung Warsambin, distrik Teluk Mayalibit, kabupaten Raja Ampat. Alasan metodologis dalam memilih lokasi penelitian adalah karena tulisan-tulisan akademik yang membahas tentang sasi kebanyakan berada pada kepulauan besar Misool dan Batanta, sedangkan pelaksanaan budaya sasi di kepulauan besar Waigeo belum pernah ada. Alasan lainnya adalah persoalan rentang kendali. Sebagai wilayah yang berkarakter kepulauan tantangan paling berat adalah persoalan transportasi dan cuaca. Satusatunya wilayah yang dapat dijangkau dengan mudah hanyalah kampung Warsambin Teluk Mayalibit. Namun alasan ini tidak sedikitpun mengurangi esensi utama dari penelitian ini. Kerangka Pemaparan Sistematika dari pemaparan ini dibagi menjadi empat bagian besar. Pertama, berisi pendahuluan yang terdiri atas dua bab. Kedua, pengenalan wilayah penelitian yang terdiri atas dua bab. Ketiga, hasil penelitian, analisa dan pembahasan yang terdiri atas dua bab. Keempat, Penutup. Bagian yang pertama, berisi dua bab yaitu pendahuluan dan tinjauan teori. Dalam bagian ini berisikan latar belakang masalah yang menjelaskan tentang apa sebenarnya masalah penelitian. Dan juga 8 9 Vansina, Jan Tradisi Lisan Sebagai Sejarah, Hal. 1. Diterjemahkan oleh Astrid Reza dkk. Penerbit Ombak. Yogyakarta. Ibid 7
8 BUDAYA SASI: Perlawanan Negara dan Masyarakat Terhadap Eksploitasi dan Kerusakan Sumber Daya Alam berisi tentang tinjauan teori yang nantinya akan digunakan sebagai pisau analisa dalam bab pembahasan. Bagian yang kedua, berisi dua bab yaitu pengenalan lokasi penelitian secara global yaitu Raja Ampat pada bab tiga, sedangkan bab empat berisikan pengenalan kampung Warsambin. Pada bagian ini pengenalan akan dilakukan dari segi geografis, demografi sampai pada potensi-potensi daerah. Bagian yang ketiga, berisi dua bab yaitu bab hasil penelitian dan bab analisis serta pembahasan. Bagian ini akan berisikan tentang temuan-temuan dilapangan menyangkut pelaksanaan sasi. Dan dilanjutkan bab berikut sebagai pembahasan dengan memakai tinjauan teori yang sudah dibuat. Bagian yang keempat, berisi satu bab yaitu penutup. Pada bagian penutup berisi tentang kesimpulan dan saran. 8
PEMANFAATAN KEARIFAN LOKAL SASI DALAM SISTEM ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DI RAJA AMPAT
PEMANFAATAN KEARIFAN LOKAL SASI DALAM SISTEM ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DI RAJA AMPAT Oleh Paulus Boli Simposium Nasional Konservasi Perairan Pesisir Dan Pulau-pulau Kecil Jakarta, 9 10 Mei 2017
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan Indonesia memiliki luasan dengan luas kira-kira 5 juta km 2 (perairan dan daratan), dimana 62% terdiri dari lautan dalam batas 12 mil dari garis pantai (Polunin,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Oseanografi Perairan Kabupaten Raja Ampat Kabupaten Raja Ampat merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat, hasil pemekaran dari Kabupaten Sorong. Raja
Lebih terperinci1. Pengantar A. Latar Belakang
1. Pengantar A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang memiliki sekitar 17.500 pulau dengan panjang sekitar 81.000, sehingga Negara kita memiliki potensi sumber daya wilayah
Lebih terperinciKearifan Lokal, Usaha Konservasi SDA, Perlawanan Negara dan Masyarakat dalam Wujud Budaya Sasi
Bab Enam Kearifan Lokal, Usaha Konservasi SDA, Perlawanan Negara dan Masyarakat dalam Wujud Budaya Pengantar Melindungi dan menjaga sumber daya alam sebagai modal dari pembangunan yang berkelanjutan adalah
Lebih terperinciHasil dan Pembahasan
IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian Pemanfaatan Sumberdaya alam oleh masyarakat lokal berdasarkan pengetahuan tradisional telah dikenal masyarakat Raja Ampat sejak dahulu. Budaya sasi yang berawal
Lebih terperinciI. Pengantar. A. Latar Belakang
I. Pengantar A. Latar Belakang Secara geografis, Raja Ampat berada pada koordinat 2 o 25 Lintang Utara hingga 4 o 25 Lintang Selatan dan 130 132 55 Bujur Timur (Wikipedia, 2011). Secara geoekonomis dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Taman Nasional menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem
Lebih terperinciPersepsi Masyarakat di Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Raja Ampat, Indonesia
Persepsi Masyarakat di Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Raja Ampat, Indonesia Muhammad Erdi Lazuardi, Christine Huffard, dan Katherina Tjandra 2011 Conservation International Indonesia Raja Ampat
Lebih terperinci2014 PASANG SURUT KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN UJUNG GENTENG
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujung Genteng adalah daerah pesisir pantai selatan Jawa Barat yang masuk dalam wilayah pemerintahan Kabupaten Sukabumi. Lokasi Pantai Ujung Genteng berada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semua makhluk baik manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Dari ketiga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bumi dan segala isinya yang di ciptakan oleh Allah SWT merupakan suatu karunia yang sangat besar. Bumi diciptakan sangat sempurna diperuntukan untuk semua makhluk baik
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem
Lebih terperinciKONFLIK NELAYAN SENGGARANG KOTA TANJUNGPINANG DENGAN NELAYAN TEMBELING KECAMATAN TELUK BINTAN KABUPATEN BINTAN
KONFLIK NELAYAN SENGGARANG KOTA TANJUNGPINANG DENGAN NELAYAN TEMBELING KECAMATAN TELUK BINTAN KABUPATEN BINTAN Tiara Haryani, Nanik Rahmawati, Tri Samnuzulsari Tiaraharyani92@gmail.com Program studi Sosiologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kepulauan Raja Ampat merupakan kepulauan yang berada di Barat pulau Papua di Provinsi Papua Barat, tepatnya di bagian kepala burung Papua. Pada akhir tahun 2003, Raja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ikan) yang cukup tinggi, namun jika dibandingkan dengan wilayah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai salah satu Kabupaten yang paling banyak memproduksi Ikan, komoditi perikanan di Kabupaten Kupang merupakan salah satu pendukung laju perekonomian masyarakat,
Lebih terperinciKetika Budaya Sasi Menjaga Alam Tetap Lestari
Ketika Budaya Sasi Menjaga Alam Tetap Lestari Kuwati, M. Martosupono dan J.C. Mangimbulude Magister Biologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Email: kuwatifolley@yahoo.co.id Pendahuluan Kabupaten
Lebih terperinciPENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir bukan merupakan pemisah antara perairan lautan dengan daratan, melainkan tempat bertemunya daratan dan perairan lautan, dimana didarat masih dipengaruhi oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki garis pantai yang terpanjang di dunia, lebih dari 81.000 KM garis pantai dan 17.508 pulau yang membentang
Lebih terperinciBUPATI RAJA AMP AT PROVINSI PAPUA BARA T PERATURAN BUPATI KABUPATEN RAJAAMPAT NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG
- - -- ------------------------------~ BUPATI RAJA AMP AT PROVINSI PAPUA BARA T PERATURAN BUPATI KABUPATEN RAJAAMPAT NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN IKAN, BIOTA LAUT DAN POTENSI SUMBER DAYAALAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata memiliki peran yang semakin penting dan memiliki dampak positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013). Dengan adanya misi
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKOSISTEM SUMBERDAYA ALAM HAYATI KABUPATEN RAJA AMPAT PROPINSI PAPUA BARAT OLEH VALEND BURDAM COHORT 4 BOGOR
RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKOSISTEM SUMBERDAYA ALAM HAYATI KABUPATEN RAJA AMPAT PROPINSI PAPUA BARAT OLEH VALEND BURDAM COHORT 4 BOGOR Raja Ampat surga bawah lautnya Papua, jangan mengaku menikmati bawah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dulu hingga dewasa ini, Indonesia terkenal dengan julukan negara kepulauan. Negara dengan jumlah pulau lebih dari 17.000 pulau yang tersebar dari Sabang sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fajra Adha Barita, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang kebudayaan dan pariwisata bersifat multi-sektoral dan multi disiplin, dalam suatu sistem yang sinergi dan diharapkan mampu mendorong
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati tertinggi di dunia. Kekayaan hayati tersebut bukan hanya
