STABILITAS MINYAK GORENG SAWIT CURAH YANG DIFORTIFIKASI DENGAN VITAMIN A TERHADAP FOTOOKSIDASI ANAK AGUNG NYOMAN SATRYA DHARMAWAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STABILITAS MINYAK GORENG SAWIT CURAH YANG DIFORTIFIKASI DENGAN VITAMIN A TERHADAP FOTOOKSIDASI ANAK AGUNG NYOMAN SATRYA DHARMAWAN"

Transkripsi

1 STABILITAS MINYAK GORENG SAWIT CURAH YANG DIFORTIFIKASI DENGAN VITAMIN A TERHADAP FOTOOKSIDASI ANAK AGUNG NYOMAN SATRYA DHARMAWAN DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Stabilitas Minyak Goreng Sawit Curah yang Difortifikasi dengan Vitamin A terhadap Footooksidasi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2014 Anak Agung Nyoman Satrya Dharmawan NIM F

4 ABSTRAK ANAK AGUNG NYOMAN SATRYA DHARMAWAN. Stabilitas Minyak Goreng Sawit Curah yang Difortifikasi dengan Vitamin A terhadap Fotooksidasi. Dibimbing oleh SUKARNO dan NURI ANDARWULAN. Salah satu penyebab kerusakan vitamin A adalah paparan cahaya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis korelasi antara umur simpan paramater kerusakan minyak goreng sawit curah (bilangan peroksida dan kadar asam lemak bebas) berbilangan peroksida awal, 3.99, dan 8.99 meq O 2 aktif/kg minyak terhadap kadar vitamin A pada penyimpanan 5000, 10000, dan lux. Parameter kadar asam lemak bebas tidak dilakukan korelasi terhadap kadar vitamin A dikarenakan kenaikan kadar asam lemak bebas tidak dipengaruhi oleh adanya paparan cahaya. Umur simpan berdasarkan perubahan bilangan peroksida adalah jam, jam, dan jam untuk minyak goreng sawit curah dengan bilangan peroksida 0, 3.99, dan 8.99 meq O 2 /kg. Minyak goreng sawit curah yang cocok untuk dilakukan fortifikasi vitamin A adalah minyak berbilangan peroksida dan 3.99 meq O 2 aktif/kg minyak. Kata kunci: fotooksidasi, vitamin A, minyak goreng sawit curah ABSTRACT ANAK AGUNG NYOMAN SATRYA DHARMAWAN. The Effect of Photooxidation on the Stability of Vitamin A-Fortified Palm Oil. Supervised by SUKARNO and NURI ANDARWULAN. Degradation of vitamin A is affected by light. The objective of this research is making an analysis correlation between oxidative parameter in oil (peroxide and free fatty acid value) and vitamin A value. Palm oil fortified vitamin A with different initial peroxide value (, 3.99, and 8.99 meq O 2 active/kg oil) is used as samples. Photostability in oil is measured by keep the samples at different light exposure (5000, 10000, and lux). The result of this research showed that free faty acid is not a good parameter to decide shelf life of oil because its production is not affected by light. Shelf life of palm oil fortified vitamin A are hours, hours, and hours for samples with initial peroxide value 0, 3.99, and 8.99 meq O 2 active/kg oil. The most compatible palm oil-fortified vitamin A are palm oil with initial peroxide value and 3.99 meq O 2 active/kg oil. Keywords: photooxidation, palm oil fortified vitamin A

5 STABILITAS MINYAK GORENG SAWIT CURAH YANG DIFORTIFIKASI DENGAN VITAMIN A TERHADAP FOTOOKSIDASI ANAK AGUNG NYOMAN SATRYA DHARMAWAN Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6

7 Judul Skripsi : STABILITAS MINYAK GORENG SAWIT CURAH YANG DIFORTIFIKASI DENGAN VITAMIN A TERHADAP FOTOOKSIDASI Nama : Anak Agung Nyoman Satrya Dharmawan NIM : F Disetujui oleh Dr Ir Sukarno, MSc Pembimbing I Prof Dr Ir Nuri Andarwulan, MS Pembimbing II Diketahui oleh Dr Ir Feri Kusnandar, MSc Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8

9 PRAKATA Rasa syukur penulis ucapkan kepada Tuhan atas berkat-nya sehingga penelitian berjudul Stabilitas Minyak Goreng Sawit Curah yang Difortifikasi dengan Vitamin A terhadap Fotooksidasi berhasil diselesaikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yeng telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penelitian ini. Adapun pihak-pihak yang berpartisipasi dalam penelitian ini: 1. Bapak Putu Hastika, Ibu Sri Rahayu, Dharma Satya Utama, dan Argha Dharmawan atas segala dukungan dan kasih sayangnya yang telah diberikan sampai sekarang 2. Bapak Dr Ir Sukarno, Msc dan Ibu Prof Dr Ir Nuri Andarwulan selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, evaluasi, dan motivasi kepada penulis. 3. Bapak Prof Dr Ir Purwiyatno Hariyadi, Msc selaku dosen penguji dan atas bimbingannya 4. Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN), Koalisi Fortifikasi Indonesia (KFI), dan South East Asia Food and Agricultural Science (SEAFAST) Center IPB yang telah memberi dukungan material dalam pelaksanaan penelitian. 5. Debby, Iyan, Lina, Yanda, Ilham, Henry, Aldith, Ardi Brian, Charles, Cicil, Nikko, Richard, Gema, Bli Joni, Gde Parinatha, Joka, Kadek Yoga, Perdana Kumara, Thesa, Gloria, dan Made Ayu, yang secara tidak langsung sudah seperti keluarga kedua bagi saya dan turut mendukung dalam pembuatan penelitian ini 6. Ayu Cahyaning, Yoga Putranda, dan Dwi Fitriani selaku partner dalam penelitian 7. Ibu Dewi Fortuna Ayu, Agus Braii, Teh Ria Q., Mbak Desty, Mbak Ria N., Abah, Teh Asih, dan keluarga besar SEAFAST Center IPB yang tidak disebutkan dan telah sangat membantu dalam terciptanya penulisan ini 8. Teman-teman: Cicely, Aktris, Aca, Sarah F., Mila, Dini Donat, Syarah, Cynthia, Jodi, Doni, Anita, Vincenia Dea, Annisa Chacha, Ocha, Putra, Google dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu per satu dalam penulisan ini. Bogor, Februari 2014 Anak Agung Nyoman Satrya Dharmawan

10

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian 2 2. METODOLOGI PENELITIAN Bahan dan alat Metode Penelitian Persiapan Sampel Minyak Goreng Sawit Karakterisasi Awal Sampel dan Analisis Aktivitas Baku Vitamin A (Europhean Pharmocopoeia ) Fortifikasi Vitamin A ke dalam Minyak Goreng Sawit Curah dan Karakterisasi Kimia Awal Minyak Goreng Sawit yang telah difortifikasi (modifikasi metode fortifikasi vitamin A Arafah 2008) Perlakuan, Sampling, dan Analisis Sampel Prosedur Analisis Kimia Analisis Bilangan Peroksida Metode Asam Asetat- Kloroform (AOCS Ca 8b ) Analisis Bilangan Peroksida Metode Asam Asetat- Kloroform (AOCS Ca 8b ) Penentuan Aktivitas Baku Vitamin A (European Pharmacopeia ) Analisis Vitamin A Metode High Performance Liquid Chromatography (modifikasi metode Tanumihardjo 2002) Penentuan Massa Jenis Minyak (AOAC Official Method ) Prosedur Analisis Data 6 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi Bahan Baku Penelitian Model Kinetika Perubahan Bilangan Peroksida 7 Minyak Goreng Sawit Curah dengan Fortifikasi Vitamin A selama Oksidasi Model Kinetika Pembentukan Asam Lemak Bebas Minyak Goreng Sawit Curah dengan Fortifikasi Vitamin A selama Oksidasi 11 vi vi vi

12 3.4 Model Kinetika Degradasi Vitamin A Minyak Goreng Sawit Curah dengan Fortifikasi Vitamin A selama Oksidasi SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran 20 DAFTAR PUSTAKA 20 LAMPIRAN 22 RIWAYAT HIDUP 32 DAFTAR TABEL 1. Karakteristik kimiawi minyak goreng sawit curah sebelum difortifikasi 7 2. Karakteristik kimiawi minyak goreng sawit curah setelah difortifikasi 7 3. Data linearitas perubahan bilangan peroksida minyak goreng sawit curah (PVi, 3.99, dan 8.99 meq O 2 aktif/kg minyak) dengan fortifikasi vitamin A pada penyimpanan dengan intensitas cahaya 5000, 10000, dan lux 9 4. Umur simpan minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A berbilangan peroksida awal, 3.99, dan 8,99 meq O 2 aktif/kg minyak pada intensitas cahaya 1200 lux Data linearitas pembentukan asam lemak bebas minyak goreng sawit curah (PVi, 3.99, dan 8.99 meq O 2 aktif/kg minyak) dengan fortifikasi vitamin A pada penyimpanan dengan intensitas cahaya 5000, 10000, dan lux Data linearitas degradasi kadar vitamin A minyak goreng sawit curah (PVi, 3.99, dan 8.99 meq O 2 aktif/kg minyak) dengan fortifikasi vitamin A pada penyimpanan dengan intensitas cahaya 5000, 10000, dan lux Kadar vitamin A minyak goreng sawit curah terfortifikasi saat bilangan peroksida mencapai persyaratan SNI 7709:2012 pada penyimpanan dengan intensitas cahaya 1200 lux Perbandingan kadar vitamin A saat bilangan peroksida mencapai persyaratan SNI 7709:2012 pada penyimpanan dengan intensitas cahaya 1200 lux 19

