PENDIDIKAN ANTI KORUPSI PADA REMAJA DI DESA BUJUR TENGAH PAMEKASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDIDIKAN ANTI KORUPSI PADA REMAJA DI DESA BUJUR TENGAH PAMEKASAN"

Transkripsi

1 PENDIDIKAN ANTI KORUPSI PADA REMAJA DI DESA BUJUR TENGAH PAMEKASAN 1 Agus Sugiono, 2 Ibnu Ali 1 Fakultas Ekonomi Universitas Islam Madura 2 Fakultas Teknik Universitas Islam Madura agusuimak@fe.uim.ac.id ABSTRAK Pendidikan Anti Korupsi sejak dini merupakan langkah awal pemberantasan korupsi yang sudah merajalela di Indonesia. Korupsi menjadi wacana khusus yang menuntut penyelesaian secara mendesak akibat membudayanya dunia perkorupsian di Indonesia. Pendidikan Anti Korupsi pada remaja sangatlah efektif untuk berperan memutus mata rantai korupsi. Pendidikan Anti Korupsi pada remaja sangat efektif untuk membentuk sikap anti korupsi terutama dalam usia remaja yang cenderung lebih banyak ingin tahu. Kegiatan ini bertujuan untuk menanamkan sikap anti korupsi pada remaja di Desa Bujur Tengah Pamekasan. Metode dilakukan dengan menggunakan teknik pendekatan, wawancara dan seminar kepemudaan mencetak generasi bebas korupsi melalui beberapa tahapan yaitu dengan budaya anti korupsi di sekolah yang terintegrasi ke dalam mata pelajaran. Hasil kegiatan mengungkapkan bahwa sikap anti korupsi pada remaja di Desa Bujur Tengah Pamekasan berupa nilai-nilai kejujuran yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku sehari-hari seperti pernah mencontek atau tidak, pernah membolos atau tidak dan pernah mencuri atau tidak. Kata Kunci: pendidikan anti korupsi, remaja, sikap dan perilaku 1. PENDAHULUAN 1.1. Analisis Situasi Upaya pemberantasan korupsi bukanlah semata-mata tugas dan tanggung jawab Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), melainkan tugas dan tanggung jawab semua pihak untuk melakukan usaha pencegahan (preventif). Penanaman karakter melalui pendidikan anti korupsi pada remaja merupakan hal yang penting dilakukan dalam rangka mencegah tindakan korupsi ataupun perilaku koruptif. Tindakan melakukan korupsi selalu terkait dengan karakter seseorang (Suwarsono, 2015:162). Perilaku koruptif pada remaja merupakan benih terjadinya tindak pidana korupsi. Penyebab munculnya perilaku koruptif pada remaja adalah karena ketiadaannya karakter jujur dalam diri remaja. Ketidakjujuran para remaja (siswa) yang marak terjadi salah satunya adalah mengenai kecurangan dalam ujian nasional (UN). Pada UN 2015, Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menjelaskan bahwa masih terjadi praktik-praktik kecurangan ujian seperti jual beli jawaban UN baik secara individu maupun kolektif, modus mencontek dengan menggunakan handphone dan kertas sobekan serta kecurangan dengan melibatkan tim sukses UN di sekolah maupun dinas pendidikan. Pelajar dan Guru seringkali tidak disiplin dalam melaksanakan pembelajaran, terlambat datang ke Sekolah, mencontek dan membawa joki atau bisa di sebut perjokian ketika pendaftaran SNMPTN. Perjokian ini pun dianggap biasa oleh masyarakat Indonesia. Perjokian ini salah satu tindak pidana korupsi di mana seorang pelajar mengandalkan orang lain untuk masuk di Universitas ternama tanpa melalui hal yang sulit. Selain itu, kantin kejujuran yang didirikan dengan harapan menumbuhkan karakter jujur siswa nyatanya hanya beberapa yang dikategorikan berhasil dan sisanya mengalami kebangkrutan (Rachim dalam ICW, 2010). Hal ini karena ketidakjujuran para siswa yang mengambil jajanan tanpa membayar. Perilaku koruptif yang ditunjukkan remaja dikarenakan minimnya pendidikan karakter anti korupsi pada remaja. Saat ini pendidikan karakter anti korupsi masih dibebankan pada ranah formal yaitu institusi sekolah melalui pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), Pendidikan Agama dan Bimbingan Konseling. Namun, ternyata semua itu belum cukup untuk menangani masalah perilaku koruptif remaja. Untuk dapat membangun perilaku moral anti korupsi melalui karakter anti korupsi pada remaja diperlukan pembinaan intensif yang dimulai sejak dini baik dari keluarga maupun lingkungan sekolah. Pendidikan karakter harus ada integrasi pendekatan di antara empat agen utama pendidikan, yaitu keluarga, lembaga pendidikan, masyarakat (termasuk di 272

