BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Setiap daerah mempunyai tradisi dan budaya masing-masing, mempunyai ciri khas yang berbeda dan unik. Pengertian budaya salah satunya adalah sebuah sistem yang mempunyai tata kehidupan manusia dan melihat realitas masyarakat dari sudut pandang individu untuk saling menghormati dengan perbedaan agama, etnik, dan lain sebagainya. Bentuk-bentuk simbolis yang berupa kata, benda, laku, mite, sastra, lukisan, nyanyian tradisional, musik, dan kepercayaan mempunyai kaitan erat dengan konsep epistemologis dari sistem pengetahuan masyarakat. Setiap masyarakat sangat senang untuk melaksanakan atau menyaksikan tradisi masing-masing. Tradisi atau budaya itu seperti upacara daerah misalnya Grebeg Maulud atau Grebeg Sekaten. Grebeg Maulud merupakan salah satu tradisi dan budaya masyarakat Jawa dan masyarakat Muslim pendatang pertama di Jawa (para wali) yang dikonstruksi pada masa sebelum kemerdekaan, sebagai media komunikasi antara pemimpin dengan rakyat, sebagaimana tampak dalam beberapa prosesi yang dilaksanakan (Nurlaili, 2009:3). Kata gerebeg, grebeg, gerbeg, dalam bahasa Jawa bermakna; suara angin menderu. Suatu prosesi yang diiringi atau diantar oleh orang banyak. Upacara Grebeg di Keraton Surakarta dalam satu tahun dilaksanakan tiga kali dalam 1

2 2 setahun yaitu : Grebeg Maulud, Grebeg Syawal, Grebeg Besar (Soelarto, 1993: 9). Grebeg Maulud adalah upacara adat untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad saw (pada bulan Rabi ulawal). Grebeg Maulud sering dikatakan oleh masyarakat dengan julukan sekaten yang sebenarnya dalam bahasa Arab yaitu syahadatein. Pelaksanaan upacara Grebeg tempo dulu yang dimulai sejak dasawarsa ketujuh abad ini, berawal dari sebuah penyakit yang membutuhkan hewan kurban. Perayaan tersebut sebenarnya untuk menghilangkan wabah penyakit yang meresahkan masyarakat dan kerajaan. Perayaan akhirnya dilakukan setiap tahun, dalam penyelenggaraannya dari tahun ke tahun semakin semarak dengan tetap mempertahankan tradisi yang sudah ada sebelumnya. Pelaksanaan upacara Grebeg Maulud dipimpin oleh Pengagen Panarauitan yang merupakan utusan dari Keraton (Nurlaili, 2009:11). Prosesi Grebeg Maulud diawali dengan meletakkan gamelan dari Keraton ke masjid agung Surakarta, dilakukan pada 5 Rabiul awal atau lima hari sebelum upacara, prosesi ini merupakan sekaten atau syahadatein. Pada malamnya diadakan wayangan dan dilanjutkan upacara Grebeg Maulud pada saat 12 Rabiul awal, arak-arakan dari Keraton ke Masjid Agung. Prosesi ini bukan hanya sekedar perayaan tetapi dalam pelaksanaan tertentu memperhatikan keseimbangan alam. Masyarakat memiliki kepercayaan tertentu, yang berhubungan dengan supranatural, masyarakat tidak menyadari makna apa yang ada di balik kepercayaan itu. Sekalipun kepercayaan itu sepintas lalu bersifat takhyul dan tidak masuk akal, namun apabila direnungkan ternyata

3 3 memiliki tujuan tertentu, yang tidak disadari oleh kebanyakan orang, misalnya kepercayaan orang Jawa yang tabu ketika menebang pohon besar di dekat kuburan, memperlakukan barang atau sesuatu pusaka (keris dan tombak dengan diperlakukan tidak sewajarnya). Masyarakat percaya adanya kekuatan gaib yang mencelakakan apabila larangan itu dilanggar, sehingga seringkali memberikan sesaji, membakar kemenyan, menempatkan bunga (kembang setaman) dan sebagainya (Sunoto, 1983: 84-87). Kepercayaan masyarakat Jawa dalam upacara Grebeg Maulud memiliki nilai-nilai. Nilai yang terkandung dalam upacara Grebeg Maulud ini mempunyai nilai kepercayaan adanya kekuasaan di luar kemampuan-kemampuan manusia atau kekuatan supranatural, yaitu kekuasan Tuhan yang beranggapan mampu memberi perlindungan kepada Raja, kerajaan dan masyarakat. Kepercayaan yang diyakini itu dipercayai oleh masyarakatnya. Nilai kepercayaan itu sangat melekat pada masyarakat yang masih kental dengan hal mitis. Kepercayaan masyarakat Surakarta ini juga memiliki keyakinan atau kepercayaan tersebut (Nurlaili, 2009: 50). Upacara Grebeg Maulud ini sangat bersangkutan dengan nilai-nilai filosofisnya, karena sangat berkaitan dengan sejarah. Salah satu tokoh filsafat yang membahas tentang tingkatan nilai yang bersangkutan dengan nilai religius adalah Max Scheler. Tingkatan nilai Max Scheler terdapat hierarki nilai, tingkatan yang teratas dalam hierarki nilai adalah nilai religius yang mempunyai reaksi khusus terhadap keyakinan, pemujaan, dan penyembahan (Frondizi, 2001: 139).