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, wilayah daratan Indonesia ( 1,9 juta km 2 ) tersebar pada sekitar 17.500 pulau yang disatukan oleh laut yang sangat luas sekitar
Lebih terperinciKRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010
KRITERIA KAWASAN KONSERVASI Fredinan Yulianda, 2010 PENETAPAN FUNGSI KAWASAN Tiga kriteria konservasi bagi perlindungan jenis dan komunitas: Kekhasan Perlindungan, Pengawetan & Pemanfaatan Keterancaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Potensi sumber daya alam hutan serta perairannya berupa flora, fauna dan ekosistem termasuk di dalamnya gejala alam dengan keindahan alam yang dimiliki oleh bangsa
Lebih terperinciVII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA
VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA 7.1 Kerangka Umum Analytical Network Process (ANP) Prioritas strategi pengembangan TN Karimunjawa ditetapkan berdasarkan pilihan atas variabel-variabel
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mencapai pulau dengan panjang pantai sekitar km 2 dan luas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan jumlah pulaunya yang mencapai 17.508 pulau dengan panjang pantai sekitar 81.000 km 2 dan luas laut mencapai 5,8
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terletak di ujung barat laut semananjung kepala burung di Papua, Provinsi Papua Barat, Indonesia. Kabupaten Raja Ampat adalah kepulauan yang yang terdiri dari lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atraksi-atraksi yang memikat sebagai tujuan kunjungan wisata. Terdapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu daerah wisata, di samping akomodasi (hotel atau tempat menginap sementara lainnya) akan disebut daerah tujuan wisata apabila ia memiliki atraksi-atraksi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan dan keanekaragaman sumber daya alam dan jenis endemiknya sehingga Indonesia dikenal sebagai Negara dengan
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/KEPMEN-KP/2014 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/KEPMEN-KP/2014 TENTANG KAWASAN KONSERVASI RAJA AMPAT KABUPATEN RAJA AMPAT DI PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN ANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah lautan. Luas daratan Indonesia adalah km² yang menempatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia. Dimana dua sepertiga wilayahnya merupakan perairan. Terletak pada garis katulistiwa, Indonesia
Lebih terperincivi panduan penyusunan rencana pengelolaan kawasan konservasi laut daerah DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Tahapan Umum Penetapan KKLD 9 Gambar 2. Usulan Kelembagaan KKLD di Tingkat Kabupaten/Kota 33 DAFTAR LAMPIRAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
101111111111105 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki sumberdaya alam hayati laut yang potensial seperti sumberdaya terumbu karang. Berdasarkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung
PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia kaya dan beranekaragam sumberdaya alam. Satu diantara sumberdaya alam di wilayah pesisir adalah ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove merupakan ekosistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih 50.000 km 2 (Moosa et al dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Wisata merupakan suatu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam yang mengutamakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wisata merupakan suatu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam yang mengutamakan jasa alam untuk kepuasan manusia. Kegiatan manusia untuk kepentingan wisata dikenal juga
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah teritorial Indonesia yang sebagian besar merupakan wilayah pesisir dan laut kaya akan sumber daya alam. Sumber daya alam ini berpotensi untuk dimanfaatkan bagi
Lebih terperinciBAB III PENDEKATAN LAPANGAN
25 BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kampung Saporkren, Distrik Waigeo Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat (lampiran satu). Penentuan lokasi penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang kaya dengan ragam kebudayaan. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang memiliki
