BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Spiritualitas Definisi Spiritualitas Spiritualitas diartikan sebagai keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa atau Yang Maha Pencipta (Hamid, 2009). Menurut Mickey, et al (1992 dalam Hamid, 2009) menguraikan bahwa spiritualitas adalah suatu hal yang multidimensi yaitu dimensi eksistensial dan dimensi agama. Dimensi eksistensial lebih berfokus pada makna dan tujuan hidup sedangkan dimensi agama berfokus pada hubungan seseorang dengan Yang Maha Pencipta atau Yang Maha Kuasa. Selanjutnya, Stoll (1998 dalam Kozier et al, 1995) menjelaskan bahwa spiritualitas adalah konsep dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan dimensi horizontal. Dimensi vertikal adalah hubunganya dengan Tuhan Yang Maha Kuasa. Dimensi horizontal adalah hubungannya dengan diri sendiri, orang lain dan juga lingkungan. Sementara itu menurut Dossey, et al (2000 dalam Young dan Koopsen, 2007) spiritualitas merupakan hakikat dari siapa dan bagaimana manusia bisa hidup di dunia. Spiritualitas dapat diartikan seperti nafas yang sangat berarti bagi kehidupan manusia. Spiritualitas juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang dipercaya oleh seseorang dalam hubungannya dengan kekuatan yang lebih tinggi (Tuhan) yang menimbulkan suatu kebutuhan, serta rasa cinta terhadap adanya Tuhan dan permohonan maaf atas kesalahan yang pernah diperbuat (Hidayat, 2009).

2 Aspek Spiritualitas Menurut Burkhardt (1993 dalam Hamid, 2009) spiritualitas terdiri dari berbagai aspek, yaitu berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam hidup, menemukan arti dan tujuan hidup, menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri dan yang terakhir mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Yang Maha Tinggi Dimensi Spiritualitas Stoll (1998 dalam Hamid, 2009) menguraikan bahwa spiritual terdiri dari dua dimensi yaitu dimensi vertikal dan dimensi horizontal. Dimensi vertikal adalah hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan manusia sedangkan dimensi horizontal adalah hubungannya dengan diri sendiri, orang lain dan lingkungan atau alam Karakteristik Spiritualitas Karakteristik spiritual menggambarkan bagaimana keadaan spiritual seseorang. Terdapat beberapa karakteristik spiritualitas yaitu sebagai berikut (Hamid, 2009) Hubungan dengan Diri Sendiri Hubungan dengan diri sendiri meliputi tentang pengetahuan diri yaitu siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya serta mengenai sikap yang menyangkut percaya pada diri sendiri, percaya pada kehidupan masa depan, ketenangan pikiran, harmoni atau keselarasan dengan diri sendiri.

3 Hubungan dengan Alam Hubungan dengan alam harmonis dan selaras yaitu mengetahui tanaman, pohon, margasatwa, dan iklim serta melindungi alam dan berkomunikasi dengan alam contohnya bertanam dan berjalan kaki Hubungan dengan Orang Lain Hubungan ini dibagi atas harmonis dan tidak harmonisnya hubungan dengan orang lain. Hubungan yang harmonis meliputi berbagi waktu, pengetahuan, dan sumber secara timbal balik, mengasuh anak, mengasuh orang tua dan orang sakit, serta meyakini kehidupan dan kematian contohnya dengan mengunjungi, melayat, dan lain-lain. Apabila hubungannya tidak harmonis maka akan terjadi konflik dengan orang lain dan resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi Hubungan dengan Ketuhanan Hubungan dengan ketuhanan dapat dilihat pada orang-orang agamis atapun tidak agamis. Dalam hal ini meliputi tindakan individu dalam praktik ibadahnya seperti sembayang, berdoa, meditasi Fungsi Spiritualitas Spiritualitas menjadi sumber dukungan, pada saat individu mengalami stress maka individu akan mencari dukungan dari keyakinan agamanya. Dukungan ini sangat diperlukan untuk dapat menerima sakit yang dialami, khususnya jika penyakit tersebut memerlukan proses penyembuhan yang lama dengan hasil yang belum pasti. Sembahyang atau berdoa, membaca kitab suci dan praktik keagamaan lainnya sering membantu memenuhi

4 10 kebutuhan spiritual yang juga merupakan suatu perlindungan terhadap tubuh (Hamid, 2009). Spiritualitas juga menjadi sumber kekuatan dan penyembuhan. Miller (1995 dalam Young dan Koopsen, 2007) mengatakan bahwa spiritualitas merupakan daya semangat, prinsip hidup atau hakikat eksistensi manusia. Menurut Burkhardt dan Nagai-Jacobson (2002 dalam Young, 2007) spiritualitas dan penyembuhan berkaitan sangat erat kaitannya. Penyembuhan merupakan proses spiritual yang bertujuan agar seseorang sehat. Penyembuhan terjadi sepanjang waktu, berlanjut sepanjang perjalanan hidup manusia dan menjadi cara hidup yang mengalir dari mencerminkan dan memelihara jiwa. Penyembuhan bersifat spiritual, tak tampak dan eksperiensial (dialami), yang mengintegrasikan tubuh, jiwa dan spirit Pengaruh Budaya pada Spiritual Martsolf (1997 dalam Young &Koopsen, 2007) mengemukakan bahwa spiritualitas dapat dipengaruhi oleh budaya maupun pengalaman pribadi yang berlawanan dengan norma budaya. Sikap, keyakinan, dan nilai yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan budaya. Pada umumnya, seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga. Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama termasuk nilai moral dari hubungan keluarga dan peran serta dalam berbagai bentuk kegiatan keagamaan. Setiap kebudayaan memiliki sistem kepercayaanya sendiri. Sistem kepercayaan ini menyediakan suatu kerangka kerja yang mempengaruhi bagaimana manusia memandang dunia. Budaya membantu manusia

5 11 menentukan siapa yang mereka imani, budaya mempengaruhi cara manusia menghadapi hidup, kematian, kelahiran, mengandung, membesarkan anak, sakit, dan relasi (Hitchcock, et al 1999 dalam Young & Koopsen, 2007) Peran Perawat dalam Kesehatan Spiritual Dahulu spiritual care belum dianggap sebagai suatu dimensi nursing terapeutik, tetapi dengan munculnya Holistic Nursing maka Spiritual care menjadi aspek yang harus diperhatikan dan pengkajian kebutuhan spiritual pasien berkembang dan dikenal sebagai aktivitas-aktivitas legitimasi dalam domain keperawatan (O Brien, 1999). Perawat selalu hadir ketika seseorang sakit, kelahiran, dan kematian. Pada peristiwa kehidupan tersebut kebutuhan spiritual sering menonjol, dalam hal ini perawat berperan untuk memberikan spiritual care (Cavendish, 2003). Baldacchino (2006) meyimpulkan bahwa perawat berperan dalam proses keperawatan yaitu melakukan pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan, menyusun rencana dan implementasi keperawatan serta melakukan evaluasi kebutuhan spiritual pasien. Perawat juga berperan dalam komunikasi dengan pasien, tim kesehatan lainnya dan organisasi klinik/pendidikan, serta menjaga masalah etik dalam keperawatan.

6 Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas Menurut Taylor (1997) dan Craven & Himle (1996) dalam Hamid (2009) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang adalah sebagai berikut: Tahap perkembangan, berdasarkan hasil penelitian terhadap anakanak dengan empat agama yang berbeda, ditemukan bahwa mereka mempunyai persepsi tentang Tuhan dan bentuk sembahyang yang berbeda menurut usia, seks, agama dan kepribadian anak. Mereka mempersepsikan Tuhan dalam bentuk atau hal yang berbeda-beda, contohnya gambaran tentang Tuhan yang bekerja melalui kedekatan dengan manusia dan saling keterikatan dengan kehidupan. Ada yang mempercayai bahwa Tuhan mempunyai kekuatan dan selanjutnya merasa takut menghadapi kekuasaan Tuhan, dan ada juga anak-anak yang menggambarkan Tuhan itu adalah gambaran cahaya atau sinar. Keluarga, peran orang tua sangat berpengaruh dalam menentukan perkembangan spiritualitas anak. Perlu diperhatikan, hal yang penting itu adalah bukan apa yang diajarkan oleh orang tua terhadap anaknya mengenai Tuhan, tetapi apa yang anak peajari mengenai Tuhan, kehidupan dan diri sendiri dari perilaku orang tua mereka. Keluarga dan orang tua adalah lingkungan terdekat dan pengalaman pertama bagi anak untuk mempersepsikan kehidupan di dunia. Latar belakang etnik dan budaya, sikap, keyakinan, dan nilai yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan budaya. Pada umumnya, seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual

