BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TUBERKULOSIS Definisi TB Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. TBC terutama menyerang paruparu sebagai tempat infeksi primer. Selain itu, TBC juga dapat mneyerang kulit, kelenjar limfe, tulang dan selaput otak. TBC menular melalui droplet infeksius yang terinhalasi oleh orang sehat. Pada sedikit kasus, TBC juga ditularkan melalui susu. Pada keadaan yang terakhir ini, bakteri yang berperan adalah Mycobacterium bovis (Depkes, 2010 ). Ada beberapa definisi yang harus diketahui dalam mempelajari kasus TB, yaitu ; 1. Suspek TB, yaitu seseorang dengan gejala atau tanda TB. Gejala umum : batuk produktif lebih dari 2 minggu yang disertai gejala pernafasan dan/atau gejala tambahan. 2. Kasus TB, yaitu seseorang yang telah dilakukan pemeriksaan penunjang untuk TB dan didiagnosa TB oleh dokter dan diobati dengan paduan dan lama pengobatan lengkap. 3. Kasus TB pasti yaitu pasien TB yang telah ditemukan Mycobacterium Tuberculosis Complex yang diperoleh dari specimen klinik dan biakan (Isbaniyah dkk, 2011) Epidemiologi TB Tuberculosis (TB) merupakan suatu penyakit yang disebabkan bakteri kompleks Mycobacterium tuberculosis dan biasanya mengenai paru, meskipun organ-organ lain terlibat dalam satu per tiga kasus. Jika diterapi dengan benar, TB yang disebabkan oleh galur yang sensitif terhadap obat dapat disembuhkan pada hampir semua kasus. Penularan

2 TB terjadi melalui droplet nuclei yang dikeluarkan penderita TB yang disebarkan melaui udara (airbone). Jika tidak diterapi, penyakit TB dapat menjadi fatal dalam 5 tahun pada 50 60% kasus. Merujuk peta penyebaran prevalensi pada tahun 2011, Indonesia terletak pada rentang prevalensi per populasi. Dengan jumlah penduduk sekitar 242 juta, angka mortalitas TB mencapai 27 per penduduk, prevelensinya mencapai 281 per , insidensi sebesar 187 per penduduk, disertai presentase komorbid infeksi HIV sebesar 3,3% (Depkes, 2010) Jenis- jenis TB Jenis jenis TB dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Tuberkulosis Primer Tuberkulosis (TB) primer reaksi yang terlihat pada seseorang yang sebelumnya tidak pernah kontak dengan kuman itu. Di paru-paru bentuk lesi primer terdapat tepat dibawah pleura. Penyebaran limfatik membuat kelenjar getah bening regional terkena dan menyebabkan perkijuan. Lesi asal tetap tidak tampak. Lesi primer yang diusus, akan menyebabkan hal yang sama pada kelenjar getah bening regionalnya yang akan mengalami perkijauan. Mycobacterium tuberculosis primer yang masuk melalui saluran nafas akan bersarang di jaringan paru, di mana ia akan membentuk suatu sarang pnemonik yang disebut sarang primer atau efek primer atau sarang fokus Ghon. Sarang primer ini mungkin timbul dibagian mana saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivitas. Dari sarang primer akan kelihatan peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis regional). Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis regional), sarang primer limfangitis lokal dan limfadenitis regional dikenal sebagai komplek primer.

3 2. Tuberkulosis Paru TBC merupakan penyakit yang sangat infeksius, seorang penderita TB dapat menularkan penyakit kepada minimal 10 orang di sekitarnya. Menurut perkiraan WHO,1/3 penduduk dunia saat ini telah terinfeksi kuman TB. Kabar baiknya adalah orang yang terinfeksi M. Tuberculosis tidak selalu menderita penyakit TBC. Dalam hal ini, imunitas tubuh sangat berperan untuk membatasi infeksi sehingga tidak bermanifestasi menjadi penyakit TBC. 3. Tuberkulosis Paru dengan Fibrotik Disebabkan oleh infeksi kronis yang telah berlangsung lama atau karena inhalasi debu debu tertentu. Infeksi kronik menyebabkan fibrosis, yang apabila cukup luas dapat menggantikan sebagian besar jaringan paru normal. Seringkali berhubungan dengan bronkiektasis. Akibat fibrosis itu menyebabkan paru paru, mediastinum, bahkan dinding dada dapat mengalami distorsi. Inhalasi debu dapat menyebabkan peradangan kronik dan fibrosis. Debu terpenting adalah silika yang menyebabkan silikosis. Tukang batu dan mereka yang menggunakan gerinda, paling sering terkena, juga penambang batu bara terutama yang mengandung antrasit. 4. Bronkhitis dengan Tuberkulosis Bronkhitis bukan hanya akan menyebabkan gangguan pada pernafsan, tetapi juga pada gangguan penglihatan. Karena itu harus secepatnya ditangani secara medis. Diagnosa bronkhitis biasanya ditegakkan berdasarkan gejala terutama dari adanya lendir. Pada pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop akan terdengar bunyi bronki atau bunyi pernafasan yang tidak normal. Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan adalah tes fungsi paru paru, gas darah arteri dan rontgen dada. Bronkhitis adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paru paru). Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Bronkhitis biasanya terjadi karena