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 I d e n t i f i k a s i P e r u b a h a n R u m a h T r a d i s i o n a l D e s a K u r a u, K e c. K o b a
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman budaya baik berupa fisik maupun non fisik. Budaya yang berupa fisik Salah satunya adalah arsitektur tradisional. Rumah tradisional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, terdiri dari lebih 17.000 buah pulau besar dan kecil, dengan panjang garis pantai mencapai hampir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini menjadi agenda utama pemerintah Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah suatu fenomena yang kompleks karena banyak faktor yang berinteraksi, didukung berbagai fasilitas serta layanan yang melibatkan seluruh lapisan
Lebih terperinciDRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN
DRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN JUDUL REKOMENDASI Strategi Optimalisasi Unsur Unsur Positif Lokal untuk Mendukung Penerapan Prinsip Prinsip Blue Economy di Wilayah Coral Triangle SASARAN REKOMENDASI Kebijakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat membutuhkan devisa untuk membiayai pembangunan Nasional. Amanat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pengembangan pariwisata sebagai industri, adalah untuk meningkatkan perolehan devisa. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, sangat membutuhkan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Sibolga terletak di kawasan pantai Barat Sumatera Utara, yaitu di Teluk Tapian Nauli. Secara geografis, Kota Sibolga terletak di antara 01 0 42 01 0 46 LU dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan, luas wilayah lautnya lebih besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan, luas wilayah lautnya lebih besar daripada luas daratannya. Total garis pantai Indonesia merupakan yang terpanjang di dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. potensial bagi kesejahteraan masyarakat ekonomi, sosial dan lingkungan hidup.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hutan bakau merupakan salah satu ekosistem lautan dan pesisir yang sangat potensial bagi kesejahteraan masyarakat ekonomi, sosial dan lingkungan hidup. Dibeberapa
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6/KEPMEN-KP/2016 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6/KEPMEN-KP/2016 TENTANG KAWASAN KONSERVASI PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL PULAU KEI KECIL, PULAU-PULAU, DAN PERAIRAN SEKITARNYA DI KABUPATEN
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terumbu karang dan asosiasi biota penghuninya secara biologi, sosial ekonomi, keilmuan dan keindahan, nilainya telah diakui secara luas (Smith 1978; Salm & Kenchington
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diantaranya banyak yang dihuni oleh manusia, salah satunya adalah Pulau Maratua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim yang terdiri dari beberapa gugusan pulau mulai dari yang besar hingga pulau yang kecil. Diantara pulau kecil tersebut beberapa
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri hidup terbenam di dalam laut. Menurut Den Hartog (1976) in Azkab (2006)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banyak pakar dan praktisi yang berpendapat bahwa di milenium ketiga, industri jasa akan menjadi tumpuan banyak bangsa. John Naisbitt seorang futurist terkenal memprediksikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang sangat luas dan terdiri dari lima pulau besar dan belasan ribu pulau kecil. Letak antara satu pulau dengan pulau lainnya
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Tual adalah salah satu kota kepulauan yang ada di Provinsi Maluku dengan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang cukup melimpah serta potensi pariwisata yang
Lebih terperinciBAB VIII KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. (1). Potensi sumberdaya di kawasan pesisir Taman Konservasi Laut Olele.
