"(perspe^if ^iofogi cfacam ^engecocaan SumSercCaya ^Hayati"

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ""(perspe^if ^iofogi cfacam ^engecocaan SumSercCaya ^Hayati""

Transkripsi

1 P R O S I D I N G S E M I N A R N A S I O N A L B I O L O G I 2010 "(perspe^if ^iofogi cfacam ^engecocaan SumSercCaya ^Hayati" Dalam Rangka Lustrum XI Fakultas Biologi U G M Sekaligus Menghantarkan Purna Tugas bagi Prof. Dr. Jusup Subagja, M.Sc, Prof. Dr. M a m m e d Sagi, M.S., Prof. Dr. Issirep Sumardi Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, September 2010 LIPI

2 PROSIDING SEMINAR NASIONAL BIOLOGI 2010 "Perspektif Biologi dalam Pengelolaan Sumberdaya Hayati" Disusun Oleh: Tim Penyusun Presiding Seminar Nasional Biologi 2010 Penerbit: Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Jl. Teknika Selatan, Sekip Utara Yogyakarta Telp./Fax Cetakan 1: Februari 2011 ISBN :

3 K A T A PENGANTAR Assalamu,alaikum Wr, Wb. Seminar Nasional Biologi di Yogyakarta pada tanggal 24 dan 25 September 2010 disclenggarakan dalam rangka Lustrum ke X I Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta dan mengantar Puma Tugas tiga Guru Besar Fakultas Biologi U G M yang memasuki masa pensiun : Prof. Dr. Jusup Subagja, M.Sc; Prof Dr. Issirep Soemardi; dan Prof Dr. Mamed Sagi, M.S. Seminar Nasional tersebut mempakan kesempatan bagi para ilmuwan dari berbagai instansi di selumh Indonesia untuk menyapaikan hasil penelitiannya dan didiskusikan bersama secara terbuka. Seminar ini diikuti oleh Perguraan Tinggi, Lembaga Penelitian, Pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat, Swasta, dll. Tugas Panitia yang hams diselesaikan adalah penerbitan prosiding yang berisi makalah yang dipresentasikan. Penerbitan prosiding ini diharapkan menjadi acuan ilmiah bagi masyarakat luas yang memerlukan informasi perkembangan penelitian biologi. Panitia menyampaikan terima kasih yang sebesar-besamya kepada semua pihak yang telah mendukung terselenggaranya Seminar Nasional Biologi hingga selesainya Prosiding khususnya kepada Dekan Fakultas Biologi UGM, Pemakalah Oral/Poster, Sponsor, dan Panitia secara keselumhan. Wassalamu'alaikum wr wb. Ketua Panitia, Dr. Suwamo Hadisusanto iii

4 DAFTAR ISI Kata pengantar Daftar Isi Pemalcalah Utama 1 1. Pemberdayaan Komunitas Pseudomonas untuk Bioremediasi 2 Ekosistem Air Sungai Tercemar Limbah Deterjen Dr. Suharjono, MS. 2. Elektrofusi dalam Perbanyakan Tanaman Kentang 14 Revfly F. I. Gerungan 3. Pendekatan Seluler dan Molekuler untuk Pembuktian Khasiat 20 Obat Bahan Alam Okid Parama Astirin 4. Peranan Biologi Forensik Dalam Mengungkap Suatu Tindak Pidana 36 Kombes Pol Drs. Siswanto Pemakalah Oral Bidang Keaneka Ragaman Hayati Bidang Biologi Lingkungan Bidang Biologi Fungsional Bidang Biofarmaka dan Gizi 568 Pemakalah P o s t e r Bidang Keaneka Ragaman Hayati Bidang Biologi Lingkungan Bidang Biologi Fungsional Bidang Biofarmaka dan Gizi K U M P U L A N DISKUSI 1101 D A F T A R P E S E R T A 1108 ijj iv iv

5 CAKUtTASBIOlOGI UGM 2010 S E M I N A R N A S I O N A L B I O L O G I 2010 "Perspektif Biologi dalam Pengelolaan Sumberdaya Hayati" Dalam Rangka Lustrum X I Fakultas Biologi U G M Menghantarkan Puma Tugas bagi Prof Dr. Jusup Subagja, M.Sc., Prof Dr. Mammed Sagi, M.S., dan Prof Dr. Issirep Sumardi Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, September 2010 Sesi Pemakalah Utama

6 SB/P/BF/17 P E R I O D I S I T A S N Y A M U K Culex quinquefasciatus Say, 1823 D A L A M HUBUNGANNYA D E N G A N P O T E N S I T R A N S M I S I F I L A R I A S I S DI K E L U R A H A N N G A M P I L A N DAN N O T O P R A J A N K E C A M A T A N N G A M P I L A N Y O G Y A K A R T A Rr. UpiekNgesti Wibawaning Astuti', Suwamo Hadisusanto^, dan Ika Yunita Sari' 'Laboratorium Parasitologi Fakultas Biologi UGM, ^Laboratorium Ekologi Fakultas Biologi U G M, upiekastuti(a),vahoo.com ABSTRAK Nyamuk Culex quinquefasciatus dapat berlaku sebagai vektor penyakit filariasis pcrkotaan. Informasi mengenai periodisitas dan aktifitas nyamuk dalam hubungannya dengan transmisi filariasis masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan periodisitas dan aktivitas nyamuk, serta menjelaskan karakter lingkungan sebagai tempat istirahat dan perkembang-biakan nyamuk. Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli 2009 sampai dengan Febraari Penangkapan nyamuk dilakukan di luar dan di dalam mmah dengan metode man landing biting dan modifikasi sweep net. Identifikasi nyamuk dilakukan di Laboratorium Parasitologi Fakultas Biologi UGM. Hasil menunjukkan bahwa periode aktif nyamuk Culex adalah dari pukul , dengan puncak aktif pukul baik di Kelurahan Ngampilan dan Notoprajan untuk tangkapan luar mmah, sedang puncak aktif di dalam mmah adalah pukul dan pukul Nyamuk menyukai tempat istirahat yang gelap (kurang cahaya), pakaian menggantung, plafon, dan perabotan mmah; sedangkan untuk pcrindukannya menyukai tempat seperti genangan air yang kotor, saluran air yang tidak lancar dan tempat yang dapat menampung air kotor. Kata kunci: periodisitas, Culex quinquefasciatus, Kelurahan Ngampilan dan Notoprajan PENDAHULUAN Filariasis limfatik adalah penyakit yang disebabkan oleh salah satu dari 3 jenis cacing filaria yaitu : Wuchereha bancrofti, Bnigia malayi dan Bnigia timori yang penularannya melalui vektor nyamuk (Gandahusada dkk.,2003). Aktivitas mencari makan nyamuk betina yaitu darah manusia berbeda sesuai dengan umur nyamuk, waktu siang atau malam, lingkungan Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta S e p t e m b e r 2010

