BAB I PENDAHULUAN. persoalan ini ada, yaitu sejak masa-masa awal Islam sudah terdapat persoalan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. persoalan ini ada, yaitu sejak masa-masa awal Islam sudah terdapat persoalan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan poligami merupakan persoalan klasik namun selalu menarik untuk dibahas. Persoalan poligami dikatakan klasik karena sudah sejak lama persoalan ini ada, yaitu sejak masa-masa awal Islam sudah terdapat persoalan poligami. Persoalan poligami dikatakan selalu menarik untuk dibahas karena hampir sepanjang masa persoalan ini selalu mendapat tanggapan dari berbagai pihak. Tanggapan-tanggapan inilah yang kemudian memunculkan adanya sikap yang setuju adanya poligami (sikap pro poligami) dan adanya sikap yang tidak setuju adanya poligami (sikap kontra poligami). Sikap pro dan kontra tentang ajaran maupun praktik poligami sudah ada sejak dahulu. Satu sisi, kaum perempuan muslim atau orang yang kontra poligami melihat praktik poligami sebagai bentuk penindasan kaum laki-laki terhadap perempuan. Di sisi lain, kaum perempuan muslim lain atau orang yang pro poligami melihat bahwa poligami merupakan bentuk ibadah dengan surga sebagai ganjarannya. 1 Praktik poligami sudah ada jauh sebelum Islam yang di bawa Nabi Muhammad Saw. menyebar di Jazirah Arab. Poligami di Jazirah Arab pada masa ini tidak terbatas jumlahnya, sehingga para pemimpin suku dinilai wajar memiliki puluhan istri. Kemudian Islam datang dengan membatasi jumlah 1 Miftah Faridl, Poligami, (Bandung: Pustaka, 2007), hlm. 1.

2 2 poligami. 2 batasan jumlah bilangan istri yang dapat dipoligami dalam Islam adalah empat (4) wanita saja, sesuai dengan firman Allah Swt. dalam Surat al Nisa (4): 3 dan Hadis Nabi Muhammad Saw. Firman Allah Surat al Nisa (4) ayat 3 menjelaskan adanya kebolehan untuk menikahi 2, 3, atau 4 orang istri. Ayat tersebut berbunyi: Artinya: Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya) maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi, dua, tiga, atau empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu berbuat adil maka (nikahilah) seorang saja, atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat agar kamu tidak berbuat dzalim. 3 Hadis Nabi Muhammad Saw. riwayat Ibn Majah yang menjelaskan tentang pembatasan istri Qais Ibn Harits menjadi 4 istri dari 8 istri yang ia punyai. 2 Musdah Mulia, Pandangan Islam tentang Poligami, (Jakarta: Lembaga Kajian Agama dan Jender, The Asia Foundation, Perserikatan Solidaritas Perempuan, 1999), hlm Departemen Agama RI, Mushaf Al Qur an Terjemah, (Jakarta: Al Huda Kelompok Gema Insani, 2002), hlm. 78.

3 3 Artinya: Mengabarkan kepada kita Ahmad Ibn Ibrahim al duraqiy dari Hasyim daari Ibnu Abiy Laila dari Humaidhah Binti al Syamardil dari Qais Ibn al Harits, ia berkata: ketika aku masuk Islam aku mempunyai delapan istri, kemudian aku datang kepada Rasulullah Saw. dan menyampaikan hal tersebut dan beliau (Rasulullah) bersabda: pilihlah dari mereka empat orang. 4 Hadis Nabi Muhammad yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad yang menceritakan tentang Ghailan Ibn Salamah al Tsaqafiy yang mempunyai 10 istri dan diperintah oleh Rasulullah Saw. untuk memilih 4 istri saja. Artinya: Menceritakan kepada kita Ismail, dari Mu ammar dari al Zuhri dari Salim dari ayahnya, bahsawannya Ghailan Ibn Salamah al Tsaqafiy masuk Islam dan mempunyai sepuluh orang istri, kemudian Rasulullah Saw. bersabda: pilih dari mereka empat (orang). 5 Islam datang dengan membatasi jumlah bilangan wanita yang dapat dipoligami dan juga menghapus praktik-praktik perkawinan yang dilakukan masyarakat jahiliyah, yaitu perkawinan istibdha, perkawinan al maqthu, perkawinan al rathun, perkawinan khadan, dan perkawinan badal. 6 4 Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, (Beirut: Dar al Fikr, tt.) I: Ahmad, Musnad Ahmad, (Beirut: Dar al Fikr, tt.) II: Perkawinan Istibdha adalah perkawinan antara laki-laki dengan perempuan, dimana sebelum perempuan tersebut digauli suaminya, terlebih dahulu perempuan tersebut diperintahkan berhubungan badan dengan laki-laki lain yang terhormat karena kebangsawanannya dengan tujuan mendapatkan keturunan yang memiliki sifat-sifat kebangsawanan tersebut. Perkawinan al maqthu adalah perkawinan laki-laki dengan ibu tirinya. Perkawinan al rathun adalah perkawinan antara beberapa laki-laki dengan satu perempuan, jika perempuan itu melahirkan, maka ia berhak menunjuk siapa ayah dari bayinya tersebut. Perkawinan khadan adalah perkawinan laki-laki dan perempuan yang dilakukan secara sembunyisembunyi tanpa akad yang sah (kumpul kebo). Perkawinan badal yaitu dua orang

4 4 Islam datang sebagai agama yang membawa kedamaian untuk semua makhluk Allah (rahmatan lil alamin) dengan salah satu ajarannya mengenai perkawinan. Perkawinan antara laki-laki dengan perempuan diharapkan dapat menjadikan kehidupan yang sakinah mawaddah wa rahmah, atau perkawinan yang damai, tenang dan bahagia yang diridhai Allah Swt. Oleh sebab itu, Islam merumuskan aturan-aturan tentang perkawinan di dalam al Qur an maupun Hadis Rasulullah Saw. Salah satu aturan perkawinan yang diajarkan Islam adalah aturan tentang poligami. Aturan Islam tentang poligami dalam perkawinan terdapat di dalam al Qur an dan Hadis, yang menyebutkan adanya batasan jumlah bilangan istri yang dapat dipoligami dan adanya syarat bagi suami yang akan berpoligami. Meski ada aturan tentang poligami dalam perkawinan yang terdapat dalam ayat-ayat maupun hadis-hadis Nabi Muhammad, namun ulama berbeda dalam memahami atau menafsirkan ayat-ayat dan hadis-hadis tersebut. Ulama berbeda pendapat mengenai cara menemukan hukum (istinbat al hukm) tersebut. Di sinilah kemudian memunculkan sikap pro dan kotra terhadap poligami. Pemahaman terhadap ayat-ayat ataupun hadis-hadis poligami dilakukan dengan berbagai cara atau metode oleh para pemerhati agama Islam. Setidaknya ada beberapa pandangan atau pemikiran dari pemerhati agama Islam dalam memahami ayat-ayat poligami, misalnya: 1) kelompok ulama yang membolehkan poligami dengan syarat-syarat tertentu; 2) suami bersepakat tukar menukar istri tanpa melalui proses talak. Musdah Mulia, Pandangan Islam tentang Poligami... hlm. 5-6.

5 5 kelompok ulama yang membolehkan poligami secara mutlak tanpa syarat selain adil. Kelompok ulama yang membolehkan poligami dengan syarat-syarat tertentu seperti Fazlurrahman, Fatima Mernisi, Muhammad Abduh, dan Muhammad Syahrur. Menurut mereka, poligami dalam Islam diperbolehkan, tetapi harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam Islam. Syarat-syarat tersebut seperti, suami dapat memastikan untuk berbuat adil terhadap semua istri dan anak-anaknya, poligami dibolehkan dalam keadaan darurat atau terpaksa ( istri mandul atau tidak sebandingnya antara banyaknya perempuan dengan sedikitnya laki-laki). Sementara kelompok ulama lainnya membolehkan poligami secara mutlak. Poligami dibolehkan kepada laki-laki yang tidak khawatir akan berbuat dzalim atau tidak adil kepada masing-masing istri yang dipoligami. Pendapat ini banyak dipakai oleh ulama, baik ulama pada masa awal Islam masa pertengahan, maupun pada masa sekarang. Pada masa sekarang, seiring menonjolnya peranan perempuan dalam masyarakat dan tentunya faktor-faktor lainnya, maka pemahaman terhadap ayat-ayat poligami lebih diperketat. Dengan demikian, seorang laki-laki yang akan menikahi lebih dari seorang perempuan, maka ia harus memperhatikan syarat-syaratnya. Pengambilan syarat-syarat poligami tidak hanya berdasarkan atas aturan yang dibuat oleh manusia, tetapi berdasarkan atas pemahaman ayat-ayat poligami tersebut. Inilah yang menarik perhatian penulis tentang berkembang atau bergeraknya pemahaman dan pemikiran

