BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Pajak Pertambahan Nilai Pelindo IV sebagai Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dibidang jasa kepelabuhanan memiliki kewajiban untuk menaati peraturan sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 85/PMK.03/2012 tentang penunjukkan Badan Usaha Milik Negara untuk memungut, menyetor dan melaporkan pajak pertambahan nilai atau pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah, serta tata cara pemungutan, penyetoran dan pelaporannya. Melalui kebijakan ini, pemerintah berharap BUMN sebagai perusahaan milik Negara secara langsung mempunyai peran dalam mencapai target pendapatan Negara melalui sektor pajak khususnya pertambahan nilai. Pelindo IV melakukan pemungutan pajak pertambahan nilai pada saat penyerahan jasa kena pajak (JKP) dan/atau saat penerimaan pembayaran. Selanjutnya, atas pemungutan PPN tersebut Pelindo IV wajib menyetorkan pungutan ke kas Negara selambat-lambatnya tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya saat berakhirnya masa pajak, dan setelah melakukan pembayaran wajib melaporkan SPT dan surat setoran pajak ke Kantor Pelayanan Pajak tempat BUMN terdaftar paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak. Berdasarkan lingkup bisnis dibidang jasa kepelabuhanan, yang menjadi objek pajak pertambahan nilai dibagi dalam 3 (tiga) kategori yang terdiri dari : 69

2 70 1) Penyerahan Jasa Kepelabuhanan yang Dibebaskan Dari Pengenaan PPN; Berdasarkan PP No. 38 Tahun 2003 jo. KMK-370/KMK.03/2003 tentang pelaksanaan pajak pertambahan nilai yang dibebaskan atas impor dan/atau penyerahan BKP tertentu dan/atau penyerahan jasa kena pajak (JKP) tertentu meliputi : a) Jasa persewaan kapal; b) Jasa kepelabuhanan meliputi jasa tunda, jasa pandu, jasa tambat, dan jasa labuh; c) Jasa perawatan atau reparasi (docking) kapal yang diterima oleh perusahaan angkutan laut nasional, perusahaan penangkapan ikan nasional, perusahaan penyelenggara jasa kepelabuhanan nasional, atau perusahaan penyelenggara jasa angkutan sungai, danau, dan penyeberangan nasional, dibebaskan dari pengenaan PPN. Tabel 5.1. Penyerahan Jasa Yang Dibebaskan Dari Pungutan PPN Sumber : Pelindo IV Pembebasan pengenaan pajak pertambahan nilai hanya berlaku bagi kapal berbendera Indonesia atau perusahaan pelayaran dalam negeri, namun untuk kapal asing yang tidak memiliki perjanjian sewa dengan perusahaan

3 71 pelayaran Indonesia dan tidak memiliki tax treaty dikenakan pajak pertambahan nilai. 2) Penyerahan Jasa Kepelabuhanan yang PPNnya Dipungut; Jasa dibidang kepelabuhanan yang merupakan obyek PPN karena tidak termasuk dalam daftar barang dan jasa tidak dikenakan PPN sebagaimana diatur dalam pasal 4A UU PPN j. o. Peraturan Pemerintah No. 144 tahun 2000 sebagai berikut : a) Jasa pelayanan alat-alat yang terdiri dari jasa kran darat, jasa kran apung, jasa forklift, jasa head truck, jasa chasis, jasa tongkang, jasa BKMP (kapal motor penggandeng tipe B), jasa towing tractor, jasa timbangan dan jasa pemadam kebakaran; b) Jasa pelayanan terminal yang terdiri dari stevedoring, cargodoring, receiving, delivery, dan overbrengen; c) Jasa pelayanan peti kemas yang terdiri dari jasa bongkar muat, jasa gerakan petikemas, jasa penumpukan dan jasa mekanis; d) Jasa pelayanan rupa-rupa yang terdiri dari pas pelabuhan, retribusi kendaraan dan telepon extension.

4 72 Tabel 5.2. Penyerahan Jasa Yang Dikenakan PPN Sumber : Pelindo IV

5 73 3) Pendapatan/Penghasilan Yang Tidak Terutang Pajak Pertambahan Nilai. Pendapatan/penghasilan perusahaan yang tidak terutang pajak pertambahan nilai dalam jasa kepelabuhanan sebagaimana dalam tabel sebagai berikut : Tabel 5.3. Pendapatan Yang Tidak Terutang PPN NO URAIAN KETERANGAN I. II. III. IV. Pendapatan Pelayanan B/M : - Pelayanan Terminal Lainnya/Jasa Supervisi Pengusahaan Tanah, Bangunan, Air, Listrik Rupa-rupa Usaha Lainnya Pendapatan Diluar Usaha : - Puskepel - Jasa Bank - Bunga Deposito - Bunga Obligasi - Denda/Klaim - Laba Selisih Kurs - Diluar Usaha Lainya Sumber : Pelindo IV Pendapatan Material Terutang Untuk Listrik >6.600 Watt Pelindo IV telah melaksanakan kewajibannya sebagai pengusaha kena pajak (PKP) untuk melakukan pemotongan, pemungutan, penyetoran dan pelaporan pajak pertambahan nilai atas pendapatan jasa kepelabuhanan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku sebagaimana diatur dalam pasal 4A UU PPN j. o. Peraturan Pemerintah No. 144 tahun 2000 dan dalam PP No. 38 Tahun 2003 jo. KMK-370/KMK.03/2003.

6 74 1. PPN Keluaran Aktivitas penyerahan jasa merupakan denyut nadi perusahaan untuk menentukan laba agar perusahaan dapat memperoleh hasil yang maksimal, oleh karena itu semua hal yang berkaitan dengan penyerahan jasa harus dilakukan secara benar sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan diperlukan kebijakan dan strategi yang baik atas setiap aktivitas penyerahan jasa tersebut. PPN keluaran yang dipungut oleh perusahaan merupakan PPN yang dikenakan atas penyerahan jasa kena pajak terkait dengan kegiatan yang dilakukan perusahaan dibidang jasa kepelabuhanan. Dalam pemungutan pajak pertambahan nilai, nota tagihan jasa kepelabuhanan berfungsi juga sebagai faktur pajak dan hal tersebut telah sesuai dengan UU No. 42 Tahun 2009 yang mengharuskan membuat faktur pajak atas setiap penyerahan jasa kena pajak dengan mengenakan tarif 10% dari dasar pengenaan pajak. Tabel 5.4. PPN Penyerahan Jasa Kepelabuhanan MASA PAJAK PAJAK KELUARAN Januari 15,767,966,838 11,213,291,413 8,968,307,631 Februari 14,675,273,340 11,516,293,906 10,451,424,116 Maret 14,619,293,230 11,555,067,836 9,872,564,333 April 15,073,108,806 12,463,135,529 9,843,049,891 Mei 15,013,119,010 11,616,072,782 10,178,204,067 Juni 15,127,718,848 11,534,349,182 8,600,718,719 Juli 14,648,194,661 13,387,085,489 9,844,700,121 Agustus 15,574,109,926 10,101,137,316 9,329,511,996 September 17,038,114,063 13,111,185,750 9,480,397,687 Oktober 16,959,337,592 13,942,471,599 8,653,001,416 November 16,531,650,746 14,456,000,282 9,908,745,416 Desember 16,678,209,889 13,446,724,759 11,447,500,436 TOTAL 187,706,096, ,342,815, ,578,125,829 Sumber : Pelindo IV

7 75 Melalui tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah pajak keluaran yang harus dibayarkan oleh Pelindo IV (Persero) untuk tahun 2012 sebesar Rp ,00, dan terjadi peningkatan jumlah PPN Keluaran dari tahun ke tahun, hal ini menandakan bahwa terjadi peningkatan pendapatan jasa kepelabuhanan dan akan berakibat kepada meningkatnya jumlah pajak pertambahan nilai yang akan dipungut, disetor dan dilaporkan ke kas Negara. Melihat jumlah besaran PPN Keluaran yang dipungut dan dibayarkan setiap masa pajak PPN sejak tahun 2012 sampai dengan 2014, Pelindo IV harus mengantisipasi pembayaran PPN sesuai dengan besaran sebagaimana yang tercantum pada tabel tersebut di atas. Aktivitas penanggungan PPN Keluaran tersebut dapat mempengaruhi kondisi arus kas perusahaan khususnya dalam arus kas aktvitas operasi. Pelindo IV harus membuat kebijakan dan strategi untuk mengantisipasi pembayaran terlebih dahulu PPN keluaran tersebut oleh karena jika pengguna jasa tidak langsung melunasi hutang-hutangnya maka akan berdampak pada meningkatnya jumlah piutang perusahaan dan akan berakibat buruk pada kinerja perusahaan. Salah satu strategi yang ditetapkan oleh perusahaan bagi semua pengguna jasa yaitu dengan cara mengharuskan pengenaan uper (uang persekot) bagi semua pengguna jasa di lingkungan pelabuhan. Setiap kapal yang akan sandar dan melakukan ativitas bongkar muat di pelabuhan milik Pelindo IV harus memberitahukan rencana kedatangan kapalnya selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum kapal sandar, dan menginformasikan kegiatan apa saja yang dibutuhkan untuk bongkar muat berdasarkan manifest kapal tersebut. Selanjutnya, manajemen