13 DAFTAR GAMBAR 1. Kotak penyimpanan sampel dengan cahaya 4 2. Model perubahan bilangan peroksida minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A (PVi meq O 2 /kg minyak) pada penyimpanan dengan intensitas cahaya 0, 5000, 10000, dan lux 8 3. Model perubahan bilangan peroksida minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A (PVi 3.99 meq O 2 /kg minyak) pada penyimpanan dengan intensitas cahaya 0, 5000, 10000, dan lux 8 4. Model perubahan bilangan peroksida minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A (PVi 8.99 meq O 2 /kg minyak) pada penyimpanan dengan intensitas cahaya 0, 5000, 10000, dan lux 8 5. Perubahan konstanta laju reaksi perubahan bilangan peroksida minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A (PVi, 3.99, dan 8.99 meq O 2 aktif/kg minyak) pada intensitas cahaya 5000, 10000, dan lux Model kenaikan asam lemak bebas minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A (PVi, 3.99, dan 8.99 meq O 2 aktif/kg minyak) pada intensitas cahaya lux Model kenaikan asam lemak bebas minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A (PVi, 3.99, dan 8.99 meq O 2 aktif/kg minyak) pada intensitas cahaya lux Model kenaikan asam lemak bebas minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A (PVi, 3.99, dan 8.99 meq O 2 aktif/kg minyak) pada intensitas cahaya 5000 lux Model degradasi vitamin A minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A (PVi meq O 2 /kg miyak) pada intensitas cahaya 0, 5000, 10000, dan lux Model degradasi vitamin A minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A (PVi 3.99 meq O 2 /kg miyak) pada intensitas cahaya 0, 5000, 10000, dan lux Model degradasi vitamin A minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A (PVi 8.99 meq O 2 /kg miyak) pada intensitas cahaya 0, 5000, 10000, dan lux Model degradasi vitamin A minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A (PVi meq O 2 /kg miyak) pada intensitas cahaya 5000, 10000, dan lux Model degradasi vitamin A minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A (PVi 3.99 meq O 2 /kg miyak) pada intensitas cahaya 5000, 10000, dan lux Model degradasi vitamin A minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A (PVi 8.99 meq O 2 /kg miyak) pada intensitas cahaya 5000, 10000, dan lux 15

14 15. Perubahan konstanta laju reaksi kerusakan vitamin A minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A (PVi, 3.99, dan 8.99 meq O 2 aktif/kg minyak) pada intensitas penyimpanan 5000, 10000, dan lux 17 DAFTAR LAMPIRAN 1. Rekapitulasi hasil uji bilangan peroksida minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A pada penyimpanan dengan intensitas cahaya 5000 lux Rekapitulasi hasil uji bilangan peroksida minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A pada penyimpanan dengan intensitas cahaya lux Rekapitulasi hasil uji bilangan peroksida minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A pada penyimpanan dengan intensitas cahaya lux Rekapitulasi hasil uji kadar asam lemak bebas minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A pada intensitas penyimpanan 5000 lux Rekapitulasi hasil uji kadar asam lemak bebas minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A pada intensitas penyimpanan lux Rekapitulasi hasil uji kadar asam lemak bebas minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A pada intensitas penyimpanan lux Rekapitulasi hasil uji kadar vitamin A minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A pada intensitas penyimpanan 5000 lux Rekapitulasi hasil uji kadar vitamin A minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A pada intensitas penyimpanan lux Rekapitulasi hasil uji kadar vitamin A minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A pada intensitas penyimpanan lux 31

15 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekurangan vitamin A merupakan masalah yang masih terjadi di Indonesia. Anak balita di Indonesia yang memiliki kadar serum retinol kurang dari 20 µg/dl masih dalam jumlah yang cukup besar yaitu sebanyak 50% (Martianto et al 2007). Penyakit yang dapat timbul karena kekurangan vitamin A adalah infeksi seperti penyakit saluran pencernaan dan diare, meningkatnya kematian karena campak serta menyebabkan keterlambatan pertumbuhan (Almatsier 2003). Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kekurangan vitamin A di Indonesia adalah dengan suplementasi dan fortifikasi pada bahan pangan. Suplementasi memiliki kelemahan pada distribusi dalam rentang waktu yang lama dan jangkauan yang luas sulit untuk dikendalikan. Menurut Sullivan dan Bagriansky (1999), fortifikasi vitamin A pada bahan makanan yang biasa dikonsumsi merupakan salah satu alternatif yang memberikan beberapa keuntungan dibandingkan suplementasi. Adapun empat syarat fortifikasi pada bahan pangan yang harus dipenuhi. Pertama, banyak dikonsumsi oleh masyarakat khususnya masyarakat miskin, kedua adalah produsen yang memproduksi dan mengolah bahan pangan tersebut terbatas jumlahnya. Ketiga, teknologi fortifikasi untuk makanan yang dipilih tersedia, dan terakhir adalah setelah difortifikasi bahan pangan tidak berubah rasa, warna, dan konsistensinya serta tetap aman untuk dikonsumsi dan tidak membahayakan kesehatan (Soekirman 2003). Vitamin A dapat terdistribusi dengan mudah dan tercampur dengan baik ketika ditambahkan pada minyak atau lemak sehingga minyak goreng merupakan bahan makanan yang tepat untuk difortifikasi dengan vitamin A (Soekirman 2003). Penelitian yang dilakukan oleh Trimulyono (2008), mengenai penerimaan konsumen terhadap minyak goreng sawit curah yang difortifikasi vitamin A memberikan hasil bahwa minyak goreng sawit curah yang difortifikasi vitamin A dapat diterima oleh konsumen baik dari segi aroma, warna, dan rasa. Stabilitas vitamin A dalam minyak goreng sawit curah merupakan hal yang patut disoroti dalam pengembangan program fortifikasi vitamin A. Vitamin A umumnya stabil terhadap panas, asam, dan alkali tetapi akan rusak bila dipanaskan pada suhu tinggi (suhu penggorengan, lebih dari 120 o C) bersama udara, sinar, dan lemak yang sudah tengik (Winarno 1991). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Arafah (2008), mengenai retensi vitamin A pada minyak goreng sawit curah memberikan hasil bahwa pengulangan penggorengan akan berpengaruh nyata sedangkan jenis pangan tidak berpengaruh nyata terhadap retensi vitamin A pada minyak goreng sawit curah terfortifikasi. Selain karena panas, degradasi vitamin A juga dipercepat oleh adanya paparan cahaya khususnya sinar ultraviolet (Olson 1990). Minyak goreng sawit curah yang telah difortifikasi vitamin A akan mengalami proses distribusi dan penyimpanan sebelum dapat digunakan

16 2 oleh konsumen. Paparan cahaya selama distribusi dan penyimpanan minyak akan menyebabkan kerusakan dan mempengaruhi umur simpan. Hal-hal tersebut merupakan hal yang harus diamati untuk menciptakan kualitas yang baik dari minyak goreng sawit curah yang telah difortifikasi vitamin A, agar dapat memuaskan konsumen, dan sesuai dengan standar minyak goreng sawit SNI 7709:2012 (BSN 2012). Oleh sebab itu, pada penelitian ini akan diukur seberapa besar stabilitas minyak goreng sawit curah yang telah difortifikasi vitamin A terhadap paparan cahaya. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah 1. Memperoleh model kinetika fotooksidasi minyak goreng sawit curah yang difortifikasi vitamin A dengan bilangan peroksida 0, 3.99, 8.99 meq O 2 /kg. 2. Mengetahui hubungan antara bilangan peroksida awal pada minyak goreng sawit curah terhadap laju degradasi vitamin A dengan pengaruh fotooksidasi. 3. Mengetahui hubungan antara kadar asam lemak bebas awal pada minyak goreng sawit curah terhadap laju degradasi vitamin A dengan pengaruh fotooksidasi. 4. Menentukan parameter yang tepat (antara bilangan peroksida dan kadar asam lemak bebas) untuk dijadikan acuan umur simpan terhadap kadar vitamin A yang masih mampu bertahan setelah difortifikasi berdasarkan SNI 7709:2012 yaitu dengan kadar 45 IU/g. 2. METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Bahan dan alat Bahan yang digunakan pada penelitian ini dibagi menjadi dua, bahan baku dan bahan untuk keperluan analisis. Bahan baku penelitian yaitu minyak goreng sawit curah dengan bilangan peroksida 0 meq O 2 aktif/kg diperoleh dari PT. Multimas Nabati Asahan, minyak goreng curah dengan bilangan peroksida 2.00 meq O 2 aktif/kg minyak berasal dari retailer di Pasar Cibereum Bogor. Bahan-bahan untuk keperluan analisis meliputi Vitamin A retinyl acetate sebagai standar diperoleh dari Sigma-Aldrich (St. Louis, MO, USA) dan vitamin A yang digunakan sebagai fortifikan diperoleh dari PT. Sinar Mas Tbk. Bahan-bahan kimia seperti KI (Merck KgaA) jenuh, asam asetat glasial 60% (Merck KgaA), kloroform (Merck KgaA), etanol (Mallinckrodt Chemical) 95%, n-heksana (Merck KgaA), Na 2 S 2 O 3 (Merck KgaA) 0.05 N, indikator larutan pati (Merck KgaA) dan phenolftalein (Merck KgaA), K 2 Cr 2, O 7 (Merck KgaA), HCl 37% (Merck KgaA), air destilata, dan gas nitrogen. Alat-alat yang digunakan adalah spektrofotometer (SHIMADZU Spechtrophotometer UV-VIS 2450), neraca analitik, hot plate, kromatografi

