BAB II TINJAUAN PUSTAKA. alami maupun konstruksi sosial. Sehingga diikuti dengan perbedaan status dan peran
|
|
- Inge Johan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Struktur dan Norma Masyarakat Aceh Dalam kehidupan sehari-hari manusia dihadapkan kepada perbedaan baik secara alami maupun konstruksi sosial. Sehingga diikuti dengan perbedaan status dan peran sesuai dengan kapasitas masing-masing, maka hal demikian disebut dengan Struktur sosial. Seperti yang dikatakan oleh Soejono Soekanto struktur sosial sebagai sebuah hubungan timbal balik antara posisi- posisi sosial dan antara peranan sosial. Maka masyarakat sebagai makhluk sosial juga tidak terlepas dari struktur sosial. Struktur masyarakat teridentifikasi dengan stratifikasi sosial yang menentukan perbedaan kelas dalam masyrakat yang bersifat ekonomi. Seperti yang dikatakan oleh Horton dan Hunt bahwa terbentuknya Stratifikasi dan kelas-kelas sosial didalamnya sesungguhnya tidak hanya berkaitan dengan uang. Stratifikasi sosial suatu strata atau pelapisan orang-orang yang berkedudukan sama dalam kontinum atau rangkaian kesatuan status sosial. Sementara Ralf Linton dalam pembahasan struktur sosial memperkenalkan dua konsep penting yaitu status dan peran (role). Status diartikan sebagai a collection of right and duties kumpulan hak dan kewajiban, sedangkan peran adalah dynamic aspek of status. Menurut Linton seseorang yang menjalankan peran manakala ia menjalankan hak dan kewajiban yang merupakan statusnya. (Sunarto, 2000 hal 55). Masyarakat sebagai suatu komunitas yang tidak terlepas dari komponen struktur sosial memiliki stratifikasi atau penggolongan masyarakat. Sehingga dengan status yang diemban juga berhubungan dengan peran. Adapun struktur masyarakat Aceh dalam (Ismuha, 1969: 37)sebagai berikut: 31
2 1. Golongan Umara/ Pemimpin yaitu golongan sebagai pemimpin rakyat karena kekayaan, wibawa, kecakapan baik dalam memimpin. Pimpinan yang dimaksudkan baik tingkat gampong maupun daerah. 2. Golongan Ulama merupakan mereka yang ahli dalam Ilmu agama serta diakui oleh masyarakat yang disertai dengan prilaku kerohaniannya. 3. Golongan saudagar, ini adalah golongan orang kaya yang bekerja sebagai pedagang. Dengan harta yang dimiliki dan senantiasa bersedakah/ infaq sehingga mereka lebih dihargai dalam masyarakat. 4. Golongan terpelajar yaitu mereka yang telah menamatkan pendidikan yang notabennya kedaerah perkotaan. 5. Golongan tani merupakan para petani yang memiliki lahan sendiri atau peninggalan orang tuanya dan secara kuantitas mereka memiliki jumlah yang sangat besar serta status asli, artinya kelompok lain pada awalnya juga berasal dari petani. Tak jarang dari golongan diatas memiliki peran ganda sebagai petani. 6. Golongan rakyat jelata yang merupakan buruh dan golongan ini tidak bergitu besar. Bagaimanapun juga hubungan pelapisan yang paling menonjol pada masyarakat Aceh saat ini adalah Ulama dengan Umara. kapasitas yang mereka miliki masing- masing saling bekerja sama satu sama lain baik dalam birokrasi maupun masyarakat, hal ini dapat kita lihat dari administrasi terkecil Gampong (desa) dimana yang paling bertanggung jawab adalah Keuchik (kepala desa) yang bertugas mengurusi masalah adat dan Teungku 32
3 Imuem (Ulama) yang senantiasa mengusuri memberi keputusan penasehat Hukum dan melaksanakan acara keagamaan.( Taufik 1996 hal 157) Status Ulama merupakan status yang diraih dengan usaha belajar Ilmu agama (Achieved status), sehingga perannya dapat berupa kecakapan dalam mengkaji Agama baik dalam Pesantren yang di didiknya maupun masyarakat luas disebut sebagai warasatul anbiya (penerus para nabi) perannya yang bersifat Kultural mencakup Syari at dan aqidah. Disamping kewibawaan dan ketauladanan yang menjadi parameter keberhasilannya dalam menuntun umatnya kearah kemuliaan agama. Selain agama banyak bentuk norma yang berlaku dalam masyarakat namun semua itu tidak mengikat masyarakat sehingga tidak selama norma dipatuhi oleh masyarakat secara menyeluruh. Maka demikian dibutuhkan norma Hukum yang merupakan aturan tertulis ataupun tidak tertulis yang berisikan perintah atau larangan yang memaksa dan yang akan memberikan sanksi yang tegas kepada yang melanggarnya. Secara sosiologis Hukum mempunyai dua aspek yang berlainan yang pertama adalah sistem norma (norm system) dan yang kedua adalah sistem pengendalian sosial (social control), kedua aspek hukum tersebut harus dilengkapi dengan aspek hukum lainnya yaitu Hukum sebagai konkritisasi atau perwujudan dari sistem nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat atau social engineering. (soekanto, 1995 hal 115). Dengan adanya hukuman bagi pelaku pelanggaran syariat maka akan ditindak tegas karena menyangkut hak orang lain. Norma disini di maksudkan sebagai Qanun atau peraturan daerah yang telah berlaku di NAD, maka Ulama dayah diposisikan sebagai kontrol sosial bagi anggotanya agar tindakannya lebih baik dalam waktu yang akan datang. 33
