BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAHAN DAN METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilaksanakan di Pulau Samosir Kabupaten Samosir. Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan di mulai dari Bulan Juli 2016 sampai dengan Oktober Bahan dan Alat Penelitian Bahan Bahan yang di gunakan adalah sampel hijauan yang di ambil dari Pulau Samosir, Kabupaten Samosir. Alat Peralatan yang digunakan meliputi: kuadran persegi 1x1 m sebagai alat untuk mengukur produksi hijauan, gunting untuk memotong hijauan, label name untuk memberi tanda pada sampel yang di ambil, mistar untuk mengukur tinggi tanaman, timbangan sebagai alat menimbang bahan segar dan bahan kering, oven sebagai alat pengeringan bahan segar untuk memperoleh bahan kering (BK), plastik dan amplop sebagai wadah untuk menyimpan sampel, dan kamera sebagai alat dokumentasi. Metode Penelitian Pengkajian Hijauan Pakan Ternak pada lahan padang penggembalaan di Kabupaten Samosir meliputi, penentuan lahan untuk tempat penelitian berdasarkan ketinggian tempat, pengambilan sampel hijauan, identifikasi tanaman, menghitung produktivitas dan penentuan ranking hijauan.

2 Prosedur Pelaksanaan Penelitian 1. Penentuan tempat pengambilan sampel Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) di Pulau Samosir yaitu : a. Pada ketinggian yang terdiri dari Desa Simbolon, Desa Simanindo, Desa Unjur 48, Desa suhi-suhi Dolok, Desa Garoga 46, Desa Onan Runggu, Desa Parbaba Dolok dan Desa Sabungan Nihuta 2. b. Pada ketinggian lebih 1205 mdpl atau maksimal 1690 mdpl yang terdiri dari Desa Tanjungan, Desa Sipira 33, Desa Sipira 33, Desa Sabungan Nihuta 1, Desa Lumban Simbolon I, dan Desa Lintong Sunut. 2. Pengambilan dan penentuan jumlah cuplikan Pengambilan cuplikan dilakukan secara acak dan sistematik (Reksohadiprodjo, 1994) yang dimulai dari titik yang telah di tentukan kemudian cuplikan-cuplikan diambil pada jarak-jarak tertentu sepanjang garis yang memotong padang rumput dengan langkah-langkah sebagai berikut (Susetyo, 1980) : a. Petak cuplikan seluas 1m² atau lingkaran dengan garis tengah 1m. b. Petak cuplikan pertama diletakkan secara acak. c. Petak cuplikan kedua diambil pada jarak sepuluh langkah kekanan dari petak cuplikan pertama dengan luas yang sama. Kedua petak yang berturut-turut tersebut membentuk satu kumpulan (Cluster). d. Cluster selanjutnya diambil pada jarak lurus 125 m dari cluster sebelumnya.

3 e. Pengambilan cuplikan pada lahan pastura alami di Kabupaten Samosir Pulau Samosir pada dataran tinggi dan rendah dilakukan sebanyak 71 cuplikan. Pada ketinggian mdpl (pada ketinggian terendah) pengambilan cuplikan dilakukan sebanyak 58 cuplikan dan pada ketinggian lebih dari 1205 mdpl atau maksimal 1690 mdpl pengambilan cuplikan dilakukan sebanyak 13 cuplikan. Setelah petak cuplikan ditentukan, semua hijauan yang terdapat didalamnya dipotong sedekat mungkin dengan tanah. f. Setelah petak cuplikan ditentukan, semua hijauan yang terdapat didalamnya dipotong sedekat mungkin dengan tanah. g. Hijauan tersebut dimasukkan kedalam amplop dan ditimbang berat segarnya. h. Berdasarkan berat segar tersebut dapat di ketahui berat kering hijauan. 3. Peubah yang diamati 3.1 Komposisi Botani Untuk mengetahui masing-masing jenis hijauan dilakukan identifikasi jenis hijauan berdasarkan spesies serta menamai setiap jenis hijauan berdasarkan buku panduan hijauan ataupun berdasarkan referensi lainnya. Dari identifikasi tanaman kita dapat melakukan perhitungan komposisi botani. Komposisi botani dihitung untuk mengetahui produk bahan segar yang di kumpulkan, kemudian dilakukan separasi berdasarkan spesies kemudian ditimbang. Setelah ditimbang berdasarkan spesies lalu sampel tersebut di oven. Sampel yang telah dioven di timbang kembali dan dicatat sebagai hasil komposisi

4 botani. Untuk mengestimasi komposisi jenis-jenis hijauan pakan (komposisi botani) atas dasar bahan kering digunakan metode Dry Weight Rank (DWR). Analisis Kandungan Nutrisi Sampel yang telah di oven kemudian di analisis kandungan nutrisinya yang meliputi : kadar air dan bahan kering, analisis kadar abu dan bahan organik, analisis kadar lemak kasar (ether exstract), kadar protein kasar (crude protein), serat kasar (crude fibre). 3.2 Kadar air dan bahan kering Air yang terkandung didalam suatu bahan pakan akan menguap seluruhnya apabila bahan tersebut dipanaskan pada suhu (selama ± 8 jam). Residu yang tersisa disebut bahan kering (Dry matter) dan air yang teruap disebut kadar air (Moisture). 3.3 Kadar abu dan bahan organik Kandungan kadar abu ditentukan dengan cara mengabukan atau membakar hijauan dalam tanur, pada suhu C sampai semua karbon hilang dari sampel. 5.3 Kadar lemak kasar (Ether extract) Kandungan lemak bahan pakan ditentukan dengan metode soxhlet yaitu proses ekstraksi suatu bahan pakan dalam tabung soxhlet dan kemudian ether tersebut diuapkan sehingga dapat diketahui berat lemaknya (Ether extract). 5.4 Kadar protein kasar ( Crude protein) Kadar protein ditentukan berdasarkan cara Kjedhal disebut sebagai kadar protein kasar (Crude protein). Protein dan komponen organik dalam sampel di destruksi dengan menggunakan asam sulfat dan katalis. Hasil destruksi

5 dinetralkan dengan menggunakan larutan alkali melalui destilasi. Destilat ditampung dalam larutan asam borat, selanjutnya ion-ion borat yang terbentuk di titrasi dengan menggunakan larutan HCl. 5.6 Kadar serat kasar ( Crude fibre) Bahan makanan yang bebas dari air dan bebas dari lemak, direbus dengan asam lemah. Bahan organik yang tertinggal kemudian disaring dengan vacump pump. Hilangnya berat setelah ampas dipijarkan adalah berat serat kasar (crude fibre). Analisis Data Analisis ini digunakan untuk menggambarkan keadaan umum di lokasi penelitian dan menganalisa pola penyediaan hijauan makanan ternak pada lokasi tersebut. Data primer dan sekunder yang diperoleh kemudian ditabulasi serta dianalisis secara deskriptif. Komposisi botani ditentukan dengan menggunakan metode Dry Weight Rank. Pada peubah analisis kandungan nutrisi pada ketinggian tempat yang berbeda dilakukan uji t.