4 4 Penelitian ini dilakukan dengan menggali kajian nilai pada Grebeg Maulud Keraton di Surakarta. Peneliti ingin memaparkan nilai-nilai yang ada pada Grebeg Maulud yang ada di Keraton Surakarta. Alasan penulis memilih upacara Grebeg Maulud sebagai sebuah penelitian karena ketertarikan penulis pada budaya daerah yang ada di Indonesia. Upacara perayaan Grebeg Maulud ini memang terdapat nilai filosofisnya, akan tetapi penulis ingin mengkaji lebih dalam dengan menggunakan hierarki nilai Max Scheler. Masyarakat beranggapan bahwa Grebeg Maulud merupakan salah satu tradisi lama yang sampai sekanga masih ada di Surakarta. 1. Rumusan Masalah. Penulis membuat rumusan masalah berdasarkan paparan latar belakang di atas maka, sebagai berikut : a. Bagaimana sejarah tradisi dan prosesi Grebeg Maulud keraton Surakarta? b. Bagaimana ragam nilai dalam filsafat nilai menurut Max Scheler? c. Apa nilai-nilai yang terkandung di dalam memperingati upacara Grebeg Maulud keraton Surakarta? 2. Keaslian penelitian. Sejauh pengamatan yang dilakukan peneliti belum pernah ditemukan tulisan, jurnal, skripsi atau buku-buku yang membahas secara terperinci mengenai penelitian Upacara Grebeg Maulud Keraton Surakarta yang ditinjau dari filsafat nilai yang fokus pada hierarki nilai Max Scheler. Sejauh ini penelusuran yang terkait dengan penelitian ini, terdapat beberapa penelitian yang berhubungan

5 5 dengan Upacara Gerebeg Maulud Keraton Surakarta. Tulisan atau buku yang pernah membahas tentang Grebeg Maulud Keraton Surakarta, adalah: a. Sri Hartono Unsur-unsur Kefilsafatan Sosial dalam Upacara Adat Grebeg Sekaten di Surakarta. Skripsi. Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Skripsi ini menjelaskan tentang grebeg maulud Surakarta dengan unsur kefilsafatan sosial dan nilai-nilai sosial. b. Arif Musriman Nilai-nilai Religius dalam Upacara Sekaten di Kasultanan Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Skripsi ini membahas tentang nilai religuis yang ada dalam upacara Sekaten di Yogyakarta. c. B. Soelarto Garebeg Di Kesultanan Yogyakarta. Penerbit Kanisus. Yogyakarta. Buku ini menjelaskan tentang hakikat perayaan Gerebeg dan penyelenggaraan upacara tradisi di keraton Yogyakarta. d. Budiasih Nilai-nilai Religius dalam Upacara Sekaten di Kasunanan Surakarta. Skripsi. Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Skripsi ini membahas tentang nilai religius yang ada dalam upacara Sekaten di Surakarta. e. Sri Juari Santoso Suara Nurani Keraton Kasunanan Surakarta: Peranan Keraton Surakarta dalam Mendukung dan Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indionesia. Komunitas Studi Dialektika. Yogyakarta. Buku ini membahas tentang peranan keraton yang mempertahankan dan mendukung kesatuan RI.

6 6 f. Danang Kismawan Pergeseran Pemahaman Masyarakat Tentang Makna Simbol Upacara Sekaten di Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Skripsi ini memaparkan tentang pergeseran pemahaman masyarakat mengenai tradisi sekaten yang dilihat dari filsafat kebudayaannya. g. Siti Nurlaili Muhadiyaningsih Dimensi Mistik Tradisi Grebeg Maulud Keraton Kasunanan Surakarta. Maseifa Jendela Ilmu. Kudus. Buku ini membahas tentang dimensi metafisik yang menjadi kajian utama dikupas secara luas dan lugas. 3. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat bermanfaat: 1. Bagi ilmu pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan nilai positif dalam perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang budaya karena tradisi upacara Grebeg Maulud ini dapat berjalan sampai kapanpun dan tidak mengalami kepunahan akibat perkembangan zaman. 2. Bagi filsafat. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pustaka tentang tradisi upacara Grebeg Maulud di Surakarta yang dikaji dari filsafat, terutama dalam cabang filsafat yaitu filsafat nilai dengan perkembangan zaman dan mengingat tradisi ini merupakan salah satu kekayaan budaya Jawa.

7 7 3. Bagi masyarakat dan bangsa Indonesia Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang baru kepada masyarakat Surakarta dan sekitarnya agar bisa melestarikan tradisi budaya ini walaupun zamannya sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat di kota Surakarta. A. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menjawab persoalan yang ada pada rumusan masalah, yaitu : 1. Memaparkan sejarah tradisi dan prosesi Upacara Grebeg Maulud Keraton Surakarta 2. Memaparkan ragam nilai yang terdapat di dalam filsafat nilai menurut Max Scheler. 3. Menjelaskan dan menganalisis nilai-nilai yang terkandung di dalam memperingati upacara Grebeg Maulud Keraton Surakarta. B. Tinjauan Pustaka Kerajaan Mataram, setelah perjanjian Giyanti 13 Februari 1755, dipecah menjadi empat yaitu Keraton Kasunanan Surakarta, Kadipaten Mangkunegaran, Keraton Kasultanan, dan Kadipaten Pakualaman. Kasunanan Surakarta merupakan kerajaan yang mendapatkan hak otonomi untuk melestarikan birokrasi pemerintahan tradisionalnya dalam wilayah yang dipersempit dengan pengawasan ketat pemerintahan Hindia-Belanda. Raja Surakarta bergelar Sunan, sedangkan Raja Yogyakarta bergelar Sultan. Kedua kerajaan itu, sekalipun di

8 8 bawah kedaulatan pemerintahan kolonial Belanda, tetap mempunyai pemerintahan sendiri (Wahyu, 2007: 1). Keraton Kasunanan adalah salah satu penerus Kerajaan Mataram berpusat di pemerintahan yaitu Keraton Kasultanan Yogyakarta, Pura Mangku-negara dan Pura Pakualaman. Pada masa penjajahan Belanda, Keraton Surakarta tidak pernah benar-benar dijajah oleh Belanda. Keraton Kasunanan Surakarta tidak pernah kalah perang melawan Belanda. Keraton Kasunanan Surakarta masih berhak memakai bendera merah putih dan lambang padi kapas, yang pada waktu itu merupakan bendera dan lambang Keraton Kasunanan Surakarta (Nurlaili, 2009:5). Kemegahan arsitektural, Keraton (Istana) Surakarta merupakan salah satu bangunan yang eksotis di zamannya. Salah satu arsitek istana ini adalah Pangeran Mangkubumi (kelak bergelar Sultan Hamengkubuwono I) yang juga menjadi arsitek utama Keraton Yogyakarta. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika pola dasar tata ruang kedua Keraton tersebut (Yogyakarta dan Surakarta) banyak memiliki persamaan umum. Keraton Surakarta sebagaimana yang dapat disaksikan sekarang ini tidaklah dibangun serentak pada , namun dibangun secara bertahap dengan mempertahankan pola dasar tata ruang yang tetap sama dengan awalnya (Soelarto, 1993: 18). Sejarah Grebeg pertama kali di artikan suatu prosesi yang diiringi atau diantar oleh orang banyak. Ada sejarah lisan yang mewartakan bahwa dahulu kala para raja Jawa selalu mewartakan bahwa dahulu kala para raja Jawa selalu

