BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
|
|
- Glenna Johan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metode deteksi kebohongan sangat penting bagi pihak-pihak yang bergerak di bidang penegakan hukum dan keamanan seperti kepolisian, hakim, jaksa, KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), dan lain-lain. Berdasarkan kajian hukum alat deteksi kebohongan adalah alat uji hukum yang sah untuk digunakan dalam proses penyidikan (Harahap, 2011). Berkaitan dengan istilah kebohongan, dikenal 2 istilah lie dan deception. Istilah lie diartikan sebagai bohong dan istilah deception lebih dimaknai menipu, namun kedua istilah tersebut sebenarnya mengacu pada makna ketidakjujuran. Carson (2010) menyatakan, bahwa lie diartikan sebagai penyangkalan dalam bentuk pernyataan yang salah atau menyesatkan, sehingga lawan bicara percaya dengan apa yang disangkalkan. Kebohongan (lie) adalah sebuah penyangkalan secara langsung terhadap sebuah kebenaran, kalimat yang digunakan tidak sesuai dengan fakta. Sebaliknya, penipuan (deception) adalah upaya untuk mengelabui atau trik, menggunakan kata-kata yang menyesatkan, membujuk, merayu, sehingga menimbulkan kesan bisa dipercaya Sejauh ini, alat deteksi kebohongan umumnya bekerja berdasarkan pada perubahan fisiologis tubuh. Perubahan tersebut mengindikasikan perubahan emosi yang terjadi di dalam tubuh seseorang. Relasi antara emosi dengan proses fisiologis tubuh dipelajari secara khusus dalam kajian ilmu psikologi khususnya psycophysiology. Pendekatan umum yang digunakan untuk mendeteksi kebohongan adalah orang yang sedang berbohong secara alami akan merasa tertekan, stres, dan terancam. Perasaan tersebut merupakan manifestasi emosi negatif yang kemudian ditunjukkan dalam bentuk respon fisiologis (Cacioppo dkk, 2007). Dengan demikian, alat deteksi kebohongan bukanlah alat uji kebohongan dalam arti sesungguhnya
2 2 namun merupakan alat ukur perubahan emosi pada diri seseorang dan kemunculan emosi negatif merupakan petunjuk adanya kemungkinan kebohongan (Soorjoo, 2009). Alat pendeteksi kebohongan umumnya dikaitkan dengan kemunculan emosi negatif pada diri seseorang. Pengukuran emosi seseorang dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya (1) Selft report, dalam bentuk laporan pribadi baik secara lisan atau tulis. Penggunaan kata-kata negatif dalam sebuah laporan menunjukkan emosi negatif. (2) Automatic measure, diukur dari respon fisiologis tubuh secara otomatis. Sebagai contoh produksi keringat sebagai tanda emosi khawatir diukur dengan EDR (Electro Derma Responbility), detak jantung dengan EKG. (3) Startle Response Magnitude, merupakan pengukuran terhadap respon seketika tubuh. Salah satu contoh respon seketika tubuh adalah kedipan mata (respon kejut). Pengukuran kedipan mata umumnya menggunakan electromyogram (EMG). (4) Brain state respon, pengukuran emosi berdasarkan aktivitas otak. Metode pengukurannya menggunakan fmri (functional Magnetic Resonance Imaging), dan EEG (Electroencephalogram). Hasil foto otak menunjukkan perbedaan pada kelas emosi yang berbeda. (5) Behavior respon, pengukuran emosi dengan menganalisis bahasa tubuh, dan salah satu bentuknya adalah ekspresi wajah (Scherer, 2005). Berdasarkan hasil pengukuran dan analisis emosi tersebut dikembangkan berbagai alat deteksi kebohongan. Sejauh ini telah dikembangkan berbagai alat deteksi kebohongan dengan berbagai pendekatan, diantaranya respon produksi keringat pada kulit, dinyatakan sebagai respon konduktivitas kelistrikan. Respon panas tubuh yang diukur dengan kamera infrared. Peningkatan suhu tubuh yang terdeteksi kamera infrared merupakan indikasi terjadinya emosi negatif sebagai tanda kebohongan. Deteksi kebohongan berdasarkan analisis suara, perubahan amplitudo dan frekuensi suara pada kondisi tertentu dijadikan indikasi kebohongan.