8 76 akan menghitung berapa besar uper yang akan dikenakan atas seluruh aktivitas kegiatan kapal tersebut dengan penetapan uper minimal sebesar 120% dari rencana kegiatan bongkar muat. Pengenaan uper tersebut akan membantu manajemen dalam meminimalisasi penggunaan dana perusahaan sebagai akibat dari penerapan PMK No. 85 Tahun 2012, dengan adanya uper tersebut maka manajemen terlepas dari potensi ancaman kerugian (piutang dan PPN keluaran) atas kegiatan yang telah dilakukan oleh pengguna jasa di pelabuhan. 2. PPN Masukan Pajak masukan merupakan pajak pertambahan nilai yang seharusnya sudah dibayar oleh pengusaha kena pajak karena perolehan barang kena pajak dan/atau perolehan jasa kena pajak dan/atau pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean dan/atau pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean dan/atau impor barang kena pajak. Pajak masukan di Pelindo IV adalah pajak yang muncul akibat transaksi pembelian dengan suplier (rekanan) maupun pihak lain yang berhubungan dengan bisnis perusahaan dengan syarat harus sudah dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak (PKP). Pajak masukan tersebut dapat dikreditkan untuk mengurangi jumlah PPN yang harus disetor ke kas Negara. Namun apabila pembelian barang kena pajak atau jasa kena pajak tersebut memiliki nominal diatas Rp ,00 (sepuluh juta rupiah), maka berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 85/PMK.03/2012 Pelindo IV sebagai PKP wajib melakungan pemungutan PPN

9 77 atas lawan transaksinya dan menyerahkan bukti setor pajak (SSP) kepada lawan transaksinya. Pelindo IV selaku Badan Usaha Milik Negara tidak melakukan pemungutan atas pajak pertambahan nilai dalam hal : 1) Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp ,00 (sepuluh juta rupiah) termasuk jumlah pajak pertambahan nilai atau pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah yang terutang dan tidak merupakan pembayaran yang terpecah-pecah; 2) Pembayaran atas penyerahan barang kena pajak dan/atau jasa kena pajak yang menurut ketentuan perundang-undangan di bidang perpajakan mendapat fasilitas pajak pertambahan nilai tidak dipungut atau dibebaskan pengenaan pajak pertambahan nilai; 3) Pembayaran atas penyerahan bahan bakar minyak dan bahan bakar bukan minyak oleh PT. Pertamina (Persero); 4) Pembayaran atas rekening telepon. Jenis pembayaran yang tidak dilakukan pemungutan pajak pertambahan nilai oleh Pelindo IV salah satu contohnya berupa pembayaran atas jasa service kendaraan operasional kantor yang nominalnya dibawah Rp ,00 (sepuluh juta rupiah), pembayaran bahan bakar minyak dan oli yang digunakan untuk peralatan bongkar muat di Pelabuhan, pembayaran tagihan rekening telepon, pembelian dan pengadaan alat perlengkapan kantor atau alat tulis kantor yang nominal pengadaannya dibawah Rp ,00 (sepuluh juta rupiah), dan sebagainya.

10 78 Saat melakukan pungutan atas pajak pertambahan nilai, rekanan Pelindo IV wajib memenuhi persyaratan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam pasal 6 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 85 Tahun 2012 sebagai berikut : 1) Rekanan telah dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak (PKP); 2) Rekanan wajib membuat faktur pajak untuk setiap penyerahan barang kena pajak dan/atau jasa kena pajak kepada Badan Usaha Milik Negara; 3) Faktur pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dibuat pada saat : a) Penyerahan barang kena pajak dan/atau penyerahan jasa kena pajak; b) Penerimaan penyerahan barang kena pajak dan/atau sebelum penyerahan jasa kena pajak; atau c) Penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan. Berdasarkan UU No. 42 Tahun 2009 Pasal 9, mekanisme pengkreditan pajak masukan dijelaskan dalam ayat-ayat sebagai berikut : 1) Pajak masukan dalam suatu masa pajak dikreditkan dengan pajak keluaran dalam masa pajak yang sama. 2a) Bagi pengusaha kena pajak yang belum berproduksi sehingga belum melakukan penyerahan yang terutang pajak, pajak masukan atas perolehan dan/atau impor barang modal dapat dikreditkan. 2b) Pajak masukan yang dikreditkan harus menggunakan faktur pajak yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat (5) dan ayat (9).

11 79 6) Apabila dalam suatu masa pajak pengusaha kena pajak selain melakukan penyerahan yang terutang pajak juga melakukan penyerahan yang tidak terutang pajak, sedangkan pajak masukan untuk penyerahan yang terutang pajak tidak dapat diketahui dengan pasti, jumlah pajak masukan yang dapat dikreditkan untuk penyerahan yang terutang pajak dihitung dengan menggunakan pedoman yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan. 9) Pajak masukan yang dapat dikreditkan, tetapi belum dikreditkan dengan pajak keluaran pada masa pajak yang sama, dapat dikreditkan pada masa pajak berikutnya paling lama 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya masa pajak yang bersangkutan sepanjang belum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan. Pajak masukan dalam lingkungan kerja Pelindo IV dikenakan dengan syarat sebagai berikut : 1) Pekerjaan dalam lingkungan pelabuhan dilakukan oleh rekanan yang telah dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak (PKP); 2) Dalam hal telah dilakukan pekerjaan dan saat melakukan penagihan, rekanan wajib menyerahkan nota tagihan dan faktur pajak yang akan dipergunakan sebagai faktur pajak masukan. Syarat dilakukannya pembayaran terhadap suplier atau rekanan yang telah melaksanakan pekerjaan/pengadaan barang atau jasa di lingkungan Pelindo IV dapat dilakukan jika memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) Melampirkan berita acara pelaksanaan/pengadaan barang atau jasa; 2) Melampirkan tagihan;

12 80 3) Melampirkan kwitansi pembayaran dengan materai 6000 serta dibubuhi tanda tangan dan cap perusahaan; 4) Melampirkan faktur pajak. 5) Melampirkan surat keterangan pemberitahuan nomor seri faktur pajak yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Berikut besaran pajak masukan yang menjadi pengurang pajak keluaran untuk menentukan besaranya pajak pertambahan nilai terhutang. Sumber : Diolah Penulis Tabel Pajak Masukan MASA PAJAK PAJAK MASUKAN Januari 5,109,727,895 5,773,797,220 4,705,164,816 Februari 6,148,201,495 3,456,026,906 4,941,786,207 Maret 6,230,609,753 3,649,456,164 4,716,969,107 April 4,344,639,943 5,621,399,994 6,613,213,918 Mei 6,057,294,831 2,308,482,621 6,581,062,948 Juni 4,731,786,989 3,840,673,992 5,485,153,207 Juli 8,689,693,480 4,391,615,518 7,243,789,199 Agustus 3,824,096,325 2,749,673,777 7,001,802,935 September 8,073,237,634 3,310,918,500 7,421,320,942 Oktober 9,565,228,888 7,395,045,530 5,240,133,471 November 8,430,607,352 9,055,154,211 6,510,143,811 Desember 10,875,197,147 8,935,268,065 7,543,209,742 TOTAL 82,080,321,732 60,487,512,498 74,003,750,303 Tabel di atas menunjukkan besaran beban pajak pertambahan nilai milik Pelindo IV yang wajib dibayar sebagai akibat dari aktivitas transaksi kepada pihak lain (pihak ketiga) untuk mendukung kegiatan operasional perusahaan. Besaran pajak masukan tersebut akan digunakan sebagai pengurang pajak keluaran