7 dan suhu. Beberapa jenisnyamuk memasuki rumah untuk mencari makan dan istirahat. sedangkan yang lain memasuki rumah hanya untuk mencari makan dan akan beristirahat di tempat lain (Brown, 1979). Informasi mengenai periodisitas yang berkaitan dengan puncak aktivitas dalam menggigit dan istirahat nyamuk pada malam hari masih sangat terbatas. Data aktivitas nyamuk tersebut penting diketahui dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit yang ditularkan nyamuk secara efektif dan efisien. Tujuan 1. Mengetahui dan menjelaskan periodisitas nyamuk terutama yang berhubungan dengan aktivitas dan puncak mencari makan nyamuk 2. Mengetahui dan menjelaskan karakter lingkungan sekitar tempat istirahat dan perkembangbiakan nyamuk. Alat : aspirator, sweep net,, senter, sprayer, thermometer, anemometer, hygrometer, borang data, disekting mikroskop, mikroskop cahaya, dan kunci identifikasi bergambar (DEPKES Rl, Badan LITBANG P2B2 tahun 2009) Cara Kerja : 1. Survei entomologis a. Survei awal Survei awal ini dilakukan untuk penenman titik sampling berdasarkan informasi lokasi penderita filariasis kronis yang diberikan oleh petugas PUSKESMAS setempat, yaitu di wilayah Kelurahan Notoprajan adalah di RT 9, 21 dan 31., sedangkan di wilayah Kelurahan Ngampilan adalah di RT 20 dan 23. b. Penangkapan nyamuk M E T O D E liahani Nyamuk hasil koleksi, larutan garam fisiologis, gelas benda, gelas pcnutup, petridish, jarum lancet, paper ( up, kasa, plastik bening. Penangkapan nyamuk dilakukan mulai pukul WIB dengan metode Man Landing Biting, dan dengan swep net, pada periode setiap 1-2 jam. Biologi UGM, Yogyakarta S e p t e m b e r

8 Dengan bantuan aspirator, nyamuk dipindahkan ke paper cup yang telah disiapkan, kemudian diberi label (jumlah yang tertangkap, tanggal, lokasi, di dalam rumah atau di luar rumah, dan kolektor. Nyamuk yang diperoleh selanjutnya di bawa, ke laboratorium, untuk diidentifikasi. c. Identifikasi Selanjutnya, nyamuk dibius dengan kloroform, diidentifikasi dengan menggunakan buku kunci determinasi nyamuk. Identifikasi dilakukan dengan bantuan dissecting microscope. Seluruh data yang diperoleh ditabulasikan. Untuk mengetahui periodisitas nyamuk, dilakukan pendataan jumlah nyamuk yang tertangkap selama periode pengambiian sampei. Pendataan tersebut dilakukan baik pada saat nyamuk aktif menusuk- ^ -.-^.-. '.m^^s^^i menghisap maupun pada saat istirahat (hinggap). HASIL D A N P E M B A H A S A N Tabel 1. Jenis dan Jumlah Nyamuk di Kelurahan Ngampilan dan Notoprajan Kec. Ngampilan > Notoprajan Jumlah Ngurnpilan Jumlah No Jenis nyamuk J an tan Betina Total Jan tan Betina Total 1 Culex quinquefasciatus Culex infantulus Culex tritaenorhyncus Culex cincitelus Culex raptor Culex sp Mansonia uniformis Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta S e p t e m b e r 2010

9 8 Aedes aegypti J. 13 Jumlah Hasil koleksi nyamuk didominasi oleh Culex quinquefasciatus dengan nilai dominansi 0,34 (48/111) untuk Kelurahan Ngampilan dan 0,64 (440/574) untuk Kelurahan Notoprajan (Tabel 1). Hal ini sejalan dengan penelitian Astuti dan Hadisusanto (2009) bahwasanya nyamuk Cx. quinquefasciatus ditemukan melimpah, dominan, dan hampir pada setiap titik pengambiian sampei. Nyamuk Cx. quinquefasciatus diketahui sebagai vektor filariasis perkotaan, sedangkan di wilayah tersebut terdapat penderita filariasis klinis kronis. Untuk itu keadaan nyamuk, khususnya jenis Cx. quinquefasciatus yang melimpah dan dominan ini perlu diwaspadai. Pada gambar 1 sampai dengan 4, dapat dilihat bahwa jumlah nyamuk yang tertangkap pada periode waktu pengambiian sangat bervariasi, baik yang di dalam maupun yang di luar rumah. a. I n d o o r indoor resting biting waktu pengambiian sampei Gambar 1. Periodisitas nyamuk yang tertangkap di dalam rumah di Kelurahan Ngampilan. Biologi UGM, Yogyakarta S e p t e m b e r

10 Di Kelurahan Ngampilan, rerata jumlah nyamuk yang tertangkap di dalam rumah (Gambar 1) puncaknya adalah pada periode waktu pukul saat nyamuk resting (hinggap/istirahat), sedangkan aktivitas menggigit puncaknya adalah pada periode waktu pukul Untuk di luar rumah (Gambar 2), terdapat 2 puncak aktivitas nyamuk pada saat aktif menggigit yaitu pada periode waktu , maupun istirahat, yaitu pada periode waktu dan o u t d o o r o u t d o o r resting taitirg ^ v ^' & ' waktu pengambiian sampei Gambar 2. Periodisitas nyamuk yang berhasil tertangkap di luar rumah di Kelurahan Ngampilan Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta S e p t e m b e r 2010

