BAB I Pendahuluan Latar Belakang Struktur yang Koruptif 1
|
|
- Sucianty Jayadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Struktur yang Koruptif 1 Sebenarnya bukan budaya masyarakat Indonesia yang menyebabkan Indonesia menjadi negara terkorup. Namun struktur negara Indonesia lah yang membiarkan praktek korupsi merajalela. Inilah yang kemudian menimbulkan budaya koruptif tumbuh pada masyarakat Indonesia. Korupsi dalam rezim yang lalu misalnya diciptakan untuk membantu kerja kekuasaan dengan mensistematiskan korupsi yang melembaga. Rezim kemudian memiliki cukup kekuatan untuk melanggengkan kekuasaannya. Dengan korupsi birokratis ini, birokrasi kemudian jadi membesar sehingga ia menjadi penting dilihat dari kacamata publik. Demi melanggengkan kekuasaannya, (mantan Presiden) Suharto sengaja membiarkan semua orang di sekitarnya untuk korupsi. Sehingga kemudian tidak ada seorangpun yang berani mengutak-utik kekuasaannya dan ketika di kemudian hari Suharto turun, tidak ada yang berani membawanya ke pengadilan dikarenakan dapat membawa-bawa nama mereka dan juga karena adanya ikatan moral korupsi pada orang-orang tersebut. Konstruksi kekuasaan yang bersifat koruptif ini diperkuat lagi oleh sikap pragmatis dunia internasional, terutama negara-negara maju. Menurut Presiden Transparency International Peter Eigen kasus-kasus korupsi ini sebagian disembunyikan oleh konspirasi di negara-negara Industri karena, "selama Perang Dingin, seorang Marcos yang korup atau seorang Noriega yang korup dapat ditoleransi selama ia berada secara tegas di sisi kelompok kapitalis atau Blok negara Barat. Hal yang sama terjadi pada blok negara Timur Konsumerisme & Mentalitas Sosial Masyarakat konsumen 2 Indonesia secara bertahap terbentuk sejak masuknya kebudayaan modern pada masa pemerintahan kolonial dan mulai terbentuk di kalangan pribumi sejak diperkenalkannya pendidikan modern di akhir abad ke-19. Kelompok priyayi, kelompok birokrat serta para pegawai yang memiliki kedekatankedekatan dengan gaya hidup masyarakat Belanda, secara bertahap mengkonsumsi 1 Media Transparancy 2 Lihat Agus Sachari, Sosiologi Desain, Penerbit ITB. Hal
2 pelbagai barang dan kebutuhan sehari-hari seperti halnya orang Belanda. Jumlahnya kian hari kian membesar dan menjadi komunitas baru yang memiliki selera seperti halnya masyarakat modern di Eropa. Pola konsumsi masyarakat ini kemudian mengubah perilaku sosial masyarakat Indonesia yang berhubungan dengan gaya hidup. Ada hubungan sinergis antara gaya hidup masyarakat dengan terbangunnya konsumerisme dalam semua jenjang sosial. Kebutuhan makanan yang enak mengandung konsekuensi suatu kelompok sosial masuk ke dalam pola makan yang mewah dengan tata cara makan, tempat makan, dan peralatan yang mahal. Kebutuhan akan sandang yang mewah mengandung konsekuensi masuk ke dalam pola kehidupan sosial kelas atas, yang membutuhkan mode dan perhiasan yang mewah pula. Untuk terlibat dalam gaya hidup semacam itu, konsekuensinya masyarakat harus memiliki penghasilan yang tinggi dan tabungan yang besar pula. Masyarakat Indonesia yang mengalami masa kolonialisasi panjang secara umum memiliki perasaan rendah diri, ketergantungan, dan tertekan. Perasaan ini meresap pada masyarakat secara bergenerasi dan berkembang menjadi mentalitas sosial yang tercermin dalam pelbagai perilaku, mulai dari para pemegang keputusan hingga masyarakat yang paling bawah. Masyarakat yang memiliki mentalitas sosial seperti ini kemudian secara bertubi-tubi disuguhi desain kebohongan dalam bentuk iklan televisi, majalah, dan surat kabar. Dengan dalih membangun citra dan perluasan pasar, suatu produk dipromosikan secara berlebihan seolah-olah menjadi kebutuhan primer seluruh masyarakat, padahal produk tersebut sebenarnya hanya dikonsumsi oleh golongan ekonomi kuat. Perpaduan antara mentalitas sosial Indonesia yang rendah diri, tergantung dan tertekan dengan serangan promosi di berbagai media ini kemudian membentuk suatu mentalitas konsumtif. Mentalitas konsumtif ini tumbuh berkembang dalam bangsa Indonesia yang kemudian memicu penumpulan sosial dalam pelbagai lapisan masyarakat. Ini tidak terjadi pada masyarakat yang telah dewasa seperti halnya di negara-negara maju, karena iklan dan promosi produk di atas ditanggapi secara lebih arif dan kritis Nilai-nilai Kebaikan Mentalitas konsumtif ini kemudian menuntun masyarakat kepada pola pikir materialisme. Segala sesuatu dinilai dari sudut pandang nilai materinya. Pola pikir inilah yang kemudian berangsur-angsur menggeser nilai-nilai kebaikan yang seharusnya menjadi sistem nilai. Nilai-nilai kebaikan ini dilupakan dan dihilangkan kaitannya dengan peraihan kesuksesan. 2