6 6 tentang suatu ayat al Qur an. Perkembangan atau pergerakan pemahaman dan pemikiran ini tentu mendapat banyak respon dari ulama lain, karena berbeda dengan pemahaman ulama pada umumnya (jumhur ulama). Salah satu pemikir yang mendapat perhatian umat muslim pada akhirakhir ini karena pergerakan atau perkembangan pemikiran terhadap ayat-ayat al Qur an adalah Muhammad Syahrur. Muhammad Syahrur merupakan seorang pemikir keislaman yang lahir di Damaskus. Dalam memahami Islam melalui ayat-ayat al Qur an, ia menawarkan metode atau cara yang berbeda dengan jumhur ulama pada umumnya. Muhammad Syahrur dalam memahami nas al Qur an menolak adanya sinonimitas bahasa. Menurutnya, setiap kata dalam al Qur an mempunyai makna masing-masing. 7 Pembahasan makna bahasa banyak disandarkan pada mu jam maqayis al lughah karya Ibnu Faris. 8 Muhammad Syahrur membagi antara ayat-ayat al Qur an yang mempunyai dimensi nubuwwah (haqiqah al maudhu iyyah) dengan ayat-ayat yang berdimensi risalah (al haqiqah al zatiyah). Dari kerangka berpikir ini, Muhammad Syahrur menawarkan metode atau cara pembacaan al Qur an dengan teori nadzariyatul hudud (teori batas atau limitasi). Teori ini ada 6, yaitu: 1) Batas minimal; 2) Batas maksimal; 3) Batas minimal dan maksimal sekaligus; 4) Batas lurus; 5) Batas maksimal mendekati garis lurus; dan 6) 7 Muhammad Syahrur, Al-Kitab wa al-qur an Qira ah Mu ashirah,cet. VI, (Damaskus: al-mathbuat, 2000), hlm Ibid., hlm. 44.

7 7 Batas atas positif tidak boleh dilampaui dan batas bawah negatif boleh dilampaui. 9 Contoh pemikiran Muhammad Syahrur terhadap pemahaman ayatayat al Qur an melalui teori hudud (batas) adalah masalah kewarisan. Ia menawarkan teori batas ketiga, yaitu batas minimal dan maksimal sekaligus. Dalam ayat kewarisan dapat dipahami bahwa laki-laki mendapat batas maksimal dua bagian dari perempuan, sedangkan perempuan mendapat batas minimal satu bagian, sehingga dalam situasi dan kondisi dimana hukum diterapkan, laki-laki dan perempuan dapat bagian yang sama. Laki-laki dan perempuan mendapatkan batas minimal (yaitu satu) dan maksimal sekaligus (yaitu dua). Pemikiran Muhammad Syahrur tentang teori batas ini tentu berbeda dengan pemikiran jumhur pada umumnya. Muhammad Syahrur memberikan contoh lain yang berbeda dengan pemikiran jumhur, yaitu masalah poligami. Poligami menurut Syahrur hanya dibolehkan untuk para janda yang mempuyai anak yatim, baik untuk istri kedua, ketiga atau keempat. Poligami yang dipahami Muhammad Syahrur merujuk pada adanya konsep keadilan bagi wanita yang dipoligami, juga keadilan untuk anak-anak yatim dan anak-anaknya. 10 Disinilah letak ketertarikan penelitian ini untuk melihat lebih jauh konsep-konsep yang ditawarkan Muhammad Syahrur, dan kemudian akan memberikan kritik pada pemikiran tersebut. 9 Ibid., hlm Muhammad Syahrur, Nahwa Ushul Jadidah li al Fiqh al Islamiy Fiqh al Mar ah, (Damaskus: Al Ahali li al Tiba ah wa al Nasyr wa al Tauzi, tt.), hlm

8 8 Ditegaskan latar belakang penelitian ini adalah munculnya salah satu penafsiran dan istinbat hukum tentang keadilan poligami (yaitu pemikiran Muhammad Syahrur) yang sangat berbeda dengan penafsiran dan istinbat hukum dari jumhur ulama. Muhammad Syahrur mensyaratkan keadilan dalam poligami itu ditujukan kepada anak-anak yatim dari janda yang akan dinikahi dan keadilan dari anak-anaknya sendiri. Muhammad Syahrur membolehkan adanya poligami hanya kepada janda-janda yang ditinggal mati suaminya dan mempunyai anak (yatim). Tentunya, konsep keadilan dalam poligami ini sangat berbeda dengan jumhur ulama yang ditujukan kepada para istri yang dipoligami, bukan kepada anak-anak dari janda (karena ditinggal mati suaminya terdahulu) yang dinikahinya. Alasan ketertarikan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai rekonstruksi pemikiran Muhammad Syahrur tentang konsep keadilan dalam poligami ialah adanya metode penafsiran dan istinbat hukum Muhammad Syahrur tentang keadilan dalam poligami yang berbeda dengan jumhur ulama. Kemudian penulis akan melakukan analisa mendalam atau kritik berkaitan dengan cara Muhammad Syahrur dalam menafsirkan dan mengistinbat-kan konsep keadilan dalam ayat-ayat poligami. Analisa atau kritik ini berpijak dari penafsiran dan istinbat al hukm yang dilakukan oleh kebanyakan ulama mengenai konsep keadilan dalam poligami.

9 9 B. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti, yaitu: 1. Bagaimana pemahaman (penafsiran dan istinbat al hukm) Muhammad Syahrur mengenai konsep keadilan dalam poligami? 2. Bagaimana rekonstruksi pemikiran Muhammad Syahrur dalam menawarkan konsep keadilan dalam poligami? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemikiran Muhammad Syahrur tentang konsep keadilan dalam poligami yang terdapat dalam ayat-ayat poligami. Kemudian, penelitian ini menganalisa lebih jauh mengenai metode penafsiran dan istinbat hukum yang dipakai Muhammad Syahrur dalam menawarkan konsep keadilan dalam poligami. Dari hasil analisa tersebut didapatkan sebuah kritik terhadap pemikiran Muhammad Syahrur, baik dari sisi metode penafsiran ayat-ayat poligami maupun dari sisi metode istinbat hukumnya. Setelah tujuan penelitian didapatkan, maka akan terlihat manfaat yang akan diperoleh. Apakah pemikiran Muhammad Syahrur layak untuk dijadikan sebagai salah satu hasil karya pemahaman ayat-ayat al Qur an yang dapat dipegang oleh umat muslim atau pemahaman ayat-ayat al Qur an yang tidak dapat dijadikan pegangan oleh umat muslim, sehingga layak untuk ditinggalkan?

10 10 Berikut uraian manfaat penelitian, yaitu memuat: 1. Manfaat Akademik a. Sebagai kontribusi keilmuan untuk mengetahui pemikiran Muhammad Syahrur dalam membaca (menafsirkan) ulang ayatayat poligami dan cara memahami (istinbat) hukum keadilan dalam poligami. b. Sebagai kontribusi keilmuan untuk mengetahui kritik atas metode pemahaman atau penafsiran Muhammad Syahrur terhadap ayatayat poligami dan metode penemuan (istinbat hukum) konsep keadilan dalam poligami. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai bahan kajian dalam ilmu-ilmu keislaman, khususnya tentang fiqh perkawinan, metode istinbat hukum tentang konsep keadilan dalam poligami, metode penafsiran ayat-ayat poligami dan kritik atas metode pemahaman kontemporer. Manfaat praktis lain dari penelitian ini adalah apakah pemikiran Muhammad Syahrur bisa dijadikan sebagai pegangan oleh umat muslim atau pemikiran ini seharusnya ditinggalkan dan dibuang oleh umat Islam?

