Analisis unsur iklim terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di kota Kendari tahun

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis unsur iklim terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di kota Kendari tahun"

Transkripsi

1 Analisis unsur iklim terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di kota Kendari tahun The analysis of climatic elements on the incidence of Dengue Haemorrhagic Fever Resti Sri Wulandari 1, Lutfan Lazuardi 2 Dikirim: 8 Juni 2017 Diterima: 8 September 2017 Dipublikasi: 1 November 2017 Abstrak Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara unsur iklim dengan kejadian Demam Berdarah Dengue. Metode: Penelitian ini menggunakan studi ekologi dengan pendekatan spasial-temporal. Populasi penelitian merupakan kasus Demam Berdarah Dengue pada tahun di wilayah administrasi Kota Kendari. Hasil: Pola Demam Berdarah Dengue mengikuti fluktuasi variabel iklim (suhu udara, kelembaban, curah hujan dan iradiasi matahari). Suhu dua bulan sebelumnya, curah hujan di bulan yang sama, radiasi matahari di bulan yang sama.implikasi praktis: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Dinas Kesehatan Kota Kendari perlu bekerjasama dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika untuk mendapatkan data tentang prediksi cuaca, perubahan iklim, serta faktor cuaca yang berpotensi meningkatkan kejadian Demam Berdarah Dengue. Keaslian: Penelitian ini memberikan kontribusi terhadap pemahaman kita bahwa unsur iklim mempengaruhi kejadian Demam Berdarah Dengue. Kata kunci: Demam Berdarah Dengue; iklim; korelasi; temporal Abstract Purpose: This study try to explain the relationship between climate element with the incidence of Dengue Haemorrhagic Fever. Method: This study uses ecological studies with spatial-temporal approach. The population is Dengue Haemorrhagic Fever incidence during in the administrative area of Kendari City. Findings: Dengue Haemorrhagic Fever patterns follow fluctuations of climate variables (air temperature, humidity, rainfall and solar irradiation). Temperatures two months before, rainfall in the same month, solar radiation in the same month. Practical Implications: The results of this study indicate that Kendari City Health Office needs to cooperation with Meteorology Climatology and Geophysics Agency to get data about weather prediction, climate change, weather factor that potentially increase the incidence of Dengue Hemorrhagic Fever. Originality: This study contributes to our understanding that climatic element affect the incidence of DHF. Keywords: Dengue Hemorrhagic Fever; climate; correlation; temporal 1 Departemen Perliaku Kesehatan, Kesehatan Lingkungan dan Kedokteran Sosial, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada ( restisriwulandari.skm@gmail.com) 2 Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada

2 PENDAHULUAN Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu beban kesehatan masyarakat yang masih sulit untuk di kendalikan. Pada tahun 2015 jumlah penderita DBD yang dilaporkan meningkat sebanyak kasus dengan jumlah kematian sebanyak orang (incidence Rate (IR)= 50,75 per penduduk dan Case Fatality Rate (CFR) = 0,83%). Renstra Kementerian Kesehatan untuk angka kesakitan DBD tahun 2015 yaitu sebesar <49 per penduduk. Berdasarkan Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2015, maka angka kesakitan DBD di tahun 2015 masih tinggi dan belum mencapai target Renstra yang telah ditetapkan (1). Grafik 1. Jumlah kasus dan kematian DBD di kota Kendari Pola kasus DBD di kota kendari cenderung fluktuatif. Gambar 1 menunjukan adanya peningkatan kasus pada tahun 2005, 2007, 2008, 2010, 2013 dan 2016 sedangkan pada tahun 2006, 2009, 2011, 2012, 2014 dan 2015 terjadi penurunan kasus (2). Upayaupaya pemberantasan penyakit DBD di Kota Kendari telah dilakukan sesuai dengan instruksi MENKES tentang pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue. Upayaupaya pemberantasan dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan dengan peran serta masyarakat yang meliputi: pencegahan, penemuan, pertolongan dan pelaporan, serta penyelidikan epidemiologi dan pengamatan penyakit demam berdarah dengue, penanggulangan dan penyuluhan. Namun demikian, kasus DBD di kota Kendari masih belum terkendali. Iklim dan cuaca merupakan faktor yang dapat memengaruhi peningkatan dan kepadatan populasi vektor sehingga berdampak pada peningkatkan jumlah kasus DBD dan mempercepat terjadinya epidemi (3). Beberapa penelitian menunjukan bahwa terdapat korelasi antara unsur iklim dengan peningkatan kasus DBD. Interaksi antara faktor cuaca dapat memicu dan meningkatkan wabah DBD di bawah kondisi iklim yang kondusif (4). Penyakit Demam Berdarah Dengue berhubungan dengan iklim pada skala spasial dan temporal. Dalam kasus DBD, variabel keruangan dapat berpengaruh terhadap angka kejadian penyakit sehingga dapat dilakukan intervensi kesehatan masyarakat dalam upaya pengendalian DBD (5). Oleh karena itu, peneliti akan melakukan penelitian Analisis Unsur Iklim Terhadap Kejadian Demam Berdarah (DBD) di Kota Kendari Tahun Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi pihak Dinas Kesehatan Kota Kendari dalam menentukan strategi pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD), sehingga dapat mencegah peningkatan Kejadian DBD dan terhindar dari KLB DBD yang dapat terjadi di masa depan. METODE Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional. Rancangan penelitian adalah 2

