BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendidikan dan latihan tenaga kesehatan serta riset kesehatan.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendidikan dan latihan tenaga kesehatan serta riset kesehatan."

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Sakit Menurut WHO (1968) rumah sakit adalah institusi yang merupakan bagian integral dari organisasi kesehatan sosial yang berfungsi menyediakan pelayanan kesehatan yang lengkap baik kuratif dan preventif bagi pasien rawat jalan dan rawat inap melalui kegiatan medik serta perawatan. Rumah sakit juga merupakan pusat pendidikan dan latihan tenaga kesehatan serta riset kesehatan. Definisi lain tentang rumah sakit dikemukakan oleh American Hospital Association (1974) bahwa rumah sakit adalah suatu organisasi yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen dan menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, menyatakan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Selanjutnya pada pasal 1 dipertegas bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan 10

2 11 perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan yang meliputi setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Di Indonesia, rumah sakit merupakan rujukan pelayanan kesehatan untuk puskesmas terutama dalam upaya pemulihan dan penyembuhan sebab rumah sakit mempunyai fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat pemulihan dan pemeliharaan bagi penderita, yang berarti pelayanan rumah sakit untuk penderita rawat jalan dan rawat inap hanya bersifat spesialistik. 2.2 Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pengertian Rumah Sakit Gigi dan Mulut Rumah sakit gigi dan mulut adalah rumah sakit khusus yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dan merupakan sarana pendidikan dan penelitian tenaga kesehatan gigi tingkat akademik (S1) dan profesi (dokter gigi dan dokter spesialis) serta pendidikan magister (S2) dan doktoral (S3). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1173 tahun 2004 tentang

3 12 rumah sakit gigi dan mulut menyatakan bahwa rumah sakit gigi dan mulut adalah sarana pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut perorangan untuk pelayanan pengobatan dan pemulihan tanpa mengabaikan pelayanan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit yang dilaksanakan melalui pelayanan rawat jalan, gawat darurat dan pelayanan tindakan medis. Rumah Sakit Gigi dan Mulut terbagi atas beberapa klinik, yaitu : 1. Klinik Periodonsia 2. Klinik Oral Medicine (Penyakit Mulut) 3. Klinik Bedah Mulut 4. Klinik Prostodonsia 5. Klinik Ortodonsia 6. Klinik Konservasi Gigi 7. Klinik Pedodonsia 8. Klinik Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat Fungsi dan Tujuan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Fungsi RSGM adalah : 1. Pelayanan atau pengabdian kepada masyarakat meliputi : a. Sarana pelayanan kesehatan gigi dan mulut primer, sekunder dan tersier. b. Penunjang, rujukan dan gawat darurat kesehatan gigi dan mulut. c. Wadah pengembangan konsep pelayanan kedokteran gigi. d. Pusat unggulan pelayanan kedokteran gigi.

4 13 2. Pendidikan. Sarana pendidikan dan pelatihan di bidang kedokteran gigi, dokter gigi, dokter gigi spesialis, dokter gigi spesialis konsultan, magister, doktor dan pendidikan berkelanjutan bidang kedokteran gigi. 3. Penelitian : (a) pusat penelitian, pengkajian, dan pengembangan ilmu kedokteran gigi, (b) pusat penerapan obat, bahan dan kedokteran gigi. Rumah Sakit Gigi dan Mulut berdasarkan Peraturan Pemerintah Menteri Kesehatan Nomor 1173 Tahun 2004, menurut fungsinya dapat dibagi menjadi dua, yaitu RSGM Pendidikan dan RSGM non Pendidikan. RSGM Pendidikan adalah RSGM yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, yang juga digunakan sebagai sarana proses pembelajaran, pendidikan dan penelitian bagi profesi tenaga kesehatan kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya dan terikat melalui kerjasama dengan fakultas kedokteran gigi, sedangkan RSGM non Pendidikan harus memberikan pelayanan medik gigi minimal pelayanan medik gigi dasar. Tujuan umum RSGM adalah meningkatkan mutu pendidikan, penelitian dan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang berkualitas, profesional, modern dan sesuai dengan tuntutan masyarakat serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran gigi. Tujuan khusus RSGM, yaitu : 1. Tersedianya sarana pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi masyarakat secara optimal, meliputi :

5 14 a. Pelayanan medik gigi primer, yaitu tindakan medik gigi yang merupakan wewenang dokter gigi umum. b. Pelayanan medik gigi sekunder, yaitu tindakan medik gigi yang merupakan wewenang dokter gigi spesialis. c. Pelayanan medik gigi tersier, yaitu tindakan medik gigi yang merupakan wewenang dokter gigi subspesialis/dokter gigi spesialis konsultan. 2. Tersedianya sarana pendidikan kedokteran gigi dan tenaga kesehatan gigi lainnya. 3. Tersedianya pusat penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya pada kedokteran gigi. 4. Tersedianya unit pelayanan sebagai sarana rujukan bagi unit yang lebih rendah. 5. Tersedianya unit penunjang program kegiatan medik kedokteran umum (rujukan secara pelayanan kesehatan lain setingkat/horizontal), kegiatan pelayanan kesehatan terintegrasi, pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan dan penelitian. Kriteria yang harus dipenuhi oleh RSGM Pendidikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Menteri Kesehatan Nomor 1173 Tahun 2004 adalah : 1. Kebutuhan akan proses pendidikan. 2. Fasilitas dan peralatan fisik untuk pendidikan. 3. Aspek manajemen umum dan mutu pelayanan rumah sakit. 4. Aspek keuangan dan sumber dana. 5. Memiliki kerjasama dengan Fakultas Kedokteran Gigi dan Kolegium Kedokteran Gigi.

6 Sasaran Rumah Sakit Gigi dan Mulut Sasaran RSGM adalah tercapainya mutu pelayanan kesehatan gigi yang dapat memberi perlindungan kepada masyarakat melalui pelayanan kesehatan gigi, pendidikan dan penelitian Sarana dan Peralatan Rumah Sakit Gigi dan Mulut RSGM harus memenuhi persyaratan bangunan, sarana dan prasarana serta peralatan sesuai dengan kebutuhan. Persyaratan yang dimaksud adalah : 1. Lokasi atau letak bangunan dan prasarana harus sesuai dengan rencana umum tata ruang. 2. Bangunan dan prasarana harus memenuhi persyaratan keamanan, keselamatan kerja dan analisis dampak lingkungan RS dan sarana kesehatan lain. 3. Peralatan harus memenuhi persyaratan kalibrasi, standar kebutuhan pelayanan, keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja. Ketentuan persyaratan minimal peralatan RSGM berdasarkan Peraturan Pemerintah Menteri Kesehatan Nomor 1173 MENKES/PER/X/2004, meliputi : jumlah dental unit 50, jumlah dental chair 50 unit, jumlah tempat tidur 3 buah, 1 unit intra oral camera, 1 unit dental X-ray, 1 unit panoramic X-ray, 1 unit cephalometri X-ray, 1 unit autoclave/7 unit sterilizator, 1 camera dan 1 digital intra oral Tenaga Kesehatan RSGM berdasarkan Peraturan Pemerintah Menteri Kesehatan Nomor 1173 Tahun 2004 harus memiliki tenaga yang meliputi :

7 16 1. Tenaga medis kedokteran gigi, yang terdiri dari : dokter gigi, dokter gigi spesialis, yang meliputi : bedah mulut, orthodonsia, konservasi, prostodonsia, pedodonsia, periodonsia, oral medicine. 2. Dokter/spesialis lainnya : dokter anestesi, dokter penyakit dalam dan dokter spesialis anak. 3. Tenaga keperawatan : perawat gigi dan perawat. 4. Tenaga kefarmasian : apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker. 5. Tenaga keteknisan medis : radiografer, teknisi gigi, analis dan perekam medis. 6. Tenaga non kesehatan : administrasi dan kebersihan. 7. Mahasiswa co-asisten. 2.3 Standar Operasional Prosedur (SOP) Menurut Depkes RI (1995), standar operasional prosedur (SOP) adalah suatu prosedur tetap yang merupakan tata atau tahapan yang harus dilalui dalam suatu proses kerja tertentu yang dapat diterima oleh seseorang yang berwenang atau yang bertanggung jawab untuk mempertahankan tingkat penampilan atau kondisi tertentu sehingga sesuatu kegiatan dapat diselesaikan secara efektif dan efisien. Adapun tujuan dari SOP antara lain : 1. Agar petugas menjaga konsistensi dan tingkat kinerja petugas atau tim dalam organisasi atau unit. 2. Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam organisasi. 3. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas terkait.