4 infeksi seperti radang tenggorokan, campak, dan batuk rejan. Penyakit ini disebabkan virus dan bakteri. 5. Pneumotoraks Pneumotoraks merupakan keadaan emergensi yang disebabkan oleh akumulasi udara dalam rongga pleura, sebagai akibat dari proses penyakit atau cidera. Pneumotoraks lebih sering terjadi pada penderita dewasa yang berumur sekitar 40 tahun. Laki laki lebih sering daripada wanita. Pneumotoraks sering dijumpai pada musim penyakit batuk. Pembagian pneumotoraks bermacam macam bergantung dari sisi pembuatan klasifikasi tertentu (Aditama, 2005). Hubungan antara TB dengan gizi adalah sebenarnya tidak hanya penyakit TB yang memerlukan penyembuhan dengan bantuan kecukupan gizi yang baik. Bisa dikatakan semua penyakit memerlukan bantuan gizi dalam proses penyembuhannya (Sudoyo dan Aru W,2006). Batuk Menular Resiko penularan penyakit TB di Indonesia setiap tahunnya berkisar antara 1 3%. Angka ini cukup tinggi, sebagai gambaran, resiko penularan 1% artinya diantara penduduk rata rata ada 100 penderita TB setiap tahunnya. Dan dari 100 orang penderita TB hampir 50 orang BTA positif, sehingga menimbulkan angka penularan yang cukup tinggi. BTA positif artinya dahak penderita TB masih mengandung kuman TBC yang berpotensi menularkan penyakit TB ke orang lain lewat percikan dahaknya. Infeksi awal terjadi saat seseorang pertama kalinya menghirup dahak penderita TB yang BTA positif. Kuman yang terhirup sangat kecil sehingga dapat melewati sistem pertahanan alami saluran pernafasan dan terus berjalan sampai di paru paru. Setelah terjadi infeksi awal, selanjutnya tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan respon daya tahan tubuh. Respon daya tahan tubuh yang baik dapat menghentikan perkembangan kuman TB, tetapi ada beberapa kuman yang akan menetap sebagai kuman persisten atau kuman tidur yang pada saat daya tahan tubuh melemah kuman tersebut akan

5 berkembang biak sehingga orang tersebut menjadi penderita TB. Oleh karena itu asupan gizi yang baik diperlukan setiap waktu dan terutama pada saat orang tersebut sedang sakit (Alsagaff, 2002). Kuman dapat bertahan hidup dalam suhu yang sangat rendah yaitu antara 2 o C sampai minus 70 o C, namun sangat peka terhadap panas sinar matahari dan ultra violet. Di dalam dahak pada suhu 30 o C - 37 o C kuman cepat mati dalam waktu seminggu, sedangkan apabila terpapar sinar ultraviolet secara langsung sebagian besar kuman akan mati dalam waktu beberapa menit (Tuberkul osis, From Basic to Patient Care, 2007) Klasifikasi TB Kasus TB juga diklasifikasikan berdasarkan lokasi anatomisnya, hasil pemeriksaan dahak atau bakteriologi, riwayat pengobatan sebelumnya dan atatus HIV dari pasien Berdasarkan lokasi anatomisnya TB Paru merujuk pada kasus TB yang melibatkan parenkim paru. Tuberkulosis milier merupakan TB paru karena terdapat lesi pada paru. Pasien dengan TB paru dan TB ekstraparu harus diklasifikasikan sebagai kasus TB Paru. TB ekstra paru merujuk pada TB yang mengenai organ selain paru Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak atau bakteriologi Terbagi dua, yakni TB Paru dengan BTA ( + ) dan TB Paru dengan BTA ( - ). Kalau hasil SPS positif, didiagnosa sebagai penderita TB BTA positif. Kalau hasil SPS masih negatif, maka dilakukan foto rontgen dada untuk mendukung diagnosis sebagai penderita TB BTA negatif rontgen positif Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya Pasien baru yaitu pasien yang belum pernah memperoleh pengobatan untuk TB atau yang telah memperoleh obat

6 anti-tb selama kurang dari 1 bulan. Pasien yang telah memperoleh pengobatan sebelumnya yaitu telah memperoleh pengobatan TB selama bulan atau lebih pada masa lampau Berdasarkan status HIV dari pasien (apakah + atau -) (Isbaniyah dkk, 2011) Patogenesis TB Patogenesis TB pada orang yang imunokompeten dan sebelumnya tidak pernah terpajan bergantung pada perkembangan imunitas seluler terhadap mycobacterium, yang memberikan pertahanan terhadap bakteri dan juga mengakibatkan munculnya hipersensitivitas terhadap antigen mycobacterium. Granuloma kaseosa dan kavitasi yang terjadi pada TB merupakan akibat dari hipersensitivitas yang berkembang dengan respon imun protektif host (Kumar dkk, 2010). TB primer merupakan suatu bentuk TB yang terjadi pada orang yang sebelumnya tidak pernah terpajan. Sekitar 5% orang yang baru terinfeksi TB primer menunjukkan gejala klinik yang signifikan. Pada TB primer, sumber organismenya berasal dari luar. Pada sebagian orang, infeksi primer dapat diatasi, tetapi pada sebagian kecil, TB primer bersifat progresif. Diagnosis dari TB primer progresif pada orang dewasa sulit, sebab TB primer progresif seringkali mirip dengan pneumonia bacterial akut ( konsolidasi lobus bawah dan tengah, adenopati hilus, efusi pleura). TB sekunder merupakan pola penyakit yang muncul pada host sebelumnya sudah tersensitisasi. TB sekunder dapat terjadi mengikuti TB primer, tetapi seringkali TB sekunder terjadi setelah beberapa tahun setelah infeksi pertama kali, biasanya ketika resistensi host melemah. Seringkali berasal dari reaktivasi dari infeksi laten, tetapi juga dapat disebabkan oleh reinfeksi eksogen bersamaan dengan melemahnya imunitas host atau ketika terpajannya host dengan basil virulen dalam jumlah besar. Reaktivasi lebih sering terjadi pada area dengan prevalensi rendah,

7 sementara reinfeksi pada area dengan prevalensi tinggi 2011). (Isbaniyah dkk, Kuman TB dan penularannya Daya penularan dari seorang penderita TB ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut (Depkes, 2012). Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seorang yang terpapar dengan kuman TB menjadi terinfeksi, yaitu : ^ Konsentrasi droplet-infeksius di udara. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah droplet-infeksius yang dikeluarkan oleh penderita TB Paru maupun keadaan ventilasi di area paparan. ^ Lamanya paparan tersebut terjadi Makin dekat dan makin lama seorang kontak dengan pasien TB yang menular (penderita TB Paru BTA positif yang belum diobati), maka makin besar resiko terinfeksi TB Paru (Depkes, 2012). Beberapa hal penting yang harus dipahami yaitu : Upaya untuk mencegah penularan penyakit TB : - Mengobati penderita TB Paru BTA positif sampai sembuh - Menganjurkan kepada penderita agar menutup mulut dengan sapu tangan bila batuk atau bersin dan tidak membuang dahak di lantai atau disembarang tempat. - Perbaikan perumahan dan lingkungan, peningkatan status gizi dan peningkatan pelayanan kesehatan Upaya untuk mencegah terjadinya TB Paru, yaitu : - Meningkatkan asupan gizi - Memberikan pengobatan pencegahan pada anak balita tanpa gejala TB tapi mempunyai kontak atau serumah dengan pasien TB Paru BTA positif. Pada anak ini diberikan tablet Isoniazid (INH) dengan dosis 5 mg/kg BB per hari selama enam bulan. Bila anak tersebut