11 11 D. Telaah Pustaka Berikut ini bahan kajian yang menjadi telaah pustaka dalam penelitian, sesuai dengan kaidah panduan penulisan tesis yang diterbitkan oleh Universitas Muhammadiyah Surakarta. Kaidah penulisan telaah pustaka meliputi nama peneliti, tahun penelitian, bentuk penelitian, judul penelitian serta perbedaan penelitian. A. Ghozali pada tahun 2008 menulis karya tulis akhir (tesis) pada program pascasarjana di IAIN (sekarang UIN) Walisongo Semarang dengan judul Metode Istinbat Hukum Muhammad Syahrur dalam Memahami Ayatayat Poligami. 11 Penelitian ini lebih memfokuskan pada metode istinbat hukum Muhmmad Syahrur pada masalah poligami. Teori apa yang digunakan oleh Muhammad Syahrur dalam membaca ayat-ayat poligami, kemudian A. Ghozali menganalisa pemikiran Muhammad Syarur tersebut dengan teori ushul fiqh yang digunakan oleh jumhur ulama. Tulisan ini menggambarkan secara umum metode istinbat hukum pada persoalan poligami, tidak di khususkan pada konsep keadilannya. Sedangkan penelitian ini melihat persoalan poligami yang dikhususkan pada konsep keadilan yang terdapat pada ayat-ayat poligami. Penelitian kedua yang dijadikan telaah pustaka adalah tulisan Mushonnif Yahya pada tahun 2007 ketika menyelesaikan karya tulis akhir (tesis) pada program pascasarjana di IAIN (sekarang UIN) Walisongo 11 A. Ghozali, Metode Istinbat Hukum Muhammad Syahrur dalam Memahami Ayat-ayat Poligami, Tesis tidak diterbitkan, (Semarang: Program pascasarjana IAIN Walisongo Semarang, 2008).

12 12 Semarang. Tulisan ini berjudul Poligami dan Misi Kemanusiaan Analisis Feminisme terhadap Pemikiran Muhammad Syahrur tentang Syarat-syarat Poligami. 12 Fokus penelitian ini adalah aspek kemanusiaan yang terdapat dalam poligami yang ditawarkan Muhammad Syahrur dengan pendekatan feminisme. Hal ini tentu berbeda dengan tema dalam tesis ini yang lebih difokuskan pada konsep keadilan yang terdapat dalam ayat-ayat poligami dengan pendekatan ilmu tafsir atau ilmu ushul fikih. Selanjutnya, tulisan Mukhyar Fanani pada tahun 2005 yang merupakan karya akhir berupa disertasi pada program pascasarjana di IAIN (sekarang UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. Judul penelitian ini adalah Pemikiran Muhammad Syahrur dalam Ilmu Ushul Fiqh: Teori Hudud sebagai Alternatif Pengembangan Ilmu Ushul Fikih. 13 Tulisan ini jelas menguraikan teori Hudud yang ditawarkan oleh Muhammad Syahrur sebagai metode penemuan hukum Islam. Fokus penelitian ini pada tawaran metode penemuan hukum Muhammad Syahrur yaitu teori hudud sebagai pengembangan dari ilmu ushul fikih, penelitian ini tidak difokuskan pada konsep keadilan dalam poligami, sehingga berbeda dengan tema dalam judul penelitian ini. Selanjutnya tulisan Abdul Jalil pada tahun 2010 ketika menyelesaikan Skripsi pada Fakultas Syari ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 12 Mushonnif Yahya, Poligami dan Misi Kemanusiaan Analisis Feminisme terhadap Pemikiran Muhammad Syahrur tentang Syarat-syarat Poligami, Tesis tidak diterbitkan, (Semarang: Program pascasarjana IAIN Walisongo Semarang, 2007). 13 Mukhyar Fanani, Pemikiran Muhammad Syahrur dalam Ilmu Ushul Fiqh: Teori Hudud sebagai Alternatif Pengembangan Ilmu Ushul Fikih, Disertasi, (Yogyakarta: Program pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2005).

13 13 Tulisan tersebut berjudul Wanita Dalam Poligami (Studi Pemikiran Muhammad Syahrur. 14 Tulisan ini mengupas pandangan Muhammad Syahrur tentang poligami secara umum, sehingga berbeda dengan tema penelitian. Fachri Paripurna pada tahun 2006 menulis Skripsi pada Fakultas Syari ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tulisan ini berjudul Poligami dalam Islam (Studi Komparasi Antara Pemikiran Muhammad Abduh dan Muhammad Syahrur). Penelitian ini menegaskan perbedaan antara pemikiran Muhammad Abduh dengan Muhammad Syahrur, sehingga metode yang digunakan adalah metode komparatif. Pemikiran Muhammad Abduh tentang poligami yaitu poligami dibolehkan dengan syarat-syarat yang telah ditentukan dan dalam keadaan darurat atau terpaksa. Selama keadaan darurat atau terpaksa tidak terpenuhi, meski syarat poligami sudah dipenuhi, maka poligami tidak dibolehkan. Sementara pemikiran Muhammad Syahrur dalam tulisan ini memperlihatkan bahwa poligami dibolehkan dengan syarat yang berbeda, yaitu wanita yang dinikahi adalah para janda yang mempunyai anak yatim karena ditinggal mati suaminya. Selama syarat ini sudah terpenuhi, maka poligami dapat dilakukan. Ali Mursid pada tahun 2006 menulis karya tulis akhir berupa Skripsi pada Fakultas Syari ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tulisan ini berjudul Konsep Poligami Dalam Islam (Studi Komparatif Antara 14 Abdul Jalil, Wanita Dalam Poligami (Studi Pemikiran Muhammad Syahrur), Skripsi tidak diterbitkan, (Yogayakarta: Fakultas Syari ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010).

14 14 Muhammad Syahrur dan Yusuf al Qaradhawi. 15 Dalam tulisan ini dijelaskan perbedaan cara pandang dalam membaca ayat-ayat poligami, sehingga muncul pemikiran yang berbeda pula mengenai poligami dalam ayat-ayat al Qur an. Namun tulisan ini tidak secara detail menjelaskan bagaimana kedua pemikir membaca ayat-ayat poligami, sehingga ayat yang menjelaskan keadilan hanya dilihat dari kesimpulannya saja, bukan bagaimana ayat tersebut dibaca sehingga muncul kesimpulan tersebut? Bagaimana korelasi antara ayat satu dengan ayat yang lain? Aplikasi metode Muhammad Syahrur dalam ayat-ayat poligami tersebut bagaimana? Tulisan ini tidak mengurai pertanyaan-pertanyaan tersebut, sehingga belum ditemukan pembacaan yang komprehensif mengenai ayat-ayat poligami dari kedua pemikir di atas. Khozainul Ulum pada tahun 2006 menulis karya tulis akhir berupa Skripsi pada Fakultas Syari ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Judul tulisan tersebut adalah Konsep Poligami dalam Pandangan Muhammad Syahrur dan Amina Wadud Muhsin. 16 Tulisan ini hanya membandingkan kedua pemikir kontemporer dalam persoalan poligami dengan pendekatan feminis. Tulisan ini tidak mengurai lebih jauh mengenai cara menemukan hukumnya, serta tidak menjelaskan secara detail mengenai konsep keadilan dalam poligami. 15 Ali Mursid, Konsep Poligami Dalam Islam (Studi Komparatif Antara Muhammad Syahrur dan Yusuf al Qaradhawi, Skrpisi tidak diterbitkan, (Yogyakarta: Fakultas Syari ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2006). 16 Khozainul Ulum, Konsep Poligami dalam Pandangan Muhammad Syahrur dan Amina Wadud Muhsin, Skripsi tidak diterbitkan, (Yogyakarta: Fakultas Syari ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2006).

15 15 Miftah Faridl pada tahun 2007 menulis buku dengan judul Poligami. Buku ini menjelaskan ajaran poligami secara umum, mulai dari definisi poligami, dasar hukum poligami, sampai praktik poligami ditinjau dari norma/susila dan perilaku sosial. Kemudian Musdah Mulia pada tahun 1999 menulis Buku dengan judul Pandangan Islam tentang Poligami. Buku ini menceritakan poligami dalam Islam, yaitu praktik poligami pada masa Rasululullah, serta kritik terhadap kebijakan pemerintah Republik Indonesia mengenai poligami. Dari telaah pustaka di atas, maka ada perbedaan yang jelas antara tuisan-tulisan tersebut dengan tema yang dimaksud. Penelitian ini melihat bagaimana Muhammad Syahrur membaca ayat-ayat poligami sehingga muncul kesimpulan bahwa poligami harus dilakukan dengan para janda yang ditinggal mati suaminya dan mempunyai anak yatim, sehingga konsep keadilan harus ada antara anak-anaknya dengan anak-anak yatim. Penelitian ini akan mengurai bagaimana metode penafsiran atau metode istinbat hukum yang dipakai Muhammad Syahrur sehingga muncul kesimpulan di atas. E. Kerangka Teori Kerangka teori yang dimaksud pada penelitian ini adalah kerangka berpikir jalannya penelitian dengan disertai teori. Kerangka berpikir yang dimaksud bukan sistematika penelitian, namun kerangka penelitian yang dilihat dari suatu teori yang sudah ada.