2 dalamnya institusi keagamaan), dan negara (Koesoema, 2015: 182). Keluarga merupakan lingkungan yang paling utama untuk menentukan masa depan anak, demikian pula karakter anak yang baik dimulai dari keluarga (Megawangi, 2009: 44). Keluarga yang bersikap permisif terhadap perilaku koruptif akan membuat anak memandang perilaku koruptif adalah sesuatu yang lumrah. Levine dalam Sjarkawi (2008: 20) menegaskan bahwa karakter yang tercipta dalam diri anak adalah akibat yang ditimbulkan karena meniru cara berfikir dan perbuatan yang sengaja maupun tidak sengaja dipraktikkan oleh orang tua. Banyak dijumpai kasus orang tua yang telah menyiapkan sejumlah uang untuk anaknya masuk ke sekolah yang diinginkan, orang tua yang menyarankan anaknya mengurus SIM dengan menyuap, memberikan uang kepada guru sebagai hadiah kenaikan kelas anaknya, menitipkan anaknya bekerja dengan bantuan koneksi, tidak terbuka mengenai asal-usul penghasilan keluarga, berlibur dengan keluarga menggunakan mobil dinas, melanggar lalu lintas saat berkendara dengan keluarga dan perilaku koruptif lainnya. Semua itu adalah kasus pendidikan anti korupsi yang salah dalam keluarga, namun masih marak dijumpai (Utami dkk, 2015). Remaja pada masa fase SD hingga SMA adalah fase yang tepat untuk membentuk karakter diri. Pada tahap ini psikologis anak berada pada tahap anak-anak akhir, remaja awal, remaja akhir dan dewasa awal di mana pada masa ini anak didik lebih merasa ingin tahu untuk membentuk proses jati diri atau biasa disebut pencarian jati diri. Pada proses ini remaja lebih sering melakukan sikap nakal karena rasa ingin tahunya. Jika pada masa ini ditata dengan baik proses pendidikannya dan diberikan pendidikan karakter yang baik sehingga bangsa kita secara perlahan akan memutus mata rantai koruptor. Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Darul Ulum II yang tertelak di Desa Bujur Tengah Kecamatan Batu Marmar Kabupaten Pamekasan merupakan lembaga pendidikan Islam terpadu mulai dari tingkat SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA serta pendidikan non formal lainnya yang setiap hari berkolaborasi dengan dunia pendidikan. Ada sekitar 500 remaja setiap hari mengenyam pendidikan dalam rangka menyongsong masa depan yang lebih cerah Permasalahan Mitra Pembinaan karakter merupakan salah satu upaya preventif untuk mencegah tindak pidana korupsi yang sudah merajalela di Indonesia. Pendidikan karakter yang berupa sikap dan perilaku anti korupsi pada remaja harus senantiasa dibina. Pendidikan karakter di lembaga pendidikan juga sangat terkait dengan manajemen atau pengelolaan lembaga. Pengelolaan yang dimaksud adalah bagaimana pendidikan karakter direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan dalam kegiatan-kegiatan pendidikan di lembaga secara memadai. Pengelolaan tersebut antara lain meliputi, nilai-nilai yang perlu ditanamkan, muatan kurikulum, pembelajaran, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan, dan komponen terkait lainnya. Dengan demikian, manajemen lembaga pendidkan merupakan salah satu media yang efektif dalam pendidikan karakter di pada remaja. Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Darul Ulum II sampai saat ini belum menerapkan pendidikan anti korupsi kepada para remaja (siswa-siswi)nya karena keterbatasan informasi, padahal para remaja merupakan garda terdepan dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia. Pendidikan anti korupsi seyogyanya diterapkan pada remaja (siswasiswi) sejak usia dini baik melalui pendidikan formal maupun non formal. Oleh karena itu untuk mencegah terjadinya korupsi yang merajalela ini perlu dibentuk karakter, sikap dan perilaku anti korupsi. Dalam rangka mencapai semua upaya-upaya tersebut maka sangat perlu mengupayakan terbentuk karakter, sikap dan perilaku anti korupsi pada remaja (siswa-siswi) nya. 2. METODE PENGABDIAN Metode pelaksanaan yang digunakan dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah sebagai berikut: 2.1. Metode Pendekatan Pada metode pendekatan ini ditekankan pada pendidikan sikap anti korupsi pada remaja (peserta didik/siswa-siswi) di Lembaga Kabupaten Pamekasan. Praktek anti korupsi yang dipraktekkan dalam kehidupan seharihari ini sebagai upaya menanamkan dan menumbuhkan nilai-nilai anti korupsi secara nyata terhadap segala aktifitas dan kegiatan 273

3 siswa baik di dalam maupun di luar kegiatan sekolah. Apabila nilai-nilai anti korupsi ini tercipta maka akan muncul karakter-karakter para remaja (generasi muda) yang anti korupsi. Implementasi pendidikan anti korupsi dalam pembentukan karakter ini harus melibatkan semua komponen (stakeholders) di lingkungan II Desa Bujur Tengah Kecamatan Batu Marmar Kabupaten Pamekasan mulai dari kurikulum, proses pembelajaran, penanganan dan pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan lembaga, dan sebagainya menjadi sebuah budaya sekolah/lembaga sehingga melandasi nilai-nilai perilaku, kebiasaan keseharian, simbol simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah/lembaga sehingga pada akhirnya membentuk suatu karakter yang baik. Selain itu dalam implementasi pendidikan karakter pada proses pembelajaran juga dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi pembelajaran. Dalam rangka menumbuhkan karakter, sikap dan perilaku anti korupsi pada remaja di Lembaga Pendidikan Darul Ulum II Desa Kabupaten Pamekasan ini terlebih dahulu diterapkan budaya-budaya anti korupsi pada semua remaja. Adapun kegiatan konkretnya berupa Kantin Kejujuran di mana setiap siswa/siswi boleh mengambil barang sendiri dan mengambil kembalian uang sendiri pada tempat yang sudah disediakan. Kegiatan ini dilakukan dalam upaya untuk melatih dan menumbuhkan karakter, sikap dan perilaku anti korupsi di kalangan generasi muda Metode Wawancara Metode wawancara ini dimulai dengan diskusi dengan para remaja (peserta didik) di II Desa Bujur Tengah Kecamatan Batu Marmar Kabupaten Pamekasan. Diskusi dimulai dari bahasan kasus-kasus korupsi yang merajalela di Indonesia baik di tingkat pusat, daerah maupun di tingkat desa. Dalam tahapan ini para remaja diajak untuk berpikir kritis menanggapi kasus-kasus korupsi tersebut. Tahap pertama para remaja diajak untuk melihat duduk permasalahan kasus-kasus korupsi tersebut. Tahap kedua siswa diajak untuk berpikir dan menilai akibat terjadinya kasus-kasus korupsi tersebut. Untuk tahap ketiga para remaja diberikan refleksi (koreksi diri) dari adanya kasus-kasus tersebut. Dalam tahapan refleksi ini pula para remaja diajak untuk berani mengambil tindakan keras dan pilihan hidup yang benar apabila berada dalam kasus tersebut serta para remaja diajak untuk berperan aktif menemukan sendiri inti dari pembelajaran kasus-kasus tersebut. Dalam metode wawancara ini, para pemuda diberi pemahaman untuk selalu berbuat/bersikap jujur sehingga tercipta karakter, sikap dan perilaku anti korupsi. Pada tahap ini pula para remaja di Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Darul Ulum II ini diajak untuk selalu berbuat jujur dalam setiap tindakan dan perbuatan. Para remaja diberikan penjelasan tentang pentingnya bersikap jujur yang merupakan kebanggaan terutama pada diri mereka sendiri Seminar Kepemudaan Seminar kepemudaan dengan tema mencetak generasi bebas korupsi ini bertujuan untuk memberikan ilmu, wawasan dan pemahaman kepada para pemuda khususnya di pemuda di Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Darul Ulum II Desa Bujur Tengah Kecamatan Batu Marmar Kabupaten Pamekasan. Dengan adanya seminar kepemudaan anti korupsi ini diharapkan tumbuhnya pemuda-pemuda yang berilmu, berwawasan luas dan memahami dampak-dampak kasus korupsi di Indonesia. Dalam seminar kepemudaan yang bertemakan mencetak generasi bebas korupsi ini mendatangkan pemateri-pemateri yang berhubungan erat dengan pemberantasanpemberantasan korupsi. Adapun pemateri yang dihadirkan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah: 1. Mundiroh Lailatul Munawaroh, S.Th I., M. Hum. (Koordinator Saya Perempuan Anti Korupsi (SPAK), salah satu koordinator wilayah Madura 2. Kholili Ansory, S.Ag. (Aktivis LSM Anti Korupsi di Kabupaten Bangkalan). Dalam kegiatan seminar kepemudaan anti korupsi dengan tema mencetak generasi muda bebas korupsi ini akan memaparkan panjang lebar tentang apa itu korupsi, jenis-jenisnya serta dampak yang ditimbulkan adanya tindak kejahatan korupsi tersebut. Setelah diadakan seminar kepemudaan anti korupsi ini diharapkan para remaja/generasi muda di II Desa Bujur Tengah Kecamatan Batu Marmar Kabupaten Pamekasan memahami dan melaksanakannya dalam kehidupan seharihari. 274