7 13 keluarga. Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama termasuk nilai moral dari hubungan keluarga dan peran serta dalam berbagai bentuk kegiatan keagamaan. Pengalaman hidup sebelumnya, pengalaman hidup yang baik dan buruk dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang. Sebaliknya juga dapat dipengaruhi oleh bagaimana seseorang mengartikan secara spiritual kejadian atau pengalaman tersebut. Sebagai contoh, dua orang ibu yang percaya dengan adanya Tuhan dan percaya bahwa Tuhan mencintai umatnya kehilangan anak yang mereka cintai karena kecelakaan. Salah satu dari mereka bereaksi dengan mempertanyakan keberadaan Tuhan dan tidak mau sembahyang lagi. Sebaliknya ibu yang satunya lagi akan terus berdoa dan meminta Tuhan membantunya untuk bisa menerima kehilangan anaknya. Krisis dan perubahan, krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual seseorang. Krisis sering dialami ketika seseorang menghadapi penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan, bahkan kematian khususnya pada pasien dengan penyakit terminal. Perubahan dalam kehidupan dan krisis yang dihadapi tersebut merupakan pengalaman spiritual selain juga pengalaman yang bersifat fisik dan emosional. Krisis dapat berhubungan dengan perubahan patofisiologi, terapi atau pengobatan dan situasi yang mempengaruhi seseorang. Diagnosis penyakit pada umumnya akan menimbulakan pertanyaan tentang sistem kepercayaan seseorang. Terpisah dari ikatan spiritual, menderita sakit terutama yang bersifat akut, seringkali membuat individu merasa terisolasi dan kehilangan

8 14 sistem dukungan sosial. Individu yang dirawat merasa terisolasi dalam ruangan yang asing baginya dan merasa tidak nyaman. Dengan dirawatnya individu maka akan terjadi perubahan pada kebiasaan hidup sehari-hari contohnya tidak dapat menghadiri suatu acara, tidak dapat mengikuti kegiatan keagamaan, ataupun tidak dapat berkumpul dengan keluarga atau teman dekat yang biasa memberi dukungan setiap saat diinginkan. Terpisahnya klien dari kegiatan spiritual dan orang-orang di sekitarnya dapat beresiko terjadinya perubahan spiritual pada klien. Isu moral terkait dengan terapi, pada sebagian agama, proses penyembuhan dianggap sebagai cara Tuhan menunjukkan kebesarannya walaupun ada juga sebagian yang menolak proses pengobatan. Prosedur medik sering kali dapat dipengaruhi oleh pengajaran agama misalnya transplantasi organ, pencegahan kehamilan. Asuhan keperawatan yang kurang sesuai, ketika memberikan asuhan keperawatan kepada klien, perawat diharapkan peka terhadap kebutuhan spiritual klien dan mampu memberikan asuhan spiritual kepada klien. Tetapi ada berbagai alasan yang membuat perawat tidak mampu dan menghindar dalam memberikan asuhan spiritual kepada klien. Alasan tersebut antara lain perawat kurang nyaman dengan kehidupan spiritualnya, menganggap kurang pentingnya kebutuhan spiritual, merasa pemenuhan spiritual hanya diberikan oleh pemuka agama atau mungkin belum mendapatkan pendidikan tentang aspek spiritual dalam keperawatan.

9 Kebutuhan Spiritualitas Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahanakan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai dan menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. Kebutuhan juga dapat diartikan sebagai kebutuhan mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai, serta kebutuhan untuk memberikan maaf dan mendapat maaf (Carson, 1989 dalam Hamid, 2009). Masalah yang sering terjadi pada pemenuhan kebutuhan spiritual adalah distress spiritual, yang merupakan suatu keadaan ketika individu atau kelompok mengalami atau beresiko mengalami gangguan dalam kepercayaan atau sistem nilai yang memberikannya kekuatan, harapan dan arti kehidupan (Hidayat, 2009) Distres Spiritual Definisi Distress Spiritual Menurut Bergren-Thomas dan Griggs (1995 dalam Young & Koopsen, 2007) menjelaskan bahwa distress spiritual adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami gangguan atau kekacauan nilai dan keyakinan yang biasanya memberikan kekuatan, harapan dan makna hidup. Menurut Herdman & Kamitsuru (2014) dijelaskan bahwa distress spiritual merupakan suatu keadaan penderitaan yang terkait dengan gangguan kemampuan untuk mengalami makna dalam hidup melalui hubungan dengan diri sendiri, orang lain, dunia atau alam dan kekuatan yang lebih besar dari diri sendiri.

10 16 Distress spiritual atau krisis spiritual terjadi ketika seseorang tidak dapat menemukan makna dan tujuan hidup, harapan, cinta, kedamaian atau kekeuatan dalam hidup mereka. Krisis ini bisa terjadi saat seseorang mengalami ketiadaan hubungan dengan hidup, sesama, alam dan ketika situasi hidup bertentangan dengan keyakinan yang dimilikinya (Anandarajah dan Hight, 2001 dalam Young dan Koopsen, 2007). Distress spiritual mengacu pada tantangan dari kesejahteraan spiritual atau sistem kepercayaan yang memberikan kekuatan, harapan dan arti hidup (Carpenito 2002 dalam Kozier et al, 2004). Pendapat lain menjelaskan bahwa distress spiritual merupakan masalah yang sering terjadi pada pemenuhan kebutuhan spiritual (Hidayat, 2009). Kebutuhan spiritual yang dimaksud yaitu kebutuhan untuk mencari makna dan tujuan hidup, kebutuhan mencintai dan dicintai serta kebutuhan untuk memberi maaf dan dimaafkan (Hamid, 2009) Ciri-ciri Khusus Distress Spiritual Menurut Benedict dan Taylor (2002, dalam Young dan Koopsen, 2007) ciri-ciri khusus dari distress spiritual meliputi hal berikut: pertanyaan tentang implikasi moral/etis dari aturan terapeutik, perasaan tidak bernilai, kepahitan, penolakan, rasa salah dan rasa takut, mimpi buruk, gangguan tidur, anorexia, keluhan somatis, pengungkapan konflik dalam batin atas kepercayaan yang dihayati, ketidakmampuan dalam berpartisipasi dalam praktik keagamaan yang biasa diikuti, mencari bantuan spiritual, mempertanyakan makna penderitaan, mempertanyakan makna keberadaan/eksistensi manusia, amarah pada Tuhan, kekacauan dalam

11 17 perasaan atau perilaku (marah, menangis, menarik diri, cemas, apatis dan sebagainya), dan untuk yang terakhir menghindari humor Batasan Karakteristik Distress Spiritual Menurut Herdman & Kamitsuru (2014) batasan karakteristik dari distress spiritual yaitu sebagai berikut Hubungan dengan Diri Sendiri Yang berhubungan dengan diri sendiri meliputi: marah, kurangnya ketenangan atau kedamaian, perasaan tidak dicintai, rasa bersalah, kurang dapat menerima atau kurang pasrah, koping yang tidak efektif, tidak cukup tabah, mengungkapkan kurangnya makna hidup Hubungan dengan Orang Lain Berhubungan dengan orang lain meliputi: mengungkapkan rasa terasing, menolak berinteraksi dengan pemimpin spiritual, menolak berinteraksi dengan orang yang dianggap penting, pemisahan dari sistem pendukung Hubungan dengan Seni, Musik, Literatur, Alam Berhubungan dengan seni, musik, literatur, alam meliputi ketidakmampuan mengungkapkan kondisi kreativitas sebelumnya (misalnya menyanyi, mendengarkan musik ataupun menulis), dan tidak berminat atau tertarik pada alam maupun membaca literatur spiritual.