9 9 menyelenggarakan keselamatan kerajaan setiap tahun baru yang disebut rojowedo atau hewan kurban raja (Soelarto, 1993: 9). Tradisi Keraton Surakarta, dalam satu tahun melangsungkan tiga kali upacara yang berhubungan dengan agama Islam, disebut Grebeg. Tiga macam upacara Grebeg tersebut adalah Grebeg Poso (Puasa) dilaksanakan pada setiap 1 Syawwal (untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri), Grebeg Besar dilaksanakan tanggal 10 Dzu al-hijjah (untuk merayakan Hari Raya Idul Adha atau Haji), Grebeg Maulud dilaksanakan setiap 12 Rabi ul Awal (untuk memperingati kelahiran nabi Muhammad saw) (Nurlaili, 2009: 10). Keraton dalam sejarahnya pernah ada tradisi upacara Grebeg Maulud yang diselenggarakan untuk memperingati hari kelahiran (maulud dalam bahasa Arab) nabi Muhammad saw yang jatuh pada tanggal 12 Rabi ul Awal dan di kalender Jawa Islam, bulan Rabi ul Awal dalam bulan Maulud. Tradisi memperingati lahir Nabi Muhammad saw, merupakan tradisi yang baru tumbuh setelah agama Islam berkembang luas ke negara-negara lain di luar jazirah Arab. Penelitian yang hampir sama dengan yang akan dilakukan oleh peneliti yakni tentang wacana upacara gerbeg sekaten dilakukan oleh Sri Hartono, tahun 1985, berjudul : Unsur-unsur Kefilsafatan Sosial dalam Upacara Adat Grebeg Sekaten Di Surakarta. Grebeg Sekaten yang dilangsungkan sampai sekarang ini merupakan suatu upacara adat atau tradisi yang bersifat keagamaan yang berdiri semenjak kerajaan Demak. Grebeg Sekaten muncul sebagai jawaban sosial atau sebagai suatu strategi para wali untuk merubah kebiasaan masyarakat Jawa yang sebelumnya telah berpengaruh kuat agama serta kebudayaan Hindu.

10 10 Perkembangan Grebeg Sekaten, yang memakai alat gamelan mendapat perhatian dari masyarakat, bahkan seni gamelan ini sangat berkembang pasat. Para ahli gamelan yang arif dan bijaksana menuangkan cetusan jiwanya melalui karya seninya lewat olah rasa gamelan dan mencerminkan nilai-nilai simbolis, yang bersifat edi-peni dan adi luhur. Grebeg ini mengalami sedikit pergeseran simbol yang ada di dalamnya. Pergeseran ini terjadi karena kaburnya pemahaman masyarakat tentang Grebeg Sekaten (Hartono, 1985: 91-99). Penelitian Arif Musriman, tahun 1991, yang berjudul Nilai-nilai Religius dalam Upacara Sekaten di Kasultanan Yogyakarta, hasil yang diperoleh upacara sekaten dan grebeg sebagai tradisi melestarikan kebudayaan nasional, ciri khas Yogyakarta, yang mengandung unsur nilai religius. Upacara Sekaten merupakan perpaduan antara kegiatan dakwah dan kesenian, sebab peringkat gamelan dan gending-gendingnya mempuyai makna seni yang bernilai tinggi dan bersifat religius, sehingga sanggup menjadi daya tarik bagi masyarakat. Upacara Sekaten yang mengandung nilai religius karena segala perbuatan yang dilakukan olah manusia selalu mengharapkan keselamatan, kesehatan, kesejahteraan, dan kebahagiaan (Murisman, 1991: 91-99). Penelitian Danang Kismawan, tahun 2007 yang berjudul Pergeseran Pemahaman Masyarakat Tentang Makna Simbol Upacara Sekaten di Yogyakarta, hasil yang di peroleh upacara sekaten merupakan upacara tradisi hasil perpaduan antara kebudayaan Jawa dan Islam. Berawal dari upacara sesajian dan permohonan keselamatan kepada nenek moyang. Upacara Sekaten dilaksanakan sejak kerajaan Majapahit. Semenjak kerajaan Demak berdiri,

11 11 upacara tersebut mulai diberi nafas Islam oleh Wali Songo dan menjadi media dakwah agama Islam. Upacara ini menjadi warisan budaya dan mengalami pergeseran makna, dikarenakan perbedaan generasi dalam pelaksaan upacara Sekaten di Yogyakarta setelah masa revolusi. Pasar malam diadakan sebagai media hiburan kepada masyarakat yang baru saja mengalami keadaan yang mencekam. Pasar malam kini merebut fungsi perubahan gamelan Sekati sebagai perkumpulan massa. Dulu upacara menjadi media dakwah sekarang ditingggalkan masyarakat dan pasar malam telah menggeser pemahaman tentang upacara Sekaten. Pergeseran pemahaman masyarakat tentang upacara Sekaten yang religius dan keharmonisan budaya menjadi hiburan saja (Kismawan, 2007: ). Secara garis besar penelitan tentang upacara Grebeg Maulud sudah ada dan banyak dibahas, akan tetapi penelitian yang sudah ada sebelumnya, belum ada yang mengkaji tentang upacara Grebeg Maulud yang dibahas dari sudut pandang filsafat nilai yang fokus pada kajian nilai Max Scheler. Kebanyakan penelitan yang ada itu lebih menekankan kepada nilai religiusitasnya saja. C. Landasan Teori Lorens Bagus (2002: 33) dalam Kamus Filsafat berpendapat bahwa aksiologi merupakan analisis nilai-nilai. Maksud dari analisis ini membatasi arti ciri-ciri asal, tipe, kriteria, dan status epistemologis dari nilai-nilai itu. Secara etimologi aksiologi berasal dari bahasa Yunani axios (layak, pantas) dan logos (ilmu, studi mengenai) Aksiologi merupakan cabang filsafat yang