303 BAB VIII KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan (1). Potensi sumberdaya di kawasan pesisir Taman Konservasi Laut Olele. Berdasarkan hasil penelitian, keberadaan sumberdaya dan potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki ragam budaya yang berbeda satu sama lain. Keragaman budaya ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari beragam suku memiliki ragam budaya yang berbeda satu sama lain. Keragaman budaya ini diyakini tidak hanya mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Aceh secara geografis terletak di jalur perdagangan Internasional yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aceh secara geografis terletak di jalur perdagangan Internasional yaitu selat malaka, banyaknya pelayaran dan pelabuhan di pantai Aceh membuat kapalkapal
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berkembangnya pembangunan daerah. Provinsi Lampung merupakan salah satu
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri pariwisata merupakan salah satu sarana untuk berkembangnya pembangunan daerah. Provinsi Lampung merupakan salah satu tujuan wisata karena memiliki
Lebih terperinciBAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN
BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Objek Wisata Pulau Pari merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau ini berada di tengah gugusan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. utama bagi pengambil kebijakan pembangunan. Laut hanya dijadikan sarana lalu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paradigma pembangunan kelautan pada masa sekarang membawa pandangan baru bagi pelaksana pembangunan. Pada masa lalu, laut belum menjadi perhatian utama bagi pengambil
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan
PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan adanya kecenderungan menipis (data FAO, 2000) terutama produksi perikanan tangkap dunia diperkirakan hanya
Lebih terperinciGUBERNUR MALUKU KEPUTUSAN GUBERNUR MALUKU NOMOR 387 TAHUN 2016 TENTANG
GUBERNUR MALUKU KEPUTUSAN GUBERNUR MALUKU NOMOR 387 TAHUN 2016 TENTANG PENCADANGAN KAWASAN KONSERVASI PESISIR DAN PULAU PULAU KECIL KEPULAUAN LEASE KABUPATEN MALUKU TENGAH GUBERNUR MALUKU, Menimbang :
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR
PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG LARANGAN PENGAMBILAN KARANG LAUT DI WILAYAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Mangrove banyak dijumpai di wilayah
Lebih terperinciPembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015
Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015 Papua terdiri dari Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua dengan luas total 42,22 juta ha merupakan provinsi terluas dengan jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR
BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki beribu pulau dengan area pesisir yang indah, sehingga sangat berpotensi dalam pengembangan pariwisata bahari. Pariwisata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumatera. Lampung memiliki banyak keindahan, baik seni budaya maupun
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lampung merupakan provinsi di Indonesia yang memiliki letak yang strategis. Hal ini karena keberadaan provinsi ini sebagai pintu gerbang memasuki Pulau Sumatera.
Lebih terperinciRaja Ampat. Surga kecil yang jatuh ke bumi
Raja Ampat Surga kecil yang jatuh ke bumi - 4 Pulau Besar, 1800 Pulau-Pulau Kecil - Luas wilayah 46,108 km 2 (87 % - laut) - Population: 60,00 penduduk - Bagian dari Provinsi Papua Barat - 24 Distrik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kepariwisataan pada umumnya diarahkan sebagai sektor potensial untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan daerah, memberdayakan perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tempat dengan tempat lainnya. Sebagian warga setempat. kesejahteraan masyarakat sekitar saja tetapi juga meningkatkan perekonomian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang sangat kaya raya akan keberagaman alam hayatinya. Keberagaman fauna dan flora dari dataran tinggi hingga tepi pantai pun tidak jarang
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kawasan konservasi di Indonesia baik darat maupun laut memiliki luas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan konservasi di Indonesia baik darat maupun laut memiliki luas lebih dari 28 juta hektar yang kini menghadapi ancaman dan persoalan pengelolaan yang sangat berat.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut
6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut Menurut UU No. 26 tahun 2007, ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik dan tersebar dari pulau Sumatera sampai ke ujung timur
Lebih terperinciBERWISATA BAHARI MENYUSURI SEGARA ANAKAN
BERWISATA BAHARI MENYUSURI SEGARA ANAKAN Sebagai sebuah negara kepulauan yang memiliki lebih dari 13 ribu pulau, Indonesia layak disebut sebagai negara dengan potensi bahari terbesar di dunia. Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,7 persen (Tempo.co,2014). hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pariwisata di Indonesia tetap bertumbuh walaupun pertumbuhan perekonomian global terpuruk, pertumbuhan industri pariwisata di Indonesia tahun 2014 mencapai 9,39 persen