8 17 4. Melindungi organisasi dan staf dari malpraktek atau kesalahan administrasi lainnya. 5. Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan, duplikasi dan inefisiensi. Di samping memiliki tujuan, adapun fungsi dari SOP adalah : 1. Memperlancar tugas para petugas atau tim. 2. Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan. 3. Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah dilacak. 4. Mengarahkan petugas untuk sama-sama disiplin dalam bekerja. 5. Sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas rutin. Prinsip-prinsip dari SOP adalah : 1. Harus ada pada setiap kegiatan pelayanan. 2. Bisa berubah sesuai dengan perubahan standar profesi atau perkembangan iptek serta peraturan yang berlaku. 3. Memuat segala indikasi dan syarat-syarat yang harus dipenuhi pada setiap upaya. 4. Harus didokumentasikan. 2.4 Standar Pelayanan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Rumah sakit sebagai sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan dan dapat dijangkau seluruh lapisan masyarakat.

9 18 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 228 Tahun 2002 menyatakan bahwa standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan sebagai patokan dalam melakukan kegiatan. Standar ini dapat ditentukan berdasarkan kesepakatan propinsi, kabupaten/kota sesuai dengan evidence base. Standar pelayanan dokter/dokter gigi yang harus diatur adalah standar pelayanan yang diberikan secara langsung oleh dokter kepada pasien, terlepas dari strata unit pelayanan tempat dia bekerja. Masalah keterbatasan sarana dan teknologi hanya menjadi pertimbangan ketika kelak terjadi penyimpangan (Mohamad, 2005). Standar pelayanan yang digunakan harus sesuai dengan standar profesi yang berlaku dan kode etik kedokteran saat ini. Setiap rumah sakit gigi dan mulut dalam memberikan pelayanan mempunyai kewajiban untuk melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar profesi kedokteran gigi yang ditetapkan. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Bab IV bagian kedua, butir kedua dikatakan bahwa setiap tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar pelayanan dan menghormati hak pasien, maka standar pelayanan ini perlu diinformasikan ke seluruh jajaran profesi dokter gigi. Hak pasien adalah hak informasi, hak untuk memberikan persetujuan, hak atas rahasia kedokteran dan hak atas pendapat kedua (second opinion) (Nasution, 2005). Pelayanan gigi medik dasar yang dilakukan di poliklinik gigi dilaksanakan oleh tenaga dokter gigi dan perawat gigi dengan berpedoman kepada standar pelayanan gigi di rumah sakit yang meliputi : penerimaan pasien, pelayanan tenaga

10 19 medis/dokter gigi, pelayanan tenaga para medis/perawat gigi, penyediaan sarana medik/non medik serta kondisi lingkungan pasien. 2.5 Penilaian Standar Pelayanan Rumah Sakit Mutu pelayanan hanya dapat diketahui apabila telah dilakukan penilaianpenilaian, baik terhadap tingkat kesempurnaan, sifat, wujud, ciri-ciri pelayanan kesehatan dan kepatuhan terhadap standar pelayanan. Crosby dalam Azwar (1997) menyatakan bahwa mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan, sedangkan Aditama (2002) menyatakan bahwa mutu adalah pelayanan yang mengacu pada kemampuan rumah sakit memberi pelayanan yang sesuai dengan standar profesi kesehatan dan dapat diterima oleh pasiennya. Setiap orang mempunyai kriteria untuk kualitas dan mempunyai cara-cara penilaian yang berbeda. Penyedia layanan kesehatan tidak dapat mengetahui apakah para pasien yang memberikan pendapat yang positif atau negatif bisa mewakili seluruh populasi yang dilayani (Kongstvedt, 2000). Perbedaan tersebut dapat diatasi dengan kesepakatan bahwa mutu suatu pelayanan kesehatan dianggap baik apabila tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan (Azwar, 1996). Kegiatan penilaian secara umum harus meliputi tiga tahap. Tahap pertama adalah menetapkan standar, kemudian tahap kedua adalah menilai kinerja yang ada dan membandingkan dengan standar yang sudah disepakati dan tahap ketiga meliputi upaya memperoleh kinerja yang menyimpang dari standar yang sudah ditetapkan

11 20 (Aditama, 2002). Standar ini telah dikembangkan oleh badan usaha, atau badan usaha dapat menggunakan standar yang dikembangkan oleh organisasi profesional dan dipublikasikan dalam literatur medis (Kongstvedt, 2000). Tiga aspek penilaian mutu pelayanan menurut Jonas dan Rosenberg dalam Aditama (2002), yaitu : 1. Aspek Pendekatan a. Pendekatan secara umum, yaitu dilakukan dengan menilai kemampuan rumah sakit dan atau petugas dan membandingkannya dengan standar yang ada. Para petugas dapat dinilai tingkat pendidikannya, pengalaman kerjanya, serta pengalaman yang dimilikinya. Rumah sakitnya dapat dinilai dalam segi bangunan fisik, administrasi organisasi dan manajernya, kualifikasi SDM yang tersedia dan kemampuan memberi pelayanan sesuai standar yang berlaku saat itu. b. Pendekatan secara khusus, yaitu dilakukan dengan menilai hubungan antara pasien dengan pemberi pelayanan di rumah sakit. 2. Aspek Teknik a. Komponen struktur, yaitu menilai keadaan fasilitas yang ada, keadaan bangunan fisik, struktur organisasi, kualifikasi staf rumah sakit dan lain-lain. b. Komponen proses, yaitu menilai apa yang terjadi antara pemberi pelayanan dengan pasiennya.

12 21 c. Komponen hasil, yaitu menilai hasil pengobatan (dengan berbagai kekurangannya). Penilaian dapat dilakukan dengan menilai dampak pengobatan terhadap status pengobatan dan kepuasan pasiennya. 3. Aspek Kriteria a. Kriteria eksplisit, yaitu kriteria yang nyata tertulis. b. Kriteria implisit, yaitu kriteria yang tidak tertulis. 2.6 Kepatuhan Prosedur Kerja Menurut Adiwimarta, Maulana dan Suratman (1999) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kepatuhan didefinisikan sebagai kesetiaan, ketaatan atau loyalitas. Kepatuhan yang dimaksud disini adalah ketaatan dalam pelaksanaan prosedur tetap yang telah dibuat. Menurut Smet (1994), kepatuhan adalah tingkat seseorang melaksanakan suatu cara atau berperilaku sesuai dengan apa yang disarankan atau dibebankan kepadanya. Dalam hal ini kepatuhan pelaksanaan prosedur tetap adalah untuk selalu memenuhi petunjuk atau peraturan-peraturan dan memahami etika perawatan di tempat bekerja. Kepatuhan merupakan modal dasar seseorang berperilaku. Gibson (2006) menyatakan bahwa terdapat 3 faktor yang mempengaruhi kepatuhan dan perilaku tenaga kesehatan, yaitu : 1. Faktor individu, yaitu kemampuan dan keterampilan, latar belakang keluarga, pengalaman tingkat sosial dan demografi seseorang. Selain itu faktor seperti umur dan jenis kelamin akan mempengaruhi perilaku secara tidak langsung.