3 studi ekologi dengan pendekatan spasial dan temporal. Data sekunder digunakan dalam penelitian ini. Data unsur iklim didapatkan dari BMKG Kota Kendari dan data kejadian DBD berasal dari bidang Pengendalian dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kota Kendari yang berupa data perkecamatan dan data perbulan selama periode tahun Populasi pada penelitian ini adalah seluruh penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) yang berada dalam wilayah administrasi Kota Kendari selama periode Keseluruhan kejadian DBD Yang terjadi selama periode adalalah kejadian DBD. Analisis yang digunakan berupa analisis univariat, Analisis spasial, analisis hubungan secara grafik/time trend dan analisis statistik bivariat dengan menggunakan uji Spearman-rho dan time lag pada bulan yang sama (lag 0), pada satu bulan sebelumnya (lag 1), pada dua bulan sebelumnya (lag 2) dan pada tiga bulan sebelumnya (lag 3) dengan kejadian DBD. Variabel independen dalam penelitian ini adalah suhu udara, kelembaban, kecepatan angin, curah hujan dan penyinaran matahari. Sedangkan variabel dependen penelitian adalah kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Kendari. HASIL Distribusi dan Frekuensi Unsur Iklim dan Kejadian DBD di Kota Kendari Tahun Hasil analisis data univariat menunjukkan rata-rata suhu udara sebesar 26,96 0C dengan nilai maksimum dan minimum sebesar 28,9 0C dan 25,1 0C, rata-rata kecepatan angin sebesar 2,19 knot dengan nilai maksimum dan minimum sebesar 7,5 knot dan 0,2 knot, curah hujan sebesar 178,24 mm dengan nilai maksimum dan minimum sebesar 770 mm dan 0 mm, rata-rata penyinaran matahari sebesar 46,16% dengan nilai maksimum dan minimum sebesar 93% dan 17%, dan rata-rata kejadian DBD sebesar 25,78 kasus dengan nilai maksimum dan minimum sebesar 308 kasus dan 0 kasus. Hasil analisis spasial berdasarkan kecamatan mengambarkan sebaran kejadian DBD di Kota Kendari. Pada gambar terlihat sebaran DBD pertahun di Kota Kendari selama periode waktu 2005 sampai tahun Sebaran kasus DBD mengalami pergerakan setiap tahunnya. Sebaran kasus menurut tahun tersebut dibagi menjadi 3, yaitu kategori rendah, sedang dan tinggi yang diklasifikasikan berdasarkan Incidence rate yang di tetapkan dalam Renstra Kementerian Kesehatan untuk angka kesakitan DBD. Pada tahun 2005 dan 2006, Kecamatan Puuwatu, Kecamatan Kadia, Kecamatan Wua-wua dan Kecamatan Kambu belum memiliki data terkait angka kesakitan DBD. Hal ini di sebabkan karena 4 kecamatan tersebut masih belum terbentuk dan masih bergabung dengan Kecamatan Mandonga, Kecamatan Baruga dan Kecamatan Poasia. Pada periode waktu 2005 sampai periode waktu 2015, Kecamatan Kendari memiliki incidence rate tinggi selama 4 tahun, Kecamatan Kendari Barat memiliki Incidence rate tinggi selama 7 tahun, Kecamatan Mandonga memiliki incidence rate tinggi selama 3

4 3 tahun, Kecamatan Puuwatu memiliki incidence rate tinggi selama 6 tahun, Kecamatan Kadia memiliki incidence rate tinggi selama 6 tahun, Kecamatan Wua-wua memiliki incidence rate tinggi selama 6 tahun, Kecamatan Baruga memiliki incidence rate tinggi selama 5 tahun, Kecamatan Kambu memiliki incidence rate tinggi selama 6 tahun, Kecamatan Poasia memiliki incidence rate tinggi selama 6 tahun dan Kecamatan Abeli memiliki incidence rate tinggi selama 4 tahun. Sebaran kasus DBD berpusat pada wilayah tengah Kota Kendari dengan jumlah penduduk yang cukup tinggi yaitu Kecamatan Kendari Barat, Kecamatan Puuwatu, Kecamatan Kadia, Kecamatan Wua-Wua, Kecamatan Kambu dan Kecamatan Poasia. Secara keseluruhan selama periode waktu 2005 sampai periode waktu 2015, total kejadian DBD tertinggi berada di kecamatan Kendari Barat (539 kasus), sedangkan kecamatan Abeli merupakan Kecamatan dengan total kejadian DBD terendah (100 kasus) se-wilayah Kota Kendari. Gambar 2. Peta sebaran kejadian DBD di Kota Kendari selama periode tahun Hubungan Variabel Unsur Iklim Dengan Kejadian DBD Tabel 1. Analisis Korelasi Variabel Iklim dengan Kejadian DBD Variabel Lag Suhu Udara p value 0,0404 0, , ,000 0 r 0,1786 0, ,4769 * 0,465 5 Kecepatan Angin Curah Hujan r -0,1413-0,1017-0,0164 0,097 5 P 0,000 0,000 0,0913 0,342 value r 0,3523 0,3179 0,1493-0,0845 * Penyinaran Matahari P value 0,1061 0, ,8528 0,271 8 P value r 0,3407 * 0,0001 0, ,2776 0,1128-0,2967 0,0959 0,140 3 Hasil analisis korelasi antara variabel suhu udara, curah hujan dan penyinaran matahari dengan kejadian DBD (Tabel 1) menunjukan nilai yang signifikan dengan p- value < 0,05, artinya ada hubungan antara variabel suhu udara, kelembaban, curah hujan dan penyinaran matahari dengan kejadian DBD. Sedangkan hasil analisis korelasi antara variabel kecepatan angin dan kejadian DBD menunjukan nilai tidak signifikan dengan p-value > 0,05, artinya tidak ada hubungan antara variabel kecepatan angin dan kejadian DBD. Pola hubungan antara variabel iklim dan ketersediaan air dengan kasus diare di Kota Kupang secara grafik dapat dilihat pada Gambar 3 sampai gambar 6. 4

5 Gambar 3. Grafik Time-Series Suhu Udara dan Kejadian DBD di Kota Kendari Tahun 2005 sampai Tahun 2015 Pola hubungan secara grafik antara fluktuasi suhu udara dengan total kejadian DBD selama periode tahun 2005 sampai tahun 2015 menunjukan hubungan yang searah. Pada bulan awal tahun terlihat bahwa fluktuasi suhu udara tidak searah dengan fluktuasi kejadian DBD, namun akan cenderung searah pada bulan selanjutnya, yaitu pada bulan Mei hingga bulan Desember. Gambar 4. Grafik Time-Series Kecepatan Angin dan Kejadian DBD di Kota Kendari Tahun 2005 sampai Tahun 2015 Apabila analisis statistik digabungkan dengan analisis grafik, maka hasil menunjukkan bahwa suhu udara pada 2 bulan sebelumnya (lag 2) akan cenderung semakin signifikan dan berkorelasi positif dengan kejadian DBD. Secara grafik, pola hubungan antara fluktuasi suhu udara dengan kejadian DBD menunjukan hubungan yang searah. Pada grafik hubungan suhu udara dan kejadian DBD per bulan terlihat bahwa fluktuasi suhu udara tidak searah dengan fluktuasi kejadian DBD pada bulan Januari sampai dengan bulan April. Tetapi akan cenderung searah pada bulan selanjutnya, yaitu pada bulan Mei hingga bulan Desember. Gambar 5. Grafik Time-Series Curah Hujan dan Kejadian DBD di Kota Kendari Tahun 2005 sampai Tahun 2015 Secara grafik, pola hubungan antara fluktuasi curah hujan dengan kejadian DBD menunjukan hubungan yang searah. Setiap peningkatan curah hujan akan diikuti dengan peningkatan kasus DBD. Pada Gambar 6, menunjukan bahwa peningkatan kejadian DBD akan cederung mengikuti fluktuasi atau peningkatan curah hujan pada bulan yang sama. Namun pada bulan Februari, Maret dan Mei fluktuasi curah hujan terlihat tidak searah dengan kejadian DBD. 5

