Gambar 2. Struktur Kimia Sapogenin: (a) Triterpenoid, (b) Steroid Sumber: Francis et al. (2002)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambar 2. Struktur Kimia Sapogenin: (a) Triterpenoid, (b) Steroid Sumber: Francis et al. (2002)"

Transkripsi

1 TI JAUA PUSTAKA Lerak (Sapindus rarak) Tanaman tropis di Indonesia (terutama di hutan-hutan daerah Jawa dan Sumatera) yang mengandung saponin dalam jumlah tinggi salah satu diantaranya adalah Sapindus rarak atau lebih dikenal dengan pohon lerak. Lerak tergolong dalam famili Sapindaceae yang berbentuk pohon dengan tinggi mencapai meter dengan diameter batang 1 meter yang berasal dari Asia Tenggara. Tumbuhan ini dapat tumbuh dengan baik pada hampir segala jenis tanah dan keadaan iklim dari daratan rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 450 m sampai 1500 m dari permukaan laut. Tanaman mulai berbuah pada umur 5 15 tahun, musim berbuah pada awal musim hujan bulan Nopember-Januari dan menghasilkan biji sebanyak biji dengan harga biji kering lerak Rp Rp ,- /kg (Udarno, 2009). Adapun klasifikasi tumbuhan lerak adalah sebagai berikut: Division : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledone Ordo : Sapindales Famili : Sapindaceae Genus : Sapindus Species : Sapindus rarak Gambar 1. Buah Lerak (kiri) dan Pohon Lerak (kanan) Sumber: www. toko-herbal.com Bentuk buah lerak bulat kelereng, berukuran diameter 2 cm, berkulit tipis dengan permukaan licin, tangkai pendek. Buah masak ditandai dengan warna hijau tua sampai cokelat. Di Jawa banyak dijumpai untuk membatik, dan membersihkan barang berharga yang terbuat dari logam mulia (emas dan perak), manfaat lainnya dapat digunakan sebagai insektisida dan nematisida serta sebagai antiseptik sering digunakan untuk mengobati kudis, sebagai kosmetik dan pembersih rambut (sampo) (Udarno, 2009). 3

2 Kulit buah, biji, kulit batang dan daun lerak mengandung saponin dan flavonoida, disamping itu kulit buah juga mengandung alkaloida dan polifenol, sedangkan kulit batang dan daunnya mengandung tanin. Senyawa aktif yang telah diketahui dari buah lerak adalah senyawa senyawa dari golongan saponin, sesquiterpen, alkaloid dan steroid, sedangkan kandungan senyawa yang negatif diantaranya adalah antrakinon, tanin, fenol, flavonoid dan minyak atsiri (Sunaryadi, 1999; Wina et al., 2005) Spesies tanaman Sapindus lainnya terdapat dibeberapa negara seperti Sapindus saponaria di Amerika Selatan dan Tengah, S. emarginatus di India dan Thailand (Wina et al., 2005). Pengujian secara kualitatif daging buah lerak mengindikasikan cukup aman diberikan pada ternak, untuk memanipulasi fermentasi rumen pada ternak ruminansia (Sunaryadi, 1999; Wina et al., 2005). Saponin Saponin berasal dari kata latin sapo yang berarti sabun. Saponin adalah senyawa sekunder yang ditemukan di banyak tanaman terutama di bagian akar, kulit, daun, biji, dan buah. Pada tanaman, saponin berperan sebagai sistem pertahanan. Keberadaan saponin dapat dicirikan dengan adanya rasa pahit, pembentukan busa yang stabil pada larutan cair, dan mampu membentuk molekul dengan kolesterol (Cheeke, 2000). Senyawa saponin dalam dosis yang cukup tinggi dapat menekan dan menurunkan sistem kekebalan sehingga terjadi perlambatan pertumbuhan (Cheeke, 2000). Saponin memiliki diversifikasi struktur yang luas dan senyawa-senyawa saponin tertentu dengan sifat surfaktan dapat menyebabkan lisis pada dinding sel protozoa, sehingga dapat digunakan untuk defaunasi protozoa. Saponin merupakan deterjen alami yang memiliki bahan surfaktan karena mengandung inti lemak dan air yang mudah larut. Saponin terdiri atas gula yang biasanya mengandung glukosa, galaktosa, asam glukoronat, xylosa, rhamnosa atau methylpentosa yang berikatan membentuk glikosida dengan hydrophobic aglycone (sapogenin) yang membentuk triterpenoid atau steroid (Gambar 2). 4

3 Gambar 2. Struktur Kimia Sapogenin: (a) Triterpenoid, (b) Steroid Sumber: Francis et al. (2002) Aglycone mengandung salah satu atau lebih rantai karbon (C=C) tidak jenuh. Besarnya kompleksitas struktur saponin berasal dari variabilitas struktur aglycone, rantai samping dan posisi pengikatan gula pada aglycone. Dilihat dari strukturnya tripernoid dan steroid dapat membunuh protozoa dan moluska, dapat menjadi antioksidan, mempengaruhi kecernaan protein dan meningkatkan konsumsi vitamin dan mineral yang menyebabkan hypoglycaemia (Francis et al., 2002). Buah lerak dalam bentuk hasil ekstraksi dengan metanol telah dilaporkan mengandung saponin dengan kadar lebih tinggi daripada buahnya yang tanpa diekstrak. Tingginya kandungan saponin yang diekstrak dengan metanol terkait dengan sifat metanol yang biopolar yang menjadikan saponin terekstrak sempurna. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Suharti et al. (2009) yang menyatakan bahwa keseluruhan buah lerak yang diekstrak dengan metanol 100% mengandung saponin yang cukup tinggi yaitu mencapai 81,47% berbeda dengan lerak yang hanya dalam bentuk tepung yang hanya mengandung 3,87% saponin, sedangkan jika diesktrak dengan air mengandung 8,20% saponin. Menurut Sunaryadi (1999) kandungan saponin total hasil ekstraksi tanaman lerak banyak terdapat di bagian daging buah yaitu sekitar 48,87%. Sapi Potong Sebagian besar sapi potong yang ada di Indonesia dihasilkan oleh peternakan rakyat yang berskala kecil dan merupakan usaha sampingan, teknologi sederhana, pengetahuan mengenai cara beternak yang tergolong rendah, produktivitas ternak yang rendah, dan kualitas ternak yang dihasilkan belum seragam. Bangsa-bangsa sapi yang sudah lama ada di Indonesia dan telah dianggap sebagai sapi lokal adalah sapi bali, sapi Ongole, sapi Peranakan Ongole (PO), sapi jawa, sapi madura, sapi 5