4 Masyarakat aceh yang fanatik akan mengikuti perkataaan ulama, karena ulama merupakan tempat bertanya masalah yang menyangkut kehidupan, terutama menyangkut norma baru yang dikaitkan dengan norma agama memerlukan penafsiran. Oleh karenanya apabila ulama mengatakan sesuatu masalah itu dapat dilaksanakan maka masyarakat akan melaksanakannya dengan tulus dan ikhlas. Stratifikasi sosial yang diberikan masyarakat kepada ulama ini bersandarkan pada konsep- konsep agama islam baik melalui kitab suci maupun hadits yang disampaikan Nabi antara lain sesungguhnya yang takut kepada Tuhan dari hamba-hambanya adalah ulama. ( TM. Ashashadiqi 1971: 700) 2.2 Peran Sosial Kepemimpinan Informal Defenisi kepemimpinan secara luas meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan suatu komunitas, memotivasi prilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Selain itu juga mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa- peristiwa para pengikutnya. Kepemimpinan juga dipahami sebagai kekuatan untuk menggerakkan dan mempengaruhi orang. Kepemimpinan sebagai sebuah alat, sarana atau proses untuk membujuk orang agar bersedia melakukan sesuatu secara suka rela/ suka cita. Ada beberapa faktor yang menggerakkan orang lain yaitu karena ancaman, penghargaan, otoritas, dan bujukan. Ketika kita merujuk pada prinsip kepemimpinan peran Ulama dayah cenderung bersifat kepemimpinan informal. Kepemimpinan adalah kekuasaan untuk mempengaruhi seseorang baik dalam mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu, bawahan 34
5 dipimpin dari bukan dengan jalan menyuruh atau mondorong dari belakang. Pimpinan informal merupakan orang yang tidak mendapatkan pengakuan formal sebagai pemimpin namun karena memiliki kualitas unggul, ia mampu mencapai kedudukan yang mampu mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku kelompok atau masyarakat.( Kartini Sartono 1982 hal 6). Masalah yang selalu terdapat dalam membahas fungsi kepemimpinan adalah hubungan yang melembaga Dalam setiap organisasi selalu terdapat hubungan formal dan hubungan informal. Efektivitas kepemimpinan informal terlihat pada pengakuan nyata dan penerimaan dalam praktek atas kepemimpinan seseorang. Biasanya kepemimpinan informal didasarkan pada beberapa kriteria diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Kemampuan "memikat" hati orang lain. 2. Kemampuan dalam membina hubungan yang serasi dengan orang lain. 3. Penguasaan atas makna tujuan organisasi yang hendak dicapai. 4.Penguasaan tentang implikasi-implikasi pencapaian dalam kegiatan-kegiatan operasional. 5. Pemilihan atas keahlian tertentu yang tidak dimiliki oleh orang lain. Kepemimpinan informal lebih kepada persoalan penilaian masyarakat terhadap pribadi tertentu dalam kaitannya dengan sistem sosial yang berlaku. Interaksi yang dinamis antara kedua unsur pribadi dan sistem sosial ini adalah faktor utama yang memapankan kepemimpinan itu. Hal ini berarti bahwa selama pribadi yang disebut pemimpin itu dianggap atau dinilai telah memenuhi kebutuhan dari sistem sosial komunitasnya, maka selama itu ia dapat mempertahankan ikatan emosional dengan para pengikutnya dan selama itu pula kepemimpinanya berlanjut. (e-usu Repository 2004 Universitas Sumatera Utara) 35
6 Kepemimpinan yang dimiliki ulama atau Teungku dayah dapat dikatakan sebagai bentuk pendelegasian dari yang maha kuasa (Allah). Karena bagi masyarakat Aceh jabatan yang dimiliki oleh ulama tidak datang dari aparatur pemerintah, namun jauh dari pada itu kepemimpinan tersebut datangnya langsung dari sang khalik. Khaligatul filardhi merupakan konsep yang dipegang teguh sebagai pemimpin dimuka bumi. Bentuk dari pendelegasian tersebut antara lain perintah datangnya dari Allah kemudian melalulai para rasul, seterusnya melalui para ulama karena pada hakikatnya ulama warasatul anbiya (ulama pewaris para nabi). Barang siapa yang melanggar aturan ulama maka ia juga melanggar aturan nabi dan seterusnya melanggar aturan Allah berupa murtad. Dan apabila hal itu terjadi maka telah sia- sialah ia menjadi muslim yang sejati. 2.3 Otoritas Kharismatik Masyarakat Aceh traditional religius pedesaan sangat didominasi oleh pengaruh Ulama sebagai pemimpin kharismatik. mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin seperti ini, pengetahuan sebagai faktor penyebab Karena kurangnya seorang pemimpin yang karismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supranatural power), sehingga para santri yang belajar pada satu Teungku Dayah (Ulama) sangat enggan melawan ulama karena dikhawatirkan akan Teumeurka atau laknat Ulama yang berakibat tidak diberkahi Ilmu yang telah diberikan serta permasalahan ini tidak hanya berlaku dalam lingkngan pesantren saja namun juga dalam masyarakat umumnya. Dalam tradisi masyarakat Dayah Aceh, ulama senantiasa memiliki kekuatan tersebut perlu dikemukakan bahwa kekayaan, umur, kesehatan profil pendidikan dan sebagainya. Tidak dapat digunakan sebagai kriteria tipe pemimpin karismatis atau Teungku Keuramat (Ulama kramat). 36
7 Otoritas ini didasarkan pada mutu luar biasa yang dimiliki oleh pemimpin sebagai seorang pribadi. Istilah kharisma ditujukan kepada mereka yang dalam pengertian luas untuk menunjukkan daya tarik pribadi yang ada seseorang sebagai pemimpin. Weber mengatakan dalam hal ini meliputi karakteristik-karakteristik pribadi yang memberikan inspirasi kepada mereka yang bakal jadi pengikut. Istilah yang digunakan oleh Weber dalam menggambarkan para pemimpin-pemimpin agama yang berkarismatik dimana dasar pemikiran mereka adalah bahwa mereka memiliki suatu hubungan khusus dengan Ilahi. Istilah kharisma akan diterapkan pada suatu mutu yang terdapat pada seseorang, yang kiranya ia terpisah dari orang biasa dan diperlakukan sebagai orang yang dianugerahi dengan kekuasaan atau mutu yang bersifat adduniawi, luar biasa atau sekurangnya kekacauan dalam bidang tertentu, mutu seperti ini menarik para pengikut yang setia kepada pemimpin kharismatik tersebut secara pribadi dan memiliki komitmen terhadap keteraturan normatif atau moral yang digambarkan. Menurut hal ini kepatuhan yang dimiliki para pengikut tergantung baik pada identifikasi emosional dengan pemimpin sebagai seorang pribadi maupun komitmen terhadap nilai-nilai absolut yang diajarkannya. (Douley 1994 hal 230). Dalam gaya kepemimpinan kharismatik para pengikut membuat atribusi (penghubungan) dari kemampuan kepemimpinan yang heroik atau luar biasa bila mereka mengamati prilaku- prilaku tertentu. Ikatan evaluatif yang bersifat kepemimpinan ditentukan oleh keberhasilan pemimpin memenuhi harapan sosial terhadap peranannya. Ada dua harapan yang dikepada pemimpin yaitu: 37