11 - i n d o o r resting i n d o o r biting waktu pengambian sampei Gambar 3. Periodisitas nyamuk yang berhasil tertangkap di dalam rumah di Kelurahan Notoprajan. Periodisitas aktif nyamuk yang tertangkap dari Kelurahan Notoprajan menunjukkan hasil yang agak berbeda dengan di Kelurahan Ngampilan, yaitu terdapat kecenderungan bahwa yang tertangkap saat aktif maupun istirahat memberikan pola yang sama. Puncak aktivitas menggigit adalah pada periode waktu , dan pada ; sedangkan puncak istirahat adalah pada periode waktu dan pada pukul Ditunjukkan bahwa di kedua lokasi puncak istirahat nyamuk terutama adalah adalah pada periode waktu dan untuk di luar rumah, dan pada periode waktu untuk di dalam rumah. Sedangkan aktivitas menggigit baik di dalam maiipun di luar rumah menunjukkan periode waktu yang berbeda. Fal<ultas Biologi UGIVI, Yogyakarta S e p t e m b e r

12 o u t d c o r resting ^ o u t d o o r b ting waktu pengambiian sampei Gambar 4. Periodisitas nyamuk yang berhasil tertangkap di luar rumah di Kelurahan Notoprajan Kondisi lingkungan sangat berpengaruh pada hasil penangkapan nyamuk (Gandahusada dkk., (2003). Pada kondisi cuaca hujan menyebabkan nyamuk yang dikoleksi jumlahnya sedikit (hanya 2-3 ekor nyamuk dalam se malam). Suhu udara dan kelembaban udara untuk Kelurahan Notoprajan menunjukkan lebih hangat dan lembab dibandingkan dengan Kelurahan Ngampilan, hal ini berpengaruh pada jumlah nyamuk yang tertangkap bahwasanya di Kelurahan Notoprajan menunjukkan jumlah nyamuk yang lebih banyak (secara total hampir 10 kali lipatnya) (Tabel 2 dan 3). Untuk parameter kecepatan angin di kedua lokasi hampir sama baik di dalam maupun di luar rumah, sehingga cenderung ' tidak berpengaruh. Selanjutnya, pada kondisi istirajat / resting, nyamuk menyukai tempattempat yang gelap, seperti di perabotan/"fumiture" rumah tangga ' yang berwama gelap, eternity, dan pakaian menggantung. Sedangkan hasil observasi pada tempat perindukan menimjukkan bahwa di kedua lokasi terdapat saluran pembuangan limbah rumah tangga yang terbuka dan berisi genangan air, juga terdapat saluran air "drainage" yang cukup lebar namun tidak tertutup rapat (terdapat lubang udara). Hasil koleksi pada saluransaluran ini pada periode senja ( ) memberikan hasil koleksi sangat banyak (Astuti dan Hadisusanto, 2009) Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta S e p t e m b e r 2010

13 Periode aktif nyamuk sangat berpengaruh pada irama penularan parasit (Gandahusada dkk., 2003). Penularan parasit akan sangat berhubungan antara puncak aktivitas nyamuk menggigit dengan aktivitas parasit dalam darah penderita atau yang dicurigai membawa parasit ("carier"). Dengan diketahuinya puncak periode aktif nyamuk menggigit, maka dapat diduga kapan penularan parasit terjadi. Sehingga langkah-langkah apa saja yang perlu ditempuh untuk menghambat jalannya penularan menjadi penting Tabel 2. Parameter Lingkungan yang Terukur di Kelurahan Ngampilan tanggal sampling 3 Agustus Agustus Agustus 2009 Suhu ( C) Kecepatan angin (m/s) Kelembaban udara (%) Dalam Luar Dalam Luar Dalam Luar Tabel 3. Parameter Lingkungan yang Terukur di Kelurahan Notoprajan Kelembaban udara Tanggal. Suhu ( C) Kecepatan angin (m/s) sampling (%) Dalam Luar Dalam Luar Dalam Luar Juli Oktober Februari K E S I M P U L A N 1. Puncak aktivitas nyamuk adalah pada periode waktu di luar mmah, baik di Kelurahan Ngampilan maupun di Kelurahan Notoprajan. Sedangkan di dalam rumah, puncak aktivitas nyamuk di Kelurahan Ngampilan dan Notoprajan berturutturut pada periode waktu dan Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta S e p t e m b e r

14 2. Nyamuk menyukai tempat istirahat yang gelap (kurang cahaya), pakaian menggantung, plafon, dan perabotan rumah; sedangkan untuk perindukannya menyukai tempat seperti genangan air yang kotor, saluran air yang tidak lancar dan tempat yang dapat menampung air kotor. Daftar Pustaka Astuti, Upiek NW., S. Hadisusanto Eksplorasi Bionomik Nyamuk Vektor dan deteksi Cepat untuk Penentuan Endemisitas Filariasis. Laporan Penelitian. DP2M-DIKT1. Nomor: 77/SP2H/PP/DP2IVW/2009 Brown, H W Dasar Parasitologi Klinis (terj). Gramedia. Jakarta. Depkes RI, Buku Kunci Identifikasi Bergambar Nyamuk Culex di Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Badan LITBANG P2B2 tahun Gandahusada, S., Herry D.I., Wita P Parasitologi Kedokteran. Balai Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta Fakultas Biologi U G M, Yogyakarta 24-^5 S e p t e m b e r 2010

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN.  1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Filariasis merupakan penyakit menular yang terdapat di dunia. Sekitar 115 juta penduduk terinfeksi W. Bancrofti dan sekitar 13 juta penduduk teridentifikasi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan sebagai vektor penyakit seperti demam berdarah dengue (DBD),

Lebih terperinci

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Gambar 3.2 Waktu Penelitian 3.3 Metode Penelitian

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Gambar 3.2 Waktu Penelitian 3.3 Metode Penelitian 17 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di sekitar Pusat Reintroduksi Orangutan Nyaru Menteng yaitu Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Kota Palangka Raya (Gambar 1).