8 belum pernah mendapat BCG, maka BCG ini perlu diberikan sesudah pemberian INH (satu minggu setelah dosis INH terakhir). Pemantauan kondisi kesehatan Balita dengan pengobatan pencegahan sebaiknya dilakukan setiap dua bulan sekali (WHO,guaidelines treatment, 2009) Diagnosis TB Paru Diagnosis TB ditegakkan melalui gejala klinis, pemeriksaan bakteriologi, radiologi dan pemeriksaan penunjang lainnya Gejala Klinis TB merupakan penyakit kronis yang dapat menyerang banyak organ. TB Paru juga dapat ditemukan sebagai bentuk penyebaran hematologi dari TB Paru atau akibat infeksi langsung kuman terhadap organ target. Gejala yang ditimbulkan dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu gejala lokal dan gejala sistemik. Apabila organ targetnya adalah paru maka gejala lokal yang timbul adalah respiratori. Gejala respiratori khas yang sering ditemukan adalah batuk produktif lebih dari 2 minggu, batuk darah, sesak nafas dan nyeri dada. Pada awal perjalanan penyakit, batuk dapat bersifat nonproduktif, namun perlahan-lahan seiring dengan terjadinya nekrosis, maka sputum akan diproduksi. Bila bronkus belum terlibat, maka gejala batuk mungkin belum ada. Batuk pertama kali terjadi akibat iritasi bronkus dengan tujuan untuk membuang dahak keluar. Batuk darah (hemoptisis) terjadi akibat keterlibatan parenkim paru yang lebih ekstensif, namun tidak mengindikasikan proses TB aktif. Hemoptisis juga dapat disebabkan oleh bronkiektasis dari lesi TB residual atau yang sudah mengalami penyembuhan ataupun dari ruptur pembuluh darah yang mengalami dilatasi kavitas (WHO, 2010). Gejala sistemik yang sering ditemukan antara lain demam subfebris, malaise, keringat malam, anoreksia, dan berat badan

9 menurun. Gejala TB Paru sering bermanifestasi sebagai limfadenitis TB, meningitis TB, pleuritis TB (WHO, 2010) Pemeriksaan Fisis Pada pemeriksaan fisis, dapat ditemukan kelainan yang sering bermanifestasi pada regio lobus superior daerah apeks dan segmen posterior, serta daerah apeks lobus inferior. Kelainan yang ditemukan dapat berupa sura nafas bronkial, amforik, suara nafas yang melemah, ronki basah, hingga tanda tanda penarikan paru yang dinilai dari deviasi trakea. Pada limfa denitis TB dapat ditemukan pembesaran kelenjar getah bening yang lambat dan tidak nyeri (WHO, 2010) Pemeriksaan Bakteriologis Bahan pemeriksaan laboratoriun bakteriologis untuk TB berasal dari mana saja, termasuk dahak, cairan pleura, cairan serebrospinal, bilasan bronkus, kurasan bronkus, urin, feses, maupun jaringan hasil biopsi. Untuk TB Paru dilakukan pemeriksaan dahak minimal sebanyak 2 spesimen yang berasal dari pengambilan dalam waktu yang berbeda dan minimal salah satu diantaranya harus merupakan dahak pagi. Spesimen dahak yang diperoleh dapat digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan dahak biakan. Pemeriksaan mikrokopis yang rutin dilakukan adalah pewarnaan basil tahan asam (BTA) dengan metode Ziehl-Nielsen, sedangkan metode biakan kuman M. Tuberculosis rutin dilakukan dengan media dasar telur Lowenstein- Jensen (Aditama, 2005) Pemeriksaan Radiologis Pemeriksaan radiologis sering dilakukan secara rutin setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik. Kelainan radiologis sering di temukan pada lobus superior pada salah satu atau kedua paru. Kavitasi merupakan kelainan yang paling sering di temukan, dengan situs tersering di apeks dan segmen posterior dari lobus kanan atas dan segmen apikoposterior pada lobus kiri atas. Lesi yang sembuh biasanya akan berlanjut pada pembentukan jaringan fibrotik dengan penyusutan parenkim paru, serta sering kali kalsifikasi. Pada progresi

10 penyakit, dapat terjadi penyebaran bronkogenik ke lobus yang lebih bawah dari paru tang terlibat. Selain itu, erosi dari fokus parenkimal tuberkulosis ke dalam aliran darah atau limfatik akan menyebabkan deseminasi dari organisme tersebut dan pola miliar pada foto toraks (Aditama, 2005) Pemeriksaan Penunjang Lainnya Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan dalam penatalaksanaan pasien TB adalah analisis cairan pleura dengan uji Rivalta, pemeriksaan histopatologis jaringan melalui biopsi, serta pemeriksaan darah, khususnya laju endap darah (LED) (Sudoyo dan Aru W, 2006). 2.2 Asupan Energi Kebutuhan energi seseorang menurut FAO/WHO tahun 1985 adalah konsumsi energi berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi seseorang bila ia mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas yang sesuai dengan kesehatan jangka panjang, dan yang memungkinkan pemeliharaan aktivitas fisik yang dibutuhkan secara sosial dan ekonomi. Kebutuhan energi total orang dewasa diperlukan untuk : metabolisme basal, aktivitas fisik dan efek makanan atau pengaruh dinamika khusus ( Specific Dynamic Action/ SDA). Kebutuhan energi terbesar pada umumnya diperlukan untuk metabolisme basal (Almatsier, 2004). Sumber energi berkonsentrasi tinggi adalah bahan makanan sumber lemak, seperti lemak dan minyak, kacang-kacangan dan biji-bijian. Setelah itu bahan makanan sumber karbohidrat seperti padi-padian, umbi-umbian dan gula murni. Semua makanan yang dibuat dari dan dengan bahan makan tersebut merupakan sumber energi (Almatsier, 2004). Penatalaksanaan pasien TB Paru melibatkan beberapa hal yaitu istirahat yang cukup, terapi obat TB Paru dan asupan makanan yang adekuat. Kesatuan penatalaksanaan tersebut saling mendukung satu sama lain untuk mencapai kesembuhan pasien TB Paru. Gizi yang seimbang dapat terpenuhi