4 sumatra dan sapi aceh yang semuanya dianggap sebagai keturunan Bos indicus, juga sapi Zebu yang sudah ada sejak lama, yaitu Brahman. Sapi lokal lainnya seperti sapi Pesisir yang biasanya terdapat di daerah Sumatera Utara dan sapi Katingan yang ada di Kalimantan. Sapi potong lokal yang memiliki punuk adalah sapi ongole. Sapi ini berwarna putih dan memiliki banyak lipatan kulit di bagian leher dan perutnya. Sapi ini adalah keturunan Bos indicus yang masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan para pedagang India. Di pulau Jawa, sapi ini berkembang dengan baik. Hasil persilangan sapi ongole dengan sapi lokal secara turun-temurun disebut sapi peranakan ongole (PO). Sapi Peranakan Ongole merupakan salah satu bangsa sapi yang banyak dipelihara peternak kecil di Pulau Jawa. Sapi ini merupakan hasil persilangan antara sapi Ongole asal India dengan sapi Madura secara grading up (keturunan hasil perkawinan itu dikawinkan kembali dengan sapi ongole) (Parakkasi, 1999). Sapi PO mirip dengan sapi Ongole yang memiliki ciri-ciri punuk besar, dengan lipatan-lipatan kulit yang terdapat di bawah leher dan perut, telinga panjang dan menggantung, mata besar dan tenang, kulit di sekitar lubang mata selebar ± 1cm berwarna hitam. Angka nilai rata-rata yang pernah dilaporkan untuk pertambahan bobot badan harian prasapih sapi PO adalah 0,62 kg, pascasapih 0,24 kg, untuk umur 4 12 bulan berkisar 0,34 0,37 kg, bulan berkisar 0,31 0,40 kg, 2 tahun 0,44 0,91 kg (Astuti, 2004). Pertambahan bobot badan harian sangat bergantung dari jenis sapi. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Peternakan (2010), populasi sapi potong di Indonesia selama sepuluh tahun terakhir hanya meningkat sekitar 18,3% dari ekor menjadi ekor. Ini mengindikasikan bahwa populasi sapi potong masih harus terus ditingkatkan agar kebutuhan protein hewani masyarakat Indonesia terpenuhi. Pakan Sapi Potong Makanan ternak ruminansia secara umum dikelompokkan menjadi dua jenis, yakni hijauan dan pakan penguat atau konsentrat. Hijauan ditandai dengan jumlah serat kasar yang relatif banyak pada bahan keringnya, sedangkan pakan penguat atau konsentrat mengandung serat kasar lebih sedikit daripada hijauan dan mengandung 6

5 karbohidrat, protein dan lemak yang relatif banyak tetapi jumlahnya bervariasi dengan jumlah air yang relatif sedikit (Williamson dan Payne, 1993). Pada peternakan rakyat yang umumnya usaha skala kecil, penggunaan pakan masih menggunakan komposisi hijauan tinggi. Pemberian pakan penguat atau konsentrat belum banyak dilakukan peternak sapi potong rakyat. Penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan mengenai nutrisi hijauan makanan ternak dan pakan penguat atau konsentrat menyebabkan peternak belum dapat meracik pakan dengan baik. Pasokan pakan ternak sapi berupa hijauan sangat tergantung pada musim dan selama ini kebanyakan peternak hanya mengandalkan tanaman pakan dari lahanlahan kosong di sekitarnya. Sistem Pencernaan Ruminansia Jalur pencernaan ruminansia diawali melalui mulut, faring, esophagus, perut (rumen, retikulum, omasum, abomasum), usus halus, sekum, usus besar, dan dieksresikan melalui anus (Campbell et al., 2003). Saliva pada sapi tidak mengandung enzim pemecah karbohidrat, oleh karena itu pencernaan pakan berawal pada enzim pencernaan yang dihasilkan oleh mikroba rumen (Cunningham et al., 2005). Pencernaan pada perut depan terdiri dari rumen, retikulum dan omasum yang bersifat fermentatif karena adanya mikroba rumen, sedangkan perut belakang yaitu abomasum yang sistem pencernaannya bersifat enzimatis karena adanya enzimenzim induk semang (Campbell et al., 2003). Bagian yang terbesar pada perut ruminansia dewasa adalah rumen (perut handuk), yang terletak di sisi kiri abdominal. Selanjutnya dibagian depan rumen terdapat bagian yang lebih kecil yang disebut retikulum (perut sarang lebah). Bagian yang ketiga adalah omasum (perut berlapis/buku) yang terletak disebelah kanan rumen dan retikulum. Sedangkan, bagian terakhir adalah abomasum yang terletak di sisi kiri bawah omasum dan meluas ke bagian belakang melewati sisi kanan dari rumen. Abomasum dapat disamakan dengan perut pada ternak non ruminansia oleh karena itu biasanya disebut sebagai perut sejati. Pembentukan sistem pencernaan ruminansia berlangsung secara bertahap. Saat sapi baru lahir perutnya berfungsi seperti halnya ternak non ruminansia karena 3 bagian perut pertama yaitu rumen, retikulum dan omasum 7

6 memiliki ukuran yang relatif kecil dibanding abomasum. Seiring bertambahnya umur, ukuran rumen pun mulai membesar, tumbuh dengan dengan cepat dan secara bertahap mulai berfungsi dibanding abomasum (Cunningham et al., 2005). Karakteristik ternak ruminansia dalam memakan hijauan yaitu dengan sedikit mengunyah kemudian langsung menelan. Setelah kapasitas lambung tercukupi ternak berhenti memakan dan mencari tempat yang nyaman untuk merebahkan diri yang kemudian proses ruminasi dimulai (Campbell et al., 2003). Proses ruminasi meliputi regurgitasi, resalivasi, remastikasi dan penelanan kembali dari materi ingesta rumen pertama. Kontraksi rumen menggerakan massa pakan (bolus) menuju kardia (untuk keluar melewati esophagus) dan bergerak secara peristaltik menuju mulut. Bolus dikunyah kembali dan disalivasi dengan lebih lambat. Proses ruminasi berlangsung 8 jam per hari, sodium bikarbonat yang terdapat dalam saliva berfungsi untuk menjaga ph rumen agar tetap netral (Cunningham et al., 2005). Berdasarkan jenisnya proses pencernaan dibedakan atas tiga jenis yaitu proses mekanis, enzimatis dan fermentatif. Pencernaan secara mekanis terjadi di mulut dengan bantuan gigi sebagai alat pemotong. Pencernaan enzimatis adalah pencernaan yang dilakukan oleh enzim-enzim pencernaan, pada ruminansia dilakukan pada abomasum (perut sejati). Pencernaan fermentatif dilakukan atas bantuan mikroba, pada ruminansia terjadi di rumen dan retikulum (McDonald et al., 2002). Pencernaan Fermentatif pada Ruminansia Pencernaan fermentatif pada ruminansia dapat terjadi oleh karena adanya mikroorganisme. Pada proses pencernaan fermentatif zat makanan dirombak menjadi senyawa lain yang berbeda sifat kimianya sebagai zat intermediate. Mikroba yang terlibat dalam proses pencernaan ini memiliki sifat selulolitik, amilolitik, proteolitik dan xylanolytic (McDonald et al., 2002). Mikrorganisme rumen dan induk semang (ternak) hidup secara simbiosis. Di rumen terdapat empat jenis mikroorganisme anaerob, yaitu bakteri, protozoa, fungi dan mikroorganisme lainnya seperti virus (Damron, 2006). Keberadaan mikrooganisme untuk mencerna pakan menjadi partikel nutrien yang lebih sederhana merupakan keuntungan bagi ternak. Pemberian pakan pada ruminansia menjadi lebih 8