17 cair kinerja tinggi, lux meter, kotak penyimpanan sampel dengan cahaya, dan alat-alat gelas yang digunakan untuk keperluan analisis. 2.2 Metode Penelitian Penelitian stabilitas minyak goreng sawit curah yang difortifikasi dengan vitamin A terhadap fotooksidasi dibagi menjadi empat tahap. Tahap pertama adalah persiapan sampel minyak goreng sawit, tahap kedua adalah karakterisasi awal sampel dan analisis aktivitas baku vitamin A Palmitat, tahap ketiga adalah fortifikasi vitamin A ke dalam minyak goreng sawit curah dan karakterisasi kimia awal minyak goreng sawit curah yang telah difortifikasi, dan tahap keempat yang merupakan tahap terakhir adalah tahap perlakuan, sampling, dan analisis sampel Persiapan Sampel Minyak Goreng Sawit Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak goreng sawit curah dengan bilangan peroksida 0, 3.99, dan 8.99 meq O 2 /kg. Minyak goreng sawit curah dengan bilangan peroksida 3.99 meq O 2 /kg diperoleh dengan menyimpan minyak goreng sawit curah dari retailer pada suhu o C selama 80 jam. Sementara minyak goreng sawit curah dengan bilangan peroksida 8.99 meq O 2 /kg didapat dengan cara menyimpan minyak goreng sawit curah dari retailer pada suhu o C selama 140 jam. Pada tahap ini, bilangan peroksida pada minyak goreng sawit dianalisis menggunakan metode AOCS Ca 8b Karakterisasi Awal Sampel dan Analisis Aktivitas Baku Vitamin A (Europhean Pharmocopoeia ) Bilangan peroksida dan kadar asam lemak bebas pada sampel minyak goreng sawit curah dianalisis untuk memastikan sampel sudah mencapai bilangan peroksida yang telah ditentukan. Sedangkan analisis aktivitas baku vitamin A dilakukan untuk mengetahui jumlah vitamin A palmitat yang terdapat pada konsentrat vitamin A palmitat (Europhean Pharmocopeia ) Fortifikasi Vitamin A ke dalam Minyak Goreng Sawit Curah dan Karakterisasi Kimia Awal Minyak Goreng Sawit yang telah difortifikasi Proses fortifikasi vitamin A palmitat diawali dengan pre-dilution (pencampuran konsentrat vitamin A yang telah ditimbang dalam gelas piala gelap dan tertutup dengan volume 30 ml sampel minyak ke dalamnya kemudian dilakukan pengadukan dengan menggunakan stirrer selama 20 menit) sebanyak tiga kali. Setelah pre-dilution, homogenisasi dengan cara pengadukan dilakukan dalam wadah 15 l dengan kecepatan rpm selama satu jam. Proses tersebut dilakukan pada suhu ruang, tidak terkena cahaya maupun sinar matahari, dan tertutup rapat. Minyak goreng sawit curah yang telah difortifikasi disimpan dalam botol gelap tertutup, dihembus dengan gas nitrogen, dan disimpan dalam freezer suhu -20 o C apabila sampel tidak langsung diberikan perlakuan. Uji 3

18 4 homogenisasi dilakukan untuk mengetahui apakah minyak goreng sawit curah dan fortifikan telah homogen. Uji tersebut dilakukan sebanyak lima kali pada lima titik yang berbeda yaitu pada bagian kiri atas, kanan atas, tengah, kiri bawah, dan kanan bawah. Analisis untuk uji homogenisasi meliputi bilangan peroksida (AOCS Ca 8b ), bilangan asam lemak bebas (AOCS Ca ), dan analisis vitamin A (modifikasi metode Tanumihardjo dan Penniston 2002) sebagai karakterisasi awal sampel Perlakuan, Sampling, dan Analisis Sampel Pengamatan sampel dilakukan dalam botol kaca 150 ml tanpa tutup sebanyak 80 ml. Sampel disimpan di dalam kotak penyimpanan sampel dengan cahaya (Gambar 1) untuk intensitas cahaya 5000, 10000, dan lux. Alat kotak penyimpanan sampel dengan cahaya menggunakan modifikasi metode Jung Pada penelitian ini, sampel disimpan pada suhu 30±3 o C. Sampel diambil selama tujuh kali dalam tempo waktu yang berbeda-beda untuk setiap perlakuan. Karakterisasi sifat kimia sampel yang dilakukan pada penelitian ini adalah bilangan peroksida (AOCS Ca 8b ), kadar asam lemak bebas (AOCS Ca ), dan kadar vitamin A (Tanumihardjo dan Penniston 2002). Penetuan massa jenis dilakukan untuk mengonversi satuan IU/g menjadi IU/ml melalui metode AOAC Gambar 1 Kotak penyimpanan sampel dengan cahaya (Jung 1989) Prosedur Analisis Kimia Analisis kimia yang dilakukan dalam penelitian antara lain: Analisis Bilangan Peroksida Metode Asam Asetat- Kloroform (AOCS Ca 8b ) Ditimbang 5 gram contoh minyak ke dalam Erlenmeyer 250 ml, kemudian ditambahkan 30 ml asam asetat-kloroform (3:2), digoyang hingga larut, kemudian ditambahkan 0,5 ml KI

19 jenuh, segera simpan dalam ruang gelap selama dua menit, dibiarkan dengan penggoyangan selama 1 menit tepat, kemudian segera ditambahkan 30 ml aquades. Tambahkan 4 tetes indikator pati 1 %. Selanjutnya dititrasi dengan sodium tiosulfat 0,05 N hingga jernih. Lakukan prosedur yang sama untuk blanko. Titrasi blanko tidak boleh melebihi 0,1 ml dari 0,05 N larutan sodium tiosulfat Analisis Bilangan Asam dan Asam Lemak Bebas (AOCS Ca 5a ) Ditimbang 10 gram contoh minyak ke dalam erlemeyer 100 ml, kemudian ditambahkan 50 ml etanol 95 % netral, tutup segera dengan alumunium foil dan panaskan dalam waterbath selama 1 menit kemudian tambahkan 4 tetes indikator phenoftalein sesaat sebelum titrasi, goyangkan agar tercampur homogen, kemudian dititrasi dengan NaOH 0,01 N sambil digoyang. Titrasi dilakukan sampai warna pink permanen selama 30 detik Penentuan Aktivitas Baku Vitamin A (European Pharmacopeia ) Vitamin A palmitat ditimbang sebanyak 0,07 gram retinyl palmitate dalam labu takar 100 ml, dilarutkan dengan 5 ml n- heksana, diencerkan dengan 2-propanol hingga tanda tera dan vortex hingga homogen. Kemudian 1 ml larutan ditera kembali dalam labu takar 100 ml yang lainnya dengan 2-propanol. Pengukuran absorbansi dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum 326 nm Analisis Vitamin A Metode High Performance Liquid Chromatography (Tanumihardjo dan Penniston 2002) Persiapan standar Dipipet 40 µl retinil asetat kemudian tambahkan 200 µl KOH:H 2 O (50:50), letakkan dalam waterbath pada suhu 45ºC selama 20 menit, tambahkan 200 µl aquades, selanjutnya ekstrak sampel dengan heksana sebanyak 1 ml (dilakukan 2 kali) kemudian di-vortex dan diambil cairan yang terpisah pada permukaan atas dan letakkan pada tabung yang baru, setelah itu diuapkan dengan menggunakan gas nitrogen hingga kering, larutkan dengan 100 µl campuran antara metanol:etilen diklorida (50:50), selanjutnya sebanyak 25 µl diinjeksikan ke dalam HPLC dengan kecepatan alir 1,2 ml/menit, panjang gelombang 325 nm selama 15 menit. Fase gerak yang digunakan adalah campuran antara metanol:aquades dengan perbandingan 89:11. Persiapan Sampel Dipipet 25 µl sampel minyak kemudian tambahkan 750 µl etanol dan 400 µl KOH:H 2 0 (50:50), letakkan dalam waterbath pada suhu 45ºC selama 1 jam, selanjutnya ekstrak sampel dengan heksana sebanyak 1,5 ml secara bertahap yaitu dengan cara dipipet sebanyak 0,5 ml dan dilakukan sebanyak 3 kali 5