12 Hubungan dengan Kekuatan yang Lebih Besar Berhubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya meliputi mengungkapkan kemarahan terhadap kekuatan yang lebih besar dari dirinya, merasa ditinggalkan, putus asa, ketidakmampuan untuk introspeksi diri, ketidakmampuan untuk mengalami pengalaman religiositas, ketidakmampuan berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan, ketidakmampuan untuk berdoa, merasakan penderitaan, meminta menemui pemimpin keagamaan, dan mengalami perubahan yang tiba-tiba dalam praktik spiritual. Menurut Carpenito (2013) batasan karakteristik distress spiritual dibagi berdasarkan mayor dan minor. Karakteristik mayor adalah karakteristik yang harus ada pada distress spiritual yaitu klien mengalami suatu gangguan dalam sistem keyakinan. Batasan karakteristik minor yaitu karakteristik yang mungkin ada pada klien dengan distress yaitu (Carpenito, 2013) meliputi: 1. Mempertanyakan makna kehidupan, kematian, dan penderitaan 2. Mempertanyakan kredibilitas terhadap sistem keyakinan 3. Mendemonstrasikan keputusan atau kekecewaan 4. Memilih untuk tidak melakukan ritual keagamaan yang biasa dilakukan 5. Mempunyai perasaan ambivalen (ragu) mengenai keyakinan 6. Mengungkapkan bahwa ia tidak mempunyai alasan untuk hidup 7. Merasakan perasaan kekosongan spiritual

13 19 8. Menunjukkan keterpisahan emosional dari diri sendiri dan orang lain 9. Menunjukkan kekhawatiran-marah, dendam, ketakutanmengenai arti kehidupan, penderitaan, kematian 10. Meminta bantuan spiritual terhadap suatu gangguan dalam sistem keyakinan Faktor yang Berhubungan Distress Spiritual Menurut Anandarajah dan Hight (2001, dalam Young dan Koopsen, 2007) distress atau krisis spiritual dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental dan sering diperburuk oleh penyakit medis atau takut mati. Faktor tambahan lain yang berhubungan dengan distress spiritual meliputi (Taylor, 2002 dalam Young dan Koopsen 2007) : kehilangan orang yang dicintai, rendahnya harga diri, penyakit mental, penyakit alamiah, penyakit fisik, perasaan kehilangan sesaat, penyalahgunaan benda terlarang, reaksi yang buruk dengan sesama, tekanan fisik atau psikologis, ketidakmampuan untuk mengampuni, kekurangan mencintai diri sendiri dan yg terakhir kecemasan ekstrem. Menurut Herdman (2012) faktor yang berhubungan dengan distress spiritual yaitu sebagai berikut: menjelang ajal, ansietas, sakit kronis, kematian, perubahan hidup, kesepian, nyeyi, keterasingan diri maupun sosial dan gangguan sosiokultural.

14 Proses Keperawatan Distress Spiritual Proses keperawatan distress spiritual terdiri dari 5 tahap yaitu: 1. Proses keperawatan pengkajian. Pada proses pengkajian yaitu dilakukan pengkajian terhadap keyakinan klien seperti sumber kekuatan dan arti spiritual pada klien, mengkaji bagaimana kepuasan atau pencapain hidup, hubungan dengan masyarakat, ritual dan praktek keagamaan, pekerjaan dan harapan klien. 2. Proses keperawatan diagnosa. Kesejahteraan spiritual sebaiknya dipikirkan secara luas dan tidak terbatas pada agama. Semua orang beragama, dalam arti bahwa mereka membutuhkan sesuatu yang dapat memberikan arti dalam hidup mereka. Untuk sebagian orang hal ini berarti percaya kepada Tuhan dalam arti tradisional, untuk yang lainnya hal ini merupakan perasaan keselarasan dengan alam, sementara yang lainnya lagi hal ini dapat keluarga dan anak-anak. Ketika pasien percaya bahwa hidup tidak memiliki arti dan tujuan hidup dalam arti apapun saat itulah terjadi distress spiritual. 3. Proses keperawatan perencanaan. Pada proses perencanaan perlu diperhatikan kolaborasi dengan klien dan keluarga akan pilihan intervensi, konsul dengan pemimpin keagamaan, ritual spiritual dan observasi. 4. Proses keperawatan implementasi. Dalam melaksanakan spiritual care yaitu perawat perlu mendengarkan pasien, perawat perlu hadir setiap saat untuk pasien, kemampuan perawat untuk menerima apa yang disampaikan pasien, dan menyikapi dengan bijaksana

15 21 keterbukaan pasien pada perawat. Promosi kesehatan yaitu menyatakan pentingnya kebutuhan spiritual pada pasien. Membantu berdoa atau mendoakan pasien juga merupakan salah satu tindakan keperawatan terkait spiritual pasien, menghubungi atau merujuk pasien kepada pemuka agama, perawat dan pemuka agama dapat bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien. 5. Proses keperawatan evaluasi. Untuk melengkapi siklus proses keperawatan spiritual pasien, perawat harus melakukan evaluasi yaitu dengan menentukan apakah tujuan telah tercapai. Hal ini sulit dilakukan karena dimensi spiritual yang bersifat subjektif dan lebih kompleks. Membahas hasil dengan pasien dari implementasi yang telah dilakukan tampaknya menjadi cara yang baik untuk mengevaluasi spiritual care pasien (Govier, 2000) HIV/AIDS Definisi HIV/AIDS HIV merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus dalam bahasa indonesia yang berarti virus penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia. Virus ini termasuk RNA virus genus Lentivirus golongan retrovirus famili retroviridae. Spesies HIV-1 dan HIV-2 merupakan penyebab infeksi HIV pada manusia (Soedarto, 2010). Jadi, HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian menimbulkan AIDS. Virus HIV menyerang salah satu jenis sel darah putih yang berfungsi untuk kekebalan tubuh. Virus HIV ditemukan dalam darah, cairan vagina, cairan sperma, dan ASI (Maryunani & Aeman, 2009).

16 22 AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. Acquired berarti didapat bukan keturunan, immune terkait dengan sistem kekebalan tubuh, deficiency berarti kekurangan dan syndrome berarti penyakit dengan kumpulan gejala bukan gejala tertentu. Maka AIDS dapat sekumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia yang didapat bukan karena keturunan, tetapi disebabkan oleh virus HIV (Maryunani & Aeman, 2009). Menurut Djuanda (2007) AIDS atau sindrom kehilangan kekebalan tubuh adalah sekumpulan gejala penyakit yang menyerang tubuh manusia sesudah sistem kekebalannya dirusak oleh virus HIV. Akibat kehilangan kekebalan tubuh, penderita AIDS mudah terkena berbagai jenis infeksi bakteri, jamur, parasit, dan virus tertentu yang bersifat oportunistik. Selain itu penderita AIDS sering sekali menderita keganasan, khususnya sarkoma kaposi dan limfoma yang hanya menyerang otak. Menurut Hermawan (2006) AIDS adalah sindrom atau kumpulan gejala yang disebabkan oleh HIV yang mudah menular dan mematikan. Virus tersebut menyerang sistem kekebalan tubuh, dengan akibat turunnya / hilangnya daya tahan tubuhnya, sehingga mudah terjangkit dan meninggal karena penyakit infeksi, keganasan dan lain-lain Penyebab HIV/AIDS Beberapa peneliti sependapat bahwa penyebab AIDS adalah sejenis retrovirus yang disebut Lymphadenopathy Associated Virus (LAV) atau Human T-Cell Leukemia Virus III (HTLV-III) yang juga disebut Human T- Cell Lymphotrophic Virus (retrovirus). LAV ditemukan oleh Montagnier

17 23 dkk pada tahun 1983 di Perancis, sedangkan HTLV-III ditemukan oleh Gallo di Amerika Serikat pada tahun berikutnya. Virus yang sama ini ternyata banyak ditemukan di Afrika Tengah. Sebuah penelitian pada 200 monyet hijau Afrika, 70% dalam darahnya mengandung virus tersebut tanpa menimbulkan penyakit. HIV terdiri atas HIV-1 dan HIV-2 yang merupakan peyebab infeksi HIV pada manusia (Djuanda, 2007). HIV diklasifikasikan sebagai retrovirus, yaitu virus asam ribonukleat (RNA). Retrovirus memiliki enzim yang disebut transkriptase balik yang memberikan kemampuan untuk mengubah kode RNA mereka menjadi asam deoksiribonukleat (DNA). Kemudian, DNA retrovirus berintegrasi ke dalam DNA sel inang sehingga membuat sel inang menjadi pabrik HIV. Pada manusia, yang berperan sebagai sel inang adalah sistem imun dan dikenal sebagai sel cluster of differentiation 4 (CD4) (French, 2015) Cara penularan HIV/AIDS Cairan tubuh yang dapat mengandung HIV yakni air mani, darah, cairan vagina, air susu ibu, air mata, air liur, air seni, air ketuban dan cairan serebrospinal. Akan tetapi yang potensial sebagai media penularan hanya air mani, darah, dan cairan vagina. Hingga saat ini cara penularan yang diketahui ialah melalui hubungan seksual, darah, dan secara perinata yakni dari ibu ke bayi yang dikandungnya (Hermawan, 2006). Menurut French (2015) HIV bukan fenomena yang terjadi secara alamiah, virus ini harus ditransmisikan dari mana pun agar seseorang dapat terinfeksi. Transmisi HIV dapat terjadi baik melalui kontak seksual, via darah atupun produk darah, atau dari ibu ke bayinya.