6 Gambar 6. Grafik Time-Series Penyinaran Matahari dan Kejadian DBD di Kota Kendari Tahun 2005 sampai Tahun 2015 Pola hubungan secara grafik antara fluktuasi penyinaran matahari dengan kejadian DBD menunjukan hubungan yang searah dengan fluktuasi kejadian DBD pada bulan yang sama. Namun pengecualian pada bulan Maret dan bulan Juni. Jika membandingkan penyinaran matahari pada 1 bulan sebelumnya dengan kejadian DBD maka dapat kita lihat bahwa pada awal tahun hingga pertengahan tahun tepanya bulan Juni hubungan antara penyinaran matahari dengan kejadian DBD searah. Namun berbanding terbalik pada bulan selanjutnya hingga akhir tahun. PEMBAHASAN Hasil analisis secara statistik dan secara grafik/time-trend antara unsur iklim dangan kejadian DBD menunjukan beberapa variabel memiliki hubungan yang signifikan dan tidak signifikan. Berdasarkan hasil analisis, distribusi suhu udara rata-rata perbulan selama periode waktu 2005 sampai dengan 2015 di Kota Kendari adalah 26,96 o C. Hasil uji korelasi antara suhu udara dan kejadian DBD di Kota Kendari, menunjukan bahwa pola hubungan antara suhu udara dan kejadian DBD signifikan (pvalue 0,0000) dan akan semakin kuat pada dua bulan sebelumnya (Lag 2). Kekuatan korelasinya adalah sedang dengan pola positif (r=0,4769), artinya peningkatan suhu udara akan diikuti dengan peningkatan kejadian DBD. Hal serupa juga ditunjukan grafik time series, korelasi antara suhu udara dan kejadian DBD akan semakin signifikan pada bulan kedua sebelum kejadian DBD. Hasil dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian Ariati dan Anwar (2012) di Batam, Ayumi (2016) di Bantul dan Minh An dan Rocklov (2014) di Hanoi menunjukan bahwa kejadian DBD berhubungan positif dengan suhu udara (6,7,8). Rata-rata suhu optimum untuk perkembangbiakan nyamuk adalah 25 o C- 27 o C (9).Sedangkan WHO (2011), mengemukakan suhu rata-rata untuk perkembangbiakan nyamuk adalah 27 o C 30 o C (10). Suhu rata-rata 26,96 o C berada pada rentang suhu optimum dalam perkembangbiakan nyamuk Aedes. Nyamuk Aedes aegypti yang menetas pada suhu 25 C sebanyak 76%, pada 30 C sebanyak 68%, pada 35 C sebanyak 20%, dan pada suhu 40 C dan 45 C sebanyak 0%. Angka penetasan akan menurun dengan meningkatnya suhu. Kisaran optimal suhu untuk penetasan adalah 25 C-30 C. Perbedaan dalam tingkat penetasan disebabkan oleh perubahan kondisi ekstrim dan fisiologi pada telur yang menyebabkan telur tidak menetas (11). Aktivitas nyamuk Aedes aegypti dalam menghisap darah dan bereproduksi dapat dipengaruhi oleh suhu. Hasil penelitian Darmawansyah et al., (2013) menunjukan aktifitas tertinggi dalam 6

7 menghisap darah yang dilakukan nyamuk Ae. aegypti yaitu pada suhu 26 o C 28 o C (12). Nyamuk Aedes yang hidup di suhu sekitar 23 o C-27 o C (rata-rata 25 o C) dan kelembaban 80% memiliki aktifitas reproduksi yang berbeda dengan nyamuk Aedes yang hidup di suhu sekitar 33 o C-37 o C (rata-rata 35 o C) dan kelembaban 80%. Ada peningkatan jumlah telur sebanyak 40% pada nyamuk yang hidup di suhu 25 o C bila dibandingkan dengan nyamuk yang hidup pada suhu 35 0 C (13). Jarak terbang rata-rata nyamuk Aedes betina adalah 40 meter. Sedangkan jarak terbang maksimal nyamuk adalah 100 Meter. Jarak terbang nyamuk dapat melebihi jarak maksimal dengan bantuan kecepatan angin. Kecepatan angin< 8,05 km/jam (2,2 meter/detik) tidak mempengaruhi aktivitas nyamuk dan aktivitas nyamuk akan terpengaruh oleh angin pada kecepatan mencapai 8,05 km/jam (2,2 meter/detik). Distribusi rata-rata kecepatan angin selama periode waktu 2005 sampai dengan 2015 di Kota Kendari adalah 2,19 Knot (1.09 meter/detik). Hasil analisis korelasi, variabel kecepatan angin dengan kejadian DBD di Kota Kendari menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna (p-value >0,05). Hasil dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian Wira- yoga (2013) di Semarang bahwa kecepatan angin tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian DBD (14). Kemaknaan yang ti-dak signifikan terjadi karena kecepatan angin di kota Kendari kurang dari 8,05 km/jam (2,2 meter/detik) sehingga kecepatan angin tidak mempengaruhi aktivitas nyamuk Aedes. Nyamuk Aedes aegypti merupakan yang vektor utama penyebar kejadian DBD di perkotaan. Nyamuk ini memiliki kebiasaan istirahat dan kebiasaan berkembangbiak di dalam rumah sehingga penyebaran vektor ini sangat kecil. Kecepatan angin dapat juga tidak berhubungan dengan kejadian DBD karena arah angin dapat menyebarkan nyamuk ke tempat dimana keterpaparan antara manusia dan nyamuk kurang. Curah hujan memengaruhi ketersediaan air dan tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes. Sehingga pada musim hujan terjadi peningkatan jumlah penderita akibat adanya peningkatan jumlah vektor DBD di lingkungan penderita (15). Distribusi curah hujan rata-rata perbulan selama periode waktu 2005 sampai dengan 2015 di Kota Kendari adalah 178,24 mm. Berdasarkan hasil uji korelasi antara suhu udara dan kejadian DBD menunjukkan adanya hubungan yang bermakna (p<0,05). Korelasi kuat pada bulan yang sama. Adapun kekuatan korelasinya adalah lemah dengan pola positif, artinya peningkatan curah hujan akan diikuti dengan peningkatan kejadian DBD. Hasil analisi grafik juga menunjukan hal serupa, bahwa curah hujan pada bulan yang sama akan cenderung semakin signifikan dan berkorelasi positif dengan kejadian DBD. Hasil dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian Widyorini (2016) di Semarang, Iriani (2012) di Palembang, Handayani (2012) di DKI Jakarta dan Lu et al. (2009) di Guangzhou, menunjukan bahwa kejadian DBD berhubungan positif dengan curah hujan (16,17,18,19). 7