3 Kehancuran nilai-nilai moral, menurut pengamatan Francis Saunderaraj seorang penulis yang aktivis gereja, adalah karena tiga alasan utama. Pertama, kita hidup dalam suasana kompetitif yang sangat tinggi untuk memperoleh materi yang sangat cepat. Kedua, nilai-nilai moral menjadi sangat relatif, tergantung pada situasi dan kondisi lingkungan, tidak ditentukan oleh kekuatan eksternal dan ketentuan pasti yang menjadi pegangan umat manusia. Ketiga, masyarakat lebih berorientasi pada keberhasilan (succsess oriented society) yang memunculkan succsess syndrome dengan ukuran perolehan posisi dan kekuatan yang mendorong pada kehampaan nilai-nilai moral. Mentalitas konsumtif yang kemudian ditambah dengan hilangnya nilai-nilai kebaikan (moral) pada masyarakat memunculkan tindakan-tindakan yang mengacu pada pencapaian hasil dengan menghalalkan segala cara. Dari sinilah muncul tindakantindakan korupsi yang kini menghinggapi semua lapisan masyarakat Korupsi adalah Masalah Sosial Dari paparan di atas, jelas korupsi merupakan masalah sosial, khususnya menyangkut pranata sosial, sebab terdapat proses perubahan nilai-nilai yang dihayati oleh masyarakat. Dalam penanganannya diperlukan suatu perubahan sosial, yakni proses yang dialami oleh masyarakat dalam meninggalkan pola-pola kehidupan, budaya dan sistem sosial lama kemudian beralih menggunakan pola dan sistem sosial yang baru. Perubahan sosial ini memerlukan waktu yang lama dan usaha yang tidak mudah, karena membutuhkan kesediaan masyarakat dalam meninggalkan unsur-unsur budaya sebelumnya yang menyangkut perubahan pola pikir dan perilaku. Walaupun begitu perubahan itu dapat diusahakan melalui aspek pendidikan dan kebudayaan. Aspek pendidikan yang secara khusus menyiapkan generasi muda dalam menumbuhkembangkan nilai-nilai kebaikan adalah suatu jawaban bagi usaha perubahan sosial yang bertujuan untuk memberantas korupsi. Lewat pendidikan, nilai-nilai baru dapat disuntikkan dan ditumbuhkan sehingga dapat melahirkan generasi baru yang mampu mengembangkan sistem nilai yang menolak korupsi secara lebih tegas di masa yang akan datang. Oleh karena itu diperlukan suatu kampanye pendidikan dan budaya anti korupsi yang dikelola secara cerdas untuk mengimbangi derasnya arus konsumerisme yang melanda masyarakat. Kampanye pendidikan anti korupsi ini khususnya ditujukan kepada kelompok masyarakat muda yang sedang mengenyam pendidikan sebagai 3
4 upaya untuk memutus mata rantai generasi masa kini yang dihinggapi masalah sosial korupsi, dan kemudian menggantikannya di kehidupan masa depan Pendidikan Anti Korupsi Pemberantasan korupsi mesti sistematis dan masif. Pendidikan anti korupsi menjadi sarana sadar untuk itu. Sebaiknya Pendidikan antikorupsi menyentuh aspek kognitif, afektif, dan konasi. Tujuan utama pendidikan antikorupsi adalah perubahan sikap dan perilaku terhadap tindakan koruptif. 3 Pendidikan antikorupsi membentuk kesadaran akan bahaya korupsi, kemudian bangkit melawannya. Ia juga berguna mempromosikan nilai-nilai kejujuran dan tidak mudah menyerah demi kebaikan. Pendidikan untuk membasmi korupsi sebaiknya berupa persilangan (intersection) antara pendidikan watak dan pendidikan kewarganegaraan. Pendidikan untuk mengurangi korupsi harus berupa pendidikan nilai, yaitu pendidikan untuk mendorong setiap generasi menyusun kembali sistem nilai yang diwarisi. Menurut Franz Magnis-Suseno SJ, guru besar di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara di Jakarta, ada tiga sikap moral fundamental yang harusnya dimiliki masyarakat yaitu kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab. Jujur berarti berani untuk menunjukkan siapa kita, dan untuk menyatakan keyakinan kita. Kejujuran adalah keutamaan yang amat mendasar dalam kehidupan bersama. Untuk bisa bekerja sama, orang harus bisa saling mempercayai. Merajalelanya ketidakjujuran mesti menghancurkan setiap komunitas. Sejak kecil, sejak dari rumahnya, anak perlu belajar bahwa berlaku tidak jujur adalah sesuatu yang amat buruk. Adil berarti memberikan kepada siapa saja apa yang menjadi haknya, dan memenuhi segala kewajiban yang mengikat kita sendiri. Keadilan merupakan keutamaan paling mendasar dalam kehidupan antarmanusia: bersikap baik, tetapi dengan melanggar keadilan, tidak pernah baik. Keadilan memungkinkan manusia menyelesaikan konflik dan perselisihan secara damai dan beradab. Karena korupsi berarti mengambil sesuatu yang bukan haknya, korupsi langsung melanggar keadilan. Korupsi adalah pencurian, dan koruptor adalah pencuri. Sejak kecil, anak perlu dididik bahwa mencuri adalah perbuatan yang memalukan. 3 Faisal Djabbar, 4