13 81 sehingga dapat diketahui besaran pajak pertambahan nilai terutang dalam suatu masa/tahun pajak. 3. Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai Pelindo IV dalam hal melakukan penyerahan JKP kepada pengguna jasa menerapkan pengenaan pajak pertambahan nilai dengan menghitung dasar pengenaan pajak (DPP) dikalikan tarif PPN sebesar 10%. Dalam melakukan penyerahan JKP kepada pengguna jasa, Pelindo IV menerbitkan nota tagihan jasa kepelabuhanan yang juga dapat dipergunakan sebagai faktur pajak standar yang berfungsi sebagai bukti pungutan pajak, dan selanjutnya akan digunakan untuk melaporkan PPN yang dilakukan setiap masa pajak bulanan menggunakan SPT Masa PPN. Hal ini sejalan dengan UU No. 42 Tahun 2009 Pasal 13 ayat (1) huruf b yang menyebutkan bahwa pengusaha kena pajak wajib membuat faktur pajak untuk setiap penyerahan jasa kena pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) huruf c. Tabel 5.6. Perhitungan PPN Terutang TAHUN PAJAK 2014 TAHUN PAJAK 2013 TAHUN PAJAK 2012 MASA PAJAK PAJAK KELUARAN PAJAK MASUKAN PPN PAJAK KELUARAN PAJAK MASUKAN PPN PAJAK KELUARAN PAJAK MASUKAN PPN Januari 15,767,966,838 5,109,727,895 10,658,238,943 11,213,291,413 5,773,797,220 5,439,494,193 8,968,307,631 4,705,164,816 4,263,142,815 Februari 14,675,273,340 6,148,201,495 8,527,071,845 11,516,293,906 3,456,026,906 8,060,267,000 10,451,424,116 4,941,786,207 5,509,637,909 Maret 14,619,293,230 6,230,609,753 8,388,683,477 11,555,067,836 3,649,456,164 7,905,611,672 9,872,564,333 4,716,969,107 5,155,595,226 April 15,073,108,806 4,344,639,943 10,728,468,863 12,463,135,529 5,621,399,994 6,841,735,535 9,843,049,891 6,613,213,918 3,229,835,973 Mei 15,013,119,010 6,057,294,831 8,955,824,179 11,616,072,782 2,308,482,621 9,307,590,161 10,178,204,067 6,581,062,948 3,597,141,119 Juni 15,127,718,848 4,731,786,989 10,395,931,859 11,534,349,182 3,840,673,992 7,693,675,190 8,600,718,719 5,485,153,207 3,115,565,512 Juli 14,648,194,661 8,689,693,480 5,958,501,181 13,387,085,489 4,391,615,518 8,995,469,971 9,844,700,121 7,243,789,199 2,600,910,922 Agustus 15,574,109,926 3,824,096,325 11,750,013,601 10,101,137,316 2,749,673,777 7,351,463,539 9,329,511,996 7,001,802,935 2,327,709,061 September 17,038,114,063 8,073,237,634 8,964,876,429 13,111,185,750 3,310,918,500 9,800,267,250 9,480,397,687 7,421,320,942 2,059,076,745 Oktober 16,959,337,592 9,565,228,888 7,394,108,704 13,942,471,599 7,395,045,530 6,547,426,069 8,653,001,416 5,240,133,471 3,412,867,945 November 16,531,650,746 8,430,607,352 8,101,043,394 14,456,000,282 9,055,154,211 5,400,846,071 9,908,745,416 6,510,143,811 3,398,601,605 Desember 16,678,209,889 10,875,197,147 5,803,012,742 13,446,724,759 8,935,268,065 4,511,456,694 11,447,500,436 7,543,209,742 3,904,290,694 TOTAL 187,706,096,949 82,080,321, ,625,775, ,342,815,843 60,487,512,498 87,855,303, ,578,125,829 74,003,750,303 42,574,375,526 Sumber : Diolah Penulis

14 82 Untuk mengetahui besaran pajak pertambahan nilai yang terhutang dilakukan dengan cara melakukan pengurangan atas jumlah pajak keluaran terhadap jumlah pajak masukan dalam suatu masa pajak, sebagaimana dicantumkan dalam tabel tersebut di atas. Besaran pajak pertambahan nilai terhutang untuk tahun pajak 2012 sebesar Rp ,00, tahun 2013 sebesar Rp ,00, dan tahun 2014 sebesar Rp , Faktur Pajak Faktur pajak yang dibuat oleh Pelindo IV telah sesuai dengan UU No. 42 Tahun 2009 Pasal 13 ayat (1a) pada saat : a) Penyerahan barang kena pajak dan/atau penyerahan jasa kena pajak; b) Penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan barang kena pajak dan/atau sebelum penyerahan jasa kena pajak; c) Penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan; atau d) Saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. Pelindo IV selalu mewajibkan agar diterbitkan faktur pajak untuk semua jenis transaksi penyerahan jasa kena pajak, dan membuat faktur pajak untuk proses penagihan, pembayaran dan pembelian barang kena pajak maupun jasa kena pajak, sehingga melalui faktur pajak tersebut dapat diketahui dan dapat dihitung besaran pajak terutang dengan mengkreditkan PPN masukan terhadap

15 83 PPN keluaran, namun pembuatan faktur pajak tersebut harus berdasarkan ketentuan yang berlaku dan apabila faktur tersebut tidak lengkap maka dianggap cacat dan tidak dapat dikreditkan, oleh karena itu petugas administrasi yang menangani perpajakan dituntut harus teliti oleh karena akan berdampak pada tidak dapat dikreditkannya faktur pajak masukan jika faktur pajak tersebut cacat. Berdasarkan perubahan ketiga atas UU No. 8 Tahun 1983 yang diubah menjadi UU No. 42 Tahun 2009 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Pasal 13 menyatakan bahwa faktur pajak harus dibuat paling lama pada akhir bulan penyerahan, atau dengan kata lain faktur pajak harus dibuat pada saat tanggal penyerahan barang kena pajak atau jasa kena pajak atau saat penerbitan tagihan oleh Pelindo IV. Berdasarkan UU No. 42 Tahun 2009 pasal 3A menyatakan bahwa pengusaha yang melakukan penyerahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) huruf a, huruf c, huruf f, huruf g, dan huruf h, kecuali pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak dan wajib memungut, menyetor dan melaporkan pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah yang terutang. Saat setelah melakukan penyerahan jasa kepelabuhanan, Pelindo IV akan menerbitkan nota tagihan yang fungsinya dapat dipersamakan sebagai faktur pajak yang akan digunakan untuk menentukan besaran pajak keluaran. Hal ini sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 10/PJ/2010 tentang

16 84 Dokumen Tertentu yang Kedudukannya Dipersamakan Dengan Faktur Pajak, Pasal 1, dengan rincian dokumen sebagai berikut : a) Pemberitahunan Ekspor Barang (PEB) yang telah diberikan persetujuan ekspor oleh pejabat yang berwenang dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan dilampiri dengan invoice yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PEB tersebut; b) Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang dibuat/dikeluarkan oleh BULOG/DOLOG untuk penyaluran tepung terigu; c) Paktur Nota Bon Penyerahan (PNBP) yang dibuatkan/dikeluarkan oleh PERTAMINA untuk penyerahan Bahan Bakar Minyak dan/atau bukan Bahan Bakar Minyak; d) Tanda pembayaran atau kwitansi untuk penyerahan jasa telekomunikasi; e) Tiket, tagihan Surat Muatan Udara (Airway Bill), atau Delivery Bill, yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri; f) Nota penjualan jasa yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa kepelabuhanan; g) Tanda pembayaran atau kwitansi listrik; h) Pemberitahuan ekspor jasa pajak/barang kena pajak tidak berwujud yang dilampiri dengan invoice yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan pemberitahuan ekspor jasa kena pajak/barang kena pajak tidak berwujud, untuk ekspor jasa kena pajak/barang kena pajak tidak berwujud;

17 85 i) Pemberitahuan impor barang (PIB) dan dilampiri dengan surat setoran pajak, surat setoran pabean, cukai dan pajak (SSPCP), dan/atau bukti pungutan pajak oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PIB tersebut, untuk impor barang kena pajak; j) Surat setoran pajak untuk pembayaran pajak pertambahan nilai atas pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud atau jasa kena pajak dari luar daerah pabean. Penerbitan faktur pajak yang juga berfungsi sebagai tagihan jasa kepelabuhanan digambarkan dalam flow chart sebagai berikut : Penerbitan Nota Tagih Sumber : IPC Gambar 5.1. Penerbitan Nota Tagihan Jasa Kepelabuhanan (Faktur Pajak)

18 86 Gambar tersebut menjelaskan sistem yang harus dijalankan oleh manajemen dalam melakukan proses bisnisnya sebagai berikut : (1) Pengguna jasa mengajukan permintaan pelayanan jasa kepelabuhanan pada dokumen Permintaan Pelayanan Kapal dan Barang (PPKB), dan dilakukan penghitungan uper, (2) berdasarkan PPKB pengguna jasa membayar uper atau menambah saldo rekening CMS via Bank, (3) Keuangan (kasir) melakukan entry data pelunasan uper/meneliti kecukupan dana CMS via sistem, (4) PPSA atas posting keuangan menetapkan PPKB, (5) PPSA atas PPKB menerbitkan SPK, (6) Petugas layanan atas SPK memberikan pelayanan jasa kepelabuhanan dan entry bukti pelayanan ke sistem, (7) Keuangan menerbitkan nota tagihan jasa kepelabuhanan yang juga berfungsi sebagai faktur pajak standar. na 5. Pelaporan Pelindo IV melaksanakan pelaporan pajak pertambahan nilai sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu selambat-lambatnya pada akhir bulan setelah berakhirnya masa pajak. Laporan pajak pertambahan nilai tersebut dibuat dengan menggunakan aplikasi e-spt PPN yang akan menghasilkan Surat Pemberitahuan Masa (SPT) PPN yang disertai dengan surat setoran pajak lembar ke-5. B. Kaitan Pajak Pertambahan Nilai Atas Arus Kas Pajak keluaran dan pajak masukan merupakan komponen yang akan menentukan berapa jumlah PPN kurang bayar ataupun lebih bayar yang dilakukan