4 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan ini dilaksanakan di Lembaga Kabupaten Pamekasan yang dilaksanakan setiap hari Rabu dengan metode pendekatan, wawancara dan seminar kepemudaan dengan tema mencetak generasi muda bebas korupsi. Metode dilakukan secara bertahap dengan jadwal yang sudah terencana sesuai dengan tujuan dan target yang ingin dicapai. Evaluasi dan penilaian keberhasilan pelaksanaan kegiatan ini bersifat kualitatif (tidak/bukan menggunakan angka) tetapi berupa sikap dan perilaku anti korupsi yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dilakukan karena dalam pendidikan anti korupsi merupakan pendidikan nilai sehingga penerapannya berupa sikap dan perilaku anti korupsi para remaja di Lembaga Pendidikan Darul Ulum II Desa Bujur Tengah Kecamatan Batu Marmar Kabupaten Pamekasan. Adapun tahapan kegiatan pelaksanaan adalah sebagai berikut: Metode Pendekatan Pada tahapan ini para remaja di Lembaga Pendidikan Darul Ulum II Desa Bujur Tengah Kecamatan Batu Marmar Kabupaten Pamekasan dibentuk karakternya berupa sikap dan perilaku anti korupsi sehingga menimbulkan suatu budaya. Budaya Anti Korupsi yang telah terbentuk kemudian dipupuk dan diperihara sebagai budaya sekolah atau budaya lembaga. Di tahap ini para remaja dituntut untuk selalu jujur dan obyektif dalam menentukan sikap dan perbuatannya sehari-hari. Agar lebih konkrit dan mengakar kuat budaya sekolah Anti Korupsi pada sikap dan perilaku para remaja di Lembaga Pendidikan Islam LPI) Darul Ulum ini, dibuatlah Kantin Kejujuran di mana setiap remaja (siswa-siswi) di sekolah ini dilatih untuk jujur terhadap diri sendiri dan orang lain. Setiap remaja (siswa-siswi) yang ingin membeli sesuatu di Kantin Kejujuran ini diwajibkan mengambil sendiri dan membayar (menaruh) uang sendiri di tempat yang telah disediakan. Demikian pula untuk uang kembalian, para remaja diwajibkan untuk mengambil sendiri uang kembalian di tempat yang sudah ditentukan. Beberapa pendamping telah siap untuk selalu mengingatkan para remaja untuk selalu berbuat jujur dalam melaksanakan segala aktivitasnya. Hasil kegiatan dalam pelaksanaan ini sungguh menakjubkan karena hampir 100% para pemuda/remaja (siswa-siswi) di Lembaga Kabupaten Pamekasan ini bersikap jujur dan obyektif. Hal ini terbukti karena dari beberapa barang yang disediakan di Kantin Kejujuran tidak mengalami kerugian. Para remaja (siswasiawi) Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Darul Ulum II Desa Bujur Tengah ini selalu bersikap jujur dan obyektif di saat mereka berbelanja di Kantin Kejujuran. Demikian pula saat mereka mengambil uang kembalian, tak sepeserpun uang kembalian yang telah disediakan berkurang jumlahnya. Metode Wawancara Pada tahapan ini para remaja (siswasiswi) diajak berdiskusi dan berdialog bersama tentang kasus-kasus tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia mulai dari kasus korupsi di pemerintah pusat sampai kasus korupsi yang terjadi di daerah pedesaan. Pada tahapan ini pula para remaja diajak berpikir kritis terhadap kasus korupsi yang terjadi di Indonesia. Untuk memunculkan pikiran kritis para remaja, dalam kegiatan ini mereka juga diberikan wawasan luas tentang dampak yang ditimbulkan akibat terjadinya tindak pidana korupsi. Melalui metode wawancara ini pula melalui pendamping remaja mereka senantiasa dibekal dengan beberapa kisah-kisah orangorang jujur sebagai suri teladan yang baik bagi mereka. Kegiatan yang dilakukan setiap hari Rabu ini melibatkan semua pihak termasuk guru-guru dan kepala sekolah sebagai pendamping maupun fasilitator bagi para remaja untuk bersikap dan berperilaku jujur. Seminar Kepemudaan Seminar kepemudaan dengan tema Mencetak Generasi Muda Bebas Korupsi ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 21 Agustus 2017 bertempat di aula Lembaga Kabupaten Pamekasan ini mendatangkan 2 orang pemateri yaitu Mundiroh Lailatul Munawaroh, S.Th I., M. Hum. (Koordinator Saya Perempuan Anti Korupsi (SPAK), salah satu koordinator wilayah Madura dan Kholili Ansory, S.Ag. (Aktivis LSM Anti Korupsi di Kabupaten Bangkalan). Dalam kegiatan seminar yang berlangsung selama satu hari ini dilaksanakan dengan berbagai kegiatan dalam 275