6 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Batas-batas wilayah Kabupaten Samosir adalah adalah di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun, disebelah Selatan berbatasan dengan Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan, di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Pakpak Barat, dan di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir (Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir, 2013). Gambar 2. Peta Kabupaten Samosir Sumber: Data Olahan Laboratorium GIS (Geographic Information System), Secara geografis kabupaten Samosir terletak diantara 2º º49 48 LU dan 98º º01 48 BT dengan ketinggian antara mdpl. Luas Wilayah sekitar 2.069,05 km² dan terdiri dari luas daratan ± 1.444,25 km² atau

7 sekitar 69,80%, yaitu seluruh pulau samosir yang di kelilingi oleh danau Toba dan sebagian wilayah daratan Pulau Sumatera, dan luas wilayah Danau Toba ± 624,80 km² (30,20%). Menurut kecamatan, wilayah daratan yang paling luas adalah kecamatan Harian dengan luas ± 560,45 km² (38,31%) diikuti oleh kecamatan Simanindo ± 198,20 km² (13,72%), Kecamatan Palipi ± 129,55 km² (8,97%), Kecamatan Pangururan ± 121,43 km² (8,41%), Kecamatan Nainggolan ± 87,86 km² (60,89%), Kecamatan Onanrunggu ± 6,08 km² (4,22%) (Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir, 2016). Kabupaten Samosir beriklim tropis basah dengan suhu sekitar 17ºC-29ºC dan rata-rata kelembaban udara sebesar 85,04%. Sepanjang tahun 2015, rata-rata curah hujan per bulan yang tertinggi terdapat di Kecamatan Onan Runggu 219,92 mm, Kecamatan Simanindo 168,50 mm, Kecamatan Pangururan 162,17 mm, Kecamatan Palipi 143,25 mm, Kecamatan Nainggolan 92,58 mm, dan Kecamatan Ronggur Nihuta 42 mm (Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir, 2016). Keadaan topografi dan kontur tanahnya beraneka ragam, yaitu datar, berbukit, bergelombang, miring dan terjal. Struktur tanahnya labil dan berada pada jalur gempa tektonik dan vulkanik. Topografi dan kontur tanah di Kabupaten Samosir dengan komposisi kemiringan: a) 0 20 (datar) ± 10%, b) (landai) ± 20%, c) (miring) ± 55%, d) >400(terjal) ± 15% (Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir, 2016).

8 Penentuan Tempat Penelitian Berdasarkan hasil survei diketahui bahwa ada 63 titik pastura alami di pulau Samosir dimana titik tersebut ditentukan berdasarkan tafsiran luas lahan dan perkiraan yang layak untuk dijadikan sebagai tempat penelitian. Hasil survei yang 63 titik yang didapat kemudian dipetakan berdasarkan ketinggian tempat, kelas kemampuan lahan dan penggunaan lahan untuk menentukan titik-titik lokasi dimana sampel akan di ambil. Penggo longan titik-titik tempat pengambilan sampel penelitian tersaji pada Tabel 1. Tabel 1. Pemetaan pastura alami berdasarkan ketinggian di Pulau Samosir Ketinggian Tempat Kelas Kemampuan Lahan Semak belukar Penggunaan lahan Tanah Lahan Sawah terbuka kering KKL II mdpl KKL III KKL IV KKL II Lebih dari 1205 mdpl KKL III KKL IV Rawa Berdasarkan hasil Tabel 1 penentuan titik-titik sampel dapat dilihat berdasarkan kelas kemampuan lahan dimana kelas kemampuan lahan dibagi dua bagian berdasarkan ketinggian yaitu pada ketinggian mdpl terdapat 3 tempat kkl yaitu pertanian lahan kering dan tanah terbuka dan pada ketinggian lebih dari 1200 mdpl terdapat lima lokasi yaitu pada kkl IV di semak belukar, tanah terbuka,pertanian lahan kering, rawa dan sawah. Pengambilan titik sampel kemudian diseleksi berdasarkan analisis yang telah dilakukan dan diambil sampel 15 titik yang dijadikan sebagai

9 tempat untuk pengambilan sampel penelitian. Kelima belas titik tersebut tertuang dalam Tabel 2. Tabel 2. Titik lokasi penelitian pada ketinggian mdpl dan pada ketinggian diatas 1200 mdpl No. D Desa Ketinggian tempat (mdpl) 1 Simbolon Simanindo Unjur Garoga Marlumba Suhi-suhi Dolok Parbaba Dolok Onanrunggu Sabungan Nihuta Titik lokasi penelitian pada ketinggian >1200 mdpl 10 Tanjungan Sabungan nihuta Lintong Sunut Lumban Simbolon I Sipira Sipira Sumber : Data primer (2016). Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa penelitian di lakukan dengan mengambil sampel di 15 titik lokasi penelitian. Pengambilan sampel pada ketinggian mdpl berjumlah 9 titik, sementara pada ketinggian diatas 1200 berjumlah 6 titik. Pada ketinggian lebih dari 1200 mdpl pastura terendah berada pada lokasi Sigaol yang terletak pada ketinggian 910 mdpl, dengan jenis pastura yang tersedia adalah pastura campuran. Sementara titik tertinggi terdapat pada Peanabolak yang terletak pada ketinggian 1149 mdpl, dengan jenis rumput yang tersedia adalah rumput lapangan. Pada ketinggian lebih dari 1200 mdpl titik terendah terdapat pada lokasi Tanjungan yang terletak pada ketinggian 1305 mdpl dengan jenis rumput yang tersedia adalah rumput lapangan, sementara lokasi tertinggi berada di titik Sipira 33 yang terletak pada ketinggian 1405 mdpl.