20 6 ulangan agar sampel benar-benar terekstrak dan vitamin A yang akan diukur terpisah secara sempurna kemudian di-vortex dan diambil cairan yang terpisah pada permukaan atas dan letakkan pada tabung yang baru, setelah itu diuapkan dengan menggunakan gas nitrogen hingga kering, larutkan dengan 200 µl campuran antara metanol:etilen diklorida (75:25), selanjutnya sebanyak 25 µl diinjeksikan ke dalam HPLC dengan kecepatan alir 1,2 ml/menit, panjang gelombang 325 nm selama 10 menit. Fase gerak yang digunakan adalah campuran antara metanol:aquades dengan perbandingan 89: Penentuan Massa Jenis Minyak (AOAC Official Method ) Kalibrasi piknometer dengan cara mengisi piknometer dengan air medidih yang sudah didinginkan mencapai suhu 5ºC di bawah suhu konstan penangas air (pengisian dilakukan sampai air dalam botol meluap dan tidak ada gelembung udara di dalamnya) kemudian lekatkan termometer pada piknometer dan hindarkan dari gelembung gas. Setelah satu jam, atur tingkat H 2 O untuk memastikan kapasitas piknometer dan piknometer dikeluarkan dari penangas air, dilap dengan kertas tisu dan ditimbang. Keluarkan air dari piknometer dan bilas piknometer dengan alkohol kemudian dengan eter, setelah kering piknometer ditimbang. Penentuan densitas sampel Saring minyak dengan kertas saring, perlakukan contoh minyak seperti langkah kalibrasi piknometer dengan sampel minyak sebagai pengganti air Prosedur Analisis Data Model perubahan parameter oksidasi seperti bilangan peroksida, kadar asam lemak bebas, dan kadar vitamin A diolah menggunakan software Microsoft Excel Data-data perubahan parameter oksidasi ditentukan linearitasnya dengan melakukan penyesuaian terhadap pola kerusakan yang terjadi. Linearitas tersebut digunakan untuk membuat persamaan konstanta laju reaksi untuk menentukan umur simpan. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Karakterisasi Bahan Baku Penelitian Minyak goreng sawit curah yang digunakan sebagai bahan baku penelitian diperoleh dari produsen dan retailer. Minyak goreng sawit curah dari produsen dengan bilangan peroksida meq O 2 aktif/kg minyak langsung difortifikasi dengan vitamin A. Sedangkan minyak goreng sawit curah dari retailer dengan bilangan peroksida 2.00 meq O 2 aktif/kg minyak diberi perlakuan oksidasi terlebih dahulu sehingga diperoleh minyak dengan

21 bilangan peroksida 3.99, dan 8.99 meq O 2 aktif/kg minyak kemudian difortifikasi dengan vitamin A. Karakteristik kimiawi minyak goreng sawit curah sebelum difortifikasi ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1 Karakteristik kimiawi minyak goreng sawit curah sebelum difortifikasi Minyak Goreng Sawit Curah Parameter Perlakuan Perlakuan Produsen Retailer Oksidasi Oksidasi Pendahuluan I Pendahuluan II PV (meq O 2 /kg minyak) FFA (%) Kadar Vitamin A (IU/g) PV: Bilangan peroksida; FFA: kadar asam lemak bebas Minyak goreng sawit curah yang difortifikasi dengan vitamin A tidak mengalami perubahan karakter kimiawi pada parameter oksidasi (nilai bilangan peroksida dan kadar asam lemak bebas). Karakteristik kimiawi minyak goreng sawit curah setelah difortifikasi ditampilkan pada Tabel 2. Penentuan massa jenis dilakukan setelah minyak goreng sawit curah difortifikasi vitamin A. Tujuan dari penentuan massa jenis minyak ini adalah untuk mengonversi hasil analisis yang sebelumnya IU/ml menjadi IU/g. Tabel 2 Karakteristik kimiawi minyak goreng sawit curah setelah difortifikasi Vitamin A + Vitamin A + Vitamin A + Minyak Goreng Minyak Goreng Minyak Goreng Parameter Sawit Curah Sawit Curah Sawit Curah dari Perlakuan Oksidasi Perlakuan Oksidasi produsen Pendahuluan I* Pendahuluan II** PV (meq O 2 /kg minyak) FFA (%) Kadar Vitamin A (IU/g) Massa Jenis (g/ml) PV : Bilangan peroksida; FFA: kadar asam lemak bebas * : Penyimpanan dalam wadah terbuka pada o C selama 80 jam ** : Penyimpanan dalam wadah terbuka pada o C selama 140 jam Model Kinetika Perubahan Bilangan Peroksida Minyak Goreng Sawit Curah dengan Fortifikasi Vitamin A selama Oksidasi Senyawa peroksida akan terbentuk akibat adanya proses oksidasi. Initiator seperti cahaya akan berpengaruh terhadap pembentukan dan degradasi peroksida selama oksidasi lipid.

22 8 Besarnya intensitas cahaya mempengaruhi besarnya laju kerusakan masing-masing jenis minyak. Hal ini dapat dilihat pada kemiringan yang dibentuk. Semakin besar intensitas cahaya, kemiringan yang dibentuk akan semakin besar. Model perubahan bilangan peroksida sampel pada masingmasing penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 2, 3, dan 4. Bilangan Peroksida (mg ekuivalen O 2 aktif/kg) y = x R² = y = x R² = y = x R² = Lama Penyimpanan (jam) lux lux 5000 lux 0 lux Gambar 2 Model perubahan bilangan peroksida minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A (PVi meq O 2 /kg minyak) pada penyimpanan dengan intensitas cahaya 0, 5000, 10000, dan lux Bilangan Peroksida (mg ekuivalen O 2 aktif/kg) y = x R² = y = x R² = y = x R² = Lama Penyimpanan (jam) lux lux 5000 lux 0 lux Gambar 3 Model perubahan bilangan peroksida minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A (PVi 3.99 meq O 2 /kg minyak) pada penyimpanan dengan intensitas cahaya 0, 5000, 10000, dan lux Bilangan Peroksida (mg ekuivalen O 2 aktif/kg) y = x R² = y = x R² = y = x R² = Lama Penyimpanan (jam) lux lux 5000 lux 0 lux Gambar 4 Model perubahan bilangan peroksida minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A (PVi 8.99 meq O 2 /kg minyak) pada penyimpanan dengan intensitas cahaya 0, 5000, 10000, dan lux

23 Berdasarkan model tersebut, dapat terlihat bahwa besarnya intensitas cahaya akan mempengaruhi laju pembentukan bilangan peroksida. Proses pembentukan bilangan peroksida akibat adanya cahaya terjadi karena cahaya akan mengeksitasi sensitiser menjadi triplet state yang akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi (Schrimgeour 2005). Pembentukan bilangan peroksida pada penelitian ini terjadi secara fotooksidasi. Pada penyimpanan 5000, 10000, dan lux terjadi proses fotooksidasi. Proses ini membutuhkan fotosensitiser atau pigmen yang secara alami terdapat pada minyak seperti klorofil, hematoporphyrins, dan riboflavin (Schrimgeour 2005). Tabel 3 Data linearitas perubahan bilangan peroksida minyak goreng sawit curah (PVi, 3.99, dan 8.99 meq O 2 aktif/kg minyak) dengan fortifikasi vitamin A pada penyimpanan dengan intensitas cahaya 5000, 10000, dan lux 9 Bilangan Peroksida Awal (meq O 2 /kg) Intensitas Cahaya (lux) Parameter Linearitas R Kemiringan Intersep R Kemiringan Intersep 3.99 R Kemiringan Intersep 8.99 R Kemiringan Intersep R Kemiringan Intersep 3.99 R Kemiringan Intersep 8.99 R Kemiringan Intersep R Kemiringan Intersep 3.99 R Kemiringan Intersep 8.99 Data-data mengenai linearitas digunakan untuk memperoleh konstanta laju reaksi masing-masing jenis minyak (Tabel 3). Perubahan konstanta laju reaksi bilangan peroksida pada sampel dapat dilihat pada Gambar 5. Titik