7 kompleks karena pemberian pakan mencakup pemberian pakan pada mikroorganisme dan juga induk semang. Menurut Dehority (2003) faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan aktifitas mikroorganisme rumen diantaranya adalah suhu yang hangat (39 o C), kelembaban dan nutrien pakan yang cukup, ph yang sesuai (sekitar 6,8-7), kondisi anaerob, kapasitas buffer, tekanan osmotik dan potensial oksidasi reduksi. Populasi bakteri yang terdapat di dalam cairan rumen jumlahnya mencapai sel/ml cairan rumen dan populasi mikoorganisme terbesar kedua di cairan rumen adalah protozoa yang populasinya mencapai 10 6 sel/ml cairan rumen (McDonald et al., 2002). Protozoa kurang mampu mensintesa asam amino dan vitamin B kompleks sehingga diperoleh dengan jalan memangsa bakteri. Oleh karena ukuran protozoa yang lebih besar dari bakteri dan cenderung tetap berada di rumen, sifat predator oleh protozoa dapat mengakibatkan penurunan populasi bakteri. Mikroorganisme di rumen berperan untuk mengubah sebagian besar pati dan selulosa menjadi asam lemak terbang sebagai sumber energi; mengubah protein dan nitrogen bukan protein menjadi protein bakteri dan protozoa yang digunakan sebagai sumber protein yang mengandung asam amino esensial untuk induk semang; dan mensintesis vitamin K dan semua vitamin B (Cunningham et al., 2005). Pakan dicerna secara fermentatif dapat menghasilkan asam lemak terbang (sebagai produk akhir yang utama), NH 3, sel mikroba, gas metan, CO 2 dan air. Gas metan akan dikeluarkan dengan cara eruktasi dan VFA diserap melalui dinding rumen. Sel mikroba bersama dengan komponen makanan yang tidak terdegradasi, masuk ke abomasum dan usus halus yang kemudian dicerna oleh enzim yang disekresikan oleh ternak inang (McDonald et al., 2002). Beberapa pakan dicerna dengan cepat dan ada yang lambat. Mikroorganisme berperan sebagai pencerna karbohidrat (seperti gula, pati dan selulose) dan protein. Asam lemak terbang yang diproduksi di rumen yaitu asetat, propionat, butirat, isobutirat, valerat dan isovalerat. Pembentukan asam lemak terbang dari pakan sumber karbohidrat dapat dilihat pada Gambar 3. Sedangkan, protein dalam rumen oleh enzim proteolisis mikroorganisme rumen banyak dipecah menjadi amonia dan asam organik. Mikroorganisme kemudian menggunakan amonia tersebut untuk 9

8 menghasilkan asam amino yang kemudian dipergunakan untuk pembentukan sel bakteri itu sendiri (Damron, 2006). Selulosa Selulase Selobiosa Glukosa Propionat Asetat Butirat Gambar 3. Sintesis VFA oleh Mikroorganisme di Rumen Sumber: Damron (2006) Asam lemak terbang yang dihasilkan dalam rumen memberikan sumbangan sebanyak 50-70% dari total energi yang dibutuhkan induk semang (ternak). Sel bakteri menyediakan 5-10% energi untuk induk semang dan pakan yang dicerna secara enzimatis sekitar 20-30%. Produksi gas dalam sistem rumen dihasilkan dari proses fermentasi asetat, propionat dan butirat. Dalam sehari gas yang terbentuk dari seekor sapi sekitar 600 liter (Damron, 2006). 2 ATP 2 NAD + 2 NADH Pengaruh Saponin pada Sistem Rumen Pati Amilase Maltosa Piruvat 2 NADH 2 NAD + CO 2 CH Asam Laktat 4 Asetil Co-A 4 NADH NADH 4 NAD + NAD + Saponin mampu membunuh atau melisiskan protozoa dengan membentuk ikatan yang kompleks dengan sterol yang terdapat pada permukaan membran protozoa. Saponin dapat mengganggu perkembangan protozoa dengan terjadinya ikatan antara saponin dengan sterol pada permukaan membran sel protozoa, menyebabkan membran pecah, sel lisis dan protozoa mati. Keberadaan kolesterol pada membran sel eukariotik (termasuk protozoa) tetapi tidak terdapat pada sel bakteri prokariotik, memungkinkan protozoa rumen lebih rentan terhadap saponin karena saponin mempunyai daya tarik menarik terhadap kolesterol. Populasi bakteri 10