3 3 Bentuk tulisan tangan juga merupakan ciri yang bisa dianalisis untuk mendeteksi kebohongan (Gunadi dan Harjoko, 2012). Setiap alat deteksi kebohongan memiliki kelebihan dan kelemahan masingmasing. Alat deteksi kebohongan berdasarkan perubahan produksi keringat (EDR) kelemahannya bersifat invansive, tergantung pada kondisi lingkungan dan kesehatan orang yang dites kebohongan (Boucsein W, 1992); (Edelberg, 1971). Demikian pula dengan deteksi kebohongan yang berdasarkan detak jantung memiliki kelemahan yang serupa dengan EDR. Selanjutnya alat deteksi kebohongan berdasarkan tulisan tangan, metode ini tidak bersifat invasive, tidak diperlukan pemasangan berbagai instrumen ke tubuh orang yang dites. Namun kelemahannya, sangat besar kemungkinan orang dapat dilatih untuk mengelabui metode ini (Chung dan Pennebaker, 2007); (Prasad dkk, 2010); (Kamath dkk, 2011); (Newman dkk, 2003). Alat deteksi kebohongan lainnya adalah analisis suara, voice analyser stress (VSA). Alat ini memiliki akurasi yang baik, pemakaian sudah diterima secara legal di beberapa negara (termasuk Indonesia), dan tidak invansive, namun sangat dipengaruhi oleh kesehatan objek yang akan diperiksa (Hopkins dkk, 2005). Teknologi berdasarkan infrared akurat untuk deteksi kebohongan, namun kelemahannya terletak pada teknis pelaksanaan yang rumit, seperti subjek harus berpuasa sebelum menjalani tes (Pavlidis dan Levine, 2002); (Pavlidis dkk, 2000); (Tsiamyrtzis dkk, 2007). Berdasarkan beberapa penelitian dinyatakan tingkah laku manusia merupakan sumber informasi yang dapat dipercaya dalam komunikasi. Selanjutnya tingkah laku dan gerak-gerik dapat dijadikan sumber informasi potensial untuk mengungkapkan terjadinya kebohongan. Dalam komunikasi yang dilakukan secara langsung, informasi yang disampaikan dapat diterima dengan indentifikasi sebagai berikut, 7 % melalui kata-kata yang diucapkan, 38 % melalui intonasi, dan 55% melalui gerak gerik atau bahasa tubuh. Dalam kondisi sadar maupun tidak sadar manusia ketika
4 4 berkomunikasi tidak bisa dilepaskan dari perasaan, dan perasaan dinyatakan dengan bahasa tubuh (Mahribian, 1972). Pola gerak tubuh tertentu memiliki arti tertentu. Orang yang sedang tertekan atau tidak percaya diri biasanya menunjukkan gerakan kepala menunduk, menggosok gosok kepala, menyilangkan tangan, memainkan jari-jari dimulut, dan lain-lain. Orang yang sering menghindari kontak mata dikaitkan dengan rasa takut atau merasa kurang nyaman dengan lawan bicaranya (Allan dan Barbara, 2004). Beberapa ulasan tentang deteksi kebohongan diantaranya, Cacioppo dkk. (2007) membahas aspek fisiologis tubuh dan kebohongan. Cacioppo dkk. (2007) menyatakan kebohongan dapat dikaitkan dengan emosi tertekan atau negatif, yang manifestasinya dapat dinyatakan dengan berbagai bentuk. Ekspresi wajah merupakan salah satu manifestasi kebohongan (Matsumoto dan Ekman, 2008). Beberapa ekspresi wajah yang dikaitkan atau dianggap sebagai tanda emosi negatif, diantaranya senyum palsu, pandangan mata, kerutan, pengecilan pupil, mata menutup (Navaro dan Karlins, 2007). Salah satu kelebihan penggunaan ekspresi wajah dalam analisis kebohongan adalah terdapatnya mikro ekspresi. Mikro ekspresi adalah ekspresi wajah yang bersifat tidak disadari dan tidak bisa dikendalikan. Dengan demikian mikro ekspresi sangat baik dijadikan acuan untuk analisis kebohongan (Porter dan Brinke, 2008). Sejauh ini berdasarkan penelusuran literatur belum ditemukan implementasi sistem komputer untuk menganalisis ekspresi wajah dengan tujuan akhir sebagai sistem deteksi kebohongan. Pada saat yang sama penggunaan ekspresi wajah untuk analisis kebohongan dilakukan dengan pengamatan secara manual oleh pengamat yang sudah terlatih dan dibandingkan dengan kebenaran ucapannya (Matsumoto dkk, 2011). Permasalahan yang muncul berkaitan dengan pengamatan ekspresi wajah adalah durasi kejadian sangat cepat antara 1/3-1/25 detik (ekspresi micro). Hal ini akan sangat menyulitkan pengamatan (Polikovsky dkk, 2009). Faktor lain
5 5 yang menyebabkan kesulitan dalam pengamatan ekspresi wajah adalah tidak memungkinkannya para pengamat secara terus-menerus mengamati perubahan ekspresi wajah. Hal lain yang juga merupakan kelemahan pengamatan langsung adalah masalah subjektivitas pengamat. Berdasarkan hal tersebut perlu dikembangkan sebuah metode deteksi kebohongan berdasarkan ekspresi wajah dengan menggunakan pendekatan sistem komputer. Pengembangan yang dapat dilakukan adalah bagaimana mengekstraksi komponen atau ciri wajah tertentu pada area wajah secara berurutan atau frame per frame. Langkah selanjutnya menemukan tanda-tanda kebohongan dan melakukan analisis serta penilaian untuk menentukan terjadinya kebohongan atau tidak. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian dapat dirumuskan permasalahan utama dalam penelitian ini adalah bagaimana mengembangkan model untuk melakukan penilaian kebohongan yang didasarkan pada kemunculan beberapa tanda emosi negatif pada wajah. Berdasarkan permasalahan utama tersebut, rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah, pertama menentukan tanda emosi negatif wajah apa saja yang merupakan indikasi kebohongan. Kedua, tanda emosi tersebut berkaitan dengan state komponen wajah. Berdasarkan hal tersebut perlu ditentukan model ekstraksi komponen wajah yang efisien. Ketiga, setelah komponen wajah dapat diekstraksi maka state setiap komponen wajah harus ditentukan. Berdasarkan hal ini perlu ditentukan model pengenalan state komponen wajah. Keempat menentukan model deteksi kebohongan. Berdasarkan tanda emosi negatif bagaimana sebuah adegan dapat diklasifikasi dalam kelas jujur atau bohong.