13 22 Kemampuan dan keterampilan merupakan faktor utama dalam individu yang mempengaruhi kinerja seseorang. 2. Faktor psikologis, yaitu persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi, kepuasan kerja. Faktor psikologis banyak dipengaruhi oleh latar belakang keluarga, lingkungan dan pengalaman kerja sebelumnya. 3. Faktor organisasi, yaitu struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, sistem penghargaan. Faktor organisasi berpengaruh tidak langsung pada hasil kerja dari seseorang. Diagram skematis mengenai faktor yang mempengaruhi kepatuhan, perilaku dan kinerja dari tenaga kesehatan dapat dilihat pada bagan berikut : Variabel Individu - Kemampuan dan keterampilan - Latar belakang individu : - Tingkat sosial - Pengalaman - Demografi - Umur - Etnis - Jenis kelamin Perilaku Individu (apa yang dikerjakan) Kepatuhan (hasil yang dicapai) Variabel Organisasi - Sumber daya - Kepemimpinan - Imbalan - Struktur - Desain Pekerjaan Variabel Psikologis - Persepsi - Kepribadian - Sikap - Belajar - Motivasi Gambar 2.1 Faktor yang Memengaruhi Kepatuhan dan Perilaku Sumber : Gibson (2006)

14 23 Beberapa ahli sebagaimana dikemukakan oleh Smet (1994), mengatakan bahwa kepatuhan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi kepatuhan dapat berupa karakteristik tenaga kesehatan itu sendiri. Karakteristik tenaga kesehatan merupakan ciri-ciri pribadi yang dimiliki seseorang yang memiliki pekerjaan merawat klien sehat maupun sakit (Adiwimarta, et.al dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia). Karakteristik tenaga kesehatan meliputi variabel demografi (umur, jenis kelamin, ras, suku bangsa dan tingkat pendidikan), kemampuan, persepsi dan motivasi. Menurut Smet (1994), variabel demografi berpengaruh terhadap kepatuhan. Sebagai contoh secara geografi penduduk Amerika lebih cenderung taat mengikuti anjuran atau peraturan di bidang kesehatan. Data demografi yang mempengaruhi ketaatan misalnya jenis kelamin wanita, ras kulit putih, orang tua dan anak-anak terbukti memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi. Latar belakang pendidikan juga akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam melaksanakan etos kerja. Semakin tinggi pendidikan seseorang, kepatuhan dalam pelaksanaan aturan kerja akan semakin baik. Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam pekerjaan yang pada hakekatnya terdiri dari kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Dimensi kecerdasan telah dijumpai sebagai peramal dari kinerja, kemampuan intelektual mempunyai peran yang besar dalam pekerjaan yang rumit, kemampuan fisik mempunyai makna yang penting untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan keterampilan (Muchlas, 1997).

15 24 Faktor eksternal yang mempengaruhi kepatuhan terdiri atas pola komunikasi, keyakinan/nilai-nilai yang diterima tenaga kesehatan dan dukungan sosial. Pola komunikasi dengan profesi lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan akan mempengaruhi tingkat kepatuhannya dalam melaksanakan tindakan. Beberapa aspek dalam komunikasi ini yang berpengaruh pada kepatuhan tenaga kesehatan adalah ketidakpuasan terhadap hubungan emosional, ketidakpuasan terhadap pendelegasian maupun kolaborasi yang diberikan serta dukungan dalam pelaksanaan program pengobatan (Arwani, 2002). Smet (1994) mengatakan bahwa keyakinan-keyakinan tentang kesehatan atau perawatan dalam sistem pelayanan kesehatan mempengaruhi kepatuhan tenaga kesehatan dalam melaksanakan peran dan fungsinya. Sedangkan dukungan sosial menurut Smet (1994) berpengaruh terhadap kepatuhan seseorang. Variabel-variabel sosial mempengaruhi kepatuhan tenaga kesehatan. Dukungan sosial memainkan peran terutama yang berasal dari komunitas internal petugas kesehatan, pasien maupun dukungan dari pimpinan atau manajer pelayanan kesehatan. Menurut Nurhayati (1997) dalam Gusti (2001) faktor yang mempengaruhi kepatuhan petugas kesehatan adalah adanya kebutuhan untuk mempunyai rasa perlu taat. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pengetahuan yang mendasarinya atau terjadi karena adanya ancaman terhadap dirinya, misalnya takut terinfeksi atau juga karena takut dosa. Petugas kesehatan akan taat jika ada yang dijadikan figur dari pimpinan atau teman sekerjanya, juga karena adanya pedoman yang jelas dalam melaksanakan sesuatu, kelengkapan alat, sarana dan kemudahan dalam melakukan pekerjaannya. Selain itu menurut penelitian Dewi Marlina (2010),

16 25 faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan petugas kesehatan meliputi masa kerja, pelatihan, pengetahuan, sikap, motivasi, pengawasan serta sarana. Menurut Kelman (1958) dalam Sarwono (1997) dijelaskan bahwa perubahan sikap dan perilaku individu diawali dengan proses patuh, identifikasi dan tahap terakhir berupa internalisasi. Pada awalnya individu mematuhi anjuran/instruksi tanpa kerelaan untuk melakukan tindakan tersebut dan seringkali karena ingin menghindari hukuman/sanksi jika dia tidak patuh atau untuk memperoleh imbalan yang dijanjikan jika dia mematuhi anjuran tersebut. Tahap ini disebut tahap kepatuhan (compliance). Biasanya perubahan yang terjadi pada tahap ini sifatnya sementara, artinya bahwa tindakan itu dilakukan selama masih ada pengawasan. Tetapi begitu pengawasan itu mengendur/hilang, perilaku itupun ditinggalkan. Kepatuhan individu yang berdasarkan rasa terpaksa atau ketidakpahaman tentang pentingnya perilaku yang baru, dapat disusul dengan kepatuhan yang berbeda jenisnya, yaitu kepatuhan demi menjaga hubungan baik dengan tokoh yang menganjurkan perubahan tersebut (change agent). Perubahan perilaku individu baru dapat menjadi optimal jika perubahan tersebut terjadi melalui proses internalisasi dimana perilaku yang baru itu dianggap bernilai positif bagi diri individu itu sendiri dan diintegrasikan dengan nilai-nilai lain dari hidupnya. Kepatuhan merupakan bagian dari perilaku individu yang bersangkutan untuk mentaati atau mematuhi sesuatu, sehingga kepatuhan tenaga kesehatan dalam melaksanakan SOP tergantung dari perilaku tenaga kesehatan itu sendiri.

17 26 Pengukuran kepatuhan dapat dilakukan menggunakan kuesioner yaitu dengan cara mengumpulkan data yang diperlukan untuk mengukur indikator-indikator yang telah dipilih. Indikator tersebut sangat diperlukan sebagai ukuran tidak langsung mengenai standar dan penyimpangan yang diukur melalui sejumlah tolak ukur atau ambang batas yang digunakan oleh organisasi merupakan penunjuk derajat kepatuhan terhadap standar tersebut. Jadi, suatu indikator merupakan suatu variabel (karakteristik) terukur yang dapat digunakan untuk menentukan derajat kepatuhan terhadap standar atau pencapaian tujuan mutu. Di samping itu indikator juga memiliki karakteristik yang sama dengan standar, misalnya karakteristik itu harus reliabel, valid, jelas, mudah diterapkan, sesuai dengan kenyataan dan juga dapat diukur (Al- Assaf, 2003). Kepatuhan para tenaga medis atau paramedis dalam memberikan pelayanan mengacu kepada standar dan prosedur sangat mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan terhadap pasien. Pelayanan kesehatan yang baik dimulai dengan meningkatnya kepatuhan terhadap standar pelayanan medis. Jika petugas kesehatan mematuhi dan mengikuti standar pelayanan kesehatan yang terbaik, diharapkan pasien akan mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk sembuh, artinya kesakitan dan kematian akan menurun (Wijono, 1997). Donabedian dalam Wijono (1997) menyatakan bahwa hasil pekerjaan (outcome) secara tidak langsung dapat digunakan sebagai pendekatan untuk menilai pelayanan medis. Diawali dengan tersedianya input atau struktur yang bermutu dalam pelayanan kesehatan dan adanya proses pelayanan medis sesuai dengan standar atau kepatuhan terhadap standar