18 24 a. Kontak seksual Sebagian besar infeksi HIV terjadi melalui hubungan intim tanpa pelindung. HIV terdapat pada semen, precum, cairan vagina, dan darah haid. Selama berhubungan intim tanpa pelindung dengan pasangan yang terinfeksi, HIV dapat berpindah dari satu orang ke orang lain melalui kontak dengan membran mukosa. Seperti melalui hubungan seksual anal dan vaginal tanpa pelindung, HIV dapat ditransmisikan juga melalui seks oral tanpa pelindung meskipun beberapa bukti menyatakan bahwa metode ini berisiko lebih kecil untuk mengalami infeksi. Beberapa faktor tertentu akan membuat transmisi HIV lebih memungkinkan, contohnya, jika seorang individu sudah mengalami SAI, seperti klamidia ia lebih rentan terhadap infeksi (French, 2015). Dalam Hermawan (2006) disebutkan juga bahwa kontak dengan menggunakan mulut, hubungan seksual menggunakan kondom, ciuman mulut dengan mulut, dan ciuman mulut dengan kelamin dapat memberikan risiko penularan HIV. b. Kontak darah dengan darah HIV terdapat di dalam darah, setiap kontak dengan darah yang terinfeksi HIV berpotensi menyebabkan infeksi. Metode infeksi yang paling umum adalah melalui berbagai peralatan injeksi di antara pengguna obat terlarang yang diinjeksikan. Saat ini, infeksi HIV jarang terjadi melalui tranfusi darah karena semua darah yang didonasikan untuk tranfusi di Inggris sudah diperiksa untuk HIV dan pemeriksaan tersebut sudah dilakukan sejak tahun Infeksi HIV melalui luka akibat jarum

19 25 injeksi jarang terjadi dan hanya terjadi pada sekitar kurang dari 1% individu. c. Transmisi ibu ke anak HIV dapat ditularkan ibu ke bayinya, baik sebelum atau selama persalinan atau ketika menyusui. Semua ibu hamil ditawarkan dan dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan HIV karena jika HIV dikonfirmasi selama kehamilan, medikasi dapat diberikan ke ibu untuk mengurangi risiko infeksi HIV ditransmisikan ke janin Gambaran klinis HIV/AIDS Global Programme on AIDS dari badan kesehatan dunia (WHO) mengusulkan Pembagian Tingkat Klinik Penyakit Infeksi HIV sesudah mengadakan pertemuan di Geneva bulan Juni 1989 dan bulan Februari Usulan tersebut berdasarkan penelitian terhadap 907 penderita seropositif HIV dari 26 Pusat Perawatan yang berasal dari 5 benua. Pembagian tingkat klinik infeksi HIV tersebut adalah sebagai berikut (Djoerban, 2001) Tingkat klinik 1 (Asimptomatik/LGP) 1. Tanpa gejala sama sekali 2. Limfadenopati Generalisata Persisten (LGP): yakni pembesaran kelenjar getah bening di beberapa tempat yang menetap.

20 26 Tingkat klinik 2 (Dini) 1. Penurunan berat badan kurang dari 10% 2. Kelainan mulut dan kulit yang ringan, misalnya dermatitis seboroika, prurigo, infeksi jamur pada kuku, ulkus pada mulut berulag dan cheilitis angularis 3. Herpes Zoster yang timbul pada 5 tahun terakhir 4. Infeksi saluran nafas bagian atas berulang, misalnya sinusitis Pada tingkat ini pasien sudah menunjukkan gejala tetapi aktivitas tetap normal. Tingkat klinik 3 (menengah) 1. Penurunan berat badan >10% berat badan 2. Diare kronik >1 bulan, penyebab tidak diketahui 3. Panas yang tidak diketahui sebabnya selama lebih dari 1 bulan, hilang timbul maupun terus-menerus 4. Kandidiasis mulut 5. Bercak putih berambut di mulut (hairy leukoplakia) 6. Tuberkulosis paru setahun terakhir 7. Infeksi bakterial berat, misalnya pneumonia Pada tingkat klinik 3 penderita biasanya berbaring di tempat tidur lebih dari 12 jam sehari, selama sebulan terakhir. Tingkat klinik 4 (lanjut) 1. Badan menjadi kurus (HIV wasting syndrome), yaitu berat badan turun lebih dari 10% dan diare kronik tanpa diketahui sebabnya

21 27 selama lebih dari 1 bulan atau kelemahan kronik dan panas tanpa diketahui sebabnya lebih dari 1 bulan 2. Pnemonia Pneumocystis carinii 3. Toksoplasmosis otak 4. Kriptosporidiosis dengan diare > 1 bulan 5. Kriptokokosis di luar paru 6. Infeksi sitomegalo virus pada organ tubuh kecuali di limpa, hati atau kelenjar getah bening 7. Infeksi virus herpes simpleks di mukokutan lebih dari 1 bulan atau di alat dalam (viseral) lamanya tidak dibatasi 8. Mikosis apa saja (misalnya histoplasmosis, koksidiodomikosis) yang endemik, menyerang banyak organ tubuh (diseminata) 9. Kandidosis esofagus, trakea, bronkus, atau paru 10. Mikobakteriosis atipik diseminata 11. Septikemia salmonella non tifoid 12. Tuberkulosis di luar paru 13. Limfoma 14. Sarkoma kaposi 15. Ensefalopati HIV, sesuai kriteria CDC, yaitu gangguan kognitif atau disfungsi motorik yang mengganggu aktivitas sehari-hari, progresif sesudah beberapa minggu atau bulan, tanpa dapat ditemukan penyebab lain kecuali HIV

22 Tahapan infeksi HIV/AIDS Progresi penyakit HIV dibagi menjadi empat tahap utama (French, 2015) yaitu: Primer Individu yang terinfeksi HIV seringkali tidak menyadari bahwa mereka telah terinfeksi karena mereka tidak menemukan atau mengalami gejala yang dapat diidentifikasi. beberapa orang akan mengalami kondisi sakit dalam periode pendek segera setelah mereka terinfeksi, kondisi ini disebut penyakit serokonversi karena terjadi sesaat sebelum antibodi untuk HIV diproduksi di dalam tubuh, ketika kadar HIV mencapai angka tertinggi di dalam darah yang bersirkulasi. Pada saat ini, orang yang terinfeksi menjadi sangat infeksius. Serokonversi Gejala untuk penyakit serokonversi bersifat samar dan sering kali dideskripsikan sebagai gejala seperti flu. Umumnya, gejala mulai terjadi pada 2-6 minggu pasca-infeksi HIV dan akan terjadi sekitar hari. Gejala dapat mencakup : a. Demam dan rasa nyeri pada ekstremitas b. Ruam berbercak merah pada tubuh bagian atas c. Sakit tenggorok (faringitis) d. Ulserasi pada mulut atau genital e. Diare f. Sakit kepala berat g. Tidak dapat melihat cahaya

23 29 Diperkirakan hingga 80% orang yang terinfeksi HIV akan mengalami beberapa gejala ini; namun beberapa gejala ini amat samar dan berkaaitan dengan penyakit minor lainnya; gejala ini tidak dikaitkan dengan infeksi HIV. Gejala yang lebih jarang mencakup meningitis, paralisis, infeksi oportunistik. Jika gejala yang jarang terjadi ini dialami atau jika gejala terjadi lebih dari yang diperkirakan, prognosisnya buruk. Tanpa medikasi antiretroviral, diagnosis AIDS cenderung dapat ditegakkan dalam 5 tahun Asimtomatik Tahap infeksi asimtomatik disebut seperti itu karena orang yang terinfeksi HIV sering kali menunjukkan tanda infeksi yang tidak terlihat dan tidak adanya progresi penyakit pada tahap ini. Tahap infeksi HIV ini dapat berlangsung selama beberapa tahun. Jika terdapat gejala-gejala tersebut, mayoritas dari individu akan mengalami pembengkakan kelenjar getah bening, yang disebut PGL. PGL adalah tanda dari tubuh yang mencoba melawan infeksi HIV dari pada tanda kerusakan pada sistem imun. Walaupun individu dengan HIV tidak akan memiliki tandatanda infeksi yang kasat mata, terkadang terdapat kerusakan pada sistem imun mereka yang hanya dapat terdeteksi dengan pemeriksaan darah spesifik. Pemeriksaan darah ini termasuk hitung sel CD4 dan pemeriksaan beban virus.