5 rangka mencetak para remaja di Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Darul Ulum II ini untuk senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan sikap serta perilaku korupsi sejak dini. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam seminar kepemudaan Mencetak Generasi Bebas Korupsi adalah sebagai berikut: 1. Sosialisasi Anti Korupsi pada Remaja melalui Permainan MAJO (LIMA JODOH) Permainan MAJO ini terdiri dari papan permainan (Beberan) disertai beberapa kartu yaitu kartu putih yang berisi sebuah situasi dan kartu merah yang berisi satu pertanyaan.majo. Permainan ini dimainkan oleh 4 orang atau kelompok dan dipandu seorang fasilitator pendamping. Pada papan permainan (Beberan) di tiap sisinya terdapat 5 (lima) kotak yang berwarna hijau, oranye, biru dan ungu. Dalam permainan ini sebenarnya berisi sebuah pembelajaran kepada para pemuda untuk menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan tindak pidana korupsi. Selain itu pertanyaan yang diajukan juga mengarah pada sejauh mana peran masyarakat khususnya generasi muda untuk memberantas ataupun membebaskan diri dari kejahatan korupsi. Selain ini pertanyaan yang menyangkut akibatakibat dari adanya tindak pidana korupsi juga sering muncul melalui permainan MAJO (LIMA JODOH). Permainan MAJO (LIMA JODOH) ini sebenarnya dilakukan dalam rangka mencetak para generasi muda untuk selalu berbuat jujur dalam permainan (segala perbuatan). 2. Dialog Interaktif Generasi Muda Bebas Korupsi Pada kegiatan ini para pemuda (remaja) diberikan kesempatan untuk bertanya tentang apa yang harus ia lakukan dalam rangka memberantas tindak pidana korupsi di Indonesia. Banyak dari mereka bersemangat untuk mencegah perbuatan korupsi dengan bersikap dan berperilaku jujur. Para pemuda (remaja) di Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Darul Ulum II Desa Bujur Tengah Kecamatan Batu Marmar Kabupaten Pamekasan ini berantusias karena sebelumnya oleh pemateri: Kholili Ansory, S.Ag. (Aktivis LSM Anti Korupsi di Kabupaten Bangkalan) ini diberikan semangat (motivasi) untuk dapat mencegah terjadinya tindak pidana korupsi sejak dini karena akibat yang ditimbulkan begitu besar bagi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia. Pada kesempatan ini ia menyampaikan bahwa ada dua hal yang harus dilakukan oleh para pemuda (remaja) dalam gerakan anti korupsi di antaranya: Lawan Korupsi dan Kaum muda terus berkarya. Menurutnya untuk melawan korupsi para remaja (pemuda) harus terus meningkatkan kompetensi diri dan terus berkarya. Para remaja (pemuda) harus terus meninggikan standar moral pribadi dan nilainilai kejujuran. Nilai-nilai kejujuran selalu hadir dalam tarikan nafas anak muda sehingga anti korupsi juga menjadi nilai-nilai kebanggaan para generasi muda. 3.2 Implikasi Kegiatan Implikasi kegiatan yang dilakukan dalam pengabdian masyarakat dengan tema Pendidikan Anti Korupsi pada Remaja di Desa Kabupaten Pamekasan ini berupa terbentuknya karakter, sikap dan perilaku para generasi muda (remaja) terhadap tindak pidana korupsi. Hal ini dibuktikan dengan tertanamnya nilainilai kejujuran para pemuda (generasi muda) yang terwujud dalam beberapa kegiatan di antaranya: tidak mencontek saat pelaksanaan ulangan di kelas, tidak pernah membolos saat kegiatan efektif di sekolah (lembaga). Nilai nilai perilaku dan kebiasaan keseharian yang tercermin dalam nilai-nilai kejujuran. Simbol simbol yang dipraktikkan oleh semua warga di lembaga pendidikan/sekolah dan tidak pernah mencuri di saat ia berada pada kantin kejujuran. 4. SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Implementasi pendidikan anti korupsi pada remaja (generasi muda) harus melibatkan semua komponen (stakeholders) di lingkungan tempat remaja itu berada. Apabila lingkungan itu berupa lembaga pendidikan/sekolah maka komponen (stakeholder)nya dimulai dari guru, kepala sekolah, komite sekolah, wali murid dan semua elemen masyarakat yang menjadi bagian di lingkungan itu. Pendidikan anti korupsi juga harus menjadi sebuah budaya sekolah/lembaga sehingga melandasi harus mencerminkan sikap dan perilaku anti korupsi sehingga pada akhirnya membentuk suatu karakter anti korupsi. Selain itu dalam implementasi pendidikan karakter melalui 276

6 sikap dan perilaku anti korupsi pada remaja harus melalui beberapa metode-metode dan proses yaitu metode pendekatan, metode wawancara dan seminar-seminar kepemudaan yang bertemakan pendidikan anti korupsi. 4.2 Saran Budaya sekolah/lembaga anti korupsi hendaknya selalu dipertahankan dalam kehidupan sehari-hari para remaja guna membentuk sebuah karakter, sikap dan perilaku anti korupsi. Selain itu pembelajaran tentang tindak pidana korupsi dan akibatakibat yang ditimbulkannya harus senantiasa disampaikan pada generasi muda (pemuda) agar mereka senantiasa berpikir kritis sebagai upaya mencegah ataupun menolak segala perbuatan yang mengarah pada tindak pidana korupsi. 5. DAFTAR PUSTAKA ICW KPK Soal Bangkrutnya Kantin Kejujuran; Pertanda Korupsi Dini. -soalbankrutnyakantinkejujuran-jadi pertandakorupsi- dini. Diakses 19 Januari Koesoema, D Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Gramedia. Jakarta. Megawangi, R Pendidikan Karakter : Solusi yang Tepat untuk Membangun Bangsa. Indonesia Heritage Foundation. Bogor. Sjarkawi Pembentukan Kepribadian Anak. Bumi Aksara Jakarta. Suwarsono Resensi Buku: Captured by Evil: The Idea of Corruption in Law. Integritas: Jurnal Anti Korupsi 1(1): 160. Utami, Mega Novi dkk Pengaruh Pendidikan Anti Korupsi dalam Keluarga terhadap Karakter Anti Korupsi pada Remaja. Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta. 277

PENGARUH PENDIDIKAN KARAKTER ANTI KORUPSI DALAM KELUARGA TERHADAP KARAKTER ANTI KORUPSI PADA REMAJA

PENGARUH PENDIDIKAN KARAKTER ANTI KORUPSI DALAM KELUARGA TERHADAP KARAKTER ANTI KORUPSI PADA REMAJA JKKP: Jurnal Kesejahteraan Keluarga dan Pendidikan http://doi.org/10.21009/jkkp DOI: doi.org/10.21009/jkkp.031.02 E-ISSN: 2597-4521 PENGARUH PENDIDIKAN KARAKTER ANTI KORUPSI DALAM KELUARGA TERHADAP KARAKTER

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Dosen PJMK : H. Muhammad Adib. Essay Bebas (Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi Sejak Dini)

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Dosen PJMK : H. Muhammad Adib. Essay Bebas (Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi Sejak Dini) PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Dosen PJMK : H. Muhammad Adib Essay Bebas (Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi Sejak Dini) OLEH: NADHILA WIRIANI (071211531003) DEPARTEMEN KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian, E) Manfaat Penelitian, F) Penegasan Istilah.