9 rumen tidak mengalami gangguan karena dinding membran bakteri berupa ikatan peptida dengan gliserol (peptidoglikan). Bakteri tidak mempunyai sterol yang dapat berikatan dengan saponin. Selain itu bakteri mempunyai kemampuan untuk memetabolisme faktor antiprotozoa tersebut dengan menghilangkan rantai karbohidrat dari saponin (Cheeke, 2000). Makkar dan Becker (1997) membuktikan bahwa saponin dari tanaman Quillaja saponaria berada dalam keadaan stabil di dalam rumen selama enam jam tanpa kehilangan aktifitas anti protozoa. Mao et al. (2010) menambahkan bahwa saponin pada daun teh dapat menghambat produksi metan dan efektifitasnya sebagai inhibitor metanogenesis pada rumen domba. Konsumsi Voluntary feed intake (tingkat konsumsi) adalah jumlah pakan yang dikonsumsi apabila bahan pakan tersebut diberikan ad libitum (Parakkasi, 1999). Konsumsi ransum merupakan faktor yang penting untuk menentukan kehidupan pokok dan produksi ternak, karena dengan mengetahui tingkat konsumsi ransum maka akan dapat ditentukan kadar suatu zat makanan dalam ransum guna memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi ternak. Konsumsi ditentukan oleh: (1) berat atau besar badan (2) jenis makanan (bahan makanan yang berdaya cerna tinggi) (3) umur dan kondisi ternak (4) kadar energi dari bahan makanan (5) stress (6) sex atau jenis kelamin. Banyaknya jumlah makanan yang dikonsumsi oleh seekor ternak merupakan salah satu faktor penting yang secara langsung mempengaruhi terutama produktivitas ternak. Konsumsi makanan dipengaruhi terutama oleh faktor kualitas makanan dan faktor kebutuhan energi ternak yang bersangkutan. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi ransum pada ruminansia yaitu faktor makanan yang diberikan, faktor hewan dan faktor lingkungan (Parakkasi, 1999). Faktor makanan antara lain yaitu bentuk, komposisi nutrien, rasa dan tekstur. Faktor hewan antara lain yaitu bobot badan, palatabilitas, status fisiologis dan kapasitas rumen. Sedangkan faktor lingkungan antara lain yaitu suhu dan kelembaban udara. McDonald et al. (2002) menambahkan bahwa kecernaan pakan dan laju digesta pakan juga mempengaruhi konsumsi ransum. Kecernaan yang tinggi dan laju digesta yang cepat akan meningkatkan konsumsi ransum. 11

10 Kecernaan utrien Campbell et al. (2003) menyatakan bahwa kecernaan adalah persentase pakan yang dapat dicerna dalam sistem pencernaan yang kemudian dapat diserap tubuh dan sebaliknya yang tidak terserap dibuang melalui feses. Kecernaan nutrien merupakan salah satu ukuran dalam menentukan kualitas dari pakan. Kecernaan diartikan juga sejauh mana ternak dapat mengubah zat makanan menjadi kimia sederhana yang dapat diserap oleh sistem pencernaan tubuh (Damron, 2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi kecernaan ransum diantaranya adalah suhu lingkungan, laju alir pakan saat melewati sistem pencernaan, bentuk fisik pakan dan komposisi nutrien pakan (Campbell et al., 2003). McDonald et al. (2002) menambahkan bahwa kecernaan juga dipengaruhi oleh komposisi rasio ransum antara hijauan dan konsentrat, pengolahan pakan dan jumlah pakan yang dikonsumsi. Pengetahuan akan faktor-faktor yang mempengaruhi kecernaan ransum sangatlah penting sebagai strategi dalam meningkatkan efisiensi konversi ransum. Hasil penelitian Hristov et al. (1999) yang menyatakan bahwa penambahan Yucca schidigera yang mengandung saponin pada pakan sapi betina dara sebanyak 20 dan 60 g/e/hari tidak nyata mempengaruhi kecernaan ransum secara total. Namun secara umum, saponin tidak mempengaruhi nilai kecernaan secara total. Abreu et al. (2004) melaporkan bahwa penggunaan saponin yang terkandung dalam Sapindus saponaria sebanyak 8 g/kg bobot hidup menurunkan kecernaan ADF (Acid detergent fiber), NDF (Neutral Detergent Fiber), serta jumlah protozoa meningkat. Hasil penelitian lain melaporkan bahwa Quillaja saponaria (QS) pada level 60 dan 90 mg QS/kg dari konsumsi bahan kering (DMI) menurunkan kecernaan NDF tetapi tidak berpengaruh terhadap kecernaan protein kasar pada ternak domba (Nasri et al., 2011). Adanya perubahan populasi mikroba rumen akan mempengaruhi kecernaan ransum pada ternak. Hess et al. (2003) menyatakan bahwa suplementasi saponin dari Sapindus saponaria (kadar saponin 12%) yang digunakan sebesar 10% ke dalam ransum dapat menurunkan populasi protozoa hingga 54%. Sejalan dengan hasil tersebut, Wina et al. (2005) menyatakan bahwa penambahan S. rarak secara in vitro pada cairan rumen sapi nyata menurunkan populasi protozoa pada 1-4 mg/ml ekstrak methanol lerak. Pengaruh yang diharapkan terjadi di rumen ternak jika 12

11 ditambahkan pakan yang mengandung saponin yaitu dapat mendefaunasi protozoa secara parsial dan meningkatkan populasi bakteri sehingga kecernaan pakan dan suplai protein mikroba meningkat. Penurunan populasi protozoa juga terjadi pada penambahan ekstrak Sapindus rarak pada pakan domba, tetapi tidak berpengaruh terhadap penurunan konsumsi dan kecernaan (Wina et al., 2006) Pertambahan Bobot Badan Pertumbuhan adalah suatu proses peningkatan dalam struktur jaringan seperti tulang, otot dan organ serta deposit lemak jaringan adiposa serta bagian tubuh lainnya yang terjadi sebelum lahir dan sesudah lahir sampai mencapai tubuh dewasa (Parakkasi, 1999). Pertumbuhan umumnya dinyatakan dengan pengukuran kenaikan bobot badan yang dilakukan dengan cara penimbangan. Pertambahan bobot badan sangat bergantung dari jenis sapi. Pertambahan bobot badan merupakan salah satu peubah yang dapat digunakan untuk menilai kualitas pakan ternak. Pertambahan bobot badan yang diperoleh dari percobaaan pada ternak merupakan hasil zat-zat makanan yang dikonsumsi. Menurut McDonald et al. (2002) pertumbuhan ternak ditandai dengan peningkatan ukuran, bobot, dan adanya perkembangan. Pengukuran bobot badan berguna untuk penentuan tingkat konsumsi, efisiensi pakan dan harga. Hasil penelitian Nasri et al. (2011) melaporkan bahwa Quillaja saponaria (QS) pada level 60 dan 90 mg QS/kg bahan kering (DMI) tidak berpengaruh terhadap performa pertumbuhan pada ternak domba. Mao et al. (2009) juga menambahkan bahwa saponin pada daun teh tidak berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan domba. Efisiensi Pakan Efisiensi pakan didefinisikan sebagai perbandingan jumlah unit produk yang dihasilkan yaitu pertambahan bobot badan dengan jumlah unit konsumsi pakan dalam satuan waktu yang sama. Efisiensi pakan mencirikan tingkat efisiensi pemanfaatan nutrien dalam tubuh ternak. Semakin tinggi nilai efisiensi pakan semakin efisien ternak mengkonversi ransum menjadi bobot badan. 13