8 1. Kemampuan untuk memimpin kearah tercapainya situasi yang dicitakan komunitasnya. 2. Kemampuan fungsinya dalam mempertahankan komunitas. Namun demikian mungkin yang paling mempegaruhi kepemimpinan yang berlandaskan nilai keagamaan yang berhubungan dengan pertangung jawaban transendental, diharapkan Tidak hanya dalam hal bersifat keakhiratkan namun ulama senantiasa berperan sebagai tokoh. Hal ini karena harapan akan kesejahtraan rohani masyarakat yang apabila nasihat- nasihat ulama diemban dan dilaksanakan maka kebahagian hidup di dunia dan di akhirat akan tercapai. Apabila dalam suatu kampung tidak adanya ulama yang senantiasa memberi petuah maka kampung tersebut akan jauh dari keselamatan yang hakiki (Rahmatan lilalami) disini ulama diharapkan dapat mempertahankan komunitas Pedesaan. keterluluhan pribadi kedalam keharusan moral agama. (Taufik, 199 hal 64). Sejauh ini peran ulama dayah dalam mengimplementasi syaria at Islam masih dipertanyakan karena dalam hal ini kapasitas ulama sebagai pembuat qanun (perda). Sampai saat ini qanun masih dirancang oleh para ulama yang duduk di MPU. Ulama dayah tidak memiliki kapasitas dalam hal ini namun campur tangan ulama dayah masih exsis dan tidak jarang qanun yang dirancang terlebih dahulu didiskusikan antara MPU dan ulama dayah secara nonformal. Adapun tahap pemberlakuan qanun pertama di rancang oleh MPU seterusnya dibahas dalam sidang DPRD NAD setelah disahkan kemudian diundangkan. Setelah rancangan qanun tersebut diundangkan dalam perda kemudian dilimpahkan kepada dinas syari at Islam untuk selanjutnya dijalankan sebagai fungsi eksekutif. 38
9 Kepemimpinan ulama dayah yang informal kharismatik dapat dilihat Pada saat konflik GAM- TNI keterlibatan penyelesaian yang melibatkan juga ulama, karena secara lebih rasional ulama adalah sosok yang masih dipercaya oleh pihak pihak yang bertikai. Selain itu, keterlibatan mereka adalah untuk memberikan nuansa moral dan kultur ke- Acehan Pada waktu UU Otsus 18/2001 dan CoHA, peran ulama dayah yang dimotori oleh RTA dan HUDA justru tidak terlalu menonjol Keduanya juga terlibat aktif dalam proses memberikan masukan. Ulama HUDA misalkan membuat forum di Lhokseumawe yang juga dihadiri oleh MPU Ada kalanya mereka melakukan mediasi informal dan ada kalanya mereka juga harus tampil didepan secara formal. Ada kalanya juga mereka tampil atas nama pribadi untuk menghindari efek yang lebih buruk bagi organisasi yang dipimpinnya, tapi juga sering kita lihat mereka tampil atas nama lembaga. Akan tetapi intinya mereka sangatlah berperan dalam proses rekonsiliasi konflik di Aceh. Peran mereka bisa memberikan pendekatan kultural dan moral ke-acehan dalam nuansa berbeda. Peran mereka yang semacam ini terkadang tidak langsung terasa dalam waktu dekat, tapi sangat dirasakan efektifitasnya.(aceh institude ) Tipe otoritas ini didasarkan kepada suatu kepercayaan yang mapan terhadap kekuasaan tradisi-tradisi zaman dahulu serta legitimasi status mereka yang menggunakan otoritas yang dimiliki. Jadi alasan penting orang taat kepada struktur otoritas ini adalah kepercayaan mereka bahwa hal ini selalu ada. Mereka menggunakan otoritas tersebut pada satu kelompok status yang traditional menggunakan otoritas atau mereka dipilih sesuai peraturan yang dihormati sepanjang tahun. Hubungan antara tokoh yang memiliki otoritas dari bawahannya pada dasarnya merupakan hubungan pribadi. Sebenarnya kunci untuk memahami dinamika sistem 39
10 otoritas traditional adalah dengan melihat sebagai perpanjangan dari hubungan keluarga. Mereka yang patut memiliki rasa setia pribadi kepada pemimpinnya yang sebaliknya memiliki kewajiban tertentu untuk memperhatikan mereka kepada pemimipinnya yang sebaliknya memiliki kewajiban tertentu untuk memperhatikan mereka. Walaupun pemimpin dan bawahannya terikat kepada peraraturan traditional, namun masih ada keleluasaan bagi atasannya secara pribadi dalam menggunakan otoritasnya dan dalam keadaan seperti itu bawahan terpaksa taat. 2.4 Defenisi Konsep Ulama : berasal dari kata alim yang berarti orang yang mengetahui atau orang yang berilmu, khususnya Ilmu Agama Islam serta bersikap mulia sesuai dengan karakteristik keilmuannya Teungku : panggilan terhadap Ulama Aceh khususnya yang telah memiliki pengetahuan tentang Agama serta mendapat pengakuan dari masyarakat Teungku Chik: Guru Besar / Syaikh (orang yang paling di tuakan dalam struktur dayah di Aceh) dan biasanya bersifat Keuramat (Memiliki Ilmu supra natural yang di berikan oleh ALLAH) Peran (role): menjalankan dan kewajiban berdasarkan statusnya, atau hal yang berkenaan dengan perilaku karena status yang di sandang oleh seseorang Dayah: kesatuan kompleks yang didalamnya tergabung rangkang (rumah panggung) tempat belajar Ilmu agama yang masih menggunakan kurikulum Klasik serta dipimpin oleh seorang ulama Teungku (ulama) Syari at: seperangkat norma ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan sesamanya dalam kehidupan sosial, hubungan 40