16 16 Penelitian ini menjelaskan bagaimana Muhammad Syahrur menafsirkan ayat-ayat poligami. Penafsiran ayat-ayat poligami yang dilakukan oleh Muhammad Syahrur tidak berdasarkan atas teori penafsiran yang digunakan oleh kebanyakan ulama, tetapi ia mempunyai teori penafsiran sendiri. Syahrur menyebut model penafsirannya dengan pembacaan ulang terhadap ayat-ayat al Qur an. Pembacaan ulang ayat-ayat al Qur an yang dilakukan oleh Muhammad Syahrur berdasarkan pada analisis teks, yaitu analisa terhadap teks atau nash ayat-ayat al Qur an dengan pendekatan kebahasaan. Muhammad Syahrur menganalisa ayat-ayat al Qur an melalui pendekatan kebahasaan dengan menjelaskan kaidah kebahasaan, seperti ilmu nahwu, sharaf, dan balaghah, misalnya huruf wawu yang terletak pada permulaan ayat ketiga Surat al Nisa itu menjadi kata penghubung antara ayat sebelum (kedua) dengan setelahnya (ketiga). Kata penghubung ini dalam kaidah bahasa disebut dengan wawu athaf. Muhammad Syahrur juga menjelaskan pengertian atau makna kata dalam ayat al Qur an, seperti tidak adanya sinonimitas bahasa; misalnya, ia menjelaskan perbedaan antara makna kata qasatha dan adala dalam ayat-ayat poligami. kedua kata tersebut berbeda antara adil dari satu sisi (kata aqsatha) dan adil dari dua sisi (kata adala). Muhammad Syahrur juga menjelaskan hubungan antara ayat yang diteliti dengan ayat lainnya (munasabah ayat) berdasarkan pendekatan kebahasaan tersebut. Ayat ketiga surat al Nisa tentang poligami dihubungkan dengan ayat sebelumnya (ayat kedua) tentang anak-anak yatim, dengan ayat

17 17 ke-127 tentang keringanan pemberian mahar, dan dengan ayat ke-129 tentang tidak dapatnya berbuat adil terhadap istri-istri yang dinikahinya (poligami). Langkah-langkah di atas menjelaskan tentang teori-teori penafsiran ayat al Qur an, baik teori penafsiran kebanyakan mufassir atau teori penafsiran dari Muhammad Syahrur. Penelitian ini juga mendeskripsikan bagaimana Muhammad Syahrur menemukan hukum tentang konsep keadilan dalam poligami melalui teori nadzariyatul hudud atau teori batas (limit). Melalui teori batas bagian ketiga (batas minimal dan maksimal sekaligus) Muhammad Syahrur menjelaskan bagaimana konsep keadilan dalam poligami bisa diwujudkan. Batas minimal seseorang menikah yaitu dengan seorang istri, dan batas maksimal seseorang melakukan poligami yaitu dengan menikahi empat (4) orang istri, istri kedua, ketiga atau keempat harus berupa janda yang ditinggal mati suaminya dan mempunyai anak (yatim). Penulis tidak hanya menggambarkan pemikiran Muhammad Syahrur ini, namun juga melakukan analisa penemuan hukum dari pendapat kebanyakan ulama, yang lebih dikenal dalam ilmu ushul fiqh dengan teori istinbat al hukm. Langkah-langkah ini termasuk pada teori penemuan hukum Islam, kebanyakan ulama menyebutkan dengan istinbat al hukm dalam koridor ilmu ushul fiqh atau Muhammad Syahrur menyebutnya nadzariyatul hudud. Penjelasan tentang keadilan poligami telah ada jauh sebelum Muhammad Syahrur menawarkan idenya, dan penjelasan ini diutarakan oleh banyak ulama, baik dari para pakar ilmu al Qur an maupun para pakar ilmu

18 18 hukum Islam. Penelitian ini memaparkan pemikiran Muhammad Syahrur tentang keadilan dalam poligami dari sudut pandang pembacaan ulang (penafsiran) ayat-ayat al Qur an dan dari sudut penemuan hukum (istinbat al hukm) melalui nadzariyatul hudud. Penelitian ini juga melihat analisa mendalam atau kritik atas pemikiran Muhammad Syahrur tersebut dari sudut pandang pemikiran kebanyakan ulama (jumhur ulama). Inilah yang penulis maksud dengan rekonstruksi pemikiran Muhammad Syahrur. Rekonstruksi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pengembalian seperti semula, atau penyusunan (penggambaran) kembali. 17 Rekonstruksi berarti mengembalikan makna suatu peristiwa, kejadian, pemahaman, atau yang lain, kepada makna yang sudah ada sebelumnya. Rekonstruksi pemikiran Muhammad Syahrur tentang keadilan dalam poligami berarti pengembalian makna keadilan dalam poligami yang ditawarkan oleh Muhammad Syahrur kepada makna keadilan dalam poligami yang sudah ada sebelumnya, yakni makna keadilan dalam poligami menurut jumhur ulama. Dari uraian ini, maka penulis akan memaparkan pemikiranpemikiran Muhammad Syahrur tentang konsep keadilan dalam poligami yang sama dan yang beda dengan konsep keadilan dalam poligami dari jumhur ulama. Penulis akan banyak mengupas pemikiran Muhammad Syahrur yang berbeda dengan jumhur ulama, dengan tujuan untuk mengembalikan maknanya (dari Muhammad Syahrur ke Jumhur ulama). 17 Kbbi.web.id/rekonstruksi. Akses pada tanggal 25 Januari 2016.

19 19 F. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian yang terstruktur agar diperoleh penelitian yang akurat dan sistematis. Struktur penelitian tersebut diuraikan dalam hal-hal di bawah ini: Paradigma Penelitian Penelitian rekonstruksi pemikiran Muhammad Syahrur tentang keadilan dalam poligami ini menggunakan paradigma penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah strategi dan teknik penelitian yang digunakan untuk memahami masyarakat, masalah atau gejala dalam masyarakat dengan mengumpulkan sebanyak mungkin fakta mendalam, data disajikan dalam bentuk verbal bukan bentuk angka. Penelitian ini memakai metode penelitian kualitatif dengan melihat strategi dan teknik penelitian yang digunakan untuk memahami masalah tentang konsep keadilan dalam poligami yang ditawarkan Muhammad Syahrur dalam membaca ayat-ayat poligami dengan mengumpulkan sebanyak mungkin fakta mendalam dari buku-buku atau tulisan-tulisan dia atau orang lain yang berkaitan dengan tema, kemudian hasil olah data-data tentang keadilan dalam poligami di atas disajikan dalam bentuk verbal bukan angka. 18 Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta, Buku Pedoman Penulisan Tesis, (Surakarta: PPs Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014).

20 20 2. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research). Penelitian kepustakaan yaitu penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan literatur (kepustakaan), baik berupa buku, catatan maupun laporan penelitian. 19 Konteks penulisan tesis ini dilaksanakan dengan menggunakan literatur yang berkaitan dengan pemikiran Muhammad Syahrur khususnya tentang keadilan dalam poligami yang diambil dari karya-karyanya atau penelitian lain yang relevan dengan tema penelitian ini. 3. Pendekatan Pendekatan yang digunakan dalam penelitian Rekonstruksi Pemikiran Muhammad Syahrur tentang Keadilan dalam Poligami adalah pendekatan normatif. Pendekatan normatif dalam penelitian ini menggunakan pendekatan ilmu tafsir dan ilmu ushul fiqh. Rekonstruksi pemikiran Muhammad Syahrur tentang keadilan dalam poligami merupakan pembacaan ulang Muhammad Syahrur tentang ayat-ayat poligami, sehingga dalam penelitian ini penulis melihat perlunya kritik metode pembacaan ulang Muhammad Syahrur tersebut dengan menggunakan teori dalam ilmu tafsir dan ilmu ushul fiqh yang lazim digunakan oleh ulama. hlm Sutrisno Hadi, Metodology Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1990),