Lebih terperinci

Proses Penularan Penyakit

Proses Penularan Penyakit Bab II Filariasis Filariasis atau Penyakit Kaki Gajah (Elephantiasis) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Filariasis disebabkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk 16 Identifikasi Nyamuk HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis nyamuk yang ditemukan pada penangkapan nyamuk berumpan orang dan nyamuk istirahat adalah Ae. aegypti, Ae. albopictus, Culex, dan Armigeres. Jenis nyamuk

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Pengamatan Tempat Perindukan Aedes

BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Pengamatan Tempat Perindukan Aedes 17 BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan sampel dilakukan di Kelurahan Utan Kayu Utara Jakarta Timur sebagai studi bioekologi nyamuk di daerah yang endemik DBD. Pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Filariasis merupakan salah satu penyakit tertua dan paling melemahkan yang dikenal dunia. Filariasis limfatik diidentifikasikan sebagai penyebab kecacatan menetap dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Filariasis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria (Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Brugia timori). Penyakit ini ditularkan melalui nyamuk

Lebih terperinci

Kata kunci: filariasis; IgG4, antifilaria; status kependudukan; status ekonomi; status pendidikan; pekerjaan

Kata kunci: filariasis; IgG4, antifilaria; status kependudukan; status ekonomi; status pendidikan; pekerjaan Perbandingan Prevalensi Filariasis berdasarkan Status IgG4 Antifilaria pada Penduduk Daerah Endemik Filariasis Kelurahan Jati Sampurna dan Jati Karya Kecamatan Pondokgede Kabupaten Bekasi Jawa Barat Gracia

Lebih terperinci

3 BAHAN DAN METODE. Kecamatan Batulayar

3 BAHAN DAN METODE. Kecamatan Batulayar 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi penelitian dan waktu penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Lembah Sari Kecamatan Batu Layar Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat (Gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makhluk hidup bertahan hidup secara berkegantungan, termasuk nyamuk yang hidupnya mencari makan berupa darah manusia, dan membawa bibit penyakit melalui nyamuk (vektor).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles,

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres.

Lebih terperinci

Analisis Nyamuk Vektor Filariasis Di Tiga Kecamatan Kabupaten Pidie Nanggroe Aceh Darussalam

Analisis Nyamuk Vektor Filariasis Di Tiga Kecamatan Kabupaten Pidie Nanggroe Aceh Darussalam Analisis Nyamuk Vektor Filariasis Di Tiga Kecamatan Kabupaten Pidie Nanggroe Aceh Darussalam (The Analysis of Mosquitoes as The Vector of Filariasis at Pidie District Nanggroe Aceh Darussalam) Fauziah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. jumlah tempat perindukan nyamuk yang mempengaruhi populasi larva Aedes

BAB III METODE PENELITIAN. jumlah tempat perindukan nyamuk yang mempengaruhi populasi larva Aedes 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2012 sampai April 2012. Pengambilan sampel dilakukan pada musim hujan, yaitu pada bulan Februari sampai bulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Nyamuk Aedes Sp Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya relatif optimum, yakni senantiasa lembab sehingga sangat memungkinkan pertumbuhan

Lebih terperinci

3 BAHAN DAN METODE. Sarmi. Kota. Waropen. Jayapura. Senta. Ars. Jayapura. Keerom. Puncak Jaya. Tolikara. Pegunungan. Yahukimo.

3 BAHAN DAN METODE. Sarmi. Kota. Waropen. Jayapura. Senta. Ars. Jayapura. Keerom. Puncak Jaya. Tolikara. Pegunungan. Yahukimo. 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Dulanpokpok Kecamatan Fakfak Kabupaten Fakfak Provinsi Papua Barat. Desa Dulanpokpok merupakan daerah pantai, yang dikelilingi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan. salah satu masalah kesehatan lingkungan yang cenderung

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan. salah satu masalah kesehatan lingkungan yang cenderung BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan yang cenderung meningkat jumlah penderita dan semakin luas daerah penyebarannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres.

Lebih terperinci

Keanekaragaman Jenis Nyamuk Di Sekitar Kampus. Universitas Hasanuddin Makassar

Keanekaragaman Jenis Nyamuk Di Sekitar Kampus. Universitas Hasanuddin Makassar Keanekaragaman Jenis Nyamuk Di Sekitar Kampus Universitas Hasanuddin Makassar Mila Karmila Syahribulan Isra Wahid 3, Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas hasanuddin 3 Jurusan Parasitologi, Fakultas

Lebih terperinci

Aktivitas Menggigit Nyamuk Culex quinquefasciatus Di Daerah Endemis Filariasis Limfatik Kelurahan Pabean Kota Pekalongan Provinsi Jawa Tengah

Aktivitas Menggigit Nyamuk Culex quinquefasciatus Di Daerah Endemis Filariasis Limfatik Kelurahan Pabean Kota Pekalongan Provinsi Jawa Tengah Aktivitas enggigit Nyamuk Culex quinquefasciatus Di Daerah Endemis Filariasis Limfatik Kelurahan Pabean Kota Pekalongan Provinsi Jawa Tengah Tri Ramadhani 1, Bambang Yunianto 1 Biting Activities of Culex

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Filariasis limfatik merupakan penyakit tular vektor dengan manifestasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Filariasis limfatik merupakan penyakit tular vektor dengan manifestasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Filariasis limfatik merupakan penyakit tular vektor dengan manifestasi klinis yang luas yang menyebabkan angka kesakitan dan kecacatan yang tinggi pada mereka yang

Lebih terperinci

3 BAHAN DAN METODE. Lokasi penelitian di Desa Riau Kecamatan Riau Silip Kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung. Lokasi Penelitian. Kec.