11 manusia dengan makhluk lainnya dialam lingkungan hidupnya atau Hukum yang berlaku bagi seluruh penganutnya dalam Islam yang merupakan Wahyu dari Ilahi sebagai tercantum dalam Al-Quar an dan Hadits Qanun: peraturan pemerintah daerah Nanggroe Aceh Darussalam sebagai daerah syaria at Islam yang diberlakukan kembali setelah beberapa Tahum lamanya (ketika kesultanan Aceh Darussalam) Serambi Mekah: sebutan bagi provinsi paling barat sumatera yang sekarang disebut Nangro Aceh darusalam yang merupakam Pintu masuk Negeri Mekah ke Nusantara yang sebagai pusat peradaban Islam Dunia Kemukiman adalah gabungan dari beberapa Gampong (desa) yang mempunyai batas wilayah tertentu dan kekayaan sendiri dalam kedudukan di bawah kecamatan serta dipimpin oleh seorang Imeum Mukim yang mempunyai mengatur kewenangan dalam mengatur kebijakan antar gampong (desa) Meudagang: Usaha mengenyam pendidikan dayah dimana para santri harus tinggal beberapa lamanya di Dayah untuk mendapatkan Ilmu Agama sampai pada akhirnya kembali ke kampung halaman dengan mendapat prediket Teungku (Ulama). 41
QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG TUHA PEUET GAMPONG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA
QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG TUHA PEUET GAMPONG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA WALIKOTA BANDA ACEH, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan orang yang memiliki Ilmu (Ilmu Agama). Secara Panggilan dan
1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Berbicara masalah Ulama juga berbicara masalah personal, Ulama dari segi Bahasa merupakan orang yang memiliki Ilmu (Ilmu Agama). Secara Panggilan dan tingkatan
Lebih terperinciQANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGGABUNGAN DAN PENGHAPUSAN GAMPONG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGGABUNGAN DAN PENGHAPUSAN GAMPONG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA WALIKOTA BANDA ACEH, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG
PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG QANUN KABUPATEN ACEH TAMIANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENGISIAN STRUKTUR ORGANISASI MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA KABUPATEN ACEH TAMIANG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aceh adalah sebuah provinsi yang merupakan kesatuan masyarakat hukum yang bersifat istimewa dan diberi kewenangan khusus untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
Lebih terperinciQANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN IMEUM MEUNASAH DALAM KABUPATEN ACEH TIMUR
QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN IMEUM MEUNASAH DALAM KABUPATEN ACEH TIMUR BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI
Lebih terperinci-1- QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PERLINDUNGAN AQIDAH
-1- QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBINAAN DAN PERLINDUNGAN AQIDAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR
Lebih terperinciQANUN KOTA LANGSA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG TUHA PEUET GAMPONG DALAM KOTA LANGSA DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA WALIKOTA LANGSA,
QANUN KOTA LANGSA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG TUHA PEUET GAMPONG DALAM KOTA LANGSA DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA WALIKOTA LANGSA, Menimbang : a. bahwa Tuha Peuet Gampong yang merupakan lembaga permusyawaratan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. sebagai abdun dan khalifah Allah fi al-ardh yang berimplikasi kepada
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Islam berusaha untuk menempatkan manusia kepada kedudukannya sebagai abdun dan khalifah Allah fi al-ardh yang berimplikasi kepada pendidikan bahwa manusia sebagai abdun harus
Lebih terperinciQANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 3 TAHUN 2003
QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 3 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN, KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN PEMERINTAHAN KECAMATAN DALAM PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciQANUN ACEH NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,
QANUN ACEH NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa para ulama telah memberikan kontribusi
Lebih terperinciQANUN ACEH NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,
QANUN ACEH NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang: a. bahwa para ulama telah memberikan kontribusi
Lebih terperinciQANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG MAISIR (PERJUDIAN) BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA
QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG MAISIR (PERJUDIAN) BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA 1 GUBERNUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Menimbang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH
UNDANG-UNDANG NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa sejarah panjang perjuangan rakyat Aceh
Lebih terperinciQANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PEMERINTAHAN MUKIM DALAM PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PEMERINTAHAN MUKIM DALAM PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR PROVINSI
Lebih terperinciBUPATI BENER MERIAH QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR : 14 TAHUN 2005 T E N T A N G
BUPATI BENER MERIAH QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR : 14 TAHUN 2005 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA (MPU) KABUPATEN BENER MERIAH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG
Lebih terperinciQANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG REUSAM GAMPONG DALAM KABUPATEN ACEH TIMUR
QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG REUSAM GAMPONG DALAM KABUPATEN ACEH TIMUR BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA BUPATI ACEH TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciQANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG REUSAM GAMPONG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA WALIKOTA BANDA ACEH
QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG REUSAM GAMPONG BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA WALIKOTA BANDA ACEH Menimbang : a. bahwa Qanun ini dibentuk dalam rangka melaksanakan
Lebih terperinciNEGARA SISTEM PEMERINTAHAN KEKUASAAN, WEWENANG, LEGITIMASI LEMBAGA POLITIK
NEGARA SISTEM PEMERINTAHAN KEKUASAAN, WEWENANG, LEGITIMASI LEMBAGA POLITIK IDENTIFIKASI MANUSIA HIDUP : 1. CONFORMITAS KERJASAMA 2. ANTAGONISTIS PERTENTANGAN Negara organisasi dalam suatu wilayah dapat
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. perjalanan kehidupan umat manusia, perbedaan inilah yang selalu menimbulkan
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Konflik merupakan salah satu esensi dari kehidupan dan perkembangan manusia yang mempunyai karateristik yang beragam. Manusia memiliki perbedaan jenis kelamin, strata
Lebih terperinci-1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG
-1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA MAJELIS ADAT ACEH KABUPATEN ACEH TIMUR BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH
Lebih terperinciQANUN ACEH NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN KEHIDUPAN ADAT DAN ADAT ISTIADAT BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA
QANUN ACEH NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN KEHIDUPAN ADAT DAN ADAT ISTIADAT BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM, Menimbang : a. bahwa Adat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ibid hlm. 43
BAB I PENDAHULUAN Setiap penelitian akan di latar belakangi dengan adanya permasalahan yang Akan dikaji. Dalam penelitian ini ada permasalahan yang dikaji yaitu tentang Efektivitas Tokoh Agama dalam Membentuk
Lebih terperinciQANUN ACEH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA ADAT BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM,
QANUN ACEH NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA ADAT BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM, Menimbang : a. bahwa lembaga adat yang berkembang dalam
Lebih terperinciLandasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia
Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia A. Landasan Sosial Normatif Norma berasal dari kata norm, artinya aturan yang mengikat suatu tindakan dan tinglah laku manusia. Landasan normatif akhlak
Lebih terperinciKEDUDUKAN HUKUM ADAT DALAM OTONOMI KHUSUS (The Existence of Customary Law in Special Autonomy) ABSTRACT
KEDUDUKAN HUKUM ADAT DALAM OTONOMI KHUSUS (The Existence of Customary Law in Special Autonomy) Oleh : Darmawan ) ABSTRACT Kata Kunci : Kedudukan Hukum Adat, Otonomi Khusus Berdasarkan Undang-Undang Nomor
Lebih terperinciBAB II. KAJIAN PUSTAKA. Dalam setiap hubungan antar manusia maupun antar kelompok sosial
BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Relasi Kekuasaan Dalam setiap hubungan antar manusia maupun antar kelompok sosial selalu tersimpul pengertian pengertian kekuasaan dan wewenang. Kekuasaan terdapat disemua bidang
Lebih terperinciBAB IV ANALISA. masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an
BAB IV ANALISA Melihat dari hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa mayoritas masyarakat Jemur Wonosari yang beragama Islam meyakini bahwa al-qur an merupakan acuan moral untuk memecahkan problem
Lebih terperinciQANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG KEMUKIMEN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TENGAH,
QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG KEMUKIMEN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA Menimbang : a. BUPATI ACEH TENGAH, bahwa dengan diakuinya keistimewaan Aceh
Lebih terperinciQANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG
QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT KABUPATEN DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KABUPATEN ACEH TIMUR BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi hasil kesimpulan penelitian secara keseluruhan yang dilakukan oleh penulis Selain kesimpulan, diuraikan pula rekomendasi yang penulis berikan kepada beberapa pihak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan sangat berperan penting bagi kemajuan suatu bangsa, tidak hanya bagi individu yang menempuh pendidikan tersebut, tetapi juga berpengaruh terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kyai dan Jawara ditengah tengah masyarakat Banten sejak dahulu menempati peran kepemimpinan yang sangat strategis. Sebagai seorang pemimpin, Kyai dan Jawara kerap dijadikan
Lebih terperinci-1- QANUN ACEH NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DAN PENDIRIAN TEMPAT IBADAH
-1- QANUN ACEH NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DAN PENDIRIAN TEMPAT IBADAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam setiap kehidupan sosial terdapat individu-individu yang memiliki kecenderungan berperilaku menyimpang dalam arti perilakunya tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai
Lebih terperinciIMUEM GAMPONG DALAM PEMBANGUNAN SOSIO EKONOMI MASYARAKAT ACEH. Taufiq
Imuem Gampong Dalam Pembangunan Sosio Ekonomi Masyarakat 98 IMUEM GAMPONG DALAM PEMBANGUNAN SOSIO EKONOMI MASYARAKAT ACEH Taufiq Abstract Salah satu masalah utama dalam masyarakat adalah persoalan ekonomi.