12 12 membahas persoalan-persoalan mengenai nilai (value) yang berkaitan dengan persoalan etis dan persoalan estetis. Nilai menurut Frondizi dalam buku terjemahan bahwa merupakan tema baru dalam filsafat : aksiologi, cabang filsafat yang mempelajarinya, muncul untuk yang pertama kalinya pada paruh kedua abad ke-19. Seorang filsuf yang telah mengalami dan tahu tentang nilai adalah Plato, Plato telah membahasnya secara mendalam dalam karyanya, dan bahwa keindahan, kebaikan dan kekudusan merupakan tema yang penting bagi para pemikir sepanjang zaman (Cuk Ananta, 2001: 1-3). Aksiologi merupakan cabang filsafat yang relatif baru, karena munculnya baru pada pertengahan abad ke-19. Penemuan cabang filsafat ini dipandang sebagai the greatest philosophical achievement of the 19 th century. Permasalahan-permasalahan tentang filsafat nilai dibahas dari sudut pandang hakikat nilai. Pendapat Max Scheler mengenai nilai bahwa suatu kualitas yang tidak tergantung pada pembawanya merupakan kualitas apriori (yang telah dapat dirasakan manusia tanpa melalui pengalaman indrawi terlebih dahului). Tidak tergantungnya kualitas tidak hanya pada objek yang ada di dunia ini, melainkan juga tidak tergantung pada reaksi terhadap kualitas tersebut (Wahana, 2004:51). Salah satu ciri khas yang hakiki dari nilai adalah penampakannya dalam urutan hierarki. Hierarki nilai, ada empat, yaitu nilai kenikmatan dan nilai ketidaknikmatan, yang sesuai dengan afektif nikmat dan rasa sakit yang bersifat indrawi. Tingkatan kedua, nilai vital, tidak tergantung bagi kehidupan manusia.

13 13 Tingkatan ketiga, nilai spiritual dan tingkatan yang terakhir yaitu nilai religius, yang tidak dapat direduksi menjadi nilai spiritual (Wahana, 2004: 59). Preferensi dan penerapan lima kriteria menjadi petunjuk urutan atau tabel hierarkis nilai Max Scheler, yaitu: tingkatan paling rendah adalah keabadian nilai (lamaya bertahan), ketidakmungkinan untuk dibagi, dasar (keuntungan relatif satu nilai dari nilai yang lainya), kedalaman kepuasan, dan relativitas (Frondizi, 1887: ). Hierarki ini bersifat mutlak atau absolut dan mengatasi segala perubahan historis, serta membangun suatu sistem acuan yang absolut dalam etika, yang merupakan dasar untuk mengukur dan menilai berbagai macam etos dan segala perubahan moral dalam sejarah (Wahana, 2004: 54). D. Metode Penelitian 1. Model atau Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dalam bidang filsafat yaitu kepustakaan. Langkah yang paling utama dilakukan adalah pengumpulan bukubuku dan berbagai jenis kepustakaan yang terkait dengan tema penelitian. 2. Bahan atau Materi Penelitian Bahan dan materi penelitian diperoleh dari pustaka yang membahas tentang Grebeg Maulud Keraton Surakarta dan filsafat nilai. Bahan ini dibagi menjadi dua, yaitu pustaka primer dan sekunder. a. Pustaka Primer Pustaka primer yang terkait dengan upacara Grebeg Maulud adalah sebagai berikut :

14 14 1. Siti Nurlaili Muhadiyaningsih Dimensi Mistik Tradisi Grebeg Maulud Keraton Kasunanan Surakarta. Penerbit Maseifa Jendela Ilmu. Kudus. 2. Soelarto, B Garebeg Di Kesultanan Yogyakarta. Penerbit Kanisius. b. Pustaka Sekunder Pustaka Sekunder yang berkaitan dengan filsafat nilai, yaitu : 1. Risieri Frondizi What is Value? diterjemahkan oleh Cuk Ananta Wijaya Pengantar Filsafat Nilai. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2. Paulus Wahana Nilai Etika Aksiologi Max Scheler. Kanisius, Yogyakarta. 3. Menggunakan jurnal, artikel-artikel, tesis, skripsi, dan bahan-bahan lain yang berkaitan dengan peringatan Grebeg Maulud Keraton Surakarta dan filsafat nilai. 3. Jalannya Penelitian Peneliti melakukan penelitian dengan langkah-langkah seperti berikut ini : a. Inventarisasi data Pada tahapan pertama ini dilakukan upaya pengumpulan data kepustakaan sebanyak mungkin, baik secara konvensional maupun secara online. Data terkait dengan tema penelitian, baik itu berhubungan dengan filsafat nilai maupun Grebeg Maulud. Hal ini dimaksudkan mempermudah alur berfikir peneliti.