12 Nilai efisiensi ransum yang semakin tinggi menunjukkan bahwa ransum yang dikonsumsi semakin tinggi yang diubah untuk menjadi hasil produk pada ternak diantaranya pertambahan bobot badan. Beberapa faktor yang mempengaruhi efisiensi pakan antara lain kemampuan ternak dalam mencerna bahan pakan, kecukupan zat pakan untuk hidup pokok, pertumbuhan dan fungsi tubuh serta jenis pakan yang digunakan (Campbell et al., 2003). 14

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum HASIL DA PEMBAHASA Konsumsi Bahan Kering Ransum 200 mg/kg bobot badan tidak mempengaruhi konsumsi bahan kering. Hasil yang tidak berbeda antar perlakuan (Tabel 2) mengindikasikan bahwa penambahan ekstrak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pakan Ternak Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan beragam dan tidak bisa tumbuh dengan baik bila terus diberi pakan yang sama dalam jangka waktu yang

Lebih terperinci

senyawa humat (39,4% asam humat dan 27,8% asam fulvat) sebesar 10% pada babi dapat meningkatkan pertambahan bobot badan dan konversi pakan secara sign

senyawa humat (39,4% asam humat dan 27,8% asam fulvat) sebesar 10% pada babi dapat meningkatkan pertambahan bobot badan dan konversi pakan secara sign TINJAUAN PUSTAKA Asam Fulvat Humat dibentuk dari pelapukan bahan tanaman dengan bantuan bakteri yang hidup di tanah. Komposisi humat terdiri dari humus, asam humat, asam fulvat, asam ulmik dan trace mineral

Lebih terperinci

KECER AA UTRIE DA PERFORMA SAPI LOKAL YA G ME DAPAT SUPLEME EKSTRAK LERAK (Sapindus rarak) PADA RA SUM BERBASIS HIJAUA SKRIPSI URUL MILLAH CHALIK

KECER AA UTRIE DA PERFORMA SAPI LOKAL YA G ME DAPAT SUPLEME EKSTRAK LERAK (Sapindus rarak) PADA RA SUM BERBASIS HIJAUA SKRIPSI URUL MILLAH CHALIK KECER AA UTRIE DA PERFORMA SAPI POTO G LOKAL YA G ME DAPAT SUPLEME EKSTRAK LERAK (Sapindus rarak) PADA RA SUM BERBASIS HIJAUA SKRIPSI URUL MILLAH CHALIK DEPARTEME ILMU UTRISI DA TEK OLOGI PAKA FAKULTAS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Daun Kersen sebagai Pakan Peningkatan produksi daging lokal dengan mengandalkan peternakan rakyat menghadapi permasalahan dalam hal pakan. Pakan yang digunakan oleh peternak rakyat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Nutrien Biskuit Rumput Lapang dan Daun Jagung Komposisi nutrien diperlukan untuk mengetahui kandungan zat makanan yang terkandung di dalam biskuit daun jagung dan rumput

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Ransum Komplit Ransum yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari rumput gajah, konsentrat, tepung daun kembang sepatu, dan ampas teh. Rumput gajah diperoleh dari Laboratorium

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.

PENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan di Indonesia sampai saat ini masih sering dihadapkan dengan berbagai masalah, salah satunya yaitu kurangnya ketersediaan pakan. Ketersediaan pakan khususnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Sapi Madura termasuk dalam sapi lokal Indonesia, yang berasal dari hasil persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat meningkat pula. Namun, perlu dipikirkan efek samping yang

I. PENDAHULUAN. masyarakat meningkat pula. Namun, perlu dipikirkan efek samping yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah limbah tidak dapat lepas dari adanya aktifitas industri, termasuk industri ternak ayam pedaging. Semakin meningkat sektor industri maka taraf hidup masyarakat meningkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Pakan Sapi Perah Faktor utama dalam keberhasilan usaha peternakan yaitu ketersediaan pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi (Firman,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Pakan Fermentasi Parameter kualitas fisik pakan fermentasi dievaluasi dari tekstur, aroma, tingkat kontaminasi jamur dan tingkat keasaman (ph). Dari kedua bahan pakan yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Kandungan Nutrien Ransum Berdasarkan 100% Bahan Kering (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Kandungan Nutrien Ransum Berdasarkan 100% Bahan Kering (%) HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Pakan Ransum yang digunakan pada penelitian merupakan campuran atara hijauan dan konsentrat dengan perbandingan antara hijauan (rumput gajah) : konsentrat (60:40

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Minyak daun cengkeh merupakan hasil penyulingan daun cengkeh dengan menggunakan metode penyulingan (uap /steam). Minyak daun cengkeh berbentuk cair (oil) dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data rata-rata parameter uji hasil penelitian, yaitu laju pertumbuhan spesifik (LPS), efisiensi pemberian pakan (EP), jumlah konsumsi pakan (JKP), retensi protein

Lebih terperinci

dengan bakteri P. ruminicola (98-100%), B. fibrisolvens (99%), C. eutactus (99%) dan T. bryantii (94%). Bakteri-bakteri tersebut diduga sering

dengan bakteri P. ruminicola (98-100%), B. fibrisolvens (99%), C. eutactus (99%) dan T. bryantii (94%). Bakteri-bakteri tersebut diduga sering PEMBAHASAN UMUM Buah dan biji lerak yang diekstraksi dengan metanol mengandung senyawa aktif saponin yang sangat tinggi yaitu sebesar 81.5% BK. Senyawa saponin diketahui dapat memodifikasi mikroba rumen

Lebih terperinci

menjaga kestabilan kondisi rumen dari pengaruh aktivitas fermentasi. Menurut Ensminger et al. (1990) bahwa waktu pengambilan cairan rumen berpengaruh

menjaga kestabilan kondisi rumen dari pengaruh aktivitas fermentasi. Menurut Ensminger et al. (1990) bahwa waktu pengambilan cairan rumen berpengaruh HASIL DAN PEMBAHASAN Derajat Keasaman (ph) Rumen Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi (P>0,05) antara jenis ransum dengan taraf suplementasi asam fulvat. Faktor jenis ransum

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting

PENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ransum merupakan campuran bahan pakan yang disusun untuk memenuhi kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting dalam pemeliharaan ternak,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan. Pakan dengan kualitas yang baik, memberikan efek terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan. Pakan dengan kualitas yang baik, memberikan efek terhadap 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakan Ruminansia Pakan merupakan semua bahan pakan yang dapat dikonsumsi ternak, tidak menimbulkan suatu penyakit, dapat dicerna, dan mengandung zat nutrien yang dibutuhkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya kebutuhan susu merupakan salah satu faktor pendorong bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi peningkatan konsumsi susu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2003). Pemberian total mixed ration lebih menjamin meratanya distribusi asupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2003). Pemberian total mixed ration lebih menjamin meratanya distribusi asupan 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Total Mixed Ration (TMR) Pakan komplit atau TMR adalah suatu jenis pakan ternak yang terdiri dari bahan hijauan dan konsentrat dalam imbangan yang memadai (Budiono et al.,

Lebih terperinci

SISTEM PENCERNAAN. Perlu dipelajari. Harus tahu nasib BM dalam perjalanannya di setiap organ pencernaan: dicerna. diserap. Hidup pokok.