24 10 yang dibentuk oleh sampel pada grafik perubahan konstanta laju reaksi perubahan bilangan peroksida (Gambar 5) saling berhimpit dengan nilai kemiringan yang hampir serupa. Kejadian ini menyatakan bahwa bilangan peroksida awal pada minyak goreng sawit curah tidak mempengaruhi pola perubahan bilangan peroksida. Titik yang saling berdekatan tersebut karena pada intensitas penyimpanan 5000 lux minyak sudah mengalami pola kerusakan maksimal sehingga bilangan peroksida awal tidak memiliki pengaruh yang cukup besar. Hal ini menunjukkan pembentukan bilangan peroksida pada minyak sangat sensitif terhadap cahaya. Nilai konstanta laju reaksi perubahan bilangan peroksida digunakan untuk menentukan umur simpan minyak goreng sawit curah. Intensitas cahaya yang digunakan adalah 1200 lux. Penentuan umur simpan diperoleh dengan memperoleh nilai kemiringan kurva pada intensitas cahaya tertentu untuk masing-masing jenis minyak. Nilai kemiringan kurva diperoleh dengan cara memasukkan nilai intensitas cahaya yang dinginkan (1200 lux) pada persamaan garis perubahan konstanta laju reaksi (Gambar 5) sebagai nilai x. Kemudian nilai kemiringan kurva yang telah diperoleh digunakan kembali pada model perubahan bilangan peroksida untuk masing-masing jenis minyak (Gambar 2, 3, dan 4) sebagai kemiringan kurva yang baru. Log Konstanta Laju Reaksi (/jam) y = 3E-05x R² = y = 4E-05x R² = y = 2E-05x R² = Intensitas Cahaya (lux) Pvi Pvi 3.99 Pvi 8.99 Gambar 5 Perubahan konstanta laju reaksi perubahan bilangan peroksida minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A (PVi, 3.99, dan 8.99 meq O 2 aktif/kg minyak) pada intensitas cahaya 5000, 10000, dan lux Persamaan pada Gambar 2, 3, dan 4 adalah y=ax+b dimana y adalah nilai bilangan peroksida; a adalah kemiringan; dan b adalah intercept. Pada penentuan umur simpan, nilai a digantikan dengan nilai kemiringan kurva pada intensitas cahaya 1200 lux yang diperoleh dari kurva perubahan konstanta laju reaksi (Gambar 5), nilai b sebagai bilangan peroksida awal untuk masing-masing jenis sampel, dan nilai y adalah bilangan peroksida setelah melewati batas SNI 7970:2012 yaitu 10 meq O 2 aktif/kg minyak (BSN 2012). Nilai umur simpan untuk masing-masing jenis minyak pada intensitas cahaya 1200 lux dapat dilihat pada Tabel 4.

25 11 Tabel 4 Umur simpan minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A berbilangan peroksida awal, 3.99, dan 8,99 meq O 2 aktif/kg minyak pada intensitas cahaya 1200 lux Bilangan Peroksida Awal (meq O 2 /kg) Kemiringan Kurva Kemiringan Kurva pada Intensitas Cahaya 1200 Lux Umur Simpan (jam) Umur Simpan (hari) 0.2x x x Pada Tabel 4, dapat dilihat bahwa umur simpan minyak berbilangan peroksida awal meq O 2 aktif/kg minyak memiliki umur simpan paling lama (4.59 hari). Sedangkan minyak berbilangan peroksida awal 3.99 dan 8.99 meq O 2 aktif/kg minyak memiliki umur simpan 1.84 hari dan 0.68 hari. Semakin besar bilangan peroksida awal maka semakin singkat umur simpan dari minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A. Mutu awal minyak goreng sawit curah yang semakin mendekati batas maksimum (10 meq O 2 aktif/kg minyak) akan sangat berpengaruh terhadap umur simpan. 3.3 Model Kinetika Pembentukan Asam Lemak Bebas Minyak Goreng Sawit Curah dengan Fortifikasi Vitamin A selama Oksidasi Asam lemak bebas merupakan pengukuran jumlah dari hidrolisis asilgliserol. Kandungan asam lemak bebas dapat mengurangi tingkat penerimaan suatu lipid (Sato 2005). Model kenaikan asam lemak bebas pada penyimpanan 15000, 10000, 5000, dan 0 lux untuk masing-masing jenis minyak dapat dilihat pada Gambar 6, 7, dan 8. Berdasarkan model kenaikan asam lemak bebas minyak goreng sawit curah pada masing-masing penyimpanan dapat dilihat bahwa pembentukan minyak goreng sawit curah berbilangan peroksida awal meq O 2 aktif/kg minyak memiliki pola kenaikan yang lebih curam. Data linearitas kenaikan bilangan asam lemak bebas dapat dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan model kenaikan asam lemak bebas minyak goreng sawit curah pada masing-masing penyimpanan dapat dilihat bahwa pembentukan minyak goreng sawit curah berbilangan peroksida awal meq O 2 aktif/kg minyak memiliki pola kenaikan yang lebih curam. Sedangkan minyak goreng sawit curah berbilangan peroksida 3.99 dan 8.99 meq O 2 aktif/kg minyak cenderung memiliki pola kerusakan yang sama. Data linearitas kenaikan bilangan asam lemak bebas dapat dilihat pada Tabel 5.

26 12 Kadar Asam Lemak Bebas (%) Gambar 6 Model kenaikan asam lemak bebas minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A (PVi, 3.99, dan 8.99 meq O 2 aktif/kg minyak) pada intensitas cahaya lux Kadar Asam Lemak Bebas (%) y = 01x R² = y = 01x R² = y = 01x R² = Lama Penyimpanan (jam) Pvi meq/kg Pvi 3.99 meq/kg Pvi 8.99 meq/kg Gambar 7 Model kenaikan asam lemak bebas minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A (PVi, 3.99, dan 8.99 meq O 2 aktif/kg minyak) pada intensitas cahaya lux Kadar Asam Lemak Bebas (%) y = 01x R² = y = 01x R² = y = 02x R² = Lama Penyimpanan (jam) Pvi meq/kg Pvi 3.99 meq/kg Pvi 8.99 meq/kg y = 01x R² = y = 01x R² = y = 01x R² = Lama Penyimpanan (jam) Pvi meq/kg Pvi 3.99 meq/kg Pvi 8.99 meq/kg Gambar 8 Model kenaikan asam lemak bebas minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A (PVi, 3.99, dan 8.99 meq O 2 aktif/kg minyak) pada intensitas cahaya 5000 lux Pola kerusakan asam lemak bebas memiliki kemiringan yang landai. Kadar asam lemak bebas memiliki pola kerusakan yang sangat dipengaruhi oleh nilai awal kadar asam lemak bebas pada masing-masing jenis sampel. Berdasarkan data linearitas (Tabel 5), bilangan peroksida awal minyak goreng sawit curah lebih berpengaruh terhadap pembentukan asam lemak bebas dibandingkan dengan intensitas penyimpanan. Pembentukan asam lemak bebas lebih dipengaruhi oleh nilai awal kadar asam lemak bebas, waktu penyimpanan dan memiliki kemiringan yang jauh lebih landai

27 dibandingkan dengan parameter bilangan peroksida sehingga parameter ini bukan merupakan parameter yang baik dalam penentuan umur simpan. Tabel 5 Data linearitas pembentukan asam lemak bebas minyak goreng sawit curah (PVi, 3.99, dan 8.99 meq O 2 aktif/kg minyak) dengan fortifikasi vitamin A pada penyimpanan dengan intensitas cahaya 5000, 10000, dan lux 13 Bilangan Peroksida Awal (meq O 2 /kg) Intensitas Cahaya (lux) Parameter Linearitas R Kemiringan Intersep R Kemiringan 49 Intersep R Kemiringan 46 Intersep R Kemiringan Intersep R Kemiringan 42 Intersep -99 R Kemiringan 49 Intersep R Kemiringan 96 Intersep R Kemiringan 25 Intersep -69 R Kemiringan 20 Intersep Model Kinetika Degradasi Vitamin A Minyak Goreng Sawit Curah dengan Fortifikasi Vitamin A selama Oksidasi Vitamin A dalam minyak lebih cepat mengalami kerusakan akibat adanya cahaya. Kerusakan vitamin A yang mengikuti pola kerusakan ordo satu tidak hanya dialami oleh vitamin A dalam minyak goreng sawit curah. Menurut Kim et al (2000), kerusakan vitamin A pada corn flakes selama penyimpanan dengan suhu rata-rata 23 o C mengikuti ordo reaksi satu. Pola kerusakan vitamin A dalam minyak goreng sawit curah pada masing-masing bilangan peroksida dapat dilihat pada Gambar 9, 10, dan 11.