21 21 4. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Kedua sumber data tersebut berkaitan dengan jenis penelitian yang penulis lakukan, yaitu penelitian library research, sehingga sumber data yang digunakan berupa dokumendokumen, seperti buku, jurnal, dan tulisan lainnya. Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian adalah tulisan asli dari Muhammad Syahrur yang berkaitan dengan metode dan hasil dari penafsiran serta istinbat hukum tentang poligami, khususnya konsep keadilan yang telah ditawarkannya. Sumber data primer atau tulisan tersebut terdapat dalam karya Muhammad Syahrur sendiri yang berbentuk buku, yaitu buku Al Kitab wa Al Qur an Qira ah Mu atsirah dan buku Nahwa Ushul Jadidah li al Fiqh al Islamy: fiqh Al Mar ah. Sedangkan sumber data sekunder yang penulis gunakan adalah karya-karya yang mendukung tema penelitian ini, baik dari karya Muhammad Syahrur sendiri atau karya-karya orang lain. Karya Muhammad Syahrur seperti Dirasah Islamiyah Mu ashirah fi al Dawlah wa al Mujtama, Islam dan Iman: Aturan-aturan Pokok, Metodologi Fiqh Islam Kontemporer. Karya-karya ulama lain yang berkaitan dengan tema penelitian seperti Ahkam al Qur an karya Abu Bakar Muhammad Abdullah, Tafsir al Maraghi karya Ahmad Mushthafa al Maraghi, Fath al Qadir karya al Syaukani, Tafsir al Munir fi al Aqidah wa al Syari ah

22 22 wa al Manhaj karya Wahbah al Zuhaili, Pendekatan Semantik terhadap al Qur an, terjemahan dari karya Toshihiko Izutsu. 5. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah tulisan-tulisan Muhammad Syahrur yang terdapat dalam buku-bukunya, yaitu buku Al Kitab wa Al Qur an Qira ah Mu tsirah dan buku Nahwa Ushul Jadidah li al Fiqh al Islamy: fiqh Al Mar ah. 6. Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi. Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal yang berupa laporan penelitian, buku, surat kabar, notulen rapat, dan sebagainya. 20 Langkah-langkah yang ditempuh dalam teknik dokumentasi adalah sebagai berikut: a. Pengumpulan data dilakukan dengan menghimpun buku-buku dan dokumen yang sesuai dengan masalah yang diteliti. b. Setelah data terkumpul dilakukan penelaahan secara kritis dan sistematis dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti sehingga diperoleh data. c. Selanjutnya dilakukan langkah kualifikasi dan dideskripsikan secara analisis komparatif antara berbagai data tersebut. 20 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 129.

23 23 7. Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis interpretatif. Analisis interpretatif akan menjelaskan secara rinci interpretasi yang diberikan oleh Muhammad Syahrur dalam membaca ayat-ayat poligami, sehingga dapat dimengerti bagaimana Muhammad Syahrur membangun kembali (rekonstruksi) pemikiran atau menawarkan pemikirannya mengenai konsep keadilan yang terdapat dalam ayat-ayat poligami. G. Sistematika Pembahasan Sistematika yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab atau bagian dengan berbagai sub di bawahnya. Bab pertama merupakan pendahuluan penelitian. Pada bagian pertama ini dikemukakan sketsa permasalahan yang yang berisi tentang latar belakang penelitian ini dan juga berisi tentang alasan ketertarikan penulis terhadap persoalan ini. Selanjutnya dijelaskan mengenai tujuan dan manfaat yang hendak diperoleh dalam penelitian tersebut. Kemudian untuk memperoleh penelitian yang sistematis dan akurat dipaparkan mengenai metode penelitian dan telaah pustaka. Bab kedua dari penelitian mengemukakan tentang teori keadilan dalam poligami dan metode memahami ayat-ayat poligami, baik melalui ilmu tafsir atau ilmu ushul fiqh. Bagian ketiga memaparkan tentang biografi intelektual Muhammad Syahrur, metode pembacaan ayat-ayat al Qur an yang ditawarkannya, teori

24 24 hudud atau batas Muhammad Syahrur, serta pemikiran Muhammad Syahrur dalam membaca (menafsirkan) ayat-ayat poligami dan menawarkan metode pemahaman (istinbat hukum) konsep keadilan dalam poligami. Bab keempat berupa kritik terhadap pemikiran Muhammad Syahrur tentang konsep keadilan dalam poligami. Kritik atas pemikiran ini ditinjau dari metode ilmu ushul fiqh dan ilmu tafsir. Metode analisa ilmu ushul fiqh digunakan untuk melihat bagaimana teknik metode istinbat hukum Muhammad Syahrur dan metode analisis ilmu tafsir untuk melihat pemahaman Muhammad Syahrur dalam membaca ayat-ayat poligami secara utuh. Bagian kelima dari penelitian ini merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan penelitian adalah jawaban dari perumusan penelitian yang diangkat. Sedangkan saran merupakan hal-hal yang perlu disampaikan dan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah Swt. menciptakan makhluk-nya tidak hanya wujudnya saja, tetapi dilengkapi dengan perangkat lain yang menunjang segala kehidupan makhluk- Nya di muka bumi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan perkawinan antara seorang laki-laki dan perempuan pada kenyataannya merupakan sudut penting bagi kebutuhan manusia. Bahkan perkawinan adalah hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah salah satu mahluk ciptaan Allah yang paling sempurna, manusia sendiri diciptakan berpasang-pasangan. Setiap manusia membutuhkan bermacam-macam kebutuhan,

Lebih terperinci

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 17 Tahun 2013 Tentang BERISTRI LEBIH DARI EMPAT DALAM WAKTU BERSAMAAN

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 17 Tahun 2013 Tentang BERISTRI LEBIH DARI EMPAT DALAM WAKTU BERSAMAAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 17 Tahun 2013 Tentang BERISTRI LEBIH DARI EMPAT DALAM WAKTU BERSAMAAN (MUI), setelah : MENIMBANG : a. bahwa dalam Islam, pernikahan adalah merupakan bentuk ibadah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi perseorangan maupun kelompok. Dengan jalan perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dipilih manusia dengan tujuan agar dapat merasakan ketentraman dan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dipilih manusia dengan tujuan agar dapat merasakan ketentraman dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang mensyari atkan pernikahan bagi umatnya. Menikah dalam Islam adalah salah satu sarana untuk menggapai separuh kesempurnaan dalam beragama.

Lebih terperinci

BAB I PNDAHULUAN. Perpustakaan 2013), h Line) tersedia di blogspot. com/2012/12/pengertianimplementasi-menurut-para.

BAB I PNDAHULUAN. Perpustakaan 2013), h Line) tersedia di  blogspot. com/2012/12/pengertianimplementasi-menurut-para. BAB I PNDAHULUAN A. Penegasan Judul Untuk menghindari kesalah pahaman dalam mengartikan tujuan penulisan skripsi ini maka akan ditegaskan beberapa istilah dalam judul skripsi sebagai berikut : 1. Implementasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan adalah suatu perjanjian perikatan antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan adalah suatu perjanjian perikatan antara laki-laki dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah suatu perjanjian perikatan antara laki-laki dan perempuan, dalam hal ini perkawinan merupakan perjanjian yang sakral untuk membentuk keluarga

Lebih terperinci

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN 1 TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN (Studi Komparatif Pandangan Imam Hanafi dan Imam Syafi i dalam Kajian Hermeneutika dan Lintas Perspektif) Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan wadah penyaluran kebutuhan biologis manusia yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Tentang Pemberian Izin Poligami Dalam Putusan No. 913/Pdt.P/2003/PA. Mlg

BAB IV. A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Tentang Pemberian Izin Poligami Dalam Putusan No. 913/Pdt.P/2003/PA. Mlg BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PEMBERIAN IZIN POLIGAMI TANPA ADANYA SYARAT ALTERNATIF PADA PUTUSAN PENGADILAN AGAMA KOTA MALANG NO. 913/Pdt.P/2003/PA.Mlg A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam adalah sebuah konsep hidup yang. individu maupun masyarakat. Tidak ada satu perkara pun yang terlewatkan

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam adalah sebuah konsep hidup yang. individu maupun masyarakat. Tidak ada satu perkara pun yang terlewatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama Islam adalah sebuah konsep hidup yang sempurna bagi individu maupun masyarakat. Tidak ada satu perkara pun yang terlewatkan dalam dinamika hidup di dunia ini

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG A. Dasar Pertimbangan Hukum Hakim Pengadilan Agama Malang dalam Penolakan Izin Poligami

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 81 A. Kesimpulan BAB V PENUTUP Berangkat dari uraian yang telah penulis paparkan dalam bab-bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Makna tawassul dalam al-qur an bisa dilihat pada Surat al-

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pembahasan perwalian nikah dalam pandangan Abu Hanifah dan Asy-

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pembahasan perwalian nikah dalam pandangan Abu Hanifah dan Asy- BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Pembahasan perwalian nikah dalam pandangan Abu Hanifah dan Asy- Syafi i telah diuraikan dalam bab-bab yang lalu. Dari uraian tersebut telah jelas mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi sunatullah seorang manusia diciptakan untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi sunatullah seorang manusia diciptakan untuk hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah menjadi sunatullah seorang manusia diciptakan untuk hidup saling berdampingan dengan manusia yang lain sebagaimana sifat manusia sebagai makhluk sosial,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abadi, Al Fairuz, tt., Tanwir al Miqyas Min Tafsir Ibn Abbas, Beirut Dar al Fikr.