5 Sehingga di kemudian hari ia akan merasa malu apabila melakukan korupsi karena ia tahu bahwa ia seorang pencuri Generasi Jujur Anti Korupsi Untuk itu, dalam memberantas korupsi dalam kaitannya dengan masalah sosial ini perlu dilahirkan sebuah generasi baru yang mengintegrasikan nilai-nilai kebaikan yang tercermin dalam perilaku keseharian dan kemudian secara sadar menghilangkan tindak korupsi di negeri ini. Usaha untuk melahirkan generasi baru yang anti korupsi ini bisa dilakukan melalui aspek pendidikan yaitu pendidikan anti korupsi. Pendidikan anti korupsi adalah pendidikan nilai yang mengajak dan menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada masyarakat. Salah satu nilai kebaikan itu adalah nilai kejujuran yang dalam kaitannya dengan tindak korupsi sangat dekat. Generasi baru yang menjadi sasaran pendidikan anti korupsi harus merupakan generasi yang memahami pentingnya nilai kejujuran dalam kehidupan, menghayati nilai-nilai itu dalam diri, kemudian terbiasa mengamalkannya dalam perilaku sehari-hari Identifikasi Masalah/Pembatasan Masalah Pembahasan dilakukan dalam lingkup perancangan sebuah kampanye sosial yang membahas dan menitikberatkan pada sosialisasi pendidikan anti korupsi untuk menumbuhkan semangat berperilaku jujur sejak di bangku sekolah sebagai solusi menciptakan masa depan Indonesia yang bebas korupsi. Dari penjabaran masalah di atas maka dibuatlah suatu rumusan masalah yang dibatasi pada bagaimana menumbuhkan nilai kejujuran kepada kelompok masyarakat berusia tahun yaitu kelompok masyarakat yang masih duduk di bangku sekolah SMA, hingga awal masa perkuliahan. Mengapa masalah kejujuran yang diangkat, karena kejujuran adalah salah satu nilai kebaikan yang paling dekat kaitannya dengan tindak korupsi. Kelompok sasaran berusia dipilih karena secara psikologi merupakan usia yang tinggi penetrasinya terhadap nilainilai eksternal yang sedang berkembang, mulai berhubungan dengan masalah publik, dan merupakan kelompok masyarakat yang akan menjadi pelaku perubahan di masa depan. 5
6 Penelitian dibatasi di kota Bandung dan Jakarta. Dipilih karena merupakan dua kota besar di Indonesia. Dengan memilih dua kota tersebut diharapkan dapat mewakili kota-kota lain di Indonesia Maksud dan Tujuan Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk menemukan solusi yang tepat bagi permasalahan korupsi di Indonesia serta menjadi dasar perancangan sebuah kampanye sosial untuk memecahkan permasalahan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya nilai kejujuran kepada masyarakat khususnya kelompok sasaran, untuk kemudian menghayati nilai-nilai itu dalam diri, dan terbiasa mengamalkannya dalam perilaku sehari-hari sehingga terbentuk masyarakat yang secara sadar membenci dan menolak perbuatan korupsi Sumber dan Teknik Pengumpulan Data Untuk mencapai maksud dan tujuan penelitian di atas, penulis menggunakan beberapa metode pencarian data yang antara lain: 1. Studi literatur untuk mendapatkan teori dan konsep serta permasalahan secara umum. 2. Survey dan observasi lapangan untuk mendapatkan data-data yang aktual sesuai dengan kondisi di lapangan. 3. Wawancara dengan pihak-pihak yang memiliki kompetensi dalam permasalahan kampanye anti korupsi 6
7 1.5. Kerangka Pemikiran/Sistematika Pembahasan Kondisi saat ini Solusi Kondisi ideal Masyarakat menjadikan materi dan kedudukan sebagai sistem nilai dan menghilangkan kejujuran dalam proses Pendukung Masyarakat tahu jujur itu baik Masyarakat memiliki keinginan terbebas dari korupsi Program pendidikan anti korupsi KPK Tamak dan Menghalalkan segala cara Tindak korupsi sangat tinggi dan terjadi di manamana Kampanye yang mengajak untuk menumbuhkan nilai kejujuran dalam diri dan membiasakann ya dalam kehidupan sehari-hari Generasi yang jujur dan anti korupsi Kendala Konsumerisme yang berujung pada materialisme Mentalitas yang tidak percaya diri Meningkatkan kesadaran akan pentingnya kejujuran Kampanye Sosial Generasi Jujur Anti Korupsi Sikap tidak peduli Kejujuran terintegrasi dalam diri masyarakat Masa depan terbebas dari korupsi 7