28 14 Gambar 9 Kadar Vitamin A (IU/g) Kadar Vitamin A (IU/g) Lama Penyimpanan (jam) lux lux 5000 lux 0 lux Model degradasi vitamin A minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A (PVi meq O 2 /kg miyak) pada intensitas cahaya 0, 5000, 10000, dan lux Lama Penyimpanan (jam) lux lux 5000 lux 0 lux Gambar 10 Model degradasi vitamin A minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A (PVi 3.99 meq O 2 /kg miyak) pada intensitas cahaya 0, 5000, 10000, dan lux Kadar Vitamin A (IU/g) Lama Penyimpanan (jam) lux lux 5000 lux 0 lux Gambar 11 Model degradasi vitamin A minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A (PVi 8.99 meq O 2 /kg miyak) pada intensitas cahaya 0, 5000, 10000, dan lux Nilai kemiringan ini diperoleh dari model kerusakan vitamin A yang ditampilkan dalam bentuk ln [(kadar vitamin A)t/(kadar vitamin A)o)] (Gambar 12, 13, dan 14). Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa besarnya intensitas cahaya mempengaruhi terjadinya kerusakan vitamin A dalam minyak goreng sawit curah. Pengaruh cahaya dengan kerusakan vitamin A pada bahan pangan ini juga terjadi dalam minyak kedelai terfortifikasi vitamin A. Vitamin A pada minyak kedelai yang disimpan pada tempat gelap memiliki retensi sebesar 92% sedangkan pada tempat

29 15 Ln [(Kadar Vitamin A)t/(Kadar Vitamin A)o] (IU/g) y = x R² = y = x R² = y = -59x R² = Lama Penyimpanan (jam) lux lux 5000 lux Gambar 12 Model degradasi vitamin A minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A (PVi meq O 2 /kg miyak) pada intensitas cahaya 5000, 10000, dan lux Ln [(Kadar Vitamin A)t/(Kadar Vitamin A)o] (IU/g) y = x R² = y = -45x R² = y = -75x R² = Lama Penyimpanan (jam) lux lux 5000 lux Gambar 13 Model degradasi vitamin A minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A (PVi 3.99 meq O 2 /kg miyak) pada intensitas cahaya 5000, 10000, dan lux Ln [(Kadar Vitamin A)t/(Kadar Vitamin A)o] (IU/g) y = x R² = y = -93x R² = y = -72x R² = Lama Penyimpanan (jam) lux lux 5000 lux Gambar 14 Model degradasi vitamin A minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A (PVi 8.99 meq O 2 /kg miyak) pada intensitas cahaya 5000, 10000, dan lux terbuka sebesar 83% (Favaro et al 1991). Peningkatan intensitas cahaya akan meningkatkan terjadinya kerusakan vitamin A (Gaylord et al 1986). Kerusakan vitamin A pada bahan makanan selain pada minyak goreng sawit curah yang mengikuti ordo satu juga terjadi pada bahan makanan lainnya. Degradasi vitamin A pada premiks beras mengikuti reaksi ordo 1 dan kemiringan konstanta laju reaksi dipengaruhi oleh jenis sampel, temperatur, dan aktivitas air (Murphy et al 1992). Pada penelitian ini,

30 16 parameter kerusakan (bilangan peroksida dan kadar asam lemak bebas) dilakukan korelasi untuk mengetahui seberapa besar kadar vitamin A yang masih terdapat dalam minyak goreng sawit curah. Penentuan kadar vitamin A tersebut menggunakan umur simpan yang didapat dari model pembentukan bilangan peroksida. Paramater kadar asam lemak bebas tidak ditentukan korelasinya disebabkan oleh kenaikan kadar asam lemak bebas pada penelitian ini tidak dipengaruhi oleh besarnya intensitas cahaya melainkan lebih dipengaruhi oleh waktu penyimpanan dan bilangan peroksida awal. Tabel 5 Data linearitas degradasi kadar vitamin A minyak goreng sawit curah (PVi, 3.99, dan 8.99 meq O 2 aktif/kg minyak) dengan fortifikasi vitamin A pada penyimpanan dengan intensitas cahaya 5000, 10000, dan lux Bilangan Peroksida Awal (meq O 2 /kg) Intensitas Cahaya (lux) Parameter Linearitas R Kemiringan -59 Intersep 00 R Kemiringan -45 Intersep 00 R Kemiringan -72 Intersep 00 R Kemiringan Intersep 00 R Kemiringan -75 Intersep 00 R Kemiringan -93 Intersep 00 R Kemiringan Intersep 00 R Kemiringan Intersep 00 R Kemiringan Intersep 00 Hubungan antara bilangan peroksida dan logaritmik dari konstanta laju reaksi kerusakan vitamin A ditampilkan pada Gambar 15. Kurva ini menunjukkan seberapa besar perubahan bilangan peroksida yang dibutuhkan untuk meningkatkan atau menurunkan laju kerusakan vitamin A sebesar satu siklus logaritma.

31 Pada Gambar 15, nilai perubahan bilangan peroksida yang diperoleh pada intensitas cahaya 5000, 10000, dan lux adalah sebesar 91.74, , dan meq O 2 aktif/kg minyak untuk meningkatkan atau menurunkan laju kerusakan vitamin A sebesar satu siklus logaritma. Data tersebut tidak memiliki pola yang cenderung naik maupun turun saat penyimpanan dengan intensitas berbeda sehingga dapat disimpulkan bahwa bilangan peroksida awal tidak mempengaruhi laju kerusakan vitamin A pada masing-masing intensitas penyimpanan. Hal ini dapat disebabkan karena pada intensitas cahaya yang paling rendah atau 5000 lux sampel sudah mengalami kerusakan dengan tingkat yang maksimal sehingga bilangan peroksida awal yang berbeda sudah tidak mempengaruhi pola kerusakan. 17 Log Konstanta Laju Reaksi (/jam) y = x R² = y = -26x R² = y = x R² = Bilangan Peroksida (meq O 2 aktif/kg minyak) 5000 Lux Lux Lux Gambar 15 Perubahan konstanta laju reaksi kerusakan vitamin A minyak goreng sawit curah dengan fortifikasi vitamin A (PVi, 3.99, dan 8.99 meq O 2 aktif/kg minyak) pada intensitas penyimpanan 5000, 10000, dan lux Penentuan kadar vitamin A yang masih terdapat dalam minyak goreng sawit curah berbilangan peroksida awal, 3.99, dan 8.99 meq O 2 aktif/kg minyak diolah dengan cara yang serupa dengan penentuan umur simpan bilangan peroksida. Nilai kemiringan baru diperoleh berdasarkan persamaan konstanta laju reaksi pada Gambar 16 dan intensitas cahaya ditentukan sebesar 1200 lux. Kadar vitamin A yang tercantum dalam SNI 7709:2012 adalah 45 IU/g saat pengambilan sampel di pabrik (BSN 2012). Berdasarkan SNI minyak goreng sawit tersebut, maka ditentukan nilai Q 0 dalam perhitungan sebesar 45 IU/g. Kadar vitamin A yang masih terdapat dalam minyak goreng sawit curah sebesar IU/g untuk minyak bilangan peroksida awal meq O 2 aktif/kg minyak pada umur simpan bilangan peroksida jam. Minyak goreng sawit curah berbilangan peroksida awal 3.99 meq O 2 aktif/kg minyak memiliki kadar vitamin A sebesar IU/g saat umur simpan bilangan peroksida jam, dan minyak goreng sawit curah berbilangan peroksida awal 8.99 meq O 2 aktif/kg minyak memiliki kadar vitamin A sebesar IU/g saat umur simpan bilangan peroksida sebesar jam. Apabila ingin diperoleh kadar vitamin A

32 18 sebesar (Q t ) 45 IU/g yang masih terkandung dalam minyak goreng sawit curah saat berada di retail maka kadar vitamin A minimum yang harus difortifikasi dalam sampel adalah IU/g untuk minyak dengan bilangan peroksida meq O 2 aktif/kg minyak, IU/g untuk minyak dengan bilangan peroksida 3.99 meq O 2 aktif/kg minyak, dan IU/g untuk minyak dengan bilangan peroksida 8.99 meq O 2 aktif/kg minyak (Tabel 7). Berdasarkan data pada Tabel 7, kadar vitamin A yang masih terkandung dalam minyak goreng sawit curah berbilangan peroksida awal meq O 2 aktif/kg minyak memiliki kadar vitamin A yang paling rendah. Sedangkan minyak berbilangan peroksida awal 8.99 meq O 2 aktif/kg minyak memiliki kadar vitamin A yang paling tinggi. Hal ini disebabkan oleh ordo reaksi parameter bilangan peroksida dan vitamin A. Ordo reaksi yang terjadi pada parameter bilangan peroksida adalah ordo 0 sedangkan ordo yang dialami oleh vitamin A adalah ordo 1 (kerusakan di awal cepat kemudian melambat). Waktu saat parameter bilangan peroksida telah melewati batas maksimum SNI 7709:2012 untuk minyak berbilangan peroksida meq O 2 aktif/kg minyak memiliki waktu paling lama sehingga kadar vitamin A yang mampu bertahan memiliki nilai paling kecil. Tabel 7 Kadar vitamin A minyak goreng sawit curah terfortifikasi saat bilangan peroksida mecapai persyaratan SNI 7709:2012 pada penyimpanan dengan intensitas cahaya 1200 lux Bilangan Peroksida Awal (meq O 2/kg) Kemiringan Kurva Nilai k pada intensitas cahaya 1200 lux t (jam) SNI 7709:2012 Q t* (IU/g) Q 0* (IU/g) Berdasarkan Data Percobaan Q t** (IU/g) Q 0** (IU/g) 0.46x x x Q t* : Kadar vitamin A yang masih mampu bertahan dengan fortifikasi vitamin A sebesar 45 IU/g Qt** : Kadar vitamin A yang masih mampu bertahan dengan fortifikasi vitamin A berdasarkan data percobaan Q 0* : Kadar vitamin A fortifikan berdasarkan SNI 7709:2012 (45 IU/g) Q 0** : Kadar vitamin A fortifikan berdasarkan data percobaan t : Waktu saat parameter bilangan peroksida telah melewati batas maksimum SNI 7709:2012 Penentuan kualitas minyak goreng sawit curah dapat dilihat pada saat perbandingan dengan waktu yang sama. Perbandingan antara umur simpan minyak goreng sawit curah yang digunakan adalah saat minyak berbilangan peroksida 3.99 dan 8.99 meq O 2 aktif/kg minyak yang telah melewati batas SNI pada parameter bilangan peroksida (Tabel 8). Pada Tabel 8, minyak yang cocok untuk dilakukan fortifikasi adalah minyak berbilangan peroksida dan 3.99 meq O 2 aktif/kg minyak. Minyak goreng sawit curah berbilangan peroksida 8.99 meq O 2 aktif/kg minyak tidak cocok dilakukan fortifikasi karena hanya dapat bertahan selama jam atau kurang dari satu hari. Berdasarkan Tabel 8, kadar vitamin A yang masih mampu bertahan dengan fortifikasi vitamin A sebesar