DAFTAR PUSTAKA. Abadi, Al Fairuz, tt., Tanwir al Miqyas Min Tafsir Ibn Abbas, Beirut Dar al Fikr. DAFTAR PUSTAKA Abadi, Al Fairuz, tt., Tanwir al Miqyas Min Tafsir Ibn Abbas, Beirut Dar al Fikr. Abdullah, Amin, 2002, Paradigma Alternatif Pengembangan Ushul Fiqh dan Dampaknya Pada Fiqh Kontemporer dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu, harus lah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai azas pertama

BAB I PENDAHULUAN. itu, harus lah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai azas pertama 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu ikatan yang sah untuk membina rumah tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami istri memikul amanah dan tanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam abad kemajuan teknologi komunikasi modern dewasa ini,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam abad kemajuan teknologi komunikasi modern dewasa ini, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam abad kemajuan teknologi komunikasi modern dewasa ini, pergaulan manusia tidak dapat dibatasi hanya dalam suatu lingkungan masyarakat yang lingkupnya kecil dan

Lebih terperinci

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Dasar Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung Terhadap Putusan Waris Beda Agama Kewarisan beda agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. poligami dalam bentuknya yang beragam telah ada dalam tahap-tahap awal dari

BAB I PENDAHULUAN. poligami dalam bentuknya yang beragam telah ada dalam tahap-tahap awal dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Poligami memiliki akar sejarah yang panjang dalam perjalanan peradaban manusia, poligami merupakan permasalahan dalam perkawinan yang paling banyak diperdebatkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah menguraikan tentang pembahasan dan analisis sesuai dengan memperhatikan pokok-pokok permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini, yang berjudul Pendapat Hakim Pengadilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, perkawinan merupakan kehidupan yang berpijak pada rasa

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, perkawinan merupakan kehidupan yang berpijak pada rasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, perkawinan merupakan kehidupan yang berpijak pada rasa cinta dan kasih sayang, dan masing-masing suami-istri memainkan peran pentingnya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hayyie Al-Kattani, Gema Insani Press, Jakarta, cet III, 2001, h Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur an, Terj.

BAB I PENDAHULUAN. Hayyie Al-Kattani, Gema Insani Press, Jakarta, cet III, 2001, h Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur an, Terj. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan kitab suci terakhir yang di wahyukan Allah kepada nabi Muhammad SAW guna untuk dijadikan sebagai pedoman hidup (way of life) bagi umat manusia,

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPAT SITI MUSDAH MULIA TENTANG PERNIKAHAN BEDA AGAMA

ANALISIS PENDAPAT SITI MUSDAH MULIA TENTANG PERNIKAHAN BEDA AGAMA ANALISIS PENDAPAT SITI MUSDAH MULIA TENTANG PERNIKAHAN BEDA AGAMA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat guna memperoleh gelar Sarjana Dalam Ilmu Syari ah Oleh: AHMAD RIFQI 082111046

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an merupakan pedoman yang abadi untuk kemaslahatan umat manusia, merupakan benteng pertahanan syari at Islam yang utama serta landasan sentral bagi tegaknya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan Setelah menguraikan dan menuliskan sub-bab hasil penelitian dan sub-bab

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan Setelah menguraikan dan menuliskan sub-bab hasil penelitian dan sub-bab 191 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah menguraikan dan menuliskan sub-bab hasil penelitian dan sub-bab pembahasan melalui melalui analisis data, ada beberapa kesimpulan yang dapat diuraikan oleh peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selain sebagai makhluk individu, manusia juga disebut sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARIS DAN AHLI WARIS

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARIS DAN AHLI WARIS 23 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARIS DAN AHLI WARIS A. Pengertian Waris Hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan harta peninggalan pewaris kepada ahli waris dikarenakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pustaka baik berupa konsep, teori-teori dan lain-lainnya yang berhubungan

BAB III METODE PENELITIAN. pustaka baik berupa konsep, teori-teori dan lain-lainnya yang berhubungan BAB III METODE PENELITIAN Pada dasarnya penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kepustakaan (library research) yaitu penulis melakukan penggalian data dengan cara mempelajari dan menelaah sejumlah

Lebih terperinci

BAB III PANDANGAN DAN METODE IJTIHAD HUKUM JILTERHADAP PERKAWINAN BEDA AGAMA. A. Pandangan JIL terhadap Perkawinan Beda Agama

BAB III PANDANGAN DAN METODE IJTIHAD HUKUM JILTERHADAP PERKAWINAN BEDA AGAMA. A. Pandangan JIL terhadap Perkawinan Beda Agama BAB III PANDANGAN DAN METODE IJTIHAD HUKUM JILTERHADAP PERKAWINAN BEDA AGAMA A. Pandangan JIL terhadap Perkawinan Beda Agama Ulil Abshar Abdalla, koordinator JIL mempunyai pandangan bahwa larangan kawin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Poligami merupakan masalah yang kontroversial dalam Islam. Para ulama ortodoks

BAB I PENDAHULUAN. Poligami merupakan masalah yang kontroversial dalam Islam. Para ulama ortodoks BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Poligami merupakan masalah yang kontroversial dalam Islam. Para ulama ortodoks berpendapat bahwa poligami adalah bagian dari syariat Islam dan karenanya pria

Lebih terperinci

IRSYAD AL-FATWA SIRI KE-208: HUKUM WANITA MEMBUKA SYARIKAT SENDIRI

IRSYAD AL-FATWA SIRI KE-208: HUKUM WANITA MEMBUKA SYARIKAT SENDIRI IRSYAD AL-FATWA SIRI KE-208: HUKUM WANITA MEMBUKA SYARIKAT SENDIRI Soalan: Apakah hukum wanita membuka syarikat sendiri? Jawapan: Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, selawat dan salam kepada junjungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu persoalan berada pada tangan beliau. 2. Rasulullah, penggunaan ijtihad menjadi solusi dalam rangka mencari

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu persoalan berada pada tangan beliau. 2. Rasulullah, penggunaan ijtihad menjadi solusi dalam rangka mencari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an sebagai firman Allah dan al-hadits merupkan sumber dan ajaran jiwa yang bersifat universal. 1 Syari at Islam yang terkandung dalam al- Qur an telah mengajarkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON A. Analisis Hukum Islam terhadap Alasan KUA Melaksanakan Pernikahan dengan Menggunakan Taukil Wali Nikah via Telepon Setelah mengetahui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berlainan jenis antara laki-laki dan perempuan serta menjadikan hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berlainan jenis antara laki-laki dan perempuan serta menjadikan hidup BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan suatu ikatan yang mempersatukan dua insan yang berlainan jenis antara laki-laki dan perempuan serta menjadikan hidup bersama, hal ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ibadah yang setiap gerakannya mengandung do a.1 Shalat adalah kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. ibadah yang setiap gerakannya mengandung do a.1 Shalat adalah kewajiban BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Bahasa, shalat berarti do a. Dengan pengertian ini, shalat adalah ibadah yang setiap gerakannya mengandung do a.1 Shalat adalah kewajiban peribadatan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPAT IMAM SYAFI I TENTANG MAHAR DENGAN SYARAT

ANALISIS PENDAPAT IMAM SYAFI I TENTANG MAHAR DENGAN SYARAT ANALISIS PENDAPAT IMAM SYAFI I TENTANG MAHAR DENGAN SYARAT SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam Bidang Hukum Perdata Islam Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun kelompok. Dengan jalan perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara terhormat

Lebih terperinci

BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM

BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM BAB IV PARADIGMA SEKUFU DI DALAM KELUARGA MAS MENURUT ANALISIS HUKUM ISLAM A. Hal-Hal Yang Melatarbelakangi Paradigma Sekufu di dalam Keluarga Mas Kata kufu atau kafa ah dalam perkawinan mengandung arti

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut dan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut dan 170 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut dan sebagaimana yang telah dideskripsikan di dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA DALAM PERKAWINAN ISLAM. harta kerabat yang dikuasai, maupun harta perorangan yang berasal dari harta

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA DALAM PERKAWINAN ISLAM. harta kerabat yang dikuasai, maupun harta perorangan yang berasal dari harta BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA DALAM PERKAWINAN ISLAM A. Pengertian Harta Dalam Perkawinan Islam Menurut bahasa pengertian harta yaitu barang-barang (uang dan sebagainya) yang menjadi kekayaan. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini dikarenakan pada hakikatnya kehidupan setiap manusia diawali dengan perjanjian dengan-nya untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRODUK KEPEMILIKAN LOGAM MULIA (KLM) DI PT. BRI SYARIAH KCP SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRODUK KEPEMILIKAN LOGAM MULIA (KLM) DI PT. BRI SYARIAH KCP SIDOARJO BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRODUK KEPEMILIKAN LOGAM MULIA (KLM) DI PT. BRI SYARIAH KCP SIDOARJO A. Produk Kepemilikan Logam Mulia (KLM) di PT. BRI Syari ah KCP Sidoarjo Memiliki logam mulia (LM)

Lebih terperinci

Kata Kunci: Ajjaj al-khatib, kitab Ushul al-hadis.