11 dengan menu makanan yang padat gizi. Gizi seimbang mencakup makanan yang adekuat yang harus dikonsumsi oleh tubuh yaitu makanan yang mengandung unsur karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air (Herlina, 2012). Pengobatan suportif diberikan melalui asupan nutrisi yang adekuat. Prinsip pemberian nutrisi adalah melalui makanan yang bersifat tinggi kalori dan protein, dengan protein hewani lebih diutamakan. Mikronutrien yang diperlukan antara lain zink, vitamin A, vitamin D, vitamin C dan zat besi. Peningkatan pemakaian energi dan penguraian jaringan akibat infeksi dapat meningkatkan kebutuhan mikronutrien seperti vitamin A, vitamin E, vitaminb6, vitamin C, vitamin D dan Folat. Pada pasien yang demam, dapat diberikan obat penurun panas, begitu pula dengan obat untuk mengatasi gejala batuk, sesak nafas dan keluhan lainnya (Almatsier, 2004). Diet Tinggi Energi Tinggi Protein (TETP) adalah pengaturan makan yang mengandung energi dan protein di atas kebutuhan normal. Diet dapat diberikan dalam bentuk makanan biasa atau lunak sesuai keadaan umum pasien dengan ditambah bahan makanan sumber protein tinggi seperti susu, telur, daging atau dalam bentuk minuman enteral tinggi energi tinggi protein. Terapi diet TETP bertujuan untuk memberikan makanan secukupnya guna memperbaiki dan mencegah kerusakan jaringan tubuh lebih lanjut serta memperbaiki status gizi agar penderita dapat melakukan aktivitas normal (Almatsier, 2010). Syarat terapi diet Tinggi Energi Tinggi Protein adalah : 1. Energi tinggi diberikan sesuai dengan keadaan pasien untuk mencapai berat badan normal ( kkal/kg BB ) 2. Protein yang tinggi untuk mengganti sel-sel yang rusak, meningkatkan kadar albumin serum yang rendah yaitu 2,0 2,5 g/kg BB ( g ) 3. Lemak cukup % dari kebutuhan energi total 4. Karbohidrat cukup sisa dari kebutuhan energi total 5. Vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan normal 6. Makanan diberikan yang mudah cerna

12 Menurut keadaan, pasien dapat diberikan salah satu dari dua macam diet Tinggi Energi Tinggi Protein, yaitu : 1) Diet Tinggi Energi Tinggi Protein 1 ( TETP I ) Energi : 2600 kkal, Protein : 100 gram ( 2 g/kg BB ) 2) Diet Tinggi Energi Tinggi Protein II ( TETP II ) Energi : 3000 kkal, Protein : 125 gram (2,5 g/kg BB ) Perhitungan kebutuhan energi dan zat gizi makro dapat disesuaikan dengan kondisi tubuh penderita (BB dan TB) dan penderita dapat diberikan salah satu dari dua macam diet Tinggi Energi Tinggi Protein (TETP) sesuai tingkat penyakit penderita (Almatsier, 2010). Keadaan tidak terpenuhinya kebutuhan zat gizi akan berpengaruh pada penyembuhan penyakitnya. Kondisi pasien semakin buruk karena tidak diperhatikan keadaan gizinya guna perbaikan organ tubuh. Fungsi organ yang terganggu akan lebih terganggu lagi dengan adanya penyakit kekurangan gizi dan memerlukan terapi gizi (Depkes RI, 2005). 2.3 Asupan Protein Asupan protein merupakan banyaknya zat gizi protein yang dikonsumsi rata-rata satu hari sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai kebutuhan normal. Protein adalah zat yang paling penting dalam setiap organism. Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Protein mempunyai fungsi yang khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh (Almatsier, 2004). Fungsi protein adalah sebagai berikut : 1. Membentuk jaringan yang baru dalam masa pertumbuhan dan perkembangan 2. Memelihara jaringan tubuh, memperbaiki dan mengganti jaringan yang rusak. 3. Menyediakan asam amino yang diperlukan untuk membentuk enzim pencernaan, metabolisme, serta antibodi yang diperlukan. 4. Memelihara keseimbangan asam basa cairan tubuh.

13 5. Sumber energi. Pada keadaan normal, kebutuhan protein adalah 10 15% dari kebutuhan energi total atau sekitar 0,8 1,0 g/kg BB. Pada keadaan demam, sepsis, operasi, trauma, dan luka maka jumlah kebutuhan protein meningkat sampai 1,5 2,0 g/kg BB, demikian juga dengan kebutuhan protein pada penderita yang dirawat yaitu 1,0 1,5 g/kg BB (Almatsier, 2004). Sumber protein macam-macam antara lain telur, daging, susu, keju dan makanan yang berasal dari biji-bijian. Soy protein adalah protein yang berasal dari kacanga-kacangan. Proten merupakan salah satu contoh produk soy protein yang berasal dari biji kacang kedelai. Protein dicerna dalam usus manjadi asam amino dan diserap melalui sistem portal masuk ke pembuluh darah dan didistribusikan ke seluruh tubuh (Simadibrata, 2003). 2.4 Berat Badan Asupan makanan dari rumah sakit merupakan salah satu pendukung perubahan status gizi yang terjadi pada pasien rawat inap di rumah sakit, semakin baik asupan gizi dari makanan rumah sakit, maka semakin baik perubahan status gizinya (Retnani, 2007). Sebaliknya dengan pemberian makanan dengan jumlah yang tidak sesuai dengan kebutuhan dapat memperlambat penyembuhan serta beaya pengobatan akan meningkat, bahkan akibatnya akan lebih fatal terhadap pasien (Ferry, 2006). Berat badan adalah ukuran yang lazim atau sering dipakai untuk menilai keadaan suatu gizi manusia. Menurut Cipto Surono dalam Mabella 2000 : 10, mengatakan bahwa berat badan adalah ukuran tubuh dalam sisi beratnya yang ditimbang dalam keadaan berpakaian minimal tanpa perlengkapan apapun. Berat badan diukur dengan alat ukur berat badan dengan suatu satuan kilogram. Dengan mengetahui berat badan seseorang maka kita akan dapat memperkirakan tingkat kesehatan atau gizi seseorang. Kasus malnutrisi semakin meningkat disebabkan semakin rendahnya status ekonomi penduduk, kurangnya kepedulian masyarakat terhadap penderita malnutrisi dan tingginya angka kemiskinan di negara berkembang, semakin memacu timbulnya penyakit TB Paru. Malnutrisi menyebabkan berat badan