10 Berdasarkan ketersediaan lahan penggembalaan, seluruh lokasi merupakan lahan yang potensial digunakan sebagai lahan penggembalaan alami bagi ternak ruminansia. Hal ini sesuai dengan pernyataan Susetyo (1980), yang menyatakan bahwa produktivitas hijauan pakan suatu padang penggembalaan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor ketersediaan lahan yang memadai, dimana lahan tersebut harus mampu menyediakan hijauan pakan yang cukup bagi kebutuhan ternak. Disamping itu faktor kesuburan tanah, ketersediaan air, iklim dan topografi turut berpengaruh terhadap produktivitas padangan dalam pengadaan hijauan pakan. Kualitas hijauan pakan ternak juga ditentukan oleh komposisi hijauan dalam suatu areal padang penggembalaan dapat mengalami perubahan dimana kondisi tanah yang kurang bagus atau mengalami kekeringan karena musim kemarau yang berkepanjangan. Padang penggembalaan dikatakan baik yaitu jika memiliki kapasitas tampung 0,4 hektar untuk 1 ST, atau satu hektar lahan dapat menampung 2,5 ST/tahun. A. Komposisi Botani Hijauan Komposisi hijauan suatu padang penggembalaan turut menentukan kualitas hijauan pakan. Padang penggembalaan yang mengandung hijauan yang bervariasi antara rumput-rumputan dan leguminosa, terutama spesies tanaman yang berkualitas baik akan meningkatkan kualitas hijauan.

11 Tabel 3. Komposisi Botani Hijauan dan Jumlah Frekuensi Kemunculan pada padang penggembalaan alami di Kabupaten Samosir pada ketinggian mdpl Komposisi Botani (gr) Komposisi Botani (%) No Jenis Hijauan Bahan Bahan Bahan Frekuensi Bahan Segar Kering Segar Kering 1 Imperata Cylindrica 2.454,68 947,09 21,51 21, Axonopus 1.950,75 939,48 17,11 21,22 30 compressus 3 Paspalum 1.443,39 604,45 12,66 13,65 12 conjugatum 4 Zoysia matrella 168,62 383,21 10,25 8, Melasthoma 777,56 290,76 6,82 6,57 18 mallabathricum 6 Stylosanthes capitata 510,77 51,27 4,48 3, Cynodon 453,77 176,10 3,98 3,98 6 plestosthasium 8 Mimosa pudica L. 336,34 133,60 2,95 3, Digitaria milanjana 327,21 143,18 2,87 3, Leptosola sinensis 327,21 102,02 2,87 2, Rabba-rabba 265,65 148,40 2,33 3, Stachytarpheta 256,53 69,35 2,25 1,57 3 jamaicensis 13 Eupathorium 197,48 54,15 1,73 1,22 3 adenophorum 14 Clonemia sp 153,92 27,26 1,35 0, Arachis pintoi 149,36 52,49 1,31 1, Hiptis brevipus 02,65 25,13 0,89 0, Cynodon dactilon 97,91 26,38 0,85 0, Desmodium 73,97 29,02 0,64 0,66 15 triplorum 19 Vigna parkeri baker 69,55 27,74 0,61 0, Cassia sp 66,13 21,00 0,58 0, Leucena sp 45,60 16,34 0,40 0, Gleichenia linearis 37,62 15,35 0,33 0, Centella asiatika 37,62 9,75 0,33 0, Oryza sativa 31,92 8,90 0,28 0, Brachiaria Mutica 27,36 13,32 0,24 0, Digitaria cyliaris 18,24 7,22 0,16 0, Sabi-sabi 12,54 2,00 0,11 0, Pakis 2,28 0,89 0,02 0, Brachiaria 2,28 1,09 0,02 0,02 1 decumbens 30 Chloris gayana 1,14 0,45 0,01 0, Bandotan 1,14 0,29 0,01 0,01 1 Total , ,

12 Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa komposisi botani hijauan pada ketinggian mdpl yang paling tertinggi adalah Imperata cylindrica yaitu sebesar 2.454,68 g dengan kandungan BK 947,09 g diikuti rumput Axonopus compressus 1.950,75 g dengan kandungan BK 939,48 g dan Paspalum conjugatum 1.443,39 g dengan kandungan BK 604,45 g. Komposisi berat segar yang paling kecil berada pada Bandotan dengan persentase 1,14 g dengan kandungan BK 0,29 g. Sementara komposisi botani legum yang paling tinggi adalah Mimosa pudica L. 2,95% diikuti oleh Chloris gayana 1,14 g dengan kandungan BK 0,45 g. Komposisi botani setiap jenis hijauan berbeda-beda yang dihitung berdasarkan total produksi bahan segar pada masing-masing spesies. Selain itu perbedaan komposisi botani hijauan yang tertinggi yaitu Alang-alang (Imperata cylindrica) karena Alang-alang (Imperata cylindrica) dapat berkembang biak dengan cepat disebabkan cepatnya perkembangan dan penyebaran serta mudah tumbuh dan tahan terhadap injakan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Jayadi (1991) yang menyatakan bahwa Alang-alang (Imperata cylindrica) dapat berkembang biak dengan cepat dengan benih-benihnya yang tersebar cepat bersama angin, atau melalui rimpangnya yang cepat menembus tanah yang gembur. Alang-alang (Imperata cylindrica) biasanya tumbuh pada lahan bekas hutan yang rusak dan terbuka, bekas ladang, sawah yang mengering, tepi jalan dan lain-lain. Sampai taraf tertentu, kebakaran vegetasi dapat merangsang pertumbuhan alang-alang. Hal ini juga didukung dengan pernyataan Dwidjoseputro (2009) yang menyatakan bahwa jenis rumput ini dapat tumbuh

13 pada elevasi 0 sampai ketinggian 300 meter dpl dengan curah hujan mm/thn. Persentase komposisi berdasarkan berat botani hijauan pada pastura alami di Pulau Samosir pada ketinggian lebih dari 1200 mdpl. Tabel 4. Komposisi Botani Hijauan dan Jumlah Frekuensi Kemunculan Hijauan pada Pastura alami di Pulau Samosir pada ketinggian lebih dari 1200 mdpl NO Jenis Hijauan Komposisi Botani (gr) Komposisi Botani (%) Frekuensi Berat Segar Berat Segar Berat Kering Berat Kering 1 Axonophus compressus 1321,0 636,19 67,64 73, Paspalum conjugatum 329,43 137,95 16,87 15, Flemingia macrofilia 61,71 19,70 3,16 2, Imperata cylindrical 50,71 19,56 2,60 2, Centella aciatica 44,09 11,42 2,26 1, Euphatorium adenophorum 38,59 10,58 1,98 1, Zoysia matrella 35,54 11,65 1,82 1, Stylosanthes capitata 19,13 5,66 0,98 0, Amaratus S.p 17,82 6,04 0,91 0, Cynodon plestosthasium 10,28 3,99 0,53 0, Mimosa pudica L. 5,49 2,18 0,28 0, Chloris gayana 5,49 2,14 0,28 0, Rumput lumut 4,07 2,03 0,21 0, Paspalum notatum 2,64 1,44 0,14 0, Leucena S.p 2,64 0,94 0,14 0,11 2 Total , Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa jenis botani hijauan pada ketinggian lebih dari 1200 mdpl yang paling tertinggi adalah Axonophus compressus dengan persentase produksi berat segar 67,64% dan persentase berat berat bahan kering 73%. Jenis hijauan dengan persentase tertinggi kedua adalah Paspalum conjugatum dengan persentase produksi berat segar 16,86% dengan dan persentase hijauan 15,83%. Serta tertinggi ketiga adalah Flemingia macrofilia dengan persentase produksi 3,15% dengan persentase berat berat bahan kering 2,26%. Sementara