6 6 1.3 Batasan Masalah Adapun batasan masalah yang diberikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Pengambilan rekaman video, dilakukan pada objek tunggal dan dominan menampilkan frontal wajah subjek. b. Analisis dilakukan secara offline, berdasarkan hasil dekomposisi video dalam bentuk citra frame-frame yang berurutan. c. Tanda Emosi yang digunakan adalah, penghindaran tatapan mata, mata tertutup, pandangan ke atas, kedipan mata, kerutan dahi dan senyum palsu. Tanda emosi ini dipilih berdasarkan studi literatur, dan dinyatakan sebagai tanda negatif. Tanda emosi negatif diyakini sebagai indikasi kebohongan. d. Peta geometri wajah yang digunakan adalah peta wajah suku jawa dan bali. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang diuraikan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah : a. Mengusulkan beberapa tanda emosi negatif sebagai tanda kebohongan dan melakukan analisis sejauh mana korelasi tanda emosi negatif tersebut terhadap kejadian kebohongan. b. Menghasilkan model teknik ekstraksi komponen wajah secara simultan berdasarkan ciri warna dan geometri. Ekstraksi komponen wajah secara simultan adalah bagaimana mendapatkan komponen wajah secara sekaligus, tidak secara parsial. Berdasarkan satu atau dua buah posisi komponen wajah, maka komponen wajah lain bisa didapatkan. c. Melakukan analisis kelemahan metode ekstraksi komponen wajah yang berdasarkan warna dan perbaikan yang dapat dikembangkan. Perbaikan yang bisa dikembangkan adalah dengan terlebih dahulu melihat kinerja penggunaan warna untuk deteksi komponen wajah tertentu. Selanjutnya memetakan
7 7 kelemahan, faktor penyebabnya, dan memberi analisis untuk memberikan alternatif perbaikan yang dapat dikembangkan. d. Menghasilkan teknik untuk pengenalan pola state pada masing-masing komponen wajah. e. Menghasilkan sebuah model deteksi kebohongan berdasarkan tanda emosi negatif pada wajah. Kemunculan tanda emosi negatif tersebut dijadikan acuan untuk menentukan terjadinya kebohongan. 1.5 Manfaat Penelitian Pada penelitian-penelitian sebelumnya, analisis deteksi kebohongan hanya menggunakan satu variabel seperti variabel sifat kelistrikan kulit pada alat deteksi kebohongan EDR (Electro Derma Respons), variabel suhu pada alat deteksi kebohongan termografy atau infrared. Berkaitan dengan analisis kebohongan dengan pengamatan bahasa tubuh, sepengetahuan penulis berdasarkan penelusuran literatur masih dilakukan secara manual. Beberapa manfaat yang dapat disumbangkan dari penelitian ini adalah : a. Menghasilkan sebuah model deteksi kebohongan berdasarkan tanda emosi negatif pada wajah. Model ini merupakan pelengkap dari berbagai metode deteksi kebohongan yang sudah ada. b. Berkaitan dengan masalah ekstraksi komponen wajah, sepengetahuan penulis proses tersebut dilakukan secara parsial atau bagian per bagian. Pada penelitian ini akan dikembangkan model ekstraksi komponen wajah secara simultan. Proses ekstraksi komponen wajah mata, dahi, hidung dan mulut, cukup dengan menemukan mata atau mulut saja. Hal ini merupakan kontribusi tambahan dari penelitian ini. c. Perbaikan dan koreksi formula peta mulut pada variabel η, hasil deteksi dan segmentasi komponen mulut keberhasilannya ditentukan oleh nilai η. Koreksi nilai η, bertujuan memberikan hasil deteksi mulut lebih baik.
8 8 d. Hal lain yang juga merupakan kontribusi pada penelitian ini adalah, metode yang dikembangkan untuk menentukan RoI (Region of Interest) dari mata dengan menggunakan negasi thresholding warna kulit. Selanjutnya metode ini memiliki manfaat untuk menentukan arah padangan mata (gaze aversion), menentukan kedipan mata, deteksi senyum palsu (fake smile). 1.7 Sistimatika Penulisan Penulisan desertasi disajikan dalam 8 bab. Adapun rincian masing-masing bab dijelaskan sebagai berikut sebagai berikut : Bab I adalah pendahuluan, pada bagian ini dibahas tentang latar belakang penelitian, menyangkut masalah metode deteksi kebohongan yang sudah ada, dan kekurangannya. Hal tersebut dijadikan dasar untuk pengembangan penelitian ini. Selain hal tersebut pada bagian ini juga dibahas beberapa batasan yang digunakan pada penelitian ini, dan manfaat yang dapat disumbangkan dari hasil penelitian ini. Bab II adalah tinjauan pustaka, yang berkaitan dengan tinjauan tentang alat deteksi kebohongan, tanda emosi kebohongan di wajah, ekstraksi ciri wajah, pengenalan keadaan komponen wajah, metode klasifikasi, dan kontribusi yang menggambarkan posisi penelitian terhadap hasil penelitian sebelumnya, berdasarkan telaah tinjauan pustaka. Bab III adalah landasan teori, membahas tentang beberapa teori baik dari sisi psikologi maupun ilmu komputer yang dijadikan acuan untuk pengembangan model pada penelitian ini. Beberapa landasan teori yang digunakan antara lain tentang tes kebohongan, tanda emosi negatif pada wajah sebagai tanda kebohongan, perbaikan citra, pemerosesan citra, ekstraksi ciri berbasis warna dan geometri, pengklasifikasi naive bayes, confusion matrix, dan uji statistik linear berganda. Bab IV adalah metode penelitian, membahas tentang model penelitian yang dikembangkan dan variabel - variabel yang digunakan pada penelitian ini. Pada
9 9 bagian ini juga dibahas dan jabarkan secara lebih rinci tentang tahapan tahapan dari model yang dikembangkan. Bab V adalah hasil penelitian, membahas tentang hasil uji coba dari setiap tahapan model khusus bagian ekstraksi ciri wajah, dan juga membahas perbandingan terhadap metode terkait yang ada sebelumnya, dan dijadikan pengembangan pada penelitian ini. Bab VI adalah hasil penelitian, membahas tentang hasil uji coba dari setiap tahapan model khusus bagian pengenalan state ciri wajah dan deteksi kebohongan, dan juga membahas perbandingan terhadap metode terkait yang ada sebelumnya, dan dijadikan pengembangan pada penelitian ini. Bab VII adalah pembahasan, membahas dan analisis hasil penelitian secara keseluruhan. Bab VIII adalah penutup, berisi tentang kesimpulan hasil penelitian ini secara keseluruhan dan pengembangan yang dapat dilakukan ke depan.