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g) Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. BAHAN DAN ALAT Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah Red Palm Olein (RPO) dan Mi Instan. RPO merupakan CPO yang telah mengalami proses netralisasi secara kimia

Lebih terperinci

LAMPIRAN A ANALISA MINYAK

LAMPIRAN A ANALISA MINYAK LAMPIRAN A ANALISA MINYAK A.1. Warna [32] Grade warna minyak akan analisa menggunakan lovibond tintometer, hasil analisa akan diperoleh warna merah dan kuning. Persentase pengurangan warna pada minyak

Lebih terperinci

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Departemen Farmasi FMIPA UI, dalam kurun waktu Februari 2008 hingga Mei 2008. A. ALAT 1. Kromatografi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,

Lebih terperinci

KINETIKA OKSIDASI TERMAL MINYAK GORENG SAWIT CURAH DENGAN FORTIFIKASI MINYAK SAWIT MERAH AYU CAHYANING WULAN

KINETIKA OKSIDASI TERMAL MINYAK GORENG SAWIT CURAH DENGAN FORTIFIKASI MINYAK SAWIT MERAH AYU CAHYANING WULAN KINETIKA OKSIDASI TERMAL MINYAK GORENG SAWIT CURAH DENGAN FORTIFIKASI MINYAK SAWIT MERAH AYU CAHYANING WULAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT B. METODE PENELITIAN. 1. Analisis Mutu Minyak Sawit Kasar. 2. Pengukuran Densitas Minyak Sawit Kasar

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT B. METODE PENELITIAN. 1. Analisis Mutu Minyak Sawit Kasar. 2. Pengukuran Densitas Minyak Sawit Kasar III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak sawit kasar (crude palm oil/cpo) CPO yang berasal dari empat perusahaan di Indonesia, yaitu PT. Sinar Meadow

Lebih terperinci

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari BAB V METODOLOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Press Hidrolik 5.1.1 Prosedur Pembuatan Minyak Kedelai Proses pendahuluan Blanching Pengeringan Pembuangan sisa kulit ari pengepresan 5.1.2 Alat yang Digunakan

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen

BAB V METODOLOGI. Gambar 6. Pembuatan Minyak wijen 18 BAB V METODOLOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Press Hidrolik 5.1.1 Prosedur Pembuatan Minyak Wijen Biji Wijen Pembersihan Biji Wijen Pengovenan Pengepresan Pemisahan Minyak biji wijen Bungkil biji wijen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT 1. Waktu Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013 2. Tempat Laboratorium Patologi, Entomologi, & Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian 14 BAB V METODOLOGI 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian No. Nama Alat Jumlah 1. Oven 1 2. Hydraulic Press 1 3. Kain saring 4 4. Wadah kacang kenari ketika di oven 1 5.

Lebih terperinci

Pereaksi-pereaksi yang digunakan adalah kalium hidroksida 0,1 N, hidrogen

Pereaksi-pereaksi yang digunakan adalah kalium hidroksida 0,1 N, hidrogen Pereaksi-pereaksi yang digunakan adalah kalium hidroksida 0,1 N, hidrogen klorida encer, natrium tiosulfat 0,01 N, dan indikator amilum. Kalium hidroksida 0,1 N dibuat dengan melarutkan 6,8 g kalium hidroksida

Lebih terperinci

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan yang digunakan adalah tepung tapioka, bumbu, air, whey, metilselulosa (MC), hidroksipropil metilselulosa (HPMC), minyak goreng baru, petroleum eter, asam asetat glasial,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas BAB III METODE PENELITIAN Untuk mengetahui kinerja bentonit alami terhadap kualitas dan kuantitas minyak belut yang dihasilkan dari ekstraksi belut, dilakukan penelitian di Laboratorium Riset Kimia Makanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM

BAB III METODE PENGUJIAN. Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM BAB III METODE PENGUJIAN 3.1 Tempat dan Waktu Pengujian Pengujian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Nabati dan Rempah- Rempah UPT.Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Jl. STM No. 17 Kampung

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6. BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat alat 1. Neraca Analitik Metter Toledo 2. Oven pengering Celcius 3. Botol Timbang Iwaki 4. Desikator 5. Erlenmayer Iwaki 6. Buret Iwaki 7. Pipet Tetes 8. Erlenmayer Tutup

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari Bulan Maret sampai Bulan Juni 2013. Pengujian aktivitas antioksidan, kadar vitamin C, dan kadar betakaroten buah pepaya

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995)

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995) Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995) Bahan sejumlah kurang lebih 1 g ditimbang. Sampel dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500 ml dan ditambahkan 200 ml HCl 3%. Sampel kemudian

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

BAB V METODOLOGI. Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian BAB V METODOLOGI Penelitian ini akan dilakukan 2 tahap, yaitu : Tahap I : Tahap perlakuan awal (pretreatment step) Pada tahap ini, dilakukan pengupasan kulit biji dibersihkan, penghancuran biji karet kemudian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah 30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental 3.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini bertempat di laboratorium kimia kedokteran

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan bulan November 2011 sampai Januari 2012. Pengambilan sampel dilakukan di Cisolok, Palabuhanratu, Jawa Barat. Analisis sampel dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium 29 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium Kimia Fisik, Laboratorium Biomassa, Laboratorium Biokimia, dan Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan di dalam penelitian ini adalah minyak sawit kasar (crude palm oil/cpo) yang diperoleh dari PT Sinar Meadow Internasional Indonesia, Jakarta.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, mulai bulan Maret 2011 sampai dengan Agustus 2011. Berlokasi di Laboratorium Jasa Analisis Pangan, Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Nopember 2012 sampai Januari 2013. Lokasi penelitian di Laboratorium Riset dan Laboratorium Kimia Analitik

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 BAHAN Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bekatul dari padi non-aromatik (ciherang dan IR 64), dan padi aromatik (pandanwangi dan sintanur) yang diperoleh dari

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN

METODELOGI PENELITIAN III. METODELOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan baku yang digunakan adalah kelopak kering bunga rosela (Hibiscus sabdariffa L.) yang berasal dari petani di Dramaga dan kayu secang (Caesalpinia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa jerami jagung (corn stover) menjadi 5- hidroksimetil-2-furfural (HMF) dalam media ZnCl 2 dengan co-catalyst zeolit,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan. Pemeliharaan

Lebih terperinci

UJI KUALITAS MINYAK GORENG CURAH DAN MINYAK GORENG KEMASAN DI MANADO

UJI KUALITAS MINYAK GORENG CURAH DAN MINYAK GORENG KEMASAN DI MANADO UJI KUALITAS MINYAK GORENG CURAH DAN MINYAK GORENG KEMASAN DI MANADO Ika Risti Lempang 1), Fatimawali 1), Nancy C. Pelealu 1) 1) Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT Manado, 95115 ABSTRACT Cooking oil is

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Depok, pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 LOKASI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisa dan Laboratorium Proses Industri Kimia, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental.

BAB 3 METODOLOGI. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental. 23 BAB 3 METODOLOGI 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental. 3.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini bertempat di laboratorium kimia kedokteran Fakultas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan Maret 2015 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom Standar Nasional Indonesia Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom ICS 13.040.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 18 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan September 2011 sampai Desember 2011 bertempat di Laboratorium Atsiri, Pusat Penelitian Kimia, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI),

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental dengan lima kelompok perlakuan. Hasil penghitungan bilangan peroksida dari tiap-tiap kelompok perlakuan

Lebih terperinci

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu 40 Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat 1. Kadar air (AOAC 1995, 950.46) Cawan kosong yang bersih dikeringkan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 105 o C dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g Kacang hijau (tanpa kulit) ± 1

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung

Lebih terperinci

Lampiran 1. Diagram alir pembuatan sabun transparan

Lampiran 1. Diagram alir pembuatan sabun transparan LAMPIRAN Lampiran 1. Diagram alir pembuatan sabun transparan Lampiran 2. Formula sabun transparan pada penelitian pendahuluan Bahan I () II () III () IV () V () Asam sterarat 7 7 7 7 7 Minyak kelapa 20

Lebih terperinci

Gambar 6. Kerangka penelitian

Gambar 6. Kerangka penelitian III. BAHAN DAN METODOLOGI A. Bahan dan Alat Bahan baku yang digunakan adalah kayu secang (Caesalpinia sappan L) yang dibeli dari toko obat tradisional pasar Bogor sebagai sumber pigmen brazilein dan sinapic

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah saus sambal dan minuman dalam kemasan untuk analisis kualitatif, sedangkan untuk analisis kuantitatif digunakan

Lebih terperinci

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas BABHI METODA PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan-bahan yang digunakan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas yang diperoleh dari salah satu rumah makan di Pekanbaru,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Metode analisis kolesterol, asam lemak dan Vitamin A A. Metode Analisis Kolesterol (Kleiner dan Dotti 1962).