Lebih terperinciMUKIM DI ACEH Taqwaddin Husin, dkk
MUKIM DI ACEH Taqwaddin Husin, dkk MUKIM DI ACEH Belajar dari Masa Lalu untuk Membangun Masa Depan Penulis : Dr. Taqwaddin Husin, SH, SE, MS, dkk Editor : Sulaiman, S.H.,M.H Sampul : Musthafa Lay Out :
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Indonesia merupakan sebuah negara multikultural dan plural, yang terdiri dari
113 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Indonesia merupakan sebuah negara multikultural dan plural, yang terdiri dari bermacam-macam suku, agama, ras dan antar golongan. Berdasar atas pluralitas keislaman di
Lebih terperinciQANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG
QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA MAJELIS ADAT ACEH PROVINSI NANGGROE ACEI I DARUSSALAM BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciQANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 14 TAHUN 2003 TENTANG KHALWAT (MESUM) BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA
QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 14 TAHUN 2003 TENTANG KHALWAT (MESUM) BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA 1 GUBERNUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Menimbang :
Lebih terperinciQANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DALAM KABUPATEN ACEH TIMUR BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DALAM KABUPATEN ACEH TIMUR BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TIMUR,
Lebih terperinciQANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG
QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG HUBUNGAN TATA KERJA MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA DENGAN EKSEKUTIF, LEGISLATIF DAN INSTANSI LAINNYA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENGAWASAN KUA KECAMATAAN SEDATI TERHADAP PENGELOLA BENDA WAKAF
BAB IV ANALISIS EFEKTIVITAS PENGAWASAN KUA KECAMATAAN SEDATI TERHADAP PENGELOLA BENDA WAKAF A. ANALISIS EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PENGAWASAN KUA TERHADAP PENGELOLA BENDA WAKAF DI KECAMATAN SEDATI Perwakafan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Setelah reformasi, terjadi beberapa amandemen terhadap UUD 1945.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah reformasi, terjadi beberapa amandemen terhadap UUD 1945. Salah satu pengaturan penting yang mendapat tempat dalam perubahan tersebut adalah mengenai
Lebih terperinciRangkaian Kolom Kluster I, 2012
Beratus-ratus tahun yang lalu dalam sistem pemerintahan monarki para raja atau ratu memiliki semua kekuasaan absolut, sedangkan hamba sahaya tidak memiliki kuasa apapun. Kedudukan seorang raja atau ratu
Lebih terperinciKEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI (Kajian dalam diklat PIM IV materi Manajemen Perkantoran)
KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI (Kajian dalam diklat PIM IV materi Manajemen Perkantoran) Oleh : Drs. H. Eldison., M.Pd.I Widyaiswara Madya Bdk Padang Abstrak Dalam kenyataannya para pemimpin dapat mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pada dasarnya dilahirkan kedunia membawa berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pada dasarnya dilahirkan kedunia membawa berbagai potensi. Salah satunya adalah aspek moralitas. Baik buruknya potensi tersebut tergantung dari
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,
PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa hutan dan lahan merupakan sumberdaya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini merupakan sifat dasar masyarakat. Perubahan masyarakat tiada hentinya, jika
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tahap Pengembangan Masyarakat Masyarakat senantiasa akan mengalami perubahan dikarenakan masyarakat adalah mahluk yang tidak statis melainkan selalu berubah secara dinamis.
Lebih terperinciPembaharuan.