14 jenis komposisi botani terendah yaitu Leucena sp. dengan persentase 0,14% dengan persentase berat berat bahan kering 0,11%. Komposisi botani pada ketinggian mdpl dan lebih dari 1200 mdpl memiliki produksi botani yang berbeda. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mcllroy (1976) yang menyatakan bahwa, komposisi botani padang penggembalaan tidak selalu konstan. Perubahan susunan komponen dipengaruhi oleh musim, kondisi tanah dan sistem penggembalaan. Komposisi suatu padang penggembalaan dipengaruhi oleh curah hujan, ketinggian tempat dan pengelolaan penggembalaan. Perbandingan komposisi botani di Pulau Samosir pada ketinggian mdpl dan lebih dari 1200 mdpl dapat dilihat melalui penggolongan hijauan makan ternak pada 3 penggolangan yaitu rumput dan legum dan gulma hal ini terlihat pada Tabel 5. Tabel 5. Perbandingan jumlah spesies hijauan pada padang penggembalaan alami di Kabupaten Samosir pada ketinggian dan diatas 1200 mdpl Jenis Botani Ketinggian ( mdpl) Ketinggian (>1200 mdpl) Rumput (%) 85,98 98,76 Legum (%) 7,99 1,01 Gulma (%) ,23 Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa komposisi jenis rumput yang lebih mendominasi padang penggembalaan di Pulau Samosir dibandingkan jenis legum. Jenis botani hijauan yang paling dominan pada kedua ketinggian yaitu Axonophus compressus, Imperata cilindryca dan Paspalum conjugatum. Axonopus compressus ( rumput karpet) merupakan rumput menahun dan memiliki tunas yang menjalar dan bercabang. Rumput ini dapat tumbuh pada dataran tinggi dan dataran rendah. Axonopus Compressus memiliki perakaran tunggang dan

15 memiliki banyak cabang serta akar rumput berwarna coklat keputih-putihan (Tjitrosoepomo, 2001), tingginya persentase rumput disebabkan rumput mudah sekali tumbuh dan berkembang pada hampir semua jenis tanah dan pada berbagai jenis iklim. Hal ini sesuai tidak sesuai dengan pernyataan Reksohadiprodjo (1985), menyatakan padang rumput yang baik perbandingan komposisi botanis dengan leguminosa adalah 60% rumput dan 40% leguminosa. Dari hasil analisis komposisi botani pada padang penggembalaan alami di Pulau Samosir terdapat pada ketinggian lebih dari 1200 mdpl hijauan legum hampir tidak ada. Hal ini pada saat penelitian dilakukan dalam keadaan kemarau panjang. Tidak tumbuhnya legume diakibatkan oleh perenggutan ternak kerbau sehingga mengakibatkan legume susah untuk bertumbuh kembali. Hal lain yang mengakibatkan legume untuk susah tembuh yaitu tumbuhan legume tidak tahan injakan terutama injakan ternak ruminansia besar. Hal ini diperkuat oleh Subagyo (1988), yang menyatakan bahwa faktor iklim yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi hijauan atau tanaman makanan ternak adalah radiasi, panjang hari, suhu, kelembaban dan curah hujan. Selain itu, tingginya komposisi jenis rumput di kedua lokasi diduga karena pertumbuhan rumput lebih cepat daripada leguminosa. Hal ini karena jenis rumput umumnya tumbuh membentuk rumpun, memiliki sistem perakaran yang kuat sehingga tahan injakan dan renggutan ternak, regrowth- nya cepat, rhizomanya merayap dan membentuk tanaman baru yang cepat menyebar jika mengalami pemotongan baik oleh ternak maupun defoliasi.

16 Analisis Kandungan Nutrisi Untuk mengetahui kandungan nutrisi pada hijauan yang paling dominan dilakukan analisis proksimat. Hal ini di sajikan dalam Tabel 6 berikut : Tabel 6. Hasil Analisis Kandungan Nutrisi Hijauan (berdasarkan BK) Jenis Hijauan BK ABU PK SK LK Beta-N Euphatorium adenophorum 82,90 9,44 8,65 15,67 0,73 48,43 Stylosantes capitata 90,11 9,09 9,89 27,64 1,37 42,12 Paspalum conjugatum 91,19 6,61 9,03 35,78 0,53 39,24 Cynodon dactylon 91,6 9,88 8,74 29,54 0,73 42,71 Flemingia M. 90,44 11,69 14,21 32,45 1,56 30,53 Zoysia matrella 92,69 5,51 14,53 31,86 1,55 39,24 Axonopus compressus 91,88 10,79 10,44 28,17 1,41 41,07 Imperata cilindrica 91,3 9,40 13,21 29,02 1,68 37,99 rabba-rabba 90,25 8,27 9,17 26,82 1,63 44,36 Centella asiatica 90,37 10,05 9,07 18,24 1,33 51,68 Melastoma malabatricum 91,72 5,74 11,88 26,77 0,24 47,09 Mimosa pdica 90,92 4,74 9,42 30,11 1,05 45,6 Leptosola sinensis 89,54 10,56 13,88 27,06 1,22 36,82 Starkuak 91,12 11,08 15,13 22,83 1,32 40,76 Stacytarpheta jamaisensis 90,93 5,23 14,48 18,24 0,03 52,95 Berdasarkan hasil analisis kandungan bahan kering (BK) teringgi pada jenis hijauan Zoysia matrella yaitu 92.69%, diikuti oleh rumput Axonopus compressus 91.88% dan Imperata cylindrica 91.30%. Sementara kandungan BK terendah yaitu Euphatorium adenophorum (teklan) 82,90 %. Kadar abu tertinggi didapat pada hijauan Flemingia macrofilia 11.69%, kadar PK tertinggi yaitu pada rumput Zoysia matrella 14.53%, SK tertinggi Paspalum conjugatum 35.78%, LK tertinggi Imperata Cylindrica 1.68% dan kandungan Beta-N tertinggi yaitu Centella aciatica 51.68%. Tingginya kandungan BK suatu tanaman dipengaruhi oleh kondisi tanah yang mengalami kekeringan sehingga hijauan yang tumbuh juga mengalami krisis air sehingga kadar BK tanaman pun meningkat. Hal ini sesuai dengan kondisi di lokasi penelitian karena pada daerah penelitian