3 BAHAN DAN METODE. Lokasi penelitian di Desa Riau Kecamatan Riau Silip Kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung. Lokasi Penelitian. Kec. 3 BAHAN DAN METODE 3. 1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Riau, Kecamatan Riau Silip, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung (Gambar 1). Secara geografis desa ini terletak di wilayah bagian

Lebih terperinci

STUDl KOMUNITAS NYAMUK TERSANGKA VEKTOR FILARIASIS DI DAERAH ENDEMIS DESA GONDANGLEGI KULON MALANG JAWA TIMUR. Oleh : Akhmad Hasan Huda

STUDl KOMUNITAS NYAMUK TERSANGKA VEKTOR FILARIASIS DI DAERAH ENDEMIS DESA GONDANGLEGI KULON MALANG JAWA TIMUR. Oleh : Akhmad Hasan Huda STUDl KOMUNITAS NYAMUK TERSANGKA VEKTOR FILARIASIS DI DAERAH ENDEMIS DESA GONDANGLEGI KULON MALANG JAWA TIMUR Oleh : Akhmad Hasan Huda PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2002 AKHMAD HASAN HUDA,

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik BAB I Pendahuluan A. latar belakang Di indonesia yang memiliki iklim tropis memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik dan dapat berfungsi sebagai vektor penyebar penyakitpenyakit seperti malaria,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan perwakilan dari 189 negara dalam sidang Persatuan Bangsa-Bangsa di New York pada bulan September

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nyamuk Anopheles sp. betina yang sudah terinfeksi Plasmodium (Depkes RI, 2009)

I. PENDAHULUAN. nyamuk Anopheles sp. betina yang sudah terinfeksi Plasmodium (Depkes RI, 2009) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini menjadi masalah bagi kesehatan di Indonesia karena dapat menyebabkan kematian terutama pada bayi, balita,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Filariasis atau elephantiasis dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai penyakit kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang disebabkan infeksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan

I. PENDAHULUAN. dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria merupakan penyakit yang penyebarannya sangat luas di dunia. Di seluruh pulau Indonesia penyakit malaria ini ditemukan dengan derajat dan berat infeksi

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Ukuran Stadium Larva Telur nyamuk Ae. aegyti menetas akan menjadi larva. Stadium larva nyamuk mengalami empat kali moulting menjadi instar 1, 2, 3 dan 4, selanjutnya menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyakit kaki gajah (filariasis) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Cacing filaria

Lebih terperinci

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Waktu Penelitian

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Waktu Penelitian 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di desa Doro yang terletak di wilayah pesisir barat Pulau Halmahera Bagian Selatan. Secara administratif Desa Doro termasuk ke dalam wilayah

Lebih terperinci

SUSUNAN ACARA SEMINAR NASIONAL BIOLOGI 2010 Fakultas Biologi UGM, September JUM AT, 24 SEPTEMBER 2010 Waktu Acara Tempat

SUSUNAN ACARA SEMINAR NASIONAL BIOLOGI 2010 Fakultas Biologi UGM, September JUM AT, 24 SEPTEMBER 2010 Waktu Acara Tempat SEMINAR NASIONAL BIOLOGI 2010 Perspektif Biologi dalam Pengelolaan Sumberdaya Hayati Dalam Rangka Lustrum XI Fakultas Biologi UGM Sekaligus Menghantarkan Purna Tugas bagi Prof. Dr. Jusup Subagja, M.Sc.,

Lebih terperinci

FAKTO-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI PUSKESMAS TIRTO I KABUPATEN PEKALONGAN

FAKTO-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI PUSKESMAS TIRTO I KABUPATEN PEKALONGAN FAKTO-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI PUSKESMAS TIRTO I KABUPATEN PEKALONGAN 7 Candriana Yanuarini ABSTRAK Filariasis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp. betina (Depkes R.I.,

1. PENDAHULUAN. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp. betina (Depkes R.I., 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini banyak ditemukan dengan derajat dan infeksi yang bervariasi. Malaria

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Salah satu penyakitnya yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD) yang masih menjadi

Lebih terperinci

nyamuk bio.unsoed.ac.id

nyamuk bio.unsoed.ac.id III. MATERI DAN METODE PENELITIAN 2.1 Bagan Alir Penelitian Persiapan alat dan bahan penelitian di Lab. Parasitologi dan Entomologi Mengamati keadaan rumah yang akan diambil sampel nyamuk Aedes spp. meliputi:

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakteristik Iklim dan Cuaca Pesisir Selatan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakteristik Iklim dan Cuaca Pesisir Selatan 6 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Iklim dan Cuaca Pesisir Selatan Pantai Batu Kalang terletak di pinggir pantai selatan Sumatera Barat tepatnya di Kabupaten Pesisir Selatan. Daerah Sumatera

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Gondanglegi Kulon kecamatan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Gondanglegi Kulon kecamatan METODOLOGI PENELITIAN 1 Lokasi penelitian Penelitian dilakukan di Desa Gondanglegi Kulon kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang. Desa Gondanglegi Kulon terletak di sebelah selatan dari kabupaten Malang,

Lebih terperinci

BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN

BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN 2442-9805 Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN 2086-4701 KEMELIMPAHAN DAN AKTIVITAS MENGGIGIT NYAMUK Aedes sp PADA DAERAH ENDEMIS DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA

Lebih terperinci

Balai Litbang P2B2 Banjarnegara. SURVEI ENTOMOLOGI MALARIA dan DBD

Balai Litbang P2B2 Banjarnegara. SURVEI ENTOMOLOGI MALARIA dan DBD SURVEI ENTOMOLOGI MALARIA dan DBD SURVEI ENTOMOLOGI MALARIA TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM Mampu menjelaskan, merencanakan dan melaksanakan survei entomologi malaria TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS 1.Mampu menjelaskan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FILARIASIS YANG DISEBABKAN OLEH CACING NEMATODA WHECERERIA

IDENTIFIKASI FILARIASIS YANG DISEBABKAN OLEH CACING NEMATODA WHECERERIA IDENTIFIKASI FILARIASIS YANG DISEBABKAN OLEH CACING NEMATODA WHECERERIA Editor: Nama : Istiqomah NIM : G1C015022 FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2015 /2016 1 IDENTIFIKASI FILARIASIS

Lebih terperinci

KEPADATAN NYAMUK TERSANGKA VEKTOR FILARIASIS DI DESA PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS, DESA JALAKSANA KABUPATEN KUNINGAN DAN BATUKUWUNG KABUPATEN SERANG

KEPADATAN NYAMUK TERSANGKA VEKTOR FILARIASIS DI DESA PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS, DESA JALAKSANA KABUPATEN KUNINGAN DAN BATUKUWUNG KABUPATEN SERANG Kepadatan nyamuk tersangka vektor...(endang P A, Mara I, Tri W & Umar R) KEPADATAN NYAMUK TERSANGKA VEKTOR FILARIASIS DI DESA PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS, DESA JALAKSANA KABUPATEN KUNINGAN DAN BATUKUWUNG