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian, E) Manfaat Penelitian, F) Penegasan Istilah. BAB I PENDAHULUAN Pada bab I Pendahuluan ini akan dibahas secara sistematis mengenai A) Latar Belakang, B) Rumusan Masalah, C) Tujuan Penelitian, D) Batasan Penelitian, E) Manfaat Penelitian, F) Penegasan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Berdasarkan analisis serta hasil pembahasan, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa penerapan pendidikan antikorupsi sangat penting untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau keluarganya sebagai imbal jasa sebuah pelayanan (KPK, 2006: 1).

BAB I PENDAHULUAN. atau keluarganya sebagai imbal jasa sebuah pelayanan (KPK, 2006: 1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Korupsi bukan hal yang baru bagi bangsa Indonesia. Tanpa disadari, korupsi muncul dari kebiasaan yang dianggap lumrah dan wajar oleh masyarakat umum. Seperti

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan 1. Simpulan Umum Pendidikan karakter antikorupsi merupakan hal yang paling penting dalam melihat situasi kondisi masyarakat Indonesia sekarang ini. Melihat fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah generasi penerus bangsa yang tumbuh dan berkembang untuk melanjutkan perjuangan cita-cita bangsa. Remaja merupakan aset bangsa yang harus dijaga

Lebih terperinci

MENANAMKAN INTEGRITAS PADA REMAJA SEKOLAH MENENGAH

MENANAMKAN INTEGRITAS PADA REMAJA SEKOLAH MENENGAH MENANAMKAN INTEGRITAS PADA REMAJA SEKOLAH MENENGAH Pengantar Integritas adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan (Pedoman Simposium,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Korupsi menjadi sebuah kata yang paling sering kita dengar saat ini. Lewat berita di televisi, surat kabar, bahkan melalui pembicaraan orang di sekitar kita.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pengolahan data, pembahasan hasil penelitian yang telah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pengolahan data, pembahasan hasil penelitian yang telah BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data, pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab VI, penulis dapat menarik kesimpulan dan saran yang kiranya dapat bermanfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu proses kegiatan berfungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Keberhasilan dalam dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gia Nikawanti, 2015 Pendidikan karakter disiplin pada anak usia dini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gia Nikawanti, 2015 Pendidikan karakter disiplin pada anak usia dini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya disiplin merupakan kebutuhan dasar bagi perkembangan perilaku anak mengingat masa ini merupakan masa yang sangat efektif untuk pembentukan perilaku moral

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku manusia. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk menghasilkan sumber daya manusia sehingga terjadilah

Lebih terperinci

TANTANGAN DAN HARAPAN PERGURUAN TINGGI DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI

TANTANGAN DAN HARAPAN PERGURUAN TINGGI DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI TANTANGAN DAN HARAPAN PERGURUAN TINGGI DALAM PEMBERANTASAN KORUPSI Padamu Negeri, Kami Anti Korupsi Oleh Farida Patittingi Dekan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Disampaikan pada Seminar Nasional

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

NILAI PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA NILAI PENDIDIKAN ANTIKORUPSI DALAM NOVEL RANTAU 1 MUARA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Eko Widodo Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan Latar Belakang Struktur yang Koruptif 1

BAB I Pendahuluan Latar Belakang Struktur yang Koruptif 1 BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Struktur yang Koruptif 1 Sebenarnya bukan budaya masyarakat Indonesia yang menyebabkan Indonesia menjadi negara terkorup. Namun struktur negara Indonesia lah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memperlancar proses sampai korupsi besar seperti penggelapan dana Anggaran

BAB 1 PENDAHULUAN. memperlancar proses sampai korupsi besar seperti penggelapan dana Anggaran BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai ungkapan tertoreh untuk melukiskan betapa maraknya kasus korupsi di Indonesia. Pelaku tindak pidana korupsi tidak hanya dikalangan pemerintah saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reformasi berjalan lebih dari satu dasawarsa cita- cita pemberantasan

BAB I PENDAHULUAN. reformasi berjalan lebih dari satu dasawarsa cita- cita pemberantasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu alasan mendasar terjadinya reformasi tahun 1998 karena pemerintahan waktu itu yaitu pada masa orde baru telah terjadi Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

Lebih terperinci

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian Sekolah merupakan salah satu lembaga sosial yang memiliki peranan penting dalam mengembangkan pendidikan di dalam masyarakat. Sekolah sebagai organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga pendidikan mempunyai peranan yang cukup penting dalam membentuk kepribadian, karakter, serta tingkah laku moral para peserta didik. Di bangku sekolah, para peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Sely Lamtiur, 2014 Model kantin kejujuran bagi pengembangan karakter jujur siswa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Sely Lamtiur, 2014 Model kantin kejujuran bagi pengembangan karakter jujur siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sendiri pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku manusia. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk menghasilkan sumber daya mausia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus

BAB I PENDAHULUAN. dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkualitas harus berlandaskan tujuan yang jelas, sehingga dapat membawa perubahan ke arah lebih baik. Pendidikan di Indonesia harus sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, kecerdasan dan keterampilan manusia lebih terasah dan teruji dalam menghadapi dinamika kehidupan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik Melalui Pembelajaran PKn Dalam Mengembangkan Kompetensi (Studi Kasus di SMA Negeri 2 Subang)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan media strategis dalam meningkatkan kualitas sumber

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan media strategis dalam meningkatkan kualitas sumber 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan media strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan juga merupakan salah satu sarana untuk dapat mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