17 mengalami kemarau yang sangat panjang sehingga tanaman pada lahan pastura mengalami krisis air atau kekeringan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Williamson et al., (1993) yang menyatakan bahwa kandungan BK pada musim hujan umumnya lebih rendah dibandingkan dengan musim kemarau. Hal ini disebabkan oleh pengairan pada saat musim penghujan yang menyebabkan tanaman tidak mengalami krisis air dan pertumbuhan tanaman akan semakin baik karena kadar air pada tanaman akan semakin meningkat sehingga kadar bahan kering hijauan menjadi rendah pada saat panen. Berbeda dengan musim kemarau, pada saat tanaman mengalami krisis air maka kadar bahan kering (BK) tanaman tersebut akan semakin meningkat. Krisis air pada tanaman dapat meningkatkan kadar BK hijauan dan dapat menurunkan kadar PK atau LK tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sitorus dan Siregar (1978), yang menyatakan bahwa iklim merupakan kombinasi dari unsur-unsur suhu, kelembaban, curah hujan, angin dan tekanan udara yang mempengaruhi hijauan. Faktor iklim yang terpenting di Indonesia adalah curah hujan, suhu dan kelembaban. Pada musim hujan produksi hijauan cukup banyak, sedangkan pada musim kemarau sebaliknya dan ternak menderita kelaparan, selain itu pada musim kemarau kadar protein dan mineral dalam rumput-rumputan akan menurun. Kondisis lingkungan selama pertumbuhan tanaman, menentukan komposisi kimia dan nilai makanan hijauan tersebut. Lopez (1978) menyatakan bahwa beberapa faktor yang dapat mempengaruhi komposisi kimia dan nilai makanan dari rumput antara lain, umur hijauan, musim, kandungan air atau kelembaban dan kesuburan tanah.

18 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pada ketinggian m dpl memiliki komposisi botani lebih beragam dengan 31 spesies dengan perbandingan rumput 85,98 %, legume 47,99%, gulma 6,00 % dan komposisi botani yang paling mendominasi adalah Imperata cylindrical. Sementara pada ketinggian lebih dari 1200 mdpl terdapat 15 spesies dengan perbandingan rumput 98,76 %, legume 1,01%, gulma 0,23 % komposisi botani hijauan tertinggi adalah Axonopus compressus. Saran Disarankan untuk melakukan perbaikan pastura alami dengan melakukan penanaman dan perawatan hijauan yang telah tersedia. Serta perlu adanya pastura buatan untuk meningkatkan komposisi botani mempertahankan kuantitas spesies unggulan dan penanaman spesies baru sehingga hijauan pakan ternak di Pulau Samosir dapat terpenuhi.

POTENSI PRODUKSI HIJAUAN PADA PASTURA ALAMI DI PULAU SAMOSIR KABUPATEN SAMOSIR

POTENSI PRODUKSI HIJAUAN PADA PASTURA ALAMI DI PULAU SAMOSIR KABUPATEN SAMOSIR POTENSI PRODUKSI HIJAUAN PADA PASTURA ALAMI DI PULAU SAMOSIR KABUPATEN SAMOSIR (Potential Forage Production on Natural Pastures in Samosir Island, District of Samosir) Nevy D. Hanafi, Ma ruf Tafsin 2,,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. disebut pastoral. Ekosistem ini terdiri atas peternak (pastoralist) dan hewan

TINJAUAN PUSTAKA. disebut pastoral. Ekosistem ini terdiri atas peternak (pastoralist) dan hewan TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Padang Penggembalaan Dalam bahasa inggris, hal-hal yang berkaitan dengan penggembalaan disebut pastoral. Ekosistem ini terdiri atas peternak (pastoralist) dan hewan ternak.

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat 4 TINJAUAN PUSTAKA Pendekatan Agroekologi Agroekologi adalah pengelompokan suatu wilayah berdasarkan keadaan fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat diharapkan tidak

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian lapangan dilaksanakan pada enam kawasan yaitu Nagerawe, Ndora, Lambo, Ratedao, Rendu dan Munde, yang terdiri dari sembilan desa yaitu Desa Dhereisa, Bidoa,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peranan pakan dalam usaha bidang peternakan sangat penting karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan produksi ternak. Jenis pakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September Oktober Pengambilan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September Oktober Pengambilan III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada September 2013--Oktober 2013. Pengambilan sampel onggok diperoleh di Kabupaten Lampung Timur dan Lampung Tengah.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Unit Pendidikan, Penelitian dan Peternakan Jonggol (UP3J) merupakan areal peternakan domba milik Institut Pertanian Bogor (IPB) yang terletak di desa Singasari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai dari sumber daya alam yang diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui. Dengan potensi tanah

Lebih terperinci

V. Budidaya Agar budidaya TPT berhasil dengan balk diperlukan pengetahuan dan ketrampilan. Dalam keadaan tertentu modal yang cukup juga kadang-kadang

V. Budidaya Agar budidaya TPT berhasil dengan balk diperlukan pengetahuan dan ketrampilan. Dalam keadaan tertentu modal yang cukup juga kadang-kadang V. Budidaya Agar budidaya TPT berhasil dengan balk diperlukan pengetahuan dan ketrampilan. Dalam keadaan tertentu modal yang cukup juga kadang-kadang diperlukan. Oleh karena itu, untuk keberhasilan dalam

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli sampai Oktober 2011, dan dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni Agustus 2013 di. PT. Great Giant Pineapple, Terbanggi Besar Lampung Tengah.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni Agustus 2013 di. PT. Great Giant Pineapple, Terbanggi Besar Lampung Tengah. III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Juni Agustus 2013 di PT. Great Giant Pineapple, Terbanggi Besar Lampung Tengah. Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari

I. PENDAHULUAN. kontinuitasnya terjamin, karena hampir 90% pakan ternak ruminansia berasal dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penting dalam peningkatan produktivitas ternak ruminansia adalah ketersediaan pakan yang berkualitas, kuantitas, serta kontinuitasnya terjamin, karena

Lebih terperinci

TANAMAN STYLO (Stylosanthes guianensis) SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA

TANAMAN STYLO (Stylosanthes guianensis) SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA TANAMAN STYLO (Stylosanthes guianensis) SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA TANAMAN Leguminosa Styloshanthes guianensis (Stylo) merupakan salahsatu tanaman pakan yang telah beradaptasi baik dan tersebar di

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013.