Manual Assessment Derajat Kebohongan Pada Adegan Video Berdasarkan Naïve Bayesian
Manual Assessment Derajat Kebohongan Pada Adegan Video Berdasarkan Naïve Bayesian I Gede Aris Gunadi Jurusan Pendidikan Fisika - FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Singaraja - Bali, Indonesia
Lebih terperinciPublic Speaking. Komunikasi Sebagai Tool Kompetensi Bagi Pembicara yaitu Human Relations melalui Komunikasi NonVerbal dan Verbal. Sujanti, M.Ikom.
Public Speaking Modul ke: 03 Ety Fakultas ILMU KOMUNIKASI Komunikasi Sebagai Tool Kompetensi Bagi Pembicara yaitu Human Relations melalui Komunikasi NonVerbal dan Verbal Sujanti, M.Ikom. Program Studi
Lebih terperinciBAB III PENGGUNAAN ALAT PENDETEKSI KEBOHONGAN (LIE DETECTOR) PADA PROSES PERADILAN PIDANA
BAB III PENGGUNAAN ALAT PENDETEKSI KEBOHONGAN (LIE DETECTOR) PADA PROSES PERADILAN PIDANA A. Mekanisme Alat Pendeteksi Kebohongan Alat pendeteksi kebohongan (lie detector) secara umum dikaitkan dengan
Lebih terperinci10/17/2013. Suatu proses yang kita gunakan untuk mencoba memahami orang lain. Garis besar pembahasan meliputi: Baron & Byrne (2002) :
PERSEPSI SOSIAL Baron & Byrne (2002) : Suatu proses yang kita gunakan untuk mencoba memahami orang lain. Garis besar pembahasan meliputi: 1. Komunikasi Nonverbal 2. Atribusi perilaku 3. Pembentukan kesan
Lebih terperinciKLASIFIKASI DAN EKSTRAKSI SINYAL EEG-P300 MENGGUNAKAN SUPPORT VECTOR MACHINE
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otak merupakan organ yang sangat penting pada manusia, dimana otak memiliki kemampuan untuk mengendalikan setiap aktivitas yang dilakukan oleh manusia baik dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, kemajuan di bidang pengembangan aplikasi sedang mendapatkan perhatian penting bagi perkembangan teknologi informasi.
Lebih terperinciCara Membaca Bahasa Tubuh
Cara Membaca Bahasa Tubuh Disunting oleh WikiHowID Editor, Rosy Guerra Memerhatikan sinyal yang dikirim orang dengan bahasa tubuhnya adalah keterampilan sosial yang sangat bermanfaat. Sebagian dari kita
Lebih terperinciDewi Gayatri, M.Kes.
Dewi Gayatri, M.Kes. Observasi Wawancara Angket Test Peneliti melakukan pengamatan langsung dengan cara tes, kuesioner, rekaman gambar, rekaman suara Bentuk Observasi non sistematis (tanpa instrumen) Observasi
Lebih terperinciJENIS-JENIS PERNYATAAN NON VERBAL
JENIS-JENIS PERNYATAAN NON VERBAL Jenis-jenis pernyataan non verbal 2 1. Kinesics Gerakan dari bagian tubuh yang kecil (mikrokinesic) dan besar (makrokinesic) Misalnya : gerakan mata, bibir, hidung, dahi,
Lebih terperinciMetode Observasi dan Wawancara PIO dan Pendidikan
Modul ke: Metode Observasi dan Wawancara PIO dan Pendidikan Bahasa tubuh dalam wawancara dan observasi Fakultas PSIKOLOGI Riblita Damayanti Komunikasi non verbal Gerakan kepala Gerakan Tubuh kewajah Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wajah sering digunakan sebagai sarana berekspresi dalam berkomunikasi interpersonal dalam kehidupan sehari hari. Dengan ekspresi wajah, seseorang dapat memahami emosi
Lebih terperinciETIKA DALAM BERKOMONIKASI
ETIKA DALAM BERKOMONIKASI PENGERTIAN ETIKA Etika berasal dari bahasa yunani yaitu ethos yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat kebiasaan di mana etika berhubungan erat dengan konsep individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Klasifikasi sidik jari merupakan bagian penting dalam sistem pengidentifikasian individu. Pemanfaatan identifikasi sidik jari sudah semakin luas sebagai bagian dari
Lebih terperinciSkizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?