14 berkurang, kekuatan otot pernafasan berkurang, menurunnya ventilasi dan berkurangnya pertahanan paru sehingga memperburuk kondisi pasien (Marion o, 2003). Pengukuran antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan energi dan protein yang terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Sedangkan kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks antropometri. Di Indonesia ukuran baku hasil pengukuran dalam negeri belum ada, maka untuk berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) digunaka n baku Harvard yang di sesuaikan untuk Indonesia (100% baku Indonesia = 50 persentil baku Harvard) dan untuk lingkar lengan atas (LLA) digunakan baku Wolanski (Supariasa, 2002). Dengan memberikan diet tinggi energi dan tinggi protein (TETP) dan pemberian obat TB pada penderita TB Paru yang dirawat di rumah sakit didapatkan perbaikan secara klinis berupa peningkatan berat badan, peningkatan kadar Hb dan penurunan kadar SGOT, SGPT (Simadibrata, 2003). 2.5 Lama Hari Inap LOS ( Length of Stay = Lama Hari Inap adalah menunjukkan berapa hari lamanya seorang pasien dirawat inap pada satu periode perawatan. Satuan untuk lama hari inap adalah hari, sedangkan cara menghitung lama rawat adalah dengan menghitung selisih antara tanggal pulang (keluar rumah sakit, baik hidup atau meninggal) dengan tanggal masuk rumah sakit. Umumnya data tersebut tercantum dalam formulir ringkasan masuk dan keluar di Rekam Medik. Dalam perhitungan statistik pelayanan rawat inap di rumah sakit dikenal dengan istilah yang lama dirawat (LD) yang memeiliki karakteristik cara pencatatan, perhitungan, dan penggunaan yang berbeda. LD menunjukkan berapa hari lamanya seorang pasien dirawat inap pada satu periode perawatan. Satuan untuk LD adalah hari. Cara menghitung LD yaitu dengan menghitung selisih antara tanggal pulang (keluar dari rumah sakit hidup atau meninggal) dengan tanggal masuk rumah sakit. Pasien yang masuk dan keluar pada hari yang sama

15 dikurangi lama dirawatnya dihitung sebagai 1 hari dan pasien yang belum pulang atau keluar belum bisa dihitung lama dirawatnya (Indradi, 2007; Fema S, 2009). Lama hari rawat merupakan salah satu indikator mutu pelayanan medis yang diberikan oleh rumah sakit kepada pasien ( quality of patient care). Cara perhitungan rata-rata lama hari rawat adalah sebagai berikut : Rata-rata lama hari rawat Average Length of Stay (ALS) = X : Y, dimana : X : Jumlah hari perawatan pasien rawat inap (hidup dan mati) di rumah sakit pada periode tertentu. Y : Jumlah pasien rawat inap yang keluar (hidup dan mati) di rumah sakit pada periode waktu yang sama. Untuk menghitung jumlah pasien rawat inap yang keluar rumah sakit (hidup atau mati) dari tiap-tiap ruang rawat inap dan jumlah lama perawatan dari pasien-pasien tersebut, sehingga diperoleh catatan perhitungan jumlah pasien rawat inap yang keluar dari rumah sakit (hidup atau mati) dan jumlah total hari rawatnya (Depkes RI, 2005) KERANGKA TEORI Mycobacterium Tuberculosis Penyakit TB Paru a. Asupan energi b. Asupan protein c. Lama hari rawat BERAT BADAN a. Penyakit infeksi b. Pendapatan c. Pengetahuan gizi d. Pendidikan sanitasi 2.7 KERANGKA KONSEP Asupan energi Asupan protein Berat Badan

16 2.8 HIPOTESA Ada hubungan antara asupan energi dengan berat badan penderita TB Paru Ada hubungan antara asupan protein dengan berat badan penderita TB Paru.

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru 1.1 Pengertian Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI Tuberkulosis A.1 Definisi Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini ditemukan pertama kali oleh Robert

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etiologi dan Patogenesis Tuberkulosis Paru Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis Primer 1. Definisi Tuberkulosis Tuberkulosis adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang biasa menyerang paru tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan dunia. Pada tahun 2012 diperkirakan 8,6 juta orang terinfeksi TB dan 1,3 juta orang meninggal karena penyakit ini (termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang bagian paru, namun tak

Lebih terperinci

APA ITU TB(TUBERCULOSIS)

APA ITU TB(TUBERCULOSIS) APA ITU TB(TUBERCULOSIS) TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tubercolusis. Penyakit Tuberkolusis bukanlah hal baru, secara umum kita sudah mengenal penyakit ini. TB bukanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh. Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan

BAB I PENDAHULUAN. TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh. Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yaitu kuman aerob yang mudah mati dan didapat terutama di paru atau berbagai organ tubuh

Lebih terperinci

Penemuan PasienTB. EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU

Penemuan PasienTB. EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU Penemuan PasienTB EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU 1 Tatalaksana Pasien Tuberkulosis Penatalaksanaan TB meliputi: 1. Penemuan pasien (langkah pertama) 2. pengobatan yang dikelola menggunakan strategi

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. SIMTOM ANSIETAS Ansietas dialami oleh setiap orang pada suatu waktu dalam kehidupannya. Ansietas adalah suatu keadaan psikologis dan fisiologis yang dicirikan dengan komponen