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013. 26 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013. Sampel daun nenas diperoleh dari PT. Great Giant Pineapple,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba Jonggol R1 (a) dan Domba Jonggol R2 (b) Gambar 4. Domba Garut R1 (a) dan Domba Garut R2 (b)

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba Jonggol R1 (a) dan Domba Jonggol R2 (b) Gambar 4. Domba Garut R1 (a) dan Domba Garut R2 (b) MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dari bulan Juli sampai Oktober 2011 di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

Deskripsi KHDTK Siali-ali Sumatera Utara

Deskripsi KHDTK Siali-ali Sumatera Utara Deskripsi KHDTK Siali-ali Sumatera Utara Gambar 1. Papan Nama KHDTK Siali-ali KHDTK Siali-ali dengan luasan ± 130,10 Hektar, secara geografis terletak pada koordinat 1º08 10,3-1º09 18,4 LU dan 99º49 57,9-99

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al.

I. PENDAHULUAN. kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hijauan merupakan bahan pakan sumber serat yang sangat diperlukan bagi kehidupan dan kelangsungan populasi ternak ruminansia. Menurut Abdullah et al. (2005) porsi hijauan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-November 2014 di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-November 2014 di 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-November 2014 di rumah kaca Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah. Pengujian secara

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai akhir bulan Desember 2011-Mei 2012. Penanaman hijauan bertempat di kebun MT. Farm, Desa Tegal Waru. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai frekuensi penyajian ransum yang berbeda terhadap kualitas

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai frekuensi penyajian ransum yang berbeda terhadap kualitas 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai frekuensi penyajian ransum yang berbeda terhadap kualitas daging ayam kampung super dilaksanakan pada tanggal 14 Desember 2015 sampai dengan 3 Maret 2016

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nama Desa Sukoharjo berasal dari tokoh di Kecamatan Sukoharjo pada saat itu,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nama Desa Sukoharjo berasal dari tokoh di Kecamatan Sukoharjo pada saat itu, 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Desa Sukoharjo II I. Deskripsi Desa Sukoharjo II Nama Desa Sukoharjo berasal dari tokoh di Kecamatan Sukoharjo pada saat itu, yaitu Suharjo dan Sukoharjo. Desa Sukoharjo

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN AKHMAD HAMDAN dan ENI SITI ROHAENI BPTP Kalimantan Selatan ABSTRAK Kerbau merupakan salah satu ternak ruminansia yang memiliki potensi

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. perlakuan berbeda sebagai bahan pakan alternatifdilaksanakan pada bulan Maret

BAB III MATERI DAN METODE. perlakuan berbeda sebagai bahan pakan alternatifdilaksanakan pada bulan Maret 12 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang evaluasi komposisi nutrisi kulit ubi kayu dengan perlakuan berbeda sebagai bahan pakan alternatifdilaksanakan pada bulan Maret 2016 sampai dengan bulan Mei

Lebih terperinci

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2005 sampai dengan Januari 2006. Penanaman dan pemeliharaan bertempat di rumah kaca Laboratorium Lapang Agrostologi, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman IV. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan HPT Jenis, produksi dan mutu hasil suatu tumbuhan yang dapat hidup di suatu daerah dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu: Iklim Tanah Spesies Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Provinsi Daerah Tingkat (dati) I Sumatera Utara, terletak antara 1-4 Lintang

BAB 1 PENDAHULUAN. Provinsi Daerah Tingkat (dati) I Sumatera Utara, terletak antara 1-4 Lintang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Daerah Tingkat (dati) I Sumatera Utara, terletak antara 1-4 Lintang Utara (LU) dan 98-100 Bujur Timur (BT), merupakan wilayah yang berbatasan di sebelah utara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengaruh Radiasi Matahari dan Naungan terhadap Tanaman lain yang Tumbuh di Bawahnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengaruh Radiasi Matahari dan Naungan terhadap Tanaman lain yang Tumbuh di Bawahnya. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengaruh Radiasi Matahari dan Naungan terhadap Tanaman lain yang Tumbuh di Bawahnya. Radiasi matahari merupakan faktor utama diantara faktor iklim yang lain, tidak hanya sebagai

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Hijauan merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia.

PENGANTAR. Latar Belakang. Hijauan merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia. PENGANTAR Latar Belakang Hijauan merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia. Produktivitas ternak ruminansia sangat ditentukan oleh ketersediaan pakan yang berkualitas secara cukup dan berkesinambungan.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan di sektor pertanian suatu daerah harus tercermin oleh kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak ketahanan pangan. Selain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hujan Tropis Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari sampai Maret 2015 bertempat di Desa

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari sampai Maret 2015 bertempat di Desa 22 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Februari sampai Maret 2015 bertempat di Desa Braja Harjosari, Kecamatan Braja Selebah, Kabupaten Lampung Timur dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass, III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan penelitian dimulai pada bulan Februari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para

I. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para peternak selayaknya memanfaatkan bahan pakan yang berasal dari hasil ikutan produk sampingan olahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan produksi protein hewani untuk masyarakat Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh peningkatan penduduk, maupun tingkat kesejahteraan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai pengambilan sampel di Kelurahan Tuah Karya Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru dan dianalisis

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2016.Lokasi penelitian di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2016.Lokasi penelitian di 11 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2016.Lokasi penelitian di kandang kambing Kelompok Tani Ternak Tunas Melati, di desa Cepoko Kuning, Batang, Jawa Tengah serta

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga 9 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga tahap, yaitu : tahap pendahuluan dan tahap perlakuan dilaksanakan di Desa Cepokokuning, Kecamatan Batang,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus September

III. METODE PENELITIAN. Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus September 14 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus

Lebih terperinci

ABSTRACT. Key words: pasture production, carrying capacity.

ABSTRACT. Key words: pasture production, carrying capacity. Potensi Pakan Hijauan di Bawah Naungan Pohon Karet Praproduksi dan Produksi di Perkebunan Masyarakat Desa Rukti Sedyo Kecamatan Raman Utara Lampung Timur The Potency of Pasture Under the Shade of Preproduction

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan (UP3) Jonggol, Laboratorium Biologi Hewan Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi)

Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi) Lampiran 1. Prosedur Fermentasi Onggok Singkong (Termodifikasi) Diambil 1 kg tepung onggok singkong yang telah lebih dulu dimasukkan dalam plastik transparan lalu dikukus selama 30 menit Disiapkan 1 liter

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai 1 I. PENDAHULUAN Keanekaragaman tumbuhan menggambarkan jumlah spesies tumbuhan yang menyusun suatu komunitas serta merupakan nilai yang menyatakan besarnya jumlah tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN Pengendali Ekosistem Hutan PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI PRODUKTIFITAS SAVANA BEKOL PADA MUSIM PENGHUJAN