15 15 b. Klasifiksi data Klasifikasi data dilakukan untuk mengumpulkan semua data dan bahan. Bahan yang di kumpulkan terdiri bahan primer dan bahan sekunder. c. Analisis data Tahap inti penelitian ini ialah menganalisis data sistematis yang telah dikumpulkan dan diklasifikasi dengan seksama. d. Evaluasi kritis Evaluasi kritis dilakukan pada tahap terakhir setelah kedua tahapan sebelumnya telah dilalui. Evaluasi kritis digunakan oleh peneliti untuk memberikan penerapan hasil yang lebih kritis secara berimbang dan objektif. 4. Analisis Hasil Peneliti menggunakan metode hermeneutika filosofis. Analisis hasil dalam penelitian ini mengacu pada buku Anton Bakker dan Achmad Charris Zubair (1994), adapun unsur-unsur metodis penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Interpretasi Memberi pemahaman mengenai prosesi Upacara tradisi dengan perubahan zaman yang memiliki nilai tersendiri pada Grebeg Maulud Keraton Surakarta. b. Deskripsi Variabel-variabel permasalahan dalam penelitian ini dideskripsikan dengan jelas, dengan begitu akan mempermudah tahap berikutnya dan dapat menjelaskan tentang nilai-nilai dalam peringatan Grebeg Maulud Surakarta.

16 16 c. Koherensi intern Unsur-unsur pemahaman yang ditemukan dalam Upacara Grebeg Maulud dengan hakikat nilai dan manusia, harus memiliki konsistensi bersama dalam suatu struktur dengan keselarasan. Sesuai dengan religiusitas dan historisitas dalam memperingati upacara Grebeg Maulud Keraton Surakarta. d. Holistika Untuk memahami konsep-konsep filsofis dalam upacara Grebeg Maulud, dan dapat melihat keseluruhan mengenai kehidupan manusia, alam sekitar dan Tuhan. e. Hermeneutika Data yang telah terkumpul terutama berkaitan dengan Upacara Grebeg Maulud, kemudian menunjukkan hal yang sesuai dan tidak sesuai dengan filsafat nilai Max Scheler yang memiliki dasar acuan dalam nilai yang ada di Upacara Grebeg Maulud. E. Hasil Yang Telah Dicapai Penelitian ini meraih pencapaian berupa hasil-hasil jawaban dari pertanyaan yang telah disampaikan dalam rumusan masalah sebelumnya, antara lain : 1. Deskripsi mengenai sejarah tradisi dan prosesi Grebeg Maulud keraton Surakarta 2. Deskripsi mengenai ragam nilai yang terdapat di dalam filsafat nilai menurut Max Scheler. 3. Analisis tentang nilai-nilai yang terkandung di dalam Grebeg Maulud Keraton Surakarta.

17 17 F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dari penelitan yang berjudul Kajian Nilai Max Scheler dalam Upacara Grebeg Maulud Keraton Surakarta, ini terdiri dari lima bab, dengan perincian masing-masing sebagai berikut: BAB I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah dilakukan penelitian, rumusan masalah yang hendak dijawab, keaslian dari penelitian ini, manfaat dan tujuan dari penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian yang digunakan, hasil yang diperoleh, serta sistematika penulisan. BAB II membahas tentang objek formal yaitu kajian filsafat nilai Max Scheler. Kajian ini meliputi pengertian filsafat nilai. riwayat hidup Max Scheler, teori tentang nilai yang akan mengupas pendekatan-pendekatan nilai dalam aksiologi, aktual dan potensi nilai, dan hierarki nilai dan kriteria tingkatan nilai. BAB III membahas tentang objek material penelitian yaitu peringatan tradisi Grebeg Maulud keraton Surakarta yang dimulai dari sejarah, prosesi dan unsur yang terpenting. BAB IV analisis kritis tentang Grebeg Maulud Keraton Kasunanan Surakarta, dalam kehidupan masyarakat Surakarta. BAB V penutup yang berisi kesimpulan dan saran penulis sebagai rujukan bagi penelitian selanjutnya.

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian mengenai Tinjauan Filsafat Nilai Max Scheler terhadap Tarian

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian mengenai Tinjauan Filsafat Nilai Max Scheler terhadap Tarian BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian mengenai Tinjauan Filsafat Nilai Max Scheler terhadap Tarian Rakyat Ebleg Kebumen, dapat diambil kesimpulan berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah sebagai simbol kedaerahan yang juga merupakan kekayaan nasional memiliki arti penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan manfaat bagi masyarakat pada sebuah destinasi. Keberhasilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata adalah salah satu mesin penggerak perekonomian dunia yang terbukti mampu memberikan kontribusi terhadap kemakmuran sebuah negara. Pembangunan pariwisata mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 32 ayat (1) dan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Upacara adat Belian merupakan suatu bentuk kebudayaan asli Indonesia yang sampai saat ini masih ada dan terlaksana di masyarakat Dayak Paser, Kalimantan Timur. Sebagai salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara

BAB I PENDAHULUAN. mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata seni adalah sebuah kata yang semua orang dipastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda-beda. Secara Etimologi istilah seni berasal

Lebih terperinci

2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Cirebon sejak lama telah mendapat julukan sebagai Kota Wali. Julukan Kota Wali disebabkan oleh kehidupan masyarakatnya yang religius dan sejarah berdirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun tumbuh dan berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepercayaan, hari perayaan, upacara adat, adat-istiadat, dan tradisi lain yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepercayaan, hari perayaan, upacara adat, adat-istiadat, dan tradisi lain yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terkenal dengan keragaman budaya, keragaman tersebut antara lain berupa norma masyarakat, bahasa, teknologi, mata pencaharian, agama dan kepercayaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kraton Surakarta merupakan bekas istana kerajaan Kasunanan Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kraton Surakarta merupakan bekas istana kerajaan Kasunanan Surakarta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kraton Surakarta merupakan bekas istana kerajaan Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Kraton ini didirikan oleh Susuhunan Pakubuwono II pada tahun 1744 sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya. Keberagamaan budaya yang dimiliki Indonesia dikarenakan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya. Keberagamaan budaya yang dimiliki Indonesia dikarenakan Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Permasalahan Indonesia adalah negara yang besar dan memiliki keanekaragaman budaya. Keberagamaan budaya yang dimiliki Indonesia dikarenakan Indonesia memiliki

Lebih terperinci

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian tradisional lahir dari budaya masyarakat terdahulu di suatu daerah tertentu yang terus berkembang secara turun temurun, dan terus dinikmati oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa, didalamnya memiliki keragaman budaya yang mencerminkan kekayaan bangsa yang luar biasa. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai hal, seperti keanekaragaman budaya, lingkungan, alam, dan wilayah geografis. Keanekaragaman