Lebih terperinci

PENANGANAN DAN PENCEGAHAN TUBERKULOSIS. Edwin C4

PENANGANAN DAN PENCEGAHAN TUBERKULOSIS. Edwin C4 PENANGANAN DAN PENCEGAHAN TUBERKULOSIS Edwin 102012096 C4 Skenario 1 Bapak M ( 45 tahun ) memiliki seorang istri ( 43 tahun ) dan 5 orang anak. Istri Bapak M mendapatkan pengobatan TBC paru dan sudah berjalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang yakni

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang yakni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang terutama disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, sebagian kecil oleh bakteri Mycobacterium africanum dan Mycobacterium

Lebih terperinci

PATOFISIOLOGI, DIAGNOSIS, DAN KLASIFIKASI TUBERKULOSIS. Retno Asti Werdhani Dept. Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, dan Keluarga FKUI

PATOFISIOLOGI, DIAGNOSIS, DAN KLASIFIKASI TUBERKULOSIS. Retno Asti Werdhani Dept. Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, dan Keluarga FKUI PATOFISIOLOGI, DIAGNOSIS, DAN KLASIFIKASI TUBERKULOSIS Retno Asti Werdhani Dept. Ilmu Kedokteran Komunitas, Okupasi, dan Keluarga FKUI TUBERKULOSIS DAN KEJADIANNYA Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tuberkulosis Paru 2.1.1 Etiologi Penyebab dari penyakit ini adalah bakteri Mycobacterium tuberculois. Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron

Lebih terperinci

Tema Lomba Infografis Community TB HIV Care Aisyiyah 2016

Tema Lomba Infografis Community TB HIV Care Aisyiyah 2016 Tema Lomba Infografis Community TB HIV Care Aisyiyah 2016 TEMA 1 : Tuberkulosis (TB) A. Apa itu TB? TB atau Tuberkulosis adalah Penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosis. Kuman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Penyakit Tuberkulosis paru Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Bakteri tersebut biasanya masuk ke dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sulianti (2004) Tuberculosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sulianti (2004) Tuberculosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis 1. Pengertian Tuberkulosis Menurut Sulianti (2004) Tuberculosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Tuberkulosis Mycobakterium tuberculosa. Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Tuberkulosis Paru (TB Paru) suatu penyakit kronis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Tuberkulosis Paru (TB Paru) suatu penyakit kronis yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tuberkulosis Paru (TB Paru) suatu penyakit kronis yang dapat menurunkan daya tahan fisik penderitanya secara serius. Proses destruksi yang terjadi pula secara simultan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan dapat mengenai berbagai organ tubuh. Penyakit tuberkulosis terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis bersifat tahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberculosis Pulmonal (TB Paru) 1. Definisi TB Paru Tuberculosis pulmonal atau biasa disebut TB paru adalah penyakit yang disebabkan infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia terutama negara berkembang. Munculnya epidemik Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) Paru merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENANGANAN PENYAKIT TUBERCULOSA PARU (TBC) TUGAS

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENANGANAN PENYAKIT TUBERCULOSA PARU (TBC) TUGAS SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENANGANAN PENYAKIT TUBERCULOSA PARU (TBC) TUGAS Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Penilaian Mata Kuliah Nursing Practice 6.2 di STIK Immanuel Bandung Tahun Akademik 2014

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka A. Tuberkulosis paru 1. Definisi TB Paru merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosis. Kuman Tuberkulosis dapat masuk ke dalam tubuh manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang pada umumnya menyerang jaringan paru, tetapi dapat menyerang organ

Lebih terperinci

BAB II. Meningkatkan Pengetahuan dan, Mirandhi Setyo Saputri, Fakultas Farmasi UMP, 2014

BAB II. Meningkatkan Pengetahuan dan, Mirandhi Setyo Saputri, Fakultas Farmasi UMP, 2014 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, telinga, hidung, dan sebagainya). Dengan

Lebih terperinci

Tuberkulosis Dapat Disembuhkan

Tuberkulosis Dapat Disembuhkan Tuberkulosis Dapat Disembuhkan Erlina Burhan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Apakah Penyakit Tuberkulosis atau TB itu? Penyakit menular Kuman penyebab: Mycobacterium tuberculosis Bukan penyakit keturunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parekim paru. Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh kainnya, termasuk meningitis, ginjal,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh kuman TBC ( Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman. lainnya seprti ginjal, tulang dan usus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh kuman TBC ( Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman. lainnya seprti ginjal, tulang dan usus. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis 1. Definisi Tuberkulosis Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC ( Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman tuberkulosis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tuberkulosis (TB) Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar (80%) menyerang paruparu.mycobacterium tuberculosis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang bersifat aerobik, tahan

TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang bersifat aerobik, tahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tuberkulosis Paru Tuberkulosis Paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang bersifat aerobik, tahan

Lebih terperinci

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (Tb) merupakan penyakit menular bahkan bisa menyebabkan kematian, penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberkulosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksius dapat disebabkan oleh invasi organisme mikroskopik yang disebut patogen. Patogen adalah organisme atau substansi seperti bakteri, virus, atau parasit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkolusis 1. Definisi Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang paling sering (sekitar 80%) terjadi di paru-paru. Penyebabnya adalah suatu basil gram positif tahan asam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. di daerah urban, lingkungan yang padat, dibuktikan dengan adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. di daerah urban, lingkungan yang padat, dibuktikan dengan adanya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis Paru 1. Definisi TB Tuberkulosis paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang sudah sangat lama dikenal manusia, misalnya dihubungkan dengan tempat tinggal di

Lebih terperinci

S T O P T U B E R K U L O S I S

S T O P T U B E R K U L O S I S PERKUMPULAN PELITA INDONESIA helping people to help themselves * D I V I S I K E S E H A T A N * S T O P T U B E R K U L O S I S INGAT 4M : 1. MENGETAHUI 2. MENCEGAH 3. MENGOBATI 4. MEMBERANTAS PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 9 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 PENGERTIAN TUBERKULOSIS Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang umumnya disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Meskipun dapat menyerang hampir semua organ tubuh,