18 27 pelayanan yang baik, diharapkan hasil pekerjaan (outcome) pelayanan medis yang bermutu. Depkes RI (2000) menyatakan bahwa tahapan prosedur pelayanan kesehatan gigi dan mulut antara lain : 1. Persiapan petugas (dokter gigi atau perawat gigi menggunakan lab jas, masker, dan sarung tangan). 2. Anamnesa dilakukan dengan lengkap dan jelas tentang identitas pasien, keluhan utama dan riwayat kesehatan pasien (tentang penyakit jantung, hipertensi, alergi, dan lain-lain). 3. Pemeriksaan ekstraoral dan intraoral. 4. Menentukan diagnosa. 5. Persiapan tindakan meliputi rencana perawatan atau pengobatan, informed consent dan sterilisasi alat. 6. Tindakan medik gigi, misalnya konservasi gigi (tambal sementara atau tambal tetap), pencabutan gigi (gigi susu atau gigi tetap), pembersihan karang gigi (supragingiva atau subgingiva), pengobatan abses dan lain-lain. 7. Kontrol tindakan atau konseling dapat berupa nasehat-nasehat perawatan, tindakan merujuk dan menerima pasien.

19 Prosedur Kerja di RSGMP FKG USU Prosedur Kerja di Departemen Periodonsia Prosedur kerja dalam melakukan perawatan pembersihan karang gigi (skeling) di Departemen Periodonsia, yaitu : 1. Persiapan alat dan bahan, yaitu : a. Sterilisasi meja & lampu dental unit dengan alkohol/dettol. b. Sterilisasi peralatan yang akan dipakai. c. Meja dental unit dialasi dengan handuk putih. d. Alat diagnostik dan penskeleran diletakkan pada instrument tray. e. Menyediakan tempat kapas bersih dan kapas kotor. f. Menyediakan gelas kumur pasien (gelas kumur disposable). g. Menyediakan alas dada pasien. h. Alat yang digunakan yaitu kaca mulut, pinset, sonde, probe periodontal, skeler, kuret periodontal, articulating paper, cermin dan neirbeken/tray. 2. Meminta tanda tangan dokter jaga pada buku masuk pasien. 3. Mengisi rekam medis, meliputi : identitas pasien, apel gigi, anamnesis (keluhan utama, riwayat perawatan gigi dan kebiasaan buruk), pemeriksaan periodonsium (pemeriksaan objektif dan indeks kalkulus), pemeriksaan gigi geligi, menegakkan diagnosis dan terapi. 4. Melapor untuk melakukan motivasi (menggunakan cermin). 5. Melapor untuk melakukan edukasi (menggunakan alat peraga pantom dan sikat gigi).

20 29 6. Melapor untuk melakukan instruksi (menggunakan sikat gigi dan dilakukan di depan cermin washtafel). 7. Melapor untuk melakukan penskeleran. 8. Kelengkapan pra perawatan : a. Operator menggunakan masker, sarung tangan dan jas lab. b. Pasien menggunakan alas dada. 9. Pasien berkumur dengan chlorheksidin. 10. Melakukan penskeleran. 11. Memeriksa hasil penskeleran secara visual dengan probe periodontal. 12. Melapor pada dokter jaga bahwa penskeleran telah selesai. 13. Pemeriksaan hasil penskeleran oleh dokter jaga. 14. Irigasi dengan povidone iodine. 15. Pemolesan dengan bahan poles, rubber cup dan brush polish yang dipasang pada mikromotor. 16. Instruksi pasca perawatan. 17. Meminta tanda tangan dokter jaga untuk memulangkan pasien. 18. Sterilisasi meja dan lampu dental unit dengan alkohol/dettol Prosedur Kerja di Departemen Ilmu Penyakit Mulut Prosedur kerja dalam melakukan perawatan Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) di Departemen Ilmu Penyakit Mulut, yaitu : 1. Kelengkapan pra perawatan : a. Operator menggunakan masker, sarung tangan dan jas lab.

21 30 b. Pasien menggunakan alas dada. 2. Persiapan alat dan bahan yaitu kaca mulut, pinset, sonde, kassa steril, kapas, anastetik topikal (topikal/sistemik), steroid (topikal/sistemik), analgetik, antiseptik dan multivitamin. 3. Sterilisasi alat. 4. Mengisi rekam medis, meliputi : identitas pasien, anamnesis (analisis gejala dan analisis etiologi), riwayat penyakit sistemik, pemeriksaan ekstra oral, pemeriksaan intra oral, pemeriksaan laboratorium (penunjang), diagnosis banding, menegakkan diagnosis dan terapi. 5. Melakukan perawatan dengan memberikan obat topikal. 6. Pemberian resep. 7. Memberikan instruksi. 8. Kontrol 1 minggu kemudian Prosedur Kerja di Departemen Bedah Mulut Maksilofasial Prosedur kerja dalam melakukan perawatan pencabutan gigi posterior rahang bawah di Departemen Bedah Mulut Maksilofasial, yaitu : 1. Kelengkapan pra perawatan : a. Operator menggunakan masker, sarung tangan dan jas lab. b. Pasien menggunakan alas dada. 2. Persiapan alat yaitu kaca mulut, sonde lurus, sonde setengah lingkaran, pinset, ekskavator, tempat tampon, tempat kotoran, neirbeken, tempat alkohol (deppen

22 31 glass), karpul untuk anastesi lokal, needle dan alat pencabut gigi (tang dan elevator sesuaigigi yang diekstraksi). 3. Persiapan bahan yaitu tampon steril, antiseptik desinfektan, anastesi lokal dan analgetik/antibiotik (bila perlu). 4. Mengisi rekam medis, meliputi : identitas pasien, apel gigi, pemeriksaan subjektif, pemeriksaan objektif, sonderen, perkusi, menegakkan diagnosis dan terapi. 5. Persetujuan lisan dari pasien dan atau keluarganya. 6. Pemeriksaan tekanan darah. 7. Aplikasi betadine di daerah trigonum retromolar dan bukal gigi yang akan dicabut. 8. Injeksi blok teknik Fisher dan infiltrasi di bagian bukal gigi yang akan dicabut. 9. Pencabutan gigi. 10. Pemeriksaan kelengkapan gigi (mahkota dan jumlah akar), soket (dari jaringan granuloma). 11. Penekanan pada luka bekas pencabutan. 12. Aplikasi tampon yang mengandung betadine pada luka bekas pencabutan. 13. Instruksi pasca pencabutan. 14. Pemberian resep analgetik dan antibiotik (bila perlu) Prosedur Kerja di Departemen Prostodonsia Prosedur kerja dalam melakukan pencetakan anatomis dalam pembuatan gigi tiruan cekat di Departemen Prostodonsia, yaitu :

23 32 1. Kelengkapan pra perawatan : a. Operator menggunakan masker, sarung tangan dan jas lab. b. Pasien menggunakan alas dada. 2. Persiapan alat dan bahan, yaitu : kaca mulut, sonde, pinset, sendok cetak anatomis rahang atas dan rahang bawah, rubbel bowl, spatula, alginate dan dental stone. 3. Mengisi rekam medis, meliputi : identitas pasien, anamnesis, pemeriksaan umum (penyakit sistemik/penyakit infeksi, kebiasaan jelek, riwayat pemakaian gigi tiruan dan sikap mental pasien), pemeriksaan lokal (ekstra oral, intra oral, pemeriksaan gigi penyangga dan pemeriksaan rontgen foto), menegakkan diagnosis dan membuat rencana perawatan. 4. Sendok cetak dicoba ke dalam mulut pasien. 5. Sendok cetak diisi dengan alginate. 6. Memasukkan sendok cetak ke dalam mulut pasien. 7. Setelah mengeras, cetakan dilepas dari mulut pasien. 8. Hasil cetakan yang baik meliputi seluruh gigi, prosessus alveolaris, perlekatan otot, cetakan rahang atas mencakup hamular notch dan tuberositas maxillaris dan cetakan rahang bawah mencakup retromolar pad dan sulkus lingualis, cetakan halus, tidak poreus dan dasar sendok cetak tidak terlihat. 9. Melapor ke dokter jaga untuk menunjukkan hasil pencetakan anatomis. 10. Pengisian cetakan dengan dental stone sebanyak 3 kali.