Tindak Pidana Korupsi

Tindak Pidana Korupsi Tindak Pidana Korupsi 1. Apa korupsi itu? Korupsi adalah semua perbuatan atau tindakan yang diancam dengan sanksi sebagaimana diatur di dalam UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia baik fisik maupun moril, sehingga pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Asal kata korupsi berasal dari bahasa latin, yang merupakan perpaduan dua kata yaitu com yang berarti bersama-sama dan rumpere yang berarti pecah atau jebol.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi dan modernisasi yang sedang berjalan pada saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi dan modernisasi yang sedang berjalan pada saat ini, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi dan modernisasi yang sedang berjalan pada saat ini, memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan. Perubahan tersebut meliputi beberapa aspek

Lebih terperinci

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya pendidikan merupakan usaha manusia, artinya manusialah yang

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya pendidikan merupakan usaha manusia, artinya manusialah yang 721 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha pengembangan kualitas diri manusia dalam segala aspeknya. Pendidikan sebagai aktivitas yang disengaja untuk mencapai tujuan tertentu dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibahas. Sebuah perubahan apapun bentuknya, senantiasa akan mengacu

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibahas. Sebuah perubahan apapun bentuknya, senantiasa akan mengacu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kajian tentang pendidikan adalah sebuah kajian yang tidak pernah selesai untuk dibahas. Sebuah perubahan apapun bentuknya, senantiasa akan mengacu pada pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan berhubungan sekali dengan

BAB I PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan berhubungan sekali dengan BAB I PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan berhubungan sekali dengan perilaku yang bersifat kemanusiaan dalam masyarakat yang beraneka ragam kepentingan

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIK DAN SEKOLAH DALAM PENDIDIKAN KARAKTER ANAK. Oleh : S.Wisni Septiarti, M.Si Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

PERAN PENDIDIK DAN SEKOLAH DALAM PENDIDIKAN KARAKTER ANAK. Oleh : S.Wisni Septiarti, M.Si Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta PERAN PENDIDIK DAN SEKOLAH DALAM PENDIDIKAN KARAKTER ANAK Oleh : S.Wisni Septiarti, M.Si Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Paper disampaikan dalam acara seminar parenting Pendidikan

Lebih terperinci

ESSAY PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SEMANGAT KEBANGSAAN DEMI MASA DEPAN CEMERLANG

ESSAY PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SEMANGAT KEBANGSAAN DEMI MASA DEPAN CEMERLANG ESSAY PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SEMANGAT KEBANGSAAN DEMI MASA DEPAN CEMERLANG DISUSUN OLEH : AMALIA GHASSANI W. ( 071211531031 ) ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Penelitian ini mengungkapkan bagaimana persepsi masyarakat terhadap perilaku gratifikasi gratifikasi pada sektor pelayanan sipil, yang dalam pembahasannya juga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dunia pendidikan menghadapi berbagai masalah yang sangat kompleks yang perlu mendapatkan perhatian bersama. Fenomena merosotnya karakter kebangsaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah salah satu generasi harapan bangsa dimana masa depan yang dicita-citakan bangsa ini berada di tangan mereka. Banyak orang menganggap bahwa mahasiswa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. implementasi sudah berjalan namun belum sesuai dengan harapan. Karena

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. implementasi sudah berjalan namun belum sesuai dengan harapan. Karena BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 15 SMP di Kabupaten Sleman mengenai implementasi pendidikan antikorupsi dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha mewujudkan sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan harus mampu dalam perbaikan dan pembaharuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan pendidikan bangsa ini akan cerdas dalam berpikir, dan bijak dalam bertindak. Agar

Lebih terperinci

GERAKAN SAYA PEREMPUAN ANTI KORUPSI

GERAKAN SAYA PEREMPUAN ANTI KORUPSI GERAKAN SAYA PEREMPUAN ANTI KORUPSI KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KOTA DENPASAR TAHUN 2016 http://acch.kpk.go.id/spak 2 SPAK (Saya Perempuan Anti Korupsi) merupakan gerakan pencegahan korupsi melalui perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku mulia. Begitulah kutipan filsuf Yunani, Plato, SM (dalam

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku mulia. Begitulah kutipan filsuf Yunani, Plato, SM (dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jika Anda bertanya apa manfaat pendidikan, maka jawabannya sederhana: Pendidikan membuat orang menjadi lebih baik dan orang baik tentu berperilaku mulia. Begitulah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia,

BAB I PENDAHULUAN. dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam lampiran Permendiknas No.22 Tahun 2006 (Standar Isi) mengenai cakupan kelompok mata pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian disebutkan bahwa kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu mendidik anak mereka secara sempurna, karena pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mampu mendidik anak mereka secara sempurna, karena pendidikan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan tempat yang kedua bagi anak untuk memperoleh pendidikan setelah lingkungan keluarga. Asal mula munculnya sekolah adalah atas dasar anggapan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH. Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH. Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates (munadlir@yahoo.co.id) ABSTRAK Pendidikan di sekolah sampai saat kini masih dipercaya sebagai media yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Tantangan akan semakin besar, dan membutuhkan kelulusan dari

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Tantangan akan semakin besar, dan membutuhkan kelulusan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia pendidikan yang semakin pesat membutuhkan kerja keras dari semua pihak untuk menyukseskan program pendidikan nasional. Tantangan akan semakin

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah proses dengan menggunakan berbagai macam metode pembelajaran sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN KAJIAN KETERBACAAN DAN NILAI KARAKTER TEKS ARTIKEL HARIAN KOMPAS SERTA UPAYA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR MEMBACA KRITIS

BAB I PENDAHULUAN KAJIAN KETERBACAAN DAN NILAI KARAKTER TEKS ARTIKEL HARIAN KOMPAS SERTA UPAYA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR MEMBACA KRITIS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan salah satu keterampilan yang berkaitan erat dengan keterampilan dasar terpenting manusia yaitu berbahasa. Oleh karena itu, keterampilan membaca

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Pada bab terakhir ini peneliti akan memaparkan mengenai kesimpulan dan saran yang terkait dengan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Peneliti akan menjelaskan