Lebih terperinci

Seminar Nasional Biologi 2010 I. Bidang Keanekaragaman Hayati SB/P/KR/01 IDENTIFIKASI GENOTIP HIBRIDA HASIL PERSILANGAN ANGGREK LOKAL Vanda tricolor Lindl. var suavis ASAL MERAPI DAN Vanda limbata Blume.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Filariasis 2.1.1. Pengertian Filariasis atau yang lebih dikenal juga dengan penyakit kaki gajah merupakan penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Vektor Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa vektor mekanis dan biologis, juga dapat berupa vektor primer dan sekunder.vektor mekanis adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Filariasis limfatik atau Elephantiasis adalah. penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit di mana

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Filariasis limfatik atau Elephantiasis adalah. penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit di mana BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Filariasis limfatik atau Elephantiasis adalah penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit di mana saat dewasa hanya bisa hidup di sistem limfatik manusia. Penularannya

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Filariasis limfatik adalah penyalit menular yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk dan berdampak pada kerusakan sistem limfe

Lebih terperinci

Bab III Model Matematika Transmisi Filariasis Tanpa Pengobatan

Bab III Model Matematika Transmisi Filariasis Tanpa Pengobatan Bab III Model Matematika Transmisi Filariasis Tanpa Pengobatan Situasi filariasis dalam kehidupan nyata telah dijelaskan di Bab I dan II Selanjunya, penyederhanaan masalah untuk memudahkan pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dengan kasus 58 orang anak, 24 diantaranya meninggal dengan Case Fatality Rate (CFR) = 41,3%. Sejak itu

Lebih terperinci

SITUASI FILARIASIS DI KABUPATEN SUMBA TENGAH PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2009

SITUASI FILARIASIS DI KABUPATEN SUMBA TENGAH PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2009 ARTIKEL SITUASI FILARIASIS DI KABUPATEN SUMBA TENGAH PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 9 Ruben Wadu Willa* *Loka Penelitian dan Pengembangan Bersumber Binatang (PB) Waikabubak, Email:majaraama@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya terdapat sekitar 15 juta penderita malaria klinis yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya terdapat sekitar 15 juta penderita malaria klinis yang mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Malaria adalah salah satu penyakit yang mempunyai penyebaran luas, sampai saat ini malaria menjadi masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Berdasarkan Survei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), juta orang di seluruh dunia terinfeksi

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), juta orang di seluruh dunia terinfeksi 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang angka kejadiannya masih tinggi di Indonesia bahkan di seluruh dunia. Pada tahun 2011, menurut World Health Organization

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Pengadaan dan Pemeliharaan Nyamuk Aedes aegypti Pemeliharaan Nyamuk Aedes aegypti

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Pengadaan dan Pemeliharaan Nyamuk Aedes aegypti Pemeliharaan Nyamuk Aedes aegypti 14 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tujuh bulan mulai dari bulan Juli 2011 hingga Februari 2012, penelitian dilakukan di Insektarium Bagian Parasitologi

Lebih terperinci

BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN

BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN 2442-9805 Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN 2086-4701 STUDI KOMUNITAS NYAMUK PENYEBAB FILARIASIS DI DESA BOJONG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Suharno Zen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana strategis kementerian

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana strategis kementerian 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana strategis kementerian kesehatan tahun 2010-2014 difokuskan pada delapan fokus prioritas, salah satunya adalah pengendalian

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular disebabkab oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan Aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: 978-602-60401-3-8 KAJIAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK Aedes DI GAMPOENG ULEE TUY KECAMATAN DARUL IMARAH ACEH BESAR Elita Agustina 1) dan Kartini 2) 1) Program Studi

Lebih terperinci

Seminar Nasional Biologi 2010 SB/P/BF/08 GREEN FLUORESCENT PROTEIN PADA UBUR-UBUR LOKAL SEBAGAI ALTERNATIF MARKA DNA Cahya Kurnia Fusianto 1, Zulfikar Achmad Tanjung 1,Nugroho Aminjoyo 1, dan Endang Semiarti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Puskesmas Tirto I Puskesmas Tirto I merupakan salah satu Puskesmas di Kabupaten Pekalongan yang terletak di dataran rendah Pantai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO (2013) penyakit infeksi oleh parasit yang terdapat di daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah kesehatan masyarakat di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan data menggunakan metode eksplorasi yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegypti Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. [2,12] Aedes aegypti tersebar luas di wilayah tropis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria masih merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, terutama di negara-negara tropis dan subtropis. Kurang lebih satu miliar penduduk dunia pada 104 negara (40%

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati

Lebih terperinci

EPIDEMIOLOGI FILARIASIS DI DESA SUNGAI RENGIT KECAMATAN TALANG KELAPA KABUPATEN BANYUASIN TAHUN 2006

EPIDEMIOLOGI FILARIASIS DI DESA SUNGAI RENGIT KECAMATAN TALANG KELAPA KABUPATEN BANYUASIN TAHUN 2006 EPIDEMIOLOGI FILARIASIS DI DESA SUNGAI RENGIT KECAMATAN TALANG KELAPA KABUPATEN BANYUASIN TAHUN 006 Santoso 1, Ambarita L.P. 1, Oktarina R., 1 M. Sudomo 1 Loka Litbang PB Baturaja Puslitbang Ekologi dan

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 Lintang Sekar Langit lintangsekar96@gmail.com Peminatan Kesehatan Lingkungan,

Lebih terperinci

KERAGAMAN SPESIES NYAMUK DI DESA PEMETUNG BASUKI DAN DESA TANJUNG KEMALA BARAT KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR

KERAGAMAN SPESIES NYAMUK DI DESA PEMETUNG BASUKI DAN DESA TANJUNG KEMALA BARAT KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR KERAGAMAN SPESIES NYAMUK DI DESA PEMETUNG BASUKI DAN DESA TANJUNG KEMALA BARAT KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR Reni Oktarina 1, Yahya 1, Milana Salim 1, Irfan Pahlevi 1 1 Loka Litbang P2B2 Baturaja,

Lebih terperinci

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah membawa virus Dengue dari penderita lainnya. Nyamuk ini biasanya aktif

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah membawa virus Dengue dari penderita lainnya. Nyamuk ini biasanya aktif Definisi DBD Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti betina lewat air liur gigitan saat menghisap darah manusia.