24 Prosedur Kerja di Departemen Ortodonsia Prosedur kerja dalam melakukan perawatan kontrol pasien pesawat lepasan di Departemen Ortodonsia, yaitu : 1. Kelengkapan pra perawatan : a. Operator menggunakan masker, sarung tangan dan jas lab. b. Pasien menggunakan alas dada. 2. Persiapan alat, yaitu : kaca mulut, sonde, pinset, tang lurus, tang bulat, tang trifus, tang bertingkat, mikromotor, bur, model gigi dan status pasien. 3. Melapor ke dokter jaga untuk memasukkan pasien. 4. Memasukkan pasien ke ruang klinik. 5. Melapor ke bagian administrasi departemen. 6. Melakukan kontrol terhadap pesawat lepasan pasien. 7. Instruksi pasca perawatan. 8. Melapor ke dokter jaga untuk menunjukkan hasil perawatan. 9. Membersihkan dental unit. 10. Melakukan pembayaran 11. Meminta tanda tangan dokter jaga Prosedur Kerja di Departemen Konservasi Gigi Prosedur kerja dalam melakukan perawatan restorasi Klas I Resin Komposit di Departemen Konservasi Gigi, yaitu : 1. Kelengkapan pra perawatan : a. Operator menggunakan masker, sarung tangan dan jas lab.

25 34 b. Pasien menggunakan alas dada. 2. Persiapan alat dan bahan yaitu kaca mulut, sonde lurus, sonde setengah lingkaran, pinset, ekskavator, instrument plastis, burnisher, semen stopper, ball applicator/kuas, macam-macam mata bur diamond highspeed, bur polish, cotton roll, saliva ejector, articulating paper, neirbeken/tray, tempat kotoran, contra angle high speed atau low speed, alat light cure, bahan etsa, bahan bonding dan resin komposit. 3. Mengisi rekam medis, meliputi : identitas pasien, riwayat kesehatan umum, riwayat kesehatan gigi umum, anamnesis, pemeriksaan ekstra oral, pemeriksaan intra oral, apel gigi, pemeriksaan klinis, pemeriksaan subjektif, pemeriksaan objektif, pemeriksaan penunjang, menegakkan diagnosis dan rencana perawatan. 4. Sterilisasi alat. 5. Informed consent. 6. Preparasi kavitas. 7. Cuci dengan water syringe dan keringkan dengan air syringe. 8. Isolasi daerah kerja dengan cotton roll dan saliva ejector. 9. Aplikasi bahan etsa dengan kuas selama 15 detik. 10. Cuci permukaan yang dietsa dengan water syringe dan keringkan dengan air syringe. 11. Isolasi daerah kerja dengan cotton roll dan saliva ejector. 12. Aplikasi resin bonding dengan kuas + light cure selama 20 detik. 13. Aplikasi RK dengan instrument plastis (layer by layer).

26 Adaptasi bahan RK dengan dinding kavitas menggunakan burnisher/semen stopper. 15. Light cure selama detik. 16. Konturing dengan carbide bur atau diamond bur. 17. Pemeriksaan dengan articulating paper. 18. Polishing Prosedur Kerja di Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak Prosedur kerja dalam melakukan perawatan pencabutan gigi sulung di Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak, yaitu : 1. Kelengkapan pra perawatan : a. Persiapan alat dan bahan (alat harus steril). b. Alat diletakkan di dalam tray. c. Meja unit dialas dengan handuk putih. d. Menggunakan jas lab, masker dan kemudian sarung tangan. e. Bekerja dengan four handed dentistry. 2. Mengisi rekam medis meliputi : identitas pasien, keadaan umum, riwayat pre dan post natal, riwayat medis dan pengalaman tentang kesehatan gigi, keluhan utama dan riwayatnya (lokasi, waktu, intensitas, durasi, penyebab dan perawatan yang sudah dilakukan), pemeriksaan ekstra oral, pemeriksaan intra oral, menghitung skor plak, pemeriksaan radiologis, menegakkan diagnosis dan rencana perawatan. 3. Mengatur posisi kepala pasien. 4. Operator berdiri sesuai dengan indikasi gigi yang akan dicabut.

27 36 5. Mengaplikasikan bahan povidone iodine pada mukosa regio yang akan dicabut. 6. Anaestesi lokal pada mukosa regio yang akan dicabut. 7. Melakukan tes dengan sonde. 8. Melakukan ekstraksi. 9. Membersihkan soket gigi. 10. Memberikan tampon dengan povidone iodine. 11. Memberikan instruksi pasca pencabutan Prosedur Kerja di Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat Prosedur kerja dalam melakukan perawatan Topikal Aplikasi Fluor (TAF) di Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat, yaitu : 1. Kelengkapan pra perawatan : a. Operator menggunakan masker, sarung tangan dan jas lab. b. Pasien menggunakan alas dada. 2. Persiapan alat dan bahan. 3. Pasien duduk di kursi gigi. 4. Melapor ke dokter jaga untuk melakukan skeling. 5. Melakukan pembersihan karang gigi (skeling). 6. Melapor ke dokter jaga untuk menunjukkan hasil pembersihan karang gigi (skeling). 7. Pemakaian disclosing solution.

28 37 8. Melakukan profilaksis dengan bubuk pumice dan air menggunakan bur kecepatan rendah. 9. Melapor ke dokter jaga untuk melakukan topikal aplikasi. 10. Isolasi gigi. 11. Melakukan aplikasi fluor. 12. Gigi dibiarkan selama 3 menit. 13. Instruksi pasca perawatan. 2.8 Landasan Teori Mutu pelayanan hanya dapat diketahui apabila telah dilakukan penilaianpenilaian, baik terhadap tingkat kesempurnaan, sifat, wujud, ciri-ciri pelayanan kesehatan dan kepatuhan terhadap standar pelayanan. Kegiatan penilaian dilakukan dengan menilai kinerja yang ada dan membandingkan dengan standar yang sudah disepakati (Aditama, 2002). Menurut Gibson (2006) terdapat 3 faktor yang mempengaruhi kepatuhan dan perilaku tenaga kesehatan, yaitu faktor individu (kemampuan dan keterampilan, latar belakang keluarga, pengalaman tingkat sosial dan demografi), faktor psikologis (persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi serta kepuasan kerja) dan faktor organisasi (struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan dan sistem penghargaan). Diagram skematis mengenai faktor yang mempengaruhi kepatuhan, perilaku dan kinerja dari tenaga kesehatan dapat dilihat pada bagan berikut :

29 38 Variabel Individu - Kemampuan dan keterampilan - Latar belakang individu : - Tingkat sosial - Pengalaman - Demografi - Umur - Etnis - Jenis kelamin Perilaku Individu (apa yang dikerjakan) Kepatuhan (hasil yang dicapai) Variabel Organisasi - Sumber daya - Kepemimpinan - Imbalan - Struktur - Desain Pekerjaan Variabel Psikologis - Persepsi - Kepribadian - Sikap - Belajar - Motivasi Gambar 2.2 Faktor yang Memengaruhi Kepatuhan dan Perilaku Sumber : Gibson (2006) Smet (1994) mengatakan bahwa kepatuhan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi kepatuhan dapat berupa karakteristik tenaga kesehatan itu sendiri, meliputi variabel demografi (umur, jenis kelamin, ras, suku bangsa dan tingkat pendidikan), kemampuan, persepsi dan motivasi. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi kepatuhan terdiri atas pola komunikasi, keyakinan / nilai-nilai yang diterima tenaga kesehatan dan dukungan sosial. Menurut Nurhayati (1997) dalam Gusti (2001) faktor yang mempengaruhi kepatuhan petugas kesehatan adalah adanya kebutuhan untuk mempunyai rasa perlu taat. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pengetahuan, pedoman