Lebih terperinci

Dasar Determinasi Pasien TB

Dasar Determinasi Pasien TB Dasar Determinasi Pasien TB K-12 DEPARTEMEN MIKROBIOLOGI FK USU Klasifikasi penyakit dan tipe pasien Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien TB memerlukan defenisi kasus yang meliputi 4 hal, yaitu:

Lebih terperinci

PROFIL RADIOLOGIS TORAKS PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI POLIKLINIK PARU RSUD DR HARDJONO-PONOROGO SKRIPSI

PROFIL RADIOLOGIS TORAKS PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI POLIKLINIK PARU RSUD DR HARDJONO-PONOROGO SKRIPSI PROFIL RADIOLOGIS TORAKS PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI POLIKLINIK PARU RSUD DR HARDJONO-PONOROGO SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran OLEH : EKA DEWI PRATITISSARI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penularan langsung terjadi melalui aerosol yang mengandung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Berdasarkan penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Berdasarkan penelitian 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dan bersifat kronis serta bisa menyerang siapa saja (laki-laki,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tuberkulosis 2.1.1 Definisi Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung paru yang disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman ini menyerang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritik 1. Konsep Tuberkulosis ( TB Paru ) a. Etiologi Penyakit TB Paru merupakan penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk basil yang dikenal dengan nama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini paling sering menyerang organ paru dengan sumber

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. paru,tetapi juga dapat mengenai organ tubuh lainnya. Kuman Mycobacterium

BAB II KAJIAN PUSTAKA. paru,tetapi juga dapat mengenai organ tubuh lainnya. Kuman Mycobacterium BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tuberkulosis Paru Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis,yang sebagian besar kuman tuberkulosis menyerang paru,tetapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi penyebab kesakitan dan kematian yang utama khususnya di negara-negara berkembang. 1 Karena itu TB masih merupakan masalah kesehatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Tuberkulosis Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis complex (PDPI, 2006). 2.2. Epidemiologi Tuberkulosis Tuberkulosis

Lebih terperinci

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1 Mengapa Kita Batuk? Batuk adalah refleks fisiologis. Artinya, ini adalah refleks yang normal. Sebenarnya batuk ini berfungsi untuk membersihkan tenggorokan dan saluran napas. Atau dengan kata lain refleks

Lebih terperinci

KUESIONER PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PARU DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS 1 DAN RUMAH TAHANAN KELAS 1 MEDAN

KUESIONER PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PARU DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS 1 DAN RUMAH TAHANAN KELAS 1 MEDAN KUESIONER PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PARU DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS 1 DAN RUMAH TAHANAN KELAS 1 MEDAN NOMOR RESPONDEN PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER Berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa, Mycobacterium bovis serta Mycobacyerium avium, tetapi lebih sering disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah kematian per tahun. Kematian tersebut pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah kematian per tahun. Kematian tersebut pada umumnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit infeksi menular yang masih menjadi masalah kesehatan dunia, dimana WHO melaporkan bahwa setengah persen dari

Lebih terperinci

Tinjauan Pustaka. Tuberculosis Paru. Oleh : Ziad Alaztha Pembimbing : dr. Dwi S.

Tinjauan Pustaka. Tuberculosis Paru. Oleh : Ziad Alaztha Pembimbing : dr. Dwi S. Tinjauan Pustaka Tuberculosis Paru Oleh : Ziad Alaztha Pembimbing : dr. Dwi S. TB Paru Definisi Tuberkulosis adalah suatu penyakit akibat infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab. yang penting di dunia sehingga pada tahun 1992 World Health

BAB I PENDAHULUAN. tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab. yang penting di dunia sehingga pada tahun 1992 World Health 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab tuberkulosis. Tuberkulosis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis 1. Gambaran Umum TBC Paru a. Definisi Tuberkulosis Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis sebagian besar menyerang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis 1. Pengertian Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang di sebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Pneumonia Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia kini mengalami beban ganda akibat penyakit tidak menular terus bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit infeksi menular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi kronis menular yang masih tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World Health

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari 1. Sampel Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sampel pada penelitian ini sebanyak 126 pasien. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif berdasarkan rekam medik dari bulan Januari Juni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengisi rongga dada, terletak disebelah kanan dan kiri dan ditengah

BAB I PENDAHULUAN. mengisi rongga dada, terletak disebelah kanan dan kiri dan ditengah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar thoraks, yang merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan tekanan. Paru-paru ada dua,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis (TB) 1. Definisi Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobakterium Tuberculosis, yang sebagian besar (80%) menyerang paru-paru.

Lebih terperinci

Mulyadi *, Mudatsir ** *** ABSTRACT

Mulyadi *, Mudatsir ** *** ABSTRACT Hubungan Tingkat Kepositivan Pemeriksaan Basil Tahan Asam (BTA) dengan Gambaran Luas Lesi Radiologi Toraks pada Penderita Tuberkulosis Paru yang Dirawat Di SMF Pulmonologi RSUDZA Banda Aceh Mulyadi *,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. paru yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberkulosis. 4 Sekitar 80%

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. paru yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberkulosis. 4 Sekitar 80% 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi menular, yang menyerang paru yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberkulosis. 4 Sekitar 80% Mycobacterium tuberculosis

Lebih terperinci

Penyebab Tuberkulosis. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi yang menular langsung, disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis

Penyebab Tuberkulosis. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi yang menular langsung, disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis Dr. Rr. Henny Yuniarti 23 Maret 2011 Penyebab Tuberkulosis Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi yang menular langsung, disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis Cara Penularan Sumber penularan

Lebih terperinci

BAB 2 BAHAN, SUBJEK, DAN METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai sediaan obat uji, subjek uji dan disain penelitian.