Kata Kunci: Ajjaj al-khatib, kitab Ushul al-hadis. MANHAJ AJJAJ AL-KHATIB (Analisis Kritis terhadap Kitab Ushul al-hadis, Ulumuh wa Mushtalahuh) Sulaemang L. (Dosen Jurusan Dakwah dan Komunikasi STAIN Kendari) Abstrak: Penelitian ini mebmahas Manhaj Ajjaj

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang memiliki kedudukan mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling berhubungan antara satu dengan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Pendapat ulama Muhammadiyah dan Nahd atul Ulama (NU) di kota. Banjarmasin tentang harta bersama.

BAB V PENUTUP. 1. Pendapat ulama Muhammadiyah dan Nahd atul Ulama (NU) di kota. Banjarmasin tentang harta bersama. BAB V PENUTUP A. Simpulan 1. Pendapat ulama Muhammadiyah dan Nahd atul Ulama (NU) di kota Banjarmasin tentang harta bersama. a. Harta bersama menurut pendapat ulama Muhammadiyah kota Banjarmasin. - Harta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perkawinan sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Quran dan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perkawinan sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Quran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan perkawinan sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Quran dan Undang-Undang dapat diwujudkan dengan baik dan sempurna jika perkawinan tersebut sejak proses pendahuluannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai upaya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. sebagai upaya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Islam merupakan proses perubahan menuju kearah yang lebih baik. Dalam konteks sejarah, perubahan yang positif ini adalah jalah Tuhan yang telah dibawa oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tersebut didasarkan pada Pasal 28 UUD 1945, beserta

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tersebut didasarkan pada Pasal 28 UUD 1945, beserta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan bebas dan segala bentuk kekerasan sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD 1945. Pandangan tersebut didasarkan

Lebih terperinci

Munakahat ZULKIFLI, MA

Munakahat ZULKIFLI, MA Munakahat ZULKIFLI, MA Perkawinan atau Pernikahan Menikah adalah salah satu perintah dalam agama. Salah satunya dijelaskan dalam surat An Nuur ayat 32 : Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG IMPLIKASI TEKNOLOGI USG TERHADAP IDDAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG IMPLIKASI TEKNOLOGI USG TERHADAP IDDAH 59 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG IMPLIKASI TEKNOLOGI USG TERHADAP IDDAH A. Analisis terhadap Peran USG terhadap Iddah Tidak sedikit ulama yang mencoba mendefinisikan atau mencari alasan pemberlakuan

Lebih terperinci

melakukan pernikahan tetap dikatakan anak. 1

melakukan pernikahan tetap dikatakan anak. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan anugerah yang diberikan Allah kepada hamba- Nya melalui hasil pernikahan guna meneruskan kehidupan selanjutnya. Secara umum anak adalah seorang

Lebih terperinci

BERSETUBUH SEBAGAI HAK SUAMI DALAM PERKAWINAN MENURUT IMAM MUHAMMAD BIN IDRIS AL SYAFI I

BERSETUBUH SEBAGAI HAK SUAMI DALAM PERKAWINAN MENURUT IMAM MUHAMMAD BIN IDRIS AL SYAFI I BERSETUBUH SEBAGAI HAK SUAMI DALAM PERKAWINAN MENURUT IMAM MUHAMMAD BIN IDRIS AL SYAFI I Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam Program Strata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya telah mampu merombak tatanan atau sistem kewarisan yang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya telah mampu merombak tatanan atau sistem kewarisan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum kewarisan, termasuk salah satu aspek yang diatur secara jelas dalam Al-Qur an dan Sunnah Rasul. Hal ini membuktikan bahwa masalah kewarisan cukup penting

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PRAKTIK PENJATUHAN TALAK SEORANG SUAMI MELALUI TELEPON DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PRAKTIK PENJATUHAN TALAK SEORANG SUAMI MELALUI TELEPON DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN 55 BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PRAKTIK PENJATUHAN TALAK SEORANG SUAMI MELALUI TELEPON DI DESA RAGANG KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN A. Analisis Tentang Praktik Penjatuhan Talak Seorang Suami Melalui

Lebih terperinci

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6 BAB I PENDAHULUAN Dalam kehidupan, manusia tidak dapat hidup dengan mengandalkan dirinya sendiri. Setiap orang membutuhkan manusia lain untuk menjalani kehidupannya dalam semua hal, termasuk dalam pengembangbiakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kewarisan itu sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia, karena setiap manusia pasti akan mengalami suatu peristiwa meninggal dunia di dalam kehidupannya.

Lebih terperinci

Amir Syarifudin, Garis-Garis Besar FIQIH, (Jakarta:KENCANA. 2003), Hal-141. Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Ushul Fiqih, (Jakarta: AMZAH.

Amir Syarifudin, Garis-Garis Besar FIQIH, (Jakarta:KENCANA. 2003), Hal-141. Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Ushul Fiqih, (Jakarta: AMZAH. I. PENDAHULUAN Pada dasarnya perkawinan itu dilakukan untuk waktu selamanya sampai matinya salah seorang suami-istri. Inlah yang sebenarnya dikehendaki oleh agama Islam. Namun dalam keadaan tertentu terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makna dari mahar pernikahan yang kadang kala disebut dengan belis oleh

BAB I PENDAHULUAN. Makna dari mahar pernikahan yang kadang kala disebut dengan belis oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makna dari mahar pernikahan yang kadang kala disebut dengan belis oleh masyarakat Ende Nusa Tenggara Timur adalah suatu pemberian dari pihak calon mempelai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM

BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM 62 BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM CUKUP UMUR DI DESA BARENG KEC. SEKAR KAB. BOJONEGORO Perkawinan merupakan suatu hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Quran dinyatakan bahwa hidup berpasang-pasangan, hidup berjodoh-jodohan adalah naluri segala makhluk Allah, termasuk manusia. 1 Dalam surat Adz-Dzariyat ayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu kejadian penting dalam suatu masyarakat tertentu, yaitu ada seorang anggota dari

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG AHLI WARIS BEDA AGAMA (Analisis terhadap Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 16K/AG/2010)

TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG AHLI WARIS BEDA AGAMA (Analisis terhadap Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 16K/AG/2010) TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG AHLI WARIS BEDA AGAMA (Analisis terhadap Putusan Mahkamah Agung RI Nomor 16K/AG/2010) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki Perkawinan atau pernikahan merupakan institusi yang istimewa dalam Islam. Di samping merupakan bagian dari syariah Islam, perkawinan memiliki hikmah

Lebih terperinci

Membahas Kitab Tafsir

Membahas Kitab Tafsir Lembaga Penelitian dan Pengembangan Tafsir menurut bahasa adalah penjelasan atau keterangan, seperti yang bisa dipahami dari Quran S. Al-Furqan: 33. ucapan yang telah ditafsirkan berarti ucapan yang tegas

Lebih terperinci

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI A. Abdul Wahab Khallaf 1. Biografi Abdul Wahab Khallaf Abdul Wahab Khallaf merupakan seorang merupakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP UU NO. 1 TAHUN 1974 PASAL 5 AYAT 1 DAN KHI PASAL 58 AYAT 1 TENTANG PERSETUJUAN ISTRI SEBAGAI

BAB IV ANALISIS TERHADAP UU NO. 1 TAHUN 1974 PASAL 5 AYAT 1 DAN KHI PASAL 58 AYAT 1 TENTANG PERSETUJUAN ISTRI SEBAGAI BAB IV ANALISIS TERHADAP UU NO. 1 TAHUN 1974 PASAL 5 AYAT 1 DAN KHI PASAL 58 AYAT 1 TENTANG PERSETUJUAN ISTRI SEBAGAI SYARAT IJIN POLIGAMI PERSPEKTIF MAS}LAH{AH MURSALAH A. Analisis terhadap UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, Firman Allah dalam Q.S. Adz-Dzaariyat : 49, yang artinya :