30 39 yang jelas dalam melaksanakan sesuatu, kelengkapan alat, sarana dan kemudahan dalam melakukan pekerjaannya. Menurut penelitian Dewi Marlina (2010), faktorfaktor yang mempengaruhi kepatuhan petugas kesehatan meliputi masa kerja, pelatihan, pengetahuan, sikap, motivasi, pengawasan serta sarana. 2.9 Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian dibuat dengan mereduksi beberapa teori yang telah di uraikan dalam tinjauan pustaka, mengingat adanya keterbatasan waktu, tenaga dan biaya. Oleh karena itu hanya beberapa variabel yang diteliti dalam penelitian ini yang dapat dilihat pada bagan di bawah ini : Variabel Bebas Karakteristik Responden : 1. Umur 2. Jenis Kelamin 3. IPK Pengetahuan Sarana dan Prasarana Variabel Terikat Kepatuhan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik dalam Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur di RSGMP FKG USU : 1. Kesiapan Petugas 2. Anamnesa 3. Pemeriksaan 4. Menentukan Diagnosa 5. Persiapan Tindakan 6. Tindakan Medik Gigi 7. Kontrol Tindakan Patuh Tidak Patuh Gambar 2.3 Kerangka Konsep

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian 91 Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian PENILAIAN STANDAR PELAYANAN RUMAH SAKIT MELALUI KEPATUHAN PROSEDUR KERJA DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PENDIDIKAN FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BPSL BLOK K NAMA : NIM : KLP BUKU PANDUAN SKILL LAB ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK (IKGA) SEMESTER V TAHUN AKADEMIK

BPSL BLOK K NAMA : NIM : KLP BUKU PANDUAN SKILL LAB ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK (IKGA) SEMESTER V TAHUN AKADEMIK BPSL BUKU PANDUAN SKILL LAB ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK (IKGA) SEMESTER V TAHUN AKADEMIK 2016-2017 BLOK 2.5.11K NAMA : NIM : KLP PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1173/MENKES/PER/X/2004 TENTANG RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1173/MENKES/PER/X/2004 TENTANG RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1173/MENKES/PER/X/2004 TENTANG RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

NASKAH AKADEMIK PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT (PENDIDIKAN) Konsil Kedokteran Gigi Konsil Kedokteran Indonesia Bogor, September 2010

NASKAH AKADEMIK PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT (PENDIDIKAN) Konsil Kedokteran Gigi Konsil Kedokteran Indonesia Bogor, September 2010 NASKAH AKADEMIK PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT (PENDIDIKAN) Konsil Kedokteran Gigi Konsil Kedokteran Indonesia Bogor, September 2010 ISSUES TEMU RSGMP SE INDONESIA 25 Agustus 2010 1. Pedoman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia pada saat ini

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia pada saat ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia pada saat ini mengakibatkan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga kesehatan gigi berisiko tinggi terpapar oleh mikroorganisme patogen di lingkungan kerja seperti bakteri, virus dan jamur selama perawatan gigi. Mikroorganisme

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI, DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.70, 2013 KEMENTERIAN KESEHATAN. Perawat Gigi. Pekerjaan. Penyelenggaraaan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN PERIODE BULAN JANUARI-MARET 2018

PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN PERIODE BULAN JANUARI-MARET 2018 LAPORAN PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN PERIODE BULAN JANUARI-MARET 2018 RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA INDIKATOR AREA KLINIS 1. Assesmen awal medis lengkap dalam 24

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah puas; merasa senang;

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah puas; merasa senang; BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepuasan Pasien 2.1.1 Pengertian Kepuasan Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah puas; merasa senang; perihal (hal yang bersifat puas, kesenangan, kelegaan dan sebagainya).

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK TERAPIS GIGI DAN MULUT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK TERAPIS GIGI DAN MULUT PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK TERAPIS GIGI DAN MULUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PROFIL LULUSAN DOKTER GIGI DI INDONESIA

PROFIL LULUSAN DOKTER GIGI DI INDONESIA PROFIL LULUSAN DOKTER GIGI DI INDONESIA Lulusan dokter gigi yang diharapkan sesuai dengan standar pendidikan dan kompetensi sebagai berikut: DOMAIN I : PROFESIONALISME Melakukan praktik di bidang kedokteran

Lebih terperinci

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Komisi Etik

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Komisi Etik Lampiran 1 Lembar Persetujuan Komisi Etik 58 59 Lampiran 2 Lembar informed consent LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN Selamat Sejahtera Saudara / Saudari, Perkenalkan nama saya Rafeatun Nisa, saat

Lebih terperinci

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang No.307, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Keperawatan. Pelayanan. Praktik. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5612) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Lengkap Tempat/ Tanggal Lahir Jenis Kelamin Agama Alamat Orangtua Ayah Ibu Riwayat Pendidikan : Ganesh Dorasamy : Kuala Lumpur, Malaysia / 25September1986 : Laki-laki

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1392/Menkes/SK/XII/2001 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA PERAWAT GIGI

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1392/Menkes/SK/XII/2001 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA PERAWAT GIGI KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1392/Menkes/SK/XII/2001 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA PERAWAT GIGI MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan UU Kesehatan RI no 36 pasal 46 tahun 2009, tentang upaya kesehatan. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan

Lebih terperinci

STANDART PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

STANDART PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT STANDART PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Hasil studi morbiditas SKRT-SURKESNAS 2001 menunjukkan bahwa dari sepuluh kelompok penyakit terbanyak yang dikeluhkan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah sakit Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 983/Menkes/SK/XI/1992 Rumah Sakit merupakan salah satu tempat dari sarana kesehatan menyelenggarakan kesehatan, bertujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. rekam medis yang sesuai dengan standar yang berlaku. dan dilengkapi dan dipelihara dengan baik untuk menjamin kesehatan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. rekam medis yang sesuai dengan standar yang berlaku. dan dilengkapi dan dipelihara dengan baik untuk menjamin kesehatan dan BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam rangka upaya peningkatan serta efisiensi pelayanan kesehatan di rumah sakit, perlu adanya dukungan dari berbagai faktor yang terkait. Salah satu faktor yang ikut mendukung

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Gigi dan

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Gigi dan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian adalah di Rumah Sakit

Lebih terperinci

BAB 2 DESKRIPSI PROYEK

BAB 2 DESKRIPSI PROYEK BAB 2 DESKRIPSI PROYEK Laporan Tugas Akhir 2.1 Tijauan Umum Proyek Deskipsi Proyek Kasus : Kampus Fakultas Kedokteran Gigi dan Mulut Tema : Modern Kontekstual Sifat Proyek : Semi Fiktif Pemilik Proyek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit 1. Pengertian Rumah Sakit Rumah sakit adalah sebagai salah satu pelayanan kesehatan yang di harapkan dapat memberikan kepuasan pelayanan bagi pasien. Pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BPSL BLOK BUKU PANDUAN SKILLS LAB PENYAKIT PERIODONTAL DAN MUKOSA MULUT NAMA : NIM : KLP SEMESTER IV TAHUN AKADEMIK