8 Air hujan yang tidak sampai menimbulkan banjir dan air menggenang di suatu wadah/media yang menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk yang aman dan relatif masih bersih (misalnya cekungan di pagar bambu, pepohonan, kaleng bekas, ban bekas, atap atau talang rumah) disebut curah hujan ideal. Indeks Curah Hujan (ICH) berpengaruh terhadap curah hujan ideal. Tersedianya air dalam media akan menyebabkan telur nyamuk menetas dan setelah hari akan berubah menjadi nyamuk. Bila manusia digigit oleh nyamuk dengan virus dengue maka dalam 4-7 hari kemudian akan timbul gejala DBD. Berdasarkan pengamatan terhadap ICH yang dihubungkan dengan kenaikan jumlah kasus DBD, maka pada daerah dengan ICH tinggi perlu kewaspadaan sepanjang tahun, sedangkan daerah yang terdapat musim kemarau maka kewaspadaan terhadap DBD dimulai saat masuk musim hujan (20). Pada musim hujan populasi Aedes aegypti akan meningkat karena telur-telur yang tadinya belum sempat menetas akan menetas ketika tempat perkembangbiakannya yang berada di luar rumah (TPA bukan keperluan seharihari dan alamiah) mulai terisi air hujan. Kondisi tersebut akan meningkatkan populasi nyamuk. Hubungan yang bermakna antara curah hujan dengan kejadian DBD dapat terjadi karena masih kurangnya antisipasi warga masyarakat dalam melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) sebelum dan saat musim penghujan datang. Penyinaran matahari yang baik mendukung pertumbuhan vektor nyamuk (21). Penyinaran matahari berpengaruh terhadap kebiasaan nyamuk mencari makan dan beristirahat. Nyamuk Aedes aegypti mempunyai kebiasaan beristirahat di tempat yang gelap dan terlindung dari sinar matahari, begitu pula dalam kebiasaan meletakkan telur dan kebiasaan nyamuk Aedes aegypti mencari makan. Distribusi penyinaran matahari rata-rata perbulan selama periode waktu 2005 sampai dengan 2015 di Kota Kendari adalah 46,14%. Berdasarkan hasil uji korelasi antara penyinaran matahari dan kejadian DBD menunjukkan adanya hubungan yang bermakna (p<0,05). Korelasi akan kuat pada bulan yang sama dengan kejadian DBD. Adapun kekuatan korelasinya adalah lemah dengan pola positif, artinya peningkatan suhu udara akan diikuti dengan peningkatan kejadian DBD. Hal serupa juga ditunjukan grafik time series, penyinaran matahari pada bulan yang sama akan cenderung semakin signifikan dan berkorelasi positif dengan kejadian DBD. Hasil dalam penelitian ini sesuai dengan penelitian Febriyetti (2009) di DKI Jakarta bahwa kejadian DBD memiliki hubungan yang bermakna dengan penyinaran matahari (22). Rata-rata penyinaran matahari di Kota Kendari selama periode waktu 2005 sampai dengan 2015 di bawah 50%. Kurangnya sinar matahari dapat mendukung perilaku dan kebiasaan nyamuk meletakan telur nyamuk dan teller tersebut dapat berkembang dengan baik. Keberadaan jentik nyamuk Aedes sp di tempat-tempat umum positif lebih banyak pada kontainer dengan pencahayaan kurang daripada pencahayaan yang cukup (23). 8

9 Intensitas cahaya/pencahayaan yang sesuai untuk perkembangan nyamuk yaitu <60 lux. Rumah yang mempunyai tingkat intensitas cahaya baik bagi kehidupan nyamuk (<60 Lux) beresiko 3,268 kali lebih besar untuk terdapatnya jentik di lingkungan rumahnya bila dibandingkan rumah dengan tingkat intensitas cahaya kurang baik bagi kehidupan nyamuk (< 60 Lux). Nyamuk Aedes aegypti membutuhkan tempat istirahat yang kurang penyinaran matahari dan meletakan telurnya pada tempat kurang sinar matahari dan suhu yang optimal sehingga semua telur yang diletakan dapat menetas. Hal ini menunjukan kondisi iklim dapat mempengaruhi masa inkubasi ekstrinsik dan perkembangbiakan vektor nyamuk sehingga kepadatan vektor meningkat. Daerah yang memiliki kepadatan vektor nyamuk Aedes lebih dari 5% dan ABJ kurang dari 95% memiliki resiko untuk terjadi KLB DBD (9). KESIMPULAN Kondisi rata-rata unsur iklim di Kota Kendari merupakan kondisi yang optimum untuk perkembangbiakan vektor nyamuk pola kejadian DBD di Kota Kendari cenderung fluktuatif setiap tahunnya. Adapun unsur iklim yang memiliki hubungan significan secara statistik dan memiliki korelasi terbesar dengan kejadian DBD adalah suhu udara lag 2, curah hujan lag 0 dan penyinaran matahari lag 0. Sedangkan kecepatan angin tidak memiliki hu- bungan signifikan secara statistik dengan kejadian DBD. Perlu kerjasama antara Dinas Kesehatan Kota Kendari dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk mendapatkan data mengenai prediksi cuaca, perubahan iklim, faktor cuaca yang berpotensi meningkatkan kejadian Demam Berdarah Dengue di wilayah kota Kendari. Kegiatan PSN dapat dilakukan berdasarkan prediksi cuaca yang dikeluarkan BMKG setiap tahunnya dan perlu koordinasi dan peningkatkan peran aktif tenaga kesehatan puskesmas dan jumantik (juru pemantau jentik) terkait kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Selain itu, perlu peningkatan kesadaran masyarakat terkait kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dalam upaya pencegahan kejadian DBD sehingga kepadatan populasi perwilayah kecamatan dibawah 5%. Hal ini karena daerah yang memiliki ABJ lebih dari 95% memiliki resiko untuk terjadi KLB Penelitian lanjutan perlu dilakukan dengan menggunakan variabel lain seperti penggunaan lahan pemukiman tidak berpola, mobilitas penduduk, vegetasi alamiah, dan lain-lain. Selain itu perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan durasi data yang lebih lama dan melakukan kajian mendalam untuk mengembangkan model prediksi kejadian DBD berdasarkan data unsur iklim sehingga didapat suatu model yang mampu meramalkan kejadian DBD kedepannya. DAFTAR PUSTAKA 1. Kementerian Kesehatan RI, Profil Kesehatan Indonesia 2015, Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2. Dinas Kesehatan Kota Kendari, Data Demam Berdarah Tahun WHO, 2011a. Comprehensive Guidline For Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. 9