19 87 dalam suatu masa pajak. PPN merupakan pajak tak langsung, oleh karena itu PPN dikenakan kepada pengguna jasa dan harus dibayar oleh pengguna jasa. Namun dengan adanya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 85/PMK.03/2012 yang mengharuskan BUMN untuk memungut, menyetor, dan melaporkan PPN, maka Pelindo IV harus membayar terlebih dahulu (prepaid) pajak keluaran yang menjadi tanggung jawab pengguna jasa. Hal tersebut berpotensi menimbulkan kerugian bagi Pelindo IV oleh karena jumlah PPN yang ditanggung harus dibayarkan terlebih dahulu dan merupakan bagian dari besaran piutang perusahaan, dengan pencatatan sebagai berikut : Saat pencatatan pajak masukan : Pembelian BKP/JKP... PPN Masukan... XXXX XXXX Kas... XXXX Saat pencatatan pajak keluaran : Piutang/Kas... XXXX Pendapatan Jasa Kepelabuhanan... PPN Keluaran... XXXX XXXX Saat pembayaran PPN terutang : PPN Keluaran... XXXX PPN Masukan... PPN Terutang... XXXX XXXX

20 88 PPN Terutang... XXXX Kas... XXXX Sebagaimana perusahaan akan membayar terlebih dahulu pajak pertambahan nilai atas jasa kepelabuhanan, Pelindo IV harus mengeluarkan sejumlah kas untuk membayar pajak pertambahan nilai yang terutang dalam satu masa pajak (Pajak Keluaran Pajak Masukan). Kondisi yang sering terjadi adalah ketika pajak pertambahan nilai dipungut dan disetorkan oleh Pelindo IV, pengguna jasa belum melakukan pembayaran atas kegiatan bongkar muat yang sudah dilakukan di Pelabuhan, sehingga hal tersebut berpotensi dapat menimbulkan resiko yang besar jika pengguna jasa tidak mampu melunasi kewajibannya. Tabel 5.7. Rekapitulasi PPN Terutang TAHUN PAJAK 2014 TAHUN PAJAK 2013 TAHUN PAJAK 2012 MASA PAJAK PAJAK KELUARAN PAJAK MASUKAN PPN PAJAK KELUARAN PAJAK MASUKAN PPN PAJAK KELUARAN PAJAK MASUKAN PPN Januari 15,767,966,838 5,109,727,895 10,658,238,943 11,213,291,413 5,773,797,220 5,439,494,193 8,968,307,631 4,705,164,816 4,263,142,815 Februari 14,675,273,340 6,148,201,495 8,527,071,845 11,516,293,906 3,456,026,906 8,060,267,000 10,451,424,116 4,941,786,207 5,509,637,909 Maret 14,619,293,230 6,230,609,753 8,388,683,477 11,555,067,836 3,649,456,164 7,905,611,672 9,872,564,333 4,716,969,107 5,155,595,226 April 15,073,108,806 4,344,639,943 10,728,468,863 12,463,135,529 5,621,399,994 6,841,735,535 9,843,049,891 6,613,213,918 3,229,835,973 Mei 15,013,119,010 6,057,294,831 8,955,824,179 11,616,072,782 2,308,482,621 9,307,590,161 10,178,204,067 6,581,062,948 3,597,141,119 Juni 15,127,718,848 4,731,786,989 10,395,931,859 11,534,349,182 3,840,673,992 7,693,675,190 8,600,718,719 5,485,153,207 3,115,565,512 Juli 14,648,194,661 8,689,693,480 5,958,501,181 13,387,085,489 4,391,615,518 8,995,469,971 9,844,700,121 7,243,789,199 2,600,910,922 Agustus 15,574,109,926 3,824,096,325 11,750,013,601 10,101,137,316 2,749,673,777 7,351,463,539 9,329,511,996 7,001,802,935 2,327,709,061 September 17,038,114,063 8,073,237,634 8,964,876,429 13,111,185,750 3,310,918,500 9,800,267,250 9,480,397,687 7,421,320,942 2,059,076,745 Oktober 16,959,337,592 9,565,228,888 7,394,108,704 13,942,471,599 7,395,045,530 6,547,426,069 8,653,001,416 5,240,133,471 3,412,867,945 November 16,531,650,746 8,430,607,352 8,101,043,394 14,456,000,282 9,055,154,211 5,400,846,071 9,908,745,416 6,510,143,811 3,398,601,605 Desember 16,678,209,889 10,875,197,147 5,803,012,742 13,446,724,759 8,935,268,065 4,511,456,694 11,447,500,436 7,543,209,742 3,904,290,694 TOTAL 187,706,096,949 82,080,321, ,625,775, ,342,815,843 60,487,512,498 87,855,303, ,578,125,829 74,003,750,303 42,574,375,526 Sumber : Diolah Penulis Besaran pajak pertambahan nilai terutang yang harus dibayarkan oleh Pelindo IV pada tahun 2012 sebesar Rp ,00, tahun 2013 sebesar Rp. 87,855,303,345,00, dan tahun 2014 sebesar Rp ,00, pembayaran pajak pertambahan nilai terutang tersebut menggunakan kas

21 89 perusahaan dan akan tercermin dalam posisi arus kas dari aktivitas operasi perusahaan sebagaimana digambarkan sebagai berikut : Tabel 5.8. Arus Kas Sumber : Diolah Penulis Besaran pembayaran pajak pertambahan nilai terutang tercermin dalam laporan arus kas khususnya dalam arus kas dari aktivitas operasi dalam akun pembayaran pajak. Akun pembayaran pajak dalam laporan arus kas merupakan gabungan dari setiap pembayaran pajak yang dilakukan oleh Pelindo IV meliputi PPN, PPh 21, PPh Badan, PPh Final, dan pajak lainnya. C. Dampak Penerapan Pajak Pertambahan Nilai Atas Arus Kas Laporan arus kas Pelindo IV menggambarkan mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dan setara kas perusahaan. Dengan adanya arus kas tersebut

22 90 manajemen dapat mengetahui kondisi keuangan perusahaan dalam hal kenaikan atau penurunan bersih kas dan setara kas. Arus kas dibagi dalam 3 (tiga) aktivitas klasifikasi yang terdiri dari aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Melalui masing-masing aktivitas tersebut perusahaan dapat menggunakan gambaran arus kas untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan secara nyata khususnya dalam kemampuan penggunaan dana. Aktivitas klasifikasi arus kas dijelaskan sebagai berikut : 1) Aktivitas operasi, merupakan aktivitas yang menentukan operasional perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi pinjaman yang berasal dari transaksi yang mempengaruhi penetapan selisih aset bersih, yang terdiri dari : a) Penerimaan rutin dari piutang kas; b) Pengeluaran hutang kas; c) Penerimaan kas dari penjualan dan PPN Keluaran d) Pengeluaran kas atas pembelian dan PPN Masukan; e) Biaya operasional perusahaan. 2) Aktivitas investasi, merupakan aktivitas yang menggambarkan penerimaan dan pengeluaran kas yang memiliki fungsi untuk menghasilkan pendapatan bagi perusahaan dan arus kas masa depan yang tercantum dalam aktiva tetap perusahaan.