Lebih terperinci

Buku Panduan Bermain. dan Kunci Jawaban

Buku Panduan Bermain. dan Kunci Jawaban Buku Panduan Bermain dan Kunci Jawaban Cara Bermain MAJO Mengajak kita mengenal berbagai tindakan korupsi dan peran serta masyarakat dalam pemberantasannya, dengan cara mudah. MAJO Terdiri dari : 1. Papan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter kepada generasi penerus bangsa yang berakar pada nilai karakter dari budaya bangsa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah minimnya nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah minimnya nilainilai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah minimnya nilainilai karakter yang ada pada diri anak bangsa seperti rasa peduli terhadap etika dan sopan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting dalam upaya peningkatan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting dalam upaya peningkatan sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak lepas dari suatu istilah belajar dan mengajar. Artinya bahwa pendidikan mempunyai keterkaitan antara kedua istilah tersebut. Pendidikan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individual, sesuai dengan pandangan hidup keluarga masing masing. senantiasa taqwa dan iman kepada Tuhan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. individual, sesuai dengan pandangan hidup keluarga masing masing. senantiasa taqwa dan iman kepada Tuhan Yang Maha Esa. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan terpenting bagi anak. Anak dan remaja didalam keluarga berkedudukan sebagai anak didik dan orang tua

Lebih terperinci

Disusun Oleh: SRITOMI YATUN A

Disusun Oleh: SRITOMI YATUN A PENGEMBANGAN KARAKTER KREATIF DAN DISIPLIN PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus Kelas X Seni Lukis SMK Negeri 9 Surakarta Tahun Pelajaran 2014/2015) NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manfaat dari pendidikan di sekolah, antara lain adalah menambah wawasan dan

I. PENDAHULUAN. Manfaat dari pendidikan di sekolah, antara lain adalah menambah wawasan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan bagi setiap warga negara. Baik itu pendidikan formal melalui lembaga resmi seperti sekolah ataupun pendidikan di luar sekolah. Manfaat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN TEMUAN HASIL PENELITIAN. kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam dalam menumbuhkan

BAB IV PEMBAHASAN TEMUAN HASIL PENELITIAN. kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam dalam menumbuhkan BAB IV PEMBAHASAN TEMUAN HASIL PENELITIAN Pada bab IV akan membahas dari hasil penelitian tentang peran kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam dalam menumbuhkan minat belajar siswa di SMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan.

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan negara yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI PENELITIAN. Berdasarkan hasil Penelitian tentang pengaruh penerapan tata tertib

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI PENELITIAN. Berdasarkan hasil Penelitian tentang pengaruh penerapan tata tertib BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI PENELITIAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil Penelitian tentang pengaruh penerapan tata tertib sekolah terhadap tingkat kedisiplinan siswa menunjukkan bahwa kecenderungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Rumusan Masalah, (3) Pembatasan Masalah, (4) Tujuan Penelitian, (5) Manfaat Penelitian, (6) Penegasan Isilah. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai pancasila sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral

Lebih terperinci

ANALISIS PELATIHAN STRATEGI PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN UNTUK MEWUJUDKAN SEKOLAH ADIWIYATA BAGI GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PIYUNGAN

ANALISIS PELATIHAN STRATEGI PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN UNTUK MEWUJUDKAN SEKOLAH ADIWIYATA BAGI GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PIYUNGAN ISBN 978-602-70471-2-9 ANALISIS PELATIHAN STRATEGI PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN UNTUK MEWUJUDKAN SEKOLAH ADIWIYATA BAGI GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN PIYUNGAN Siwi Purwanti, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam pendidikan dituntut berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuannya. Adanya tahapan-tahapan tersebut, pada

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuannya. Adanya tahapan-tahapan tersebut, pada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam penyusunan sebuah program dibutuhkan suatu tahapan langkahlangkah untuk mencapai tujuannya. Adanya tahapan-tahapan tersebut, pada umumnya dilandaskan

Lebih terperinci

Modul ke: ETIK UMB. Mengenali Tindakan Korupsi. Fakultas Ilmu Komputer. Yani Pratomo, S.S, M.Si. Program Studi. Sistem Informasi.

Modul ke: ETIK UMB. Mengenali Tindakan Korupsi. Fakultas Ilmu Komputer. Yani Pratomo, S.S, M.Si. Program Studi. Sistem Informasi. Modul ke: ETIK UMB Mengenali Tindakan Korupsi Fakultas Ilmu Komputer Yani Pratomo, S.S, M.Si. Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id Mengenal Tindakan Korupsi Masyarakat sepakat bahwa Korupsi

Lebih terperinci

TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS TELKOM BANDUNG

TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS TELKOM BANDUNG Propaganda Pemberantasan Korupsi Di Indonesia KARYA ILMIAH Diajukan untuk mengikuti Kompetisi Propaganda Antikorupsi 2016 Oleh Cheryl Marlitta Stefia NIM 1102140004 TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka kesimpulan yang dapat. diambil antara lain :

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka kesimpulan yang dapat. diambil antara lain : BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini, maka kesimpulan yang dapat diambil antara lain : 1. Nilai-nilai pendidikan anti korupsi di SMAN 4 Kota Tegal diintegrasikan pada mata pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan (PKn) menjadi bagian penting dalam suatu pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari keberadaan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang lebih tinggi. Salah satu peran sekolah untuk membantu mencapai

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang lebih tinggi. Salah satu peran sekolah untuk membantu mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk lembaga pendidikan adalah sekolah. Sekolah sebagai suatu lembaga formal yang berperan dalam membantu siswa untuk mencapai tugas-tugas perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berfungsi secara efektif sebagai salah satu alat penyebar informasi kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berfungsi secara efektif sebagai salah satu alat penyebar informasi kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa disamping dijadikan sebagai referensi oleh masyarakat juga digunakan untuk mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi. Media massa telah berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan untuk lepas dari tangan penjajah negara asing sudah selesai sekarang bagaimana membangun negara dengan melahirkan generasi-generasi berkarakter dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Praktik, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hlm Fathul Mu in, Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoretik dan

BAB I PENDAHULUAN. Praktik, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hlm Fathul Mu in, Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoretik dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan. Sebagai sebuah proses, ada dua asumsi yang berbeda mengenai pendidikan dalam kehidupan manusia. Pertama, ia bisa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Setiap individu mengalami perubahan melalui serangkaian tahap perkembangan. Pelajar dalam hal ini masuk dalam tahap perkembangan remaja.