24 Simtomatik Penelitian telah menunjukkan bahwa jika dibiarkan tanpa diterapi, HIV akan terus menerus menyerang sistem imun sel inang dan menyebabkan lebih banyak gangguan. Kecepatan terjadinya gangguan amat bergantung pada respons spesifim individu terhadap virus. Semakin parah imunosupresi maka individu akan semakin rentan mengalami infeksi dan/atau tumor yang mengindikasikan infeksi HIV simtomatik. a. Aksi spesifik HIV Sebagian besar gejala yang terlihat pada individu yang terinfeksi HIV disebabkan oleh penurunan sistem imun dibanding aksi virus itu sendiri. Satu-satunya pengecualian dari kondisi tersebut adalah sindrom wasting HIV dan demensia HIV, yang disebabkan oleh aksi langsung HIV. b. Infeksi oportunistik Infeksi oportunistik adalah infeksi yang masih dapat dikendalikan oleh sistem imun yang sehat, tetapi setelah sistem imun mengalami gangguan akibat HIV; infeksi mengambil kesempatan untuk menimbulkan masalah dan menyebabkan kondisi sakit. Infeksi oportunistik yang paling sering terjadi di Inggris adalah Pneumocystis jiroveci (carinii) pneumonia AIDS AIDS adalah diagnosis yang ditegakkan hanya jika kriteria medis tertentu telah ditemukan. Sebagai contoh, individu yang

25 31 didiagnosis AIDS akan ditemukan kondisi oportunistik, seperti PCP atau Sarkoma Kaposi, dan mengalami imunosupresi yang nyata Penegakan diagnosis HIV/AIDS Diagnosis AIDS dan infeksi HIV seringkali terlewat, tak terdiagnosis. Kriteria diagnosis yang dipakai di Amerika sukar diterapkan di negara berkembang termasuk Indonesia, karena memerlukan pemeriksaanpemeriksaan yang rumit. Pada tahun 1985, WHO menerbitkan definisi Bangui, suatu pedoman untuk menetapkan definsi AIDS secara klinik di negara berkembang dengan fasilitas laboratorium yang terbatas. Gambaran klinik sebagian besar penderita AIDS di Jakarta sesuai dengan kriteria tersebut, sehingga dapat dipakai sebagai dasar untuk mencurigai AIDS. Tanda mayor kriteria tersebut adalah panas lebih dari 1 bulan, berat badan turun lebih dari 10% dan diare lebih dari 1 bulan. Tanda minornya adalah dermatitis pruritik generalisata, herpes zooster berulang, candidiasis mulut dan pharyng, herpes simplek ulseratif, pembesaran getah bening. Kemudian dilanjutkan dengan tes HIV yang positif yaitu: a. Uji ELISA positif yang dikonfirmasikan dengan Western-Blot atau b. Apabila fasilitas pemeriksaan diatas kurang, maka patut diduga apabila ELISA 3x (dengan reagensia yang berlainan) didapatkan hasil yang positif atau c. Pembuktian adanya infeksi oportunistik atau kanker tertentu.

26 Pencegahan HIV/AIDS Belum ditemukannya obat yang dapat menyembuhkan AIDS maupun vaksin yang terinfeksi untuk mencegah penyakit AIDS, menyebabkan upaya pencegahan merupakan satu-satunya upaya penangkalan terhadap penyakit AIDS (Hermawan, 2006). Pencegahan hanya dapat dilakukan dengan menghindari kontak dengan virus yang berasal dari penderita baik secara langsung maupun tidak langsung melalui barang-barang yang tercemar dengan bahan infektif berasal dari penderita HIV (Soedarto, 2010). Penyuluhan harus menekankan bahwa risiko terinfeksi HIV meningkat pada orang yang memiliki banyak mitra seksual dan pada penggunaan jarum suntik bersama, serta harus diberi petunjuk untuk menghindari faktor risiko tersebut. Hindari hubungan seksual dengan pengidap atau yang diduga terinfeksi HIV. Risiko penularan melalui hubungan seksual dapat dikurangi dengan penggunaan kondom lateks. Hubungan monogami jangka panjang antara 2 orang yang tidak terinfeksi HIV tidak mempunyai risiko untuk tertular HIV. Pencegahan penularan HIV melalui transfusi darah dan komponen darah dengan pemeriksaan antibodi terhadap HIV sebelumnya. Donor darah, organ, jaringan atau sel (termasuk semen untuk inseminasi buatan) tidak diambil dari orang yang memiliki perilau berisiko terinfeksi HIV. Semua calon donir harus diuji untuk HIV lebih dulu. Jarum dan alat tajam lain harus diperlukan secara hati-hati sejak penggunaan sampai pembuangan. Petugas kesehatan harus menggunakan sarung tangan lateks

27 33 bila kontak dengan darah atau cairan tubuh lain yang tampak berdarah termasuk gigi. Percikan darah pasien pada petugas kesehatan harus segera dicuci dengan sabun atau air (Hermawan, 2006) Pengobatan HIV/AIDS Pengobatan infeksi HIV mutakhir adalah dengan antiretrovirus (ARV) yang sangat aktif (Highly Active Antiretroviral Therapy, HAART) yang menggunakan protease inhibitor, berupa kombinasi sedikitnya 3 ARV berasal dari sedikitnya 2 jenis / kelas yang berbeda. Kombinasi ARV yang umum digunakan adalah NRTI (nucleoside analogue reverse transcriptase inhibitor), dengan protease inhibitor atau dengan non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI). Penerapan HAART meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan umum penderita HIV, menurunkan dengan drastis angka kesakitan dan angka kematian HIV. Pada prinsipnya ARV harus diberikan segera sesudah diagnosis HIV ditegakkan (Soedarto, 2010). Tabel 2.1. Obat antiretroviral (NRTI) yang telah disetujui FDA Singkatan Nama Generik Nama Dagang Cara Pemberian 3TC Lamivudine Epivir Dengan atau tanpa makanan ABC Abacavir Ziagen Dengan atau tanpa makanan AZT/ZDT Zidovudine Retrovir Dengan atau sesudah makan D4T Stavudine Zerit Dengan atau tanpa makanan DdC Zalcitabine Hivid Dengan atau sesudah makan Ddl Didanosine Videx Berikan 30 menit sebelum makan; hindari alkohol

28 34 Tabel 2.2. Obat antiretroviral (NNRTI) yang disetujui FDA Singkatan Nama Generik Nama Dagang Cara Pemberian DLV Delavirdine Rescriptor Dengan atau tanpa makanan EFV Efavirenz Sustiva/Stocrin Berikan waktu lambung dalam keadaan kosong ETR Etravirine Intelence Berikan bersama makanan NVP Nevirapine Viramune Dengan atau tanpa makanan Tabel 2.3. Protease Inhibitor yang disetujui FDA Singkatan Nama Generik Nama Dagang Cara Pemberian APV Amprenavir Agenerase Dengan atau tanpa makanan Hindari makanan berlemak FOS-APV Fosamprenavir Lexiva Telzir Dengan atau tanpa makanan

29 Spiritualitas HIV/AIDS Permasalahan spiritual juga bisa dialami HIV/ AIDS tersebut antara lain menyalahkan Tuhan, menolak beribadah, beribadah tidak sesuai ketentuan, gangguan dalam beribadah maupun distress spiritual. Studi kualitatif mengindikasikan bahwa pasien HIV/ AIDS akan berakibat buruk pada spiritualitasnya setelah mengetahui bahwa mereka terdiagnosis HIV/ AIDS (Tarakesh, et al, 2006 dalam Trevino, dkk, 2010). Berdasarkan penelitian Hardiansyah, Amiruddin, dan Asyad (2014) terhadap 21 responden ODHA mengenai kualitas hidup orang dengan HIV/AIDS di kota Makassar menunjukkan bahwa dari domain psikologis 52,4% responden sering merasakan feeling blue (kesepian, putus asa, cemas, dan depresi). Berdasarkan domain spiritual terdapat 33,3% responden sering merasa takut akan masa depan dan 38,1% responden biasa merasakan khawatir akan kematian.

INFORMASI TENTANG HIV/AIDS

INFORMASI TENTANG HIV/AIDS INFORMASI TENTANG HIV/AIDS Ints.PKRS ( Promosi Kesehatan Rumah Sakit ) RSUP H.ADAM MALIK MEDAN & TIM PUSYANSUS HIV/AIDS? HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1. Karakteristik Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas 1.1 Definisi Spiritualitas 1.2 Karakteristik Spiritualitas 1.3

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) yang merupakan masalah kesehatan global baik di negara maju maupun

Lebih terperinci

Virus tersebut bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus).

Virus tersebut bernama HIV (Human Immunodeficiency Virus). AIDS (Aquired Immune Deficiency Sindrome) adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya kekebalan tubuh. Penyebab AIDS adalah virus yang mengurangi kekebalan tubuh secara perlahan-lahan.

Lebih terperinci

BAB 2 PENGENALAN HIV/AIDS. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB 2 PENGENALAN HIV/AIDS. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala BAB 2 PENGENALAN HIV/AIDS Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV). 10,11 Virus ini akan

Lebih terperinci

Apa itu HIV/AIDS? Apa itu HIV dan jenis jenis apa saja yang. Bagaimana HIV menular?