BAB I PENDAHULUAN. Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, Firman Allah dalam Q.S. Adz-Dzaariyat : 49, yang artinya : 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu amalan sunah yang disyari atkan oleh Al- Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, segala sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia melainkan seluruh makhluk ciptaan-nya

Lebih terperinci

POLIGAMI MENURUT MASYARAKAT AWAM, PRIYAYI DAN ULAMA DITINJAU DARI SEGI HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF INDONESIA. (Studi Kasus di Kecamatan Serengan)

POLIGAMI MENURUT MASYARAKAT AWAM, PRIYAYI DAN ULAMA DITINJAU DARI SEGI HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF INDONESIA. (Studi Kasus di Kecamatan Serengan) POLIGAMI MENURUT MASYARAKAT AWAM, PRIYAYI DAN ULAMA DITINJAU DARI SEGI HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF INDONESIA (Studi Kasus di Kecamatan Serengan) Disusun dan diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK A. Analisis Terhadap Prosedur Pernikahan Wanita Hamil di Luar Nikah di Kantor Urusan Agama

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM TENTANG IZIN POLIGAMI A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Tentang Alasan-Alasan Izin Poligami Di Pengadilan Agama Pasuruan Fitrah yang diciptakan Allah atas manusia mengharuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah salah satu bentuk ibadah yang kesuciannya perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik suami maupun istri. Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hukum Islam merupakan hukum Allah. Dan sebagai hukum Allah, ia menuntut kepatuhan dari umat Islam untuk melaksanakannya sebagai kelanjutan dari keimanannya kepada Allah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan

BAB I PENDAHULUAN. Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan BAB I PENDAHULUAN Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok. Pertama, hal-hal yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Allah sebagai penciptanya. Aturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peninggalan dari si mayat kepada ahli waris yang masih hidup sudah terlaksana. Allah SWT sebagaimana termaktub dalam al-qur an.

BAB I PENDAHULUAN. peninggalan dari si mayat kepada ahli waris yang masih hidup sudah terlaksana. Allah SWT sebagaimana termaktub dalam al-qur an. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak zaman sebelum Islam datang, kebiasaan saling mewarisi harta peninggalan dari si mayat kepada ahli waris yang masih hidup sudah terlaksana. Ketika Islam

Lebih terperinci

rukhs}oh (keringanan), solusi dan darurat.

rukhs}oh (keringanan), solusi dan darurat. BAB IV TELAAH PANDANGAN TOKOH AGAMA DI KECAMATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP TERHADAP POLIGAMI KYAI HAJI MASYHURAT A. Analisis Hukum Islam Terhadap Pandangan Tokoh Agama di Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPAT YUSUF QARADAWI TENTANG MENYERAHKAN ZAKAT KEPADA PENGUASA YANG ZALIM DALAM KITAB FIQHUZ ZAKAT

ANALISIS PENDAPAT YUSUF QARADAWI TENTANG MENYERAHKAN ZAKAT KEPADA PENGUASA YANG ZALIM DALAM KITAB FIQHUZ ZAKAT ANALISIS PENDAPAT YUSUF QARADAWI TENTANG MENYERAHKAN ZAKAT KEPADA PENGUASA YANG ZALIM DALAM KITAB FIQHUZ ZAKAT SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N. Puasa di dalam Islam disebut Al-Shiam, kata ini berasal dari bahasa Arab

B A B I P E N D A H U L U A N. Puasa di dalam Islam disebut Al-Shiam, kata ini berasal dari bahasa Arab 1 B A B I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah Puasa di dalam Islam disebut Al-Shiam, kata ini berasal dari bahasa Arab yang mempunyai arti : Menahan diri dari makan, minum dan hubungan seksuil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang mempelajari bagaimana prosedur kerja mencari kebenaran 1. Metode dapat diartikan sebagai prosedur atau cara mengetahui

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. 1. Kesimpulan

BAB VI PENUTUP. 1. Kesimpulan BAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan Kedudukan perempuan dalam pandangan ajaran Islam tidak sebagaimana diduga atau dipraktekkan sementara masyarakat. Ajaran Islam pada hakikatnya memberikan perhatian yang sangat

Lebih terperinci

BAB IV. Setelah mempelajari putusan Pengadilan Agama Sidoarjo No. 2355/Pdt.G/2011/PA.Sda tentang izin poligami, penulis dapat

BAB IV. Setelah mempelajari putusan Pengadilan Agama Sidoarjo No. 2355/Pdt.G/2011/PA.Sda tentang izin poligami, penulis dapat BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERTIMBANGAN DAN DASAR HUKUM IZIN POLIGAMI DALAM PUTUSAN MAJELIS HAKIM DI PENGADILAN AGAMA SIDOARJO NO. 2355/Pdt.G/2011/PA.Sda A. Analisis Yuridis Pertimbangan Dan Dasar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN A. Analisis Terhadap Praktik Tukar-Menukar Rambut di Desa Sendangrejo Lamongan Dari uraian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Islam mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT dan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Islam mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT dan hubungan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Hukum Islam mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT dan hubungan sesama manusia. Salah satu hubungan sesama manusia adalah melalui perkawinan, yaitu perjanjian

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Munculnya feminisme memang tak lepas dari akar persoalan yang ada di kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih dianggap sebagai makhluk inferior.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT telah menciptakan segala sesuatunya di dunia ini dengan berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah diciptakan-nya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghimpit, menindih atau berkumpul, sedangkan arti kiasanya ialah watha

BAB I PENDAHULUAN. menghimpit, menindih atau berkumpul, sedangkan arti kiasanya ialah watha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan menurut istilah ilmu fiqih dipakai perkataan nikah dan perkataan ziwaj, nikah menurut bahasa mempunyai arti sebenarnya ( hakikat ) dan arti kiasan

Lebih terperinci

FAKULTAS SYARI'AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2015 M/1436 H

FAKULTAS SYARI'AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) ZAWIYAH COT KALA LANGSA 2015 M/1436 H Status Perkawinan Orang Murtad (Studi Komparatif Mazhab Syafi'i dan KHI) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Pada Fakultas Syari'ah/Jurusan Ahwal Asy-Syakhsiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan manusia diciptakan berpasangan antara laki-laki dengan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. dengan manusia diciptakan berpasangan antara laki-laki dengan perempuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Segala sesuatu di dunia diciptakan berpasang-pasangan, demikian juga dengan manusia diciptakan berpasangan antara laki-laki dengan perempuan dalam ikatan pernikahan

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PENAMBANGAN BATU DI DESA SENDANG KECAMATAN WONOGIRI KABUPATEN WONOGIRI

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PENAMBANGAN BATU DI DESA SENDANG KECAMATAN WONOGIRI KABUPATEN WONOGIRI TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PENAMBANGAN BATU DI DESA SENDANG KECAMATAN WONOGIRI KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu firman-nya yakni Q.S. at-taubah ayat 60 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. satu firman-nya yakni Q.S. at-taubah ayat 60 sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ibnu sabil merupakan salah satu dari delapan kelompok yang berhak menerima zakat (ashnaf). Hal ini sebagaimana disebutkan Allah dalam salah satu firman-nya yakni

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia karena ia tidak saja menyangkut pribadi kedua calon suami isteri saja tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersama yang disebut dengan lembaga perkawinan. merupakan ibadah (Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam). 2

BAB I PENDAHULUAN. bersama yang disebut dengan lembaga perkawinan. merupakan ibadah (Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam). 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sudah menjadi kodrat alam, bahwa dua orang manusia dengan jenis kelamin yang berlainan seorang wanita dan seorang laki-laki, ada rasa saling tertarik antara satu sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hati. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur an 1

BAB I PENDAHULUAN. hati. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur an 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga sakinah merupakan dambaan setiap insan yang bersuami istri. Keluarga sakinah adalah keluarga yang tenang, damai, tentram dan memuaskan hati. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an Al-karim ialah kitab Allah dan wahyu-nya yang diturunkan

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an Al-karim ialah kitab Allah dan wahyu-nya yang diturunkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an Al-karim ialah kitab Allah dan wahyu-nya yang diturunkan kepada hambanya, penutup para nabi dan rasul, Muhammad SAW. Ia adalah jalan lurus dan ikatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi fenomena yang ada, tetapi lebih lentur dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi fenomena yang ada, tetapi lebih lentur dalam konteks BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah Agama yang sempurna, Islam tidaklah otoriter dalam menghadapi fenomena yang ada, tetapi lebih lentur dalam konteks kemaslahatan untuk terciptanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jual beli merupakan salah satu cara manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan dan diperbolehkan. Sebagaimana

Lebih terperinci