Lebih terperinci

DiusulkanOleh : Farida Rianingrum /2015

DiusulkanOleh : Farida Rianingrum /2015 USULAN PROGRAM KEGIATAN MAHASISWA JUDUL PROGRAM PENDIDIKAN MORAL ANTI KORUPSI DENGAN SOSIALISASI PADA ANAK SEJAK DINI SD WONOREJO, SELOMERTO, WONOSOBO BIDANG KEGIATAN : PKM- PENGABDIAN MASYARAKAT DiusulkanOleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, karena pendidikan menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia dan dianggap memiliki peran yang strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena itu dibutuhkan sistem pendidikan dan manajemen sekolah yang

BAB I PENDAHULUAN. karena itu dibutuhkan sistem pendidikan dan manajemen sekolah yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa, secara

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI FUNDAMENTAL NEGERI KARYA ILMIAH. Diajukan untuk mengikuti Kompetisi Propaganda Antikorupsi 2015.

PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI FUNDAMENTAL NEGERI KARYA ILMIAH. Diajukan untuk mengikuti Kompetisi Propaganda Antikorupsi 2015. PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI FUNDAMENTAL NEGERI KARYA ILMIAH Diajukan untuk mengikuti Kompetisi Propaganda Antikorupsi 2015 Disusun oleh: FITRA ARIFFANTO 1105110014 S1 TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Astrid Sutrianing Tria, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Astrid Sutrianing Tria, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia akan menjadi negara yang tentram apabila sumber daya manusianya memiliki budi pekerti yang baik. Budi pekerti yang baik dapat diupayakan

Lebih terperinci

PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI KORUPSI DENGAN TATANAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI KORUPSI DENGAN TATANAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI Contoh Artikel Konseptual PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI KORUPSI DENGAN TATANAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI oleh Kholis Rahmat Riyadi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang ABSTRAK Korupsi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu aspek utama yang memiliki peranan penting dalam mempersiapkan sekaligus membentuk generasi muda. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia anak-anak merupakan usia yang sangat penting dalam perkembangan psikis seorang manusia. Pada usia anak-anak terjadi pematangan fisik yang siap merespon apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuju masa dewasa. Pada masa remaja banyak sekali permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuju masa dewasa. Pada masa remaja banyak sekali permasalahan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah generasi penerus bangsa, penerus perjuangan demi kemajuan suatu bangsa. Masa remaja adalah masa transisi atau perpindahan dari masa kanakkanak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam setiap kehidupan sosial terdapat individu-individu yang memiliki kecenderungan berperilaku menyimpang dalam arti perilakunya tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan faktor penting dalam memajukan bangsa dan negara. Pada pembukaan UUD 1945 alinea ke empat, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan faktor penting dalam memajukan bangsa dan negara. Pada pembukaan UUD 1945 alinea ke empat, yaitu : BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hak semua rakyat. Menurut ajaran agamapun, manusia diwajibkan untuk menuntut ilmu dan memperoleh pendidikan. Selain itu, pendidikan merupakan

Lebih terperinci

Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi

Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Peran Mahasiswa Dalam Gerakan Anti-korupsi 1 Bab 08 No impunity to corruptors PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI-KORUPSI

Lebih terperinci

Juara 1 Lomba Essay LSP FKIP UNS dalam rangka Hari Pendidikan Nasional 2015

Juara 1 Lomba Essay LSP FKIP UNS dalam rangka Hari Pendidikan Nasional 2015 Menengok Pudarnya Pesona Academic Honesty Oleh : Usep Taryana Mengawali penulisan kali ini mengenai pendidikan dan problematikanya yang begitu rumit untuk dicerna, ada baiknya kita mengingat kembali ungkapan

Lebih terperinci

5/31/2013. Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI-KORUPSI. No impunity to corruptors. Bab.

5/31/2013. Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI-KORUPSI. No impunity to corruptors. Bab. Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Peran Mahasiswa Dalam Gerakan Anti-korupsi 1 Bab 08 No impunity to corruptors PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI-KORUPSI

Lebih terperinci

MAHASISWA. Diajukan untuk. Disusun oleh: Rahmawati PROGRAM FAKULTA BANDUNG

MAHASISWA. Diajukan untuk. Disusun oleh: Rahmawati PROGRAM FAKULTA BANDUNG PERAN KELUARGA DALAM MELAHIRKAN GENERASI MAHASISWA YANG ANTI KORUPSI KARYA ILMIAH Diajukan untuk mengikutii Kompetisi Propaganda Anti korupsi 2016 Disusun oleh: Rahmawati i Kartikasari 1202130030 Mutiah

Lebih terperinci

6/11/2014. Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI-KORUPSI. No impunity to corruptors. Bab.

6/11/2014. Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI-KORUPSI. No impunity to corruptors. Bab. DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 6/11/2014 Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi Peran Mahasiswa Dalam Gerakan Anti-korupsi 1 Bab 08 No impunity to corruptors PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Pendidikan Nasional harus tanggap terhadap tuntutan perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter

I. PENDAHULUAN. bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Pendidikan di Indonesia bertujuan membentuk manusia yang berkualitas bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter individu, dan hal ini

Lebih terperinci

Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi

Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Peran Mahasiswa Dalam Gerakan Anti-korupsi 1 Bab 08 No impunity to corruptors PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI-KORUPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia kaya dengan Sumber Daya Alam (SDA). Untuk memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia kaya dengan Sumber Daya Alam (SDA). Untuk memanfaatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia kaya dengan Sumber Daya Alam (SDA). Untuk memanfaatkan SDA itu, Indonesia membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dalam penguasaan IPTEK

Lebih terperinci

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

G U B E R N U R SUMATERA BARAT No. Urut: 48, 2014 G U B E R N U R SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DAN MADRASAH PADA BULAN RAMADHAN Menimbang

Lebih terperinci

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI 164519 KOTA TEBING TINGGI Syarigfah Guru SD Negeri 164519 Kota Tebing Tinggi Surel : syarigfah16@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi perilaku anak yang semakin hilangnya nilai-nilai karakter bangsa. Hilangnya nilai-nilai karakter bangsa

Lebih terperinci

Mempopulerkan kembali Jujur dan Integritas dalam kehidupan anak muda demi peradaban Anti- Korupsi, mungkinkah?

Mempopulerkan kembali Jujur dan Integritas dalam kehidupan anak muda demi peradaban Anti- Korupsi, mungkinkah? Menanggapi hasil riset Survey Integritas Anak Muda Transparansi Internasional Indonesia tahun 2012: Mempopulerkan kembali Jujur dan Integritas dalam kehidupan anak muda demi peradaban Anti- Korupsi, mungkinkah?

Lebih terperinci