10 4. Huang, X. et al., Imported Dengue Cases,Weather Variation and Autochthonous Dengue Incidence in Cairns, Australia. PLoS ONE, 8(12), pp Rogers, D.J., Suk, J.E. & Semenza, J.C., Using global maps to predict the risk of dengue in Europe. Acta Tropica, 129(1), pp Available at: Ariati, J. & Musadad, D.A., Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Dan Faktor Iklim Di Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau. Jurnal Ekologi Kesehatan, 11(4). 7. Ayumi, F., Hubungan Iklim Dan Kondisi Lingkungan Fisik Rumah Terhadap Insidensi Demam Berdarah Dengue Di Beberapa Zona Musim Di Daerah Istimewa Yogyakarta (Studi Kasus di Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta). Universitas Gadjah Mada. 8. Minh An, D.T. hi & Rocklöv, J., Epidemiology Of Dengue Fever in Hanoi From 2002 To 2010 And Its Meteorological Determinants. Global health action, 7, p Dirjen P2PL, K.K.R., Buku Saku Penngendalian Deman Berdarah Dengue untuk Pengelola Program DBD Puskesmas., pp Available at: ad/edit Buku DBD.pdf. 10. WHO, 2011b. Revised and Expanded Edition: Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever, India: WHO. 11. Binti Embong, N. & Sudarmaja, I.M., Pengaruh Suhu Terhadap Angka Penetasan Telur Aedes Aegypti. E-Jurnal Medika, 5(12), pp Darmawansyah, A., Syahribulan & Said Hassan, M., Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Menghisap Darah Nyamuk Aedes aegypti L., pp Costa, E.A.P. de A. et al., Impact of small variations in temperature and humidity on the reproductive activity and survival of Aedes aegypti (Diptera, Culicidae). Revista Brasileira de Entomologia, 54(3), pp Available at: ci_arttext&pid=s &lng=en&nrm=iso&t lng=en. 14. Wirayoga, M.A., Hubungan Kejadian Demam Berdarah Dengue Dengan Iklim Di Kota Semarang Tahun Unnes Journal of Public Health, 2(4), pp Sulasmi, S., Kejadian Demam Berdarah Dengue Kabupaten Banjar Berdasarkan Data Curah Hujan Normal Bulanan. Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang (Epidemiology and Zoonosis Journal), 4(4), pp Widyorini, P., Hubungan Iklim, Keberadaan Breeding Place Dan Pola Konsumsi Makan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue Di Kota Semarang., , p Iriani, Y., Hubungan antara Curah Hujan dan Peningkatan Kasus Demam Berdarah Dengue Anak di Kota Palembang. Sari Pediatri, 13(6 April). 18. Handayani, P., Hubungan Antara Faktor Iklim dan Kejadian Demam Beradarh dengue (DBD) Di Wilayah DKI Jakarta Tahun Lu, L. et al., BMC Public Health., 5, pp Sukowati, S., Buletin Jendela Epidemiologi : Masalah Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Pengendaliannya di Indonesia. Kementerian Kesehatan RI, 2, pp.9 12, Rahmawati, S.L. & Raharjo, M., Evaluasi Manajemen Lingkungan Pengendalian Vektor Dalam Upaya Pemberantasan Penyakit Malaria di Kota Ternate Evaluation Of Environmental Management Of Vector Control In Efforts Of The Malaria Disease Eradication In Ternate City., 11(2). 22. Febriyetti, Analisis Spasial- Temporal Variasi Cuaca dengan Kejadian 10

11 Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di DKI Jakarta Tahun Pohan, N.R., Pasca Wati, N.A. & Nurhadi, M., Gambaran Kepadatan Dan Tempat Potensial Perkembangan Jentik Aedes sp. Di Tempat-Tempat Umum Wilayah Kerja Puskesmas Umbulharjo Di Kota Yogyakarta. Jurnal Formil (Forum Ilmiah) KesMas Respati, 1, pp Arsin, A.A. et al., Analisis Faktor Lingkungan dan gerakan PSN DBD terhadap Densitas Larva Nyamuk Aedes Aegypti dan Kejadian di Daerah Endemis DBD Kota Makasar., pp

12 12

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit akibat virus yang ditularkan oleh vektor nyamuk dan menyebar dengan cepat. Data menunjukkan peningkatan 30 kali lipat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis. iklim tropis ini hanya memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan juga musim kemarau. Disaat pergantian

Lebih terperinci

KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DAN FAKTOR IKLIM DI KOTA BATAM, PROVINSI KEPULAUAN RIAU

KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DAN FAKTOR IKLIM DI KOTA BATAM, PROVINSI KEPULAUAN RIAU Kejadian demam berdarah dengue...(jusniar A & D Anwar M) KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DAN FAKTOR IKLIM DI KOTA BATAM, PROVINSI KEPULAUAN RIAU Incidence of Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) and Climate

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Epidemiologi perubahan vektor penyakit merupakan ancaman bagi kesehatan manusia, salah satunya adalah demam berdarah dengue (DBD). Dengue hemorraghic fever (DHF) atau

Lebih terperinci

ANALISIS KORELASI KELEMBABAN UDARA TERHADAP EPIDEMI DEMAM BERDARAH YANG TERJADI DI KABUPATEN DAN KOTA SERANG

ANALISIS KORELASI KELEMBABAN UDARA TERHADAP EPIDEMI DEMAM BERDARAH YANG TERJADI DI KABUPATEN DAN KOTA SERANG http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/gravity ISSN 2442-515x, e-issn 2528-1976 GRAVITY Vol. 3 No. 1 (2017) ANALISIS KORELASI KELEMBABAN UDARA TERHADAP EPIDEMI DEMAM BERDARAH YANG TERJADI DI KABUPATEN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) pada dekade terakhir menjadi masalah kesehatan global, ditandai dengan meningkatnya kasus DBD di dunia. World Health Organization (WHO) melaporkan

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) merupakan penyakit akibat infeksi virus dengue yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi demam akut yang disebabkan oleh empat serotipe virus dengue dari genus Flavivirus ditularkan melalui gigitan nyamuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, sering muncul sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim merupakan perubahan variabel iklim, khususnya suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara berangsur-angsur dalam jangka waktu yang panjang antara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN I. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue atau yang lebih dikenal dengan singkatan DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan merupakan vector borne disease

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya semakin meningkat dan penyebaranya semakin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang menimbulkan dampak sosial dan ekonomi. Jumlah kasus yang dilaporkan cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya. Salah satunya Negara Indonesia yang jumlah kasus Demam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Salah satu penyakitnya yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD) yang masih menjadi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INSIDEN DBD DENGAN VARIABILITAS IKLIM DI KOTA MANADO TAHUN Febriane C. Lohonauman*, Angela F. C. Kalesaran*, Windy Wariki**