BAB 2 BAHAN, SUBJEK, DAN METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai sediaan obat uji, subjek uji dan disain penelitian. 21 BAB 2 BAHAN, SUBJEK, DAN METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai sediaan obat uji, subjek uji dan disain penelitian. 2.1 Bahan Sediaan obat uji yang digunakan adalah kapsul yang mengandung

Lebih terperinci

Dasar Determinasi Kasus TB. EPPIT 12 Departemen Mikrobiologi FK USU

Dasar Determinasi Kasus TB. EPPIT 12 Departemen Mikrobiologi FK USU Dasar Determinasi Kasus TB EPPIT 12 Departemen Mikrobiologi FK USU 1 Klasifikasi Penyakit dan Tipe Pasien Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien TB memerlukan defenisi kasus yang meliputi 4 hal,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian dengan judul Gambaran Praktik Pencegahan Penularan TB Paru di Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni I Kabupaten Pekalongan telah dilaksanakan

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang telah lama dikenal. Penyakit ini menjadi masalah yang cukup besar bagi kesehatan masyarakat terutama di negara yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Status Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA TENTANG TUBERKULOSIS PARU DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT

KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA TENTANG TUBERKULOSIS PARU DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA TENTANG TUBERKULOSIS PARU DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT DI PUSKESMAS CURUG TANGERANG Pengantar : Dengan hormat, nama saya Ade Atik, mahasiswa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang. Tak ada satupun orang yang menginginkan dirinya mengalami sakit, apalagi ketika orang tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tuberkulosis Tuberkulosis adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang penyakit parenkim paru. Nama tuberkulosis berasal dari tuberkel yang berarti tonjolan kecil dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis yang jumlah penderitanya mengalami peningkatan setiap tahun cukup besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular. langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular. langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang sebagian besar menyerang paru-paru tetapi juga dapat mengenai

Lebih terperinci

Tuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada. Tetap menjadi perhatian dunia Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi

Tuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada. Tetap menjadi perhatian dunia Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi LOGO Pendahuluan Tuberkulosis merupakan penyakit yang telah lama ada. Tetap menjadi perhatian dunia Penyebab kematian kedua pada penyakit infeksi Kasus baru didunia : 8,6 juta & Angka kematian : 1,3 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan kasus Tuberkulosis (TB) yang tinggi dan masuk dalam ranking 5 negara dengan beban TB tertinggi di dunia 1. Menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengawas Menelan Obat (PMO) Salah satu komponen DOTS (Directly Observed Treatment Short- Course) dalam stategi penanggulangan tuberkulosis paru adalah pengobatan paduan OAT jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit tuberkulosis atau lebih sering disebut TB, merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan menular granulomatosa kronik yang paling sering disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diantara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diantara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis Anak A.1. Definisi Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium bovis dan Mycobacterium africanum. 9,10 Tuberkulosis

Lebih terperinci

Dasar Determinasi Kasus TB

Dasar Determinasi Kasus TB Dasar Determinasi Kasus TB EPPIT 12 Departemen Mikrobiologi FK USU Klasifikasi penyakit dan tipe pasien Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien TB memerlukan defenisi kasus yang meliputi 4 hal,

Lebih terperinci

BAB XXV. Tuberkulosis (TB) Apakah TB itu? Bagaimana TB bisa menyebar? Bagaimana mengetahui sesorang terkena TB? Bagaimana mengobati TB?

BAB XXV. Tuberkulosis (TB) Apakah TB itu? Bagaimana TB bisa menyebar? Bagaimana mengetahui sesorang terkena TB? Bagaimana mengobati TB? BAB XXV Tuberkulosis (TB) Apakah TB itu? Bagaimana TB bisa menyebar? Bagaimana mengetahui sesorang terkena TB? Bagaimana mengobati TB? Pencegahan TB Berjuang untuk perubahan 502 TB (Tuberkulosis) merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis paru (TB) adalah penyakit infeksi menular kronik yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering terjadi di daerah padat penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis Paru adalah penyakit infeksius yang menular yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis Paru adalah penyakit infeksius yang menular yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis Paru adalah penyakit infeksius yang menular yang terutama menyerang parenkim paru yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis (Brunner & Suddarth,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Visi Indonesia sehat 2010 adalah gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan yaitu masyarakat, bangsa dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesadaran 2.1.1. Defenisi Kesadaran adalah keinsafan; keadaan mengerti; hal yang dirasakan atau dialami oleh seseorang (Suharso et al., 2005 ; Tim Penyusun Kamus, 2005). Kesadaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia. ISPA dapat diklasifikasikan menjadi infeksi saluran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis yang sampai saat ini menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis yang sampai saat ini menjadi masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis paru (Tb paru) adalah penyakit infeksi menular yang di sebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis yang sampai saat ini menjadi masalah kesehatan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit akibat infeksi Mycobacterium tuberculosis (M.tuberculosis) yang dapat mengenai berbagai organ tubuh, tetapi paling sering mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. TB(tuberculosis) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. TB(tuberculosis) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah TB(tuberculosis) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan tujuh spesies mikobakteri terkait seperti: Mycobacterium bovis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB, yaitu mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman menyerang paru lewat saluran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai,

BAB 1 PENDAHULUAN. kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuberkulosis paru (TB Paru) adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yaitu suatu bakteri tahan asam (Suriadi dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi mycobacterium tuberculosis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi mycobacterium tuberculosis BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Mycobacterium tuberculosis 1. Taksonomi mycobacterium tuberculosis Kingdom : Plant Phylum Klas Ordo Family Genus Spesies : Scizophyta : Scizomycetes : Actinomycetales : Mycobacteriaceae

Lebih terperinci

Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perdarahan

Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perdarahan Maida Pardosi Analisis FaktorFaktor yang Berhubungan dengan Perdarahan EFEKTIVITAS PENGOBATAN STRATEGI DOTS DAN PEMBERIAN TELUR TERHADAP PENYEMBUHAN DAN PENINGKATAN STATUS GIZI PENDERITA TB PARU DI KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. tanah lembab dan tidak adanya sinar matahari (Corwin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. tanah lembab dan tidak adanya sinar matahari (Corwin, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Price & Wilson, 2006). Penyakit ini dapat menyebar melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengenai organ lainnya (Suharyo, 2013). Basil Mycobacterium tuberculois

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengenai organ lainnya (Suharyo, 2013). Basil Mycobacterium tuberculois BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tuberkulosis Paru 2.1.1 Definisi Tuberkulosis Paru Tuberkulosis paru atau TB Paru adalah suatu penyakit infeksi kronik yang disebabkan M. tuberculosis, yang sebagian besar menyerang

Lebih terperinci