LAPORAN KEGIATAN Pengendali Ekosistem Hutan PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI PRODUKTIFITAS SAVANA BEKOL PADA MUSIM PENGHUJAN LAPORAN KEGIATAN Pengendali Ekosistem Hutan PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI PRODUKTIFITAS SAVANA BEKOL PADA MUSIM PENGHUJAN TAMAN NASIONAL BALURAN 2006 I. PENDAHULUAN a. Latar Belakang Savana merupakan

Lebih terperinci

SEKILAS BERBURU BAWANG MERAH DI PULAU SAMOSIR

SEKILAS BERBURU BAWANG MERAH DI PULAU SAMOSIR No. 10 - Agustus 2014 SEKILAS BERBURU BAWANG MERAH DI PULAU SAMOSIR Kondisi Geografis, Iklim, dan Sosio Ekonomis Kabupaten Samosir terletak di Provinsi Sumatera Utara, yaitu di Pulau Samosir di tengah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel Tanaman wortel Wortel Lampiran 2. Gambar potongan wortel Potongan wortel basah Potongan wortel kering Lampiran 3. Gambar mesin giling tepung 1 2 4 3 5 Mesin Giling

Lebih terperinci

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu 40 Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat 1. Kadar air (AOAC 1995, 950.46) Cawan kosong yang bersih dikeringkan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 105 o C dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2013 di lokasi peternakan Sapi Bali yakni

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2013 di lokasi peternakan Sapi Bali yakni 16 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2013 di lokasi peternakan Sapi Bali yakni di Desa Sukoharjo II Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kasar yang tinggi. Ternak ruminansia dalam masa pertumbuhannya, menyusui,

BAB I PENDAHULUAN. kasar yang tinggi. Ternak ruminansia dalam masa pertumbuhannya, menyusui, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan komponen utama dalam usaha peternakan hewan ruminansia. Pemberian pakan dimaksudkan agar ternak ruminansia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya untuk pertumbuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Metode Pengeringan Pengeringan Matahari (Sun Drying)

TINJAUAN PUSTAKA Metode Pengeringan Pengeringan Matahari (Sun Drying) TINJAUAN PUSTAKA Metode Pengeringan Pengeringan adalah proses pemindahan panas dan uap air secara simultan, yang memerlukan energi untuk menguapkan kandungan air yang dipindahkan dari permukaan bahan (Nay,

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan III. METODE PENELITIAN A. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah timbangan analitik, tabung reaksi, higrometer, altimeter, pipet berskala, labu ukur, oven, spektrofotometer, gunting, plastik, alat

Lebih terperinci

Cynodon dactylon (L.) Pers.

Cynodon dactylon (L.) Pers. Cynodon dactylon (L.) Pers. Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Cyperales Famili : Poaceae Genus : Cynodon Rich. Spesies : Cynodon dactylon (L.) Pers. Nama Ilmiah : Cynodon

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pengujian kualitas fisik telur dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pengujian kualitas kimia telur dilakukan

Lebih terperinci

PENELITIAN I: PENGAMATAN KARAKTERISTIK EKOLOGIS PADANG RUMPUT ALAM KEBAR

PENELITIAN I: PENGAMATAN KARAKTERISTIK EKOLOGIS PADANG RUMPUT ALAM KEBAR BAHAN DAN METODE PENELITIAN I: PENGAMATAN KARAKTERISTIK EKOLOGIS PADANG RUMPUT ALAM KEBAR Pengamatan ekologi padang rumput alam Kebar terdiri atas tiga komponen antara lain: 1) pengamatan komposisi botani

Lebih terperinci

Ekologi Padang Alang-alang

Ekologi Padang Alang-alang Ekologi Padang Alang-alang Bab 2 Ekologi Padang Alang-alang Alang-alang adalah jenis rumput tahunan yang menyukai cahaya matahari, dengan bagian yang mudah terbakar di atas tanah dan akar rimpang (rhizome)

Lebih terperinci

TANAMAN PENGHASIL PATI

TANAMAN PENGHASIL PATI TANAMAN PENGHASIL PATI Beras Jagung Sagu Ubi Kayu Ubi Jalar 1. BERAS Beras (oryza sativa) terdiri dari dua jenis, yaitu Japonica yang ditanam di tanah yang mempunyai musim dingin, dan Indica atau Javanica

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. Buah nenas merupakan produk terpenting kedua setelah pisang. Produksi nenas mencapai 20%

Lebih terperinci

POTENSI PADANG PENGGEMBALAAN ALAM PADA DUA KABUPATEN DI PROVINSI PAPUA BARAT

POTENSI PADANG PENGGEMBALAAN ALAM PADA DUA KABUPATEN DI PROVINSI PAPUA BARAT POTENSI PADANG PENGGEMBALAAN ALAM PADA DUA KABUPATEN DI PROVINSI PAPUA BARAT (Potency of Natural Pasture in Two Regency in West Papua Province) DIANA SAWEN dan M. JUNAIDI Laboratorium Nutrisi dan Makanan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. D. cinereum (nama lainnya Desmodium rensonii) merupakan tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. D. cinereum (nama lainnya Desmodium rensonii) merupakan tanaman 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Desmodium cinereum D. cinereum (nama lainnya Desmodium rensonii) merupakan tanaman semak tegak berumur pendek, tinggi tanaman sekitar 1-3 m. Daun biasanya agak tebal, bulat

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi 70 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi Sulawesi Tenggara, secara geografis terletak dibagian selatan garis katulistiwa

Lebih terperinci

Identifikasi Hijauan Makanan Ternak (HMT) Lokal mendukung Pengembangan Sapi Potong di Sulawesi Selatan

Identifikasi Hijauan Makanan Ternak (HMT) Lokal mendukung Pengembangan Sapi Potong di Sulawesi Selatan Identifikasi Hijauan Makanan Ternak (HMT) Lokal mendukung Pengembangan Sapi Potong di Sulawesi Selatan Nurlina Saking dan Novia Qomariyah Disampaikan Dalam Rangka Seminar Nasional Teknologi Peternakan

Lebih terperinci

Pengumpulan data dilakukan melalui tahap pengamatan dan pengukuran. dengan variabel yang diamati yaitu tinggi, jumlah daun dan berat kering gulma

Pengumpulan data dilakukan melalui tahap pengamatan dan pengukuran. dengan variabel yang diamati yaitu tinggi, jumlah daun dan berat kering gulma 21 3.4 Teknik Pengumpulan Data 3.4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan melalui tahap pengamatan dan pengukuran dengan variabel yang diamati yaitu tinggi, jumlah daun dan berat kering gulma Paspalum

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan Peternakan, analisis silase dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Ketersediaan Limbah Pertanian Pakan ternak sangat beragam tergantung varietas tanaman yang ditanam petani sepanjang musim. Varietas tanaman sangat berdampak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013) Penelitian deskriptif kuantitatif bertujuan