HUBUNGAN ANTARA INSIDEN DBD DENGAN VARIABILITAS IKLIM DI KOTA MANADO TAHUN Febriane C. Lohonauman*, Angela F. C. Kalesaran*, Windy Wariki** HUBUNGAN ANTARA INSIDEN DBD DENGAN VARIABILITAS IKLIM DI KOTA MANADO TAHUN 2012-2016 Febriane C. Lohonauman*, Angela F. C. Kalesaran*, Windy Wariki** *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di

BAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama hampir dua abad, penyakit Demam Berdarah Dengue dianggap sebagai penyakit penyesuaian diri seseorang terhadap iklim tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) kini telah menjadi endemik di lebih dari 100 negara di Afrika, Amerika, Mediterania Timur, Asia Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar,

Lebih terperinci

Epidemiologi dan Biosta s k Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas

Epidemiologi dan Biosta s k Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Ar kel Peneli an ANALISIS KASUS DBD BERDASARKAN UNSUR IKLIM DAN KEPADATAN PENDUDUK MELALUI PENDEKATAN GIS DI TANAH DATAR Diterima 22 Oktober 2015 Disetujui 5 Agustus 2016 Dipublikasikan 1 September 2016

Lebih terperinci

KONDISI IKLIM DAN POLA KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN

KONDISI IKLIM DAN POLA KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN Kondisi Iklim dan Pola Kejadian... (Dian Perwitasari, et.al) KONDISI IKLIM DAN POLA KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2004-2011 CLIMATE CONDITIONS AND THE PATTERN OF DENGUE HEMORRHAGIC

Lebih terperinci

Vol. 4 No. 2 Desember 2016 ISSN :

Vol. 4 No. 2 Desember 2016 ISSN : PENGARUH CUACA TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE () DI KABUPATEN NGANJUK Tutut Pujianto Akademi Gizi Karya Husada Kediri email : noanpujianto@gmail.com ABSTRACT Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is

Lebih terperinci

Departemen Kesehatan Lingkungan. Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia Abstract

Departemen Kesehatan Lingkungan. Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia   Abstract HUBUNGAN CURAH HUJAN, SUHU UDARA, KELEMBABAN UDARA, KEPADATAN PENDUDUK DAN LUAS LAHAN PEMUKIMAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA MALANG PERIODE TAHUN 22-211 Gustina Fajarwati Sihombing 1,

Lebih terperinci

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING TAHUN Ronald Imanuel Ottay

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING TAHUN Ronald Imanuel Ottay PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING TAHUN 2012-2014 Ronald Imanuel Ottay *Bagian Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Abstrak Manado

Lebih terperinci

Model Potensi Penyebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Jember Menggunakan Metode Fuzzy

Model Potensi Penyebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Jember Menggunakan Metode Fuzzy Model Potensi Penyebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Jember Menggunakan Metode Fuzzy Dia Bitari Mei Yuana Jurusan Teknologi Informasi Politeknik Negeri Jember, Jl. Mastrip PO Box 164, Jember,

Lebih terperinci

HUBUNGAN VARIABILITAS IKLIM DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KABUPATEN MINAHASA UTARA TAHUN

HUBUNGAN VARIABILITAS IKLIM DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KABUPATEN MINAHASA UTARA TAHUN HUBUNGAN VARIABILITAS IKLIM DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KABUPATEN MINAHASA UTARA TAHUN 2014-2016 Ryan Alberto Lasut*, Wulan P. J. Kaunang*, Angela F. C. Kalesaran* *Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Salah satu penyakit menular yang jumlah kasusnya dilaporkan cenderung meningkat dan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan sebagai vektor penyakit seperti demam berdarah dengue (DBD),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti dan Aedes albopictus) dan dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era reformasi, paradigma sehat digunakan sebagai paradigma pembangunan kesehatan yang harus lebih mengutamakan upaya promotif, tanpa mengabaikan upaya kuratif dan

Lebih terperinci

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui 1 BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (Dengue Hemorrhagic Fever) atau lazimnya disebut dengan DBD / DHF merupakan suatu jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dengan kasus 58 orang anak, 24 diantaranya meninggal dengan Case Fatality Rate (CFR) = 41,3%. Sejak itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever (DHF) merupakan penyakit akut bersifat endemik yang di sebabkan oleh virus dengue yang masuk ke peredaran

Lebih terperinci

MODEL PREDIKSI KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) BERDASARKAN FAKTOR IKLIM DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT. Jusniar Ariati* dan Athena Anwar*

MODEL PREDIKSI KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) BERDASARKAN FAKTOR IKLIM DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT. Jusniar Ariati* dan Athena Anwar* Bul. Penelit. Kesehat, Vol. 42, No. 4, Desember 214: 249-256 MODEL PREDIKSI KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) BERDASARKAN FAKTOR IKLIM DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT Jusniar Ariati* dan Athena Anwar* Pusat

Lebih terperinci

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas 2013

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Insidensi DBD di seluruh dunia telah meningkat tajam dalam beberapa dekade terakhir. Lebih dari 2,5 miliar orang atau 40% penduduk dunia beresiko untuk terkena

Lebih terperinci

IR n = 0, ,157*CH3 n-2 0,052*CH3 n-4 + 0,066*CH3 n-5 + 0,826*TR2 n-2-0,387*tx2 n-2 0,492* n-2.

IR n = 0, ,157*CH3 n-2 0,052*CH3 n-4 + 0,066*CH3 n-5 + 0,826*TR2 n-2-0,387*tx2 n-2 0,492* n-2. 9. PEMBAHASAN UMUM Iklim merupakan komponen lingkungan yang berfluktuasi besar baik dalam dimensi ruang maupun waktu. Pengamatan, pencatatan dan pengarsipan hasil pencatatan, serta prediksi unsur-unsurnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung

Lebih terperinci

Climate change impact on dengue haemorrhagic fever in Banjarbaru South Kalimantan between

Climate change impact on dengue haemorrhagic fever in Banjarbaru South Kalimantan between Penelitian Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang (Epidemiology and Zoonosis Journal) Vol. 4, No. 2, Desember 2012 Hal : 59-65 Penulis : Tien Zubaidah Korespondensi: Politeknik Kesehatan Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan penyebarannya

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENCEGAHAN DINI PENYEBARAN DEMAM BERDARAH DI KABUPATEN JEMBER MENGGUNAKAN METODE FUZZY