23 91 3) Aktivitas pendanaan, merupakan aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk memprediksi klaim pada arus kas ke masa depan oleh para pemasok modal yang tercermin dalam penerimaan setoran modal. Pajak keluaran yang timbul dari jasa kepelabuhanan akan diperhitungkan dengan pajak masukan yang timbul dari pengunaan/pengadaan barang dan/atau jasa yang dilakukan dalam lingkungan Pelindo IV. Apabila pajak keluaran lebih besar pajak masukan maka Pelindo IV harus membayarkan kekurangan pajak pertambahan nilai terutang tersebut ke kas Negara. Sebaliknya apabila pajak keluaran lebih kecil pajak masukan, maka Pelindo IV dapat melakukan kompensasi kelebihan pajak pertambahan nilai tersebut pada masa pajak berikutnya atau dapat dilakukan restitusi pajak pertambahan nilai. Tabel 5.9. PPN Terutang Tahun Pajak 2012 TAHUN PAJAK 2012 MASA PAJAK PAJAK PAJAK PPN KELUARAN MASUKAN Januari 8,968,307,631 4,705,164,816 4,263,142,815 Februari 10,451,424,116 4,941,786,207 5,509,637,909 Maret 9,872,564,333 4,716,969,107 5,155,595,226 April 9,843,049,891 6,613,213,918 3,229,835,973 Mei 10,178,204,067 6,581,062,948 3,597,141,119 Juni 8,600,718,719 5,485,153,207 3,115,565,512 Juli 9,844,700,121 7,243,789,199 2,600,910,922 Agustus 9,329,511,996 7,001,802,935 2,327,709,061 September 9,480,397,687 7,421,320,942 2,059,076,745 Oktober 8,653,001,416 5,240,133,471 3,412,867,945 November 9,908,745,416 6,510,143,811 3,398,601,605 Desember 11,447,500,436 7,543,209,742 3,904,290,694 TOTAL 116,578,125,829 74,003,750,303 42,574,375,526 Sumber : Diolah Penulis

24 92 Berdasarkan data tersebut di atas, total besaran PPN terutang pada tahun pajak 2012 sebesar Rp ,00, berarti tahun 2012 Pelindo IV harus mengantisipasi pembayaran PPN terutang tersebut dengan cara menyiapkan dana sejumlah Rp ,00 yang akan digunakan untuk membayar (prefinancing) PPN terutang. Ketika pengguna jasa belum melakukan pembayaran atas hutang-hutangnya termasuk PPN keluaran, maka Pelindo IV selaku PKP harus menyetorkan terlebih dahulu PPN keluaran tersebut dan atas pembayaran yang dilakukan menggunakan kas perusahaan akan mempengaruhi arus kas dari aktivitas operasi perusahaan. Atas pembayaran tersebut, maka tercermin dalam arus kas perusahaan untuk tahun 2012 sebagai berikut : Tabel Laporan Arus Kas Tahun 2012 Sumber : Diolah Penulis

25 93 Jika dibandingkan dengan besaran PPN terutang tahun 2012 sebesar Rp ,00, total pembayaran pajak yang dibayarkan oleh Pelindo IV selama tahun 2012 sebesar Rp ,00 sebagaimana tercantum dalam arus kas aktivitas operasi (pembayaran pajak). Apabila dibandingkan dengan jumlah kas dan setara kas pada awal tahun 2012 sebesar Rp ,00 dan dilihat dari penerimaan kas dari pelanggan sebesar Rp ,00, dapat diambil kesimpulan bahwa perusahaan mampu untuk membayar terlebih dahulu pajak pertambahan nilai pada tahun Sumber : Diolah Penulis Tabel PPN Terutang Tahun Pajak 2013 MASA PAJAK TAHUN PAJAK 2013 PAJAK KELUARAN PAJAK MASUKAN PPN Januari 11,213,291,413 5,773,797,220 5,439,494,193 Februari 11,516,293,906 3,456,026,906 8,060,267,000 Maret 11,555,067,836 3,649,456,164 7,905,611,672 April 12,463,135,529 5,621,399,994 6,841,735,535 Mei 11,616,072,782 2,308,482,621 9,307,590,161 Juni 11,534,349,182 3,840,673,992 7,693,675,190 Juli 13,387,085,489 4,391,615,518 8,995,469,971 Agustus 10,101,137,316 2,749,673,777 7,351,463,539 September 13,111,185,750 3,310,918,500 9,800,267,250 Oktober 13,942,471,599 7,395,045,530 6,547,426,069 November 14,456,000,282 9,055,154,211 5,400,846,071 Desember 13,446,724,759 8,935,268,065 4,511,456,694 TOTAL 148,342,815,843 60,487,512,498 87,855,303,345 Berdasarkan data tersebut di atas, total besaran PPN terutang pada tahun pajak 2013 sebesar Rp ,00, berarti tahun 2013 Pelindo IV harus mengantisipasi pembayaran PPN terutang tersebut dengan cara menyiapkan dana

26 94 sejumlah Rp ,00 yang akan digunakan untuk membayar (prefinancing) PPN terutang. Ketika pengguna jasa belum melakukan pembayaran atas hutang-hutangnya termasuk PPN keluaran, maka Pelindo IV selaku PKP harus menyetorkan terlebih dahulu PPN keluaran tersebut dan atas pembayaran yang dilakukan menggunakan kas perusahaan akan mempengaruhi arus kas dari aktivitas operasi perusahaan. Atas pembayaran tersebut, maka tercermin dalam arus kas perusahaan untuk tahun 2013 sebagai berikut : Tabel Laporan Arus Kas Tahun 2013 Sumber : Diolah Penulis

27 95 Jika dibandingkan dengan besaran PPN terutang tahun 2013 sebesar Rp , total pembayaran pajak yang dibayarkan oleh Pelindo IV selama tahun 2013 sebesar Rp ,00. Apabila dibandingkan dengan jumlah kas dan setara kas pada awal tahun 2013 sebesar Rp ,00, dan dilihat dari penerimaan kas dari pelanggan sebesar Rp ,00, dapat diambil kesimpulan bahwa perusahaan mampu untuk membayar terlebih dahulu pajak pertambahan nilai pada tahun Tabel PPN Terutang Tahun Pajak 2014 TAHUN PAJAK 2014 MASA PAJAK PAJAK PAJAK KELUARAN MASUKAN PPN Januari 15,767,966,838 5,109,727,895 10,658,238,943 Februari 14,675,273,340 6,148,201,495 8,527,071,845 Maret 14,619,293,230 6,230,609,753 8,388,683,477 April 15,073,108,806 4,344,639,943 10,728,468,863 Mei 15,013,119,010 6,057,294,831 8,955,824,179 Juni 15,127,718,848 4,731,786,989 10,395,931,859 Juli 14,648,194,661 8,689,693,480 5,958,501,181 Agustus 15,574,109,926 3,824,096,325 11,750,013,601 September 17,038,114,063 8,073,237,634 8,964,876,429 Oktober 16,959,337,592 9,565,228,888 7,394,108,704 November 16,531,650,746 8,430,607,352 8,101,043,394 Desember 16,678,209,889 10,875,197,147 5,803,012,742 TOTAL 187,706,096,949 82,080,321, ,625,775,217 Sumber : Diolah Penulis Berdasarkan data tersebut di atas, total besaran PPN terutang pada tahun pajak 2014 sebesar Rp ,00, berarti tahun 2014 Pelindo IV harus mengantisipasi pembayaran PPN terutang tersebut dengan cara menyiapkan dana

28 96 sejumlah Rp ,00 yang akan digunakan untuk membayar (prefinancing) PPN terutang. Ketika pengguna jasa belum melakukan pembayaran atas hutang-hutangnya termasuk PPN keluaran, maka Pelindo IV selaku PKP harus menyetorkan terlebih dahulu PPN keluaran tersebut dan atas pembayaran yang dilakukan menggunakan kas perusahaan akan mempengaruhi arus kas dari aktivitas operasi perusahaan. Atas pembayaran tersebut, maka tercermin dalam arus kas perusahaan untuk tahun 2014 sebagai berikut : Tabel Laporan Arus Kas Tahun 2014 Sumber : Diolah Penulis

29 97 Jika dibandingkan dengan besaran PPN terutang tahun 2014 sebesar Rp ,00, total pembayaran pajak yang dibayarkan oleh Pelindo IV selama tahun 2014 sebesar Rp ,00. Apabila dibandingkan dengan jumlah kas dan setara kas pada awal tahun 2014 sebesar Rp ,00, dan dilihat dari penerimaan kas dari pelanggan sebesar Rp ,00, dapat diambil kesimpulan bahwa perusahaan mampu untuk membayar terlebih dahulu pajak pertambahan nilai pada tahun Pajak pertambahan nilai hanya memiliki dampak langsung atas arus kas aktivitas operasi perusahaan, hal ini disebabkan oleh karena adanya prefinancing (pembayaran terlebih dahulu) atas PPN keluaran yang bukan menjadi tanggungan Pelindo IV. Atas prefinancing tersebut, tidak ada dampak terhadap profitabilitas keuangan perusahaan oleh karena pajak pertambahan nilai yang dibayarkan tersebut tidak tercantum/tidak berhubungan dengan laporan laba rugi perusahaan. Profitabilitas perusahaan digunakan hanya untuk mengetahui seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya dalam suatu periode tertentu. Total pembayaran pajak pertambahan nilai selama 3 (tiga) tahun sejak tahun sebesar Rp ,00, jika dilihat dari kondisi keuangan tahun perusahaan mampu melakukan prefinancing atas pembayaran pajak pertambahan nilai. Namun jika dilihat dari sisi time value of money perusahaan mengalami kerugian, jika total pajak pertambahan nilai sebesar Rp ,00 digunakan untuk membiayai investasi dalam rangka