BPSL BLOK BUKU PANDUAN SKILLS LAB PENYAKIT PERIODONTAL DAN MUKOSA MULUT NAMA : NIM : KLP SEMESTER IV TAHUN AKADEMIK BPSL BUKU PANDUAN SKILLS LAB PENYAKIT PERIODONTAL DAN MUKOSA MULUT SEMESTER IV TAHUN AKADEMIK 2013-2014 BLOK 2.4.7 NAMA : NIM : KLP PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN 21 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif analatik dengan pendekatan potong lintang (cross-sectional study). Penelitian potong lintang merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kesehatan bersifat holistik atau menyeluruh. Dalam mengupayakan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kesehatan bersifat holistik atau menyeluruh. Dalam mengupayakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat sekarang ini kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental dan sosial tetapi juga dari aspek produktivitas dalam arti mempunyai pekerjaan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 1173 Tahun 2004 Tentang Rumah Sakit Gigi. dan Mulut (RSGM) pasal 1 ayat 1, RSGM adalah sarana pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 1173 Tahun 2004 Tentang Rumah Sakit Gigi. dan Mulut (RSGM) pasal 1 ayat 1, RSGM adalah sarana pelayanan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Pasal 1 Ayat 1 Tentang Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

Lebih terperinci

PERMENKES 340/2010 NOVOTEL, 2-3 SEPTEMBER Ketua ARSGMPI

PERMENKES 340/2010 NOVOTEL, 2-3 SEPTEMBER Ketua ARSGMPI PERMENKES 340/2010 NOVOTEL, 2-3 SEPTEMBER 2010 Ketua ARSGMPI POSISI RSGM SESUAI PERMENKES 340/2010 A. PELAYANAN NO. JENIS PELAYANAN UMY UNPAD UNHAS UNEJ USAKTI UNMAS UGM UNAIR UPDM I. 1. Pelayanan Medik

Lebih terperinci

UKP (UPAYA KESEHATAN PERORANGAN)

UKP (UPAYA KESEHATAN PERORANGAN) UKP (UPAYA KESEHATAN PERORANGAN) Bab VII Layanan Klinis yang Berorientasi Pasien (LKBP) Bab VIII Manajemen Penunjang Layanan Klinis Bab IX Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien (PMKP) Bab VII

Lebih terperinci

FORM CHECKLIST KELENGKAPAN REKAM MEDIS RS. SIAGA RAYA- JAKARTA SELATAN

FORM CHECKLIST KELENGKAPAN REKAM MEDIS RS. SIAGA RAYA- JAKARTA SELATAN FORM CHECKLIST KELENGKAPAN REKAM MEDIS RS. SIAGA RAYA- JAKARTA SELATAN Lampiran 6 No. No. RM IDENTITAS PASIEN Nama TTL JK Pekerjaan SP Agama Ayah Ibu Alamat anamnesis diagnosis Tindakan/ Pengobatan Dokter/

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) a. Pengertian JKN Jaminan Kesehatan Nasional di Indonesia merupakan pengembangan dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN... TENTANG MUTU PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

Perbedaan jenis pelayanan pada:

Perbedaan jenis pelayanan pada: APLIKASI MANAJEMEN DI RUMAH SAKIT OLEH : LELI F. MAHARANI S. 081121039 MARINADIAH 081121015 MURNIATY 081121037 MELDA 081121044 MASDARIAH 081121031 SARMA JULITA 071101116 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumah Sakit Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1019/MENKES/SK/VII/2000 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA PERAWAT GIGI

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1019/MENKES/SK/VII/2000 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA PERAWAT GIGI KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1019/MENKES/SK/VII/2000 TENTANG REGISTRASI DAN IZIN KERJA PERAWAT GIGI MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan lebih

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Desain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental klinis.

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Desain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental klinis. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental klinis. 4.2 Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah mahasiswa FKG UI yang dirawat dengan alat ortodonti

Lebih terperinci

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN KOTA PONTIANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi di masyarakat masih menjadi sebuah masalah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi di masyarakat masih menjadi sebuah masalah di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi di masyarakat masih menjadi sebuah masalah di Indonesia. Berdasarkan hasil wawancara oleh Departemen Kesehatan sebesar 25,9% penduduk Indonesia mempunyai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memajukan kesejahteraan umum sebagai salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit 1. Pengertian Rumah Sakit Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan. Menurut WHO, kesehatan adalah kondisi dinamis meliputi kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Pembangunan kesehatan pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB II PELAYANAN BEDAH OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

BAB II PELAYANAN BEDAH OBSTETRI DAN GINEKOLOGI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan bedah atau tindakan di bidang obstetri dan ginekologi merupakan suatu tindakan kedokteran yang dibutuhkan untuk memungkinkan suatu tindakan operasi oleh dokter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang fungsi utamanya memberikan pelayanan, perawatan, dan pengobatan kepada seluruh pasien, baik rawat inap, rawat jalan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit mampu melaksanakan fungsi yang profesional baik dibidang

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit mampu melaksanakan fungsi yang profesional baik dibidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan sarana prasarana yang menyediakan pelayanan bersifat preventif, promotif dan rehabilitatif yang saling berhubungan, padat pakar, dan dibangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat pada umumnya semakin sadar akan pentingnya kesehatan dalam kehidupan. Kesehatan merupakan salah satu kunci utama bagi seseorang dalam melaksanakan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEPERAWATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memajukan kesejahteraan umum sebagai

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT. Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt.

RUMAH SAKIT. Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt. RUMAH SAKIT Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt. DASAR HUKUM RUMAH SAKIT UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. PerMenKes RI Nomor 1045/menkes/per/XI/2006 Tentang Pedoman organisasi rumah sakit di lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan kesehatan adalah keadaan sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat. Sedangkan

Lebih terperinci

Nasution (2004) berpendapat bahwa mutu mencakup suatu usaha untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Penilaian pasien terhadap mutu pelayanan

Nasution (2004) berpendapat bahwa mutu mencakup suatu usaha untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Penilaian pasien terhadap mutu pelayanan 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini kesehatan gigi dan mulut menjadi perhatian penting karena dampaknya yang besar bagi kesehatan secara umum. Penyakit mulut memiliki dampak yang besar

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PRAKTIK PERAWAT

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PRAKTIK PERAWAT BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PRAKTIK PERAWAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah observational analitik dengan desain

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah observational analitik dengan desain BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah observational analitik dengan desain cross sectional. B. Populasi dan Subjek Penelitian 1. Populasi Populasi

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN. Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang kesehatan pada. dasarnya ditujukan untuk peningkatan

WALIKOTA TANGERANG SELATAN. Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang kesehatan pada. dasarnya ditujukan untuk peningkatan PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBEBASAN RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DASAR DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT BAGI PENDUDUK KOTA TANGERANG

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 17 TAHUN 2015 T E N T A N G TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS RUMAH SAKIT JIWA KALAWA ATEI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian klinis laboratoris dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian klinis laboratoris dengan A. DESAIN PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini termasuk jenis penelitian klinis laboratoris dengan rancangan post-test only control group design. B. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN Populasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kepuasan Konsumen Kepuasan konsumen berarti bahwa kinerja suatu barang atau jasa sekurang kurangnya sama dengan apa yang diharapkan (Kotler & Amstrong, 1997).

Lebih terperinci

memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Menurut Undang Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 93 ayat 1 pelayanan kesehatan

memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Menurut Undang Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 93 ayat 1 pelayanan kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan adalah sebuah konsep yang digunakan dalam memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Menurut Undang Undang No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Lampiran 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Salam Sejahtera, Saya Dziah Marhani sedang melakukan penelitian untuk menyelesaikan skripsi di Departemen Periodonsia Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL.

PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL. PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL. SURAT KEPUTUSAN No. : Tentang PANDUAN HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN DIREKTUR RS Menimbang : a. Bahwa untuk mengimplementasikan hak pasien dan keluarga di

Lebih terperinci

perlunya dilakukan : Usaha-Usaha Pencegahan Penyakit Gingiva dan Periodontal baik di klinik/tempat praktek maupun di masyarakat.

perlunya dilakukan : Usaha-Usaha Pencegahan Penyakit Gingiva dan Periodontal baik di klinik/tempat praktek maupun di masyarakat. Penyakit periodontal dibiarkan tanpa dirawat cenderung berlanjut sehingga merusak struktur periodontal pendukung. Sebagai konsekuensinya tenaga kesehatan gigi dituntut u dapat mengatasi masalah periodontal

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM AMAL SEHAT SRAGEN SKRIPSI

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM AMAL SEHAT SRAGEN SKRIPSI TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM AMAL SEHAT SRAGEN SKRIPSI Oleh : MUTTI ATUN HAFSAH K 100 050 213 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. medis lainnya. Sedangkan menurut American Hospital Assosiation rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. medis lainnya. Sedangkan menurut American Hospital Assosiation rumah sakit 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Rumah sakit adalah sebuah institusi yang menyediakan pelayanan kesehatan dengan tujuan memperbaiki kesehatan seluruh lapisan masyarakat dengan meliputi pelayanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spriritual yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spriritual yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perawat 1. Pengertian Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,

Lebih terperinci

PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN

PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pendidikan pasien dan keluarga membantu pasien berpartisipasi lebih baik dalam asuhan yang diberikan dan mendapat

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI Oleh : MEILINA DYAH EKAWATI K 100 050 204 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

DESKRIPSI KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA PENDIDIKAN KEDOKTERAN

DESKRIPSI KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA PENDIDIKAN KEDOKTERAN 7 LAMPIRAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA UNTUK PENDIDIKAN KEDOKTERAN DESKRIPSI UMUM DESKRIPSI KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Puskesmas Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Desain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental klinis.

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Desain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental klinis. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental klinis. 4.2 Subyek penelitian Subyek penelitian adalah pasien yang dirawat dengan alat ortodonti cekat sebanyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah proses komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah proses komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Praktik Kolaboratif Definisi praktik kolaboratif menurut Jones (2000) dalam Rumanti (2009) adalah proses komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang mempertimbangkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan pasien sebagai pengguna jasa merupakan salah satu indikator dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan pasien sebagai pengguna jasa merupakan salah satu indikator dalam BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Kepuasan pasien sebagai pengguna jasa merupakan salah satu indikator dalam menilai mutu pelayanan di rumah sakit. Kepuasan yang tinggi akan menunjukkan keberhasilan rumah sakit dalam

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN II-1 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan CV. Intan Dental merupakan klinik dokter gigi yang melayani pasien dalam pencegahan dan perawatan kelainan pada gigi dan mulut dengan dan tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan suatu obat dapat berpengaruh terhadap kualitas pengobatan, pelayanan dan biaya pengobatan. Penggunaan obat merupakan tahap akhir manajemen obat. Penggunaan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL INTEGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL INTEGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL INTEGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 66 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 25

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 66 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 25 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 66 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 25 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 54 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLAAN RUMAH

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ELIZABETH

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ELIZABETH PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ELIZABETH PT NUSANTARA SEBELAS MEDIKA RUMAH SAKIT ELIZABETH SITUBONDO 2015 DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN Tujuan Umum... 2 Tujuan Khusus... 2 BAB II

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG RUMAH SAKIT PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan dalam BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional untuk memperoleh derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan dalam Undang-Undang No. 36 tahun

Lebih terperinci

- 1 - RINCIAN KEGIATAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI KETERAMPILAN DAN ANGKA KREDITNYA SUB UNSUR BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL ANGKA KREDIT PELAKSANA

- 1 - RINCIAN KEGIATAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI KETERAMPILAN DAN ANGKA KREDITNYA SUB UNSUR BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL ANGKA KREDIT PELAKSANA - - RINCIAN KEGIATAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI KETERAMPILAN DAN ANGKA KREDITNYA SUB UNSUR BUTIR KEGIATAN SATUAN HASIL ANGKA KREDIT PELAKSANA -- LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR

Lebih terperinci

Cara menghitung unit cost bahan

Cara menghitung unit cost bahan Perhitungan Tarif Dokter Gigi Sebagai Dasar Gambaran Perhitungan Tarif Paket Pelayanan Gigi Dasar Menuju Pelayanan Praupaya di Asri Medical Center Yogyakarta ( PPK1 Dana Sehat Muhammadiyah ) Iwan Dewanto

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan salah satu sarana kesehatan dan tempat

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan salah satu sarana kesehatan dan tempat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah Sakit merupakan salah satu sarana kesehatan dan tempat penyelenggaraan upaya kesehatan serta suatu organisasi dengan sistem terbuka dan selalu berinteraksi dengan

Lebih terperinci

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, No.315, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. ORTA RS Kelas B dr. Suyoto. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2018 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT KELAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tindakan perawatan dalam bidang kedokteran gigi yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tindakan perawatan dalam bidang kedokteran gigi yang paling sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tindakan perawatan dalam bidang kedokteran gigi yang paling sering dilakukan adalah ekstraksi atau pencabutan gigi. 1 Ekstraksi gigi merupakan bagian paling

Lebih terperinci

JUMLA H EP SOP pendaftaran 2. Bagan alur pendaftaran. 3. Kerangka acuan (kepuasan pelanggan

JUMLA H EP SOP pendaftaran 2. Bagan alur pendaftaran. 3. Kerangka acuan (kepuasan pelanggan BA B VII STANDAR 1. Proses Pendaftaran Pasien. Proses pendaftaran pasien memenuhi kebutuhan pelanggan dan didukung oleh sarana dan lingkungan yang memadai. KRITE RIA JUMLA H EP 1 7 1. SOP pendaftaran 2.

Lebih terperinci

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO, 06 JANUARI 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR 11 S A L I N A N PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 11 TAHUN 2015 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WALUYO JATI KRAKSAAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. PERMENKES RI Nomor: 159b/Menkes/Per/II/1988 disebutkan bahwa setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. PERMENKES RI Nomor: 159b/Menkes/Per/II/1988 disebutkan bahwa setiap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu bagian dari rantai pelayanan kesehatan tidak terlepas dari tanggung jawab memberikan pelayanan gawat darurat. Di dalam PERMENKES RI Nomor:

Lebih terperinci

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, menuntut perawat bekerja secara profesional yang didasarkan pada standar praktik keperawatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan begitu kompleksnya masalah hidup sekarang ini menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

GARIS GARIS BESAR PROGRAM PENGAKARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar)

GARIS GARIS BESAR PROGRAM PENGAKARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar) GARIS GARIS BESAR PROGRAM PENGAKARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar) JUDUL MATA KULIAH : PEDODONSIA TERAPAN NOMOR KODE / SKS : KGM / 427 / 2 SKS A. DESKRIPSI SINGKAT : Mata kuliah ini membahas mengenai

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.295, 2015 KESEHATAN. Rumah Sakit Pendidikan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5777). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umum sebagaimana yang diamanatkan di dalam pembukaan Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umum sebagaimana yang diamanatkan di dalam pembukaan Undang-Undang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kenyamanan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang

Lebih terperinci

Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL. Indikator Standar Dimensi Input/Proses l/klinis 1 Kepatuhan

Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL. Indikator Standar Dimensi Input/Proses l/klinis 1 Kepatuhan Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL N o Indikator Standar Dimensi Input/Proses /Output Manajeria l/klinis 1 Kepatuhan 90% Efektifitas Proses Klinis terhadap clinical pathways

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah 13 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam aspek hukum kesehatan, hubungan dokter dengan pasien terjalin dalam ikatan transaksi atau kontrak terapeutik, (Hanafiah dan Amir, 2008). Tingginya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 44 tahun 2009 menyatakan bahwa rumah sakit. merupakan pelayanan kesehatan yang paripurna (UU No.44, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 44 tahun 2009 menyatakan bahwa rumah sakit. merupakan pelayanan kesehatan yang paripurna (UU No.44, 2009). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No. 44 tahun 2009 menyatakan bahwa rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang bertujuan menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

Lebih terperinci