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENCEGAHAN DINI PENYEBARAN DEMAM BERDARAH DI KABUPATEN JEMBER MENGGUNAKAN METODE FUZZY SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENCEGAHAN DINI PENYEBARAN DEMAM BERDARAH DI KABUPATEN JEMBER MENGGUNAKAN METODE FUZZY I Putu Dody Lesmana 1), Faiqatul Hikmah 2), Beni Widiawan 3) 1) 3) Jurusan Teknologi Informasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan subtropik di seluruh

Lebih terperinci

Masrizal Dt Mangguang Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Andalas, Padang Abstrak

Masrizal Dt Mangguang Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Andalas, Padang Abstrak Analisis Epidemologi Penyakit Demam Berdarah Dengue melalui Pendekatan Spasial Temporal dan Hubungannya degan Faktor Iklim di Kota Padang Tahun 2008-2010 Masrizal Dt Mangguang Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus. BAB I PENDAHULUAN 1.4 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk keperedaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus aedes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di sebagian kabupaten/kota di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan global di seluruh dunia dan sering terjadi di negara tropis dan sub tropis, terutama di daerah perkotaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serotype virus dengue adalah penyebab dari penyakit dengue. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. serotype virus dengue adalah penyebab dari penyakit dengue. Penyakit ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit dengue (demam berdarah) adalah sebuah penyakit yang disebarkan oleh nyamuk (penyakit yang dibawa nyamuk). Salah satu dari empat serotype virus dengue

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue, ditularkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue, ditularkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue, ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. DBD banyak dijumpai terutama di daerah tropis dan sering

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia yang cenderung jumlah pasien serta semakin luas. epidemik. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia yang cenderung jumlah pasien serta semakin luas. epidemik. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengeu Hemorragic Fever (DHF) saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor pembawanya.

Lebih terperinci

Hubungan Faktor Lingkungan Fisik Rumah, Keberadaan Breeding Places, Perilaku Penggunaan Insektisida dengan Kejadian DBD Di Kota Semarang

Hubungan Faktor Lingkungan Fisik Rumah, Keberadaan Breeding Places, Perilaku Penggunaan Insektisida dengan Kejadian DBD Di Kota Semarang Hubungan Faktor Lingkungan Fisik Rumah, Keberadaan Breeding Places, Perilaku Penggunaan Insektisida dengan Kejadian DBD Di Kota Semarang Nafifah Rahmayanti, Nur Endah Wahyuningsih, Resa Ana Dina Bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit infeksi yang ditularkan melalui gigitan nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis

Lebih terperinci

Peran Faktor Lingkungan Terhadap Penyakit dan Penularan Demam Berdarah Dengue

Peran Faktor Lingkungan Terhadap Penyakit dan Penularan Demam Berdarah Dengue Peran Faktor Lingkungan Terhadap Penyakit dan Penularan Demam Berdarah Dengue Hendra Kurniawan Abstrak. Indonesia sehat tahun 2010 difokuskan pada preventif yaitu pencegahan penyakit. Demam berdarah dengue

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit yang disebabkan oleh vektor masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam Berdarah Dengue

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA UNSUR IKLIM DENGAN KEJADIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA DAERAH KASUS TERTINGGI DAN TERENDAH DI KOTA PADANG TAHUN

HUBUNGAN ANTARA UNSUR IKLIM DENGAN KEJADIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA DAERAH KASUS TERTINGGI DAN TERENDAH DI KOTA PADANG TAHUN HUBUNGAN ANTARA UNSUR IKLIM DENGAN KEJADIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA DAERAH KASUS TERTINGGI DAN TERENDAH DI KOTA PADANG TAHUN 2003-2008 Skripsi Diajukan ke Program Studi Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional karena upaya memajukan bangsa tidak akan efektif apabila tidak memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional karena upaya memajukan bangsa tidak akan efektif apabila tidak memiliki BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional karena upaya memajukan bangsa tidak akan efektif apabila tidak memiliki dasar yang kuat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dan dalam waktu yang relatif singkat. Penyakit jenis ini masih

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dan dalam waktu yang relatif singkat. Penyakit jenis ini masih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan yang besar di hampir semua negara berkembang karena angka kesakitan dan kematiannya yang tinggi dan dalam waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), juta orang di seluruh dunia terinfeksi

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), juta orang di seluruh dunia terinfeksi 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang angka kejadiannya masih tinggi di Indonesia bahkan di seluruh dunia. Pada tahun 2011, menurut World Health Organization

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Lokasi Penelitian Secara umum RW 3 dan RW 4 Kelurahan Pasir Kuda memiliki pemukiman yang padat dan jumlah penduduk yang cukup tinggi. Jumlah sampel rumah yang diambil

Lebih terperinci

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PELAKSANAAN PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN TALISE KECAMATAN PALU TIMUR KOTA PALU 1) DaraSuci 2) NurAfni Bagian Epidemiologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah tingkat kondisi kesehatan yang tinggi dan mungkin dicapai pada suatu saat yang sesuai dengan kondisi dan situasi serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Denge (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai pembawa virus. Penyakit ini dapat

Lebih terperinci

KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti sp. DAN INTERVENSI PENGENDALIAN RISIKO PENULARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA PADANG TAHUN 2015

KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti sp. DAN INTERVENSI PENGENDALIAN RISIKO PENULARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA PADANG TAHUN 2015 KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti sp. DAN INTERVENSI PENGENDALIAN RISIKO PENULARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA PADANG TAHUN 2015 Aidil Onasis (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditularkan melalui gigitan nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis di

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditularkan melalui gigitan nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis di BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit infeksi yang ditularkan melalui gigitan nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health Organization (WHO) menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan. salah satu masalah kesehatan lingkungan yang cenderung

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan. salah satu masalah kesehatan lingkungan yang cenderung BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan yang cenderung meningkat jumlah penderita dan semakin luas daerah penyebarannya,

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) PADA DISTRIBUSI PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN

PEMODELAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) PADA DISTRIBUSI PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN PEMODELAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) PADA DISTRIBUSI PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN Wiwik Setyaningsih, Dodiet Aditya Setyawan Kementerian Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat penting di Indonesia dan sering menimbulkan suatu kejadian luar biasa

Lebih terperinci

MODEL PREDIKSI DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN KONDISI IKLIM DI KOTA YOGYAKARTA

MODEL PREDIKSI DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN KONDISI IKLIM DI KOTA YOGYAKARTA MODEL PREDIKSI DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN KONDISI IKLIM DI KOTA YOGYAKARTA Prediction Models of Dengue Haemorrhagic Fever Compare to Climate in Kota Yogyakarta Dian Perwitasari, Yusniar 1Pusat Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi

BAB I PENDAHULUAN. tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue/dbd merupakan salah satu penyakit infeksi yang ditularkan melalui gigitan nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA IBU RUMAH TANGGA DI KELURAHAN KRAMAS KOTA SEMARANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA IBU RUMAH TANGGA DI KELURAHAN KRAMAS KOTA SEMARANG FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN UPAYA PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) PADA IBU RUMAH TANGGA DI KELURAHAN KRAMAS KOTA SEMARANG Istiqomah, Syamsulhuda BM, Besar Tirto Husodo Peminatan Pendidikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I 0 HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOYOLALI I Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun

Lebih terperinci

Al Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 halaman

Al Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 halaman Al Ulum Vol.54 No.4 Oktober 2012 halaman 44-48 44 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP,TINDAKAN MASYARAKAT TERHADAP KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH PUSKESMAS MARTAPURA KABUPATEN BANJAR TAHUN 2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. yaitu Den-1, Den-2, Den-3, Den-4 dan yang terbaru adalah Den-5.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. yaitu Den-1, Den-2, Den-3, Den-4 dan yang terbaru adalah Den-5. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes spp. betina yang membawa virus dengue yang termasuk dalam golongan Flavivirus.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Sejak pertama kali dilaporkan di

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Sejak pertama kali dilaporkan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Sejak pertama kali dilaporkan di Jakarta dan Surabaya pada tahun

Lebih terperinci

Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J

Skripsi ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: DIAH NIA HERASWATI J FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN KEPALA KELUARGA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI DESA GONDANG TANI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GONDANG KABUPATEN SRAGEN Skripsi ini Disusun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes, dengan ciri

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes, dengan ciri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular infeksi yang disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui nyamuk. Penyakit ini merupakan penyakit yang timbul di

Lebih terperinci

PERILAKU 3M, ABATISASI DAN KEBERADAAN JENTIK AEDES HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE

PERILAKU 3M, ABATISASI DAN KEBERADAAN JENTIK AEDES HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE Yunita K.R. dan Soedjajadi K., Perilaku 3M, Abatisasi PERILAKU 3M, ABATISASI DAN KEBERADAAN JENTIK AEDES HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE 3M Behavior, Abatitation, Aedes aegypti Larva

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan pemberantasan DBD telah berlangsung lebih kurang 43 tahun dan berhasil menurunkan angka kematian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyakit ini banyak menimbulkan kekhawatiran masyarakat karena perjalanan penyakit

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 3. Peta Administrasi Kabupaten Sleman (Sumber:

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 3. Peta Administrasi Kabupaten Sleman (Sumber: BAB IV PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Gambar 3. Peta Administrasi Kabupaten Sleman (Sumber: www.slemankab.go.id) Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sleman, Daerah

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini adalah studi ekologi menurut waktu. Studi ekologi menurut waktu adalah pengamatan kecenderungan (trend) jumlah kasus (kejadian)

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Ukuran Stadium Larva Telur nyamuk Ae. aegyti menetas akan menjadi larva. Stadium larva nyamuk mengalami empat kali moulting menjadi instar 1, 2, 3 dan 4, selanjutnya menjadi

Lebih terperinci

1. Tempat Waktu Penelitian C. Subjek Penelitian D. Identifikasi Variabel Penelitian E. Definisi Operasional Variabel...

1. Tempat Waktu Penelitian C. Subjek Penelitian D. Identifikasi Variabel Penelitian E. Definisi Operasional Variabel... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL DAN LEMBAR PERSETUJUAN... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... viii SURAT PERNYATAAN... ix KATA PENGANTAR... x ABSTRAK... xii BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue atau disingkat DBD merupakan salah satu masalah kesehatan dunia. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kasus DBD di dunia pada tahun 2010

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi HUBUNGAN ANTARA VARIABILITAS IKLIM DENGAN KEJADIAN PENYAKIT DIARE DI KOTA MANADO TAHUN 2012-2016 Elisabeth Y. Lumy*, Angela F. C. Kalesaran*, Wulan P J Kaunang* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN PELAKSANAAN PSN 3M DENGAN DENSITAS LARVA Aedes aegypti DI WILAYAH ENDEMIS DBD MAKASSAR

HUBUNGAN PELAKSANAAN PSN 3M DENGAN DENSITAS LARVA Aedes aegypti DI WILAYAH ENDEMIS DBD MAKASSAR HUBUNGAN PELAKSANAAN PSN 3M DENGAN DENSITAS LARVA Aedes aegypti DI WILAYAH ENDEMIS DBD MAKASSAR Relationship Implementation of Mosquito Nest Eradication With Density Aedes aegypti Larvae in DBD Endemic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae yang mempunyai empat serotipe,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue. Virus ini ditularkan dari orang ke orang oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit DBD banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui cucukan nyamuk Aedes aegypti habitatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopictus

Lebih terperinci

Pengaruh curah hujan, kelembaban, dan temperatur terhadap prevalensi Malaria di Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan

Pengaruh curah hujan, kelembaban, dan temperatur terhadap prevalensi Malaria di Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan JHECDs, 3 (1), 2017, hal. 22-27 Penelitian Pengaruh curah hujan, kelembaban, dan temperatur terhadap prevalensi Malaria di Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan The effect of rainfall, humidity, and

Lebih terperinci

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menurut Sistem Kesehatan Nasional adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat,

Lebih terperinci

Penyakit DBD merupakan masalah serius di Provinsi Jawa Tengah, daerah yang sudah pernah terjangkit penyakit DBD yaitu 35 Kabupaten/Kota.

Penyakit DBD merupakan masalah serius di Provinsi Jawa Tengah, daerah yang sudah pernah terjangkit penyakit DBD yaitu 35 Kabupaten/Kota. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah sub tropis dan tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan bahwa Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK DENGAN KEBERADAAN LARVA AEDES AEGYPTI DI WILAYAH ENDEMIS DBD DI KELURAHAN KASSI-KASSI KOTA MAKASSSAR 2013

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK DENGAN KEBERADAAN LARVA AEDES AEGYPTI DI WILAYAH ENDEMIS DBD DI KELURAHAN KASSI-KASSI KOTA MAKASSSAR 2013 HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK DENGAN KEBERADAAN LARVA AEDES AEGYPTI DI WILAYAH ENDEMIS DBD DI KELURAHAN KASSI-KASSI KOTA MAKASSSAR 201 ENVIRONMENTAL FACTORS RELATED TO THE PHYSICAL PRESENCE IN THE LARVA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demam berdarah adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan sub tropis, dan menjangkit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan di dunia, terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia merupakan salah satu penyakit yang endemis, hingga sekarang angka kesakitan DBD cenderung meningkat dan angka Kejadian Luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah di negara yang berada di wilayah tropis maupun sub tropis. DBD termasuk dalam penyakit menular yang disebabkan karena

Lebih terperinci