BAB I PENDAHULUAN. milik daerah yang berfungsi untuk mendistribusikan air bersih bagi masyarakat

Ukuran: px

Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. milik daerah yang berfungsi untuk mendistribusikan air bersih bagi masyarakat"

Djaja Gunawan
6 tahun lalu
Tontonan:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan salah satu unit usaha milik daerah yang berfungsi untuk mendistribusikan air bersih bagi masyarakat umum dan pengelolaannya dimonitor oleh pemerintah. Pemanfaatan air bersih bagi masyarakat selain untuk dikonsumsi juga diperlukan dalam berbagai bidang seperti pertanian, perikanan, industri dan lain sebagainya. Persyaratan utama yang harus dimiliki oleh suatu sumber air bersih salah satunya yaitu persyaratan kualitas. Hal ini tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 Tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air pada pasal 2 ayat 1 yaitu Kualitas Air harus memenuhi syarat kesehatan yang meliputi persyaratan mikrobiologi, fisika kimia, dan radioaktif. Intake PDAM adalah bangunan yang digunakan sebagai menampung air dari sumbernya untuk keperluan pengolahan dan suplai. Intake dibuat pada lokasi yang mudah dijangkau dengan kuantitas air yang stabil dan didesain berdasarkan kapasitas harian maksimum (Qm) (Indrayani, 2008). Kondisi sungai yang dijadikan sebagai intake PDAM pada setiap daerah dengan topografi berbeda dapat dipengaruhi oleh aktifitas yang terjadi disekitar sungai tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan penilaian terhadap kualitas air yang dijadikan sumber air intake PDAM. Terdapat dua metode utama dalam menilai kualitas perairan yaitu metode fisika-kimia dan metode biologi. Penggunaan metode biologi ini masih jarang digunakan karena metode fisika-kimia dianggap telah dapat mewakili penilaian kualitas perairan. Akan tetapi metode fisika-kimia hanya mampu menggambarkan kondisi sesaat dari suatu lingkungan. Menurut Pasisingi (2014) penggunaan metode biologi dengan

2 menggunakan bioindikator yang tepat dapat memberikan hasil yang spesifik untuk menilai kualitas perairan. Salah satunya adalah mikroalga seperti diatom epilitik yang mampu merespon dengan cepat perubahan kondisi lingkungan dalam kurun waktu tertentu. Diatom epilitik merupakan organisme bersel tunggal yang hidup dan melekat pada substrat bebatuan. Diatom termasuk kedalam divisi Bacillariophyta yang dapat digunakan sebagai bioindikator perubahan kualitas lingkungan. Ciri khas diatom yaitu terdapatnya pahatan tertentu pada dinding selnya yang terdiri dari epiteka dan hipoteka, tersusun atas pektin dan silika yang memiliki ketahanan yang tinggi terhadap tekanan lingkungan. Ekologinya yang telah banyak dipelajari dan penyebarannya yang kosmopolit sangat mempengaruhi kehidupan di perairan sehingga diatom memiliki daya adaptasi yang bervariasi mulai dari yang sangat rentan sampai toleransi tinggi. Diatom mengeluarkan semacam gelatin (Gelatinous extrusion) yang memberikan daya lekat pada batu tempat menempel (Siregar, 2008). Hal ini menyebabkan diatom epilitik mampu mendiami daerah perairan seperti sungai dalam waktu lama dan sulit untuk berpindah atau terbawa arus. Sungai Batang Kuranji merupakan sungai di kawasan Kota Padang yang menjadi salah satu DAS pada Wilayah Sungai Indragiri Akuaman dengan total luas DAS 202,7 km2 terdiri dari 5 sub daerah aliran sungai yaitu Sub DAS Batang Sungai Sapiah, Sub DAS Batang Danau Limau Manih, Sub DAS Batang Sungkai, Sub DAS Batang Bukik Tindawan dan Sub DAS Batang Padang Janiah. Harry (2014) menyatakan bahwa Sungai Batang Kuranji mengalir dari hulu bukit barisan dengan elevasi tertinggi mdpl pada puncak Bukit Tinjau Laut dan bermuara ke pantai padang dengan panjang sungai utama ±32,41 km dan panjang total beserta seluruh anak sungainya sepanjang 274,75 km. Secara geografis Sungai Batang Kuranji terletak antara 0 o 48 0 o 56 LS dan 100 o o 33 BT dengan luas ,29 ha, memiliki aliran yang melewati kecamatan Pauh, kecamatan Kuranji,