30 98 pengembangan pelabuhan maka akan lebih berguna dan dapan berakibat pada peningkatan laba perusahaan, dan akan memberikan tambahan kontribusi ke kas Negara melalui kenaikan pajak pertambahan nilai. Berikut diilustrasikan dalam gambar jika total prefinancing pajak pertambahan nilai sejak tahun sebesar Rp digunakan untuk investasi alat bongkar muat petikemas. Kapal Kontainer Container Crane Kapasitas : 1000 Teus Harga/Unit : Rp. 50 Miliar Kecepatan Bongkar Muat : 18 Box/Jam Biaya Bongkar Muat (B/M) Pendapatan Bongkar Muat (B/M) Persentase : 80% dari Pendapatan Tarif : Rp /Box Jumlah : Rp Pendapatan : Rp Laba Laba : Pendapatan B/M - Biaya B/M : Rp Gambar 5. 2 Ilustrasi Penggunaan Dana Berdasarkan gambar tersebut, dapat dilihat bahwa besaran prefinancing pajak pertambahan nilai dapat digunakan untuk membeli 4 (empat) unit alat bongkar muat berupa container crane dengan menghasilkan keuntungan sebesar

31 99 Rp /unit/produksi, sehingga dari sisi time value of money dana tersebut dapat digunakan untuk memberikan tambahan manfaat dan pendapatan bagi perusahaan. Demikian sebaliknya, jika Pelindo IV tidak mampu untuk mengantisipasi hal tersebut, maka akan kehilangan kesempatan bisnis dan pengembangan perusahaan tidak dapat berjalan dengan baik.

Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha

Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha Faktur Pajak Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha b. penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha c.

Lebih terperinci

Faktur Pajak. Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. Saat Faktur Pajak Harus Dibuat. Faktur Pajak Gabungan

Faktur Pajak. Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. Saat Faktur Pajak Harus Dibuat. Faktur Pajak Gabungan Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Faktur a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha b. penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha c. ekspor BKP

Lebih terperinci

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-382/PJ/2002 Tanggal : 13 Agustus 2002 A. Singkatan 1. APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2. APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Lebih terperinci

Perpajakan 2 PPN & PPnBM

Perpajakan 2 PPN & PPnBM Perpajakan 2 PPN & PPnBM 18 Februari 2017 Benny Januar Tannawi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia 1 Karakteristik PPN 1. Pajak tidak langsung Beban pajak dipikul oleh konsumen akhir. Pengusaha akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dikemukakan para ahli sebagai berikut: a. Prof. Dr. Rochmat Soemitro SH (2002:1)

BAB II LANDASAN TEORI. dikemukakan para ahli sebagai berikut: a. Prof. Dr. Rochmat Soemitro SH (2002:1) BAB II LANDASAN TEORI A. Perpajakan Adapun pengertian pajak yang dikemukakan para ahli dari sudut pandang yang berbeda. Beberapa pendapat mengenai definisi pajak yang dikemukakan para ahli sebagai berikut:

Lebih terperinci

Mengenal Lebih Dekat Pajak Pertambahan Nilai

Mengenal Lebih Dekat Pajak Pertambahan Nilai Mengenal Lebih Dekat Pajak Pertambahan Nilai Berbagi informasi terkini bersama teman-teman Anda Jakarta Istilah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) bukan suatu hal yang asing bagi masyarakat Indonesia. Namun

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 193/PMK.03/2015 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 193/PMK.03/2015 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 193/PMK.03/2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN FASILITAS TIDAK DIPUNGUT PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS IMPOR DAN/ATAU PENYERAHAN ALAT ANGKUTAN TERTENTU DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. non migas sebagian besar merupakan penerimaan dari pajak. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. non migas sebagian besar merupakan penerimaan dari pajak. Oleh karena itu, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Indonesia terus menerus melakukan pembangunan di berbagai bidang. Untuk melakukan pembangunan tersebut Negara Indonesia membutuhkan dana pembangunan yang besar.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang berbeda tentang definisi dari pajak itu sendiri. Soemitro dalam bukunya Dasardasar

BAB II LANDASAN TEORI. yang berbeda tentang definisi dari pajak itu sendiri. Soemitro dalam bukunya Dasardasar BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Perpajakan II.1.1 Definisi Pajak Jika kita membahas pengertian dari pajak, banyak ahli yang memiliki pengertian yang berbeda tentang definisi dari pajak itu sendiri.

Lebih terperinci

2015, No Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 211 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5739); Menetapkan MEMUTUSKAN: : PERATURAN M

2015, No Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 211 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5739); Menetapkan MEMUTUSKAN: : PERATURAN M No.1538, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Alat Angkut Tertentu. Fasilitas Tidak Dipungut PPN. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 193 /PMK.03/2015 TENTANG TATA

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS Semua badan merupakan Wajib Pajak tanpa terkecuali, mulai saat didirikan atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan)

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan) Pajak Masukan adalah pajak yang harus dibayarkan oleh Pengusaha Kena Pajak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Perpajakan II.1.1 Definisi pajak Pengertian pajak menurut Pasal 1 Undang Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang KUP sebagai berikut : Pajak adalah kontribusi wajib kepada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Dasar Dasar Perpajakan 2.1.1. Pengertian Pajak Mengacu pada pasal 1 Undang Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Perubahan Keempat atas Undang Undang Nomor

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA. pengertian yang sama. Beberapa pengertian pajak yang dikemukakan oleh

BAB II TELAAH PUSTAKA. pengertian yang sama. Beberapa pengertian pajak yang dikemukakan oleh BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Umum Tentang Pajak Pajak memiliki berbagai defenisi, yang pada hakekatnya mempunyai pengertian yang sama. Beberapa pengertian pajak yang dikemukakan

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS LEMIGAS merupakan Instansi Pemerintah yang tidak bertujuan untuk mencari keuntungan, LEMIGAS

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN Perhatian Sesuai dengan ketentuan Pasal 3 ayat (7) UU Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU Nomor 16 Tahun 2000, apabila SPTMasa yang Saudara sampaikan tidak ditandatangani

Lebih terperinci

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Perpajakan II.1.1 Definisi Pajak Adriani seperti dikutip Brotodihardjo (1998) mendefinisikan, Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Mekanisme Pemungutan PPh Ps. 22, PPN, dan Bea Masuk Atas Impor BKP PT. Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry merupakan perusahaan yang bergerak di bidang

Lebih terperinci

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011 Nomor Putusan Pengadilan Pajak Put-4/PP/M.XIIA/99/2014 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2011 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap permohonan Pengurangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Penerapan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan dengan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP) No: PEM- 00025/WPJ.19/KP.0303/2013

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK Para Pemungut PPN yang terhormat, Setiap bulan setelah Masa Pajak berakhir, Pemungut PPN harus melaksanakan kewajiban untuk melaporkan kegiatan pemungutan PPN yang

Lebih terperinci

# masuk ke suatu daerah tertentu dan sebagai prasarana penghubung antar daerah, antar pulau, bahkan antar negara. Hal tersebut ditegaskan dalam UU No.

# masuk ke suatu daerah tertentu dan sebagai prasarana penghubung antar daerah, antar pulau, bahkan antar negara. Hal tersebut ditegaskan dalam UU No. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang akan digunakan untuk membiayai kebutuhan negara, salah satunya untuk membangun infrastruktur. Infrastruktur

Lebih terperinci

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian BAB 4 Pembahasan Hasil Penelitian 4.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai Sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri maka PPN hanya dikenakan atas barang atau jasa yang dikomsumsi di dalam daerah

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Nama Pemungut : Alamat : No. Telp : Usaha : SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Biotek Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang farmasi (obatobatan hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 220, 2015 KEUANGAN. PPN. Jasa Kepelabuhanan. Perusahaan Angkutan Laut. Luar Negeri. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5742). PERATURAN

Lebih terperinci

1 dari 4 11/07/ :43

1 dari 4 11/07/ :43 1 dari 4 11/07/2012 14:43 Menimbang : PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 85/PMK.03/2012 TENTANG PENUNJUKAN BADAN USAHA MILIK NEGARA UNTUK MEMUNGUT, MENYETOR, DAN MELAPORKAN PAJAK PERTAMBAHAN

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT 4.2 Analisis Faktur Pajak

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT 4.2 Analisis Faktur Pajak BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT PT. TRT adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang produsen bahan kimia yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP)

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang yakni barang IT yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha

Lebih terperinci

PPN DAN PPn BM PRINSIP DASAR PENGKREDITAN PPN, DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPN, TATA CARA RESTITUSI, TATA CARA PEMBAYARAN DAN PELAPORAN PPN

PPN DAN PPn BM PRINSIP DASAR PENGKREDITAN PPN, DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPN, TATA CARA RESTITUSI, TATA CARA PEMBAYARAN DAN PELAPORAN PPN PPN DAN PPn BM PRINSIP DASAR PENGKREDITAN PPN, DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPN, TATA CARA RESTITUSI, TATA CARA PEMBAYARAN DAN PELAPORAN PPN PEMANFAATAN BKP TIDAK BERWUJUD ATAU JKP DARI LUAR DAERAH PABEAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA G. Pengertian Pajak 1.Defenisi Pajak Pajak memiliki berbagai defenisi, yang pada hakekatnya mempunyai pengertian yang sama. Beberapa pengertian pajak yang dikemukakan oleh para

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Definisi Pajak Ada bermacam-macam definisi Pajak yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi.