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu:
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu: a. Pengelolaan kawasan perairan pantai yang dilakukan oleh panglima laot lhok terdiri atas tiga konsep
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut. Kawasan pesisir merupakan ekosistem yang kompleks dan mempunyai nilai sumberdaya alam yang tinggi.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Pariwisata merupakan semua gejala-gejala yang ditimbulkan dari adanya aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dari tempat tinggalnya dalam waktu sementara,
Lebih terperinciPOTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP
POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP Ekowisata pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan
Lebih terperinciANALISIS KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN YANG BERKELANJUTAN DI PULAU BUNAKEN MANADO
Sabua Vol.7, No.1: 383 388, Maret 2015 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN ANALISIS KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN YANG BERKELANJUTAN DI PULAU BUNAKEN MANADO Verry Lahamendu Staf Pengajar JurusanArsitektur,
Lebih terperinciBUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG
BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENCADANGAN KAWASAN TERUMBU KARANG PASIR PUTIH SEBAGAI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seolah tidak pernah berhenti membangun. mengubah pula susunan alamiah yang mendominasi sebelumnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pantura atau Pantai Utara Pulau Jawa yang merupakan bagian dari kawasan pesisir, telah menjadi pusat berbagai kegiatan manusia sejak jaman kerajaan mendominasi
Lebih terperinciBAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan
29 BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan ekosistem laut. Mangrove diketahui mempunyai fungsi ganda
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR
PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG LARANGAN PENGAMBILAN KARANG LAUT DI WILAYAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Indonesia menempati peringkat kedua dunia setelah Brasil dalam hal keanekaragaman hayati. Sebanyak 5.131.100 keanekaragaman
Lebih terperinciKimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah yang memberikan kontribusi produksi perikanan yang sangat besar dan tempat aktivitas manusia paling banyak dilakukan; bahkan menurut
Lebih terperinciD. Analisis Ancaman. 4.0 Peringkat Ancaman 4.1 Lingkup, Intensitas, dan Ketakberbalikan 4.2 Rantai Faktor
Sebagian besar lokasi menghadapi sangat banyak ancaman. Sumberdaya konservasi sangat langka dan kompetensi sering terbatas. Tantangan umum untuk manajer sumber daya adalah menentukan yang mana dari banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mahluk hidup memiliki hak hidup yang perlu menghargai dan memandang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahluk hidup memiliki hak hidup yang perlu menghargai dan memandang makhluk hidup lain sebagai bagian dari komunitas hidup. Semua spesies hidup memiliki
Lebih terperinciLAPORAN PENGAMATAN INSIDENTAL MAMALIA LAUT KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH (KKPD) KABUPATEN ALOR PERIODE MONITORING TAHUN 2009 2011
LAPORAN PENGAMATAN INSIDENTAL MAMALIA LAUT KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH (KKPD) KABUPATEN ALOR PERIODE MONITORING TAHUN 2009 2011 Oleh : Toufik Alansar (WWF ID ) Khaifin (WWF ID ) Sutio Ambao (DKP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang pariwisata, pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata termasuk pembangunan, pengusahaan obyek
Lebih terperinciDEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DIREKTORAT KONSERVASI DAN TAMAN NASIONAL LAUT
DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DIREKTORAT KONSERVASI DAN TAMAN NASIONAL LAUT POTENSI SUMBER DAYA HAYATI KELAUTAN DAN PERIKANAN INDONESIA 17.480
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan fakta fisiknya, Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km (terpanjang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu,indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut yang lebih luas daripada luas daratannya. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah lima
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia berada tepat di pusat segi tiga karang (Coral Triangle) suatu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia berada tepat di pusat segi tiga karang (Coral Triangle) suatu kawasan terumbu karang dengan keanekaragaman hayati laut tertinggi dunia. Luas terumbu karang Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Barat terdiri dari dua pulau besar, yaitu Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa serta dikelilingi oleh ratusan pulau-pulau kecil yang disebut Gili (dalam
Lebih terperinci