Lebih terperinci

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO Oleh: Wahyu Duhito Sari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa Wahyu_duhito@yahoo.com

Lebih terperinci

SD kelas 5 - BAHASA INDONESIA BAB 7. Tema 7 Sejarah Peradaban IndonesiaLatihan Soal 7.1

SD kelas 5 - BAHASA INDONESIA BAB 7. Tema 7 Sejarah Peradaban IndonesiaLatihan Soal 7.1 1. Perhatikan percakapan di bawah ini. SD kelas 5 - BAHASA INDONESIA BAB 7. Tema 7 Sejarah Peradaban IndonesiaLatihan Soal 7.1 Udin senang sekali berada di kompleks Masjid Agung Demak. Banyak hal yang

Lebih terperinci

ISLAMIC CENTRE DI KABUPATEN DEMAK

ISLAMIC CENTRE DI KABUPATEN DEMAK LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ISLAMIC CENTRE DI KABUPATEN DEMAK Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan oleh : UTTY RAKASIWI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kesenian pada dasarnya muncul dari suatu ide (gagasan) dihasilkan oleh manusia yang mengarah kepada nilai-nilai estetis, sehingga dengan inilah manusia didorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal 32 ayat (1) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PELAKSANAAN TRADISI MERON (Studi Kasus di desa Sukolilo Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati) NASKAH PUBLIKASI

ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PELAKSANAAN TRADISI MERON (Studi Kasus di desa Sukolilo Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati) NASKAH PUBLIKASI ASPEK PENDIDIKAN NILAI RELIGIUS DALAM PELAKSANAAN TRADISI MERON (Studi Kasus di desa Sukolilo Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati) NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: NILAM FAHRIDA A 220080068 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Masjid Agung Demak mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan

BAB V PENUTUP. Masjid Agung Demak mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan BAB V PENUTUP Masjid Agung Demak mempunyai arti yang sangat penting bagi kehidupan orang-orang Islam di Jawa. Kedudukan dan kelebihan Masjid Agung Demak tidak terlepas dari peran para ulama yang bertindak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tari Putri Asrini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tari Putri Asrini, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panjalu merupakan sebuah kecamatan yang terletak di Ciamis Utara. Secara geografis Panjalu mempunyai luas wilayah sebesar 50,60 Km² dengan jumlah penduduk 46.991

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suku, agama, dan adat istiadat yang tak pernah luput dari Anugerah sang

BAB I PENDAHULUAN. suku, agama, dan adat istiadat yang tak pernah luput dari Anugerah sang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai keanekaragaman budaya, suku, agama, dan adat istiadat yang tak pernah luput dari Anugerah sang pencipta. Tak heran negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia memiliki banyak warisan kebudayaan dari berbagai etnik. Warisan kebudayaan yang disampaikan secara turun menurun dari mulut kemulut secara lisan biasa disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan,

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masuknya berbagai agama sebelum kedatangan Islam di pulau Jawa berpengaruh besar pada adat istiadat, tata cara hidup, maupun praktik keagamaan sehari-hari orang Jawa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat

Lebih terperinci

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) A. Latar Belakang Masalah Setiap agama bagi para pemeluknya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gereja mulai menggunakan nyanyian dalam upacara keagamaan sebelum abad

BAB I PENDAHULUAN. Gereja mulai menggunakan nyanyian dalam upacara keagamaan sebelum abad BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gereja mulai menggunakan nyanyian dalam upacara keagamaan sebelum abad IV. Pada saat itu musik sudah masuk dalam unsur liturgi dan berfungsi sebagai sarana untuk

Lebih terperinci

2015 TARI TUPPING DI DESA KURIPAN KECAMATAN PENENGAHAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

2015 TARI TUPPING DI DESA KURIPAN KECAMATAN PENENGAHAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Budaya lahir dan dibentuk oleh lingkungannya yang akan melahirkan berbagai bentuk pola tersendiri bagi masyarakat pendukungnya. Berbicara tentang kebudayaan

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. Perubahan sosial di Yogyakarta dipengaruhi oleh perubahan-perubahan pola

BAB V. Kesimpulan. Perubahan sosial di Yogyakarta dipengaruhi oleh perubahan-perubahan pola BAB V Kesimpulan Perubahan sosial di Yogyakarta dipengaruhi oleh perubahan-perubahan pola kelembagaan yang ada. Lembaga-lembaga yang berperan dalam perubahan di Yogyakarta saat ini dapat dikategorikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN 1.1 Latar Belakang Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali Tradisional yang dibentuk oleh pupuh-pupuh. Setiap pupuh

Lebih terperinci

ANALISIS MATERI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM MADRASAH TSANAWIYAH KELAS IX

ANALISIS MATERI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM MADRASAH TSANAWIYAH KELAS IX ANALISIS MATERI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM MADRASAH TSANAWIYAH KELAS IX Tugas pada Mata Kuliah Analisis Materi Tarikh/ Kebudayaan Islam-B Dosen:Drs. Yusuf A. Hasan, M.Ag. Oleh: Fikriyani Thoyyibah (20100720018)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu animisme dan dinamisme. Setelah itu barulah masuk agama Hindu ke

BAB I PENDAHULUAN. yaitu animisme dan dinamisme. Setelah itu barulah masuk agama Hindu ke 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebelum datangnya Islam masyarakat Indonesia masih percaya akan kekuatan roh nenek moyang yang merupakan sebuah kepercayaan lokal yaitu animisme dan dinamisme.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya dan kehidupan manusia merupakan satu kesatuan. Budaya dan manusia serta segala masalah kehidupan tidak dapat dipisah-pisah untuk memahami hakikat kehidupan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan komunikasi dan pola pikir pada zaman sekarang ini semakin mendukung terkikisnya nilai-nilai tradisional sebuah bangsa. Lunturnya kesadaran akan nilai budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses modernisasi dan globalisasi menempatkan bangsa Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Proses modernisasi dan globalisasi menempatkan bangsa Indonesia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses modernisasi dan globalisasi menempatkan bangsa Indonesia dalam arus perubahan besar yang mempengaruhi segala dimensi kehidupan masyarakat, terutama kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia terdapat berbagai macam suku bangsa. Hal itu menjadikan Indonesia negara yang kaya akan kebudayaan. Kesenian adalah salah satu bagian dari kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bima merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air.akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta menjadi milik masyarakat itu sendiri yang dikenal dan dikagumi oleh