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013) Penelitian deskriptif kuantitatif bertujuan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif kuantitatif merupakan metode penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

A. Pengolahan tanah METODE PENANAMAN RUMPUT BEDE Pada prinsipnya pengolahan tanah sama seperti persiapan untuk penanaman rumput unggul lainnya. Tanah

A. Pengolahan tanah METODE PENANAMAN RUMPUT BEDE Pada prinsipnya pengolahan tanah sama seperti persiapan untuk penanaman rumput unggul lainnya. Tanah Lokakarya Fungsiona/ Non Peneiti 1997 TEKNIK BUDIDAYA RUMPUT BRACHIARIA DECUMBENS (RUMPUT BEDE) Oyo, T. Hidayat, Ida Heliati dan Mat Solihat Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Pemanfaatan Kulit Nanas Sebagai Pakan Ternak oleh Nurdin Batjo (Mahasiswa Pascasarjana Unhas)

Pemanfaatan Kulit Nanas Sebagai Pakan Ternak oleh Nurdin Batjo (Mahasiswa Pascasarjana Unhas) Pemanfaatan Kulit Nanas Sebagai Pakan Ternak oleh Nurdin Batjo (Mahasiswa Pascasarjana Unhas) PENDAHULUAN Sebagaimana kita ketahui, di negara Indonesia banyak ditumbuhi pohon nanas yang tersebar di berbagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Data dari Direktorat Jenderal Peternakan, Kementerian Pertanian yang diterbitkan melalui pemberitaan media cetak Kompas hari Jumat tanggal 13 Agustus 2010, menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan dan Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia produksi nanas memiliki prospek yang baik. Hal ini dilihat dari

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia produksi nanas memiliki prospek yang baik. Hal ini dilihat dari I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Di Indonesia produksi nanas memiliki prospek yang baik. Hal ini dilihat dari permintaan pasar internasionalyang terus meningkat dari tahun ke tahun. Nanas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. memenuhi kebutuhan pokok ternak, pertumbuhan dan perkembangan,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. memenuhi kebutuhan pokok ternak, pertumbuhan dan perkembangan, PENDAHULUAN Latar Belakang Pakan merupakan kebutuhan penting ternak yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan pokok ternak, pertumbuhan dan perkembangan, serta produksi dan reproduksi. Usaha peternakan sangat

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss. alat destruksi Kjeldahl 250ml -

BAB III BAHAN DAN METODE. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss. alat destruksi Kjeldahl 250ml - BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Alat alat Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini terdiri dari: - neraca analitik - Ohauss alat destruksi Kjeldahl 250ml - - alat destilasi uap - - - labu destruksi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Pakan Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Percobaan Penelitian tentang peran pemberian metionin dan linoleat pada tepung kaki ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab

Lebih terperinci

SKRIPSI POTENSI HIJAUAN PAKAN UNTUK PENGGEMBALAAN SAPI POTONG PADA LAHAN PERKEBUNAN KELAPA DI KECAMATAN DAKO PEMEAN. Oleh : H E N R I K NPM :

SKRIPSI POTENSI HIJAUAN PAKAN UNTUK PENGGEMBALAAN SAPI POTONG PADA LAHAN PERKEBUNAN KELAPA DI KECAMATAN DAKO PEMEAN. Oleh : H E N R I K NPM : 1 SKRIPSI POTENSI HIJAUAN PAKAN UNTUK PENGGEMBALAAN SAPI POTONG PADA LAHAN PERKEBUNAN KELAPA DI KECAMATAN DAKO PEMEAN Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pada Jurusan

Lebih terperinci

Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan masih merupakan kendala. yang dihadapi oleh para peternak khususnya pada musim kemarau.

Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan masih merupakan kendala. yang dihadapi oleh para peternak khususnya pada musim kemarau. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan masih merupakan kendala yang dihadapi oleh para peternak khususnya pada musim kemarau. Pemanfaatan lahan-lahan yang kurang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. untuk menentukan suatu keberhasilan dari sebuah peternakan ruminansia, baik

PENDAHULUAN. untuk menentukan suatu keberhasilan dari sebuah peternakan ruminansia, baik I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan pakan khususnya hijauan pakan menjadi salah satu faktor untuk menentukan suatu keberhasilan dari sebuah peternakan ruminansia, baik secara kuantitas maupun

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif yang

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif yang 256 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif yang digunakan dalam penelitian adalah dengan menggunakan metode survei. Umumnya,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2013, bertempat

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2013, bertempat III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2013, bertempat di kandang Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada 5 o 22 10 LS dan 105 o 14 38 BT dengan ketinggian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Bahan Alat Prosedur Larutan Peroksida Pemilihan Jenis Leguminosa Persiapan Media Tanam

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Bahan Alat Prosedur Larutan Peroksida Pemilihan Jenis Leguminosa Persiapan Media Tanam MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai bulan Maret 2012, bertempat di Laboratorium Lapang Agrostologi, Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Perah, Laboratorium

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan selama Proses Pengeringan Kondisi lingkungan merupakan aspek penting saat terjadinya proses pengeringan. Proses pengeringan dapat memberikan pengaruh terhadap sifat

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. merupakan problema sampai saat ini. Di musim kemarau hijauan makanan ternak

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. merupakan problema sampai saat ini. Di musim kemarau hijauan makanan ternak 8 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Hijauan Pakan Dalam meningkatkan meningkatkan produksi ternak, ketersediaan hijauan makanan ternak merupakan bagian yang terpenting, karena lebih dari 70% ransum ternak terdiri

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-November 2011. Pemeliharaan ternak prapemotongan dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan 22 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Kemudian, analisis kandungan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN NINA MARLINA DAN SURAYAH ASKAR Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221, Bogor 16002 RINGKASAN Salah satu jenis pakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Nutrien Berbagai Jenis Rumput Kadar nutrien masing-masing jenis rumput yang digunakan berbeda-beda. Kadar serat dan protein kasar paling tinggi pada Setaria splendida, kadar

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Soppeng, sedangkan analisa sampel

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Soppeng, sedangkan analisa sampel METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Soppeng, sedangkan analisa sampel dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti secara geografis terletak pada koordinat antara sekitar 0 42'30" - 1 28'0" LU dan 102 12'0" - 103 10'0" BT, dan terletak

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Sumber Protein secara In Vitro dilaksanakan pada bulan September November

BAB III MATERI DAN METODE. Sumber Protein secara In Vitro dilaksanakan pada bulan September November 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai Fermentabilitas Pakan Komplit dengan Berbagai Sumber Protein secara In Vitro dilaksanakan pada bulan September November 2015 di Laboratorium Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu dengan cara mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. Rancangan

Lebih terperinci