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Korupsi menjadi sebuah kata yang paling sering kita dengar saat ini. Lewat berita di televisi, surat kabar, bahkan melalui pembicaraan orang di sekitar kita.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Berdasarkan analisis serta hasil pembahasan, maka secara umum dapat disimpulkan bahwa penerapan pendidikan antikorupsi sangat penting untuk
Lebih terperinciPendidikan dan Budaya Anti Korupsi
Prototipe Media Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi Prakata SALAM SEHAT TANPA KORUPSI, Korupsi merupakan perbuatan mengambil sesuatu yang sebenarnya bukan haknya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penelitian, E) Manfaat Penelitian, F) Penegasan Istilah.
BAB I PENDAHULUAN Pada bab I Pendahuluan ini akan dibahas secara sistematis mengenai A) Latar Belakang, B) Rumusan Masalah, C) Tujuan Penelitian, D) Batasan Penelitian, E) Manfaat Penelitian, F) Penegasan
Lebih terperinciPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Dosen PJMK : H. Muhammad Adib. Essay Bebas (Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi Sejak Dini)
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Dosen PJMK : H. Muhammad Adib Essay Bebas (Pentingnya Pendidikan Anti Korupsi Sejak Dini) OLEH: NADHILA WIRIANI (071211531003) DEPARTEMEN KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN
Lebih terperinciPERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI KORUPSI DENGAN TATANAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI
Contoh Artikel Konseptual PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI KORUPSI DENGAN TATANAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI oleh Kholis Rahmat Riyadi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang ABSTRAK Korupsi adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya zaman telah menunjukkan kemajuan yang tinggi dalam berbagai aspek kehidupan. Selain menunjukkan kemajuan juga memunculkan gaya hidup baru
Lebih terperinciPENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI FUNDAMENTAL NEGERI KARYA ILMIAH. Diajukan untuk mengikuti Kompetisi Propaganda Antikorupsi 2015.
PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI FUNDAMENTAL NEGERI KARYA ILMIAH Diajukan untuk mengikuti Kompetisi Propaganda Antikorupsi 2015 Disusun oleh: FITRA ARIFFANTO 1105110014 S1 TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Siapa pun itu, pasti pernah berbohong ataupun berlaku tidak jujur tanpa pandang usia. Bahkan, anak-anak sekolah dasar pun pun bisa melakukannya. Ada yang kedapatan
Lebih terperinciMAHASISWA. Diajukan untuk. Disusun oleh: Rahmawati PROGRAM FAKULTA BANDUNG
PERAN KELUARGA DALAM MELAHIRKAN GENERASI MAHASISWA YANG ANTI KORUPSI KARYA ILMIAH Diajukan untuk mengikutii Kompetisi Propaganda Anti korupsi 2016 Disusun oleh: Rahmawati i Kartikasari 1202130030 Mutiah
Lebih terperinciPROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS REKAYASA INDUSTRI UNIVERITAS TELKOM BANDUNG
Strategi Cerdas dalam Menanamkan Jiwa Anti Korupsi untuk Meningkatkan Integritas Mahasiswa KARYA ILMIAH Diajukan untuk mengikuti Kompetisi Propaganda Antikorupsi 2016 Oleh Muhammad Andar Rahman (1102130249)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku manusia. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk menghasilkan sumber daya manusia sehingga terjadilah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. budi pekerti selalu di ajarkan, namun seiring berkembangnya jaman nilai-nilai budi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur budi pekerti dan tata krama. Sudah dari jaman dahulu lalu di turunkan ke anak cucu budi pekerti
Lebih terperinciBAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan berlangsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Sely Lamtiur, 2014 Model kantin kejujuran bagi pengembangan karakter jujur siswa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sendiri pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku manusia. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk menghasilkan sumber daya mausia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku adalah pengusung peradaban. Tanpa buku sejarah diam, sastra bungkam, sains lumpuh, pemikiran macet. Pengertian serta fungsi dari sebuah buku ini menyiratkan betapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. agama. Hal tersebut sangat berkaitan dengan jiwa Nasionalisme bangsa Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan budaya, suku, ras dan agama. Hal tersebut sangat berkaitan dengan jiwa Nasionalisme bangsa Indonesia. Berbagai