Skizofrenia Skizofrenia merupakan salah satu penyakit otak dan tergolong ke dalam jenis gangguan mental yang serius. Sekitar 1% dari populasi dunia menderita penyakit ini. Pasien biasanya menunjukkan gejala
Lebih terperinciPengertian Bentuk komunikasi yang dilakukan oleh individu, khususnya profesi (konselor, guru, relawan, rohaniawan) dalam membantu & mendampingi klien
Pengertian Bentuk komunikasi yang dilakukan oleh individu, khususnya profesi (konselor, guru, relawan, rohaniawan) dalam membantu & mendampingi klien Fungsi komunikasi terapeutik Klien dapat merasa nyaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telinga, wajah, infrared, gaya berjalan, geometri tangan, telapak tangan, retina,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem biometrika merupakan teknologi pengenalan diri dengan menggunakan bagian tubuh atau perilaku manusia. Sidik jari, tanda tangan, DNA, telinga, wajah, infrared,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengolahan citra pada masa sekarang mempunyai suatu aplikasi yang sangat luas dalam berbagai bidang antara lain bidang teknologi informasi, arkeologi, astronomi, biomedis,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Manusia memiliki insting untuk berinteraksi satu sama lain demi mencapai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki insting untuk berinteraksi satu sama lain demi mencapai suatu tujuan, dan dalam interaksi itu, mengintepretasi kondisi emosional menjadi penting dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada perkembangan teknologi informasi seperti saat ini, kebutuhan akan informasi dan sistem yang dapat membantu kebutuhan manusia dalam berbagai aspek sangatlah penting.
Lebih terperinciMENGENAL TEKNOLOGI BIOMETRIK
MENGENAL TEKNOLOGI BIOMETRIK Yully Brigita yully@raharja.info Abstrak Biometrik adalah teknologi yang menggunakan data biologis dari manusia yang unik sebagai pembeda antar manusia. Berbagai metode autentikasi
Lebih terperinciGESTURES MATERI 8 MATA KULIAH ILMU PERNYATAAN KOMUNIKASI KINESIK:
KOMUNIKASI KINESIK: GESTURES Gesture termasuk bentuk komunikasi kinesik, meliputi gerakan tubuh dan tangan saat berkomunikasi. Dari penelitiannya tahun 1965, Ekman menemukan bahwa tanda-tanda (cues) dari
Lebih terperinciPERASAAN DAN EMOSI. Pokok Bahasan 10
Pokok Bahasan 10 PERASAAN DAN EMOSI Prof. Drs. Dakir Prof. Dra. Sri Rumini Dr. Edi Purwanto Dra. Purwandari, M.Si Dra. Tin Suharmini, M.Si Yulia Ayriza, M.Si, Ph.D (yulia_ayriza@uny.ac.id) Perasaan Gejala
Lebih terperinciUKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bagian yang wajib dimiliki oleh kendaraan bermotor resmi di Indonesia adalah bagian plat nomor. Plat nomor ini memberi informasi tentang dari mana asal wilayah
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG BANTUAN TIMBAL BALIK DALAM MASALAH PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciPROFESSIONAL IMAGE. Etiket dalam pergaulan (2): Berbicara di depan Umum, etiket wawancara. Syerli Haryati, S.S. M.Ikom. Modul ke: Fakultas FIKOM
Modul ke: PROFESSIONAL IMAGE Etiket dalam pergaulan (2): Berbicara di depan Umum, etiket wawancara Fakultas FIKOM Syerli Haryati, S.S. M.Ikom Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Pendahuluan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tujuan, ruang lingkup, dan sistematika penulisan laporan dari Tugas Akhir ini.
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang, permasalahan, tujuan, ruang lingkup, dan sistematika penulisan laporan dari Tugas Akhir ini. 1.1 LATAR BELAKANG Bagi para pengusaha
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu dengan tingkat yang berbeda - beda. Kecemasan merupakan salah satu
Lebih terperinciKeamanan Komputer. Biometric MOH DIDIK R, MT. MELWIN SYAFRIZAL, S.KOM., M.ENG. Pengertian
Keamanan Komputer Biometric MOH DIDIK R, MT. MELWIN SYAFRIZAL, S.KOM., M.ENG. 1 Pengertian Biometric merupakan teknik authentikasi yang mengambil karakteristik fisik seseorang. Ciri-ciri yang digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penelitian di dunia pendidikan. Dilaporkan sekitar 25-60% mahasiswa drop-out
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1980, Student Engagement menjadi topik hangat dalam penelitian di dunia pendidikan. Dilaporkan sekitar 25-60% mahasiswa drop-out dikarenakan merasa bosan
Lebih terperinciBAB IV PENYAJIAN DATA
BAB IV PENYAJIAN DATA 4.1. Penyajian Data Iklan Tim-Tam 4.1.1. Iklan 1 : Iklan Tim-Tam versi Kebahagiaan Kecil Berlapis Cokelat 4.1.1.1. Breakdown per Scene Kedua iklan ini akan dibreakdown berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik antarindividu maupun dengan kelompok. Selama proses komunikasi, komunikator memiliki peranan yang sangat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir-akhir ini banyak kasus kriminal yang terjadi di Indonesia yang masuk dalam kategori sangat mengkhawatirkan. Mulai dari kasus pembunuhan berantai, pelecehan seksual
Lebih terperinciPERANCANGAN ALAT PENDETEKSI AWAL KETEGANGAN (STRESS) PADA MANUSIA BERBASIS PC DIUKUR DARI SUHU TUBUH, KELEMBABAN KULIT DAN DETAK JANTUNG TUGAS AKHIR
PERANCANGAN ALAT PENDETEKSI AWAL KETEGANGAN (STRESS) PADA MANUSIA BERBASIS PC DIUKUR DARI SUHU TUBUH, KELEMBABAN KULIT DAN DETAK JANTUNG TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program
Lebih terperinciASESMEN KLINIS. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id
ASESMEN KLINIS DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id PENGERTIAN Evaluasi sistematis dan pengukuran faktor psikologis, biologis dan sosial dari individu yang memungkinkan terjadinya gangguan