Pembaharuan a.s. Disajikan di bawah ini adalah khutbah Hazrat Mirza Ghulam Ahmad dari Qadian, Masih Maud dan Imam Mahdi, pada tanggal 26 Desember 1903. Terjemahan ini diambil dari naskah berbahasa Urdu
Lebih terperinciWALIKOTA LHOKSEUMAWE
WALIKOTA LHOKSEUMAWE QANUN KOTA LHOKSEUMAWE NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT LEMBAGA KEISTIMEWAAN KOTA LHOKSEUMAWE BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH
Lebih terperinciQANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam upaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kepemimpinan yang kuat diperlukan agar organisasi dapat mencapai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepemimpinan yang kuat diperlukan agar organisasi dapat mencapai sasarannya. Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi orang lain untuk melakukan pekerjaannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hadis Nabi yang paling populer menyatakan bahwa ulama adalah pewaris para
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ulama menduduki tempat yang sangat penting dalam Islam dan dalam kehidupan kaum Muslimin. Dalam banyak hal, mereka dipandang menempati kedudukan dan otoritas
Lebih terperincibangsa, ras, etnis, budaya maupun agama, dalam hal keagamaan mayoritas untuk menerapkan Syaria t Islam di sejumlah daerah yang merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kemajemukan baik suku bangsa, ras, etnis, budaya maupun agama, dalam hal keagamaan mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama
Lebih terperinciKHARISMA DAN KEWIBAWAAN PEMIMPIN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT PIDIE
KHARISMA DAN KEWIBAWAAN PEMIMPIN DALAM PANDANGAN MASYARAKAT PIDIE (Penelitian di Kecamatan Kembang Tanjong, Kabupaten Pidie) Effendi Hasan 1, Taufik Abdullah 2 1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)
Lebih terperinciQANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEMERINTAHAN MUKIM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEMERINTAHAN MUKIM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH
Lebih terperinciQANUN KABUPATEN ACEH BARAT DAYA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG
QANUN KABUPATEN ACEH BARAT DAYA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT LEMBAGA KEISTIMEWAAN KABUPATEN ACEH BARAT DAYA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG
Lebih terperinciKEPEMIMPINAN 1 Oleh: Dwi Harsono
KEPEMIMPINAN 1 Oleh: Dwi Harsono Pendahuluan Dalam Alqur an Surat Albaqarah (2) ayat 30 Allah berfirman Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep
I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia yang berfalsafah Pancasila, memiliki tujuan pendidikan nasional pada khususnya dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya.
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG
PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA (MPU) PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Lebih terperinciQANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 9 TAHUN 2004 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS SYARIAT ISLAM DAN KELUARGA SEJAHTERA KOTA BANDA ACEH
QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 9 TAHUN 2004 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS SYARIAT ISLAM DAN KELUARGA SEJAHTERA KOTA BANDA ACEH BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHU
Lebih terperinciQANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT LEMBAGA KEISTIMEWAAN ACEH TIMUR
QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT LEMBAGA KEISTIMEWAAN ACEH TIMUR BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH
Lebih terperinciKEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI KEPEMUDAAN 1 Oleh: Dwi Harsono 2
KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI KEPEMUDAAN 1 Oleh: Dwi Harsono 2 Pendahuluan Tulisan ini membahas kepemimpinan sebagai titik sentral bagi keberhasilan suatu organisasi khususnya yang berkecimpung dalam kegiatan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciTEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin
A. Pendahuluan TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM --------------------------------------------------------------------- Oleh : Fahrudin Tujuan agama Islam diturunkan Allah kepada manusia melalui utusan-nya
Lebih terperinciMasih Spiritualitas Bisnis
c Prestasi, bukan Prestise d Masih Spiritualitas Bisnis Oleh Nurcholish Madjid Dalam uraian mengenai spiritualitas bisnis pekan lalu, kita menyadari bahwa adanya kombinasi antara ihsān dan itqān dalam
Lebih terperinciWALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 26 TAHUN 2016
SALINAN WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MATARAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia telah melahirkan suatu perubahan dalam semua aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak tertutup kemungkinan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi, namun juga menelisik kehidupan
BAB VI KESIMPULAN Penelitian ini tidak hanya menyasar pada perihal bagaimana pengaruh Kyai dalam memproduksi kuasa melalui perempuan pesantren sebagai salah satu instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,
PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA PADA LEMBAGA KEISTIMEWAAN KABUPATEN BIREUEN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI
Lebih terperinciRANCANGAN QANUN ACEH NOMOR.. TAHUN 2009 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA
RANCANGAN QANUN ACEH NOMOR.. TAHUN 2009 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa perempuan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan betujuan untuk mengumumkan
Lebih terperinciPOLA KEPEMIMPINAN K. H. M. THOHIR ABDULLAH, A.H DALAM UPAYA PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN RAUDLOTUL QUR AN DI MANGKANG SEMARANG
POLA KEPEMIMPINAN K. H. M. THOHIR ABDULLAH, A.H DALAM UPAYA PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN RAUDLOTUL QUR AN DI MANGKANG SEMARANG A. Latar Belakang Masalah Pada setiap kajian tentang Islam tradisional di
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. karyawan dalam sebuah perusahaan sangat dibutuhkan untuk mencapai prestasi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Pegawai 2.1.1 Pengertian Kinerja Kinerja merupakan tingkat pencapaian hasil ataas pelaksanaan tugas tertentu. Dalam konteks pengembangan sumber daya manusia kinerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penghasilan sebanyak-banyaknya dengan melakukan usaha sekecil-kecilnya. Para
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pemilihan Objek Persaingan dalam dunia perekonomian kini telah melanda berbagai penjuru dunia. Sebagian orang terjebak dalam egonya untuk memperoleh
Lebih terperinciPELAKSANAAN SYARI AT ISLAM DI ACEH ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN Oleh : BAIDHOWI. HB
PELAKSANAAN SYARI AT ISLAM DI ACEH ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN Oleh : BAIDHOWI. HB PENDAHULUAN Menyimak ungkapan salah seorang tokoh/ulama di Aceh di dalam salah satu harian di Aceh menerangkan;... hingga
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. melindungi manusia dari pengaruh alam, sementara pendapatan merupakan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sosial Ekonomi Masyarakat Kehidupan sosial ekonomi adalah hal-hal yang didasarkan atas kriteria tempat tinggal dan pendapatan. Tempat tinggal yang dimaksud adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi pelayan masyarakat yang dapat memberikan pelayanan yang terbaik sesuai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini, organisasi birokrasi dituntut untuk dapat menjadi pelayan masyarakat yang dapat memberikan pelayanan yang terbaik sesuai dengan
Lebih terperinciB. Rumusan Masalah 1. Apa tujuan hukum sebagai kaidah sosial? 2. Sebutkan empat kaidah sosial?