Lebih terperinci

BAB 1 RANGKUMAN Judul Penelitian yang Diusulkan Penelitian yang akan diusulkan ini berjudul Model Penyebaran Penyakit Kaki Gajah.

BAB 1 RANGKUMAN Judul Penelitian yang Diusulkan Penelitian yang akan diusulkan ini berjudul Model Penyebaran Penyakit Kaki Gajah. BAB 1 RANGKUMAN 1.1. Judul Penelitian yang Diusulkan Penelitian yang akan diusulkan ini berjudul Model Penyebaran Penyakit Kaki Gajah. 1.2. Pemimpin / Penanggung Jawab Penelitian akan dipimpin langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di sebagian kabupaten/kota di

Lebih terperinci

ARTIKEL SISTEM KEWASPADAAN DIM KLB MALARIA BERDASARKAN CURAH HUJAN, KEPADATAN VEKTOR DAN KESAKITAN MALARIA DIKABUPATEN SUKABUMI

ARTIKEL SISTEM KEWASPADAAN DIM KLB MALARIA BERDASARKAN CURAH HUJAN, KEPADATAN VEKTOR DAN KESAKITAN MALARIA DIKABUPATEN SUKABUMI ARTIKEL SISTEM KEWASPADAAN DIM KLB MALARIA BERDASARKAN CURAH HUJAN, KEPADATAN VEKTOR DAN KESAKITAN MALARIA DIKABUPATEN SUKABUMI Lukman Hakim, Mara Ipa* Abstrak Malaria merupakan penyakit yang muncul sesuai

Lebih terperinci

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH RESEARCH AND DEVELOPMENT

HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH RESEARCH AND DEVELOPMENT HIGEIA 1 (2) (2017) HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH RESEARCH AND DEVELOPMENT http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia LINGKUNGAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK Culex quinquefasciatus DI SEKITAR RUMAH

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan ini adalah eksplanatory research yaitu penelitian yang bertujuan menggambarkan hubungan variabel bebas dan variabel

Lebih terperinci

Penyakit DBD merupakan masalah serius di Provinsi Jawa Tengah, daerah yang sudah pernah terjangkit penyakit DBD yaitu 35 Kabupaten/Kota.

Penyakit DBD merupakan masalah serius di Provinsi Jawa Tengah, daerah yang sudah pernah terjangkit penyakit DBD yaitu 35 Kabupaten/Kota. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah sub tropis dan tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan bahwa Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita

Lebih terperinci

KOLEKSI REFERENSI NYAMUK DI DESA JEPANGREJO, KECAMATAN BLORA, KABUPATEN BLORA. Dewi Marbawati*, Zumrotus Sholichah*

KOLEKSI REFERENSI NYAMUK DI DESA JEPANGREJO, KECAMATAN BLORA, KABUPATEN BLORA. Dewi Marbawati*, Zumrotus Sholichah* Hasil Penelitian KOLEKSI REFERENSI NYAMUK DI DESA JEPANGREJO, KECAMATAN BLORA, KABUPATEN BLORA Dewi Marbawati*, Zumrotus Sholichah* Abstract Some kind of mosquitoes can transmit desease through their biting.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. permukaan laut. Desa Sedayu terletak di wilayah kerja Puskesmas Loano 11.

BAHAN DAN METODE. permukaan laut. Desa Sedayu terletak di wilayah kerja Puskesmas Loano 11. BAHAN DAN METODE 1 Lokasi penelitian. Lokasi penelitian adalah di desa Sedayu, Kecamatan Loano Kabupaten Purworejo Provinsi Jawa Tengah (Gambar 1). Desa Sedayu berada 250 meter atas permukaan laut. Desa

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut Koentjaraningrat (1994:7) bahwa Metode adalah cara atau jalan, sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut cara kerja untuk dapat memahami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 2013 jumlah kasus baru filariasis ditemukan sebanyak 24 kasus,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 2013 jumlah kasus baru filariasis ditemukan sebanyak 24 kasus, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Filariasis Pada tahun 2013 jumlah kasus baru filariasis ditemukan sebanyak 24 kasus, jumlah ini menurun dari tahun 2012 yang ditemukan sebanyak 36 kasus (Dinkes Prov.SU, 2014).

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH ROKOK DALAM PENGENDALIAN NYAMUK Aedes aegypty

PEMANFAATAN LIMBAH ROKOK DALAM PENGENDALIAN NYAMUK Aedes aegypty PEMANFAATAN LIMBAH ROKOK DALAM PENGENDALIAN NYAMUK Aedes aegypty Suprapto Abstrak Penyakit demam berdarah dangue adalah salah satu penyakit yang paling menonjol di Indonesia yang disebarkan oleh gigitan

Lebih terperinci

Faktor Risiko Kejadian Filarisis Limfatik di Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi

Faktor Risiko Kejadian Filarisis Limfatik di Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi Faktor Risiko Kejadian Filarisis Limfatik di Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi Praba Ginandjar* Esther Sri Majawati** Artikel Penelitian *Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

CULEX QUINQUIFASCL4TUS SEBAGAI VEKTOR UTAMA FILARIASIS LIMFATIK YANG DISEBABKAN WUCHERERIA BANCROFTI DI KELURAHAN PABEAN KOTA PEKALONGAN

CULEX QUINQUIFASCL4TUS SEBAGAI VEKTOR UTAMA FILARIASIS LIMFATIK YANG DISEBABKAN WUCHERERIA BANCROFTI DI KELURAHAN PABEAN KOTA PEKALONGAN CULEX QUINQUIFASCL4TUS SEBAGAI VEKTOR UTAMA FILARIASIS LIMFATIK YANG DISEBABKAN WUCHERERIA BANCROFTI DI KELURAHAN PABEAN KOTA PEKALONGAN Culex Quinquifasciatus As The Main Vector Of Lymphatic Filariasis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 Frekuensi = Dominasi Spesies Angka dominasi spesies dihitung berdasarkan hasil perkalian antara kelimpahan nisbi dengan frekuensi nyamuk tertangkap spesies tersebut dalam satu waktu penangkapan. Dominasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia, terutama negara-negara tropis dan subtropis termasuk Indonesia. Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, metodologi yang dilakukan dalam penelitian serta sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Sampai saat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak Geografi Wilayah kerja Puskesmas Tombulilato berada di wilayah kecamatan Bone Raya, yang wilayahnya terdiri atas 9 desa, yakni