Lebih terperinciKarunia terbesar yang dapat kita berikan pada orang lain adalah memberinya perhatian penuh atas keberadaannya. -Sue Atchley Ehaugh
Karunia terbesar yang dapat kita berikan pada orang lain adalah memberinya perhatian penuh atas keberadaannya. -Sue Atchley Ehaugh Berkomunikasi Secara Nonverbal Pendahuluan Music piano TOSANDO.mp4 Analisis
Lebih terperinciVerifikasi Citra Wajah Menggunakan Metode Discrete Cosine Transform Untuk Aplikasi Login
The 13 th Industrial Electronics Seminar 011 (IES 011) Electronic Engineering Polytechnic Institute of Surabaya (EEPIS), Indonesia, October 6, 011 Verifikasi Citra Wajah Menggunakan Metode Discrete Cosine
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Binaural beat adalah efek suara yang dapat membuat suatu gelombang frekuensi didalam otak pendengarnya[1]. Sejak pertama kali ditemukan, binaural beat sudah menjadi
Lebih terperinciPEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK
PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Program Studi Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang Abstrak. Saat ini, banyak sekali alternatif dalam
Lebih terperinciBAB II PENGGUNAAN ALAT PENDETEKSI KEBOHONGAN PADA PROSES PERADILAN PIDANA. A. Proses Peradilan Pidana Berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum
BAB II PENGGUNAAN ALAT PENDETEKSI KEBOHONGAN PADA PROSES PERADILAN PIDANA A. Proses Peradilan Pidana Berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Pidana Ketika sebuah perkara sudah sampai di pengadilan negeri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan manusia lainnya berbeda-beda intonasi dan nadanya, maka
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Suara adalah suatu alat komunikasi paling utama yang dimiliki oleh manusia. Dengan suara, manusia dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya. Melalui suara,
Lebih terperinciDINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK
DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK Resolusi dan Alternatif Resolusi Konflik (1) Dr. Teguh Kismantoroadji Dr. Eko Murdiyanto 1 Kompetensi Khusus: Mahasiswa mampu menentukan alternatif resolusi konflik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. misalnya untuk mendeteksi ketidakpuasan pelanggan pada sistem call center otomatis,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi memungkinkan manusia untuk berinteraksi dengan perangkat elektronik seperti asisten virtual pada ponsel pintar atau komputer. Agar komputer dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN Pada pendahuluan ini, membahas mengenai latar belakang, perumusan masalah, maksud tujuan, batasan masalah, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. 1.1. Latar belakang Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makna filosofi yang tinggi (Seni, Sustiawati, Tari and Pertunjukan, 2011). Adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman suku dan budaya di Nusantara sarat dengan pesan dan makna filosofi yang tinggi (Seni, Sustiawati, Tari and Pertunjukan, 2011). Adanya keberagaman yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. identitas individu baik secara fisiologis, sehingga dapat dijadikan alat atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi biometrik merupakan teknologi yang memanfaatkan identitas individu baik secara fisiologis, sehingga dapat dijadikan alat atau kunci dalam kontrol akses ke
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. 3D yang realistis dengan menunjukkan emosi yang tepat (Seol et al., 2011).
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Animasi wajah berkonsentrasi pada penciptaan ekspresi wajah karakter 3D yang realistis dengan menunjukkan emosi yang tepat (Seol et al.,
Lebih terperinciBAB III PENGGUNAAN LIE DETECTOR SEBAGAI ALAT PENDUKUNG DALAM PENGUNGKAPAN PERKARA PIDANA PADA TAHAP PENYIDIKAN
BAB III PENGGUNAAN LIE DETECTOR SEBAGAI ALAT PENDUKUNG DALAM PENGUNGKAPAN PERKARA PIDANA PADA TAHAP PENYIDIKAN A. Tinjauan Umum Mengenai Penggunaan Lie Detector Dalam Hukum Acara Pidana Di Indonesia Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sering menjadi kendala dalam kehidupan masyarakat. Dengan kemampuannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat yang disertai dengan berbagai jenis bentuk dan manfaatnya pada saat ini sangat menggembirakan. Banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menerangkan didalam kelas.selain itu dituntut untuk menuangkan seluruh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seseorang yang bercita-cita menjadi seorang pengajar tentu akan memilih Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan saat menuntut ilmu. Menjadi seorang pengajar tidaklah
Lebih terperinciKata kunci : profil potensial otak, kebisingan,hipertensi
ANALISIS PERUBAHAN PROFIL POTENSIAL OTAK AKIBAT KEBISINGAN PADA PENDERITA HIPERTENSI Istiqomah (080810493), Ir. Welina Ratnayanti, Drs. Tri Anggoro Prijo ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deteksi kulit manusia berperan penting dan digunakan secara luas sebagai langkah awal pada aplikasi pengolahan citra seperti gesture analysis, content based
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dengan data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif yang analisisnya dengan data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada dasarnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu dapat dibedakan dengan individu yang lain.
BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Masalah Pemeriksaan identitas adalah pemeriksaan jati diri yang dimiliki oleh seseorang yang ia dapat sejak ia lahir, dimana setiap identitas yang dimiliki seseorang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Data Suhu Lingkungan Kandang pada Saat Pengambilan Data Tingkah Laku Suhu (ºC) Minggu
HASIL DAN PEMBAHASAN Manajemen Pemeliharaan Komponen utama dalam beternak puyuh baik yang bertujuan produksi hasil maupun pembibitan terdiri atas bibit, pakan serta manajemen. Penelitian ini menggunakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan aktivitas yang paling penting dalam
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Proses belajar mengajar merupakan aktivitas yang paling penting dalam keseluruhan upaya pendidikan. Siswa dengan segala karakteristiknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merawat kesehatan gigi memang sangat penting. Dengan gigi yang baik juga dapat menambah kepercayaan diri orang tersebut saat menjalani aktifitas sehari-hari. Saat masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. darah. Penyakit Jantung (cardiovascular disease) adalah setiap kondisi yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jantung merupakan organ tubuh yang paling fungsional karena peranannya sebagai pemompa darah agar dapat mengalir ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau tanpa memasang alat atau perangkat tambahan pada jaringan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyadapan termasuk salah satu kegiatan untuk mencuri dengar dengan atau tanpa memasang alat atau perangkat tambahan pada jaringan telekomunikasi yang dilakukan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini komputer semakin mudah ditemui dan digunakan oleh beragam pengguna. Penelitian di bidang HCI (Human Computer Interaction) berperan penting dalam membuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gagal ginjal, epilepsy dan lain sebagainya. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit jantung (koroner) merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia dan di Indonesia. Penyakit jantung ini merupakan salah satu penyakit yang tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jalan sebagai prasarana lalu-lintas atau angkutan, memiliki fungsi untuk mendukung kelancaran arus barang, jasa, serta aktivitas masyarakat. Namun
Lebih terperinciPENGERTIAN & KONSEP OBSERVASI
PENGERTIAN & KONSEP OBSERVASI Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta OBSERVASI: DEFINISI & PENGERTIAN UMUM Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat
Lebih terperinciPERASAAN DAN EMOSI. Psikologi Umum. By Hiryanto, M.si.
PERASAAN DAN EMOSI Psikologi Umum Perasaan Gejala psikis yang bersifat subyektif Berhubungan dengan gejala-gejala mengenal Dialami dalam kualitas senang atau tidak senang dalam berbagai taraf Perasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Deteksi pandangan pada ruang nyata merupakan proses untuk mengestimasi koordinat 3D (x, y, z) titik pandang terhadap objek yang dilihat dalam satuan fisik. Ketika suatu
Lebih terperinciEKSTRAKSI FITUR SINYAL ELEKTROENSEFALOGRAF (EEG) UNTUK IDENTIFIKASI UNSPOKEN-SPEECH MENGGUNAKAN EEGLAB
EKSTRAKSI FITUR SINYAL ELEKTROENSEFALOGRAF (EEG) UNTUK IDENTIFIKASI UNSPOKEN-SPEECH MENGGUNAKAN EEGLAB Pembimbing : Ir. Syamsul Arifin, MT. Andi Rahmadiansah, ST. MT. oleh : Bagas Isadewa 2406100077 Teknik
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan subjek tunggal guna mengetahui akibat dari suatu perlakuan (intervensi) yang diberikan. Menurut Kratochwill (1978) dalam
Lebih terperinciSkala Kecemasan Anak Perempuan Pada Masa. Pubertas Menghadapi Perubahan Fisik
Skala Kecemasan Anak Perempuan Pada Masa Pubertas Menghadapi Perubahan Fisik FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG Saya memohon bantuan anda untuk membantu saya dalam memberikan
Lebih terperinciPSIKOLOGI SOSIAL 1 MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 06
MODUL PERKULIAHAN PSIKOLOGI SOSIAL 1 Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 06 MK10230 Irfan Aulia, M.Psi. Psi Abstract Persepsi sosial Pengertian persepsi sosial, faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit jantung merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di Indonesia (Depkes, 2011). Penyakit jantung ini merupakan salah satu penyakit yang tidak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keakuratan dari penglihatan mesin membuka bagian baru dari aplikasi komputer.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melihat perkembangan teknologi sekarang ini, penggunaan komputer sudah hampir menjadi sebuah bagian dari kehidupan harian kita. Semakin banyak muncul peralatan-peralatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi senantiasa membawa dampak secara langsung maupun tidak langsung, baik itu berdampak positif maupun negatif dan akan sangat berpengaruh terhadap
Lebih terperinciUniversitas Mercu Buana. Ariani Wardhani. Pembuka. Faktor Kondisi. Presentasi. Video Presentasi. Daftar Pustaka. Akhiri Presentasi. Langkah Presentasi
Modul ke: Pengantar Presentasi Universitas Mercu Buana Fakultas Teknik Perencanaan & Desain Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id Ariani Wardhani Pembuka Presentasi Faktor Kondisi Video Presentasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data Dalam kegiatan pengumpulan data untuk penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data studi pustaka, dimana pada metode ini kegiatan yang dilaksanakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini. Adapun desain yang dilakukan adalah
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptive dengan pendekatan kuantitatif karena dari beberapa metode penelitian yang ada, peneliti merasa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Penelitian Setiap penelitian terlebih dahulu harus menentukan metode apa yang akan digunakan dalam penelitian tersebut, hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keamanan, dan kesejahteraan hidupnya. Manusia telah melakukan komunikasi ribuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia pada adasarnya tidak hidup sendiri. Manusia harus hidup berdampingan dengan manusia lain, baik untuk kelangsungan hidup, menjaga keamanan, dan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan, baik fisik maupun mental.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap manusia berharap dilahirkan dalam keadaan yang normal dan sempurna, akan tetapi tidak semua manusia mendapatkan kesempurnaan yang diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan,