SISTEM PENCERNAAN. Perlu dipelajari. Harus tahu nasib BM dalam perjalanannya di setiap organ pencernaan: dicerna. diserap. Hidup pokok. SISTEM PENCERNAAN Harus tahu nasib BM dalam perjalanannya di setiap organ pencernaan: dicerna Perlu dipelajari diserap dimanfaatkan Hidup pokok produksi Diketahui makanan yang cocok Efisiensi efektifitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai rataan konsumsi protein kasar (PK), kecernaan PK dan retensi nitrogen yang dihasilkan dari penelitian tercantum pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Konsumsi, Kecernaan PK, Retensi

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. merupakan domba-domba lokal. Domba lokal merupakan domba hasil persilangan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. merupakan domba-domba lokal. Domba lokal merupakan domba hasil persilangan II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Domba Lokal Domba merupakan jenis ternak yang termasuk dalam kategori ruminansia kecil. Ternak domba yang dipelihara oleh masyarakat Indonesia umumnya merupakan domba-domba lokal.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan ternak ruminansia yang banyak dipelihara masyarakat dan dimanfaatkan produksinya sebagai ternak penghasil daging dan sebagai tabungan. Domba memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang berkembang pesat. Pada 2013 populasi broiler di Indonesia mencapai 1.255.288.000 ekor (BPS,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nutrien pakan dan juga produk mikroba rumen. Untuk memaksimalkan

I. PENDAHULUAN. nutrien pakan dan juga produk mikroba rumen. Untuk memaksimalkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produktivitas ternak ruminansia sangat tergantung oleh ketersediaan nutrien pakan dan juga produk mikroba rumen. Untuk memaksimalkan produktivitas ternak tersebut selama

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak disamping manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan adalah faktor manajemen lingkungan. Suhu dan kelembaban yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Nutrien Konsumsi pakan merupakan faktor penting untuk menentukan kebutuhan hidup pokok dan produksi karena dengan mengetahui tingkat konsumsi pakan maka dapat ditentukan kadar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Jerami Padi

TINJAUAN PUSTAKA. Jerami Padi TINJAUAN PUSTAKA Jerami Padi Jerami padi merupakan bagian dari batang tumbuhan tanpa akar yang tertinggal setelah dipanen butir buahnya (Shiddieqy, 2005). Tahun 2009 produksi padi sebanyak 64.398.890 ton,

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. masyarakat, khususnya di Jawa Barat. Domba memiliki taksonomi sebagai berikut

KAJIAN KEPUSTAKAAN. masyarakat, khususnya di Jawa Barat. Domba memiliki taksonomi sebagai berikut 9 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 1.1 Domba Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh masyarakat, khususnya di Jawa Barat. Domba memiliki taksonomi sebagai berikut (Church, 1988) : Kingdom

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanduknya mengarah ke depan (Rahman, 2007). Sapi FH memiliki produksi susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanduknya mengarah ke depan (Rahman, 2007). Sapi FH memiliki produksi susu 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Sapi perah FH merupakan sapi yang memiliki ciri warna putih belang hitam atau hitam belang putih dengan ekor berwarna putih, sapi betina FH memiliki ambing yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian Masalah yang sering dihadapi oleh peternak ruminansia adalah keterbatasan penyediaan pakan baik secara kuantitatif, kualitatif, maupun kesinambungannya sepanjang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Secara umum penelitian ini sudah berjalan dengan cukup baik. Terdapat sedikit hambatan saat akan memulai penelitian untuk mencari ternak percobaan dengan umur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Sapi perah yang dipelihara di Indonesia pada umumnya adalah Friesian Holstein (FH) dan Peranakan Friesian Holstein (PFH) (Siregar, 1993). Sapi FH memiliki ciri-ciri

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum Berdasarkan hasil analisa proksimat, kandungan zat makanan ransum perlakuan disajikan pada Tabel 10. Terdapat adanya keragaman kandungan nutrien protein, abu

Lebih terperinci

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah : BUDIDAYA SAPI POTONG I. Pendahuluan. Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan hewan ternak perah lainnya. Keunggulan yang dimiliki sapi perah tersebut membuat banyak pengusaha-pengusaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh wilayah Indonesia. Kambing Kacang memiliki daya adaptasi yang tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh wilayah Indonesia. Kambing Kacang memiliki daya adaptasi yang tinggi 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Kacang Kambing Kacang merupakan ternak lokal yang sebarannya hampir di seluruh wilayah Indonesia. Kambing Kacang memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lerak (Sapindus rarak)

TINJAUAN PUSTAKA. Lerak (Sapindus rarak) TINJAUAN PUSTAKA Lerak (Sapindus rarak) Lerak (S. rarak) merupakan jenis tumbuhan yang berasal dari Asia Tenggara yang dapat tumbuh dengan baik pada hampir semua jenis tanah dan keadaan iklim, dari daratan

Lebih terperinci

KECERNAAN NUTRIEN DAN NERACA NITROGEN SAPI PERANAKAN ONGOLE YANG MENDAPAT PAKAN BLOK MENGANDUNG EKSTRAK METANOL LERAK (Sapindus rarak)

KECERNAAN NUTRIEN DAN NERACA NITROGEN SAPI PERANAKAN ONGOLE YANG MENDAPAT PAKAN BLOK MENGANDUNG EKSTRAK METANOL LERAK (Sapindus rarak) KECERNAAN NUTRIEN DAN NERACA NITROGEN SAPI PERANAKAN ONGOLE YANG MENDAPAT PAKAN BLOK MENGANDUNG EKSTRAK METANOL LERAK (Sapindus rarak) SKRIPSI ALDILLA SALIMAH DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Salah satu jenis ternak pengahasil daging dan susu yang dapat dikembangkan dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing adalah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan menjadi salah satu faktor penentu dalam usaha peternakan, baik terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan tercapai bila mendapat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum Penelitian Penelitian ini menggunakan ransum perlakuan yang terdiri dari Indigofera sp., limbah tauge, onggok, jagung, bungkil kelapa, CaCO 3, molases, bungkil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ampas Teh