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi. Perusahaan ini telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 45/PMK.03/2009 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 45/PMK.03/2009 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 45/PMK.03/2009 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN, PENGADMINISTRASIAN, PEMBAYARAN, SERTA PELUNASAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN/ATAU

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA

BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA Didalam bab ini akan dilakukan analisis atau pembahasan hasil pemeriksaan, keberatan sampai dengan keluarnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemahaman Pajak II.1.1 Definisi Pajak Definisi pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut: Pajak

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. kedua atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983, Pengusaha yang melakukan

BAB IV PEMBAHASAN. kedua atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983, Pengusaha yang melakukan BAB IV PEMBAHASAN Menurut Undang-Undang Nomor 18 tahun 2000 yang merupakan perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983, Pengusaha yang melakukan penyerahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perhitungan PPN Keluaran Dalam hal menghitung Pajak Pertambahan Nilai atau PPN khusunya Pajak Keluaran yang diterbitkan dan dipungut oleh perusahaan merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (dapat di paksakan) yang langsung dapat

Lebih terperinci

Pajak Penghasilan Pasal 22 PAJAK PENGHASILAN PASAL 22

Pajak Penghasilan Pasal 22 PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 Pajak Penghasilan Pasal 22 05 seri PPh PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 I. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 adalah PPh yang dipungut oleh: 1. Bendahara Pemerintah Pusat/Daerah, instansi atau lembaga

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 548/KMK.04/2000 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 548/KMK.04/2000 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 548/KMK.04/2000 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH OLEH BENDAHARAWAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1973, 2014 KEMENKEU. Pajak. Penyetoran. Pembayaran. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242 /PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN

Lebih terperinci

1 of 5 21/12/ :45

1 of 5 21/12/ :45 1 of 5 21/12/2015 12:45 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 224/PMK.011/2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 154/PMK.03/2010

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK. 11 April 2005 SURAT DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR S - 246/PJ.

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK. 11 April 2005 SURAT DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR S - 246/PJ. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 11 April 2005 SURAT DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR S - 246/PJ.52/2005 TENTANG PENJELASAN ATAS PEMBERLAKUAN PPN DAN PPn BM DI DAERAH INDUSTRI

Lebih terperinci

J : DPP di dapatkan dari harga kontrak yang telah di setujui oleh kedua pihak akan tetapi DPP tersebut tidak termasuk PPN.

J : DPP di dapatkan dari harga kontrak yang telah di setujui oleh kedua pihak akan tetapi DPP tersebut tidak termasuk PPN. Daftar Wawancara T : Kapan RS.HJK Menjadi Pemungut Pajak Penghasilan Pasal 22? J : Berawal Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1243/Menkes/SK/VIII/2005 tanggal 11 Agustus 2005.yang berisi

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER- 14/BC/2012

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER- 14/BC/2012 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER- 14/BC/2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELESAIAN KEWAJIBAN PABEAN

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 563/KMK.03/2003 TENTANG PENUNJUKAN BENDAHARAWAN PEMERINTAH DAN KANTOR PERBENDAHARAAN DAN KAS NEGARA UNTUK MEMUNGUT, MENYETOR, DAN MELAPORKAN PAJAK PERTAMBAHAN

Lebih terperinci

Faktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi

Faktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi BAB 1 JENIS, FUNGSI, DAN KEWAJIBAN PEMBUATAN FAKTUR PAJAK Pendahuluan Faktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi yang sangat penting dalam pelaksanaan ketentuan pemungutan Pajak Pertambahan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. PP (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. PT. PP (Persero) Tbk menyediakan berbagai jasa dan solusi

Lebih terperinci

2015, No Tidak Sesuai Dengan Tujuan Semula atau Dipindahtangankan kepada Pihak Lain Baik Sebagian atau Seluruhnya Serta Pengenaan Sanksi Atas

2015, No Tidak Sesuai Dengan Tujuan Semula atau Dipindahtangankan kepada Pihak Lain Baik Sebagian atau Seluruhnya Serta Pengenaan Sanksi Atas No.1537, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. PPN. Tidak Mendapat Fasilitas. Impor/Alat Angkutan Tertentu. Tidak Sesuai Tujuan. Dipindahtangankan. Pihak lain. Sanksi. Keterlambatan. Pembayaran

Lebih terperinci

00BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan memiliki banyak kesamaan seperti persamaan tarif dan sama-sama

00BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan memiliki banyak kesamaan seperti persamaan tarif dan sama-sama 00BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Analisis Perbandingan Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai Antara Perusahaan Milik Negara (Pemungut) dan Perusahaan Swasta. Pada dasarnya perlakuan untuk Pajak Pertambahan Nilai

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 154/PMK.03/2010 Tanggal 31 Agustus 2010

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 154/PMK.03/2010 Tanggal 31 Agustus 2010 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 154/PMK.03/2010 Tanggal 31 Agustus 2010 PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 SEHUBUNGAN DENGAN PEMBAYARAN ATAS PENYERAHAN BARANG DAN KEGIATAN DI BIDANG IMPOR ATAU KEGIATAN

Lebih terperinci

BAB III DASAR PENGENAAN PPh PASAL 23 DAN DASAR PENGENAAN PPN ATAS EPC PROJECT. Jasa konstruksi merupakan salah satu jasa yang cukup berkembang di

BAB III DASAR PENGENAAN PPh PASAL 23 DAN DASAR PENGENAAN PPN ATAS EPC PROJECT. Jasa konstruksi merupakan salah satu jasa yang cukup berkembang di BAB III DASAR PENGENAAN PPh PASAL 23 DAN DASAR PENGENAAN PPN ATAS EPC PROJECT A. Pengertian dan Ruang Lingkup Jasa Konstruksi A. 1 Pengertian Jasa Konstruksi Jasa konstruksi merupakan salah satu jasa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam. kesadaran dan kepedulian untuk membayar pajak, salah satunya adalah Pajak

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam. kesadaran dan kepedulian untuk membayar pajak, salah satunya adalah Pajak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik material

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 550/KMK.04/2000 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 550/KMK.04/2000 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 550/KMK.04/2000 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH OLEH KANTOR PERBENDAHARAAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 171/PMK.03/2017

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 171/PMK.03/2017 PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 171/PMK.03/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 62/PMK.03/2012 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN, PENGADMINISTRASIAN, PEMBAYARAN,

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT MPK. IV. 1 Evaluasi Terhadap Mekanisme Tata Laksana Pajak Pertambahan Nilai

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT MPK. IV. 1 Evaluasi Terhadap Mekanisme Tata Laksana Pajak Pertambahan Nilai BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT MPK IV. 1 Evaluasi Terhadap Mekanisme Tata Laksana Pajak Pertambahan Nilai PT. MPK merupakan sebuah perusahaan lokal yang bergerak dalam bidang pengembangan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.462, 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN. Pengawasan. Pengadministrasian. Pembayaran. Pelumasan. PPN. Pajak Penjualan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Pajak Penghasilan. Andi Wijayanto

Pajak Penghasilan. Andi Wijayanto Pajak Penghasilan PASAL 22 Andi Wijayanto Pengertian Pajak yg dipungut oleh Bendaharawan Pemerintah sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang, dan badan-badan tertentu untuk memungut pajak dari

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan

BAB IV PEMBAHASAN. dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan BAB IV PEMBAHASAN Dalam evaluasi penerapan dan perbandingan Pajak Pertambahan Nilai sebelum dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan penelusuran atas laporan laba rugi, neraca,

Lebih terperinci

Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO

Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO ABSTRAK Dari segi ekonomi, pajak merupakan pemindahan sumber daya dari sektor perusahaan ke sektor publik. Salah satu pajak yang sangat mempengaruhi

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Umum Pajak Dalam sistem pemerintahan kita pajak merupakan sumber penerimaan yang mempunyai andil baik bagi pemerintah Pusat maupun pemerintah Daerah. Karena melibatkan

Lebih terperinci

AKUNTANSI PPN & PPnBM

AKUNTANSI PPN & PPnBM AKUNTANSI PPN & PPnBM Catatan PPN Sistem Kredit PPN Pasal 9 Ayat (2), (3), (4), (4a) UU PPN PPN Keluaran Merupakan PPN yang dipungut PKP Penjual atas penyerahan kepada PKP Pembeli. PPN Masukan Merupakan

Lebih terperinci

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH Objek Pemungutan PPN dan PPn BM 1. Penyerahan BKP dan atau JKP oleh PKP Rekanan 2. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah Pabean di

Lebih terperinci

I. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 184/PMK.01/2017

I. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 184/PMK.01/2017 I. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 184/PMK.01/2017 Pada tanggal 4 Desember 2017 telah dikeluarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 184/PMK.01/2017 tentang Persyaratan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam bidang nutrisi anak yang telah dikukuhkan pada tanggal

Lebih terperinci

II. PERMOHONAN UNTUK MEMPEROLEH SKB PPN ATAS IMPOR ATAU PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK TERTENTU

II. PERMOHONAN UNTUK MEMPEROLEH SKB PPN ATAS IMPOR ATAU PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK TERTENTU Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-233/PJ./2003 Tanggal : 26 Agustus 2003 Perihal : Tatacara Pemberian Dan Penatausahaan Pembebasan Pajak Pertambahan Nilai Atas Impor Dan Atau Penyerahan

Lebih terperinci

Pertemuan 2 FAKTUR PAJAK. Faktur Pajak

Pertemuan 2 FAKTUR PAJAK. Faktur Pajak Pertemuan 2 FAKTUR PAJAK P2.1 Teori Faktur Pajak A. Definisi Pasal 1 huruf t UU PPN 1984 yang dengan UU Nomor 42 Tahun 2009 menjadi Pasal 1 angka 23 merumuskan : Faktur pajak adalah bukti pungutan pajak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 II.1.1 Kerangka Teori dan Literatur Gambaran Umum Perpajakan II.1.1.1 Pengertian Pajak Banyak definisi tentang pengertian pajak, ada beberapa pendapat dari para ahli, antara

Lebih terperinci

SE-13/PJ.43/2001 PENGANTAR KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 254/KMK.03/2001 TANGGAL 30 APRIL 2001 TE

SE-13/PJ.43/2001 PENGANTAR KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 254/KMK.03/2001 TANGGAL 30 APRIL 2001 TE SE-13/PJ.43/2001 PENGANTAR KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 254/KMK.03/2001 TANGGAL 30 APRIL 2001 TE Contributed by Administrator Thursday, 10 May 2001 Pusat Peraturan Pajak Online PENGANTAR KEPUTUSAN

Lebih terperinci

2 Pertambahan Nilai, perlu melakukan penyesuaian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

2 Pertambahan Nilai, perlu melakukan penyesuaian terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.667, 2015 KEMENKEU. Pajak Penghasilan. Pembayaran. Barang. Impor. Usaha. Pemungutan. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90/PMK.03/TAHUN 2015

Lebih terperinci

154/PMK.03/2010 PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 SEHUBUNGAN DENGAN PEMBAYARAN ATAS PENYERAHAN B

154/PMK.03/2010 PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 SEHUBUNGAN DENGAN PEMBAYARAN ATAS PENYERAHAN B 154/PMK.03/2010 PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 SEHUBUNGAN DENGAN PEMBAYARAN ATAS PENYERAHAN B Contributed by Administrator Tuesday, 31 August 2010 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT REK DI TAHUN PAJAK 2011

EVALUASI PELAKSANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT REK DI TAHUN PAJAK 2011 Jurnal Ilmiah Buletin Ekonomi ISSN: 1410-3842 Volume 17 No.2 September 2013 EVALUASI PELAKSANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT REK DI TAHUN PAJAK 2011 Meta Evelin Samosir Rachmat Kurniawan Ganda Hutapea

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis BAB IV PEMBAHASAN Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis melakukan pemeriksaan pajak dengan menguji dan memeriksa ketaatan perpajakan, serta kebenaran jumlah dalam SPT

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62/PMK.03/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62/PMK.03/2012 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62/PMK.03/2012 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN, PENGADMINISTRASIAN, PEMBAYARAN, SERTA PELUNASAN PAJAK PERTAMBAHAN

Lebih terperinci

TAX INFO PENGEMBALIAN KELEBIHAN PPN PKP BERESIKO RENDAH I NSIDE T HIS I SSUE

TAX INFO PENGEMBALIAN KELEBIHAN PPN PKP BERESIKO RENDAH I NSIDE T HIS I SSUE TAX INFO Volume 2-TI/MBC Desember 2010 PENGEMBALIAN KELEBIHAN PPN PKP BERESIKO RENDAH DJP menerbitkan PER-63/PJ/2010 tanggal 22 Desember 2010 tentang tata cara pengembalian kelebihan PPN PKP beresiko rendah.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pajak Pertambahan Nilai 1. Defenisi Pajak Pajak memiliki berbagai defenisi, yang pada hakekatnya mempunyai pengertian yang sama. Beberapa pengertian pajak yang dikemukakan oleh

Lebih terperinci

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG 26 Maret 2010 PENYAMPAIAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 14/PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Pembayaran PPh Pasal 22 pada PT Pertamina (Persero) atas Impor Bahan Bakar Minyak (BBM) PT Pertamina (Persero) merupakan perusahaaan yang bergerak di bidang

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 45/PMK.03./2009 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN, PENGADMINISTRASIAN, PEMBAYARAN, SERTA PELUNASAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN/ATAU

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG BENTUK, ISI, DAN TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 154/PMK.03/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 154/PMK.03/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 154/PMK.03/2010 TENTANG PEMUNGUTAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 22 SEHUBUNGAN DENGAN PEMBAYARAN ATAS PENYERAHAN BARANG DAN KEGIATAN DI BIDANG IMPOR ATAU

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 76 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pajak Penghasilan Pasal 21 Sesuai dengan Undang-undang Perpajakan yang berlaku, PT APP sebagai pemberi kerja wajib melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2015 TENTANG IMPOR DAN PENYERAHAN ALAT ANGKUTAN TERTENTU DAN PENYERAHAN JASA KENA PAJAK TERKAIT ALAT ANGKUTAN TERTENTU YANG TIDAK DIPUNGUT PAJAK PERTAMBAHAN

Lebih terperinci

14/PJ/2010 PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-146/PJ./2006 TENTANG BE

14/PJ/2010 PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-146/PJ./2006 TENTANG BE 14/PJ/2010 PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER146/PJ./2006 TENTANG BE Contributed by Administrator Friday, 26 March 2010 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

PERTEMUAN 12 By Ely Suhayati SE MSi Ak. PPN DAN PPnBM

PERTEMUAN 12 By Ely Suhayati SE MSi Ak. PPN DAN PPnBM PERTEMUAN 12 By Ely Suhayati SE MSi Ak PPN DAN PPnBM PAJAK ATAS NILAI TAMBAH PPN yang ditetapkan dengan UU no.18 tahun 2000 merupakan pajak yang dikenakan terhadap pertambahan nilai (Value Added) yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT BAB IV PEMBAHASAN Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk. Divre II, penulis melakukan pemeriksaan pajak dengan menguji dan memeriksa ketaatan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-146/PJ./2006 TENTANG BENTUK, ISI, DAN TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN

Lebih terperinci

2015, No Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3264) sebagaimana telah beberapa kali diubah

2015, No Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3264) sebagaimana telah beberapa kali diubah No.211, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Alat Angkut Tertentu. Jasa Kena Pajak. Tidak Dipungut PPN. Impor. Penyerahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2015 TENTANG IMPOR DAN PENYERAHAN ALAT ANGKUTAN TERTENTU DAN PENYERAHAN JASA KENA PAJAK TERKAIT ALAT ANGKUTAN TERTENTU YANG TIDAK DIPUNGUT

Lebih terperinci

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 399KMK.01/1996 TENTANG GUDANG BERIKAT MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 399KMK.01/1996 TENTANG GUDANG BERIKAT MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 399KMK.01/1996 TENTANG GUDANG BERIKAT MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 10

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pajak Secara Umum 1. Pengertian dan Unsur Pajak Secara umum, pajak merupakan iuran wajib yang dipungut oleh pemerintah dari masyarakat (wajib pajak) berdasarkan undang-undang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK YANG SEHARUSNYA TIDAK TERUTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 85/PMK.03/ 2012 TENTANG PENUNJUKAN BADAN USAHA MILIK NEGARA UNTUK MEMUNGUT, MENYETOR, DAN MELAPORKAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut : BAB II LANDASAN TEORI II.1. Perpajakan II.1.1. Definisi Pajak Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut : Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Surat Permohonan Banding atas Surat Ketetapan Pajak Kurang

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Surat Permohonan Banding atas Surat Ketetapan Pajak Kurang BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN IV.1 Analisis Surat Permohonan Banding atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) PPh Badan Perbedaan dalam pengakuan pendapatan dan beban antara perlakuan akuntansi

Lebih terperinci