BAB I PENDAHULUAN. serta menjadi milik masyarakat itu sendiri yang dikenal dan dikagumi oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian tradisional lahir dari budaya masyarakat yang menciptakannya, serta menjadi milik masyarakat itu sendiri yang dikenal dan dikagumi oleh masyarkat pendukungnya.

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan kota dengan lintasan sejarah yang cukup panjang, dimulai pada tanggal 13 Februari 1755 dengan dilatari oleh Perjanjian Giyanti yang membagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter merupakan sebuah usaha untuk menanamkan nilai-nilai karakter dalam kehidupan. Dasar dari pengembangan pendidikan karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta mudah dipahami oleh orang awam lantaran pendekatan-pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. serta mudah dipahami oleh orang awam lantaran pendekatan-pendekatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dakwah Islam di Pulau Jawa mengalami proses yang cukup unik dan berliku-liku. Hal ini disebabkan karena kekuatan tradisi budaya dan sastra Hindu

Lebih terperinci

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

ARTIKEL TENTANG SENI TARI NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS KEISLAMAN DENGAN SIKAP TERHADAP RITUAL PENGRAWIT PADA MAHASISWA ISI SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS KEISLAMAN DENGAN SIKAP TERHADAP RITUAL PENGRAWIT PADA MAHASISWA ISI SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS KEISLAMAN DENGAN SIKAP TERHADAP RITUAL PENGRAWIT PADA MAHASISWA ISI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kelurahan Sindangkasih adalah kearifan lokal budaya yang masih tersisa di

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kelurahan Sindangkasih adalah kearifan lokal budaya yang masih tersisa di BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Seni tradisi Gaok di Majalengka, khususnya di Dusun Dukuh Asem Kelurahan Sindangkasih adalah kearifan lokal budaya yang masih tersisa di wilayah tersebut. Berbeda dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Setiap suku memiliki kebudayaan, tradisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesenian produk asli bangsa Indonesia. Kesenian wayang, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kesenian produk asli bangsa Indonesia. Kesenian wayang, merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan aneka ragam kebudayaan dan tradisi. Potensi merupakan model sebagai sebuah bangsa yang besar. Kesenian wayang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang NURUL HIDAYAH, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang NURUL HIDAYAH, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian Rebana banyak berkembang di wilayah Jawa Barat. Berdasarkan perkembangannya, kesenian yang menggunakan alat musik rebana mengalami perubahan baik dari segi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam lagi bahasa tercakup dalam kebudayaan. Bahasa menggambarkan cara berfikir

BAB I PENDAHULUAN. dalam lagi bahasa tercakup dalam kebudayaan. Bahasa menggambarkan cara berfikir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Bahasa selalu menggambarkan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan; lebih dalam lagi bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk sebagai abstraksi,

BAB II KAJIAN TEORITIK. menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk sebagai abstraksi, BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Nilai Nilai adalah segala sesuatu yang dipentingkan manusia sebagai subjek, menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk sebagai abstraksi, pandangan, atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tadut merupakan salah satu nama kesenian etnik Besemah yang berupa sastra tutur/ sastra lisan yang isinya pengajaran agama Islam di daerah provinsi Sumatera Selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti rok, dress, atau pun celana saja, tetapi sebagai suatu kesatuan dari keseluruhan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah pembelajaran sangat ditentukan keberhasilannya oleh masingmasing guru di kelas. Guru yang profesional dapat ditandai dari sejauh mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat keindahan dan dapat diekspresikan melalui suara, gerak ataupun ekspresi lainnya. Dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberagaman dalam budaya Indonesia tercermin pada bagian budayabudaya lokal yang berkembang di masyarakat. Keragaman tersebut tidak ada begitu saja, tetapi juga karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial senantiasa berhubungan dengan nilai-nilai budaya baik melalui nilai-nilai adat, peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara kita adalah Negara yang memiliki beragam kebudayaan daerah dengan ciri khas masing-masing. Bangsa Indonesia telah memiliki semboyan Bhineka Tunggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian merupakan salah satu bentuk kebudayaan manusia. Setiap daerah mempunyai kesenian yang disesuaikan dengan adat istiadat dan budaya setempat. Jawa Barat terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan bangsa dengan warisan kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan aset tidak ternilai

Lebih terperinci

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN Oleh : Ade Reza Palevi program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa aderezahidayat@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah unsur kebudayaan yang bersumber pada aspek perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi daya manusia untuk menciptakan

Lebih terperinci

BENTUK, MAKNA, DAN FUNGSI PERTUNJUKAN KUDA LUMPING TURONGGO TRI BUDOYO DI DESA KALIGONO KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO

BENTUK, MAKNA, DAN FUNGSI PERTUNJUKAN KUDA LUMPING TURONGGO TRI BUDOYO DI DESA KALIGONO KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO BENTUK, MAKNA, DAN FUNGSI PERTUNJUKAN KUDA LUMPING TURONGGO TRI BUDOYO DI DESA KALIGONO KECAMATAN KALIGESING KABUPATEN PURWOREJO Oleh : Dewi Kartikasari program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengisi jabatan tertentu di dalam suatu negara. Bagi negara yang menganut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengisi jabatan tertentu di dalam suatu negara. Bagi negara yang menganut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum merupakan suatu sarana untuk memilih orang agar dapat mengisi jabatan tertentu di dalam suatu negara. Bagi negara yang menganut sistem demokrasi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti

I. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata Tahlil secara etimologi dalam tata bahasa Arab membahasnya sebagai sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti mengucapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cerita yang khas dan tidak lepas dari cerita magis yang sampai saat ini bisa. dirasakan oleh siapapun ketika berada didalamnya.