TINJAUAN PUSTAKA Ampas Teh TINJAUAN PUSTAKA Ampas Teh Ampas teh merupakan hasil ikutan atau limbah dari pembuatan minuman teh yang diproses dengan pelayuan, penggulungan, fermentasi, dan pengeringan (Istirahayu, 1993). Menurut Kondo

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Penambahan daun Som Jawa pada ransum menurunkan kandungan serat kasar dan bahan kering ransum, namun meningkatkan protein kasar ransum. Peningkatan protein disebabkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi dan Kecernaan Bahan Kering Konsumsi dan kecernaan bahan kering dapat dilihat di Tabel 8. Penambahan minyak jagung, minyak ikan lemuru dan minyak ikan lemuru terproteksi tidak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi keseluruhan kecernaan ransum. Nilai kecernaan yang paling

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak 34 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak diekskresikan dalam feses (Tillman, dkk., 1998). Zat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi 1 I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak dikembangbiakan oleh masyarakat. Pemeliharaan domba yang lebih cepat dibandingkan ternak sapi, baik sapi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. tahun 2005 telah difokuskan antara lain pada upaya swasembada daging 2014

BAB I. PENDAHULUAN. tahun 2005 telah difokuskan antara lain pada upaya swasembada daging 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Revitalisasi pertanian dan program yang dicanangkan pemerintah pada tahun 2005 telah difokuskan antara lain pada upaya swasembada daging 2014 (Dirjen Peternakan, 2010).

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Suplementasi Biomineral

HASIL DAN PEMBAHASAN Suplementasi Biomineral HASIL DAN PEMBAHASAN Suplementasi Biomineral Biomineral cairan rumen adalah suplemen mineral organik yang berasal dari limbah RPH. Biomineral dapat dihasilkan melalui proses pemanenan produk inkorporasi

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI I. Pendahuluan Ternak ruminansia diklasifikasikan sebagai hewan herbivora karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi potong merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelinci New Zealand White Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk. (2015) kelinci dapat mengubah dan memanfaatkan bahan pakan kualitas rendah

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya penurunan kemampuan induk dalam mencukupi kebutuhan nutrient

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya penurunan kemampuan induk dalam mencukupi kebutuhan nutrient BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pedet Pedet merupakan ternak replacement stock. Pemberian suplemen pada pedet prasapih pada awal laktasi diharapkan akan dapat mengendalikan penyebab terjadinya penurunan kemampuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5 TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci domestik (Oryctolagus cuniculus) merupakan keturunan dari kelinci liar Eropa yang berasal dari negara sekitar Laut Mediterania dan dibawa ke Inggris pada awal abad 12 (NRC,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat yakni pada tahun 2011 berjumlah 241.991 juta jiwa, 2012 berjumlah 245.425 juta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Lokal di Indonesia Menurut Hardjosubroto (1994) bahwa sapi potong asli indonesia adalah sapi-sapi potong yang sejak dulu sudah terdapat di Indonesia, sedangkan sapi lokal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi Kandungan nutrien biomineral tanpa proteksi dan yang diproteksi serta mineral mix dapat dilihat pada Tabel 7. Kandungan nutrien biomineral

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal Domba pada umumnya dipelihara sebagai penghasil daging (Edey, 1983). Domba Lokal yang terdapat di Indonesia adalah Domba Ekor Tipis, Priangan dan Domba Ekor Gemuk.

Lebih terperinci

Daftar Pustaka. Leng, R.A Drought Feeding Strategies : Theory and Pactice. The University of New England Printery, Armidale - New South Wales.

Daftar Pustaka. Leng, R.A Drought Feeding Strategies : Theory and Pactice. The University of New England Printery, Armidale - New South Wales. 1 Strategi Pemberian Pakan Berkualitas Rendah (Jerami Padi) Untuk Produksi Ternak Ruminansia Oleh Djoni Prawira Rahardja Dosen Fakultas Peternakan Unhas I. Pendahuluan Ternak menggunakan komponen zat-zat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produktivitas ternak dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah pakan. Davendra, (1993) mengungkapkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan berat badan maupun

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Zat Makanan Berdasarkan analisis statistik, konsumsi bahan kering nyata dipengaruhi oleh jenis ransum, tetapi tidak dipengaruhi oleh jenis domba dan interaksi antara kedua

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Perubahan Konsetrasi N-NH 3 Fermentasi pakan di dalam rumen ternak ruminansia melibatkan aktifitas mikroba rumen. Aktifitas fermentasi tersebut meliputi hidrolisis komponen bahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternak dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional (Hoddi et al.,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternak dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional (Hoddi et al., PENDAHULUAN Latar Belakang Sebagian besar populasi ternak sapi di Indonesia dipelihara oleh petani peternak dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional (Hoddi et al., 2011). Usaha peningkatan produktivitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan subsektor peternakan provinsi Lampung memiliki peranan yang sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan ini sejalan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Performa Produksi Bobot Badan Akhir dan Pertambahan Bobot Badan Harian Bobot badan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui performa produksi suatu ternak. Performa produksi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Tanaman Singkong Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang cukup potensial di Indonesia selain padi dan jagung. Tanaman singkong termasuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani, terutama daging kambing, menyebabkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik, populasi ternak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik, populasi ternak 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Populasi Kerbau dan Sapi di Indonesia Menurut Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik, populasi ternak kerbau tersebar merata di seluruh pulau di Indonesia dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. baik dalam bentuk segar maupun kering, pemanfaatan jerami jagung adalah sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. baik dalam bentuk segar maupun kering, pemanfaatan jerami jagung adalah sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jerami Jagung Jerami jagung merupakan sisa dari tanaman jagung setelah buahnya dipanen dikurangi akar dan sebagian batang yang tersisa dan dapat diberikan kepada ternak, baik

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. : Artiodactyla, famili : Bovidae, genus : Ovis, spesies : Ovis aries (Blackely dan

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. : Artiodactyla, famili : Bovidae, genus : Ovis, spesies : Ovis aries (Blackely dan 9 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Deskripsi Domba Garut Domba merupakan ternak yang sudah umum dipelihara oleh peternak secara turun temurun. Semua jenis domba memiliki karakteristik yang sama dan termasuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Keunggulan Rumen Kerbau Potensi Sapi Fries Holland , Performa dan Penyapihan Pedet