Lampiran 1. Metode analisis kolesterol, asam lemak dan Vitamin A A. Metode Analisis Kolesterol (Kleiner dan Dotti 1962). Lampiran 1. Metode analisis kolesterol, asam lemak dan Vitamin A A. Metode Analisis Kolesterol (Kleiner dan Dotti 1962). Diambil sampel dua telur pada setiap ulangan. Delapan belas sampel dianalisis kolesterolnya

Lebih terperinci

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi: BAB V METODELOGI 5.1 Pengujian Kinerja Alat Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi: 1. Analisa Fisik: A. Volume B. Warna C. Kadar Air D. Rendemen E. Densitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai macam alat gelas, labu Kjeldahl, set alat Soxhlet, timble ekstraksi, autoclave, waterbath,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2013 di Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian, Medan. Bahan Penelitian Bahan utama yang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit

Lampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit LAMPIRAN Lampiran 1. Pohon Industri Turunan Kelapa Sawit 46 Lampiran 2. Diagram alir proses pembuatan Surfaktan Metil Ester Sulfonat (MES) Metil Ester Olein Gas SO 3 7% Sulfonasi Laju alir ME 100 ml/menit,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Biokimia Hasil Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Biokimia Hasil Pertanian, 22 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Biokimia Hasil Pertanian, Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Laboratorium Pengolahan Limbah Hasil Pertanian

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci

3 METODE. Waktu dan Tempat Penelitian. Metode Penelitian. Ekstraksi Minyak Biji Kamandrah Metode Pengempaan

3 METODE. Waktu dan Tempat Penelitian. Metode Penelitian. Ekstraksi Minyak Biji Kamandrah Metode Pengempaan 15 3 METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013. Penelitian dilakukan di Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah CPO yang berasal dari lima perusahaan kelapa sawit di Indonesia, yaitu PT. Sinar Meadow Internasional

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat yang berasal dari Laboratorium Tugas Akhir dan Laboratorium Kimia Analitik di Program

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan dan Alat Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teh hitam yang diperoleh dari PT Perkebunan Nusantara VIII Gunung Mas Bogor grade BP1 (Broken Pekoe 1).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way

BAB III METODE PENELITIAN. Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Pengambilan data penelitian diperoleh dari perhitungan kelimpahan sel Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way Anova

Lebih terperinci

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang Digunakan BAB V METODOLOGI 5.1 Alat dan Bahan yang Digunakan 5.1.1 Alat yang Digunakan Tabel 5. Alat yang Digunakan No. Nama Alat Ukuran Jumlah 1. Baskom - 3 2. Nampan - 4 3. Timbangan - 1 4. Beaker glass 100ml,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Sementara analisis dengan menggunakan instrumen dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental dengan lima kelompok perlakuan. Hasil penghitungan bilangan peroksida dari tiap-tiap kelompok perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014. 2. Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Teknik Pengolahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 BAB III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015 yang meliputi kegiatan di lapangan dan di laboratorium. Lokasi pengambilan

Lebih terperinci

setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8

setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8 40 setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8 ml. Reaksi enzimatik dibiarkan berlangsung selama 8 jam

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di 30 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian eksperimental yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menjadi 5-Hydroxymethylfurfural dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia

BAB III METODE PENELITIAN. menjadi 5-Hydroxymethylfurfural dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian studi pendahuluan reaksi konversi selulosa jerami padi menjadi 5-Hydroxymethylfurfural dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Universitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teh hijau yang diperoleh dari PT Perkebunan Nusantara Gunung Mas di Bogor. Bahan-bahan yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengkarakterisasi simplisia herba sambiloto. Tahap-tahap yang dilakukan yaitu karakterisasi simplisia dengan menggunakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS A.1 Pengujian Viskositas (menggunakan viskosimeter) (Jacobs, 1958) Viskositas Saos Tomat Kental diukur dengan menggunakan viskosimeter (Rion Viscotester Model VT-04F). Sebelum

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang, Kegiatan penelitian ini dimulai pada bulan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji karet, dan bahan pembantu berupa metanol, HCl dan NaOH teknis. Selain bahan-bahan di atas,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 18 hingga

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di 29 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di Laboratorium Kimia Fisik, Laboratorium Biomassa Universitas Lampung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian konversi lignoselulosa tandan pisang menjadi 5-hidroksimetil-2- furfural (HMF) untuk optimasi ZnCl 2 dan CrCl 3 serta eksplorasi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan yaitu umbi garut kultivar creole berumur 10 bulan yang diperoleh dari kebun percobaan Balai Penelitian Biologi dan Genetika Cimanggu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian tentang konversi biomassa kulit durian menjadi HMF dalam larutan ZnCl 2 berlangsung selama 7 bulan, Januari-Agustus 2014, yang berlokasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia Makanan dan Material dan Laboratorium Kimia Analitik Instrumen, Jurusan Pendidikan Kimia,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tatacara karakterisasi limbah tanaman jagung

Lampiran 1. Tatacara karakterisasi limbah tanaman jagung Lampiran 1. Tatacara karakterisasi limbah tanaman jagung a. Kadar Air Cawan kosong (ukuran medium) diletakkan dalam oven sehari atau minimal 3 jam sebelum pengujian. Masukkan cawan kosong tersebut dalam

Lebih terperinci

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer Standar Nasional Indonesia Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer ICS 13.040.40 Badan Standardisasi Nasional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 14 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan melalui dua tahap selama bulan April-Oktober 2010. Tahap pertama adalah proses pencekokan serbuk buah kepel dan akuades dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan secara eksperimental laboratorium. B. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fakultas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Riset dan Standarisasi Industri Bandar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Riset dan Standarisasi Industri Bandar III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Riset dan Standarisasi Industri Bandar Lampung dan Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan bulan April 2013 di Laboratorium Kimia Instrumen dan Laboratorium Kimia Riset Makanan

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Kecap kedelai. Badan Standardisasi Nasional ICS

SNI Standar Nasional Indonesia. Kecap kedelai. Badan Standardisasi Nasional ICS Standar Nasional Indonesia Kecap kedelai ICS 67.060 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Pendahuluan...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan... 1 3 Definisi... 1 4 Klasifikasi... 1 5 Syarat

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci

BAB III. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak sawit mentah

BAB III. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak sawit mentah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat 3.1.1 Bahan yang digunakan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah minyak sawit mentah (CPO), Iso Propil Alkohol (IPA) 96%, Indikator Phenolptalein,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang 32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilakukan di divisi Research and Development PT Frisian Flag Indonesia, yang beralamat di Jalan Raya Bogor Km 5, Kelurahan Gedong, Pasar Rebo,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah kacang kedelai, kacang tanah, oat, dan wortel yang diperoleh dari daerah Bogor. Bahan kimia yang digunakan

Lebih terperinci

A. PENETAPAN ANGKA ASAM, ANGKA PENYABUNAN DAN ANGKA IOD B. PENETAPAN KADAR TRIGLISERIDA METODE ENZIMATIK (GPO PAP)

A. PENETAPAN ANGKA ASAM, ANGKA PENYABUNAN DAN ANGKA IOD B. PENETAPAN KADAR TRIGLISERIDA METODE ENZIMATIK (GPO PAP) A. PENETAPAN ANGKA ASAM, ANGKA PENYABUNAN DAN ANGKA IOD B. PENETAPAN KADAR TRIGLISERIDA METODE ENZIMATIK (GPO PAP) DASAR TEORI Penggolongan lipida, dibagi golongan besar : 1. Lipid sederhana : lemak/ gliserida,

Lebih terperinci

Yijk=^ + ai + )3j + (ap)ij + Iijk. Dimana:

Yijk=^ + ai + )3j + (ap)ij + Iijk. Dimana: m. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Analisis dan Pengolahan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Riau. Penelitian ini berlangsung

Lebih terperinci

METODOLOGI. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

METODOLOGI. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian 18 METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium PT. Hale International dan Laboratorium Analisis Pangan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, IPB.Penelitian dilakukan mulai bulan Januari

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos LAMPIRA 30 Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos A. Kadar Air Bahan (AOAC 1984) Cawan alumunium kosong dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit pada temperatur 100 o C. Cawan porselen kemudian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-November 2011. Pemeliharaan ternak prapemotongan dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok

Lebih terperinci

ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST]

ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST] MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST] Disusun oleh: Lia Priscilla Dr. Tirto Prakoso Dr. Ardiyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci