UJIAN TENGAH SEMESTER TF 3204 AKUSTIK SAUNG ANGKLUNG UDJO. Oleh : Firda Awal Gemilang

Transkripsi

1 UJIAN TENGAH SEMESTER TF 3204 AKUSTIK SAUNG ANGKLUNG UDJO Oleh : Firda Awal Gemilang JURUSAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG BANDUNG 2010

2 DAFTAR ISI

3 BAB I LATAR BELAKANG Saung Angklung Udjo adalah sebuah obyek wisata budaya yang lengkap. Karena SAU bukan hanya memiliki arena pertunjukan saja tetapi pusat kerajian bambu dan workshop untuk alat music bambu. Selain itu SAU juga mempunyai makna sebagai sarana pendidikan dan pelatihan yang berguna untuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaan Sunda. Pada kesempatan kali ini penulis akan membahas akustik pada arena pertunjukan SAU yaitu Bale Karesemen, yang pada umumnya digunakan sebagai pertunjukan untuk angklung atau pertunjukan seni lainnya. Karena untuk arena SAU sendiri bukan berbentuk ruang pertunjukan seperti pada tempat pertunjukan umumnya. Pada SAU arena pertunjukan berupa sebuah saung yang dengan ukuran 225 meter persegi terdapat kursi kayu yang disusun pada tiga sisi, serta terdapat panggung untuk Pangrawit (Karawitan).

4 BAB II TOPIK PERMASALAHAN Dalam mendisain sebuah ruangan yang dapat berfungsi dengan baik dan nyaman secara akustik. Perlu dipertimbangkan beberapa faktor yang dapat diperhitungkan dan dapat dinilai. Faktor yang diperlukan dalam pertimbangan ruang akustik yang baik yaitu : 1. Direct Arrivals Setiap ruangan memiliki karakteristik berbeda-beda. Ada yang membutuhkan waktu saat pendengar mulai mendengar apa yang sumber suara keluarkan, tetapi ada juga yang pendengar dapat langsung mendengar apa yang sumber suara keluarkan. Direct arrivals ini juga dapat dijadikan satu pertimbangan dalam membuat suatu ruangan. Direct arrivals dipengaruhi oleh penempatan barang-barang pada ruangan tersebut. Dengan meminimalisasikan barang-barang yang ada pada suatu ruangan, akan menyebabkan suara yang dikeluarkan oleh sumber akan dapat langsung didengar oleh audience tanpapantulan 2. Reverberation Time Kriteria ini merupakan kriteria yang paling dikenal orang. Waktu dengung sering dijadikan acuan awal dalam mendesain sebuah ruangan secara akustik. Waktu dengung menunjukkan seberapa lama energi suara dapat bertahan di dalam ruangan, yang dihitung dengan cara mengukur waktu peluruhan energi suara dalam ruangan. Semakin lama peluruhan energi suara, semakin panjang juga waktu dengung yang terjadi. Waktu dengung pada umumnya dipengaruhi oleh jumlah energi pantulan yang terjadi dalam ruangan. Semakin banyak energi pantulan, maka semakin panjang waktu dengung ruangan, dan sebaliknya. Energi pantulan dalam ruangan sangat berkaitan dengan karakteristik bahan material yang digunakan untuk permukaan dinding. Jika permukaan dinding menggunakan bahan yang dapat memantulkan suara, maka waktu dengung yang dihasilkan akan semakin panjang, dan begitu juga sebaliknya. Ruangan yang keseluruhan permukaan dalamnya bersifat menyerap energi suara (RT sangat pendek) disebut ruang anti dengung (anechoic chamber), sedangkan ruangan yang keseluruhan permukaan dalamnya bersifat memantulkan suara (RT sangat panjang) disebut ruang dengung

5 (reverberation chamber). Panjang pendeknya waktu dengung yang diperlukan untuk sebuah ruangan, tentu saja akan bergantung pada fungsi ruangan tersebut. Ruang untuk konser symphony misalnya, memerlukan waktu dengung detik, sedangkan untuk ruang percakapan antara detik. 3. Intimacy Kriteria ini menunjukkan persepsi seberapa intim kita mendengar suara yang dibunyikan dalam ruangan tersebut. Secara objektif, kriteria ini berkaitan dengan waktu tunda (beda waktu) datangnya suara langsung dengan suara pantulan awal yang datang ke suatu posisi pendengar dalam ruangan. Makin pendek waktu tunda ini, makin intim medan suara didengar oleh pendengar. Beberapa penelitian menunjukkan harga waktu tunda yang disarankan adalah antara ms. 4. Warmth Apabila waktu dengung ruangan pada frekuensi-frekuensi rendah lebih besar daripada frekuensi mid-high, maka ruangan akan lebih terasa hangat (warmth). Waktu dengung yang lebih tinggi di daerah frekuensi rendah biasanya lebih disarankan untuk ruangan yang digunakan untuk kegiatan bermusik. Untuk ruangan yang digunakan untuk aktifitas speech, lebih disarankan waktu dengung yang flat untuk frekuensi. 5. Penyebaran suara dalam ruangan harus diatur juga, agar pada sebuah ruangan terdapat pemerataan. Hal ini juga dapat berguna agar jika terdapat lebih dari satu sumber suara (pada sebuah pertunjukan) maka suara akan bercampur antara sumber suara satu dengan lainnya.

6 BAB III PENILAIAN DAN ANALISA 1. Direct Arrivals Sumber suara dapat didengar langsung oleh pengamat. Karena disain pendengar di buat bertingkat dan tingkatan jarak pendengar tidak terlalu jauh. Sehingga suara langsung yang terdengar masih jelas. Akan tetapi ketika diberikan noise diluar lingkungan balebale. Suara dari sumber menjadi kurang jelas. 2. Reverberation Time Waktu dengung ketika pengamat rasakan panjang. Hal ini berkaitan dengan material yang ada pada bale-bale tersebut dan tidak adanya disain khusus agar energi suara dari sumber dapat dipantulkan dengan baik. 3. Intimacy Pada pengamatan intimacy. Sensai yang pengamat rasakan adalah tidak jelasnya ruang tersebut lebih difokuskan untuk sebuah tempat musik tradisional atau tempat untuk percakapan. Karena ketika pengamat lihat langit-langit tidak disain yang dibuat berdasar ilmu akustik. 4. Warmth

7 Bale karesemen kurang mendapat sensai warmth. Karena dinilai dari waktu tunda itu sendiri bale tersebut mempunyai waktu dengung panjang. Padahal untuk pertunjukan angklung agar dapat warmth yang baik dibutuhkan waktu dengun yang pendek. 5. Diffusion Karena pantulannya tidak difus. Maka suara yang didengar pengamat dari titik yang berbeda tidak seragam. Ditambah noise yang mempengaruhi sumber suara. Sehingga ketika pengamatan di titik terjauh berbeda dengan di titik terdekat sumber.

8 BAB IV KESIMPULAN Bale Karesemen masih belum jelas apakah ruang tersebut lebih difokuskan ke saung saja atau sebuah ruang pertunjukan musik tradisional Disain akustik yang terdapat di bale karesemen tidak didasari ilmu akustik. Akibat tidak baiknya disain akustik pada bale tersebut. Pemakaian ampli theater menjadi alternatif ketika ada pertunjukan. Hal tersebut agar sumber suara dapat didengar oleh pengamat di titik terjauh. Tidak adanya dinding pembatas atau material yang baik dalam bale tersebut. Mempengaruhi waktu dengungnya. Noise yang dihasilkan dari luar ruang bale tersebut masih tinggi.

9 DAFTAR PUSTAKA