Lebih terperinciUKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem parkir khususnya untuk parkir mobil di tempat-tempat pusat perbelanjaan di Indonesia pada umumnya sudah menerapkan sistem otomatis. Setiap mobil yang
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERSALINAN PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA TRISEMESTER KE-III DI RSNU TUBAN
HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERSALINAN PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA TRISEMESTER KE-III DI RSNU TUBAN Munfi atur Rofi ah (09410176) Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan ilmu biomedikal telah mendorong banyak penelitian dilakukan untuk menghasilkan alat bantu diagnosa berbasis komputer. Salah satunya yaitu pendeteksian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. individu lain. Karakteristik ini perlu diidentifikasikan agar dapat digunakan untuk
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang unik dan berbeda satu satu sama lain. Ia memiliki berbagai karakteristik yang dapat digunakan untuk membedakan dirinya dengan individu
Lebih terperinciMempersiapkan proses pembelian iklan
PERTEMUAN SESI 11 MATA KULIAH media buying TELKOM UNIVErsity Team teaching: Itca istia wahyuni Yuni mogot Mempersiapkan proses pembelian iklan Menilai Efektivitas Periklanan Riset Media dan Pesan Pengukuran
Lebih terperinciPENEGAKAN HUKUM. Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
Modul E-Learning 3 PENEGAKAN HUKUM Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4.1 Kewenangan KPK Segala kewenangan yang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KOMUNIKASI SISTEM ISYARAT BAHASA
92 BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KOMUNIKASI SISTEM ISYARAT BAHASA INDONESIA (SIBI) BAGI PENYANDANG TUNARUNGU DI SMALB-B KARYA MULIA SURABAYA A. Bagaimana proses
Lebih terperinciAPLIKASI KOMUNIKASI NON-VERBAL DI DALAM KELAS
APLIKASI KOMUNIKASI NON-VERBAL DI DALAM KELAS Maisarah, S.S., M.Si Inmai5@yahoo.com Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang Abstrak Artikel ini berisi tentang pentingnya komunikasi non verbal di
Lebih terperinciSEGMENTASI CITRA MEDIK MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING) MENGGUNAKAN METODE REGION THRESHOLD
SEGMENTASI CITRA MEDIK MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING) MENGGUNAKAN METODE REGION THRESHOLD Murinto, Resa Fitria Rahmawati Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Ahmad
Lebih terperinciPERASAAN DAN EMOSI. Motive dan Tingkahlaku
PERASAAN DAN EMOSI Serta Motive dan Tingkahlaku Oleh : Diana Septi Purnama, M.Pd Email : dianaseptipurnama@uny.ac.id WWW.UNY.AC.ID Perasaan Gejala psikis yang bersifat subyektif Dialami dalam kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterbatasan pergerakan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Keterbatasan
BAB I PENDAHULUAN 2.1.1.1. Latar Belakang Kursi roda merupakan alat bantu mobilitas bagi orang yang memiliki keterbatasan pergerakan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Keterbatasan pergerakan ini dapat
Lebih terperinci2016 DETEKSI MOOD PESERTA DIDIK PADA RUANG KELAS MENGGUNAKAN METODE DEEP LEARNING
BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan laporan. 1.1 Latar Belakang Tidak bisa dipungkiri bahwa suasana
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi ciri Citra yang digunakan dalam penelitian ini berukuran 150 x 150 pixel, sehingga jika divektorkan akan menghasilkan vektor berukuran 22500. Melalui tahap ekstraksi ciri
Lebih terperinci71 Perpustakaan Unika LAMPIRAN
LAMPIRAN 71 72 LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN 1. SKALA KONSEP DIRI 2. SKALA KOMUNIKASI INTERPERSONAL 73 NOMOR URUT : PETUNJUK PENGISIAN SKALA 1. Bacalah pernyatan-pernyataan pada lembar berikut, kemudian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi
BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguraikan mengenai (A) Tipe Penelitian (B). Identifikasi Variabel Penelitian, (C). Definisi Operasional Penelitian, (D). Subjek
Lebih terperinciPERSONAL GROOMING. 1. Kesan Pertama 2. Etiket dan Etika 3. Penampilan Menarik
PERSONAL GROOMING 1. Kesan Pertama 2. Etiket dan Etika 3. Penampilan Menarik Apa yang ditangkap oleh customer,adalah sebuah persepsi yang ia anggap adalah benar dan akan melekat di benaknya kemudian mempengaruhi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dengan pemprosesan sinyal suara. Berbeda dengan speech recognition
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Speaker recognition adalah salah satu bidang pengenalan pola yang berkaitan dengan pemprosesan sinyal suara. Berbeda dengan speech recognition yang mengenali kata atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab pertama ini terbagi menjadi enam bagian yang masing-masing akan
BAB I PENDAHULUAN Bab pertama ini terbagi menjadi enam bagian yang masing-masing akan menjelaskan rmengenai latar belakang, pendefinisian masalah, tujuan dari penelitian, ruang lingkup, metodologi penelitian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa
Lebih terperinciEmosi P S I K O L O G I U M U M I I
Emosi P S I K O L O G I U M U M I I Definisi emosi melibatkan 3 komponen utama: 1. Perubahan fisiologis pada wajah, otak dan tubuh 2. Proses kognitif interpretasi peristiwa 3. Pengaruh budaya ekspresi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wicara atau ucapan adalah cara berkomunikasi yang paling sederhana dan sering digunakan oleh manusia. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi, proses komunikasi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Perilaku Asertif Perilaku assertif adalah perilaku antar perorangan yang melibatkan aspek kejujuran dan keterbukaan pikiran dan perasaan. Perilaku assertif
Lebih terperinciKlasifikasi Kecantikan Wanita Aceh Pada Citra Menggunakan Metode Adaptive Resonance Theory (ART1)
Klasifikasi Kecantikan Wanita Aceh Pada Citra Menggunakan Metode Adaptive Resonance Theory (ART1) (Studi Kasus Mengklasifikasikan kecantikan wanita aceh di teknik informatika universitas malikussaleh)
Lebih terperinci