Lebih terperinciTEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS TELKOM BANDUNG
Propaganda Pemberantasan Korupsi Di Indonesia KARYA ILMIAH Diajukan untuk mengikuti Kompetisi Propaganda Antikorupsi 2016 Oleh Cheryl Marlitta Stefia NIM 1102140004 TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
Lebih terperinciKORUPSI DAN KECERDASAN. Oleh Yoseph Andreas Gual
KORUPSI DAN KECERDASAN Oleh Yoseph Andreas Gual Salah satu masalah sosial yang masih menjadi penyakit kronis dan sulit disembuhkan bangsa ini termasuk (NTT) adalah korupsi. Korupsi sudah mengakar dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang
BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Rumusan Masalah, (3) Pembatasan Masalah, (4) Tujuan Penelitian, (5) Manfaat Penelitian, (6) Penegasan Isilah. 1.1 Latar Belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap perubahan sikap dan perilaku. Perubahan sikap dan perilaku itulah yang
1 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memungkinkan penyebaran informasi secara menyeluruh dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. reformasi berjalan lebih dari satu dasawarsa cita- cita pemberantasan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu alasan mendasar terjadinya reformasi tahun 1998 karena pemerintahan waktu itu yaitu pada masa orde baru telah terjadi Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 menjelaskan dengan tegas bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (rechstaat) dan bukan berdasarkan atas kekuasaan (machstaat).
Lebih terperinciPENDAHULUAN. dapat membawa kemajuan, namun juga sekaligus melahirkan kegelisahan. pada masyarakat, hal ini juga dialami oleh Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman sekarang globalisasi menimbulkan berbagai tantangan yang semakin berat. Cepatnya perubahan yang terjadi akibat globalisasi berdampak dalam berbagai bidang kehidupan
Lebih terperinciPendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi
Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Peran Mahasiswa Dalam Gerakan Anti-korupsi 1 Bab 08 No impunity to corruptors PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI-KORUPSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi merupakan perubahan global yang melanda seluruh dunia. Dampak yang terjadi sangatlah besar terhadap berbagai aspek kehidupan manusia di semua lapisan
Lebih terperinciTUGAS RESUME PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN PERTEMUAN KE-12 AKAL TAK SEKALI TIBA STOP...!!! SAY NO CORRUPTION.
TUGAS RESUME PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN PERTEMUAN KE-12 AKAL TAK SEKALI TIBA STOP...!!! SAY NO CORRUPTION Disusun Oleh : 1. BINTANG ARIAN DIMITRA (071211633041) 2. NOVILIA ZENI ANDRIANI (071211632006)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan di bidang pendidikan yang dialami bangsa Indonesia pada saat ini adalah berlangsungnya pendidikan yang kurang bermakna bagi pembentukan watak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah tumpuan sebuah bangsa menuju persaingan global. Di dalam pendidikan banyak aspek yang saling mempengaruhi satu sama lain, antara lain pemerintah,
Lebih terperinciTIK (Kompetensi Dasar) II. Gambaran Umum III. Relevansi terhadap pengetahuan IV. Sub-sub Bab 1. Pengertian Korupsi
105 106 I. TIK (Kompetensi Dasar) Mahasiswa Mampu memahami, mampu menjelaskan, terjadi perubahan pola berpikir tentang hak dan kewajiban bela negara khususnya tentang pengertian korupsi, tindak korupsi,
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rosandi (2004) membagi masa remaja menjadi beberapa tahap yaitu: a. Remaja awal (early adolescent) pada usia 11-14 tahun. Remaja awal biasanya berada pada tingkat
Lebih terperinci5/31/2013. Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI-KORUPSI. No impunity to corruptors. Bab.
Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Peran Mahasiswa Dalam Gerakan Anti-korupsi 1 Bab 08 No impunity to corruptors PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI-KORUPSI
Lebih terperinciMempopulerkan kembali Jujur dan Integritas dalam kehidupan anak muda demi peradaban Anti- Korupsi, mungkinkah?