HUKUM SEBAGAI KAIDAH SOSIAL A. Pendahuluan Kita sudah membicarakan tentang sistem sosial, ketertiban, pengendalian sosial dan sedikit banyak juga tentang norma sosial. oleh karena pembahasan mengenai norma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI), kekuasaan yang berfungsi
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Dalam Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI), kekuasaan yang berfungsi sebagai penyeimbang kerja pemerintah adalah Dewan Perwakilan Rakyat (selanjutnya disingkat DPR),
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Analisis
BAB V PENUTUP A. Analisis Keterlibatan ulama dalam berpolitik sudah ada sejak dahulu bukanlah hal yang baru. Fakta sejarah mencatat bahwa ulama sudah terlibat dalam memperjuangkan kemerdekaan Republik
Lebih terperinciQANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG
QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN, KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN KABUPATEN ATAU KOTA DALAM PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH
Lebih terperinciRANCANGAN QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA MAJELIS PENDIDIKAN DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR
RANCANGAN QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA MAJELIS PENDIDIKAN DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH
Lebih terperinciKEPEMIMPINAN ABAD 21
KEPEMIMPINAN ABAD 21 Oleh : Abdul Syakur*) Abstraksi Kalau kita mengamati berbagai telaah mengenai kepemimpinan untuk menentukan apa yang melahirkan seorang pemimpin yang efektif dan apa yang membedakan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN, PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT DALAM WILAYAH
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA ANNUAL CONFERENCE ON ISLAMIC STUDIES VIII TANGGAL 3 NOVEMBER 2008 DI PALEMBANG
SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA ANNUAL CONFERENCE ON ISLAMIC STUDIES VIII TANGGAL 3 NOVEMBER 2008 DI PALEMBANG Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Yth. Gubernur Sumatera Selatan; Yth. Ketua DPRD
Lebih terperinciHP : Bisa diunduh di: teguhfp.wordpress.com
e-mail : sitisyamsiar@yahoo.com HP : 081-1286833 Bisa diunduh di: teguhfp.wordpress.com A. Pendahuluan Mengapa Pemimpin Dibutuhkan? Karena banyak orang memerlukan figur pemimpin. Dalam beberapa situasi
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DINIYAH TAKMILIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DINIYAH TAKMILIYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a. bahwa Pendidikan Nasional di samping
Lebih terperinciBENGKALIS, 25 JULI 2017
BUPATI BENGKALIS SAMBUTAN BUPATI BENGKALIS PADA ACARA PENYERAHAN SK BUPATI BENGKALIS TENTANG PENGANGKATAN CPNS MENJADI PNS DAN PENGAMBILAN SUMPAH/JANJI PNS DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BENGKALIS BENGKALIS,
Lebih terperinciBAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,
BAB IV ANALISIS 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat, yang secara sadar maupun tidak telah membentuk dan melegalkan aturan-aturan yang
Lebih terperinci2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha sadar dan terencana untuk memanusiakan manusia melalui pengembangan seluruh potensinya sesuai dengan yang dibutuhkan
Lebih terperinciQANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG TUHA PEUT GAMPONG DALAM KABUPATEN ACEH TIMUR
Menimbang QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG TUHA PEUT GAMPONG DALAM KABUPATEN ACEH TIMUR BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TIMUR, : a. bahwa ketentuan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Formal Ibu 1. Pengertian Ibu Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada pada diri anaknya dalam hal mengasuh, membimbing dan mengawasi
Lebih terperinciBUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG
BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA SHARING BANTUAN KEUANGAN PEUMAKMUE GAMPONG (DS-BKPG) DALAM KABUPATEN ACEH TIMUR TAHUN 2009 Menimbang :
Lebih terperinciPENGELOLAAN KEUANGAN PONDOK PESANTREN MIFTAHUL AMAL BLORA TESIS
1 PENGELOLAAN KEUANGAN PONDOK PESANTREN MIFTAHUL AMAL BLORA TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Lebih terperinciUNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK SYARI AT ISLAM FUNGSINYA SEBAGAI KONTROL SOSIAL
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK SYARI AT ISLAM FUNGSINYA SEBAGAI KONTROL SOSIAL (Studi Deskriptif di Desa Leuge Kec.Peureulak Kota, Kab. Aceh Timur). DIAJUKAN OLEH : FAKHRUDDIN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tangan terhadap hubungan hukum antara manusia dengan tanah di Indonesia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Hukum Adat (selanjutnya disebut MHA) di Indonesia merupakan kesatuan kemasyarakatan yang berkembang sejalan dengan perkembangan kehidupan bermasyarakat.
Lebih terperinciQANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG TUHA PEUT GAMPONG DALAM KABUPATEN ACEH TIMUR
QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG TUHA PEUT GAMPONG DALAM KABUPATEN ACEH TIMUR BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TIMUR, Menimbang : a. bahwa ketentuan
Lebih terperinciSEB E U B A U H H MAT A A T KULIAH
SEBUAH MATA KULIAH PENGANTAR PENGANTAR HUKUM INDONESIA Pengantar Hukum Indonesia HUKUM SEBAGAI PRANATA SOSIAL sistem norma yang bertujuan untuk mengatur tindakan maupun kegiatan masyarakat untuk memenuhi
Lebih terperinci