Apa itu HIV/AIDS? Apa itu HIV dan jenis jenis apa saja yang. Bagaimana HIV menular? Apa itu HIV/AIDS? Apa itu HIV dan jenis jenis apa saja yang HIV berarti virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Ini adalah retrovirus, yang berarti virus yang mengunakan sel tubuhnya sendiri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 HIV/AIDS 2.1.1 Definisi HIV/AIDS AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. Jika diterjemahkan secara bahasa : Acquired artinya didapat, jadi bukan merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi Human Immunodeficiency Virus dan Acquired Immune

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi Human Immunodeficiency Virus dan Acquired Immune BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Human Immunodeficiency Virus dan Acquired Immune Deficiency Syndrome HIV merupakan virus Ribonucleic Acid (RNA) yang termasuk dalam golongan Retrovirus dan memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus ribonucleic acid (RNA) yang termasuk family retroviridae dan genus lentivirus yang menyebabkan penurunan imunitas tubuh.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human immunodeficiency virus (HIV) adalah suatu jenis retrovirus yang memiliki envelope, yang mengandung RNA dan mengakibatkan gangguan sistem imun karena menginfeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab sekumpulan gejala akibat hilangnya kekebalan tubuh yang disebut Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus ribonucleic acid (RNA) yang termasuk family retroviridae dan genus lentivirus yang menyebabkan penurunan imunitas tubuh.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mayoritas penduduknya adalah muslim. Nilai - nilai yang ada di Indonesiapun sarat dengan nilai-nilai Islam. Perkembangan zaman

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep HIV/AIDS 2.1.1 Definisi HIV/AIDS HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, merupakan penyakit lain (infeksi oportunitik) dan dapat berlangsung lama/bertahun-tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV ( Human Immunodeficiency

BAB I PENDAHULUAN. gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV ( Human Immunodeficiency BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acquired Immuno Deficiency Syndrom (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV ( Human Immunodeficiency Virus) yang dapat menular dan mematikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Human Immunodeficiency Virus(HIV) dan penyakitacquired Immuno

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Human Immunodeficiency Virus(HIV) dan penyakitacquired Immuno BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi Human Immunodeficiency Virus(HIV) dan penyakitacquired Immuno Deficiency Syndrome(AIDS) saat ini telah menjadi masalah kesehatan global. Selama kurun

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA RSAU Dr.M.SALAMUN TENTANG KEBIJAKAN PANDUAN RUJUKAN PASIEN HIV/AIDS. DI RSAU Dr.M.SALAMUN

KEPUTUSAN KEPALA RSAU Dr.M.SALAMUN TENTANG KEBIJAKAN PANDUAN RUJUKAN PASIEN HIV/AIDS. DI RSAU Dr.M.SALAMUN DINAS KESEHATAN ANGKATAN UDARA RSAU Dr.M.SALAMUN KEPUTUSAN KEPALA RSAU Dr.M.SALAMUN Nomor : Skep/ /IX/20 TENTANG KEBIJAKAN PANDUAN RUJUKAN PASIEN HIV/AIDS DI RSAU Dr.M.SALAMUN KEPALA RSAU Dr.M.SALAMUN

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN HIV / AIDS. Oleh: KHOIRUL HARIS

SATUAN ACARA PENYULUHAN HIV / AIDS. Oleh: KHOIRUL HARIS SATUAN ACARA PENYULUHAN HIV / AIDS Oleh: KHOIRUL HARIS KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG JURUSAN KEPERAWATAN PRODI KEPERAWATAN MALANG 2012 SATUAN ACARA PENYULUHAN Bidang studi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Merupakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian HIV/AIDS HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Merupakan virus yang menyebabkan penyakit AIDS. HIV menyerang salah satu jenis dari selsel darah

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DASAR TENTANG HIV/ AIDS. HIV yang merupakan singkatan dari HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS adalah Virus

PENGETAHUAN DASAR TENTANG HIV/ AIDS. HIV yang merupakan singkatan dari HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS adalah Virus PENGETAHUAN DASAR TENTANG HIV/ AIDS Apakah HIV itu? HIV yang merupakan singkatan dari HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS adalah Virus Penyebab AIDS. Virus ini menyerang dan merusak sistem kekebalan tubuh sehingga

Lebih terperinci

Makalah Biologi. Oleh : Ifa Amalina Esa Rosidah Muhammad Rizal

Makalah Biologi. Oleh : Ifa Amalina Esa Rosidah Muhammad Rizal Makalah Biologi Oleh : Ifa Amalina Esa Rosidah Muhammad Rizal Muhammad Mirza I.B Tahun Pelajaran 2013/2014 Kata Pengantar Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT tuhan pemilik semesta alam. Berkat rahmat-nya,

Lebih terperinci

TINJAUAN TENTANG HIV/AIDS

TINJAUAN TENTANG HIV/AIDS BAB 2 TINJAUAN TENTANG HIV/AIDS 2.1 Pengenalan Singkat HIV dan AIDS Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, HIV adalah virus penyebab AIDS. Kasus pertama AIDS ditemukan pada tahun 1981. HIV

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI A. PEMANFAATAN LAYANAN VOLUNTARY COUNSELING TEST. A.1.1. Definisi Konseling dalam Voluntary Counseling and Testing (VCT)

BAB II LANDASAN TEORI A. PEMANFAATAN LAYANAN VOLUNTARY COUNSELING TEST. A.1.1. Definisi Konseling dalam Voluntary Counseling and Testing (VCT) BAB II LANDASAN TEORI A. PEMANFAATAN LAYANAN VOLUNTARY COUNSELING TEST (VCT) A.1. Layanan Voluntary Counseling Test (VCT) A.1.1. Definisi Konseling dalam Voluntary Counseling and Testing (VCT) Konseling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akibat pesatnya pembangunan fisik dan pertambahan penduduk di suatu kota

BAB I PENDAHULUAN. Akibat pesatnya pembangunan fisik dan pertambahan penduduk di suatu kota BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akibat pesatnya pembangunan fisik dan pertambahan penduduk di suatu kota dan perubahan sosial budaya yang tidak sesuai dan selaras, menimbulkan berbagai masalah antara

Lebih terperinci

INFORMASI TENTANG HIV/ AIDS. Divisi Tropik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU

INFORMASI TENTANG HIV/ AIDS. Divisi Tropik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU INFORMASI TENTANG HIV/ AIDS TAMBAR KEMBAREN Divisi Tropik Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK USU 1 PENGENALAN HIV(Human Immunodeficiency Virus) ad alah virus yang menyerang SISTEM KEKEBALAN tubuh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun Menurut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data kasus HIV/AIDS mengalami peningkatan dari tahun 2008-2009. Menurut data per 31 Desember 2008 dari Komisi Penanggulangan AIDS Pusat, di 10 Propinsi jumlah kasus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala akibat penurunan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi human immunodeficiency virus

Lebih terperinci

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH HIV/AIDS Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH 1 Pokok Bahasan Definisi HIV/AIDS Tanda dan gejala HIV/AIDS Kasus HIV/AIDS di Indonesia Cara penularan HIV/AIDS Program penanggulangan HIV/AIDS Cara menghindari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Kita semua mungkin sudah banyak mendengar cerita-cerita yang menyeramkan tentang HIV/AIDS. Penyebrangan AIDS itu berlangsung secara cepat dan mungkin sekarang

Lebih terperinci

H.I.V DAN KANKER; PSIKOLOGI SEPANJANG PERJALANAN PENYAKIT. Oleh: dr. Moh. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok

H.I.V DAN KANKER; PSIKOLOGI SEPANJANG PERJALANAN PENYAKIT. Oleh: dr. Moh. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok H.I.V DAN KANKER; PSIKOLOGI SEPANJANG PERJALANAN PENYAKIT Oleh: dr. Moh. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok LATAR BELAKANG Psikologi memiliki peran penting pada penyakit kronis: Mulai mengidap Adaptasi terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Terdapat hampir di semua negara di dunia tanpa kecuali Indonesia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Terdapat hampir di semua negara di dunia tanpa kecuali Indonesia. Sejak digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit HIV dan AIDS merupakan masalah kesehatan global dewasa ini. Terdapat hampir di semua negara di dunia tanpa kecuali Indonesia. Sejak

Lebih terperinci

b/c f/c Info Seputar AIDS HIV IMS Informasi di dalam buku saku ini dipersembahkan oleh: T A T

b/c f/c Info Seputar AIDS HIV IMS Informasi di dalam buku saku ini dipersembahkan oleh: T A T S A S D P L b/c f/c Info Seputar AIDS HIV Informasi di dalam buku saku ini dipersembahkan oleh: IMS N C Y F O R IN R N A I ON AG AL V D O I UN N M inside f/c inside b/c Apakah HIV itu? HIV, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular menjadi masalah dalam kesehatan masyarakat di Indonesia dan hal ini sering timbul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) yang menyebabkan kematian penderitanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1,2,3. 4 United Nations Programme on HIV/AIDS melaporkan

BAB I PENDAHULUAN 1,2,3. 4 United Nations Programme on HIV/AIDS melaporkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi dari virus Human Immunodeficiency