TINJAUAN PUSTAKA Keunggulan Rumen Kerbau  Potensi Sapi Fries Holland , Performa dan Penyapihan Pedet TINJAUAN PUSTAKA Keunggulan Rumen Kerbau Kerbau merupakan ternak ruminansia yang mempunyai kemampuan tinggi dalam memanfaatkan jenis limbah berkualitas rendah. Hal itu disebabkan oleh tingginya populasi

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Deskripsi Kappaphycus alvarezii

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Deskripsi Kappaphycus alvarezii 3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Deskripsi Kappaphycus alvarezii Rumput laut jenis Kappaphycus alvarezii (Gambar 1) menurut Luning (1990) diacu dalam Atmadja et al. (1996), diklasifikasikan kedalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Nutrien Berbagai Jenis Rumput Kadar nutrien masing-masing jenis rumput yang digunakan berbeda-beda. Kadar serat dan protein kasar paling tinggi pada Setaria splendida, kadar

Lebih terperinci

Sistem Pencernaan Ruminansia

Sistem Pencernaan Ruminansia by Suhardi Sistem Pencernaan Ruminansia Introduction Ruminant is uniq animal Introduction Feed is an important component in livestock science 70% from allocation cost is for feed Feed will determine the

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Peranakan Etawa (PE) Kambing merupakan jenis ruminansia kecil yang memiliki tingkat pemeliharaan lebih efesien dibandingkan domba dan sapi. Kambing dapat mengkomsumsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu sebanyak-banyaknya, disamping hasil lainnya. Macam - macam sapi perah yang ada di dunia adalah

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan NDF. dengan konsumsi (Parakkasi,1999). Rataan nilai kecernaan NDF pada domba

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan NDF. dengan konsumsi (Parakkasi,1999). Rataan nilai kecernaan NDF pada domba 33 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan NDF NDF adalah bagian dari serat kasar yang biasanya berhubungan erat dengan konsumsi (Parakkasi,1999). Rataan nilai kecernaan NDF pada

Lebih terperinci

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA AgroinovasI SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA Ternak ruminansia seperti kambing, domba, sapi, kerbau dan rusa dan lain-lain mempunyai keistimewaan dibanding ternak non ruminansia yaitu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar 37 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar Kecernaan diartikan sebagai nutrien yang tidak diekskresikan dalam feses dimana nutrien lainnya diasumsikan diserap oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk, peningkatan pendapatan, dan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya gizi bagi kesehatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong. Pemanfaatan limbah industri gula tebu sebagai pakan alternatif merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan strategis untuk dikembangkan di Indonesia. Populasi ternak sapi di suatu wilayah perlu diketahui untuk menjaga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peternakan di Indonesia saat ini sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

ISTILAH-ISTILAH. Ilmu Pakan Ternak Suatu ilmu yang berhubungan dng.pakan dan zat pakan yang terkandung di dalamnya thdp.kesehatan ternak dan manusia.

ISTILAH-ISTILAH. Ilmu Pakan Ternak Suatu ilmu yang berhubungan dng.pakan dan zat pakan yang terkandung di dalamnya thdp.kesehatan ternak dan manusia. ISTILAH-ISTILAH Ilmu Pakan Ternak Suatu ilmu yang berhubungan dng.pakan dan zat pakan yang terkandung di dalamnya thdp.kesehatan ternak dan manusia. Bahan Pakan Ternak Segala bahan yang dapat dimakan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mineral Mikro Organik Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh makluk hidup. Sebagian besar mineral akan tertinggal dalam bentuk abu sebagai senyawa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan Konsumsi Bahan Kering (BK) HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan proses produksi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci (Oryctolagus cuniculus) diklasifikasikan dalam kingdom Animalia, filum Chordata, kelas Mammalia, ordo Lagomorpha, famili Leporidae, genus Oryctolagus dan spesies cuniculus.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bali (Bos sondaicus)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bali (Bos sondaicus) 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penampilan Produksi Sapi Madura Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bali (Bos sondaicus) dengan sapi PO maupun sapi Brahman, turunan dari Bos indicus. Sapi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Sabut Kelapa Sawit Fermentasi oleh Pleurotus ostreatus dan Kandungan Ransum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Sabut Kelapa Sawit Fermentasi oleh Pleurotus ostreatus dan Kandungan Ransum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Sabut Kelapa Sawit Fermentasi oleh Pleurotus ostreatus dan Kandungan Ransum Penelitian Peranan Pleurotus ostreatus pada Kualitas Sabut Kelapa Sawit Fermentasi dengan Pleurotus

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Pellet Kandungan nutrien suatu pakan yang diberikan ke ternak merupakan hal penting untuk diketahui agar dapat ditentukan kebutuhan nutrien seekor ternak sesuai status

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering 30 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering Kecernaan adalah banyaknya zat makanan yang tidak dieksresikan di dalam feses. Bahan pakan dikatakan berkualitas apabila

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing PE merupakan hasil persilangan antara kambing Ettawa dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing PE merupakan hasil persilangan antara kambing Ettawa dari 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Peranakan Ettawa (PE) Kambing PE merupakan hasil persilangan antara kambing Ettawa dari India dengan kambing Kacang lokal dari Indonesia dan termasuk kedalam jenis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN LITERATUR. Metana diproduksi disaluran pencernaan ternak, sebesar 80-95% diproduksi di

II. TINJAUAN LITERATUR. Metana diproduksi disaluran pencernaan ternak, sebesar 80-95% diproduksi di II. TINJAUAN LITERATUR 1. Pembentukan Gas Metana Pada Ternak Ruminansia Metana diproduksi disaluran pencernaan ternak, sebesar 80-95% diproduksi di dalam rumen dan 5-20% dalam usus besar. Metana yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging Ternak kambing merupakan komponen peternakan rakyat yang cukup potensial sebagai penyedia daging. Ternak kambing mampu beradaptasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. domestikasi dari banteng (Bibos banteng) dan merupakan sapi asli sapi Pulau Bali. Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. domestikasi dari banteng (Bibos banteng) dan merupakan sapi asli sapi Pulau Bali. Sapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Bali Sapi bali merupakan sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bibos banteng) dan merupakan sapi asli sapi Pulau Bali. Sapi bali merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumen dalam menghasilkan produk metabiolit rumen (VFA, N-NH3 maupun protein

BAB I PENDAHULUAN. rumen dalam menghasilkan produk metabiolit rumen (VFA, N-NH3 maupun protein BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Optimalisasi penggunaan fungsi rumen melalui peningkatan proses fermentasi rumen dalam menghasilkan produk metabiolit rumen (VFA, N-NH3 maupun protein mikroba) merupakan

Lebih terperinci