3 kecamatan Nanggalo dan kecamatan Padang Utara. Curah hujan tahunan di Kota Padang adalah antara mm/tahun yang termasuk kategori curah hujan yang tinggi (BMKG, 2016). Potensi curah hujan ini juga menjadi salah satu variabel pemicu tingginya tingkat kebencanaan pada aliran Sungai Batang Kuranji. Banjir Bandang (debris flow) merupakan bencana yang sangat dikhawatirkan terjadi pada sungai Batang Kuranji dikarenakan alirannya yang melintasi daerah padat pemukiman dengan topografi yang terjal dan jenis material pembentuk dasar dan tebing sungai yang mudah lepas jika terkena air. Potensi kebencanaan yang tinggi ini disebabkan karena faktor alamiah juga akibat ulah manusia yang melakukan penambangan pasir dan batu di kawasan ini. Kegiatan tersebut mengakibatkan hancurnya infrastruktur bangunan air dan pelindung tebing akibat gerusan lokal (scouring). Hal ini juga akan berdampak negatif bagi biota yang hidup di sungai ini termasuk diatom. Penilaian kualitas perairan dengan diatom epilitik sebagai bioindikator dengan menggunakan beberapa indeks yaitu Indeks Trofik Diatom (Trophic Diatom Index/ TDI), Persen Valve Toleran Pencemar (Percent Tolerant Valve/ %PTV) serta Indeks Biologi Diatom (Indice Biologique Diatomées/IBD). Menurut Bellinger (2006) dalam Pasisingi (2014) TDI, %PTV dan IBD diteliti pada perairan subtropis, namun karena pesebaran diatom cukup luas sehingga indeks ini dapat digunakan dalam penilaian kualitas air pada perairan tropis. Penilaian TDI, %PTV dan IBD yang didapatkan nantinya akan dibandingkan dengan Indeks Kualitas Air (IKA) yang umum digunakan dalam menentukan kategori kondisi Sungai. 1.2 Rumusan masalah PDAM di Kota Padang memiliki tiga daerah untuk pengambilan sumber air baku (Intake) yaitu DAS Lubuk Minturun, DAS Limau Manis dan DAS Batang

4 Kuranji. DAS Batang Kuranji merupakan daerah aliran sungai utama yang dimanfaatkan sebagai sumber air masuk untuk intake PDAM Kota Padang. Kegiatan penambangan pasir, batu dan jenis kegiatan antropogenik masyarakat serta tingkat kebencanaan yang tinggi dapat mengganggu kehidupan biota sungai ini salah satunya diatom epilitik. Pemilihan diatom epilitik sebagai bioindikator dikarenakan organisme ini dapat menggambarkan kondisi perairan dalam jangka waktu yang panjang serta sensitivitasnya terhadap lingkungan yang sangat tinggi (Friedrich et al. 1996, Nogueira 2000, Yerli et al. 2012). Di Sumatera Barat penggunaan diatom epilitik dan penerapan indexnya sebagai bioindikator perairan yang dijadikan sumber air untuk intake PDAM belum banyak dilakukan. Oleh karena itu rumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1. Bagaimana kelimpahan diatom epilitik yang terdapat di Sungai Batang Kuranji sebagai sumber air intake PDAM di Sungai Batang Kuranji, Kota Padang? 2. Bagaimana kesesuaian penggunaan Indeks Trofik Diatom (Trophic Diatom Index/ TDI), Persen Valve Toleran Pencemar (Percent Pollution Tolerant/ %PTV) serta Indeks Biologi Diatom (Indice Biologique Diatomées/ IBD) dengan Indeks Kualitas Air (IKA) di daerah air intake PDAM di Sungai Batang Kuranji, Kota Padang? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis kelimpahan diatom epilitik yang terdapat di Sungai Batang Kuranji sebagai sumber air intake PDAM Kota Padang. 2. Dapat mengetahui kesesuaian penggunaan Indeks Trofik Diatom (Trophic Diatom Index/ TDI), Persen Valve Toleran Pencemar (Percent Pollution

5 Tolerant Valves/ %PTV), serta Indeks Biologi Diatom (Indice Biologique Diatomées/ IBD) dengan Indeks Kualitas Air (IKA) yang umum digunakan untuk menentukan kondisi perairan sungai. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kelimpahan diatom epilitik di Sungai Batang Kuranji yang dijadikan sebagai sumber air untuk Intake PDAM Kota Padang. Selain itu, penelitian ini dapat memberikan informasi awal tentang potensi diatom sebagai bioindikator kondisi perairan sungai-sungai yang dijadikan sebagai sumber air Intake PDAM yang ada di Indonesia.

dokumen-dokumen yang mirip

I. PENDAHULUAN. atau disebut juga perairan lotik dan perairan menggenang atau disebut juga perairan lentik.

I. PENDAHULUAN. atau disebut juga perairan lotik dan perairan menggenang atau disebut juga perairan lentik. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekosistem perairan di daratan secara umum dibagi menjadi dua yaitu perairan mengalir atau disebut juga perairan lotik dan perairan menggenang atau disebut juga perairan