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim merupakan perubahan variabel iklim, khususnya suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara berangsur-angsur dalam jangka waktu yang panjang antara

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Lokasi penelitian adalah di Desa Sedayu, Kecamatan Loano Kabupaten. Topografi Desa Sedayu yang berada pada bukit Menoreh tanahnya

BAHAN DAN METODE. Lokasi penelitian adalah di Desa Sedayu, Kecamatan Loano Kabupaten. Topografi Desa Sedayu yang berada pada bukit Menoreh tanahnya BAHAN DAN METODE 1 Lokasi penelitian Lokasi penelitian adalah di Desa Sedayu, Kecamatan Loano Kabupaten Punvorejo Propinsi Jawa Tengah. Topografi Desa Sedayu yang berada pada bukit Menoreh tanahnya merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes agypti yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes agypti yang 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Nyamuk sebagai vektor penyakit 2.1 Demam Berdarah Dengue Penyakit DBD atau DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) adalah penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes agypti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif, karena dalam penelitian ini, Lepidoptera yang menjadi variabel tidak diberi perlakuan khusus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METDE PENELITIAN A. Jenis penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian Eksperimen murni (Design Randomized Complete Blok) dengan rancangan post test only with control group design yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang optimal dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu : faktor

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang optimal dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu : faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Menurut Hendrik L. Blum dalam Kusnoputranto (1986), derajat kesehatan masyarakat yang optimal dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu : faktor lingkungan, perilaku

Lebih terperinci

KUESIONER. Hari/Tanggal : Waktu : Pukul... s/d... No. Responden : 1. Nama (inisial) : 2. Umur :

KUESIONER. Hari/Tanggal : Waktu : Pukul... s/d... No. Responden : 1. Nama (inisial) : 2. Umur : KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN TINDAKAN IBU RUMAH TANGGA DALAM MENJEGAH PENYAKIT MALARIA DI DESA SORIK KECAMATAN BATANG ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2012 Hari/Tanggal : Waktu : Pukul...

Lebih terperinci

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian

3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian 13 3 BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi Penelitian Kabupaten Bulukumba secara geografis terletak di jazirah selatan Propinsi Sulawesi Selatan (+150 Km dari Kota Makassar), yaitu antara 0,5 o 20 sampai 0,5 o 40

Lebih terperinci

Perilaku Bertelur Nyamuk Aedes aegypti pada Media Air Tercemar

Perilaku Bertelur Nyamuk Aedes aegypti pada Media Air Tercemar NaskahAsli Perilaku Bertelur Nyamuk Aedes aegypti pada Media Air Tercemar Tri Wurisastuti Pusat Loka Penelitian dan Pengembangan Penyakit Bersumber Binatang, Baturaja email: rhie_0502@yahoo.com Abstract

Lebih terperinci

UJI EFEKTIFITAS MINYAK ATSIRI BUNGA MELATI (Jasminum sambac L) TERHADAP DAYA BUNUH LARVA NYAMUK CULEX (Culex quinquefasciatus)

UJI EFEKTIFITAS MINYAK ATSIRI BUNGA MELATI (Jasminum sambac L) TERHADAP DAYA BUNUH LARVA NYAMUK CULEX (Culex quinquefasciatus) UJI EFEKTIFITAS MINYAK ATSIRI BUNGA MELATI (Jasminum sambac L) TERHADAP DAYA BUNUH LARVA NYAMUK CULEX (Culex quinquefasciatus) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

UJI EFEKTIVITAS MINYAK ATSIRI BUNGA KENANGA (Canangium odoratum Baill) TERHADAP DAYA BUNUH LARVA NYAMUK Culex quinquefasciatus SKRIPSI

UJI EFEKTIVITAS MINYAK ATSIRI BUNGA KENANGA (Canangium odoratum Baill) TERHADAP DAYA BUNUH LARVA NYAMUK Culex quinquefasciatus SKRIPSI UJI EFEKTIVITAS MINYAK ATSIRI BUNGA KENANGA (Canangium odoratum Baill) TERHADAP DAYA BUNUH LARVA NYAMUK Culex quinquefasciatus SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

Identification of vector and filariasis potential vector in Tanta Subdistrict, Tabalong District

Identification of vector and filariasis potential vector in Tanta Subdistrict, Tabalong District Penelitian Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang (Epidemiology and Zoonosis Journal) Vol. 4, No. 2, Desember 2012 Hal : 73-79 Penulis : 1 1. Amalia Safitri 2 2. Hijrahtul Risqhi 3. M Rasyid

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. klinis, penyakit ini menunjukkan gejala akut dan kronis. Gejala akut berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. klinis, penyakit ini menunjukkan gejala akut dan kronis. Gejala akut berupa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Penyakit Filariasis 2.1.1. Pengertian Penyakit Filariasis Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang disebabkan karena cacing filaria, yang hidup

Lebih terperinci

Kajian Epidemiologi Limfatikfilariasis Di Kabupaten Sumba Barat (Desa Gaura) dan Sumba Tengah (Desa Ole Ate) Tahun Hanani M.

Kajian Epidemiologi Limfatikfilariasis Di Kabupaten Sumba Barat (Desa Gaura) dan Sumba Tengah (Desa Ole Ate) Tahun Hanani M. Kajian Epidemiologi Limfatikfilariasis Di Kabupaten Sumba Barat (Desa Gaura) dan Sumba Tengah (Desa Ole Ate) Tahun 2012 Hanani M. Laumalay Loka Litbang P2B2 Waikabubak, Jl. Basuki Rahmat, Km. 5 Puu Weri,

Lebih terperinci

Prevalensi pre_treatment

Prevalensi pre_treatment Prevalensi pre_treatment BAB 4 HASIL Sebanyak 757 responden berpartisipasi pada pemeriksaan darah sebelum pengobatan masal dan 301 responden berpartisipasi pada pemeriksaan darah setelah lima tahun pengobatan

Lebih terperinci