Lebih terperinci

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DAN HIV / AIDS

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DAN HIV / AIDS PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DAN HIV / AIDS Kasus PMS dan HIV/AIDS cukup banyak terjadi di kalangan remaja. Berbagai jenis PMS serta HIV/AIDS sangat berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang pada umumnya

Lebih terperinci

Peran Psikologi dalam layanan HIV-AIDS. Astrid Wiratna

Peran Psikologi dalam layanan HIV-AIDS. Astrid Wiratna Peran Psikologi dalam layanan HIV-AIDS Astrid Wiratna Psikologi dan HIV-AIDS HIV-AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus HIV Virus HIV bisa menginfeksi tubuh seseorang karena perilakunya Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) atau Sexually Transmited Infections (STIs) adalah penyakit yang didapatkan seseorang karena melakukan hubungan seksual dengan orang yang

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN 42 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWA DENGAN TINDAKAN TERHADAP HIV/AIDS PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Semua data yang terdapat pada kuesioner

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Peningkatan harga diri penderita HIV/AIDS dapat dilakukan dengan memberi pelatihan. Oleh karenannya, seorang penderita HIV/AIDS atau ODHA sangat perlu diberi terapi psikis dalam bentuk

Lebih terperinci

HIV AIDS. 1. Singkatan dan Arti Kata WINDOW PERIOD DISKRIMINASI. 2. Mulai Ditemukan

HIV AIDS. 1. Singkatan dan Arti Kata WINDOW PERIOD DISKRIMINASI. 2. Mulai Ditemukan HIV AIDS 1. Singkatan dan Arti Kata HIV WINDOW PERIOD AIDS STIGMA ODHA OHIDHA VCT DISKRIMINASI 2. Mulai Ditemukan 1981 1987 1993 3. Cara Infeksi - Sex yang tidak aman - Napza suntik 4. Cara Pencegahan

Lebih terperinci

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen P2PL) Kementerian Kesehatan RI (4),

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen P2PL) Kementerian Kesehatan RI (4), BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi dari virus HIV (Human Immunodeficiency

Lebih terperinci

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun

I. Identitas Informan No. Responden : Umur : tahun KUESIONER PENELITIAN PENGARUH PENGETAHUAN DAN PERSEPSI PENDERITA HIV/AIDS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG TENTANG PENYAKIT AIDS DAN KLINIK VCT TERHADAP TINGKAT PEMANFAATAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) berarti kumpulan gejala dan

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) berarti kumpulan gejala dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang menyerang sel darah putih bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) pertamakali ditemukan di propinsi Bali, Indonesia pada tahun 1987 (Pusat Data dan Informasi

Lebih terperinci

Etiology dan Faktor Resiko

Etiology dan Faktor Resiko Etiology dan Faktor Resiko Fakta Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Virus hepatitis C merupakan virus RNA yang berukuran kecil, bersampul, berantai tunggal, dengan sense positif Karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HIV/AIDS 1. Pengertian HIV/AIDS Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan wujud penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan tersebut terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran,

Lebih terperinci

Nama : Ella Khairatunnisa NIM : SR Kelas : SI Reguler IV B Asuhan Keperawatan Klien Dengan HIV/AIDS

Nama : Ella Khairatunnisa NIM : SR Kelas : SI Reguler IV B Asuhan Keperawatan Klien Dengan HIV/AIDS Nama : Ella Khairatunnisa NIM : SR072010031 Kelas : SI Reguler IV B Asuhan Keperawatan Klien Dengan HIV/AIDS Asuhan Keperawatan Wanita Dan Anak Dengan HIV/AIDS 1. Pencegahan Penularan HIV pada Wanita dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kementerian Kesehatan Negara Republik Indonesia (Kemenkes, 2006) menyatakan bahwa Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) telah menjadi masalah yang serius bagi dunia kesehatan. Menurut data World Health

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome,

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV/AIDS (Human Immuno deficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan masalah yang mengancam seluruh lapisan masyarakat dari berbagai kelas

Lebih terperinci

HIV dan Anak. Prakata. Bagaimana bayi menjadi terinfeksi? Tes HIV untuk bayi. Tes antibodi

HIV dan Anak. Prakata. Bagaimana bayi menjadi terinfeksi? Tes HIV untuk bayi. Tes antibodi Prakata Dengan semakin banyak perempuan di Indonesia yang terinfeksi HIV, semakin banyak anak juga terlahir dengan HIV. Walaupun ada cara untuk mencegah penularan HIV dari ibu-ke-bayi (PMTCT), intervensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tersebut disebut AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome). UNAIDS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tersebut disebut AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome). UNAIDS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus atau HIV merupakan virus yang menyerang imunitas manusia. Kumpulan gejala penyakit yang muncul karena defisiensi imun tersebut disebut AIDS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menurunnya sistem kekebalan tubuh. AIDS yang merupakan singkatan dari Acquired

BAB 1 PENDAHULUAN. menurunnya sistem kekebalan tubuh. AIDS yang merupakan singkatan dari Acquired BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang AIDS dapat terjadi pada hampir semua penduduk di seluruh dunia, termasuk penduduk Indonesia. AIDS merupakan sindrom (kumpulan gejala) yang terjadi akibat menurunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN orang orang orang

BAB I PENDAHULUAN orang orang orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu penyakit mematikan di dunia yang kemudian menjadi wabah internasional atau bencana dunia sejak pertama kehadirannya adalah HIV/AIDS. Acquired Immuno Deficiency

Lebih terperinci

ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME ZUHRIAL ZUBIR

ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME ZUHRIAL ZUBIR ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME ZUHRIAL ZUBIR PENDAHULUAN Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah penyakit yg disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) HIV : HIV-1 : penyebab

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit epidemik di

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit epidemik di BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit epidemik di dunia, dimana penderita HIV terbanyak berada di benua Afrika dan Asia. Menurut World Health Organization

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh dan biasanya menyerang sel CD4 ( Cluster of

BAB I PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh dan biasanya menyerang sel CD4 ( Cluster of BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan biasanya menyerang sel CD4 ( Cluster of Differentiation 4) sehingga mengakibatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Menyadarkan para wanita tuna susila tentang bahaya HIV/AIDS itu perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan masyarakat. Hal ini penting karena para wanita tuna susila itu dapat

Lebih terperinci

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini?

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini? Kanker Serviks Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, penyakit kanker serviks merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Di dunia, setiap dua menit seorang wanita meninggal dunia akibat kanker

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan pada peningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

ASPEK SPIRITUAL DALAM KEPERAWATN Oleh: Ibrahim Rahmat, SKp.,SPd.,M.Kes.

ASPEK SPIRITUAL DALAM KEPERAWATN Oleh: Ibrahim Rahmat, SKp.,SPd.,M.Kes. ASPEK SPIRITUAL DALAM KEPERAWATN Oleh: Ibrahim Rahmat, SKp.,SPd.,M.Kes. A. PENGERTIAN Aspek spiritual meliputi 3 komponen dasar yaitu: spiritual (keyakinan spiritual), kepercayaan dan agama. 1. Spiritual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. narkoba ataupun seks bebas di kalangan remaja. Pergaulan bebas ini akan

BAB I PENDAHULUAN. narkoba ataupun seks bebas di kalangan remaja. Pergaulan bebas ini akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berita akhir-akhir ini terlihat semakin maraknya penggunaan narkoba ataupun seks bebas di kalangan remaja. Pergaulan bebas ini akan berdampak buruk terhadap

Lebih terperinci

Oleh: Logan Cochrane

Oleh: Logan Cochrane Oleh: Logan Cochrane Pengenalan P. Kepanjangan dari apakah HIV itu? J.Human Immuno-deficiency Virus P. Kepanjangan dari apakah AIDS? J. Acquired Immune Deficiency Syndrome Keduanya memiliki hubungan sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA penjamu. imun, hal ini terjadi karena virus HIV menggunakan DNA dari CD4 + dan

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA penjamu. imun, hal ini terjadi karena virus HIV menggunakan DNA dari CD4 + dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Virus HIV (Human Immunodefeciency Virus) adalah retrovirus yang mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA penjamu untuk membentuk virus DNA dan menginfeksi tubuh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep HIV/AIDS 2.1.1 Pengertian HIV/AIDS Human immunodeficiency virus (HIV) adalah virus golongan Rubonucleat Acid (RNA) yang spesifik menyerang system kekebalan tubuh/imunitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Orang dengan HIV membutuhkan pengobatan dengan Antiretroviral atau

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Orang dengan HIV membutuhkan pengobatan dengan Antiretroviral atau BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV atau Human Immunodeficiency Virus merupakan suatu jenis virus yang menyerang sel darah putih sehingga menyebabkan kekebalan tubuh manusia menurun. AIDS atau Acquired