Menanggapi hasil riset Survey Integritas Anak Muda Transparansi Internasional Indonesia tahun 2012: Mempopulerkan kembali Jujur dan Integritas dalam kehidupan anak muda demi peradaban Anti- Korupsi, mungkinkah?
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Permasalahan karakter saat ini banyak diperbincangkan. Berbagai persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan,
Lebih terperinci2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pernikahan merupakan hal yang dicita-citakan dan didambakan oleh setiap orang, karena dengan pernikahan adalah awal dibangunnya sebuah rumah tangga dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dirasakan dan dialami serta disadari oleh manusia dan masyarakat Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia Indonesia telah menerima Pancasila sebagai ideologinya. Ideologi yang bersumberkan pandangan hidup merupakan kristalisasi nilai-nilai yang diterima dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan untuk lepas dari tangan penjajah negara asing sudah selesai sekarang bagaimana membangun negara dengan melahirkan generasi-generasi berkarakter dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuannya. Adanya tahapan-tahapan tersebut, pada
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam penyusunan sebuah program dibutuhkan suatu tahapan langkahlangkah untuk mencapai tujuannya. Adanya tahapan-tahapan tersebut, pada umumnya dilandaskan
Lebih terperinciMODEL PENANAMAN NILAI ANTIKORUPSI DI SEKOLAH DASAR Oleh : Ma as Shobirin Universitas Wahid Hasyim Semarang ABSTRAK
MODEL PENANAMAN NILAI ANTIKORUPSI DI SEKOLAH DASAR Oleh : Ma as Shobirin Universitas Wahid Hasyim Semarang ABSTRAK Indonesia tengah dihadapkan pada posisi dilematis seputar permasalahan moral yang tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga pendidikan mempunyai peranan yang cukup penting dalam membentuk kepribadian, karakter, serta tingkah laku moral para peserta didik. Di bangku sekolah, para peserta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak diberlakukannya Perda No.3 2005 pasal 23 tentang pelarangan merokok di tempat umum, saran kesehatan, tempat kerja, tempat ibadah dan angkutan umum, sampai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perintah ke setiap kementerian/lembaga berperang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekarang ini pemerintah sedang gencar-gencarnya memberantas narkoba, pemerintah memberikan perintah ke setiap kementerian/lembaga berperang melawan narkoba. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai orang tua kadang merasa jengkel dan kesal dengan sebuah kenakalan anak. Tetapi sebenarnya kenakalan anak itu suatu proses menuju pendewasaan dimana anak
Lebih terperinciKompetensi Inti Kompetensi Dasar
Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. menjadi media hiburan juga berfungsi sebagai media informasi dan sarana
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Produksi film di Indonesia kian hari kian berkembang, fungsi film selain menjadi media hiburan juga berfungsi sebagai media informasi dan sarana pendidikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sesungguhnya memiliki modal besar untuk menjadi sebuah bangsa yang maju, adil, makmur, berdaulat, dan bermartabat. Hal itu didukung oleh sejumlah fakta
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA. Saya mendapatkan data dan literatur dari berbagai sumber. Salah
4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data dan Literatur Saya mendapatkan data dan literatur dari berbagai sumber. Salah satunya adalah Buku Saku Anti Korupsi Memahami Untuk Membasmi yang didapat dari KPK. Selain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. informasi dan gaya hidup. Globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat, maka dengan sendirinya akan menimbulkan adanya perubahan di segala bidang seperti mode, informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya manusia dalam suatu negara. Kemajuan sumber daya manusia dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Maju dan kuat tidaknya suatu negara ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia dalam suatu negara. Kemajuan sumber daya manusia dan kuatnya karakter suatu bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan (PKn) menjadi bagian penting dalam suatu pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari keberadaan pendidikan
Lebih terperinciPssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita
Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 133 134 Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 135 136 Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita 137 138
Lebih terperinciPENDIDIKAN ANTI KORUPSI PADA REMAJA DI DESA BUJUR TENGAH PAMEKASAN
PENDIDIKAN ANTI KORUPSI PADA REMAJA DI DESA BUJUR TENGAH PAMEKASAN 1 Agus Sugiono, 2 Ibnu Ali 1 Fakultas Ekonomi Universitas Islam Madura 2 Fakultas Teknik Universitas Islam Madura agusuimak@fe.uim.ac.id
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sejarah energi listrik di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah energi listrik di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19, ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga listrik pribadi. Pengusahaan
Lebih terperinciPentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa
Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata toleran yang berarti sifat/sikap menenggang (menghargai,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola pengembangan kepribadian anak terbentuk dari berbagai jenis pembelajaran yang diperoleh. Pengalaman yang didapatkan berasal dari berbagai kejadian sekitarnya yang
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Penelitian ini mengungkapkan bagaimana persepsi masyarakat terhadap perilaku gratifikasi gratifikasi pada sektor pelayanan sipil, yang dalam pembahasannya juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini sangat mudah sekali mencari barang-barang yang diinginkan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini tidak dapat dipungkiri bahwa setiap individu memiliki berbagai macam kebutuhan yang harus dipenuhi baik itu kebutuhan pokok atau primer maupun kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. citra yang kurang baik terhadap pihak pemerintah. Mengingat fungsi utama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan publik oleh pihak pemerintah saat ini masih banyak ditemukan kelemahan sehingga belum dapat memenuhi kualitas yang diharapkan masyarakat. Hal ini dilihat
Lebih terperinci6/11/2014. Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI-KORUPSI. No impunity to corruptors. Bab.