BAB I PENDAHULUAN. cerita yang khas dan tidak lepas dari cerita magis yang sampai saat ini bisa. dirasakan oleh siapapun ketika berada didalamnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki warisan budaya yang beragam salah satunya keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Warisan budaya ini bukan sekedar peninggalan semata, dari bentangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Malang sebagaimana umumnya wilayah Jawa Timur lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Malang sebagaimana umumnya wilayah Jawa Timur lainnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Alasan Pemilihan Judul Kabupaten Malang sebagaimana umumnya wilayah Jawa Timur lainnya, sangat kuat memegang tradisi pesantren yang hampir di setiap kecamatannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu unsur kebudayaan dan sebagai salah satu perantara sosial

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu unsur kebudayaan dan sebagai salah satu perantara sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan bermasyarakat. Seiring dengan zaman, kebudayaan dan masyarakat akan selalu berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keanekaragaman seni, budaya dan suku bangsa. Keberagaman ini menjadi aset yang sangat penting

Lebih terperinci

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,

Lebih terperinci

MAKNA SIMBOL DALAM UPACARA SEDEKAH LAUT DI DESA TASIK AGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG TAHUN 2011

MAKNA SIMBOL DALAM UPACARA SEDEKAH LAUT DI DESA TASIK AGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG TAHUN 2011 MAKNA SIMBOL DALAM UPACARA SEDEKAH LAUT DI DESA TASIK AGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG TAHUN 2011 SKRIPSI Diajukan untuk Sebagian dari Tugas guna Memperoleh Gelar Sarjana Ushuluddin (S.Ud) Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran sebagai aktor, sebagimana manusia itu dapat memberikan sumbangan dan memfasilitasi kehidupan yang mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah suatu peristiwa sosial yang mempunyai tenaga kuat sebagai sarana kontribusi antara seniman dan penghayatnya, ia dapat mengingatnya, menyarankan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan yang membentuk lapis-lapis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku dan budaya yang ada di Indonesia menjadi salah satu ciri khas masyarakat Indonesia. Masing-masing etnis yang ada di Indonesia tentu memiliki keunikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat yang mendiami daerah tertentu mempunyai suku dan adat istiadat

I. PENDAHULUAN. masyarakat yang mendiami daerah tertentu mempunyai suku dan adat istiadat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman suku bangsa dan keanekaragaman kebudayaan yang akan menjadi modal dasar sebagai landasan pengembangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN A. Landasan Teori 1. Kebudayaan Banyak orang mengartikan kebudayaan dalam arti yang terbatas yaitu pikiran, karya, dan semua hasil karya manusia yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya dilatarbelakangi oleh adanya suatu sejarah kebudayaan yang beragam. Keberagaman yang tercipta merupakan hasil dari adanya berbagai

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Historiografi komunitas seniman-priyayi Kemlayan adalah. kekuasaan Jawa, baik Keraton Kasunanan maupun pemerintah Republik

BAB VI KESIMPULAN. Historiografi komunitas seniman-priyayi Kemlayan adalah. kekuasaan Jawa, baik Keraton Kasunanan maupun pemerintah Republik BAB VI KESIMPULAN Historiografi komunitas seniman-priyayi Kemlayan adalah historiografi komunitas yang terhempas dalam panggung sejarah kekuasaan Jawa, baik Keraton Kasunanan maupun pemerintah Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat mempersatukan dan mempertahankan spiritualitas hingga nilai-nilai moral yang menjadi ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan sebuah ciri dari masyarakat di suatu daerah. Contoh nyata dari kebudayaan di masyarakat adalah adanya berbagai macam pakaian adat, tradisi,

Lebih terperinci

3. Karakteristik tari

3. Karakteristik tari 3. Karakteristik tari Pada sub bab satu telah dijelaskan jenis tari dan sub bab dua dijelaskan tentang fungsi tari. Berdasarkan penjelasan dari dua sub bab tersebut, Anda tentunya telah memperoleh gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk. Pada masa Nabi

BAB I PENDAHULUAN. adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk. Pada masa Nabi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masjid merupakan tempat beribadah umat muslim. Akar kata dari masjid adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk. Pada masa Nabi Muhammad SAW, di dalam

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) JURNAL SKRIPSI MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) SKRIPSI Oleh: DESI WIDYASTUTI K8409015 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri khasnya masing-masing. Hal itu bisa dilihat pada pengaruh karya seni rupa peninggalan kerajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, letak Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. Indonesia yang terkenal dengan banyak pulau

Lebih terperinci

Kajian Folklor Tradisi Larungan di Desa Pagubugan Kulon Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap

Kajian Folklor Tradisi Larungan di Desa Pagubugan Kulon Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap Kajian Folklor Tradisi Larungan di Desa Pagubugan Kulon Kecamatan Binangun Kabupaten Cilacap Oleh: Sutarmi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa sutarmiyasa@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bararak adalah suatu tradisi yang terdapat dalam kehidupan masyarakat Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala (pengangkatan) penghulu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan gugusan pulau dan kepulauan yang memiliki beragam warisan budaya dari masa lampau. Kekayaan-kekayaan yang merupakan wujud dari aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik

Lebih terperinci

Tiga macam nilai menurut Noto Negoro, antara lain: 1) Nilai Kebenaran, yang bersumber pada akal manusia.

Tiga macam nilai menurut Noto Negoro, antara lain: 1) Nilai Kebenaran, yang bersumber pada akal manusia. 1. Nilai. Nilai merupakan sesuatu yang mendorong dan mengarahkan sikap dan perilaku manusia dalam melaksanakan sesuatu hal. Nilai bersumber pada budi pekerti manusia. Tiga macam nilai menurut Noto Negoro,

Lebih terperinci