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 8 Anak menderita HIV/Aids. Catatan untuk fasilitator. Ringkasan Kasus:

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 8 Anak menderita HIV/Aids. Catatan untuk fasilitator. Ringkasan Kasus: Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Bab 8 Anak menderita HIV/Aids Catatan untuk fasilitator Ringkasan Kasus: Krishna adalah seorang bayi laki-laki berusia 8 bulan yang dibawa ke Rumah Sakit dari sebuah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sel Cluster of differentiation 4 (CD4) adalah semacam sel darah putih

BAB 1 PENDAHULUAN. Sel Cluster of differentiation 4 (CD4) adalah semacam sel darah putih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sel Cluster of differentiation 4 (CD4) adalah semacam sel darah putih atau limfosit. Sel tersebut adalah bagian terpenting dari sistem kekebalan tubuh, Sel ini juga

Lebih terperinci

Menggunakan alat-alat tradisional yang tidak steril seperti alat tumpul. Makan nanas dan minum sprite secara berlebihan

Menggunakan alat-alat tradisional yang tidak steril seperti alat tumpul. Makan nanas dan minum sprite secara berlebihan Agar terhindar dari berbagai persoalan karena aborsi, maka remaja harus mampu menahan diri untuk tidak melakukan hubungan seks. Untuk itu diperlukan kemampuan berpikir kritis mengenai segala kemungkinan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada akhir tahun 2009 terdapat lebih dari kasus Acquired

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada akhir tahun 2009 terdapat lebih dari kasus Acquired I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada akhir tahun 2009 terdapat lebih dari 1.000.000 kasus Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) terjadi di Amerika Serikat disebabkan oleh Human Immunodeficiency

Lebih terperinci

HUBUNGAN KESEHATAN MENTAL DENGAN HIV/AIDS

HUBUNGAN KESEHATAN MENTAL DENGAN HIV/AIDS KESEHATAN MENTAL HUBUNGAN KESEHATAN MENTAL DENGAN HIV/AIDS SUGIYANTO BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Jl. Colombo, Karang Malang, Yogyakarta 55281 Website:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) semakin nyata menjadi masalah kesehatan utama di seluruh

Lebih terperinci

PENCEGAHAN HIV DAN AIDS BAGI PELAJAR

PENCEGAHAN HIV DAN AIDS BAGI PELAJAR Tema 3: Pangan, Gizi dan Kesehatan PENCEGAHAN HIV DAN AIDS BAGI PELAJAR Oleh Sri Hartini, Tisna Sendy pratama, Ulul Huda Email :hartini.wy@gmail.com ABSTRAK Kasus penderita HIV-AIDS di Kabupaten Banyumas

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER. kesukarelaan dan bersedia mengisi kuesioner ini dengan sebaik-baiknya.

LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER. kesukarelaan dan bersedia mengisi kuesioner ini dengan sebaik-baiknya. LAMPIRAN 1 KUESIONER LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER Saya bertandatangan di bawah ini: Nama : Umur : Setelah membaca penjelasan di atas, maka dengan ini menyatakan saya bersedia ikut berpatisipasi

Lebih terperinci

Jangan cuma Ragu? Ikut VCT, hidup lebih a p sti

Jangan cuma Ragu? Ikut VCT, hidup lebih a p sti Ragu? Jangan cuma Ikut VCT, hidup lebih pasti Sudahkah anda mengetahui manfaat VCT* atau Konseling dan Testing HIV Sukarela? *VCT: Voluntary Counselling and Testing 1 VCT atau Konseling dan testing HIV

Lebih terperinci

V. Kapan mulai terapi antiretroviral pada bayi dan anak

V. Kapan mulai terapi antiretroviral pada bayi dan anak ART untuk infeksi HIV pada bayi dan anak dalam rangkaian terbatas sumber daya (WHO) V. Kapan mulai terapi antiretroviral pada bayi dan anak Proses pengambilan keputusan untuk mulai ART pada bayi dan anak

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) semakin meningkat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelenjar getah bening merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh kita. Tubuh memiliki kurang lebih 600 kelenjar getah bening, namun pada orang sehat yang normal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Imunnodeficiency Syndrome (AIDS) 2.1.1 Definisi HIV merupakan sebuah retrovirus yang memiliki genus lentivirus, genus ini memiliki

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah spiritualitas diturunkan dari kata Latin yaitu spiritus, yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah spiritualitas diturunkan dari kata Latin yaitu spiritus, yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Spiritualitas 2.1.1 Defenisi Spiritualitas Istilah spiritualitas diturunkan dari kata Latin yaitu spiritus, yang berarti meniup atau bernafas. Spiritualitas mengacu pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan epidemi HIV (Human Immunodefisiency virus) dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan epidemi HIV (Human Immunodefisiency virus) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan epidemi HIV (Human Immunodefisiency virus) dan AIDS (Acquired Immunodefisiency Syndrom) merupakan krisis global dan tantangan yang berat bagi pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV dapat menyebabkan penderita

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Program pendidikan Ners menghasilkan perawat ilmuwan (Sarjana

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Program pendidikan Ners menghasilkan perawat ilmuwan (Sarjana BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Pendidikan Profesi Ners Program pendidikan Ners menghasilkan perawat ilmuwan (Sarjana Keperawatan) dan profesional (Ners = First Profesional Degree ) dengan sikap, tingkah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemerintah Indonesia, berbeda dengan Indonesia

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM PAKAR MENDIAGNOSIS PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

APLIKASI SISTEM PAKAR MENDIAGNOSIS PENYAKIT MENULAR SEKSUAL APLIKASI SISTEM PAKAR MENDIAGNOSIS PENYAKIT MENULAR SEKSUAL SKRIPSI Disusun Oleh : RIZKY NORANINGTYAS J2A 605 097 PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA BAB II 2.1. HIV/AIDS Pengertian HIV/AIDS. Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau

TINJAUAN PUSTAKA BAB II 2.1. HIV/AIDS Pengertian HIV/AIDS. Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau BAB II 2.1. HIV/AIDS TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Pengertian HIV/AIDS Menurut Departemen Kesehatan (2014), HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang

Lebih terperinci

Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis

Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis Hepatitis: suatu gambaran umum Hepatitis Apakah hepatitis? Hepatitis adalah peradangan hati. Ini mungkin disebabkan oleh obat-obatan, penggunaan alkohol, atau kondisi medis tertentu. Tetapi dalam banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Depkes. RI, 2008). Virus tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional, penyakit fisik atau kematian (Hamid, 2000). Erb, Blais & Wilkinson, 1995). Menurut Roper (2002) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. emosional, penyakit fisik atau kematian (Hamid, 2000). Erb, Blais & Wilkinson, 1995). Menurut Roper (2002) menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan, kebutuhan untuk memberikan

Lebih terperinci

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda BAB 5. HIV Dan AIDS Apakah HIV itu? HIV, yang merupakan singkatan dari Human Immunodeficiency Virus adalah Virus penyebab AIDS HIV terdapat di dalam cairan tubuh seseorang yang telah terinfeksi seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit menular maupun tidak menular sekarang ini terus. berkembang. Salah satu contoh penyakit yang saat ini berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit menular maupun tidak menular sekarang ini terus. berkembang. Salah satu contoh penyakit yang saat ini berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit menular maupun tidak menular sekarang ini terus berkembang. Salah satu contoh penyakit yang saat ini berkembang diantaranya Acquired Immuno Defesiiency

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome atau yang kita kenal dengan HIV/AIDS saat ini merupakan global health issue. HIV/AIDS telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. helper Cluster of Differentiation 4 (CD4) positif dan makrofag),

BAB I PENDAHULUAN. helper Cluster of Differentiation 4 (CD4) positif dan makrofag), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah suatu retrovirus yang menyerang sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama sel T helper Cluster of Differentiation 4

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2. Sifilis. Epididimitis. Kanker prostat. Keputihan

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2. Sifilis. Epididimitis. Kanker prostat. Keputihan SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2 1. Kelainan pada sistem reproduksi yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum adalah... Sifilis Epididimitis Kanker prostat Keputihan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari. penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari. penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari Human Imunno deficiency Virus dalam bahasa Indonesia berarti virus penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia.

Lebih terperinci

HIV AIDS, Penyakit yang Belum Teratasi Namun Bisa Dicegah

HIV AIDS, Penyakit yang Belum Teratasi Namun Bisa Dicegah HIV AIDS, Penyakit yang Belum Teratasi Namun Bisa Dicegah Oleh : H. Deddy Ismail, MM Pengelola Program HIV-AIDS dan IMS Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Apa yang terpikir dalam benak Anda sewaktu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan permasalahan penyakit menular seksual termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan kualitatif. HIV merupakan

Lebih terperinci