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI 6/11/2014 Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi Peran Mahasiswa Dalam Gerakan Anti-korupsi 1 Bab 08 No impunity to corruptors PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN
Lebih terperinciPendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi
Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Peran Mahasiswa Dalam Gerakan Anti-korupsi 1 Bab 08 No impunity to corruptors PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI-KORUPSI
Lebih terperinciPERAN MAHASISWA DALAM MENDUKUNG PENERAPAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DI LINGKUNGAN PERGURUAN TINGGI AGAMA BUDDHA. Oleh : Jumadi NPM:
PERAN MAHASISWA DALAM MENDUKUNG PENERAPAN PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DI LINGKUNGAN PERGURUAN TINGGI AGAMA BUDDHA Oleh : Jumadi NPM: 11110148 PROGRAM STUDI DHARMA ACARYA SEKOLAH TINGGI ILMU AGAMA BUDDHA JINARAKKHITA
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. yaitu tentang pengaruh prestasi belajar Pendidikan Agama Islam terhadap
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data pada hasil penelitian ini yaitu tentang pengaruh prestasi belajar Pendidikan Agama Islam terhadap karakter jujur siswa SMAN 1 Tarik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rusia merupakan negara federasi yang terbentuk pasca keruntuhan Uni Soviet. Sebagai negara baru, Rusia berusaha untuk membangun kembali kejayaan seperti
Lebih terperinci2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20
No.1910, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENSOS. Restorasi Sosial. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG RESTORASI SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP Pada bab terakhir ini peneliti akan memaparkan mengenai kesimpulan dan saran yang terkait dengan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya. Peneliti akan menjelaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rajin pangkal pandai, itulah pepatah yang sering kita dengarkan dahulu sewaktu kita masih duduk di bangku Sekolah Dasar, agar kita mempunyai semangat untuk belajar,
Lebih terperinci2015 KONTRIBUSI PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL TERHADAP KEPEDULIAN SOSIAL DI KALANGAN SISWA SMA.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bertujuan agar pendidikan tidak hanya membentuk insan manusia yang pintar namun juga berkepribadian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan manifestasi dari pranata sosial yang memberikan kontribusi besar bagi pola pikir maupun tuntunan berpijak dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dan melakukan tindak lanjut hasil pembelajaran. Guru adalah pemeran utama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Guru memiliki peran vital dalam proses pembelajaran di kelas, guru memiliki tugas dan tanggung jawab menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan kegiatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia yang begitu pesat ditandai dengan kemajuan ilmu dan teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan antarnegara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terkait kasus-kasus korupsi yang dilakukan pejabat dan wakil rakyat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Korupsi merupakan hal yang tidak asing lagi terdengar di telinga rakyat Indonesia. Sepuluh tahun belakangan ini korupsi menjadi isu yang selalu panas dan tidak
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. UNODC dan KPK memandang bahwa korupsi tidak dapat digolongkan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan UNODC dan KPK memandang bahwa korupsi tidak dapat digolongkan sebagai kejahatan biasa (ordinary crimes) akan tetapi sudah menjadi kejahatan yang luar biasa (extraordinary
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan dasar negara membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia, memberi kekuatan hidup serta membimbing dalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang bermartabat. Sebagai makhluk yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang bermartabat. Sebagai makhluk yang bermartabat, manusia memiliki di dalam dirinya akal budi, rasa, hati dan kehendak. Manusia
Lebih terperinciESSAY PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SEMANGAT KEBANGSAAN DEMI MASA DEPAN CEMERLANG
ESSAY PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SEMANGAT KEBANGSAAN DEMI MASA DEPAN CEMERLANG DISUSUN OLEH : AMALIA GHASSANI W. ( 071211531031 ) ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, pertanyaan sering diajukan dan biasanya untuk mendapatkan informasi dan berguna hanya untuk si penanya. Kemampuan dalam mengajukan
Lebih terperinciPendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi
Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi Faktor Penyebab Korupsi 1 Bab 02 FAKTOR PENYEBAB Fight Corruption: be the one who helps build a better society. KORUPSI Faktor Penyebab Korupsi 2 Kompetensi
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan 1. Simpulan Umum Pendidikan karakter antikorupsi merupakan hal yang paling penting dalam melihat situasi kondisi masyarakat Indonesia sekarang ini. Melihat fenomena
Lebih terperinciDisusun Oleh : Handris Krisnayana ( )
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Dosen PJMK : Drs. H. Moh. Adib, MA. Tugas Essay Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai Pahlawan dalam Pemberantasan Plagiarisme Disusun Oleh : Handris
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rasisme dan diskriminasi rasial merupakan salah satu masalah besar yang sedang dihadapi oleh masyarakat dunia pada saat ini dalam skala yang begitu besar. Isu yang
Lebih terperinciPENGARUH IMPLEMENTASI SCIENTIFIC APPROACH BERMUATAN NILAI PADA PEMBELAJARAN LINGKUNGANTERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN SIKAP SISWA
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan karakter pada siswa sangat diperlukan dilakukan dalam proses pembelajaran, karena telah terjadi pergeseran nilai dalam kehidupan masyarakat saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia melupakan pendidikan karakter bangsa. Padahal, pendidikan karakter merupakan suatu pondasi bangsa
Lebih terperinciKita tengah berkejaran, korupsi dan kolusi dalam berbagai bentuk, sifat, dan karakternya terus bermetamorfosa
Kita tengah berkejaran, korupsi dan kolusi dalam berbagai bentuk, sifat, dan karakternya terus bermetamorfosa dan mereproduksi diri. Ada sebagian kalangan yang sudah sampai pada kesimpulan, korupsi kian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Pengaruh zaman yang memang tak terelakkan telah begitu kuat melanda negara-negara Barat di mana keterbukaan dan kebebasan menjadi ciri sekaligus aspirasi masyarakatnya.
Lebih terperinciFAKTOR PENYEBAB KORUPSI
Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Faktor Penyebab Korupsi 1 Bab 02 Fight Corruption: be the one who helps build a better society. FAKTOR PENYEBAB KORUPSI
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Fokus penelitian ini adalah mengenai gambaran praktik-praktik tindak pidana korupsi
130 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Fokus penelitian ini adalah mengenai gambaran praktik-praktik tindak pidana korupsi dan film ini sebagai media kampanye anti korupsi dengan sumber data yang
Lebih terperinciFAKTOR PENYEBAB KORUPSI. Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi 3/8/2013. Bab. Fight Corruption: be the one who helps build a better society.
Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI Faktor Penyebab Korupsi 1 Bab 02 Fight Corruption: be the one who helps build a better society. FAKTOR PENYEBAB KORUPSI
Lebih terperinciPendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi
Pendidikan Anti-Korupsi Untuk Perguruan Tinggi Faktor Penyebab Korupsi 1 Bab 02 Fight Corruption: be the one who helps build a better society. FAKTOR PENYEBAB KORUPSI Faktor Penyebab Korupsi 2 Kompetensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 mengenai sistem pendidikan nasional, pendidikan merupakan usaha secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
Lebih terperinciPendidikan Lingkungan Hidup: Membelajarkan Anak pada Kearipan Alam
Pendidikan Lingkungan Hidup: Membelajarkan Anak pada Kearipan Alam Oleh Lilis Widaningsih 1 Abstrak Pendidikan lingkungan hidup yang diajarkan pada tingkat sekolah dasar dan menengah dalam kurikulum tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebuah survei pernah dilakukan Mazzola (2003) tentang bullying di sekolah.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Karakter bangsa Indonesia semakin menurun, ini ditunjukkan dengan rendahnya etika dan moralitas, dalam pendidikan ada tawuran pelajar yang sering terjadi, siswa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan yang terjadi pada bangsa kita saat ini sangatlah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai permasalahan yang terjadi pada bangsa kita saat ini sangatlah kompleks, salah satunya karena lemahnya pemahaman para generasi muda sebagai generasi penerus bangsa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada mulanya belanja merupakan suatu konsep yang menunjukan sikap untuk mendapatkan barang yang menjadi keperluan sehari-hari dengan cara menukarkan sejumlah uang untuk
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG PENELITIAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh pelbagai faktor, dan salah satu yang paling menentukan ialah pendidikan. Kualitas pendidikan sangat berpengaruh terhadap
Lebih terperinci